Anda di halaman 1dari 5

JA’FAR MALIK IBRAHIM/6/2131750007

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


1. A. Diwajibkan oleh peraturan perundangan
Di kebanyakan negara, pelaksanaan K3 diwajibkan oleh peraturan
perundangan. Tujuan dari peraturan perundangan adalah untuk memberikan
kepastian hukum dalam pelaksanaan perlindungan pekerja untuk mendapatkan
pekerjaan yang produktif dan layak. Sehingga menjadi jelas hak, kewajiban dan
wewenang dari mereka yang terkait dalam hubungan kerja, yaitu pekerja dan
pemberi kerja.

B. K3 adalah hak asasi manusia


Sehat merupakan hak asasi manusia yang bersifat universal, karena
setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. United Nations Declaration on Human Rights yang
dirumuskan pada tahun 1948 di Helzinski menyebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak asasi untuk bekerja, bebas memilih jenis pekerjaan dan
mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya sejahtera.
C. K3 meningkatkan keuntungan ekonomi
Pekerja yang sehat adalah faktor penentu bagi pertumbuhan sosial dan
ekonomi yang berkesinambungan bagi dunia usaha dan dunia kerja. Kerugian
usaha dapat bersumber dari kerugian finansial, kerugian akibat produk rusak,
tidak terjual atau dikembalikan, kerugian akibat bencana alam, kerugian akibat
kecelakaan, ledakan dan kebakaran, serta kerugian akibat pekerja yang tidak
sehat karena produktivitasnya menurun.\

2. Perkembangan K3 di Dunia
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada mulanya berkembang dari
kesadaran bahwa bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau
penyakit akibat kerja yang memerlukan upaya pencegahan. Cedera atau
penyakit yang diakibatkan oleh kegiatan atau pekerjaan banyak menimbulkan
kerugian baik fisik maupun mental. Untuk menghindari kerugian ini, manusia
secara naluri melakukan upaya pencegahan yang sederhana sesuai
pengetahuan dan alat yang tersedia pada zamannya. Sejarah upaya manusia
melindungi kesehatannya dalam bekerja tercatat paling awal adalah pada zaman
prasejarah, yaitu orang Mesir telah mengenal manfaat cadar bagi perlindungan
respirasi saat menambang cinabar (red mercury oxide). Di Timur Tengah ada
catatan tentang efek sinar matahari pada pekerja di tambang Nabi Sulaiman.
Selanjutnya pada abad pertengahan sebelum abad ke-19 tercatat Georgius
Agricola, Theophrastus Bombastus van Hohenheim Paracelsus dan Bernardino
Ramazini telah merintis pelaksanaan upaya kesehatan kerja untuk mencegah
terjadinya penyakit akibat kerja. Sejarah selanjutnya mencatat bahwa banyak
upaya kesehatan kerja yang telah dirintis dan tercatat dalam sejarah modern. Di
Eropa pada abad ke-19, Anthony Ashley Cooper, 7th Earl of Shaftesbury (1801-
1885) menurunkan jam kerja dan meningkatkan kondisi kerja bagi pekerja anak
dan wanita di tambang, pabrik dan di tempat kerja lainnya. Robert Owen (1771-
1858) memberlakukan kondisi kerja yang baik di pabrik tekstilnya. Legislasi di
pabrik dimulai oleh Sir Robert Peel Sr. (1788-1850), tercatat pula Sadler (1780-
JA’FAR MALIK IBRAHIM/6/2131750007
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1835) yang mendukung perubahan pada parlemen. Dr. Thomas Legge (1863-
1932) adalah inspektor pabrik yang pertama di Inggris dan penulis buku
Industrial Maladies (1934). Beberapa nama yang juga tercatat banyak berperan
di bidang kesehatan kerja di negeri mereka antara lain Erisman (1842-1915) di
Rusia; dan Hamilton (1869-1970) di Amerika yang banyak meneliti tentang
keracunan timah hitam (Abrams, 2002: 37). Dari hasil tinjauan pustaka, tercatat
beberapa nama orang beserta karyanya yang berjasa dalam tonggak sejarah
perkembangan kesehatan kerja (dan juga keselamatan kerja) di dunia, menurut
kronologik dari zaman prasejarah, abad pertengahan, khususnya di masa
revolusi industri, sampai dengan zaman modern (Gochfeld, 2005: 31-80).

3. A.. Perkembangan K3 sebelum kemerdekaan (1900–1945)


Kegiatan kesehatan kerja di Indonesia belum diketahui dengan pasti
kapan dimulainya, namun sebelum abad ke-17 sudah diketahui bahwa ilmu
kedokteran kuno dan pengobatan tradisional telah digunakan. Yang telah
diketahui dengan pasti adalah pada zaman VOC telah dibentuk dinas kesehatan
yang pada awalnya merupakan dinas kesehatan militer kerajaan Belanda.
Sampai pada akhir abad ke-19, perlindungan terhadap tenaga kerja masih
sangat sederhana dan pada saat itu perlindungan lebih diarahkan terhadap
sarana produksi, berupa mesin dan ketel uap. Hal ini tercermin dalam
perundangan tentang ketel uap pada tahun 1852 yang dibuat oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Dengan didirikannya dinas stoomwezen, maka dapat dikatakan
bahwa sejak saat itu pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan perlindungan
hukum terhadap bahaya yang langsung mengancam jiwa, walau baru terbatas
pada pekerja yang melayani ketel uap saja. Saat itu, industri dan perusahaan
yang berkembang masih terbatas pada perusahaan perkebunan dan pertanian
hasil hutan dan pertambangan, didukung oleh sarana transportasi kereta api,
sungai, darat, dan laut. Sebagian besar perusahaan berada di Pulau Jawa.
Upaya kesehatan saat itu ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan
sekadarnya kepada para pasien agar mereka cukup sehat dan mampu
memproduksi bahan yang diperlukan Belanda. Pada awal abad ke-20,
pemerintah Hindia Belanda telah melangkah lebih maju dalam perlindungan
pekerja yaitu dengan membuat peraturan kebersihan, keselamatan, dan
kesehatan Sistem Pelaksanaan K3 11 yang masih sederhana, sesuai keperluan
waktu itu namun kesehatan kerja belum berkembang seperti di Eropa yang
mengalami revolusi industri. Veilegheidsreglement telah ditetapkan pada tanggal
17 Oktober 1905 dengan Staatsblad No. 251. Peraturan perundangan ini dicabut
dan diganti dengan Veilegheidsreglement yang baru pada tahun 1910 dengan
Staatsblad No. 406. Veilegheidsreglement yang dalam Bahasa Indonesia dikenal
Undang-Undang Keselamatan, berlaku sampai diterbitkannya Undang-Undang
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Dienst van Het
Veilegheidstoezicht (Dinas pengawasan keselamatan kerja) didirikan pada tahun
1925 menggantikan dinas uap atau Dienst van Het Stoomvezen. Tugas dinas
tersebut bertambah besar dengan dibebankannya pengawasan terhadap
pelaksanaan ordonansi tentang kerja malam bagi wanita dan pekerja anak atau
JA’FAR MALIK IBRAHIM/6/2131750007
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Vrowen Nachtarbeidts en Kinderarbeid Ordonnanti, selain pengawasan terhadap
pelaksanaan ordonansi keselamatan. Pengaturan tentang Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan dituangkan sebagai Peraturan Khusus AA dalam Peraturan
Khusus Direktur Pekerjaan Umum No. 119966/Stw tanggal 19 Agustus 1910
(Peraturan Pelaksanaan Pasal 2 dari Staatsblad No. 406 tahun 1910).
Selanjutnya, banyak diberlakukan peraturan perundangan yang lebih
menitikberatkan pada keselamatan kerja, seperti di sektor perminyakan,
perkeretaapian, pelayaran, angkutan udara, dan tambang. Pada kurun waktu
antara tahun 1942–1945 yaitu zaman pendudukan Jepang di Indonesia,
kesehatan kerja tidak diperhatikan. Pengawasan keselamatan kerja di pabrik dan
tempat kerja lainnya tidak berfungsi, karena pada waktu itu sedang berlangsung
Perang Dunia II. Dinas Pengawasan Keselamatan Kerja dan kantor cabangnya
ditutup. Tidak diperoleh data mengenai pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja di zaman ini. Perusahaan yang menyadari pentingnya masalah
keselamatan kerja melaksanakan sendiri pencegahan kecelakaan. Pada saat
pendudukan Jepang ini peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
pemerintah Hindia Belanda tidak dicabut atau diganti dengan peraturan yang
baru.
B. Perkembangan K3 tahun 1945–1970
Segera setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945
ditetapkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai UUD 1945. Pada Aturan Peralihan UUD 1945 pasal II
dinyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini
merupakan landasan bagi setiap peraturan perundangan di bidang
ketenagakerjaan. Setiap pekerja mempunyai hak untuk 12 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia dan nilai agama. Pada tahun 1947 diterbitkan Undang-
Undang No. 33 tentang Kecelakaan, atau yang biasa disebut sebagai Undang-
Undang Kompensasi. Undang-Undang ini ingin menyatakan bahwa dalam
keadaan sangat kekurangan, Pemerintah RI akan tetap mengutamakan
perlindungan pekerja dari bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada
tahun 1948, dikeluarkan UndangUndang Kerja No. 12 oleh Negara Republik
Indonesia, yang kemudian diberlakukan untuk seluruh Indonesia dengan UU No.
1 tahun 1951. Di samping itu, dengan Ordonansi No. 9 tahun 1949 diatur tentang
Pembatasan Kerja Anak (staatsblad tahun 1949 No. 8). Pada tahun 1957,
dibentuk Lembaga Kesehatan Buruh, yang kemudian berubah menjadi Lembaga
Keselamatan dan Kesehatan Buruh dan kemudian menjadi Lembaga Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja yang bertugas untuk mengembangkan ilmu
Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Untuk menjamin
diselenggarakannya higiene perusahaan dan kesehatan kerja secara baik
diterbitkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7/PMP/1964 tentang Syarat-
JA’FAR MALIK IBRAHIM/6/2131750007
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja. Mengingat
pentingnya sumber daya manusia di bidang K3, oleh Menteri Tenaga Kerja
diterbitkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 65 tahun 1969 tentang
Penyelenggaraan Kursus Latihan Kader Keselamatan Kerja. Dalam rangka
menata pengaturan dan pembinaan ketenagakerjaan, maka diundangkan UU No
14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
UndangUndang No. 14 tahun 1969 tersebut antara lain menyatakan bahwa
setiap tenaga kerja berhak rnendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan
terhadapkeselamatan dan kesehatan kerja merupakan sesuatu yang sangat
mendasar karena menyangkut jiwa manusia.

4. A. Sisi pekerja
Adanya kelalaian bekeja yang disebabkan oleh konsentrasi yang
terganggu ketika bekerja.
B. Sisi mesin
Adanya konsleting atau kerusakan pada mesin yang disebabkan oleh
kurangnya perawatan dan pengecekan sebelum pemakaian pada mesin.
C. Sisi Lingkungan keja
Kurangnya pengawasan terhadap pekerja sehingga menyebabkan
kecelakaan yang tidak terkontrol.

5. • Derajat kesehatan pekerja di Indonesia harus ditingkatkan.


• Menambah pengetahuan pekerja akan kesehatan kerja, melalui aplikasi
kesehatan kerja.
• Sumber daya manusia di bidang kesehatan harus melaksanakan pelayanan
kesehatan kerja dengan baik
• Memberikan pemahaman kesehatan kerja oleh pemilik perusahaan atau
pengelola tempat kerja umum.
• Tingkatkan sinergi koordinasi para pemangku kepentingan upaya kesehatan
kerja di berbagai tingkat administrasi.
• Pelayanan kesehatan kerja yang merata, menjangkau seluruh masyarakat
pekerja. Para pekerja di pertambangan pada sektor formal umumnya menerima
pelayanan kesehatan yang baik, dan bagi pekerja di sektor informal jaminan
pelayanan kesehatan kerja juga baik.
• Penyesuaian perkembangan teknologi yang demikian cepatnya dengan
peningkatan cakupan pelayanan kesehatan kerja, sehingga mempengaruhi
kondisi lingkungan.
JA’FAR MALIK IBRAHIM/6/2131750007
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
6. a) Membuat tindakan koreksi dan tindakan pencegahan pada setiap kegiatan/
ketidak-sesuaian yang dilaksanakan secara kontinu oleh DK3N.
b) Membuat checklist pra pelaksanaan dan selama pelaksanaan yang
dilaksanakan secara kontinue oleh pengawas.
c) Membuat evaluasi kegiatan setiap terjadi kegiatan yang dilaksanakan secara
kontinue oleh DK3N.

7. Bagi perusahaan dunia hendaknya selalu melakukan screening terhadap para


pekerja yang rutin setiap 3 bulan sekali. Dan pemerintah hendaknya mengawasi
setiap pelaksanaan bagi industry agar para pekerjanya aman.

8. Pemerintah harus menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang.


Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

Anda mungkin juga menyukai