Anda di halaman 1dari 72

UNDANG-UNDANG

KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)
Di Undangkan Tgl. 12 Januari 1970
DASAR HUKUM - 1
Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;


PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PENGENDALIAN •KEPMENAKER 12/2015 K3 LISTRIK


ENERGI •PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
•KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
•PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

SARANA
PROTEKSI •PERMENAKER 04/80 APAR
KEBAKARAN •PERMENAKER 02/83 ALARM
•INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997

• PERMENAKER 04/87 P2K3


MANAJEMEN K3
• PP 50/2012 SMK3
• KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
Tk. Ahli
Tk. Ahli Madya
Pratama
Tk. Dasar II
Tk. Dasar I

PET. PERAN REGU KOORD. PEN. JAWAB


KEBAKARAN PENANGG. UNIT TEKNIK K3
KEBAKARAN PENANGG. PENANGG.
KEBAKARAN KEBAKARAN
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

KLAS D. : PET. PERAN KEBAKARAN (Lini I)


Tanggung jawab di unit kerjanya sendiri.
Tugas : (Pada waktu jam kerja)
• Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana prot.
kebakaran
• Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi kebakaran
dan memandu evakuasi
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
(Lini II)
ANGG. REGU PEN. KEBAKARAN (KLAS C)

TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
(Diatur sistem shift)

Tugas :
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau
semua aspek pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi
kebakaran agar selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan
darurat kebakaran untuk pemadaman dan penyelamatan
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

KLAS B : (KOORDINATOR SUB UNIT PEN. KEBAKARAN


Tanggung jawab di unit kerja tertentu
Tugas :
• Mengkoordinasikan program penanggulangan kebakaran
(inspeksi & latihan)
• Memimpin operasi penanggulangan kebakaran

KLAS A : PENANGGUNG JAWAB TEKNIK PEN. KEBAKARAN


Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
Tugas :
• Menyusun, melaksanakan dan evaluasi program kerja
pengendalian kebakaran
• Melakukan audit internal dan pengawasan langsung
• Mempertanggung jawabkan pelaksanaan syarat K3
KECELAKAAN KERJA SESUAI DENGAN UU
NO.1 THN 1970 TTG KESELAMATAN
KERJA DIANRANYA :

❖ KEBAKARAN

❖ PELEDAKAN

❖ PENYAKIT AKIBAT KERJA

❖ PENCEMARAN LINGKUNGAN
DASAR HUKUM - 3
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga
kerja yang meliputi :
(1) norma keselamatan kerja
(2) norma kesehatan kerja
(3) norma kerja
(4) pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi
dalam hal kecelakaan kerja
Pragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama;

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
BAB XVI
Bagiaan Kedua
Sangsi Administratif

Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi administratif
atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat
(1), pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat
(3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.

(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud


ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 - 1

LATAR BELAKANG

• Yuridis - VR. 1910 Stbl No.406


• Industrialisasi, elektrifikasi, modernisasi - peningkatan
intensitet kerja
• Upaya preventif mulai dari perencanaan
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 - 2

TUJUAN
memberikan perlindungan atas keselamatan
• Tenaga kerja
• Orang lain
• Sumber-sumber produksi
dapat dipakai secara aman dan efisien
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 - 3

RUANG LINGKUP
tempat kerja di darat, dalam tanah, permukaan air,
dalam air, di udara

dengan unsur :
• dilakukan usaha
• ada tenaga kerja yang bekerja
• ada sumber bahaya
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 - 4
PENGAWASAN
Bab IV Pasal 5

MENAKER
DIREKTUR

PEG. AHLI PANITIA DOKTER P2K3


PENGA K3 BANDING PRSH
WAS

DEP/DINAS LUAR - POLI PRSH PRSH


DEPNAKER - JASA KESEH

- INDUSTRI
PEMERINTAH SWASTA
- JASA ----PJIT
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 - 5

KEWAJIBAN PENGURUS
• Pasal 8 - Pemeriksaan Kesehatan Badan

• Pasal 9 -Menjelaskan dan menunjukan kondisi dan


bahaya di tempat kerja
- Semua pengaman dan alat perlindungan yang
diharuskan
- APD
- Cara dan sikap bekerja yang aman
- Mempekerjakan setelah yakin
- Pembinaan
- Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 - 6

KEWAJIBAN PENGURUS

• Pasal 10 - Membentuk P2K3

• Pasal 11 - Laporan kecelakaan

• Pasal 14 - Menempatkan secara tertulis


- Memasang poster
- Menyediakan APD secara cuma-cuma
PERATURAN PELAKSANAAN UU No. 1 Tahun 1970 - 1

PERATURAN ORGANIK

•secara sektoral
•pembidangan teknis
PERATURAN PELAKSANAAN UU No. 1 Tahun 1970 - 2

M K3
SDM

BAHAN
LINGKUNGAN KERJA

AMAN Prod’s
FAKTOR
PENYEBAB
PERALATAN TEMPAT KERJA SEHAT

SIFAT PEKERJAAN
PROSES PRODUKSI

CARA KERJA KECELAKAAN

ANALISIS
C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja
2. SE Kemnaker No.11/Men/1997 tentang instalasi
Hydrant
3. NFPA.20 ttg standar untuk instalasi hydrant,
4. NFPA 14 ttg instalasi selang dan pipa tegak
5. SNI 03-1745-2000 ttg cara pemasangan instalasi
pipa tegak dan selang DAMKAR
6. SNI 03-1735-2000 ttg tata cara akses bangunan
dan lingkingan utk DAMKAR

22
D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari peraturan tersebut tentang :

1. Perencanaan
2. Gambar instalasi hydrant
3. Pemasangan
4. Pemeriksaan pengujian
5. Pemeliharaan

23
LANDASAN HUKUM SJSN

1. Pasal 28 H dan pasal 34 UUD 1945


2. UU No.40 tahun 2004 ttg SJSN
3. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS
4. UU No.13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
5. UU.No 11 tahun 2020 ttg Cipta kerja
6. PP No. 44 th 2015 dan Perubahannya (PP 82 th 2019) ttg penyelenggaraan JKK
dan JKm
7. PP No. 45 th 2015 ttg Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun;
8. PP No. 46 th 2015 dan perubahannya PP No.60 th 2015 ttg penyelenggaraan
program JHT
9. PP. No. 70 Th 2015 ttg JKK dan JKM untuk ASN;
10.PP. No. 86 Th 2013 ttg Tata cara Sanksi Administratif;
11.PP No.35 Th 2021 ttg jaminan kehilangan pekerjaan
12.Perpres No. 64 Th 2020 ttg Perubahan Kedua Perpres 82 Th 2018 ttg Jaminan
Kesehatan;
13.Perpres No. 7 Th 2019 ttg PAK;

26
UUD 45 TAHUN 1945
PROGRAM JKN PEMENUHAN
AMANAT UUD 1945 dan UNDANG-UNDANG

1 2

Pasal 28H : “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang


memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat”

Pasal 34(2) : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi


seluruh rakyat .....”

Pasal 2: SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas


manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 4. SJSN diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:
g. Kepesertaan bersifat wajib
Pasal 20 ayat 1: Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh Pemerintah
PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL

Salah satu bentuk perlindungan sosial


untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
JAMINAN SOSIAL memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam


bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari penghasilan yang
JAMINAN SOSIAL hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia
(Undang-undang No. 3 Tahun 1992)

28
JENIS PROGRAM JAMINAN SOSIAL
NASIONAL
( SJSN )

Jenis program jaminan sosial meliputi :


1) Jaminan kesehatan;
2) Jaminan kecelakaan kerja;
3) Jaminan hari tua;
4) Jaminan pensiun; dan
5) Jaminan kematian.
6) Jaminan Kehilangan Pekerjaaan

(Sumber Pasal 82 UU 11 Tahun 2020)

29
E. Tujuan instruksional umum
 Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat
memahami, menilai dan menganalisa suatu instalasi
proteksi kebakaran.

F. Tujuan instruksional khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan
mampu :
1. Membaca diagram sistem instalasi hidrant kebakaran
2. Menjelaskan ketentuan perencanaan sistem instalasi
hydrant kebakaran
3. Menjelaskan ketentuan pemasangan sistem instalasi
hydrant kebakaran
4. Menjelaskan pemeliharaan dan pengujian teknis
instalasi hydrant kebakaran dan memberikan syarat-
syarat pemeliharaan. 30
G. Metoda pembelajaran

 Ceramah, tanya jawab diluar


 Visualisasi gambar, flow chart, diagram
 Peragaan
 Alat bantu, papan tulis, computer, LCD.

H. Komponen jam pelajaran


Jumlah jam pelajaran 20 jam pelajaran :
❑ 40 % teori
❑ 60 % praktek/ diskusi

31
TUJUAN PENGAWASAN KESEHATAN KERJA

Upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan


orang lain dari potensi bahaya yang berasal
dari :
•Kondisi mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, energi
•Lingkungan kerja
•Sifat pekerjaan
•Cara kerja
•Proses produksi
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Philosophy
Upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan tenaga kerja
dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat yang adil
dan sejahtera.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll

“ACCIDENT PREVENTION”
“HAZARD”
Adalah sumber bahaya potensial yang
dapat menyebabkan
kecelakaan/kerusakan

Hazard dapat berupa :
bahan-bahan , bagian-bagian mesin,
bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja.
KECELAKAAN KERJA
Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan terganggunya proses
pekerjaan yang telah direncanakan
sebelumnya
Catatan :
Kecelakaan kerja termasuk kebakaran,
peledakan, penyakit akibat kerja.
“DANGER”
Merupakan tingkat bahaya dari
suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber bahaya.
adalah suatu kondisi dimana atau
kapan munculnya sumber bahaya
telah ter-identifikasi dan telah
dikendalikan ke tingkat yang memadai
Aman (safe)
DEFINISI
Bahaya
➢ Sesuatu/sumber yang berpotensi menimbulkan
cedera/kerugian (manusia, proses, properti dan
lingkungan
➢ Faktor internal yang menjadikan konsekuensi
Konsekuensi = Hazard x exposure/paparan
Exposure = konsentrasi x lama pemajanan
➢ Tidak akan menjadi risiko jika tidak ada pemajanan
UUD 1945
Psl 27 (2) ---> Hak warga negara

UU No 14 tahun 1969 tentang Pokok Ketenaga kerjaan


Psl 9 ---> Jaminan perlindungan hak azasi tenaga kerja
Psl 10 ---> Pemerintah melaksanakan PEMBINAAN NORMA-
NORMA atas hakazasi tenaga kerja dimaksud psl 9

“Pembinaan” : Pembentukan, penerapan dan pengawasan


“ Norma” : Aturan, standar, pedoman,

Penjabaran UU Psl 10 UU No. 14/Th 1969 Psl 86 UU No.13 th


2003 ttg Ketenagakerjaan>>>>>> UU no.11 tahun 2020 ttg
cipta kerja pasal 12 dan 14 pelaksanaan adalah:
UU No 1tahun 1970 Keselamatan Kerja

39
UNDANG-UNDANG No. 1 TH 1970
( K3 di segala tempat kerja)

Objective K3
• Melindungi para pekerja dan orang lainnya di tempat kerja (formal
maupun informal)
• Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan lancar

40
STRATEGI PENGENDALIAN
BAHAYA KEBAKARAN
UU NO 1 TH 1970
Pasal 3 ayat (1).
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat
keselamatan kerja untuk :
• mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran,
• mencegah, mengurangi peledakan
• memberikan kesempatan jalan menyelamatkan diri dalam
bahaya kebakaran
• pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu

Pasal 9 ayat (3).


Pengurus wajib membina K3 penanggulangan kebakaran

41
UU 1/1970 PAL 5 (1)

PEGAWAI PENGAWAS DAN


AHLI KESELAMATAN KERJA
DITUGASKAN MENJALANKAN
PENGAWASAN LANGSUNG TERHADAP
DITAATINYA UNDANG UNDANG INI
DAN MEMBANTU PELAKSANAANYA

Dituntut memiliki wawasan tentang:


- Peraturan dan standar K3 yang berlaku
- Pengetahuan identifikasi bahaya,
- Dapat membuat rekomendasi pencegahan
kecelakaan yang efektif

42
 Awal terjadinya api/kebakaran tidak diduga waktu dan tempatnya;
 Api akan menjadi besar dan meluas bila cukup media penghantarnya;
 Intensitas nyala api dipengaruhi oleh sifat flammability dan
quantities jenis material yang terbakar;
 Kebakaran akan surut dan padam bila keseimbangan reaksinya tidak
seimbang.

43
NON THERMAL
(ASAP & GAS)
Mengancam keselamatan
manusia
THERMAL
Kerusakan/kerugian
Asset & Lingkungan

44
The Potential Effect of Fire on People and Property

Smoke
Temperature

Carbon
Monoxide
Carbon
Dioxide

Oxygen
FUEL

45
FUEL
FIRE SAFETY ENVIRONMENT
MANAGEMENT

46
FAKTA PERMASALAHAN

» 80% kasus kebakaran ditempat kerja


» 34% Disebabkan api terbuka
» 31 % Disebabkan listrik
» 20% kasus kebakaran habis total
» Sarana K3 kurang memadai
- Peralatan proteksi kebakaran kurang
- Petugas tidak terlatih / tidak ada
- Tidak memiliki prosedur
- Hambatan Access bantuan darurat

47
Unsur pemicu api-kebakaran
➢ Listrik
➢ Sambaran petir
➢ Listrik Statis
➢ Rokok
➢ Api terbuka
➢ Pemotongan/pengelasan
➢ Permukaan panas
➢ Bunga api pembakaran
➢ Bunga api Mekanik
➢ Reaksi kimia
➢ Penangasan
➢ Non teknis

48
PROBLEMA K3 PADA GEDUNG TINGGI

• Karakteristik penghuni
(jumlah orang, kesadaran, kondisi fisik,
kedisiplinan,
. dll)
• Kompleksitas peralatan yang ada pada umumnya
tersentral (listrik, air, tata udara, tranportasi /lift,
komunikasi, gas, dll)
• Kondisi darurat
(bencana gempa bumi, kebakaran)
• Kemungkinan terjangkit penyakit menular (virus)

TIDAK MAMPU MENJANGKAU KETINGGIAN

49
HIGH RISK BUILDING SYNDROME

Tantangan bagi para manajer


gedung tinggi untuk menerapkan
konsep manajemen sebaik-baiknya
dalam mengatasi karakter
permasalahan yang spesifik pada
gedung tinggi.

50
Problema K3 = Problema K-3
pada gedung tinggi di kapal

Harus komitment Top Manajement didukung semua


fihak sampai dengan Staf Pelaksana)

51
 Fire Safety Policy
Fire safety  Pre-fire planning
 Pengorganisasian Fire Teams
management
 Pembinaan dan latihan
 Fire Emergency Respons Plan
 Fire drill/Gladi terpadu
 Inspection & Testing berkala
 Preventive maintenance
MANAJEMEN  Fire safety Audit
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN  System informasi /komunikasi
 POSKO Pengendalian darurat

52
FIRE
FIRE
FIREEMERGENCY
EMERGENCY
EMERGENCYRESPONSE
RESPONSE
RESPONSE
TEAM
TEAM

FIRE
SERVICE

FIRE
BRIGADE

POSKO
SAFETY
MANAGER
BUILDING
MANAGER
SECURITY
ENGINEERING
MEDICALTEAM
53
(SEBELUM) (SELAMA) (SESUDAH)
PENGENDALIAN
ENERGI INVESTIGASI
DETEKSI ALARM
SISTEM PROTEKSI ANALISIS
PEMADAMAN
• PASSIF REKOMENDASI
KOMPARTEMENISASI LOKALISIR
SARANA EVAKUASI REHABILITASI
• AKTIF EVAKUASI & RESCUE
FIRE SAFETY
EQUIPMENT PENGAMANAN
• FIRE EMERGENECY
RESPONS PLAN
PEMBINAAN & LATIHAN

54
ELEMEN K3
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengendalian setiap bentuk energi al. :


- Penyimpanan dan penanganan bahan
mudah terbakar/meledak
- Sistem pengamanan peralatan, mesin

Pengadaan system proteksi kebakaran


- Passive Fire Protection
- Active Fire Protection

Manajemen Penanggulangan kebakaran


- Organisasi & personel
- Procedure Work Permit &
- Procedure tanggap darurat

55
“RISK”

risicare
“RISK”
Resiko adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.

Untuk menentukan resiko membutuhkan


perhitungan antara konsekuensi/ dampak
yang mungkin timbul dan probabilitas,
yang biasanya disebut sebagai
tingkat resiko (level of risk).
PENANGANAN RISIKO
Bila suatu risiko tidak dapat diterima maka harus
dilakukan upaya penanganan risiko agar tidak
menimbulkan kecelakaan/kerugian. Bentuk tindakan
penanganan risiko dapat dilakukan sebagai berikut :
☻ Hindari risiko
☻ Kurangi/minimalkan risiko
☻ Transfer risiko
☻ Terima risiko
Hirarki Pengendalian Risiko K3
☻ Eliminasi
Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
☻ Substitusi
✓ Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk
pasta
✓ Proses menyapu diganti dengan vakum
✓ Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
✓ Proses pengecatan spray diganti dengan
pencelupan
☻ Rekayasa Teknik
✓ Pemasangan alat pelindung mesin (mechin
guarding)
✓ Pemasangan general dan local ventilation
✓ Pemasangan alat sensor otomatis
Hirarki Pengendalian Risiko K3

☻ Pengendalian Administratif
✓ Pemisahan lokasi
✓ Pergantian shift kerja
✓ Pembentukan sistem kerja
✓ Pelatihan karyawan
☻ Alat Pelindung Diri
✓ Helmet
✓ Safety Shoes
✓ Ear plug/muff
✓ Safety goggles
KENAPA PERBUATAN TIDAK AMAN
DILAKUKAN
• KURANG PENGETAHUAN
• KURANG TERAMPIL/ PENGALAMAN
• TIDAK ADA KEMAUAN
• FAKTOR KELELAHAN
• JENIS PEKERJAAN YG TIDAK SESUAI
• GANGGUAN MENTAL
• KESALAHAN DALAM SIFAT DAN TINGKAH LAKU
MANUSIA
PERBUATAN BERBAHAYA
(UNSAFE ACTION)

• Menjalankan Mesin/ • Mengambil posisi pada


Peralatan tanpa tempat yang berbahaya
wewenang • Membetulkan mesin dalam
• Menjalankan Mesin/ keadaan jalan
Peralatan dgn kecepatan • Lalai memberikan peringatan
yg tidak semestinya atau lupa mengamankan
• Membuat Alat tempat kerja
Pengaman/K3 tidak • Bersenda gurau tidak pada
berfungsi tempatnya
• Lalai menggunakan APD • Memaksakan diri untuk
• Mengangkat barang bekerja walaupun sakit
dengan cara yg salah • Merancang /memasang
peralatan tanpa pengaman
KONDISI BERBAHAYA
(UNSAFE CONDITION)

• Pelindung atau pengaman • Kebersihan lingkungan kerja


yang tidak memadai yang jelek
• Peralatan/ perkakas dan • Polusi udara di ruangan kerja
bahan yang rusak tetap (gas, uap, asap, debu dsb.)
digunakan • Kebisingan yang berlebihan
• Penempatan barang yang • Pemaparan Radiasi
salah
• Ventilasi yang tidak memadai
• Sistem peringatan yang tidak
memadai • Penerangan yang tidak
• Pengabaian terhadap memadai
perkiraan bahaya
kebakaran/peledakan
FAKTOR-FAKTOR BAHAYA
DI TEMPAT KERJA
• FISIK (Physical Hazard)
• KIMIA (Chemical Hazard
• BIOLOGIS (Biological Hazard)
• ERGONOMI
• PSIKOLOGIS (Psychological Hazard)
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu
pengetahuan, tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap
rekayasa
• Penyel pengawasan & pemantauan pelak K3
STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tkt kemajuan
pelak K3
INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi
tempat kerja masih memenuhi ketentuan &
persyaratan K3
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS &
STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tkt kemajuan
bid K3 sesuai perkemb ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi
PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi TK
PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3, bukan
melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3

PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA


• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat
kerja dlm upaya memenuhi syarat-syarat K3
di tempat kerja
Safety is an attitude
• Kita terlalu memfokuskan memenej K3 daripada mencoba
mendorong dan memberi semangat pada orang orang
untuk mempunyai tanggungjawab pribadi pada
keselamatan diri dan keselamatan untuk yang lainnya
• Kita harus berfokuspada sikap dan prilaku selamat sampai
pada level tertinggi

• Merobah sikap dan perilaku bukanlah pekerjaan mudah


• Tingkatkan Kompentensi
menuju Profesionalisme
• Tunjukan prestasi K3 di tempat
kerja secara proaktif
• Yakinkan kepada Manager
anda bahwa K3 adalah benefit
bukan Coss
• Lakukan uji banding pada
perusahaan yang telah berhasil
dalam penerapan SMK3

Anda mungkin juga menyukai