Dalam kasus tiga pilar ini dapat dilihat terdapat beberapa penyimpangan yang telah
terjadi. Penyimpangan yang pertama adalah penyimpangan atas asset yang dilakukan
oleh Joko dan Budhi, keduanya diindikasikan menyembunyikan fakta material
mengenai perusahaan distributor yang terafiliasi. Selama bertahun-tahun, perusahaan
distribusi yang terafiliasi dengan keduanya itu ditulis sebagai pihak ketiga. hal ini
diketahui dari hasil persidangan bahwa enam perusahaan tersebut merupakan milik
Joko pribadi, namun dicatat sebagai entitas pihak ketiga dalam laporan keuangan
pada 2016 dan 2017. Joko dan Budi juga memberikan pernyataan palsu terkait
dengan nilai buku perusahaan. Selama ini nilai buku perusahaan disulap oleh Joko
dan Budhi saat menjabat sebagai direksi di kisaran Rp1.300 sampai dengan Rp1.500
per saham. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pripsip transparansi yang
seharusnya diterapkan oleh perusahaan. Dalam proses persidangan diketahui bahwa
Joko dan Budhi melakukan rekayasa laporan keuangan dengan meningkatkan piutang
enam perusahaan distributor guna mengesankan peningkatan penjualan AISA
sehingga secara fundamental kinerja perseroan dapat terlihat baik.hal ini sangat
bertentangan dengan prinsip transpransi dimana perusahaan seharusnya memberikan
informasi yang terbuka untuk umum, aktual, dan terkini