Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

MENGENAL PRINSIP PRODUCTION SHARING PADA SISTEM KONTRAK JUAL


BELI GAS BUMI

(Studi di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk)


Oleh :
MUHAMMAD RIZKI
NIM. 155010107111121

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKUTAS HUKUM
MALANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

KULIAH KERJA LAPANGAN

MENGENAL PRINSIP PRODUCTION SHARING PADA SISTEM KONTRAK


JUAL BELI GAS BUMI

( Studi di PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk )

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI

NIM. 155010107111121

Tempat Penelitian : PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk.

Waktu Penelitian : 25 Juni – 25 Juli 2018

Disetujui pada tanggal :

Ketua Bagian Hukum Perdata, Dosen Pembimbing,

Dr. BUDI SANTOSO, S.H., LL.M. SYAHRUL SAJIDIN S.H., MH.

NIP. 197206222005011002 NIP. 198808062015041002

Mengetahui :

Dekan,

Dr. RACHMAD SYAFA’AT S.H., M.Si.

NIP. 196208051988021001

i
HALAMAN PENGESAHAN

KULIAH KERJA LAPANGAN

MENGENAL PRINSIP PRODUCTION SHARING PADA SISTEM KONTRAK


JUAL BELI GAS BUMI

( Studi di PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk )

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI

NIM. 155010107111121

Tempat Penelitian : PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk.

Waktu Penelitian : 25 Juni – 25 Juli 2018

Disahkan pada tanggal :

Ketua Bagian Hukum Perdata, Dosen Pembimbing,

Dr. BUDI SANTOSO, S.H., LL.M. SYAHRUL SAJIDIN S.H., MH.

NIP. 197206222005011002 NIP. 198808062015041002

Mengetahui :

Pembimbing Tempat KKL, Dekan,

ATIKA INDRA DHEWANTI S.H. Dr. RACHMAD SYAFA’AT S.H., M.Si.

NIPG. 0010842508 NIP. 196208051988021001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya lah penulis
dapat menyelsaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini. Penulis telah melakukan
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk selama
empat minggu yaitu pada tanggal 25 Juni – 25 Juli 2018.

Terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Rachmad Syafa’at, S.H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya;
2. Bapak Dr. Budi Santoso S.H., LL.M., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya;
3. Bapak Syahrul Sajidin S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan (KKL); dan
4. Ibu Athika Indra Dhewanti S.H., selaku Mentor Pendamping Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
menyeluruh, sehingga saran dan kritik yang diberikan oleh pihak – pihak lain diharapkan untuk
memperbaiki Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini yang kemudian menjadi referensi
ilmiah kita bersama. Terakhir, penulis berharap bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat untuk kegiatan akademik baik bagi mahasiswa, civitas akademika, atau
masyarakat.

Malang, 3 Agustus 2018

Penulis
iii
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan................................................................................................................. i

Halaman Pengesahan................................................................................................................ ii

Kata Pengantar......................................................................................................................... iii

Daftar Isi.................................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Kegiatan............................................................................................ 10
C. Tujuan Kegiatan.......................................................................................................... 10
D. Manfaat Kegiatan........................................................................................................ 11
E. Tahapan Kegiatan........................................................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 16

A. Hukum Kontrak........................................................................................................... 16
B. Kontrak Jual – Beli...................................................................................................... 21
C. Industri Minyak dan Gas Bumi................................................................................... 25
D. Production Sharing Contract....................................................................................... 28

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 36

A. Gambaran Umum PT. Perusahaan Gas Negara Tbk................................................... 36


1. Nama dan Alamat Kantor / Instansi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk........... 36
2. Sejarah Berdiri PT. Perusahaan Gas Negara Tbk............................................ 36
3. Fungsi dan Tugas PT. Perusahaan Gas Negara Tbk....................................... 38
4. Visi dan Misi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.............................................. 39
5. Struktur Organisasi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk..................................... 39

B. Gambaran Khusus PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. ................................................. 41


1. Mekanisme Kontrak di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk............................... 41
2. Jenis – Jenis Kontrak di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.............................. 42
3. Problematika Pembuatan Kontrak di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.......... 45

iv
4. Upaya yang telah Dilakukan dari Problematika Pembuatan Kontrak
di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk................................................................. 47
5. Rekomendasi untuk Perbaikan Terhadap Problematika Pembuatan Kontrak
di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk................................................................. 48

BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 49

A. Kesimpulan................................................................................................................. 49
B. Saran........................................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia mempunyai kepentingan1. Kepentingan adalah suatu tuntutan

perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Manusia sebagai makhluk

sosial di mana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Manusia tidak dapat sebagai

makhluk yang hidupnya terasing dari manusia lain, melainkan harus selalu hidup dalam

ikatan kelompok, golongan, atau kerukunan sebagai satu kesatuan sosial. Untuk

memenuhi kebutuhan kepentingannya, manusia mengadakan hubungan satu dengan

lainnya yang disebut dengan kontak2. Dengan adanya hubungan timbal balik, maka

sering timbul fenomena berupa konflik yang timbul akibat adanya kepentingan yang

berbeda beda. Dengan timbulnya konflik, maka hukum memegang peranan penting

dalam menyelsaikan konflik tersebut 3.

Dalam hubungan antara sesama manusia banyak diwarnai berbagai macam hak,

kewajiban dan kewenangan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu sendiri.

Instrumen hukum hadir untuk mengakomodir segala bentuk kepentingan yang terjadi

di masyarakat. Hal ini ditandai dengan salah satu faktor arus globalisasi yang telah

banyak mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia terutama di bidang hukum dan

ekonomi.

1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 2008). Hlm 1.
2
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelsaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo, 2011) Hlm. 1
3
Ibid. Hlm 2.

1
Setiap waktu, kehidupan hukum ekonomi Indonesia dipaksa berkenalan dengan

nilai – nilai baru yang belum pernah dikenal selama ini atau ada yang sudah pernah

didengar, namun selama ini belum menjadi kebutuhan praktik lalu lintas pergaulan

masyarakat. Meningkatnya intensitas perdagangan dan investasi, tidak hanya

menimbulkan dinamika ekonomi yang semakin tinggi, tetapi juga akan meningkatkan

intensitas konflik antar masyarakat 4.

Perubahan dan pergeseran yang cepat dalam era super industrialis sekarang,

telah mengantarkan manusia dalam kehidupan dunia tanpa batas yang merupakan salah

satu ciri perekonomian yang paling menonjol di era globaliasi dan hal tersebut telihat

akan arti pentingnya waktu dan biaya bagi para pelaku bisnis dan masalah bisnis yang

banyak melibatkan transaksi bisnis dalam mekanisme kontrak yang kemudian semakin

baik perkembangannya jika ditunjang dengan penegakan hukum (law enforcement)

yang baik pula.

Dalam kondisi pada era sekarang, sumber daya alam (non – renewable) strategis

tidak terbarukan merupakan organ yang vital yang harus dikuasai negara oleh negara

serta memiliki peranan penting dalam hajat hidup orang banyak dan perekonomian

nasional. Sehingga pengelolaannya harus maksimal sesuai dengan dasar filosofis

terhadap cita – cita negara Indonesia.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Kepemilikan dan

pengelolaan minyak dan gas bumi merupakan satu sumber pemasukan negara

dikarenakan merupakan komoditas atau organ vital. Oleh karena itu sesuai dengan

tataran filosofis, konstitusi tidak menghendaki adanya kepemilikan individu atas

4
Opcit. Hlm 1.

2
sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu pengelolaan dan pengaturannya

dilaksanakan oleh pemerintah.

Pada tataran filosofi, termuat pada Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cabang – cabang

produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

dikuasai oleh negara. Demikian pula bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran

dan kesejahteraan rakyat. Filosofi tersebut pada pengelolaan sumber daya alam yang

oleh negara Indonesia untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Salah satu sumber

daya alam yang dikelola oleh negara adalah minyak dan gas bumi. Minyak dan gas

bumi merupakan jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan harus

dikelola oleh negara dengan baik yang tidak hanya keuntungan komersial perusahaan

tetapi juga mewujudkan cita kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Dalam tataran implementasi. Pengelolaan usaha minyak dan gas bumi dibagi

menjadi dua macam, yaitu kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha

hulu meliputi eksplorasi, eksploitasi dan produksi, sedangkan untuk kegiatan usaha hilir

meliputi kegiatan pengelolaan, transportasi, dan pemasaran. Dalam pengelolaan usaha

hulu, dengan menggunakan mekanisme kontrak yang kemudian pelaksanaanya dalam

ranah hukum privat dan pemerintah menjadi subjek hukum privat. Pihak yang

melaksanakan kontrak dengan pemerintah adalah kontraktor yang dengan berbagai

risiko guna mewujudkan kesejahteraan perusahaanya (shareholder wealth)5. Dalam

penelitian ini penulis akan fokus membahas tentang usaha hulu minyak dan gas bumi.

5
A Riyanto Pudyantoro, Proyek Hulu Migas, Evaluasi dan Analisis Petro Ekonomi (Jakarta : Petromindo,
2014)

3
Dalam pelaksanaan kegiatan hulu migas, Indonesia mengenal pola kontrak

Production Sharing Contract (PSC) atau dapat disebut sistem bagi hasil. Sistem

kontrak production sharing yang terdiri berbagai macam prinsip sangat bernuansa

ekploratif dan eksploitatif. Pengelolaan diarahkan untuk kegiatan investasi dan ekspor

yang dimungkinkan tidak adanya strategi pencadangan sumber daya alam. Pengelolaan

minyak dan gas bumi yang seharusnya memenuhi unsur perlindungan hak – hak

masyarakat lokal serta penanggulanganya. Hal ini diatur dalam Undang – Undang

Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) yang menegaskan

pola kontrak production sharing sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Migas dengan

nama sistem bagi hasil6.

Mengenal karakteristik atau ciri Production Sharing menurut UU Migas adalah

memuat 3 prinsip pokok, yaitu :

1. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan pemerintah sampai pada titik

penyerahan;

2. Pengendalian manajemen operasi berada pada badan pelaksana;

3. Modal dan risiko seluruhnya ditanggung badan usaha atau badan usaha tetap.

Badan Pelaksana adalah suatu badan untuk melakukan pengendalian kegiatan

usaha hulu di bidang migas. Dan memiliki fungsi pengawasan terhadap kegiatan usaha

hulu agar pengelolaannya sesuai dengan cita negara yakni kemakmuaran rakyat dimana

objek kontraknya adalah kegiatan usaha migas terutama bidang usaha hulu yang

meliputi usaha eksplorasi dan eksploitasi7.

7
Pasal 44 ayat (2) Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

4
Grotius (Hugo de Groot) seorang sarjana kebangsaan Belanda mengemukakan

teori yang berdasarkan pada hukum asasi, bahwa suatu kewaiban moril pada seseorang

untuk melaksanakan apa yang dijanjiknnya. Teorinya disebut dengan “Pacta Sunt

Servanda”, kemudian teorinya menjelma kedalam peraturan bahwa suatu janji

diucapkan dan menciptakan akibat hukum yang berupa hak dan kewajiban. Tujuan

suatu perjanjian adalah melaksakan perjanjian dengan menepatinya. Disinilah hukum

perjanjian mengatur hal – hal yang menyakut janji.

Dalam konteks hukum perdata, Hukum kontrak termasuk dalam hukum privat

(perdata) yang dibahas mendalam dalam hukum perikatan. Dalam konteks ini, hukum

kontrak bagian dari hukum perikatan yang dalam istilah hukum belanda disebut dengan

“verbintenis.”8 Yang artinya ialah suatu hubungan hukum (legal relation) di dalam

lapangan harta kekayaan dan timbul akibat perbuatan hukum. Hubungan hukum ialah

suatu hubungan yang sifatnya abstrak atau tidak kongkrit yang mana hubungan itu

timbul karena adanya suatu perbuatan hukum atau dengan kata lain perbuatan hukum

ialah perbuatan yang menimbulkan implikasi hukum atau akibat hukum.

Legal relation itu antara para pihak dimana yang satu berhak atas prestasi

(kreditur) dan pihak lain berkewajiban memenuhi prestasi (debitur) dalam kata lain

kontraprestasi9 Dalam BW (burgerlijk wetboek) perikatan lebih banyak diatur dalam

buku III BW yang mana menganut sistem terbuka (open system)10 yakni yang sebagai

sumber hukum positif perdata yang utama tidak memberikan atau menyatakan arti dari

perikatan itu sendiri melainkan menyatakan bahwa perikatan itu lahir karena suatu

perjanjian atau karena undang – undang. Hal tersebut tertera pada pasal 1233 BW yang

8
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm 165.
9
Riduan Syahrani, Seluk – Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : P.T Alumni, 2013). hlm 195.
10
Ibid. Mengacu pada asas kebebasan berkontrak (pasal 1338 BW) suatu asas yang menyatakan bahwa setiap
orang pada dassarnya boleh membuat perjanjian atau kontrak yang berisi dan macam apapun asal tidak
bertentangan dengan undang – undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

5
mana menyatakan “perikatan, lahir karena suatu perjanjian atau karena undang –

undang.” 11 Suatu perikatan lahir atau terbentuk dari perjanjian – perjanjian yang dibuat

oleh kehendak perbutan manusia atau kehendak aktivitas manusia dan kalau perikatan

yang timbul karena undang – undang itu ialah perikatan yang tidak hanya timbul dari

kehendak perbuatan manusia melainkan timbul karena kehendak undang – undang.12

Hal ini menunjukan bahwa suatu perikatan lahir dari undang – undang dan perjanjian.

Berdasarkan rumusan – rumusan yang telah tertera dalam pasal 1233 oleh Abdul Kadir

Muhammad, terdapat beberapa unsur dalam suatu perjanjian. Yaitu sebagai berikut 13 :

1. Perikatan atau hubungan hukum;

2. Subjek hukum yakni kreditur dan debitur;

3. Isi yakni hak dan kewajiban;

4. Ruang lingkup dalam harta kekayaan.

Telah dijelaskan bahwa perjanjian atau kontrak bagian dari hukum perikatan.

Oleh karena itu hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk

melindungi harapan – harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi

perubahan masa datang yang bervariasi kinerja. Dengan demikian, terdapat persyarakat

apabila dikatakan mengikat dalam perjanjian. Hal tersebut diatur dalam pasal 1320 BW.

Menurut BW perjanjian mempunyai kekuatan hukum mengikat apabila telah

memenuhi empat syarat untuk sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320

KUHPerdata, yaitu14 :

1. Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya.

11
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
12
R. Setiawan, Pokok – pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta), 1997, Hlm 57.
13
H. Riduan Syahrani, Seluk – Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : P.T Alumni), 2013. Hlm.
200
14
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : PT Alumni, 2013) Hlm. 205.

6
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3. Sesuatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal.

Pada saat perjanjian itu sah maka perikatan itu mengikat para pihak yang

membuatnya. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata : Perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang membuatnya. Pasal 1338 ayat (2)

KUHPerdata : Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan

kesepakatan para pihak atau karena alasan yang dinyatakan oleh undang-undang.

Apabila ada salah satu pihak yang tidak menghormati janji-janji (kewajiban) berarti ada

pihak yang kepentingannya dilanggar maka hukum memberikan perlindungan atas

kepentingan para pihak yang dilanggar janjinya tersebut. Kepentingan yang dilindungi

dalam hukum perjanjian adalah kepentingan ekonomi. 15

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah yang wajib dipenuhi

oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi adalah objek perikatan. Dalam hukum

perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur.

Dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik

bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi

jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat

dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian

antara pihak-pihak16.

Menurut ketentuan pasal 1234 KUH Perdata ada tiga kemungkinan wujud

prestasi, yaitu (a) memberikan sesuatu, (b) berbuat sesuatu, (c) tidak berbuat sesuatu.

Dalam pasal 1235 ayat 1 KUH Perdata pengertian memberikan sesuatu adalah

15
Ibid. 206
16
Ibid. 207

7
menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada kreditur, misalnya

dalam jual beli , sewa-menyewa, hibah, perjanjian gadai, hutang-piutang..

Sedangkan Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan

seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh

debitur disebabkan oleh dua kemungkinan alasan, yaitu:

1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhinya

kewajiban maupun karena kelalaian.

2. Karena keadaan memaksa (overmacht), force mejeure, jadi di luar

kemampuan debitur. Debitur tidak bersalah.

Untuk menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan wanprestasi,

perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sangaja atau lalai tidak

memenuhi prestasi. Ada 4 macam bentuk wanprestasi, yaitu17:

1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali

2. Terlambat memenuhi prestasi

3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sempurna

4. Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban atau isi

perikatan.

Dengan penjelasan hukum kontrak secara singkat oleh penulis selanjutnya

masuk dalam mekanisme kontrak jual beli gas bumi. Di Indonesia peraturan yang

mengatur peristiwa jual beli terdapat di dalam Buku III BW. Di dalam praktek,

perjanjian dilaksanakan dalam bentuk perjanjian baku (standart contract) yang sifatnya

membatasi akan adanya asas kebebasan berkontrak. Dengan adanya batasan ini sangat

17
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata, (Bandung : PT Alumni, 2013) Hlm, 218.

8
berkaitan dengan kepetingan umum yang diatur dalam Undang – Undang atau peraturan

pemerintah.

PT. Perusahaan Gas Negara merupakan salah satu pelaku ekonomi midstream

dan downstream yang membuat banyak perjanjian jual beli dengan beberapa pihak,

pihak – pihak yang dimaksud dalam penulisan ini adalah para konsumen, dimana

perjanjian jual beli tersebut dapat membuat suatu peraturan perjanjian jual beli yang

dibuat dengan masing – masing pihak. Hal ini menjadi prinsip yang dilaksanakan PT.

Perusahaan Gas Negara dengan konsumen memiliki ketentuan hukum perdata dan

hukum dagang yang menarik diteliti.

Dengan adanya penyelenggara negara berbentuk Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang menjadi otoritas negara untuk mengelola mengenai jual beli gas bumi.

Disini pentingnya pembahasan dan pengenalan prinsip production sharing atas kontrak

yang dilakukan untuk menghindari terhadap liberalisasi minyak dan gas bumi yang

condong pada eksploitatsi minyak bumi serta yang hanya dikomersialisasikan dengan

keuntungan investasi semata.

Kesesuaian dan tujuan penggunaan sumber daya alam adalah mutlak dan tidak

dapat diubah. Kemudian perlu dicermati atas hak menguasi negara atas faktor produksi

strategis dan vital dimana pada hakekatnya merupakan suatu perlindungan atas cita

hukum untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain negara harus memiliki fungsi

sebagai pengatur, pengurus, dan pengawas terhadap hubungan hukum atas relasi

ekonomi yang dirumuskan dalam sistem kontrak yang tidak memberikan

partikularistik.

9
B. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Penulis akan membatasi ruang lingkup kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) ini pada

a. Umum

1. Nama kantor di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk;

2. Sejarah berdirinya PT. Perusahaan Gas Negara Tbk;

3. Fungsi dan tugas PT. Perusahaan Gas Negara Tbk;

4. Visi dan misi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk; dan

5. Struktur organisasi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

b. Khusus

1. Mekanisme bekerja atas pembuatan Kontrak Jual Beli Gas Bumi di PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk;

2. Problematik yang dihadapi atas pembuatan Kontrak Jual Beli Gas Bumi di

PT. Perusahaan Gas Negara Tbk;

3. Upaya – upaya yang sudah dilaksanakan atas problematika di PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk; dan

4. Rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan dan/atau alternatif

pemecahan problematika yang dihadapi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk

C. TUJUAN KEGIATAN

Berikut adalah beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini :

1. Untuk mengetahui prinsip Product Sharing pada Sistem Kontrak Jual Beli

Gas Bumi; .

10
2. Untuk mengetahui prosedur atau tahapan dalam pelaksanaan prinsip

Product Sharing pada Kontrak Jual Beli Gas Bumi di PT. Perusahaan Gas

Negara Tbk;

3. Untuk mengetahui hambatan atau kendala dalam pelaksanaan prinsip

Product Sharing atas Kontrak Jual Beli Gas Bumi di PT. Perusahaan Gas

Negara Tbk;

4. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas

Negara Tbk.

D. MANFAAT KEGIATAN

Berikut adalah manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

(KKL) ini:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan pemikiran untuk pengembangan ilmu bagi bangsa dan negara

dalam menyikapi persoalan terkait dengan aspek Hukum Perdata.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Mahasiswa

Memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang

aplikasi teori, konsep, dan proses kontrak Jual Beli Gas Bumi dengan prinsip

Product Sharing dalam prakteknya dan sebagai bahan evaluasi tentang

pengetahuan yang telah dipelajari oleh mahasiswa dalam perkuliahan dengan

realita kondisi serta evaluasi yang ada di lapangan. Serta dapat meningkatkan

kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosional mahasiswa, dan sebagai

11
sarana memperluas pengetahuan dan pengalaman mahasiswa sebuelum

terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.

b. Bagi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan dapat menjadi bahan

perbandingan atas langkah-langkah yang telah atau sedang diambil oleh PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk untuk mencapai tujuannya dalam pelaksanaan

prinsip Product Sharing dalam prosedur pemberian pembuatan Kontrak Jual

Beli Gas Bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Disamping itu, diharapkan pula dapat menjadi bahan masukan yang

bersifat objektif atau juga sumbangan pemikiran bagi instansi terkait dalam

hal peningkatan kinerja di masa mendatang.

c. Bagi Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan dapat

menyumbangkan suatu informasi guna untuk perkembangan pendidikan

khususnya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Terutama bagi dosen

dan mahasiswa dalam konsentrasi Hukum Perdata Bisnis, hasil kegiatan ini

dapat dijadikan sebagai bahan tambahan alternatif materi kuliah dan

penyempurnaan kurikulum agar lebih efektif dan efisien.

d. Bagi masyarakat

Diharapkan hasil dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini mampu

memberikan sebuah pandangan maupun referensi bagi masyarakat luas

mengenai aspek hukum perdata. Selain itu, hal ini penting untuk memberikan

dorongan dalam hal budaya sadar hukum dan juga membangun kepercayaan

masyarakat terhadap peran di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

12
E. TAHAPAN KEGIATAN

Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, selain ikut serta

dalam kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tempat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

(KKL), penulis juga akan melakukan banyak pengamatan serta mencari informasi

mengenasi mekanisme prosedur mediasi dalam sengeketa wanprestasi atas upaya

alternatif penyelsian sengketa pada PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. Kegiatan ini

tentunya tidak lepas dari dukungan dan pembinaan dari bidang hukum perdata di PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk yang diharapkan dapat memberi keterbukaan dan

kerjasama yang baik sehingga penulis dapat dengan jelas mengetahui informasi-

informasi guna memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun pelaksanaan Kuliah

Kerja Lapangan yang akan dilakukan yaitu meliputi kegiatan - kegiatan sebagai laporan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, mahasiswa menggunakan

Metode Partisipatif, yaitu mahasiswa ikut terlibat di dalam proses kegiatan yang

dilakukan oleh instansi terkait tempat kegiatan KKL tersebut.

Adapun tahapan – tahapan pencarian data yang dilakukan untuk melengkapi

penyusunan Laporan KKL adalah sebagai berikut :

1. Minggu I : Persiapan

Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing utuk mendiskusikan hal-hal

yang berkaitan dengan proposal pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

a. Mengurus Surat Pengantar dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan

proposal Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah disetujui oleh dosen

pembimbing ke PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

13
b. Menyampaikan Surat Pengantas dari Dekan Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya dan proposal KKL yang telah disetujui oleh dosen pembimbing ke PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk.

2. Minggu II – III : Pelaksanaan

2.1 Dalam hal pencarian data – data terkait, penulis menggunakan metode :

a. Observasi

Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu objek tertentu dengan cara ikut serta

aktif melihat, mengamati, dan juga melaksanakan kegiatan yang terjadi

pada objek yang bersangkutan serta mengadakan pencatatan secara

sistematis terhadap objek yang diteliti.

b. Wawancara

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara

langsung terhadap pihak-pihak terkait yang terdapat di PT. Perusahaan

Gas Negara Tbk yang dianggap dapat memberikan penjelasan

sehubungan dengan objek yang diteliti atau masalah yang akan dibahas.

c. Dokumentasi

Yaitu suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara

menelusuri dokumentasi yang terdapat di PT. Perusahaan Gas Negara

Tbk.

d. Partisipasi

Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara terlibat secara

langsug terhadap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tempat kegiatan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

14
2.2 Dalam kegiatan yang dilakukan penulis dibagi atas tiga kegiatan, yakni :

a. Kegiatan Operasional

Yaitu kegiatan yang sifatnya melibatkan diri dalam usaha melaksanakan kegiatan

yang dilakukan oleh Legal Division Perdata PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

b. Kegiatan Pengamatan

Yaitu kegiatan yang sifatnya menyimak, mempelajari, dan mengamati mekanisme

pelaksanaan Prinsip Product Sharing atas Kontrak Jual Beli Gas Bumi PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk.

c. Kegiatan Wawancara

Yaitu kegiatan yang memperoleh data infromasi melalui dialog atau wawancara

langsung dengan sumber data yang berasal dari Bidang Hukum Perdata PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat penulis.

3. Minggu IV : Evaluasi

a. Evaluasi pelaksanaan kegiatan KKL

b. Evaluasi penyusunan laporan dari kegiatan KKL.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TENTANG HUKUM KONTRAK

Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggirs, yaitu Contract Of

Law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Overeenscomstreecht18.

Menurut Michael D Bayles, Contract Of Law is might then be taken to be the law

pertaining to enporcement of promise or agrement. Artinya, hukum kontrak adalah

sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian dan persetjuan,

dan mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan - harapan yang

timbul dalam pembuatan persetujuan19. Pengertian kontrak tertuang dalam Pasal 1313

KUH Perdata, “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”

Dalam hukum kontrak, dapat dikemukakan unsur – unsur yang tercantum dalam

hukum kontrak antara lain 20 :

1) Adanya Kaidah Hukum

Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tertulis

dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah kaidah – kaidah hukum

yang terdapat di dalam peraturan perundang – undangan, traktat, dan

yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum kontrak tidak tertulis adalah kaidah

hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat.

18
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori, & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015) Hlm, 3.
19
Ibid. Hlm 4
20
Ibis. Hlm 5

16
2) Subjek Hukum

Subjek hukum atau rechtpersoon diartikan sebagai pendukung hak dan

kewajiba. Yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur

dan debitur. Kreditur adalah orang yang menerima hak atas debitur atau

berpiutang. Debitur adalah orang yang melaksanakan kewajiban atau berhutang.

3) Adanya Prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan hak kreditur. Prestasi

terdiri dari :

a. Memberikan sesuatu;

b. Berbuat sesuatu; dan

c. Tidak berbuat sesuatu.

4) Kata Sepakat

Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian.

Salah satunya kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian

pernyataan kehendak anatara para pihak.

5) Akibat Hukum

Setiap perjajian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum.

Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu

kenikmatan dan kewajiban adalah suatu beban yang harus dilaksanakan.

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system). Artinya

bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur

maupun yang belum diatur di dalam undang – undang. Hal ini dapat disimpulkan dari

ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi

17
mereka yang membuatnya.” Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata memberikan

kebebasan kepada para pihak untuk :

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian

2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan

4) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis dan lisan.

Suatu syarat sah perjanjian tertuang dalam Pasal 1320 KUH Perdata, dimana

memiiki 4 syarat antara lain :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2) Cakap untuk melakukan perjanjian

3) Mengenai suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal

Angka 1 dan 2 mensyaratkan syarat subjektif. Di mana syarat ini dikarenakan

mengenai orang atau subjeknya yang mengadakan perjanjian. Angka 3 dan 3

mensyaratkan syarat objektif. Di mana syarat ini dikarenakan mengenai objek perjanjian

itu sendiri dan perbuatan hukumnya 21.

Pada syarat subjektif, para pihak yang mengadakan perjanjan atau kontrak harus

sekapat (konsensus) tanpa paksaan, kehilafan, dan penipuan serta cakap menurut hukum.

Pada syarat ini apabila ditemukan pelanggaran hukum, akibat hukumnya ialah dapat

dibatalkan oleh para pihak22. Kemudian, orang yang mengadakan kontrak harus cakap.

Syarat cakap menurut hukum dalam mengadakan kontrak tertuang dalam Pasal 1330

21
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1963) Hlm. 17
22
Ibid. Hlm 17

18
KUH Perdata secara penafsiran a contrario. Dalam Pasal 1330 KUH Perdata, disebutkan

orang – orang yang tidak cakap untuk mengadakan perjanjian :

1) Orang – orang yang belum dewasa

2) Mereka yang ditaryg dibawah pengampuan

3) Orang perempuan dalam hal – hal yang ditetapkan oleh undang – undang

(sudah tidak berlaku), dan semua kepada siapa undang – undang telah

melarang membuat perjanjian tertentu.

Pada angka 3 dan 4 disebutkan syarat objektif. Di mana syarat ini mensyaratkan

secara absolut. Apabila syarat ini dilanggar, menimbulkan batal demi hukum. Pada

Angka 3, disebutkan bahwa suatu kontrak harus mengenai hal tertentu yang menjelaskan

apa yang diperjanjikan dalam hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (kreditur dan

debitur). Hal ini menandakan suatu prestasi. Pada Angka 4, disebutkan bahwa suatu

kontrak harus memenuhi dan tidak melanggar objek yang diatur dalam peraturan

perundang – undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum seperti yang tertuang pada Pasal

1337 KUH Perdata.

Dalam suatu kontrak, harus memuat unsur – unsur antara lain :

a. Unsur Essensialia

Unsur ini menjelaskan bagian – bagian yang harus terdapat dalam perjanjian.

Seperti contoh pada perjanjian jual beli, di dalamnya harus terdapat barang dan

harga

b. Unsur Naturalia

c. Unsur ini menjelaskan dalam perjanjian harus terdapat peraturan yang bersifat

mengikat. Seperti contoh pada pasal 1514 KUH Perdata, perjanjian jual beli harus

19
mencantumkan pembayarannya, jika tidak pembayaran dilakukan pada waktu

lavering barang itu dilakukan

d. Unsur Accidentalia

Unsur ini menjelaskan bahwa dalam suatu perjanjian dapat ditambahkan oleh para

pihak dalam membuat perjanjian. Dalam jual beli, dapat ditambahkan unsur

jaminan sehingga apabila debitur lalai dalam melaksanakan prestasinya, jaminan

yang dijaminkan dapat dilakukan eksekusi tanpa putusan pengadilan

Dalam hukum kontrak, kita mengenal asas – asas dalam perjanjian antara lain :

a. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 KUH Perdata, dalam

pasal tersebut disebutkan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang – undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas jebebasan berkontrak ini

memberikan kebebasan pada para pihak untuk23 :

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian

2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya

4) Menentukan bentuk perjanjian.

b. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme mengandung pengertian bahwa suatu perjanjian secara umum

tidak diadakan secara formal melainkan cukup dengan kesepakatan para pihak saja.

Kesepakatan merupakan kesesuaian antara kehendak dan pernyataan dari para pihak

yang melakukan perjanjian

23
Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori, dan Teknik Penyusunan Kontrak (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007).
Hlm 9

20
c. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini terdapat pada pasal 1338 KUH Perdata, dimana dalam pasal tersebut suatu

perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak dan sah menurut hukum berlaku dan

mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Keterikatan bagi para pihak

menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang mengandung prestasi atau janji

– janji yang harus dipenuhi.

d. Asas I’tikad Baik.

Asas ini tertuang pada pasal 1338 KUH Perdata, di mana para pihak sebelum membuat

(post contractual), membuat (contractual) dan melaksanakan kontrak (pasca

contractual) harus dengan kesungguhan nyata.

B. KAJIAN TENTANG KONTRAK JUAL BELI

Istilah perjanjian jual beli bersal dari terjemahan dari contract of sale. Perjanjian

jual beli diatur dalam pasal 1457 s.d Pasal 1450 KUH Perdata. Yang dimaksud dengan

jual beli adalah persetujuan, dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang dijanjikan

(Pasal 1457 KUH Perdata). Esensi dari definisi ini penyerahan benda dan membayar

harga24.

Definisi ini ada kesamaan dengan definisi yang tercantum dalam Artikel 1439

NBW. Perjanjian jual beli adalah persetujuan dimana penjual mengikatkan dirinya

untuk menyerahkan kepada pembeli suatu barang sebagai milik (eneigendom te

leveren) dan menjaminnya (vrijwaren) pembeli mengikatkan diri untuk membayar

harga yang diperjanjikan. Ada tiga hal yang tercantum dalam definisi ini, yakni

24
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori, & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015) Hlm, 48.

21
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan barang kepada pembeli dan menjaminnya,

serta membayar harga.

Di dalam hukum Inggris, perjanjian jual beli (contract of sale) dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu sale (actual sale) dan agreement to sale, hal ini terlihat dalam

Section 1 ayat (3) dari Sale of Goods Act 1893. Sale adalah suatu perjanjian sekaligus

dengan pemindahan hak milik (compeyance), sedangkan agreement to sale adalah tidak

lebih dari suatu koop overeentkomst (perjanjian jual beli) biasa menurut KUH Perdata.

Apabila dalam suatu sale si penjual melakukan wanprestasi maka si pembeli dapat

menggunakan semua upaya dari seorang pemilik, sedangkan dalam agreement to sale,

si pembeli hanya punya personal remedy (kesalahan perorangan)terhadap si penjual

yang masih merupakan pemilik dari barangnya (penjual) jatuh pailit, barang itu masuk

boedel kepailitan25.

Dalam hukum Inggris diatas terlihat, bahwa ada perbedaan prinsip antara sale

dan agreement to sale. Sale terdiri atas perjanjian jual dan pemindahan hak milik,

agreement to sale belum tentu ada penyerahan hak milik.

Dari definisi tersebut dapat penulis formulasikan definisi perjanjian jual beli

secara lengkap. Perjajian jual beli adalah “Suatu perjanjian yang dibuat antara pihak

penjual dan pembeli. Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk

menyerahkan obyek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli

berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima obyek tersebut”

Unsur-unsur yang tercantum dalam kedua definisi diatas adalah 26 :

a. Adanya subyek hukum, yaitu penjual dan pembeli;

25
Ibid. 49
26
Ibid. 50

22
b. Adanya kesepakatan antara penjual dengan pembeli tentangbarang dan

harga

c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjua dan

pembeli.

Apabila kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli telah tercapai maka akan

menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. Yang menjadi hak penjual adalah

menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak pembeli. Sedangkan kewajiban

pihak penjual adalah sebagai beriku 27t :

1) Menyatakan dengan tegas tentang perjanjian jual beli tersebut

2) Menyerahkan barang

Penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan

kepunyaan si pembeli. Ada tiga cara penyerahan barang, yaitu 28 :

a. Penyerahan barang bergerak cukup dengan menyerahkan kekuasaan

atas barang tersebut;

b. Barang tetap dilakukan dengan menggunakan akta transport atau balik

nama atas pejabat yang berwenang

c. Barang tak bertubuh dengan cara cessi

3) Kewajiban menanggung pembeli

Kewajiban menanggung dari si penjual adalah dimaksudkan agar (1) penguasaan benda

secara aman dan tentram, dan (2) adanya cacat barang – barang tersebut atau

sedemikian rupa sehingga menerbitkan alasan untuk pembatalan (Pasal 1473 KUH

Perdata)

27
Ibid. 49.
28
Ibid. 50.

23
4) Wajib mengembalikan kepada si pembeli atau menyuruh mengembalikan

oleh orang yang memajukan tunturan barang, segala apa yang telah

dikeluarkan oleh pembeli, segala biaya yang telah dikeluarkan untuk barang

5) Wajib menanggung terhadap cacat tersembunyi

6) Wajib mengembalikan harga pembelian yang diterimanya

7) Jika barang yang dijual musnah disebabkan cacat tersembunyi, naka

kerugikan dipikul oleh penjual

Kewajiban pembeli adalah sebagai berikut29 :

1) Membayar harga pembelian (Pasal1513 KUH Perdata)

2) Membayar bunga dari harga pembelian jika bunga tersebut bagian dari

pendapatan

Jual beli adalah suatu penjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan

sebagai suatu penjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada

detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang

pokok (esensalia) yaitu barang dan harga, meskipun jual beli itu mengenai barang

yang tidak bergerak. Sifat konsensuil jual beli ini ditegaskan dalam pasal 1448 yang

berbunyi "Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka

telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum

diserahkan ataupun harganya belum dibayarkan."

Penyerahan dalam Jual Beli menurut hukum perdata, pada suatu jual beli

terdapat penyerahan barang yang menjadi obyek pada perjanjian jual beli. Penyerahan

secara yuridis yakni :

29
Ibid. 55

24
1) Penyerahan barang bergerak

Penyerahan barang bergerak dilakukan dengan cara penyerahan yang nyata

atau untuk menyerahkan kekuasaan atas barangnya (Pasal 612

KUHPerdata)

2) Penyerahan barang tidak bergerak

Penyerahan barang tidak bergerak terjadi dengan pengutipan sebuah "akta

transport" dalam register tanah di depan pegawai balik nama sejak

berlakunya undang-undang pokok agrarian

3) Penyerahan piutang atas nama

Penyerahan piutang atas nama dilakukan dengan pembuatan sebuah akta

yang diberitahukan kepada si berhutang

C. KAJIAN TENTANG INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI

Industri Migas terbagi menjadi 2 kegiatan usaha, yakni usaha hulu dan hilir.

Kegiatan usaha hulu merupakan aktivitas yang ditunjukan untuk menemukan dan

eksploitasi sumber – sumber Migas, melalui aktivitas survey (eksplorasi) dan pengeboran

(eksploitasi). Kegiatan usaha hilir adalah aktivitas usaha yang ditunjukan untuk

melakukan pengelolaan yang dihasilkan melalui proses penyulingan, distribusi, dan

penjualan kepada konsumen30.

Secara umum, kerangka hukum hulu migas terbagi menjadi dua aspek pokok31.

Pertama, hukum terkait bisnis kegiatan hulu migas. Kedua, hukum terkait teknis dari

industri hulu migas. Pada aspek kerangka hukum pertama, pengaturan yang dibahas

30
Wahyudin Sunarya dan Giri Ahmad, Pengantar Hukum Minyak dan Gas Bumi, (Depok : Kantor Hukum
Wibowo, 2017). Hlm 2.
31
Ibid. Hlm 2.

25
menitikberatkan hubungan kontraktual keperdataan/administrasi, antara pemerintah

dengan perusahaan, dan perusahaan dengan perusahaan. Kerangka hukum kedua,

menitikberatkan pada pengaturan terkait dengan aspek – aspek teknis pelaksanaan

kegiatan eksplorasi dan eksploitasim seoerti kesehatan dan keamanan kerja, pengadaan

barang kegiatan migas dan aspek lingkungan hidup.

Industri Migas merupakan industri yang memiliki karakteristik sebagai padat

modal (capital intensive), padat teknologi (technology intensive), dan resiko tinggi (high

financial risk). Pada tahun 2011, kapitalisasi sektor hulu Migas mencapai 450 miliar

dollar, naik menjadi 35 miliar dolar dari tahun 2010. Besarnya investasi pada Migas

dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama, yakni32 :

1) Investasi pada teknologi; dan

2) Resiko usaha yang tinggi.

Menurut Pasal 5 UU Migas terdapat dua kegiatan usaha migas yakni 33 :

1 ) Kegiatan Usaha hulu

Kegiatan Usaha Hulu merupakan serangkaian kegiatan eksplorasi, eksploitasi,

dan penutupan. Pada masing – masing kefiatan terbagi ke dalam beberapa tahapan

sebagai berikut34 :

A. Tahap Ekplorasi

No Tahapan Keterangan

1 Survey Merupakan serangkaian kegiatan untuk melakukan pencarian

formasi bebatuan yang potensial menyimpan cadangan hidrokarbon.

32
Ibid Hlm. 4.
33
UU Minyak dan Gas Bumi.
34
Ibid. Hlm 10.

26
Pada umumnyam, hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi

peta cekungan – cekungan besar dalam struktur geologi bumi, yang

banyak terkumpul di dalam literatur – literatur geologi. Setelah

melakukan proses pemetaan, eksplorasi juga melakukan identifikasi

terhadap permukaan bumi yang potensial.

2 Pengeboran Merupakan kegiatan untuk mengonfirmasi beberapa aspek yakni :

Ekplorasi 1) Menentukan jumlah cadangan

2) Menilai ketebalan dan tekanan internal dari sumur

3 Penilaian Merupakan tahapan untuk menilai keekonoian cadangan

Keekonomian hidrokarbon yang terdapat pada wilayah eksplorasi

B. Tahap Eksploitasi

Setelah selesainya tahapan ekplorasi dan keputusan – keputusan

pengembangan, kemudian dilanurkan dengan tahap pengembangan sumur dan produksi.

Pada umumnya, tahapan ini, sumur dibor dan dikembangkan, dimana ukuran dan jumlah

pengeboran sumur didasarkan pada formasi geologi dan bebatuan.

C. Tahap Penutupan

Setiap sumur memiliki usia produksi, pada satu titip tertentu produksi sumur

akan menurun, hingga tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Rata – rata sebuah sumur

Migas berusia antara 20 – 30 Tahun. Pada fase ini akan dilakukan penutupan dan

rehabilitasi area produksi, dan mencabut semua alat produksi dan instalasi.

27
2) Kegiatan Usaha Hilir

Kegiatan usaha hilir migas merupakan kegiatan usaha yang berfokus pada aspek

pendistribusian dan penjualan produksi migas, seperti aktivitas penyulingan, petrokimia,

dan pendistribusian. Namun pada insditrusi migas juga dikenal midstream antara lain

pembangkit listrik dan desalinasi.

Aktivitas usaha hilir sangat terkait dengan pengembangan infrastruktur

terutama pada jaringan pia gas distribusi. Pada industri ini terdapat 3 (tiga) aktivitas

antara lain : Penyulingan, Transportasi, dan penjualan kepada konsumen.

Berdasarkan taksonomi yang dikembangkan oleh kementrian Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM), kegiatan usaha hilir meliputi usaha pengolahan, usaha

pengangkutan, usaha penyimpanan, dan usaha niaga. Adapun usaha – usaha tersebut

meliputi :

1) Usaha pengolahan

2) Usaha pengangkutan

3) Usaha Penyimpanan

4) Usaha Niaga

D. KAJIAN TENTANG PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC)

Menurut pendapat Salim HS, kontrak bagi hasil (Production sharing

contract) adalah perjanjian atau kontrak yang dibuat antara badan pelaksana dengan

badan usaha dan atau bentuk usaha tetap untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi dibidang minyak dan gas bumi dengan prinsip bagi hasil. Definisi diatas

adalah bahwa kontrak production sharing adalah “perjanjian atau kontrak yang di buat

antara perkata Badan Pelaksanaan dengan Badan Usaha dan atau Badan Usaha Tetap

28
untuk melakukan uasaha eksplorasi dan eksploitas di Bidang Minyak dan Gas Bumi

dengan prinsip bagi hasil.” Unsur - unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah :

1) Adanya perjanjian atau kontrak;

2) Adanya subjek hukum, yaitu perkata Badan Pelaksana dengan Badan Usaha dan

atau Perkata Badan Usaha Tetap;

3) Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan Gas Bumi. Tujuan

eksplorasi adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi dalam

menemukandan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di

wilayah kerja yang di tentukan. Tujuan eksploitasi adalah mengasilkan minyak

dan gas bumi;

4) Kegiatan di bidang minyak dan gas;

5) Adanya prinsip bagi hasil.

Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) mempunyai beberapa ciri

utama, yaitu :

1. Manajemen ada di tangan negara (perusahaan negara). Negara ikut serta dan

mengawasi jalannya operasi pertambangan minyak dan gas bumi secara aktif

dengan tetap memberikan kewenangan kepada kontraktor untuk bertindak

sebagai operator dan menjalankan operasi dibawah pengawasannya. Negara

terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan operasional yang

biasanya dijalankan dengan mekanisme persetujuan (approval). Inti persoalan

dalam masalah ini adalah batasan sejauh mana persetujuan negara atau

perusahaan negara diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Penggantian biaya operasi (operating cost recovery). Kontraktor mempunyai

kewajiban untuk menalangi terlebih dahulu biaya operasi yang diperlukan, yang

29
kemudian diganti kembali dari hasil penjualan atau dengan mengambil bagian

dari minyak dan gas bumi yang dihasilkan. Besaran penggantian biaya operasi

ini tidak harus selalu penggantian penuh (full recovery). bisa saja hanya

sebagian tergantung dari hasil negosiasi.

3. Pembagian hasil produksi (production split). Pembagian hasil produksi setelah

dikurangi biaya operasi dan kewajiban lainnya merupakan keuntungan yang

diperoleh oleh kontraktor dan pemasukan dari sisi negara.Besaran pembagian

hasil produksi ini berbeda-beda tergantung dari berbagai faktor.

4. Pajak (Tax). Pengenaan pajak dikenakan atas kegiatan operasi kontraktor,

besarannya dikaitkan dengan besarnya pembagian hasil produksi antara negara

dengan kontraktor. Prinsipnya adalah semakin besar bagian negara maka pajak

penghasilan yang dikenakan atas kontraktor akan semakin kecil.

5. Kepemilikan asset ada pada negara (perusahaan negara).

6. Umumnya semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan operasi menjadi

milik perusahaan negara segera setelah dibeli atau setelah depresiasi. Ketentuan

ini mengecualikan peralatan yang disewa karena kepemilikannya memang tidak

pernah beralih kepada kontraktor.

Sebelum dikeluarkannya Undang - undang Nomor 22 Tahun 2001,

pertambangan minyak dan gas bumi mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor

44 Prp tahun 1960. Berdasarkan ketentuan tersebut maka Kontrak Bagi

Hasil (Production sharing contract) merupakan perjanjian bagi hasil dibidang

pertambangan minyak dan gas bumi, para pihaknya adalah Pertamina dan Kontraktor.

Namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

dan Gas Bumi maka para pihaknya adalah Badan Pelaksana dengan Badan Usaha atau

Badan Usaha Tetap.

30
Tiga prinsip pokok Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing

Contract) berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 22 tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi, memuat persyaratan :

1) Kepemilikan sumber daya alam tetap ditangan pemerintah sampai pada titik

penyerahan;

2) Pengendalian manajemen operasi berada pada badan pelaksana;

3) Modal dan resiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha

Tetap.

Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) berbentuk tertulis,

yang dibuat antara Pelaksana dengan Badan Usaha dan/atau Badan Usaha Tetap.

Substansi yang harus dimuat dalam Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract).

Istilah kontrak bagi hasil merupakan terjemahan dari production sharing

contrat (bahasas inggris) kontrak ini dikenal dalam kontrak-kontrak yang di adakan

pada bidang minyak dan gas bumi Istilah kontrak production sharing ini dapat di baca

dalam pasal 1 angka 19 UU no 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Di dalam

pasal ini berbunyi bahwa kontrak kerja adalah Kontrak bagi hasil atau bentuk kerja

sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara

dan hasilnya di pergunakan untuk kemakmuran rakyat.”

Pasal ini tidak khusus menjelaskan pengertian kontrak production

sharing tetapi di pokuskan pada konsep teoritis kerja sama di bidang Minyak dan Gas

Bumi. Kerja sama di bidang minyak dan gas bumi dapat di bedakan menjadi dua (dua)

31
macam, yaitu kontrak production sharing dan kontrak-kontrak lainya. Unsure-unsur

dari kontrak kerja sama ini, yaitu:

1) Dapat di lakukan dalam bentuk kontrak production sharing atau bentuk lainya;

2) Bidang kegiatanya, yaitu eksplorasi dan eksploitasi;

3) Syaratnya harus mengnuntungkan Negara;

Dalam pasal 1 angka (1) PP no 35 tahun 1994 tenetang syarat-syarat dan

pedoman kerja sama kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi di sebutkan pengertian

kontrak production sharing (bagi hasil). Prinsip bagi hasil merupakan prinsip yang

mengatur pembagian hasi yang di peroleh dari eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan

Gas Bumi antara badan pelaksanaan dan badan uasaha dan atau badan usaha tetap.

Pembagian hasil ini di rundingkan antara kedua belah pihak dan biasanya di tuangkan

dalam Kontrak Production Sharing. Hak dan kewajiban badan usaha dan atau badan

usaha tetap yang melaksanakan kegiatan usaha hulu berdasarkan

kontrak production sharing diatur dalam pasal 31 undang-undang nomor 22 tahun

2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. ada 2 macam kewajiban dari badan usaha dan

badan usaha tetap, yaitu:

1) Membayar pajak yang merupakan penerimaan Negara,dan

2) Membayar bukan pajak yang merupakan penerimaan Negara,

Penerimaan Negara yang berupa pajak ,terdiri atas:

1) Pajak-pajak;

2) Bea masuk dan pungutan lain atas impor dan cukai;

3) Pajak daerah dan distribusi daerah

32
Jangka Waktu Kontak Production Sharing

Jangka waktu kontrak production sharing telah ditentukan dalam pasal 14

sampai dengan pasal 15 UU Migas. Jangka waktu kontrak tersebut dilaksanakan

paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya dan diperpanjang untuk

jangka waktu paling lama 30 tahun. jangka waktu terdiri dari jangka waktu eksplorasi

dan jangka waktu eksploitasi. eksplorasi dalah kegiatan yang bertujuan untuk

memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan

memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang di

tentukan .jangka waktu kegiatan eksplorasi dilaksanakn 6 (enam) Tahun dan dapat

diperpanjang hanya 1 (satu) kali periode yang dilaksanakan paling lama 4(empat)

tahun, jadi total jangka waktu eksplorasi adalah selama 10 tahun. eksploitasi adalah

suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengahasilkan minyak dan gas bumi

dari wilayah kerja yang ditentukan.eksploitasi itu terdiri dari atas penegeboran dan

penyelesaian sumur,pembangunan saran pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan

untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi dilapangan serta kegiatan lain

yang mendukung.

Pola Penyelesaian Sengketa

Di dalam UU Migas tidak ditemukan pasal yang mengatur tentang penyelesaian

sengketa,jika terjadi sengketa antara badan usaha atau badan usaha tetap dengan baan

pelaksana terhadap substansi kontrak production sharing. pola peyelesaian sengketa

telah ditentukan dan dituangkan dalam kontrak production sharingyang dibuat para

pihak.

Pola penyelesaian sengketa dapat ditemukan dalam standar

kontrak tentang Kontrak Production Sharing, yang dibuat antara pertamina dengan

33
kontrak .hal ini dituangkan dalam section XI tentang consutation and

arbitration dalam section ini ada 2 (dua) hal yang diatur, yaitu tentang konsultasi

antara pertamina dan kontraktor dan arbitrase.

Konsultasi ini diatur dalam secrion XI.I. konsultasi antara pertamina dan

kontraktor dapat dilakukan pada waktu-waktu terentu.tujuannya untuk :

1) Membahas perkembangan pengoperasian minyak dan gas,

2) Membuat pertimbangan baru atau kebijakan baru,dan atau

3) Kemungkinan risiko yang akan dihadapi pada mas mendatang.

Pola penyelesain sengketa yang diatur dalam section XI.2 dapat dilakukan

dalam 2 tahap,yaitu

1) Tahap perdamaian dan

2) Arbitrase.

Pada tahap perdamaian para pihak harus menjelaskan dan memusyawarahkan

tentang perselisihan yang timbul diantara mereka.mereka akan melihat pada

penafsiaran terhadap substansi kontrak dan pelaksanaan kontrak. merka tetap berusaha

untuk menyelesaikan persoalan itu secara damai.

Keberadaan arbiter dari para pihak dan seorang arbiter ang netral diharapkan

nantinya akan dapat menyelesaikan perselisihan yang muncul antara pertamina dan

kontraktor. apabila para arbiter (wasit) yang ditunjuk tidak dapat menyelesaikan

persoalan antarmereka maka para pihak dapat mengajukan persoalan tersebut kepada

presiden dari international chamber of commerce (ICC) (kamar dagang intersional) di

paris, kegiatan dariinternational chamber of commerce (ICC) dalam bidang

34
arbitrase, yaitu memberikan suatu metode penyelesaian sengketa yang murah dan cepat

(an inexpensive and quick method for settelement of dispute) ICC inilah yang

merupakan aturan hukum untuk menyelesaikan sengketa antara pertamina dan

kontraktor. prosedur dan syarat –syaratnya dapat dilihat pada kontrak joint venture.

35
BAB III

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

1. Nama dan Alamat kantor atau instansi :

PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

1) Kantor Pusat :

Jl. K.H Zainul Arifin No. 20, Jakarta 11140. Indonesia

2) Surat – Menyurat :

The Manhattan Square Building, Mld Tower, Lantai 26. Jalan T.B Simatupang

Kav 1S, Jakarta 12360. Indonesia

2. Sejarah Berdiri :

Resmi menjadi Perusahaan Gas Negara pada 13 Mei 1965, kiprah PGN telah

dimulai sejak era kolonial. Banyak hal terjadi selama lebih dari satu setengah abad.

PGN telah mengaruhi sejarah panjang industri gas di Indonesia. Berikut sejarah PGN

dari tahun 1859 – sekarang.

No Tahun Sejarah

1 1859 Pada tahun 1859 didirikan perusahaan swasta Belanda Firma

oleh keluarga Eindhoven yakni L.J.N Eindhoven & CO

Gravenhage. PGN baru ditetapkan sebagai perusahaan negara

pada 13 Mei 1965.

2 1863 Pemerintah Belanda mengambil alih usaha keluarga

Eindhoven dan mengubah nama perusahaan NV Netherland

36
Indishce Gas Maatschapij (NIGM) dan tahun 1879 NIGM

mengoperasikan 2 pabrik gas di Jakarta dan Surabaya.

3 1950 Pemerintah Belanda mengoperasikan 11 pabrik gas dan 33

pembangkit listrik, karenanya menggabungkan perusahaan

NIMG dengan perusahaan listrik menjadi nama perusahaan

NV Overzeese Gas en Electricitelt Maatschappij (NV OGEM)

4 1958 - 1961 Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan –

perusahaan asing yang ditugaskan kepada Badan Pengambil

Alih Perusahaan – Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG). Lalu,

Pemerintah Indonesia melebur perusahaan listrik dan gas

melalui Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negata

(BPU – PLN)

5 1965 - 1984 Pada tanggal 13 Mei 1965, dengan dikeluarkanya Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 1965, Perusahaan Gas Negara

resmi berdiri sebagai perusahaan negara dan kemudian

dibentuk sebagai perusahaan umum (perum)

6 1994 – 1998 Perubahaan status perseroan diiringi dengan penambahan

ruang lingkup usaha yang lebih luas yakni selain di bidang

distribusi gas bumi juga di bidang transmisi gas bumi yang

berfungsi sebagai transporter. Oleh karena itu, perluasan bisnis

dan ekspansi PGN diikuti pembentukan anak usaha PT.

Transportasi Gas Indonesia.

7 2003 Saham PGN dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya dengan kode PGAS Pada 15 Desember 2003

37
8 2007 – 2012 Pembentukan anak usaha PT. PGAS Telekomunikasi

Nusantara, PT PGAS Solution, PT Saka Energi Indonesia, PT

Gagas Energi Indonesia, dan PT PGN LNG Indonesia.

9 2016 - PGN memulai pembangunan dan pengolahan proyek jaringan

sekarang gas bumi rumah tangga di wilayah Batam, Surabaya, dan

Tarakan setelah sebelumnya ditahun 2015 ditugaskan

mengelola jaringan di 11 wilayah. PGN melakukan

transformasi organisasi bersama Anak dan Afiliasi dalam

bentuk ONE PGN, mengukuhkan langkah ke tahapan

selanjutnya menuju perusahaan kelas dunia di bidang gas.

3. Fungsi dan Tugas PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

Sebagai BUMN yang bergerak di hilir gas bumi, PGN melakukan kegiatan

usaha di bidang pengangkutan dan niaga gas bumi.

Sesuai dengan anggaran dasar PGN sebagaimana telah diubah dengan Akta Nomor

102 tanggal 14 Mei 2017 yang dibuat dihadapan notaris Fathiah Helmi, S.H., di

Jakarta, Kegiatan Usaha PGN adalah :

1) Perencanaan, Pembangunan, dan Pengembangan usaha hilir bidang gas bumi

yang meliputi kegiatan pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga;

2) Perencanaan, Pembangunan, dan Pengembangan produksi, penyediaan,

penyaluran, dan distribusi gas buatan (gas hidrokarbon);

3) Selain kegiatan usaha utama, PGN melakukan usaha penunjang lainnya yang

sesuai dengan kebutuhan dan peraturan perundang – undangan.

38
Untuk kepentingan manajemen perusahaan, dalam menjalan kegiatan

usahanya, PGN dan perusahaan – perusahaan yang tergabung dalam PGN Group

membagi usaha pokok yakni :

1) Usaha transmisi dan distribusi gas bumi;

2) Usaha niaga gas bumi;

3) Usaha hulu minyak dan gas bumi;Usaha lainnya : Telekomunikasi, jasa

konstruksi, dan pemeliharaan jaringan pipa pengelolaan gedung dan sewa

pembiayaan (financial lease).

4. Visi dan Misi

Visi : Menjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia di Bidang Gas pada Tahun 2020

Misi : Meningkatkan nilai tambah Perusahaan Bagi Stakeholders melalui

1) Pelanggan : Solusi pemenuhan kebutuhan energi yang aman, bernilai

tambah, ekonomis, dan meningkatkan daya saing;

2) Masyarakat : Peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonmi yang

bekelanjutan melalui kemandirian energi dan upaya konservasi lingkungan;

3) Pemegang saham / Investor : Penciptaan nilai perusahaan yang optimal dan

berkelanjutan melalui sinergi internal dan eksternal.

5. Struktur Organisasi

39
40
B. Gambaran Khusus PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

Dalam tinjauan pustaka sudah dijelaskan mengenai kegiatan usaha hulu dan

hilir pada gas bumi. Hal tersebut berkaitan dengan pada bab pembahasan ini. Kegiatan

usaha hulu dan hilir akan memengaruhi struktur dan substansi kontrak yang akan dibuat.

Istilah yang sering dijumpai pada kegiatan usaha gas bumi adalah Upstream,

Midstream, dan Downstream. Dalam kegiatan usaha tersebut, berkaitan dengan

pengelompokan kegiatan usaha hulu dan hilir. Pada kegiatan usaha hulu terdapat kegiatan

usaha Upstream dan Pada kegiatan usaha hilir terdapat kegiatan usaha Midstream dan

Downstream.

1. Mekanisme Kontrak PT. Perusahaan Gas Negara

Pre Contractual Contractual Post Contractual

Mekanisme pembuatan kontrak secara keseluruhan memiliki filosofi yang sama

dalam subtansi kontrak. Dari hasil wawancara oleh pembimbing atau mentor KKL di PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk, pembuatan kontrak dibagi menjadi tiga bagian yakni : Pre

Contractual, Contractual, dan Post Contractual. Selanjunya akan dibahas dalam tabel dan

grafik35 :

NO PROSES KETERANGAN

1 Pre Contractual Melakukan negosiasi terkait Klausul Komersial atau Terms


Comercial. Pada kondisi negoisiasi ini, para pihak saling
mengajukan keinginan – keinginan komersial. Pada tahap ini,
negoisiasi dapat memakan jangka waktu yang lama dapat
setahun dua - tahun.

35
Hasil wawancara dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara,
pada tanggal 26 Juli 2018.

41
2 Contractual Melakukan agreement atau penandatanganan atas negoisisasi
yang sudah dilakukan para pihak.

3 Post Contractual Pelaksanaan atas kontrak yang sudah disepakati. Pelaksanaan


kontrak dapat dilaksanakan setelah memenuhi Condition
Precedent dan Start Date (Tanggal Dimulai)

2. Jenis – Jenis Kontrak PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

Pada pembahasan ini, selanjutnya akan dibuat dalam bentuk tabel supaya

dibahas secara sederhana. Pembahasan ini akan membahas subtansi secara keseluruhan

dari kontrak jual - beli gas bumi. Antara lain 36 :

NO JENIS USAHA STRUKTUR KONTRAK KETERANGAN


1 Upstream 1. Jenis Kontrak : PSC Upstream adalah
(Production Sharing Contract) kegiatan produksi
dimana hal utama yang
2. Para pihak : Badan Pelaksana dilakukan dalam
Hulu Migas, yang dimandatkan upstream yaitu pencarian
kepada Badan Usaha dan sumber (explorasi) dan
Kontraktor. ekstraksi. Kegiatan
explorasi yaitu mencari
3. Komersial Item : sumber minyak dan gas
a. Cost Recovery : Hal ini bumi dengan tehnik
terkait penggantian biaya tehnik tertentu,
operasi yang mengangdung arti sedangkan extraksi disini
bahwa di dalam kontrak kerja adalah proses
sama PSC, Pihak kontraktor mengeluaran oil dan gas
berkewajiban untuk menalangi dari dalam bumi ke
biaya operasi terlebih dahulu permukaan. Dalam
yang kemudian akan diganti kegiatan upstream, ia
oleh hasil keuntungan atas tidak mengolah sama
penjualan gas bumi. sekali oil atau gasnya, ia
hanya mencari dan
b. Production Split : Setelah mengeluarkannya.
hasil produksi dikurangi dengan
biaya operasi dan kewajiban, Kegiatan upstream di
pajak atau keuntungan lainnya dalamnya mencari
yang diperoleh oleh kontraktor. ladang yang
Pembagian ini biasanya Negara mengandung oil dan gas
baik itu di dalam bumi

36
Hasil diskusi dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara, pada
tanggal 20 Juli 2018.

42
35% : 65% Kontrakor, atau (daratan) ataupun di
Negara 30% : 70% Kontraktor dalam air, biasanya di
bawah laut. Perusahaan
c. Relinquishment : yang bisasa melakukan
Pengembalian Wilayah Kerja ini contohnya adalah
yang sudah digunakan oleh pertamina E&P atau
kontraktor kepada negara. Hal chevron dimana selaku
ini terkait, apabila Wilayah perusahaan owner, dan
Kerja yang sudah dimanfaatkan biasanya meminta
oleh kontraktor, hal ini akan bantuan service
dilakukan lelang kembali company untuk
kepada kontraktor lainnya melakukan pengeboran
dalam hal pemanfaatan. terhadap titik yang telah
mereka tentukan.
d. Gross Revenue : Yakni
pendapatan dari hasil produksi
dikalikan dengan nilai uang.
Dalam kegiatan usaha gas bumi
nilai volume dikalikan dengan
harga atau mata uang. Hal ini
menentukan apakah investasi
bernilai ekonomis atau tidak.

2 Midstream 1. Jenis Kontrak : GTA (Gas Midstream adalah proses


Transportation Agreement) kelanjutan dari kegiatan
produksi upstream. Di
2. Para pihak : Shipper (Pemilik mana dalam kegiatan ini
Gas) dan Transporter (Pemilik fokus pada kegiatan
Pipa) transmisi dan distribusi
gas bumi. Midstream
3. Komersial Item : merupakan kegiatan hilir
a. Volume : Hal ini terkait migas. Kegiatan yang
dengan volume gas yang tidak melakukan
dikirim oleh shipper (pemilik eksplorasi dan
gas) kepada transporter (pemilik ekploitasi, tetapi
pipa). Dalam menentukan melakukan transmisi dan
jumlah penyerahan volume, distribusi hasil explorasi
dihitung melalui Jumlah dan exploitasi gas bumi.
Pengiriman Harian (Daily Dalam midstream
Contract Quantity) dan Jumlah dinamakan kontrak GTA
Minimum Pengiriman Tahunan yakni kontrak dengan
(Ship Or Pay). Dalam Jumlah pihak shipper dan
Minimum Pengiriman Tahunan transporter (pemilik pipa
ini menjadi kewajiban shipper gas bumi). Contoh
untuk mengirimkan gas kepada Kontrak GTA yakni PT.
pemilik pipa yang dapat Perusahaan Gas Negara
ditentukan sebesar 75%, 80%, Tbk dengan PT.
90%. Transportasi Gas
Indonesia.

43
b. Make Up Transport : Hal ini
terkait apabila shipper tidak
dapat mengirimkan pasokan gas
dalam jumlah minimum (Ship
Or Pay) atau selisih jumlah gas
yang harus dikirim pada periode
berikutnya.

c. Shortfall : Hal ini terkait


apabila shipper tidak dapat
mengirim gas dengan ketentuan
yang telah disepakati. Hal ini
memengaruhi pembayaran pada
Ship Or Pay

c. Shipper Excess : Biaya


tambahan apabila shipper
mengirimkan gas melebihi batas
maksimum.

3 Downstream 1. Jenis Kontrak : GSA (Gas Downstram adalah


Sale Agreement) proses kelanjutan dari
upstream dan midstream,
2. Para pihak : Seller (Pemasok yaitu mengolah bahan
/ Penjual) dan Buyer (Pembeli / mentah baik minyak atau
Pelanggan) gas bumi menjadi bahan
jadi. Sector hilir
3. Komersial Item : umumnya mengacu pada
a. Volume : Hal ini terkait penyulingan minyak
volume gas yang akan dipasok mentah dan proses
oleh seller kepada buyer. Dalam pemurnian gas alam.
menentukan jumlah penyerahan Lebih jauh dari kegiatan
volume, dihitung melalui downstream, termasuk
Jumlah Penyerahan Harian mendistribusikan bahan
(Daily Contract Quantity) dan jadi tersebut dan
Jumlah Minimum Penyerahan menjualnya kepada
Tahunan (Take Or Pay) yang pelanggan. Tipe dari
dapat ditentukan sebesar 75%, pembelinya bisa
80%, 90%. bermacam macam,
tergantung dari jenis
b. Gas Make Up : Hal ini terkait produk akhir yang
apabila buyer tidak dapat dihasilkan. Adakalanya,
membayar atau mengambil gas perusahan downstream
dalam jumlah minimum (Take kontak langsung dengan
Or Pay) atau selisih jumlah gas pembeli sebagi penguna
yang harus dibayar atau diambil produknya. Degan kata
pada periode berikutnya. Syarat lain fokus downstream
pengambilan Gas Make Up adalah kegiatan niaga
pada periode berikutnya ialah gas bumi.
buyer harus membayar Take Or

44
Pay terlebih dahulu, dan harga
Gas Make Up mengikuti nilai
dan valuasi harga.
c. Shortfall : Hal ini terkait
apabila seller tidak dapat
memasok gas dengan ketentuan
yang telah disepakati. Hal ini
memengaruhi pembayaran pada
Take Or Pay

d. Gas Excess : Hal ini terkait


apabila buyer mengambil
volume gas diatas jumlah
pengambilan maksimum (JPM)

3. Problem Proses Pembuatan Kontrak37

NO PROSES KETERANGAN

1 Pre Contractual Proses ini lebih kepada proses negoisiasi. Pada tahap ini,
problem yang sering kali dihadapi ialah proses pengakomodiran
kepentingan komersial dari pada pihak yang mencapai pada titik
tengah atau win – win solution. Proses negoisiasi juga memakan
waktu yang cukup banyak, bahkan ada yang sampai 2 tahun.
Dalam tataran implementasi, posisi negoisiasi juga dipengaruhi
bargain position masing – masing pihak. Contohnya dalam
kontrak GSA, ketika Kota Surabaya sedang mengalami shortage
(kekurangan pasokan gas), PT Perusahaan Gas Negara sebagai
pihak buyer memliki bargain position yang lemah dan pihak
seller/suplier menjadi pihak yang kuat. Pada kondisi tersebut,
pihak seller/suplier menjadi pihak yang kuat dikarenakan
banyaknya pihak buyer yang minat atau melangsungkan kontrak
dengan pihak seller/suplier. Oleh karena itu, problem yang
didapatkan adalah sulitnya memasukan komersial items dengan
pihak seller/suplier yang bersifat win – win solution.

2 Contractual dan Proses ini lebih kepada pada saat melaksanakan kewajiban dan
Post Contractual menerima hak. Dimana pada saat melaksanakan post
transaction (pembayaran atas kewajiban) masih terdapat
disputes (sengketa). Contoh pada kontrak GSA, Permasalahan
yang sering kali timbul ialah pembayaran Take Or Pay. Faktor
– Faktor yang sering menimbulkan sengketa ialah para pihak
merasa telah melaksanakan prestasinya sesuai dengan apa yang

37
Hasil wawancara dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara,
pada tanggal 26 Juli 2018.

45
telah dikerjakan dan diterimanya. Dalam menghitung Take Or
Pay, ada faktor – faktor pengurangnya, antara lain :
1. Shortfall (seller/suplier tidak dapat men-suply dengan
ketentuan yang ada)
2. Maintenance (adanya pemeliharaan utilitas perusahaan
yang mengakibatkan terhentinya kegiatan usaha)
3. Force Majeur (adanya keadaan memaksa diluar kuasa
para pihak)
4. Spec Off (adanya spesifikasi kimia yang kurang
terpenuhi)
Contohnya sebagai berikut :

1. Volume sebesar 100% dalam 1 tahun


2. Daily Contract Quantity 0.28%
3. Jumlah Minimum Penyerahan Tahunan (JMPT) 75%
4. Gas Make Up 50% (Selisih Jumlah Gas 25% dari JMPT)
5. Shortfall 10%
6. Maintenance 5%
7. Force Majeur 0%
8. Spec Off 0%
Berapa Jumlah Take Or Pay yang harus dibayarkan pada periode
Berikutnya? dan berapa Jumlah Gas Make Up pada periode
berikutnya?
Rumus Take Or Pay :

Take Or Pay = JMPT – Shortfall – Maintenance – Force


Majeur – Spec Off

Rumus Gas Make Up :

Gas Make Up = Selisih Jumlah Gas dari JMPT

Jawab Take Or Pay :


Take Or Pay = 75% - 10% - 5% - 0% - 0% = 65%
Jawab Gas Make Up :

Gas Make Up = 25 %
Dengan perhitungan diatas, terkadang sering kali ada sengketa
yang timbul terkait jumlah faktor pengurang Take Or Paynya.
Perbedaan penafsiran tersebut akan menimbulkan sengketa.
Sebagai pihak yang membayar atau buyer akan merasa rugi

46
apabila membayar Take Or Pay yang tidak sesuai dengan
perhitungan yang semestinya.

4. Upaya – upaya yang dilakukan atas problem38

1. Pada proses Pre Contractual, pihak PT. Perusahaan Gas Negara Tbk melakukan

negoisiasi dengan pihak lain dalam rangka memenuhi dan mengakomodir

kepentingan para pihak. Negoisiasi yang dilakukan dapat dilangsungkan dalam

waktu yang lama dengan harapan keseriusan atau i’tikad baik dari PT.

Perusahaan Gas Negara. Dalam proses tersebut, PT. Perusahaan Gas Negara

Tbk menawarkan komersial items yang disesuaikan dengan para pihak sampai

bertemu pada titik win – win solution.

2. Pada proses Contractual, sering kali terjadi perbedaan penafsiran antara para

pihak. Dalam kondisi ini, PT. Perusahaan Gas Negara terus melakukan

rekonsiliasi dan menyamakan penafsiran – penafsiran dengan pihak terkait.

3. Pada proses Post Contractual atau Post Transaction, sering kali dihadapi dengan

kekosongan klausul para pihak dan perbedaan persepsi dari komersial items

dalam permbayaran Take Or Pay. Dalam hal kekosongan klausul, PT.

Perusahaan Gas Negara dapat mengajukan common practice atau tindakan

kebiasaan yang pernah dilakukan kepada pihak lainnya. Common practice ini

berpijak pada klausul – klausul kontrak yang pernah dibuat dan dilakukan

kepada pihak lainnya. Dalam hal pembayaran Take Or Pay, PT. Perusahaan Gas

Negara terus melakukan rekonsiliasi – rekonsiliasi atau dapat dinamakan

diskusi intensif kepada pihak lainnya dalam hal penyelsaian problem.

38
Hasil wawancara dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara,
pada tanggal 25 Juli 2018.

47
Rekonsiliasi ini sering kali dilakukan dan menjadi keharusan dalam menjaga

dan menghindari problem dikemudian hari.

5. Rekomenasi atas pemecahan problematika

1. Dalam Pre – Contractual

Dalam pre – contractual, seharusnya dibuat buku pedoman atau standar legal

oprasional apabila ingin mengadakan negoisiasi. Buku ini dibuat berdasarkan

pengalaman – pengalaman daro jenis – jenis kontrak yang pernah dibuat

sebelumnya. Pengalaman bernegoisiasi oleh para pihak dengan standar

komersial item yang berbeda – beda.

2. Dalam Contractual

Sering kali terjadi perbedaan penafsiran antara para pihak. Dengan metode yang

sama, seharusnya dibuat buku common practice dengan pihak – pihak lain.

Dalam hal ini, ditegaskan dalam rekonsiliasi tahunan. Rekonsiliasi tahunan

menjadi titik penting dalam penyamaan penafsiran berdasarkan kontrak yang

pernah dibuat.

3. Dalam Post Contractual atau Post Transanction

Dalam proses ini sering kali terjadi ketidaksesuaian pelaksanaan hak dan

kewajiban pada masing – masing pihak serta jumlah pembayaran atau

penyerahan tidak sesuai pada setiap periode, baik jumlah pembayaran atau

penyerahan harian maupun jumlah minimum pembayaran atau penyerahan

tahunan. Rekomenadi dari penulis ialah melakukan rekonsiliasi intensif dengan

mengajukan bukti – bukti authentik pada setiap pertemuannya.

48
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulis telah menyelsaikan tugas Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Kantor PT.

Perusahaan Gas Negara Tbk. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan pada

tanggal 25 Juni – 25 Juli 2018 telaksana dengan baik.

Setelah menyelsaikan Kuliah Kerja Lapangan di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk,

penulis menyimpulkan beberapa poin sebagai berikut :

1. Proses pembuatan kontrak dibagi menjadi tiga bagian, yakni : Pre – Contractual,

Contractual, dan Post - Contractual. Pada bagian Pre – Contractual, para pihak

melakukan negoisiasi atas items komersial yang dihendakinya. Para pihak dapat

melakukan negoisiasi dengan waktu yang lama sehingga terdapat terjadi

kesepakatan. Pada Bagian Contractual, para pihak sudah terjadi kesepakatan

dan melakukan tanda tangan. Dalam kondisi ini, para pihak melakukan

persamaan penafsiran agar tidak terjadi sengketa dikemudian hari. Pada bagian

Post – Contractual, para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya masing –

masing sesuai dengan jenis kontraknya masing – masing, baik itu PSC, GTA,

ataupun GSA.

2. Jenis – Jenis kontrak terdiri dari jenis kegiatan usahanya. Dalam kegiatan usaha

hilir atau upstream jenis kontraknya ialah PSC. Dalam Kegiatan usaha hulu atau

midstream dan downstream jenis kontraknya ialah GTA dan GSA. Pada kontrak

PSC, kegiatan usahanya fokus pada kegiatan ekplorasi dan eksploitasi antara

Pemerintah melalui menteri ESDM, Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas

49
bumi, dengan Kontraktor. Pada kontrak GTA, kegiatan usahanya fokus pada

kegiatan distribusi dan transmisi gas bumi dengan pihak Shipper dan

Transporter. Pada Kontrak GSA, fokus kegiatannya ialah niaga gas bumi. Para

pihaknya ialah seller dan buyer (pelanggan)

3. Problematika yang sering ditimbulkan dibagi atas tiga bagian, yakni Pre –

Contractual, Contractual, dan Post Contractual. Pada Pre – Contractual, sering

kali para pihak ingin mengakomodir komersial itemsnya masing – masing.

Sering kali memakan waktu yang lama untuk win – win solution. Pada

Contractual, sering kali terjadi perbedaan penafsiran para pihak. Pada Post

Contractual, sering kali terjadi perbedaan pendapat mengenai hak dan

kewajiban.

4. Dalam kontrak hulu migas dikenal dengan Kontrak PSC. Dalam Kontrak PSC,

memiliki syarat yakni :

a) Adanya subjek hukum, yaitu perkata Badan Pelaksana dengan Badan

Usaha dan atau Perkata Badan Usaha Tetap;

b) Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan Gas Bumi.

Tujuan eksplorasi adalah untuk memperoleh informasi mengenai

kondisi geologi dalam menemukandan memperoleh perkiraan cadangan

minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang di tentukan. Tujuan

eksploitasi adalah mengasilkan minyak dan gas bumi;

c) Kegiatan di bidang minyak dan gas;

d) Adanya prinsip bagi hasil.

50
B. SARAN

Saran yang diberikan dari penulis terhadap mekanisme kontrak, jenis kontrak, dan

prinsip Production Sharing Contract menjadi beberapa poin yakni :

1. Pada mekanisme kontrak, perlunya dibuat standar legal operasional perusahaan

yang diberikan oleh pegawai legal PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. agar dalam

mengadakan kontrak dengan pihak lain sudah dapat memahami tindakan yang

akan diambil.

2. Pada jenis kontrak, dibagi pada kontrak PSC, GTA, dan GSA, perlunya

brainstorming kepada pegawai legal PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. agar

pegawai legal non kontrak (compliance dan litigation) dapat memahami juga

menganai hal kontrak. Karena, pada suatu nanti akan terjadi mutasi pegawai.

3. Pada Kontrak PSC, perlunya melakukan revisi – revisi yang seharusnya

menguntungkan negara. Perlunya adanya sistem gross split (sistem Kontrak

PSC yang baru) di mana sistem ini diwajibkan untuk :

a) Biaya operasi dibebankan kepada kontraktor.

b) Menghilangkan cost recovery, dimana pemerintah menanggung biaya

operasi.

c) Penentuan Wilayah Kerja ditangan pemerintah.

d) Pembagian ditentukan oleh pemerintah.

51
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 2008)

Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelsaian Sengketa Perdata di Pengadilan,


(Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2011)

A Riyanto Pudyantoro, Proyek Hulu Migas, Evaluasi dan Analisis Petro Ekonomi (Jakarta :
Petromindo, 2014)

Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014)

Riduan Syahrani, Seluk – Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : P.T Alumni,
2013).

R. Setiawan, Pokok – pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta, 1997)

Salim HS, Hukum Kontrak, Teori, & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika,
2015)

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1963)

Wahyudin Sunarya dan Giri Ahmad, Pengantar Hukum Minyak dan Gas Bumi, (Depok :
Kantor Hukum Wibowo, 2017)

Laporan Tahunan PT. Perusahaan Gas Negara Tahun 2017

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN :


Undang – Undang Negara Republik Indonesia 1945
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai