Anda di halaman 1dari 6

A.

Sejarah K3
1. Sejarah Perkembangan K3 Tingkat Dunia

Kapan perkembangan K3 dimulai secara tepat tidak diketahui, namun ada anggapan
bahwa K3 mulai timbul sejak adanya pekerjaan dalam hubungannya dengan adanya sistim
pengupahan atau penggajian.

Dari beberapa literature ditemukan bahwa pada abad ke-16 mulai ada keterangan-
keterangan yang lebih jelas tentang gambaran kecelakaan dan penyakit yang diderita oleh
pekerja tambang.

Pada abad ke-17, Bernardine Ramazzini yang oleh beberapa penulis dianggap sebagai
Bapak K3, di dalam bukunya yang berjudul “De Morbis Artificum Diatriba” menguraikan
tentang berbagai jenis penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja. Dengan demikian Ramazzini telah memperjelas persoalan bahwa pekerjaan dapat
menimbulkan penyakit, yang sampai saat ini dikenal dengan penyakit akibat kerja.Selaian itu
dia juga manambahkan cara-cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.

Pada pertengahan abad ke-18, dengan terjadinya revolusi industri di Inggris, dimana saat
itu mulai ditemukan cara-cara berproduksi baru, mesin-mesin baru untuk industri seperti
mesin tenun, generator serta mesin untuk pengangkutan, maka K3 pun juga mengalami
perkembangan yang lebih pesat lagi. Perkembangan yang demikian juga terjadi dinegara-
negara Erpa lainnya serta Amerika.

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi dinegara-negara maju pada abad ke-20 ini,
seperti teknologi produksi didalam industri, teknologi komunikasi, teknologi pertambangan,
dan teknologi canggih lainnya merupakan tantangan bagi perkembangan K3.Dan kenyataan
mampu berkembang mengikuti kemajuan yang cepat sesuai dengan laju pertumbuhan
teknologi.
2. Sejarah K3 Di Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda, beberapa rakyat Indonesia berstatus sebagai budak.
Mereka dilindungi oleh Regerings Reglement (RR) tahun 1818 pada pasal 115
memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan mengenai perlakuan terhadap keluarga
budak. Beberapa peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada zaman
penjajahan Belanda antara lain adalah:
a.       Maatregelen ter Beperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid van de
Vroewen, yaitu peraturan tentang pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari,
yang dikeluarkan dengan ordonantie No.647 Tahun 1925, mulai berlaku tanggal 1 maret
1926.
b.      Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige Persoonen ann Boord
van Scepen, yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan pemuda di kapal. Mulai berlaku 1
mei 1926
c.       Mijn Politie Reglement, Stb No.341 tahun 1931 (peraturan tentang pengawasan
tambang)
d.      Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an
motorrijtuigen (tentang waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan bermotor)

Setelah kemerdekaan, regulasi-regulasi tersebut tidak berlaku lagi mengingat


diberlakukannya Undang undang Dasar 1945. Maka beberapa peraturan termasuk peraturan
keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu veiligheids reglement telah dicabut dan
diganti dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.
Perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia boleh dibilang harus lebih
ditingkatkan lagi mengingat setelah Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun
1970,tidak ada lagi breakthrough dalam catatan dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indonesia kecuali diisi oleh beberapa peraturan. Salah satu peraturan yang penting adalah
Undang-undangn Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
Tantangan keselamatan dan kesehatan kerja di zaman modern bagi Indonesia bahkan
lebih besar lagi. Di tahun 2012 saja, 9 pekerja meninggal setiap harinya akibat kecelakaan
kerja (Jamsostek,2014). Bahkan dunia keselamatan kerja Indonesia baru saja dihantam oleh
Tragedi Mandom yang belum jelas pembelajarannya (lesson learn) untuk meningkatkan K3
Indonesia ke depannya.
Sejarah keselamatan kerja telah dimulai sejak lama. Bukti pertama yang mungkin
ditemukan dalam sejarah keselamatan kerja adalah Kode Hammurabi, yang dibuat sekitar
tahun 1760 SM. Dalam Kode Hammurabi, bahkan disebutkan tentang asuransi kapal.Ketika
revolusi industri kedua pada masa-masa akhir abad ke 18, keselamatan kerja tidak hanya
menjadi perhatian dari orang yang bekerja tetapi juga mereka yang mendesain, mengatur dan
memiliki pekerja (Revolusi Industri pertama adalah transisi dari masa berburu ke masa
pertanian yang menetap, diperkirakan 12 ribu tahun lalu).
Professor Emeriti Andrew Hale dan Jan Hovden telah menjelaskan perkembangan
keselamatan kerja menjadi 3 masa. Penjelasan ini dikutip oleh Erik Hollnagel, seorang
Profesor di University of Southern Denmark, dalam bukunya “Safety I dan Safety II: The
Past and Future of Safety Management”. 3 masa perkembangan keselamatan kerja terdiri dari
“Tahap Tekhnologi”, “Tahap Faktor Manusia” dan “Tahap Safety Management”.
Keselamatan dan Kesehatan di Indonesia usia yang sama dengan sejarah Indonesia.
Meskipun, itu tidak berhubungan dengan pekerjaan. Pada abad ke-17, Ducth datang di
Indonesia, maka Indonesia memproduksi pertanian dan pertambangan. Industri pertumbuhan
kecil cepat, banyak perusahaan merasa keselamatan adalah penting untuk melindungi mereka
berinvestasi. Sampai abad ke-19, situasi tidak berubah. Boiler regulasi yang dibuat pada
tahun 1853, 120 unit boiler telah digunakan saat ini, tahun 1898 2,277 unit boiler.
Electric peraturan pertama (instalasi dan pemeliharaan) yang diterbitkan pada tahun
1890. Karena banyak industri dibangun, tahun 1905 ini pemerintah mengeluarkan Ducth
"Reglement Veiligheids" dengan regulasi dan manual kemudian direvisi pada tahun 1910,
"Veiligheids Toezich" diawasi implementasi ini. Rule of kedokteran, amunition, senjata dan
bahan peledak transoprt dibuat pada tahun 1907. Peraturan Pertambangan mengawasi
dikeluarkan pada tahun 1916 meliputi Keselamatan dan Kesehatan di industri pertambangan.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 Keselamatan dan Kesehatan
cepat tumbuh sesuai dengan budaya Indonesia dan sosial. "Lembaga Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja" membangun pada tahun 1957. "Reglement Veiligheids" adalah
perubahan pada tahun 1970 dengan Peraturan No.1/1970 (Keselamatan). "Ikatan Anak
Consists, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (Higiene Industri, Keselamatan dan Kesehatan
Dewan) diselenggarakan pada tahun 1973, misi adalah kesatuan seluruh Indonesia Industrial
Hygiene, Keselamatan dan Kesehatan Pusat Professionals.The Of Higienitas Industrial,
Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja laboratorium dibangun pada tahun 1969.
The Hygiene Industri pertama, Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan pendidikan di
Indonesia terbuka di Universitas Sebelas Maret Surakarta (Solo) pada tahun 1984. Kemudian
Higienitas Industrial, Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan - Universitas Airlangga
Surabaya dan Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Indonesia. Sejarah Munculnya
K3 di Indonesia Didasari Kemajuan perkembangan K3 yang dicapai di eropa sangat
dirasakan sejak timbulnya revolusi industri, dan yang perlu anda ketahui bahwa
perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah negara kita/
Indonesia merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-Undang Kerja dan Undang-Undang
Kecelakaan, meskipun permulaannya belum berlaku, namun telah memuat pokok-pokok
tentang K3.
Pada tahun 1967 Departemen Perburuhan mendirikan lembaga Kesehatan Buruh yang
kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh.
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di
Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi Umum dan Dinas
Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi
swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya. Untuk
selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja) yang ada di
Pemerintah dari tahun-ketahun selalu mengalami perubahan-perubahan.
Dengan Demikian Dapat dikatakan bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan
bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu selain melalui institusi, juga
dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas buku-buku, majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk,
poster dan disebabarluaskan ke seluruh Indonesia. Kegiatan lain adalah seminar K3,
konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3 diadakan secara berkala dan terus menerus.
Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI) yang
memiliki cabang diseluruh Provinsi Wilayah NKRI dengan pusat di Jakarta.
Program pendidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam bentuk mata kuliah
pendidikan formal yang diberikan pada beberapa jurusan diPerguruan Tinggi, juga diberikan
dalam bentuk In formasl berupa kursuskursus keahlian K3 dan salah satu keahlian yang
berkembang di tahun 2004 adalah HIMU = Higiene Industri Muda.
B. Tujuan Dan Fungsi K3
1. Fungsi K3
Dalam implementasinya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki cukup banyak
fungsi dan manfaat, baik untuk perusahaan maupun bagi pekerja.

Berikut ini adalah beberapa fungsi K3 secara umum:

 Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi, menilai risiko dan bahaya untuk


keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja
 Membantu memberikan saran tentang perencanaan, proses pengorganisasian, desain
tempat kerja, dan implementasi pekerjaan
 Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan pekerja di lingkungan
kerja
 Memberikan saran tentang informasi, pendidikan, serta pelatihan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
 Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program
pengendalian bahaya
 Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah pengendalian bahaya
dan program pengendalian bahaya
Dari penjelasan dan definisi para ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hal penting
yang harus diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 87.

Implementasi K3 di area kerja ditujukan untuk melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Fungsi
K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua perusahaan yang menjadi area
kerja untuk sekelompok orang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan
orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.

Adapun tujuan dari K3 secara khusus adalah sebagai berikut.

 Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja


 Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui promosi K3
 Menjaga status kesehatan para pekerja pada kondisi yang optimal
 Menciptakan sistem kerja yang aman
 Mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupul materil akibat terjadinya
kecelakaan kerja, dan
 Melakukan pengendalian terhadap resiko yang ada di tempat kerja
2. Tujuan K3
Menurut Undang Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi sehingga dapat
digunakan secara efektif.
Sementara itu, fungsi K3 secara khusus adalah sebagai berikut.

 Sebagai alat untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari
bahaya keselamatan di tempat kerja
 Sebagai alat untuk memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian
dalam praktik kerja, termasuk juga desain area kerja
 Sebagai alat dalam memberikan informasi, pelatihan, dan edukasi terkait kesehatan
kerja dan Alat Pelindung Kerja (APD)
 Dan sebagai alat dalam mengelola Pertolongan Pertama Pada Kecelakaaan serta
tindakan darurat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai