Oleh :
MUHAMMAD RIZKI
NIM. 155010107111121
Mengetahui :
Dekan,
NIP. 196208051988021001
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
MUHAMMAD RIZKI
NIM. 155010107111121
Mengetahui :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya lah penulis
dapat menyelsaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini. Penulis telah melakukan
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk selama
empat minggu yaitu pada tanggal 25 Juni – 25 Juli 2018.
1. Bapak Dr. Rachmad Syafa’at, S.H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya;
2. Bapak Dr. Budi Santoso S.H., LL.M., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya;
3. Bapak Syahrul Sajidin S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan (KKL); dan
4. Ibu Athika Indra Dhewanti S.H., selaku Mentor Pendamping Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
menyeluruh, sehingga saran dan kritik yang diberikan oleh pihak – pihak lain diharapkan untuk
memperbaiki Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini yang kemudian menjadi referensi
ilmiah kita bersama. Terakhir, penulis berharap bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat untuk kegiatan akademik baik bagi mahasiswa, civitas akademika, atau
masyarakat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan................................................................................................................. i
Halaman Pengesahan................................................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Kegiatan............................................................................................ 10
C. Tujuan Kegiatan.......................................................................................................... 10
D. Manfaat Kegiatan........................................................................................................ 11
E. Tahapan Kegiatan........................................................................................................ 13
A. Hukum Kontrak........................................................................................................... 16
B. Kontrak Jual – Beli...................................................................................................... 21
C. Industri Minyak dan Gas Bumi................................................................................... 25
D. Production Sharing Contract....................................................................................... 28
iv
4. Upaya yang telah Dilakukan dari Problematika Pembuatan Kontrak
di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk................................................................. 47
5. Rekomendasi untuk Perbaikan Terhadap Problematika Pembuatan Kontrak
di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk................................................................. 48
BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 49
A. Kesimpulan................................................................................................................. 49
B. Saran........................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Manusia sebagai makhluk
sosial di mana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Manusia tidak dapat sebagai
makhluk yang hidupnya terasing dari manusia lain, melainkan harus selalu hidup dalam
ikatan kelompok, golongan, atau kerukunan sebagai satu kesatuan sosial. Untuk
lainnya yang disebut dengan kontak2. Dengan adanya hubungan timbal balik, maka
sering timbul fenomena berupa konflik yang timbul akibat adanya kepentingan yang
berbeda beda. Dengan timbulnya konflik, maka hukum memegang peranan penting
Dalam hubungan antara sesama manusia banyak diwarnai berbagai macam hak,
kewajiban dan kewenangan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu sendiri.
Instrumen hukum hadir untuk mengakomodir segala bentuk kepentingan yang terjadi
di masyarakat. Hal ini ditandai dengan salah satu faktor arus globalisasi yang telah
ekonomi.
1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 2008). Hlm 1.
2
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelsaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo, 2011) Hlm. 1
3
Ibid. Hlm 2.
1
Setiap waktu, kehidupan hukum ekonomi Indonesia dipaksa berkenalan dengan
nilai – nilai baru yang belum pernah dikenal selama ini atau ada yang sudah pernah
didengar, namun selama ini belum menjadi kebutuhan praktik lalu lintas pergaulan
menimbulkan dinamika ekonomi yang semakin tinggi, tetapi juga akan meningkatkan
Perubahan dan pergeseran yang cepat dalam era super industrialis sekarang,
telah mengantarkan manusia dalam kehidupan dunia tanpa batas yang merupakan salah
satu ciri perekonomian yang paling menonjol di era globaliasi dan hal tersebut telihat
akan arti pentingnya waktu dan biaya bagi para pelaku bisnis dan masalah bisnis yang
banyak melibatkan transaksi bisnis dalam mekanisme kontrak yang kemudian semakin
Dalam kondisi pada era sekarang, sumber daya alam (non – renewable) strategis
tidak terbarukan merupakan organ yang vital yang harus dikuasai negara oleh negara
serta memiliki peranan penting dalam hajat hidup orang banyak dan perekonomian
pengelolaan minyak dan gas bumi merupakan satu sumber pemasukan negara
dikarenakan merupakan komoditas atau organ vital. Oleh karena itu sesuai dengan
4
Opcit. Hlm 1.
2
sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu pengelolaan dan pengaturannya
Pada tataran filosofi, termuat pada Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cabang – cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara. Demikian pula bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
dan kesejahteraan rakyat. Filosofi tersebut pada pengelolaan sumber daya alam yang
oleh negara Indonesia untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Salah satu sumber
daya alam yang dikelola oleh negara adalah minyak dan gas bumi. Minyak dan gas
bumi merupakan jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan harus
dikelola oleh negara dengan baik yang tidak hanya keuntungan komersial perusahaan
Dalam tataran implementasi. Pengelolaan usaha minyak dan gas bumi dibagi
menjadi dua macam, yaitu kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha
hulu meliputi eksplorasi, eksploitasi dan produksi, sedangkan untuk kegiatan usaha hilir
ranah hukum privat dan pemerintah menjadi subjek hukum privat. Pihak yang
penelitian ini penulis akan fokus membahas tentang usaha hulu minyak dan gas bumi.
5
A Riyanto Pudyantoro, Proyek Hulu Migas, Evaluasi dan Analisis Petro Ekonomi (Jakarta : Petromindo,
2014)
3
Dalam pelaksanaan kegiatan hulu migas, Indonesia mengenal pola kontrak
Production Sharing Contract (PSC) atau dapat disebut sistem bagi hasil. Sistem
kontrak production sharing yang terdiri berbagai macam prinsip sangat bernuansa
ekploratif dan eksploitatif. Pengelolaan diarahkan untuk kegiatan investasi dan ekspor
yang dimungkinkan tidak adanya strategi pencadangan sumber daya alam. Pengelolaan
minyak dan gas bumi yang seharusnya memenuhi unsur perlindungan hak – hak
masyarakat lokal serta penanggulanganya. Hal ini diatur dalam Undang – Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) yang menegaskan
pola kontrak production sharing sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Migas dengan
1. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan pemerintah sampai pada titik
penyerahan;
3. Modal dan risiko seluruhnya ditanggung badan usaha atau badan usaha tetap.
usaha hulu di bidang migas. Dan memiliki fungsi pengawasan terhadap kegiatan usaha
hulu agar pengelolaannya sesuai dengan cita negara yakni kemakmuaran rakyat dimana
objek kontraknya adalah kegiatan usaha migas terutama bidang usaha hulu yang
7
Pasal 44 ayat (2) Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
4
Grotius (Hugo de Groot) seorang sarjana kebangsaan Belanda mengemukakan
teori yang berdasarkan pada hukum asasi, bahwa suatu kewaiban moril pada seseorang
untuk melaksanakan apa yang dijanjiknnya. Teorinya disebut dengan “Pacta Sunt
diucapkan dan menciptakan akibat hukum yang berupa hak dan kewajiban. Tujuan
Dalam konteks hukum perdata, Hukum kontrak termasuk dalam hukum privat
(perdata) yang dibahas mendalam dalam hukum perikatan. Dalam konteks ini, hukum
kontrak bagian dari hukum perikatan yang dalam istilah hukum belanda disebut dengan
“verbintenis.”8 Yang artinya ialah suatu hubungan hukum (legal relation) di dalam
lapangan harta kekayaan dan timbul akibat perbuatan hukum. Hubungan hukum ialah
suatu hubungan yang sifatnya abstrak atau tidak kongkrit yang mana hubungan itu
timbul karena adanya suatu perbuatan hukum atau dengan kata lain perbuatan hukum
Legal relation itu antara para pihak dimana yang satu berhak atas prestasi
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban memenuhi prestasi (debitur) dalam kata lain
buku III BW yang mana menganut sistem terbuka (open system)10 yakni yang sebagai
sumber hukum positif perdata yang utama tidak memberikan atau menyatakan arti dari
perikatan itu sendiri melainkan menyatakan bahwa perikatan itu lahir karena suatu
perjanjian atau karena undang – undang. Hal tersebut tertera pada pasal 1233 BW yang
8
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm 165.
9
Riduan Syahrani, Seluk – Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : P.T Alumni, 2013). hlm 195.
10
Ibid. Mengacu pada asas kebebasan berkontrak (pasal 1338 BW) suatu asas yang menyatakan bahwa setiap
orang pada dassarnya boleh membuat perjanjian atau kontrak yang berisi dan macam apapun asal tidak
bertentangan dengan undang – undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
5
mana menyatakan “perikatan, lahir karena suatu perjanjian atau karena undang –
undang.” 11 Suatu perikatan lahir atau terbentuk dari perjanjian – perjanjian yang dibuat
oleh kehendak perbutan manusia atau kehendak aktivitas manusia dan kalau perikatan
yang timbul karena undang – undang itu ialah perikatan yang tidak hanya timbul dari
Hal ini menunjukan bahwa suatu perikatan lahir dari undang – undang dan perjanjian.
Berdasarkan rumusan – rumusan yang telah tertera dalam pasal 1233 oleh Abdul Kadir
Muhammad, terdapat beberapa unsur dalam suatu perjanjian. Yaitu sebagai berikut 13 :
Telah dijelaskan bahwa perjanjian atau kontrak bagian dari hukum perikatan.
Oleh karena itu hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk
perubahan masa datang yang bervariasi kinerja. Dengan demikian, terdapat persyarakat
apabila dikatakan mengikat dalam perjanjian. Hal tersebut diatur dalam pasal 1320 BW.
memenuhi empat syarat untuk sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320
KUHPerdata, yaitu14 :
11
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
12
R. Setiawan, Pokok – pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta), 1997, Hlm 57.
13
H. Riduan Syahrani, Seluk – Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : P.T Alumni), 2013. Hlm.
200
14
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : PT Alumni, 2013) Hlm. 205.
6
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Pada saat perjanjian itu sah maka perikatan itu mengikat para pihak yang
membuatnya. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata : Perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang membuatnya. Pasal 1338 ayat (2)
kesepakatan para pihak atau karena alasan yang dinyatakan oleh undang-undang.
Apabila ada salah satu pihak yang tidak menghormati janji-janji (kewajiban) berarti ada
kepentingan para pihak yang dilanggar janjinya tersebut. Kepentingan yang dilindungi
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah yang wajib dipenuhi
oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi adalah objek perikatan. Dalam hukum
perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur.
Dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi
jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat
dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian
antara pihak-pihak16.
Menurut ketentuan pasal 1234 KUH Perdata ada tiga kemungkinan wujud
prestasi, yaitu (a) memberikan sesuatu, (b) berbuat sesuatu, (c) tidak berbuat sesuatu.
Dalam pasal 1235 ayat 1 KUH Perdata pengertian memberikan sesuatu adalah
15
Ibid. 206
16
Ibid. 207
7
menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada kreditur, misalnya
seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh
perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sangaja atau lalai tidak
perikatan.
masuk dalam mekanisme kontrak jual beli gas bumi. Di Indonesia peraturan yang
mengatur peristiwa jual beli terdapat di dalam Buku III BW. Di dalam praktek,
perjanjian dilaksanakan dalam bentuk perjanjian baku (standart contract) yang sifatnya
membatasi akan adanya asas kebebasan berkontrak. Dengan adanya batasan ini sangat
17
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata, (Bandung : PT Alumni, 2013) Hlm, 218.
8
berkaitan dengan kepetingan umum yang diatur dalam Undang – Undang atau peraturan
pemerintah.
PT. Perusahaan Gas Negara merupakan salah satu pelaku ekonomi midstream
dan downstream yang membuat banyak perjanjian jual beli dengan beberapa pihak,
pihak – pihak yang dimaksud dalam penulisan ini adalah para konsumen, dimana
perjanjian jual beli tersebut dapat membuat suatu peraturan perjanjian jual beli yang
dibuat dengan masing – masing pihak. Hal ini menjadi prinsip yang dilaksanakan PT.
Perusahaan Gas Negara dengan konsumen memiliki ketentuan hukum perdata dan
(BUMN) yang menjadi otoritas negara untuk mengelola mengenai jual beli gas bumi.
Disini pentingnya pembahasan dan pengenalan prinsip production sharing atas kontrak
yang dilakukan untuk menghindari terhadap liberalisasi minyak dan gas bumi yang
condong pada eksploitatsi minyak bumi serta yang hanya dikomersialisasikan dengan
Kesesuaian dan tujuan penggunaan sumber daya alam adalah mutlak dan tidak
dapat diubah. Kemudian perlu dicermati atas hak menguasi negara atas faktor produksi
strategis dan vital dimana pada hakekatnya merupakan suatu perlindungan atas cita
hukum untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain negara harus memiliki fungsi
sebagai pengatur, pengurus, dan pengawas terhadap hubungan hukum atas relasi
partikularistik.
9
B. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Penulis akan membatasi ruang lingkup kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) ini pada
a. Umum
b. Khusus
1. Mekanisme bekerja atas pembuatan Kontrak Jual Beli Gas Bumi di PT.
2. Problematik yang dihadapi atas pembuatan Kontrak Jual Beli Gas Bumi di
C. TUJUAN KEGIATAN
Berikut adalah beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program
1. Untuk mengetahui prinsip Product Sharing pada Sistem Kontrak Jual Beli
Gas Bumi; .
10
2. Untuk mengetahui prosedur atau tahapan dalam pelaksanaan prinsip
Product Sharing pada Kontrak Jual Beli Gas Bumi di PT. Perusahaan Gas
Negara Tbk;
Product Sharing atas Kontrak Jual Beli Gas Bumi di PT. Perusahaan Gas
Negara Tbk;
4. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas
Negara Tbk.
D. MANFAAT KEGIATAN
Berikut adalah manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Mahasiswa
aplikasi teori, konsep, dan proses kontrak Jual Beli Gas Bumi dengan prinsip
realita kondisi serta evaluasi yang ada di lapangan. Serta dapat meningkatkan
11
sarana memperluas pengetahuan dan pengalaman mahasiswa sebuelum
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan atas langkah-langkah yang telah atau sedang diambil oleh PT.
berlaku. Disamping itu, diharapkan pula dapat menjadi bahan masukan yang
bersifat objektif atau juga sumbangan pemikiran bagi instansi terkait dalam
dan mahasiswa dalam konsentrasi Hukum Perdata Bisnis, hasil kegiatan ini
d. Bagi masyarakat
Diharapkan hasil dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini mampu
mengenai aspek hukum perdata. Selain itu, hal ini penting untuk memberikan
dorongan dalam hal budaya sadar hukum dan juga membangun kepercayaan
12
E. TAHAPAN KEGIATAN
Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, selain ikut serta
dalam kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tempat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL), penulis juga akan melakukan banyak pengamatan serta mencari informasi
alternatif penyelsian sengketa pada PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. Kegiatan ini
tentunya tidak lepas dari dukungan dan pembinaan dari bidang hukum perdata di PT.
Perusahaan Gas Negara Tbk yang diharapkan dapat memberi keterbukaan dan
kerjasama yang baik sehingga penulis dapat dengan jelas mengetahui informasi-
informasi guna memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun pelaksanaan Kuliah
Kerja Lapangan yang akan dilakukan yaitu meliputi kegiatan - kegiatan sebagai laporan
Metode Partisipatif, yaitu mahasiswa ikut terlibat di dalam proses kegiatan yang
1. Minggu I : Persiapan
yang berkaitan dengan proposal pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
a. Mengurus Surat Pengantar dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan
proposal Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah disetujui oleh dosen
13
b. Menyampaikan Surat Pengantas dari Dekan Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya dan proposal KKL yang telah disetujui oleh dosen pembimbing ke PT.
2.1 Dalam hal pencarian data – data terkait, penulis menggunakan metode :
a. Observasi
pengamatan langsung terhadap suatu objek tertentu dengan cara ikut serta
b. Wawancara
sehubungan dengan objek yang diteliti atau masalah yang akan dibahas.
c. Dokumentasi
Yaitu suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara
Tbk.
d. Partisipasi
Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara terlibat secara
14
2.2 Dalam kegiatan yang dilakukan penulis dibagi atas tiga kegiatan, yakni :
a. Kegiatan Operasional
Yaitu kegiatan yang sifatnya melibatkan diri dalam usaha melaksanakan kegiatan
yang dilakukan oleh Legal Division Perdata PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.
b. Kegiatan Pengamatan
pelaksanaan Prinsip Product Sharing atas Kontrak Jual Beli Gas Bumi PT.
c. Kegiatan Wawancara
Yaitu kegiatan yang memperoleh data infromasi melalui dialog atau wawancara
langsung dengan sumber data yang berasal dari Bidang Hukum Perdata PT.
Perusahaan Gas Negara Tbk yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat penulis.
3. Minggu IV : Evaluasi
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Michael D Bayles, Contract Of Law is might then be taken to be the law
sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian dan persetjuan,
dan mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan - harapan yang
timbul dalam pembuatan persetujuan19. Pengertian kontrak tertuang dalam Pasal 1313
KUH Perdata, “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
Dalam hukum kontrak, dapat dikemukakan unsur – unsur yang tercantum dalam
Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tertulis
dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah kaidah – kaidah hukum
18
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori, & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015) Hlm, 3.
19
Ibid. Hlm 4
20
Ibis. Hlm 5
16
2) Subjek Hukum
kewajiba. Yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur
dan debitur. Kreditur adalah orang yang menerima hak atas debitur atau
3) Adanya Prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan hak kreditur. Prestasi
terdiri dari :
a. Memberikan sesuatu;
4) Kata Sepakat
Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian.
5) Akibat Hukum
Setiap perjajian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum.
Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu
Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system). Artinya
bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur
maupun yang belum diatur di dalam undang – undang. Hal ini dapat disimpulkan dari
ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi
17
mereka yang membuatnya.” Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata memberikan
Suatu syarat sah perjanjian tertuang dalam Pasal 1320 KUH Perdata, dimana
mensyaratkan syarat objektif. Di mana syarat ini dikarenakan mengenai objek perjanjian
Pada syarat subjektif, para pihak yang mengadakan perjanjan atau kontrak harus
sekapat (konsensus) tanpa paksaan, kehilafan, dan penipuan serta cakap menurut hukum.
Pada syarat ini apabila ditemukan pelanggaran hukum, akibat hukumnya ialah dapat
dibatalkan oleh para pihak22. Kemudian, orang yang mengadakan kontrak harus cakap.
Syarat cakap menurut hukum dalam mengadakan kontrak tertuang dalam Pasal 1330
21
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1963) Hlm. 17
22
Ibid. Hlm 17
18
KUH Perdata secara penafsiran a contrario. Dalam Pasal 1330 KUH Perdata, disebutkan
3) Orang perempuan dalam hal – hal yang ditetapkan oleh undang – undang
(sudah tidak berlaku), dan semua kepada siapa undang – undang telah
Pada angka 3 dan 4 disebutkan syarat objektif. Di mana syarat ini mensyaratkan
secara absolut. Apabila syarat ini dilanggar, menimbulkan batal demi hukum. Pada
Angka 3, disebutkan bahwa suatu kontrak harus mengenai hal tertentu yang menjelaskan
apa yang diperjanjikan dalam hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (kreditur dan
debitur). Hal ini menandakan suatu prestasi. Pada Angka 4, disebutkan bahwa suatu
kontrak harus memenuhi dan tidak melanggar objek yang diatur dalam peraturan
perundang – undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum seperti yang tertuang pada Pasal
a. Unsur Essensialia
Unsur ini menjelaskan bagian – bagian yang harus terdapat dalam perjanjian.
Seperti contoh pada perjanjian jual beli, di dalamnya harus terdapat barang dan
harga
b. Unsur Naturalia
c. Unsur ini menjelaskan dalam perjanjian harus terdapat peraturan yang bersifat
mengikat. Seperti contoh pada pasal 1514 KUH Perdata, perjanjian jual beli harus
19
mencantumkan pembayarannya, jika tidak pembayaran dilakukan pada waktu
d. Unsur Accidentalia
Unsur ini menjelaskan bahwa dalam suatu perjanjian dapat ditambahkan oleh para
pihak dalam membuat perjanjian. Dalam jual beli, dapat ditambahkan unsur
Dalam hukum kontrak, kita mengenal asas – asas dalam perjanjian antara lain :
Asas kebebasan berkontrak ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 KUH Perdata, dalam
pasal tersebut disebutkan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang – undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas jebebasan berkontrak ini
b. Asas Konsensualisme
tidak diadakan secara formal melainkan cukup dengan kesepakatan para pihak saja.
Kesepakatan merupakan kesesuaian antara kehendak dan pernyataan dari para pihak
23
Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori, dan Teknik Penyusunan Kontrak (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007).
Hlm 9
20
c. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini terdapat pada pasal 1338 KUH Perdata, dimana dalam pasal tersebut suatu
perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak dan sah menurut hukum berlaku dan
mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Keterikatan bagi para pihak
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang mengandung prestasi atau janji
Asas ini tertuang pada pasal 1338 KUH Perdata, di mana para pihak sebelum membuat
Istilah perjanjian jual beli bersal dari terjemahan dari contract of sale. Perjanjian
jual beli diatur dalam pasal 1457 s.d Pasal 1450 KUH Perdata. Yang dimaksud dengan
jual beli adalah persetujuan, dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang dijanjikan
(Pasal 1457 KUH Perdata). Esensi dari definisi ini penyerahan benda dan membayar
harga24.
Definisi ini ada kesamaan dengan definisi yang tercantum dalam Artikel 1439
NBW. Perjanjian jual beli adalah persetujuan dimana penjual mengikatkan dirinya
harga yang diperjanjikan. Ada tiga hal yang tercantum dalam definisi ini, yakni
24
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori, & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015) Hlm, 48.
21
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan barang kepada pembeli dan menjaminnya,
Di dalam hukum Inggris, perjanjian jual beli (contract of sale) dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu sale (actual sale) dan agreement to sale, hal ini terlihat dalam
Section 1 ayat (3) dari Sale of Goods Act 1893. Sale adalah suatu perjanjian sekaligus
dengan pemindahan hak milik (compeyance), sedangkan agreement to sale adalah tidak
lebih dari suatu koop overeentkomst (perjanjian jual beli) biasa menurut KUH Perdata.
Apabila dalam suatu sale si penjual melakukan wanprestasi maka si pembeli dapat
menggunakan semua upaya dari seorang pemilik, sedangkan dalam agreement to sale,
yang masih merupakan pemilik dari barangnya (penjual) jatuh pailit, barang itu masuk
boedel kepailitan25.
Dalam hukum Inggris diatas terlihat, bahwa ada perbedaan prinsip antara sale
dan agreement to sale. Sale terdiri atas perjanjian jual dan pemindahan hak milik,
Dari definisi tersebut dapat penulis formulasikan definisi perjanjian jual beli
secara lengkap. Perjajian jual beli adalah “Suatu perjanjian yang dibuat antara pihak
penjual dan pembeli. Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk
menyerahkan obyek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli
25
Ibid. 49
26
Ibid. 50
22
b. Adanya kesepakatan antara penjual dengan pembeli tentangbarang dan
harga
c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjua dan
pembeli.
Apabila kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli telah tercapai maka akan
menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. Yang menjadi hak penjual adalah
menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak pembeli. Sedangkan kewajiban
2) Menyerahkan barang
Penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan
Kewajiban menanggung dari si penjual adalah dimaksudkan agar (1) penguasaan benda
secara aman dan tentram, dan (2) adanya cacat barang – barang tersebut atau
sedemikian rupa sehingga menerbitkan alasan untuk pembatalan (Pasal 1473 KUH
Perdata)
27
Ibid. 49.
28
Ibid. 50.
23
4) Wajib mengembalikan kepada si pembeli atau menyuruh mengembalikan
oleh orang yang memajukan tunturan barang, segala apa yang telah
dikeluarkan oleh pembeli, segala biaya yang telah dikeluarkan untuk barang
2) Membayar bunga dari harga pembelian jika bunga tersebut bagian dari
pendapatan
sebagai suatu penjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada
detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang
pokok (esensalia) yaitu barang dan harga, meskipun jual beli itu mengenai barang
yang tidak bergerak. Sifat konsensuil jual beli ini ditegaskan dalam pasal 1448 yang
berbunyi "Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka
telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum
Penyerahan dalam Jual Beli menurut hukum perdata, pada suatu jual beli
terdapat penyerahan barang yang menjadi obyek pada perjanjian jual beli. Penyerahan
29
Ibid. 55
24
1) Penyerahan barang bergerak
KUHPerdata)
Industri Migas terbagi menjadi 2 kegiatan usaha, yakni usaha hulu dan hilir.
Kegiatan usaha hulu merupakan aktivitas yang ditunjukan untuk menemukan dan
eksploitasi sumber – sumber Migas, melalui aktivitas survey (eksplorasi) dan pengeboran
(eksploitasi). Kegiatan usaha hilir adalah aktivitas usaha yang ditunjukan untuk
Secara umum, kerangka hukum hulu migas terbagi menjadi dua aspek pokok31.
Pertama, hukum terkait bisnis kegiatan hulu migas. Kedua, hukum terkait teknis dari
industri hulu migas. Pada aspek kerangka hukum pertama, pengaturan yang dibahas
30
Wahyudin Sunarya dan Giri Ahmad, Pengantar Hukum Minyak dan Gas Bumi, (Depok : Kantor Hukum
Wibowo, 2017). Hlm 2.
31
Ibid. Hlm 2.
25
menitikberatkan hubungan kontraktual keperdataan/administrasi, antara pemerintah
kegiatan eksplorasi dan eksploitasim seoerti kesehatan dan keamanan kerja, pengadaan
modal (capital intensive), padat teknologi (technology intensive), dan resiko tinggi (high
financial risk). Pada tahun 2011, kapitalisasi sektor hulu Migas mencapai 450 miliar
dollar, naik menjadi 35 miliar dolar dari tahun 2010. Besarnya investasi pada Migas
dan penutupan. Pada masing – masing kefiatan terbagi ke dalam beberapa tahapan
sebagai berikut34 :
A. Tahap Ekplorasi
No Tahapan Keterangan
32
Ibid Hlm. 4.
33
UU Minyak dan Gas Bumi.
34
Ibid. Hlm 10.
26
Pada umumnyam, hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
B. Tahap Eksploitasi
Pada umumnya, tahapan ini, sumur dibor dan dikembangkan, dimana ukuran dan jumlah
C. Tahap Penutupan
Setiap sumur memiliki usia produksi, pada satu titip tertentu produksi sumur
akan menurun, hingga tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Rata – rata sebuah sumur
Migas berusia antara 20 – 30 Tahun. Pada fase ini akan dilakukan penutupan dan
rehabilitasi area produksi, dan mencabut semua alat produksi dan instalasi.
27
2) Kegiatan Usaha Hilir
Kegiatan usaha hilir migas merupakan kegiatan usaha yang berfokus pada aspek
dan pendistribusian. Namun pada insditrusi migas juga dikenal midstream antara lain
terutama pada jaringan pia gas distribusi. Pada industri ini terdapat 3 (tiga) aktivitas
Sumber Daya Mineral (ESDM), kegiatan usaha hilir meliputi usaha pengolahan, usaha
pengangkutan, usaha penyimpanan, dan usaha niaga. Adapun usaha – usaha tersebut
meliputi :
1) Usaha pengolahan
2) Usaha pengangkutan
3) Usaha Penyimpanan
4) Usaha Niaga
contract) adalah perjanjian atau kontrak yang dibuat antara badan pelaksana dengan
badan usaha dan atau bentuk usaha tetap untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi dibidang minyak dan gas bumi dengan prinsip bagi hasil. Definisi diatas
adalah bahwa kontrak production sharing adalah “perjanjian atau kontrak yang di buat
antara perkata Badan Pelaksanaan dengan Badan Usaha dan atau Badan Usaha Tetap
28
untuk melakukan uasaha eksplorasi dan eksploitas di Bidang Minyak dan Gas Bumi
dengan prinsip bagi hasil.” Unsur - unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah :
2) Adanya subjek hukum, yaitu perkata Badan Pelaksana dengan Badan Usaha dan
3) Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan Gas Bumi. Tujuan
utama, yaitu :
1. Manajemen ada di tangan negara (perusahaan negara). Negara ikut serta dan
mengawasi jalannya operasi pertambangan minyak dan gas bumi secara aktif
dalam masalah ini adalah batasan sejauh mana persetujuan negara atau
kewajiban untuk menalangi terlebih dahulu biaya operasi yang diperlukan, yang
29
kemudian diganti kembali dari hasil penjualan atau dengan mengambil bagian
dari minyak dan gas bumi yang dihasilkan. Besaran penggantian biaya operasi
ini tidak harus selalu penggantian penuh (full recovery). bisa saja hanya
dengan kontraktor. Prinsipnya adalah semakin besar bagian negara maka pajak
milik perusahaan negara segera setelah dibeli atau setelah depresiasi. Ketentuan
pertambangan minyak dan gas bumi mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor
pertambangan minyak dan gas bumi, para pihaknya adalah Pertamina dan Kontraktor.
dan Gas Bumi maka para pihaknya adalah Badan Pelaksana dengan Badan Usaha atau
30
Tiga prinsip pokok Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing
1) Kepemilikan sumber daya alam tetap ditangan pemerintah sampai pada titik
penyerahan;
3) Modal dan resiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap.
yang dibuat antara Pelaksana dengan Badan Usaha dan/atau Badan Usaha Tetap.
Substansi yang harus dimuat dalam Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract).
contrat (bahasas inggris) kontrak ini dikenal dalam kontrak-kontrak yang di adakan
pada bidang minyak dan gas bumi Istilah kontrak production sharing ini dapat di baca
dalam pasal 1 angka 19 UU no 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Di dalam
pasal ini berbunyi bahwa kontrak kerja adalah Kontrak bagi hasil atau bentuk kerja
sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara
sharing tetapi di pokuskan pada konsep teoritis kerja sama di bidang Minyak dan Gas
Bumi. Kerja sama di bidang minyak dan gas bumi dapat di bedakan menjadi dua (dua)
31
macam, yaitu kontrak production sharing dan kontrak-kontrak lainya. Unsure-unsur
1) Dapat di lakukan dalam bentuk kontrak production sharing atau bentuk lainya;
pedoman kerja sama kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi di sebutkan pengertian
kontrak production sharing (bagi hasil). Prinsip bagi hasil merupakan prinsip yang
mengatur pembagian hasi yang di peroleh dari eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan
Gas Bumi antara badan pelaksanaan dan badan uasaha dan atau badan usaha tetap.
Pembagian hasil ini di rundingkan antara kedua belah pihak dan biasanya di tuangkan
dalam Kontrak Production Sharing. Hak dan kewajiban badan usaha dan atau badan
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. ada 2 macam kewajiban dari badan usaha dan
1) Pajak-pajak;
32
Jangka Waktu Kontak Production Sharing
paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya dan diperpanjang untuk
jangka waktu paling lama 30 tahun. jangka waktu terdiri dari jangka waktu eksplorasi
dan jangka waktu eksploitasi. eksplorasi dalah kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang di
tentukan .jangka waktu kegiatan eksplorasi dilaksanakn 6 (enam) Tahun dan dapat
diperpanjang hanya 1 (satu) kali periode yang dilaksanakan paling lama 4(empat)
tahun, jadi total jangka waktu eksplorasi adalah selama 10 tahun. eksploitasi adalah
suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengahasilkan minyak dan gas bumi
dari wilayah kerja yang ditentukan.eksploitasi itu terdiri dari atas penegeboran dan
untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi dilapangan serta kegiatan lain
yang mendukung.
sengketa,jika terjadi sengketa antara badan usaha atau badan usaha tetap dengan baan
telah ditentukan dan dituangkan dalam kontrak production sharingyang dibuat para
pihak.
kontrak tentang Kontrak Production Sharing, yang dibuat antara pertamina dengan
33
kontrak .hal ini dituangkan dalam section XI tentang consutation and
arbitration dalam section ini ada 2 (dua) hal yang diatur, yaitu tentang konsultasi
Konsultasi ini diatur dalam secrion XI.I. konsultasi antara pertamina dan
Pola penyelesain sengketa yang diatur dalam section XI.2 dapat dilakukan
dalam 2 tahap,yaitu
2) Arbitrase.
penafsiaran terhadap substansi kontrak dan pelaksanaan kontrak. merka tetap berusaha
Keberadaan arbiter dari para pihak dan seorang arbiter ang netral diharapkan
nantinya akan dapat menyelesaikan perselisihan yang muncul antara pertamina dan
kontraktor. apabila para arbiter (wasit) yang ditunjuk tidak dapat menyelesaikan
persoalan antarmereka maka para pihak dapat mengajukan persoalan tersebut kepada
34
arbitrase, yaitu memberikan suatu metode penyelesaian sengketa yang murah dan cepat
(an inexpensive and quick method for settelement of dispute) ICC inilah yang
kontraktor. prosedur dan syarat –syaratnya dapat dilihat pada kontrak joint venture.
35
BAB III
1) Kantor Pusat :
2) Surat – Menyurat :
The Manhattan Square Building, Mld Tower, Lantai 26. Jalan T.B Simatupang
2. Sejarah Berdiri :
Resmi menjadi Perusahaan Gas Negara pada 13 Mei 1965, kiprah PGN telah
dimulai sejak era kolonial. Banyak hal terjadi selama lebih dari satu setengah abad.
PGN telah mengaruhi sejarah panjang industri gas di Indonesia. Berikut sejarah PGN
No Tahun Sejarah
36
Indishce Gas Maatschapij (NIGM) dan tahun 1879 NIGM
(BPU – PLN)
7 2003 Saham PGN dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
37
8 2007 – 2012 Pembentukan anak usaha PT. PGAS Telekomunikasi
Sebagai BUMN yang bergerak di hilir gas bumi, PGN melakukan kegiatan
Sesuai dengan anggaran dasar PGN sebagaimana telah diubah dengan Akta Nomor
102 tanggal 14 Mei 2017 yang dibuat dihadapan notaris Fathiah Helmi, S.H., di
3) Selain kegiatan usaha utama, PGN melakukan usaha penunjang lainnya yang
38
Untuk kepentingan manajemen perusahaan, dalam menjalan kegiatan
usahanya, PGN dan perusahaan – perusahaan yang tergabung dalam PGN Group
Visi : Menjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia di Bidang Gas pada Tahun 2020
5. Struktur Organisasi
39
40
B. Gambaran Khusus PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.
Dalam tinjauan pustaka sudah dijelaskan mengenai kegiatan usaha hulu dan
hilir pada gas bumi. Hal tersebut berkaitan dengan pada bab pembahasan ini. Kegiatan
usaha hulu dan hilir akan memengaruhi struktur dan substansi kontrak yang akan dibuat.
Istilah yang sering dijumpai pada kegiatan usaha gas bumi adalah Upstream,
pengelompokan kegiatan usaha hulu dan hilir. Pada kegiatan usaha hulu terdapat kegiatan
usaha Upstream dan Pada kegiatan usaha hilir terdapat kegiatan usaha Midstream dan
Downstream.
dalam subtansi kontrak. Dari hasil wawancara oleh pembimbing atau mentor KKL di PT.
Perusahaan Gas Negara Tbk, pembuatan kontrak dibagi menjadi tiga bagian yakni : Pre
Contractual, Contractual, dan Post Contractual. Selanjunya akan dibahas dalam tabel dan
grafik35 :
NO PROSES KETERANGAN
35
Hasil wawancara dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara,
pada tanggal 26 Juli 2018.
41
2 Contractual Melakukan agreement atau penandatanganan atas negoisisasi
yang sudah dilakukan para pihak.
Pada pembahasan ini, selanjutnya akan dibuat dalam bentuk tabel supaya
dibahas secara sederhana. Pembahasan ini akan membahas subtansi secara keseluruhan
36
Hasil diskusi dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara, pada
tanggal 20 Juli 2018.
42
35% : 65% Kontrakor, atau (daratan) ataupun di
Negara 30% : 70% Kontraktor dalam air, biasanya di
bawah laut. Perusahaan
c. Relinquishment : yang bisasa melakukan
Pengembalian Wilayah Kerja ini contohnya adalah
yang sudah digunakan oleh pertamina E&P atau
kontraktor kepada negara. Hal chevron dimana selaku
ini terkait, apabila Wilayah perusahaan owner, dan
Kerja yang sudah dimanfaatkan biasanya meminta
oleh kontraktor, hal ini akan bantuan service
dilakukan lelang kembali company untuk
kepada kontraktor lainnya melakukan pengeboran
dalam hal pemanfaatan. terhadap titik yang telah
mereka tentukan.
d. Gross Revenue : Yakni
pendapatan dari hasil produksi
dikalikan dengan nilai uang.
Dalam kegiatan usaha gas bumi
nilai volume dikalikan dengan
harga atau mata uang. Hal ini
menentukan apakah investasi
bernilai ekonomis atau tidak.
43
b. Make Up Transport : Hal ini
terkait apabila shipper tidak
dapat mengirimkan pasokan gas
dalam jumlah minimum (Ship
Or Pay) atau selisih jumlah gas
yang harus dikirim pada periode
berikutnya.
44
Pay terlebih dahulu, dan harga
Gas Make Up mengikuti nilai
dan valuasi harga.
c. Shortfall : Hal ini terkait
apabila seller tidak dapat
memasok gas dengan ketentuan
yang telah disepakati. Hal ini
memengaruhi pembayaran pada
Take Or Pay
NO PROSES KETERANGAN
1 Pre Contractual Proses ini lebih kepada proses negoisiasi. Pada tahap ini,
problem yang sering kali dihadapi ialah proses pengakomodiran
kepentingan komersial dari pada pihak yang mencapai pada titik
tengah atau win – win solution. Proses negoisiasi juga memakan
waktu yang cukup banyak, bahkan ada yang sampai 2 tahun.
Dalam tataran implementasi, posisi negoisiasi juga dipengaruhi
bargain position masing – masing pihak. Contohnya dalam
kontrak GSA, ketika Kota Surabaya sedang mengalami shortage
(kekurangan pasokan gas), PT Perusahaan Gas Negara sebagai
pihak buyer memliki bargain position yang lemah dan pihak
seller/suplier menjadi pihak yang kuat. Pada kondisi tersebut,
pihak seller/suplier menjadi pihak yang kuat dikarenakan
banyaknya pihak buyer yang minat atau melangsungkan kontrak
dengan pihak seller/suplier. Oleh karena itu, problem yang
didapatkan adalah sulitnya memasukan komersial items dengan
pihak seller/suplier yang bersifat win – win solution.
2 Contractual dan Proses ini lebih kepada pada saat melaksanakan kewajiban dan
Post Contractual menerima hak. Dimana pada saat melaksanakan post
transaction (pembayaran atas kewajiban) masih terdapat
disputes (sengketa). Contoh pada kontrak GSA, Permasalahan
yang sering kali timbul ialah pembayaran Take Or Pay. Faktor
– Faktor yang sering menimbulkan sengketa ialah para pihak
merasa telah melaksanakan prestasinya sesuai dengan apa yang
37
Hasil wawancara dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara,
pada tanggal 26 Juli 2018.
45
telah dikerjakan dan diterimanya. Dalam menghitung Take Or
Pay, ada faktor – faktor pengurangnya, antara lain :
1. Shortfall (seller/suplier tidak dapat men-suply dengan
ketentuan yang ada)
2. Maintenance (adanya pemeliharaan utilitas perusahaan
yang mengakibatkan terhentinya kegiatan usaha)
3. Force Majeur (adanya keadaan memaksa diluar kuasa
para pihak)
4. Spec Off (adanya spesifikasi kimia yang kurang
terpenuhi)
Contohnya sebagai berikut :
Gas Make Up = 25 %
Dengan perhitungan diatas, terkadang sering kali ada sengketa
yang timbul terkait jumlah faktor pengurang Take Or Paynya.
Perbedaan penafsiran tersebut akan menimbulkan sengketa.
Sebagai pihak yang membayar atau buyer akan merasa rugi
46
apabila membayar Take Or Pay yang tidak sesuai dengan
perhitungan yang semestinya.
1. Pada proses Pre Contractual, pihak PT. Perusahaan Gas Negara Tbk melakukan
waktu yang lama dengan harapan keseriusan atau i’tikad baik dari PT.
Perusahaan Gas Negara. Dalam proses tersebut, PT. Perusahaan Gas Negara
Tbk menawarkan komersial items yang disesuaikan dengan para pihak sampai
2. Pada proses Contractual, sering kali terjadi perbedaan penafsiran antara para
pihak. Dalam kondisi ini, PT. Perusahaan Gas Negara terus melakukan
3. Pada proses Post Contractual atau Post Transaction, sering kali dihadapi dengan
kekosongan klausul para pihak dan perbedaan persepsi dari komersial items
kebiasaan yang pernah dilakukan kepada pihak lainnya. Common practice ini
berpijak pada klausul – klausul kontrak yang pernah dibuat dan dilakukan
kepada pihak lainnya. Dalam hal pembayaran Take Or Pay, PT. Perusahaan Gas
38
Hasil wawancara dengan Ibu Atika Indra Dhewanti selaku pegawai bidang legal PT Perusahaan Gas Negara,
pada tanggal 25 Juli 2018.
47
Rekonsiliasi ini sering kali dilakukan dan menjadi keharusan dalam menjaga
Dalam pre – contractual, seharusnya dibuat buku pedoman atau standar legal
2. Dalam Contractual
Sering kali terjadi perbedaan penafsiran antara para pihak. Dengan metode yang
sama, seharusnya dibuat buku common practice dengan pihak – pihak lain.
pernah dibuat.
Dalam proses ini sering kali terjadi ketidaksesuaian pelaksanaan hak dan
penyerahan tidak sesuai pada setiap periode, baik jumlah pembayaran atau
48
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulis telah menyelsaikan tugas Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Kantor PT.
Perusahaan Gas Negara Tbk. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan pada
Setelah menyelsaikan Kuliah Kerja Lapangan di PT. Perusahaan Gas Negara Tbk,
1. Proses pembuatan kontrak dibagi menjadi tiga bagian, yakni : Pre – Contractual,
Contractual, dan Post - Contractual. Pada bagian Pre – Contractual, para pihak
melakukan negoisiasi atas items komersial yang dihendakinya. Para pihak dapat
dan melakukan tanda tangan. Dalam kondisi ini, para pihak melakukan
persamaan penafsiran agar tidak terjadi sengketa dikemudian hari. Pada bagian
masing sesuai dengan jenis kontraknya masing – masing, baik itu PSC, GTA,
ataupun GSA.
2. Jenis – Jenis kontrak terdiri dari jenis kegiatan usahanya. Dalam kegiatan usaha
hilir atau upstream jenis kontraknya ialah PSC. Dalam Kegiatan usaha hulu atau
midstream dan downstream jenis kontraknya ialah GTA dan GSA. Pada kontrak
PSC, kegiatan usahanya fokus pada kegiatan ekplorasi dan eksploitasi antara
Pemerintah melalui menteri ESDM, Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas
49
bumi, dengan Kontraktor. Pada kontrak GTA, kegiatan usahanya fokus pada
kegiatan distribusi dan transmisi gas bumi dengan pihak Shipper dan
Transporter. Pada Kontrak GSA, fokus kegiatannya ialah niaga gas bumi. Para
3. Problematika yang sering ditimbulkan dibagi atas tiga bagian, yakni Pre –
Sering kali memakan waktu yang lama untuk win – win solution. Pada
Contractual, sering kali terjadi perbedaan penafsiran para pihak. Pada Post
kewajiban.
4. Dalam kontrak hulu migas dikenal dengan Kontrak PSC. Dalam Kontrak PSC,
b) Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan Gas Bumi.
50
B. SARAN
Saran yang diberikan dari penulis terhadap mekanisme kontrak, jenis kontrak, dan
yang diberikan oleh pegawai legal PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. agar dalam
mengadakan kontrak dengan pihak lain sudah dapat memahami tindakan yang
akan diambil.
2. Pada jenis kontrak, dibagi pada kontrak PSC, GTA, dan GSA, perlunya
brainstorming kepada pegawai legal PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. agar
pegawai legal non kontrak (compliance dan litigation) dapat memahami juga
menganai hal kontrak. Karena, pada suatu nanti akan terjadi mutasi pegawai.
operasi.
51
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A Riyanto Pudyantoro, Proyek Hulu Migas, Evaluasi dan Analisis Petro Ekonomi (Jakarta :
Petromindo, 2014)
Riduan Syahrani, Seluk – Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : P.T Alumni,
2013).
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori, & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika,
2015)
Wahyudin Sunarya dan Giri Ahmad, Pengantar Hukum Minyak dan Gas Bumi, (Depok :
Kantor Hukum Wibowo, 2017)