Anda di halaman 1dari 148

1

Biodata
Nama : Mas Agung Wiweko
N I P/Jabatan : 197109252005021001 / WI-1
Tempat/Tgl Lahir : Surabaya, 25 Sept. 1971
Pendidikan DN :
• S-1 : Teknik Pertambangan UPN JK
• S-2 : Magister Manajemen, PPM, Jkt
• S-2 : Magister Teknik Tambang, ITB
ƒ Pengalaman:
PT. Ampalit Mas Perdana (Alluvial Gold Mining), PT. KPC
PT. Freeport Indonesia (Primary Gold Mining)
PT. Geosinindo (Geotech Consultant) 2
2

PNS DESDM
POKOK PEMBAHASAN

3
Pentingnya Memahami Peraturan
Keselamatan Pertambangan (KP)
X Untuk mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat 
kerja dan kejadian berbahaya
X Untuk menjamin dan melindungi pekerja tambang 
agar selamat, sehat dan produktif dengan menciptakan 
tempat kerja yang aman, sehat, nyaman dan efisien.
X Untuk menjamin dan melindungi kegiatan operasional 
tambang yang aman, efisien dan produktif

4
PENGERTIAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN (KP)

5
Karakteristik Pertambangan Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
9 Padat Modal & Teknologi 9 Memiliki personil Menteri ESDM
9 Risiko Besar & Spesifik khusus melakukan pengawasan
9 Peralatan khusus 9 Memiliki peralatan atas K3 dalam bidang
9 Dinamis (Hazard & Risiko
khusus pertambangan kecuali
Berpindah) untuk Ketel Uap.

Tambang Terbuka Tambang Bawah Tanah

Lepas Pantai (Kapal Keruk) 6


Tambang Hidrolis
Kuari
PENGAWASAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN (KP)

7
KESELAMATAN PERTAMBANGAN (KP)

X Segala kegiatan yang meliputi pengelolaan :


X Keselamatan
& Kesehatan Kerja
Pertambangan (K3 Pertambangan);
X KeselamatanOperasional Pertambangan
(KO Pertambangan).

8
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
PERTAMBANGAN (K3 PERTAMBANGAN)
X Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi pekerja
tambang agar selamat dan sehat melalui upaya :
X Pengelolaan keselamatan kerja;
X Kesehatan kerja;
X Lingkungan kerja;
X Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

9
KESELAMATAN OPERASIONAL
PERTAMBANGAN (KO PERTAMBANGAN)
X Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional
tambang yang aman, efisien dan produktif melalui upaya :
X Pengelolaan sistem & pelaksanaan pemeliharaan/perawatan
sarpras, instalasi & peralatan pertambangan;
X Pengamanan instalasi;
X Kelayakan sarpras, instalasi & peralatan pertambangan;
X Kompetensi tenaga teknik;
X Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
10
USAHA PERTAMBANGAN

X Usaha pertambangan dikelompokkan atas :


X Pertambangan mineral;
X Pertambangan mineral radioaktif;
X Pertambangan mineral logam;
X Pertambangan mineral bukan logam;
X Pertambangan batuan
X Pertambangan batubara;
11
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
X Usaha pertambangan dikelompokkan atas :
X Perusahaan Pertambangan, yaitu pemegang :
X Izin Usaha Pertambangan (IUP);
X Izin Pertambangan Rakyat (IPR);
X Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK);
X IUP Operasi Produksi Khusus (IUP OPK) untuk pengolahan
dan/atau pemurnian;
X Kontrak Karya (KK); dan
X Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B).

X Perusahaan jasa pertambangan, yaitu pemegang :


X Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP); 12

X Surat Keterangan Terdaftar (SKT).


(Pasal 42 s.d Pasal 48 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba)

IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *)

Kontruksi pengolahan/ Pengngkutan/


PU EKSPLORASI FS Penambangan
pemurnian Penjualan

Kegiatan
Usaha

**) IUP OP Khusus IUP OP Khusus


Pengangkutan/
pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan
pemurnian Penjualan

*) Penambangan atau Pengolahan/Pemurnian dapat dilakukan terpisah


**) Apabila Pengolahan/Pemurnian terpisah, harus kerjasama dengan
pemegang IUP OP Penambangan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal :
1. Penerbitan IUP/IUPK Operasi Produksi yaitu Kepemillikan serta letak/lokasi wilayah tambang,
pelabuhan dan unit pengolahan, serta faktor lingkungan (dampak kegiatan
2. Penerbitan IUP Khusus Angkut-Jual yaitu lokus/cakupan dari kegiatan angkut-jual
3. Penerbitan IUP Khusus Olah-Murni yaitu asal dari komoditas tambang yang diolah13

Sumber : Ditjen Minerba, KESDM


DASAR HUKUM KESELAMATAN
PERTAMBANGAN MINERBA

14
DASAR HUKUM
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERBA
9 UU No. 1 Th. 1970, tentang Keselamatan Kerja (Menimbang, Ps.1-4, 8, 9,
11-14);
9 UU No. 13 Th. 2003, tentang Ketenagakerjaan (Pasal 86 & 87);
9 UU No. 4 Th. 2009, tentang Pertambangan Minerba (Pasal 96, 139,
140, 141);
9 PP No. 19 Th. 1973, tentang Pengaturan & Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan (Pasal 1, 2, & 3);
9 PP No. 55 Th. 2010, tentang Pembinaan & Pengawasan
Pertambangan Minerba (Pasal 3,12, 16, 26, 27 & 36);
9 PP No. 50 Th. 2012, tentang Penerapan SMK3 (Pasal 4 (2), & 19);
9 KEPMEN No. 555.K/26/M.PE/1995, tentang K3 Pertambangan Umum;
9 PERMEN ESDM No. 38 Th. 2014, tentang Penerapan SMKP;
9 KEPRES No.125 TH 1999, tentang Bahan Peledak;
9 PER. KAPOLRI No. 2 TH 2008, tentang Pengawasan, Pengendalian, &
Pengamanan Bahan Peledak.
15
DASAR HUKUM KESELAMATAN PERTAMBANGAN
UUD 1945 UUD 1945
Pasal 27 (2) Pasal 33 (2 & 3)

UU Keselamatan UU Ketenagakerjaan UU Minerba


Kerja
UU No.13 /2003 UU No.4 /2009
UU No.1/1970 Pasal 86 & 87 Pasal 96 & 141

PP Penerapan SMK3 PP Binwas Minerba


PP No. 50 / 2012 PP No.55 /2010
Pasal 4 (2) & 19 Pasal 16, 26 & 27

PP Keselamatan
Kerja Tambang
SMKP Kepmen PE
No.555.K/26/MPE/1995
16
PP No.19/1973
Sumber : Ditjen Minerba, KESDM
UU No. 1  TAHUN 1970 
KESELAMATAN KERJA
Memberikan perlindungan hukum atas keselamatan bagi tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produkivitas nasional.
Pasal Isi Penjabaran
Pasal 2 Ruang lingkup K2

Pasal 3 Syarat-syarat K2
Pasal 8 Kewajiban pengurus thd pemeriksaan kesehatan pekerja
Pasal 9 Kewajiban pengurus thd penjelasan kondisi tempat kerja
Pasal 11 Kewajiban pengurus melaporkan kecelakaan
Pasal 12 Kewajiban & hak tenaga kerja
Pasal 13 Kewajiban pekerja bila memasuki tempat kerja
Pasal 14 Kewajiban pengurus menempatkan secara tertulis syarat K2
di tempat kerja, memasang rambu K2 & menyediakan APD
17
UU No. 4 Tahun 2009
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Pengatuan K3 & Keselamatan Operasi Pertambangan
Pasal Isi Penjabaran
Pasal 96 Kewajiban Pemegang IUP & IUPK

Pasal 139 Pembinaan terhadap Penyelenggaraan


Pengelolaan Usaha Pertambangan
Pasal 140 Pengawasan atas Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan
Pasal 141 Obyek Pengawasan

18
PP No. 19 TAHUN 1973 
PENGATURAN & PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA 
DI BIDANG PERTAMBANGAN

Dasar pertimbangan terbitnya PP No 19 th 1973


X Ciri khas usaha pertambangan :
X Proses kegiatan terus menerus
X Butuh peralatan khusus
X Bahaya & risiko keselamatan/kesehatan yang tinggi & dinamis
X Perlu pengawasan yang lebih efektif & efisien
X PP No 19 Th 1973, mengakomodasi kekhususan bidang
pertambangan dengan menyerahkan pengawasan atas K3
pertambangan kepada Menteri Pertambangan dengan berpedoman
kepada UU No 1 Th 1970, kecuali pengawasan terhadap Ketel
19

Uap.
PP No. 19 TAHUN 1973  ... l a n j
t a n
PENGATURAN & PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA 
DI BIDANG PERTAMBANGAN
• Pertambangan penting bagi ekonomi nasional dan
pertahanan negara, sehingga perlu pengawasan K2 seperti
dalam Pasal 16 UU. No. 44 Prp. Th. 1960 dan Pasal 29 UU.
No. 11 Tahun 1967

• UU No. 1 Th. 1970 mengatur K2 secara umum termasuk


bidang pertambangan yang menjadi tugas dan tanggung
jawab Menakertrans dan Koperasi;

• Usaha pertambangan terus menerus, butuh peralatan


khusus, bahaya & kecelakaan begitu besar dan khas serta
perlu pengawasan K2 yg lebih effisien dan effektif

• Departemen Pertambangan mempunyai personil dan 20

peralatan khusus untuk pengawasan K2 pertambangan.


... l a n j
t a n

Peraturan K2 Pertambangan dalam UU No. 44 Prp. Th 1960, UU No. 11 Th


1967, UU No. 1 Th 1970 dilakukan oleh Menteri Pertambangan.

Pengawasan K2 bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan dengan


berpedoman kepada UU. No. 1 Th. 1970 serta peraturan-peraturan
pelaksanaannya

Menteri Pertambangan mengangkat Pejabat Pengawas K2 dan dalam


pelaksanaannya bekerjasama dengan Pejabat K2 Depnakertransko

Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan


Pengawasan dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko

Pasal 5
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud Stoom
21
Ordonantie 1930 (Sblt. 1930 Nomor 225).
UU No. 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN
PARAGRAF 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PASAL 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya K3.
PASAL 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen22
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
UU No. 4 Tahun 2009
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Pengatuan K3 & Keselamatan Operasi Pertambangan

Pasal Isi
Pasal 96 Kewajiban Pemegang IUP & IUPK

Pasal 139 Pembinaan terhadap Penyelenggaraan


Pengelolaan Usaha Pertambangan
Pasal 140 Pengawasan atas Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan
Pasal 141 Obyek Pengawasan

23
Pengawasan Pertambangan
UU No.4 Th 2009 Psl 141 Ruang
PP 55 Th 2010 Psl 16 & 17 Sasaran
Lingkup

Keselamatan
Objek
Operasi
Pertambangan
K3
Pertambangan Teknis
Pertambangan
Pengelolaan Lingkgn GMP
Hidup Reklamasi dan
Pasca Tambang Konservasi
Sumberdaya
Penguasaan, Mineral & Batubara
Pengembangan &
Pnrapan Teknologi

24
24
INSPEKTUR TAMBANG
PP No. 55 Tahun 2010
PEMBINAAN & PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN 
USAHA PERTAMBANGAN MINERBA
Pasal Isi
Pasal 3 Pembinaan terhadap Penyeleggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan

Pasal 12 Pembinaan atas Pelaksanaan Kegiatan


Usaha Pertambangan
Pasal 16 Pengawasan atas Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan
Pasal 26 Pengawasan K3 Pertambangan

Pasal 27 Pengawasan KO Pertambangan

Pasal 36 Pelaksanaan Pengawasan


25
... l a n j
t a n
PENGAWASAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
I. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA(KP) II. KESELAMATAN OPERASI
(K3 PERTAMBANGAN) (KO PERTAMBANGAN)
(Pasal 26 PP Nomor 55 Tahun 2010) (Pasal 27 PP Nomor 55 Tahun 2010)

¾ Sasaran: ¾ Sasaran:
Menghindari Kecelakaan dan Penyakit Terciptanya kegiatan operasi
Akibat Kerja pertambangan yang aman dan selamat.

¾ Objek: ¾ Objek:
a. Keselamatan Kerja a. Sistem dan Pelaksanaan
b. Kesehatan Kerja Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
c. Lingkungan Kerja Prasarana, Instalasi dan Peralatan
d. Sistem Manajemen K3 Pertambangan;
b. Pengamanan Instalasi;
c. Kelayakan Sarana, Prasarana,
Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan;
d. Kompetensi Tenaga Teknik; 26
e. Evaluasi Laporan Hasil Kajian
26 Teknis
Pertambangan
... l a n j
t a n
K3 PERTAMBANGAN
(Pasal 26 PP 55/2010)

KESELAMATAN  KESEHATAN  LINGKUNGAN  MANAJEMEN 


KERJA KERJA KERJA K3

ƒ Manajemen ƒ Program kesehatan ƒ Debu •Kebijakan


risiko ƒ Higienis & Sanitasi ƒ Kebisingan •Struktur
ƒ Program KK
ƒ Diklat KK ƒ Ergonomis ƒ Getaran •Program
ƒ Administrasi KK ƒ Program ƒ Pencahayaan • Penerapan
ƒ Manajemen 
keadaan darurat ƒ Pengelolaan ƒ Kualitas udara •Evaluasi
ƒ Inspeksi KK makanan,  ƒ Ventilasi •Tindak Lanjut
ƒ Pencegahan & 
penyelidikan  minuman, & gizi ƒ Radiasi
kecelakaan ƒ Diagnosis Penyakit ƒ Faktor Kimia
ƒ Faktor Biologi 27

ƒ Kebersihan LK
... l a n j
Pelaksanaan Pengawasan t a n

(Pasal 36 PP NO.55 TH 2010)


‰ Pengawasan oleh Inspektur Tambang melalui:
¾ Evaluasi thd Laporan Berkala dan/atau sewaktu-waktu
¾ Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu
¾ Penilaian keberhasilan Pelaksanaan Program & Kegiatan
¾ Pengaturan K3 Dan Keselamatan Operasi

‰ Pengawasan oleh Inspektur Tambang, melakukan kegiatan:


¾ Inspeksi, Penyelidikan, dan Pengujian

‰ Inspektur Tambang berwenang:


¾ Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat
¾ Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh kegiatan pertambangan
¾ Mengusulkan penghentian sementar menjadi Penghentian Tetap kepada KAIT
28
ENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGA
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

29
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

Peraturan ini bersifat teknis dan memuat aturan rinci


tentang K3 Pertambangan Umum, meliputi:

BAB I. Ketentuan Umum


BAB II. Bahan Peledak dan Peledakan
BAB III. Lingkungan Tempat Kerja
BAB IV. Sarana Tambang di Permukaan
BAB V. Pemboran
BAB VI. Tambang Permukaan
BAB VII. Kapal Keruk
BAB VIII. Tambang Bijih Bawah Tanah
BAB IX. Tambang Batubara Bawah Tanah
BAB X. Sanksi
BAB XI. Ketentuan Peralihan 30

BAB XII. Ketentuan Penutup


PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN 
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian 1 Pengertian Pasal 1 - 2

Bagian 2 Larangan Memasuki Wilayah Kegiatan Pasal 3


Usaha Pertambangan
Bagian 3 Pengusaha Pertambangan Pasal 4 - 16

Bagian 4 Juru Ukur dan Peta Tambang Pasal 17 - 19

Bagian 5 Buku Tambang Pasal 20 - 22

Bagian 6 Pedoman K3 Pertambangan Pasal 23 - 25

Bagian 7 Pekerja Tambang Pasal 26 - 34

Bagian 8 Fasilitas Pertambangan Pasal 35 - 36

Bagian 9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pasal 37 - 38

Bagian 10 Kecelakaan Tambang dan Kejadian Berbahaya Pasal 39 - 47


31
Bagian 11 Kesehatan Pasal 48 - 51
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN  ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB II BAHAN PELEDAK DAN BAHAN PELEDAK

Bagian 1 Gudang Bahan Peledak Pasal 52 - 54

Bagian 2 Persyaratan Mengenai Gudang Bahan Peledak di Pasal 55 - 59


Permukaan Tanah
Bagian 3 Persyaratan Gudang Bahan Peledak di Bawah Tanah Pasal 60 - 61

Bagian 4 Tata Cara Penyimpanan Bahan Peledak Pasal 62 - 71

Bagian 5 Pengangkutan Pasal 72

Bagian 6 Peledakan Pasal 73 - 79

BAB III LINGKUNGAN TEMPAT KERJA

Bagian 1 Kewajiban Umum Pasal 80

Bagian 2 Debu Pasal 81 - 84

Bagian 3 Kebisingan dan Getaran Pasal 85


32
Bagian 4 Bahan Beracun Berbahaya Pasal 86 - 91
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN  ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB IV SARANA TAMBANG DI PERMUKAAN

Bagian 1 Gedung, bangunan serta Jalan Masuk dan Keluar Pasal 92 - 97

Bagian 2 Lampu Penerangan Pasal 98 - 101

Bagian 3 Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Pasal 102 - 123

Bagian 4 Keselamatan dalam Pengangkutan Pasal 124 - 158

Bagian 5 Perbengkelan dan Pabrik Pasal 159 - 179

Bagian 6 Peralatan Listrik dan Permesinan Pasal 180 - 218

Bagian 7 Penimbunan Bahan Bakar Cair Pasal 219 - 227

BAB V PEMBORAN

33
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN  ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB VI TAMBANG PERMUKAAN

Bagian 1 Cara Kerja Yang Aman Pasal 239 - 243

Bagian 2 Tambang Hidrolis Pasal 244 - 248

Bagian 3 Alat Pemindah Tanah Pasal 249 - 256

Bagian 4 Menyingkir Dalam Keadaan Bahaya Pasal 257

BAB VII KAPAL KERUK

Bagian 1 Penanggung Jawab

Bagian 2 Penempatan Kapal Keruk

dst...... dst......

34
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN  ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB VIII TAMBANG BIJIH BAWAH TANAH

Bagian 1 Administrasi Tambang Pasal 295 - 301

Bagian 2 Jalan Keluar Pasal 302 - 309

Bagian 3 Sumuran dan Derek Pasal 310 - 339

Bagian 4 Keadaan Bahaya Pasal 340 - 342

Bagian 5 Hempasan Emisi dan Semburan Pasal 343 - 345

Bagian 6 Kontrol Batuan, Penyangga dan Cara Melakukannya Pasal 346 - 361

Bagian 7 Perlindungan Tempat Kerja Pasal 362 - 368

Bagian 8 Ventilasi Pasal 369 - 376

Bagian 9 Penirisan Air Tambang Pasal 377 - 380

Bagian 10 Pengangkutan Pasal 381 - 400

35
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN  ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB VIII TAMBANG BIJIH BAWAH TANAH

Bagian 11 Pengangkutan Dengan Ban Berjalan Pasal 401 - 408

Bagian 12 Alat Pemanjat Lubang Naik Pasal 409 - 411

Bagian 13 Listrik Tambang Bawah Tanah Pasal 412 - 429

Bagian 14 Lampu Penerangan Pasal 430 - 434

Bagian 15 Pencegahan Kebakaran di Bawah Tanah dan Pengaturan Pasal 435 - 461
Penyelamatan
Bagian 16 Kesejahteraan Pasal 462 - 472

Bagian 17 Latihan dan Pengawasan Tenaga Kerja Pasal 473 - 482

Bagian 18 Perlindungan Terhadap Radiasi Alamiah Pasal 483 - 489

36
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN  ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995

BAB / ISI PENJABARAN


BAGIAN
BAB IX TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH

Bagian 1 Umum Pasal 490 - 499

Bagian 2 Pencegahan Terhadap Penyulutan Gas dan Debu Mudah Pasal 500 - 515
Menyala
Bagian 3 Ventilasi Dalam Tambang Berbahaya Gas Pasal 516 - 536

Bagian 4 Penyanggaan Tempat Kerja Pasal 537 - 548

Bagian 5 Latihan dan Pengawasan Tenaga Kerja di Tambang Pasal 549 - 551
Bawah Tanah

37
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT)
Pasal 1 ayat (6)
“KTT adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan
perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha
pertambangan di wilayah yg menjadi tanggung jawabnya.”

Pasal 4 ayat (7)


“Pengusaha harus menghentikan pekerjaan usaha
pertambangan apabila KTT atau petugas yang ditunjuk tidak
berada pada pekerjaan usaha tersebut.”
38
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT)
Pasal 5 ayat (1)
“Kegiatan eksplorasi atau eksploitasi baru dapat
dimulai setelah pemegang Kuasa Pertambangan
memiliki KTT.”
Pasal 5 ayat (2)
“Pengusaha wajib menunjuk KTT dan mendapat
pengesahan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
(KAPIT).” (Sejak PP 55 Th 2010 jadi KAIT)
39
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
Pasal 4) ; Pengusaha
• Memberitahukan ke KAIT sebelum Kegiatan Usaha
Pertambangan baru, dimulai
• Menyediakan segala peralatan perlengkapan, APD,
fasilitas, dan biaya untuk peraturan ini
• Menyediakan Cuma-Cuma APD yg sesuai bagi karyawan
& orang yg memasuki tempat kerja
• Menydiakan Akomodasi yg patut untuk PIT selama tugas
• Membantu sepenuhnya kepada PIT yg dlm tugas
40
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995

Pasal 11 ; Pengawas Operasional


¾ KTT dibantu oleh petugas yg bertanggung jawab
¾ KTT dpt menunjuk/mengangkat petugas tsb apabila
pengusaha blm mengangkat
¾ Petugas tsb adalah Pengawas operasional & Teknis
bertanggung jawab ke KTT

Pasal 12 ; Kewajiban Pengawas Operasional

Pasal 13 ; Kewajiban Pengawas Teknis


41
Sumber : EG -IT-2012-BPN
ORGANISASI MANAJEMEN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
External & Internal Audit Komite K3
Kepala Teknik Tambang

Pengawas Pengawas
Teknis Operasional

Manager K3
Program K3 Manager K3

NO
No Zero Accident
Yes
YES

Sumber : EG -IT-2012-BPN
Zero Accident 42
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENGAWAS OPERASIONAL(Psl 12)

X Bertanggung jawab atas keselamatan pekerja

X Melaksanakan Inspeksi, Pengujian, Pemeriksaan


X Bertanggung jawab atas keselamatan,Kesehatan
dan Kesejahteraan semua orang yg ditugaskan
kepadanya

X Membuat dan menandatangani laporan

43
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENGAWAS TEKNIS (Psl 13)
X Bertanggungjawab untuk keselamatan
peralatan
X Mengawasi dan memeriksa permesinan
dan perlistrikan
X Merencanakan dan menjamin
dilaksanakannya pemeliharaan peralatan
X Melaksanakan pengujian
X Membuat laporan 44
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
BUKU TAMBANG (Psl 20)

X Ada pada setiap tambang yang ada KTT


X Disyahkan oleh PIT /IT
X Diberi nomor
X Media intraksi PIT /IT dan KTT
X Disimpan di kantor KTT
X Duplikatnya di Kantor KAPIT /KAIT
45
Sumber : EG -IT-2012-BPN
LEMBAR BUKU TAMBANG
1 2 3 4
Pendaftaran-pendaftaran yang
ditentukan dalam peraturan
Tanggal Perundangan tentang teknis
Nomor Catatan mengenai pertambangan, konservasi,
Pendaftaran Perintah, larangan dan petunjuk serta pelaksanaan dari keselamatan dan kesehatan
dan pemberitahuan Inspektur Tambang hal-hal seperti yang kerja, Lingkungan Hidup
peraturan diperintahkan dalam Pertambangan, serta
Perundanga lajur 2 penguasaan, pengembangan
n-undangan dan penerapan teknologi
pertambangan
Pasal Ayat Pasal ayat

46
PENDAFTARAN BUKU TAMBANG

47
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
BAGIAN K3 (Psl 24)
X Mengumpulkan data, menganalisis Kec.
X Mengumpulkan data daerah yg berbahaya
X Memberikan penerangan/Petunjuk K3
X Membentuk dan melatih Tim Rescue
X Menyusun statistik
X Mengevaluasi K3
48
Sumber : EG -IT-2012-BPN 48
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KOMITE K3 (Psl 25)

X Melakukan pemeriksaan secara


bersama-sama

X Mengatur inspeksi terpadu

X Melakukan pertemuan

49
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERSYRATAN PEKERJA TAMBANG
(Pasal 26)
Sehat Jasmani & Rohani, dan Sesuai sifat pekerjaan

Pekerja Wanita tdk boleh di Underground

Tdk ditugaskan sendirian pd tempat terpencil/ada bahaya


tak terduga kecuali tersedia alat komunikasi langsung dgn
pekerja lain yg dekat

Dalam kondisi Sakit/tdk mampu kerja secara normal, tdk


boleh dipekerjakan
50
Dapat dikenakan sanksi
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENDIDIKAN & PELATIHAN (Psl 28 - 30)
ƒ KTT wajib mengadakan diklat K3:
¾Pekerja Baru,
¾Pekerja Tugas Baru,
¾Penyegaran, dan
¾Diklat lain yg ditetapkan KAPIT

ƒ Diklat diselenggarakan Sendiri atau Kerja Sama


dgn Instansi Pemerintah atau Badan Resmi lainnya.

ƒ Setiap Program Diklat Tsb hrs mendapat


persetujuan dari KAPIT 51
Sumber : EG -IT-2012-BPN
PENDIDIKAN & PELATIHAN (Psl 28 - 30)

52
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PEKERJA TAMBANG (Psl 32)
Hak :
¾ Pemeriksaan Kesehatan berkala (27)
¾ Diklat (28-30)
¾ Keberatan bekerja apabila tidak aman (32)

Kewajiban :
™ Mematuhi peraturan K3 & kerja sesuai SOP
™ Melaporkan penyimpangan pekerjaan/timbul
bahaya kepada Pengawas
™ Memakai dan merawat APD
™ Memberikan keterangan yg benar Kepada PIT 53
(32-6) dan (UU No. 1 th 1970)
Lanjutan….

PEKERJA TAMBANG (Psl 32)

Kewajiban

™ Memperhatikan dan menjaga K2


dirinya serta orang lain

™ Melaporkanapabila ada kondisi


berbahaya yang tidak bisa diatasinya

™ Melaporkan kecelakaan/cidera
54
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995

KECELAKAAN TAMBANG (Psl 39)

X Benar terjadi
X Ciderapekerja tambang atau orang
yang diberi izin
X Akibat kegiatan usaha pertambangan
X Pada Jam kerja
X Dalam wilayah KP/KK/PKP2B
55
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENGGOLONGAN CIDERA (Psl 40)
1. Ringan (lebih 1 hari s.d. 3 minggu)
2. Berat
ƒ lebih 3 minggu; atau
ƒ Cacat tetap; atau
ƒ Cidera retak tulang ( lengan, kaki, kepala,
punggung, pinggul), pendarahan dalam/ pingsang
kurang oksigen, persendian lepas.

3. Mati
ƒ Meninggal dalam waktu 24 jam atau kurang setelah
56

terjadi kecelakaan
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KEJADIAN BERBAHAYA (Psl 44-45)
¾ Mesin pengangkat roboh, terbalik, rusak
pada saat mengangkat
¾ Tabung bertekanan meledak
¾ Terjadi hubung pendek ,tegangan lebih
disebabkan kebakaran, peledakan yg
menyebabkan kegiatan terhenti lebih 24 jam
¾ Kebocoran bahan berbahaya
¾ Kendaraan pengangkut bahan berbahaya
terbalik, dll 57
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KETENTUAN MELAPOR (Psl 41)

X Kecelakaan bersifat ringan dilaporkan Bagian


Keselamatan Kerja untuk di daftar di dalam
BUKU KUNING yaitu BUKU KECELAKAAN,
yang nantinya juga di laporkan kepada KAPIT
oleh KTT

X Kecelakaan bersifat BERAT, MATI,


KEJADIAN BERBAHAYA dalam secepatnya
/sesegera mungkin dilaporkan kepada KAPIT oleh
58
KTT.
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995

PENYELIDIKAN KECELAKAAN & KEJADIAN


BERBAHAYA (Psl 46)

TKP/TKK tdk boleh diubah dan Peralatan


yg terlibat tdk boleh diperbaiki, kecuali
untuk memberikan pertolongan.

Sangat perlu untuk kepentingan pekerjaan,


hanya dapat di ubah dengan persetujuan
KAPIT. 59
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
Statistik kecelakaan Tambang
(Psl 47)
¾ Tingkat kekerapan Kecelakaan (Frekuensi
Rate) dlm 1.000.000 jam
¾ Tingkat keparahan Kecelakaan (severity
rate) dlm 1.000.000 jam
¾ Dikirimkan KTT ke KAPIT paling lambat 1
bulan setelah tahun kalender

60
STATISTIK KECELAKAAN KERJA
Tingkat Kecelakaan
A. Tingkat Kekerapan (Frequency Rate = FR)

Jumlah korban kecelakaan untuk satu juta jam kerja orang (man hours)

Jumlah Korban Kecelakaan Kumulatif x 1.000.000


FR =
Jumlah Jam Kerja Kumulatif

B. Tingkat Keparahanan (Severity Rate = SR)

Jumlah hari kerja yang hilang per setiap satu juta jam kerja dikali
jumlah kumulatif orang

Jumlah Hari Kerja Yang Hilang Kumulatif x 1.000.000


SR =
61
Jumlah Jam Kerja Kumulatif
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KESEHATAN (Psl 48 – 51)
¾ Ruang ganti pakaian dan tempat
membersihkan badan (48)
¾ Penyediaan Air untuk membersihkan badan,
Air minum cuma-cuma dlm jumlah cukup
selama jam kerja, Kebersihan Air inum dan
tempatnya (49)
¾ Jamban yg sesuai syarat kesehatan (50)
¾ Minum minuman beralkohol/memabukan
selama bekerja dilarang dan pekerja dibawah
pengaruh alkohol dilarang kerja (51)62
ENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGA
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
SARANA TAMBANG DI PERMUKAAN

63
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERLINDUNGAN JATUH (93)

64
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERLINDUNGAN JATUH (93)
¾ Bekerja pd tempat tinggi lebih dari 2,5
meter dari lantai hrs dilindungi dari
kemungkinan terjatuh.

¾ Jangkar untuk menggantung pelana


pengaman, atau lantai gantung, atau
gondola harus kuat

65

65
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
JEMBATAN KERJA (94)

¾ Lebar lebih dari 1 meter


¾ lebih 1,5 meter di atas lantai
¾ Pagar/sandaran

¾ Bingkai pengaman
¾ jalan angkut terpisah dari jalan pekerja
66
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
JALAN BERTANGGA (95)
¾ pada jalan masuk bertangga pada
lantai atau jembatan kerja hrs
dilengkapi pagar pegangan tangan
dan bingkai lantai standar, atau pintu
yg membuka keatas.

¾ Jalan bertangga dgn 4 atau lebih anak


tangga hrs dilengkapi pegangan
tangan dan bingkai lantai standar.

¾ Jalan masuk ke lantai yg menjorok


atau lantai gantung yg tingginya lebih
dr 1,2 meter hrs dilindungi dgn rantai
palang, palang atau pintu, dan 67

dipasang papan peringatan.


KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
LAMPU PENERANGAN (100-101)
¾ Tempat yg tdk mendapat cukup cahaya matahari

¾ Lampu terbuka dilarang pd tempat yg terdapat bahan


mudah menyala atau terbakar, atau dpt tersentuh
oleh pekerja atau peralatan.

¾ Lampu Darurat harus tersedia pada:


Ruang Permesinan; Tempat Pemuatan; Mulut
Lubang; Tempat Pembongkaran, dan sebagainya.
¾ PIT dpt menetapkan tambahan lampu darurat pada
setiap tempat 68

68
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
ALAT PEMADAM API (105-109)

¾ Tersedia untuk kebakaran dini dan besar


¾ Jenis, ukuran & Jumlah dpt memadamkan
utk segala kelas api
¾ Penempatan strategis-praktis.
¾ Sesuai dengan kelas api yg mungkin terjadi
¾ Jumlah memadai, dirawat/dipelihara
¾ Pemeriksaan & Pengujian, kondisi siap pakai.
¾ Tersedia Siamese Connections untuk semua
hidran (bila pakai regu pemadam dari luar) 69
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
DAERAH RAWAN KEBAKARAN (111)

™ Akibat Api rokok


™ Akibat Lampu dgn api terbuka
™ Akibat Alat yg menimbulkan panas
™ Akibat bahan/material panas
™ Diberi tanda peringatan
™ Daerah yg ditetapkan oleh KTT

70
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
LAMPU PENERANGAN (100-101)

71

71
ALAT PEMADAM API RINGAN (105-109)

72
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
TEMPAT KERJA (110)
¾ Bersih dan rapih
¾ Limbah padat atau cair tidak
ditimbun dalam jumlah besar
¾ Sampah/kain bekas mudah terbakar
dengan wadah kedap api & tertutup
¾ Bebas ceceran/bocoran zat cair
mudah menyala/terbakar

73

73
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
ZAT CAIR & BAHAN MUDAH
TERBAKAR (112 & 113)

™ Disimpan dalam wadah tertutup


™ Terpisah dari bahan-bahan lainnya
™ Bangunan tahan api
™ Ventilasi cukup baik
™ Alat deteksi kebakaran dini

74
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
Tabung Oksigen & Gas Mudah Terbakar
(116)

™ Penyimpanan dalam posisi tegak dan


bebas dari sumber api
™ Meter pengukur dan keran pengatur
bebas dari minyak/gemuk
75

™ Pengangkutan, katup ditutup & tertutup


PERBENGKELAN (159)

76
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERBENGKELAN (159)

™ Dioperasikan dan dirawat/dipelihara baik


™ Kondisi bersih dan rapih
™ Menjamin Keselamatan & Kesehatan
™ Tidak Mengganggu/Mengotori
Lingkungan

77

77
BENGKEL PT XXX

Kondisi Lapangan:
•Penempatan ban baru dan ban bekas tidak dipisahkan.
•Proses pengisian baterai accu tidak dilakukan terpisah dari barang-barang lain yang ada di
workshop
•Tabung oksigen dan acetylene antara yang kosong dan isi tidak dipisahkan dan tabung-tabung
tersebut tidak dalam keadaan terikat
Rekomendasi:
•Memisahkan penempatan antara ban baru dan ban bekas dan penempatan ban harus dalam
kondisi aman. 78
•Proses pengisian baterai accu harus dilakukan terpisah dari barang-barang lain di workshop
•Tabung oksigen dan acetylene harus dalam keadaan terpisah dan dalam keadaan terikat.
BENGKEL PT XXX

Kondisi Lapangan:
•Tidak ada garis demarkasi di bengkel.
•Unit yang sedang diperbaiki menggunakan standjack yang tidak standar (terbuat dari kayu, beban
standjack tidak sesuai dengan kapasitas safety weight load (SWL))
Rekomendasi:
•Segera membuat garis demarkasi di bengkel
79
•Dilarang menggunakan standjack dari kayu dan standjack yang digunakan kapasitas SWL harus
sesuai dengan beban unit yang di perbaiki
80
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERALATAN & FASILITAS (160)
™ Tersedia Gang cukup lebar
™ Gang bebas rintangan
™ Ada garis demarkasi
™ Salah satu sisi Jalan tangga dilengkapi pegangan
tangan
™ Wadah/bak terbuka berisi zat cair Panas
/berbahaya harus dibatasi tirai/pagar
pengaman setinggi > 1,5 meter
™ Lantai dgn lubang untuk jalan dan teras tangga,
dilengkapi bingkai & pagar setinggi 90 cm.
81

81
82
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENCEGAHAN KEBAKARAN/LEDAKAN
(161)
¾ Penempatan bahan mudah terbakar, aman
¾ Zat cair mudah menyala maks. 20 liter dalam
wadah tahan api.
¾ Maksimum dlm bengkel hanya 10 bh wadah
¾ Pemisahan ruangan, thd pekerjaan berpotensi
kebakaran/ledakan
¾ Tersedia jalan menyelamatan diri yang bebas
rintangan
¾ Tersedia alat pemadam api 83

83
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERALATAN PENGAMAN (163)
™ Bagian bergerak dari mesin & alat
transmisi
™ Bagian berputar dari mesin
™ Kacamata pengaman thd bunga api,
percikan logam, sinar las, dll
™ Isyarat peringatan untuk mesin yg
hidup otomatis
™ Sakelar darurat (emeregency stop)
84

84
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
MESIN GERINDA (165)

™ Dilengkapi; cicin pengaman, tutup


pengaman, dan kaca perisai
™ Ukuran & bentuk sesuai jenis mesinnya
™ Kecepatan putar batu gerinda tidak
lebih kecil dari putaran mesin.
™ Kacamata pengaman.

85

85
PERALATAN LISTRIK (180)

EG -IT-2012-BPN 86
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERALATAN LISTRIK (180)
Kecuali, KAPIT menetapkan peraturan lain atau
standar lain dari yg ditentukan peraturan ini semua
instalasi Listrik harus memenuhi ketentuan PUIL
dan SNI

Bagan sisteim kelistrikan tegangan tinggi dan


rencana pengembangan lengkap dengan
keterangan terinci untuk setiap usaha
pertambangan harus disampaikan ke KAPIT
dan setiap perubahan dan penambahan harus
dilaporkan. 87
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
ORANG YG BERTUGAS DAN
BERTANGGUNG JAWAB (181)

Semua pekerjaan listrik harus diawasi


oleh seorang ahli listrik yang namanya
dicatat dalam buku tambang

Pekerjaan listrik hanya boleh dilakukan


oleh orang yang mempunyai
pengetahuan dan pengalaman tentang
listrik. 88
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENIMBUNAN BBC (221)
™ Penimbunan BBC yg terdiri dari satu tangki atau
sekumpulan tangki utk menimbun BBC mudah terbakar
dengan kapasitas 5000 s.d. 40.000 liter dan untuk BBC
mudah menyala kapasitas 1000 s.d. 10,000 liter tidak perlu
mendapat izin

™ Lebih dari 40.000 utk BBC mudah terbakar dan lebih dari
10,000 utk BBC mudah menyala harus mendapat izin
dari KAPIT

™ Tempat penimbunan BBC sebagaimana dimaksud dalam


pasal 221 harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
Kepmen ini 89
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERSYARATAN (223)

X Harus tersedia :
- Tanda larangan
- Lampu penerangan,FE, Penangkal petir

XHarus ada tanggul pengaman yang terbuat


dari beton atau timbunan tanah dan
tingginya harus dapat menampung :
- 1 tangki kap.maks + 20 cm
- Kumpulan tangki 1/2 + 20 cm

90
91
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERSYARATAN (223) Lanjutan
X Jarak antara tangki sekurang-kurangnya
10 meter
X Pada dinding tangki harus tertulis :
Nomor, Kapasitas, dan jenis BBC
X Pagar pengaman berjarak 5 meter dari
tanggul
X Panel listrik dan pompa ditempatkan di
luar pagar pengaman

92
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENIMBUNAN BUKAN DALAM TANGKI
TETAP (224)

X Apabila BBC ditimbun dalam drum atau wadah


lain yg sejenis dan mempunyai kapasitas
kurang dari 5,000 liter utk BBC mudah terbakar
dan kurang dari 1,000 liter utk BBC mudah
menyala maka lokasi penimbunan harus diberi
pagar pengaman di sekelilingnya dan dilengkap
dengan pintu berkunci
93
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi :
Tangki BBC PT XXX

Temuan :
Fasilitas tangki BBC jenis solar
belum memenuhi ketentuan sesuai
Kepmen PE No.
555.K/26/M.PE/1995 (tidak ada
pagar pengaman, tidak ada
springkle, dll)

Rekomendasi :
Fasilitas tangki BBC harus
memenuhi ketentuan sesuai
dengan Kepmen PE No.
555.K/26/M.PE/1995.
94
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
In Pit Shop
Temuan :
1.Tidak terlaksananya
implementasi SOP Fatigue
Management and Policy
2.Terdapat karyawan yang tidak
mengikuti tool box meeting.

Rekomendasi :
Meningkatkan pengetahuan
pekerja dan pengawasnya
sesuai dengan tugas,
wewenang, dan kompetensinya.
(Kepmen PE No.
555.K/26/M.PE/1995 Pasal
95 29
dan 30) (Berkelanjutan).
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL DAN GUDANG Lokasi :
Main Shop dan Gudang Umum
Temuan :
1.Ditemukan kotak P3K yang tidak
bisa dibuka dan Isi Kotak P3K
sudah ada yang habis.
2.Tidak adanya petugas P3K yang
sudah terlatih.
Rekomendasi :
Memastikan adanya petugas P3K
yang terlatih dan kunci kotak P3K
dipegang oleh petugas P3K yang
terlatih pada setiap gilir kerja, serta
Memastikan Isi kotak P3K sesuai
dengan daftar yang telah tersedia.
(Kepmen PE
No. 555.K/26/M.PE/199596 Pasal 37
ayat 1 dan 3, serta 87 ayat 4).
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL LV Lokasi :
Bengkel LV
Temuan :
1.Perbaikan unit DT dilakukan
pada bengkel LV, sedangkan
bengkel DT masih dalam tahap
konstruksi.
2.Unit yang diperbaiki
menggunakan ganjal yang tidak
sesuai dengan spesifikasi pabrik.
3.Unit yang diperbaiki dalam
keadaan kotor.
4.Tidak adanya pelaksanaan
sistem LOTO.
5.Tidak adanya tempat peletakan
roda unit yang aman. 97
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL LV dan DT Lokasi :
Area Parkir Unit Breakdown
Temuan :
1.Terdapat pekerja yang istirahat di
bawah unit karena tempat istirahat
yang ada masih belum memadai.
2.Lock Out tidak ada, Tag Out tidak
terinformasikan, dan pintu unit tidak
terkunci.

Rekomendasi :
1.Dilarang bagi pekerja untuk
beristirahat di bawah unit.
2.Segera menyelesaikan tempat
istirahat.
(Kepmen PE No. 98
555.K/26/M.PE/1995 Pasal 3 ayat 4
dan 212)
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
Pit Stop/ Parkir Unit dan
Bengkel Utama
Keterangan :
1.Dispenser air panas dalam
keadan rusak.
2.Kabel listrik terlihat berantakan
dan stop kontak longgar.

Saran:
1.Memperbaiki dispenser yang
rusak.
2.Merapikan kabel listrik dan
membenahi stop kontak.

99
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
Tempat Penyimpanan B3 dan
Limbah B3
Keterangan :
Eye Wash dan APAR terhalang
oleh drum.
Sirine tidak bisa digunakan
langsung.
Saran:
Memastikan bahwa area dan
sarana keadaan darurat (Eye Wash
dan APAR) dalam kondisi akses
aman.

Sirene harus siap pakai sebagai


sarana emergency.
100
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi :
Pelabuhan

Deskripsi :
Penempatan Eye wash yang
tidak standar

Rekomendasi :
Penempatan eye wash
supaya ditempatkan di
tempat yang strategis,
mudah djangkau dan tidak
terhalang
101
GAMBAR KETERANGAN
CAMPUR SARI Lokasi :
Bengkel KKP dan Gudang Handak
Temuan :
1.Eye Wash dalam keadaan kotor.
2.Sambungan stop kontak Dispanser
yang tidak aman.
3.Terdapat obat di dalam kotak P3K.
Rekomendasi :
1.Eye Wash harus selalu dalam kondisi
bersih dan dalam keadaan siap pakai.
2.Tidak boleh menggunakan stop kontak
Dispanser yang tidak aman.
3.Memastikan bahwa Kotak P3K sesuai
dengan yang dipersyaratkan dan obat
hanya boleh diizinkan oleh dokter atau
paramedis dengan mengikuti saran
dokter.

102
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi :
Temuan :
1.Di temukan sampah dari casc yang belum
di pindahkan ke tempat pembuangan
sementara, menyebabkan banyak lalat.
2.Freezer penuh dengan bahan makanan
dan tidak ada akses untuk mengambil
bahan makanan pada bagian tengah dan
belakang, berpotensi FI-FO tidak berjalan
baik.
3.Terdapat tetesan dari uap minyak di
dinding ruang pack meal.

Rekomendasi :
1.Sampah tidak boleh di tumpuk di samping
chiller dan harus langsung di bawa ke
penampungan sementara ( belakang mess )
2.Pembatasan stock makanan dan
pelaksanaan sistem FI-FO.
3.Lakukan pengecekan dan pembersihan
rutin terpal yang di tempatkan di atas plapon.
103
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi : Area Kerja

Temuan :
Penempatan kabel listrik,
tabung gas, dan tools yang
tidak baik.

Rekomendasi :
1.Melaksanakan penempatan
kabel listrik, tabung gas, dan
tools sesuai dengan tempat
yang laiak.
2.Mengkomunikasi prosedur
kerja di area tersebut kepada
104
pekerja.
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi : Bengkel

Temuan :
Housekeping tidak diterapkan
dengan baik.

Rekomendasi :
Menerapkan standar
housekeping dengan baik
dan sesuai produr.

105
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi : Bengkel

Temuan :
Gerida tangan masih kontak
dengan instalasi listrik
setelah digunakan.

Rekomendasi :
Segera sosialisasikan
kembali prosedur
penggunaan gerinda tangan
kepada pekerja dan
pengawas.
106
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
Workshop

Temuan :
P3K tidak sesuai dengan peraturan
isi Kotak P3K dan tidak terdapat
kartu pemakaian dan identitas dari
Kotak P3K.
Peraturan :
Kepmen 555.K Tahun 1995 Pasal
37 ayat 1

Rekomendasi :
Bagian K3 memastikan penyediaan
Isi dan mengkomunikasikan
tatacara pengisian kartu pemakaian
P3K oleh pekerja.
107
Memastikan kembali semua tempat
terdapat Isi dan kotak P3K.
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
TPS B3

Temuan :
Tidak terdapat MSDS Limbah B3
dan tidak semua diberi label sesuai
dengan jenis limbah.

Peraturan :
Kepmen 555.K Tahun 1995 Pasal
86 ayat 1 dan 2 serta PP 18 Tahun
1999 Pasal 1 dan 3

Rekomendasi :
Menambah pemasangan tanda
peringatan adanya bahaya.

108
GAMBAR KETERANGAN
FASILITAS PERMUKAAN Lokasi :

Temuan :
Eye Wash tidak berfungsi karena
tidak adanya air.

Peraturan :
Kepmen 555.K Tahun 1995 Pasal
87 ayat 4

Rekomendasi :
Memastikan Eye Wash dalam
keadaan siap pakai (kondisi air
terpenuhi)

109
110
111
ENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGA
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
TAMBANG BAWAH TANAH

112
PERATURAN K3 TAMBANG BIJIH BAWAH TANAH
(Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995, Pasal 295 – 489)
Administrasi Tambang Pengangkutan

Jalan Keluar/Evakuasi
Listrik TBT

Sumuran & Derek


Lampu Penerangan

Keadaan Bahaya
Pencegahan Kebakaran
Bawah Tanah & Penyelamatan
Emisi & Semburan
Kesejahteraan
Kontrol Batuan &
Penyanggaan
Latihan & Pengawasan Tenaga Kerja
Perlindungan Tempat

Ventilasi
113

Penirisan Air Tambang


PERATURAN K3 TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
(KEPMEN PE No. 555.K Tahun 1995, Pasal 490 – 551)

Umum Administrasi Tambang

Pencegahan thd Penyulutan Gas & Debu Mudah Menyala

Ventilasi dalam Tambang Berbahaya Gas

Penyanggaan Tempat Kerja

Latihan & Pengawasan Tenaga Kerja di TBBT 114


BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Runtuhnya lubang bukaan
Beberapa kondisi yang membahayakan yang sering dijumpai adalah :
X Kurang kuatnya pemasangan penyangga pada stope terutama pada batuan
agak rapuh sehingga menyebabkan keruntuhan yang tiba-tiba dan dapat
menimpa pekerja
X Pemsangan tiang-tiang penyangga yang tidak tegak lurus pada lapisan batuan
sehingga kurang memberikan daya penahan terhadap batuan atau lapisan
atap
X Pemasangan pasak atau “wedge” yang kurang sempurna sehingga
kemungkinan dapat runtuh apabila tersenggol atau karena pecahan batubara
akibat peledakan.

115
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Pengoperasian peralatan tambang
X Pengoperasian peralatan tambang yang tidak mengikuti aturan-aturan yang
berlaku, akan menimbulkan kecelakaan, antara lain :
X Tergencetnya pekerja oleh lori tambang yang sedang beroperasi di jalan yang
sempit
X Terjepinya pekerja oleh belt conveyor yang sedang berjalan
X Tertimpanya pekerja oleh penyangga hidrolik yang tidak di stel dengan benar
X Penyangga kayu yang lapuk akan jatuh menimpa pekerja

116
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Aktivitas pembongkaran
X Adanya bahan peledak mangkir (missfire)
X Getarannya melebihi ambang batas
X Penggunaan :alat berat mekanis yang tidak sesuai dengan
daya dukung tanah
X Penggunaan “road header” pada endapan bahan galian
yang kekerasannya tinggi
Aktivitas pemuatan
X Terpelantingnya bahan yang dimuat dari alat muat
X Terlepasnya komponen alat muat

117
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Aktivitas pengangkutan
Kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi tidak aman pada aktivitas pengangkutan antara lain :
Sistem pengangkutan dengan rel
X Tabrakan antar kendaraan, pekerja cedera, rel keluar, rem tidak berfungsi
X Lori tidak terawat, kendaraan cacat, perencanaan sistem transportasi tidak baik, alat
keamanan tidak baik
X Naik dengan posisi tidak aman, naik kendaraan pengangkut barang, naik di bumper depan,
berdiri di lokomotif, naik turun pada kendaraan yang bergerak, tidak berlindung pada lubang
perlindungan sewaktu kereta lewat, kereta dijalankan terlalu cepat.
Belt conveyor
X Alat pelindung kurang, tidak ada jembatan penyeberangan, pelumas kurang sehingga panass
dan terbakar, debu dan mibyak menumpuk.
X Tidak naik dari platform, naik bersama barang dan alat, menempatkan bagian badan dekat
dengan idler.

118
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Kebakaran atau ledakan gas dan debu batubara
X Kebakaran karena percikan api
X Kebakaran spontan (Swabakar Batubara)
X Kebakaran karena efek ledakan

119
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Perilaku dan ketidakdisiplinan pekerja
X Perilaku pekerja/operator yang tidak disiplin sesuai SOP akan mengakibatkan
kecelakaan, antara lain :
X Kesalahan dalam menerima instruksi
X Kesalahan dalam menjalankan SOP
X Bergurau saat bekerja
X Menjalankan tugas bukan tanggungkawabnya
X Tidak menggunakan alat proteksi (APD)

120
PENGATURAN VENTILASI

X Tujuan ventilasi:
9 Mengencerkan dan menyingkirkan berbagai macam gas,
terutama gas metan, yang muncul di dalam pit
9 Menyediakan udara segar yang diperlukan untuk pernapasan
pekerja
9 Menyediakan udara yang diperlukan untuk mengendalikan
peningkatan temperatur pit akibat panas bumi, panas oksidasi,
dan lain-lain

121
Kandungan gas oksigen ≥ 19,5%
Kandungan methan < 0,25%

Suhu 18O C - 24 O C
Kandungan gas karbon dioksida ≤ 0,5% Kelembaban relatif
max. 85%

KETENTUAN & STANDAR VENTILASI


(SESUAI KEPMEN PE NO. 555.K./2005
Kandungan gas karbon monoksida Kecepatan angin ≤ 450m/min
≤ 0,005% (7m/dt)
Volume udara bersih ≥ 2m3/menit/orang + 122

3 m3/menit untuk setiap tenaga kuda operasi mesin


Ketentuan Umum Ventilasi
Berdasarkan Pasal 369 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
1. Pada tambang bawah tanah:
a. KTT harus menjamin tersedianya aliran udara bersih yang cukup
untuk semua tempat kerja dengan ketentuan:
9 Oksigen tidak kurang dari 19,5%
9 Karbondioksida tidak lebih dari 0,5%
b. Dilarang mempekerjakan karyawan pada tempat kerja yang
mengandung debu, asap, atau uap yang konsentrasinya dapat
mengganggu kesehatan.
c. Aliran udara harus cukup untuk mengurangi atau menyingkirkan
konsentrasi asap peledakan secepat mungkin.
2. Apabila
terdeteksi adanya gas yang mudah terbakar, KTT harus
melakukan tindakan pengamanan khusus. 123
Ketentuan Umum Ventilasi
Berdasarkan Pasal 369 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
3. Volume udara bersih yang dialirkan dalam sistem ventilasi harus:
a. Diperhitungkan berdasarkan jumlah pekerja terbanyak pada suatu lokasi
kerja dengan ketentuan:
9 Setiap orang tidak kurang dari 2 meter kubik per menit selama pekerjaan
berlangsung.
b. Ditambah sebanyak 3 meter kubik per menit untuk setiap tenaga kuda,
apabila mesin diesel dioperasikan.
4. PIT dapat memerintahkan KTT untuk meningkatkan mutu dan
volume aliran udara bersih pada suatu bagian dari tambang.
5. Dilarang menerapkan sistem sirkulasi balik udara.

124
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
1. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus
dipertahankan antara 18 – 24 derajat Celcius dengan kelembaban
relatif maksimum 85%.
2. Kondisi ventilasi tempat kerja harus:
a. Untuk rata-rata 8 jam:
9 Karbon monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005%
9 Methane (CH4) volumenya tidak lebih dari 0,25%
9 Hidrogen Sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 %
9 Oksida nitrat (NO2) tidak lebih dari 0,0003%
b. Dalam tenggang waktu 15 menit:
9 Karbon monoksida (CO) tidak boleh lebih dari 0,04%
9 NO2 tidak boleh lebih dari 0,0005 %
125
Inspeksi Tambang Bawah Tanah
Sistem Ventilasi
TEMUAN
Nilai Kelembaban relatif
melampaui standar ventilasi

REKOMENDASI
Perbaiki sistem ventilasi

Dasar Hukum

Kepmen PE Nomor
555.K/26/M.PE/1995, Pasal 370
ayat 1 126
Inspeksi Tambang Bawah Tanah
Sistem Ventilasi
TEMUAN
Pipa Ventilasi sobek

REKOMENDASI

Perbaiki pipa ventilasi

DASAR HUKUM

PP No. 55 Tahun 2010, Pasal 21


ayat (1) huruf (b) angka (2)

127
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
3. Lampu keselamatan (flame safety lamp) atau alat lain yang sama
peruntukannya harus digunakan untuk menguji kuranganya
kandungan oksigen.
4. Lokasi yang tidak memerlukan ventilasi harus ditutup, atau
dirintangi dan dipasang tanda larangan memasuki lokasi tersebut.
5. Pada setiap lokasi yang sudah ditutup, dinding penyekatnya harus
dipasang pipa yang dilengkapi katup pengambilan percontoh udara
untuk melakukan pengukuran tekanan dibalik dinding penyekat.
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus
sekurang-kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan.
128
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
7. Jalan udara harus mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah
udara yang dialirkan.
8. KTT harus menunjuk petugas yang bertangung jawab dan mengawasi
ventilasi tambang dan nama yang bersangkutan harus dicatat dalam buku
tambang.
9. Jumlah dan mutu udara yang mengalir pada masing-masing lokasi atau
tempat kerja atau sistem ventilasi harus ditentukan dengan tenggang waktu
yang tidak melebihi satu bulan.
10. Lokasi pengukuran aliran meliputi:
a. Setiap jalan masuk udara utama, sedapat mungkin dekat dengan jalan masuk ke
sumuran atau jalan keluar;
b. Setiap tempat terbaginya udara, sedapat mungkin dekat dengan persimpangan;
c. Di tempat kerja yang pertama 50 meter dari mulai masuknya udara dan di tempat
kerja yang terakhir 5 meter dari ujung kuluarnya udara;
d. Lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan persimpangan jalan keluar
utama
e. Tempat lain yang ditetapkan PIT 129
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
11. Pengambilan percontohan untuk mengukur kadar oksigen (O2),
karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), dan oksida nitrat
(NO2) yang terkandung di udara yang dilakukan dalam kondisi
kerja normal harus dilakukan setiap selang waktu sebulan pada
tempat-tempat berikut:
a. 30 meter dari permuka kera terowongan;
b. 15 meter dari lubang turun dan sumuran
c. Pada dasar sumuran buangan udara dan pada lokasi bukaan produksi
yang mempunyai satu jalan masuk.
12. Pengambilan percontohan untuk menentukan kandungan karbon
monoksida (CO) dan oksida nitrat (NO2) pada setiap tempat, atau
setiap ujung jalan mesin diesel dioperasikan maka harus dilakukan
tidak melebihi 7 hari.
130
I. PERATURAN KESELAMATAN TERKAIT PENYANGGAAN
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
Pengawas Operasional harus melakukan (Pasal 300 Ayat 5)
Pemeriksaan terhadap kondisi penyanggaan.

Tugas Dan Kewajiban Pekerja Tambang Bawah Tanah (Pasal 301‐ayat 2), 


Pekerja tambang harus memeriksa secara teliti pada:
1.Permuka kerja;
2.Jalan yang sedang di bongkar atau diperbaiki dan
3.Penyangga yang sedang dipasang atau di bongkar;
Terutama apabila di sekitar tempat tersebut baru dilakukan kegiatan
peledakan.
131
1. KONTROL BATUAN, PENYANGGA DAN
CARA MELAKUKANNYA

Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995

• Kontrol Batuan, Penyangga Dan Cara Melakukannya (Pasal 346):

Kepala Teknik Tambang harus melakukan pengendalian


gerakan lapisan batuan atap di dalam tambang bawah
tanah dan bilamana diperlukan harus menyangga atap
dan dinding suatu bukaan di setiap tempat kerja.

132
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
Pasal 359
Pemeriksaan Kondisi Batuan
XNama pengawas operasional yang ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang
untuk memeriksa dan menguji batuan lepas, harus dicatat dalam Buku
Tambang.

Pasal 360
Peringatan Kondisi Tidak Aman
(1)Apabila gilir kerja tidak kontinu maka kondisi tidak aman harus
diberitahukan secara tertulis kepada gilir kerja berikutnya dan
ditandatangani.
(2)Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibaca
kemudian ditandatangani oleh penanggung jawab gilir kerja berikutnya
sebelum memulai pekerjaan.
133
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
Pasal 361
Peraturan Perusahaan
Mengenai Penyanggaan
(1)Pada suatu tambang yang memerlukan penyangga, maka Kepala
Teknik Tambang harus membuat peraturan perusahaan mengenai
penyanggaan dalam bentuk gambar tampak depan, tampak samping,
tampak atas atau diagram sistem penyanggaan termasuk tatacara
pemasangan dan pembongkaran yang mudah dimengerti oleh
pekerja tambang yang melakukan pekerjaan tersebut.
(2)Kopi peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus ditempelkan pada jalan masuk ke bagian tempat kerja yang
menggunakan penyangga dan mudah terlihat.

134
2. PENYANGGAAN TEMPAT KERJA
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
• Penyangga Sistematis (Pasal 538), a.l:
1. Penyangga Sistematis harus dibuat untuk menyangga batuan atap dan dinding dari:
a. Setiap permuka kerja;
b. Setiap lubang maju;
c. Setiap persimpangan dua atau lebih lorong apabila kendaraan atau ban berjalan
melalui salah satu dari lorong tersebut dan
d. Setiap lorong dimana ada orang yang sedang bekerja.
2. Pelaksana Inspeksi Tambang dapat memerintahkan secara tertulis kepada Kepala
Teknik Tambang untuk membuat ketentuan Penyangga Sistematis pada tempat-
tempat atau ruas jalan tertentu didalam tambang selain dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan
3. Kepala Pelaksana Inspeksi tambang dapat memberlakukan ketentuan Penyangga
Sistematis pada tambang lain selain tambang batubara bawah tanah.
4. Dilarang mencegah seseorang untuk memasang penyangga tambahan 135
pada suatu
sistem penyanggaan yang ada apabila hal tersebut diperlukan untuk keselamatan.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN (SMKP)

136
DASAR HUKUM SMKP
UUD 1945 UUD 1945
Pasal 27 (2) Pasal 33 (2 & 3)

UU Keselamatan UU Ketenagakerjaan UU Minerba


Kerja
UU No.13 /2003 UU No.4 /2009
UU No.1/1970 Pasal 86 & 87 Pasal 96 & 141

PP Penerapan SMK3 PP Binwas Minerba


PP No. 50 / 2012 PP No.55 /2010
Pasal 4 (2) & 19 Pasal 16, 26 & 27

PP Keselamatan
Kerja Tambang
SMKP Kepmen PE
No.555.K/26/MPE/1995
137
PP No.19/1973
Sumber : Ditjen Minerba, KESDM
DASAR PERTIMBANGAN SMKP MINERBA

a. Memenuhi ketentuan dalam Peraturan


Perundang-undangan

b. Menjamin pekerja tambang yang selamat dan


sehat serta operasional tambang yang aman,
efisien, dan produktif dalam pelaksanaan
kegiatan usaha pertambangan, perlu
menerapkan sistem manajemen keselamatan
pertambangan mineral dan batubara. 138
Tujuan Penerapan SMKP

X Meningkatkan efektifitas keselamatan pertambangan


yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi
X Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja,
dan kejadian berbahaya.
X Menciptakan Kegiatan Operasional Tambang yang
aman,efisien dan produktif.
X Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman,
dan efisien untuk meningkatkan produktivitas

139
PENGERTIAN – SMKP MINERBA

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan


Mineral dan Batubara, yang selanjutnya disebut
SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko keselamatan
pertambangan yang terdiri atas keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan, dan keselamatan
operasi pertambangan.
140
Perusahaan Wajib Menerapkan SMKP Minerba

a. Perusahaan Pertambangan, yaitu pemegang: IUP, IUPK,


IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, KK, dan PKP2B.
b. Perusahaan Jasa Pertambangan, yaitu pemegang: IUJP
dan SKT.

141
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP SMKP
Bagian dari sistem manajemen ELEMEN SMKP
perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan
produktif.
(PP 50 / 2012, Pasal 1 angka 1)

142

Sumber : Ditjen Minerba, KESDM


SIKLUS
SMKP

143
Pedoman Penerapan Dan Audit SMKP Minerba
Penerapan SMKP Minerba berdasarkan Pedoman
Penerapan SMKP Minerba – Lampiran I

audit internal penerapan SMKP sekurang-


kurangan 1 (satu) kali dalam setahun

Dalam hal terjadi kecelakaan, bencana, atau untuk


kepentingan penilaian kinerja keselamatan
pertambangan, KAIT dapat meminta audit
eksternal penerapan SMKP

Audit Eksternal SMKP Minerba dilaksanakan oleh


Lembaga Audit Independen terakreditasi dan
telah mendapat persetujuan KAIT 144
SANKSI ADMINISTRATIF

1. Tidak Menerapkan SMKP Minerba

2. Tidak punya KTT atau PJO

3. Tidak menerapan SMKP Minerba sesuai Lampiran I

4. Tidak melakukan audit Internal atau Eksternal

5. Tidak melaksana audit sesuai Lampiran II

6. Tidak menyampaikan hasil audit ke KAIT.

145
SANGSI ADMINISTRATIF

¾ Peringatan Tertulis :30 hari kalender

¾ Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan


dikenakan DJW : 90 hari kalender

¾ Pencabutan IUP, IUPK, IUP OP khusus, IUJP, SKT

146
Pemberlakuan Penerapan SMKP

Perusahaan Wajib Menerapkan SMKP


Minerba DJW paling lambat 1 tahun sejak
Permen ESDM No.38 Th 2014, diberlakukan

Permen ESDM No.38 Th 2014 mulai berlaku pada


tanggal diundangkan 30 Desember 2014

147
148

Anda mungkin juga menyukai