Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Sejarah K3 dan Regulasi K3 Di Indonesia

Dibuat untuk memenuhi tugas dasar K3

Oleh

Christin Prisilla

21.1.10.7.1.028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU

2022
Kata Pengatar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadpTuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah K3
dan Regulasi K3 Di Indonesia tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Dasar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, selain itu untuk mengetahui dan memahami
apa itu Sejarah K3 dan Regulasi K3 Di Indonesia

Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Palu, 15 Maret 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul................................................................................................i

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.........................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1
D. Manfaat ................................................................................................1

Bab II Pembahasan.........................................................................................2

A. Sejarah K3 Di Indonesia.......................................................................2-6
B. Regulasi K3 Di Indonesia.....................................................................6-9

Bab III Penutup..............................................................................................10

A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran ....................................................................................................10

Daftar Pustaka................................................................................................iv

iii
Bab I

Pendahululan

A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu


perlindungantenaga kerja baik pada sektor formal maupun sektor
informal.Kegiatandan penerapan K3 sektor formal pada umumnya telah diterapka
n dengan baik, akan tetapi sektor informal belum melakukan dan menerapkan
kegiatan K3 dengan baik. Kegiatan kerja dan tempat kerja sektor
informal sangat beragam dan belum diklasifikasikan atas jenis usaha, jenis
pekerjaan, dan lokasi kerja.

Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja agar terbebas
dari kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Diperlukannya
dukungandari pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan kerja baik dalam sektor formal
maupun sektor informal. International Labour Organization (ILO) tahun 2013
menyatakan, setiap 15 detik terdapat 1 pekerja di dunia meninggal dikarenakan
kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah K3 Di Indonesia?
b. Regulasi K3?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Sejarah K3 Di Indonesia
b. Untuk mengetahui apa saja Regulasi K3
D. Manfaat

Dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai sejarah K3 dan Regulasi


K3 Di Indonesia.

1
Bab II

Pembahasan

A. Sejarah K3 Di Indonesia

Sejak tahun 2003 Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah diakreditasi
oleh Badan Standarisasi Nasional Sebagai Laboratorium penguji, dan telah
mendapat sertifikasi ISO 9001:2008 sejak tahun 2009 serta memiliki berbagai
fasilitas dan sarana pendukung antara lain sumber daya manusia yang kompeten,
laboratorium yang terakreditasi oleh KAN Laboratorium tersebut dioperasikan
oleh para tenaga ahli yang berkompeten serta memiliki sertifikat pengujian dalam
bidang Keselamatan kerja dan Hiperkes.
Perkembangan Higiene Industri di Indonesia tidak diketahui secara pasti
kapan tepatnya, namun perkembangan Higiene Industri di Indonesia yang
sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah kita merdeka yaitu pada saat
munculnya Undang-Undang Kerja dan Undang-Undang Kecelakaan. Pokok-
pokok tentang higiene industri dan kesehatan kerja telah dimuat dalam undang-
undang tersebut, meski tidak atau belum diberlakukan saat itu juga.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan (sekarang Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi) pada tahun 1957 didirikan Lembaga Kesehatan Buruh
yang kemudian pada tahun 1955 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan
Kesehatan Buruh. Dan pada tahun 1966 fungsi dan kedudukan Higiene Industri
didalam aparatur pemerintahan menjadi lebih jelas lagi yaitu dengan didirikannya
Lembaga Higiene Perusahaan (Higiene Industri) dari Kesehatan Kerja di
Kementerian Tenaga Kerja dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi Umum serta
Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Kementerian Kesehatan. Disamping itu juga
tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan
di Surabaya.
Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes yang ada dipemerintahan dari tahun ke
tahun selalu mengalami perubahan perubahan dengan nama-nama sebagai
berikut :

2
a. Pada tahun 1969 Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja.
b. Pada tahun 1976 berubah menjadi Pusat Bina Higiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
c. Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja.
d. Pada tahun 1988 berubah menjadi Pusat Pelayanan Ergonomi, Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
e. Selanjutnya pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pust Higiene
Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja.
f. Pada tahun 1998 berubah lagi menjadi Pusat Hiperkes dan Keselamatan
Kerja.
g. Nama tersebut pada tahun2001 berubah pula menjadi Pusat
Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes.
h. Pada akhir tahun 2005 menjadi Pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes.
i. Dan pada awal tahun 2007 hingga sekarang menjadi Pusat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.

Jadi jelas bahwa pengembangan Higiene Perusahaan(Higiene Industri) di


Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan Kesehatan Kerja yaitu
melalui Institusi, juga dilakukan upaya-upaya melalui penerbitan buku-buku
seperti Ilmu Kesehatan Buruh(1965), Ilmu Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja(1967), Ergonomi dan Produktifitas Kerja, Majalah Triwulan Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial juga buku-
buku Pedoman Hiperkes dan Keselamatan(semacam penuntun Penerapan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Perusahaan) serta leaflet tentang panduan
kerja di laboratorium Hiperkes dan lain-lain yang disebarluaskan ke seluruh
pelosok Tanah Air. Kegiatan lain seperti Seminar, Konvensi, Lokakarya,
Bimbingan Terapan Teknologi Hiperkes dan Keselamatan Kerja diadakan secara
terus-menerus. Dalam pembinaan personil dilaksanakan dengan

3
menyelenggarakan kursus dan latihan didalam negeri, disamping pendidikan
formal yang diselenggarakan didalam maupun diluar negeri.
Dari Segi Perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Perundangan
yang menyangkut Hiperkes yang terdapat didalam Undang-undang Peraturan
Menteri daln Surat Edaran Menteri telah banyak diterbitkan. Upaya pembinaan
Laboratorium Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang dimulai sejak tahun 1973
sampai dengan tahun 1993 telah berdiri 14 Laboratorium Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja yang terletak di 14 Provinsi.
Sejarah keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) dimulai setelah Belanda
datang ke Indonesia pada abad ke-17. Pada saat itu, masalah keselamatan kerja
di wilayah Indonesia mulai terasa untuk melindungi modal yang ditanam untuk
industri. Saat jumlah ketel uap yang digunakan industri Indonesia sebanyak 120
ketel uap, sehingga munculah undang-undang mengenai kerja ketel uap di tahun
1853.
Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang digunakan industri kerja semakin
bertambah menjadi 2.277 ketel uap. Tahun 1890 kemudian dikeluarkan ketetapan
tentang pemasangan dan pemakaian jaringan listrik di wilayah Indonesia.
Menyusul pada tahun 1907, dikeluarkan peraturan tentang pengangkutan obat,
senjata, petasan, peluru dan bahan-bahan yang dapat meledak dan beresiko pada
keselamatan kerja.
Veiligheids Reglement dan pengaturan khusus sebagai pelengkap peraturan
pelaksanaanya dikeluarkan pada tahun 1905. Kemudian direvisi pada tahun 1910
dimana pengawasan undang-undang kerja dilakukan oleh Veiligheids Toezich.
Sedangkan pada tahun 1912 muncul pelarang terhadap penggunaan fosfor putih.
Pada saat terjadi perang dunia ke II, tidak banyak catatan sejarah mengenai
keselamatan serta kesehatan industri kerja, dikarenakan saat itu masih dalam
suasana perang sehingga banyak industri yang berhenti beroprasi. Sejak jaman
kemerdekaan, sejarah keselamatan kerja berkembang sesuai dengan
dinamika bangsa Indonesia. Beberapa tahun setelah Proklamasi, undang-undang
kerja dan undang-undang kecelakaan (terutama menyangkut masalah kompensasi)

4
mulai dibuat. Di tahun 1957 didirikanlah Lembaga Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.
Sedangkan di tahun 1970, undang-undang no I tentang keselamatan kerja
dibuat. Undang-undang ini sendiri dibuat sebagai pengganti Veiligheids
Reglement tahun 1920. Sejarah berikutnya pada tahun 1969, berdirilah ikatan
Higiene Perusahaan, Kesehatan dan keselamatan kerja, dan di tahun 1969
dibangun laboratorium keselamatan kerja.
Di tahun 1957, diadakan seminar nasional Higiene Perusahaan dan Keselamatan
Kerja K3 dengan tema penerapan Keselamatan Kerja Demi Pembangunan.
Tepatnya di bulan Februari 1990, Fakultas Kedokteran Unissula yang bekerja
sama dengan Rumah Sakit Sultan Agung Semarang menyelenggarakan
symposium gangguan pendengaran akibat kerja yang dibuka oleh Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia yang pada saat itu dijabat oleh Cosmas Batubara.
Didasari Kemajuan perkembangan K3 yang dicapai di eropa sangat dirasakan
sejak timbulnya revolusi industri, dan yang perlu anda ketahui bahwa
perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah negara
kita/ Indonesia merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-Undang Kerja dan
Undang-Undang Kecelakaan, meskipun permulaannya belum berlaku, namun
telah memuat pokok-pokok tentang K3.
Pada tahun 1967 Departemen Perburuhan mendirikan lembaga Kesehatan
Buruh yang kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan
dan Kesehatan Buruh.Pada tahun 1966 didirikan Lembaga Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Higiene
Perusahaan/Sanitasi Umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen
Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene
Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya.Untuk selanjutnya organisasi
Hiperkes(Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja)yang ada di Pemerintah dari
tahun-ketahun selalu mengalami perubahan-perubahan.
Dengan Demikian Dapat dikatakan bahwa perkembangan K3 di Indonesia
berjalan bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu selain
melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas buku-buku,

5
majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk, poster dan disebabarluaskan ke seluruh
Indonesia. Kegiatan lain adalah seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan
terapan K3 diadakan secara berkala dan terus menerus.Organisasi K3 adalah
Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI) yang memiliki cabang
diseluruh Provinsi Wilayah NKRI dengan pusat di Jakarta.Program pendidikan
keahlian K3 dilaksanakan baik dalam bentuk mata kuliah pendidikan formal yang
diberikan pada beberapa jurusan diPerguruan Tinggi, juga diberikan dalam bentuk
Informasi berupa kursus-kursus keahlian K3 dan salah satu keahlian yang
berkembang di tahun 2004 adalah HIMU = Higiene Industri Muda.

B. Regulasi K3
a. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaUndang-
b. Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat
kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
c. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
d. Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Undang-
e. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
f. Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal,
cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja
g. UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana
disahkan 19 Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%)
Anggota ILO meratifikasi (menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke
dalam Undang-Undang, termasuk Indonesia (sumber: ILO.o). Ada 4
alasan Indonesia meratifikasi ILO Convention No. 81 ini, salah satunya
adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951 dan UU No. 1 Tahun 1970

6
keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian profesi Pengawas
Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam pasal 4
dan pasal 6 Konvensi tersebut) – sumber dari Tambahan Lembaran Negara
RI No. 4309.
h. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan,
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja,
Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari
UU ini adalah, Ruang lingkup pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3
unsur:Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha, Adanya Tenaga
Kerja yang bekerja di sana Adanya bahaya kerja. Dalam Penjelasan UU
No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi tetapi Usaha
yang bermotif sosial pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang
menggunakan Instalasi Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya
(potensi bahaya tersetrum, korsleting dan kebakaran dari Listrik dan
peralatan Mesin lainnya).
i. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yaitu undang-
Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru,
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar
serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
j. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat
1berbunyi: “Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh
perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.” Aspek

7
Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi keselamatan
Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”
Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap
Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Perusahaan.”
k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12
pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3
(SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.
l. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
m. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
n. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan


Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
diantaranya adalah :

o. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang


Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
p. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
q. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
r. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja
s. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan
modal utama serta pelaksana dari pembangunan

8
t. Undang-undang No.1 Tahun 1951 tentang Kerja Di dalam UU No.1 tahun
1951 tentang Kerja, mengatur tentang jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil,
cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan tentang kerja anak-anak, orang
muda, dan wanita, persyaratan tempat kerja, dan lain-lain. Dalam Pasal 16
ayat 1 UU No. 1 Tahun 1951 yang menetapkan, bahwa “Majikan harus
mengadakan tempat kerja dan perumahan yang memenuhi syarat-syarat
kebersihan dan Kesehatan”.
u. Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja
Undang-undang No. 2 tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja, Undang-
Undang Konpensasi Pekerja (Workmen Compensation Law) Undang-
undang ini menentukan penggantian kerugian kepada buruh yang
mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
v. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan
menggantikan Veilligheids Reglement pada Tahun 1910 (Stb. No. 406).
w. Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban dari
pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap undang-undang ini dan
juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
x. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang merupakan
jenis perlindungan prevensif yang diterapkan untuk mencegah timbulnya
Kecelakaan Kerja (K2) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menegaskan bahwa
perlindungan terhadap Pekerja/buruh di tempat kerja merupakan hak yang
harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan
pekerja/buruh.Secara umum perlindungan di tempat kerja (work place)
mencakup :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan Kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.

9
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Sejarah dan regulasi K3 adalah bagaimana rangkaian terbentuknya K3 dan
undang-undang yang mengaturnya.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dan dapat memberikan
pengetahuan tentang Sejarah K3 dan Regulasi K3 Di Indonesia. Penulis
mengetahui bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekuranganannya dari
segi penulisannya. Oleh karena itu, saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
mengoreksi makalah ini agar lebih baik lagi. Adapun saran dari penulis untuk
pembaca agar lebih sering membaca untuk memperoleh wawasan yang lebih luas
lagi.

10
Daftar Pustaka

Mondy, R. W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh


(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga

Undang-undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan


(http;//prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

iv

Anda mungkin juga menyukai