Anda di halaman 1dari 39

PT.

ASHINDO TAMA
Pusat Pendidikan & Pelatihan K3

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


[K3] MIGAS

1
PT. ASHINDO TAMA
Jl. Wisata Payau No 99 Tritihkulon Cilacap, Jawa Tengah.
Telp. (0282) 540561 website : www.ashindotama.com

PERATURAN PERUNDANGAN
Peraturan Perundangan
K3LL Migas
• Undang Undang tentang Ketenagakerjaan
Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Menteri
Peraturan Perundangan Migas
Undang-Undang

- Undang Undang No. 1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja


- Undang Undang No. 44 Prp. Thn 1960 tentang Pertambangan dan
Gas Bumi jo. UU No. 8 Thn 1971 tentang Perusahaan
Pertambangan dan Minyak Gas Bumi Negara
- Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Undang Undang No. 22 Thn 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
- Undang-undang No. 13 Thn 2003 tentang Ketenagakerjaan

Peraturan Keselamatan Kerja Tambang


Mijn Politie Reglemen No. 341 Thn 1930
PP Kegiatan Hulu dan Hilir
 Peraturan Pemerintah No. 35 Thn 2004 No. jo
PP 34 Thn 2005 tentang : Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas Bumi

 Peraturan Pemerintah No. 36 Thn 2004 tentang :


Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah – K3 Migas
1. Peraturan Pemerintah No. 19 Thn 1973 tentang :
Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
2. Peraturan Pemerintah No. 17 Thn 1974 tentang :
Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi Dan Eksploitasi
Migas di Daerah Lepas Pantai
3. Peraturan Pemerintah No. 11 Thn 1979 Tentang :
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Migas
Peraturan Menteri – K3 Migas
 Peraturan Menteri Pertambangan
No. 05/P/M/Pertamb/1977 tentang Kewajiban
Memiliki Sertifikat Kelayakan Konstruksi untuk
Platform Migas di Daerah Lepas Pantai
 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 06P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan
Migas dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
K3 LINGKUNGAN
UU NO. 1/1970 UU NO. 32/2009
UU NO.22/2001 UU NO. 44 Prp.
THN 1960 JO. UU UU NO. 13/2003 PPLH
PASAL 40 AYAT (2),
(3), DAN (6)‫‏‬ NO. 8 THN 1971
MPR NO. 341
TAHUN 1930

PP No. 35/2004 PP NO. 19/1973 PP No. 27/1999

PP No. 36/2004 PP NO. 17/1974 PP No. 85/1999

RPP K3PL PP NO. 11/1979 PP No. 82/2001


PP No. 41/1999, Dll.

KEPMEN ESDM dan


TERKAIT
2.2

UU No 1 Tahun 1970
KESELAMATAN KERJA

Pengganti XI Bab
Veiligheids Reglement (VR) Stbl 1910 No 406 18 Pasal
UU No. 1 Tahun 1970

Mana
jemen SDM

BAHAN
LINGKUNGAN KERJA

AMAN Produk
FAKTOR
PERALATAN TEMPAT KERJA SEHAT tivitas
PENYEBAB

SIFAT PEKERJAAN
PROSES PRODUKSI

CARA KERJA KECELAKAAN

ANALISIS
UU No 1 Thn 1970 Keselamatan Kerja
Simbol : jumlah gigi roda = 11
Tanda silang = keselamatan
XI Bab, 18 pasal Gerigi : Berputar secara dinamis

Bab VII : Kecelakaan


Bab I : Tentang Istilah-istilah
Bab VIII : Kewajiban dan Hak
Bab II : Ruang Lingkup
Tenaga Kerja
Bab III : Syarat-syarat
Bab IX : Kewajiban Bila
Keselamatan Kerja
Bab IV : Pengawasan Memasuki Tempat Kerja
Bab V : Pembinaan Bab X : Kewajiban Pengurus
Bab VI : Panitia Pembina K3 Bab XI : Ketentuan-ketentuan
Penutup
UU No.1 Tahun 1970
• Terlampir
Istilah-istilah [pasal 1]
 Tempat kerja  ruangan/lapangan, tertutup/terbuka,
diam/bergerak, tenaga kerja bekerja
ruangan/lapangan/halaman/sekelilingnya
 Pengurus  Manajemen
 Pengusaha  Orang, Badan Hukum
 Direktur  Pejabat yang ditunjuk Menaker
sebagai pelaksana UU No.1 Th 1970
 Pegawai pengawas  pegawai teknis berkeahlian
khusus dari dalam Depnaker yang
ditunjuk oleh Menaker
 Ahli Keselamatan Kerja  tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Depnaker
Ruang Lingkup Keselamatan Kerja [pasal 2]

• Keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di


dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia

• Rincian aktivitas dan tempat pada ayat 2 dan 3


Syarat-syarat Keselamatan Kerja [pasal 3]

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;


b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. memperoleh ......
Syarat-syarat Keselamatan Kerja
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
Pengawasan [pasal 4-8]
• Direktur : pengawasan umum pelaksanaan UU
Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja : pengawasan
langsung pelaksanaan

 Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan


kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya
 Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
Pembinaan Tenaga Kerja Baru [pasal 9]

Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada


tiap tenaga kerja baru tentang :
 Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat
timbul dalam tempat kerja
 Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerja;
 Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan;
 Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya
Pembinaan Semua Tenaga Kerja [pasal 9]

• Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan


bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam
• pencegahan kecelakaan, dan
• pemberantasan kebakaran, serta
• peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula
dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan
Panitia Pembina K3 (P2K3)‫[‏‬pasal 10]

Menteri Tenaga Kerja Menugaskan


Membentuk P2K3
Dasar hukum pembentukan P2K3 adalah
Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987
Pengusaha/Pengurus dan tenaga kerja
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi
Kecelakaan [pasal 11]

Pelaporan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja

Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang


terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja [pasal 12]
Kewajiban :
a) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
b) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
c) Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau keselamatan kerja;
Hak :
e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan
keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan
Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
[pasal 13]

• mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan


memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Kewajiban Pengurus [pasal 14]
1.secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan dalam tempat kerja
2.memasang semua gambar keselamatan kerja pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
3.menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja dan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja
2.3

PP No 19 Tahun 1973
Pengaturan Dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
PP No 19 Tahun 1973
• Menimbang :
• Departemen Pertambangan telah mempunyai personil dan peralatan
yang khusus untuk menyelenggarakan pengawasan keselamatan kerja
dibidang pertambangan;

• Pasal 2 :
• Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

• Pasal 5
• Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan
pengawasan terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom
Ordonnantie 1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
PP No 17 Tahun 1974
Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah
Lepas Pantai
PP No 17 Tahun 1974
• Pasal 1

• A. Eksplorasi : Usaha pertumbuhan minyak dan gas bumi, eksplorasi


didaerah lepas pantai.
• B. Eksploitasi : Usaha pertambangan minyak dan gas bumi eksploitasi
didaerah lepas pantai.
• C. Daerah lepas pantai : daerah yang meliputi perairan Indonesia dan landas
kontinen indonesia.
• D. Instalasi pertambangan : instalasi pertambangan minyak dan gas bumi
yang didirikan di daerah lepas pantai untuk melaksanakan usaha
pertambangan minyak dan gas bumi.
• E. Sumur : Sumur minyak dan gas bumi didaerah lepas pantai.
PP No 17 Tahun 1974
• Pasal 2

• (1)Tata usaha dan pengawasan atas pekerjaan-pekerjaan dan pelaksanaan


usaha pertambangan minyak dan gas bumi dipusatkan pada Menteri.
• (2)Menteri melimpahkan wewenangnya untuk mengawasi pelaksanaan
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini kepada Direktur Jendral
dan Direktur Jendral menunjuk Direktur sebagai pelaksananya.
• (3)Pelaksanaan tugas dan pekerjaan Direktur sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (2) pasal ini dilakukan oleh pejabat-pejabat Direktorat minyak dan gas
bumi, yang ditunjuk oleh Direktur Jendral atas usul Direktur, sebagai
inspektur tambang minyak dan gas bumi, yang selanjutnya dalam Peraturan
Pemerintah ini disebut Inspektur.
• (4)Inspektur bertanggung-jawab atas tugas dan pekerjaannya kepada
Direktur.
2.4

PP No 11 Tahun 1979
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Migas
PP No 11 Tahun 1979
• Pasal 1:
• Pemurnian dan Pengolahan adalah usaha memproses
minyak dan gas bumi di daratan atau di daerah lepas pantai
dengan cara mempergunakan proses fisika dan kimia guna
memperoleh dan mempertinggi mutu hasil-hasil minyak dan
gas bumi yang dapat digunakan;

• Tempat pemurnian dan pengolahan adalah tempat


penyelengaraan pemurnian dan pengolahan minyak dan gas
bumi, termasuk di dalamnya peralatan, bangunan dan instalasi
yang secara langsung dan tidak langsung (penunjang)
berhubungan dengan proses pemurnian dan pengolahan;
PP No 11 Tahun 1979
(1)Tatausaha dan pengawasan keselamatan kerja atas pekerjaan-pekerjaan serta
pelaksanaan pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi berada dalam
wewenang dan tanggungjawab Menteri.
(2)Menteri melimpahkan wewenangnya untuk mengawasi pelaksanaan
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini kepada Direktur
Jenderal dengan hak substitusi.
(3) Pelaksanaan tugas dan pekerjaan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2)
dilakukan oleh Kepala Inspeksi dibantu oleh Pelaksana Inspeksi Tambang.
(4)Kepala Inspeksi memimpin dan bertanggungjawab mengenai pengawasan
ditaatinya ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan
mempunyai wewenang sebagai Pelaksana Inspeksi Tambang.
(5)Pelaksana Inspeksi Tambang melaksanakan pengawasan ditaatinya
ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
PP No 11 Tahun 1979
BAB II
BANGUNAN

Pasal 6
Tanda warna peralatan pada tempat pemurnian dan pengolahan
seperti kolom, pipa, pesawat, rambu tanda bahaya, alat
pelindung, dan lain-lainnya
harus memenuhi keseragaman warna yang disetujui oleh Kepala
Inspeksi.
PP No 11 Tahun 1979
BAB XI
TEMPAT PENIMBUNAN

Pasal 23

(1) Tempat penimbunan minyak dan gas bumi beserta hasil


pemurnian dan pengolahannya, termasuk gas bumi yang
dicairkan, bahan cair dan gas lainnya yang mudah terbakar dan
atau mudah meledak dan zat yang berbahaya lainnya, harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam standar
yang diakui oleh Menteri,kecuali apabila ditentukan lain dalam
Peraturan Pemerintah ini atauoleh Kepala Inspeksi.
PP No 11 Tahun 1979
BAB XI
TEMPAT PENIMBUNAN

Pasal 23
(2) Tempat penimbunan termaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan alat-
alat pengaman dan dibuat atau dibangun sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan serta apabila terjadi kebakaran
atau ledakan harus dapat dibatasi atau dilokalisir setempat.
(3) Tempat penimbunan yang berbentuk tangki untuk bahan cair harus
dikelilingi dengan tanggul yang dapat menampung sejumlah bahan cair yang
ditentukan. Tinggi tanggul tidak boleh melebihi 150 (seratus lima puluh)
sentimeter dan permukaan tanah di bagian luar tempat yang ditanggul.
Setiap tempat yang ditanggul harus dilengkapi dengan sistim saluran untuk
pengeringan yang dapat ditutup apabila
PP No 11 Tahun 1979
XV
LISTRIK

Pasal 28

(1) Pesawat pembangkit tenaga listrik, pesawat yang menyalurkan tenaga listrik
atau menggunakan tenaga listrik peralatan listrik, pemasangan dan
penggunaan tenaga listrik, harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana
tercantum dalam standar yang diakui oleh Menteri,kecuali apabila ditentukan
lain dalam Peraturan Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
(2) Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh terputusnya
aliran listrik, Kepala Teknik wajib menjamin kelangsungan aliran listrik
tersebut di lokasi-lokasi tertentu atau instalasi-instalasi tertentu di tempat
pemurnian dan pengolahan. dapat dibatasi atau dilokalisir setempat.
PP No 11 Tahun 1979
BAB XVI
PENERANGAN LAMPU

Pasal 31
(1) Penerangan lampu dalam instalasi dan di seluruh tempat pemurnian dan
pengolahan harus baik.
(2) Dalam tempat pemurnian dan pengolahan serta unit-unitnya tidak boleh
digunakan penerangan lampu selain daripada lampu listrik yang dilindungi
dengan tutup gelas yang kuat dan kedap gas. Di tempat tempat yang
dianggap perlu sebelah luar tutup lampu tersebut harus dilindungi dengan
keranjang pelindung yang baik dan cukup kuat.
(3) Pada tempat dan instalasi tertentu harus disediakan alat penerangan lampu
darurat yang aman yang setiap waktu siap digunakan.
(4) Pada tempat dan pekerjaan tertentu harus digunakan arus listrik tegangan
dibawah 50 (lima puluh) volt.
PP No 11 Tahun 1979
BAB XXV
KEWAJIBAN UMUM PENGUSAHA,KEPALA TEKNIK DAN PEKERJA
BAWAHANNYA

Pasal 45

(1) Kepala Teknik wajib menjaga ditaatinya ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah


ini dengan cara membina, memberikan instruksi, menyediakan peralatan dan
perlengkapan serta melakukan pengawasan yang diperlukan, sepanjang hal itu tidak
ditetapkan secara nyata-nyata menjadi kewajiban Pengusaha.
(2) Setiap pekerja yang menjadi bawahan dari Pengusaha atau Kepala Teknik yang
ditunjuk menjadi pimpinan atau ditunjuk untukmelakukan pengawasan pada suatu
bagian daripada suatu pekerjaan,di dalam batas-batas lingkungan pekerjaan yang
menjadi wewenangnya, wajib menjaga ditaatinya ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah ini seperti halnya seorang Kepala Teknik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai