Anda di halaman 1dari 63

UNDANG – UNDANG

NO. 1 TAHUN 1970


TENTANG
KESELAMATAN
KERJA

Mirna Marintan Harahap, S.E


Pengawas Ketenagakerjaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
PERKENALAN

Nama : Mirna Marintan Harahap, S.E

Pekerjaan : Pengawas Ketenagakerjaan

Instansi : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Daerah Istimewa Yogyakarta
DISKUSI

1. Apa yang anda ketahui mengenai K3?

2. Apa manfaat K3 bagi perusahaan dan bagi


pekerja?
ARTI DAN MAKNA LAMBANG PADA BENDERA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TUJUAN PEMBELAJARAN :

Peserta diharapkan mampu :

 Mengetahui Pengertian K3;


 Mengetahui sejarah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3);
 Memahami Undang – Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja
PENDEKATAN K3
• Hukum
• Kemanusiaan
• Ekonomi
UTAMAKAN KESELAMATAN
• Philosophy
DAN KESEHATAN KERJA
• Keilmuan
PENDEKATAN K3
• Pendekatan Hukum
• K3 merupakan ketentuan
perundangan .
• K3 wajib dilaksanakan
• Pelanggaran terhadap K3
dapat dikenakan sangsi
pidana (denda/kurungan)
PENDEKATAN K3
• Pendekatan Kemanusiaan
• Kecelakaan menimbulkan
penderitaan bagi si korban/
keluarganya.
• K3 melindungi pekerja dan
masyarakat
• K3 bagian dari HAM
PENDEKATAN K3
• Pendekatan Ekonomi
• K3 mencegah
kerugian
• Meningkatkan
produktivitas
PENGERTIAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Philosophy
Upaya atau pemikiran dan penerapannya
yang ditujukan untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja
PENGERTIAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll

“ACCIDENT PREVENTION”
TUJUAN K3
• Melindungi para pekerja dan orang
lain di tempat kerja

• Menjamin agar setiap sumber


produksi/instalasi/pesawat dapat
dipakai secara aman dan efisien

• Menjamin proses produksi berjalan


lancar
SEJARAH K3
 Kurang lebih 1700 tahun sebelum Masehi raja Hamurabi dari kerajaan
Babylonia dalam kitab Undang-Undangnya menyatakan bahwa :
“ Bila sesorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan
pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh
dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut
dibunuh”

 Zaman Mozai ± 5 abad setelah Hamurabi, menyatakan bahwa :


“ Ahli bangunan bertanggungjawab atas keselamatan para pelaksana
dan pekerja dengan menetapkan pemasangan pagar pada setiap sisi area
bangunan”

 ± 80 tahun sesudah masehi, Plinius seorang ahli Encyclopia bangsa Roma


mensyaratkan agar para pekerja tambang harus menggunakan tutup hidung

 * Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelesik di


tengah lapangan Pieter Roma, Ia selalu mensyaratkan agar pekerja
memakai topi baja.
 Revolusi industri di Inggris (abad 18) penggunaan mesin uap
Pengusaha berpendapat kecelakaan kerja merupakan bagian dan
resiko dari pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan beban pekerja.
Pekerja mendesak pengusaha untuk mengambil langkah - langkah
positif :
 Kecelakaan akibat kesalahan pekerja, pengusaha tidak
bertanggungjawab.
 Pemberian perawatan kepada korban kecelakaan kerja
berdasarkan prikemanusiaan.
 Pengusaha akan bertanggung jawab bila kecelakaan kerja
diakibatkan bukan kesalahan pekerja.

 Tahun 1901 di Amerika diberlakukan UU kompensasi ( Work


Compentsation Law )
“ Tidak memandang kecelakaan tersebut terjadi akibat kesalahan
korban atau tidak, yang bersangkutan mendapat ganti rugi “

 Tahun 1931 H.W Heinrich dalam buku “ Industrial accident


Prevention” prinsip gerakan K3 sampai saat ini. Kecelakaan/
peledakan
PERKEMBANGAN PERATURAN K3
DI INDONESIA
 Peraturan K3 Periode Tahun 1847 s.d 12 januari 1970

 Tahun 1847 , Hindia Belanda melakukan pengawasan penggunaan


mesin uap, keselamatan ditujukan pada K3 belum pada rakyat
Indonesia.
 28 Pebruari 1852 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
staatblad no. 20 tentang Keselamatan kerja pemakaian mesin
uap.
 Veiligheid Reglement (VR) tahun 1910 Staatblad No 406 tentang
keselamatan kerja pemakaian diesel dan listrik di industri
pengolahan.
 Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No.
225 dan Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat
uap ( sampai saat ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan
Peraturan Uap).
 Undang-Undang Penimbunan dan Penyimpan Minyak tanah dan
bahan-bahan cair lainnya yang mudah menyala (stbl 1927 No. 99.
 Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927 No.
214)
 Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang mengatur
pengawasan terhadap bahan yang mengandung racun (pabrik cat,
accu, percetakan dll)
 Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143
dan no. 10 tahun 1932 dan tahun 1933, mengatur pengawasan
terhadap pelaksanaan undang-undang dan peraturan petasan
 Industrienbaan Ordonantie dan Industriebaan Verordening Stbl.
No. 595 dan No. 29 Tahun 1938 dan tahun 1939 tentang
pengawasan terhadap jalan kereta api, loko dan gerbongnya yang
digunakan sebagai alat angkut selain PJKA.
 Retribusi Ordonantie Stbl No. 424 tahun 1940 dan Retributie
Vorerdening Stbl No. 425 tahun 1940.
 Undang No. 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan
pemerintah pengganti Undang - Undang No. 1 tahun 1962 Tentang
barang (Lembaran Negara No. 251 tahun 1961)
 Peraturan Khusus (peraturan pemberlakuan peraturan Belanda di
Indonesia)
Peraturan Khusus
 AA : Untuk Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(Tidak berlaku lagi).
 BB : Tentang Instalasi-instalasi Listrik. (Tidak berlaku
lagi).
 CC : Mengenai Pabrik Gula Putih
 DD : Untuk Bejana-bejana berisi dengan udara yang
dikempa dan dipergunakan untuk menggerakkan
motor-motor bakar. (Tidak berlaku lagi).
 EE : Mengenai Perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik
dan bengkel-bengkel dimana bahan yang mudah
terbakar dibuat, dipergunakan atau dikerjakan.
 FF : Mengenai Perusahaan-perusahaan, bengkel
bengkel dimana dibuat, dipakai atau dikempa
gas di dalam botol baja, silinder atau bejana.
(Tidak berlaku lagi).
 GG : Mengenai instalasi untuk memproyektir gambar
bayang-bayang dalam bioskop.
 HH : Mengenai Perusahaan-perusahaan pabrik-
pabrik dan tempat bekerja dimana timah putih
kering dikerjakan atau diolah.
 II : Instalasi-instalasi untuk pembuatan gas
karbid bagi keperluan teknik. (Tidak berlaku lagi).
 KK : Mengenai Pabrik-pabrik dan tempat
tempat dimana bahan yang dapat meledak,
diolah atau dikerjakan. (Tidak
berlaku lagi).
 LL : Mengenai Usaha-usaha keselamatan
kerja untuk pekerjaan-pekerjaan di dalam
tangki-tangki apung.
 NN : Mengenai Perusahaan –perusahaan dan
pabrik pabrik yang membuat gelas atau barang
dari gelas
o Peraturan K3 periode 12 Januari 1970 s.d. sekarang
UU no. 1 tahun 1970 menggantikan VR 1910
• Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di
bidang pertambangan
• PP No. 07 Tahun 1973 tentang pengawasan atas
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida.
• PP No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja radiasi
• PP No. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja
pada pemurnian dan pengolahan miyak dan gas
bumi.
• Peraturan Pelaksana UU No. 1 tahun 1970
• Peraturan-peraturan dan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja.
MINDSET
11 Bab 18 Pasal

Istilah I Pembinaan V Kewajiban Bila


Memasuki Tempat
Kerja IX
R. Lingkup II Kelembagaan VI
Kewajiban Pengurus
X
Syarat2
III Kecelakaan VII
Keselamatan
Kerja Ketentuan PenutupXI
Kewajiban & Hak
22 Pengawasan IV
Tenaga Kerja
VIII
BAB I
ISTILAH
Pasal 1 ayat (1)

TEMPAT KERJA  Ruangan / Lapangan


 Tertutup / Terbuka
 Bergerak / tetap

- Usaha
- Tenaga kerja
- Sumber bahaya
ISTILAH (LANJUTAN)
Pasal 1 ayat (2), (3), (4), (5) dan (6)

PENGURUS
Orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja

PENGUSAHA
Orang / badan hukum yg menjalankan usaha  mempergunakan
tempat kerja

DIREKTUR
Pelaksana UU No. 1/1970  Ditunjuk Menteri Tenaga Kerja

PEGAWAI PENGAWAS
Pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja  ditunjuk oleh Menteri
AHLI KESELAMATAN KERJA
Tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar Departemen
Tenaga Kerja  Ditunjuk Menteri
BAB II
RUANG LINGKUP
Udara Pasal 2

Darat
Dalam tanah 18 kelompok tempat kerja

Jenis-jenis usaha (tempat kerja) yang


diwajibkan melaksanakan syarat K3, tempat
kerja yang mempunyai sumber bahaya, yg
berkaitan dgn :
- Keadaan mesin,pesawat,alat kerja,
peralatan dan bahan
- Sifat pekerjaan
- Cara bekerja
Permukaan air - Lingkungan
- Proses produksi
Dalam air
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


Huruf (a) - (r)
(a)

Tempat kerja dimana dibuat,


dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat,
alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(b)

dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan,


diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan
bahan atau barang yang: dapat
meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


dikerjakan pembangunan, (c)
perbaikan, perawatan,
pembersihan atau
pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah
dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan
persiapan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(d)

dilakukan usaha: pertanian,


perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan
kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(e)

dilakukan usaha pertambangan dan


pengolahan: emas, perak, logam atau
bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas,
minyak atau mineral lainnya, baik di
permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan

Seorang anggota staf PT Freeport Indonesia, Kamis (2/2), melihat proses


flotasi atau pengapungan mineral tambang, seperti tembaga, emas, dan
perak. Proses itu dilakukan untuk memperoleh konsentrat yang terdiri dari
tembaga, emas, dan perak. Konsentrat itu kemudian dialirkan ke Pelabuhan
Amamapare, dikeringkan, dan kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pengecoran.
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(f)

dilakukan pengangkutan barang,


binatang atau manusia, baik di
darat, melalui
terowongan, dipermukaan air,
dalam air maupun di udara
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(g)

dikerjakan bongkar muat barang


muatan di kapal, perahu,
dermaga, dok, stasiun atau
gudang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(h)

dilakukan penyelaman, pengambilan


benda dan pekerjaan lain di dalam air
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(i)

dilakukan pekerjaan dalam


ketinggian di atas permukaan
tanah atau perairan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(j)

dilakukan pekerjaan dibawah


tekanan udara atau suhu yang
tinggi atau rendah

Peleburan baja Peleburan pasir timah


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(k)

dilakukan pekerjaan yang


mengandung bahaya
tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting

Penambang Emas Illegal Beresiko Tertimbun Tanah Longsor


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(l)

dilakukan pekerjaan dalam tangki,


sumur atau lubang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(m)

terdapat atau menyebar suhu, kelembaban,


debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara atau getaran;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(n)

dilakukan pembuangan atau


pemusnahan sampah atau limbah;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(o)

dilakukan pemancaran, penyiaran atau


penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(p)

dilakukan pendidikan, pembinaan,


percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat
teknis;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(q)

dibangkitkan, dirubah,
dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau
disalurkan
listrik, gas, minyak atau
air;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(r)

diputar film, pertunjukan sandiwara


atau diselenggarakan rekreasi
lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik
atau mekanik.

tornado
BAB III
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
huruf a - r

a. mencegah dan mengurangi


kecelakaan

b. mencegah, mengurangi dan


memadamkan kebakaran

c. mencegah dan mengurangi


bahaya peledakan
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

d. memberi kesempatan atau jalan


menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
ataukejadian-kejadian
lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada


para pekerja;
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau


menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya


penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

i. memperoleh penerangan yang cukup dan


sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara


yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang


cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan


ketertiban;
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja,


alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;

n. mengamankan dan memperlancar


pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis


bangunan;
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

p. mengamankan dan memperlancar


pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;

q. mencegah terkena aliran listrik yang


berbahaya;

r. menyesuaikan dan menyempurnakan


pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
POLA PENERAPAN K3
Pasal 4
Pemeriksaan & Pemeriksaan &
Pengujian Pengujian

Pengesahan Pengesahan
gambar pemakaian
rencana
Test
Berkala
- Pemasangan
- Pengangkutan - Pemakaian
Perencanaan Pembuatan - Pemeliharaan
- Perdagangan
- Penyimpanan

Perusahaan pembuat / produsen barang2 Perusahaan yang memperlakukannya

Termasuk produk luar negeri


BAB IV
PENGAWASAN K3 Pasal 5
MENAKER RI

DIRJEN BINWASNAKER dan K3

DIREKTUR PNK3

PENGAWAS KETENAGAKERJAAN AHLI K3

DI TEMPAT KERJA
PUSAT (KEMNAKER)
DI PJK3
DISNAKER PROVINSI
PENGAWASAN K3
Pasal 6

Ketentuan banding bagi


yang tidak menerima
keputusan direktur
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 8

Pemeriksaan kesehatan badan, kondisi


mental dan kemampuan fisik tenaga kerja :
• Yang akan diterimanya (Baru)
• Yang hendak dipindah ke tugas/pekerjaan lain
(yang berpotensi bahaya)
• Berkala minimal satu tahun sekali

Oleh Dokter perusahaan (yang dibenarkan


oleh Menteri)
BAB V
PEMBINAAN Pasal 9
Pengurus diwajibkan :
a. Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja baru :
1. Kondisi dan bahaya di tempat kerja
2. Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan
3. Menyediakan APD
4. Menjelaskan cara dan sikap bekerja aman
b. Mempekerjakan setelah yakin memahami K3
c. Melakukan pembinaan
1. pencegahan kecelakaan
2. pemberantasan / penanggulangan kebakaran
3. peningkatan K3
4. pemberian P3K
d. Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
BAB VI
PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
Pasal 10
Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

 Fungsi : Wadah kerjasama peningkatan bidang K3


antara :
- Pihak perusahaan (management)
- Pihak pekerja
 Susunan
- Diatur dan tetapkan oleh Menteri
- Peraturan pelaksana Permen No. 04/Men/1987
BAB VII
KECELAKAAN KERJA
Pasal 11

• Pengurus wajib melaporkan


kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja
• Tata cara Pelaporan diatur oleh
Peraturan Perundangan
Permenaker No. 3 / 98
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK
TENAGA KERJA Pasal 12

KEWAJIBAN HAK

• Memberikan keterangan  Meminta pengurus


pada Pegawai untuk melaksanakan
Pengawas/Ahli Syarat K3
Keselamatan Kerja  Menyatakan keberatan,
• Memakai APD jika syarat K3 belum
• Memenuhi dan mentaati terpenuhi
syarat K3
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
( Perlindungan terhadap orang lain )
Pasal 13

 mentaati semua petunjuk


keselamatan kerja

 memakai alat-alat perlindungan diri


(APD)
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14

Menempatkan semua syarat


keselamatan kerja & Undang-undang 1/1970
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Memasang gambar keselamatan kerja &
bahan pembinaan lainnya
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Menyediakan secara cuma-cuma, semua APD
 utk TENAGA KERJA dan Orang Lain
BAB XI
KETENTUAN – KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15

Peraturan pelaksana Sanksi

 Pelaksanaan ketentuan pidana hukuman kurungan


tersebut pada pasal-pasal selama-lamanya 3 bulan atau
di atas diatur lebih lanjut denda setinggi-tingginya Rp.
dengan peraturan 100.000,-
perundangan.

Anda mungkin juga menyukai