Anda di halaman 1dari 52

1

Kata Pengantar

Buku kecil ini bermula sebagai Quick Response Analysis atas kemunculan tiba-tiba
pandemi Covid-19. Dalam waktu singkat, Covid-19, yang bermula di Wuhan, Cina,
telah datang menyerang belahan-belahan bumi, termasuk Indonesia. Dalam waktu
singkat pula Covid-19 telah memporak-porandakan berbagai sendi kehidupan
manusia.
Covid-19 memberikan dampak krisis ekonomi. Secara global, ekonomi mengalami
penyusutan. Secara sektoral, banyak sektor yang “anjlok”. Transportasi, pariwisata,
jasa-jasa seperti perhotelan, travel agent, dsb. Tapi di balik itu, ternyata, Covid-19
juga menciptakan “berkah” bagi beberapa sektor ekonomi yang lain: perdagangan
secara elektronik (e-commerce), teknologi informasi & komunikasi (information &
communication technology), jasa pengiriman/delivery, industri kesehatan, dll.
Dalam situasi krisis, manusia tetap perlu makan, karena itu sektor pertanian,
meskipun tidak tumbuh cepat, paling tidak, tidak terpuruk.
Pertambangan dan energi bermanfaat karena menyediakan bahan-bahan dan
energi yang dibutuhkan umat manusia. Karakteristik mereka berbeda. Energi,
dalam bentuk BBM (bahan bakar minyak), gas bumi, atau listrik, dibutuhkan
manusia hampir setiap sa’at, dimana saja, untuk menggerakkan kegiatan (dan
memberikan “kenyamanan” bagi) manusia. Harus tersedia setiap saat, meskipun
dengan jumlah dan kualitas yang berbeda. Energi adalah kebutuhan primer.
Sebaliknya produk-produk pertambangan (logam, perhiasan, bahan-bahan industri
dan konstruksi, dsb.) adalah untuk mengisi kebutuhan sekunder atau tertier.
Dibutuhkan, namun bisa ditunda. Tidak terlalu penting untuk segera dipenuhi di
kala krisis.
Sektor pertambangan dan energi bernilai besar dalam ekonomi, termasuk yang
terbesar di antara sektor-sektor lainnya. Perdagangan minyak dan gas bumi bernilai
perdagangan sangat besar, termasuk lalulintas perkapalannya yang paling banyak di
dunia dibandingkan untuk pengangkutan komoditas lain. Listrik? Kehidupan
manusia modern hampir tak dapat dilakukan tanpa listrik, yang peranannya makin
besar dalam zaman ICT (information & communication technology) ini.
Namun minyak bumi dan listrik tidak pernah dibutuhkan sebagai minyak bumi atau
listrik an sich. Sifat permintaan terhadap mereka adalah “permintaan turunan”
(derived demand). BBM dibutuhkan karena adanya kebutuhan untuk melakukan
perjalanan, misalnya.
Dalam masa pandemi Covid-19 diterapkan kebijakan “Kerja dari Rumah” (Work from
Home), social distancing, lock down, atau PSBB (pembatasan sosial berskala besar).
Akibatnya, orang diam di rumah, bekerja di rumah. Orang tidak melakukan
transportasi, tidak menggunakan mobil atau sepeda motor ke tempat kerja. Artinya

i
permintaan akan BBM turun. Demikian pula, pebisnis tidak melakukan perjalanan
ke luar kota, ASN (aparatur sipil negara) tidak melakukan perjalanan dinas dengan
pesawat terbang dari ibu kota ke propinsi lain yang jauh di ujung timur atau barat,
misal yang lain. Akibatnya kursi pesawat terbang tidak terisi, penerbangan
dibatalkan, dan permintaan akan avtur berkurang.
Dalam situasi krisis ekonomi, permintaan akan barang-barang luxury atau yang
merupakan kebutuhan sekunder yang dihasilkan dari produk-produk pertambangan
lazimnya akan berkurang. Kursi kerja berbahan stainless steel, sepeda berbahan
dasar aluminium, atau besi- untuk dipakai dalam renovasi rumah kemungkinan akan
ditunda dulu permintaannya, menunggu situasi lebih baik. Di level proyek, terjadi
gejala serupa.
Permintaan yang turun mengakibatkan harga-harga bahan tambang tersebut juga
turun. Namun dalam situasi krisis ekonomi, ada pula logam yang dicari dan
harganya naik, yaitu emas, si logam mulia. Dalam situasi krisis, penduduk mencari
emas untuk mengamankan daya beli (purchasing power)-nya dalam masa krisis dan
nanti setelah krisis selesai.
Bagaimana dampak Covid-19 terhadap sektor pertambangan dan energi? Apa yang
kemudian mesti dilakukan?
Buku kecil ini bermaksud menjawab pertanyaan tersebut, meskipun hanya sebagian
kecil. Waktu yang digunakan untuk mencari jawab itu pun sangat pendek, tidak
seperti lazimnya untuk menulis sebuah buku yang baik. Namun karena gambaran
besar itu perlu diketahui, dan jawaban itu nanti bisa diperbaiki, maka buku kecil ini
berani memulai. Tujuannya untuk menjadi pemahaman umum bagi masyarakat
yang berminat. Disajikan sederhana.
Dampak Covid-19 terhadap sektor pertambangan dan energi dalam buku kecil ini
dilihat dalam skala global, dan kemudian coba dicari hal yang serupa untuk kasus
Indonesia. Rekomendasi kebijakan hanya ditujukan untuk Indonesia.
Alhamdulillah, buku kecil ini dapat dirampungkan, dengan segala keterbatasan.
Penulis bersyukur dapat memanfaatkan kesempatan “bekerja dari rumah” di awal
bulan puasa tahun 2020 ini dengan menyusun buku kecil ini, di samping beberapa
pekerjaan lainnya.
Terakhir, Indonesia berpengalaman menghadapi dan berhasil menanggulangi
berbagai krisis besar, seperti Krisis Moneter 1998, Tsunami Aceh 2004, rentetan
gempa bumi dan tsunami, kebakaran hutan, banjir dan kekeringan, terorisme, dan
konflik sosial. Semoga kali ini pun kita berhasil mengatasi krisis pandemi Covid-19
dengan baik. Insya Allah.

Depok, Ramadhan 2020


Hanan Nugroho

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................. iii
Bab 1 Pendahuluan .................................................................................................. 1
Bab 2 Covid-19 dan Ekonomi ................................................................................... 4
Bab 3 Dampak terhadap Industri Minyak dan Gas Bumi ...................................... 11
3.1 Dampak terhadap Industri Minyak dan Gas Bumi Global.............................. 12
3.2. Dampak terhadap Industri Minyak Bumi Indonesia ..................................... 18
Bab 4 Dampak terhadap Industri Pertambangan .................................................. 23
4.1. Industri Pertambangan ................................................................................ 24
4.2 Dampak Covid-19 terhadap industri pertambangan global .......................... 27
4.3 Covid-19 dan Industri Pertambangan Indonesia ........................................... 31
Bab 5 Dampak terhadap Industri Kelistrikan ......................................................... 35
5.1 Dampak Covid-19 terhadap Industri Kelistrikan Global ................................ 36
5.2 Dampak terhadap Kelistrikan Indonesia ....................................................... 40
Bab 6 Rekomendasi Kebijakan ............................................................................... 44
6.1 Industri Minyak dan Gas Bumi ...................................................................... 44
6.2 Industri Pertambangan ................................................................................. 45
6.3 Industri Kelistrikan ........................................................................................ 46

iii
Hanan Nugroho

Bab 1 Pendahuluan

Memasuki tahun 2020 dunia dihadapkan pada kejadian yang luar biasa: pandemi
Coronavirus (Covid-19). Pandemi yang bermula dari kota Wuhan di Cina tersebut
menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Skala global pandemi ini
termasuk yang terbesar dalam sejarah. Belum diketahui pasti kapan pandemi Covid-
19 akan berakhir.
Pandemi Covid-19 membawa dampak yang besar terhadap sendi-sendi kehidupan
penduduk bumi. Cara manusia hidup berubah, misalnya terpaksa tidak melakukan
kegiatan-kegiatan di luar rumah yang sebelumnya secara rutin dilakukan. Aktivitas
di berbagai sektor ekonomi berkurang; diperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia
akan turun, bahkan mengalami resesi. Kemiskinan akan bertambah, termasuk di
Indonesia.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi berbeda-beda. Beberapa sektor
terpukul parah, misalnya sektor pariwisata dan perhubungan/ transportasi. Atraksi
dan bahkan tujuan wisata utama ditutup, masyarakat tak leluasa lagi bepergian
menggunakan sarana transportasi di dalam kota, untuk ke luar kota apalagi ke luar
negeri.
Namun ada pula yang seolah “mendapat berkah” dari pandemi Covid-19, misalnya
sektor perdagangan elektronik (e-commerce), dan sektor TIK (teknologi informasi
dan komunikasi) yang kemudian menjadi tumpuan masyarakat untuk memenuhi
berbagai kebutuhan yang biasanya dilakukan di luar rumah, misalnya untuk belanja,
konferensi, bahkan melakukan pekerjaan kantor dan kegiatan belajar-mengajar.
Dalam situasi krisis, manusia tetap membutuhkan makan-minum, karena itu sektor
pertanian tidak terpuruk, meskipun juga tidak tumbuh cepat.
UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) termasuk sektor ekonomi yang terpukul
karena terganggunya rantai pasokan yang mendukung pekerjaan, dan karena
kehilangan konsumen, yang sekarang selalu berada di rumah dan tidak berada di
lokasi usaha UMKM (untuk kasus usaha di bidang makanan dan minuman,
misalnya). UMKM di Indonesia menjadi sumber kehidupan puluhan juta orang,
karena itu sektor ini mesti sangat diperhatikan. UMKM pernah menjadi
“penyelamat” ekonomi ketika krisis moneter/ekonomi menghantam Indonesia
1998, namun situasi yang kini dihadapi berbeda. Seperti pekerja lainnya, pekerja
UMKM kini juga harus menta’ati kebijakan untuk tetap tinggal di rumah, tidak
memproduksi sesuatu seperti sebelumnya.
Selain menerapkan kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
untuk mencegah lebih jauh merebaknya pandemi Covid-19, guna menanggulangi
dampak krisis, pemerintah juga melakukan program-program seperti jaringan
pengaman sosial (social safety net), jaringan pengaman kesehatan, meringankan

1
Hanan Nugroho

beban kredit UMKM, dan program stimulus fiskal lainnya. Tujuannya antara lain
adalah membantu ekonomi dan masyarakat yang mutu kehidupannya merosot
karena krisis.
Covid-19 juga menyerang industri pertambangan dan energi. Pertambangan dan
energi bermanfaat karena menyediakan bahan-bahan dan energi yang dibutuhkan
umat manusia. Namun karakteristik pertambangan dan energi berbeda. Energi,
dalam bentuk BBM (bahan bakar minyak), gas bumi, atau listrik, dibutuhkan
manusia hampir setiap sa’at, dimana saja, untuk menggerakkan kegiatan (dan
memberikan “kenyamanan” bagi) manusia. Harus tersedia setiap saat, meskipun
dengan jumlah dan kualitas yang berbeda. Energi adalah kebutuhan primer.
Sebaliknya produk-produk pertambangan (logam, perhiasan, bahan-bahan industri
dan konstruksi, dsb.) adalah untuk mengisi kebutuhan sekunder atau tertier.
Dibutuhkan, namun bisa ditunda. Tidak terlalu penting untuk segera dipenuhi di
kala krisis.
Sektor pertambangan dan energi bernilai besar dalam ekonomi, termasuk yang
terbesar di antara sektor-sektor lainnya. Perdagangan minyak dan gas bumi bernilai
perdagangan sangat besar, termasuk lalulintas perkapalannya yang paling banyak di
dunia dibandingkan untuk pengangkutan komoditas lain. Listrik? Kehidupan
manusia modern hampir tak dapat dilakukan tanpa listrik, yang peranannya makin
besar dalam zaman ICT (information & communication technology) ini.
Namun minyak bumi dan listrik tidak pernah dibutuhkan sebagai minyak bumi atau
listrik an sich. Sifat permintaan terhadap mereka adalah “permintaan turunan”
(derived demand). BBM dibutuhkan karena adanya kebutuhan untuk melakukan
perjalanan dengan mobil, misalnya. Pasokan listrik yang besar dibutuhkan karena
akan digunakan untuk melebur nikel dalam pabrik pabrik peleburan (smelter) nikel,
contoh yang lain.1
Dalam masa pandemi Covid-19 diterapkan kebijakan “Kerja dari Rumah” (Work from
Home), social distancing, lock down, atau PSBB (pembatasan sosial berskala besar).
Akibatnya, orang diam di rumah, bekerja di rumah. Orang tidak melakukan
transportasi, tidak menggunakan mobil atau sepeda motor ke tempat kerja. Artinya
permintaan akan BBM turun. Demikian pula, pebisnis tidak melakukan perjalanan
ke luar kota, ASN (aparatur sipil negara) tidak melakukan perjalanan dinas dengan
pesawat terbang dari ibu kota ke propinsi lain yang jauh di ujung timur atau barat,
misal yang lain. Akibatnya kursi pesawat terbang tidak terisi, penerbangan
dibatalkan, dan permintaan akan avtur berkurang.
Dalam situasi krisis ekonomi, permintaan akan barang-barang luxury atau yang
merupakan kebutuhan sekunder yang dihasilkan dari produk-produk pertambangan
lazimnya akan berkurang. Kursi kerja berbahan stainless steel, sepeda berbahan

1
Hanan Nugroho, Energy and economic Growth, dalam Thoughts on Indonesian Energy
Issues & Policies, Bappenas, 2018.

2
Hanan Nugroho

dasar aluminium, atau besi- untuk dipakai dalam renovasi rumah kemungkinan akan
ditunda dulu permintaannya, menunggu situasi lebih baik. Di level proyek, terjadi
gejala serupa.
Permintaan yang turun mengakibatkan harga-harga bahan tambang tersebut juga
turun. Namun dalam situasi krisis ekonomi, ada pula logam yang dicari dan
harganya naik, yaitu emas, si logam mulia. Dalam situasi krisis, penduduk mencari
emas untuk mengamankan daya beli (purchasing power)-nya dalam masa krisis dan
nanti setelah krisis selesai.
Bagaimana dampak Covid-19 terhadap sektor pertambangan dan energi? Apa yang
kemudian mesti dilakukan?
Buku ini coba mencari tahu dampak pandemi Covid-19 terhadap industri
pertambangan dan energi secara global dan khusus untuk sebuah negara: Indonesia.
Ingin dilihat pengaruh pandemi terhadap perubahan kegiatan, pola permintaan,
harga, dan produksi terutama dari industri minyak bumi, pertambangan, dan tenaga
listrik. Ketiga industri tersebut bernilai sangat besar dalam ekonomi, dan penting
peranannya dalam pemenuhan hajat hidup orang banyak.
Setelah mempelajari pola yang terjadi secara global, ingin diketahui pengaruh
pandemi terhadap industri pertambangan dan energi di Indonesia. Selanjutnya
berdasarkan pemahaman yang diperoleh, buku ini bermaksud memberikan
rekomendasi kebijakan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan dalam kaitannya
dengan pengaruh pandemi Covid-19 terhadap industri pertambangan dan energi,
maupun kaitannya secara umum.
Buku kecil ini disusun dengan urutan sebagai berikut. Setelah Bab 1 yang berisi
Pendahuluan, dalam Bab 2 dikemukakan uraian pendek mengenai pengaruh
pandemi Covid-19 terhadap ekonomi secara umum, termasuk yang terjadi di
Indonesia. Dalam Bab 3 diuraikan dampak pandemi Covid-19 terhadap industri
minyak dan gas bumi, secara global dan untuk kasus Indonesia. Bab 4 dan Bab 5
melakukan hal yang serupa dengan Bab 3, untuk industri pertambangan, dan untuk
industri kelistrikan. Bab 6 mengusulkan rekomendasi kebijakan terkait dampak
pandemi Covid-19 terhadap industri pertambangan dan energi.

3
Bab 2 Covid-19 dan Ekonomi

[BAB II]
[COVID-19 DAN EKONOMI]

4
Hanan Nugroho

Gambar 2.1 memperlihatkan data korban pandemi Covid-19 pada tanggal 23 April
2020.2 Jumlah kasus positif 2.732.701, sedangkan jumlah korban meninggal dunia
191.150 jiwa.
Upaya yang dilakukan pemerintah di hampir semua negara untuk
mencegah/memperlambat penyebaran kasus Covid-19 antara lain membatasi
interaksi fisik antar-penduduk (isolasi, social distancing), menerapkan kerja dari
rumah (work from home) hingga “pemagaran” kota, wilayah, atau bahkan negara
(lock-down). Sementara kapan pandemi akan berakhir, belum dapat dipastikan oleh
banyak pihak, ahli kesehatan masyarakat maupun pemimpin pemerintahan. 3

Gambar 2.1. Jumlah korban Covid-19


Sebagai dampak dari pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi diperkirakan turun,
bahkan mencapai resesi. Riset berbagai berbagai institusi maupun lembaga riset
mengumumkan hal itu.
Pandemi Covid-19 telah berdampak pada berbagai sektor ekonomi. Secara total,
pengaruhnya pada ekonomi adalah negatif, mengakibatkan penurunan
performance ekonomi. Kebijakan yang diterapkan untuk mencegah semakin
besarnya pandemi Covid-19 dengan memberlakukan work from home, social
distancing, lock down atau PSBB (pembatasan sosial berskala besar) berdampak
menyusutkan berbagai kegiatan ekonomi.
Gambar 2.2 memperlihatkan perkiraan mengenai pertumbuhan ekonomi dunia,
yang dilakukan oleh berbagai organisasi internasional. Nampak bahwa IMF

2
Diakses 24 April 2020. Sumber: https://www.worldometers.info/Covid-19virus/
3
Coronavirus: When will the outbreak end and life get back to normal?
https://www.bbc.com/news/health-51963486

5
Hanan Nugroho

termasuk yang paling pesimis dalam memperkirakan pertumbuhan ekonomi


tersebut.

Gambar 2.2. Perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia


Dampak berupa penyusutan kegiatan sangat tampak pada sektor pariwisata
(termasuk perhotelan, dsb.), sektor transportasi, manufaktur, konstruksi, dst.
Karena dibatasinya pergerakan manusia, maka sektor transportasi sangat terpukul,
baik transportasi darat, udara, maupun laut. Menyusutnya kegiatan transportasi
berarti pula menurunnya permintaan akan bahan bakar /energi, khususnya minyak
bumi, yang dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan, pesawat terbang dan
kapal-kapal yang diproduksi memanfaatkan bahan-bahan yang dihasilkan sektor
pertambangan.
Walaupun secara total dampak Covid-19 terhadap ekonomi akan negatif, misalnya
terhadap transportasi dan pariwisata, namun tidak semua sektor ekonomi akan
mengalami hal yang sama, bahkan sebaliknya, ada beberapa sektor yang malah
tumbuh dalam situasi krisis akibat serangan Covid-19. Kegiatan perdagangan secara
elektronik (e-commerce), usaha-usaha di bidang teknologi informasi & komunikasi
(information & communication technology), jasa pengiriman/delivery, serta industri
kesehatan termasuk yang berkembang dalam situasi krisis itu. Dalam situasi krisis,
manusia tetap perlu makan, karena itu sektor pertanian, meskipun tidak tumbuh
cepat, paling tidak, tidak terpuruk. Usaha pengiriman makanan ke rumah-rumah
mendapatkan pesanan yang ramai dari masyarakat yang sedang “diam di rumah”
(stay at home).

6
Hanan Nugroho

Sebuah analisis yang dibuat oleh EFC (Economic & Finance Consulting)
menggambarkan dampak Covid-19 terhadap sektor-sektor ekonomi, sebagai
ditampakkan pada Gambar 2.3.
Dalam analisis itu dikemukakan mengenai sektor-sektor yang mungkin akan “kalah”
dan yang berpotensi “menang” dalam menanggapi krisis pandemi Covid-19.
Termasuk yang berpotensi menang adalah sektor jasa pelayanan kesehatan,
pemrosesan dan penjualan makanan/ minuman, alat-alat pribadi dan kesehatan,
teknologi informasi dan komunikasi, perdagangan secara on-line, dan sektor
pertanian. Sementara yang “akan kalah” dalam perlawanan terhadap dampak
pandemi Covid-19 termasuk sektor pariwisata, penerbangan dan pelayaran,
otomotif, konstruksi, manufaktur, jasa keuangan, pendidikan, dan minyak dan gas
bumi.

Gambar 2.3. Dampak Covid-19 terhadap sektor ekonomi


Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi Indonesia bisa “menakutkan”.4
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), dimana tenaga kerja di Indonesia
paling banyak diserap, merupakan sektor yang ikut terpukul. Dampak Covid-19
terhadap UMKM termasuk “tidak sanggup memberikan THR (tunjanan hari raya)
kepada karyawan, pemutusan hubungan kerja, hingga penutupan perusahaan. Ini
terjadi tidak hanya terhadap UMKM sesungguhnya, namun juga terhadap industri
yang lebih besar, industri tekstil misalnya. 5

4
https://www.voaindonesia.com/a/menkeu-dampak-covid-19-pertumbuhan-ekonomi-
indonesia-2020-bisa-minus-0-4-persen/5355838.html
5 https://www.cnbcindonesia.com/market/20200331091721-17-148640/ini-dampak-

mengerikan-covid-19-ke-industri-ri-thr-terancam

7
Hanan Nugroho

Bila dalam krisis sebelumnya, seperti krisis moneter 1998, UMKM di Indonesia dapat
dianggap sebagai “penyelamat” ekonomi (ketika sektor ekonomi formal besar
banyak yang ambruk), maka kebijakan seperti social distancing dan “bekerja dari
rumah” kali ini membuat UMKM mengalami banyak kesulitan, juga karena
terganggunya rantai pasokan yang berakibat menurunnya kegiatan. Banyak juga
kegiatan UMKM, di bidang makanan dan minuman misalnya, yang sangat
menggantungkan pada keberadaan masyarakat (anak sekolah, ASN, karyawan
kantor swasta, dsb) di luar rumah, sebagai konsumen utama produk-produk mereka.
Dikhawatirkan lumpuhnya beberapa UMKM dan industri menengah lainnya akan
memperbesar jumlah kemiskinan di Indonesia.
Upaya pemerintah menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar)
mengandung biaya yang besar pula untuk membiayai program-program seperti
jaring pengaman sosial (social safety net) untuk masyarakat miskin dan yang
mengalami kehilangan pekerjaan, dsb. Sementara dari sisi penerimaan jauh
berkurang, sisi pengeluaran APBN harus diubah untuk membiayai dampak Covid-19,
dengan anggaran yang sangat besar. 6 Namun demikian, jumlah anggaran itupun
dianggap oleh sebagian kalangan, KADIN misalnya, belum mencukupi untuk
membantu mengatasi krisis sebagai dampak pandemi Covid-19. 7
Korban pandemi Covid-19 di Indonesia tercatat 8.607 orang positip terkena, dan 720
jiwa meninggal (status 25 April 2020, Worldometer). Jumlah korban ini masih akan
terus bertambah, karena jumlah korban per harinya belum menunjukkan
penurunan.
Ekonomi Indonesia dalam tahun 2020 diperkirakan akan tumbuh antara 2,3 persen
hingga minus 0,4 persen. 8 Ini jauh di bawah sasaran pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 5,3 persen dalam APBN 2020. Namun perkiraan pertumbuhan
tersebut masih lebih baik daripada untuk sejumlah besar negara di dunia, dan masih
jauh di atas pertumbuhan ekonomi dunia seperti yang diperkirakan oleh IMF.
Moody memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih termasuk yang
terbaik di Asia Tenggara (Gambar 2.4.)

6
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200407140728-4-150314/penerimaan-keok-
pembiayaan-apbn-covid-19-capai-rp-1006-t
7
https://nasional.kontan.co.id/news/kadin-usul-dana-penanganan-corona-capai-rp-1600-
triliun-ini-kata-menko-airlangga
8
Opcit

8
Hanan Nugroho

Gambar 2.4. Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN


Pariwisata Indonesia, yang digadang-gadang menjadi penyumbang pendapatan
ekonomi terbesar kedua, dan program-program pengembangannya sedang
digalakkan oleh pemerintah, mengalami dampak yang parah akibat pandemi Covid-
19. Hotel-hotel berkurang penghuninya bahkan ditutup, berbagai atraksi wisata di
banyak tempat dibatalkan, tempat-tempat wisata diliburkan, pekerja wisata
mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja). “Dampak Covid-19 bagi pariwisata
jauh lebih parah dari Bom Bali 1 dan 2 maupun bencana alam lainnya.” 9
Dampak Covid-19 terhadap sektor transportasi juga sangat parah. KADIN
memprediksi angkutan barang telah mengalami penurunan 25-50%, angkutan
umum penumpang mencapai 75%, dan angkutan wisata bahkan mencapai 100%.
Penutupan jalur penerbangan yang dimulai dari/ke Cina, diikuti dengan ke Saudi
Arabia (yang selalu padat dengan jama’ah umrah) dan Korea Selatan, serta
berkurangnya penerbangan yang dilakukan masyarakat di dalam negeri (termasuk
oleh ASN- aparat sipil negara) telah membuat perusahaan penerbangan dan travel
agent kehilangan omset antara 25-50%. 10
Dampak pandemi Covid-19 terhadap industri energi sangat luas, tidak saja terhadap
permintaan (demand), harga, maupun pasokan (supply) yang sedang berlaku,
namun juga pengaruhnya hingga ke depan, menyangkut penundaan pembangunan
proyek-proyek yang akan dilakukan, keuangan perusahaan energi yang terganggu,

9 https://bali.bisnis.com/read/20200410/538/1225373/dampak-covid-19-bagi-pariwisata-
jauh-lebih-parah-dari-bom-bali
10 https://www.beritasatu.com/ekonomi/619131-pandemi-covid19-memukul-bisnis-di-

sektor-transportasi

9
Hanan Nugroho

dsb. Dampak ini menyangkut ke hampir semua jenis industri energi yang meliputi
minyak bumi, gas bumi, kelistrikan, batubara, energi terbarukan, dst. 11
Dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor energi, yang “terburuk” nampaknya
terhadap industri minyak bumi, yang mengalami penurunan permintaan serta harga
yang curam.12 Ini barangkali dapat dimengerti karena industri minyak bumi,
terutama faktor harganya, bersifat volatile, dipengaruhi oleh banyak hal non-teknis.
Namun kali ini dampak tersebut sangat ekstrim dibanding yang pernah dialami oleh
industri minyak bumi sebelumnya.
Kegiatan pertambangan menghasilkan berbagai ragam bahan tambang, yang
dibutuhkan untuk diolah lagi oleh sektor manufaktur menjadi aneka produk jadi siap
pakai, atau digunakan oleh sektor konstruksi dalam berbagai macam kegiatan
pembangunan fisik berupa gedung-gedung, jalan, infrastruktur transportasi, dll.
Dampak Covid-19 menjalar dari menurunnya kegiatan-kegiatan ekonomi ke
penurunan kegiatan manufaktur hingga penurunan permintaan akan bahan-bahan
yang berasal dari kegiatan pertambangan.
Pemerintah Indonesia telah menanggapi krisis pandemi Covid-19 dengan berbagai
program stimulus fiskal, termasuk merealokasi anggaran dalam APBN untuk
membiayai program jaringan pengaman kesehatan, jaringan pengaman sosial, dan
jaringan pengaman ekonomi.13

11 https://www.pv-magazine.com/2020/04/24/impact-of-covid-19-on-the-global-energy-
sector/
12 https://www.iea.org/articles/the-global-oil-industry-is-experiencing-shock-like-no-other-

in-its-history
13 Untuk detail mengenai kebijakan ekonomi, stimulus fiskal, dsb serta perkembangannya,

bisa dilihat di https://www.bi.go.id/en/iru/presentation/red/Default.aspx

10
Bab 3 Dampak terhadap Industri Minyak dan Gas Bumi

[BAB III]
[DAMPAK TERHADAP INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI]

11
Hanan Nugroho

3.1 Dampak terhadap Industri Minyak dan Gas Bumi Global


Jutaan orang sekarang diam di rumah, bekerja dari rumah, berbelanja dari rumah
(e-shopping), belajar di rumah, melakukan pertunjukan musik dari rumah, tidak
melakukan perjalanan ke luar kota di dalam negeri apalagi terbang ke luar negeri.
Kegiatan perkantoran, hotel, dan tempat konferensi berkurang, demikian pula
kegiatan-kegiatan di industri manufaktur dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Semua tadi bermakna permintaan BBM untuk transportasi (kendaraan pribadi,
penerbangan, dsb.) berkurang. Demikian pula permintaan di sektor industri, baik di
industri kecil menengah yang menggunakan BBM tidak banyak maupun di industri
besar yang lahap bahan bakar. Permintaan BBM di sektor transportasi khususnya
mengalami penurunan paling banyak. Lalulintas kendaraan pribadi di kota-kota
menurun drastis, penerbangan banyak yang dibatalkan.
Kebijakan lock-down, yang sangat membatasi pergerakan orang, dan dipraktekkan
untuk menangkal Covid-19 di banyak negara untuk milyaran rakyatnya, berdampak
langsung pada penurunan permintaan terhadap BBM. 14 Penerapan kebijakan lock-
down di negara besar seperti India mengakibatkan dampak terhadap penurunan
permintaan BBM lebih terasa. 15
Department of Energy (DOE), Amerika Serikat memperlihatkan penurunan
permintaan akan minyak bumi dunia (dan supply yang mengiringinya) sebagai
dampak dari Covid-19 akan seperti yang ditampakkan pada Gambar 3.1.16
Perkiraan DOE tersebut menunjukkan permintaan minyak mentah yang sudah mulai
terjadi pada quarter pertama tahun 2020, akan terus menurun hingga mencapai titik
terbawahnya pada akhir quarter ke-2, kemudian diperkirakan naik lagi secara
gradual dan mencapai titik keseimbangannya dengan pasokan (supply) minyak bumi
pada akhir quarter ke-3 tahun 2020. Dalam masa penurunan permintaan tersebut,
minyak yang dikonsumsi akan berkurang hingga lebih 10 juta barel per hari, atau
bahkan 15-20 juta barel per hari. Atau sekitar 20%-30% menurut beberapa analisis
yang lain. 17
Karena produksi minyak mentah tidak mungkin bisa diturunkan seketika, dalam
masa penurunan permintaan yang tajam tersebut akan terbentuk stock minyak
yang cukup besar, yang berpotensi membuat harga minyak turun. Kapasitas
penyimpanan minyak yang berada pada wilayah tertentu atau dikuasai perusahaan
tertentu bersifat terbatas, dan stock harus dipindahkan ke tempat lain. Ini juga

14
https://www.forbes.com/sites/gauravsharma/2020/03/26/global-oil-demand-could-fall-20-
with-billions-of-people-in-lockdown/#31abef4f5800
15 https://www.ndtv.com/business/coronavirus-covid-19-crisis-crude-oil-demand-slumps-

70-in-india-3rd-biggest-buyer-amid-lockdown-2208628
16 https://www.eia.gov/outlooks/steo/
17
https://www.forbes.com/sites/greatspeculations/2020/04/22/oil-prices-to-fall-further--
heres-why/#4ce7fa9b6138

12
Hanan Nugroho

persoalan karena di tempat lain storage untuk menyimpan minyak tersebut (baik
minyak mentah maupun produk minyak seperti BBM) juga sudah penuh.

Gambar 3.1. Perkembangan pasokan-permintaan minyak bumi dunia


Namun permasalahan dengan minyak (mentah dan BBM) bukan hanya
permintaannya yang menurun curam, tapi juga harganya yang jatuh, bahkan hingga
mencapai yang terendah yang pernah dialami oleh industri minyak dunia. Harga
minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) yang menjadi “benchmark” bagi
harga minyak di Amerika Utara, bahkan dijual di futures market dengan harga di
bawah US$ -36.67 untuk delivery bulan Mei 2020.18
Gambar 3.2. memperlihatkan perkembangan harga minyak mentah dunia, yang
diwakili oleh 3 minyak mentah acuan yang diperdaganggkan di bursa minyak, yaitu
WTI, Brent, dan “keranjang minyak” OPEC. Ketiganya menunjukkan penurunan yang
tajam sejak tahun 2019, dan WTI menukik tajam dalam bulan April 2020. 19

Walaupun harga minyak mentah dunia sering mengalami kenaikan dan penurunan,
bahkan dalam rentang yang besar (misalnya dari US$ 130 menjadi hanya US$ 40)
namun fenomena harga minyak yang dijual di bawah US$ 0 seperti dalam kasus WTI
adalah yang pertama kali terjadi. Nampak juga dalam gambar bahwa harga minyak

18
https://www.worldoil.com/news/2020/4/20/wti-crude-price-goes-negative-for-the-first-
time-in-history
19
https://www.statista.com/statistics/326017/weekly-crude-oil-prices/

13
Hanan Nugroho

sepanjang tahun 2020 terus meluncur turun. Harga minyak, yang dijual pada harga
Minus US$ 37,63 adalah fenomena baru yang sulit dipahami banyak pihak. 20

Gambar 3.2. Harga minyak mentah 12/19-04/20


Namun turunnya harga minyak bukan saja karena dampak Covid-19, tapi juga
didorong oleh “pertikaian” (conflict) dalam industri minyak sendiri. Pertikaian,
khususnya dalam kelompok produsen, diawali oleh Saudi Arabia dan Rusia,
menyangkut kesepakatan mengenai berapa jumlah minyak mentah yang
seharusnya diproduksi.
Sejak tahun 2014 produksi minyak dan gas shale Amerika Serikat terus membesar.
Namun produsen minyak lainnya di dunia terus memproduksi minyak sambil
“mengganggu” Amerika Serikat yang sedang berusaha meningkatkan
kemandiriannya dalam penyediaan energi melalui pelaksanaan proyek-proyek (oil
and gas) Shale Revolution. 21 Sebagai akibatnya harga minyak turun dari rata-rata
US$ 114 per barel pada tahun 2024 menjadi US$ 27 pada 2016, mengurangi
keekonomian dari proyek-proyek oil & gas shale.
September 2016, Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk bekerja sama mengelola harga
minyak, menciptakan aliansi informal OPEC dan produsen non-OPEC (dijuluki

20 https://www.npr.org/sections/coronavirus-live-updates/2020/04/20/838521862/free-
falling-oil-prices-keep-diving-as-demand-disappears
21 https://www.strausscenter.org/energy-and-security/the-u-s-shale-revolution.html

14
Hanan Nugroho

OPEC+). Pada Januari 2020, mengantisipasi dampak Covid-19, OPEC+ telah


memangkas produksi minyak sebesar 2,1 juta barel per hari, dengan Arab Saudi
melakukan pengurangan jumlah produksi yang terbesar. 22
OPEC kembali melakukan konferensi tingkat tinggi 5 Maret 2020, memutuskan
pengurangan produksi dengan tambahan 1,5 juta barel per hari, dan meminta Rusia
serta anggauta OPEC+ lainnya menta’ati keputusan pengurangan produksi tersebut.
Namun 6 Maret 2020, Rusia menolak keputusan tersebut. Pengumuman penolakan
Rusia itu disambut dengan penurunan harga minyak turun sekitar 10%. Tanggal 8
Maret 2020, Arab Saudi mengumumkan potongan harga sebesar US$ 6-8 per barel
untuk pelanggan di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. Pengumuman itu memicu
harga minyak terjun bebas.23
Dapat diringkas bahwa dalam kurun pandemi Covid-19 di tahun 2020 industri
minyak mengalami penurunan permintaan, penurunan harga, dan kelebihan
produksi (karena produksi tidak bisa seketika dihentikan meskipun harga minyak
sudah terlalu rendah).
Dari sisi produsen, harga
minyak mentah yang sangat
rendah itu tentu saja
mengecewakan mereka.
Beberapa perusahaan minyak
telah mengurangi kegiatan
eksplorasi, termasuk
membatalkan pengeboran
lapangan-lapangan minyak
baru. Menurut konsultan
Wood Mackenzie, dengan
harga minyak mentah Brent
US$ 25 per barel, sekitar 10
persen produksi minyak dunia
tidak mampu untuk membiayai
kegiatan produksinya yang
menjadi lebih mahal
dibandingkan harga minyak
yang dapat dijual. Di Amerika
Serikat, Whiting Petroleum
Corporation, yang

22 Peran yang Arab Saudi sering lakukan dalam OPEC. https://uk.reuters.com/article/uk-


oil-prices-kemp/column-saudi-arabia-resumes-familiar-role-as-swing-producer-
idUKKCN1QA1AO
23
https://en.wikipedia.org/wiki/2020_Russia%E2%80%93Saudi_Arabia_oil_price_war

15
Hanan Nugroho

memproduksi 120.000 barel per hari, adalah produsen pertama yang menyatakan
bangkrut (2 April 2020) sebagai akibat dari jatuhnya harga minyak. 24
Dikhawatirkan bahwa bangkrutnya produsen minyak yang sudah mulai terjadi
tersebut akan membawa efek Domino. “Pada tingkat harga US$ 30/barel, 170
perusahaan “cari-gali” (exploration & exploitation) minyak Amerika Serikat akan
bangkrut pada tahun 2021. Pada tingkat harga US$ 20/barel, jumlah perusahaan
seperti itu akan meningkat menjadi 393, dan pada tingkat harga US$ 10/barel,
jumlah perusahaan itu bertambah menjadi 730”. 25
Tidak hanya produsen minyak, pengilangan minyak (oil refinery) pun terpukul
karena turunnya harga minyak mentah kali ini. Biasanya, turunnya harga minyak
mentah akan memberikan kesempatan kepada kilang minyak untuk memperoleh
margin yang lebih besar karena harga BBM tidak segera turun dan permintaannya
tetap. Namun situasi kali ini berbeda. Harga minyak mentah turun dan permintaan
BBM juga turun.
Turunnya permintaan BBM telah mengakibatkan tekanan pada sistem inventory dan
distribusi BBM. Kilang termasuk kena imbasnya, jumlah BBM di storage bertambah
banyak dengan BBM yang telah mereka produksi dan harus didistribusikan. Banyak
perusahaan telah mempertimbangkan untuk mematikan (shut down) kilang minyak
yang dimiliki begitu tanki storage mulai penuh. Apalagi bila kilang minyak yang
dipunyai termasuk yang tidak efisien dan operasinya berbiaya mahal. 26
Keterbatasan storage dalam kondisi pasokan minyak melimpah mengakibatkan
penjual minyak dan BBM mencari alternatif penyimpanan yang lain, karena fasilitas
depo di darat, bahkan SPBU di darat penuh dengan stok minyak yang lambat
pengurangannya. Upaya mencari storage tersebut menemukan jalannya di
antaranya dengan fenomena “menumpuknya armada tanker dipenuhi minyak untuk
penyimpanan di selat Malaka mendekati Singapura.” 27
Sesungguhnya, penutupan atau pemberhentian operasi kilang minyak sebagai
dampak dari Covid-19 bukanlah baru sesuatu yang diteorikan, namun sudah terjadi.
“Come by Chance” adalah kilang minyak di Kanada yang telah menghentikan
operasinya bulan Maret lalu. Kapasitas Come by Chance 130.000 bph. Kilang
minyak Anonima Petroli Italiana (api) di Ancona, Italia adalah kilang minyak
pertama yang ditutup di Eropa, karena permintaan minyak yang anjlok disebabkan
pandemi Covid-19 dan kebijakan lock down pemerintah Italia yang sangat

24
Ibid.
25 Oil prices turned negative. Hundreds of US oil companies could go bankrupt.
https://edition.cnn.com/2020/04/20/business/oil-price-crash-bankruptcy/index.html
26 https://www.pwc.com/us/en/industries/energy-utilities-mining/library/covid-19-impact-

oil-refining-downstream-businesses.html
27
https://kabar24.bisnis.com/read/20200427/19/1233113/pasokan-minyak-melimpah-tanker-
minyak-padati-selat-singapura

16
Hanan Nugroho

membatasi gerak. Sejumlah kilang minyak lainnya lainnya di dunia, termasuk IOC
India, Phillips 66 dan PBF Energy di Amerika Serikat, serta beberapa unit di Brasil dan
Venezuela telah melakukan pemangkasan produksi. 28 Kilang minyak di Indonesia
juga telah melakukan hal ini.
Di samping minyak bumi, industri gas bumi juga terpengaruh oleh pandemi Covid-
19. Harga gas bumi, baik yang dijual dalam pipa-pipa transmisi maupun sebagai LNG
(liquefied natural gas) seringkali dikaitkan dengan harga minyak (dalam Gas Sales &
Purchase Agreement yang disusun antara produsen dan offtaker gas bumi),
terutama untuk perjanjian jual-beli di masa yang agak lalu (namun masih berlaku
hingga sekarang). Ini berarti kecenderungan global turunnya harga minyak bumi
berdampak pula pada turunnya harga gas bumi secara global.
Covid-19 mengakibatkan permintaan akan minyak bumi turun dengan tajam, namun
tidak parah terhadap permintaan gas bumi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, pemakaian BBM yang menurun sangat tajam adalah untuk kegiatan
transportasi (gasoline, diesel oil untuk kendaraan penumpang, avtur untuk mesin
pesawat terbang) sementara pemakaian gas bumi untuk transportasi sangat kecil
dibandingkan dengan BBM. Sebaliknya pemakaian gas bumi untuk rumah tangga
(untuk memasak maupun pemanasan/ heating) lebih besar dibandingkan
pemakaian BBM, sementara dalam masa social distancing atau lock-down,
pemakaian gas bumi di rumah tangga meningkat. Kedua, karena untuk
menghentikan kegiatan produksi maupun distribusi gas bumi adalah tidak semudah
melakukan hal-hal itu untuk minyak bumi. Penyaluran gas bumi membutuhkan
infrastruktur khusus (pipa, kapal LNG, dsb.) yang tidak fleksibel dibandingkan
transportasi minyak mentah maupun BBM yang lebih mudah dilakukan. Ketiga,
dalam Gas Sales & Purchase Agreement lazimnya ada kesepakatan mengenai TOP
(take or pay): konsumen akan tetap mendapatkan kiriman gas buminya, atau harus
tetap membayarnya meskipun gasnya tidak dikirimkan. 29
Gambar 3.3. menunjukkan penurunan harga gas bumi dan harga minyak bumi
dalam tahun 2020 terkait pandemi Covid-19. Tampak bahwa penurunan harga gas
bumi tidak securam penurunan harga minyak bumi.

28 https://www.reuters.com/article/us-refinery-operations-come-by-chance/come-by-
chance-becomes-first-north-american-refinery-to-close-on-coronavirus-concerns-
idUSKBN21H27F
29
Buku Hanan Nugroho, “Pemikiran mengenai pembangunan industry gas bumi Indonesia”
(IDEE, 2018) memberikan gambaran cukup terpadu mengenai aspek teknologi, ekonomi
dan kebijakan industri gas bumi.

17
Hanan Nugroho

Gambar 3.3. Perkembangan harga minyak bumi dan gas bumi sebagai dampak Covid-19

3.2. Dampak terhadap Industri Minyak Bumi Indonesia


Dampak Covid-19 terhadap industri dan minyak dan gas bumi global seperti yang
diuraikan sebelumnya juga berlaku di Indonesia, namun dalam porsi yang lebih kecil
dan belum menyangkut semua aspek.
Sebagai dampak
Covid-19, yang
diikuti dengan
penerapan
kebijakan PSBB
(pembatasan
sosial skala
besar) yang
makin luas di
berbagai daerah
di Indonesia,
perjalanan yang
dilakukan
masyarakat
menurun drastis.
Akibatnya, permintaan terhadap BBM di Tanah Air turun hingga 35%, dengan avtur

18
Hanan Nugroho

mengalami penurunan tertinggi, yakni 45%. Ini adalah penurunan permintaan BBM
hingga mencapai titik terendah sepanjang sejarah perminyakan Indonesia. 30
Pariwisata dan transportasi adalah sektor yang terpukul paling parah sebagai
dampak pandemi Covid-19 di Indonesia. Makna permintaan akan BBM bersifat
derived demand, atau turunan dari permintaan dari kegiatan lain mudah dipahami
di sini. Lumpuhnya sektor pariwisata dan transportasi melumpuhkan permintaan
akan BBM di Indonesia.
Produksi minyak dan gas bumi dalam kuartal pertama 2020 masih berlangsung baik,
sasaran produksi minyak dan gas bumi untuk kurun waktu tersebut relatif dapat
dicapai. Pada kuartal I 2020, lifting minyak dan gas bumi nasional mencapai 1,749
juta setara barel minyak per hari (sbmph) atau 90,4% dari target lifting nasional
sebesar 1,946 sbmph. Untuk minyak bumi, produksi tercatat 701 ribu barel per hari
(bph) atau 93% dari target APBN, 755 bph. Sementara lifting gas bumi adalah 5,86
juta standar kaki kubik per hari (skkph) atau 88% dari target APBN sebesar 6,67
skkph. 31, 32
Namun, produksi minyak dan gas bumi pada kuartal selanjutnya tidak dijamin akan
memenuhi sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam RPJMN/APBN. Perlu
dilakukan evaluasi terhadap program kerja, karena kegiatan produksi ke depan
menghadapi berbagai persoalan. “Selain transportasi material lebih lama,
khususnya pengiriman material dari luar negeri, mobilisasi pekerja ke lokasi lebih
sulit karena perizinan, karantina, dan potesni over-stay; kegiatan manufaktur
peralatan migas untuk proyek tertunda atau lebih lama, persetujuan pengurusan
perijinan lebih lama, serta produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih
rendah.” 33 Selanjutnya, dampak dari pandemi Covid-19 ke industri hulu migas di
Indonesia bahkan telah sampai pada beberapa perusahaan migas mengajukan force
majeure untuk kegiatan eksplorasi maupun produksi mereka. 34
Produksi minyak mentah Indonesia belakangan pada kisaran sedikit di atas 700.000
barel per hari sebenarnya sudah jauh lebih rendah dibandingkan ketika mencapai
puncaknya pada tahun 1977 dengan produksi 1,7 juta bph – ketika permintaan BBM
di dalam negeri pun masih sangat rendah. Namun, hinggga kini pemerintah masih
mengandalkan pendapatan dari minyak bumi, dan menjadikan jumlah produksi dan
harga minyak bumi Indonesia sebagai acuan dalam pembuatan APBN. Penurunan

30 https://bisnis.tempo.co/read/1334551/dirut-pertamina-permintaan-bbm-nasional-turun-
hingga-349-persen
31 https://www.industry.co.id/read/64848/dampak-covid-19-lifting-migas-di-q1-kurang-

nendang-capai-1749-juta-barel-ekuivalen-perhari
32 https://ekonomi.bisnis.com/read/20200416/44/1228242/lifting-migas-kuartal-i2020-

capai-90-persen
33 https://petrominer.com/imbas-pademi-covid-19-proyek-migas-bakal-dievaluasi/
34 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200413124255-4-151496/dampak-corona-

kontraktor-migas-ri-mulai-ajukan-force-majeure

19
Hanan Nugroho

produksi dan penurunan harga minyak masih memberikan dampak yang significant
terhadap profil APBN. 35
Gap antara penurunan produksi minyak di dalam negeri dengan peningkatan
konsumsi yang sudah terjadi selama ini di atasi dengan memperbesar impor, baik
minyak mentah maupun produk-produk BBM. Terus membesarnya impor minyak
(di samping melemahnya kurs mata uang rupiah dibanding dolar) terus
memperbesar defisit neraca pembayaran Indonesia. Impor masih terus membesar
karena “pemerintah memperluas pasar BBM Premium menjadi BBM penugasan di
Jawa, Madura, dan Bali sekaligus menambah kuota Premium pada 2018. Konsumsi
BBM pada 2018 mendadak naik 13,5 persen, mencapai 80,5 juta kiloliter. Padahal,
selama 2010-2017, konsumsi BBM nasional tidak tumbuh, rata-rata bertengger di
sekitar 70 juta kiloliter.” 36
Sejak 2008 Indonesia sebenarnya sudah mulai upaya mengembangkan bahan bakar
nabati dari kelapa sawit yang dikenal dengan program Biodiesel (B-S, dimana S
menunjukkan kadar biodesel yang dicampurkan dengan minyak solar). 37 Target
volume maupun kandungan biodiesel (yang dihasilkan sebagai FAME: Fatty Acid
Methyl Esters) dalam campuran biodiesel-solar terus ditingkatkan berdasarkan
mandatory yang ditetapkan pemerintah, terakhir yang telah diterapkan adalah
program B-20.
Salah satu manfaat atau tujuan dari program bio-diesel adalah menurunkan impor
solar. “Saat ini terdapat 25 BU BBN yang aktif berproduksi dengan total kapasitas
terpasang sebesar 12,06 juta KL/tahun. Pemanfaatan biodiesel tahun 2018 sebesar
3,75 juta KL dalam negeri telah berhasil menurunkan impor solar sebesar 466.902
KL dan menghemat devisa sebesar US$1,89 Miliar USD atau Rp 26,27 Triliun.
Pemanfaatan biodiesel tahun 2018 juga telah berhasil menurunkan emisi 5,61 juta
ton CO2.38
Walaupun impor solar telah menurun, bahkan terakhir sudah tidak perlu melakukan
impor solar (dan avtur), namun impor gasoline masih tinggi. Penurunan impor juga
dicapai karena diterapkannya kebijakan pemerintah kepada Kontraktor Kerja Sama
asing untuk menjual sebagian produksinya kepada Pertamina untuk diolah di kilang
minyak Pertamina di dalam negeri. 39

35 Untuk yang ingin mendalami APBN, silakan periksa


https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/uu-apbn-dan-nota-keuangan/
36 https://kolom.tempo.co/read/1278906/menekan-defisit-neraca-minyak/full&view=ok
37 Indonesia adalah produsen CPO (crude palm oil) terbesar di dunia dengan luas perkebunan

kelapa sawit yang terluas di dunia. Ekspor CPO Indonesia adalah penyumbang ekspor terbesar
dari sektor pertanian, dan penyumbang terbesar kedua setelah pertambangan (termasuk
migas).
38
http://ebtke.esdm.go.id/post/2019/12/19/2434/faq.program.mandatori.biodiesel.30.b30
39
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191212172219-4-122661/setop-impor-solar-
avtur-pertamina-bantu-cad-ri-rp-927-t

20
Hanan Nugroho

Tidak hanya di sektor hulu dampak berantai Covid-19 mulai dirasakan. Di sisi hilir
atau “tengah” (mid-downstream), kegiatan pengilangan minyak sudah mulai
terpengaruh. Pertamina mulai menghentikan kegiatan kilang minyak, dengan
kapasitas dan jumlah unit yang dapat semakin besar nantinya. Penghentian
dilakukan pada Kilang Sungai Pakning dan Kilang Balikpapan untuk crude distillation
unit (CDU) secara bergantian, sementara kilang Plaju mulai mengurangi produksi
secara bertahap. 40
Pengurangan kegiatan atau bahkan penghentian operasi kilang dapat terus
berlangsung bila kebijakan PSBB terus dilanjutkan karena pandemi Covid-19 belum
kunjung usai. Storage di kilang, depo avtur dekat bandara, dan SPBU di mana-mana
masih penuh dengan BBM. Kemana produk kilang harus disalurkan kalau kilang
harus terus beroperasi?
Dalam APBN 2020 harga minyak mentah diasumsikan US$ 63 per barel.
Kenyataannya, Indonesian Crude Price (ICP) telah jatuh jauh di bawah angka asumsi
APBN. Mengacu Tim Harga Minyak Indonesia, harga ICP Maret 2020 terjun bebas
sekitar 40 persen menjadi US$ 34,23/barel, atau anjlok US$ 22,38/barel
dibandingkan bulan sebelumnya US$ 56,61/barel. 41 Jelas bahwa penurunan
volume produksi serta penurunan harga minyak akan berbayang-bayang suram
pada sisi penerimaan migas dalam APBN 2020.
Meskipun di banyak negara harga BBM telah turun karena pengaruh pandemi Covid-
19 dan pertikaian produksi minyak antara Saudi Arabia dan Rusia,42 namun sampai
sa’at ini harga BBM yang dijual Pertamina ke konsumen di SPBU (stasiun pengisian
bahan-bakar umum) belum mengalami perubahan, atau belum diturunkan.
Pertamina memberikan diskon 50 persen secara terbatas hanya untuk pengemudi
ojeg online. 43
Ada pula rencana Pertamina memberikan diskon 30% harga BBM kepada masyarat
untuk pembelian selama bulan Ramadhan 2020.44
Perusahaan penjual BBM lainnya seperti Shell di Indonesia juga belum menurunkan
harga eceran penjualan BBM mereka. Sebagai perbandingan, sejak pandemi Covid-

40
https://bisnis.tempo.co/read/1333038/konsumsi-bbm-turun-pertamina-hentikan-
operasional-kilang
41
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200416095808-17-152298/harga-minyak-ri-
ambles-di-maret-akankah-april-terjun-lagi
42
https://www.americanexperiment.org/2020/03/gas-prices-will-soon-be-under-1-as-a-
result-of-covid-19-lockdowns-saudi-and-russian-price-war/
43
https://gridmotor.motorplus-online.com/read/292122821/dpr-geger-artis-mulan-jameela-
semprot-kebijakan-ahok-yang-berikan-diskon-bbm-50-untuk-para-driver-ojek-
online?page=all
44
https://finance.detik.com/energi/d-4998065/selama-ramadhan-harga-bbm-pertamina-
diskon-30

21
Hanan Nugroho

19 merebak, di Malaysia telah terjadi beberapa kali penurunan harga BBM,45


menjadikan negara itu memiliki harga jual BBM yang terendah se negara-negara
ASEAN.46
Tidak diturunkannya harga penjualan BBM tentu saja tidak langsung berarti
“kenaikan pendapatan” bagi perusahaan penjual BBM (dalam kasus Indonesia
adalah Pertamina sebagai pemain utama), karena pada sa’at yang sama juga terjadi
penurunan volume penjualan yang cukup besar, dan di samping itu perusahaan juga
tetap harus memelihara asset dari kegiatan-kegiatan di sisi hulu dan refining yang
produktivitasnya merosot. Namun, untuk menjawab tuntutan sebagian masyarakat
yang menginginkan penurunan harga BBM, soal transparansi mengenai pendapatan
maupun biaya-biaya yang terjadi pada BUMN minyak negara sebagai dampak dari
pandemi Covid-19 perlu dikedepankan kepada masyarakat luas.

45
https://industri.kontan.co.id/news/harga-bbm-di-malaysia-sudah-turun-lima-kali-dalam-
sebulan-indonesia-kapan
46
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200419192519-4-152965/ribut-soal-harga-bbm-
bensin-ri-ternyata-masih-murah-di-asean

22
Bab 4 Dampak terhadap Industri Pertambangan

[BAB IV]
[DAMPAK TERHADAP INDUSTRI PERTAMBANGAN]

23
Hanan Nugroho

4.1. Industri Pertambangan47


Pertambangan adalah kegiatan yang
telah lama umat manusia
melakukannya, sejak periode pra
sejarah dimana manusia purba
menambang bebatuan hingga bahan
logam, melewati zaman pertengahan
ketika manusia menciptakan
peralatan dari perunggu, hingga
pemanfaatan bahan-bahan tambang
ke dalam ribuan macam pemakaian di
zaman modern.
Penambangan adalah ekstraksi bahan
tambang atau bahan geologi lainnya
dari dalam bumi, untuk dimanfaatkan
bagi macam-macam kebutuhan
manusia. Berbeda dengan bahan-
bahan dari pertanian yang bersifat
dapat diperbarui (renewable), hampir semua bahan tambang tidak dapat
diperbarui, namun sebagian (khususnya logam) dapat didaur ulang (recycled).
Proses penambangan modern melibatkan pencarian calon bijih, analisis potensi
keuntungan dari calon tambang, eksploitasi dari bahan tambang, dan reklamasi
pasca penambangan. Berbagai komoditas yang dihasilkan dari pertambangan (dan
yang sebagiannya melalui pemrosesan atau peleburan terlebih dahulu sebelum
dapat dipakai) dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan. Pertambangan telah
membangun peradaban manusia sejak zaman purba. Di zaman modern, industri
pertambangan (termasuk energi seperti minyak dan gas bumi) adalah industri yang
mengandung nilai perdagangan dan ekonomi sangat besar, yang mempengaruhi
hajat hidup orang banyak di berbagai belahan bumi.
Aluminium, besi, tembaga, dan nikel misalnya adalah bahan-bahan logam yang
digunakan dalam industri konstruksi, mesin-mesin, dan pembangunan berbagai
macam fasilitas infrastruktur darat, laut, maupun udara. Bahan logam seperti emas
dan perak (precious metals) digunakan sebagai perhiasan atau bahkan peralatan
rumah tangga (misalnya peralatan makan) keluarga kelas atas, dsb. Berbagai
mineral industri seperti sulfur, fospat, bentonit, feldspar, kaolin, zeolit, tras, pasir
kuarsa, dsb. bermanfaat untuk bahan bangunan, obat-obatan, bahan baku atau
campuran untuk macam-macam industri, dst. Minyak bumi, gas bumi, batubara

47
Uraian dalam bab ini lebih didasarkan pada catatan penulis ketika pernah mengikuti kelas-
kelas economic of non-fuel minerals serta energy economics.

24
Hanan Nugroho

adalah produk pertambangan yang banyak dimanfaatkan sebagai energi/bahan


bakar.
Selain yang telah disebutkan di atas dapat ditambahkan bahan tambang lainnya
seperti uranium (tambang radioaktif) yang digunakan untuk bahan bakar PLTN
(pembangkit listrik tenaga nuklir), berbagai macam logam mulia (precious metals)
yang digunakan sebagai perhiasan, maupun rare earth mineral (logam tanah jarang)
yang dimanfaatkan dalam banyak aplikasi dunia modern, seperti untuk memori
komputer, batere isi ulang, maupun untuk peralatan avionic pesawat terbang.
Pertambangan, terutama untuk mineral logam, dilakukan lazimnya di lokasi-lokasi
yang jauh dari perkotaan, belum/tidak terhubung dengan infrastruktur transportasi
yang prima. Kegiatan pertambangan dilakukan di atas permukaan tanah (surfaces,
open pit) dengan peledakan bukit-bukit bebatuan dan penggunaan mesin-mesin
pengupas (bulldozer dan bucket wheel excavator, misalnya) maupun juga di bawah
tanah (undergound mining), terutama ketika penambangan di atas tanah sudah
tidak ekonomis lagi. Pertambangan bahkan juga dilakukan di lepas pantai bahkan
bawah laut, terutama untuk pertambangan minyak dan gas bumi. Selain umur
penambangan, variasi teknik penambangan juga tergantung pada jenis bahan
tambang yang diambil.
Lokasi penambangan terletak di
wilayah/negara yang memiliki cadangan
bahan-bahan tambang yang tersebar tidak
merata di dunia, misalnya Guinea memiliki
bauksit, Chile memiliki tembaga, Afrika
Selatan memiliki batubara, Cina memiliki
berbagai macam logam tanah jarang,
Indonesia memiliki nikel, batubara, timah,
bauksit, dst. Ada sejumlah negara yang
memiliki banyak cadangan bahan-bahan
tambang beraneka (resources-rich) seperti
Indonesia, banyak pula negara yang
kekayaan cadangan bahan-bahan
tambangnya sedikit (resources poor),
misalnya negara-negara industri di Asia
Tiur. Di dalam suatu negara pun cadangan
bahan-bahan tambang itu tersebar tidak
merata.
Sebagian bahan tambang, setelah ditambang dan diproses sederhana setempat,
seringkali harus melintasi perjalanan lintas dunia untuk diproses lanjut, sebelum
kemudian dikirim ke berbagai tempat lagi untuk dipakai. Sebagai contoh bauksit
ditambang di Australia, diubah menjadi alumina di lokasi yang dekat pertambangan,
kemudian dikirim ke Cina dan dilebur menjadi aluminum di smelter di Cina yang

25
Hanan Nugroho

kapasitasnya sangat besar. Bijih tembaga digali di Gunung Erstberg di Papua,


dihancurkan dan dihaluskan menjadi konsentrat tembaga (berisi pula kandungan
perak dan emas) kemudian dikirimkan untuk dilebur di Jepang dengan teknologi
Mitsubishi, dst.
Skala kegiatan pertambangan mulai dari yang kecil (berbagai macam mineral
konstruksi dan industri, misalnya) hingga yang ber-skala raksasa, membutuhkan
investasi di atas Rp. 100 trilyun untuk investasinya, misalnya untuk penambangan
bahan-bahan logam dan energi. Investasi jangka panjang di pertambangan skala
besar menghadapi resiko harga jual produk yang berfluktuasi, kemungkinan gejolak
politik di host country, bahkan ketidakcukupan cadangan yang tidak diperkirakan
semula.
Pelaku kegiatan pertambangan pun sangat bervariasi, mulai dari masyarakat lokal
yang secara tradisional melakukan kegiatan-kegiatan pertambangan rakyat dan
skala kecil (artisanal & small-scale mining), BUMN yang mendominasi pengelolaan
tambang tertentu di suatu negara tertentu, hingga perusahaan-perusahaan
multinasional yang melakukan kegiatan pertambangan di semua benua di dunia.
Perusahaan raksasa yang menguasai rantai kegiatan pertambangan dunia tersebut
tidak banyak jumlahnya (misalnya Rio Tinto, BHP Billiton, Vale, dst.) namun
seringkali memiliki pengaruh sosial-politik di negara tempatnya beroperasi,
khususnya di under-developed country.
Perusahaan pertambangan, terlebih “pertambangan bahan bakar” (fuel minerals)
adalah perusahaan-perusahaan yang ‘kaya’ dengan nilai kapitalisasi pasar yang
sangat besar, masuk dalam jajaran perusahaan Fortune-500. Ini dapat dimaklumi
karena minyak bumi, gas bumi atau bahkan batubara dikonsumsi setiap hari,
dibutuhkan dalam jumlah banyak di hampir semua tempat di dunia. Namun
demikian, perusahaan pertambangan non-fuel mineral, seperti yang bergerak di
penambangan (dan penjualan) bahan-bahan logam (metal) juga memiliki nilai
kapitalisasi pasar yang besar. Tabel 1. menunjukkan hal ini. 48

48
https://www.fool.com/investing/2019/10/12/the-10-biggest-mining-stocks.aspx

26
Hanan Nugroho

Tabel 1 Nilai kapitalisasi pasar 10 perusahaan tambang terbesar

Company Market Capitalization Commodities Produced

Copper, iron ore, coal, nickel, zinc, oil, and


BHP Group (NYSE:BHP) $129 billion
natural gas

Aluminum, iron ore, copper, diamonds,


Rio Tinto (NYSE:RIO) $89.2 billion
uranium, and several minerals

Iron ore, copper, nickel, coal, and


Vale (NYSE:VALE) $59.4 billion
manganese

Glencore (OTC:GLCNF) $43.5 billion Coal, copper, nickel, and zinc


China Shenhua
$40.9 billion Coal
Energy (OTC:CSUAY)
Nickel, palladium, copper, platinum, and
MMC Norilsk Nickel (OTC:NILSY) $39.6 billion
rhodium

Newmont Goldcorp (NYSE:NEM) $32.7 billion Gold

Anglo Diamonds, copper, coal, iron ore, platinum


$32.4 billion
American (OTC:NGLOY) (LSE:AAL) group metals, nickel, and manganese

Barrick Gold (NYSE:GOLD) $32.3 billion Gold and copper

Grupo Mexico (OTC:GMBXF) $18.6 billion Copper

4.2 Dampak Covid-19 terhadap industri pertambangan global


Work from home, social distancing, lock-down, PSBB, kebijakan yang diterapkan
pemerintah untuk membatasi/mencegah penyebaran pandemi Covid-19
berpengaruh besar terhadap industri pertambangan. Kegiatan industri
pertambangan sebagian besar dilakukan di lapangan, di lokasi-lokasi tambang yang
berada di tempat yang terpencil (remote). Kebijakan terkait Covid-19 tersebut
membatasi pelaksanaan banyak kegiatan oleh tenaga kerja pertambangan di
lapangan, termasuk sekedar kehadiran mereka di sana.
Sebagian besar (sekitar 90 persen) kegiatan penambangan emas dilakukan oleh
penambang tradisional atau rakyat di sekitar daerah pertambangan atau sungai
yang tanah di bawahnya mengandung emas. Penambang rakyat dengan operasi
skala kecil menggunakan peralatan sederhana tersebut (yang dioperasikan dengan
tangan saja atau secara manual) menyumbang sekitar 20% dari produksi emas,
sekitar 20% produksi intan, dan 80% produksi safir dunia. Mereka melakukan
kegiatan di sekitar 80 negara berkembang di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan
Oseania. Jumlah rakyat penambang tersebut cukup besar, sekitar 100 juta di

27
Hanan Nugroho

seluruh dunia, sangat besar dibandingkan dengan 7 juta orang yang bekerja di
pertambangan formal, “modern.” 49
Pertambangan rakyat ini tak hanya dilakukan kaum laki-laki, tapi sering pula wanita,
bahkan anak-anak. Keberadaan kaum wanita di usaha pertambangan rakyat
mencapai sekitar 30% dari jumlah tenaga kerja total, bekerja tidak hanya di sektor
pelayanan, tapi juga di kegiatan penambangan sesungguhnya. Keberadaan wanita
di usaha pertambangan rakyat ini menghadapi banyak tantangan. 50
Seringkali bahwa kegiatan pertambangan skala kecil oleh rakyat juga merupakan
bagian dari dari rantai pasok (supply chain) industri pertambangan besar, misalnya
dengan mereka memasok produksi ke perusahaan yang memiliki license atau Izin
Usaha Pertambangan dari pemerintah dan secara formal menguasai wilayah
pertambangan tertentu. Hal ini tidak saja berlaku untuk komoditas emas, tapi juga
berbagai bahan tambang lainnya seperti timah, nikel, dan berbagai bahan mineral
industri, dsb.
Pertambangan rakyat atau skala kecil banyak yang tidak/ belum menerapkan
prinsip-prinsip “praktek penambangan yang baik” (good mining practices) dalam hal
keselamatan/ keamanan (safety, termasuk pengggunaan Alat Pelindung Diri dalam
pekerjaan) maupun pemeliharaan lingkungan bahkan dalam menjalankan operasi
penambangannya. Misalnya dengan masih meluasnya penggunaan air raksa
(mercury) dalam kegiatan ekstraksi emas oleh pertambangan rakyat skala kecil.
Praktek yang membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan ini masih tersebar
paling tidak di 70 negara. 51
Di Indonesia kegiatan pertambangan tradisional yang dilakukan rakyat dengan
peralatan sederhana tidak terikat dengan perizinan formal dan seringkali “liar”
diberi nama dengan kegiatan PETI (Pertambangan Tanpa Izin).52 Mereka tersebar di
se antero Nusantara.
Datangnya pandemi Covid-19 memperburuk situasi yang dihadapi rakyat
penambang skala kecil yang dalam kondisi “normal” pun kondisi lingkungan
pekerjaannya tidak cukup sehat, berpotensi menyebabkan dan menyebarkan
penyakit. Meskipun mereka para penambang bekerja untuk mengasilkan emas
(yang nilai jualnya tinggi) namun kehidupan mereka pada umumnya subsistence

49
https://www.worldbank.org/en/topic/extractiveindustries/brief/artisanal-and-small-scale-
mining
50
https://www.iisd.org/sites/default/files/publications/igf-women-asm-challenges-
opportunities-participation.pdf
51
https://www.thegef.org/news/making-mercury-history-artisanal-small-scale-gold-mining-
sector
52
https://www.mongabay.co.id/2018/05/22/wilayah-pertambangan-rakyat-digadang-jalan-
keluar-peti-nyatanya/

28
Hanan Nugroho

secara ekonomi, sementara dari sisi pendidikan, para rakyat penambang tersebut
tidak berkesempatan mencapai pendidikan tinggi.
Pada saat ini analisis ini dibuat (28 April 2020) Covid-19 di Indonesia telah
mengakibatkan 3 juta korban terinfeksi dan sekitar 212 ribu korban meninggal.
Pandemi Covid-19 telah menghasilkan krisis kesehatan masyarakat yang belum
pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai kebijakan yang diambil
untuk menahan penyebaran Covid-19 telah menghentikan kegiatan penambangan
beberapa bahan tambang, menurunkan produksi barang-barang manufaktur dan
penyediaan layanan, menciptakan gangguan rantai pasokan, memicu penurunan
konsumsi yang signifikan, dan menyebabkan kelumpuhan ekonomi.
Data tidak menunjukkan secara persis seberapa banyak korban yang berasal dari
sektor pertambangan, namun yang pasti Covid-19 telah membuat rentan kehidupan
rakyat penambang informal skala kecil karena tidak bisa bekerja menghasilkan
pendapatan, tidak mendapat bantuan yang memadai dari pemerintah, dan tidak
tahu kapan pandemi ini akan berakhir.
Bagi pertambangan modern, skala besar, kebijakan social distancing, lock-down,
dsb. bermakna perlahankan kegiatan atau “tunggu petunjuk lebih lanjut”. Bisa juga
bermakna “tutup atau hentikan kegiatan sementara”.
Sebagai dampak Covid-19, Alta Zinc telah menghentikan produksi di proyek
terbesarnya di Italia utara. Rio Tinto menghentikan operasi yang tidak penting di
Mongolia setelah terdiagnosa adanya korban Covid-19 pertama di negara tersebut.
Anglo American memulangkan sebagian besar dari 10.000 tenaga kerja konstruksi
di proyek tembaga di Peru, sementara perusahaan tambang lainnya (Pan American
Silver dan Newmont), harus menghentikan operasi, memperlambat pekerjaan pada
proyek tembaga utama Anglo American. 21 hari lock down di Afrika Selatan telah
menghentikan banyak kegiatan pertambangan lokal. Bahkan dimana penghentian
tidak terjadi, pembatasan pergerakan orang dan barang mengakibatkan banyak
penundaan pekerjaan pertambangan. Di Afrika Selatan, ini diperburuk oleh fakta
bahwa tenaga kerja pertambangan tidak menetap lama di lokasi pertambangan, tapi
sering melakukan perjalanan dari Lesotho, Mozambik dan Tanjung Timur ke
pertambangan emas dan platinum di negara itu. 53
BIla secara umum dampak Covid-19 terhadap industri pertambangan adalah
menurunkan produksi, dampak yang lain adalah menurunkan harga komoditas
pertambangan (dengan sedikit pengecualian). Bilamana harga dari pertambangan
mineral industri atau yang dihasilkan dari pertambangan skala kecil hanya berlaku
lokal dengan pencatatan terbatas, komoditas seperti logam diperdagangkan secara
internasional di bursa perdagangan seperti di LME (London Metal Exchange) atau

53
https://www.miningreview.com/investment/the-impact-of-covid-19-on-the-global-mining-
sector/

29
Hanan Nugroho

emas dan perak diperdagangkan di LBMA (London Bullion Market Association)


dengan pencatatan yang rapi.
Tabel 2. memperlihatkan perkembangan harga logam yang diringkaskan dari
beberapa bursa perdagangan logam. Dampak Covid-19 tampak terlihat dari
perkembangan harga-harga tersebut. 54
Tampak dalam tabel bahwa sebagian besar komoditas logam seperti tembaga, nikel,
seng, perak dan platinum mengalami penurunan harga yang cukup besar.
Sementara itu emas, uranium, palladium dan rhodium mengalami kenaikan harga.
Palladium dan rhodium masih digunakan secara terbatas, uranium menjadi bahan
bakar pembangkit listrik tenaga nuklir, juga digunakan secara terbatas.
Di antara logam-logam yang lain yang pemakaiannya cukup besar, hanya emas yang
mengalami kenaikan harga. Emas adalah pilihan untuk mengamankan daya beli
(purchasing power) di kala ekonomi mengalami krisis. Mengamankan daya beli ke
depan dengan menyimpan atau membeli emas sudah dipraktekkan sejak zaman
sebelum Masehi, dan tetap terbukti sampai kini. Ini menjelaskan mengapa di kala
harga logam-logam lain jatuh, harga emas malah naik. 55
Tabel 2 Perkembangan harga logam di bursa logam

54
https://www.spglobal.com/marketintelligence/en/news-insights/research/covid-19-
impacts-to-metals-prices-volatility-is-here-to-stay-part-2
55
https://www.muenzeoesterreich.at/eng/discover/for-investors/gold-in-times-of-crisis

30
Hanan Nugroho

4.3 Covid-19 dan Industri Pertambangan Indonesia


Dampak Covid-19 terhadap industri pertambangan di Indonesia bervariasi, baik
terhadap produksi, pelaksanaan kegiatan proyek, pemanfaatan karyawan,
kerentanan sosial-ekonomi wilayah di sekitar tambang, dan sebagainya.
Penerapan kebijakan social distancing misalnya, telah membuat sejumlah
perusahaan tambang di beberapa daerah, seperti Kalimantan Timur mengurangi
pekerjaan di lapangan pertambangan dan merumahkan sejumlah karyawan
mereka, namun masih tetap digaji. Perusahaan merumahkan mereka karena
volume pekerjaan yang berkurang, akibat permintaan yang berkurang. “Bila
pandemi berkelanjutan, bisa saja ribuan pekerja yang dirumahkan itu nantinya di-
PHK” 56
Di negara kepulauan Indonesia,
kegiatan pertambangan liar atau
informal yang dilakukan rakyat
penambang baik yang lokal
maupun datang dari berbagai
daerah itu dinamakan dengan PETI
(Pertambangan Tanpa Izin). Secara
tradisional masyarakat di beberapa
daerah di pulau-pulau di Indonesia
telah melakukan kegiatan
pertambangan secara sederhana,
tanpa izin formal dari pemerintah
tersebut sebagai mata pencaharian
mereka turun temurun. Ditaksir
bahwa jumlah mereka di seluruh
Indonesia mencapai 1 juta orang.
Kegiatan PETI di Indonesia tersebar
di banyak tempat, baik yang berada
di sekitar wilayah pertambangan
berizin, maupun yang melakukan kegiatan mereka secara mandiri di wilayah yang
tak bersinggungan langsung dengan Wilayah Kerja Pertambangan resmi. Bahan
tambang yang mereka ambil antara lain emas (di Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan), timah (di Bangka, Belitung,
Singkep), batubara (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), dan ada pula intan.
Sebagian besar kegiatan PETI adalah untuk penambangan emas.

56
https://www.korankaltim.com/berita-terkini/read/30047/dampak-covid-19-1184-pekerja-
tambang-dan-perkebunan-sawit-dirumahkan

31
Hanan Nugroho

Meskipun bukan merupakan data yang terbaru, Gambar 4.1. memperlihatkan pola
penyebaran kegiatan PETI di Indonesia, lokasi serta jumlah tambangnya. 57

Gambar 4.1. Sebaran kegiatan PETI di Indonesia


Kegiatan PETI
sering berkaitan
dengan krisis
ekonomi. Ketika
terjadi krisis
ekonomi, kegiatan
PETI merebak; para
“gurandil”
(penambang emas
liar) mendatangi
daerah-daerah
sekitar Wilayah
Kerja
Pertambangan
resmi (misalnya
daerah Pongkor,
kabupaten Bogor),
membuat pemukiman “liar” di sekitar wilayah tersebut dan mulai “menggangsir”
mencari emas di sekitar WKP tersebut. Para gurandil bisa datang dari wilayah yang

57
https://jurnal.tekmira.esdm.go.id/index.php/imj/article/view/504

32
Hanan Nugroho

cukup jauh dari lokasi pertambangan, atau belum lama dari melakukan kegiatan
penambangan di tempat yang lain. Sebagian dari mereka memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup baik, karena pada dasarnya pernah menjadi karyawan
pada perusahaan tambang pemilik izin usaha resmi. Mereka terkadang mengajak
penduduk di sekitar wilayah tambang untuk ikut dalam kegiatan mereka, dan
penduduk lokal yang bekerja sebagai petani subsisten, ajakan mencari emas
tersebut cukup menarik karena menjanjikan pendapatan yang lebih besar. 58
Bila dampak pada beberapa perusahaan pertambangan formal (walaupun dalam
skala produksi tidak besar) adalah “merumahkan” sementara pekerjanya, dampak
ke kegiatan PETI (pertambangan tanpa izin, pertambangan “liar”) beraneka. Di
sejumlah tempat, inspeksi oleh aparat terhadap kegiatan PETI tetap dilakukan,
sementara di beberapa tempat lain, seperti di Sulawesi Tengah, “di sa’at Covid-19
merebak, pertambangan emas ilegal semakin marak” 59
Bila pada Krisis Moneter 1998 para gurandil berdatangan untuk mencari
penghasilan dan mereka dapat melakukan kegiatannya dengan “leluasa”, situasi
dengan adanya pandemi Covid-19 ini sangat berbeda. Tidak perlu menjadi ahli
epidemiologi untuk memahami bahwa lingkungan kerja pertambangan para
gurandil rentan terhadap serangan penyakit dan penyebarannya. Jalur “tambang
bawah tanah” yang diciptakan gurandil misalnya, tidak memberi tempat untuk
menerapkan kebijakan social distancing, dsb. Maraknya kegiatan penambanggan
emas liar, beriringan dengan makin banyaknya penggunaan air raksa (mercury) yang
membahayakan kesehatan dan lingkungan, dst.
Jumlah korban dari kegiatan pertambangan liar yang dilakukan PETI tidak
terumumkan, tapi yang pasti pandemi Covid-19 berpotensi memberikan dampak
kesehatan yang besar pada para gurandil dan pelaku penambangan liar, apalagi
banyak dari mereka tidak mengindahkan kebijakan seperti social distancing, dsb.
Bila pada kegiatan pertambangan formal ada organisasi perusahaan yang dapat
melindungi pekerjanya, gurandil biasanya hanya bekerja dengan kelompok kecilnya,
fokus mencari penghasilan dan kurang memperhatikan aspek kesehatan,
keselamatan, dan pemeliharaan lingkungan.
Pertambangan batubara juga terdampak berupa pengurangan kegiatan dan
produksi. Pengurangan produksi lebih merupakan akibat dari pengurangan
permintaan untuk ekspor yang datang dari Cina dan India. Sejak Cina terserang
Covid-19, kegiatan ekonomi mereka menurun, mengakibatkan impor akan bahan-
bahan tambang mereka juga turun, termasuk batubara yang sebagian impornya
berasal dari Indonesia.

58
https://majalah.tempo.co/read/lingkungan/89777/jejak-gurandil-di-punggung-pongkor?
59
https://www.sultengterkini.com/2020/04/23/corona-merebak-pertambangan-emas-ilegal-
di-sulteng-semakin-marak/

33
Hanan Nugroho

Kegiatan pertambangan batubara di Indonesia 1-2 dekade belakangan pada


dasarnya adalah untuk melayani Cina. 70-80% produksi batubara ditujukan untuk
memenuhi permintaan ekspor ke Cina, dan kemudian juga India, 2 raksasa ekonomi
dunia di Asia yang ekonominya sedang tumbuh pesat. 60
Penurunan produksi batubara Indonesia terjadi diiringi dengan penurunan harga,
bahkan ada yang mencapai sekitar ¼ dari harga sebelum krisis. 61
Tidak hanya permintaan untuk ekspor batubara yang turun, permintaan dari dalam
negeri, dari sektor industri juga turun. Tapi jumlah itu sangat kecil dibandingkan
produksi batubara Indonesia secara keseluruhan. Protokol kerja yang berubah
sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19 di perusahaan-perusahaan
batubara, mengakibatkan perlambatan pekerjaan atau pengurangan volume kerja.
Namun secara umum perusahaan batubara tetap berupaya menjaga
keberlangsungan pasokan ke PLTU di dalam negeri. 62
Penurunan produksi juga terjadi di tambang timah milik BUMN, PT Timah.
Penurunan ini mencapai 30%, karena “turunnya permintaan dari pabrik elektronik
di Cina yang mengurangi kegiatannya karena Covid-19”. 63
Pandemi Covid-19 juga berdampak perlambatan pelaksanaan proyek karena
masalah tenaga kerja. Contohnya pada industri smelter (peleburan) nikel di
Sulawesi Tenggara. Industri ini mengandalkan 300-400 tenaga kerja dari Cina.
Mereka kesulitan masuk lagi ke Indonesia setelah “pulang kampung” merayakan
Hari Raya Imlek di Cina akhir Januari 2020, karena pemerintah Indonesia kemudian
menutup penerbangan dari Cina – Indonesia dan sebaliknya.

60
Lihat, Hanan Nugroho, Our coal: its development and controversial issues, dalam
Thoughts on Indonesian energy issues and policies, IPB Press, 2018.
61
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200427102102-17-154619/harga-anjlok-24-
nasib-apes-batu-bara-belum-selesai
62
https://www.liputan6.com/regional/read/4224777/cara-perusahaan-batubara-jaga-suplai-
ke-pltu-saat-pandemi-covid-19
63
https://www.eco-business.com/news/mining-sector-in-indonesia-takes-a-hit-from-covid-
19-pandemic/

34
Bab 5 Dampak terhadap Industri Kelistrikan

[BAB V]
[DAMPAK TERHADAP INDUSTRI KELISTRIKAN]

35
Hanan Nugroho

5.1 Dampak Covid-19 terhadap Industri Kelistrikan Global


Penduduk berdiam diri di rumah, melakukan kegiatan-kegiatan di rumah dalam
masa pandemi Covid-19. Akibatnya, pemakaian listrik di sektor rumah tangga
cenderung meningkat. 64 Tapi tidak di sektor yang lain, misalnya perkantoran, mall
atau pusat perbelanjaan lainnya (services), maupun di industri manufaktur yang
biasanya mengkonsumsi listrik dalam jumlah besar. Sekarang mereka menkonsumsi
listrik sedikit dibanding ketika kehidupan berjalan “normal” sebelum pandemi.
Secara total, permintaan atau konsumsi listrik menurun.
Besarnya penurunan permintaan listrik berbeda antar-negara. Di Eropa, gambaran
mengenai penurunan permintaan listrik di berbagai negara itu ditunjukkan seperti
dalam Gambar 5.1. Dari bulan Maret 2020 permintaan listrik secara umum
mengalami penurunan cukup tajam, namun sudah mulai terlihat trend meningkat
lagi, kecuali Jerman yang tetap menurun. 65 Sementara itu, Gambar 5.2.
menunjukkan besaran permintaan listrik yang terjadi di beberapa negara Eropa yang
lain.

Gambar 5.1. Konsumsi listrik di beberapa negara Eropa sebagai dampak Covid-19

64
https://www.renewableenergyworld.com/2020/04/09/covid-19-is-changing-residential-
electricity-demand/#gref
65
https://www.icis.com/explore/resources/news/2020/04/22/10482507/topic-page-
coronavirus-impact-on-energy-markets

36
Hanan Nugroho

Gambar 5.2. Pengaruh Covid-19 terhadap konsumsi listrik di beberapa negara di Eropa
Di negara-negara dimana tarif listriknya lebih mengikuti hukum ekonomi
dibandingkan dengan “diatur oleh pemerintah” (regulated price) dan industri
kelistrikannya tidak dikuasai secara terintegrasi vertikal oleh BUMN, penurunan
permintaan lazimnya akan direspon oleh perusahaan pembangkitan listrik maupun
utility company dengan penurunan tarif. Prinsip dasar ini akan tercerminkan pula
dalam interaksi jual-beli listrik di pasar-pasar spot listrik di Eropa, misalnya.
Penurunan tarif listrik, yang merupakan tanggapan terhadap penurunan permintaan
listrik sebagai dampak pandemi Covid-19 terllihat di beberapa negara di Eropa,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
harga listrik di pasar spot listrik di negara-negara Itali, Jerman, Perancis maupun
Belanda menunjukkan fluktuasi yang cukup besar dengan kecenderungan harga
menurun. Sementara, harga listrik di pasar “Nord Pool” cenderung stabil.
Kekecualian terdapat di pasar spot MIBEL, yang melayani sistem kelistrikan Spanyol
dan Portugis, dimana harga listrik malah cenderung naik. 66

66
https://aleasoft.com/fall-demand-prices-european-electricity-markets-due-covid-19-crisis/

37
Hanan Nugroho

Gambar 5.3. Perkembangan tarif listrik di di Eropa


Penurunan permintaan, penurunan tarif, lazimnya diikuti dengan penurunan supply.
Sebagian mesin-mesin pembangkit listrik dimatikan (shut-down). 67
Lazimnya untuk sebuah utility yang memiliki portofolio pembangkit dengan fuel
(bahan bakar) yang bermacam-macam, pembangkit yang akan dimatikan adalah
yang biasanya difungsikan saat peak hour, yang mesinnya dapat dihidup-matikan
dengan cepat, dan biaya pembangkitannya relatif mahal. Misalnya mesin diesel
berbahan bakar solar atau PLTG (pembangkit listrik tenaga gas atau PLTGU
(combined-cycle power plant). Namun dalam kasus pandemi Covid-19 di Eropa kali
ini, pembangkit listrik yang banyak dimatikan adalah yang berbahan bakar batu
bara, yang biasanya dijadikan base-load dalam portofolio pembangkitan listrik. Hal
ini dapat dipahami karena pembangkit-pembangkit berbahan bakar batu bara
(PLTU) tersebut sudah tua, sementara Eropa sedang menggalakkan penggunan
energi terbarukan, termasuk untuk pembangkitan listrik. Peremajaan mesin listrik
dilakukan dengan pembangkit dengan bahan bakar yang bersumber dari energi
terbarukan.
Penghentian operasi mesin-mesin pembangkit tentu juga bermakna penundaan
proyek-proyek investasi untuk pembangunan pembangkit listrik, terutama yang
berskala besar. Rentetan dari kebijakan ini bisa panjang, termasuk penundaan
pembuatan PPA (Power Purchase Agreement) antara utility dengan perusahaan-
perusahaan IPP (Independent Power Producer), dst.68

67
https://www.business-standard.com/article/economy-policy/power-generators-shut-
capacity-as-covid-19-hits-demand-upends-normal-life-120032901062_1.html
68
https://www.power-technology.com/comment/covid-19-ppa-short-term/

38
Hanan Nugroho

Covid-19 selain memberikan dampak pada penurunan konsumsi energi global, juga
mengurangi tingkat emisi karbon-dioksida (CO2) global, sesuatu yang menjadi
tujuan dalam manajemen perubahan iklim global, namun sulit dicapai ketika
kehidupan umat manusia berjalan “normal” sebagai halnya sebelum Covid-19
mendera. Ini adalah suatu “blessing indisguise”, berkat tersamar dari pandemi
Covid-19 terhadap kualitas udara dan lingkungan bumi. Untuk sementara, udara
bumi lebih bersih.
Menurunnya pangsa penggunaan batubara dalam power mix sistem kelistrikan di
Eropa, secara tidak langsung meningkatkan pangsa pemanfaatan energi terbarukan
dalam pembangkitan tenaga listrik.
Gambar 5.4. merangkumkan dampak Covid-19 terhadap industri kelistrikan di
Eropa, menurut studi yang dilakukan oleh Wartsila Energy Transition Laboratory.

Gambar 5.4. Dampak Covid-19 terhadap industri kelistrikan di Eropa

39
Hanan Nugroho

5.2 Dampak terhadap Kelistrikan Indonesia


Di sektor kelistrikan, sebagai dampak dari pandemi Covid-19, penurunan penjualan
listrik sudah terjadi, dengan besaran berbeda-beda untuk setiap wilayah/ sistem
kelistrikan. Penurunan konsumsi listrik di Jawa-Bali sudah mendekati 10%.
Kondisi penurunan permintaan listrik yang hampir sama dengan di Jawab-Bali
terjadi juga di daerah lain, misalnya Kalimantan Barat. Namun di Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur masih terdapat kenaikan
konsumsi sebesar 2,3%. Di sistem Sumatra, terjadi penurunan penjualan listrik
sebesar 2%, Sulawesi Selatan 3,6%, sementara di Sulawesi Utara naik 0,6% dan Nusa
Tenggara Timur naik mendekati 1%. 69
Penurunan konsumsi listrik di Jawa-Bali dapat dipahami karena di pulau ini terpusat
kawasan-kawasan industri besar di Indonesia, yang kegiatannya menurun karena
pandemi Covid-19. Terganggunya rantai pasokan yang dihadapi banyak tenant,
perubahan exchange rate ke arah yang memburuk, kebijakan social distancing dan
bekerja dari rumah membuat kawasan industri mengalami penurunan konsumsi
listrik.
Di Jawa juga terdapat pusat-pusat kegiatan pemerintahan, serta kegiatan services &
commercial (hotel, mall, dsb.) yang jumlahnya banyak namun sedang tidak
melakukan kegiatan mereka karena sedang diterapkannya kebijakan WfH (work
from home), dsb. Sebaliknya, banyak daerah di luar pulau Jawa-Bali yang konsumen
listriknya masih didominasi oleh sektor rumah tangga, yang dalam masa
diterapkannya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) lebih banyak
berada di rumah dan memperbesar konsumsi listrik mereka.
Sebelumnya PLN sudah optimis akan terdapat kenaikan permintaan listrik, selain
karena mengikuti trend kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya, juga karena di
dalam RPJMN 2020-2024 tedapat rencana-rencana pembangunan 30-an smelter,
pengembangan sejumlah Kawasan Industri dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus),
serta beberapa tujuan wisata baru yang membutuhkan banyak daya listrik. Tentu
saja harapan akan kenaikan permintaan listrik itu menjadi semu sekarang.
Penurunan konsumsi listrik untuk sektor-sektor tertentu, sektor industri misalnya,
khususnya yang lahap energi, sebenarnya telah terjadi sebelum pandemi Covid-19
merebak. “Rendahnya konsumsi listrik sektor industri di awal tahun ini dikarenakan
turunnya pemakaian di industri tekstil, besi baja, kimia dan semen yang masing-
masing tumbuh negatif sebesar -6,5 persen, -5,4 persen, -3,5 persen, dan -4,3
persen.”70

69
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200416140849-4-152398/pln-tersengat-corona-
jualan-listrik-anjlok-proyek-tertunda
70
https://bisnis.tempo.co/read/1320880/efek-corona-konsumsi-listrik-bisnis-dan-industri-
bakal-turun/full&view=ok

40
Hanan Nugroho

Dampak dari penurunan konsumsi listrik tersebut akan cukup besar, berpengaruh
tidak saja kepada pelanggan listrik, produsen tenaga listrik yang memasok listriknya
ke PLN, namun juga terhadap pelaksanaan proyek-proyek pembangunan kelistrikan
yang telah direncanakan, termasuk yang berasal dari sumber-sumber energi
terbarukan. Proyek-proyek yang belum dieksekusi akan tertunda, sementara yang
sudah konstruksi akan mengalami kendala karena supply chain yang terganggu.71
Penundaan pelaksanaan pembangunan proyek-proyek kelistrikan, untuk proyek-
proyek yang “tidak prioritas” di satu sisi dapat juga dianggap “menguntungkan” bagi
PLN karena pada saat yang sama sedang terjadi penurunan permintaan listrik, yang
belum dapat diprediksi akan berlangsung sampai kapan. Penurunan penjualan
listrik, ditambah pemberian diskon atau pembebasan tarif listrik untuk pelanggan
rumah tangga, sedikit banyak akan mengurangi kemampuan keuangan PLN dalam
pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur kelistrikan baru. Selain itu
nilai tukar rupiah sedang melemah (sedangkan proyek-royek PLN/IPP masih sangat
mengandalkan pada impor barang-barang dan jasa dari luar negeri, termasuk
penggunaan tenaga kerja Cina, dst.), dan dalam situasi krisis seperti ini mencari
pinjaman uang juga susah karena pasar uang sedang kering.72
Di antara sejumlah proyek penyediaan tenaga listrik yang mengalami gangguan atau
akan mengalami pemunduran jadwal COD (commercial operation date) adalah
proyek-proyek pembangunan energi terbarukan, seperti PLTP (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi), PLTA (tenaga air), dan PLTS (tenaga surya). Untuk PLTP
misalnya, dari tiga PLTP yang ditargetkan bisa beroperasi komersial pada tahun ini,
ada PLTP Sokoria (5 MW) yang mengalami pergeseran ke tahun depan. PLTA yang
akan mundur jadwal penyelesaiannya berada di Nusa Tenggara, sementara
beberapa proyek PLTS skala kecil akan mengalami kemunduran jadwal. 73
Proyek-proyek kelistrikan tidak hanya dilakukan oleh BUMN PLN maupun
Independent Power Producers. Beberapa kementrian di Pemerintah Pusat maupun
sejumlah Pemerintah Daerah juga melakukan proyek-proyek pembangunan
kelistrikan, khususnya yang berskala kecil dan bersumber dari energi terbarukan.
Namun karena dilakukannya realokasi dana APBN maupun APBD (digeser fokusnya
ke penanggulangan dampak pandemi Covid-19) maka sasaran pembangunan
proyek-proyek energi terbarukan tersebut berkurang jauh, bahkan dihapuskan sama
sekali dalam beberapa kasus. Sebagai contoh, “proyek PLTS Atap yang berasal dari
APBN akan ada pengurangan. Jumlahnya cukup signifikan, dari yang semula
ditargetkan bisa membangun 800 unit, dikurangi menjadi 144 unit. Juga

71
https://industri.kontan.co.id/news/terpapar-dampak-corona-pengembangan-pembangkit-
listrik-surya-menjadi-suram
72
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200422185626-4-153768/terpukul-corona-ini-
curhat-bos-pln-soal-proyek-keuangan
73
https://industri.kontan.co.id/news/pandemi-corona-hambat-realisasi-proyek-dan-investasi-
energi-baru-dan-terbarukan-ebt

41
Hanan Nugroho

pemasangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) yang semula 40.000
titik menjadi 26.000 titik.” 74
Pemunduran jadwal pembangunan proyek-proyek kelistrikan akan menunda lagi
jadwal penyelesaian proyek-proyek “35.000 MW” yang diinisiasi pada tahun
pertama RPJMN 2014-2019, dan ditargetkan rampung pada tahun terakhir RPJMN
2014-2019.75 Proyek-proyek “35.000” (masih) didominasi dengan pembangkitan
berbahan bakar batubara (PLTU).
Penyelesaian proyek “35.000 MW” memang lamban. Sampai akhir 2019, baru
sekitar 19% dari pembangunan pembangkit yang telah dapat beroperasi. Dalam
perubahan sasaran yang dilakukan, ditargetkan bahwa tahun 2020 akan merupakan
puncak penyelesaian proyek-proyek dalam kerangka 35.000 MW tersebut, dimana
akan tercapai 44% dari sasaran pembangunan pada akhir tahun 2020. 76 Tentu saja,
karena adanya pandemi Covid-19, sasaran tersebut tidak akan tercapai. Di tengah
suasana kelebihan pasokan listrik (di Jawa-Bali, terutama) sementara pencapaian
sasaran proyek 35.000 MW masih sangat kecil, layak dipertanyakan apakah memang
harus strict terhadap pencapaian target 35.000 MW ataukah tidak perlu dilakukan
perhitungan ulang?
Untuk tarif listrik, pemerintah Indonesia pada akhir bulan Maret 2020 telah
mengumumkan pemberian potongan harga kepada konsumen rumah yang
tergolong pelanggan dengan daya kecil.77
Pemberlakuan penurunan/pembebasan tarif listrik tersebut adalah untuk bulan
April hingga Juni 2020. Untuk pelanggan rumah tangga daya 450 VA (R1/TR 450 VA),
bagi pelanggan reguler (pasca bayar) dibebaskan dari tagihan biaya listrik,
sedangkan untuk pelanggan pra bayar (menggunakan token) akan diberikan token
gratis senilai pemakaian bulanan terbesar selama 3 bulan terakhir. Sementara itu,
untuk pelanggan rumah tangga daya 900 VA (R1/TR 900 VA), untuk pelanggan pasca
bayar, tagihan pemakaian listriknya akan diberikan diskon 50%, sedangkan
pelanggan pra-bayar diberikan token senilai 50% dari pemakaian tertinggi bulanan
selama 3 bulan terakhir. 78
Batubara, yang adalah bahan bakar terbanyak dalam portofolio bahan bakar
pembangkitan listrik PLN, termasuk industri energi yang tertekan karena pandemi

74
Ibid.
75
Naskah lengkap RPJMN 2019-2024 dapat diakses di https://www.bappenas.go.id/id/data-
dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-pelaksanaan/dokumen-rencana-
pembangunan-nasional/rpjp-2005-2025/rpjmn-2015-2019/
76
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200205154044-4-135533/esdm-proyek-35-ribu-
mw-tercapai-44-di-tahun-ini
77
https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/31/jokowi-announces-free-electricity-
discounts-for-households-hardest-hit-by-covid-19-impacts.html
78
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200401164334-4-149120/imbas-corona-ini-
hitungan-konsumsi-listrik-pln

42
Hanan Nugroho

Covid-19. Sebagai salah satu pengekspor batubara dunia, permintaan batubara


Indonesia turun karena berkurangnya permintaan batubara terutama dari Cina dan
India. Di dalam negeri permintaan batubara oleh industri kelistrikan juga menurun.
Penurunan permintaan diiringi dengan penurunan harga batubara Indonesia yang
terus berlangsung, turun lebih curam lagi setelah terkena dampak pandemi Covid-
19. Gambar 5.5. memperlihatkan fenomena tersebut. 79
Industri batubara mengalami kesulitan bukan saja karena permintaan yang turun,
namun juga karena kendala operasional di lapangan yang semakin besar disebabkan
pandemi Covid-19. Perusahaan IPP (Independent Power Producer) -hampir
seluruhnya mengandalkan batubara sebagai bahan bakar- mengalami hambatan
untuk dapat memenuhi janji COD (commercial operation date) dari PLTU yang
mereka bangun. 80

Gambar 5.5. Harga batubara Indonesia (US$/ton)

79
http://monitorsahamindonesia.blogspot.com/2016/11/grafik-harga-batuabara-coal-dan-
nikel.html
80
https://bisnis.tempo.co/read/1325714/akibat-corona-investasi-pltu-batu-bara-berpotensi-
rugi-rp-2096-t

43
Bab 6 Rekomendasi Kebijakan
Dengan pemahaman mengenai dampak Covid-19 terhadap kondisi industri
pertambangan dan energi secara global, dan permasalahan yang telah berkembang
dalam industri pertambangan dan energi di Indonesia sebagai dampak dari hal yang
sama, kami mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai di bawah ini.
Rekomendasi ditujukan khususnya untuk industri minyak dan gas bumi,
pertambangan serta kelistrikan.
6.1 Industri Minyak dan Gas Bumi
Sisi hulu (upstream)
• Mulai fokuskan kegiatan produksi pada lapangan-lapangan yang bernilai
“ekonomis” saja dalam kondisi harga minyak yang sangat rendah sekarang.
Walaupun tindakan ini akan berdampak pada berkurangnya target-target
produksi seperti yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam RPJMN, APBN,
maupun Rencana Kerja Perusahaan), namun tindakan ini secara ekonomi
dapat dibenarkan, mempertimbangkan pula bahwa pada kurun waktu yang
sama sedang terjadi penurunan permintaan BBM yang sangat besar di
dalam negeri.
• Proyek-proyek eksplorasi dan penyiapan fasilitas produksi dapat
dipertimbangkan untuk ditunda dahulu, mengingat rantai pasok (supply
chain) dari kegiatan-kegiatan ini sedang mengalami gangguan yang
menghambat pencapaian target-target delivery proyek.
• Mengambil manfaat dari rendahnya harga minyak dunia, bangun “strategic
reserves” di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
sumur-sumur lapangan tua yang telah tidak berproduksi sebagai storage
untuk minyak mentah (crude oil) yang diimpor. Tanki yang berada di kilang
atau depo, atau fasilitas lain di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk
menampung stok menampung BBM yang digunakan guna memperpanjang
reserves BBM di Indonesia. Pembangunan strategic reserves ini bertujuan
untuk meningkatkan energy security Indonesia. 81
Sisi hilir (downstream)
• Operasi kilang minyak dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan BBM
yang menurun. Bila perlu, beberapa kilang, khususnya yang tidak efisien,
dihentikan kegiatan operasinya untuk sementara, dimanfaatkan untuk
pemeliharaan (maintenance).

81
Lihat, Hanan Nugroho, Reserves and security of our energy supply, dalam Thoughts on
Indonesian Energy Issues & Policies, Bappenas, 2018.

44
Hanan Nugroho

• Kegiatan untuk mendukung Major Project Pembangunan dan


Pengembangan Kilang dalam RPJMN 2020-2024 tetap dilakukan, namun
dibatasi pada penyiapan berbagai macam agreement yang dibutuhkan,
negosiasi, dsb., dan menunda dulu kegiatan procurement & construction.
• Melakukan hitung-ulang keekonomian Major Project Pembangunan Energi
Terbarukan Green Fuel Berbasis Kelapa Sawit dalam RPJMN 2020-2024.
Harga jual BBM
• Harga jual BBM sebaiknya tidak diturunkan. Ini dengan pertimbangan
permintaan yang anjlok telah ikut menurunkan pendapatan minyak (baik
terhadap perusahaan, maupun bagian Pemerintah) sementara sejumlah
dana tetap diperlukan untuk membiayai overhead dari kegiatan produksi
dan pengilangan yang mengalami penurunan. Diskon dapat diberikan
kepada konsumen kecil seperti pengemudi ojol maupun pelaku industri
kecil. Pertimbangkan pula bahwa, jika terjadi surplus dari penjualan BBM,
dapat disumbangkan kepada Pemerintah, karena pada kurun pandemi
Covid-19 Pemerintah membutuhkan dana sangat besar khususnya untuk
program Jaringan Pengaman Sosial (Social Safet Net). Sangat dibutuhkan
transparansi dan komunikasi yang baik dalam pembuatan kebijakan publik
mengenai harga BBM ini.
6.2 Industri Pertambangan
• Pemerintah makin memperhatikan kegiatan pertambangan rakyat, atau
kegiatan PETI. Meskipun kegiatan tersebut mungkin dilakukan secara “liar”
dan tidak memenuhi prinsip-prinsip dasar “good mining practices”, namun
kegiatan informal tersebut menyangkut kehidupan orang banyak,
khususnya masyarakat lokal, “wong cilik”, yang secara tradisional sudah
melakukan pekerjaan tersebut sejak beberapa generasi lalu. Pembinaan
yang makin intensif dengan semangat perlindungan dan mendidik untuk
mereka dapat melakukan kegiatan pertambangan secara “lebih baik”
dengan disediakan ruang untuk itu di masa depan perlu diterapkan saat-saat
krisis sekarang ini. Ini juga menyadari bahwa jumlah pertambangan tanpa
izin tersebut sangat besar, termasuk pelakunya yang berada di seluruh
Indonesia.
• Perusahaan tambang menta’ati protokol kerja selama pandemi Covid-19
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah (social distancing, work from home,
dsb.). Perusahaan tambang tidak perlu “memaksakan” penyelesaian secara
cepat pekerjaan proyek-proyek pembangunan fasilitas baru (untuk produksi
maupun smelter, dsb.), namun harus menyesuaikan dengan perubahan
permintaan atas komoditas yang diproduksinya, serta mengikuti protokol
kerja yang harus ditempuh dalam masa pandemi Covid-19.

45
Hanan Nugroho

• Perusahaan tambang, yang masih memiliki surplus dari kegiatan


sebelumnya, berbagi manfaat dengan masyarakat lokal sekitarnya melalui
kegiatan diklat atau sosial lainnya secara langsung, atau dengan payung CSR
(company social responsibility).
• Pemerintah menata-ulang izin volume produksi bahan tambang, misalnya
batubara, disesuaikan dengan situasi “normal-baru” mendatang dimana
permintaan bahan tambang diperkirakan tidak sebesar kondisi sebelum
krisis karena pandemi Covid-19, dan mempertimbangkan kecukupan
sumber-daya pertambangan untuk Indonesia di masa depan.
6.3 Industri Kelistrikan
• Lanjutkan penurunan tarif listrik untuk rumah tangga ekonomi lemah,
bahkan diperluas dengan untuk UMKM. Ini mempertimbangkan bahwa
walaupun PLN mengalami penurunan pendapatan dari permintaan yang
mengecil, namun fuel costs yang digunakan untuk mengoperasikan mesin-
mesin pembangkit PLN (maupun IPP) sedang lebih murah daripada
biasanya, sehingga tidak akan membebani keuangan PLN. Bila perlu
meninjau kembali pasal TOP (take or pay) yang mungkin dimiliki dalam
kontrak pengadaan bahan bakar PLN dengan pihak supplier untuk
memastikan bahwa biaya bahan bakar turun.
• Tunda (atau batalkan) proyek-proyek pembangunan sistem kelistrikan yang
bernilai “tidak ekonomis”, misalnya proyek-proyek PLTU untuk melayani
kawasan yang permintaan listriknya sedang berkurang. Termasuk dalam
penundaan/pembatalan adalah untuk PPA yang diperkirakan tidak/belum
terlalu penting untuk pemenuhan kebutuhan listrik dalam jangka pendek-
menengah.
• PLN mempertimbangkan untuk men-shutdown (mematikan) PLTU berusia
tua yang telah tidak efisien dan berpotensi mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Mempertimbangkan bahwa pendanaan untuk proyek-proyek
pembangkit berbahan bakar batubara akan semakin sulit didapatkan,82
perlu dikurangi pangsa PLTU dalam power mix PLN. Dapat dicontoh praktek
yang diterapkan di Eropa.
• PLN meneruskan program pengembangan pembangkit listrik berbahan
bakar gas bumi (terutama LNG) karena harga kontrak LNG yang sedang
menjadi murah, namun PLN belum siap dengan infrastrtuktur
pemanfaatannya, misalnya fasilitas regasifikasi.

82

https://www.banktrack.org/page/list_of_banks_which_have_ended_direct_finance_for_new
_coal_minesplants

46
Hanan Nugroho

• Sebaliknya, dalam era pandemi Covid-19 ini, PLN (dan IPP maupun
perusahaan yang memiliki pembangkit besar untuk keperluan sendiri) dapat
mempertahankan operasi pembangkit listrik yang bersumber dari energi
terbarukan seperti PLTA, pembangkit listrik tenaga panas bumi, dsb. Dan
bahkan mengembangkannya. 83

83
https://www.iea.org/commentaries/put-clean-energy-at-the-heart-of-stimulus-plans-to-
counter-the-coronavirus-crisis

47

Anda mungkin juga menyukai