Anda di halaman 1dari 16

MK.

K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Manajemen Risiko Di Area Industri


Oleh : Ns. Annisa Wuri Kartika, M,Kep.Sp.Kep.Kom.

1. Latar Belakang
Kelompok pekerja jika dilihat dari konsep keperawatan merupakan kelompok yang rentan
mengalami masalah kesehatan baik kondisi sakit bahkan sampai kematian akibat paparan
hazard di lingkungan kerja. Faktor risiko bahaya di tempat kerja yang berupa hazard kimia,
fisika, biologi, radiasi, psikologis maupun enviromechanical terdapat di semua sector baik
industry maupun pelayanan publik. Masalah kesehatan yang dialami pekerja akibat
paparan hazard di area kerja diantaranya adalah gangguan system saraf pusat dan
pernafasan akibat hazard kimia maupun biologi, penyakit infeksi baik oleh virus, bakteri
atau jamur oleh hazard biology, gangguan system musculoskeletal yang disebabkan oleh
hazard ergonomi serta stress dan kecemasan akibat hazard psikologis (Oakley, 2008;
Permatasari et al. 2005). Pusdatin K3 Kementrian Kesehatan RI menyampaikan data
bahwa berdasarkan hasil survey tahun 2016, jumlah presentase pekerja di Indonesia yang
melaporkan keluhan kesehatan sebanyak 26,74% yang bekerja di semua sector baik
pertanian hingga pelayanan jasa publik.

Perawat di area kerja memegang peranan penting dalam peningkatan dan pemeliharaan
status kesehatan, perlindungan dari bahaya (health hazard) di tempat kerja dengan
mengusahakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Fungsi perawat dalam menjalankan
tugasnya mencakup upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative dalam
lingkup kesehatan pekerja. Perawat juga bertanggung jawab untuk manajemen kasus dan
pengkajian kesehatan pada kelompok pekerja. Penilaian risiko di area kerja dapat
menurunkan atau mengeliminasi bahaya atau angka kesakitan. Identifikasi hazard di
lingkungan kerja yang dilakukan oleh perawat bertujuan untuk proteksi kesehatan para
pekerja serta mengidentifikasi status kesehatan kelompok pekerja. Pendokumentasian jenis
hazard dan status kesehatan pekerja yang baik dan lengkap akan menjadi dasar dalam
menentukan kebijakan dan program pengontrolan hazard untuk pencegahan kecelakaan di
tempat kerja.

2. Definisi Manajemen Risiko


Manajemen risiko merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi risiko
kesehatan yang bisa terjadi pada kelompok pekerja akibat paparan hazard (NIOSH, 2017).

1
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Estimasi risiko ini dilakukan dengan membuat peringkat risiko berdasarkan skala baik
kuantitatif maupun kualitatif dengan menggambarkan konsekuansi risiko, dampak risiko
dan ketepatan risiko. Sedangkan Guild et al (2001) menyebutkan manajemen risiko
kesehatan merupakan proses evaluasi risiko kesehatan yang dapat disebabkan oleh paparan
hazard di lingkungan kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko
merupakan sekumpulan proses yang melibatkan tahap identifikasi hazard, pengkajian
risiko hazard tersebut, eliminasi atau kontrol hazard serta monitor dan evaluasi. Tujuannya
adalah menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat dengan mengidentifikasi
masalah sebelum insiden atau kecelakaan terjadi.

Pengkajian risiko mencakup identifikasi hazard yang berpotensi menyebabkan masalah


kesehatan, identifikasi tingkat/derajat bahaya dari hazard tersebut serta rencana
penatalaksanaan untuk pencegahan. Sedangkan risiko merupakan kemungkinan atau
potensi bahaya yang disebabkan oleh hazard. Bahaya tersebut dapat berupa sifat dari suatu
bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan suatu pekerjaan atau lingkungan kerja yang
dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja bahkan hilangnya nyawa
manusia. Tingkat bahaya tersebut tergantung pada jenis hazard, potensi menyebabkan
penyakit, keparahan yang ditimbulkan, kelompok yang dapat terkena bahaya maupun
jumlah orang yang bisa terekspose bahaya dari hazard tersebut.

Apa itu hazard ? semua hal yang berpotensi menyebabkan bahaya trauma/injury/insiden
Apa itu risiko ? kemungkinan bahaya yang terjadi akibat paparan hazard
Pengkajian risiko dapat dilakukan oleh setiap pekerja secara pribadi dengan menjawab
beberapa pertanyaan sbb :
- Apa hazard yang ada di lingkungan kerja saya ?
- Apakah hazard tersebut dapat membahayakan setiap orang tanpa terkecuali ?
- Seberapa besar risiko bahaya yang ditimbulkan ?
- Bagaimana cara menurunkan atau mengontrol risiko sehingga membuat tempat
kerja saya lebih aman ?

Algranti (2009) dalam De Jager (2011) menjelaskan bahwa pengkajian risiko kesehatan
dan mengkomunikasikan risko dan hazard yang ditemukan kepada penanggung jawab
maupun pekerja di area kerja merupakan rutinitas atau tanggung jawab perawat kesehatan

2
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

kerja. Pendidikan kesehatan mengenai risiko merupakan bagian penting yang menjadi
keharusan dalam setiap tahapan recruitment pekerja baru ataupun perubahan
alat/bahan/area lingkungan kerja. Hal ini menyebabkan perawat diharuskan memiliki
kemampuan dalam hal teknik komunikasi maupun pemahaman megenai hazard di
lingkungan kerja tersebut.

3. Urgensi Manajemen Risiko


Manajemen risiko penting untuk menilai keamanan dan mencegah bahaya peyakit maupun
kecelakaan yang diakibatkan hazard dengan menerapkan strategi dan solusi pencegahan
yang tepat. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan merumuskan aturan atau
kebijakan keamanan yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Kebijakan tersebut
kadangkala merupakan sebuah prosedur yang menjadi beban bagi para pekerja dan pemilik
industry karena harus melakukan beberapa prosedur atau pembelian alat/bahan APD bagi
para pekerjanya. Namun keuntungan dari upaya promosi dan pencegahan ini melampaui
beban tersebut. Kesehatan para pekerja dapat meningkatkan roduktifitas, efisiensi,
menurunnya angka kesakitan dan absen, menurunkan biaya kesehatan yang mengarah
kepada bisnis yang semakin baik (De Jager, 2011).

Pengkajian risiko kesehatan yang dilakukan akan menjadi dasar dalam pengambilan
keputusan yang tepat untuk kontrol hazard sehingga dapat mencegah bahaya atau
kecelakaan kerja. Pekerja dapat mendemostrasikan tahapan kerja yang aman, lingkungan
kerja yang telah bebas atau minimal risiko, serta prosedur monitoring perkembangan risiko
hazard merupakan bagian contoh penerapan manajemen risiko di tempat kerja.

4. Kompetensi Perawat dalam Melaksanakan Manajemen Risiko K3


DOMAIN KOMPETENSI
Knowledge Pemahaman dan pengalaman dalam melakukan pengkajian
risiko
Pemahaman mengenai mekanisme kerja yang ada di
industry/tempat kerja
Pemahaman mengenai metode-metode untuk mengontrol
paparan hazard dan menurunkan risiko yang berkaitan dengan
tempat kerja
Organisational Kemampuan untuk mengumpulkan informasi secara sistematis
dan komprehensif

3
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Scientific Kemampuan untuk mempresiksi potensi hazard dan


signifikasinya dalam mempengaruhi kesehatan
Kemampuan untuk melakukan tes diagnostic sederhana
misalkan untuk melihat kadar kepekatan udara oleh debu
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mereview kajian
literature yang berkaitan
Kemampuan untuk mampu berpikir kritis dalam segala situasi
Kemampuan dalam melakukan observasi untuk identifikasi
potensi bahaya dari setiap prosedur kerja
Kemampuan untuk menarik kesimpulan yang terpercaya, dan
valid dari hasil pengkajian
Medical Pengetahuan dan pemahaman mengenai dampak bagi kesehatan
dari hazard yang ada di industry
Managerial Kemampuan untuk menginvestigasi dan menyampaikan
hasilnya pada jajaran manajemen perusahaan mengenai hazard
yang mungkin membahayakan
Coomunication Kemampuan untuk bertanya pertanyaan pertanyaan kepada
pekerja operasional, manajer dan supervisor dan memahami
poin penting jawaban tersebut
Kemampuan untuk follow up
Kemampuan untuk menyampaikan hasil
Personal Kesadaran/pemahaman diri mengenai batasan kompetensi yang
dimiliki serta kapan waktunya untuk bertanya atau merujuk
masalah pada yang lebih ahli

5. Proses Manajemen Risiko


Proses pengkajian risiko kesehatan dilakukan dengan mengidentifikasi hazard potensial,
aktvitas kerja yang dapat menyebabkan pekerja terekspos hazard, tingkat/level exposure
hazard, dan data dasar mengenai status kesehatan dan perilaku kesehatan pekerja. Semua
informasi tersebut kemudian digunakan sebagai data dasar dalam mendesain strategi atau
SOP pencegahan yang standart untuk kontrol risiko hazard.
Dalam ICMM (2009) disebutkan 3 tipe pengkajian risiko kesehatan yaitu:
a) Baseline health risk aassessment
Pengkajian status kesehatan yang berkaitan dengan fasilitas yang ada di tempat kerja.
Pengkajian ini merupakan pengkajian menyeluruh yang mencakup semua jenis hazard
yang berpotensi menyebabkan bahaya. Proses ini dilakukan meliputi seluruh area
dengan mencatat semua potensi hazard yang ditemukan baik dalam hal fasilitas, alat,
bahan, maupun prosedur/lingkungan kerja. Hasilnya adalah identifikasi prioritas
hazard atau area yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Misalkan area produksi di

4
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

industry pertukangan yang banyak menghasilkan debu atau partikel sisa kayu yang
halus.
b) Issues-based or targeted health risk assessment
Pengkajian mendetail mengenai proses maupun tugas atau area khusus yang telah
diidentifikasi sebagai prioritas yang memiliki hazard pada saat pengkajian awal. Dapat
merupakan kelanjutan dari baseline health risk aassessment sebelumnya. Misalkan
debu atau partikel sisa kayu yang halus tersebut seberapa banyak, dampak bagi
kesehatan maupun sifat dari hazard (dapat diterbangkan angina atau apakah
terpengaruh jika dalam ruangan terbuka atau tertutup).
c) Continuous health risk assessmet
Proses pengkajian berkelanjutan/berkesinambungan atau yang terschedule untuk
mengkaji apakah kondisi hazard masih sama atau mengalami perubahan baik positif
maupun negative yang dapat menimbulkan risiko bahaya bagi pekerja. Jika dalam dua
tipe pengkajian kesehatan sebelumhya telah diidentifikasi strategi yang tepat dalam
penanganan, maka diperlukan tipe pengkajian ini untuk mengevaluasi efekstifitas
langkah yang telah dilakukan sebelumnya.

Semua tipe pengkajian kesehatan tersebut harus dilakukan dalam semua kondisi yang
termasuk:
1) Perencanaan dan desain proses aktivitas prosedur kerja
2) Adanya aktivitas baru baik rutin maupun tidak rutin yang termasuk dalam prosedur
tahapan kerja (eksplorasi, desain, dan konstruksi)
3) Semua tahapan prosedur operasi perusahaan/industry (operasi dan ekstraksi)
4) Jika ada perubahan dalam aktivitas kerja/pengembangan suatu prosedur (ekspansi,
penggantian alat/bahan/prosedur)
5) Ditemukannya bahaya baru dari suatu prosedur
6) Tindak lanjut dari insiden/kejadian kecelakaan sebelumnya

5
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

bebe
Tahapan manajemen risiko

1) Tahap 1-Identifikasi Hazard


Hazard adalah apapun (termasuk prosedur kerja atau praktek) yang dapat berpotensi
membahayakan hidup, masalah kesehatan kepada pekerja. Identifikasi hazard
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat atau
system dengan menjabarkan dalam 5 faktor yaitu man, method, material, machine dan
environment. Beberapa cara identifikasi hazard yaitu:
 Inspeksi lingkungan kerja
 Review kejadian luka atau kecelakaa termasuk yang hampir terjadi
 Invenstigasi keluhan atau kejadian kecelakaan
 Lakukan audit keselamatan kerja
 Observasi bagaimana praktek/prosedur kerja dilakukan
 Monitoring lingkungan kerja
 Wawancara dengan staf termasuk pengunjung bila diperlukan
 Manual penggunaan alat kerja
 Data mengenai keamanan penggunaan fasilitas
 Merespon informasi yang ada dalam form pelaporan hazard
Jika terdapat laporan penemuan hazard, maka perbaikan/penanganan segera harus
dilakukan jika memang memungkinkan. Contohnya saat teridentifikasi salah satu staff

6
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

terinfeksi Covid 19, maka prosedur sterilisasi tempat, rapid test bagi staf lain harus
segera dilakukan. Perbaikan segera ini dilakukan sebagai mekanisme kontrol yang
dapat mengatasi masalah baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya
laporan mengenai hazard harus diberikan kepada manajer atau pimpinan perushaan
untuk dilakukan langkah atau pengambilan kebijakan selanjutnya.

2) Tahap 2-Pengkajian Risiko


Jika terdapat laporan mengenai hazard, manajer yang bertanggung jawab harus
melakukan pengkajian risiko dengan melakukan wawancara/konsultasi dengan staf
yang terpapar maksimal dalam rentang 5 hari setelah hazard dilaporkan, meskipun
pada beberapa kasus proses pengkajian risiko harus sesegera mungkin dilakukan
khususnya pada hazard level 1. Pengkajian risiko ini meliputi kemungkinan hazard
dapat mencederai atau keparahan/keseriusan dari luka/trauma/efek yang disebabkan
oleh hazard. Proses pengkajian risiko ini mencakup :
1. Evaluasi kemungkinan/potensi trauma/injury/penyakit yang dapat terjadi dan
keparahan dari injury/penyakit tersebut menggunakan matriks risk rating.
Penilaian risiko ini dilakukan dengan berpedoman pada skala Australian
Standard/New Zealand Standard for Risk Management (AS/NZS 4360:2004). Ada
2 parameter yang digunakan dalam penilaian risiko yaitu probability da severity
(a) Skala probablity pada standar AS/NZS 4360 : kemungkinan terjadinya suatu
kecelakaan/kerugian ketika terpapar hazard
Tingkat Deskripsi Keterangan
5 Almost certain Dapat terjadi setiap saat
4 Likely Sering terjadi
3 Possible Dapat terjadi sekali-kali
2 Unlikely Jarang terjadi
1 Rare Hampir ridak pernah, sangat
jarang terjadi
(b) Skala severity pada standar AS/NZS 4360
Tingkat Deskripsi Keterangan
1 Insignificant Tidak terjadi cedera,
kerugian finansial sedikit
2 Minor Cedera ringan, kerugian
finansial sedikit
3 Moderate Cedera sedang, perlu
penanganan medis, kerugian
finansial besar
4 Major Cedera berat > 1 orang,

7
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

kerugian besar, gangguan


produksi
5 Catastrophic Fatal > 1 orang, kerugian
sangat besar dan dampak
sangat luas, terhentinya
seluruh kegiatan

(c) Dari kedua parameter diatas maka didapatkan Risk Assessment Matrix level
yaitu sebagai berikut :
Probability/likelihood Severity of hazard
of hazard Insignificant Minor Moderate Major Catastrophe
Rare 1 2 3 4 5
6Unlikely 2 4 6 8 10
Possible 3 6 9 12 15
Likely 4 8 12 16 20
Almost certain 5 10 15 20 25

(d) Kemudian hasil penghitungan akan diterjemahkan dalam skala level Indication
of Risk Level
Risk Level
1 sampai 2 Low
3 sampai 6 Medium
7 sampai 12 High
Lebih dari 12 Extreme

Contoh Risk Rating


Proses fabrikasi plate tanki (Pembuatan tanki pertamina)

8
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Sumber : (Ambarani and Tualeka 2012)

9
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap risiko


3. Jika memungkinkan, review informasi keselamatan dan kesehatan yang relevan
dengan hazard (misalkan Codes of Practice, WorkCover guidelines)
4. Pendokumentasian hasil luaran yang berhubungan dengan pengkajian risiko yang
dilakukan.

3) Tahap 3-Eliminasi atau Kontrol Risiko


Eliminasi risiko merupakan strategi yang paling utama, namun kadangkala tidak
memungkinkan, oleh karena itu cukup dilakukan kontrol risiko yang sesuai.
Berdasarkan penilaian risiko, ditentukan apakah risiko tersebut masih dapat diterima
(acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk).
a) Acceptable risk  organisasi /perusahaan tetap perlu memastikan bahwa
monitoring perlu terus dilakukan terhadap risiko tersebut. Diterimanya risiko
dipertimbangkan berdasarkan:
- Tindakan pengendalian yang telah ada
- Sumber daya (finansial, SDM, fasilitas, dll)
- Regulasi/standar yang berlaku
- Rencana keadaan darurat
- Catatan/data kecelakaan terdahulu
b) Unacceptable risk  perusahaan harus menentukan bagaimana risiko ditangani
hingga tingkat risiko dapat ditekan seminimal mungkin. Bentuk tindakan
pengamanan risiko dilakukan sebagai berikut:
- Hindari risiko
- Kurangi/minimalkan risiko
- Transfer risiko
- Terima risiko
Hirarki kontrol risiko merupakan ranking kontrol dari yang paling efektif hingga yang
sedikit efektif. Tidak semua strategi dapat diaplikasikan, namun kadangkala kombinasi
strategi dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang paling baik misalkan
menerapkan ventilasi dan masker untuk menghindari hazard debu atau partikel halus.

10
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Berikut merupakan hirarki kontrol:


(1) Eliminate the risk
- Mendesain kembali tempat kerja : dengan mendesain kembali ruangan akan
membuat ruangan lebih lebar untuk mengerjakan tugas (misalkan memperlebar
pintu masuk ruangan, membuat alat produksi yang lebih
aman/tertutup/dikerjakan dengan komputerisasi)
- Merubah prosedur kerja yang berpotensi memiliki hazard tinggi (misalkan
menggunakan alat bantu untuk memindahkan pasien setelah sebelumnya
memindahkan dengan mengangkat secara manual)
(2) Minimise the risk
a) Substitution
Dilakukan dengan memindahkan/mengganti fasilitas atau alat yang berpotensi
membahayakan dengan alat yang lebih aman. Contohnya adalah mengganti
bahan untuk membersihkan lantai dengan bahan yang lebh ramah lingkungan
dan tidak mengandung bahan beracun, mengganti bahan serbuk dengan bentuk
pasta, proses pengecatan dengan spray diganti dengan proses pencelupan.
b) Modification
Memodifikasi tempat kerja atau prosedur yang dilakukan. Misalkan dengan
mengatur kembali lay out ruangan agar lebih bebas bergerak
c) Isolation
Isolasi adalah memperkecil paparan hazard dengan memberikan proteksi
misalkan dengan menutup bagian berbahaya pada mesin
d) Engineering controls
Menggunakan aturan penggunaan pada peralatan mesin produksi, memberikan
proteksi pada bagian mesin yang membahayakan atau memberikan setiap mesin
(machine guarding) dan SOP yang ditempel.
e) Adminstrative controls
Contoh kontrol administrative adalah dengan melaksanakan prosedur pelatihan
sebelum masa kerja, peningkatan staf untuk supervise, penerapan SOP yang
standart, pemberlakuan system ijin kerja, pergantian shift kerja
f) Personal protective equipment (PPE)
Peralatan APD diberlakukan untuk mencegah hazard. Alat PPE ini harus
disesuaikan dengan prosedur yang dilakukan sehari-hari (tidak membatasi

11
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

gerak atau menyulitkan penggunaan), nyaman untuk dipakai (tidak panas,


menyebabkan alergi atau mudah sobek), disesuaikan dengan pengguna (ukuran,
warna dan jenis dibedakan sesuai karakter jenis kelamin, TB/BB pekerja) dan
harus selalu digunakan saat melakukan pekerjaan (penyediaan tidak terbatas).
Contoh PPE antara lain sarung tangan, masker, ear plugs, sepatu protektif atau
kacamata googles.

4) Tahap 4-Monitoring dan Review


Penilaian atau kontrol harus dilakukan untuk memastikan keefektifan dan pencegahan
terhadap risiko tambahan yang mungkin disebabkan karena proses eliminasi risiko.
Monitoring ini dilakukan secar areguler dengan frekuensi mingguan, bulanan atau tiap
semester. Pengkajian dan kontrol risiko harus dievaluasi kembali jika:
- Ada bukti bahwa kontrol risiko/strategi tersebut tidak lagi valid
- Terdapat injury atau kejadian kecelakaan kerja dari hazard
- Ada perubahan lingkungan tempat kerja, peralatan atau fasilitas kerja yang
digunakan yang menyebabkan kontrol risiko sebelumnya tidak lagi efektif

6. Hirarki Manajemen Pengendalian Risiko


a) Eksekutif (CEO)
 Merencanakan dan membuat organisasi kesehatan kerja agar sesuai dengan tata
kelola dalam manajemen risiko
 Memastikan setiap proses manajemen risiko termasuk didalamnya identifikasi
hazard, pengkajian risiko, dokumentasi risiko, kontrol dan evaluasi monitoring
risiko berjalan dengan tepat
 Memberikan informasi, instruksi, pelatihan atau supervise staf untuk melaksanakan
setiap proses dari manajemen risiko
 Monitoring dan mereview efektifitas proses manajemen risiko
 Memastikan kecukupan sumberdaya untuk melaksanakan manajemen risiko di
perusahaan
b) Manajer, team leader & supervisor
 Memastikan proses manajemen risiko dilaksanan secara tepat di lingkungan
perusahaan

12
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

 Memastikan staf mendapatkan pelatihan, informasi dan instruksi yang


memungkinkan mereka mengikuti setiap proses manajemen risiko dan melakukan
pekerjaan dengan aman
 Follow up laporan hazard dengan melakukan pengkajian risiko dan melaksanakan
kontrol risiko yang relevan dengan masalah
 Monitoring dan review pengkajian dan kontrol risiko
 Melakukan rujukan penyelesaian masalah kepada leel pimpinan yang lebih tinggi
c) Pekerja
 Melaksanakan setiap prosedur kerja sesuai dengan SOP keselamatan kerja yang
telah ditetapkan
 Melaporkan hazard kepada manajer
 Memberikan informasi terkait hazard dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
manajemen risiko
d) Dewan tim kesehatan kerja
 Review prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan para pekerja
 Melakukan investigasi risiko kerja dan memberikan jalan keluar pada setiap
masalah kesehatan kerja
 Bertindak sebagai observer dalam setiap investigasi kejadian kecelakaan kerja yang
terjadi
 Membantu mendokumentasikan setiap kecelakaan kerja/insiden yang terjadi
e) Koordinator kesehatan keja dan HR
 Memberikan saran, masukan kepada manajer dan supervisor mengenai manajemen
risiko
 Memberikan dukungan dalam pelaksanaan implementasi manajemen risiko
 Membuat peraturan, guidelines dan protocol keselamatan yang berkaitan dengan
manajemen risiko
 Melakukan monitoring trend dan issue dalam kesehatan keselamatan kerja.

13
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Contoh Prosedur Manajemen Risiko


ANALISA HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL
(HIRARC) PADA PERGURUAN TINGGI YANG BERLOKASI DI PABRIK
Rizkiyah Nur Putri*1), M. Trifiananto2)
1)Program Studi Teknik Operasional Mesin dan Peralatan Industri, Akademi Komunitas
Semen Indonesia – Gresik, Jl Veteran Komplek Pabrik PT Semen Indonesia (Persero) tbk,
Gresik, Indonesia

Industri/Organisasi
Gedung AKSI-Gresik terdiri dari 5 lokasi yakni : gedung proses pembelajaran, gedung
rektorat, workshop alat berat, workshop permesinan 1 dan workshop permesinan. Kelima
gedung tersebut akan diklasifikasikan menjadi 3 sesuai dengan jenis kegiatannya. Pembedaan
jenis kegiatan akan menyesuaikan jenis bahaya yang akan diterima dari masing-masing. Tiga
klasifikasi tersebut meliputi :
1. Gedung Perkantoran
- Gedung pembelajaran : ruangan pembelajaran teori, laboratorium kumputer,
laboratorium perkantoran
- Gedung rektorat : ruangan direktur, ruangan wakil direktur ruangan kepala program
studi, perpustakaan, ruang dosen, ruangan rapat dan ruangan hasil karya mahasiswa
2. Workshop permesinan : workshop permesinan 1 dan workshop permesinan 2
3. Workshop alat berat
Workshop berukuran 20 m x 15 m ini terdapat berbagai mesin-mesin dengan ukuran yang besar
meliputi mesin las, mesin bubut, mesin freis, mesin bending dan hoist crane seperti pada
gambar

14
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

Tahapan
1) Identifikasi Hazard

2) Pengkajian Risiko

15
MK. K3/Jurusan Keperawatan FKUB 2020

3) Kontrol Risiko

4) Monitoring evaluasi
Dilaksanakan setelah risk control dilakukan
Sumber : (Putri and Trifiananto 2019)

Referensi
De Jager, Nicolene. (2011). Health Risk Assessment in the Occupational Health Nurse’s
Practice. Dissertation. University of Johannesburg.
Guild, R., Ehrich, R.I., Johnston, J.R. & Ross, M.H. (2001). Simrac : Handbook of
Occupational Health Practice in the South African Mining Industry. Johannesburg :
Creda Communications.
International Council on Minim and Metals (ICMM). 2009. Good Practice Guidance on
Occupational Health Risk Assessment. London.
NIOHS. (2017). Occupational Risk Assessment Overview. National Institute for Occupational
Safety and Health. https://www.cdc.gov/niosh/topics/riskassessment/default.html.
Diakses tanggal 2 Okt 2020 pukul 08.00 WIB.
Ambarani, Aristy Yulanda, and Abdul Rohim Tualeka. 2012. “Hazard Identification And Risk
Assessment ( Hira ) Pada Proses Fabrikasi Plate Tanki 42-T-501a Pt Pertamina ( Persero )
Ru Vi Balongan.” : 192–203.
Oakley, Katie. Occupational Health Nursing.
Permatasari, Henny, Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu, and Keperawatan Universitas.
2005. “Tinjauan Teori Keperawatan Kesehatan Kerja.” 1699.
Putri, Rizkiyah Nur, and M Trifiananto. 2019. “ANALISA HAZARD IDENTIFICATION
RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL ( HIRARC ) PADA.” : 2–3.

16

Anda mungkin juga menyukai