Biodata
Nama : Mas Agung Wiweko
N I P/Jabatan : 197109252005021001 / WI-1
Tempat/Tgl Lahir : Surabaya, 25 Sept. 1971
Pendidikan DN :
• S-1 : Teknik Pertambangan UPN JK
• S-2 : Magister Manajemen, PPM, Jkt
• S-2 : Magister Teknik Tambang, ITB
Pengalaman:
PT. Ampalit Mas Perdana (Alluvial Gold Mining), PT. KPC
PT. Freeport Indonesia (Primary Gold Mining)
PT. Geosinindo (Geotech Consultant) 2
2
PNS DESDM
POKOK PEMBAHASAN
3
Pentingnya Memahami Peraturan
Keselamatan Pertambangan (KP)
X Untuk mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat
kerja dan kejadian berbahaya
X Untuk menjamin dan melindungi pekerja tambang
agar selamat, sehat dan produktif dengan menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, nyaman dan efisien.
X Untuk menjamin dan melindungi kegiatan operasional
tambang yang aman, efisien dan produktif
4
PENGERTIAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN (KP)
5
Karakteristik Pertambangan Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
9 Padat Modal & Teknologi 9 Memiliki personil Menteri ESDM
9 Risiko Besar & Spesifik khusus melakukan pengawasan
9 Peralatan khusus 9 Memiliki peralatan atas K3 dalam bidang
9 Dinamis (Hazard & Risiko
khusus pertambangan kecuali
Berpindah) untuk Ketel Uap.
7
KESELAMATAN PERTAMBANGAN (KP)
8
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
PERTAMBANGAN (K3 PERTAMBANGAN)
X Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi pekerja
tambang agar selamat dan sehat melalui upaya :
X Pengelolaan keselamatan kerja;
X Kesehatan kerja;
X Lingkungan kerja;
X Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
9
KESELAMATAN OPERASIONAL
PERTAMBANGAN (KO PERTAMBANGAN)
X Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional
tambang yang aman, efisien dan produktif melalui upaya :
X Pengelolaan sistem & pelaksanaan pemeliharaan/perawatan
sarpras, instalasi & peralatan pertambangan;
X Pengamanan instalasi;
X Kelayakan sarpras, instalasi & peralatan pertambangan;
X Kompetensi tenaga teknik;
X Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
10
USAHA PERTAMBANGAN
Kegiatan
Usaha
14
DASAR HUKUM
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERBA
9 UU No. 1 Th. 1970, tentang Keselamatan Kerja (Menimbang, Ps.1-4, 8, 9,
11-14);
9 UU No. 13 Th. 2003, tentang Ketenagakerjaan (Pasal 86 & 87);
9 UU No. 4 Th. 2009, tentang Pertambangan Minerba (Pasal 96, 139,
140, 141);
9 PP No. 19 Th. 1973, tentang Pengaturan & Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan (Pasal 1, 2, & 3);
9 PP No. 55 Th. 2010, tentang Pembinaan & Pengawasan
Pertambangan Minerba (Pasal 3,12, 16, 26, 27 & 36);
9 PP No. 50 Th. 2012, tentang Penerapan SMK3 (Pasal 4 (2), & 19);
9 KEPMEN No. 555.K/26/M.PE/1995, tentang K3 Pertambangan Umum;
9 PERMEN ESDM No. 38 Th. 2014, tentang Penerapan SMKP;
9 KEPRES No.125 TH 1999, tentang Bahan Peledak;
9 PER. KAPOLRI No. 2 TH 2008, tentang Pengawasan, Pengendalian, &
Pengamanan Bahan Peledak.
15
DASAR HUKUM KESELAMATAN PERTAMBANGAN
UUD 1945 UUD 1945
Pasal 27 (2) Pasal 33 (2 & 3)
PP Keselamatan
Kerja Tambang
SMKP Kepmen PE
No.555.K/26/MPE/1995
16
PP No.19/1973
Sumber : Ditjen Minerba, KESDM
UU No. 1 TAHUN 1970
KESELAMATAN KERJA
Memberikan perlindungan hukum atas keselamatan bagi tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produkivitas nasional.
Pasal Isi Penjabaran
Pasal 2 Ruang lingkup K2
Pasal 3 Syarat-syarat K2
Pasal 8 Kewajiban pengurus thd pemeriksaan kesehatan pekerja
Pasal 9 Kewajiban pengurus thd penjelasan kondisi tempat kerja
Pasal 11 Kewajiban pengurus melaporkan kecelakaan
Pasal 12 Kewajiban & hak tenaga kerja
Pasal 13 Kewajiban pekerja bila memasuki tempat kerja
Pasal 14 Kewajiban pengurus menempatkan secara tertulis syarat K2
di tempat kerja, memasang rambu K2 & menyediakan APD
17
UU No. 4 Tahun 2009
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Pengatuan K3 & Keselamatan Operasi Pertambangan
Pasal Isi Penjabaran
Pasal 96 Kewajiban Pemegang IUP & IUPK
18
PP No. 19 TAHUN 1973
PENGATURAN & PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA
DI BIDANG PERTAMBANGAN
Uap.
PP No. 19 TAHUN 1973 ... l a n j
t a n
PENGATURAN & PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA
DI BIDANG PERTAMBANGAN
• Pertambangan penting bagi ekonomi nasional dan
pertahanan negara, sehingga perlu pengawasan K2 seperti
dalam Pasal 16 UU. No. 44 Prp. Th. 1960 dan Pasal 29 UU.
No. 11 Tahun 1967
Pasal 5
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud Stoom
21
Ordonantie 1930 (Sblt. 1930 Nomor 225).
UU No. 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN
PARAGRAF 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PASAL 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya K3.
PASAL 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen22
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
UU No. 4 Tahun 2009
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Pengatuan K3 & Keselamatan Operasi Pertambangan
Pasal Isi
Pasal 96 Kewajiban Pemegang IUP & IUPK
23
Pengawasan Pertambangan
UU No.4 Th 2009 Psl 141 Ruang
PP 55 Th 2010 Psl 16 & 17 Sasaran
Lingkup
Keselamatan
Objek
Operasi
Pertambangan
K3
Pertambangan Teknis
Pertambangan
Pengelolaan Lingkgn GMP
Hidup Reklamasi dan
Pasca Tambang Konservasi
Sumberdaya
Penguasaan, Mineral & Batubara
Pengembangan &
Pnrapan Teknologi
24
24
INSPEKTUR TAMBANG
PP No. 55 Tahun 2010
PEMBINAAN & PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
USAHA PERTAMBANGAN MINERBA
Pasal Isi
Pasal 3 Pembinaan terhadap Penyeleggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan
¾ Sasaran: ¾ Sasaran:
Menghindari Kecelakaan dan Penyakit Terciptanya kegiatan operasi
Akibat Kerja pertambangan yang aman dan selamat.
¾ Objek: ¾ Objek:
a. Keselamatan Kerja a. Sistem dan Pelaksanaan
b. Kesehatan Kerja Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
c. Lingkungan Kerja Prasarana, Instalasi dan Peralatan
d. Sistem Manajemen K3 Pertambangan;
b. Pengamanan Instalasi;
c. Kelayakan Sarana, Prasarana,
Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan;
d. Kompetensi Tenaga Teknik; 26
e. Evaluasi Laporan Hasil Kajian
26 Teknis
Pertambangan
... l a n j
t a n
K3 PERTAMBANGAN
(Pasal 26 PP 55/2010)
Kebersihan LK
... l a n j
Pelaksanaan Pengawasan t a n
29
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
BAB V PEMBORAN
33
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
dst...... dst......
34
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
Bagian 6 Kontrol Batuan, Penyangga dan Cara Melakukannya Pasal 346 - 361
35
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
Bagian 15 Pencegahan Kebakaran di Bawah Tanah dan Pengaturan Pasal 435 - 461
Penyelamatan
Bagian 16 Kesejahteraan Pasal 462 - 472
36
PENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGAN ... l a n j
t a n
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
Bagian 2 Pencegahan Terhadap Penyulutan Gas dan Debu Mudah Pasal 500 - 515
Menyala
Bagian 3 Ventilasi Dalam Tambang Berbahaya Gas Pasal 516 - 536
Bagian 5 Latihan dan Pengawasan Tenaga Kerja di Tambang Pasal 549 - 551
Bawah Tanah
37
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT)
Pasal 1 ayat (6)
“KTT adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan
perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha
pertambangan di wilayah yg menjadi tanggung jawabnya.”
Pengawas Pengawas
Teknis Operasional
Manager K3
Program K3 Manager K3
NO
No Zero Accident
Yes
YES
Sumber : EG -IT-2012-BPN
Zero Accident 42
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENGAWAS OPERASIONAL(Psl 12)
43
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENGAWAS TEKNIS (Psl 13)
X Bertanggungjawab untuk keselamatan
peralatan
X Mengawasi dan memeriksa permesinan
dan perlistrikan
X Merencanakan dan menjamin
dilaksanakannya pemeliharaan peralatan
X Melaksanakan pengujian
X Membuat laporan 44
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
BUKU TAMBANG (Psl 20)
46
PENDAFTARAN BUKU TAMBANG
47
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
BAGIAN K3 (Psl 24)
X Mengumpulkan data, menganalisis Kec.
X Mengumpulkan data daerah yg berbahaya
X Memberikan penerangan/Petunjuk K3
X Membentuk dan melatih Tim Rescue
X Menyusun statistik
X Mengevaluasi K3
48
Sumber : EG -IT-2012-BPN 48
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KOMITE K3 (Psl 25)
X Melakukan pertemuan
49
Sumber : EG -IT-2012-BPN
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERSYRATAN PEKERJA TAMBANG
(Pasal 26)
Sehat Jasmani & Rohani, dan Sesuai sifat pekerjaan
52
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PEKERJA TAMBANG (Psl 32)
Hak :
¾ Pemeriksaan Kesehatan berkala (27)
¾ Diklat (28-30)
¾ Keberatan bekerja apabila tidak aman (32)
Kewajiban :
Mematuhi peraturan K3 & kerja sesuai SOP
Melaporkan penyimpangan pekerjaan/timbul
bahaya kepada Pengawas
Memakai dan merawat APD
Memberikan keterangan yg benar Kepada PIT 53
(32-6) dan (UU No. 1 th 1970)
Lanjutan….
Kewajiban
Melaporkan kecelakaan/cidera
54
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
X Benar terjadi
X Ciderapekerja tambang atau orang
yang diberi izin
X Akibat kegiatan usaha pertambangan
X Pada Jam kerja
X Dalam wilayah KP/KK/PKP2B
55
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENGGOLONGAN CIDERA (Psl 40)
1. Ringan (lebih 1 hari s.d. 3 minggu)
2. Berat
lebih 3 minggu; atau
Cacat tetap; atau
Cidera retak tulang ( lengan, kaki, kepala,
punggung, pinggul), pendarahan dalam/ pingsang
kurang oksigen, persendian lepas.
3. Mati
Meninggal dalam waktu 24 jam atau kurang setelah
56
terjadi kecelakaan
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KEJADIAN BERBAHAYA (Psl 44-45)
¾ Mesin pengangkat roboh, terbalik, rusak
pada saat mengangkat
¾ Tabung bertekanan meledak
¾ Terjadi hubung pendek ,tegangan lebih
disebabkan kebakaran, peledakan yg
menyebabkan kegiatan terhenti lebih 24 jam
¾ Kebocoran bahan berbahaya
¾ Kendaraan pengangkut bahan berbahaya
terbalik, dll 57
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
KETENTUAN MELAPOR (Psl 41)
60
STATISTIK KECELAKAAN KERJA
Tingkat Kecelakaan
A. Tingkat Kekerapan (Frequency Rate = FR)
Jumlah korban kecelakaan untuk satu juta jam kerja orang (man hours)
Jumlah hari kerja yang hilang per setiap satu juta jam kerja dikali
jumlah kumulatif orang
63
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERLINDUNGAN JATUH (93)
64
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERLINDUNGAN JATUH (93)
¾ Bekerja pd tempat tinggi lebih dari 2,5
meter dari lantai hrs dilindungi dari
kemungkinan terjatuh.
65
65
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
JEMBATAN KERJA (94)
¾ Bingkai pengaman
¾ jalan angkut terpisah dari jalan pekerja
66
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
JALAN BERTANGGA (95)
¾ pada jalan masuk bertangga pada
lantai atau jembatan kerja hrs
dilengkapi pagar pegangan tangan
dan bingkai lantai standar, atau pintu
yg membuka keatas.
68
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
ALAT PEMADAM API (105-109)
70
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
LAMPU PENERANGAN (100-101)
71
71
ALAT PEMADAM API RINGAN (105-109)
72
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
TEMPAT KERJA (110)
¾ Bersih dan rapih
¾ Limbah padat atau cair tidak
ditimbun dalam jumlah besar
¾ Sampah/kain bekas mudah terbakar
dengan wadah kedap api & tertutup
¾ Bebas ceceran/bocoran zat cair
mudah menyala/terbakar
73
73
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
ZAT CAIR & BAHAN MUDAH
TERBAKAR (112 & 113)
74
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
Tabung Oksigen & Gas Mudah Terbakar
(116)
76
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERBENGKELAN (159)
77
77
BENGKEL PT XXX
Kondisi Lapangan:
•Penempatan ban baru dan ban bekas tidak dipisahkan.
•Proses pengisian baterai accu tidak dilakukan terpisah dari barang-barang lain yang ada di
workshop
•Tabung oksigen dan acetylene antara yang kosong dan isi tidak dipisahkan dan tabung-tabung
tersebut tidak dalam keadaan terikat
Rekomendasi:
•Memisahkan penempatan antara ban baru dan ban bekas dan penempatan ban harus dalam
kondisi aman. 78
•Proses pengisian baterai accu harus dilakukan terpisah dari barang-barang lain di workshop
•Tabung oksigen dan acetylene harus dalam keadaan terpisah dan dalam keadaan terikat.
BENGKEL PT XXX
Kondisi Lapangan:
•Tidak ada garis demarkasi di bengkel.
•Unit yang sedang diperbaiki menggunakan standjack yang tidak standar (terbuat dari kayu, beban
standjack tidak sesuai dengan kapasitas safety weight load (SWL))
Rekomendasi:
•Segera membuat garis demarkasi di bengkel
79
•Dilarang menggunakan standjack dari kayu dan standjack yang digunakan kapasitas SWL harus
sesuai dengan beban unit yang di perbaiki
80
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERALATAN & FASILITAS (160)
Tersedia Gang cukup lebar
Gang bebas rintangan
Ada garis demarkasi
Salah satu sisi Jalan tangga dilengkapi pegangan
tangan
Wadah/bak terbuka berisi zat cair Panas
/berbahaya harus dibatasi tirai/pagar
pengaman setinggi > 1,5 meter
Lantai dgn lubang untuk jalan dan teras tangga,
dilengkapi bingkai & pagar setinggi 90 cm.
81
81
82
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENCEGAHAN KEBAKARAN/LEDAKAN
(161)
¾ Penempatan bahan mudah terbakar, aman
¾ Zat cair mudah menyala maks. 20 liter dalam
wadah tahan api.
¾ Maksimum dlm bengkel hanya 10 bh wadah
¾ Pemisahan ruangan, thd pekerjaan berpotensi
kebakaran/ledakan
¾ Tersedia jalan menyelamatan diri yang bebas
rintangan
¾ Tersedia alat pemadam api 83
83
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERALATAN PENGAMAN (163)
Bagian bergerak dari mesin & alat
transmisi
Bagian berputar dari mesin
Kacamata pengaman thd bunga api,
percikan logam, sinar las, dll
Isyarat peringatan untuk mesin yg
hidup otomatis
Sakelar darurat (emeregency stop)
84
84
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
MESIN GERINDA (165)
85
85
PERALATAN LISTRIK (180)
EG -IT-2012-BPN 86
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERALATAN LISTRIK (180)
Kecuali, KAPIT menetapkan peraturan lain atau
standar lain dari yg ditentukan peraturan ini semua
instalasi Listrik harus memenuhi ketentuan PUIL
dan SNI
Lebih dari 40.000 utk BBC mudah terbakar dan lebih dari
10,000 utk BBC mudah menyala harus mendapat izin
dari KAPIT
X Harus tersedia :
- Tanda larangan
- Lampu penerangan,FE, Penangkal petir
90
91
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PERSYARATAN (223) Lanjutan
X Jarak antara tangki sekurang-kurangnya
10 meter
X Pada dinding tangki harus tertulis :
Nomor, Kapasitas, dan jenis BBC
X Pagar pengaman berjarak 5 meter dari
tanggul
X Panel listrik dan pompa ditempatkan di
luar pagar pengaman
92
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/1995
PENIMBUNAN BUKAN DALAM TANGKI
TETAP (224)
Temuan :
Fasilitas tangki BBC jenis solar
belum memenuhi ketentuan sesuai
Kepmen PE No.
555.K/26/M.PE/1995 (tidak ada
pagar pengaman, tidak ada
springkle, dll)
Rekomendasi :
Fasilitas tangki BBC harus
memenuhi ketentuan sesuai
dengan Kepmen PE No.
555.K/26/M.PE/1995.
94
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
In Pit Shop
Temuan :
1.Tidak terlaksananya
implementasi SOP Fatigue
Management and Policy
2.Terdapat karyawan yang tidak
mengikuti tool box meeting.
Rekomendasi :
Meningkatkan pengetahuan
pekerja dan pengawasnya
sesuai dengan tugas,
wewenang, dan kompetensinya.
(Kepmen PE No.
555.K/26/M.PE/1995 Pasal
95 29
dan 30) (Berkelanjutan).
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL DAN GUDANG Lokasi :
Main Shop dan Gudang Umum
Temuan :
1.Ditemukan kotak P3K yang tidak
bisa dibuka dan Isi Kotak P3K
sudah ada yang habis.
2.Tidak adanya petugas P3K yang
sudah terlatih.
Rekomendasi :
Memastikan adanya petugas P3K
yang terlatih dan kunci kotak P3K
dipegang oleh petugas P3K yang
terlatih pada setiap gilir kerja, serta
Memastikan Isi kotak P3K sesuai
dengan daftar yang telah tersedia.
(Kepmen PE
No. 555.K/26/M.PE/199596 Pasal 37
ayat 1 dan 3, serta 87 ayat 4).
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL LV Lokasi :
Bengkel LV
Temuan :
1.Perbaikan unit DT dilakukan
pada bengkel LV, sedangkan
bengkel DT masih dalam tahap
konstruksi.
2.Unit yang diperbaiki
menggunakan ganjal yang tidak
sesuai dengan spesifikasi pabrik.
3.Unit yang diperbaiki dalam
keadaan kotor.
4.Tidak adanya pelaksanaan
sistem LOTO.
5.Tidak adanya tempat peletakan
roda unit yang aman. 97
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL LV dan DT Lokasi :
Area Parkir Unit Breakdown
Temuan :
1.Terdapat pekerja yang istirahat di
bawah unit karena tempat istirahat
yang ada masih belum memadai.
2.Lock Out tidak ada, Tag Out tidak
terinformasikan, dan pintu unit tidak
terkunci.
Rekomendasi :
1.Dilarang bagi pekerja untuk
beristirahat di bawah unit.
2.Segera menyelesaikan tempat
istirahat.
(Kepmen PE No. 98
555.K/26/M.PE/1995 Pasal 3 ayat 4
dan 212)
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
Pit Stop/ Parkir Unit dan
Bengkel Utama
Keterangan :
1.Dispenser air panas dalam
keadan rusak.
2.Kabel listrik terlihat berantakan
dan stop kontak longgar.
Saran:
1.Memperbaiki dispenser yang
rusak.
2.Merapikan kabel listrik dan
membenahi stop kontak.
99
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
Tempat Penyimpanan B3 dan
Limbah B3
Keterangan :
Eye Wash dan APAR terhalang
oleh drum.
Sirine tidak bisa digunakan
langsung.
Saran:
Memastikan bahwa area dan
sarana keadaan darurat (Eye Wash
dan APAR) dalam kondisi akses
aman.
Deskripsi :
Penempatan Eye wash yang
tidak standar
Rekomendasi :
Penempatan eye wash
supaya ditempatkan di
tempat yang strategis,
mudah djangkau dan tidak
terhalang
101
GAMBAR KETERANGAN
CAMPUR SARI Lokasi :
Bengkel KKP dan Gudang Handak
Temuan :
1.Eye Wash dalam keadaan kotor.
2.Sambungan stop kontak Dispanser
yang tidak aman.
3.Terdapat obat di dalam kotak P3K.
Rekomendasi :
1.Eye Wash harus selalu dalam kondisi
bersih dan dalam keadaan siap pakai.
2.Tidak boleh menggunakan stop kontak
Dispanser yang tidak aman.
3.Memastikan bahwa Kotak P3K sesuai
dengan yang dipersyaratkan dan obat
hanya boleh diizinkan oleh dokter atau
paramedis dengan mengikuti saran
dokter.
102
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi :
Temuan :
1.Di temukan sampah dari casc yang belum
di pindahkan ke tempat pembuangan
sementara, menyebabkan banyak lalat.
2.Freezer penuh dengan bahan makanan
dan tidak ada akses untuk mengambil
bahan makanan pada bagian tengah dan
belakang, berpotensi FI-FO tidak berjalan
baik.
3.Terdapat tetesan dari uap minyak di
dinding ruang pack meal.
Rekomendasi :
1.Sampah tidak boleh di tumpuk di samping
chiller dan harus langsung di bawa ke
penampungan sementara ( belakang mess )
2.Pembatasan stock makanan dan
pelaksanaan sistem FI-FO.
3.Lakukan pengecekan dan pembersihan
rutin terpal yang di tempatkan di atas plapon.
103
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi : Area Kerja
Temuan :
Penempatan kabel listrik,
tabung gas, dan tools yang
tidak baik.
Rekomendasi :
1.Melaksanakan penempatan
kabel listrik, tabung gas, dan
tools sesuai dengan tempat
yang laiak.
2.Mengkomunikasi prosedur
kerja di area tersebut kepada
104
pekerja.
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi : Bengkel
Temuan :
Housekeping tidak diterapkan
dengan baik.
Rekomendasi :
Menerapkan standar
housekeping dengan baik
dan sesuai produr.
105
GAMBAR KETERANGAN
Lokasi : Bengkel
Temuan :
Gerida tangan masih kontak
dengan instalasi listrik
setelah digunakan.
Rekomendasi :
Segera sosialisasikan
kembali prosedur
penggunaan gerinda tangan
kepada pekerja dan
pengawas.
106
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
Workshop
Temuan :
P3K tidak sesuai dengan peraturan
isi Kotak P3K dan tidak terdapat
kartu pemakaian dan identitas dari
Kotak P3K.
Peraturan :
Kepmen 555.K Tahun 1995 Pasal
37 ayat 1
Rekomendasi :
Bagian K3 memastikan penyediaan
Isi dan mengkomunikasikan
tatacara pengisian kartu pemakaian
P3K oleh pekerja.
107
Memastikan kembali semua tempat
terdapat Isi dan kotak P3K.
GAMBAR KETERANGAN
BENGKEL Lokasi :
TPS B3
Temuan :
Tidak terdapat MSDS Limbah B3
dan tidak semua diberi label sesuai
dengan jenis limbah.
Peraturan :
Kepmen 555.K Tahun 1995 Pasal
86 ayat 1 dan 2 serta PP 18 Tahun
1999 Pasal 1 dan 3
Rekomendasi :
Menambah pemasangan tanda
peringatan adanya bahaya.
108
GAMBAR KETERANGAN
FASILITAS PERMUKAAN Lokasi :
Temuan :
Eye Wash tidak berfungsi karena
tidak adanya air.
Peraturan :
Kepmen 555.K Tahun 1995 Pasal
87 ayat 4
Rekomendasi :
Memastikan Eye Wash dalam
keadaan siap pakai (kondisi air
terpenuhi)
109
110
111
ENGATURAN K3 DI BIDANG PERTAMBANGA
KEPMEN PE No. 555.K/26/M.PE/1995
TAMBANG BAWAH TANAH
112
PERATURAN K3 TAMBANG BIJIH BAWAH TANAH
(Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995, Pasal 295 – 489)
Administrasi Tambang Pengangkutan
Jalan Keluar/Evakuasi
Listrik TBT
Keadaan Bahaya
Pencegahan Kebakaran
Bawah Tanah & Penyelamatan
Emisi & Semburan
Kesejahteraan
Kontrol Batuan &
Penyanggaan
Latihan & Pengawasan Tenaga Kerja
Perlindungan Tempat
Ventilasi
113
115
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Pengoperasian peralatan tambang
X Pengoperasian peralatan tambang yang tidak mengikuti aturan-aturan yang
berlaku, akan menimbulkan kecelakaan, antara lain :
X Tergencetnya pekerja oleh lori tambang yang sedang beroperasi di jalan yang
sempit
X Terjepinya pekerja oleh belt conveyor yang sedang berjalan
X Tertimpanya pekerja oleh penyangga hidrolik yang tidak di stel dengan benar
X Penyangga kayu yang lapuk akan jatuh menimpa pekerja
116
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Aktivitas pembongkaran
X Adanya bahan peledak mangkir (missfire)
X Getarannya melebihi ambang batas
X Penggunaan :alat berat mekanis yang tidak sesuai dengan
daya dukung tanah
X Penggunaan “road header” pada endapan bahan galian
yang kekerasannya tinggi
Aktivitas pemuatan
X Terpelantingnya bahan yang dimuat dari alat muat
X Terlepasnya komponen alat muat
117
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Aktivitas pengangkutan
Kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi tidak aman pada aktivitas pengangkutan antara lain :
Sistem pengangkutan dengan rel
X Tabrakan antar kendaraan, pekerja cedera, rel keluar, rem tidak berfungsi
X Lori tidak terawat, kendaraan cacat, perencanaan sistem transportasi tidak baik, alat
keamanan tidak baik
X Naik dengan posisi tidak aman, naik kendaraan pengangkut barang, naik di bumper depan,
berdiri di lokomotif, naik turun pada kendaraan yang bergerak, tidak berlindung pada lubang
perlindungan sewaktu kereta lewat, kereta dijalankan terlalu cepat.
Belt conveyor
X Alat pelindung kurang, tidak ada jembatan penyeberangan, pelumas kurang sehingga panass
dan terbakar, debu dan mibyak menumpuk.
X Tidak naik dari platform, naik bersama barang dan alat, menempatkan bagian badan dekat
dengan idler.
118
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Kebakaran atau ledakan gas dan debu batubara
X Kebakaran karena percikan api
X Kebakaran spontan (Swabakar Batubara)
X Kebakaran karena efek ledakan
119
BENTUK-BENTUK KECELAKAAN DAN
BENCANA TAMBANG BAWAH TANAH
Perilaku dan ketidakdisiplinan pekerja
X Perilaku pekerja/operator yang tidak disiplin sesuai SOP akan mengakibatkan
kecelakaan, antara lain :
X Kesalahan dalam menerima instruksi
X Kesalahan dalam menjalankan SOP
X Bergurau saat bekerja
X Menjalankan tugas bukan tanggungkawabnya
X Tidak menggunakan alat proteksi (APD)
120
PENGATURAN VENTILASI
X Tujuan ventilasi:
9 Mengencerkan dan menyingkirkan berbagai macam gas,
terutama gas metan, yang muncul di dalam pit
9 Menyediakan udara segar yang diperlukan untuk pernapasan
pekerja
9 Menyediakan udara yang diperlukan untuk mengendalikan
peningkatan temperatur pit akibat panas bumi, panas oksidasi,
dan lain-lain
121
Kandungan gas oksigen ≥ 19,5%
Kandungan methan < 0,25%
Suhu 18O C - 24 O C
Kandungan gas karbon dioksida ≤ 0,5% Kelembaban relatif
max. 85%
124
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
1. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus
dipertahankan antara 18 – 24 derajat Celcius dengan kelembaban
relatif maksimum 85%.
2. Kondisi ventilasi tempat kerja harus:
a. Untuk rata-rata 8 jam:
9 Karbon monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005%
9 Methane (CH4) volumenya tidak lebih dari 0,25%
9 Hidrogen Sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 %
9 Oksida nitrat (NO2) tidak lebih dari 0,0003%
b. Dalam tenggang waktu 15 menit:
9 Karbon monoksida (CO) tidak boleh lebih dari 0,04%
9 NO2 tidak boleh lebih dari 0,0005 %
125
Inspeksi Tambang Bawah Tanah
Sistem Ventilasi
TEMUAN
Nilai Kelembaban relatif
melampaui standar ventilasi
REKOMENDASI
Perbaiki sistem ventilasi
Dasar Hukum
Kepmen PE Nomor
555.K/26/M.PE/1995, Pasal 370
ayat 1 126
Inspeksi Tambang Bawah Tanah
Sistem Ventilasi
TEMUAN
Pipa Ventilasi sobek
REKOMENDASI
DASAR HUKUM
127
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
3. Lampu keselamatan (flame safety lamp) atau alat lain yang sama
peruntukannya harus digunakan untuk menguji kuranganya
kandungan oksigen.
4. Lokasi yang tidak memerlukan ventilasi harus ditutup, atau
dirintangi dan dipasang tanda larangan memasuki lokasi tersebut.
5. Pada setiap lokasi yang sudah ditutup, dinding penyekatnya harus
dipasang pipa yang dilengkapi katup pengambilan percontoh udara
untuk melakukan pengukuran tekanan dibalik dinding penyekat.
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus
sekurang-kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan.
128
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
7. Jalan udara harus mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah
udara yang dialirkan.
8. KTT harus menunjuk petugas yang bertangung jawab dan mengawasi
ventilasi tambang dan nama yang bersangkutan harus dicatat dalam buku
tambang.
9. Jumlah dan mutu udara yang mengalir pada masing-masing lokasi atau
tempat kerja atau sistem ventilasi harus ditentukan dengan tenggang waktu
yang tidak melebihi satu bulan.
10. Lokasi pengukuran aliran meliputi:
a. Setiap jalan masuk udara utama, sedapat mungkin dekat dengan jalan masuk ke
sumuran atau jalan keluar;
b. Setiap tempat terbaginya udara, sedapat mungkin dekat dengan persimpangan;
c. Di tempat kerja yang pertama 50 meter dari mulai masuknya udara dan di tempat
kerja yang terakhir 5 meter dari ujung kuluarnya udara;
d. Lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan persimpangan jalan keluar
utama
e. Tempat lain yang ditetapkan PIT 129
Standard Ventilasi
Berdasarkan Pasal 370 Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995:
11. Pengambilan percontohan untuk mengukur kadar oksigen (O2),
karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), dan oksida nitrat
(NO2) yang terkandung di udara yang dilakukan dalam kondisi
kerja normal harus dilakukan setiap selang waktu sebulan pada
tempat-tempat berikut:
a. 30 meter dari permuka kera terowongan;
b. 15 meter dari lubang turun dan sumuran
c. Pada dasar sumuran buangan udara dan pada lokasi bukaan produksi
yang mempunyai satu jalan masuk.
12. Pengambilan percontohan untuk menentukan kandungan karbon
monoksida (CO) dan oksida nitrat (NO2) pada setiap tempat, atau
setiap ujung jalan mesin diesel dioperasikan maka harus dilakukan
tidak melebihi 7 hari.
130
I. PERATURAN KESELAMATAN TERKAIT PENYANGGAAN
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
Pengawas Operasional harus melakukan (Pasal 300 Ayat 5)
Pemeriksaan terhadap kondisi penyanggaan.
132
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
Pasal 359
Pemeriksaan Kondisi Batuan
XNama pengawas operasional yang ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang
untuk memeriksa dan menguji batuan lepas, harus dicatat dalam Buku
Tambang.
Pasal 360
Peringatan Kondisi Tidak Aman
(1)Apabila gilir kerja tidak kontinu maka kondisi tidak aman harus
diberitahukan secara tertulis kepada gilir kerja berikutnya dan
ditandatangani.
(2)Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibaca
kemudian ditandatangani oleh penanggung jawab gilir kerja berikutnya
sebelum memulai pekerjaan.
133
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
Pasal 361
Peraturan Perusahaan
Mengenai Penyanggaan
(1)Pada suatu tambang yang memerlukan penyangga, maka Kepala
Teknik Tambang harus membuat peraturan perusahaan mengenai
penyanggaan dalam bentuk gambar tampak depan, tampak samping,
tampak atas atau diagram sistem penyanggaan termasuk tatacara
pemasangan dan pembongkaran yang mudah dimengerti oleh
pekerja tambang yang melakukan pekerjaan tersebut.
(2)Kopi peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus ditempelkan pada jalan masuk ke bagian tempat kerja yang
menggunakan penyangga dan mudah terlihat.
134
2. PENYANGGAAN TEMPAT KERJA
Kepmen PE No. 555.K Tahun 1995
• Penyangga Sistematis (Pasal 538), a.l:
1. Penyangga Sistematis harus dibuat untuk menyangga batuan atap dan dinding dari:
a. Setiap permuka kerja;
b. Setiap lubang maju;
c. Setiap persimpangan dua atau lebih lorong apabila kendaraan atau ban berjalan
melalui salah satu dari lorong tersebut dan
d. Setiap lorong dimana ada orang yang sedang bekerja.
2. Pelaksana Inspeksi Tambang dapat memerintahkan secara tertulis kepada Kepala
Teknik Tambang untuk membuat ketentuan Penyangga Sistematis pada tempat-
tempat atau ruas jalan tertentu didalam tambang selain dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan
3. Kepala Pelaksana Inspeksi tambang dapat memberlakukan ketentuan Penyangga
Sistematis pada tambang lain selain tambang batubara bawah tanah.
4. Dilarang mencegah seseorang untuk memasang penyangga tambahan 135
pada suatu
sistem penyanggaan yang ada apabila hal tersebut diperlukan untuk keselamatan.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN (SMKP)
136
DASAR HUKUM SMKP
UUD 1945 UUD 1945
Pasal 27 (2) Pasal 33 (2 & 3)
PP Keselamatan
Kerja Tambang
SMKP Kepmen PE
No.555.K/26/MPE/1995
137
PP No.19/1973
Sumber : Ditjen Minerba, KESDM
DASAR PERTIMBANGAN SMKP MINERBA
139
PENGERTIAN – SMKP MINERBA
141
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP SMKP
Bagian dari sistem manajemen ELEMEN SMKP
perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan
produktif.
(PP 50 / 2012, Pasal 1 angka 1)
142
143
Pedoman Penerapan Dan Audit SMKP Minerba
Penerapan SMKP Minerba berdasarkan Pedoman
Penerapan SMKP Minerba – Lampiran I
145
SANGSI ADMINISTRATIF
146
Pemberlakuan Penerapan SMKP
147
148