Anda di halaman 1dari 7

PT Gunung Mario Lagaligo

Rencana Pascatambang

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ketika sebuah tambang ditutup, akan ada dampak serius pada masyarakat
setempat. Dalam banyak kasus, tambang menjadi pelaku ekonomi utama di
kawasan sekitarnya dan secara substansial memberikan pendapatan finansial dan
sejumlah pelayanan sosial kepada masyarakat setempat. Oleh karena itu,
penutupan tambang dapat menimbulkan keprihatinan tentang pengelolaan
lingkungan hidup tambang yang berkelanjutan, pengangguran, dan keberlanjutan
pelayanan sosial (seperti air, listrik, dan perawatan kesehatan). Perencanaan
pascatambang tidak hanya akan membantu mengurangi dampak negatif
penutupan tambang tetapi juga dapat menciptakan kesempatan untuk membawa
manfaat positif kepada masyarakat setempat.

Isu-isu pembangunan berkelanjutan dalam pascatambang meliputi masalah


lingkungan dan sosial-ekonomi. M asalah lingkungan dalam rencana penutupan
tambang terfokus pada pembuatan rencana rehabilitasi yang progresif, dan
memastikan bahwa:

 bentang alam pascatambang aman dan stabil dari sudut pandang fisik,
geokimia, dan ekologi.

 Kualitas sumberdaya air di sekitarnya terlindungi.

 Rencana penatagunaan lahan pascatambang yang berkelanjutan telah dibuat,


disepakati, dan dijelaskan secara memuaskan kepada masyarakat dan
pemerintah.

 Kriteria keberhasilan telah disepakati bersama dengan pemangku


kepentingan, dipantau, dan dilaporkan kepada para pemangku kepentingan.

Pendahuluan I-1
PT Gunung Mario Lagaligo
Rencana Pascatambang

Perencanaan pascatambang adalah suatu proses kompleks. Dalam beberapa hal


bahkan sama kompleksnya dengan proses uji kelayakan. Rentang waktu
perencanaan diukur dalam jangka panjang. Sang perencana pun harus berhadapan
dengan perubahan-perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan selama bertahun-
tahun. Karena itu, konsep perencanaan penutupan tambang yang sesuai kiranya
adalah perencanaan berkelanjutan, yaitu suatu proses perencanaan yang `meluas’
seiring dengan umur tambang.

Dokumen ini berisi rencana pascatambang PT Gunung Mario Lagaligo (GML) di


Desa Mansur Kecil dan Mansur Tengah, Kelurahan Tembeling Tanjung, Kecamatan
Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. GML berkomitmen
terhadap pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat tempatnya beroperasi.
Ini mencakup komitmen untuk meminimalkan dampak negatif pertambangan
terhadap masyarakat, serta mengkaji cara mempertahankan atau meningkatkan
kesejahteraan dan keberlanjuatan sosial pada masyarakat yang terkena pengaruh
kegiatan pertambangan.

a. Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Gunung Mario Lagaligo


Alamat Kantor : Jl. Tg Uban Km 16 Lr. Bambu Kuning No.3
Kp Simpangan, Desa Toapaya Selatan,
Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan
Penanggung Jawab : Basri
Jabatan : Direktur Utama

Pendahuluan I-2
PT Gunung Mario Lagaligo
Rencana Pascatambang

b. Regulasi

Peraturan/perundang-undangan yang secara langsung mengatur tentang Rencana


Penutupan Tambang terutama adalah:

- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia


Nomor : 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan Yang Baik, berkaitan dengan pedoman penyusunan
dokumen rencana pascatambang.
- Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi Tambang dan
Pascatambang, berkaitan dengan prinsip dan tata laksana reklamasi dan
pascatambang.
- Undang - Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan dan Mineral
Batubara, berkaitan dengan kegiatan petambangan secara keseluruhan baik pada
tahap pra konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi.

Undang - Undang

- Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, berkaitan dengan kewajiban untuk
melakukan pengelolaan terhadap dampak lingkungan yang akan terjadi
akibat kegiatan pertambangan batubara baik pada tahap pra konstruksi,
tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi sehingga
dampak negatif penting dapat diminimalkan sedangkan dampak positif
penting dapat dimaksimalkan.
- Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja, berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk memperhatikan
aspek K3 pada kegiatan penerimaan dan pemanfaatan tenaga kerja.

Peraturan Pemerintah

Pendahuluan I-3
PT Gunung Mario Lagaligo
Rencana Pascatambang

- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan,


berkaitan dengan izin yang diberikan kepada setiap usaha atau kegitan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
hidup sebagai prasyarat h izin usaha dan/atau kegiatan.
- Peraturan Pemerintan Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, berkaitan dengan kegiatan
pertambangan yang menghasilkan limbah cair dan menimbulkan penurunan
kualitas air permukaan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), berkaitan dengan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat
kegiatan pertambangan terutama pada tahap operasi dan tahap pascaoperasi
yang menghasilkan limbah B3 berupa oli bekas dan reagent kimia.
- Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan atau Lahan, berkaitan dengan metode yang dilakukan
pada kegiatan pembukaan lahan untuk pembangunan sarana prasarana
tambang dan kegiatan Land Clearing sebelum kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup dilakukan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Angkutan Jalan,
berkaitan dengan kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan
material yang akan dilakukan pada kegiatan pertambangan.

Keputusan/Peraturan Menteri

- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia


Nomor : 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah

Pendahuluan I-4
PT Gunung Mario Lagaligo
Rencana Pascatambang

Teknik Pertambangan Yang Baik, berkaitan dengan pedoman penyusunan


dokumen rencana pascatambang.
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor : 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang
Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara.
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air, berkaitan dengan dampak terhadap kualitas air bersih di
wilayah pertambangan akibat kegiatan konstruksi, operasi dan pasca operasi
tambang.
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/Men1999 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, berkaitan dengan pengelolaan
dampak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan pertambangan
terutama terhadap aspek kesehatan pekerja.
- Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkangan Hidup Nomor :
KEP-02?MENLH/1998 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan, berkaitan dengan metode analisis data rona awal pada
prakiraan dan evaluasi dampak besar dan penting serta sebagai tolok ukur
pada kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan terutama untuk
komponen fisika kimia lingkungan.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan, berkaitan
dengan metode analisis data rona awal dan tolok ukur dampak terhadap
tingkat kebisingan akibat kegiatan pertambangan.

c. Status Perizinan

GML merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi,


berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepulauan Riau Nomor: 1355
Tahun 2015 tertanggal 27 Juli 2015 tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan

Pendahuluan I-5
PT Gunung Mario Lagaligo
Rencana Pascatambang

Eksplorasi Mineral Bukan Logam Bahan Galian Pasir Darat Kepada PT Gunung
Mario Lagaligo. Masa berlaku izin tersebut di atas adalah selama tiga tahun
terhitung sejak diterbitkan.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud penyusunan dokomen ini adalah:

 Menetapkan acuan perhitungan jumlah dana jaminan pascatambang.

 Menetapkan penatagunaan lahan pascatambang.

 Menetapkan kriteria penyelesaian pascatambang.

b. Tujuan

Dokumen rencana penutupan tambang ini bertujuan untuk:

 Menguraikan kondisi rona awal dan akhir ekosistem wilayah pertambangan


IUP GML di Desa Mansur Kecil dan Mansur Tengah, Kelurahan Tembeling
Tanjung, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan
Riau.
 Menguraikan rencana kegiatan pertambangan.

 Merencanakan program pascatambang, pemantauan, dan organisasi


pascatambang.

 Menghitung rencana biaya pascatambang.

3. Pendekatan dan Ruang Lingkup

a. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam Rencana Penutupan Tambang GM L adalah


Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development). Definisi pembangunan

Pendahuluan I-6
PT Gunung Mario Lagaligo
Rencana Pascatambang

berkelanjutan adalah investasi harus layak secara teknis; baik terhadap


lingkungan; menguntungkan secara keuangan; dan bertanggung jawab secara
sosial. Selain itu, pembangunan berkelanjutan adalah ‘pembangunan yang
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kemampuan generasi masa
depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam pendekatan ini rencana
penutupan tambang menimbang sekaligus tiga komponen, yaitu keberlanjutan
sosial, ekonomi, dan lingkungan.

b. Ruang Lingkup

Dokumen ini memuat langkah-langkah terbaik praktek pascatambang yang


sekarang diketahui dan tersedia. Seiring berlalunya waktu, dokumen ini
memerlukan tinjauan ulang secara berkala untuk mengadopsi perkembangan ilmu
pengetahunan dan teknik-teknik terbaru dalam penutupan dan pascatambang.

Pendahuluan I-7

Anda mungkin juga menyukai