Anda di halaman 1dari 27

RESUME MATERI POP

04 – 11 September 2017

PEMATERI MATERI
Supriyanto Identifikasi Bahaya & Pengendalian Resiko (IBPR)
Gunawan Dasar Perlindungan Lingkungan
Teknik Investigasi Kecelakaan
Job Safety Analysis
Andi Haristiawan Teknik Inspeksi
Safety Talk & Safety Meeting
Accountability K3
Eko Gunarto Peraturan K3 Pertambangan Umum

Kepala Inspetur Tambang (KAIT) : Ir. M. Endrasto, M. Sc


Inspektur Tambang (IT) Kideco :
KTT Kideco : Ir. Idin Arake

Unit Kompetensi 1. Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait


Keselamatan Pertambangan

Dasar Hukum Pengawasan K3


UU No.1 / 1970  Keselamatan Kerja
UU No.13 / 2003  Tenaga Kerja
UU No.4 / 2009  Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No.19 / 1973  Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan
PP No.55 / 2010  Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara
KepmenNo. 555.K/26/M.PE/1995  Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
Permen No.38 / 2014  Sistem Manajemen Keselamatan Tambang (SMKP)

Tanggung jawab pengawas operasional dalam aspek keselamatan


1. Melakukan inspeksi area K3 pertambangan
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang menjadi anak buahnya
3. Melakukan investigasi jika terjadi kecelakaan
4. Melakukan keadaan darurat diarea kerja untuk memastikan kesiapsiagaan karyawan
5. Membuat analisa resiko dan melakukan tindakan pengendalian dari kegiatan operational
pertambangan

Upaya-upaya yang diperlukan dalam penerapan kewajiban Pengawas Operasional :


1. Melakukan P5M (Safety Talk)
2. Melakukan Inspeksi
3. Melakukan Investigasi Insiden  mendapatkan rekomendasi PICA  kecelakaan tidak terulang
4. Membuat prosedur kerja (JSA)
5. Pemeriksaan kesehatan anak buah

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 1


Unit Kompetensi 2. Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan
Pertambangan pada Area yang Menjadi Tanggung Jawabnya

Responsibility (tanggung jawab)


 Keadaan wajib menanggung segala sesuatu

Accountability (terukur)
 Keadaan untuk dipertanggung jawabkan ; keadaan dapat dimintai pertanggung jawab

Orang yang accountable  orang yang responsible (bertanggung jawab) terhadap apa yang mereka
kerjakan dan kinerjanya dapat dihitung dengan cara merinci pekerjaan yang tadinya bersifat
kualitas/tidak dapat dihitung menjadi dapat dihitung secara kualitas, sehingga kinerja dari suatu kegiatan
dapat dinilai dengan angka.

Responsibility Pengawas
 Keadaan dimana seorang pengawas menjalankan kewajiban-kewajiban yang ditugaskan
kepadanya dan bertanggung jawab terhadap atasannya

Accountability Pengawas
 Keadaan dimana seorang pengawas menjalankan kewajiban yang terinci (terukur) dan dapat
dipertanggung jawaban atas terlaksananya serta ditaatinya kewajiban yang ditugaskan
kepadanya dan dapat dikenakan sanksi hukum.

Tanggung jawab pengawas yang Accountable / terukur


Pengawas bidang K3 agar dapat terukur kinerjanya, maka harus disusun program pengawasan secara
jelas, antara lain :
1. Rinci terhadap pekerjaan pengawasan K3 yang akan dilaksanakan
2. Buat jadwal pengawasan dengan baik
3. Waktu / lamanya pengawasan
4. Buat petunjuk (guidelines) pengawasan
5. Aspek atau bagian yang wajib perusahaan
6. Tentukan daerah yang akan diawasi
7. Evaluasi kualiatas pengawasan
8. Tentukan siapa yang bertanggung jawab melakukan pengawasan
9. Tentukan standar evaluasi
10. Pelaporan dan Arsip

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 2


Kewajiban Pengawas Operasional
Pasal 12. Kewajiban Pengawas Operasional
Pengawas operasional wajib :
1. Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang untuk keselamatan semua pekerja tambang
yang menjadi bawahannya
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan dan pengujian
3. Bertanggung jawab atas keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya dan
4. Membuat dan menandatangani laporan-laporan pemeriksaan, inspeksi dan pengujian

Pasal 13. Kewajiban Pengawas Teknis


1. Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang untuk keselamatan pemasangan dan
pekerjaan pemeliharaan yang benar dari semua peralatan yang menjadi tugasnya.
2. Mengawasi dan memeriksa semua permesinan dan kelistrikan dalam ruang lingkup yang
menjadi tanggung jawabnya.
3. Menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian dari pekerjaan
permesinan dan kelistrikan serta peralatan
4. Membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan dan pengujian
5. Melaksanakan penyelidikan dan pengujian pada semua permesinan dan peralatan sebelum
digunakan, setelah dipasang, dipasang kembali atau diperbaiki
6. Merencakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang telah direncankan
serta semua perbaikan permesinan tambang, pengangkutan, pembuat jalan dan semua mesin-
mesin lainnya yang dipergunakan

Fungsi Pengawas :
1. Sebagai penghubung / mediator antara manajemen dengan bawahan di lapangan
2. Mampu menggerakkan para karyawan menuju tujuan perusahaan
3. Memotivasi agar selalu produktif dan bekerja dengan aman

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 3


Unit Kompetensi 3. Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan
Terencana

Safety Talk  pertemuan antara pengawas dan anak buahnya yang membahas tentang K3
Kapan Safety Talk dilakukan.
Safety Talk dilakukan di awal shift, karena kondisi karyawan masih fresh, sehingga lebih mudah untuk
menyerap
Cth ; P5M

Safety Committe Meeting / Safety Meeting


 Tingkat Perusahaan
 Tingkat Devisi
 Tingkat Department (di PAMA Meeting level 1)
 Tingkat Bagian (di PAMA Meeting level 2)

Persiapan Pertemuan K3 Terencana (Safety Meeting)


Terdiri dari ;
1. Topik
Jika topik berkaitan dengan aturan maka di awali dengan “Sosialisasi”, tetapi jika berkaitan
dengan teknis maka diakhiri dengan kata “Aman”
2. Pembicara dan waktu pelaksanaan
3. Peserta Rapat
Peserta lebih dari satu dan jamak maka ditambahkan kata “Para”
4. Tujuan Rapat
5. Materi Pertemuan, terdiri dari ;
 Foto dan video ...
 Data / statistic ...
 Slide Show dan Copy ...
6. Metode Presentasi
 Urutan Kegiatan Pertemuan, terdiri dari
 Pembukaan
Salam, spirit/motivasi
Mars PAMA
 Ceramah tentang ; ...
Visualisasi materi ; ...
 Diskusi ...
 Kesimpulan / rangkuman
 Penutup ; Do’a, salam

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 4


Unit Kompetensi 4. Melaksanakan Investigasi Kecelakaan

Tujuan investigasi :
1. Mencari fakta-fakta
2. Mencari penyebab kecelakaan
3. Menentukan tindakan pencegahan

Tujuan peralatan investigasi :


1. Mendapatkan data & fakta
2. Melakukan analisa penyebab kecelakaaan
3. Membuat laporan investigasi

Contoh tahapan pengambilan data insiden tabrak tanggul :


1. Mengambil foto lokasi kejadian dari semua sisi
2. Mengambil HP Operator
3. Mengambil Time Sheet Operator
4. Memastikan posisi transmisi terakhir
5. Buat sketsa lokasi (lebar jalan, penerangan, dll)
6. Wawancara

Metode pengumpulan data bisa menggunakan 4P


People (cth ; apakah pelaku memiliki Simper)
Potition (cth ; kondisi lingkungan seperti lebar jalan dll)
Part (cth ; posisi transmisi terakhir)
Paper (cth ; pelaksanaan P2H, Time Sheet dll)

Kriteria Kecelakaan Tambang


Pasal 39. Kecelakaan Tambang dan Kejadian Berbahaya
Kecelakaan tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut :
1. Benar-benar terjadi
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik
Tambang (KTT)
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat orang yang diberi
izin
5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek

Note :
 Benar-benar terjadi maksudnya adalah kecelakaan terjadi bukan karena unsur sengaja /
rekayasa
 Kriteria kecelakaan tambang hanya ada 5 karena 5 kriteria tersebut yang bisa dikendalikan
oleh KTT
 Dampak jika terjadi kecelakaan tambang
1. Tercatat di buku Kecelakaan Tambang

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 5


2. Stop operasi
3. Dicabut izin usaha

Penggolongan Cidera
Pasal 40. Penggolongan Cidera Akibat Kecelakaan Tambang
Cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam kategori sebagai berikut :
1. Cidera ringan (tidak dapat bekerja lebih dari satu hari s/d 3 minggu)
2. Cidera berat (tidak dapat bekerja lebih dari 3 minggu atau cacat)
3. Mati (meninggal dalam 24 jam setelah kejadian kecelakaan)

Gejala dan Penyebab Kecelakaan


Frank Bird berdasarkan Teori Domino Hincrich
KURANG PENYEBAB PENYEBAB KECELAKAAN AKIBAT
KENDALI DASAR LANGSUNG KECELAKAAN

Prog. Kurang Kontak


Tindakan tidak Cidera
dengan bahan,
Standar tidak Personal
aman zat atau Rusak alat
cukup faktor
sumber energi
Kondisi tidak yang melebihi
Job faktor Produksi
Penerapan aman batas terhenti
Standar tidak
kekuatan
terpenuhi

Agar kecelakaan tidak terjadi minimal Penyebab Langsung (tindakan tidak aman dan kondisi tidak
aman) bisa dikendalikan

Selalu ada tanda-tanda sebelum kecelakaan


Cth : pelanggaran SOP

Perbedaan penyebab dasar dan penyebab langsung :


Perbaikan terhadap Penyebab Langsung sifatnya “Sementara”
Perbaikan terhadap Penyebab Dasar sifatnya “Permanen”

Penyebab kecelakaan (Teori Heincrich) :


 Tindakan tidak aman (Unsafe act of person) 88%
 Kondisi tidak aman (Unsafe condition) 10%
 Diluar kemampuan manusia (Takdir) 2%

Wawancara terhadap saksi


Saksi dibagi dua yaitu :
Saksi langsung yaitu orang yang mengetahui langsung kejadian (berada dilokasi pada saat kejadian)
Saksi tidak langsung yaitu orang yang tidak mengetahui langsung kejadian tetapi bisa memberikan
keterangan berkaitan kecelakaaan
Contoh saksi tidak langsung ; atasan, keluarga, orang ahli, dll

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 6


Melakukan wawancara terhadap saksi
1) Menyampaikan maksud dan tujuan wawancara
2) Menerapkan teknik wawancara terhadap saksi kecelakaan
 Interview secara terpisah
 Tempat harus memadai
 Meminta saksi untuk menceritakan kejadian dari awal sampai terjadinya kecelakaan
 Gunakan pertanyaan terbuka
 Minta masukan / umpan balik dari yang diinterview
3) Mendokumentasikan hasil wawancara

Note : diakhir wawancara mintalah masukan saksi dan pelaku “usaha apa yang perlu dilakukan agar
insiden tersebut tidak terulang kembali”. Pada saat ini akan ada keterbukaan

Prinsip pengendalian insiden (Prakontak, Kontak, Pasca kontak)


Pengendalian pada tahap Prakontak (sebelum insiden)
 Leadership & administration
 Komunikasi – meeting
 Training
 Identifikasi bahaya
 Inspeksi terencana
 Evaluasi & analisa program
 Prosedur kerja

Pengendalian pada tahap Kontak  sebagian sama dengan Hirarki Pengendalian Resiko
 Eliminasi
 Subsitusi bahan berbahaya
 Isolasi
 Reduksi pelepasan energi
 Modifikasi permungkaan
 Alat Pelindung Diri
 Berikade / Barrier
 Memperkuat struktur - tubuh

Pengendalian pada tahap Setelah Kontak (setelah insiden)


 Kesiapan – Tanggap Emergency
 Rescue & Firsh Aid
 Fire & Explotion Control
 Rehabilitasi kecelakaan
 Perbaikan demi mencegah kecelakaan serupa
 Klaim asuransi
 Komunikasi Insiden

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 7


Pasal 46. Penyelidikan Kecelakaan Tambang dan Kejadian Berbahaya
1) Untuk kepentingan penyelidikan, Kepala Teknik Tambang tidak boleh mengubah keadaan
tempat, dan kondisi perbaikan peralatan akibat kecelakaan atau kejadian berbahaya, kecuali
untuk memberikan pertolongan.
2) Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan pekerjaan, keadaan di tempat
kecelakaan atau kejadian berbahaya hanya dapat diubah dengan persetujuan Kepala
Pelaksana Ispeksi Tambang (Inpektur Tambang)

Teori Gunung Es
Kerugian yang terlihat / langsung lebih kecil dari kerugian yang yang tidak terlihat
Cth kerugian tidak terlihat ; kerugian tidak diasuransikan, berhentinya operasional, perbaikan unit,
pelatihan ulang, perawatan korban dsb.

Statistik Kecelakaan Tambang


Pasal 47. Statistik Kecelakaan Tambang
1. Statistik kecelakaan tambang ditetapkan setiap tahun berdasarkan kekerapan dan keparahan
kecelakaan yang terjadi pada pekerja tambang yang dihitung dari :
a. Jumlah korban kecelakaan dibagi dengan jumlah jam kerja orang x 1.000.000
b. Jumlah hari yang hilang dibagi jumlah jam kerja orang x 1.000.000
2. Statistik kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dikirimkan oleh Kepala
Teknik Tambang kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang selambat-lambatnya 1 bulan
setelah setiap akhir tahun kalender.

Frekuensi Rate (FR)


Adalah jumlah kejadian kecelakaan dalam waktu tertentu

Saferity Rate (SR)


Adalah jumlah hari hilang dalam waktu tertentu

Note :
Jumlah Hari Hilang yaitu total hari orang tidak bekerja (korban maupun pelaku)dengan acuan surat
keterangan dokter

Total Jam Kerja = Jumlah karyawan x Jam efektif perorang perhari x Jumlah hari kerja perorang x ATR

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 8


Unit Kompetensi 5. Melakukan Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko

Bahaya (Hazard)
Adalah segala sesuatu yang berpotensi untuk menyebabkan kecelakaan (cidera/kerusakan)
Note : dikatakan bahaya jika belum ada aktivitas

Tipe-tipe Bahaya :
BAHAYA CONTOH
Biologi Micro Biologi ; Bakteri, Virus, Jamur
Macro Biologi ; serangga, tumbuhan & binatang
Fisik Suara bising, getaran, pencahayaan, radiasi, temperatur, tekanan
Kimia Bahan kimia ; Alkohol, H2S, CH4, asap rokok, dll
Ergonomi Adalah kesesuaian antara pekerja, lingkungan kerja dan alat kerja
Bahaya Ergonomi terdiri dari :
Stres Fisik (Physical Stresses) ; ruang sempit dan terbatas, menarik,
mendorong, canggung/aneh, pekerjaan terlalu keras (overexertion), fatigue
Stres Kejiwaan/Mental (Psychological Stresses) ; bosan (monotony), beban
yang terlalu berat (over load)
Mekanis Permesinan, peralatan (titik operasi, titik jepit, titik geser)
Psikososial Intimidasi, trauma, pola gilir pekerja, pola promosi, pengorganisasian kerja
Tingkah Laku Ketidakpatuhan, kurang keahlian, tugas baru / tidak rutin, percaya diri berlebihan
(overconfident)
Bahaya lingkungan Kemiringan, permungkaan tidak rata atau licin, cuaca tidak ramah,
sekitar berlumpur/berair, kegelapan
Bahaya kelistrikan Pemasangan kawat/kabel, penyambungan tahanan bumi (grounding system) dan
pembatasan, distribusi panel listrik, saluran atau tombol, peralatan listrik

Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan inspection, obervation, diskusi dengan para pekerja,
ivestigasi kecelakaan, literatur-literatur, dan brainstorming.

Resiko (Risk)
Adalah kemungkinan cidera/kerusakan yang dapat terjadi dari suatu bahaya.
Note : dikatakan resiko jika sudah ada bahaya dan ada aktivitas
Cth resiko ; dongkrak menggunakan kayu dan melakukan perbaikan dibawahnya, forklift yang
ditingkakan untuk memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi

Resiko Sisa (Residu)


Adalah suatu resiko yang tertinggal atau masih ada walaupun telah diupayakan untuk menghilangkan,
meminimalkan, atau mengendalikan.
Contoh ; suara bising, getaran, debu

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 9


Klasifikasi Bahaya Versi PAMA

Probalitas / Probality (P)


1 Tidak terdapat kemungkinan terjadi
2 Kemungkinan terjadi lebih kecil dari rata-rata
3 Kemungkinan terjadi rata-rata
4 Kemungkinan besar terjadi
5 Pasti akan terjadi

Frekuensi / Frequency (F)


5 Sedikit orang sekali dalam setahun (jarang)
3 Beberapa orang dalam setiap bulan (tidak biasa)
2 Beberapa orang setiap minggu (kadang-kadang)
3 Sedikit orang setiap hari (sering)
5 Banyak orang berkali-kali setiap hari (terus-menerus)

Keparahan / Severity (S)


1 Cidera ringan atau PAK (Penyakit Akibat Kerja) atau kerusakan harta benda / kehilangan /
pencemaran <US$100
2 Cidera hari hilang atau PAK tanpa cacat permanen atau kerusakan harta benda / kehilangan /
pencemaran (US$100 < & < US$10.000)
3 Cidera hari hilang atau PAK dengan cacat permanen atau kerusakan harta benda / kehilangan
/ pencemaran (US$10.000 < & < US$25.000)
4 Cidera berakibat kematian atau PAK pada suatu karyawan atau kerusakan harta benda /
kehilangan / pencemaran (US$25.000 < & < US$50.000)
5 Cidera berakibat kematian pada banyak orang atau kerusakan harta benda (>US$50.000)

Formula Resiko
Risk Potential = Probality x Severity x Frequency
(Potensi Resiko = Kemungkinan x Keparahan x Frekuensi)

Tabel Penilaian Resiko


Kode bahaya Nilai Potensi Tingkat Resiko Kemungkinan Akibat Tindakan Diperlukan
Hazard Code Risk Potential Risk Level Possible Consequence Required Action
AA 75<125 Resiko kritikal Kematian atau kerugian barang Stop dan perbaiki segera
Critical Risk besar >US$10.000 Stop & Fix Immediately
A 32<75 Resiko tinggi LTI Serius / kerugian barang Perbaiki dalam 12 jam
High Risk US$5.000 to US$10.000 Fix within 12 hours
B 18<32 Resiko sedang LTI / kerugian barang US$1.000 Perbaiki dalam 3 hari
Medium Risk to US$5.000 Fix within 3 days
C 1<17 Resiko rendah Cidera ringan atau kerugian Perbaiki jika dapat
Low Risk barang ringan Fix when possible

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 10


Klasifikasi Bahaya Versi HSE-UK

Probalitas / Probality (P)


25 Pasti terjadi
15 – 24 Kemungkinan terjadi significan
10 – 14 Mungkin terjadi
5–9 Mungkin, tapi sulit terjadi
1–4 Sangat tidak mungkin terjadi

Frekuensi / Frequency (F)


25 Beberapa karyawan terpapar beberapa kali dalam satu shift
20 – 24 Setiap karyawan 1 kali setiap shift
15 – 19 2 / 3 kali seminggu
10 – 14 1 kali perbulan
5–9 1 kali / 2 kali pertahun
0 0

Keparahan / Severity (S)


50 Kematian
40 – 49 Cacat permanen, amputasi, mutilasi
30 – 39 Tulang patah/retak, tulang terlepas, luka koyak yang butuh dijahit
20 – 29 Cidera yang membutuhkan perawatan medis, keseleo/rasa nyeri yang parah, luka bakar
tingkat 2 dan 3
10 - 19 Pertolongan pertama yang berulang, luka yang dalam, luka bakar tingkat 1
1–9 Sedikit pertolongan pertama, tergores, memar, partikel masuk ke mata, luka ringan, luka
bakar tingkat 1 yang terbatas
0 Tidak ada cidera

Formula Bahaya
Hazard Potential = Probality + Severity + Frequency
(Nilai Bahaya = Kemungkinan + Keparahan + Frekuensi)

Nilai Bahaya
61 – 100 Bahaya serius (Serious Hazard), langkah perbaikan harus segera dilakukan tanpa
penundaan
31 – 60 Bahaya sedang (Moderate Hazard), membutuhkan langkah perbaikan secepatnya.
Peringatan, Alat Pelindung Diri dan pemberitahuan dapat dijalankan sebagai upaya yang
pengendalian sementara
1 – 30 Bahaya minor (Minor Hazard), masuk dalam kategori tingkat resiko yang bisa diterima dan
membutuhkan sedikit justifikasi untuk upaya pengendalian

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 11


Klasifikasi Bahaya
Klasifikasi Bahaya
Kelas Tingkat Cidera / Kerusakan / Kerugian
A Fatal, cacat tetap, hilang bagian tubuh, kebakaran/kerusakan ala/property, sengketa
Major lingkungan > Rp.50 Jt, hilang produksi > Rp.40 Jt (Segera No Delay)
B Cidera berat, cacat sementara, kebakaran/kerusakan alat/property, sengketa lingkungan
Serius <Rp.50 Jt, hilang produksi < Rp.40 Jt. (Tuntas 1 minggu)
C Cidera ringan, sakit jabatan, kebakaran/kerusakan alat/property, sengketa lingkungan
Minor <Rp.15 Jt, hilang produksi < Rp.10 Jt. (OK dalam 1 bulan)

Hirarki Pengendalian
Hirarki Pengendalian (Hierarchi Controls)
Hirarki TOSM SHEQM QUT-FBEE QUT-PFD ESAO
SEESE **
Elimination - - - Y Y
Subsitution - - - Y Y
Engineering / Redesigning Y Y Y Y Y
Isolation - - - Y -
Monitoring Y - - - -
Administratif Y Y Y Y Y
Education & Training Y - - - -
Work Practice Y Y - - -
Maintanance Y - - - -
PPE (APD) Y Y Y Y Y
Note :
*** & ** : hirarki pengendalian yang sering dipilih/diterapkan di lapangan
SHEQM : Safety Health, Enviromental, and Quality Management

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 12


Hirarki Pengendalian (ESDM)
HIRARKI CONTOH
Metode Pengendalian Utama Eliminasi ; bertemunya 2 jalur DT (persimpangan) dengan cara
(Primary Control Methods) membuat under past atau fly over, jalan undulating dilakukan
Pengendalian Secara Teknik penyekrapan.
Engineering Control Subsitusi ; diesel engkol menjadi starting motor
Isolasi ; setiap alat yang berputar dilindungi dengan pagar
pengaman (garding), median di jalur hauling
Modifikasi ; penambahan kapasitas vessel, menghidupkan
pompa dengan remot
Note : setiap modifikasi harus ada kajian dan mendapatkan izin
dari Kepala Inspektur Tambang (KIT)dengan biaya maksimal
30%
Metode Pengendalian kedua Menempatkan seseorang sesuai dengan backgroundnya /
(Secondary Control Methods) kompetensi yang dimiliki
Pengendalian Secara Administratif Proses pemilihan contractor (memastikan miliki izin, izin masih
Administratif Control berlaku, peralatan, sumber daya dll)
Perubahan jam blasting
Metode Pengendalian ketiga SOP, JSA, Training dll
(Tertiary Control Methods)
Praktek Kerja
Works Practice
Personal Protective Equipment APD tidak pernah menjadi kebijakan/alternatif solusi yang
(PPE) pertama atau kedua di dalam pengendalian bahaya di tempat
Alat Pelindung Diri (APD) kerja. APD dipilih sebagai langkah terakhir dalam pengendalian
bahaya.

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 13


Unit Kompetensi 6. Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait
Perlindungan Lingkungan

Kenapa pengawas pertambangan perlu memahami pengelolaan lingkungan


Karena masalah lingkungan masalah sensitif di dalam bisnis, ada perusahan yang ditutup karena salah
pengelolaan lingkungan.

Peraturan perundang-undangan tentang perlindungan linkungan pertambangan


Tata urutan (hirarkhi) peraturan perundang-undangan di Indonesia
Berdasarkan UU No.10 / 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimulai dari
1. UUD 1945
2. UU / PERPU
3. Peraturan Pemerintah (Permen)
4. Peraturan Presiden (Perpres)
5. Peraturan Daerah

Perusahaan dikatakan Good Practice mengacu pada UU 4 / 2009 pasal 96


(Penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik)
1. Menjalankan K3 Pertambangan (cth ; Induksi, APD, Inspeksi, dll)
2. Keselamatan Operasi Pertambangan (cth ; komisioning, P2H, dll)
3. Ngelola dan memantau lingkungan
 Ngelola cth ; kelola soil
 Memantau cth ; pantau PH air, getaran blasting dll
4. Konservasi sumber daya mineral dan batubara
 Cth ; mengobtimalkan pengambilan batubara (pengambilan batu bara bukan yang bagus saja)
5. Pengelolaan sisa tambang

Dasar hukum Lindungan Lingkungan :


UU 4 / 2009  Pertambangan Mineral dan Batubara
UU 32 / 2009  Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP 55 Th 2010  Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
PP 78 Th 2010  Reklamasi dan Pasca Tambang
PP 27 / 1999  Perizinan Lingkungan (AMDAL)
PP 85 / 1999 jo PP 101 / 2014  Pengelolaan Limbah B3
PP 82 / 2001  Pengendalian Pencemaran Air
Permen LH No. 05 Th 2012  Jenis Usahan atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL
Permen ESDM No.18 / 2008  Reklamasi dan Penutupan Tambang

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 14


UU 4 / 2009  Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 95
Pemegang IUP dan IUPK wajib :
1. Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik
2. Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesi
3. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral / batubara
4. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
5. Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan
Pasal 96
Penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan :
1. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
2. Keselamatan operasi pertambangan
3. Pengelola dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pasca
tambang
4. Upaya konserversi sumber daya mineral batubara
5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau
gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan
Pasal 99
1. Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca
tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
2. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pasca tambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan
pasca tambang
Pasal 100
1. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan jaminan pasca
tambang
2. Menteri, Gubenur, atua Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan
pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana jaminan tersebut.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlakukan apabila pemegang IUP atau IUPK
tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan rencana yang telah disetujui.

Note :
IUP  Izin Usaha Pertambangan
IUPK  Izin Usaha Pertambangan Khusus

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 15


UU 32 / 2009  Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 4
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi :
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Pengendalian
4. Pengawasan
5. Penegakan Hukum
Pasal 32
1. Setiap usaha atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
AMDAL
Pasal 34
1. Setiap usaha atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib dampak penting wajib
memiliki UKL-UPL
Pasal 36
1. Setiap usaha atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan
Note :
UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha/kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha/kegiatan.

PP 27 / 1999  Perizinan Lingkungan (AMDAL)


Pasal 1
AMDAL
Adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha/kegiatan.
AMDAL = Andal + RKL + RPL
Andal adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana
usaha/kegiatan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah upaya penanganan dampak terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha/kegiatan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan
hidup yang terkena dampak akibat dari rencana usaha/kegiatan.
Pasal 24
Kadaluwarsa dan batalnya keputusan hasil AMDAL
1. Bila tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya keputusan
kelayakan tersebut.
2. Memindahkan lokasi usaha
3. Mengubah desain atau proses atau kapasitas atau bahan baku
4. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena
akibat lain sebelum dan pada waktu usaha atau kegiatan lain dilaksanakan.
Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 16
Permen ESDM No.18 / 2008  Reklamasi dan Penutupan Tambang
Lingkungan Hidup
1. Kualitas air permukaan, air tanah, air laut, tanah dan udara
2. Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup dan tailing, lahan bekas tambang
3. Keanekaragaman hayati
4. Pemanfaatan lahan bekas tambang
5. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
Penyampaian Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang
1. Perusahaan wajib menyusun dan menyampaikan Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan
Tambang sebelum memulai kegiatan eksploitasi (operasi/produksi)
2. Rencana reklamasi disusun untuk jangka waktu pelaksanaan 5 tahun dengan rincian tahunan.
3. Rencana reklamasi dan rencana penutupan tambang disusun berdasarkan AMDAL, atau UKL
dan UPL yang telah disetujui
Pelaksanaan
1. Harus ada petugas untuk memimpin pelaksanaan reklamasi dan penutupan tambang
2. Pelaksanaan reklamasi dan penutupan tambang wajib dilakukan sesuai dengan rencana reklamasi
dan rencana penutupan
Pelaksanaan Reklamasi dan Penutupan Tambang
1. Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lama 1 bulan setelah tidak ada kegiatan lagi pada
lahan terganggu
2. Penutupan tambang wajib dilaksanakan paling lama 1 bulan setelah kegiatan penambangan atau
pengelolaan terakhir
3. Perusahaan wajib menyampaikan laporan reklamasi setiap 1 tahun kepada menteri, gubenur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
4. Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan penutupan tambang setiap 3 bulan kepada
menteri / gubenur / bupati / walikota sesuai kewenangan masing-masing

Note :
Reklamasi
Adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan,
dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.

Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan


1. Terjadi perubahan bentang alam (tamka)
2. Gangguan terhadap keseimbangan alam
3. Perubahan komunitas alami
4. Perubahan iklim mikro
5. Perubahan fungsi lahan/tata guna lahan
6. Terganggunya siklus alami yang telah berlangsung sebelumnya
7. Mempengaruhi kualitas air permungkaan dan air tanah
8. Potensi terjadinya pencemaran

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 17


Jenis limbah tambang ada tiga (3) yaitu Padat, Cair, dan Kering

Note :
Standar Getaran : max 4 m/s2
Standar Kebisingan : max 85 db

Dampak Kegiatan Pertambangan


Sumber Jenis Parameter
Dampak Dampak Dampak Pengelolaan

1. Land Clearing Debu  Partikulat


2. Pengupasan tersedimentasi
tanah penutup  Partikulat
3. Ripping
Erosi tersuspensi
4. Blasting
 Emisi : CO, CO2
5. Pemuatan
6. Pengangkutan
7. Crushing Kebisingan Noise level

Limbah adalah sebagai sisa buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia

Cara Pengelolaan Limbah B3

Penghasil Disimpan di TPS (Max 90 hari)


Transporter
(Pengambil / pihak 3)

Pengumpul (Setiap kota ada)

Pengelola (paling banyak di


Pemanfaatan Jawa)
Pemusnah

Air Asam Tambang


Adalah air asam yang terjadi akibat oksidasi mineral sulfida oleh air dan oksigen pada kegiatan
tambang.

Pencegahan Pencemaran Lingkungan, menggunakan prinsip 4R ;


1. Reduce (kurangi limbah yang dihasilkan)
2. Reuse (pakai kembali limbah yang dihasilkan)
3. Recovery (ambil material yang masih berguna dari limbah yang dihasilkan)
4. Recycle (daur ulang/proses kembali limbah sehinggan menjadi material yang bermanfaat)

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 18


Unit Kompetensi 7. Melaksanakan Inspeksi

Inspeksi  salah satu cara untuk memperkirakan suatu resiko untuk mencari solusi permasalahan

Jenis Inspeksi yaitu


1. Inspeksi tidak terencana
2. Inspeksi terencana

Tujuan Inspeksi
1. Identifikasi kondisi tidak aman
2. Identifikasi tindakan tidak aman
3. Menentukan penyebab langsung

Keuntungan Inspeksi
1. Pembetulan segera
2. Mendorong pekerja tanggap terhadap KTA dan TTA
3. Kontak langsung dengan pekerja
4. Menetapkan alat-alat keselamatan yang sesuai
5. Meningkatkan kesadaran K3
6. Merialisasikan program K3

Mengapa Pengawas Inspeksi


1. Punya kepentingan pribadi
2. Paham terhadap kondisi daerah
3. Paham sifat dan tabiat pekerja
4. Dapat kontak langsung dengan pekerja
5. Mengikuti perubahan / perkembangan
6. Perbaikan segera

Tahapan Inspeksi
1. Persiapan Inspeksi
2. Inspeksi
a. Siklus pengamatan
b. Objek inspeksi
c. Pengamatan total
d. Kalsifikasi bahaya
3. Laporan Inspeksi

1. Persiapan Inspeksi
a. Waktu khusus
b. Pengamatan total
c. Penggunaan lembar pemeriksaan (check list)
d. Cermat, menyeluruh dan uji coba
e. Pelaporan dan rekomendasi / perintah kerja

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 19


2.a. Siklus pengamatan Inspeksi K3
Memutuskan Berhenti Mengamati Bertindak Melaporkan

2.b. Objek inpeksi / pengamatan


 Posisi seseorang
 Perkakas dan peralatan
 Tata cara prosedur kerja aman
 Reaksi seseorang
 APD

2.c. Pengamatan total


 Melihat (atas, bawah, depan, belakang untuk mengamati KTA & TTA)
 Mendengar (suara bising/aneh)
 Mencium (bau asing/aneh)
 Meraba / Merasakan (suhu dan getaran yang aneh)

3. Laporan inspeksi minimal seperti Green Card, terdiri dari :


a. Tindakan tidak aman yang diamati
b. Tindakan perbaikan segera / tindakan pencegahan agar tidak terulang
c. Nama, tanda tangan yang melakukan inspeksi
d. Tanggal pelaksanaan inspeksi

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 20


Unit Kompetensi 8. Melaksanakan Analisa Keselamatan Pekerjaan

Note :
Tidak semua pekerjaan dibuat JSA, JSA dibikin terhadap pekerjaan yang kritis.

Kenapa perlu JSA


1. Menguasai setiap jenis pekerjaan yang menjadi tugas anak buahnya
2. Mempunyai kepentingan langsung
a. Menyelamatkan anak buah
b. Menyelamatkan pekerjaan
3. Mempunyai catatan kecelakaan paling lengkap

Metode Analysis
1. Observasi dan Diskusi
2. Diskusi saja
Cth ; unit belum datang, tetapi perlu buat JSA maka dikumpulkan Operator/GL yang pernah
bawa unit tersebut

Metode pembuatan JSA

Tentukan pekerjaan Uraikan kedalam Identifikasi bahaya Tetapkan tindakan


langkah-langkah tiap langkah pengendalian
Note :
 Langkah pembuatan JSA minimal 5 langkah dan maksimal 15 langkah
 Cara melihat/memperbanyak bahaya, lihat dikategori bahaya (tipe-tipe bahaya)
 Jangan ada kata “hati-hati” pada JSA, dan pengendalian yang abu-abu (sesuai standar, sesuai
aturan, dll)

JSA ada 3 kolom utama terdiri dari :


1. Uraian / tahapan pekerjaan
2. Bahaya yang dapat timbul
3. Pencegahan / pengendalian

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 21


MATERI TAMBAHAN

Prinsip 5 R
Ringkas  memisahkan segala sesuatu sesuai dengan kelayakan dan kebutuhannya
Cth ; berikan label atau tanda rusak ketika alat tidak digunakan
Rapi  menyimpan segala sesuatu sesuai pada tempatnya
Cth ; menempatkan sepatu pada rak sepatu
Resik  membersihkan lingkungan atua tempat kerja serta barang yang berhubungan dengan
pekerjaan
Cth ; pembersihan kabin dari debu atau sampah berserakan
Rawat  pertahankan hasil yang dicapai dengan tingkat memuaskan
Cth ; inspeksi rutin kabin atau menjaga haousekeeping kabin dengan baik
Rajin  menciptakan kebiasaan karyawan agar menjaga dan meningkatkan apa yang pernah dicapai.
Cth ; hasil terbaik mendapatkan reward dan aktif dibidang penyampaian informasi

Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan :


Melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.

Biaya Kecelakaan
1. Biaya langsung
a. Gaji
b. Kompensasi
c. Pengobatan
d. Perawatan
e. Kerugian karena kerusakan peralatan dll
2. Biaya tidak langsung
a. Kehilangan waktu
b. Melatih pekerja
c. Psikis dll

Penggologan Api
Pasal 102. Penggolongan Api
Api dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Api kelas A ialah api yang timbul disebabkan terbakarnya bahan padat kecuali logam
2. Api kelas B ialah api yang timbul disebabkan terbakarnya zat cair dan gas yang mudah terbakar
3. Api kelas C ialah api yang timbul pada peralatan listrik yang disebabkan arus listrik
4. Api kelas D ialah api yang timbul disebabkan terbakarnya logam

Terjadinya api
Api terbentuk dari tiga unsur yang dinamakan “segi tiga api” yang terdiri dari Oxygen, Bahan Bakar,
dan Panas yang menimbulkan reaksi kimia.

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 22


Jenis-jenis alat deteksi api sesuai dengan perkembangan teknologi
1. Detektor Panas (Heat Detector)
2. Detektor Asap (Smoke Detector)
3. Detektor Api (Flame Detector)
4. Detektor Gas (Fore Gas Detector)

Klasifikasi pemadam api


Pasal 106. Pemilihan Alat Pemadam Api
1. Pemilihan alat pemadam api harus disesuaikan dengan kelas api yang mungkin terjadi
a. Kelas A : alat pemadam api untuk api kelas A
b. Kelas B : alat pemadam api untuk kelas B, tetapi dapat juga dipakai untuk api kelas A
c. Kelas C : alat pemadam api untuk api kelas C, tetapi dapat juga dipakai untuk api kelas A
dan B
2. Pada setiap alat pemadam api harus ditulis kelas, kapasitas dan tanda pengesahannya.

Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran


1. Tetap tenang jangan panik
2. Bunyikan alarm dengan menekan tombol manual call point, atau dengan memecahkan manual
break glass
3. Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, maka berteriak kebakaran... kebakaran...
untuk menarik perhatian yang lainnya.
4. Beritahu Safety Representative melalui telepon darurat
5. Jika memungkinkan padamkan api dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
6. Jika api/kebakaran tidak dapat dikuasai atau dipadamkan lakukan evakuasi segera melalui pintu
keluar (EXIT)

Laporan mengenai terjadinya kebakaran sesuai dengan prosedur pelaporan keadaan darurat
Menyebutkan identitas pelapor, ukuran/besarnya kebakaran, lokasi kejadian, adanya/jumlah orang
terluka, jika ada tindakan yang telah dilakukan.
Fungsi dan peran sebagai pengawas operasional
Fungsi pengawas (supervisor) adalah sebagai penghubung, mediator antara manajemen dengan
karyawan di lapangan, maka pengawas harus mampu menggerakkan para karyawan yang menjadi
bawahannya menuju tujuan perusahaan, memotivasi mereka agar tetap selalu produktif dan bekerja
dengan aman.
Peran pengawas
1. Production Oriented, Pengawas harus berorientasi produksi dengan cara menggerakkan
bawahannya untuk kerja produktif dan menjadi contoh bahwa dia sendiri bekerja secara
produktif.
2. Employee Oriented, bawahan adalah segalanya, karena dengan bawahan yang bekerja produktif
dan aman maka atasan pengawas tersebut akan menilai bahwa pekerjaannya baik, untuk dapat
melakukan tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Subordinate
 Mengetahui kebutuhan bawahan dan atasan, saling mempercayai dan tidak apriori
 Mengetahui dimana bawahan berada, apa yang sedang dilakukan, kondisi tempat
kerja dan alat yang dipakai
Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 23
 Mengembangkan dan melaksanakan komunikasi kontrol terhadap bawahan
 Advisor dan Instructor
Memberikan bimbingan, nasehat, pelatihan, pengarahan, koreksi
 Superior
Loyal, komunikasi, sensitivenes
 Peers
Kerjasama, terbuka, saling mendukung, komunikatif
3. Safety Oriented, bekerja dengan keselamatan yang tinggi
Prinsip-prinsip pertolongan pertama pada kecelakaan (first aid)
Prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat yaitu :
1. Pastikan anda bukan menjadi korban berikutnya, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah
aman atau masih dalam bahaya
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien. Pergunakanlah sumber
daya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila anda bekerja tim,
buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
3. Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang sudah dilakukan, identitas
korban, tempat dan waktu kejadian dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan
atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
Sistematika Pertolongan Pertama
1. Jangan panik
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
Bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan ulang yang akan memperberat kondisi korban.
Keuntungan lainnya yaitu penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan
konsentrasi.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban
4. Perhatikan Pendarahan
Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5
menint.
5. Perhatikan tanda-tanda Shock
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang
lain. Apabila korban muntah-muntah dalam keadaan sadar, baringkan telungkup dengan letak
kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru
Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dipastikan jenis dan keparahan cidera
yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan
ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan
serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakan supaya kepala
korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh
kotoran atau muntah.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 24


Izin Kerja Khusus (Work Permit)
Izin kerja dikenal juga dengan istilah Work Permit, Permit to Work, atau surat izin kerja aman adalah
sebuah dokumen atau izin tertulis yang digunakan untuk mengontrol jenis pekerjaan tertentu yang
berpotensi membahayakan pekerja.
Izin kerja diperlukan untuk mengindentifikasi pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya yang
berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan, dan tindakan pencegahan atau pengendaliannya.
Jenis-jenis izin kerja yang paling sering digunakan di tempat kerja :
1. Izin kerja pekerjaan panas (hot work permit)
2. Izin kerja pekerjaan dingin (coal work permit)
3. Izin kerja memasuki ruang terbatas (confined space entry permit)
4. Izin kerja pekerjaan listrik (electrical work permit)
5. Izin kerja khusus (special permit)

10 Kunci yang menjadi kewajiban bagi pengawas dalam melaksanakan tugas sehari-hari yaitu :
1. Menentukan tata pelaksanaan kerja (Standar Operasi)
2. Perbaikan metode kerja
3. Penempatan pekerja yang tepat
4. Pembinaan dan pengawasan dalam menjalankan tugas
5. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
6. Pemeliharaan syarat lingkungan kerja
7. Pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja
8. Penyelesaian pada waktu ditemukan kelainan dan waktu terjadinya kecelakaan
9. Peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja
10. Kreativitas untuk mencegah kecelakaan kerja

Faktor Kecelakaan
Kecelakaan terjadi karena ada beberapa faktor yaitu Manusia, Mesin/peralatan, Material, Metode,
Lingkungan (4M+1E)

Tahap Pemeriksaan Kecelakaan


Berikut tahapan-tahapan pemeriksaan kecelakaan :
1. Tanggap terhadap keadaan darurat
a. Lakukan pengendalian pada tempat kejadian
b. Pastikan pertolongan pertama dan penggilan untuk pelayanan darurat
c. Lakukan pengendalian terhadap potensi kecelakaan kedua/lanjutan yang mungkin timbul
d. Identifikasi sumber dari fakta-fakta dan keterangan yang ada di tempat kecelakaan
e. Lindungi fakta-fakta dari perubahan, penggantian atau pemindahan
f. Investigasi untuk menentukan potensi kerugian, cidera, dan kerusakan
g. Pemberitahuan kepada manager/atasan yang sesuai

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 25


2. Pengumpulan data dan informasi
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan pengawas langsung harus :
a. Melakukan peninjauan lokasi kejadian dan melakukan pengamatan menyeluruh untuk
mendapatkan gambaran secara luas apa dan bagaimana tentang tempat dan lingkungan
terjadinya kecelakaan
b. Melakukan wawancara terhadap saksi-saksi (saksi langsung dan saksi tidak langsung)
Dalam melakukan wawancara untuk memperoleh fakta-fakta kecelakaan, pengawas harus
dapat memberi pengertian kepada saksi dengan cara :
o Ingatkan maksud dan tujuan
o Tanyakan apa dan bagaimana terjadi
o Tanyakan pertanyaan-pertanyaan khusus tentang diri saksi
o Cek ulang tentang pengertian/maksud saksi dengan pemeriksa
o Catat informasi yang bersifat khusus atau vital secara cepat
o Bicarakan tindakan koreksi untuk pencegahan dan terimakasih atas kerjasamanya
o Buka jalur informasi lanjutan (konfirmasi dengan saksi lain)
Dalam melakukan wawancara usahakan jangan memotong pembicaraan saksi apabila tidak
perlu. Apabila memang ada yang kurang jelas, tanyakan kembali seperti ; apa yang
dilakukan, bagaimana melakukannya, apa yang terjadi, selanjutnya kenapa dilakukan.
c. Buat sketsa dan peta
d. Photo-photo kecelakaan, ambilah dari semua sisi
e. Cek catatan-catatan tentang personal training, pemeliharaan, prosedur kerja dll
a. Analisa bahan/bagian tidak berfungsi
b. Pengujian peralatan
c. Rekontruksi
3. Evaluasi dan analisa
Dalam melakukan analisa kecelakaan supervisor harus memahami prisip dasar terjadinya
kecelakaan dengan cara ;
a. Memakai teori sebab-akibat (teori domino)
b. Membuat/menentukan faktor kecelakaan
c. Cakuplah penyebab langsung meliputi tindakan dan kondisi tidak aman
d. Tetapkan penyebab dasar meliputi personal faktor dan job faktor
e. Tentukan penyebab khusus yang sifatnya kritis atau viral
f. Cakuplah kekurangan dalam system manajemen
4. Tindakan perbaikan
a. Pertimbangkan pengendalian alternatif
b. Lebih rendah kemungkinan terulang kembali
c. Mengurangi potensi kerugian yang lebih parah
d. Tindakan perbaikan sementara
e. Tindakan permanen sesegera mungkin
f. Buat dokumentasi dalam laporan

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 26


Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL)
Adalah dokumen rencana kerja dalam waktu satu tahun yang meliputi rencana kerja Teknis
Penambangan, kegiatan Usaha Jasa Penunjang, kegiatan Keselamatan Operasi dan Keselamatan serta
kesehatan kerja, kegiatan Konservasi bahan galian dan kegiatan Pengelolaan Lingkungan termasuk
reklamasi dan revegetasi.

Tahapan kegiatan Reklamasi - Revegetasi


 Penataan lahan yang akan direklamasi
 Pengaturan sistem drainase
 Penanaman tanaman penutup (cover crop)
 Penanaman tanaman cepat tumbuh (pioneer)
 Memulihkan daya dukung lahan
 Memulihkan ekosistem

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi
di alur-alur sungai.
Faktor yang mengakibatkan terjadinya erosi oleh air adalah curah hujan, kemiringan lereng (topografi),
jenis tanah, tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah) dan tanaman penutup tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan :
1. Meminimasikan area terganggu dengan ;
 Membuat rencana detail kegiatan penambangan dan reklamasi
 Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan
 Penebangan pohon sebatas area yang akan dilakukan penambangan
2. Membatasi / mengurangi kecepatan air limpasan dengan ;
 Pembuatan teras-teras
 Pembuatan saluran diversi (pengelak)
 Pembuatan SPA
3. Meningkatkan Infiltrasi (Peresapan air tanah) dengan ;
 Penggarukan tanah searah kontur
 Pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran dll
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi penambangan ;
 Membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak mengandung sedimen
 Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang dilengkapi
saluran pengelak.
 Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan sebaiknya sedimen
dikeruk dan dapat dipakai sebagai lapisan atas tanah.
 Dalam membuat bendungan permanen harus dilengkapi dengan saluran pelimpah (spillways)
untuk menangani keadaan darurat
 Kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat teras, check dam dari beton, kayu
atau dalam bentuk lain.

Resume Materi Uji POP by Oktri Adi / 6108339 Page 27

Anda mungkin juga menyukai