Anda di halaman 1dari 49

MODUL 7

PENGAWAS OPERASIONAL
MADYA

PELAKSANAAN
KONSERVASI PERTAMBANGAN

PUSDIKLAT
MINERAL DAN BATUBARA
2015
Hak Cipta :
Pada Pusdiklat Mineral dan Batubara
Cetakan 1 Tahun 2015

Dilarang mengutip sebagian ataupun

seluruh buku ini dalam bentuk apapun

tanpa izin dari penerbit

Pusdiklat Mineral dan Batubara

Jl. Jenderal Sudirman No. 623

Bandung 40211
SAMBUTAN

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Sub Sektor Mineral dan


Batubara yang dilaksanakan oleh Pusdiklat Mineral dan
Batubara merupakan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap baik aparatur
maupun tenaga industri. Salah satu alat bantu yang
menunjang efektivitas pelaksanaan diklat adalah
ketersediaan materi pembelajaran berupa modul diklat.
Modul diklat ini berisi bahasan subtansi materi yang
diajarkan secara lebih mendalam sehingga dapat
membantu peserta diklat dalam memahami dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang disampaikan
oleh tenaga pengajar. Karakteristik modul diklat bersifat
aplikatif berbeda dengan buku-buku teks yang digunakan
oleh para mahasiswa di perguruan tinggi.
Dengan demikian maka modul diklat dapat memenuhi
pengetahuan yang dibutuhkan dalam menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsinya, disamping itu modul
diklat juga dapat memudahkan fasilitator dalam
menyampaikan substansi materi diklat.

Bandung, Desember 2015


Kepala Badan Diklat
Energi dan Sumber Daya Mineral

Dr. Ir. Jajang Sukarna


Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas


Berkat dan Rahmat-Nya Modul Pengawas Operasional
Madya (Pelaksanaan Konservasi Pertambangan) dapat
terselesaikan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi yang


dimiliki oleh tenaga kerja dapat dilakukan melalui program
pendidikan dan pelatihan (diklat). Pelaksanaan program
diklat tersebut perlu didukung dengan ketersediaan materi
ajar yang berupa modul diklat. Modul diklat memiliki
peranan penting bagi peserta diklat dalam membantu
mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran yang disampaikan oleh tenaga pengajar.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan
untuk perbaikan modul di masa yang akan datang.

Bandung, Desember 2015

Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara

Agus Salim, S.H., M.H.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan ii


DAFTAR ISI

SAMBUTAN..........................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................v

DAFTAR TABEL................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................1

B. Deskripsi Singkat ......................................................2

C. Tujuan Pembelajaran ................................................3

D. Materi Pokok .............................................................3


BAB II PELAKSANAAN PENERAPAN KONSERVASI
MINERAL DAN BATUBARA DI LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN ..............................................................4
Indikator Keberhasilan : ...................................................4
A. Peraturan Mengenai Konservasi Mineral Dan
Batubara Di Lingkungan Pertambangan ...................4
B. Penerapan Peraturan Mengenai Konservasi Mineral
Dan Batubara Di Lingkungan Pertambangan ...........7

C. Prinsip-prinsip Konservasi Mineral dan Batubara ...14

D. Aspek-aspek Konservasi Mineral dan Batubara .....17

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan iii


E. Pelaksanaan Prinsip-prinsip Konservasi Mineral dan
Batubara ..................................................................29

F. Rangkuman .............................................................33

G. Latihan.....................................................................33

H. Evaluasi ...................................................................33
BAB III PENUTUP .............................................................35
A. Kesimpulan..............................................................35

B. Tindak Lanjut ...........................................................36


KUNCI JAWABAN .............................................................37
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................39
GLOSSARIUM...................................................................41

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Alir Pengawasan Konservasi pada


kegiatan Pertambangan........................................... 18

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan v


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Contoh Tabel Pendataan Sumberdaya dan


Cadangan.............................................................. 19
2.2 Contoh Tabel Pendataan Jumlah Komoditas
Yang Ditambang Dengan Hasil Survei Volume
Komoditas............................................................. 21
2.3 Contoh Tabel Pendataan Recovery
Pengangkutan....................................................... 22
2.4 Contoh Tabel Pendataan Recovery Pengolahan
Mineral.................................................................. 24
2.5 Contoh Tabel Pendataan Recovery Pengolahan
Batu bara............................................................... 24
2.6 Contoh Tabel mineral ikutan dan/atau mineral
lain......................................................................... 26
2.7 Contoh Tabel Pendataan Sumber daya,
Cadangan dan Cadangan tidak tertambang.......... 27
2.8 Contoh Tabel Pendataan Karakteristik Material
Hasil Pengolahan.................................................. 28

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan vi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, sumber daya mineral dan batubara
adalah salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Tidak dapat diperbaharui bukan berarti
tidak dapat diciptakan kembali, tetapi perlu waktu yang
lama (jutaan tahun) untuk terbentuk kembali. Dewasa
ini, eksploitasi sumber daya mineral dan batubara
secara besar-besaran, Pengelolaan sumber daya alam
di sector pertambanga perlu dan harus mengusahakan
pemanfaatan sumber daya yang efisien demi
terciptanya ketahanan energy suatu negara melalui
upaya konservasi dalam eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya yang tak terbarukan khususnya dalam
sector pertambangan. Menurut kamus besar bahasa
indonesia, Konservasi adalah pemeliharaan dan
perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah
kerusakan dan kemusnahan dengan jalan
mengawetkan; pengawetan; pelestarian. Konservasi
sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya
alam (hayati) dengan pemanfaatannya secara
bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaan
Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 1
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai dan keragamannya.

Pengelolaan sumber daya mineral harus


mengutamakan prinsip konservasi. Segala bentuk
pemborosan sumberdaya mineral harus dihindari.
Dengan mengedepankan prinsip konservasi artinya
menghindari terbuangnya mineral secara percuma
(rudenden) dan memberikan jaminan usia
pemanfaatan sumberdaya yang lebih lama.

Modul konservasi mineral dan batubara ini disusun


dengan tujuan agar para peserta diklat memahami
beberapa hal yang terkait dengan kegiatan konservasi
mineral dan batubara, baik dari sudut pandang
peraturan perundang-undangan, kewajiban
pemerintahan pengusaha maupun penerapan
peraturan perundang-undangan mengenai konservasi
mineral dan batubara.

B. Deskripsi Singkat
Dalam modul ini peserta diklat akan mempelajari
peraturan yang terkait dengan kegiatan konservasi,
peraturan perundang-undangan mengenai konservasi
mineral dan batubara, kewajiban perusahaan dan

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 2


Pemerintah/Pemerintah daerah dalam hal penerapan
konservasi mineral dan batubara.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat
diharapkan memahami beberapa hal penting yang
terkait dengan kegiatan konservasi mineral dan
batubara diantaranya peraturan, kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan serta lingkup
pengawasan konservasi yang dilakukan oleh
pemerintah.

D. Materi Pokok
1. Pelaksanaan Penerapan Konservasi Mineral Dan
Batubara Di Lingkungan Pertambangan
a) Peraturan Konservasi Mineral dan Batubara di
Lingkungan Pertambangan
b) Penerapan Peraturan Mengenai Konservasi
Mineral dan Batu Bara di Lingkungan
Pertambangan
c) Prinsip-prinsip Konservasi Mineral dan Batu
Bara
d) Aspek-aspek Konservasi Mineral dan Batu
Bara
e) Pelaksanaan Prinsip-prinsip Konservasi
Mineral dan Batu Bara

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 3


BAB II
PELAKSANAAN PENERAPAN KONSERVASI MINERAL
DAN BATUBARA DI LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat diharapkan
dapat:
a. Menjelaskan peraturan perundang-undangan terkait
konservasi mineral dan batubara
b. Menerapkan peraturan konservasi mineral dan batubara
pada kegiatan pertambangan
c. Menjelaskan prinsip konservasi mineral dan batubara
d. Menjelaskan aspek-aspek dalam konservasi mineral
dan batubara
e. Melaksanakan prinsip konservasi mineral dan batubara
pada kegiatan pertambangan

A. Peraturan Mengenai Konservasi Mineral Dan


Batubara Di Lingkungan Pertambangan
peraturan perundang-undangan terkait konservasi
mineral dan batubara, antara lain:
1. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 4


UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
a) Pasal 2 huruf a dan d:
Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola
berasaskan: manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
b) Pasal 6 ayat (1) huruf k:
Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara, antara lain:
penetapan kebijakan produksi, pemasaran,
pemanfaatan, dan konservasi.
c) Pasal 39 ayat (2) huruf s, Pasal 79 huruf s:
IUP Eksplorasi/Operasi Produksi meliputi kegiatan
konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian serta pengangkutan dan penjualan
memuat sekurang-kurangnya konservasi mineral
atau batubara
d) Pasal 96 huruf d:
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang
baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan
upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
e) Pasal 141 ayat (1) huruf e:
Pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan, antara lain, berupa konservasi
sumber daya mineral dan batubara

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 5


2. PP No. 55 tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Pasal 25: Pengawasan konservasi sumberdaya
mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf e paling sedikit meliputi:
a) Recovery penambangan dan pengolahan;
b) pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal;
c) pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara
kualitas rendah dan mineral kadar rendah;
d) pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral
ikutan;
e) pendataan sumber daya serta cadangan mineral
dan batubara yang tidak tertambang; dan
f) pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan
dan pemurnian.

3. PP No. 78 Th 2010 Tentang Reklamasi dan


pascatambang
Pasal 3 ayat (2): Pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang oleh pemegang IUP Operasi Produksi
dan IUPK Operasi Produksi wajib memenuhi prinsip:
a) perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan;
b) keselamatan dan kesehatan kerja; dan

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 6


c) konservasi mineral dan batubara.

B. Penerapan Peraturan Mengenai Konservasi


Mineral Dan Batubara Di Lingkungan
Pertambangan
Hal-hal penting terkait penerapan aspek konservasi
mineral dan batubara pada kegiatan pertambangan
1. Penetapan sumberdaya dan cadangan
a) SNI 4726:2011 untuk Mineral
b) SNI 5015:2011 untuk Batubara
c) Sesuai dengan SNI tersebut maka klasifikasi
sumberdaya (Resources) terbagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1) Tereka (Inferred)
2) Terunjuk (Indicated)
3) Terukur (Measured)
d) Klasifikasi sumberdaya Tereka hingga Terukur,
maka tingkat keyakinan geologinya makin
tinggi/makin akurat, karena intensitas
informasinya makin rapat/banyak
e) Penentuan jumlah minimum intensitas
informasi ditentukan sesuai dengan
kompleksitas geologi sumberdaya tersebut
berada
f) Sesuai dengan SNI tersebut maka klasifikasi
cadangan (Reserve) terbagi menjadi dua
bagian yaitu:

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 7


1) Terkira (Probable)
2) Terbukti (Proven)
Cadangan terkira terdiri dari bagian sumberdaya
tertunjuk dan terukur, sedangkan cadangan terkira
hanya merupakan bagian dari sumberdaya terukur

2. Recovery Penambangan, Pengangkutan dan


Pengolahan
a) Recovery Penambangan
Mengamati dan mengevaluasi apakah Recovery
yang dicapai dalam kegiatan ini telah sesuai
rencana semula, dengan cara membandingkan
jumlah produksi yang tergali dengan cadangan
yang tersedia untuk blok penambangan tertentu
selama periode waktu tertentu serta apakah
seluruh cadangan (dalam blok) telah digali.
Recovery penambangan diupayakan minimum
mencapai 85%. Semakin besar angka Recovery
penambangan maka semakin efektif
penambangannya.
Metode perhitungan Recovery penambangan
yang biasa digunakan, yaitu:
1) In-situ model dengan aktual data ditambang
(Insitu Model – Actual Mined)
Metode ini membandingkan In-situ Model
(Geological Model) dengan komoditas yang

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 8


ditambang berdasarkan perhitungan truk
(truck account/ dispatch).
2) Data Survey vs Actual data ditambang
Metode ini membandingkan jumlah
komoditas yang ditambang dengan hasil
survei volume komoditas.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengurangi
hilangnya komoditas tambang sehingga akan
meningkatkan Recovery penambangan, yaitu:
1) Perhitungan cadangan komoditas sesuai
dengan geology model yang terbaru serta
penentuan density yang tepat.
2) Mempersiapkan lokasi pemboran dan
peledakan yang ideal
3) Melakukan pemboran sesuai dengan target
kedalaman yang sesuai, dan dilakukan
inspeksi terhadap hasil pemboran untuk
menghindari tertembusnya komoditas
4) Penggalian lapisan tanah penutup
menggunakan alat gali yang sesuai, batas
penggalian terpasang.
5) Pembersihan (clean up) menggunakan alat
yang sesuai.
6) Penambangan batubara menggunakan alat
gali yang sesuai, pengisian muatan

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 9


diperhatikan, tidak ada batubara yang
tertinggal saat menambang.

b) Recovery pengangkutan
Mengamati dan mengevaluasi apakah Recovery
yang dicapai dalam kegiatan ini telah sesuai
rencana semula, dengan cara membandingkan
jumlah mineral dan batubara yang di kapalkan
dengan jumlah mineral dan batubara yang
diangkut dari front penambangan selama
periode waktu tertentu.
Dalam proses pengangkutan ini kehilangan
(loss) maksimal sebesar 1%.
Prosedur perhitungan Recovery pengangkutan
dilakukan dengan cara berikut :
Selama pengangkutan, upaya-upaya yang
dilakukan dalam mengurangi hilangnya
komoditas tambang sehingga akan
meningkatkan Recovery pengangkutan, yaitu:
1) Menjalankan alat angkut tidak over speed
2) Mendesain jalan tambang yang tidak curam
3) Muatan pada alat angkut diupayakan tidak
overload

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 10


c) Recovery Pengolahan
Mengamati dan mengevaluasi apakah Recovery
yang dicapai dalam kegiatan ini telah sesuai
rencana semula, yaitu dengan cara
membandingkan jumlah mineral/batubara yang
yang dihasilkan dalam proses pengolahan
dengan jumlah batubara atau mineral yang
masuk dalam pengolahan selama periode waktu
tertentu
Recovery pengolahan diupayakan minimum
mencapai 95%.

3. Pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Cadangan


Marginal
a) Menentukan klasifikasi cadangan marginal,
sehingga apabila sewaktu-waktu kondisi teknis
dan ekonomis memungkinkan dapat
ditingkatkan menjadi cadangan untuk
selanjutnya ditambang
b) Melakukan pendataan cadangan marginal;
c) Melakukan pengelolaan cadangan marginal;

4. Pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Batubara


Kualitas Rendah Dan Mineral Kadar Rendah
a) Melakukan pendataan terhadap
mineral/batubara kadar rendah sekurang-

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 11


kurangnya meliputi penyebaran, jumlah dan
kadar;
b) Mengamankan dan menempatkan mineral
kadar rendah yang ikut tergali di suatu lokasi
tertentu
c) Melaporkan data mineral/batubara kadar
rendah kepada Pemerintah

5. Pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Mineral


Ikutan
a) Melakukan pendataan mineral ikutan dan/atau
mineral lain serta produk samping hasil proses
pengolahan dan pemurnian
b) Mengupayakan agar mineral ikutan dan/atau
mineral lainnya serta produk samping dapat
dimanfaatkan
c) Melaporkan data mineral ikutan dan/atau
mineral lain serta produk samping hasil proses
kepada Pemerintah

6. Pendataan Sumber Daya serta Cadangan


Mineral dan Batubara Yang Tidak Tertambang
Menambang atau mengambil semua cadangan
mineral dan batubara pada suatu lokasi tambang
yang telah disetujui oleh Pemerintah

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 12


Jika cadangan mineral dan batubara tersebut tidak
dapat habis ditambang karena faktor teknis,
ekonomis, sosial, dan hukum maka pemegang IUP
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi harus
mendata cadangan tidak tertambang tersebut dan
wajib dilaporkan kepada pemerintah.

7. Pendataan dan Pengelolaan Sisa Hasil


Pengolahan Dan Pemurnian
a) Menganalisis sisa hasil pengolahan dan
pemurnian sekurang-kurangnya setiap triwulan
b) Melakukan pendataan kualitas dan kuantitas
sisa hasil pengolahan dan pemurnian
c) Melaporkan kualitas dan kuantitas sisa hasil
pengolahan dan pemurnian kepada Pemerintah
Manfaat dari penggelolaan mineral atau batubara
kadar rendah/marginal diatas diantaranya untuk
melakukan pencampuran (Blending)
Pencampuran (Blending) adalah penggabungan
dua atau lebih jenis mineral atau batubara yang
berbeda (rendah dan tinggi) untuk mendapatkan
spesifikasi mineral atau batubara tertentu sesuai
dengan permintaan pabrik pengolah atau
pasar/konsumen.
Tujuan pencampuran batubara antara lain :

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 13


a) Berdasarkan fakta yang ada, konsumen
batubara tidak boleh tergantung pada satu
sumber pasokan, supaya operasi tidak
terganggu
b) Perlu pasokan batubara dari sumber yang
berbeda yang biasanya mempunyai kualitas
yang berbeda-beda dari antara satu pasokan
dengan pasokan lainnya
c) Untuk memperoleh kualitas batubara yang
homogen dan konsistens sesuai dengan syarat
mutu yang berlaku.

∑ ( ∗ )
=

Dengan
Qd : Kualitas mineral atau batubara yang
dihasilkan
Qi : Kualitas mineral atau batubara yang
diblending
Wi : Berat mineral atau batubara yang
diblending

C. Prinsip-prinsip Konservasi Mineral dan Batubara


prinsip-prinsip konservasi mineral dan batubara, meliputi:
1. optimalisasi penambangan (sop Recovery
penambangan)

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 14


2. peggunaan metode dan teknologi pengolahan
dan/atau pemurnian yang efektif dan efisien
3. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marjinal, mineral kadar rendah, dan mineral ikutan
serta batubara kualitas rendah; dan
4. pendataan sumber daya serta cadangan minerba
yang tidak tertambang serta sisa pengolahan
dan/atau pemurnian

Pengelolaan mineral dan batubara seharusnya dapat


menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sebagai
sumber daya alam dan kelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk pembangunan berkelanjutan. Peranan pemerintah
dalam perumusan kebijakan, pengawasan dan pengelolaan
mineral dan batubara semakin dituntut terutama untuk
meningkatkan pendapatan negara melalui mekanisme
pajak, retribusi dan bagi hasil yang jelas dan adil serta
perlindungan dari bencana ekologis.
Dalam penambangan mineral dan batubara, Recovery
penambangan mempunyai peranan penting untuk
menentukan kinerja dan keberhasilan kegiatan
penambangan. Atau dengan kata lain bahwa penambangan
yang baik adalah penambangan yang mampu menambang
cadangan layak tambang secara optimal pada tingkat
Recovery penambangan yang optimal pula.
Dalam penghitungan dan penetapan Recovery

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 15


penambangan selain mempertim- bangkan aspek ekonomi
dan teknis juga harus mempertimbangkan aspek
konservasi. Namun pada kenyataannya masih terdapat
pengusahaan mineral dan batubara yang belum
menerapkan prinsip konservasi dalam melaksanakan
kegiatan penambangan sehingga negara dirugikan. Oleh
karena itu, dalam rangka penerapan konservasi mineral dan
batubara perlu dilakukan pengawasan Recovery
penambangan.
Pengawasan Recovery penambangan dilaksanakan
terhadap usaha pertambangan pemegang IUP atau PUP
atau IPR, meliputi pengawasan administrasi dan teknis,
untuk setiap periode tertentu kegiatan penambangan yang
dilakukan.
Upaya konservasi harus diterapkan dari mulai kegiatan
eksplorasi sampai dengan eksploitasi sumberdaya mineral
dan batubara. Dalam kegiatan eksplorasi sumberdaya
mineral dan batubara, upaya konservasi dapat dilaksanakan
dalam bentuk pengarsipan data-data hasil eksplorasi
sumberdaya mineral dan batubara. Sehingga, jika memang
data-data hasil eksplorasi yang diperoleh itu
menguntungkan dan memnuhi persyaratan untuk dilakukan
langkah penambangan selanjutnya bisa langsung
dilaksanakan. Sekalipun terhitung masih belum ekonomis
untuk ditambang, jika data sudah di arsipkan, pada suatu
saat nanti ketika memang sumber daya tersebut sudah

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 16


ekonomis/layak untuk ditambang, tidak perlu lagi memulai
kegiatan eksplorasi dari awal, cukup melanjutkan kegiatan
eksplorasi pada langkah selanjutnya yang lebih detail.
Selain dilakukan pengarsipan data baik oleh pemerintah
maupun perusahaan, penerapan konservasi dalam kegiatan
eksplorasi dalam eksplorasi juga dapat dalam bentuk
efisiensi dan efektifitas dalam pengambilan data. Kegiatan-
kegiatan eksplorasi yang dilakukan disetiap daerah tentunya
bisa jadi terdapat kemungkinan keterdapatan sumber daya
mineral yang berbeda-beda yang masih
layak/menguntungkan untuk ditambang/suatu saat untuk
ditambang tapi yang pasti, dalam melakukan kegiatan
eksplorasi objek yang dieksplor tidak hanya terfokus pada
satu komoditas saja, tapi juga memperhatikan keberadaan
komoditas lain yang mungkin juga ada dalam suatu daerah
yang sedang dieksplorasi. Sehingga tidak terjadi
dilakukannya kegiatan eksplorasi di tempat yang sama
hanya untuk mencari kemungkinan keberadaan suau
komoditas yang berbeda.

D. Aspek-aspek Konservasi Mineral dan Batubara


Aspek-aspek dalam konservasi mineral dan batubara
yang meliputi:
1. Recovery penambangan dan pengolahan
2. Pengolahan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 17


3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas
rendah dan mineral kadar rendah
4. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan
5. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan
batubara yang tidak tertambang
6. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan
dan pemurnian.

Pengawasan konservasi dilaksanakan sejak mulai


eksplorasi hingga pasca tambang, seperti disajikan dalam
diagram alir berikut ini.

Gambar 2.1

Diagram Alir Pengawasan Konservasi pada


kegiatan Pertambangan

Dari diagram alir diatas, maka penerapan konservasi


tersebut dapat dicapai dengan cara menyeimbangkan
antara arah anak panah warna hijau ke kanan (produksi)

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 18


dengan arah anak panah warna merah dan kuning ke kiri
(proses pembentukan cadangan), sehingga diperoleh rasio
antara cadangan terhadap produksi (umur tambang) yang
relative konstan. Di sinilah titik penting konservasi, yaitu
pemilihan antara produksi besar dengan umur tambang
singkat ataupun produksi kecil namun umur tambang
panjang.

Lingkup pengawasan terkait pelaporan perubahan


sumberdaya dan cadangan (peningkatan, pengurangan,
estimasi umur tambang) serta potensi mineral lain dan
mineral ikutan.

Tabel 2.1
Contoh Tabel Pendataan Sumberdaya dan Cadangan

Recovery Penambangan, Pengangkutan dan


Pengolahan
1. Recovery Penambangan:
Mengamati dan mengevaluasi apakah Recovery yang
dicapai dalam kegiatan ini telah sesuai rencana semula,

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 19


dengan cara membandingkan jumlah produksi yang
tergali dengan cadangan yang tersedia untuk blok
penambangan tertentu selama periode waktu tertentu
serta apakah seluruh cadangan (dalam blok) telah digali.
Recovery penambangan diupayakan minimum
mencapai 85%. Semakin besar angka Recovery
penambangan maka semakin efektif penambangannya.
Metode perhitungan Recovery penambangan yang biasa
digunakan, yaitu:
1) In-situ model dengan aktual data ditambang (Insitu
Model – Actual Mined)
Metode ini membandingkan In-situ Model
(Geological Model) dengan komoditas yang
ditambang berdasarkan perhitungan truk (truck
account/ dispatch).
2) Data Survey vs Actual data ditambang
Metode ini membandingkan jumlah komoditas yang
ditambang dengan hasil survei volume komoditas.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 20


Tabel 2.2
Contoh Tabel Pendataan Jumlah Komoditas Yang
Ditambang Dengan Hasil Survei Volume Komoditas

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengurangi


hilangnya komoditas tambang sehingga akan
meningkatkan Recovery penambangan, yaitu:
1) Perhitungan cadangan komoditas sesuai dengan
geology model yang terbaru serta penentuan
density yang tepat.
2) Mempersiapkan lokasi pemboran dan peledakan
yang ideal
3) Melakukan pemboran sesuai dengan target
kedalaman yang sesuai, dan dilakukan inspeksi
terhadap hasil pemboran untuk menghindari
tertembusnya komoditas
4) Penggalian lapisan tanah penutup menggunakan
alat gali yang sesuai, batas penggalian terpasang.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 21


5) Pembersihan (clean up) menggunakan alat yang
sesuai.
6) Penambangan batubara menggunakan alat gali
yang sesuai, pengisian muatan diperhatikan, tidak
ada batubara yang tertinggal saat menambang.

2. Recovery pengangkutan :
Mengamati dan mengevaluasi apakah Recovery
yang dicapai dalam kegiatan ini telah sesuai
rencana semula, dengan cara membandingkan
jumlah bahan galian yang di kapalkan dengan
jumlah bahan galian yang diangkut dari front
penambangan selama periode waktu tertentu.
Dalam proses pengangkutan ini kehilangan (loss)
maksimal sebesar 1%.

Tabel 2.3
Contoh Tabel Pendataan Recovery Pengangkutan

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 22


Prosedur perhitungan Recovery pengangkutan
dilakukan dengan cara berikut :
1) Mengukur tonage awal stockpile (A)
2) Mencatat penimbangan batubara yang
diangkut (B)
3) Melakukan pengukuran survey di kapal atau
tongkang pada saat shipment (C)
4) Menghitung selisih tonage penimbangan
dengan pengukuran survey (D = B – C)
5) Menjumlahkan tonage awal stockpile dengan
selisih tonage antara penimbangan dengan
hasil survey (E = D +A)
6) Mengukur volume akhir stockpile (F ,
berdasarkan hasil pengukuran)
7) Menghitung selisih antara E dan F ( G = E-F)
8) Recovery pengangkutan G = 100 *(1 + D/G)

Selama pengangkutan, upaya-upaya yang


dilakukan dalam mengurangi hilangnya komoditas
tambang sehingga akan meningkatkan Recovery
pengangkutan, yaitu:
1) Menjalankan alat angkut tidak over speed
2) Mendesain jalan tambang yang tidak curam
3) Muatan pada alat angkut diupayakan tidak
overload

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 23


3. Recovery Pengolahan:
Mengamati dan mengevaluasi apakah Recovery
yang dicapai dalam kegiatan ini telah sesuai
rencana semula, yaitu dengan cara
membandingkan jumlah mineral/batubara yang
yang dihasilkan dalam proses pengolahan dengan
jumlah batubara atau mineral yang masuk dalam
pengolahan selama periode waktu tertentu.

Tabel 2.4
Contoh Tabel Pendataan Recovery Pengolahan Mineral

Recovery pengolahan diupayakan minimum


mencapai 95%

Tabel 2.5
Contoh Tabel Pendataan Recovery Pengolahan Batu bara
Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 24
8. Pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Cadangan
Marginal
a) Menentukan klasifikasi cadangan marginal,
sehingga apabila sewaktu-waktu kondisi teknis
dan ekonomis memungkinkan dapat
ditingkatkan menjadi cadangan untuk
selanjutnya ditambang
b) Melakukan pendataan cadangan marginal;
c) Melakukan pengelolaan cadangan marginal;

9. Pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Batubara


Kualitas Rendah dan Mineral Kadar Rendah
a) Melakukan pendataan terhadap
mineral/batubara kadar rendah sekurang-
kurangnya meliputi penyebaran, jumlah dan
kadar;
b) Mengamankan dan menempatkan mineral
kadar rendah yang ikut tergali di suatu lokasi
tertentu
c) Melaporkan data mineral/batubara kadar
rendah kepada Pemerintah

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 25


10. Pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Mineral
Ikutan
a) Melakukan pendataan mineral ikutan dan/atau
mineral lain serta produk samping hasil proses
pengolahan dan pemurnian
b) Mengupayakan agar mineral ikutan dan/atau
mineral lainnya serta produk samping dapat
dimanfaatkan
c) Melaporkan data mineral ikutan dan/atau
mineral lain serta produk samping hasil proses
kepada Pemerintah

Tabel 2.6
Contoh Tabel mineral ikutan dan/atau mineral lain

11. Pendataan Sumber Daya serta Cadangan


Mineral dan Batubara yang Tidak Tertambang
Menambang atau mengambil semua cadangan
mineral dan batubara pada suatu lokasi tambang
yang telah disetujui oleh Pemerintah.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 26


Tabel 2.7
Contoh Tabel Pendataan Sumber daya, Cadangan dan
Cadangan tidak tertambang

Jika cadangan mineral dan batubara tersebut tidak


dapat habis ditambang karena faktor teknis,
ekonomis, sosial, dan hukum maka pemegang IUP
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi harus
mendata cadangan tidak tertambang tersebut dan
wajib dilaporkan kepada pemerintah.

12. Pendataan dan Pengelolaan Sisa Hasil


Pengolahan Dan Pemurnian
a) Menganalisis sisa hasil pengolahan dan
pemurnian sekurang-kurangnya setiap triwulan
b) Melakukan pendataan kualitas dan kuantitas
sisa hasil pengolahan dan pemurnian
c) Melaporkan kualitas dan kuantitas sisa hasil
pengolahan dan pemurnian kepada Pemerintah

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 27


Manfaat dari penggelolaan mineral atau batubara
kadar rendah/marginal diatas diantaranya untuk
melakukan pencampuran (Blending).

Tabel 2.8
Contoh Tabel Pendataan Karakteristik Material Hasil
Pengolahan

Pencampuran (Blending) adalah penggabungan


dua atau lebih jenis mineral atau batubara yang
berbeda (rendah dan tinggi) untuk mendapatkan
spesifikasi mineral atau batubara tertentu sesuai
dengan permintaan pabrik pengolah atau
pasar/konsumen.
Tujuan pencampuran batubara antara lain :
a) Berdasarkan fakta yang ada, konsumen
batubara tidak boleh tergantung pada satu
sumber pasokan, supaya operasi tidak
terganggu
b) Perlu pasokan batubara dari sumber yang
berbeda yang biasanya mempunyai kualitas

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 28


yang berbeda-beda dari antara satu pasokan
dengan pasokan lainnya
c) Untuk memperoleh kualitas batubara yang
homogen dan konsistens sesuai dengan syarat
mutu yang berlaku

∑ ( ∗ )
=

Dengan

Qd : Kualitas mineral atau batubara yang


dihasilkan

Qi : Kualitas mineral atau batubara yang


diblending

Wi : Berat mineral atau batubara yang


diblending

E. Pelaksanaan Prinsip-prinsip Konservasi Mineral


dan Batubara
Prinsip-prinsip dalam konservasi mineral dan batubara
dalam kegiatan:
1. Penambangan yang optimum
2. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan
pemurnian yang efektif dan efisien

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 29


3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal, mineral kadar rendah, dan mineral ikutan
serta batubara kualitas rendah
4. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral
dan batubara yang tidak tertambang serta sisa
pengolahan dan pemurnian

Pengawasan administratif dilakukan dengan menelaah,


melakukan perhitungan-perhitungan dan mengevaluasi
laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan yang dibuat oleh perusahaan tambang,
dengan tata cara sebagai berikut:
a) Periksa perizinan usaha pertambangan meliputi :
- nomor perizinan;
- masa berlaku;
- lokasi administratif dan geografis;
- luas usaha pertambangan;
- Apabila wilayah IUP bertumpang tindih dengan
kepentingan lain di 
bawah instansi lain (kehutanan,
perkebunan, dll ), maka pemegang IUP harus
menyertakan bukti rekomendasi dan persetujuan
dari instansi terkait;
- Semua perizinan/rekomendasi/persetujuan yang
berkaitan dengan IUP, harus dilampirkan dalam
laporan tahunan dan laporan akhir, termasuk
perpanjangan waktu dan wilayah penciutan.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 30


b) Periksa hasil studi kelayakan dan Rencana Kerja
Tahunan Teknis dan Lingkungan perusahaan terutama
yang menyangkut penetapan Recovery penambangan.
c) Periksa laporan Hasil Kegiatan Perusahaan, meliputi :
- Laporan kegiatan kemajuan eksploitasi bulanan,
triwulan dan tahunan 
secara berkala;
- Lampiran peta-peta antara lain: peta lokasi, peta
daerah prospek, peta 
geologi, peta topografi.
d) Periksa laporan produksi (tambang yang sudah
berjalan : bulanan, 
triwulan, tahunan, dll)

Dalam melakukan pemeriksaan di lapangan beberapa hala


yang harus diperhatikan:
1. Periksa hasil eksplorasi meliputi sebaran, kadar dan
kualitas bahan 
galian.
2. Periksa cadangan proven dan probable meliputi batas,
ukuran (geometri) 
dan kadar/kualitas.
3. Periksa rencana / desain penambangan, pada:
a) Tambang terbuka meliputi tata letak bukaan
tambang, ultimate pit slope, operational pit slope,
rencana penggalian/pengupasan tanah pucuk (soil)
dan lapisan/tanah penutup (overburden),
penambangan bahan galian, jalan tambang, waste
disposal area, tempat pengolahan, tempat
penimbunan bahan galian, tailing pond dan jadual

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 31


penambangan.
b) Tambang bawah tanah meliputi shaft, tunnel yang
sudah ada maupun yang direncanakan, stope,
batas cadangan yang akan ditambang, panel, pilar
(pillar), ore pass, dll
4. Periksa jumlah, kapasitas dan cara kerja peralatan
penambangan meliputi peralatan-peralatan:
pengupasan, pembongkaran atau penggalian, pemuatan
dan pengangkutan baik untuk tanah pucuk (top soil),
lapisan/tanah penutup (overburden) maupun produksi.
5. Periksa target dan realisasi produksi (tahunan, triwulan,
bulanan 
dan mingguan). Hitung dan catat realisasi
Recovery penambangan.
6. Periksa data dan cara penanganan produksi sampingan
(by 
product), bahan galian lain, mineral ikutan, bahan
galian tertinggal, 
bahan galian kadar marginal dan
bahan galian kadar rendah.
7. Apabila dipandang perlu, lakukan pemercontoan
terhadap: produk sampingan (by product), mineral ikutan
dan 
bahan galian tertinggal.
8. Periksa data dan cara penanganan cadangan yang
belum ditambang (pada saat penambangan masih
berlangsung) dan cadangan tersisa (remaining reserve)
pada saat sebagian atau seluruh blok penambangan
diakhiri.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 32


F. Rangkuman
Aspek-aspek dalam konservasi mineral dan batubara
yang meliputi Recovery penambangan dan pengolahan,
pengolahan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal,
pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas
rendah dan mineral kadar rendah, pengelolaan dan/atau
pemanfaatan mineral ikutan, pendataan sumber daya
serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang, pendataan dan pengelolaan sisa hasil
pengolahan dan pemurnian

G. Latihan
1. Jelaskan Upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengurangi loses penambangan agar dapat
meningkatkan Recovery penambangan!
2. Jelaskan kriteria penentuan cadangan marginal
endapan mineral dan batubara!
3. Jelaskan secara umum dua metode perhitungan
Recovery penambangan yang digunakan!!

H. Evaluasi
Diskusikanlah konsep cadangan marginal berdasarkan
gambar dibawah ini. Dimana letak cadangan marginal
dan apa alasannya!!

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 33


Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modul ini secara umum membahas peraturan konservasi
mineral dan batubara di lingkungan pertambangan,
penerapan peraturan mengenai konservasi mineral dan
batu bara di lingkungan pertambangan, prinsip-prinsip
konservasi mineral dan batu bara, aspek-aspek
konservasi mineral dan batu bara dan pelaksanaan
prinsip-prinsip konservasi mineral dan batu bara.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konservasi


mineral dan batubara antara lain :

1. Penetapan sumberdaya dan cadangan berdasarkan


SNI 4726:2011 untuk mineral dan SNI 5015:2011
untuk Batubara.
2. Recovery penambangan, pengangkutan dan
pengolahan.
Metode perhitungan Recovery menggunakan insitu
Model-Actual mined dan Data survey vs Actual data.
Dalam proses pengangkutan ini kehilangan (loss)
maksimal sebesar 1%. Sedangkan Recovery
pengolahan diupayakan minimum mencapai 95%
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal.
Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 35
4. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara
kualitas rendah.
5. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan
6. Pendataan sumberdaya serta cadangan
7. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan
dan pemurnian

Dalam pelaksanaannya, prinsip dalam konservasi


minerla dan batu bara diterapkan dalan hal :

1. Penambangan yang optimum


2. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan
pemurnian yang efektif dan efisien
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal, mineral kadar rendah, dan mineral ikutan
serta batubara kualitas rendah
4. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral
dan batubara yang tidak tertambang serta sisa
pengolahan dan pemurnian

B. Tindak Lanjut
Untuk lebih memahami modul ini maka sebaiknya
peserta diklat mengevaluasi penerapan upaya
konservasi yang sudah dilakukan di lokasi kerjanya dan
merencanakan upaya konservasi jika belum sesuai
dengan prinsip-prinsip konservasi.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 36


KUNCI JAWABAN

BAB II

1. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengurangi


loses penambangan agar dapat meningkatkan
Recovery penambangan antara lain :
- Perhitungan cadangan komoditas sesuai
dengan geology model yang terbaru serta
penentuan density yang tepat.
- Mempersiapkan lokasi pemboran dan
peledakan yang ideal
- Melakukan pemboran sesuai dengan target
kedalaman yang sesuai, dan dilakukan
inspeksi terhadap hasil pemboran untuk
menghindari tertembusnya komoditas
- Penggalian lapisan tanah penutup
menggunakan alat gali yang sesuai, batas
penggalian terpasang.
- Pembersihan (clean up) menggunakan alat
yang sesuai.
- Penambangan batubara menggunakan alat
gali yang sesuai, pengisian muatan
diperhatikan, tidak ada batubara yang
tertinggal saat menambang.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 37


2. Kriteria penentuan cadangan marginal endapan
mineral dan batubara adalah:
- Kualitas tinggi namun volume kecil;
- Kualitas rendah namun volume besar;
- Karakteristik geologi kompleks;
- Kedalaman endapan mineral dan batubara;
- Aksesibilitas;
- Kemampuan teknologi; dan
- Ekonomis jika terintegrasi dengan industri
hilir/turunannya

3. Dua metode perhitungan Recovery penambangan


yang digunakan, yaitu :
- In-situ model dengan aktual data ditambang
(Insitu Model – Actual Mined). Metode ini
membandingkan In-situ Model (Geological
Model) dengan komoditas yang ditambang
berdasarkan perhitungan truk (truck account/
dispatch).
- Data Survey vs Actual data ditambang
- Metode ini membandingkan jumlah komoditas
yang ditambang dengan hasil survei volume
komoditas.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 38


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, F.J. (1987). Selected readings in mineral


economics. Canada: Pergamon Press.

Camus, Juan P. (2002). Management mineral resources


creating value in mining business. Colorado.

Centre of natural resources, energy, and transport. (1976).


Recent advances in mining and processing of low-
grade and submarginal mineral deposits. New York:
Pergamo press.

Cho, H. Oh, W. Han, H. Kang, H. Lee, J. Recovery of


valueable materials from gold mine tailings. Seoul.

Edwards, R. Atkinson, K. (1986). Ore deposit geology and


its influence on mineral exploration. USA: Chapman
and Hall.

Hannesson, R. (2001). Investing for sustainability the


management of mineral wealth. New York: Springer
science business media.

Henry, C.D. (2012). Fine coal recovery, coal slurry


impoundment structures, thickener underflow, and
other unprocessed slurry waste from existing
preparation plant discharges. USA.

National Academy of Sciences. (2006). Managing coal


combustion residues in mines. Washington: The
National Academies Press.

Luttrell, G. Zufiqar, A. Bratton, R. (2012). Optimal design of


fine coal cleaning circuitry. USA.
Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 39
Rudawsky, O. (1986). Mineral economics. Development and
management of natural resources. Amsterdam:
Elsevier science publishers.

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 40


GLOSSARIUM

Modul Pelaksanaan Konservasi Pertambangan 41

Anda mungkin juga menyukai