Anda di halaman 1dari 34

DATA PRIBADI

NAMA : MOH. NUR SAMUDIN W


TEMPAT LAHIR : POSO - SULAWESI
TANGGAL : 10 MARET 1968
PENDIDIKAN : S1 TEKNIK SIPIL
PEKERJAAN : PT PERTAMINA EP
ALAMAT : PERMATA REGENSI BEKASI
JL BALENO RAYA - CIBITUNG
STATUS : 203
PERKEMBANGAN HSE
PERKEMBANGAN HSE

Era Tradisional (1750 SM)


Kode Hammurabi: Undang-undang keselamatan kerja awal

Era Revolusi Industri (1750-1850)


Perubahan sistem kerja, Penggunaan tenaga mesin, Pengenalan
metode baru pengolahan bahan baku, Pengorganisasian
pekerjaan, Muncul penyakit yang berhubungan dengan paparan
Hammurabi , Raja ke enam
kerajaan Babilonia
Era Industrialisasi
Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi (APD dan
Peralatan Pengaman)

Era Manajemen
H.W Heinrich: Teori Domino
Frank Bird dan Germain: Teori Loss Causation Model
ISO, SMHSE, OHSAS 18001

Mesin Uap James Watt. Mesin Uap telah memicu


Revolusi Industri di Inggris Raya dan di Dunia
A. MASA PURBAKALA
* Abad 17 SM : Raja Hamurabi di Babilonia
mengatur tentang keselamatan bangunan
dimana ahli bangunan salah akan di bunuh
* Abad 22 SM : Zaman Mozai dimana ahli
bangunan bertanggung jawab thd keselamatan
kerja
* Thn 80 SM : Plinius menyatakan pekerja
tambang harus pakai tutup hidung
* Thn 1450 : Dominico pd pembangunan obelisk di
St Pieter mengharuskan memakai topi baja

“KESELAMATAN KERJA DIMULAI SEJAK MANUSIA BEKERJA”


dimulai manusia purba mengalami kecelakaan & sejalan
perkembngan pengetahuan : sehingga kecelakaan tidak berulang
B. AWAL MULA PENCEGAHAN KECELAKAAN

REVOLUSI INDUSTRI Abad XVIII (di Inggris)


KEMAJUAN PESAT TEKNOLOGI MULAI DITETAPKAN UNTUK
PRODUKSI SECARA BESAR-BESARAN DENGAN MESIN : HASIL
DARI REVOLUSI INDUSTRI MERUPAKAN SUATU KEMAJUAN
NAMUN DISISI LAIN BERTENTANGAN DG PERIKEMANUSIAAN
(banyak korban tanpa ganti rugi)

GERAKAN MELAWAN DILANDASI


PENDERITAAN PEKERJA TERUTAMA ANAK -
ANAK & PEREMPUAN DENGAN WAKTU KERJA
14 - 15 JAM PERHARI
DENGAN REVOLUSI INDUSTRI, PERINDUSTRIAN TEKSTIL
BERUBAH DARI INDUSTRI RUMAH TANGGA MENJADI
INDUSTRI PABRIK. MENINGKATNYA TENAGA KERJA,
KECEPATAN DAN BANYAKNYA PEMAKAIAN MESIN
MENYEBABKAN BERTAMBAH BERBAHAYA PEKERJAAN PABRIK

C. SEJARAH PERATURAN K3 INDONESIA


# THN1844 : UU pengawasan mesin, penyediaan pengman & kewajiban
lapor kecelakaan
# THN 1841 : UU perlindungan tenaga kerja anak pada industri yang
menggunakan mekanik
# THN 1839 : PP sistem pengawasan tentang kerja anak
# THN 1884 : UU asuransi kecelakaan
# THN 1931 : H.W. HEINRICH titik awal K3 di dunia dg buku Industrial
Accident Prevention
SEJARAH KESELAMATAN KERJA DI INDONESIA

1. PEMERINTAH HINDIA BELANDA s.d. 1945


* Thn 1853 : UU Ketel uap (di revisi tahun 1930)
* Thn 1890 : Ketetapan tentang pemasangan & pemakaian
jaringan listrik di Indonesia
* Thn 1916 : UU pengawasan tambang (keselamatan &
kesehatan kerja)
* Thn 1910 : Peraturan tentang pengangkutan obat, senjata,
petasan, peluru, bahan-bahan yang dapat meledak bagi
kepetingan angkatan bersenjata. Sehingga dikeluarkan :
“Veiligheids Reglement”
2. PEMERINTAH R.I 1945 s.d. sekarang
* Thn 1945 : UUD R.I pasal 27 ayat 2
* Thn 1947: UU No. 33 tentang perlindungan pekerja dari
bahaya kecelakaan/kompensasi
* Thn 1957 : Terbentuk lembaga kesehatan buruh/lembaga
hygine perusahaan & kesehatan kerja
* Thn 1969 : UU No. 14 tentang ketentuan pokok mengenai
tenaga kerja
* Thn 1970 : UU No 1 tentang keselamatan kerja (12
Januari)
* Thn 1973 : PP No. 7 tentang pengawasan atas peredaran,
penyimpangan penggunaan pestisida
2. PEMERINTAH R.I 1945 s.d. sekarang
* Thn 1975 : PP No. 11 tentang Keselamatan kerja
terhadap radiasi
* Thn 1979 : PP No. 11 tentang Keselamatan kerja pada
pemurnian & pengolahan MIGAS
* Thn 2001 : UU No. 22 tentang pengelolaan SDA/Migas
* Thn 1985: UU No. 15 tentang ketenagalistrikan
* Thn 1997 : UU No 23 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
* Thn 1992 : UU No. 3 tentang Jamsostek
* Thn 1992 : UU No 23 tentang Kesehatan
* Thn 1993 : Keppres No. 22 ttng penyakit yang timbul karena
hubungan kerja
DASAR HUKUM

PASAL 27 (2) LEX GENERALIS

UUD 1945

LEX SPESIALIST

HUKUM HUKUM
PASAL 9 & 10 PIDANA PERDATA
UU No. 14/1969

UU KK
HUKUM
No. 1/1970 KETENAGAKERJAAN
PASAL 27 (2) : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan

PASAL 9 : Tiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas


keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan mental
pekerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama

PASAL 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga


kerja meliputi : norma keselamatan kerja; norma kesehatan
hygine perusahaan; norma kerja; pemberi ganti rugi,
perawatan, dan rehabilitasi dalam hal keselamatan kerja
Sebagai norma K3 yang bersifat umum
UU NO. 1 TAHUN 1970 : PERATURAN PELAKSANAAN

SEBAGAI NORMA K3 KHUSUS, Seperti :


• UU UAP 1930
• UU Petasan
• UU Rel Industri
• UU Barang
• UU Lingkungan Hidup
TERDIRI ATAS : BAB (SEBELAS)
PASAL (DELAPAN BELAS)
AYAT (TIGA PULUH TIGA)

BULAN K3 : 12 JANUARI - 12 FEBRUARI

Merupakan Bagian Dari :


1. Tentang Istilah-Istilah 7. kecelakaan
2. Ruang Lingkup 8. Kewajiban & Hak TK
3. Syarat - Syarat Keselamatan Kerja 9.Kewajiban memasuki
4. Pengawasan tempat kerja
5. Pembinaan 10. Kwjiban Pengurus
6. P2K3 11. Ketentuan Penutup
TITIK BERAT K3 :
1. Menjamin agar tenaga kerja dan orang lain yang
berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat
2. Menjamin agar sumber produksi dapat dipakai &
dipergunakan secara aman dan efisien
3. Agar proses produksi dapat berjalan lancar
tanpa adanya hambatan
SASARAN K3 :
Mencegah dan mengurangi kecelakaan termasuk peledakan,
kebakaran dan penyakit akibat kerja

PELAKSANAAN K3 DI TEMPAT KERJA :


Dimulai tahap perencanaan, pembuatan, dan pemakaian terhadap
barang, produk teknis dan aparat produksiyang mengandung dan
menimbulkan bahaya kecelakaan
Adalah Ilmu pengetahuan dan penerapan dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja

Terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman,


sehat dan sejahtera yang akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi

Adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,


cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja
Adalah KEJADIAN YANG TAK TERDUGA (tidak terdapat
unsur kesengajaan) dan TIDAK DIHARAPKAN (kecelakaan
berdampak pada kerugian material & penderitaan dari ringan
sampai berat)

ADALAH KECELAKAAN BERHUBUNG DENGAN HUBUNGAN


KERJA (pada waktu melakukan pekerjaan) PADA
PERUSAHAAN
TEMPAT KERJA; PENGURUS; PENGUSAHA; DIREKTUR; PEGAWAI
PENGAWAS; AHLI KESELAMATAN KERJA
Mengenai Lambang K3 bisa dilihat di Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang
Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berikut ialah penjelasan mengenai arti
dan makna lambang/logo/simbol K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :

Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas
warna dasar putih.

Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :

Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Warna Putih : bersih dan suci.

Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.

Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja.
PERATURAN PERUNDANGAN
DASAR HUKUM
1. UU No 1 Tahun 1970: Keselamatan Kerja
2. UU No 13 Tahun 2009: Ketenaga Kerjaan
3. UU No 22 Tahun 2001: Minyak dan Gas Bumi
4. UU No 32 Tahun 2009: Perlidungan dan Pengelolaan LH
5. MPR (Mijn Politie Reglement) No 341 Tahun 1930
6. PP No 19 Tahun 1973: Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja Di Bidang
Pertambangan
7. PP No 35 Tahun 2004: Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
8. PP No 34 Tahun 2005: Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004
Kegiatan Usaha Hulu Migas
9. Permen Pertambangan No 02/P/M/Pertamb/1975: Keselamatan Kerja pada Pipa
Penyalur serta Fasilitas Kelengkapan untuk Pengangkutan Minyak dan Gas Bumi Diluar
Wilayah Kuasa Pertambangan Migas
10. Kepmentamben No 300.K/38/M.PE/1997: Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan
Gas Bumi
11. Permen ESDM No 045 Tahun 2006: Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan
Serbuk Bor pada Kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi
DASAR HUKUM
UU RI NO. 1 TAHUN 1970

Bab I : Tentang Istilah-Istilah


Pasal 1:
1. Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja, dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja.

2. Pengurus ialah orang yang memimpin langsung tempat kerja.

3. Pengusaha ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan usaha milik sendiri
yang mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
usaha bukan miliknya yang mempergunakan tempat kerja;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud (a) dan (b), jika yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.
DASAR HUKUM

4. Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan undang-undang ini.
5. Pegawai Pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja.
6. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk mengawasi ditaatinya undang-undang ini.

BAB II : RUANG LINGKUP

Pasal 2 :
7. Keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik didarat, didalam
tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada
didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
DASAR HUKUM
BAB II : RUANG LINGKUP

1. Berlaku dalam tempat kerja dimana :


1. dibuat, dicoba, dipakai, diolah atau dipergunakan dengan alat apapun
atau dengan bahan atau barang apapun yang dapat membahayakan
atau menimbulkan : kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
2. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan,
pembongkaran, bongkar muat, penyelaman, dalam ketinggian, diatas
permukaan tanah atau perairan, dibawah tekanan udara, suhu yang
tinggi atau rendah, dalam tangki, penbuangan atau pemusnahan
sampah atau limbah, kelistrikan, gas, minyak atau air.
3. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pertambangan, pendidikan,
penyelidikan atau penelitian, rekreasi.

2. Dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau lapangan-


lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan
yang bekerja dan atau yang berada diruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah perincian dalam ayat (2).
DASAR HUKUM

BAB III: SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA


Pasal 3:
1. Syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
 Mencegah, mengurangi, mengendalikan, mengamankan, memberi

pertolongan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan, kebakaran,


peledakan, suhu, kelembaban, timbulnya penyakit, peracunan,
infeksi, terkena listrik yang berbahaya.
2. Ketentuan tersebut ayat (1) dapat dirubah sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan baru dikemudian
hari.

Pasal 4 :
3. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, pengguinaan, pem,eliharaan dan
penyimpanman bahan, barang dan produk teknik dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
DASAR HUKUM

2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip teknis ilmiah yang terumus


secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi,
bahanpengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat pelindung,
pengujian dan pengesahan, pengepakan, pemberian tanda pengenal
atas bahan, produk teknis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang, keselamatan tenaga kerja dan keselamatan umum.

BAB IV PENGAWASAN

Pasal 8
• Pengurus wajib memeriksakan kesehatan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterima maupun yangkan
dipindahkan .
• Pengurus wajib memeriksakan secara berkala kepada Dokter yang
ditunjuk.
• Norma pengujian kesehatan diatur dalam peraturan perundangan.
DASAR HUKUM

Bab V Pembinaan
Pasal 9
1. Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan :
a. Kondisi dan bahaya yang timbul ditempat kerja.
b. Alat pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerja.
c. APD bagi tenaga kerja.
d. Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan.

Bab VI. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pasal 10
1. Menaker berwenang membentuk P2K3, guna mengembangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang
K3.
2. Susunan P2K3 ditetapkan oleh Menaker.
DASAR HUKUM
Bab VII Kecelakaan
Pasal 11
1. Pengurus wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk Menaker.
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan oleh pegawai termaksud ayat (1)
diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 12
Kewajiban dan hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar.
b. Memakai APD.
c. Memenuhi dan mentaati syarat K3.
d. Meminta pengurus melaksanakan syarat K3.
e. Menyatakan keberatan kerja, dimana syarat K3 dan APD diragukan.

Bab IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja


Pasal 13
Siapapun wajib mentaati semua petunjuk K3 dan memakai APD yang diwajibkan.
DASAR HUKUM
Bab X Kewajiban Pengurus
Pasal 14
Pengurus wajib :
a. Menempatkan/ menempelkan semua syarat K3, pada tempat yang
mudah dilihat dan terbaca.
b. Memasang gambar K3 pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca.
c. Menyediakan secara cuma-cuma semua APD bagi setiap orang yang
memasuki tempat kerja disertai petunjuk yang diperlukan.
DASAR HUKUM

UU RI No. 13 TAHUN 2003

BAB X, Pasal 86

1. Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :


• keselamatan dan kesehatan kerja;
• moral dan kesusilaan; dan
• perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama;

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja


yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
PEMUTARAN FILM SAFETY
MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN
KERJA (HSE)
1. TEORI DAN KONSEP K3
2. PROSEDUR KERJA AMAN
3. ALAT PELINDUNG DIRI
4. PERMIT SYSTEM
5. JOB SAFETY ANALYSES
6. ERGONOMIC SAFETY
7. INDUSTRIAL HYGIENE
8. MSDS
9. LOCK OUT TAG OUT / LOTO
10.HOUSE KEEPING
11. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
12.PENGELOLAAN B3
13.PENANGANAN GAS MUDAH TERBAKAR
14.LIFTING RIGGING
15.INCIDENT INVESTIGATION
16.EMERGENCY PREPADNESS
17.SCAFFOLDING
18.DEFENSIVE DRINING

Anda mungkin juga menyukai