Anda di halaman 1dari 80

LOGO

2. Induction

4. K3 Bersama Pasti Bisa


3. Fokus

1. DOA
RULES Of Training

2
SETELAH 1. Mengimplementasikan
MENGIKUTI cara mengangkat dan
PELATIHAN INI mengangkut muatan sesuai
PESERTA MAMPU : dengan prosedur beban
kerja aman

2. Melaksanakan pengoperasian
3. Mampu menggunakan forklift Forklift sesuai peraturan
yang benar sesuai dengan K3. perundangan dan SOP Peusahaan

TUJUAN PELATIHAN
3
Standar dipakai dalam
PAA

DIN
ASME
Standar

BS JIS
Panduan Forklift
– Permenaker No.08 Tahun 2020 K3 Pesawat Angkat Dan Pesawat
Angkut dan Alat bantu angkat dan Angkut.
– Kepmenaker No.135 Tahun 2015 Tentang SKKNI Operasi Pesawat
Angkat,Angkut Dan Ikat Beban
– ASME B56.1-2000 Safety Standard For Low Lift And High Lift Truck
– ASME B56.6-2016 Safety Standard For Rough Terrain Forklift Trucks
– BS EN 2330 - (2002) Fork-lift trucks Fork arms Technical
characteristics and testing
DAS-
DASAR HUKUM
1

Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

PERMENAKER NO.08 TAHUN


2020

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;


6
UNDANG-UNDANG
KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 2918)

7
• VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910, Stbl
No. 406) sudah tidak sesuai lagi
• Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di
LATAR industri/ pabrik
BELAKANG • Perkembangan teknologi/ IPTEK serta kondisi
dan situasi ketenagakerjaan
• Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910
sudah tidak sesuai lagi
PENGERTIAN
Secara Etimologis :
Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

Secara Filosofi :
Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin
kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya
beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil,
makmur dan sejahtera

Secara Keilmuan :
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang
mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di
9
tempat kerja
TUJUAN
• Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan
dalam pekerjaannya
• Orang lain yang berada di tempat kerja perlu menjamin
keselamatannya
• Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien

Untuk melaksanakan tujuan dengan melalui :


1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan
10
• Pertimbangan dikeluarkannya
RUANG • Landasan hukum UU No. 1 Tahun 1970
LINGKUP • Batang Tubuh
• Penjelasan

11
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG
KESELAMATAN KERJA Unsur tempat kerja, ada :
(1) Tenaga Kerja
BAB I - ISTILAH
(2) Sumber bahaya
Pasal 1
(3) usaha
• Tempat kerja
• Ruangan/ lapangan
• Tertutup/ terbuka
• Bergerak/ tetap
• Pengurus → pucuk pimpinan (bertanggung jawab/ kewajiban)
• Pengusaha
• orang/ badan hukum yg menjalankan usaha atau tempat kerja
• Direktur
• pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977)
• Pegawai pengawas
• - peg. Pengawas ketenagakerjaan dan spesialis
• Ahli Keselamatan Kerja
• tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker
12
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Syarat-syarat K3

Pasal 3
1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3
2) Pengembangan syarat-syarat K3 di luar ayat (1) → IPTEK

Pasal 4

(1) Penerapan syarat-syarat K3 → sejak tahap perencanaan s/d


pemeliharaan
(2) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi teknis
(3) Kecuali ayat (1) dan (2) bila terjadi perkembangan IPTEK dapat
ditetapkan lebih lanjut

13
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
Pasal 5
• Direktur sebagai pelaksana umum
• Wewenang dan kewajiban :
• Direktur (Kepmen No. 79/Men/1977)
• Peg. Pengawas (Permen No. 03/Men/1978 dan
Permen No. 03/Men/1984)
• Ahli K3 (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen
No. 2/Men/1992)
Pasal 6 Panitia banding (belum di atur)

Pasal 7 Retribusi
Pasal 8
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA

(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan TK


(2) Berkala → (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No. 03/Men/1983)
14
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 9 - Pembinaan

• Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan → TK baru


• Dinyatakan mampu dan memahami → pekerja
• Pengurus wajib → pembinaan
• Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3

Pasal 10 - Panitia Pembina K3 (Permenaker No. 04/Men/1987)

Pasal 11 - Kecelakaan
(1) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kecelakaan
(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan (permen No. 03/Men/1998)

15
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG
Pasal 12 – Hak dan Kewajiban TK KESELAMATAN KERJA
1) Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)
2) Memakai APD
3) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
4) Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
5) Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak dipenuhi dan APD yang wajib diragukan

Pasal 13 – Kewajiban memasuki tempat kerja


Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati K3
dan APD

Pasal 14 – Kewajiban pengurus


a. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No. 1/1970 dan
peraturan pelaksananya)
b. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
c. Menyediakan APD secara cuma-cuma 16
Pasal 15 – Ketentuan Penutup
1) Pelaksanaan ketentuan pasal-pasal di atur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan
2) Ancaman pidana atas pelanggaran :

UU NO. 1  Maksimum 3 bulan kurungan atau


 Denda maksimum Rp. 100.000

TAHUN 1970 3) Tindak pindana tersebut adalah pelanggaran


Pasal 16
TENTANG Kewajiban pengusaha memenuhi ketentuan undang-undang ini paling
lama setahun (12 Januari 1970)

KESELAMATA Pasal 17

N KERJA Aturan peralihan untuk memenuhi keselamatan kerja → VR 1910 tetap


berlaku selama tidak bertentangan

Pasal 18
Menetapkan UU No. 1/ 1970 sebagai undang-undang keselamatan kerja
dalam LNRI No. : 2918 mulai tanggal 12 Januari 1970

17
18
Latar Belakang
Permenakertrans
No.PER-09/MEN/VII.2010 Permenaker No. 08 Tahun
Tentang Operator dan 2020
Petugas Pesawat Tentang Pesawat
Angkat dan Angkut Angkat dan Pesawat
Angkut

Kepmenaker No. Kep-


Permenaker No. PER- 452/M/BW/96
05/MEN/1985
Pemakaian Pesawat
Tentang Pesawat
Angkat dan Angkut
Angkat dan Angkut
Simplifikasi Jenis Rental
Terdiri Dari :
Permenaker •249 Halaman
No.8 Tahun
2020 •10 BAB
•188 Pasal
•6 Lampiran
20
 Ketentuan Umum (1-4) 4 Pasal

 Syarat Keselamatan dan kesehatan kerja


Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan alat
bantu angkat dan angkut (5-20) 16 Pasal
 Pesawat Angkat (21-66) 46 Pasal

 Pesawat Angkut (67-123) 57 Pasal

 Alat Bantu Angkat dan Angkut (124-139) 16


BAB Pasal
 Personel (140-172) 33 Pasal

 Pemeriksaan dan Pengujian (173-184) 12


Pasal
 Pengawasan (185) 1 Pasal

 Sanksi (186) 1 Pasal

 Ketentuan Penutup (187-188) 2 Pasal

21
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


• Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disebut K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
22
PESAWAT ANGKAT adalah Pesawat atau Peralatan yang
dibuat, dan dipasang untuk mengangkat, menurunkan,
mengatur posisi dan/atau menahan benda kerja dan/atau
muatan.
PESAWAT ANGKUT adalah Pesawat atau peralatan yang
dibuat dan dikonstruksi untuk memindahkan benda atau
muatan, atau orang secara horisontal, vertikal, diagonal,
dengan menggunakan kemudi baik didalam atau diluar
pesawatnya, ataupun tidak menggunakan kemudi dan
bergerak diatas landasan, permukaan maupun rel atau secara
terus menerus dengan menggunakan bantuan ban, atau rantai
atau rol.
ALAT BANTU ANGKAT & ANGKUT adalah alat yang
berfungsi untuk mengikat benda kerja atau muatan ke Pesawat
Angkat & Pesawat Angkut pada proses pengangkatan,
pengangkutan, pemindahan dan penurunan benda kerja atau
muatan
Ruang Lingkup Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

PA&PA

Alat Bantu Angkat dan


Pesawat Angkat Pesawat Angkut
Angkut

dongkrak alat berat sling,

keran angkat kereta spreader bar,

alat angkat pengatur posisi


personal basket lifting beam,
benda kerja

personal platform truk personal basket, jaring

Alat Kelengkapan (Swivel,


robotik dan konveyor Shackle, Sling, dll)
Syarat Keselamatan dan kesehatan kerja Pesawat Angkat,
Pesawat Angkut, dan alat bantu angkat dan angkut

PASAL 5

(3) Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu
Angkat dan Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. pemeriksaan dan pengujian;
b. Penyediaan prosedur pemakaian/pengoperasian; dan
c. Pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan jenis dan kapasitas.

25
Bab IV Pesawat Angkut
Pasal 67
Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:

a. alat berat terdiri atas forklift, lifttruck, reach stackers,telehandler, hand lift/hand pallet, excavator,
excavator, grapple, backhoe, loader, dozer, traktor, grader, concrete paver, asphalt paver, asphalt sprayer,
aspalt, finisher, compactor roller/vibrator roller, dan peralatan lain yang sejenis;

d. truk terdiri atas tractor, truk pengangkut bahan berbahaya, dump truck, cargo truck lift, trailer, side, loader
truck, module transporter, axle transport, car towing, dan peralatan lain yang sejenis; dan

26
Pesawat Angkat Dongkrak

01
Pesawat Angkat Keran Angkat

01
Pesawat Angkat Keran Angkat

01
Pesawat Angkat Pengatur Posisi Benda Kerja

01
Pesawat Angkat Personal Platform

01
Pesawat Angkut Alat Berat
Pesawat Angkut Kereta
Pesawat Angkut Personal Basket
Pesawat Angkut Truk
Pesawat Angkut Robotik dan Konveyor
Bab IV Pesawat Angkut
Pasal 68

Landasan sebagai tumpuan atau lintasan untuk Pesawat Angkut harus memiliki konstruksi pondasi yang kuat

menahan beban, rata, stabil, dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Pasal 69
Penempatan Pesawat Angkut pada area kerja harus:
a. dalam kondisi stabil dan seimbang untuk menghindari terguling, terjungkal, terjungkit, dan terperosok; dan
b. memiliki ruang gerak yang cukup dan bebas dari rintangan agar tidak membahayakan orang di sekitarnya.

37
38

Bab iv Pesawat Angkut

Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 67 selain memiliki
komponen utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) juga
Pasal 70
memiliki komponen utama berupa alat
pengendali, kabin Operator atau ruang
pengoperasian atau ruang kontrol, dan
lengan yang merupakan arm dan boom.
Bab iv Pesawat Angkut
Pasal 71

1) Alat pengendali yang meliputi tuas, setir, dan tombol harus:

a. dibuat seragam dalam fungsi, gerak, dan warnanya; dan

b. didesain ergonomis dan aman bagi Operator.

2) Alat pengendali dengan sistem komputerisasi harus dilengkapi


monitor yang memberikan informasi pengoperasian.

3) Alat pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus:

a. mudah dioperasikan dan dipahami oleh Operator; dan

b. dilengkapi dengan simbol atau tanda yang memiliki keterangan


pengoperasian.

39
Bab iv Pesawat Angkut

Pasal 72

(1) Kabin Operator harus:

a. dirancang untuk memudahkan pandangan

Operator pada daerah pengoperasian;

b. dilengkapi dengan atap pelindung yang dapat

melindungi Operator dari perubahan cuaca dan

kemungkinan tertimpa suatu benda; dan

c. dilengkapi sabuk pengaman yang mampu

menahan tekanan kejut.


40
4
1

Bab iv Pesawat
Angkut
Pasal 72
(2) Ruang pengoperasian yang menyatu dengan
Pesawat Angkut harus:
a. mempunyai tempat atau panel untuk
penempatan alat pengendali pengoperasian;
b. dilengkapi Alat Pelindungan; dan
c. memberikan kenyamanan dan kemudahan
aktivitas atau gerak Operator.
42

Bab iv Pesawat Angkut

Pasal 72
4) Kabin Operator, ruang pengoperasian,
atau ruang kontrol harus dilengkapi:
a. tanda peringatan larangan masuk bagi
orang yang tidak berwenang; dan
b. alat pemadam api ringan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
atau standar yang berlaku.
Bab iv Pesawat
Angkut
Pasal 74

(1) Pengoperasian Pesawat Angkut pada saat


pemuatan, pemindahan, dan pembongkaran
harus dijamin tidak terjadi muatan tumpah.

(2) Lokasi pengoperasian Pesawat Angkut yang


membahayakan harus dilengkapi dengan tanda
peringatan larangan masuk bagi orang yang
tidak berkepentingan.
43
Bab iv Pesawat
Angkut
Pasal 74

3) Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang


tenaga penggeraknya motor bakar harus
dijalankan dengan aman sesuai dengan
kecepatan yang telah ditentukan.

4) Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang


tenaga penggeraknya motor bakar dilarang
dijalankan di daerah yang terdapat bahaya
kebakaran, peledakan, dan/atau ruangan
tertutup. 44
Bab iv Pesawat Angkut
Bagian Kedua

Alat Berat

Pasal 75

Alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a selain


memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dan Pasal 70, juga memiliki tiang (mast), garpu (fork), bak (bucket,
dan pencengkram (grapple).

45
Bab iv Pesawat
Angkut
Pasal 76

Tiang (mast) pada forklift harus:

a. mampu menahan benda kerja sesuai dengan standar yang berlaku;

b. mampu menahan rantai pengggerak garpu (fork)

c. dilengkapi pembatas (stopper) pada titik pengangkatan tertinggi; dan

d. dilengkapi tempat dudukan sandaran muatan (back rest)


Pasal 77

(1) Garpu (fork) pada forklift:

a. harus dibuat dengan faktor keamanan paling rendah 3 (tiga);

b. tidak mengalami defleksi melebihi sebesar 1/33 (satu per tiga puluh tiga)
dikali panjang garpu;

c. tidak diluruskan dan/atau dilakukan pengelasan pada garpu yang mengalami


bengkok atau patah;

d. tidak mengalami penipisan garpu lebih dari 10% (sepuluh persen);

Bab iv Pesawat Angkut e. harus dilengkapi pengatur dan pengunci posisi pada dudukan jika forklift
menggunakan fork ganda; dan

f. tidak mengalami perbedaan ketinggian lebih dari 3% {tiga persen) dari


panjang garpu apabila forklift menggunakan garpu (fork) ganda.

(2) Dalam menggunakan garpu (fork) pada forklift dilarang memasang alat
tambahan untuk memperpanjang garpu (fork).
Bab iv Pesawat Angkut
Pasal 81
Landasan forklift, lift truck, reach stackers, dan
telehandler.
a. harus dikonstruksi cukup kuat dan rata;
b. harus mempunyai tanda area lintasan;
c. tidak mempunyai belokan dengan sudut yang
tajam; dan
d. tidak mempunyai tanjakan atau turunan yang terjal
yang dapat mengganggu keseimbangan.

48
4
9

Bab iv Pesawat
Angkut
Pasal 82

Setiap orang dilarang menggunakan forklift, lifttruck,


reach stackers, dan telehandler dengan tenaga
penggerak motor bakar di area kerja yang mempunyai
bahan mudah meledak dan/atau dalam ruangan tertutup.
Bab iv Pesawat Angkut
Pasal 83

Sebelum memuat dan membongkar muatan, rem pada


Forklift, reach stacker, telehandler, dan sejenisnya harus
digunakan dan jika di atas tanjakan, roda harus diberi
penahan.

50
Bab iv Pesawat Angkut

Pasal 84

Jarak bebas sisi lintasan yang dilalui forklift, telehandler, dan sejenisnya paling
sedikit:

a. 60 cm (enam puluh sentimeter) diukur dari sisi terluar pesawat atau sisi
terluar muatan yang paling lebar jika digunakan lalu lintas satu arah; dan

b. 90 cm (sembilan puluh sentimeter) diukur dari sisi terluar di antara dua


pesawat atau sisi terluar di antara muatan yang paling lebar di kedua
pesawat jika digunakan lalu lintas 2 (dua) arah.

51
Pasal 85

(1) Forklift pada saat dioperasikan dalam keadaan


berjalan:

a. garpu (fork) atau permukaan bagian bawah muatan


hams beijarak paling tinggi 15 cm (lima belas
sentimeter) diukur deiri permukaan landasan; dan

b. Harus berjarak paling dekat 10 m (sepuluh meter)


dari bagian belakang kendaraan yang ada di
depannya.

(2) Forklift pada saat sedang tidak digunakan hams


diletakkan pada landasan yang rata tanpa ada kemiringan
dengan kondisi rem terkunci dan garpu sisi terbawah
menempel pada permukaan landasan.

(3) Forklift dilarang digunakan untuk tujuan lain selain

Bab iv Pesawat Angkut


untuk mengangkat, mengangkut, dan meletakkan
muatan/ barang.

(4) Forklift jenis telehandler dan reach stacker


dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1) huruf a,
52
Bab iv Pesawat
Angkut

Pasal 90

Alat berat dilarang dioperasikan atau


dijalankan secara melintang pada lintasan
miring.

53
Bagian Kesatu

Umum

Pasal 140

(1) Pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian atau pengoperasian,


pemeliharaan dan perawatan, perbaikan, perubahan atau

BAB VI modifikasi, serta pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan


oleh personel yang mempunyai kompetensi dan kewenangan di

PERSONEL bidang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

(2) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Teknisi;

b. Operator;

c. Juru Ikat (rigger); dan

d. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.


54
BAB VI
PERSONEL

(3) Kompetensi personel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Kewenangan personel Teknisi, Operator, dan Juru Ikat (rigger) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c harus dibuktikan dengan Lisensi K3

(5) Kewenangan personel Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d dibuktikan dengan surat keputusan penunjukan dan kartu
tanda kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

55
BAB VI
PERSONEL
Pasal 141

1) Pemasangan dan/atau perakitan, pemeliharaan dan perawatan,


perbaikan, dan perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut harus dilakukan oleh Teknisi bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.

2) Pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut harus dilakukan


oleh Operator dengan kualifikasi sesuai jenis dan kapasitas Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.

3) Pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


dilakukan oleh Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut dan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat
Angkat Dan Pesawat Angkut.
56
BAB VI
PERSONEL
Pasal 152
(1)Operator forklift/ lifttruck, rack stackers, reach stackers,
dan telehandler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151
huruf a diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Operator kelas II; dan
b. Operator kelas I.

57
Pasal 153
(1) Operator forklift/lifttruck, rack stackers, reach stackers, telehandler kelas
II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152 ayat (1) huruf a harus memenuhi
persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMP atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;

BAB VI d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;


e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan

PERSONEL
f. memiliki Lisensi K3.
(2) Operator forklift/lifttruck, rack stackers, reach stackers, telehandler kelas I
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152 ayat (1) huruf b harus memenuhi
persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMA atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3. 58
BAB VI
PERSONEL
Pasal 162
(2) Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan/atau Juru Ikat (rigger) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
(4) Permohonan perpanjangan Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan/atau Juru Ikat {riggei) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan oleh Pengurus dan/atau Pengusaha kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a. asli Lisensi K3 yang akan diperpanjang;
b. surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter;
c. fotokopi kartu tanda penduduk;
d. fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya; dan
e. pas foto berwama ukuran 2x3 cm (dua kali tiga sentimeter) sebanyak 3 (tiga) lembar dan ukuran 4x6 cm (empat kali enam
sentimeter) sebanyak 2 (dua) lembar.
(5) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum masa berlakunya berakhir. 59
Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator
Pasal 165
(1) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (2) merupakan Tenaga Kerja yang
memiliki tugas:
a. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan K3 Pesawat Angkat dan Pesawat
BAB VI Angkut;
PERSONEL b. melaksanakan identifikasi potensi bahaya pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
c. melaksanakan teknik dan syarat-syarat K3 pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
d. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut, Alat Pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya sebelum pengoperasian Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut; dan
e. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dalam
keadaan aman. 60
BAB VI
PERSONEL
Bagian Keduabelas

Tugas dan Kewenangan Operator

Pasal 165

(2) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (2) berwenang menghentikan
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut jika Alat Pengaman atau perlengkapan Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak.

(6) Operator forklift/liftruck, rack stackers, reach stackers, telehandler kelas I selain
berwenang melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga berwenang:

a. mengoperasikan forklift/liftruck, rack stackers, reach stackers, telehandler sesuai


dengan jenisnya dengan kapasitas lebih dari 15 (lima belas) ton;

b. mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas II.


61
BAB VI
PERSONEL
Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator
Pasal 165
• (7) Operator forklift/liftruck, rack stackers, reach stackers, telehandler kelas II selain berwenang
melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga berwenang mengoperasikan forklift/liftruck,
rack stackers, reach stackers, telehandler sesuai jenisnya dengan kapasitas sampai dengan 15 (lima
belas} ton.

62
BAB VI
PERSONEL
Pasal 169
(1) Operator Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berkewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan pcrundangundangandi bidang K3;
b. melaksanakan standar prosedur kerja aman;
c. tidak meninggalkan tempat/ruang kerja pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
selama tenaga penggerak bekerja;
d. mengoordinasikan Operator kelas II dan Operator kelas III bagi Operator kelas I, dan Operator
kelas II mengawasi dan mengoordinasikan Operator kelas III;
e. mengisi buku keija dan membuat laporan harian selama mengoperasikan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut; dan
f. segera melaporkan kepada atasan jika Alat Pengaman atau perlengkapan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak.

63
BAB VI
PERSONEL

Pasal 171
(1) Pengurus dan/atau Pengusaha dilarang mempekerjakan:
a. Teknisi, Operator, dan Juru Ikat (rigger) yang tidak memiliki Lisensi K3; dan
b. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang tidak memiliki surat keputusan penunjukan dan
kartu tanda kewenangan.
(2) Pengurus dan/atau Pengusaha harus menyediakan buku kerja yang berisi rekaman kegiatan.
(3) Pengurus dan/atau Pengusaha wajib melakukan pemeriksaan buku kerja Teknisi, Operator, dan Juru Ikat
(rigger) yang berada di bawah pimpinannya setiap 3 (tiga) bulan sekali.
(4) Buku keija sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

64
BAB VI
PERSONEL
Bagian Keenambelas
Pencabutan
Pasal 172
(1) Pencabutan surat keputusan penunjukan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pencabutan Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan Juru Ikat (rigger) jika yang bersangkutan
terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasinya;
b. melakukan kesalahan, kelalaian, atau kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan berbahaya
atau kecelakaan kerja; dan/atau
c. tidak melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan.

65
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 173

(1) Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian


atau pengoperasian, perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

(3) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2) harus
dilakukan oleh:

a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;

b. Penguji K3 yang mempunyai kompetensi di bidang Pesawat Angkat dan Pesawat


Angkut; atau

c. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

66
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 174
Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
173 meliputi pemeriksaan dan pengujian:
a. pertama;
b. berkala;
c. khusus; dan
d. ulang.

67
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 175

(1) Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 174 ayat (1) huruf a dilakukan pada;

a. pembuatan;

b. pemasangan dan/atau perakitan;

c. perbaikan dan/atau perubahan atau modifikasi;

d. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang belum pernah


dilakukan pemeriksaan dan pengujian, yang akan digunakan
atau baru, yang diimpor, dan/atau yang disewakan. 68
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 176

(1) Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 174 ayat (1) huruf b untuk Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun setelah
pemeriksaan dan pengujian pertama dan selanjutnya dilakukan
setiap 1 (satu) tahun sekali.

69
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 177

(1) Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 174 ayat (1) huruf c dilakukan setelah terjadi
kecelakaan kerja, kebakaran, dan peledakan.

70
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 178

(1) Pemeriksaan dan pengujian ulang Pesawat Angkat dan


Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat (1)
huruf d dilakukan jika hasil pemeriksaan dan pengujian
sebelumnya terdapat keraguan.

71
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pased 182
(1) Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang mendapatkan surat
keterangan memenuhi persyaratan K3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 181 ayat (2) diberikan stiker memenuhi syarat K3
pada setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

72
Pasal 186
Pengurus dan/atau Pengusaha yang
tidak memenuhi ketentuan Pasal 2
ayat (1) dalam Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.

BAB IX
SANKSl
73
KEPMENKER NO.1135/MEN/1987 ( LAMPIRAN III )

Lambang K3
 Arti (Makna) Tanda Palang

Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja

 Arti (Makna) Roda Gigi

Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

 Arti (Makna) Warna Putih


“ Bentuk lambang berupa palang
Bersih dan suci. berwarna hijau dengan roda
 Arti (Makna) Warna Hijau bergerigi sebelas dengan warna
dasar putih ”
Selamat, sehat dan sejahtera.

 Arti (Makna) 11 (sebelas) Roda Gigi

Sebelas Bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja.


KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

• Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

• Pesawat Angkut adalah pesawat atau peralatan yang dibuat dan dikonstruksi untuk
memindahkan benda atau muatan, atau orang secara horisontal, vertikal, diagonal, dengan
menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawatnya, ataupun tidak menggunakan
kemudi dan bergerak di atas landasan, permukaan maupun rel atau secara terus menerus
dengan menggunakan bantuan ban, atau rantai atau rol.

75
BULAN K3 TAHUN
2022
12 Januari – 12 “ Penerapan Budaya K3 Pada
Febuari Setiap Kegiatan Usaha Guna
 UU NO.1 TAHUN 1970
Mendukung Perlindungan
Tenaga Kerja Di Era Digitalisasi “

76
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
• Angka kecelakaan kerja di dunia masih sangat tinggi.
Menurut data International Labour Organization (ILO 2019)
Grafik Kasus Kecelakaan Kerja satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena
kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat
177000
kerja Data sebelumnya tahun 2019 International Labour
180000
Organization (ILO) mencatat angka kematian akibat
160000 kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta
140000
120000
114000 kasus setiap tahun (Kemenkes, 2019).
100000 • Kasus kecelakaan kerja pada 2019 telah terjadi 114 Ribu
80000
60000 kasus kecelakaan kerja dan Januari hingga Oktober tahun
4,4
40000
2,4
Tahun 2020 2020 terjadi 177 Ribu kasus kecelakaan kerja. Hal ini
20000
0
Tahun 2019 menunjukkan terjadinya peningkatan kasus kecelakaan kerja
Tahun 2019 Tahun 2020 sebesar 26.40 persen (BPJS Ketenagakerjaan 2020).
Tahun 2019 Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai