proyek/investasi dengan biaya besar. Tanpa capital budgeting, pendanaan proyek akan kacau
dan rentan dimanfaatkan orang tidak bertanggung jawab. Tapi persisnya, apa itu capital
budgeting? Bagaimana metode capital budgeting sesuai standar? Bagaimana contoh capital
budgeting perusahaan? Simak pembahasan ini hingga selesai.
Capital budgeting adalah sebuah proses evaluasi bisnis guna menilai layak tidaknya sebuah
proyek/rencana besar perusahaan dilaksanakan. Sementara itu, pengertian capital budgeting
dalam manajemen keuangan adalah proses menganalisa input dan output sebuah proyek dari
segi finansial guna memastikan proyek tersebut mencapai profit diharapkan.
Di antara proses bisnis lainnya, capital budgeting adalah yang paling esensial. Jika dalam
proses capital budgeting tidak disepakati, maka proyek perusahaan sebesar apapun tidak
boleh dimulai. Saat capital budgeting dilakukan, divisi keuangan biasanya
mempertimbangkan 2 kepentingan, yaitu 1) kepentingan profit masa depan, dan 2)
kepentingan investor.
Capital budgeting punya banyak manfaat bagi perusahaan, terutama perusahaan penerima
pendanaan dari investor. Adapun manfaat capital budgeting adalah sebagai berikut:
Dalam prosesnya, divisi keuangan dapat menggunakan berbagai macam metode capital
budgeting sekaligus. Adapun metode-metode capital budgeting adalah sebagai berikut.
PT. Sinar Jaya berniat memberikan pendanaan sebesar Rp2 milyar di salah satu
proyek perusahaannya, yaitu proyek A atau proyek B. Proyek A menghasilkan cash
flow sebesar Rp100 juta/tahun selama 20 tahun dengan discount rate 10%. Sedangkan
Proyek B menghasilkan cash flow Rp90 juta selama 30 tahun dengan discount rate
10%.
NPV Proyek A =
= (Rp100,000,000*20 tahun) - 10%(Rp100,000,000*20 tahun)
= Rp2,000,000,000 - Rp200,000,000
= Rp1,800,000,000 (Rp1,8 milyar)
NPV Proyek B =
= (Rp90,000,000*30 tahun) - 10%(Rp90,000,000*30 tahun)
= Rp2,700,000,000 - Rp270,000,000
= Rp2,430,000,000 (RP2,43 milyar)
Dengan demikian, maka proyek yang lebih berhak mendapat pendanaan adalah
Proyek B, karena NPV-nya lebih besar.
Proyek A dihitung dapat menghasilkan profit sebesar 35% dari pendanaan 10 tahun,
sedangkan proyek B menghasilkan profit 25% dari pendanaan 5 tahun. Baik proyek A
dan B mendapat pendanaan sebesar Rp100 juta. Maka nilai IRR masing-masingnya
adalah:
IRR Proyek A =
= [Rp100,000,000 + (35%XRp100,000,000)]/10 tahun
= Rp135,000,000/10 tahun = Rp13,500,000
IRR Proyek B =
= [Rp100,000,000 + (25%XRp100,000,000)]/5 tahun
= Rp125,000,000/5 tahun = Rp25,000,000
Presentase profit proyek A memang lebih tinggi dari dari proyek B, tapi dari segi IRR,
proyek B lebih besar. Sehingga proyek B lebih pantas mendapat pendanaan
berikutnya dari perusahaan.
Dalam 5 tahun terakhir, proyek A dan B yang mendapatkan pendanaan Rp100 juta,
mendapatkan pendapatan sebagai berikut:
Proyek A menghasilkan pendapatan sebesar Rp25 juta per tahun, sedangkan proyek B
menghasilkan Rp20 juta per tahun. Pendanaan yang tersedia untuk salah satu dari dua
proyek tersebut adalah Rp200 juta. Dengan demikian, waktu Payback Period-nya tiap
proyek adalah:
Biasanya proses ini dilakukan oleh perusahaan pemilik proyek bersama pihak terlibat lainnya untuk
mengetahui gambaran output yang dihasilkan nantinya. Dapat dikatakan capital budgeting adalah pijakan
awal untuk melangsungkan kerja sama. Artinya jika capital budgeting tidak disepakati, bentuk kerjasama
apapun tidak bisa dilaksanakan.
Misalnya, perusahaan “Harapan” berencana memberikan pendanaan kepada salah satu proyek startup.
Adapun besar dana yang akan diberikan adalah Rp5 miliar. Di sisi lain, ada 2 pilihan proyek yang tersedia
bagi perusahaan tersebut.
Proyek “C” dinilai akan menghasilkan cash flow sebesar Rp240.000.000/ tahun selama 5 tahun ke depan.
Sedangkan proyek “D” menghasilkan pendapatan sebesar Rp120.000.000/ tahun selama 8 tahun ke depan.
Dalam periode tersebut, diperkirakan laju bunga dari modal yang diinvestasikan (discount atau interest
rate) berada di angka 10%. Maka:
= (240.000.000 x 5) - 10%(240.000.000 x 5)
= 1.200.000.000 - 120.000.000
= 1.080.000.000
= (120.000.000 x 8) - 10%(120.000.000 x 8)
= 960.000.000 - 96.000.000
= 864.000.000
Kesimpulannya jika dilihat dari nilai NPV yang lebih besar, maka pendanaan dari perusahaan “Harapan”
lebih baik diberikan pada pemegang proyek “C.”