Jawaban
2. Perkembangan K3 di Dunia
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada mulanya berkembang
dari kesadaran bahwa bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan
atau penyakit akibat kerja yang memerlukan upaya pencegahan. Cedera
atau penyakit yang diakibatkan oleh kegiatan atau pekerjaan banyak
menimbulkan kerugian baik fisik maupun mental. Untuk menghindari
kerugian ini, manusia secara naluri melakukan upaya pencegahan yang
sederhana sesuai pengetahuan dan alat yang tersedia pada zamannya.
Sejarah upaya manusia melindungi kesehatannya dalam bekerja tercatat
paling awal adalah pada zaman prasejarah, yaitu orang Mesir telah
mengenal manfaat cadar bagi perlindungan respirasi saat menambang
cinabar (red mercury oxide). Di Timur Tengah ada catatan tentang efek
sinar matahari pada pekerja di tambang Nabi Sulaiman. Selanjutnya pada
abad pertengahan sebelum abad ke-19 tercatat Georgius Agricola,
Theophrastus Bombastus van Hohenheim Paracelsus dan Bernardino
Ramazini telah merintis pelaksanaan upaya kesehatan kerja untuk
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja. Sejarah selanjutnya mencatat
bahwa banyak upaya kesehatan kerja yang telah dirintis dan tercatat dalam
sejarah modern. Di Eropa pada abad ke-19, Anthony Ashley Cooper, 7th
Earl of Shaftesbury (1801-1885) menurunkan jam kerja dan meningkatkan
kondisi kerja bagi pekerja anak dan wanita di tambang, pabrik dan di
tempat kerja lainnya. Robert Owen (1771-1858) memberlakukan kondisi
kerja yang baik di pabrik tekstilnya. Legislasi di pabrik dimulai oleh Sir
Robert Peel Sr. (1788-1850), tercatat pula Sadler (1780-1835) yang
mendukung perubahan pada parlemen. Dr. Thomas Legge (1863-1932)
adalah inspektor pabrik yang pertama di Inggris dan penulis buku
Industrial Maladies (1934). Beberapa nama yang juga tercatat banyak
berperan di bidang kesehatan kerja di negeri mereka antara lain Erisman
(1842-1915) di Rusia; dan Hamilton (1869-1970) di Amerika yang banyak
meneliti tentang keracunan timah hitam (Abrams, 2002: 37). Dari hasil
tinjauan pustaka, tercatat beberapa nama orang beserta karyanya yang
berjasa dalam tonggak sejarah perkembangan kesehatan kerja (dan juga
keselamatan kerja) di dunia, menurut kronologik dari zaman prasejarah,
abad pertengahan, khususnya di masa revolusi industri, sampai dengan
zaman modern (Gochfeld, 2005: 31-80).
DIO APRIANSYAH/4/2131750005
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Pasal ini merupakan landasan bagi setiap
peraturan perundangan di bidang ketenagakerjaan. Setiap pekerja
mempunyai hak untuk 12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan
serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai
agama. Pada tahun 1947 diterbitkan Undang-Undang No. 33 tentang
Kecelakaan, atau yang biasa disebut sebagai Undang-Undang Kompensasi.
Undang-Undang ini ingin menyatakan bahwa dalam keadaan sangat
kekurangan, Pemerintah RI akan tetap mengutamakan perlindungan
pekerja dari bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada tahun
1948, dikeluarkan UndangUndang Kerja No. 12 oleh Negara Republik
Indonesia, yang kemudian diberlakukan untuk seluruh Indonesia dengan
UU No. 1 tahun 1951. Di samping itu, dengan Ordonansi No. 9 tahun
1949 diatur tentang Pembatasan Kerja Anak (staatsblad tahun 1949 No. 8).
Pada tahun 1957, dibentuk Lembaga Kesehatan Buruh, yang kemudian
berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh dan
kemudian menjadi Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
yang bertugas untuk mengembangkan ilmu Higiene Perusahaan dan
Keselamatan Kerja. Untuk menjamin diselenggarakannya higiene
perusahaan dan kesehatan kerja secara baik diterbitkan Peraturan Menteri
Perburuhan No. 7/PMP/1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan
dan Penerangan di tempat kerja. Mengingat pentingnya sumber daya
manusia di bidang K3, oleh Menteri Tenaga Kerja diterbitkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No. 65 tahun 1969 tentang Penyelenggaraan
Kursus Latihan Kader Keselamatan Kerja. Dalam rangka menata
pengaturan dan pembinaan ketenagakerjaan, maka diundangkan UU No 14
tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
UndangUndang No. 14 tahun 1969 tersebut antara lain menyatakan bahwa
setiap tenaga kerja berhak rnendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan
terhadapkeselamatan dan kesehatan kerja merupakan sesuatu yang sangat
mendasar karena menyangkut jiwa manusia.
4. A. Sisi pekerja
Adanya kelalaian bekeja yang disebabkan oleh konsentrasi yang
terganggu ketika bekerja.
B. Sisi mesin
Adanya konsleting atau kerusakan pada mesin yang disebabkan
oleh kurangnya perawatan dan pengecekan sebelum pemakaian pada
mesin.
C. Sisi Lingkungan keja
Kurangnya pengawasan terhadap pekerja sehingga menyebabkan
kecelakaan yang tidak terkontrol.