Anda di halaman 1dari 7

Capital budgeting adalah aktivitas wajib bagi entitas manapun yang ingin membuat

proyek/investasi dengan biaya besar. Tanpa capital budgeting, pendanaan proyek akan kacau
dan rentan dimanfaatkan orang tidak bertanggung jawab. Tapi persisnya, apa itu capital
budgeting? Bagaimana metode capital budgeting sesuai standar? Bagaimana contoh capital
budgeting perusahaan? Simak pembahasan ini hingga selesai.

Apa Itu Capital Budgeting?

Capital budgeting adalah sebuah proses evaluasi bisnis guna menilai layak tidaknya sebuah
proyek/rencana besar perusahaan dilaksanakan. Sementara itu, pengertian capital budgeting
dalam manajemen keuangan adalah proses menganalisa input dan output sebuah proyek dari
segi finansial guna memastikan proyek tersebut mencapai profit diharapkan.

Di antara proses bisnis lainnya, capital budgeting adalah yang paling esensial. Jika dalam
proses capital budgeting tidak disepakati, maka proyek perusahaan sebesar apapun tidak
boleh dimulai. Saat capital budgeting dilakukan, divisi keuangan biasanya
mempertimbangkan 2 kepentingan, yaitu 1) kepentingan profit masa depan, dan 2)
kepentingan investor.

Manfaat Capital Budgeting Bagi Perusahaan

Capital budgeting punya banyak manfaat bagi perusahaan, terutama perusahaan penerima
pendanaan dari investor. Adapun manfaat capital budgeting adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan Faktor Risiko Proyek/Investasi


Dalam proses capital budgeting, divisi keuangan wajib meneliti risiko-risiko apa saja
yang berpotensi terjadi jika proyek dimulai. Daftar risiko tersebut kemudian wajib
ditimbang dan dicari solusinya. Jika ternyata risikonya terlalu besar, maka pihak
penanggung jawab proyek wajib mengajukan rencana solusi sebelum proyeknya
disetujui.
2. Menentukan Jenis Proyek yang Dapat Dilakukan
Manfaat kedua capital budgeting adalah memberikan alternatif proyek lebih minim
risiko/menguntungkan bagi perusahaan. Siapapun dapat mengajukan rencana proyek
guna melewati proses capital budgeting. Akan tetapi, perusahaan berhak menentukan
rencana mana yang lebih baik didanai.
3. Membantu Perusahaan Membuat Rencana Jangka Panjang
Dalam proses capital budgeting, divisi keuangan umumnya dapat membuat beberapa
opsi pelaksanaan proyek sekaligus, mulai dari jangka pendek hingga proyek jangka
terpanjang. Sebelum menyetujui pendanaan sebuah proyek, umumnya divisi keuangan
akan memprediksi terlebih dulu kebutuhan keuangan dalam jangka minimal 1 tahun.
4. Menunjukkan Sisi Keuntungan Proyek Kepada Investor
Bagi perusahaan dengan pendanaan dari investor, capital budgeting adalah proses
yang menguntungkan. Selain bukti profesionalitas perusahaan, capital budgeting juga
dapat menunjukkan sisi profitabilitas sebuah proyek berdasarkan data terpercaya.
5. Menghindarkan Proyek dari Oknum
Tidak dapat dipungkiri, proyek perusahaan adalah salah satu kegiatan rawan mark-up
oleh oknum tidak bertanggung jawab. Dengan adanya capital budgeting, Anda dapat
menghindarkan potensi pelanggaran oleh para penanggung jawab proyek di
perusahaan. Sehingga dana perusahaan dapat dimanfaatkan dengan seefektif dan
seefisien mungkin, tanpa adanya tindak korupsi.

Macam-Macam Metode Capital Budgeting

Dalam prosesnya, divisi keuangan dapat menggunakan berbagai macam metode capital
budgeting sekaligus. Adapun metode-metode capital budgeting adalah sebagai berikut.

1. Net Present Value (NPV)


Metode capital budgeting yang pertama adalah Net Present Value (NPV), Dalam
metode ini, budget proyek akan dihitung berdasarkan potensi perkembangan nilainya
di masa depan. Perhitungan metode NPV hanya dapat diterima jika proyeknya
memiliki nilai di atas Rp0. Agar lebih paham, berikut ini contoh capital budgeting
menggunakan metode Net Present Value.
Di metode NPV, contoh kasus capital budgeting adalah sebagai berikut.

PT. Sinar Jaya berniat memberikan pendanaan sebesar Rp2 milyar di salah satu
proyek perusahaannya, yaitu proyek A atau proyek B. Proyek A menghasilkan cash
flow sebesar Rp100 juta/tahun selama 20 tahun dengan discount rate 10%. Sedangkan
Proyek B menghasilkan cash flow Rp90 juta selama 30 tahun dengan discount rate
10%.

Berdasarkan perhitungan NPV, maka:

NPV Proyek A =
= (Rp100,000,000*20 tahun) - 10%(Rp100,000,000*20 tahun)
= Rp2,000,000,000 - Rp200,000,000
= Rp1,800,000,000 (Rp1,8 milyar)

NPV Proyek B =
= (Rp90,000,000*30 tahun) - 10%(Rp90,000,000*30 tahun)
= Rp2,700,000,000 - Rp270,000,000
= Rp2,430,000,000 (RP2,43 milyar)

Dengan demikian, maka proyek yang lebih berhak mendapat pendanaan adalah
Proyek B, karena NPV-nya lebih besar.

2. Internal Rate of Return (IRR)


Metode capital budgeting berikutnya adalah Internal Rate of Return (IRR). Metode
IRR capital budgeting adalah metode yang mempertimbangkan waktu, selain
perhitungan nilai Future Value (FV) uang. Berbagai ahli menyebut bahwa metode
IRR jauh lebih efektif dan akurat dibandingkan NPV.
Contoh capital budgeting menggunakan IRR begini:

Proyek A dihitung dapat menghasilkan profit sebesar 35% dari pendanaan 10 tahun,
sedangkan proyek B menghasilkan profit 25% dari pendanaan 5 tahun. Baik proyek A
dan B mendapat pendanaan sebesar Rp100 juta. Maka nilai IRR masing-masingnya
adalah:

IRR Proyek A =
= [Rp100,000,000 + (35%XRp100,000,000)]/10 tahun
= Rp135,000,000/10 tahun = Rp13,500,000

IRR Proyek B =
= [Rp100,000,000 + (25%XRp100,000,000)]/5 tahun
= Rp125,000,000/5 tahun = Rp25,000,000

Presentase profit proyek A memang lebih tinggi dari dari proyek B, tapi dari segi IRR,
proyek B lebih besar. Sehingga proyek B lebih pantas mendapat pendanaan
berikutnya dari perusahaan.

3. Average Rate of Return (ARR)


Metode capital budgeting selanjutnya adalah Average Rate of Return. Perhitungan
capital budgeting menggunakan metode ini mirip dengan IRR, akan tetapi yang
dihitung adalah rata-rata pendapatan per tahunnya.
Berikut ini contoh capital budgeting metode ARR:

Dalam 5 tahun terakhir, proyek A dan B yang mendapatkan pendanaan Rp100 juta,
mendapatkan pendapatan sebagai berikut:

Berdasarkan total pendapatan, proyek A memiliki perhitungan jumlah lebih besar


dibanding proyek B. Akan tetapi, dari segi rata-rata, proyek B memiliki Average Rate
of Return lebih tinggi daripada proyek A. Sehingga jika mengikuti metode ARR,
proyek yang mendapat pendanaan adalah proyek B.

4. Payback Period (PP)


Metode selanjutnya capital budgeting adalah Payback Period, yaitu metode capital
budgeting berdasarkan waktu kembalinya pendanaan. Dalam metode ini, keputusan
capital budgeting diambil berdasarkan durasi proyek mencapai BEP.
Contoh capital budgeting metode Payback Period:

Proyek A menghasilkan pendapatan sebesar Rp25 juta per tahun, sedangkan proyek B
menghasilkan Rp20 juta per tahun. Pendanaan yang tersedia untuk salah satu dari dua
proyek tersebut adalah Rp200 juta. Dengan demikian, waktu Payback Period-nya tiap
proyek adalah:

PP Proyek A = Rp200,000,000/Rp25,000,000 = 8 tahun


PP Proyek B = Rp200,000,000/Rp20,000,000 = 10 tahun
Dengan demikian, jika menggunakan metode capital budgeting PP, yang berhak
mendapat pendanaan adalah proyek A, karena durasi pengembaliannya lebih pendek.

Apa itu Capital Budgeting?


Pertama-tama, perlu diketahui bahwa capital budgeting adalah suatu yang umum dipelajari dalam
manajemen keuangan. Secara singkat, penjelasan mengenai pengertian capital budgeting dalam
manajemen keuangan itu sendiri berkaitan dengan proses analisa sebuah proyek bisnis dari segi finansial.

Biasanya proses ini dilakukan oleh perusahaan pemilik proyek bersama pihak terlibat lainnya untuk
mengetahui gambaran output yang dihasilkan nantinya. Dapat dikatakan capital budgeting adalah pijakan
awal untuk melangsungkan kerja sama. Artinya jika capital budgeting tidak disepakati, bentuk kerjasama
apapun tidak bisa dilaksanakan.

Manfaat Capital Budgeting


Capital budgeting adalah salah satu bentuk perhitungan yang wajib dilakukan perusahaan. Dalam
prosesnya, sudah pasti perhitungan ini dapat memberi banyak manfaat dalam proyek tahunan yang
dilakukan bersama pihak lainnya. Adapun manfaat capital budgeting adalah sebagai berikut:

1. Membantu proses pengambilan keputusan bersama investor


Sekali lagi, capital budgeting adalah kunci berlangsungnya kerjasama bisnis antara perusahaan utama dan
para investor. Dari pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa proses ini juga merupakan sesuatu yang dapat
membantu terjadinya pengambilan keputusan bersama investor dan pihak lain yang terkait.

2. Menentukan potensi dan risiko proyek yang akan dijalankan


Penghitungan capital budgeting didasarkan oleh beberapa hal. Faktor itu sendiri yang dapat membantu
perusahaan dalam menentukan potensi sekaligus risiko bisnis yang kemungkinan akan dihadapi
kedepannya.

3. Menunjukkan keuntungan proyek kepada klien atau investor


Berhubungan dengan poin sebelumnya, capital budgeting adalah sesuatu yang dapat menunjukkan
keuntungan proyek pada klien maupun investor. Sebab dari angka-angka yang biasanya didapatkan dari
perumusan akan terlihat seberapa besar profit yang akan diperoleh bersama.

4. Memberikan alternatif pilihan proyek


Proyek bisnis tidak akan lepas dari keuntungan atau risiko rugi di masa depan. Jika hasil penghitungan
capital budgeting ternyata tidak merefleksikan adanya pemasukan dari profit, maka dari proses ini dapat
ditentukan juga alternatif proyek lainnya.

5. Membantu menyiapkan rencana jangka panjang


Meskipun umumnya capital budgeting adalah penghitungan yang hanya melibatkan satu proyek bisnis
saja, bukan berarti perencanaannya mengesampingkan proyek perusahaan lainnya. Divisi keuangan tetap
menentukan capital budgeting dengan menimbang keperluan pengeluaran lain juga. Dengan begitu, dapat
dikatakan bahwa capital budgeting juga membantu perusahaan menyiapkan rencana operasional dalam
jangka waktu yang panjang.

Jenis-Jenis Metode Capital Budgeting


Dalam manajemen keuangan, sebaiknya tentukan capital budgeting dari pengelompokan jenisnya. Dengan
begitu, pemetaan tujuan dilakukannya capital budgeting dapat terlihat dengan jelas. Berikut ini metode
capital budgeting yang perlu perusahaan Anda ketahui.
Net Present Value (NPV)
Metode capital budgeting yang pertama disebut Net Present Value (NPV). Penghitungannya melibatkan
potensi berkembangnya value perusahaan di masa depan. Perlu dicatat, manajer keuangan harus mendapat
nilai di atas 0 rupiah untuk menunjukkan bahwa proyek layak dilanjutkan.

Payback Period (PP)


Payback period adalah penghitungan capital budgeting yang dilihat dari periode waktu pengembalian
keuntungan. Dalam perumusan ini, angka periode yang dihasilkan berbanding terbalik dengan kelayakan
proyek. Artinya semakin besar angka yang ditunjukkan dalam jangka PP, maka semakin kecil kelayakan
proyek untuk dilangsungkan.

Baca juga: Payback Period Adalah: Begini Rumus untuk Menghitungnya


Average Rate of Return (ARR)
Selanjutnya, ada teknik capital budgeting yang dinamakan metode Average Rate of Return (ARR). Sesuai
dengan namanya, penghitungan ini didasarkan dari pendapatan perusahaan rata-rata setiap tahunnya.

Internal Rate of Return (IRR)


Terakhir, ada metode penghitungan Internal Rate of Return (IRR) yang dikatakan lebih akurat dan detail
dari NPV yang telah dijelaskan sebelumnya. Pasalnya dalam rumus ini, bukan hanya potensi (future value)
yang dipertimbangkan. Melainkan ada aspek waktu yang juga menjadi bagian dari penghitungan.

Contoh Kasus Capital Budgeting


Nah, kini setidaknya gambaran mengenai pengertian teknik capital budgeting sudah Anda kantongi.
Sekarang coba pahami contoh kasus capital budgeting di bawah ini demi implementasi yang benar dan
tepat.

Misalnya, perusahaan “Harapan” berencana memberikan pendanaan kepada salah satu proyek startup.
Adapun besar dana yang akan diberikan adalah Rp5 miliar. Di sisi lain, ada 2 pilihan proyek yang tersedia
bagi perusahaan tersebut.

Proyek “C” dinilai akan menghasilkan cash flow sebesar Rp240.000.000/ tahun selama 5 tahun ke depan.
Sedangkan proyek “D” menghasilkan pendapatan sebesar Rp120.000.000/ tahun selama 8 tahun ke depan.
Dalam periode tersebut, diperkirakan laju bunga dari modal yang diinvestasikan (discount atau interest
rate) berada di angka 10%. Maka:

NPV dari Proyek “C”


= (cash flow x periode) - discount rate (cash flow x periode)

= (240.000.000 x 5) - 10%(240.000.000 x 5)

= 1.200.000.000 - 120.000.000

= 1.080.000.000

NPV dari Proyek “D”


= (cash flow x periode) - discount rate (cash flow x periode)

= (120.000.000 x 8) - 10%(120.000.000 x 8)

= 960.000.000 - 96.000.000

= 864.000.000
Kesimpulannya jika dilihat dari nilai NPV yang lebih besar, maka pendanaan dari perusahaan “Harapan”
lebih baik diberikan pada pemegang proyek “C.”

Ruang Lingkup Capital Budgeting


Pada dasarnya, capital building memiliki arti yaitu jangka waktu tertanamnya aset
lama yang membuat perusahaan harus memikirkan alternatif sumber dana lain
untuk kebutuhan lain.
Pada capital budgeting, ini investasi pada aktivitas tetap ini terbagi menjadi 2.
Yang pertama jika investasi teramat besar dapat mengakibatkan banyak peralatan
yang tidak berfungsi. Lalu yang kedua, jika investasi teramat kecil sehingga
terbatasnya pengeluaran dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga
pokok yang sangat tinggi sehingga dapat mengurangi daya saing.
Biasanya, dana yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut biasanya berkaitan
dengan jumlah besar sehingga tidak bisa diperoleh dalam kurun waktu yang
singkat, sehingga proses perhitungan harus dilakukan secara teliti. Jika terjadi
kesalahan dalam perhitungan dapat beresiko tinggi sampai mengalami kerugian.
Peran Capital Building
Capital building memiliki peran yang cukup penting bagi suatu organisasi atau
perusahaan, yaitu:
1. Dana yang akan dikeluarkan dan digunakan terikat untuk waktu yang lama
dan secara berangsur-angsur melalui penyusutan depresiasi bisa dicairkan
berdasarkan waktu penyusutan aktiva tetap tersebut.
2. Investasi yang terdapat pada aktiva tetap berkaitan dengan harapan terhadap
peningkatan produksi serta penjualan di waktu yang akan datang.
3. Pengeluaran biaya investasi untuk biaya bangunan, tanah, alat-alat produksi,
alat pembangkit tenaga listrik serta alat transportasi adalah pengeluaran
yang cukup besar.
4. Kesalahan dalam mengambil keputusan soal pengeluaran ataupun pembelian
barang modal memiliki resiko yang panjang dan cukup berat.
Tahapan Capital Budgeting
Terdapat 8 tahapan proses dalam capital budgeting, diantaranya:
1. Memberikan ide pada suatu proyek atau investasi
2. Menentukan biaya proyek atau nilai investasi
3. Pada manajemen harus dapat menentukan struktur modal / capital structure
4. Manajemen akan menentukan biaya modal
5. Manajemen akan memperkirakan cash flow yang diharapkan dari proyek,
termasuk juga pada nilai proyek dan aset
6. Mengestimasikan resiko cash flow proyek dengan menggunakan distribusi
probabilitas cash flow
7. Dengan menerapkan nilai mata uang, cash flow masuk yang telah
diharapkan dapat digunakan untuk memperkirakan nilai properti
8. Penilaian kelayakan proyek atau investasi dengan cara mempertimbangkan
nilai saat ini dari cash flow yang diharapkan dibandingkan dengan biaya
Manfaat Capital Budgeting
Berikut ini terdapat manfaat dari capital building, yaitu :
1. Perusahaan atau organisasi dapat mengetahui dana yang lebih terperinci.
Karena dana yang telah terikat dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun.
2. Menghindari terjadinya over atau under investment.
3. Bisa lebih terperinci dan teliti karena dana akan semakin banyak dan jumlah
dana yang teramat besar.
4. Menghindari terjadinya kesalahan pada saat pembuatan keputusan atau
decision making.

Anda mungkin juga menyukai