Kata Pengantar
Buku kecil ini bermula sebagai Quick Response Analysis atas kemunculan tiba-tiba
pandemi Covid-19. Dalam waktu singkat, Covid-19, yang bermula di Wuhan, Cina,
telah datang menyerang belahan-belahan bumi, termasuk Indonesia. Dalam waktu
singkat pula Covid-19 telah memporak-porandakan berbagai sendi kehidupan
manusia.
Covid-19 memberikan dampak krisis ekonomi. Secara global, ekonomi mengalami
penyusutan. Secara sektoral, banyak sektor yang “anjlok”. Transportasi, pariwisata,
jasa-jasa seperti perhotelan, travel agent, dsb. Tapi di balik itu, ternyata, Covid-19
juga menciptakan “berkah” bagi beberapa sektor ekonomi yang lain: perdagangan
secara elektronik (e-commerce), teknologi informasi & komunikasi (information &
communication technology), jasa pengiriman/delivery, industri kesehatan, dll.
Dalam situasi krisis, manusia tetap perlu makan, karena itu sektor pertanian,
meskipun tidak tumbuh cepat, paling tidak, tidak terpuruk.
Pertambangan dan energi bermanfaat karena menyediakan bahan-bahan dan
energi yang dibutuhkan umat manusia. Karakteristik mereka berbeda. Energi,
dalam bentuk BBM (bahan bakar minyak), gas bumi, atau listrik, dibutuhkan
manusia hampir setiap sa’at, dimana saja, untuk menggerakkan kegiatan (dan
memberikan “kenyamanan” bagi) manusia. Harus tersedia setiap saat, meskipun
dengan jumlah dan kualitas yang berbeda. Energi adalah kebutuhan primer.
Sebaliknya produk-produk pertambangan (logam, perhiasan, bahan-bahan industri
dan konstruksi, dsb.) adalah untuk mengisi kebutuhan sekunder atau tertier.
Dibutuhkan, namun bisa ditunda. Tidak terlalu penting untuk segera dipenuhi di
kala krisis.
Sektor pertambangan dan energi bernilai besar dalam ekonomi, termasuk yang
terbesar di antara sektor-sektor lainnya. Perdagangan minyak dan gas bumi bernilai
perdagangan sangat besar, termasuk lalulintas perkapalannya yang paling banyak di
dunia dibandingkan untuk pengangkutan komoditas lain. Listrik? Kehidupan
manusia modern hampir tak dapat dilakukan tanpa listrik, yang peranannya makin
besar dalam zaman ICT (information & communication technology) ini.
Namun minyak bumi dan listrik tidak pernah dibutuhkan sebagai minyak bumi atau
listrik an sich. Sifat permintaan terhadap mereka adalah “permintaan turunan”
(derived demand). BBM dibutuhkan karena adanya kebutuhan untuk melakukan
perjalanan, misalnya.
Dalam masa pandemi Covid-19 diterapkan kebijakan “Kerja dari Rumah” (Work from
Home), social distancing, lock down, atau PSBB (pembatasan sosial berskala besar).
Akibatnya, orang diam di rumah, bekerja di rumah. Orang tidak melakukan
transportasi, tidak menggunakan mobil atau sepeda motor ke tempat kerja. Artinya
i
permintaan akan BBM turun. Demikian pula, pebisnis tidak melakukan perjalanan
ke luar kota, ASN (aparatur sipil negara) tidak melakukan perjalanan dinas dengan
pesawat terbang dari ibu kota ke propinsi lain yang jauh di ujung timur atau barat,
misal yang lain. Akibatnya kursi pesawat terbang tidak terisi, penerbangan
dibatalkan, dan permintaan akan avtur berkurang.
Dalam situasi krisis ekonomi, permintaan akan barang-barang luxury atau yang
merupakan kebutuhan sekunder yang dihasilkan dari produk-produk pertambangan
lazimnya akan berkurang. Kursi kerja berbahan stainless steel, sepeda berbahan
dasar aluminium, atau besi- untuk dipakai dalam renovasi rumah kemungkinan akan
ditunda dulu permintaannya, menunggu situasi lebih baik. Di level proyek, terjadi
gejala serupa.
Permintaan yang turun mengakibatkan harga-harga bahan tambang tersebut juga
turun. Namun dalam situasi krisis ekonomi, ada pula logam yang dicari dan
harganya naik, yaitu emas, si logam mulia. Dalam situasi krisis, penduduk mencari
emas untuk mengamankan daya beli (purchasing power)-nya dalam masa krisis dan
nanti setelah krisis selesai.
Bagaimana dampak Covid-19 terhadap sektor pertambangan dan energi? Apa yang
kemudian mesti dilakukan?
Buku kecil ini bermaksud menjawab pertanyaan tersebut, meskipun hanya sebagian
kecil. Waktu yang digunakan untuk mencari jawab itu pun sangat pendek, tidak
seperti lazimnya untuk menulis sebuah buku yang baik. Namun karena gambaran
besar itu perlu diketahui, dan jawaban itu nanti bisa diperbaiki, maka buku kecil ini
berani memulai. Tujuannya untuk menjadi pemahaman umum bagi masyarakat
yang berminat. Disajikan sederhana.
Dampak Covid-19 terhadap sektor pertambangan dan energi dalam buku kecil ini
dilihat dalam skala global, dan kemudian coba dicari hal yang serupa untuk kasus
Indonesia. Rekomendasi kebijakan hanya ditujukan untuk Indonesia.
Alhamdulillah, buku kecil ini dapat dirampungkan, dengan segala keterbatasan.
Penulis bersyukur dapat memanfaatkan kesempatan “bekerja dari rumah” di awal
bulan puasa tahun 2020 ini dengan menyusun buku kecil ini, di samping beberapa
pekerjaan lainnya.
Terakhir, Indonesia berpengalaman menghadapi dan berhasil menanggulangi
berbagai krisis besar, seperti Krisis Moneter 1998, Tsunami Aceh 2004, rentetan
gempa bumi dan tsunami, kebakaran hutan, banjir dan kekeringan, terorisme, dan
konflik sosial. Semoga kali ini pun kita berhasil mengatasi krisis pandemi Covid-19
dengan baik. Insya Allah.
ii
Daftar Isi
iii
Hanan Nugroho
Bab 1 Pendahuluan
Memasuki tahun 2020 dunia dihadapkan pada kejadian yang luar biasa: pandemi
Coronavirus (Covid-19). Pandemi yang bermula dari kota Wuhan di Cina tersebut
menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Skala global pandemi ini
termasuk yang terbesar dalam sejarah. Belum diketahui pasti kapan pandemi Covid-
19 akan berakhir.
Pandemi Covid-19 membawa dampak yang besar terhadap sendi-sendi kehidupan
penduduk bumi. Cara manusia hidup berubah, misalnya terpaksa tidak melakukan
kegiatan-kegiatan di luar rumah yang sebelumnya secara rutin dilakukan. Aktivitas
di berbagai sektor ekonomi berkurang; diperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia
akan turun, bahkan mengalami resesi. Kemiskinan akan bertambah, termasuk di
Indonesia.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi berbeda-beda. Beberapa sektor
terpukul parah, misalnya sektor pariwisata dan perhubungan/ transportasi. Atraksi
dan bahkan tujuan wisata utama ditutup, masyarakat tak leluasa lagi bepergian
menggunakan sarana transportasi di dalam kota, untuk ke luar kota apalagi ke luar
negeri.
Namun ada pula yang seolah “mendapat berkah” dari pandemi Covid-19, misalnya
sektor perdagangan elektronik (e-commerce), dan sektor TIK (teknologi informasi
dan komunikasi) yang kemudian menjadi tumpuan masyarakat untuk memenuhi
berbagai kebutuhan yang biasanya dilakukan di luar rumah, misalnya untuk belanja,
konferensi, bahkan melakukan pekerjaan kantor dan kegiatan belajar-mengajar.
Dalam situasi krisis, manusia tetap membutuhkan makan-minum, karena itu sektor
pertanian tidak terpuruk, meskipun juga tidak tumbuh cepat.
UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) termasuk sektor ekonomi yang terpukul
karena terganggunya rantai pasokan yang mendukung pekerjaan, dan karena
kehilangan konsumen, yang sekarang selalu berada di rumah dan tidak berada di
lokasi usaha UMKM (untuk kasus usaha di bidang makanan dan minuman,
misalnya). UMKM di Indonesia menjadi sumber kehidupan puluhan juta orang,
karena itu sektor ini mesti sangat diperhatikan. UMKM pernah menjadi
“penyelamat” ekonomi ketika krisis moneter/ekonomi menghantam Indonesia
1998, namun situasi yang kini dihadapi berbeda. Seperti pekerja lainnya, pekerja
UMKM kini juga harus menta’ati kebijakan untuk tetap tinggal di rumah, tidak
memproduksi sesuatu seperti sebelumnya.
Selain menerapkan kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
untuk mencegah lebih jauh merebaknya pandemi Covid-19, guna menanggulangi
dampak krisis, pemerintah juga melakukan program-program seperti jaringan
pengaman sosial (social safety net), jaringan pengaman kesehatan, meringankan
1
Hanan Nugroho
beban kredit UMKM, dan program stimulus fiskal lainnya. Tujuannya antara lain
adalah membantu ekonomi dan masyarakat yang mutu kehidupannya merosot
karena krisis.
Covid-19 juga menyerang industri pertambangan dan energi. Pertambangan dan
energi bermanfaat karena menyediakan bahan-bahan dan energi yang dibutuhkan
umat manusia. Namun karakteristik pertambangan dan energi berbeda. Energi,
dalam bentuk BBM (bahan bakar minyak), gas bumi, atau listrik, dibutuhkan
manusia hampir setiap sa’at, dimana saja, untuk menggerakkan kegiatan (dan
memberikan “kenyamanan” bagi) manusia. Harus tersedia setiap saat, meskipun
dengan jumlah dan kualitas yang berbeda. Energi adalah kebutuhan primer.
Sebaliknya produk-produk pertambangan (logam, perhiasan, bahan-bahan industri
dan konstruksi, dsb.) adalah untuk mengisi kebutuhan sekunder atau tertier.
Dibutuhkan, namun bisa ditunda. Tidak terlalu penting untuk segera dipenuhi di
kala krisis.
Sektor pertambangan dan energi bernilai besar dalam ekonomi, termasuk yang
terbesar di antara sektor-sektor lainnya. Perdagangan minyak dan gas bumi bernilai
perdagangan sangat besar, termasuk lalulintas perkapalannya yang paling banyak di
dunia dibandingkan untuk pengangkutan komoditas lain. Listrik? Kehidupan
manusia modern hampir tak dapat dilakukan tanpa listrik, yang peranannya makin
besar dalam zaman ICT (information & communication technology) ini.
Namun minyak bumi dan listrik tidak pernah dibutuhkan sebagai minyak bumi atau
listrik an sich. Sifat permintaan terhadap mereka adalah “permintaan turunan”
(derived demand). BBM dibutuhkan karena adanya kebutuhan untuk melakukan
perjalanan dengan mobil, misalnya. Pasokan listrik yang besar dibutuhkan karena
akan digunakan untuk melebur nikel dalam pabrik pabrik peleburan (smelter) nikel,
contoh yang lain.1
Dalam masa pandemi Covid-19 diterapkan kebijakan “Kerja dari Rumah” (Work from
Home), social distancing, lock down, atau PSBB (pembatasan sosial berskala besar).
Akibatnya, orang diam di rumah, bekerja di rumah. Orang tidak melakukan
transportasi, tidak menggunakan mobil atau sepeda motor ke tempat kerja. Artinya
permintaan akan BBM turun. Demikian pula, pebisnis tidak melakukan perjalanan
ke luar kota, ASN (aparatur sipil negara) tidak melakukan perjalanan dinas dengan
pesawat terbang dari ibu kota ke propinsi lain yang jauh di ujung timur atau barat,
misal yang lain. Akibatnya kursi pesawat terbang tidak terisi, penerbangan
dibatalkan, dan permintaan akan avtur berkurang.
Dalam situasi krisis ekonomi, permintaan akan barang-barang luxury atau yang
merupakan kebutuhan sekunder yang dihasilkan dari produk-produk pertambangan
lazimnya akan berkurang. Kursi kerja berbahan stainless steel, sepeda berbahan
1
Hanan Nugroho, Energy and economic Growth, dalam Thoughts on Indonesian Energy
Issues & Policies, Bappenas, 2018.
2
Hanan Nugroho
dasar aluminium, atau besi- untuk dipakai dalam renovasi rumah kemungkinan akan
ditunda dulu permintaannya, menunggu situasi lebih baik. Di level proyek, terjadi
gejala serupa.
Permintaan yang turun mengakibatkan harga-harga bahan tambang tersebut juga
turun. Namun dalam situasi krisis ekonomi, ada pula logam yang dicari dan
harganya naik, yaitu emas, si logam mulia. Dalam situasi krisis, penduduk mencari
emas untuk mengamankan daya beli (purchasing power)-nya dalam masa krisis dan
nanti setelah krisis selesai.
Bagaimana dampak Covid-19 terhadap sektor pertambangan dan energi? Apa yang
kemudian mesti dilakukan?
Buku ini coba mencari tahu dampak pandemi Covid-19 terhadap industri
pertambangan dan energi secara global dan khusus untuk sebuah negara: Indonesia.
Ingin dilihat pengaruh pandemi terhadap perubahan kegiatan, pola permintaan,
harga, dan produksi terutama dari industri minyak bumi, pertambangan, dan tenaga
listrik. Ketiga industri tersebut bernilai sangat besar dalam ekonomi, dan penting
peranannya dalam pemenuhan hajat hidup orang banyak.
Setelah mempelajari pola yang terjadi secara global, ingin diketahui pengaruh
pandemi terhadap industri pertambangan dan energi di Indonesia. Selanjutnya
berdasarkan pemahaman yang diperoleh, buku ini bermaksud memberikan
rekomendasi kebijakan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan dalam kaitannya
dengan pengaruh pandemi Covid-19 terhadap industri pertambangan dan energi,
maupun kaitannya secara umum.
Buku kecil ini disusun dengan urutan sebagai berikut. Setelah Bab 1 yang berisi
Pendahuluan, dalam Bab 2 dikemukakan uraian pendek mengenai pengaruh
pandemi Covid-19 terhadap ekonomi secara umum, termasuk yang terjadi di
Indonesia. Dalam Bab 3 diuraikan dampak pandemi Covid-19 terhadap industri
minyak dan gas bumi, secara global dan untuk kasus Indonesia. Bab 4 dan Bab 5
melakukan hal yang serupa dengan Bab 3, untuk industri pertambangan, dan untuk
industri kelistrikan. Bab 6 mengusulkan rekomendasi kebijakan terkait dampak
pandemi Covid-19 terhadap industri pertambangan dan energi.
3
Bab 2 Covid-19 dan Ekonomi
[BAB II]
[COVID-19 DAN EKONOMI]
4
Hanan Nugroho
Gambar 2.1 memperlihatkan data korban pandemi Covid-19 pada tanggal 23 April
2020.2 Jumlah kasus positif 2.732.701, sedangkan jumlah korban meninggal dunia
191.150 jiwa.
Upaya yang dilakukan pemerintah di hampir semua negara untuk
mencegah/memperlambat penyebaran kasus Covid-19 antara lain membatasi
interaksi fisik antar-penduduk (isolasi, social distancing), menerapkan kerja dari
rumah (work from home) hingga “pemagaran” kota, wilayah, atau bahkan negara
(lock-down). Sementara kapan pandemi akan berakhir, belum dapat dipastikan oleh
banyak pihak, ahli kesehatan masyarakat maupun pemimpin pemerintahan. 3
2
Diakses 24 April 2020. Sumber: https://www.worldometers.info/Covid-19virus/
3
Coronavirus: When will the outbreak end and life get back to normal?
https://www.bbc.com/news/health-51963486
5
Hanan Nugroho
6
Hanan Nugroho
Sebuah analisis yang dibuat oleh EFC (Economic & Finance Consulting)
menggambarkan dampak Covid-19 terhadap sektor-sektor ekonomi, sebagai
ditampakkan pada Gambar 2.3.
Dalam analisis itu dikemukakan mengenai sektor-sektor yang mungkin akan “kalah”
dan yang berpotensi “menang” dalam menanggapi krisis pandemi Covid-19.
Termasuk yang berpotensi menang adalah sektor jasa pelayanan kesehatan,
pemrosesan dan penjualan makanan/ minuman, alat-alat pribadi dan kesehatan,
teknologi informasi dan komunikasi, perdagangan secara on-line, dan sektor
pertanian. Sementara yang “akan kalah” dalam perlawanan terhadap dampak
pandemi Covid-19 termasuk sektor pariwisata, penerbangan dan pelayaran,
otomotif, konstruksi, manufaktur, jasa keuangan, pendidikan, dan minyak dan gas
bumi.
4
https://www.voaindonesia.com/a/menkeu-dampak-covid-19-pertumbuhan-ekonomi-
indonesia-2020-bisa-minus-0-4-persen/5355838.html
5 https://www.cnbcindonesia.com/market/20200331091721-17-148640/ini-dampak-
mengerikan-covid-19-ke-industri-ri-thr-terancam
7
Hanan Nugroho
Bila dalam krisis sebelumnya, seperti krisis moneter 1998, UMKM di Indonesia dapat
dianggap sebagai “penyelamat” ekonomi (ketika sektor ekonomi formal besar
banyak yang ambruk), maka kebijakan seperti social distancing dan “bekerja dari
rumah” kali ini membuat UMKM mengalami banyak kesulitan, juga karena
terganggunya rantai pasokan yang berakibat menurunnya kegiatan. Banyak juga
kegiatan UMKM, di bidang makanan dan minuman misalnya, yang sangat
menggantungkan pada keberadaan masyarakat (anak sekolah, ASN, karyawan
kantor swasta, dsb) di luar rumah, sebagai konsumen utama produk-produk mereka.
Dikhawatirkan lumpuhnya beberapa UMKM dan industri menengah lainnya akan
memperbesar jumlah kemiskinan di Indonesia.
Upaya pemerintah menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar)
mengandung biaya yang besar pula untuk membiayai program-program seperti
jaring pengaman sosial (social safety net) untuk masyarakat miskin dan yang
mengalami kehilangan pekerjaan, dsb. Sementara dari sisi penerimaan jauh
berkurang, sisi pengeluaran APBN harus diubah untuk membiayai dampak Covid-19,
dengan anggaran yang sangat besar. 6 Namun demikian, jumlah anggaran itupun
dianggap oleh sebagian kalangan, KADIN misalnya, belum mencukupi untuk
membantu mengatasi krisis sebagai dampak pandemi Covid-19. 7
Korban pandemi Covid-19 di Indonesia tercatat 8.607 orang positip terkena, dan 720
jiwa meninggal (status 25 April 2020, Worldometer). Jumlah korban ini masih akan
terus bertambah, karena jumlah korban per harinya belum menunjukkan
penurunan.
Ekonomi Indonesia dalam tahun 2020 diperkirakan akan tumbuh antara 2,3 persen
hingga minus 0,4 persen. 8 Ini jauh di bawah sasaran pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 5,3 persen dalam APBN 2020. Namun perkiraan pertumbuhan
tersebut masih lebih baik daripada untuk sejumlah besar negara di dunia, dan masih
jauh di atas pertumbuhan ekonomi dunia seperti yang diperkirakan oleh IMF.
Moody memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih termasuk yang
terbaik di Asia Tenggara (Gambar 2.4.)
6
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200407140728-4-150314/penerimaan-keok-
pembiayaan-apbn-covid-19-capai-rp-1006-t
7
https://nasional.kontan.co.id/news/kadin-usul-dana-penanganan-corona-capai-rp-1600-
triliun-ini-kata-menko-airlangga
8
Opcit
8
Hanan Nugroho
9 https://bali.bisnis.com/read/20200410/538/1225373/dampak-covid-19-bagi-pariwisata-
jauh-lebih-parah-dari-bom-bali
10 https://www.beritasatu.com/ekonomi/619131-pandemi-covid19-memukul-bisnis-di-
sektor-transportasi
9
Hanan Nugroho
dsb. Dampak ini menyangkut ke hampir semua jenis industri energi yang meliputi
minyak bumi, gas bumi, kelistrikan, batubara, energi terbarukan, dst. 11
Dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor energi, yang “terburuk” nampaknya
terhadap industri minyak bumi, yang mengalami penurunan permintaan serta harga
yang curam.12 Ini barangkali dapat dimengerti karena industri minyak bumi,
terutama faktor harganya, bersifat volatile, dipengaruhi oleh banyak hal non-teknis.
Namun kali ini dampak tersebut sangat ekstrim dibanding yang pernah dialami oleh
industri minyak bumi sebelumnya.
Kegiatan pertambangan menghasilkan berbagai ragam bahan tambang, yang
dibutuhkan untuk diolah lagi oleh sektor manufaktur menjadi aneka produk jadi siap
pakai, atau digunakan oleh sektor konstruksi dalam berbagai macam kegiatan
pembangunan fisik berupa gedung-gedung, jalan, infrastruktur transportasi, dll.
Dampak Covid-19 menjalar dari menurunnya kegiatan-kegiatan ekonomi ke
penurunan kegiatan manufaktur hingga penurunan permintaan akan bahan-bahan
yang berasal dari kegiatan pertambangan.
Pemerintah Indonesia telah menanggapi krisis pandemi Covid-19 dengan berbagai
program stimulus fiskal, termasuk merealokasi anggaran dalam APBN untuk
membiayai program jaringan pengaman kesehatan, jaringan pengaman sosial, dan
jaringan pengaman ekonomi.13
11 https://www.pv-magazine.com/2020/04/24/impact-of-covid-19-on-the-global-energy-
sector/
12 https://www.iea.org/articles/the-global-oil-industry-is-experiencing-shock-like-no-other-
in-its-history
13 Untuk detail mengenai kebijakan ekonomi, stimulus fiskal, dsb serta perkembangannya,
10
Bab 3 Dampak terhadap Industri Minyak dan Gas Bumi
[BAB III]
[DAMPAK TERHADAP INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI]
11
Hanan Nugroho
14
https://www.forbes.com/sites/gauravsharma/2020/03/26/global-oil-demand-could-fall-20-
with-billions-of-people-in-lockdown/#31abef4f5800
15 https://www.ndtv.com/business/coronavirus-covid-19-crisis-crude-oil-demand-slumps-
70-in-india-3rd-biggest-buyer-amid-lockdown-2208628
16 https://www.eia.gov/outlooks/steo/
17
https://www.forbes.com/sites/greatspeculations/2020/04/22/oil-prices-to-fall-further--
heres-why/#4ce7fa9b6138
12
Hanan Nugroho
persoalan karena di tempat lain storage untuk menyimpan minyak tersebut (baik
minyak mentah maupun produk minyak seperti BBM) juga sudah penuh.
Walaupun harga minyak mentah dunia sering mengalami kenaikan dan penurunan,
bahkan dalam rentang yang besar (misalnya dari US$ 130 menjadi hanya US$ 40)
namun fenomena harga minyak yang dijual di bawah US$ 0 seperti dalam kasus WTI
adalah yang pertama kali terjadi. Nampak juga dalam gambar bahwa harga minyak
18
https://www.worldoil.com/news/2020/4/20/wti-crude-price-goes-negative-for-the-first-
time-in-history
19
https://www.statista.com/statistics/326017/weekly-crude-oil-prices/
13
Hanan Nugroho
sepanjang tahun 2020 terus meluncur turun. Harga minyak, yang dijual pada harga
Minus US$ 37,63 adalah fenomena baru yang sulit dipahami banyak pihak. 20
20 https://www.npr.org/sections/coronavirus-live-updates/2020/04/20/838521862/free-
falling-oil-prices-keep-diving-as-demand-disappears
21 https://www.strausscenter.org/energy-and-security/the-u-s-shale-revolution.html
14
Hanan Nugroho
15
Hanan Nugroho
memproduksi 120.000 barel per hari, adalah produsen pertama yang menyatakan
bangkrut (2 April 2020) sebagai akibat dari jatuhnya harga minyak. 24
Dikhawatirkan bahwa bangkrutnya produsen minyak yang sudah mulai terjadi
tersebut akan membawa efek Domino. “Pada tingkat harga US$ 30/barel, 170
perusahaan “cari-gali” (exploration & exploitation) minyak Amerika Serikat akan
bangkrut pada tahun 2021. Pada tingkat harga US$ 20/barel, jumlah perusahaan
seperti itu akan meningkat menjadi 393, dan pada tingkat harga US$ 10/barel,
jumlah perusahaan itu bertambah menjadi 730”. 25
Tidak hanya produsen minyak, pengilangan minyak (oil refinery) pun terpukul
karena turunnya harga minyak mentah kali ini. Biasanya, turunnya harga minyak
mentah akan memberikan kesempatan kepada kilang minyak untuk memperoleh
margin yang lebih besar karena harga BBM tidak segera turun dan permintaannya
tetap. Namun situasi kali ini berbeda. Harga minyak mentah turun dan permintaan
BBM juga turun.
Turunnya permintaan BBM telah mengakibatkan tekanan pada sistem inventory dan
distribusi BBM. Kilang termasuk kena imbasnya, jumlah BBM di storage bertambah
banyak dengan BBM yang telah mereka produksi dan harus didistribusikan. Banyak
perusahaan telah mempertimbangkan untuk mematikan (shut down) kilang minyak
yang dimiliki begitu tanki storage mulai penuh. Apalagi bila kilang minyak yang
dipunyai termasuk yang tidak efisien dan operasinya berbiaya mahal. 26
Keterbatasan storage dalam kondisi pasokan minyak melimpah mengakibatkan
penjual minyak dan BBM mencari alternatif penyimpanan yang lain, karena fasilitas
depo di darat, bahkan SPBU di darat penuh dengan stok minyak yang lambat
pengurangannya. Upaya mencari storage tersebut menemukan jalannya di
antaranya dengan fenomena “menumpuknya armada tanker dipenuhi minyak untuk
penyimpanan di selat Malaka mendekati Singapura.” 27
Sesungguhnya, penutupan atau pemberhentian operasi kilang minyak sebagai
dampak dari Covid-19 bukanlah baru sesuatu yang diteorikan, namun sudah terjadi.
“Come by Chance” adalah kilang minyak di Kanada yang telah menghentikan
operasinya bulan Maret lalu. Kapasitas Come by Chance 130.000 bph. Kilang
minyak Anonima Petroli Italiana (api) di Ancona, Italia adalah kilang minyak
pertama yang ditutup di Eropa, karena permintaan minyak yang anjlok disebabkan
pandemi Covid-19 dan kebijakan lock down pemerintah Italia yang sangat
24
Ibid.
25 Oil prices turned negative. Hundreds of US oil companies could go bankrupt.
https://edition.cnn.com/2020/04/20/business/oil-price-crash-bankruptcy/index.html
26 https://www.pwc.com/us/en/industries/energy-utilities-mining/library/covid-19-impact-
oil-refining-downstream-businesses.html
27
https://kabar24.bisnis.com/read/20200427/19/1233113/pasokan-minyak-melimpah-tanker-
minyak-padati-selat-singapura
16
Hanan Nugroho
membatasi gerak. Sejumlah kilang minyak lainnya lainnya di dunia, termasuk IOC
India, Phillips 66 dan PBF Energy di Amerika Serikat, serta beberapa unit di Brasil dan
Venezuela telah melakukan pemangkasan produksi. 28 Kilang minyak di Indonesia
juga telah melakukan hal ini.
Di samping minyak bumi, industri gas bumi juga terpengaruh oleh pandemi Covid-
19. Harga gas bumi, baik yang dijual dalam pipa-pipa transmisi maupun sebagai LNG
(liquefied natural gas) seringkali dikaitkan dengan harga minyak (dalam Gas Sales &
Purchase Agreement yang disusun antara produsen dan offtaker gas bumi),
terutama untuk perjanjian jual-beli di masa yang agak lalu (namun masih berlaku
hingga sekarang). Ini berarti kecenderungan global turunnya harga minyak bumi
berdampak pula pada turunnya harga gas bumi secara global.
Covid-19 mengakibatkan permintaan akan minyak bumi turun dengan tajam, namun
tidak parah terhadap permintaan gas bumi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, pemakaian BBM yang menurun sangat tajam adalah untuk kegiatan
transportasi (gasoline, diesel oil untuk kendaraan penumpang, avtur untuk mesin
pesawat terbang) sementara pemakaian gas bumi untuk transportasi sangat kecil
dibandingkan dengan BBM. Sebaliknya pemakaian gas bumi untuk rumah tangga
(untuk memasak maupun pemanasan/ heating) lebih besar dibandingkan
pemakaian BBM, sementara dalam masa social distancing atau lock-down,
pemakaian gas bumi di rumah tangga meningkat. Kedua, karena untuk
menghentikan kegiatan produksi maupun distribusi gas bumi adalah tidak semudah
melakukan hal-hal itu untuk minyak bumi. Penyaluran gas bumi membutuhkan
infrastruktur khusus (pipa, kapal LNG, dsb.) yang tidak fleksibel dibandingkan
transportasi minyak mentah maupun BBM yang lebih mudah dilakukan. Ketiga,
dalam Gas Sales & Purchase Agreement lazimnya ada kesepakatan mengenai TOP
(take or pay): konsumen akan tetap mendapatkan kiriman gas buminya, atau harus
tetap membayarnya meskipun gasnya tidak dikirimkan. 29
Gambar 3.3. menunjukkan penurunan harga gas bumi dan harga minyak bumi
dalam tahun 2020 terkait pandemi Covid-19. Tampak bahwa penurunan harga gas
bumi tidak securam penurunan harga minyak bumi.
28 https://www.reuters.com/article/us-refinery-operations-come-by-chance/come-by-
chance-becomes-first-north-american-refinery-to-close-on-coronavirus-concerns-
idUSKBN21H27F
29
Buku Hanan Nugroho, “Pemikiran mengenai pembangunan industry gas bumi Indonesia”
(IDEE, 2018) memberikan gambaran cukup terpadu mengenai aspek teknologi, ekonomi
dan kebijakan industri gas bumi.
17
Hanan Nugroho
Gambar 3.3. Perkembangan harga minyak bumi dan gas bumi sebagai dampak Covid-19
18
Hanan Nugroho
mengalami penurunan tertinggi, yakni 45%. Ini adalah penurunan permintaan BBM
hingga mencapai titik terendah sepanjang sejarah perminyakan Indonesia. 30
Pariwisata dan transportasi adalah sektor yang terpukul paling parah sebagai
dampak pandemi Covid-19 di Indonesia. Makna permintaan akan BBM bersifat
derived demand, atau turunan dari permintaan dari kegiatan lain mudah dipahami
di sini. Lumpuhnya sektor pariwisata dan transportasi melumpuhkan permintaan
akan BBM di Indonesia.
Produksi minyak dan gas bumi dalam kuartal pertama 2020 masih berlangsung baik,
sasaran produksi minyak dan gas bumi untuk kurun waktu tersebut relatif dapat
dicapai. Pada kuartal I 2020, lifting minyak dan gas bumi nasional mencapai 1,749
juta setara barel minyak per hari (sbmph) atau 90,4% dari target lifting nasional
sebesar 1,946 sbmph. Untuk minyak bumi, produksi tercatat 701 ribu barel per hari
(bph) atau 93% dari target APBN, 755 bph. Sementara lifting gas bumi adalah 5,86
juta standar kaki kubik per hari (skkph) atau 88% dari target APBN sebesar 6,67
skkph. 31, 32
Namun, produksi minyak dan gas bumi pada kuartal selanjutnya tidak dijamin akan
memenuhi sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam RPJMN/APBN. Perlu
dilakukan evaluasi terhadap program kerja, karena kegiatan produksi ke depan
menghadapi berbagai persoalan. “Selain transportasi material lebih lama,
khususnya pengiriman material dari luar negeri, mobilisasi pekerja ke lokasi lebih
sulit karena perizinan, karantina, dan potesni over-stay; kegiatan manufaktur
peralatan migas untuk proyek tertunda atau lebih lama, persetujuan pengurusan
perijinan lebih lama, serta produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih
rendah.” 33 Selanjutnya, dampak dari pandemi Covid-19 ke industri hulu migas di
Indonesia bahkan telah sampai pada beberapa perusahaan migas mengajukan force
majeure untuk kegiatan eksplorasi maupun produksi mereka. 34
Produksi minyak mentah Indonesia belakangan pada kisaran sedikit di atas 700.000
barel per hari sebenarnya sudah jauh lebih rendah dibandingkan ketika mencapai
puncaknya pada tahun 1977 dengan produksi 1,7 juta bph – ketika permintaan BBM
di dalam negeri pun masih sangat rendah. Namun, hinggga kini pemerintah masih
mengandalkan pendapatan dari minyak bumi, dan menjadikan jumlah produksi dan
harga minyak bumi Indonesia sebagai acuan dalam pembuatan APBN. Penurunan
30 https://bisnis.tempo.co/read/1334551/dirut-pertamina-permintaan-bbm-nasional-turun-
hingga-349-persen
31 https://www.industry.co.id/read/64848/dampak-covid-19-lifting-migas-di-q1-kurang-
nendang-capai-1749-juta-barel-ekuivalen-perhari
32 https://ekonomi.bisnis.com/read/20200416/44/1228242/lifting-migas-kuartal-i2020-
capai-90-persen
33 https://petrominer.com/imbas-pademi-covid-19-proyek-migas-bakal-dievaluasi/
34 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200413124255-4-151496/dampak-corona-
kontraktor-migas-ri-mulai-ajukan-force-majeure
19
Hanan Nugroho
produksi dan penurunan harga minyak masih memberikan dampak yang significant
terhadap profil APBN. 35
Gap antara penurunan produksi minyak di dalam negeri dengan peningkatan
konsumsi yang sudah terjadi selama ini di atasi dengan memperbesar impor, baik
minyak mentah maupun produk-produk BBM. Terus membesarnya impor minyak
(di samping melemahnya kurs mata uang rupiah dibanding dolar) terus
memperbesar defisit neraca pembayaran Indonesia. Impor masih terus membesar
karena “pemerintah memperluas pasar BBM Premium menjadi BBM penugasan di
Jawa, Madura, dan Bali sekaligus menambah kuota Premium pada 2018. Konsumsi
BBM pada 2018 mendadak naik 13,5 persen, mencapai 80,5 juta kiloliter. Padahal,
selama 2010-2017, konsumsi BBM nasional tidak tumbuh, rata-rata bertengger di
sekitar 70 juta kiloliter.” 36
Sejak 2008 Indonesia sebenarnya sudah mulai upaya mengembangkan bahan bakar
nabati dari kelapa sawit yang dikenal dengan program Biodiesel (B-S, dimana S
menunjukkan kadar biodesel yang dicampurkan dengan minyak solar). 37 Target
volume maupun kandungan biodiesel (yang dihasilkan sebagai FAME: Fatty Acid
Methyl Esters) dalam campuran biodiesel-solar terus ditingkatkan berdasarkan
mandatory yang ditetapkan pemerintah, terakhir yang telah diterapkan adalah
program B-20.
Salah satu manfaat atau tujuan dari program bio-diesel adalah menurunkan impor
solar. “Saat ini terdapat 25 BU BBN yang aktif berproduksi dengan total kapasitas
terpasang sebesar 12,06 juta KL/tahun. Pemanfaatan biodiesel tahun 2018 sebesar
3,75 juta KL dalam negeri telah berhasil menurunkan impor solar sebesar 466.902
KL dan menghemat devisa sebesar US$1,89 Miliar USD atau Rp 26,27 Triliun.
Pemanfaatan biodiesel tahun 2018 juga telah berhasil menurunkan emisi 5,61 juta
ton CO2.38
Walaupun impor solar telah menurun, bahkan terakhir sudah tidak perlu melakukan
impor solar (dan avtur), namun impor gasoline masih tinggi. Penurunan impor juga
dicapai karena diterapkannya kebijakan pemerintah kepada Kontraktor Kerja Sama
asing untuk menjual sebagian produksinya kepada Pertamina untuk diolah di kilang
minyak Pertamina di dalam negeri. 39
kelapa sawit yang terluas di dunia. Ekspor CPO Indonesia adalah penyumbang ekspor terbesar
dari sektor pertanian, dan penyumbang terbesar kedua setelah pertambangan (termasuk
migas).
38
http://ebtke.esdm.go.id/post/2019/12/19/2434/faq.program.mandatori.biodiesel.30.b30
39
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191212172219-4-122661/setop-impor-solar-
avtur-pertamina-bantu-cad-ri-rp-927-t
20
Hanan Nugroho
Tidak hanya di sektor hulu dampak berantai Covid-19 mulai dirasakan. Di sisi hilir
atau “tengah” (mid-downstream), kegiatan pengilangan minyak sudah mulai
terpengaruh. Pertamina mulai menghentikan kegiatan kilang minyak, dengan
kapasitas dan jumlah unit yang dapat semakin besar nantinya. Penghentian
dilakukan pada Kilang Sungai Pakning dan Kilang Balikpapan untuk crude distillation
unit (CDU) secara bergantian, sementara kilang Plaju mulai mengurangi produksi
secara bertahap. 40
Pengurangan kegiatan atau bahkan penghentian operasi kilang dapat terus
berlangsung bila kebijakan PSBB terus dilanjutkan karena pandemi Covid-19 belum
kunjung usai. Storage di kilang, depo avtur dekat bandara, dan SPBU di mana-mana
masih penuh dengan BBM. Kemana produk kilang harus disalurkan kalau kilang
harus terus beroperasi?
Dalam APBN 2020 harga minyak mentah diasumsikan US$ 63 per barel.
Kenyataannya, Indonesian Crude Price (ICP) telah jatuh jauh di bawah angka asumsi
APBN. Mengacu Tim Harga Minyak Indonesia, harga ICP Maret 2020 terjun bebas
sekitar 40 persen menjadi US$ 34,23/barel, atau anjlok US$ 22,38/barel
dibandingkan bulan sebelumnya US$ 56,61/barel. 41 Jelas bahwa penurunan
volume produksi serta penurunan harga minyak akan berbayang-bayang suram
pada sisi penerimaan migas dalam APBN 2020.
Meskipun di banyak negara harga BBM telah turun karena pengaruh pandemi Covid-
19 dan pertikaian produksi minyak antara Saudi Arabia dan Rusia,42 namun sampai
sa’at ini harga BBM yang dijual Pertamina ke konsumen di SPBU (stasiun pengisian
bahan-bakar umum) belum mengalami perubahan, atau belum diturunkan.
Pertamina memberikan diskon 50 persen secara terbatas hanya untuk pengemudi
ojeg online. 43
Ada pula rencana Pertamina memberikan diskon 30% harga BBM kepada masyarat
untuk pembelian selama bulan Ramadhan 2020.44
Perusahaan penjual BBM lainnya seperti Shell di Indonesia juga belum menurunkan
harga eceran penjualan BBM mereka. Sebagai perbandingan, sejak pandemi Covid-
40
https://bisnis.tempo.co/read/1333038/konsumsi-bbm-turun-pertamina-hentikan-
operasional-kilang
41
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200416095808-17-152298/harga-minyak-ri-
ambles-di-maret-akankah-april-terjun-lagi
42
https://www.americanexperiment.org/2020/03/gas-prices-will-soon-be-under-1-as-a-
result-of-covid-19-lockdowns-saudi-and-russian-price-war/
43
https://gridmotor.motorplus-online.com/read/292122821/dpr-geger-artis-mulan-jameela-
semprot-kebijakan-ahok-yang-berikan-diskon-bbm-50-untuk-para-driver-ojek-
online?page=all
44
https://finance.detik.com/energi/d-4998065/selama-ramadhan-harga-bbm-pertamina-
diskon-30
21
Hanan Nugroho
45
https://industri.kontan.co.id/news/harga-bbm-di-malaysia-sudah-turun-lima-kali-dalam-
sebulan-indonesia-kapan
46
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200419192519-4-152965/ribut-soal-harga-bbm-
bensin-ri-ternyata-masih-murah-di-asean
22
Bab 4 Dampak terhadap Industri Pertambangan
[BAB IV]
[DAMPAK TERHADAP INDUSTRI PERTAMBANGAN]
23
Hanan Nugroho
47
Uraian dalam bab ini lebih didasarkan pada catatan penulis ketika pernah mengikuti kelas-
kelas economic of non-fuel minerals serta energy economics.
24
Hanan Nugroho
25
Hanan Nugroho
48
https://www.fool.com/investing/2019/10/12/the-10-biggest-mining-stocks.aspx
26
Hanan Nugroho
27
Hanan Nugroho
seluruh dunia, sangat besar dibandingkan dengan 7 juta orang yang bekerja di
pertambangan formal, “modern.” 49
Pertambangan rakyat ini tak hanya dilakukan kaum laki-laki, tapi sering pula wanita,
bahkan anak-anak. Keberadaan kaum wanita di usaha pertambangan rakyat
mencapai sekitar 30% dari jumlah tenaga kerja total, bekerja tidak hanya di sektor
pelayanan, tapi juga di kegiatan penambangan sesungguhnya. Keberadaan wanita
di usaha pertambangan rakyat ini menghadapi banyak tantangan. 50
Seringkali bahwa kegiatan pertambangan skala kecil oleh rakyat juga merupakan
bagian dari dari rantai pasok (supply chain) industri pertambangan besar, misalnya
dengan mereka memasok produksi ke perusahaan yang memiliki license atau Izin
Usaha Pertambangan dari pemerintah dan secara formal menguasai wilayah
pertambangan tertentu. Hal ini tidak saja berlaku untuk komoditas emas, tapi juga
berbagai bahan tambang lainnya seperti timah, nikel, dan berbagai bahan mineral
industri, dsb.
Pertambangan rakyat atau skala kecil banyak yang tidak/ belum menerapkan
prinsip-prinsip “praktek penambangan yang baik” (good mining practices) dalam hal
keselamatan/ keamanan (safety, termasuk pengggunaan Alat Pelindung Diri dalam
pekerjaan) maupun pemeliharaan lingkungan bahkan dalam menjalankan operasi
penambangannya. Misalnya dengan masih meluasnya penggunaan air raksa
(mercury) dalam kegiatan ekstraksi emas oleh pertambangan rakyat skala kecil.
Praktek yang membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan ini masih tersebar
paling tidak di 70 negara. 51
Di Indonesia kegiatan pertambangan tradisional yang dilakukan rakyat dengan
peralatan sederhana tidak terikat dengan perizinan formal dan seringkali “liar”
diberi nama dengan kegiatan PETI (Pertambangan Tanpa Izin).52 Mereka tersebar di
se antero Nusantara.
Datangnya pandemi Covid-19 memperburuk situasi yang dihadapi rakyat
penambang skala kecil yang dalam kondisi “normal” pun kondisi lingkungan
pekerjaannya tidak cukup sehat, berpotensi menyebabkan dan menyebarkan
penyakit. Meskipun mereka para penambang bekerja untuk mengasilkan emas
(yang nilai jualnya tinggi) namun kehidupan mereka pada umumnya subsistence
49
https://www.worldbank.org/en/topic/extractiveindustries/brief/artisanal-and-small-scale-
mining
50
https://www.iisd.org/sites/default/files/publications/igf-women-asm-challenges-
opportunities-participation.pdf
51
https://www.thegef.org/news/making-mercury-history-artisanal-small-scale-gold-mining-
sector
52
https://www.mongabay.co.id/2018/05/22/wilayah-pertambangan-rakyat-digadang-jalan-
keluar-peti-nyatanya/
28
Hanan Nugroho
secara ekonomi, sementara dari sisi pendidikan, para rakyat penambang tersebut
tidak berkesempatan mencapai pendidikan tinggi.
Pada saat ini analisis ini dibuat (28 April 2020) Covid-19 di Indonesia telah
mengakibatkan 3 juta korban terinfeksi dan sekitar 212 ribu korban meninggal.
Pandemi Covid-19 telah menghasilkan krisis kesehatan masyarakat yang belum
pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai kebijakan yang diambil
untuk menahan penyebaran Covid-19 telah menghentikan kegiatan penambangan
beberapa bahan tambang, menurunkan produksi barang-barang manufaktur dan
penyediaan layanan, menciptakan gangguan rantai pasokan, memicu penurunan
konsumsi yang signifikan, dan menyebabkan kelumpuhan ekonomi.
Data tidak menunjukkan secara persis seberapa banyak korban yang berasal dari
sektor pertambangan, namun yang pasti Covid-19 telah membuat rentan kehidupan
rakyat penambang informal skala kecil karena tidak bisa bekerja menghasilkan
pendapatan, tidak mendapat bantuan yang memadai dari pemerintah, dan tidak
tahu kapan pandemi ini akan berakhir.
Bagi pertambangan modern, skala besar, kebijakan social distancing, lock-down,
dsb. bermakna perlahankan kegiatan atau “tunggu petunjuk lebih lanjut”. Bisa juga
bermakna “tutup atau hentikan kegiatan sementara”.
Sebagai dampak Covid-19, Alta Zinc telah menghentikan produksi di proyek
terbesarnya di Italia utara. Rio Tinto menghentikan operasi yang tidak penting di
Mongolia setelah terdiagnosa adanya korban Covid-19 pertama di negara tersebut.
Anglo American memulangkan sebagian besar dari 10.000 tenaga kerja konstruksi
di proyek tembaga di Peru, sementara perusahaan tambang lainnya (Pan American
Silver dan Newmont), harus menghentikan operasi, memperlambat pekerjaan pada
proyek tembaga utama Anglo American. 21 hari lock down di Afrika Selatan telah
menghentikan banyak kegiatan pertambangan lokal. Bahkan dimana penghentian
tidak terjadi, pembatasan pergerakan orang dan barang mengakibatkan banyak
penundaan pekerjaan pertambangan. Di Afrika Selatan, ini diperburuk oleh fakta
bahwa tenaga kerja pertambangan tidak menetap lama di lokasi pertambangan, tapi
sering melakukan perjalanan dari Lesotho, Mozambik dan Tanjung Timur ke
pertambangan emas dan platinum di negara itu. 53
BIla secara umum dampak Covid-19 terhadap industri pertambangan adalah
menurunkan produksi, dampak yang lain adalah menurunkan harga komoditas
pertambangan (dengan sedikit pengecualian). Bilamana harga dari pertambangan
mineral industri atau yang dihasilkan dari pertambangan skala kecil hanya berlaku
lokal dengan pencatatan terbatas, komoditas seperti logam diperdagangkan secara
internasional di bursa perdagangan seperti di LME (London Metal Exchange) atau
53
https://www.miningreview.com/investment/the-impact-of-covid-19-on-the-global-mining-
sector/
29
Hanan Nugroho
54
https://www.spglobal.com/marketintelligence/en/news-insights/research/covid-19-
impacts-to-metals-prices-volatility-is-here-to-stay-part-2
55
https://www.muenzeoesterreich.at/eng/discover/for-investors/gold-in-times-of-crisis
30
Hanan Nugroho
56
https://www.korankaltim.com/berita-terkini/read/30047/dampak-covid-19-1184-pekerja-
tambang-dan-perkebunan-sawit-dirumahkan
31
Hanan Nugroho
Meskipun bukan merupakan data yang terbaru, Gambar 4.1. memperlihatkan pola
penyebaran kegiatan PETI di Indonesia, lokasi serta jumlah tambangnya. 57
57
https://jurnal.tekmira.esdm.go.id/index.php/imj/article/view/504
32
Hanan Nugroho
cukup jauh dari lokasi pertambangan, atau belum lama dari melakukan kegiatan
penambangan di tempat yang lain. Sebagian dari mereka memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup baik, karena pada dasarnya pernah menjadi karyawan
pada perusahaan tambang pemilik izin usaha resmi. Mereka terkadang mengajak
penduduk di sekitar wilayah tambang untuk ikut dalam kegiatan mereka, dan
penduduk lokal yang bekerja sebagai petani subsisten, ajakan mencari emas
tersebut cukup menarik karena menjanjikan pendapatan yang lebih besar. 58
Bila dampak pada beberapa perusahaan pertambangan formal (walaupun dalam
skala produksi tidak besar) adalah “merumahkan” sementara pekerjanya, dampak
ke kegiatan PETI (pertambangan tanpa izin, pertambangan “liar”) beraneka. Di
sejumlah tempat, inspeksi oleh aparat terhadap kegiatan PETI tetap dilakukan,
sementara di beberapa tempat lain, seperti di Sulawesi Tengah, “di sa’at Covid-19
merebak, pertambangan emas ilegal semakin marak” 59
Bila pada Krisis Moneter 1998 para gurandil berdatangan untuk mencari
penghasilan dan mereka dapat melakukan kegiatannya dengan “leluasa”, situasi
dengan adanya pandemi Covid-19 ini sangat berbeda. Tidak perlu menjadi ahli
epidemiologi untuk memahami bahwa lingkungan kerja pertambangan para
gurandil rentan terhadap serangan penyakit dan penyebarannya. Jalur “tambang
bawah tanah” yang diciptakan gurandil misalnya, tidak memberi tempat untuk
menerapkan kebijakan social distancing, dsb. Maraknya kegiatan penambanggan
emas liar, beriringan dengan makin banyaknya penggunaan air raksa (mercury) yang
membahayakan kesehatan dan lingkungan, dst.
Jumlah korban dari kegiatan pertambangan liar yang dilakukan PETI tidak
terumumkan, tapi yang pasti pandemi Covid-19 berpotensi memberikan dampak
kesehatan yang besar pada para gurandil dan pelaku penambangan liar, apalagi
banyak dari mereka tidak mengindahkan kebijakan seperti social distancing, dsb.
Bila pada kegiatan pertambangan formal ada organisasi perusahaan yang dapat
melindungi pekerjanya, gurandil biasanya hanya bekerja dengan kelompok kecilnya,
fokus mencari penghasilan dan kurang memperhatikan aspek kesehatan,
keselamatan, dan pemeliharaan lingkungan.
Pertambangan batubara juga terdampak berupa pengurangan kegiatan dan
produksi. Pengurangan produksi lebih merupakan akibat dari pengurangan
permintaan untuk ekspor yang datang dari Cina dan India. Sejak Cina terserang
Covid-19, kegiatan ekonomi mereka menurun, mengakibatkan impor akan bahan-
bahan tambang mereka juga turun, termasuk batubara yang sebagian impornya
berasal dari Indonesia.
58
https://majalah.tempo.co/read/lingkungan/89777/jejak-gurandil-di-punggung-pongkor?
59
https://www.sultengterkini.com/2020/04/23/corona-merebak-pertambangan-emas-ilegal-
di-sulteng-semakin-marak/
33
Hanan Nugroho
60
Lihat, Hanan Nugroho, Our coal: its development and controversial issues, dalam
Thoughts on Indonesian energy issues and policies, IPB Press, 2018.
61
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200427102102-17-154619/harga-anjlok-24-
nasib-apes-batu-bara-belum-selesai
62
https://www.liputan6.com/regional/read/4224777/cara-perusahaan-batubara-jaga-suplai-
ke-pltu-saat-pandemi-covid-19
63
https://www.eco-business.com/news/mining-sector-in-indonesia-takes-a-hit-from-covid-
19-pandemic/
34
Bab 5 Dampak terhadap Industri Kelistrikan
[BAB V]
[DAMPAK TERHADAP INDUSTRI KELISTRIKAN]
35
Hanan Nugroho
Gambar 5.1. Konsumsi listrik di beberapa negara Eropa sebagai dampak Covid-19
64
https://www.renewableenergyworld.com/2020/04/09/covid-19-is-changing-residential-
electricity-demand/#gref
65
https://www.icis.com/explore/resources/news/2020/04/22/10482507/topic-page-
coronavirus-impact-on-energy-markets
36
Hanan Nugroho
Gambar 5.2. Pengaruh Covid-19 terhadap konsumsi listrik di beberapa negara di Eropa
Di negara-negara dimana tarif listriknya lebih mengikuti hukum ekonomi
dibandingkan dengan “diatur oleh pemerintah” (regulated price) dan industri
kelistrikannya tidak dikuasai secara terintegrasi vertikal oleh BUMN, penurunan
permintaan lazimnya akan direspon oleh perusahaan pembangkitan listrik maupun
utility company dengan penurunan tarif. Prinsip dasar ini akan tercerminkan pula
dalam interaksi jual-beli listrik di pasar-pasar spot listrik di Eropa, misalnya.
Penurunan tarif listrik, yang merupakan tanggapan terhadap penurunan permintaan
listrik sebagai dampak pandemi Covid-19 terllihat di beberapa negara di Eropa,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
harga listrik di pasar spot listrik di negara-negara Itali, Jerman, Perancis maupun
Belanda menunjukkan fluktuasi yang cukup besar dengan kecenderungan harga
menurun. Sementara, harga listrik di pasar “Nord Pool” cenderung stabil.
Kekecualian terdapat di pasar spot MIBEL, yang melayani sistem kelistrikan Spanyol
dan Portugis, dimana harga listrik malah cenderung naik. 66
66
https://aleasoft.com/fall-demand-prices-european-electricity-markets-due-covid-19-crisis/
37
Hanan Nugroho
67
https://www.business-standard.com/article/economy-policy/power-generators-shut-
capacity-as-covid-19-hits-demand-upends-normal-life-120032901062_1.html
68
https://www.power-technology.com/comment/covid-19-ppa-short-term/
38
Hanan Nugroho
Covid-19 selain memberikan dampak pada penurunan konsumsi energi global, juga
mengurangi tingkat emisi karbon-dioksida (CO2) global, sesuatu yang menjadi
tujuan dalam manajemen perubahan iklim global, namun sulit dicapai ketika
kehidupan umat manusia berjalan “normal” sebagai halnya sebelum Covid-19
mendera. Ini adalah suatu “blessing indisguise”, berkat tersamar dari pandemi
Covid-19 terhadap kualitas udara dan lingkungan bumi. Untuk sementara, udara
bumi lebih bersih.
Menurunnya pangsa penggunaan batubara dalam power mix sistem kelistrikan di
Eropa, secara tidak langsung meningkatkan pangsa pemanfaatan energi terbarukan
dalam pembangkitan tenaga listrik.
Gambar 5.4. merangkumkan dampak Covid-19 terhadap industri kelistrikan di
Eropa, menurut studi yang dilakukan oleh Wartsila Energy Transition Laboratory.
39
Hanan Nugroho
69
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200416140849-4-152398/pln-tersengat-corona-
jualan-listrik-anjlok-proyek-tertunda
70
https://bisnis.tempo.co/read/1320880/efek-corona-konsumsi-listrik-bisnis-dan-industri-
bakal-turun/full&view=ok
40
Hanan Nugroho
Dampak dari penurunan konsumsi listrik tersebut akan cukup besar, berpengaruh
tidak saja kepada pelanggan listrik, produsen tenaga listrik yang memasok listriknya
ke PLN, namun juga terhadap pelaksanaan proyek-proyek pembangunan kelistrikan
yang telah direncanakan, termasuk yang berasal dari sumber-sumber energi
terbarukan. Proyek-proyek yang belum dieksekusi akan tertunda, sementara yang
sudah konstruksi akan mengalami kendala karena supply chain yang terganggu.71
Penundaan pelaksanaan pembangunan proyek-proyek kelistrikan, untuk proyek-
proyek yang “tidak prioritas” di satu sisi dapat juga dianggap “menguntungkan” bagi
PLN karena pada saat yang sama sedang terjadi penurunan permintaan listrik, yang
belum dapat diprediksi akan berlangsung sampai kapan. Penurunan penjualan
listrik, ditambah pemberian diskon atau pembebasan tarif listrik untuk pelanggan
rumah tangga, sedikit banyak akan mengurangi kemampuan keuangan PLN dalam
pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur kelistrikan baru. Selain itu
nilai tukar rupiah sedang melemah (sedangkan proyek-royek PLN/IPP masih sangat
mengandalkan pada impor barang-barang dan jasa dari luar negeri, termasuk
penggunaan tenaga kerja Cina, dst.), dan dalam situasi krisis seperti ini mencari
pinjaman uang juga susah karena pasar uang sedang kering.72
Di antara sejumlah proyek penyediaan tenaga listrik yang mengalami gangguan atau
akan mengalami pemunduran jadwal COD (commercial operation date) adalah
proyek-proyek pembangunan energi terbarukan, seperti PLTP (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi), PLTA (tenaga air), dan PLTS (tenaga surya). Untuk PLTP
misalnya, dari tiga PLTP yang ditargetkan bisa beroperasi komersial pada tahun ini,
ada PLTP Sokoria (5 MW) yang mengalami pergeseran ke tahun depan. PLTA yang
akan mundur jadwal penyelesaiannya berada di Nusa Tenggara, sementara
beberapa proyek PLTS skala kecil akan mengalami kemunduran jadwal. 73
Proyek-proyek kelistrikan tidak hanya dilakukan oleh BUMN PLN maupun
Independent Power Producers. Beberapa kementrian di Pemerintah Pusat maupun
sejumlah Pemerintah Daerah juga melakukan proyek-proyek pembangunan
kelistrikan, khususnya yang berskala kecil dan bersumber dari energi terbarukan.
Namun karena dilakukannya realokasi dana APBN maupun APBD (digeser fokusnya
ke penanggulangan dampak pandemi Covid-19) maka sasaran pembangunan
proyek-proyek energi terbarukan tersebut berkurang jauh, bahkan dihapuskan sama
sekali dalam beberapa kasus. Sebagai contoh, “proyek PLTS Atap yang berasal dari
APBN akan ada pengurangan. Jumlahnya cukup signifikan, dari yang semula
ditargetkan bisa membangun 800 unit, dikurangi menjadi 144 unit. Juga
71
https://industri.kontan.co.id/news/terpapar-dampak-corona-pengembangan-pembangkit-
listrik-surya-menjadi-suram
72
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200422185626-4-153768/terpukul-corona-ini-
curhat-bos-pln-soal-proyek-keuangan
73
https://industri.kontan.co.id/news/pandemi-corona-hambat-realisasi-proyek-dan-investasi-
energi-baru-dan-terbarukan-ebt
41
Hanan Nugroho
pemasangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) yang semula 40.000
titik menjadi 26.000 titik.” 74
Pemunduran jadwal pembangunan proyek-proyek kelistrikan akan menunda lagi
jadwal penyelesaian proyek-proyek “35.000 MW” yang diinisiasi pada tahun
pertama RPJMN 2014-2019, dan ditargetkan rampung pada tahun terakhir RPJMN
2014-2019.75 Proyek-proyek “35.000” (masih) didominasi dengan pembangkitan
berbahan bakar batubara (PLTU).
Penyelesaian proyek “35.000 MW” memang lamban. Sampai akhir 2019, baru
sekitar 19% dari pembangunan pembangkit yang telah dapat beroperasi. Dalam
perubahan sasaran yang dilakukan, ditargetkan bahwa tahun 2020 akan merupakan
puncak penyelesaian proyek-proyek dalam kerangka 35.000 MW tersebut, dimana
akan tercapai 44% dari sasaran pembangunan pada akhir tahun 2020. 76 Tentu saja,
karena adanya pandemi Covid-19, sasaran tersebut tidak akan tercapai. Di tengah
suasana kelebihan pasokan listrik (di Jawa-Bali, terutama) sementara pencapaian
sasaran proyek 35.000 MW masih sangat kecil, layak dipertanyakan apakah memang
harus strict terhadap pencapaian target 35.000 MW ataukah tidak perlu dilakukan
perhitungan ulang?
Untuk tarif listrik, pemerintah Indonesia pada akhir bulan Maret 2020 telah
mengumumkan pemberian potongan harga kepada konsumen rumah yang
tergolong pelanggan dengan daya kecil.77
Pemberlakuan penurunan/pembebasan tarif listrik tersebut adalah untuk bulan
April hingga Juni 2020. Untuk pelanggan rumah tangga daya 450 VA (R1/TR 450 VA),
bagi pelanggan reguler (pasca bayar) dibebaskan dari tagihan biaya listrik,
sedangkan untuk pelanggan pra bayar (menggunakan token) akan diberikan token
gratis senilai pemakaian bulanan terbesar selama 3 bulan terakhir. Sementara itu,
untuk pelanggan rumah tangga daya 900 VA (R1/TR 900 VA), untuk pelanggan pasca
bayar, tagihan pemakaian listriknya akan diberikan diskon 50%, sedangkan
pelanggan pra-bayar diberikan token senilai 50% dari pemakaian tertinggi bulanan
selama 3 bulan terakhir. 78
Batubara, yang adalah bahan bakar terbanyak dalam portofolio bahan bakar
pembangkitan listrik PLN, termasuk industri energi yang tertekan karena pandemi
74
Ibid.
75
Naskah lengkap RPJMN 2019-2024 dapat diakses di https://www.bappenas.go.id/id/data-
dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-pelaksanaan/dokumen-rencana-
pembangunan-nasional/rpjp-2005-2025/rpjmn-2015-2019/
76
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200205154044-4-135533/esdm-proyek-35-ribu-
mw-tercapai-44-di-tahun-ini
77
https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/31/jokowi-announces-free-electricity-
discounts-for-households-hardest-hit-by-covid-19-impacts.html
78
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200401164334-4-149120/imbas-corona-ini-
hitungan-konsumsi-listrik-pln
42
Hanan Nugroho
79
http://monitorsahamindonesia.blogspot.com/2016/11/grafik-harga-batuabara-coal-dan-
nikel.html
80
https://bisnis.tempo.co/read/1325714/akibat-corona-investasi-pltu-batu-bara-berpotensi-
rugi-rp-2096-t
43
Bab 6 Rekomendasi Kebijakan
Dengan pemahaman mengenai dampak Covid-19 terhadap kondisi industri
pertambangan dan energi secara global, dan permasalahan yang telah berkembang
dalam industri pertambangan dan energi di Indonesia sebagai dampak dari hal yang
sama, kami mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai di bawah ini.
Rekomendasi ditujukan khususnya untuk industri minyak dan gas bumi,
pertambangan serta kelistrikan.
6.1 Industri Minyak dan Gas Bumi
Sisi hulu (upstream)
• Mulai fokuskan kegiatan produksi pada lapangan-lapangan yang bernilai
“ekonomis” saja dalam kondisi harga minyak yang sangat rendah sekarang.
Walaupun tindakan ini akan berdampak pada berkurangnya target-target
produksi seperti yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam RPJMN, APBN,
maupun Rencana Kerja Perusahaan), namun tindakan ini secara ekonomi
dapat dibenarkan, mempertimbangkan pula bahwa pada kurun waktu yang
sama sedang terjadi penurunan permintaan BBM yang sangat besar di
dalam negeri.
• Proyek-proyek eksplorasi dan penyiapan fasilitas produksi dapat
dipertimbangkan untuk ditunda dahulu, mengingat rantai pasok (supply
chain) dari kegiatan-kegiatan ini sedang mengalami gangguan yang
menghambat pencapaian target-target delivery proyek.
• Mengambil manfaat dari rendahnya harga minyak dunia, bangun “strategic
reserves” di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
sumur-sumur lapangan tua yang telah tidak berproduksi sebagai storage
untuk minyak mentah (crude oil) yang diimpor. Tanki yang berada di kilang
atau depo, atau fasilitas lain di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk
menampung stok menampung BBM yang digunakan guna memperpanjang
reserves BBM di Indonesia. Pembangunan strategic reserves ini bertujuan
untuk meningkatkan energy security Indonesia. 81
Sisi hilir (downstream)
• Operasi kilang minyak dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan BBM
yang menurun. Bila perlu, beberapa kilang, khususnya yang tidak efisien,
dihentikan kegiatan operasinya untuk sementara, dimanfaatkan untuk
pemeliharaan (maintenance).
81
Lihat, Hanan Nugroho, Reserves and security of our energy supply, dalam Thoughts on
Indonesian Energy Issues & Policies, Bappenas, 2018.
44
Hanan Nugroho
45
Hanan Nugroho
82
https://www.banktrack.org/page/list_of_banks_which_have_ended_direct_finance_for_new
_coal_minesplants
46
Hanan Nugroho
• Sebaliknya, dalam era pandemi Covid-19 ini, PLN (dan IPP maupun
perusahaan yang memiliki pembangkit besar untuk keperluan sendiri) dapat
mempertahankan operasi pembangkit listrik yang bersumber dari energi
terbarukan seperti PLTA, pembangkit listrik tenaga panas bumi, dsb. Dan
bahkan mengembangkannya. 83
83
https://www.iea.org/commentaries/put-clean-energy-at-the-heart-of-stimulus-plans-to-
counter-the-coronavirus-crisis
47