Anda di halaman 1dari 34

MODUL

PENGAWAS OPERASIONAL
PERTAMA

DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA SERTA
KESELAMATAN OPERASI
PERTAMBANGAN

PUSDIKLAT
MINERAL DAN BATUBARA
2013
Hak Cipta :

Pada Pusdiklat Mineral dan Batubara

Cetakan 1 Tahun 2013

Dilarang mengutip sebagian ataupun

seluruh buku ini dalam bentuk apapun

tanpa izin dari penerbit

Pusdiklat Mineral dan Batubara

Jl. Jenderal Sudirman No. 623

Bandung 40211
POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

SAMBUTAN

Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap


(KSA) bagi aparatur maupun tenaga industri di sub sektor
pertambangan mineral dan batubara, pemerintah
melaksanakan program pendidikan dan pelatihan (diklat)
untuk semua bidang pekerjaan di sub sektor pertambangan
mineral dan batubara. Pelaksanaan program diklat
tersebut perlu didukung dengan ketersediaan materi ajar
yang berupa modul diklat.

Modul diklat memiliki peranan penting bagi peserta diklat


dalam membantu mengetahui, memahami, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang disampaikan
oleh tenaga pengajar.Karakteristik modul diklat yang khas
menjadikannya berbeda dengan buku-buku teks bagi para
mahasiswa di perguruan tinggi.Sebuah modul harus
mampu “berdialog” dengan pembacanya, modul diklat yang
ideal juga dapat menggantikan peran fasilitator dalam
menyampaikan substansi materi diklat.

Pentingnya sebuah modul diklat sebagai salah satu alat


bantu dalam proses belajar mengajar disadari sebelumnya
oleh pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan diklat
ini. Oleh karena itu modul selalu identik dengan setiap
penyelenggaraan program diklat.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 1


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

Penulisan modul diklat yang tidak standar serta kaidah-


kaidah penulisan yang tidak baik, tidak hanya menyulitkan
peserta diklat dalam memahami dan mengaplikasikan
materi yang disampaikan, tetapi juga menyebabkan tidak
tercapainya tujuan program diklat secara umum.

Bandung, Desember 2013

Kepala Badan Diklat


Energi dan Sumber Daya Mineral

M. Teguh Pamuji, S.H., M.H.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 2


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan YME


karena atas berkat dan rahmat-Nya Modul Diklat Kepala
Pengawas Operasional Pertambangan (POP) dapat
terselesaikan.

Seperti kita ketahui bahwa kegiatan pertambangan


merupakan suatu kegiatan yang memiliki karakteristik
khusus, dimana banyak pihak dan kepentingan yang
terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga diperlukan
pengawasan terhadap kegiatannya. Pengawas operasional
memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan manusia,
proses, peralatan dan lingkungan kerja dimana mereka
bekerja, agar dapat menjalankan tanggung jawabnya
dengan baik, pengawas operasional harus memiliki standar
kompetensi. Untuk pemenuhan terhadap kompetensi
tersebut maka dirasakan perlu diberikan pelatihan dan
keterampilan yang sesuai, sehingga membantu peserta
dapat memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi yang


dimiliki oleh aparatur pemerintah tersebut dapat dilakukan
melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat).
Pelaksanaan program diklat tersebut perlu didukung
dengan ketersediaan materi ajar yang berupa modul diklat.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 3


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

Modul diklat memiliki peranan penting bagi peserta diklat


dalam membantu mengetahui, memahami, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang disampaikan
oleh tenaga pengajar.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan
untuk perbaikan modul di masa yang akan datang.

Bandung, Desember 2013

Kepala Pusdiklat Mineral dan Batubara

Ir. Toto Ridwan, M.T.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 4


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ...................................................................... 1
KATA PENGANTAR ......................................................... 3
DAFTAR ISI ...................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 7
A. LATAR BELAKANG .................................................. 7
B. DESKRIPSI MATERI ................................................ 8
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................... 8
D. MATERI POKOK ....................................................... 8
BAB II KESELAMATAN PERTAMBANGAN ................... 10
A. Filosofi dan Konsep Dasar Keselamatan
Pertambangan ......................................................... 10
B. Prinsip-prinsip K-3 dan KO Pertambangan ............. 10
C. Statistik Tambang ................................................... 11
D. Kecelakaan Tambang ............................................. 12
E. Kejadian Berbahaya : .............................................. 13
F. Penyebab Kecelakaan ............................................ 14
G. Latihan..................................................................... 19
H. Rangkuman ............................................................. 19
BAB III ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ........................ 21
A. Penggunaan APD ................................................... 21
B. Jenis dan Fungsi APD ............................................. 22
C. Syarat-syarat APD .................................................. 22
D. Latihan..................................................................... 22
E. Rangkuman ............................................................. 22

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 5


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB IV TEORI KEBAKARAN ........................................ 24


A. Maksud dan Tujuan Penggolongan Api .................. 24
B. Teori Segitiga Api (Fire Triangle) ............................ 24
C. Alat deteksi api ........................................................ 25
D. Tata Cara Pelaporan Kebakaran ............................ 26
E. Latihan..................................................................... 27
F. Rangkuman ............................................................. 27
BAB V PROGRAM PEMBINAAN/ PENYULUHAN K3
DAN KO................................................................... 28
BAB VI PENUTUP .......................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 32

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 6


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan pertambangan merupakan suatu kegiatan
yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan, yang tidak
saja dapat mengakibatkan cederanya manusia tetapi juga
sering mengakibatkan kematian.
Perlu dipahami bahwa terjadinya kasus kecelakaan selalu
ada penyebabnya, adapun penyebab kecelakaan dapat
kita temukan melalui penyelidikan yang teliti dan akurat
untuk dilakukan tindakan pencegahannya. Karena setiap
terjadi kecelakaan akan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan yaitu kerugian tenaga kerja, kerugian
peralatan, kerugian material, kerugian biaya, dan
terhambatnya produksi.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu
mencapai sasaran produksi yang efektif dan efisien dengan
aman dan selamat, maka setiap kecelakaan harus dicegah
dengan cara melaksanakan atau menerapkan keselamatan
dan kesehatan kerja sebaik-baiknya sesuai dengan
prosedur dan peraturan/ketentuan yang berlaku, untuk itu
penerapan terhadap keselamatan pertambangan menjadi
kunci utama. Dengan demikian pengawas operasional
perlu memahami mengenai dasar-dasar terhadap

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 7


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

keselamatan dan kesehatan kerja serta keselamatan


operasi pertambangan yang merupakan pijakan dalam
mengimplementasikan keselamatan pertambangan.
Dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja serta
keselamatan operasi merupakan pemahaman utama bagi
para pengawas operasional pertama dalam rangka
menerapkan sistem keselamatan pertambangan.

B. DESKRIPSI MATERI
Dalam mata pelajaran ini akan dibahas mengenaidasar-
dasar keselamatan dan kesehatan kerja, serta dasar-dasar
keselamatan operasi.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, peserta
diharapkan mampu memahami mengenai dasar-dasar
keselamatan dan kesehatan kerja, serta dasar-dasar
keselamatan operasi.

D. MATERI POKOK
1. Keselamatan Pertambangan
a. Filosofi dan konsep dasar keselamatan
pertambangan
b. Prinsip-prinsip K-3 dan KO pertambangan
c. Statistik kecelakaan
d. Kecelakaan tambang

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 8


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

e. Kejadian Berbahaya
f. Penyebab kecelakaan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Penggunaan APD
b. Jenis dan Fungsi APD
c. Syarat-syarat APD
3. Teori Kebakaran
a. Maksud dan tujuan penggolongan api
b. Teori segi tiga api (fire triangle)
c. Alat deteksi api
d. Tata cara pelaporan kebakaran
4. Program Pembinaan/ Penyuluhan K3 dan KO

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 9


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB II
KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Indikator Keberhasilan:
Dapat menjelaskan lingkup-lingkup terkait keselamatan
pertambangan, yang meliputi:
 Prinsip K3 dan KO
 Kecelakaan tambang berikut penyebabnya
 Kejadian berbahaya

A. Filosofi dan Konsep Dasar Keselamatan Pertambangan


Filosofi kecelakaan merupakan sesuatu yang tidak
diinginkan, tidak diduga, menimpa siapa saja dan kapan
saja dan dimana saja.
Keselamatan adalah sesuatu usaha untuk bekerja dalam
kondisi yang aman, produksi tercapai tanpa adanya suatu
kecelakaan.

B. Prinsip-prinsip K-3 dan KO Pertambangan


Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja serta keselamatan
operasi pertambangan antara lain:

1. Bekerja dengan aman dan selamat merupakan


persyaratan utama dalam bekerja;

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 10


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

2. Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


dicegah;
3. K-3 adalah tanggung jawab seluruh karyawan;
4. Manajemen lini bertanggung jawab untuk mensupervisi
dan melatih pekerja untuk bekerja aman;
5. Mencegah kecelakaan dan terjadinya hampir celaka di
tempat kerja berperan dalam keberhasilan kegiatan
usaha pertambangan;
6. Kesadaran K-3 adalah sikap waspada terhadap yang
sedang di kerjakan dan apa yang terjadi di sekitar
pekerja.

C. Statistik Tambang
Tujuan dan Manfaat Statistik Kecelakaaan :
Adalah sebagai tolak ukur pengukuran kinerja K3 dan KO
kegiatan pertambangan. Dimana bila tidak terjadi
kecelakaan, maka statistik kecelakaan dinilai berhasil,
begitu juga sebaliknya/

Jenis statistik kecelakaan tambang berdasarkan tingkat


kecelakaan yang terjadi di perusahaan, adalah sebagai
berikut:
 Tingkat kekerapan kecelakaan (Frequency Rate = FR)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛
× 1.000.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

 Tingkat keparahan (Severity Rate = SR)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 11


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔


× 1.000.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

 Indeks kecelakaan = I = FR x SR

D. Kecelakaan Tambang
Kecelakaan terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Kejadian (Incident) adalah suatu kejadian yang dapat
membahayakan manusia atau terhambatnya produksi,
hampir terjadi kecelakaan. Incident dapat menurunkan
efisiensi dari kegiatan produksi, seperti :
 Bench yang longsor
 Mesin pengangkat roboh atau terbalik
 Gedung atau bangunan roboh
2. Kecelakaan (Accident) adalah suatu peristiwa yang
tidak diinginkan, terjadi dengan tiba-tiba, tidak
direncanakan, tidak terkendali yang disebabkan oleh
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang
mengakibatkan luka fisik seseorang atau kerusakan
peralatan serta terganggunya kegiatan.
a. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
pada pekerja/karyawan suatu perusahaan karena
adanya hubungan kerja.
b. Kecelakaan tambang adalah kecelakaan kerja
yang sesuai dengan Kepmen PE. Nomor

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 12


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

555K/26/MPE/1955 Pasal 39, adapun kriteria


kecelakaan tambang harus memenuhi persyaratan:
 Kecelakaan benar terjadi;
 Kecelakaan mengakibatkan cidera pekerja
tambang atau seseorang yang diizinkan oleh
kepala teknik tambang;
 Kecelakaan terjadi akibat kegiatan
pertambangan;
 Kecelakaan terjadi dalam wilayah
pertambangan (KP/KK/PKP2B);
 Kecelakaan terjadi pada jam kerja.

Jadi hubungan kedua pengertian kecelakaan tersebut


diatas, adalah sbb :
- Kecelakaan tambang bisa masuk dlm kategori
kecelakaan tambang.
- Kecelakaan Kerja belum tentu sbg kecelakaan
tambang tetapi termasuk dalam kategori kejadian
(incident).

E. Kejadian Berbahaya :
Pengertian kejadian berbahaya mengacu pada Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 K/26/MPE/1995
tentang K3 Pertambangan Umum adalah sebagai berikut:

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 13


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

1. Kejadian berbahaya pada tambang terbuka, kapal keruk


pertambangan dan pemboran adalah sebagai berikut
(pasal 44):
a. mesin pengangkat roboh, terbalik atau rusak
sewaktu mengangkat beban
b. tabung bertekanan meledak, rusak, atau pecah
2. Kejadian berbahaya yang berhubungan dengan
kegiatan tambang terbuka, tambang bawah tanah,
tambang kapal keruk dan kegiatan lain, antara lain
(pasal 45):
a. ledakan gas tambang bawah tanah
b. kebakaran tambang bawah tanah
c. penyemburan gas bercampur batubara atau bahan
lainnya ke tempat kerja penambangan.

F. Penyebab Kecelakaan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan
tambang
Pada setiap kegiatan kerja di pertambangan terdapat
lima faktor yang saling berinteraksi yang bisa
merupakan sumber bahaya kecelakaan yang sering
disebut 4 M + 1 E yaitu:
a. Manusia (Man : pekerja, pengawas, pimpinan)
Apabila kurang kontrol, kurang peduli terhadap K3,
bisa melakukan tindakan tidak aman (unsafe act).
b. Peralatan (Machine)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 14


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

Apabila digunakan peralatan yang tidak sesuai, tidak


benar, dan tidak aman akan menyebabkan kondisi
tidak aman (unsafe condition).
c. Metoda (Method)
Apabila metoda kerja atau tata cara kerja yang tidak
sesuai, tidak benar atau tidak aman akan
menyebabkan kondisi tidak aman (unsafe condition).
d. Material (Material)
Material bisa mengakibatkan kecelakaan kerja dan
penyakit, akibat material yang panas, tajam, berat,
beracun yang menyebabkan kondisi tidak aman
(unsafe condition).
e. Lingkungan Kerja (Environment)
Lingkungan kerja bisa mengakibatkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja atau menyebabkan
kondisi tidak aman (unsafe condition) seperti
lingkungan yang panas, kering, berdebu, gelap, licin,
dsb.

2. Teori Penyebab Kecelakaan


Dari faktor-faktor penyebab kecelakaan tersebut di atas,
faktor manusia adalah faktor yg dominan. Hal ini
diterangkan dalam teori :
a. Teori Heinrich, yang terdiri :
1. TTA = 88%
2. KTA = 10%

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 15


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

3. Faktor Nasib (Diluar kemanpuan Manusia) =2%


b. Terori Dupont, yang terdiri :
1. TTA = 96%
2. Lain-lain = 4%
3. Penyebab Langsung Kecelakaan
Penyebab Langsung kecelakaan sesuai dengan teori
domino kecelakaan terdiri dari Kondisi Tidak Aman dan
Tindakan Tidak Aman
Penyebab tidak langsung terdiri dari dua faktor yaitu
kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman:
a. Kondisi Tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman merupakan kondisi yang tidak
sesuai dengan standar keselamatan, seperti:
1) Perkakas atau peralatan rusak
2) pengaman/pelindung mesin tidak lengkap
3) peringatan/rambu-rambu tidak lengkap
4) batu menggantung tidak digugurkan
5) penerangan kurang
6) kebisingan tinggi
7) ventilasi tidak memadai
8) temperatur rendah/tinggi
9) bagian benda/material yang tajam
10) berdebu/berasap
11) penyanggan tidak memadai

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 16


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

b. Tindakan tidak aman (unsafe act)


Tindakan tidak aman merupakan perilaku pekerja
yang tidak sesuai dengan standar keselamatan,
seperti:
1) mengoperasikan alat tanpa ijin
2) mengoperasikan alat diluar batas kecepatan
max
3) menggunakan alat yang tidak lengkap
4) menggunakan alat yang rusak
5) tidak memakai APD
6) merokok di tempat terlarang
7) bekerja dengan posisi tidak benar
8) bekerja di bawah pengaruh alkohol
9) penggunaan alat yang tidak tepat
10) terlalu memforsir tenaga
11) tidak mengikuti prosedur kerja
12) mengabaikan perintah/peraturan/larangan.

4. Biaya akibat kecelakaan tambang


Biaya kecelakaan tambang yang disebabkan
kecelakaan dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Biaya langsung
Biaya langsung ialah pembayaran berdasarkan
peraturan ganti kerugian atau asuransi dan biaya
pengobatan (askes).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 17


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

b. Biaya tidak langsung


Biaya tidak langsung, adalah biaya di samping biaya
yang telah dibicarakan terdahulu, antara lain adalah:
1) Biaya untuk upah yang dikeluarkan tanpa kerja
bagi pekerja yang tidak cidera
2) Biaya memperbaiki, mengganti atau
menguatkan kembali peralatan yang rusak
sewaktu terjadi kecelakaan
3) Biaya untuk pekerja yang cidera selama tidak
bekerja, selain dari biaya terasuransi
4) Biaya kerja lembur sehubungan dengan
penanggulangan kecelakaan
5) Biaya upah yang dibayar untuk para pengawas
dimana sewaktu-waktu disita disebabkan untuk
penyelidikan kecelakaan
6) Biaya upah sehubungan dengan berkurangnya
hasil kerja setelah korban dapat kembali
bekerja
7) Biaya latihan pekerja baru
8) Biaya yang tidak diasuransi yang ditanggung
oleh perusahaan
9) Biaya waktu oleh pengawas yang lebih tinggi
dan biaya administrasi sewaktu melakukan
penyelidikan kecelakaan dan pembuatan
laporan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 18


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

10) Bermacam-macam biaya tambahan atau biaya


khusus
11) Biaya penggantian produksi yang
terhenti/terganggu
Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan biasanya
disebut “Biaya Gunung Es”, artinya biaya langsung yaitu
bongkahan gunung es yang terlihat diatas permukaan
laut, sedang biaya tak langsung yaitu bongkahan
gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang
nilainya jauh lebih besar.

G. Latihan
1. Jelakan prinsip K3 dan KO dalam pertambangan!
2. Jelakan perhitungan statistik kecelakaan tambang
berdasarkan tingkat kecelakaan!
3. Jelakan faktor yang menjadi sumber terjadinya
kecelakaan tambang!
4. Jelaskan mengenai biaya kecelakaan tambang!

H. Rangkuman
1. Statistik kecelakaan tambang berdasarkan tingkat
kecelakaan terdiri atas Tingkat kekerapan kecelakaan
(Frequency Rate = FR), Tingkat keparahan (Severity
Rate = SR), dan Indeks kecelakaan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 19


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

2. Kecelakaan terdiri atas 4 (empat) jenis, yaitu kejadian


(incident), kecelakaan (accident), kecelakaan kerja, dan
kecelakaan tambang.
3. Lima faktor yang saling berinteraksi yang bisa
merupakan sumber bahaya kecelakaan sering disebut 4
M + 1 E yaitu manusia (man), peralatan (machine),
metode (method), material (material), lingkungan kerja
(environment).
4. Kondisi tidak aman merupakan kondisi yang tidak
sesuai dengan standar keselamatan.
5. Tindakan tidak aman merupakan perilaku pekerja yang
tidak sesuai dengan standar keselamatan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 20


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB III
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Indikator Keberhasilan:
Dapat menjelaskan mengenai penggunaan, jenis-jenis
serta syarat-syarat dari APD.

A. Penggunaan APD
APD dipilih sebagai suatu langkah terakhir dalam
pengendalian bahaya.Pengandalian ini tidak efektif karena
ditujukan kepada pekerja dan bukan kepada hazard-nya.
Oleh karena itu, kesadaran pekerja menjadi salah satu hal
yang perlu diperhatikan mengingat mengatur pekerja lebih
sulit dibandingkan mengatur peralatan atau permesinan.
Pengendalian ini juga hanya berlaku perorangan, sehingga
semua pekerja harus menggunakan APD secara tepat.
APD yang digunakan pun harus sesuai standard.APD juga
dimanfaatkan untuk pengendalian bahaya tingkat pendek
(short-term exposure). Sebagai contoh pada suatu daerah
yang tingkat kebisingannya tinggi, dimana pekerja/
operator harus memasuki daerah tersebut untuk waktu
sesaat, alat pelindung telinga yang sesuai harus dipakai.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 21


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

B. Jenis dan Fungsi APD


Jenis-jenis APD dan bagian yang dilindungi adalah sebagai
berikut:
1. Safety Helmet : Kepala
2. Face shield : Muka
3. Safety glass/goggles : Mata
4. Ear plug/ear muff : Telinga
5. Safety gloves : Tangan
6. Safety shoes : Kaki
7. Apron : Tubuh

C. Syarat-syarat APD
Untuk dapat dipergunakan APD harus memenuhi berbagai
persyaratan sebagai berikut:
1. Enak dipakai
2. Melindungi sesuai fungsinya
3. Sesuai dengan standar
4. Jumlah kebutuhan APD

D. Latihan
1. Sebutkan jenis APD berikut fungsinya!
2. Sebutkan syarat-syarat yang harus ada dalam APD!

E. Rangkuman
1. APD dipilih sebagai suatu langkah terakhir dalam
pengendalian bahaya, pengendalian ini dianggap tidak

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 22


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

efektif karena ditujukan kepada pekerja dan bukan


kepada hazard-nya.
2. Jenis-jenis APD meliputi safety helmet, face shield,
safety glass/goggles, ear plug/ear muff, safety
gloves, safety shoes, dan apron.
3. Syarat-syarat APD adalah enak dipakai, melindungi
sesuai fungsinya, sesuai dengan standar, jumlah
kebutuhan APD.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 23


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB IV
TEORI KEBAKARAN

Indikator Keberhasilan:
Dapat menjelaskan hal-hal terkait dengan kebakaran, yang
meliputi:
 maksud dan tujuan penggolongan
 definisi api, teori segitiga api, bagian-bagian api
 jenis-jenis alat deteksi api
 klasifikasi pemadam api
 tindakan pengendalian

A. Maksud dan Tujuan Penggolongan Api


Maksud dan tujuan dari penggolongan api adalah untuk
mengetahui :
1. Klasifikasi Api, yang terdiri atas : A, B, C dan D
2. Sumber api dari masing –masing klasifikasi tersebut
3. Bahan Pemadam yang sesuai dengan klasifikasi te
rsebut

B. Teori Segitiga Api (Fire Triangle)


Kebakaran akan terjadi adanya 3 komponen yang saling
terkait yaitu :
1. Panas
2. Material
3. Oksigen

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 24


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

Untuk mencegah terjadinya kebakaran maka kita harus


memutuskan salah satu dari 3 siklus di atas

C. Alat deteksi api


Memadamkan api sedini mungkin adalah cara terbaik
untuk mencegah meluasnya api, untuk itu dipergunakan
alat deteksi api untuk mendeteksi adanya api sebelum api
meluas menjadi kebakaran. Berikut adalah jenis-jenis alat
deteksi api, yang terdiri dari:
1. Alat deteksi panas (Heat Detector)
Alat deteksi panas adalah detektor dengan batasan
suhu yang tetap dan detektor yang mendeteksi
peningkatan suhu secara seketika.
2. Alat deteksi uap (Smoke Detector)
Detektor asap akan bekerja bila ada asap mengenai
sensornya, berdasarkan prinsip kerjanya dibagi
menjadi;
a. Photo ElectriC Detector
b. Ionisasi Detector
c. Resistance Bridge Detector
3. Alat Deteksi Nyala (Flame Detector)
Detektor nyala akan bekerja bila ada nyala yang dapat
ditangkap oleh sensor yang peka terhadap radiasi
yang tidak tampak oleh mata manusia, detektor nyala
ini peka terhadap bara kayu, arang batubara, dan
nyala-nyala yang lain.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 25


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

Jenis-jenis detektor nyala, yaitu:


1) Infra Red
2) Ultra Violet
3) Photo electric

D. Tata Cara Pelaporan Kebakaran


Dalam melakukan laporan adanya kebakaran hal-hal yang
harus diperhatikan adalah meliputi tersebut dibawah ini:
1. Emergency Call
Adalah telp atau nomer tilpon tertentu yang telah
ditentukan oleh manajemen yg berguna untuk
dihubungi apabila terjadi kebakaran
2. Lokasi kebakaran
Lokasi kebakaran perlu disebutkan dalam laporan
agar team pemadam kebakaran dapat
mempersiapkan langkah-langkah penmadaman yg
tepat
3. Apa yang terbakar
Apa yg terbakar hrs disebutkan sehingga team
kebakaran dapat menentukan material jenis apa yang
akan dipakai dalam pemadaman
4. Potensi kerugian
Potensi kerugian perlu dilaporkan, hal ini berguna
untuk menentukan penanganan atau skala
prioritasnya
5. Jalur evakuasi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 26


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

Jalur evakuasi sangat diperlukan untuk kelancaran ke


arah mana pertolongan harus melewati, sehingga
penyelamatan kebakaran optimal
6. Titik tempat berkumpul
Penentuan titik berkumpul adalah sangat penting, hal
ini guna penyelamatan yang lebih terarah sehingga
mampu meminimalkan atau mencegah kerugian yg
tidak diinginkan

E. Latihan
1. Jelaskan teori segi tiga api!
2. Jelaskan mengenai jenis-jenis alat deteksi api!
3. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaporan kebakaran!

F. Rangkuman
1. Kebakaran akan terjadi adanya 3 komponen yang
saling terkait yaitu panas, material, dan oksigen;
2. jenis-jenis alat deteksi api meliputi Alat deteksi panas
(Heat Detector), Alat deteksi uap (Smoke Detector), dan
Alat Deteksi Nyala (Flame Detector);
3. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan
kebakaran meliputi emergency call, lokasi kebakaran,
apa yang terbakar, potensi kerugian, jalur evakuasi, dan
titik tempat berkumpul.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 27


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB V
PROGRAM PEMBINAAN/ PENYULUHAN K3 DAN KO

Indikator Keberhasilan
Dapat menjelaskan jenis-jenis program pembinaan/
penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja dan
keselamatan operasi.

A. Pembinaan K3 dan KO
Dalam rangka mencapai kondisi kerja, suasana kerja dan
lingkungan kerja yang aman yang diharapkan mampu
mencegah terjdinya kecelakaan pada kegiatan
pertambangan, maka perusahaan perlu membuat suatu
program pembinaan/ penyuluhan berkaitan dengan K3 dan
KO. Adapun jenis-jenis program pembinaan/ penyuluhan
tersebut, antara lain :
1. Pemberian pedoman
Pemberian pedoman kerja yang aman bagi bawahan,
misalnya:
a. Job Safety Analysis (JSA);
b. Prosedur Operasi Standar (SOP).
c. Penyediaan peralatan/ perlengkapan K-3.
2. Pemberian bimbingan
Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi,
misalnya:
a. Memberikan safety induction;

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 28


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

b. Melaksanakan inspeksi;
c. Kampanye k-3
d. Mengikuti pertemuan K-3;
e. Melaksanakan safety talk.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yang perlu dilakukan
diantaranya adalah:
1) Penanganan bahaya-bahaya di tempat kerja;
2) Cara kerja yang aman.

B. Latihan
1. Sebutkan contoh program pembinaan dalam
bentuk pemberian pedoman!
2. Sebutkan contoh program pembinaan dalam
bentuk pemberian bimbingan!
3. Sebutkan contoh program pembinaan dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan!

C. Rangkuman
1. Perusahaan perlu membuat suatu program
pembinaan/ penyuluhan K3 dan KO untuk
mencapai kondisi kerja, suasana kerja dan
lingkungan kerja yang aman.
2. Pemberian pedoman kerja dilakukan diantaranya
dengan JSA, SOP, penyediaan peralatan/
perlengkapan K-3;

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 29


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

3. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi,


diantaranya dapat dilakukan dengan safety
induction, Kampanye K3, safety talk.
4. Pendidikan dan pelatihan yang perlu dilakukan
diantaranya adalah penanganan bahaya-bahaya di
tempat kerja dan cara kerja yang aman.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 30


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

BAB VI
PENUTUP

Dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja serta


keselamatan operasi pertambangan merupakan pijakan
dalam mengimplementasikan keselamatan pertambangan.
Sebagai seorang Pengawas Operasional Pertama (POP)
pemahaman mengenai dasar-dasar keselamatan dan
kesehatan kerja serta keselamatan operasi merupakan hal
yang wajib dimiliki.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 31


POP [Dasar-Dasar K3 dan KO]

DAFTAR PUSTAKA

Kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum;

Kepmen ESDM No.1453.K/29/MEM/2000 tentang


Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum;

Kepdirjen GSDM No.0228.K/40/DJG/2003 tentang


Kompetensi Pengawas Operasional pada
Perusahaan Pertambangan Mineral Mineral dan
Batubara serta Panas Bumi;

David L. Goetsche, “Occupational Safety And Health in the


Age of High Technology For Technologist,
Engineers, and Managers”, Second Edition,
Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey
Columbus Ohio, 1993.

Strategic Management, Competitiveness and Globalization,


5th edition, Michael A. Hitt, R. Duanne Ireland,
Robert E. Hoskissns, USA, 2003;

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA 32

Anda mungkin juga menyukai