Anda di halaman 1dari 4

Bagian I

Rizal dengan mudah mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan auto finance di Jakarta.
Perusahaan pembiayaan ini merupakan salah satu anak perusahaan di bawah bendera SANDIKA
Group. Rizal ditempatkan sebagai staf keuangan dan analisa kredit dengan jabatan “credit analyst”
dengan iming - iming bahwa dalam waktu satu tahun ia berpeluang menjadi supervisor. Rizal berkat
keuletan dan kerajinannya terlihat cukup menonjol, bahkan dalam semester pertama ia mendapat
predikat “the rising star

Hubungan kerja dengan sesama rekan kerja terjalin dengan baik. Ada suasana kerja yang “relatif
santai”, yang penting Sujono mengingatkan bahwa target sales dari pemasaran dapat dicapai.

Sejak minggu pertama Rizal melihat suasana kerja yang “terbuka” membuat Rizal tau dari obrolan
ringan bahwa penghasilan Sujono sebagai Manajer Analisa Kredit pertahun mencapai 70 juta bersih
plus bonus tahunan mencapai 30 juta , jika departemen mencapai target. Sujono cukup baik dalam
memimpin. Ia juga dilihat sebagai pemimpin yang menghargai bawahan, dan mau menerima
masukan dari bawahannya.

beberapa waktu ke depan, akan melaksanakan program komputerisasi dalam seluruh aktifitas
analisa kredit dan catatan prospek pelangggan, sehingga perampingan organisasi harus terjadi.

Akhirnya setelah setahun bergabung dibagian Analisa Kredit, Rizal berhasil pindah ke bagian
Pemasaran,. Di bagian ini Rizal beradaptasi dengan baik, karena rekan rekan kerjanya relatif masih
muda dan energik. Rizal dengan antusias bekerja sesuai dengan kapasitas dan target perusahaan.
Rizal kemudian diangkat menjadi supervisor, membawahi beberapa pemula sebagai “account
officer” ( atau marketing officer). Suasana kerja di bagian pemasaran yang relatif serabutan
sebenarnya tantangan bagi Rizal, namun suasana persaingan antar rekan sesama staf pemasaran
semakin kental terasa, apalagi ketika ada issue,bahwa pencapaian target akan sangat menjadi tolok
ukur kenaikan gaji

Pada suatu acara kantor ia bertemu dengan Sujono, dan dengan omongan ringan Sujono
menawarkan kembali ke bagian analisa kredit . Dengan posisi supervisor dan dengan tambahan
sedikit penyesuaian gaji, ia menerima posisi tersebut dengan asumsi ia lebih nyaman di bagian
Analisa Kredit , apalagi bagian tersebut setelah reorganisasi menjadi tersentralisasi dikantor pusat,
sehingga barangkali Rizal berpeluang untuk melihat perusahaan group lainnya. Lagipula dengan
demikian ia dapat menjalin hubungan dengan kolega lainnya di group di lokasi kantor yang sama. Ah
betapa menyenangkan, ditambah pula lokasi kantor di daerah Menteng, tak jauh dari rumahnya di
Tebet. Rizal tahu bahwa di bagian Analisa Kredit ia nantinya masih dibawah Sujono, namun ada
posisi baru sebagai Koordinator – Leila , rekan kerjanya pada waktu memulai karir. Ia akan melapor
langsung pada Leila. Tak apalah pikirnya, tokh Leila ini cukup baik, manis dan berperilaku baik budi.
Jadi no problem melapor pada Leila.
rekan rekannya bertanya “kenapa kembali kesini Rizal ?” dan mereka mulai mengeluhkan bahwa
sejak adanya “Mr MBO.” ( demikian mereka menyebut Sugiarto – Senior Manajer yang baru 3 bln ini
ditempatkan membawahi Sujono) suasana kerja menjadi tertekan. Mr MBO – Manage By
Oppression dan bukannya Manage By Objective yang didengung dengungkan Sugiarto. Kata kata
yang kasar dan omelan bukan hal yang baru dibagian ini. Ada ketakutan bila Sugiarto berbicara
mengenai sasaran dengan penekanan pada kalimat –“ This is the way We will do here- If one do not
like to be here – there are always other place to find out side “ . Tanpa dengan jelas apa yang
dimaksud. Jika berbicara mengenai target – dead line analisa kredit , tak ada tawar menawar – baik
dari segi waktu maupun kelengkapan analisa, bahkan format laporan pun mesti 100 % tepat.
Pokoknya suasana kerja yang dahulu kekeluargaan lenyap entah kemana. Beberapa rekannya
sesama supervisor bahwa bawahanpun mulai patah semangat dan beberapa mengundurkan diri
,mencari peluang ditempat lain.

Pada 3 bulan pertama, Rizal melihat keterlambatan analisa dan kesalahan mulai terjadi. Rizal tak
ingin keadaan ini berlanjut, maka dengan hati bersih ia mengusulkan pada Sujono untuk 3
memprakarsai – Sarasehan sesama supervisor- yang bertujuan antara lain menampung aspirasi
untuk memperbaiki suasan kerja serta memberi masukan perbaikan operasional untuk kepentingan
perusahaan. Sujono memberi izin dan memberi pesan : jangan omongin gaji. Oke kata Rizal. Pada
pertemuan pertama yang dihadiri hampir 15 orang ( 8 supervisor- 3 manajer – 4 yunior) pertemuan
berlangsung meriah ,lebih merupakan reuni yang menyenangkan. Usulan yang disampaikan direkap
dan dengan kata kata yang lebih halus dicatat sebagai berikut

Kepada yth : Bpk Sujono

Dari : Sarasehan Analisa Kredit

Cc : Bpk Sugiarto

Dengan hormat, Sehubungan dengan adanya kerinduan bersama untuk memenuhi visi dan misi
perusahaan sebagai “ commited to your satisfaction” , yang berarti bahwa semua bagian harus ambil
bagian untuk memberi layanan terbaik bagi pelanggan. Untuk itu bagian Analisa Kredit merasa perlu
untuk memberi masukan sebagai tanggung jawab dan keprihatinan akan terjadinya penurunan
semangat kerja yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Penurunan semangat yang dimaksud
ditandai dengan terjadinya beberapa kesalahan dan keterlambatan analisa yang pada akhirnya
mengganggu proses persetujuan kredit. Sehubungan dengan itu , izinkan kami menyampaikan
beberapa butir dibawah ini: 1. Suasana kerja yang harmonis dapat menjadi pendorong semangat
kerja tim 2. Perlu diadakan training dalam bidang analisa pelanggan , dengan mengundang beberapa
pembicara luar 3. Perlu diadakan semacam “seminar” dengan pembicara internal ,misalnya dari
bagian pemasaran, dengan thema –mengatasi pelanggan sulit. Ini bertujuan agar apa yang menjadi
kekuatan dibagian pemasaran dapat ditransfer pada analisa kredit. Selain itu mungkin dari bagian
Analisa Kredit diusulkan untuk mengisis acara yang sama, agar bagian Pemasaran juga mempunyai
pemahaman analisa kredit 4. Bagian Analisa Kredit selama ini sering diburu waktu, padalah akhirnya
calon pelanggan lebih menyukai mengambil kredit pada perusahaan pembiayaan lainnya 5. Sekali
dalam setahun diadakan “outing” dengan seluruh karyawan untuk meningkatkan semangat
kekeluargaan 6. Sarasehan ini hendaknya dapat digunakan untuk menemukan ide dan gagasan yang
baik dan tepat Demikian surat ini kami sampaikan, kiranya menjadi masukan dan mendapat
tanggapan yang positif dari manajemen Tertanda Rizal – dan seluruh anggota Sarasehan

Bagian II

Dua hari setelah surat masuk dan dibaca, maka Sugiarto mengundang rapat keseluruhan peserta
sarasehan. Oke ladies and gentlemen, this is our corporation with our spirit to combat the war. This
is not a democracy, so ---bla bla bla dan seterusnya, Sugiarto berbicara terus mengenai target dan
sebagainya, dan ia juga mengatakan – jika ada yang tidak suka dengan cara saya – please cari tempat
lain. Mengenai Sarasehan Supervisor ataupun apa itu namanya “paguyuban” harus distop . “This is
not a paguyuban company, We have a formal organization “ tambahnya

Bagian III

Rizal menganalisa dimana letak kesalahannya, namun ia tidak menemukannya, ia hanya


berkomitmen tidak menyerah, ia akan tetap bekerja dengan baik dan serius, karena ia begitu
berharap akan kemajuan perusahaan ini, dan menikmatinya kelak. Minggu - minggu berikutnya, ia
dengan ketrampilan memotivasi rekan dan bawahannya, ia tetap bekerja dengan riang, semangat,
bahwa dengan peduli ia memberikan pelatihan informal bagi karyawan baru – yang juga didukung
oleh atasannya Leila dan Sujono. Bulan berlalu, suasana kerja membaik, beberapa kesalahan masih
terjadi , namun beberapa supervisor mengundurkan diri.

Ia berharap bahwa ia akan mendapat penilaian bagus karena ia bertahan dalam kesulitan,bahkan
targetnya juga terlampaui. Ia sangat berharap setidaknya ia mendapat grade A. Betapa kecewanya
ia, ketika dinyatakan ia mendapat grade B, padahal tahun sebelumnya, ia pernah terpilih sebagai
karyawan teladan, bahkan ketika di bagian pamasaran ia diberi penghargaan “the rising star”. Ia
bertanya apa alasannya ?. Keduanya menjawab – “ this is not personal, this is merely the way you
manage – differently – We do not like odd people – different with us , that’s it. I do believe you may
work well if you change your habit , just be a follower – You will success

KESEMPATAN BERUSAHA “WARNET”

Sejak Rizal berkenalan dengan Budi di kampus, mereka segera merasa cocok, dan bersahabat. Akan
tetapi Budi segera merintis usaha dalam perdagangan komputer, dan berhasil, sejak 2 tahun lalu,
membuka “ O La La@ net”, di sebuah ruko yang dibeli dengan bantuan KPR. Analisa Keuangan :
omzet sehari Rp 900.000,- ( dgn margin berkisar 50 %), sesudah dipotong biaya karyawan Asset yang
termasuk dijual /take over : Ruko yang ditaksir senilai Rp 600.000.000,- Cicilan KPR perbulan telah
diangsur selama 2 tahun ,dengan cicilan berkisar Rp 3.500.000,- perbulan untuk 5 tahun kedepan.
Nilai komputer ( 20 unit komputer) dan fasilitas serta “good will” sekitar Rp 150.000.000 Masih ada 1
unit foto copy dengan rata rata omzet Rp 100.000,- perhari. 6 Sumber Daya Manusia : 5 orang
operator dan 2 tenaga office boy dengan total gaji Rp 4.000.000,-. Budi mengatakan akan menjual
ruko dan usaha warnet tersebut dengan nilai Rp 750.000.000,- saja. ( Anda di informasikan bahwa
anda juga dapat menggunakan KPR untuk pembelian ruko ). Rizal sebenarnya mulai merasa muak
dengan perusahaan Sandika dan mulai tergoda untuk mempelajari untuk membeli usaha ini, dan
segera mengundurkan diri dari SANDIKA, namun ia akan berusaha agar Budi dapat menurunkan
harganya. Tapi apakah ia berbakat di bisnis ?

BAHAN DISKUSI

1. Apa problem yang anda amati pada kasus ini?

2. Mengapa persoalan tersebut terjadi?

3. Bagaimana pendapat anda mengenai Rizal?, Sugiarto dan Sujono?

4. Jika anda Rizal , apa yang akan anda lakukan

5. Jika anda sebagai anggota management consultant diminta untuk membantu Sugiarto, apa
yang anda sarankan untuk meningkatkan kinerja perusahaan? Beri usulan action plan anda

Anda mungkin juga menyukai