Anda di halaman 1dari 609

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DlREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
NOMOR185. Kl37. 04/DJB/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KESElAMATAN PERTAMBANGAN DAN
PElAKSANAAN. PENIlAIAN. DAN PElAPORAN SISTEM MANAJEMEN
KESElAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA


KEMENfERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Men1mbang bahwa untuk memberikan petunjuk teknis dalam


pelaksanaan keselamatan pertambangan serta pelaksanaan.
penilaian. dan pelaporan sistern manajemen keselamatan
pertambangan mineral dan batubara serta sebagai tindak
lanjut dart Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pe1aksanaanKaidah Teknik Pertambangan yang Balk, periu
menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan
Balubara Kernenterian Energi dan Sumber Daya Mineral
tentang Petunjuk Teknis pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan serta Pelaksanaan, Penflatan. dan Pelaporan
Sistem ManajemenKeselamatan Pertambangan Mineraldan
Batubara;
-2 -

1. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang


Pertarnbangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
RepubUk Indonesia Tahun 2009 Nomor 4. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49);
2. Peraturan Pcmcrintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah diubah
bcbcrapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Kelima atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegtatan Usaha Pertambangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6186);
3. Peraturan Pcrncrintah Nomor 55 Tahun 20 I0 ten tang
Pembinaan dan Pengawasan Pcnyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lernbaran Negara Republik Indonelsa Tahun 2015
Nomor 85. Tambahan Lembaran Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 5142);
4. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 132) sebagaimana telab diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraluran Presiden Nomor 68 'rabun 2015 ten tang
Kementerian Energt dan Sumber Daya Mineral
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 289);
5. Peraturan Menleri Energt dan Sumber Daya Mineral
Nomor 13 Tahun 2016 tentang Orgarusasi dan Tata Kerja
Kementertan Energt dan Sumber Daya Mineral (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);
-3-

6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral


Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Balk dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 596);
7. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nornor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Balk:

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN
BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL TENTANG PETUNJUK TEKNlS PELAKSANAAN
KESELAMATAN PERrAMBANGAN SERrA PELAKSANAAN,
PENlLAIAN, DAN PELAPORAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN PERrAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

KESATU Menetapkan Petunjuk Teknis:


a. Pelaksanaan Keselamat.an Pertambangan dan
Keselamatan Pengolahan dan/ atau Permurnian Mineral
dan Batubara, sebagatmana tercantum dalam Lampiran
I; dan
b. Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan serta Sistem
Manajernen Keselamatan Pertambangan Khusus
Pengolahan darr/ atau Pemurnian Mineral dan Batubara,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dart Keputusan
Direktur .Jenderal ini.
-4 -

KEDUA Keputusan Dlrektur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan dl
pada tanggal 11 Juli 2019

Tcmbusan:
1. Menter1Energt dan Sumber Daya Mineral
2. Gubernur seluruh Indonesia
3. Sekrctarts Jcnderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
4. Inspektur .Jenderal Kernentertan Energ1dan Sumber Daya Mineral
-5-

LAMPIRANI KEPUTUSANDIREKTURJENDERAL MINERALDANBATUBARA


KEMENTERIANENERGI DANSUMBER DAYAMINERAL
NOMOR : 185.Kj30jDJBj2019
TANGGAL: 11 Juli 2019

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANKESELAMATANPERTAMBANGANDAN


KESELAMATANPENGOLAHANDANjATAUPEMURNIAN
MINERALDAN BATUBARA

A. Pendahuluan
1. Umum
a. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 15 dan pasal 16 Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara, Menteri
menetapkan Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
dan Pedoman Pelaksanaan Pengolahan danj atau Pemurnian.
b. Bahwa sesuai dengan Lampiran III Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1827.Kj30jMEMj2018 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
Lampiran III tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan danj atau Pemurnian
Mineral dan Batubara, Pedoman Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan danj atau Pemurnian
Mineral dan Batubara.
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan
Petunjuk Teknis ten tang Keselamatan Pertambangan dan
Pengolahan danjatau Pemurnian Mineral dan Batubara.
-6-

2. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
26 Tahun 2018 ten tang Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara RI Tahun 2018 Nomor 596); dan
b. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1827.Kj30jMEMj2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan yang Baik.

3. Maksud dan Tujuan


a. Maksud dari petunjuk teknis ini yaitu sebagai pedoman bagi
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danjatau Pemurnian, dan IPR dalam pelaksanaan
Keselamatan Pertambangan atau keselamatan pengolahan
danj atau pemurnian mineral dan batubara, serta sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
Keselamatan Pertambangan atau keselamatan pengolahan
danjatau pemurnian mineral dan batubara bagi satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dan Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi di seluruh Indonesia di
bidang Keselamatan Pertambangan mineral dan batubara.

b. Tujuan Petunjuk Teknis yaitu:


1) terdapat standardisasi dalam pemenuhan persyaratan teknis
Keselamatan Pertambangan mineral dan batubara;
2) menciptakan keseragaman serta persamaan persepsi
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, dan IPR dalam menyusun
dan menerapkan pengelolaan Keselamatan Pertambangan
mineral dan batubara; dan
3) meningkatkan profesionalisme dan kompetensi Perusahaan
Pertambangan, serta Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam pelaksanaan Keselamatan Operasi Pertambangan
mineral dan batubara.
-7-

4. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis Keselamatan Pertambangan terdiri dari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/ atau
Pemurnian Mineral dan Batubara dan Keselamatan Operasi
Pertambangan dan Pengolahan dan/ atau Pemurnian Mineral dan
Batubara yang mencakup:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan
dan/ atau Pemurnian Mineral dan Batubara:
1) Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/ atau
Pemurnian;
2) Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/ atau
Pemurnian; dan
3) Lingkungan Kerja.
b. Keselamatan Operasi Pertambangan dan Pengolahan dan Zatau
Pemurnian Mineral dan Batubara:
1) Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan;
2) Pengamanan Instalasi;
3) Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di Bidang
Keselamatan Operasi;
4) Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan;
5) Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan;
6) Keselamatan Bahan Peledak dan Peledakan;
7) Keselamatan Fasilitas Pertambangan;
8) Keselamatan Eksplorasi;
9) Keselamatan Tambang Permukaan;
10) Keselamatan Tambang Bawah Tanah;
11) Keselamatan Kapal Keruk/Isap; dan
12) Keselamatan Pengolahan dan/ atau Pemurnian
5. Sistematika
A. Pendahuluan
B. Pengertian
C. Ketentuan Umum
-8-

D. Pelaksanaan Keselarnatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan


dan Pengolahan dan/ atau Pemurnian Mineral dan Batubara
E. Pelaksanaan Keselamatan Operasi Pertambangan dan Pengolahan
dan/ atau Pemurnian Mineral dan Batubara
F. Ketentuan Lain
G. Penutup

B. Pengertian
1. Keselarnatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang meliputi
pengelolaan keselarnatan dan kesehatan kerja Pertambangan dan
keselarnatan operasional Pertambangan.
2. Keselarnatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi Pekerja agar selamat dan
sehat melalui upaya pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja,
lingkungan kerja, dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
3. Keselamatan Operasi Pertambangan adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi operasional tambang yang arnan, efisien,
dan produktif melalui upaya, antara lain pengelolaan sistem dan
pelaksanaan pemeliharaari/ perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan, pengamanan instalasi, kelayakan sarana,
prasarana instalasi, dan peralatan Pertambangan, kompetensi tenaga
teknik, dan evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan
4. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatarnbang.
5. Wilayah Izin Usaha Pertamb an gan, yang selanjutnya disingkat WIUP
adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP.
6. Wilayah lzin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disingkat
WIUPKwilayah yang diberikan kepada pemegang IUPK.
-9-

7. Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disingkat WPR


adalah bagian dari wilayah Pertambangan tempat dilakukan kegiatan
usaha Pertambangan rakyat.
8. Kepala Inspektur Tambang, yang selanjutnya disebut KaIT, adalah
pejabat yang secara ex officio menduduki jabatan Direktur yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang keteknikan
Pertambangan mineral dan batubara pada Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pertambangan
mineral dan batubara.
9. Inspektur Tambang, yang selanjutnya disingkat IT adalah Aparatur
Sipil Negara yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah teknik
Pertambangan yang baik serta kaidah teknik pengolahan danl atau
pernurruan.
10. Kepala Teknik Tambang, yang selanjutnya disingkat KIT, adalah
seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi
lapangan Pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional Pertambangan sesuai dengan kaidah teknik
Pertambangan yang baik.
11. Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat
PTL adalah seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab
atas terlaksananya kegiatan operasional pengolahan darr/ atau
pemurman sesuai dengan kaidah teknik pengolahan dan Zatau
pemurnian.
12. Pekerja adalah seseorang yang bekerja di pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian,
IPR, atau perusahaan jasa Pertambangan.
13. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang menimbulkan korban manusia dan I atau harta
benda.
14. Kecelakaan Tambang adalah kecelakaan yang memenuhi 5 (lima)
kriteria sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.
15. Kejadian Berbahaya adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa
atau terhalangnya produksi.
-10-

16. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan/ atau lingkungan kerja sesuai dengan peraturan perundangan.
17. Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja adalah kejadian meninggalnya
Pekerja yang disebabkan oleh penyakit ketika Pekerja melakukan
kegiatan Pertambangan atau pengolahan dari/ atau pemurnian, terjadi
pada jam kerja, atau terjadi dalam wilayah kegiatan usaha
Pertambangan, pengolahan dan/ atau pemurnian atau wilayah proyek.
18. Pesawat Angkat dan Zatau Angkut adalah suatu pesawat atau alat yang
digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan
atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam
jarak yang ditentukan.
19. Stockpile adalah tempat penumpukan atau bahan yang ditumpuk
untuk diambil, diolah, dipasarkan atau dimanfaatkan kemudian.
20. Sumuran (Shaft) adalah suatu lubang bukaan vertikal dan miring yang
menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan
berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan, alat-alat kebutuhan
tambang, ventilasi, penirisan, dan lain-lain.
21. Lubang Naik (Raise) adalah adalah suatu lubang bukaan vertikal atau
agak miring yang dibuat dari levelbawah ke levelyang diatasnya.
22. Lubang Turun (Winze) adalah lubang bukaan vertikal atau agak miring
yang dibuat dari level atas ke level yang di bawahnya.
23. Penirisan adalah suatu cara pengalihan dan upaya untuk
mengeluarkan air dari lokasi penambangan.
24. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten adalah tenaga
Pertambangan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman,
atau sertifikasi kompetensi bagi area kerja yang telah memiliki standar
kompetensi kerja yang berlaku wajib di bidang eksplorasi/ geologi,
surver/pemetaan, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan danl atau pemurnian, pengangkutan, dan/ atau reklamasi
dan pascatambang yang diakui Pemerintah.
25. Kepala Kapal Keruk adalah adalah seseorang yang memiliki POSlSl

tertinggi dalam struktur organisasi di kapal keruk yang memimpm,


mengatur, mengawasi pekerjaan termasuk pekerjaan lain yang
berkaitan dengan pengoperasian kapal keruk dan bertanggung jawab
-11-

atas terlaksananya operasional Pertambangan sesuai dengan kaidah


teknik Pertambangan yang baik.
26. Kelayakan Operasi adalah serangkaian pengujian secara berkala
terhadap peralatan Pertambangan yang menerangkan bahwa peralatan
tersebut telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan
teknis untuk melakukan kegiatan Pertambangan.
27. Commisioning adalah kegiatan menilai kesiapan, kelengkapan,
kesesuaian, dan kelayakan alat Pertambangan baik berdiri sendiri
atau dalam sebuah rangkaian proses untuk mengetahui
kehandalannya.
28. Izin Kerja Khusus (Work Permit) adalah sebuah dokumen atau izin
tertulis dengan persyaratan-persyaratan keselamatan Pertambangan
yang digunakan untuk mengontrol jenis pekerjaan yang berpotensi
membahayakan Pekerja dan memiliki nilai risiko yang sangat tinggi
29. Bencana Lumpur Basah (Wet Muck) adalah campuran ukuran butir
halus dan air yang mana dapat mengalirkan material secara tiba-tiba
keluar akibat dari penggalian tambang bawah.

C. Ketentuan Umum
1. Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan darr/ atau
Pemurniaan Mineral dan Batubara dalam petunjuk teknis ini
selanjutnya disebut dengan Keselamatan Pertamban gan.
2. Wilayah di luar WlUP (project area) yang telah mendapat persetujuan
Menteri atau Gubernur sesuai kewenangannya atau wilayah kerja lUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan danl atau pemurnian
menjadi tanggung jawab KIT atau PTL.
3. Hanya Pekerja atau orang yang diberi izin oleh KIT atau PTL yang
dapat memasuki atau berada di WIUP, WIUPK,wilayah di luar WIUP
atau WlUPK, WPR, dan/ atau wilayah kerja lUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan darr/ atau pemurnian.
4. Jika mendapatkan izin, maka orang tersebut perlu didampingi KIT,
PTL, atau petugas yang ditunjuk yang memahami situasi dan kondisi
daerah yang akan dikunjungi.
-12-

5. Dalam hal j alan Pertamban gan digunakan diluar kegiatan


Pertamban gan yang diizinkan oleh KIT, maka keselamatan
penggunaan jalan tersebut menjadi tanggung jawab K11.
6. Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, dan lPR hanya dapat memulai usaha
Pertambangan atau pengolahan danj atau pemurnian setelah
mendapat pengesahan K11 atau PTLoleh KalT atau Kepala Dinas atas
nama KalT sesuai kewenangannya.
7. Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian, dan IPR perlu menyediakan segala peralatan,
perlengkapan, fasilitas, dan alat pelindung diri yang diberikan secara
cuma-curna kepada Pekerja sesuai dengan jenis, sifat, dan bahaya
pekerjaan yang dilakukannya dan bagi setiap orang yang memasuki
tempat usaha Pertambangan atau pengolahan danjatau pemurnian.
8. Jika dalam pekerjaan usaha Pertambangan atau pengolahan danjatau
pemurnian tidak ada KIT, PTL, atau petugas yang ditunjuk maka
pekerjaan tersebut dihentikan oleh IT.
9. Pemegang IUP, lUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, dan IPR memberikan bantu an sepenuhnya
seperti memberikan informasi kepada IT pada saat melaksanakan
tugasnya.

D. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan


Pengolahan danj atau Pemurnian Mineral dan Batubara
1. Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan danj atau
Pemurnian
Keselamatan kerja Pertambangan dan pengolahan danj atau
pemurnian paling sedikit meliputi:
a. Manajemen Risiko
1) komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan melibatkan
para pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal
yang terkait. Komunikasi dan konsultasi tersebut dilakukan
-13-

pada setiap tahap proses Manajemen Risiko, dan hasilnya


menjadi pertimbangan dalam evaluasi Manajemen Risiko.
2) penetapan konteks
Penetapan konteks terkait dengan penentuan batasan-
batasan risiko yang akan dikelola, mencakup:
a) faktor internal, paling sedikit terdiri dari:
(1) kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin;
(2) perubahan-perubahan pada organisasi, lingkungan
kerja, kegiatan, atau baharr/material;
(3) modifikasi pada sistem manajemen Keselamatan
Pertambangan, termasuk perubahan-perubahan
semen tara, serta dampak pada operasi, proses, dan
kegiatan;
(4) fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses
yang baru diperkenalkan, serta kegiatan dan
instalasi di dalam lokasi kerja;
(5) kondisi normal dan abnormal dan/ atau kondisi
proses serta potensi insiden dan keadaan darurat
selama siklus pemakaian produk dan/ atau siklus
lamanya proses;
(6) ketidakpatuhan terhadap rekomendasi sebelumnya,
standar dan/ atau prosedur Keselamatan
Pertambangan yang ada, atau ketidakpatuhan
terhadap tindak lanjut rekomendasi insiden;
(7) faktor personal Pekerja;
(8) desain area kerja, proses, instalasi, peralatan,
prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk
kemampuan adaptasi manusia;
(9) sistem dan pelaksanaan pemeliharaan Zperawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan;
(10) pengamanan instalasi;
(11) kelayakan saran a, prasarana, instalasi, serta
peralatan Pertambangan;
-14-

(12) kompetensi Tenaga Teknis Pertambangan yang


Berkompeten dalam bidang Keselamatan Operasi;
dan
(13) evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertamban gan.
b) faktor eksternal, paling sedikit terdiri dari:
(1) budaya, politik, hukum, keuangan, teknologi,
ekonomi, alam, dan lingkungan yang kompetitif
secara lokal, nasional, regional, dan internasional;
(2) perkembangan isu yang berdampak signifikan
terhadap tujuan organisasi;
(3) persepsi dan nilai-nilai dari para pemangku
kepentingan eksternal;
(4) kegiatan semua orang selain Pekerja yang memiliki
akses ke tempat kerja;
(5) fasilitas yang baru dibangun, peralatan, atau proses
yang baru diperkenalkan, serta kegiatan dan
instalasi di luar lokasi kerja;
(6) bahaya-bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar
lokasi kerja yang dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan orang di tempat kerja
yang berada dalam kendali Pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, dan IPR;
(7) infrastruktur, peralatan, dan bahan-bahan di
tempat kerja yang disediakan oleh pihak lain; dan
(8) kewajiban hukum yang berkaitan dengan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta
pengendalian yang diperlukan.
3) Identifikasi bahaya
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR mengidentifikasi
surnber-sumber bahaya, area yang terpapar oleh bahaya, dan
konsekuensi yang potensial dengan mempertimbangkan
paling sedikit:
-15-

(a) kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin;


(b) kegiatan semua orang yang memiliki akses ke tempat
kerja, termasuk yang dilakukan oleh perusahaan jasa
Pertambangan dan para tamu;
(e) perubahan-perubahan pada orgarusasi, lingkungan
kerja, kegiatan, atau bahan atau material;
(d) modifikasi pada sistem manajemen Keselamatan
Pertambangan, termasuk perubahan-perubahan
sementara, serta dampak pada operasi, proses, dan
kegiatan;
(e) fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yang
baru diperkenalkan, serta kegiatan dan instalasi di
dalam dan di luar lokasi kerja;
(f) kondisi normal dan abnormal darr/ atau kondisi proses,
serta potensi insiden dan keadaan darurat selama siklus
pemakaian produk dan/ atau siklus lamanya proses;
(g) ketidakpatuhan terhadap rekomendasi sebelumnya,
standar dari/ atau prosedur Keselamatan Pertambangan
yang ada, atau ketidakpatuhan terhadap tindak lanjut
rekomendasi insiden;
(h) faktor personal Pekerja;
(i) bahaya-bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar
lokasi kerja yang dapat membahayakan keselamatan
dan kesehatan orang di tempat kerja yang berada dalam
kendali pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, dan
IPR;
Ul bahaya-bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja
akibat kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan yang
berada dalam kendali pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danz atau
Pemurnian, dan IPR;
(k) infrastruktur, peralatan, dan bahan atau material di
tempat kerja yang disediakan oleh pihak lain;
-16-

(1) kewajiban hukum yang berkaitan dengan identifikasi


bahaya dan penilaian risiko serta pengendalian yang
diperlukan;
(m) desain area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur
operasi dan organisasi kerja, termasuk kemampuan
adaptasi manusia;
(n) sistem dan pelaksanaan pemeliharaan atau perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan;
(0) pengamanan instalasi;
(p) kelayakan sarana, prasarana, instalasi, serta peralatan
Pertamban gan;
(q) kompetensi tenaga teknik; dan
(r) evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan.
4) penilaian dan pengendalian risiko
Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi risiko
untuk menentukan risiko dapat diterima atau tidak dengan
metodologi:
(a) memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu untuk
memastikan metode yang digunakan bersifat proaktif;
dan
(b) menyediakan cara untuk melakukan identifikasi bahaya,
penentuan nilai risiko, penentuan kriteria, dan prioritas
risiko, penentuan pengendalian yang sesuai, dan
pendokumentasiannya.
Berdasarkan hasil penilaian risiko, pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, dan lPR menetapkan langkah-langkah
pengendalian terhadap risiko tersebut dengan mengikuti
hierarki pengendalian risiko sebagai berikut:
(a) rekayasa, seperti eliminasi, substitusi, dan isolasi;
(b) administrasi, seperti rambu peringatan, pemilihan
Pekerja, rotasi Pekerja atau jadwal kerja, pembatasan jam
kerja, serta pemilihan perusahaan jasa Pertambangan;
-17-

(e) praktik kerja, seperti analisis keselamatan pekerjaan ijob


safety analysis), prosedur kerja baku (standard operating
procedure), instruksi kerja (work instruction), dan
pelatihan (training); dan
(d) alat pelindung diri.
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR menerapkan dan
mendokumentasikan langkah-langkah pengendalian yang
sudah ditetapkan.
5) Pemantauan dan peninjauan
Dalam rangka melakukan pemantauan dan peninjauan,
pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR:
(a) menetapkan eara untuk melakukan pemantauan dan
peninjauan terhadap setiap proses Manajemen Risiko;
(b) mengkomunikasikan setiap hasil dari pemantauan dan
peninjauan terhadap proses Manajemen Risiko kepada
seluruh pihak yang terkait;
(e) memastikan pengendalian risiko yang dilakukan telah
memadai; dan
(d) melaksanakan pemantauan dan peninjauan secara
berkala atau apabila:
(a.1) terjadi kecelakaan;
(a.2) Kejadian Berbahaya;
(a.3) terjadi Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja;
(a.4) terjadi Penyakit Akibat Kerja;
(a.5) terjadi perubahan peralatan, instalasi, darr/atau
proses serta kegiatan pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, dan IPR; dan/ atau
(a.6) ada proses serta kegiatan baru.
-18-

b. Program Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan


dan/ atau Pemurnian
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, dan lPR dalam membuat dan
menetapkan program keselamatan kerja Pertambangan atau
keselamatan kerja pengolahan dan/ atau pemurnian didasarkan
pada:
1) peraturan perundang-undangan dan standar terkait yang
berlaku;
2) persyaratan lainnya yang terkait;
3) kebijakan perusahaan;
4) hasil Manajemen Risiko terhadap seluruh proses, kegiatan,
dan area kerja;
5) evaluasi kinerja program keselamatan kerja Pertambangan
6) hasil pemeriksaan terhadap kecelakaan dan Kejadian
Berbahaya; dan
7) ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finan sial,
peralatan.

Program Keselamatan Pertambangan ditetapkan dan disahkan


oleh Komite Keselamatan Pertambangan.
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan lPR melaksanakan program
Keselamatan Pertambangan yang telah ditetapkan.
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan lPR melakukan
pengukuran pencapaian program yang ditetapkan dengan
menggunakan parameter tertentu sebagai dasar penilaian
keberhasilan program Keselamatan Pertambangan.
c. Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Kerja Pertambangan
Pendidikan dan pelatihan diberikan sesuai kebutuhan dan
didasarkan pada pertimbangan KIT atau PTL dalam hal
pemenuhan peraturan perundangan.
-19-

Dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan keselamatan


kerja Pertambangan, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan / atau Pemurnian, dan IPR
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1) pengumpulan data dan informasi
pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui:
a) identifikasi pekerjaan
identifikasi pekerjaan dilakukan dengan
mempertimbangkan:
(1) struktur organisasi;
(2) tugas, tanggung jawab, dan wewenang setiap
departemen sesuai dengan struktur organisasi dan
hierarkinya;
(3) hubungan atau keterikatan antar departemen;
(4) risiko keselamatan dan risiko kesehatan dari
pekerjaan; dan
(5) perubahan kebijakan manajemen yang
mempengaruhi perubahan metode dan teknologi
yang diterapkan ataupun perubahan struktur
organisasi perusahaan.
b) identifikasi pekerja
identifikasi Pekerja dilakukan dengan
mempertimban gkan :
(1) kompetensi khusus yang diperlukan di setiap
departemen, meliputi pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skilij, dan perilaku (attitude); dan
(2) jumlah aktual Pekerja di setiap departemen baik
yang sudah memiliki kompetensi sesuai kebutuhan
ataupun yang belum memiliki kompetensi.
2) penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan
(training need analysis)
penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan
(training need analysis) dilakukan dengan
mempertimbangkan :
-20-

a) tingkat kebutuhan Pekerja yang berkompeten dari setiap


departemen;
b) kesenjangan antara standar yang berlaku dengan
kondisi aktual;
c) sumber daya manusia yang tersedia selama proses
pendidikan dan pelatihan berlangsung;
d) ketersediaan penyelenggara pendidikan dan pelatihan
untuk materi yang dibutuhkan; dan
e) alokasi dana yang direncanakan dalam program
pendidikan dan pelatihan.
3) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
program pendidikan dan pelatihan yang telah direncanakan
berdasarkan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan
(training need analysis) terbagi menjadi:
a) on thejob
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di area
kerjanya sendiri, tanpa meninggalkan pekerjaan
rutinnya. Pengawas yang sudah memiliki kompetensi di
bidangnya dapat menjadi trainer pendidikan dan
pelatihan on the job.
b) ojj the job
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di luar area
kerjanya sendiri. Pendidikan dan pelatihan diberikan
oleh lembaga Pemerintah atau swasta yang telah
memiliki kualifikasi dan akreditasi yang sesuai. Trainer
memiliki kompetensi sesuai dengan materi yang akan
diberikan.
KIT atau PTL melaksanakan dan mendokumentasikan
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jadwal program
pendidikan dan pelatihan yang telah ditetapkan.
Dokumentasi dilengkapi dengan rekaman hasil kegiatan
pendidikan dan pelatihan berupa antara lain rekaman audio,
video, absensi, darr/ atau foto.
-21-

4) Pemantauan dan evaluasi program pendidikan dan pelatihan


pemantauan dan evaluasi program pendidikan dan pelatihan
dilakukan secara khusus dan komprehensif melihat tingkat
ketercapaian target, dan sasaran yang diharapkan dari
program yang telah dilaksanakan dengan tahapan paling
sedikit meliputi:
a) reaction
Evaluasi ini dilakukan pada saat dan setelah menerima
materi pelatihan untuk mengukur minat dan reaksi
peserta atas pendidikan dan pelatihan yang telah
dilakukan.
b) learning
Evaluasi iru dilakukan untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta setelah menerima pembahasan dari
para pelatih setiap sesi pelatihan. Penilaian terhadap
tingkat pemahaman ini sangat penting untuk
mengetahui apakah peserta memahami materi yang
diberikan dalam pendidikan dan pelatihan.
c) behaviour
Evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan dengan tujuan
untuk melihat bagaimana perilaku peserta setelah
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
d) result
Merupakan evaluasi jangka panjang mengenai ada
tidaknya peningkatan kinerja pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, dan IPR yang terjadi sebagai dampak
meningkatnya kinerja Pekerja yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan.
pendidikan dan pelatihan yang sudah dilakukan menjadi
dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi, promosi, dan
penilaian kinerja, serta pengembangan standar kompetensi
kerja Keselamatan Pertamban gan.
-22-

5) tindaklanjut perbaikan dan peningkatan


pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, dan IPR menindaklanjuti
hasil monitoring dan evaluasi program pendidikan dan
pelatihan untuk menjamin perbaikan berkelanjutan.
d. Kampanye
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IPR menetapkan tujuan,
sasaran, dan program kampanye. Agar kampanye yang dilakukan
tepat sasaran, maka substansi kampanye disusun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut.
1) peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku;
2) persyaratan lainnya yang terkait;
3) keterkaitan dan integrasi dengan program keselamatan
seeara umum;
4) pengenalan dan pemahaman hambatan dan tantangan yang
berkaitan dengan isu keselamatan kerja Pertambangan;
5) hasil evaluasi kinerja Keselamatan Pertambangan;
6) hasil inspeksi dan investigasi;
7) hasil Manajemen Risiko; dan
8) level kompetensi Pekerja.
Kampanye dilakukan sesuai dengan reneana yang telah
ditetapkan dan tidak terbatas pada Bulan K3 Nasional. Bentuk-
bentuk kampanye dapat berupa:
1) upaeara Keselamatan Pertambangan;
2) seminar dan workshop Keselamatan Pertambangan;
3) perlombaan tentang Keselamatan Pertambangan;
4) penghargaan terhadap implementasi Keselamatan
Pertambangan;
5) sosialisasi Keselamatan Pertambangan;
6) poster dan spanduk; dan zatau
7) kegiatan lainnya dalam rangka menggugah kesadaran
keselamatan kerja Pertambangan.
-23-

Pelaksanaan kampanye dievaluasi secara berkala, paling sedikit


meliputi evaluasi terhadap pelaksanaan dan pencapaian
kampanye. Hasil evaluasi kampanye ditindaklanjuti untuk
menjadi dasar perbaikan berkelanjutan.
e. Administrasi Keselamatan Kerja Pertambangan
1) buku tambang
buku tambang memuat:
a) larangan, perintah, dan petunjuk IT yang ditindaklanjuti
oleh KIT atau PTL;dan
b) informasi, tindak lanjut, dan pemberitahuan dari KIT
atau PTLterhadap kegiatan usaha Pertambangan.
Bentuk dan tata cara pengisian buku tambang mengacu pada
standar nasional Indonesia.
KIT atau PTL melaksanakan, mencatat, dan melaporkan
pelaksanaan larangan, perintah, dan petunjuk dalam buku
tambang, serta isinya dapat dibaca dan dipelajari oleh para
Pekerja.
2) buku daftar Kecelakaan Tambang
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR mempunyai buku
daftar Kecelakaan Tambang yang sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang ditetapkan oleh Kal'T.
Buku daftar Kecelakaan Tambang memuat catatan terhadap
adanya Kecelakaan Tambang yang berakibat cidera ringan,
berat, atau mati yang diisi oleh KIT atau PTLdan diverifikasi
oleh IT.
KIT atau PTL mengevaluasi pencatatan buku daftar
kecelakaan, paling sedikit meliputi: kecenderungan atau pola
kecelakaan sebagai bahan untuk penyusunan program
pencegahan kecelakaan.
3) dokumentasi Kejadian Berbahaya , Kejadian Akibat Penyakit
Tenaga Kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
untuk Kejadian Berbahaya, Kejadian Akibat Penyakit Tenaga
Kerja, dan Penyakit Akibat Kerja didokumentasikan secara
-24-

khusus oleh KIT atau PTL sesuai dengan format yang telah
ditentukan oleh KalT, sebagai berikut:
Rekapitulasi Kejadian Berbahaya
Dilaporkan
Nomor
Waktu, Kronologis Akibat kepada
Urut
Hari, Lokasi Kejadian Kejadian KaIT/Kadis Catatan
Kejadian
Tanggal Berbahaya Berbahaya atas nama
Berbahaya
KaIT

Rekapitulasi Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja


Nomor
Kronologis Akibat
Urut Dilaporkan
Departemen, Kejadian Kejadian
Kejadian Waktu, kepada
Jab atan , Akibat Akibat
Akibat Hari, Lokasi KaIT/Kadis Catatan
Lama Penyakit Penyakit
Penyakit Tanggal atas nama
Bekerja Tenaga Tenaga
Tenaga KaIT
Kerja Kerja
Kerja

Rekapitulasi Penyakit Akibat Kerja

Nomor Dilaporkan
Departemen, Hasil Kasus
Urut Waktu, kepada
Jab atan , Diagnosis Penyakit
Penyakit Hari, Lokasi KaIT/Kadis Catatan
Lama Dokter Akibat
Akibat Tanggal atas nama
Bekerja Perusahaan Kerja
Kerja KaIT

4) pelaporan keselamatan kerja Pertambangan


pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, dan IPR menyampaikan
laporan tertulis aspek keselamatan kerja Pertambangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Laporan disampaikan secara ojjline atau sistem dalam
jaringan (online) melalui website yang telah ditentukan oleh
KaIT.
-25-

Pelaporan aspek keselamatan kerja Pertambangan terdiri


dari:
a) laporan berkala, meneakup laporan tertulis yang
disusun dan disampaikan seeara rutin dalam jangka
waktu tertentu.
(1) bulanan
(a) pemberitahuan keeelakaan kepada KaIT;dan
(b) pemberitahuan Kejadian Berbahaya kepada
KaIT,
dilaporkan paling lambat 5 (lima) hari kalender
setelah berakhirnya tiap bulan takwim.
(2) triwulanan
(a) daftar Keeelakaan Tambang;
(b) daftar jumlah tenaga kerja;
(e) daftar jumlah jam kerja;
(d) daftar kekerapan keeelakaan (frequency rate)
dan keparahan keeelakaan (seventy rate)
Keeelakaan Tambang;
(e) perhitungan biaya Keeelakaan Tambang;
(f) rekapitulasi Kejadian Berbahaya;
(g) daftar persediaan dan pemakaian bahan
peledak;
(h) laporan persediaan dan pemakaian bahan
bakar eair;
(i) laporan persediaan dan pemakaian bahan
berbahaya dan beraeun; dan
U) reneana dan realisasi program dan biaya
keselamatan kerja Pertambangan,
dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender setelah berakhirnya tiap triwulan.
(3) laporan triwulan yang hanya dilaporkan pada
triwulan ke-IV atau tahunan, yaitu data kompetensi
tenaga kerja yang diIaporkan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kalender tiap berakhirnya tahun.
-26-

b) laporan khusus, mencakup laporan tertulis yang


disusun dan disampaikan dalam hal terdapat kejadian
atau kondisi tertentu. Laporan khusus sebagaimana
dimaksud di atas meliputi:
(1) laporan pemberitahuan awal kecelakaan; dan
(2) laporan pemberitahuan awal Kejadian Berbahaya.
Pelaporan pemberitahuan awal kecelakaan dan
pemberitahuan awal Kejadian Berbahaya tersebut diatas
disampaikan sesaat setelah terjadinya kecelakaan dan
Kejadian Berbahaya.
5) rencana kerja dan anggaran biaya keselamatan kerja
Pertambangan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danyatau Pemurnian, dan IPR menyampaikan
rencana kerja dan anggaran biaya keselamatan kerja
Pertambangan sesuai dengan ketentuan perundangan.
Rencana kerja dan anggaran biaya Keselamatan
Pertambangan disusun dengan sekurang-kurangya
mempertimban gkan:
a) skala prioritas sasaran dan program Keselamatan
Pertambangan;
b) kebutuhan untuk perbaikan dan peningkatan
Keselamatan Pertambangan yang berkelanjutan; dan
c) pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang terkait.
6) prosedur dan Zatau instruksi kerja
pemegang IUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan lPR menyusun
prosedur dan/ atau instruksi kerja dengan
mempertimban gkan kebutuhan masing-masing
perusahaannya. Dalam menyusun prosedur darr/ atau
instruksi kerja paling sedikit mengacu pada langkah-Iangkah:
a) bentuk tim penyusun prosedur dari/ atau instruksi kerja;
b) memahami bisnis proses terkait dengan prosedur
darr/ atau instruksi kerja yang akan dibuat;
c) menyusun alur kerja atau flow chart;
-27-

d) simulasikan prosedur darr/ atau instruksi kerja yang


telah dibuat;
e) evaluasi dan tindak lanjut perbaikan; dan
f) penetapan prosedur dan/ atau instruksi kerja.
7) dokumen dan laporan pemenuhan kompetensi, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan
lainnya
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR
mendokumentasikan, meman tau , dan/ atau melaporkan
dokumen dan laporan pemenuhan kompetensi, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan
lainnya paling sedikit mencakup:
a) dokumen kelayakan sarana, prasarana, dan instalasi
Pertamban gan;
b) sertifikat dan laporan kompetensi tenaga kerja;
c) lisensi antara lain Kartu Izin Meledakkan, Kartu Pekerja
Peledakan, Kartu Pengawas Operasional, dari/ atau surat
izin mengoperasikan unit yang dikeluarkan oleh KIT,
PTL,atau orang yang ditunjuk oleh KIT atau PTL;
d) pengesahan KIT, PTL, wakil KIT, wakil PTL, dan/ atau
Kepala Tambang Bawah Tanah; dan
e) izm kerja khusus antara lain izin kerja ruang terbatas,
izin kerja di ketinggian, izin kerja panas, izin kerja
terpapar radioaktif.

f. Manajemen Keadaan Darurat


1) identifikasi dan penilaian potensi keadaan darurat
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR mengidentifikasi
potensi keadaan darurat baik dari faktor internal kegiatan
Pertambangan maupun faktor eksternal seperti faktor alam
dan sosial. Setiap potensi keadaan darurat yang
teridentifikasi dinilai dengan paling sedikit
mempertimbangkan :
a) tingkat keparahan;
-28-

b) tingkat kerugian;
c) pengaruh terhadap operasi;
d) keterlibatan sumber daya; dan
e) pengaruh terhadap citra perusahaan.
Berdasarkan penilaian maka pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan danj atau
Pemurnian, dan IPR menetapkan tingkatan atau kategori
keadaan darurat.
2) pencegahan keadaan darurat
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danjatau Pemurnian, dan IPR melakukan upaya
untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan
terjadinya keadaan darurat seperti membuat kebijakan
pencegahan keadaan darurat, inspeksi, dan perawatan.
3) Kesiapsiagaan keadaan darurat
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, dan IPR melakukan upaya
kesiapsiangaan keadaan darurat paling sedikit:
a) menyediakan sistem deteksi dini keadaan darurat;
b) menyediakan sistem komunikasi keadaan darurat;
c) menyediakan sumber daya, sarana, prasarana,
prosedur, serta tenaga teknis Pertambangan yang
berkompeten dalam penanggulangan keadaan darurat;
d) menyusun dan menetapkan emergency plan;
e) me1aksanakan pelatihan penanggulangan keadaan
darurat; dan
f) melaksanakan simulasi keadaan darurat (emergency drills
paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.
Tim tanggap darurat dibentuk dengan ketentuan:
a) sehatjasmani dan rohani;
b) ketua tim ditunjuk oleh KIT atau PTL dan memiliki
kompetensi dalam melakukan supervisi penanggulangan
kondisi darurat di area kerjaj operasi tambang;
c) anggota tim tanggap darurat memiliki kompetensi yang
sesuai;
-29-

d) jumlah minimum personel tim tanggap darurat disetiap


gilir jaga disesuaikan dengan penilaian potensi keadaan
darurat yang ada; dan
e) mendapat pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan
hasil penilaian risiko.
4) respon keadaan darurat
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR memberikan
respon dalam penanggulangan keadaan darurat secara cepat
dan tepat untuk mencegah kondisi keadaan darurat yang
semakin parah dan meminimalkan kerusakan pada manusia
dan perala tan.
5) pemulihan keadaan darurat
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR melakukan upaya
pemulihan, paling sedikit meliputi:
a) pembentukan tim pemulihan
pemegang IUP, IUPK,IUPOperasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/atau Pemurnian, dan IPR membentuk
tim pemulihan yang anggotanya disesuaikan dengan
klasifikasi keadaan darurat. Tim pemulihan melakukan
pemulihan terhadap korban dan orang yang terdampak
serta kondisi area kerja, peralatan, sarana dan
prasarana.
b) pembersihan lokasi dan operasi pemulihan
Operasi pembersihan dan pemulihan dilaksanakan
dengan:
(1) mengelola risiko yang ada dalam pelaksanaan
pembersihan dan pemulihan;
(2) mengendalikan potensi keadaan darurat susulan
yang mungkin terjadi; dan
(3) sesegera mungkin mengoptimalkan sumber daya
yang tersedia.
-30-

c) investigasi keadaan darurat


investigasi keadaan darurat dilakukan untuk
mendapatkan data dan fakta dari keadaan darurat yang
terjadi, sehingga diketahui penyebab terjadi keadaan
darurat dan ditentukan rekomendasi agar keadaan
serupa tidak terjadi di masa yang akan datang.
d) perkiraan kerugian
perkiraan kerugian mencakup kerugian langung (seperti
pengobatan dan perbaikan) dan tidak langsung (seperti
biaya investigasi dan citra perusahaan).
e) laporan pemulihan pasca keadaan darurat
laporan pemulihan pasca keadaan darurat meliputi:
kronologis singkat kejadian, data teknis dan fakta-fakta
di lapangan, serta analisis kejadian dan kesimpulan.
g. Inspeksi Keselamatan Kerja Pertambangan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IPR menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
inspeksi pelaksanaan keselamatan kerja Pertambangan.
Prosedur inspeksi paling sedikit terdiri dari:
1) tujuan inspeksi;
2) jenis inspeksi;
3) pelaksana inspeksi;
4) objek inspeksi;
S) jadwal dan frekuensi inspeksi;
6) lembar periksa inspeksi;
7) peralatan inspeksi;
8) metode atau tata cara inspeksi;
9) pelaksanaan inspeksi;
10) klasifikasi bahaya;
11) laporan inspeksi;
12) tindak lanjut inspeksi;
13) evaluasi hasil tindak lanjut inspeksi; dan
-31-

14) dokumentasi.
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR menyusun,
menetapkan, dan melaksanakan inspeksi meliputi kegiatan:
1) perencanaan inspeksi
program inspeksi disusun berdasarkan penilaian risiko.
Dalam perencanaan inspeksi ditentukan:
a) objek inspeksi;
b) jadwal pelaksanaan inspeksi antara lain secara berkala
atau sewaktu-waktu;
c) petugas inspeksi;
d) metode inspeksi antara lain inspeksi silang dan inspeksi
bersama; dan
e) biaya pelaksanaan inspeksi.
2) persiapan inspeksi
sebelum inspeksi dilaksanakan perlu disiapkan paling sedikit
meliputi:
a) prosedur, standar, dan check list yang berlaku dan
berhubungan terhadap objek yang akan diinspeksi;
b) alat ukur dan alat uji;
c) buku catatan; dan
d) kamera atau alat dokumentasi lainnya.
3) pelaksanaan inspeksi
Untuk memastikan kondisi kerja yang aman, KTT,PTL,atau
petugas yang ditunjuk dalam setiap gilir kerja memeriksa:
a) setiap area kerja dan jalan perlintasan yang digunakan;
b) saran a, prasana, instalasi, dan peralatan Pertambangan;
dan
c) tempat yang dinilai berbahaya.
Selama proses pelaksanaan petugas inspeksi didampingi oleh
penanggung jawab area atau petugas yang ditunjuk guna
memastikan kelancaran dalam pelaksanaan inspeksi.
Pada saat pelaksanaan inspeksi, apabila ditemukan kondisi
tidak aman dan / atau tindakan tidak aman, segera
-32-

melakukan tindakan yang diperlukan yaitu memperbaiki


kondisi tersebut, meningkatkan kesadaran keselamatan
kepada Pekerja dan apabila berpotensi mengakibatkan
kecelakaan, maka kegiatan dihentikan sementara.
4) rekomendasi dan tindak lanjut hasil inspeksi
Rekomendasi yang diberikan didasarkan kepada temuan
valid yang telah diverifikasi sehingga rekomendasi tepat
sasaran. Rekomendasi diberikan untuk setiap temuan
inspeksi dan penyebab dasar dari temuan tersebut dengan
mengacu kepada hierarki pengendalian risiko. Rekomendasi
ditindaklanjuti oleh penanggung jawab area sesuai dengan
jangka waktu yang disepakati.
Pelaksanaan dari setiap rekomendasi dipantau untuk
memastikan rekomendasi telah ditindaklanjuti dengan baik
dan tepat waktu.
5) evaluasi kegiatan inspeksi
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap
tahapan kegiatan inspeksi dan hasil dari pelaksanaan tindak
lanjut.
6) laporan dan penyebarluasan hasil inspeksi
Hasil inspeksi dan pemenuhan tindak lanjut dibuat atau
dimasukkan ke dalam suatu sistem pelaporan sehingga dapat
terdokumentasi dengan baik. Selanjutnya hasil laporan
tersebut disosialisasikan kepada seluruh Pekerja sebagai
bentuk edukasi.
h. Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/atau Pemurnian, dan IPR menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
penyelidikan kecelakaan dan Kejadian Berbahaya.
Prosedur tersebut paling sedikit terdiri dari:
1) pelaporan awal;
2) pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian;
3) pembentukan tim penyelidikan; dan
-33-

4) tahapan penyelidikan.
Dalam hal kepentingan penyelidikan kecelakaan atau Kejadian
Berbahaya maka KIT atau PTL:
1) tidak mengubah keadaan tempat atau kondisi perbaikan
saran a, prasarana, instalasi dan peralatan Pertambangan
akibat kecelakaan atau Kejadian Berbahaya, kecuali untuk
memberikan pertolongan pertama korban dari kecelakaan.
2) dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan
keberlangsungan pekerjaan, keadaan di tempat kecelakaan
hanya dapat diubah dengan persetujuan KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaITsesuai dengan kewenangannya.
Ketentuan perhitungan hari kerja hilang akibat kecelakaan
tambang diatur sebagai berikut.
1) jumlah hari kerja hilang dihitung berdasarkan jumlah hari
korban tidak mampu bekerja seperti semula akibat
kecelakaan, termasuk hari libur.
2) dalam hal korban tidak mampu bekerja seperti semula akibat
kecelakaan, dan selanjutnya kontrak kerjanya habis, maka
hari kerja hilang tetap dihitung berdasarkan lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk korban bekerja pada posisi semula,
berdasarkan pertimbangan medis yang dibuktikan oleh Surat
Keterangan Dokter.
3) penentuan hari kerja hilang adalah sebagai berikut:
a) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan
Pekerja cacat tetap (invalid)
(1) jari dan telapak tangan beserta punggungnya

Hari Kexja Hilang


Amputasi
No Ibu
Tulang Telunjuk Tengah Manis Kehngking
Jari
1 Ruas ujung 300 100 75 60 50
2 Ruas tengah - 200 150 120 100
Ruas
3 600 400 300 240 200
pangkal
Telapak
4 900 600 500 450 400
tang an
-34-

beserta
punggungnya
Ujungjari
tang an
5 3.000
sampai
pergelangan

(2) jari dan telapak kaki beserta punggungnya


Hari Kerja Hilang
Amputasi
No Ibu
Tulang Telunjuk Tengah Manis Kelingking
Jari
1 Ruas ujung 150 80 60 45 35
2 Ruas tengah - 150 125 100 75
Ruas
3 300 225 200 175 150
pangkal
Telapak kaki
4 beserta 600 450 400 375 350
punggungnya
Ujungjari
5 kaki sampai 2.400
pergelangan

(3) tangan bagian atas dan bawah


Hari Kerja
No. Amputasi Tulang
Hilang
1 Tangan Bagian Bawah (siku sampai
3.600
ke bawah)
2 Tangan Bagian Atas (Pergelangan
4.500
bahu sampai ke bawah)

(4) kaki bagian atas dan bawah


Hari Kerja
No. Amputasi Tulang
Hilang
1 Kaki bagian bawah (lutut sampai ke
3.000
bawah)
2 Kaki bagian atas (pangkal paha
4.500
sampai ke bawah)
-35-

(5) mata dan telinga


No. Hilang Fungsi Hari Kerja Hilang
1 Satu mata 1.800
2 Keduamata 6.000
3 Satu telinga 600
4 Kedua telinga 3.000

(6) lumpuh total


Hilang Fungsi Hari Kerja Hilang
Lumpuh total 6.000

b) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan:


(1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul,
lengan bawah sampai ruas jari, lengan atas, paha
sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak
bagian wajah;
(2) pendarahan di dalam ata pingsan disebabkan
kekurangan oksigen;
(3) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat
mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau
(4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak
pernah terjadi,
hari kerja hilangnya dihitung berdasarkan Pekerja yang
mengalami cidera tersebut di atas dapat kembali
melakukan pekerjaan semula

c) mati
Akibat Kecelakaan Hari Kerja Hilang
Mati 6.000

Kriteria Kejadian Berbahaya apabila memenuhi 4 (empat) un sur,


terdiri dari:
1) benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tidak ada un sur kesengajaan;
-36-

2) berpotensi mengakibatkan kematian atau terhentinya


kegiatan lebih dari 24 (dua puluh empat) jam;
3) akibat kegiatan usaha Pertamban gan, pengolahan darr/ atau
pemurnian, kegiatan penunjang lainnya, kegagalan teknis
saran a, prasarana, instalasi dan peralatan Pertambangan,
atau kegagalan dalam mengantisipasi faktor alam yang
berada di wilayah kegiatan usaha Pertambangan atau
pengolahan darr/ atau Pertambangan, atau wilayah proyek;
dan
4) terjadi di wilayah kegiatan usaha Pertambangan atau
pengolahan darr/ atau Pertamban gan, atau wilayah proyek.
Tahap penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya,
meliputi:
1) tahap persiapan
a) pembentukan dan penetapan tim investigasi
tim investigasi dibentuk dan ditetapkan oleh KTT,PTL,
KalT, atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya.
b) persiapan peralatan ukur atau uji
mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya.
c) pengumpulan data dan dokumen
mengumpulkan data dan dokumen terkait yang
diperlukan untuk penyelidikan kecelakaan atau
Kejadian Berbahaya, antara lain: sketsa, foto, surat
keterangan dokter, buku tamban g, buku daftar
kecelakaan, dan lain-lain.
2) tahap pelaksanaan
a) tim investigasi bersama penanggung jawab area yang
ditunjuk menuju ke lokasi terjadinya kecelakaan atau
Kejadian Berbahaya;
b) tim investigasi melakukan penyelidikan antara lain
terhadap lokasi, sarana, prasarana, peralatan, darr/ atau
instalasi yang diduga berhubungan dengan kecelakaan
atau Kejadian Berbahaya;
-37-

c) tim investigasi melakukan wawancara terhadap saksi


langsung maupun tidak langsung terkait dengan
kecelakaan atau Kejadian Berbahaya;
d) tim investigasi bersama saksi melakukan rekonstruksi
jika diperlukan dan apabila rekonstruksi dilakukan,
maka rekonstruksi tersebut dilakukan dengan aman;
e) pada saat pelaksanaan penyelidikan, apabila ditemukan
potensi kecelakaan atau Kejadian Berbahaya susulan
atau kecelakaan atau Kejadian Berbahaya serupa yang
dapat terjadi di area lain, tim investigasi segera
mengambil tindakan pengamanan dan pencegahan
termasuk menghentikan kegiatan apabila diperlukan;
f) tim investigasi membuat analisis penyebab terjadinya
kecelakaan atau Kejadian Berbahaya, kesimpulan, dan
rencana tindakan koreksi; dan
g) tindakan koreksi yang diberikan terhadap hasil analisis
berdasarkan data dan fakta yang telah diverifikasi
sehingga tindakan koreksi tepat sasaran. Tindakan
koreksi diberikan untuk setiap penyebab kecelakaan
atau Kejadian Berbahaya dengan mengacu kepada
hierarki pengendalian risiko. Tindakan koreksi yang
telah diberikan ditindaklanjuti sesuai dengan jangka
waktu yang disepakati.
3) tahap pelaporan
a) pembuatan berita acara hasil penyelidikan kecelakaan
atau Kejadian Berbahaya;
b) penyampaian laporan hasil penyelidikan kecelakaan
atau Kejadian Berbahaya kepada KTTatau PTL untuk
diteruskan kepada KalT atau Kepala Dinas atas nama
KaITsesuai kewenangannya; dan
c) hasil penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya
dan pelaksanaan tindakan koreksi dibuat atau
dimasukkan ke dalam suatu sistem pelaporan sehingga
dapat terdokumentasi dengan baik dan hasil laporan
-38-

tersebut disosialisasikan kepada seluruh Pekerja sebagai


bentuk edukasi.
4) pemantauan pelaksanaan tindakan koreksi
pelaksanaan dari setiap tindakan koreksi dipantau untuk
memastikan tindakan koreksi telah ditindaklanjuti dengan
baik dan tepat waktu.
5) evaluasi penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya
evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap tahap
penyelidikan dan hasil dari pelaksanaan tindakan koreksi.

2. Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/ atau Pemurnian


KIT atau PTL menjamin kesehatan setiap Pekerja terhadap risiko
kesehatan yang ditimbulkan paling sedikit oleh bahaya fisik, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikososial dengan melaksanakan pengelolaan
kesehatan kerja berupa:
a. Program Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja dibuat, ditetapkan, dan dilaksanakan
dengan pendekatan promotif atau promosi kesehatan, preventif
atau pencegahan penyakit, kuratif atau pengobatan dan
rehabilitatif atau pemulihan dengan lebih mengutamakan pada
program promotif dan preventif mengacu kepada peraturan
perundang-undangan dan standar terkait yang berlaku;
persyaratan lainnya yang terkait; kebijakan perusahaan; hasil
Manajemen Risiko terhadap seluruh proses, kegiatan, dan area
kerja; evaluasi kinerja program kesehatan kerja Pertambangan;
hasil pemeriksaan terhadap Kejadian Akibat Penyakit Tenaga
Kerja dan Penyakit Akibat Kerja; ketersediaan sumber daya,
antara lain manusia, finansial, peralatan.
1) promotif dan preventif
a) melaksanakan kegiatan promotif untuk meningkatkan
derajat kesehatan Pekerja sehingga berada pada tingkat
yang setinggi-tingginya seperti mengadakan kegiatan
penyuluhan pola hidup sehat, menyediakan fasilitas
olahraga, serta pendidikan dan pelatihan kesehatan
Pekerja secara berkala;
-39-

b) promotif dan preventif mempertimbangkan hasil


pemeriksaan kesehatan Pekerja maupun hasil
pengukuran dan penilaian lingkungan kerja
Pertamban gan;
c) melakukan antisipasi, identifikasi, evaluasi, dan
pengendalian secara berkelanjutan terhadap risiko
kesehatan yang ada di lokasi kerja;
d) pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya dilakukan dengan penyuluhan
dan/ atau tes laboratorium jika diperlukan;
e) pekerjaan hanya dapat dilaksanakan oleh Pekerja yang
bebas dari pengaruh alkohol, narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya;
f) mengidentifikasi dan mengendalikan potensi penyakit
tenaga kerja termasuk penyakit degeneratif; dan
g) untuk meningkatkan derajat kesehatan Pekerja, KTT
atau PTL menetapkan kawasan tanpa asap rokok di
wilayah kegiatan usaha Pertambangan atau wilayah
proyek.

2) kuratif
a) melaksanakan upaya kuratif dengan menyediakan akses
untuk pelayanan kesehatan seperti penanganan medis
terhadap penyakit tenaga kerja dan Penyakit Akibat
Kerja, serta cidera akibat kecelakaan; dan
b) penanganan medis meliputi penanganan gawat darurat,
proses evakuasi ke tempat pelayanan medis di Wilayah
Izin Usaha Pertambangan atau wilayah proyek atau
tempat pelayanan medis rujukan yang lebih tinggi sesuai
dengan tingkat keparahannya.

3) rehabilitatif
a) melaksanakan upaya rehabilitasi dengan melakukan
pemulihan dan perawatan bagi Pekerja yang mengalami
-40-

sakit akibat kecelakaan, penyakit tenaga kerja, maupun


Penyakit Akibat Kerja; dan
b) pelayanan rehabilitasi dilakukan oleh tim rehabilitasi
yang dipimpin oleh dokter perusahaan dan terdiri dari
perwakilan bagian sumber daya manusia pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, dan lPR serta atasan Pekerja yang
bersangkutan.
Pelaksanaan program kesehatan kerja Pertambangan paling
sedikit meliputi:
1) pemeriksaan kesehatan kerja
Pekerja berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan.
KIT atau ITL bertanggung jawab terhadap pemeriksaan
kesehatan Pekerja sesuai dengan risiko kesehatan Pekerja.
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan lPR menyediakan
tenaga kesehatan kerja yang kompeten meliputi:
a) dokter perusahaan;
b) dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja;
c) perawat; dan/ atau
d) tenaga kesehatan lainnya.
Tenaga kesehatan kerja membuat rencana program
pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan dan menyusun
laporan program pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan
dengan berkoordinasi dengan pihak terkait antara lain bagian
sumber daya manusia, pimpinan tertinggi pada setiap bagian,
dan/ atau Komite Keselamatan Pertamban gan.
Pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan dilaksanakan
sesuai dengan pedoman pemeriksaan dan penilaian
kelayakan kesehatan kerja yang disusun oleh dokter
perusahaan yang dapat bekerja sama dengan dokter
pemeriksa tenaga kerja atau pihak lain yang terkait dengan
mengacu peraturan perundang-undangan dan dikembangkan
mengikuti kemajuan ilmu kedokteran dan kesehatan, serta
-41-

risiko yang ada ditempat kerja. KIT atau PTL menyetujui dan
menetapkan pedoman pemeriksaan dan penilaian kelayakan
kesehatan kerja. Pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan
terdiri dari:
a) pemeriksaan kesehatan awal
(1) pemeriksaan kesehatan awal dilakukan oleh dokter
pemeriksa kesehatan tenaga kerja sebelum Pekerja
diterima untuk melakukan pekerjaan atau
dipindahkan ke pekerjaan baru apabila dibutuhkan;
(2) pemeriksaan kesehatan awal ditujukan agar pekerja
yang akan diterima dan ditempatkan berada dalam
kondisi sehat dan sesuai pekerjaan;
(3) pemeriksaan kesehatan awal paling sedikit meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru, dan pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, kimia darah, gula darah, urin lengkap, dan
hepatitis (HbsAg)), elektrokardiogram untuk usia
kurang dari 40 tahun, treadmill test untuk usia
diatas 40 tahun serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu sesuai dengan risiko kesehatan di
tempat kerja.
b) pemeriksaan kesehatan berkala
(1) pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi kesehatan Pekerja
setelah berada dalam pekerjaannya dan selama
masa kerjanya
(2) pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan oleh
dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja paling
sedikit setahun sekali bagi Pekerja tambang dan
Pekerja pengolahan dan Zatau pemurman, dan
khusus untuk Pekerja tambang bawah tanah
dilakukan paling sedikit dua kali setahun;
-42-

(3) pemeriksaan kesehatan berkala paling sedikit


meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru, dan
pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, fungsi
hati, fungsi ginjal, kimia darah, gula darah dan urin
lengkap), elektrokardiogram untuk usia kurang dari
40 tahun, treadmill test untuk usia diatas 40 tahun
serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu sesuai
dengan risiko kesehatan di tempat kerja; dan
(4) hasil pemeriksaan berkala ditindaklanjuti untuk
menjamin terselenggaranya kesehatan kerja
Pertambangan.
c) pemeriksaan kesehatan khusus
(1) pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh
dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja yang
dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap pekerja
atau golongan Pekerja tertentu, disesuaikan dengan
pajanan risiko pekerjaannya;
(2) golongan pekerja tertentu meliputi:
(a) Pekerja yang diduga mengalami gangguan
kesehatan akibat kondisi lingkungan kerja;
dan
(b) Pekerja yang mengalami kecelakaan berakibat
cidera berat, Penyakit Akibat Kerja, atau
penyakit sesuai dengan rekomendasi dari
dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja.
(3) pemeriksaan kesehatan khusus dapat dilakukan
berdasarkan pertimbangan hasil evaluasi KIT atau
PTL,atau hasil pengawasan IT.
d) pemeriksaan kesehatan akhir
(1) pemeriksaan kesehatan akhir dilakukan oleh dokter
pemeriksa kesehatan tenaga kerja kepada Pekerja
yang sisa masa kerjanya 1 (satu) tahun menjelang
pensiun;
-43-

(2) KIT atau PTL melaksanakan pemeriksaan


kesehatan akhir paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum memasuki masa pensiun; dan
(3) pemeriksaan kesehatan akhir paling sedikit
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, fungsi
hati, fungsi ginjal, kimia darah, gula darah, urin
lengkap, dan hepatitis (HbsAg), treadmill test, dan
pemeriksaan khusus sesuai dengan risiko
pekerjaannya serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu sesuai dengan risiko kesehatan di tempat
kerja.
Catatan kesehatan Pekerja dibuat, didokumentasikan, dan
dievaluasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, maka dilakukan
tindak lanjut sebagai berikut:
a) menginformasikan kepada Pekerja terkait kondisi
Pekerja yang bersangkutan;
b) melakukan pemantauan, pengobatan, atau rehabilitasi
terhadap Pekerja yang bersangkutan sesuai dengan hasil
pemeriksaan kesehatan;
c) mengevaluasi penempatan Pekerja disesuaikan dengan
kondisi Pekerja yang bersangkutan;
d) melakukan upaya promotif dan preventif terhadap
Pekerja lain yang terkait; dan
e) melakukan kontrol pengendalian kondisi lingkungan
kerja.
2) pelayanan kesehatan kerja
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR menyediakan
tenaga kesehatan kerja yang kompeten, sarana dan
prasarana pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam menyelenggarakan pelayanan
-44-

kesehatan kerja.
a) tenaga kesehatan kerja
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR
memberikan kebebasan profesional kepada tenaga
kesehatan kerja dalam menjalankan pelayanan
kesehatan kerja.
Tenaga kesehatan kerja diberi keleluasaan memasuki
tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan dan
mendapatkan keterangan yang diperlukan dalam rangka
menjalankan pelayanan kesehatan kerja dengan
mekanisme yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan aturan pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, dan IPR.
Tenaga kesehatan kerja merencanakan, melaksanakan,
melaporkan, dan mengevaluasi program pelayanan
kesehatan kerja. Laporan pelaksanaan pelayanan
kesehatan kerja disampaikan kepada KIT atau PTL
paling sedikit 1 Isatu) bulan sekali.
Tenaga kesehatan kerja memberikan keterangan tentang
pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja kepada IT
apabila diperlukan.
b) sarana dan prasarana
sarana penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
mencakup:
1) sarana dasar
la) perlengkapan umum paling sedikit:
la.1) meja dan kursi;
[a.Z] tempat tidur pasien;
[a.S] wastafel;
la.4) timbangan badan;
[a.S] meteran atau pengukur tinggi badan;
[a.o] kartu status; dan
-45-

(a.7) register pasien berobat,


(b) ruangan paling sedikit:
(b.1) ruangan tunggu;
(b.2) ruang periksa;
(b.3) ruang tindakan emergency;
(b.4) ruang kerja dokter dan perawat;
(b.5) ruang atau almari obat; dan
(b.6) kamar mandi danjamban,
(c) perala tan medis paling sedikit:
(c. 1) emergency responder bag;
(c.2) automated external defibrillator;
(c.3) pulse oxymeter;
(c.4) emergency trolley;
(c.5) oxygen therapy portable;
(c.6) tensimeter dan stetoskop;
(c.7) termometer;
(c.8) sarung tangan;
(c.9) alat bedah ringan (minor set);
(c.lO) peralatan stop perdarahan;
(c.11)lampu senter;
(c.12)obat-obatan;
(c.13) sarana atau perlengkapan P3K;
(c.14) tabung oksigen dan isinya;
(c.15) oxygen canule] nasale;
(c.16) oxygen tubing dan mask;
(c.17) bag valve mask;
(c.18)pocket mask untuk batuan napas; dan
(c.19) oropharyngel airway (Goedel),
2) sarana penunjang
(a) alat pelindung diri;
(b) alat evakuasi paling sedikit:
(b.1) tandu berbagai jenis;
(b.2) alat extrication korban;
-46-

(b.3) alat fiksasi korban seperti neck collar dan


bidai berbagai ukuran; dan
(b.4) ambulan atau kendaraan pengangkutan
korban,
(e) peralatan penunjang diagnosa disesuaikan
dengan kebutuhan, seperti spirometer dan
audiometer;
(d) peralatan pemantau atau pengukuran
lingkungan kerja disesuaikan dengan risiko
yang ada, seperti sound level meter, lux: meter,
wet bulb globe temperature meter, dan gas
detector.
Kualifikasisarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi:
(1) pelayanan kegawatdaruratan
pelayanan yang terbatas pada upaya pertolongan
pertama kepada keeelakaan, Kejadian Akibat
Penyakit Tenaga Kerja, dan kondisi gawat darurat
medis lainnya yang bertujuan untuk menjaga
kehidupan dan mengurangi keparahan.
(2) pelayanan pratama
pelayanan yang meneakup pelayanan
kegawatdaruratan dan pelayanan medis dasar baik
umum maupun khusus.
(3) pelayanan utama
pelayanan yang meneaku p pelayanan
kegawatdaruratan, pelayanan medis dasar, dan
pelayanan medik spesialistik disesuaikan dengan
risiko yang ada.

Kualifikasi sarana pelayanan kesehatan kerja ditetapkan


berdasarkan tingkat keterisoliran lokasi tamban g,
sebagai berikut:
-47-

(1) minimum pelayanan kegawatdaruratan untuk


tingkat keterisoliran rendah, yaitu jarak tempuh
dari lokasi tambang ke rumah sakit tipe AlBIC
kurang dari 60 (enam puluh) menit.
(2) rrummum pelayanan pratama untuk tingkat
keterisoliran menengah, yaitu jarak tempuh dari
lokasi tambang ke rumah sakit tipe AlBIC antara
60 - 120 (enam puluh sampai dengan seratus dua
puluh) menit.
(3) pelayanan utama untuk tingkat keterisoliran tinggi,
yaitu jarak tempuh dari lokasi tambang ke rumah
sakit tipe AlBIC lebih dari 120 (seratus dua puluh)
menit.
Pelayanan kesehatan kerja dapat diselenggarakan:
a) sendiri oleh pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan
IPR;
b) bekerjasama dengan tenaga kesehatan kerja yang
kompeten atau pelayanan kesehatan lain yang memiliki
izin resmi. Kerjasama tersebut dilengkapi dengan nota
kesepahaman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja antara pimpinan pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dari/atau
Pemurnian, dan IPR dengan kepala unit pelayanan
kesehatan yang bersangkutan; darr/ atau
c) bersama-sama oleh beberapa pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau
Pemurnian, dan IPR.
Atas pertimbangan risiko yang ada KalT atau Kepala Dinas
atas nama KalT sesuai dengan kewenangannya dapat
meminta pelayanan kesehatan diselenggarakan sendiri oleh
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR.
-48-

3) pertolongan pertarna pada keeelakaan


K11 atau PTL menyediakan petugas yang memiliki
kompetensi, fasilitas, dan peralatan untuk melakukan P3K
pada setiap kelompok kerja. K11 atau PTLmembuat program
pendidikan dan pelatihan P3K seeara berkala untuk
memastikan kompetensi petugas P3K.
Kotak P3K ditempatkan pada lokasi yang mudah dieapai,
terlindungi, dan diberi tanda serta isinya diperiksa seeara
berkala paling sedikit setiap bulan oleh penanggung jawab
kotak P3K yang narnanya tertera pada kotak P3K. lsi kotak
P3K yang telah kadaluarsa segera diganti. lsi kotak P3K
disesuaikan dengan risiko yang ada dan paling sedikit
mengaeu pada tabel sebagai berikut:

Kelompok Kerja
Tipe A Tipe B Tipe C
(kurang
lsi (51 sampai
No dari atau (26 sampai
(Satuan) dengan
sarna dengan 50
100
dengan 25 Pekerja)
Pekerja)
Pekerja)
Kasa Steril
1 terbungkus 20 40 40
(bungkus)
Perban (lebar
2 2 4 6
5 em) (gulung)
Perban (lebar
3 10 em) 2 4 6
(gulung)
4 Plester (lebar 2 4 6
Pembalut
5 10 15 20
Cepat
Kapas(25
6 1 2 3
gram)
-49-

Kain Segitiga /
7 Mittela 2 4 6
(lembar)
Gunting
8 1 1 1
(buah)
9 Peniti (buah) 12 12 12
Sarung
Tangan Sekali
10 2 3 4
Pakai
(pasangan)
11 Masker (buah) 1 1 1
Masker untuk
Resusitasi
12 1 1 1
Jantung-Paru
(buah)
Kantong
13 Plastik Bersih 1 1 1
(buah)
Aquades (100
14 1 1 1
mllar. Saline)
Buku
Panduan P3K
15 1 1 1
di tempat
kerja
Buku Catatan
16 1 1 1
Daftar lsi

4) pengelolaan kelelahan kerja lfatigue)


Pengelolaan pencegahaan kelelahan kerja lfatigue)
dilaksanakan dengan cara:
a) melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian
faktor yang dapat menimbulkan kelelahan Pekerja
Proses identifikasi dan evaluasi menggunakan metode
yang valid dan reliabel disesuaikan dengan faktor risiko
dan terintegrasi dengan Manajemen Risiko. Upaya
-50-

pengendalian mengacu pada prinsip hierarki


pengendalian.
b) memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada semua
Pekerja tentang pengetahuan pengelolaan dan
pencegahan kelelahan khususnya bagi para Pekerja
dengan waktu kerja bergilir atau shift.
Pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi disesuaikan
dengan faktor risiko kelelahan yang dihadapi untuk
setiap pekerjaan. Apabila diperlukan maka pelaksanaan
pelatihan dan sosialisasi pengelolaan kelelahan
diberikan juga kepada keluarga Pekerja atau pihak yang
terkait.
c) mengatur pola gilir kerja (shift) Pekerja
Pola gilir kerja (shift) disusun dengan
mempertimbangkan paling sedikit kebijakan, ketentuan
peraturan perundang-undangan, kapasitas kerja, beban
kerja, dan kondisi lingkungan kerja. Dalam pengaturan
pola gilir kerja (shift) diupayakan Pekerja tidak
mengalami kelelahan baik secara fisik, mental, dan
psikososial.
d) melakukan penilaian dan pengelolaan tingkat kelelahan
pada Pekerja setiap sebelum awal gilir kerja (shift) dan
saat pekerjaan berlangsung.
Metode penilaian tingkat kelelahan menggunakan
metode yang valid dan reliabel sesuai dengan risiko
kelelahan yang ada.
Hasil dari penilaian tingkat kelelahan ditindaklanjuti
untuk menentukan keberlangsungan pekerjaan dan
pengelolaan kelelahan selanjutnya.
5) pengelolaan Pekerja yang bekerja pada tempat yang memiliki
risiko tinggi.
KIT atau PTL mengidentifikasi tempat yang memiliki risiko
tinggi sesuai dengan Manajemen Risiko. KIT atau PTL
-51-

mengidentifikasi Pekerja yang akan bekerja pada tempat


kerjanya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) memastikan risiko yang ada sudah dikendalikan secara
memadai melalui proses penilian risiko dan
pemantauan. Upaya pengendalian mengacu pada
hierarki pengendalian.
b) memberikan pemahaman cara kerja aman, konsekuensi,
dan pemantauan pekerjaan di area tersebut.
KIT atau PTL memastikan sudah tersedia cara kerja
aman dan sudah disosialisasikan kepada Pekerja.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada Pekerja
disampaikan secara jujur dan menyeluruh. Pemantauan
terhadap pelaksanaan pekerjaan, kondisi lingkungan
kerja, dan Pekerja dilakukan secara berkala dengan
mengacu pada Manajemen Risiko dan standar yang
berlaku.
c) bertanggung jawab terhadap efek yang ditimbulkan
akibat pekerjaan tersebut.
KIT atau PTL memastikan pekerja diberikan
pemeriksaan kesehatan khusus sesuai dengan risiko
yang ada. KIT atau PTL berupaya seoptimal mungkin
agar pekerja tidak mendapatkan efek yang merugikan.
Apabila pekerja mengalami efek yang merugikan maka
Pekerja diberikan pelayanan kuratif dan rehabiltatif
sesuai dengan rekomendasi tenaga kerja kesehatan.
6) rekaman data kesehatan kerja Pertambangan
Rekaman data kesehatan kerja Pertambangan paling sedikit
meliputi:
a) data hasil pemeriksaan kesehatan awal, data hasil
pemeriksaan kesehatan berkala, data hasil pemeriksaan
khusus, dan data hasil pemeriksaan akhir;
b) riwayat pekerjaan Pekerja;
c) data medisZrekam medis Pekerja;
-52-

d) data indikator kinerja kesehatan kerja Pertambangan;


dan
e) data hasil pemeriksaan lingkungan kerja Pertambangan
dalam rangka pengelolaan kesehatan kerja
Pertamban gan.
Rekaman data kesehatan kerja Pertambangan dianalisis dan
dievaluasi sebagai bahan untuk perbaikan kinerja kesehatan
kerja Pertambangan.
KTT atau PTL melakukan pengukuran kinerja kesehatan
kerja Pertambangan dengan menggunakan 2 (dua) indikator
sebagai berikut:
a) indikator proses (leading indicator)
Pengukuran terhadap segala upaya yang sudah
dilakukan dalam pengelolaan kesehatan kerja
Pertambangan berupa realisasi pelaksanaan program
kesehatan kerja Pertambangan.
b) indikator hasil akhir (lagging indicator)
Pengukuran terhadap hasil dari pengelolaan kesehatan
kerja Pertambangan yang berupa statistik kesehatan
kerja Pertambangan sebagai berikut:
(1) rasio kelayakan kerja
rasio kelayakan kerja berupa persentase tenaga
kerja yang layak kerja berdasarkan pemeriksaan
kesehatan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah pekerja yang layak


kerja
Rasio
berdasarkan pemeriksaan
Kelayakan = x 100%
Kerja Jumlah pekerja kumulatif

(2) angka kesakitan kasar (crude morbidity rate)


Angka kesakitan kasar (crude morbidity rate) berupa
persentase yang menunjukkan jumlah Pekerja yang
sakit karena penyakit tidak termasuk kecelakaan
dibagi jumlah Pekerja kumulatif.
-53-

Jumlah pekerja yang sakit


karena penyakit,
tidak termasuk kecelakaan
CMR x 100%
Jumlah pekerja kumulatif

(3) tingkat kekerapan kesakitan (morbidity frequency


rate)
tingkat kekerapan kesakitan (morbidity frequency
rate) berupa angka kekerapan berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang sakit karena penyakit tidak
termasuk kecelakaan dibagi jumlah jam kerja
kumulatif selama kurun waktu 1.000.000 jam
kerja.

Jumlah pekerja yang sakit


karena penyakit,
tidak termasuk kecelakaan
MFR x 1.000.000
Jumlah jam kerja kumulatif

(4) tingkat keparahan penyakit (spell seventy rate)


tingkat keparahan penyakit (spell severity rate)
berupa angka keparahan penyakit berdasarkan
spell selama kurun waktu 1.000.000 jam kerja.

Jumlah absensi karena sakit,


tidak termasuk kecelakaan
(hari kerja hilang karena sakit)
SSR x 1.000.000
Jumlah spell

Catatan:
Spell dihitung berdasarkan suatu periode absen
(menerus atau sewaktu-waktu) karena sakit.
Contoh:
(a) 1 (satu) orang Pekerja mengalami sakit dimana
tidak masuk selama 10 (sepuluh) hari dan
tidak terputus, maka dihitung sebagai
1 (satu) spell.
-54-

(b) 1 (satu) orang tenaga kerja mengalami sakit


dimana tidak masuk selama 5 (lima) hari,
kemudian masuk kerja. Pada hari berikutnya
sakit kembali selama 3 (tiga) hari, maka
dihitung sebagai 2 (dua) spell. Akan tetapi
apabila dokter menyatakan ketidakhadiran
yang kedua masih terkait dengan penyakit
yang sama dengan ketidakhadiran yang
pertama, maka tetap dihitung sebagai 1 (satu)
spell.
(5) tingkat keparahan penyakit berdasarkan absensi
(absence seventy rate)
tingkat keparahan penyakit berdasarkan absensi
(absence seventy rate) berupa angka keparahan
penyakit yang dihitung berdasarkan jumlah absensi
karena sakit tidak termasuk kecelakaan dibagi
dengan jumlah jam kerja kumulatif selama kurun
waktu 1.000.000 jam kerja.

Jumlah absensi karena sakit,


tidak termasuk kecelakaan
(hari kerja hilang karena sakit)
ASR x 1.000.000
Jumlahjam kerja kumulatif

(6) Penyakit Akibat Kerja


frekuensi Penyakit Akibat Kerja dihitung dari
jumlah kasus Penyakit Akibat Kerja dibagi jumlah
tenaga kerja dikali 1.000.000 (konstanta).

FR Jumlah kasus PAK


------------ x 1.000.000
PAK Jumlah tenaga kerja

Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan lPR
menyampaikan laporan tertulis aspek kesehatan kerja
Pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Laporan disampaikan secara
-55-

offline atau sistem dalam jaringan (online) melalui


website yang telah ditentukan oleh KaIT.
Pelaporan aspek kesehatan kerja Pertambangan terdiri
dari:
(1) laporan berkaIa, mencakup laporan tertulis yang
disusun dan disampaikan secara rutin dalam
jangka waktu tertentu.
(a) triwulanan
(a.1)daftar penyakit tenaga kerja;
(a.2)rencana dan realisasi program dan biaya
kesehatan kerja Pertambangan,
dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender setelah berakhirnya tiap triwulan
(b) laporan triwulan yang hanya dilaporkan pada
triwulan ke-IV atau tahunan, yaitu laporan
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan,
yang dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kalender tiap berakhirnya tahun.
(2) laporan khusus, mencakup laporan tertulis yang
disusun dan disampaikan dalam hal terdapat
kejadian atau kondisi tertentu.
(a) laporan pemberitahuan awal Kejadian Akibat
Penyakit Tenaga Kerja; dan
(b) laporan Penyakit Akibat Kerja.
pelaporan pemberitahuan awal Kejadian Akibat
Penyakit Tenaga Kerja tersebut diatas disampaikan
sesaat setelah terjadinya Kejadian Akibat Penyakit
Tenaga Kerja. Sedangkan laporan Penyakit Akibat
Kerja disampaikan sesaat setelah diketahui hasil
diagnosis dan pemeriksaan medis.
-56-

b. Higienedan Sanitasi Tempat Kerja


1) tempat sampah
a) di setiap lokasi kerja baik di ruangan tertutup ataupun
terbuka disediakan tempat sampah sesuar
kebutuhannya;
b) tempat sampah domestik terbuat dari bahan yang relatif
kuat dan memiliki tutup serta diberi label yang sesuai
dengan peruntukan jenis sampahnya berdasarkan
standar yang berlaku;
c) pada tempat kerja yang menggunakan bahan berbahaya
dan beracun disediakan tempat sampah khusus limbah
bahan berbahaya dan beracun yang spesifikasinya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;dan
d) pada tempat kerja yang terdapat penanganan medis
disediakan tempat sampah khusus limbah medis yang
spesifikasinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) toilet dan wastafel
a) toilet disediakan di lokasi kerja dan terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, memiliki
penerangan yang cukup, pertukaran udara yang baik,
dan memenuhi persyaratan kesehatan;
b) toilet tidak berhubungan langsung dengan tempat kerja;
c) toilet memiliki petunjuk arah yang jelas;
d) apabila dalam suatu lokasi kerja terdapat Pekerja
perempuan, maka toilet untuk laki-laki dan perempuan
dipisahkan dan diberi tanda yang jelas;
e) jumlah minimum toilet yang disediakan disesuaikan
dengan kebutuhan, lokasi, dan jumlah Pekerja;
f) toilet dibersihkan secara berkala dan selalu tersedia air
bersih dalam jumlah yang cukup;
-57-

g) sarana jamban disediakan di tambang yang dibuat


sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan
kesehatan; dan
h) menyediakan wastafe1 yang memadai dan memenuhi
persyaratan kesehatan di tempat kerja sesuai
kebutuhan.
3) kebersihan lantai dan bangunan
lantai dan bangunan kerja dibersihkan secara rutin dan
berkala dengan mempertimbangkan pengelolaan tata graha
(housekeeping) .
4) ruang ganti pakaian dan kamar mandi
a) pada bagian pekerjaan tertentu, berdasarkan
pertimbangan kesehatan, Pekerja perlu mengganti
pakaian kerjanya dan membersihkan badan sebelum
meninggalkan tempat kerjanya; dan
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IPR
menyediakan ruang ganti, tempat penyimpanan pakaian
(locker), dan tempat membersihkan badan yang selalu
dijaga kebersihannya.
c. Pengelolaan Ergonomi
1) KTT atau PTL melakukan pengelolaan kesesuaian antara
pekerjaan, lingkungan kerja Pertambangan, peralatan, dan
Pekerja.
2) upaya pengelolaan ergonomi berupa:
a) melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi,
serta pengendaliannya berdasarkan hasil ergonomic risk
assessment;
b) menyediakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
yang sesuai dengan kemampuan, kondisi, dan postur
Pekerja;
c) menyesuaikan prosedur kerja dengan kapasitas Pekerja;
dan
-58-

d) menyediakan perlengkapan penunjang untuk


mendukung pekerjaan.
d. Pengelolaan Makanan, Minuman, dan Gizi Pekerja
KIT atau PTL dalam mengelola makanan dan mmuman
melaksanakan analisis bahaya dan pengendalian titik kritis
(hazard analysis and critical control points) .
1) persyaratan penyediaan makanan
a) KIT atau PTL memastikan bahwa penyedia makanan
bagi Pekerja memenuhi semua persyaratan higiene yang
berlaku dan telah mengikuti pelatihan tentang higiene
dan sanitasi makanan, serta mendapatkan rekomendasi
dan pengesahan dari instansi terkait sehubungan
dengan pemenuhan persyaratan sebagai penyedia
makanan bagi Pekerja; dan
b) proses penyediaan makanan Pekerja diawasi agar
keamanan dan higiene makanan bagi pekerja dapat
dipastikan.
2) persyaratan penyediaan minuman
a) air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan
tersedia dalam jumlah yang cukup bagi Pekerja;
b) sumber air minum yang berasal dari air mmum
kemasan sesuai dengan standar nasional Indonesia yang
berlaku, memperhatikan batas kadaluarsa, dan
penyimpannya sesuai yang dipersyaratkan;
c) sumber air minum yang berasal dari air yang dikelola
sendiri ataupun dari pihak lain, maka pemenuhan
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sumber air minum tersebut
dilakukan melalui pemeriksaan kualitas air minum
secara berkala; dan
d) tempat air minum dijaga sedemikian rupa agar selalu
bersih dan dilengkapi dengan penutup yang baik; dan
e) Pekerja tidak diperkenankan melakukan pekerjaan
dibawah pengaruh alkohol, minuman yang
-59-

memabukkan, narkotika, psikotropika, danj atau zat


adiktif lainnya.
3) gizi kerja
a) kebutuhan gizi kerja paling sedikit meliputi zat gizi yang
berasal dari sumber penghasil tenagajkalori
(karbohidrat, lemak, dan protein) dan sumber zat
pengatur (vitamin dan mineral); dan
b) jumlah kalori yang dibutuhkan Pekerja disesuaikan
dengan pekerjaan, jenis kelamin, dan angka kecukupan
gizi sesuai standar yang ditetapkan instansi berwenang.
e. Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
1) penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
a) KIT atau PTLmelaporkan Penyakit Akibat Kerja kepada
KaIT atau Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan
kewenangannya;
b) diagnosis Penyakit Akibat Kerja ditegakkan melalui
serangkaian tahapan pemeriksaan klinis, kondisi
Pekerja, lingkungan kerjanya, dan data medisjrekam
medis pekerja;
c) Penyakit Akibat Kerja antara lain berupa penyakit:
(1) yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari
aktivitas pekerjaan;
(2) berdasarkan sistem target organ;
(3) kanker akibat kerja; dan
(4) spesifik lainnya
d) dokter perusahaan menetapkan status Penyakit Akibat
Kerja berdasarkan hasil pemeriksaan setelah
membuktikan hubungan sebab akibat antara penyakit
dengan pekerjaan danj atau lingkungan kerjanya; dan
e) apabila terdapat keragu-raguan dalam menegakkan
diagnosis Penyakit Akibat Kerja, dokter perusahaan
dapat berkonsultasi dengan dokter ahli yang sesuai.
-60-

2) penilaian kecacatan Penyakit Akibat Kerja


a) apabila pengobatan Penyakit Akibat Kerja dinyatakan
selesai dan dijurnpai adanya suatu kecacatan, rnaka
dokter perusahaan dapat rnenetapkan persentase
kecacatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;dan
b) apabila terdapat keragu-raguan dalarn rnenetapkan
persentase kecacatan, dokter perusahaan dapat
berkonsultasi dengan dokter ahli yang sesuai.
3) pelaporan Penyakit Akibat Kerja
a) setelah diagnosis Penyakit Akibat Kerja ditegakkan,
dokter perusahaan rnernbuat laporan rnedik dalarn
jangka waktu 1x24 jam untuk disampaikan kepada KIT
atau PTL;
b) KIT atau PTL segera rnelaporkan Penyakit Akibat Kerja
yang telah ditegakkan oleh dokter perusahaan kepada
KaIT atau Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan
kewenangannya rnenggunakan forrnulir yang telah
ditentukan;
c) sebagai bahan evaluasi, laporan Penyakit Akibat Kerja
dilengkapi dengan laporan rnedik tentang Penyakit
Akibat Kerja; dan
d) pernberian inforrnasi rnedis dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
rekam rnedis.
4) penyelidikan Penyakit Akibat Kerja
a) setiap Penyakit Akibat Kerja yang telah ditegakkan oleh
dokter perusahaan dilakukan penyelidikan untuk
rnenernukan faktor-faktor bahaya kesehatan di lokasi
Pekerja yang terkena Penyakit Akibat Kerja;
b) proses penyelidikan Penyakit Akibat Kerja rnencakup
penilaian kesehatan Pekerja lainnya yang rnerniliki
pajanan bahaya yang sarna atau sejenis untuk
-61-

memastikan apakah ada pekerja lainnya yang menderita


penyakit yang sarna; dan
c) proses penyelidikan Penyakit Akibat Kerja dilakukan
oleh tim yang paling sedikit melibatkan dokter
perusahaan dan petugas kesehatan kerja atau higiene
industri (industrial hygiene) ,
5) upaya pengendalian Penyakit Akibat Kerja
a) berdasarkan hasil penyelidikan Penyakit Akibat Kerja,
KTT atau PTL membuat rencana perbaikan dan
pencegahan agar Penyakit Akibat Kerja yang sarna tidak
terjadi pada pekerja yang lain;
b) setiap pekerja mematuhi semua prosedur dan
persyaratan untuk pencegahan Penyakit Akibat Kerja
dalarn melaksanakan pekerjaannya; dan
c) perusahaan melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif
terhadap Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit
Akibat Kerja.

3, Lingkungan Kerja
Dalam mengelola lingkungan kerja KTT dan PTL melakukan hal-hal
sebagai berikut.
a, menunjuk petugas higiene industri yang berkompeten dalarn
mengelola lingkungan kerja;
b. melakukan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
terhadap lingkungan kerja secara menyeluruh di tempat kerja;
c. menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
mendokumentasikan, dan mengevaluasi prosedur pengelolaan
lingkungan kerja;
d. menyusun, mensosialisasikan, menerapkan, dan mengevaluasi
program pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalarn Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB)
Tahun berjalan;
e. melaksanakan pengukuran lingkungan kerja sesuai dengan
ketentuan dan standar yang berlaku;
-62-

f. mengevaluasi, menindaklanjuti, dan mendokumentasikan hasil


pengukuran lingkungan kerja; dan
g. menyampaikan laporan berkala pengelolaan lingkungan kerja
kepada KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT paling lambat 30
(tiga puluh) hari kalender tiap berakhirnya tahun sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang -undangan;
Program pengelolaan lingkungan kerja direncanakan dan ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan standar terkait yang
berlaku; persyaratan lainnya yang terkait; kebijakan perusahaan; hasil
Manajemen Risiko terhadap seluruh proses, kegiatan, dan area kerja;
evaluasi kinerja program lingkungan kerja Pertambangan; hasil
pemeriksaan terhadap kejadian kecelakaan, Kejadian Berbahaya,
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja, dan Penyakit Akibat Kerja;
ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finan sial, dan
peralatan.
Pengelolaan lingkungan kerja dilakukan dengan cara:
a. Antisipasi
Antisipasi dilakukan untuk menginventarisasi bahaya dan risiko
yang timbul dari sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
tambang maupun pengolahan dan/ atau pemurnian yang akan
disediakan, dibangun, dan/ atau sebelum dioperasikan.
b. Pengenalan
Pengenalan dilakukan untuk mengetahui bahaya dan risiko yang
timbul dari lingkungan kerja. Pengenalan dapat dilakukan dengan
survei pendahuluan (walk-through survey), yang sebelumnya
sudah mengetahui informasi mengenai Pekerja, peralatan dan
permesinan, material atau bahan, proses dan cara kerja, hasil di
setiap proses, hasil akhir, dan limbah.
c. Evaluasi
Evaluasi mencakup kegiatan pengukuran dengan cara
mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis sampel zat, bahan,
atau faktor yang berbahaya di lingkungan kerja sesuai dengan
ketentuan dan standar yang berlaku.
-63-

Evaluasi juga mencakup kegiatan penilaian dengan cara


membandingkan hasil pengukuran dengan nilai ambang batas
atau standar terhadap objek lingkungan kerja serta menganalisis
efek-efek pemaparan terhadap kondisi kesehatan Pekerja.
Hasil evaluasi bertujuan untuk:
1) menguatkan dugaan adanya zat, bahan, atau faktor yang
berbahaya di lingkungan kerja;
2) menetapkan karakteristik zat, bahan atau faktor yang
berbahaya di lingkungan kerja;
3) memberikan gambaran besar f dosis, frekuensi, durasi dan
luas pemaparan (exposure) zat, bahan atau faktor yang
berbahaya di lingkungan kerja; dan
4) memberikan gambaran tingkat risiko dari pemaparan zat,
bahan, atau faktor bahaya lingkungan kerja dapat dapat
diterima atau membutuhkan pengendalian.
d. Pengendalian lingkungan kerja
Pengendalian lingkungan kerja didasarkan pada hasil evaluasi
kondisi lingkungan kerja dalam rangka menghilangkan atau
mengurangi paparan terhadap zat, bahan, faktor lingkungan kerja
yang berbahaya di lingkungan kerja. Pengendalian lingkungan
kerja dilakukan melalui hierarki pengendalian.

Pengelolaan lingkungan kerja mencakup:


a. Pengelolaan Debu
Pengelolaan debu dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danfatau Pemurnian, dan IPR mengantisipasi dan
mengenali bahaya debu dan karakteristiknya termasuk jenis,
bentuk, dan ukurannya di setiap area kerja.
2) evaluasi
Pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan secara mandiri atau dilakukan oleh pihak lain yang
sudah terakreditasi yang melibatkan petugas higiene industri
yang berkompeten dalam mengelola lingkungan kerja.
-64-

Persyaratan konsentrasi debu pada setiap lingkungan kerja


termasuk jenis alat yang digunakan, ukuran butiran debu
yang dihitung, metode analisis, dan nilai ambang batas
mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan
atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
a) mengambil langkah -Iangkah untuk mengurangi
timbulnya debu pada waktu melakukan pemboran,
peledakan, pemecahan bijih atau batuan, dan pada
pekerjaan lain di Pertamban gan, serta membuat
peraturan perusahaan untuk meredam atau untuk
mengendalikannya;
b) debu yang mudah terbakar dibersihkan dan tidak
terakumulasi pada permukaan peralatan listrik,
bangunan atau fasilitas lain. Akumulasi debu yang
mudah terbakar di udara dicegah agar tidak mencapai
jumlah yang berbahaya. Jadwal pembersihan dan
pembuangan tumpukan debu yang mudah terbakar
ditetapkan dan dilaksanakan;
c) pada setiap pemuatan bijih atau batuan ke dalam truk
atau memindahkannya pada setiap tempat kerja dibasahi
dengan air atau ditutup dengan baik untuk mencegah
terbangnya debu ke udara. Peralatan yang digunakan
untuk mengurangi debu hanya dapat dioperasikan atau
dipindahkan oleh petugas yang berwenang;
d) pelindung terhadap Pekerja dari udara kotor yang
berbahaya sedapat mungkin dilakukan dengan cara
pencegahan pencernaran, mengeluarkan debu dengan
kipas angin isap atau melarutkan dengan udara bersih;
e) membuat peraturan perusahaan tentang pengendalian
debu pada setiap tempat kerja seperti tempat pemuatan
dan penimbunan, tempat pemindahan bahan, pengolahan
-65-

darr/ atau pemurnian, tempat pemecahan, dan jalan-jalan


angkut;
f) membuat peraturan perusahaan tentang ventilasi
mekanis untuk daerah kerja yang udaranya tidak
mengalir, terowongan buntu dan tempat lain yang
ventilasinya kurang; dan
g) menggunakan alat pelindung pernapasan yang sesuai.
Rencana pemilihan alat, perawatan, pelatihan,
pengawasan, pembersihan dan penggunaannya
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
atau standar yang diakui.
b. Pengelolaan Kebisingan
Pengelolaan kebisingan dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya kebisingan pada setiap area
kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran tingkat kebisingan;
peralatan dan metoda analisis yang dipakai; waktu dan
kekerapan pengukuran; tempat pengukuran dilaksanakan;
dan nilai ambang batas mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
-66-

a) mengambil tindakan untuk menghilangkan atau


mengurangi kebisingan sampai pada batas yang dapat
diterima;
b) melaksanakan hearing conservation program;
c) membatasi jam kerja Pekerja yang disesuaikan dengan
tingkat kebisingan yang ada pada tempat kerja;
d) memasang rambu yang menginformasikan tingkat
kebisingan dan instruksi pengendaliannya;
e) membuat peraturan perusahaan dalam upaya mengelola
kebisingan di setiap area kerja; dan
f) menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
tingkat kebisingan di area kerja.
c. Pengelolaan Getaran
Pengelolaan getaran dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/atau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya getaran baik pada getaran
seluruh tubuh (whole body vibration) maupun getaran tangan
dan lengan (hand-arm uibratioro pada setiap area kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran tingkat getaran;
peralatan dan metoda analisis yang dipakai; waktu dan
kekerapan pengukuran; tempat pengukuran dilaksanakan;
dan nilai ambang batas mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan atau standar yang diakui.
3) Pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu pada hierarki pengendalian
dan paling sedikit mencakup:
-67-

a) mengambil tindakan untuk mengurangi getaran sampai


pada batas yang dapat diterima;
b) mengatur pembatasan jam kerja Pekerja yang
disesuaikan dengan tingkat getaran pada lengan dan
tangan atau seluruh tubuh Pekerja; dan
c) menyediakan alat pelindung diri.

d. Pengelolaan Pencahayaan
Pengelolaan pencahayaan dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya pencahayaan pada setiap
area kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran pencahayaan; peralatan
dan metoda analisis yang dipakai; waktu dan kekerapan
pengukuran; tempat pengukuran dilaksanakan; dan nilai
persyaratan pencahayaan mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dengan menyesuaikan pencahayaan terhadap
persyaratan pencahayaan lingkungan kerja sesuai area kerja
dan aktivitas pekerjaan. Sumber pencahayaan yang digunakan
di area yang mudah menyala dan terbakar berjenis kedap
udara dan dipasang dengan kokoh.
e. Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Udara Kerja
Pengelolaan kuantitas dan kualitas udara kerja dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
-68-

1) antisipasi dan pengenalan


Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya terkait kuantitas dan
kualitas udara kerja pada setiap area kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran kualitas dan kuantitas
udara kerja; peralatan dan metoda analisis yang dipakai;
waktu dan kekerapan pengukuran; tempat pengukuran
dilaksanakan; dan nilai persyaratan kuantitas dan kualitas
udara kerja mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
a) menyesuaikan kuantitas dan kualitas udara kerja
terhadap persyaratan kuantitas dan kualitas udara kerja;
b) menyediakan ventilasi yang memadai;
c) memasang rambu peringatan bahaya;
d) membuat peraturan perusahaan dalam upaya mengelola
kuantitas dan kualitas udara kerja; dan
e) menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
kuantitas dan kualitas udara kerja di area kerja.
f. Pengelolaan Iklim Kerja
Pengelolaan iklim kerja dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya terkait iklim kerja dengan
indikator Indeks Suhu Basah dan Bola pada setiap area kerja.
-69-

2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran iklim kerja; peralatan dan
metoda analisis yang dipakai; waktu dan kekerapan
pengukuran; tempat pengukuran dilaksanakan; dan nilai
persyaratan iklim kerja mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
a) menyediakan lingkungan kerja di setiap area kerja yang
iklim kerjanya sesuai dengan syarat ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang diakui;
b) menyediakan sarana dan prasarana un tuk
mengendalikan iklim kerja di setiap area kerja;
c) melakukan pengaturan siklus kerja sesuai dengan kondisi
iklim kerja di setiap area kerja;
d) membuat peraturan perusahaan dalam upaya mengelola
iklim kerja; dan
e) menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
kondisi iklim kerja di area kerja.
g. Pengelolaan Radiasi
Pengelolaan radiasi dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dany atau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya terkait radiasi yang
mencakup: radiasi alamiah dan buatan, serta radiasi pengion
dan non-pengion pada setiap area kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh petugas proteksi radiasi yang berkompeten
-70-

atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah terakreditasi. Tata


cara pengukuran radiasi; peralatan dan metoda analisis yang
dipakai; waktu dan kekerapan pengukuran; tempat
pengukuran dilaksanakan; dan nilai persyaratan radiasi
mengacu kepada ketentuan peraturan perundang- undangan
atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
a) menerapkan persyaratan proteksi radiasi yang meliputi:
justifikasi, limitasi dosis, dan optimasi proteksi dan
keselamatan radiasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
b) menyediakan:
(1) fasilitas dari/ atau peralatan yang sesuai dengan sifat
dan risiko untuk setiap pemanfaatan radiasi di area
kerja; dan
(2) perlengkapan proteksi radiasi sesuai dengan sifat
dan risiko untuk setiap radiasi di area kerja,
c) membatasi paparan kerja untuk setiap Pekerja radiasi;
d) membatasi area kerja yang terpapar radiasi;
e) menyediakan rambu keselamatan;
f) melaksanakan program proteksi dan keselamatan radiasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
g) menyediakan petugas proteksi radiasi dan Pekerja radiasi
darr/ atau pihak yang bertanggungjawab khusus yang
ditunjuk perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan;
h) memastikan petugas proteksi radiasi dan Pekerja radiasi
darr/ atau pihak yang bertanggungjawab khusus yang
ditunjuk perusahaan menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan;
-71-

i) meningkatkan kualifikasi dan kompetensi Pekerja radiasi


dalam memahami dan menerapkan proteksi dan
keselamatan radiasi melalui pendidikan dan pelatihan;
j) melakukan sosialisasi berkaitan dengan bahaya radiasi
dan pengelolaannya ke seluruh Pekerja;
k) melaksanakan pemantauan kesehatan bagi Pekerja
radiasi; dan
1) menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan area
kerja.
h. Pengelolaan Faktor Kimia
Pengelolaan faktor kimia dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danjatau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya terkait penggunaan bahan
kimia, baik sebagai bahan kimia itu sendiri, reaksi yang terjadi
pada saat digunakan, maupun produk antara, akhir, dan
sampingan yang dihasilkan pada setiap area kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran faktor kimia; peralatan
dan metoda analisis yang dipakai; waktu dan kekerapan
pengukuran; tempat pengukuran dilaksanakan; dan nilai
persyaratan faktor kimia mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
a) melakukan upaya eliminasi penggunaan bahan kimia jika
memungkinkan;
b) melakukan justifikasi penggunaan bahan kimia dengan
mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis;
-72-

c) melakukan pemilihan bahan kimia dengan


mempertimbangkan nilai risiko;
d) membatasi dosis penggunaan bahan kimia;
e) menyediakan:
(1) fasilitas dan/ atau peralatan yang sesuai dengan sifat
dan risiko untuk setiap pemanfaatan bahan kimia di
area kerja; dan
(2) perlengkapan proteksi bahan kimia sesuai dengan
sifat dan risiko untuk setiap bahan kimia di area
kerja,
f) membatasi paparan kerja untuk setiap Pekerja yang
bekerja menggunakan bahan kimia;
g) membatasi area kerja yang terpapar bahan kimia;
h) menyediakan rambu keselamatan;
i) menyediakan petugas dan/ atau pihak yang
bertanggungjawab khusus yang ditunjuk perusahaan
dalam me1akukan pengelolaan bahan kimia;
j) meningkatkan kualifikasi dan kompetensi Pekerja dalam
memahami dan menerapkan proteksi dan keselamatan
terhadap bahan kimia mela1uipendidikan dan pelatihan;
k) melakukan sosialisasi berkaitan dengan bahaya faktor
kimia dan pengelolaannya keseluruh Pekerja yang bekerja
menggunakan bahan kimia;
1) me1aksanakan pemantauan kesehatan bagi Pekerja yang
bekerja menggunakan bahan kimia; dan
m) menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan area
kerja.
i. Pengelo1aanFaktor Biologi
Pengelo1aan faktor bio1ogi di1aksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengo1ahan darr/ atau Pemurnian, dan IPR me1akukan
antisipasi dan pengenalan bahaya terkait faktor bio1ogi,baik
-73-

yang berasal dari mikro organisme maupun makro organisme


pada setiap area kerja.
2) evaluasi
pengukuran dan penilaian dilaksanakan secara berkala yang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten atau dilakukan oleh pihak lain yang sudah
terakreditasi. Tata cara pengukuran faktor biologi; peralatan
dan metoda analisis yang dipakai; waktu dan kekerapan
pengukuran; tempat pengukuran dilaksanakan; dan nilai
persyaratan faktor biologi mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan atau standar yang diakui.
3) pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian dan paling sedikit mencakup:
a) melakukan program pemberantasan dan kontrol
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi;
b) melakukan pengendalian terhadap vektor penyakit;
c) menyediakan:
(1) fasilitas dan/atau peralatan yang sesuai dengan sifat
dan risiko untuk setiap faktor biologi di area kerja;
(2) perlengkapan proteksi faktor biologi sesuai dengan
sifat dan risiko untuk setiap faktor biologi di area
kerja; dan
(3) vaksin, obat-obatan, dan perlengkapan medis yang
disesuaikan dengan faktor biologi di area kerja.
d) menyediakan rambu keselamatan sesuai dengan bahaya
faktor biologi di area kerja;
e) meningkatkan kualifikasi dan kompetensi Pekerja dalam
memahami dan menerapkan proteksi dan keselamatan
terhadap bahaya faktor biologi melalui pendidikan dan
pelatihan;
fJ melakukan sosialisasi berkaitan dengan bahaya faktor
biologi dan pengelolaannya ke seluruh Pekerja; dan
-74-

g) menyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan area


kerja.
J. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Kerja
Pengelolaan kebersihan lingkungan kerja dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1) antisipasi dan pengenalan
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR melakukan
antisipasi dan pengenalan bahaya akibat pengelolaan
kebersihan lingkungan kerja yang kurang optimal pada setiap
area kerja.
2) evaluasi
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR melakukan
pemantauan dan evaluasi kebersihan lingkungan kerja secara
berkala.
3) pengendalian
pengendalian dilakukan paling sedikit mencakup:
a) melakukan pemilihan proses dan/ atau peralatan yang
menghasilkan paling sedikit limbah, buangan, atau
material sisa ketika digunakan;
b) melakukan pemilahan terhadap barang dan material, dan
membuang yang sudah tidak digunakan;
c) menempatkan barang dan material berdasarkan sifat,
ukuran, dan kegunaannya;
d) melakukan upaya daur ulang;
e) menjalankan program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
dan Rajin) dan melakukan perekaman kegiatan 5R;
f) menyediakan rambu himbauan untuk pengelolaan
kebersihan lingkungan kerja; dan
g) membuat peraturan perusahaan atau tata kerja baku
dalam mengelola kebersihan lingkungan kerja di setiap
area kerja.
-75-

E. Pelaksanaan Keselamatan Operasi Pertambangan dan Pengolahan danj atau


Pemurnian Mineral dan Batubara
1. Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaanj Perawatan Saran a, Prasarana,
Instalasi, dan Peralatan Pertambangan
Pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian, dan IPR membuat sistem dan melaksanakan
pemeliharaanjperawatan saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan untuk menjamin kegiatan operasional berjalan dengan
aman, efisien dan efektif. Perencanaan tersebut dibuat dan dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di bidang
Keselamatan Operasi, dan ditetapkan oleh KTTatau PTLdengan paling
sedikit meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. membuat daftar saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan.
Oaftar sarana, prasarana, instalasi, danj atau peralatan
Pertambangan yang disusun paling sedikit meliputi:
1) peralatan, paling sedikit meliputi:
(a) alat berat untuk pemindah tanah mekanis;
(b) alat penunjang Pertambangan;
(c) alat pemetaan dan pemantauan kestabilan lereng;
(d) kendaraan untuk mobilisasi karyawan dan barang;
(e) pesawat angkat danjatau angkut;
(f) peralatan perkakas tangan; dan
(g) peralatan listrik,
2) instalasi, paling sedikit meliputi:
(a) instalasi ban berjalan;
(b) instalasi listrik;
(c) instalasi pneumatic danjatau hydraulic;
(d) instalasi bahan bakar cair;
(e) instalasi air;
(f) instalasi komunikasi;
(g) instalasi proteksi kebakaran; dan
(h) instalasi gas,
-76-

3) bangunan, paling sedikit meliputi:


(a) bangunan kantor;
(b) bengkel (workshop);
(e) bangunan genset;
(d) gudang penyimpanan (warehouse);
(e) bangunan tempat pembuangan sampah;
[f] tangki timbun;
(g) bangunan tempat ibadah;
(h) bangunan klinik;
(i) jembatan;
(j) menara telekomunikasi;
(k) menara penyalur petir;
(l) kolam pengendap (settling pond);
(m) mess (camp) dan bangunan pendukung;
(n) ruang kendali (control room);
(0) washing plant;
(P) fuel station;
(q) jalan tambang;
(r) stockpile; dan
(s) kolam pengelolaan air limbah;
b. mengidentifikasi jenis dan karakteristik atas pemeliharaan atau
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan.
Identifikasi jenis dan karakteristik atau tingkat risiko dilakukan
untuk pereneanaan pemeliharaan dan perawatan terhadap
saran a, prasarana, instalasi, dari/ atau peralatan Pertambangan
yang akan digunakan;
c. menyusun dan menetapkan prosedur pemeliharaan atau
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan/ atau peralatan
Pertambangan berdasarkan hasil identifikasi jenis dan
karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan;
d. mereneanakan program dan jadwal pemeliharaan atau perawatan
saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan
berdasarkan hasil identifikasi jenis dan karakteristik atau tingkat
risiko sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan;
-77-

Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan lPR paling sedikit
melakukan hal-hal sebagai berikut.
1) melakukan identifikasi dan pendaftaran sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan;
2) melakukan kajian yang mengaeu pada aspek Keselamatan
Pertambangan, manual instruction atau original equipment
manufacture atau produsen peralatan asli, dan pengalaman
pengoperasian sebelumnya;
3) menentukan klasifikasi tingkat criticality saran a, prasarana,
instalasi, dan peralatan sebagai dasar penetapan prioritas,
frekuensi, dan ketersediaan suku eadang; dan
4) menyusun rene ana implementasi program meliputi jadwal,
hasil pemeriksaan dan pengujian, penyelidikan, evaluasi dan
analisis pemeliharaan dan perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan
e. melaksanakan program pemeliharaan Zperawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan yang sudah
ditetapkan.
Apabila program pemeliharaan dan perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan I atau peralatan Pertambangan yang sudah
ditetapkan tidak dilakukan sesuai dengan jadwalnya, maka
dilakukan kajian oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi;
f. melakukan evaluasi hasil pelaksanaan pemeliharaan atau
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertamban gan.
Pelaksanaan evaluasi terhadap hasil rekaman data dan hasil
pelaksanaan pemeliharaan atau perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan I atau peralatan Pertambangan dilakukan
bersamaan dengan uji kesiapan sebelum sarana, prasarana,
instalasi, dan/ atau peralatan Pertambangan dioperasikan; dan
-78-

g. melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi dan peningkatan


kinerja pemeliharaarr/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan.
Pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, dan IPR melakukan inspeksi dan/ atau
monitoring sarana, prasarana, instalasi, dan/ atau peralatan berupa
program untuk mengidentifikasi potensi kerusakan awal, serta
menetapkan mekanisme pelaporan internal terhadap potensi
kerusakan dan I atau kerusakan beserta pelaksanaan tindak lanjutnya.
2. Pengamanan Instalasi
Pemegang IUP, IUPK, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian melaksanakan pengamanan instalasi
dengan paling sedikit melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. membuat daftar instalasi;
b. mengidentifikasi kebutuhan pengaman atas instalasi;
c. menyusun dan menetapkan prosedur pengamanan instalasi;
d. menyusun dan menetapkan desain pengamanan instalasi;
e. menyusun dan menetapkan prosedur proses pemasangan
instalasi;
f. menyusun dan menetapkan prosedur pemeliharaan pengamanan
instalasi; dan
g. menerapkan, memantau dan mengevaluasi sistem pengamanan
instalasi oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di
bidang Keselamatan Operasi;

3. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di Bidang


Keselamatan Operasi
Dalam menyusun dan menetapkan prosedur, membuat program dan
jadwal, serta melaksanakan pengujian kelayakan, pengamanan dan
pemeliharaan terhadap sarana, prasarana, instalasi dan peralatan
Pertambangan dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
-79-

4. Kelayakan Saran a, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan


Pernegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pernurnian, dan IPR rnernastikan keselarnatan operasi
saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertarnban gan. Kelayakan
operas! dipastikan rnelalui pengujian dan perneliharaan sarana,
prasarana, instalasi, serta peralatan Pertarnban gan, yang paling sedikit
rneliputi:
a. Kelayakan Peralatan dan Instalasi
kelayakan peralatan dan instalasi dilakukan rnelalui perneriksaan
keselarnatan operasi terhadap bejana tekan dan sejenisnya,
pesawat angkat danjatau an gkut, peralatan listrik, peralatan
putar, pipa penyalur, tangki timbun, katup pengaman, tanur
(smelter).
Kelayakan peralatan dan instalasi paling sedikit rneliputi:
1) perencanaan dan fabrikasi instalasi paling sedikit dengan
ketentuan:
a) pernbangunan dan konstruksi instalasi rnengacu pada
standar nasional Indonesia atau standar internasional
yang diakui.
b) instalasi yang telah selesai dibangun dilengkapi data
desain, dokurnen dan gambar terpasang dan standar
operasional prosedur untuk instalasi tersebut.
c) instalasi yang dibangun dan dipasang sesuai dengan
peruntukannya.
d) apabila instalasi rnengalarni perubahan, rnaka dilakukan
perneriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian
terhadap standar, fungsi, keselarnatan operasi, dan
spesifikasi yang berlaku.
e) sernua peralatan danjatau instalasi yang dapat
rnenirnbulkan kernungkinan terjadinya arus listrik yang
diakibatkan oleh petir, arus liar, rnuatan statis dan
sebagainya dilengkapi dengan sistern untuk
rneniadakannya.
f) instalasi dan peralatan yang dibuat khusus dan bukan
rnerupakan produksi rnassal, perneriksaan keselamatan
operasi terhadap instalasi dan peralatan tersebut dapat
dilakukan di ternpat pernbuatan.
-80-

g) semua komponen dan peralatan yang sudah layak


operasi diberi label atau tanda.
2) pengoperasian peralatan dan/ atau instalasi paling sedikit
dengan ketentuan:
a) diawali dengan pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan oleh tim ahli internal perusahaan yang
kompeten atau perusahaan jasa inspeksi teknis
terakreditasi yang mempunyai Izin Usaha Jasa
Pertambangan yang ditunjuk oleh KIT atau PTL, dan
selanjutnya hasil uji kelayakan tersebut disampaikan
kepada KalT atau Kepala Dinas atas nama Kal'Tsesuai
dengan kewenangannya.
b) menggunakan Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten untuk mengoperasikan, memelihara,
menginspeksi, dan memperbaiki peralatan dan instalasi.
c) melengkapi instalasi dan peralatan dengan piranti
pengaman atau safety device yang sesuai.
d) menerapkan aturan area terbatas atau restricted area
dan terlarang, serta memasang rambu-rambu tanda
bahaya dan peringatan pada sekitar area instalasi dan
peralatan dengan pertimbangan nilai risiko keselamatan.
e) melakukan pemeriksaan dan pengujian kelayakan
instalasi dilakukan secara berkala dalam 1 (satu) kali
setiap 5 (lima)tahun untuk mendapatkan sertifikasi.
f) melakukan pemeriksaan dan pengujian kelayakan
peralatan berlaku maksimum 3 (tiga) tahun untuk
didapatkan sertifikasi sesuai hasil pemeriksaan, dan
dilakukan pemeriksaan secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali setiap 1 (satu) tahun oleh KIT atau PTL.
g) selain melakukan pemeriksaan dan pengujian untuk
sertifikasi sebagaimana dimaksud huruf e) pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR dapat
melakukan pemeriksaan dan pengujian berdasarkan
tingkat risiko dengan ketentuan.
-81-

(1) mempertimbangkan tingkat risiko pengoperasian


masing-masing peralatan serta pengaruh ke
instalasi secara keseluruhan.
(2) perusahaan yang akan melaksanakan konsep
program pemeriksaan dan pengujian berbasis risiko
memenuhi ketentuan paling sedikit sebagai berikut:
(a) ruang lingkup, pelaksanaan, dan hasil program
ini ditetapkan oleh KTT atau PTL melalui
pengawas teknis yang ditunjuk.
(b) pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh
KIT atau PTL atau pihak lain yang kompeten
atau berkemampuan yang ditunjuk oleh KTT
atau PTL.
(c) menggunakan stan dar dan spesifikasi teknis
yang dijadikan acuan untuk sistem, peralatan,
instrumentasi, kompetensi Pekerja, prosedur
sebagai dasar dalam mengelola risiko.
(d) KIT atau PTLmelakukan evaluasi pelaksanaan
program ini secara berkala untuk meyakinkan
keselamatan operasi peralatan, jika operasi
yang berisiko tinggi, maka disampaikan ke
KalTatau Kepala Dinas atas nama KaITsesuai
dengan kewenangannya.
(3) dalam melaksanakan konsep program pemeriksaan
dan pengujian berbasis risiko maka perusahaan
menilai risiko sesuai standar nasional Indonesia
atau standar internasional paling sedikit meliputi:
(a) identifikasi bahaya terhadap peralatan;
(b) penilaian risiko atas kemungkinan dan
konsekuensi kegagalan atau kecelakaan;
(c) upaya mencegah danl atau mengurangi risiko;
(d) pengendalian risiko sampai pada batasan yang
dapat diterima;
-82-

(e) metode dan teknik yang digunakan pada


program pemeriksaan dan pengujian berbasis
risiko ini mengacu standar nasional Indonesia
ataupun internasional yang berlaku; dan
(f) kriteria yang tidak ada dalam standar dapat
menggunakan praktik-praktik terbaik (best
practice) atau pengalaman pada industri yang
dapat diterima,
h) pemeriksaan keselamatan operasi terhadap peralatan
dan instalasi dilakukan paling sedikit pada tahap:
(1) akan dipasang atau didirikan;
(2) sedang dipasang atau didirikan; dan/ atau
(3) telah dipasang atau didirikan.
Dalam rangka mengevaluasi kelayakan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan, KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaIT sesuai dengan kewenangannya dapat
meminta KIT atau PTL untuk melakukan presentasi
darr/atau menugaskan IT untuk melakukan verifikasi
lapangan.
3) terhadap peralatan yang dibuat berdasarkan pesanan dan
bukan produksi massal, Pemegang IUP, IUPK, dan IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian menyampaikan dokumen teknis peralatan
tersebut yang telah dievaluasi oleh perusahaan jasa inspeksi
teknik kepada KaITatau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
dengan kewenangannya.
4) pembongkaran instalasi berupa pekerjaan pelepasan dan
pemotongan sebagian atau keseluruhan instalasi yang sudah
tidak dipergunakan serta pemindahanypengangkutan hasil
pembongkaran ke lokasi yang telah ditentukan paling sedikit
dengan ketentuan:
a) pembongkaran instalasi dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi yang sesuai dengan standar
nasional Indonesia atau standar internasional dan
-83-

kaidah keteknikan serta memenuhi aspek keselamatan


operasi Pertambangan; dan
b) evaluasi dan kajian teknis sebelum melaksanakan
pembongkaran oleh KTTatau PTLyang memenuhi aspek
keselamatan operasi Pertambangan.
5) perhitungan sisa umur pakai terhadap peralatan paling
sedikit dengan ketentuan:
a) KIT atau PTL melakukan perhitungan sisa umur pakai
terhadap peralatan yang akan digunakan, termasuk
peralatan yang tidak memiliki data manufaktur.
Hasil perhitungan sisa umur pakai digunakan untuk
menentukan masa pakai peralatan, termasuk jika
peralatan telah melewati masa umur pakai dengan
menggunakan spesifikasi material yang terendah atau
melakukan uji mechanical properties atau chemical
material.
b) penilaian sisa umur pakai peralatan ini paling sedikit
meliputi:
(1) pengumpulan data teknis, riwayat pengoperasian,
pemeliharaan, dan data teknis manufaktur serta
kondisi operasi terakhir;
(2) pengujian dengan menggunakan metode tertentu
sesuai dengan kondisi peralatan yang akan diuji,
untuk mengetahui kondisi terkini peralatan;
(3) melakukan perhitungan rekayasa sisa umur pakai
atau dengan metode lain yang sesuai dengan
standar nasional Indonesia atau standar
internasional yang berlaku; dan
(4) menetapkan metode dan frekuensi pemeriksaan dan
pengujian yang akan dilakukan selama sisa umur
pakai peralatan.
b. Kelayakan Instalasi Kelistrikan
Pemeriksaan, pengujian, pemeliharaan, dan perawatan terhadap
instalasi kelistrikan, paling sedikit dilakukan:
-84-

1) rencana pemeriksaan, pengujian, pemeliharaan dan


perawatan instalasi listrik yang dibuat oleh ahli listrik untuk
menjarnin semua instalasi listrik selalu beroperasi dengan
aman dan rencana tersebut ditetapkan oleh KIT atau PTL.
2) instalasi listrik dipastikan diuji oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten sesuai standar kompetensi
kerja nasional Indonesia dengan mempertimbangkan
kompleksitas operasional. Pengujian dilakukan secara
berkala sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat peralatan
listrik atau kebutuhan kehandalan instalasi listrik tersebut.
Hasil pengujiannya dicatat dalam buku listrik.
3) setiap perubahan pada instalasi dicatat dalarn buku listrik
dan pada bagan instalasi listrik.
Keselarnatan instalasi kelistrikan paling sedikit meliputi:
1) pembumian dan/ atau tindakan pencegahan lain, paling
sedikit dengan ketentuan:
a) tindakan pencegahan dipastikan dilakukan, baik dengan
cara pembumian maupun dengan cara lain untuk
mencegah bahaya yang timbul apabila bagian konduktif
terbuka dari sistem menjadi bertegangan akibat
kesalahan penggunaan sistem atau kegagalan isolasi.
b) bagian konduktif dari suatu sirkuit dibumikan atau
dihubungkan ke suatu titik pembumian yang
kemungkinan dapat menimbulkan bahaya karena terjadi
gangguan dari/ atau terputusnya hubungan ke titik
tumpu pembumian, maka bagian konduktif tersebut
terbebas dari benda apapun.
c) hubungan pembumian utama dari sistem pembumian
dirancang oleh ahli listrik, dan dipastikan mempunyai
kapasitas yang cukup serta dengan resistan yang
rendah. Apabila menggunakan hubungan pembumian
berganda dipastikan dihubungkan satu sama lain
dengan potensial yang sarna.
-85-

d) tahanan pembumian diperiksa paling sedikit setiap 6


(enam) bulan.
2) peralatan listrik dan permesinan, paling sedikit dengan
ketentuan:
a) semua instalasi listrik memenuhi ketentuan peraturan
yang ditetapkan dari peraturan umum instalasi listrik.
b) bagan sistem kelistrikan tegangan tinggi dan reneana
pengembangan lengkap dengan keterangan terinci untuk
setiap usaha Pertambangan disampaikan kepada KTT
atau PTL dan setiap perubahan dan penambahan yang
dilakukan dilaporkan sesuai dengan keadaannya.
c) setiap peralatan listrik di permukaan tanah yang
dikendalikan atau berada dalam sirkuit yang sama
dengan peralatan yang ada di bawah tanah, mematu hi
persyaratan dalam peraturan kelistrikan di bawah
tanah.
d) peralatan listrik yaitu peralatan yang membangkit,
mentransmisi, mendistribusi, dan mengendalikan sistem
tenaga listrik, meliputi unit power generator; unit power
transformer; unit switchgear; unit motor control center.
Peralatan listrik tersebut dipastikan dilakukan uji
kelayakan seeara berkala. KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT sesuai dengan kewenangannya dapat
meminta KTT atau PTL untuk melakukan presentasi
dan Zatau menugaskan IT untuk melakukan verifikasi
lapangan.
e) Pemeriksaan teknis peralatan listrik meliputi penelaahan
dokumen standar yang digunakan dan pemeriksaan
fisik.
3) orang yang bertugas dan bertanggung jawab, paling sedikit
dengan ketentuan:
a) pekerjaan listrik hanya boleh dilakukan oleh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten dengan
-86-

mempertimbangkan kompleksitas operasional tentang


listrik.
b) semua pekerjaan listrik, diawasi oleh seorang pengawas
teknis yang kompeten atau berkemampuan dengan
mempertimbangkan kompleksitas operasional dan
ditunjuk oleh KIT atau PTL sebagai pengawas teknis
listrik serta dipastikan dicatat dalam buku tambang.
Pengawas teknis tersebut mempunyai tanggung jawab
dan tanggung gugat pada masalah keselamatan
kelistrikan di Pertambangan dan memiliki wewenang
untuk menghentikan kegiatan atau jalannya operasi
ditemukan melihat risiko keselamatan listrik yang dapat
menyebabkan cidera.
c) KIT atau PTL dapat mendelegasikan kepada pengawas
teknis listrik untuk tugas pengawasan dengan membuat
surat penunjukkan kepada orang yang kompeten atau
berkemampuan dengan mempertimbangkan
kompleksitas operasional di lokasi tersebut.
d) perbaikan atau pekerjaan lain pada peralatan
bertegangan rendah seperti pemasangan kabel yang
bermuatan listrik berada di bawah pengawasan orang
yang kompeten atau berkemampuan dan memakai alat
pelindung diri serta peralatan keselamatan yang sesuai.
4) sistem kerja dan alat yang aman, paling sedikit dengan
ketentuan:
a) pekerjaan pada atau dekat dengan hantaran listrik
terbuka yang bertegangan mengikuti pedoman cara kerja
yang aman dibuat oleh KIT atau PTL.
b) semua sistem kelistrikan sesuai dengan konstruksi yang
memenuhi persyaratan, sehingga dapat mencegah
bahaya yang timbul ketika menggunakannya dan selalu
dirawat sehingga kondisinya tetap aman.
-87-

c) setiap kegiatan, terrnasuk perneliharaan dari sistern atau


pekerjaan yang dekat dengan sistern dilakukan dengan
baik untuk rnenghindari bahaya.
d) setiap alat pengaman yang disediakan untuk rnernenuhi
peraturan ini sesuai dengan penggunaannya, selalu
dalam kondisi terawat dan dapat berfungsi sesuai
peruntukannya.
e) alat listrik dalam kondisi terlindung dari:
(1) kerusakan rnekanis;
(2) pengaruh cuaca, bahaya alarn, suhu, atau tekanan;
(3) pengaruh basah, kotor, debu atau kondisi yang
korosif; dan/ atau
(4) zat yang rnudah rnenyala atau rneledak terrnasuk
debu, uap yang rnengandung gas terrnasuk
explosive gas.
5) penyakelaran atau switching, paling sedikit dengan
ketentuan:
a) penyakelaran pernbebasan arus dan tegangan dilakukan
sesuai dengan rencana penyakelaran yang telah dibuat
dan dilakukan oleh ahli listrik dan dibawah pengawas
operasional dan pengawas teknis.
b) apabila lokasi pekerjaan di luar jangkuan pengamatan
operator gardu induk rnaka ada kornunikasi antara
pengawas operasional, operator gardu induk dan
pengawas teknis pekerjaan.
c) tindakan pencegahan dilakukan, baik dengan cara
pernbumian rnaupun dengan cara lain untuk rnencegah
bahaya yang timbul apabila bagian konduktif terbuka
dari sistern rnenjadi bertegangan akibat kesalahan
penggunaan sistern atau kegagalan isolasi.
d) bagian konduktif dari suatu sirkuit diburnikan atau
dihubungkan ke suatu titik pernburnian yang
kernungkinan dapat rnenirnbulkan bahaya karena terjadi
gangguan dari/ atau terputusnya hubungan ke titik
turnpu pernbumian, rnaka bagian konduktif tersebut
terbebas dari benda apapun.
e) hubungan pernburnian utama dari sistern pernburnian
dirancang oleh ahli listrik dan rnernpunyai kapasitas
-88-

yang cukup serta dengan tahanan (resistant) yang


rendah. Apabila menggunakan hubungan pembumian
berganda, maka dihubungkan satu sarna lain dengan
potensial yang sarna.
f) tahanan pembumian diperiksa paling sedikit 1 (satu) kali
setiap 6 (enarn)bulan.
6) pengarnanan terhadap petir, paling sedikit dengan ketentuan:
a) untuk mendapatkan efek proteksi yang baik dari
arrester, maka arrester dibumikan melalui penghantar
pembumian yang sependek-pendeknya, dan dengan
resistans pembumian sekecil mungkin.
b) alat peredarn arus petir dipasang pada bagian ujung dari
semua hantaran listrik yang masuk ke tarnbang bawah
tanah.
c) apabila diperlukan instalasi listrik, maka dilengkapi
dengan penangkal petir dengan kapasitas yang cukup
untuk keselarnatan.
d) pada sistem sirkuit listrik dan telepon di permukaan
yang dihubungkan dengan sistem bawah tanah,
penangkal petir dipasang dengan jarak maksimal 80
(delapan puluh) meter dari jalan masuk ke tarnbang
bawah tanah.
e) hubungan dari setiap penghantar pembumian penangkal
petir supaya dipisahkan dari setiap sistem pembumian
lainnya di tarnbang dengan jarak minimum 3 (tiga)meter
di udara dan minimum 15 (lima belas) meter di dalarn
tanah.
f) pemasangan instalasi penangkal petir dilakukan oleh
instalatur yang kompeten dan telah mendapat
pengesahan dari KIT atau PTL.
g) instalasi penangkal petir diperiksa dan diuji:
(1) sebelum penyerahan instalasi penyalur petir;
-89-

(2) setelah ada perubahan atau perbaikan suatu


bangunan dan atau instalasi penyalur petir;
dan Zatau
(3) setiap 6 (enam) bulan atau setiap setelah terjadi
petir yang hebat.
h) pemeriksaan dan pengujian instalasi petir dilakukan
oleh orang yang kompeten atau perusahaan jasa
inspeksi teknis.
i) setiap instalasi penangkal petir dan bagian-bagiannya
selalu dipelihara agar dapat bekerja dengan aman dan
memenuhi syarat.
j) dalam hal pengaruh elektrolisa dan korosi tidak dapat
dicegah maka semua bagian instalasi dibalut dengan
timah atau eara lain yang sama atau memperbaharui
bagian-bagiannya dalam waktu tertentu.
k) pemasangan penerima pada atap yang bukan logam
menjamin bahwa seluruh luas atap yang bersangkutan
termasuk dalam daerah perlindungan.
7) baterai paling sedikit memiliki ketentuan:
a) baterai mempunyai kapasitas untuk dapat
mempertahankan power supply ketika power supply
utama padam untuk waktu minimum 1 (satu) jam.
b) untuk baterai yang tidak dimasukan ke dalam kotak
atau yang tidak ditempatkan dalam ruang khusus,
terminal baterai ditutup dengan penutup dari bahan
isolasi dan tahan karat.
e) ruang sekitar baterai dipastikan eukup sehingga seluruh
keperluan pemeliharaan seperti penambahan air baterai,
pemeriksaan berat jenis elektrolit dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya,
d) baterai ditaruh di tempat yang sejuk, kering dan
mempunyai ventilasi eukup.
e) ruang pengisian baterai, paling sedikit meliputi:
-90-

(1) mempunyai ventilasi dengan aliran udara yang


cukup untuk mencegah akumulasi gas hidrogen;
(2) terbebas dari penggunaan api terbuka pada ruang
pengisian baterai;
(3) tanda larangan merokok atau menggunakan nyala
api terbuka dipasang secara jelas pada ruang
pengisian baterai; dan
(4) peralatan listrik sedapat mungkin tidak dipasang
pada ruang pengisian baterai.
f) isolasi dan pengamanan penghantar listrik, pada semua
penghantar listrik dalam instalasi listrik yang dapat
menimbulkan bahaya, paling sedikit dengan ketentuan:
(1) terbalut dengan bahan isolasi dan terlindung
sepenuhnya; atau
(2) ditempatkan atau dilindungi dengan baik untuk
mencegah bahaya.
g) apabila penghantar listrik sukar untuk dipasang
pelindung secara sendiri-sendiri misalnya bangku
resistans (resistance banks), maka dibuatkan pagar
pengaman gabungan yang terbuat dari logam dan pagar
tersebut dihubungkan dengan sistem pembumian
dengan baik sehingga kemungkinan bersentuhan
dengan bagian yang bertegangan dapat dicegah.
8) setiap sambungan dalam sistem dibuat dengan baik agar
penggunaannya mudah, baik secara mekanis maupun
elektris dan tidak akan menimbulkan bahaya dalam kondisi
normal.
9) pengaman arus lebih paling sedikit dengan ketentuan:
a) setiap instalasi listrik dilengkapi dengan peralatan
pengaman yang efisien dan tepat penempatannya.
b) kabel treli yang menyalurkan arus listrik ke peralatan
yang bergerak dilengkapi dengan pengaman tersendiri
terhadap muatan berkelebihan atau hubungan pendek.
-91-

10) sarana pemutus arus dan pemisah pengaman paling sedikit


dengan ketentuan:
a) alat pengarnan yang sesuai untuk pemutus arus listrik
ke dan dari setiap peralatan listrik, yang dapat
memutuskan hubungan peralatan listrik dari setiap
sumber tenaga listrik, dan termasuk cara kerja yang
sesuai untuk mengidentifikasi sirkuit tersebut.
b) tindakan pengamanan yang sesuai untuk mencegah
bahaya juga dilakukan pada peralatan listrik yang juga
menjadi sumber tenaga listrik.
c) selain sakelar pemutus arus, setiap peralatan listrik
dilengkapi dengan alat pemisah pengaman arus sendiri
yang lokasinya dekat dengan peralatan tersebut. Pada
sisi tegangan tinggi maupun tegangan rendah dari
transformator mempunyai alat pemisah pengarnan arus
tersendiri.
d) larnpu atau peralatan listrik kecil lainnya yang
menggunakan sekring tunggal yang kapasitasnya tidak
lebih dari 10 ampere dapat dilindungi keseluruhannya
dengan sebuah sakelar.
e) gardu utarna dan semua gardu penting yang ada di
permukaan atau gardu yang mengendalikan sirkuit di
bawah tanah dihubungkan satu sarna lain dengan
telepon.
f) setiap pencabangan pada sistem kelistrikan dipasang
sakelar pemisah sehingga bagian cabang dapat
dipisahkan tersendiri dari sistem utarna.
g) pada tarnbang bawah tanah yang mendapat arus listrik
dari sumber di permukaan, maka sakelar utarna untuk
memutuskan arus ke bawah tanah tersedia di
permukaan.
h) alat komunikasi pada tambang bawah tanah tetap dapat
berfungsi saat sakelar utarna digunakan untuk
memutus arus.
-92-

11) tindakan pencegahan mengerjakan peralatan listrik yang


telah dimatikan pada saat sebelum mengerjakan atau bekerja
di dekat peralatan listrik yang sudah dimatikan dilakukan
paling sedikit dengan ketentuan:
a) melakukan penggembokan di titik-titik isolasi energi
yang benar (gagang, sakelar utama);
b) melakukan test for dead (pengujian untuk memastikan
tegangan listrik sudah mati); dan
c) bilamana pekerjaan tersebut menyentuh konduktor
terbuka atau ada kemungkinan back feed maka
dipasang pengaman pembumian (safety grounding).
12) ruang kerja, jalan masuk, dan lampu penerangan paling
sedikit dengan ketentuan:
a) ruang kerja dan jalan masuk disediakan penerangan
yang cukup termasuk pada daerah sekitar alat listrik
yang sedang dikerjakan.
b) setiap peralatan listrik yang permanen ditempatkan
dalam ruangan tertutup atau ruangan yang memadai,
kecuali ada ketentuan lain yang ditetapkan oleh KaIT
atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
kewenangannya.
c) peralatan listrik terlindungi dari tetesan atau rembesan
air.
d) dalam ruangan yang terdapat debu batubara, semua
mesin listrik dan peralatan listrik dilindungi dengan
tutup kedap debu sesuai dengan tingkat bahaya atau
sesuai dengan standar nasional Indonesia.
13) penandaan pada alat listrik paling sedikit dengan ketentuan:
a) semua pesawat dan peralatan listrik dilengkapi dengan
keterangan yang ditulis pada label yang dapat dibaca
dan tahan lama yang menunjukkan daya, tegangan,
arus, nama pabrik pembuat, jenis, dan nomor seri.
-93-

b) khusus untuk motor listrik selain menunjukkan daya,


tegangan, arus, nama pabrik pembuat, jenis, dan nomor
seri juga menunjukkan kecepatan putar per menit.
14) diagram sirkuit paling sedikit dengan ketentuan:
a) skema diagram dari sirkuit pada semua sistem yang
dioperasikan di Pertambangan dengan tegangan listrik
lebih dari 300 volt (250 volt untuk di bawah tanah) ,
dibuat dan skema tersebut dapat menunjukkan setiap
tempat alat pengaman yang dipasang.
b) seluruh skema disimpan di kantor tambang dan setiap
saat dapat dilihat oleh pengawas teknis atau orang yang
berkepentingan.
c) salinan dari skema diagram yang ada hubungannya
dengan pemakaian sakelar induk yang lebih dari 300
volt (250 volt untuk dibawah tanah) ditempelkan di
tempat sakelar induk.
15) lokomotiflistrik paling sedikit dengan ketentuan:
a) pen gaman lebur atau alat pengaman lainnya pada setiap
lokomotif listrik dan pemberi arus, dalam keadaan baik
dan diperiksa secara berkala oleh petugas yang namanya
didaftarkan dalam buku tambang.
b) menyetel alat pemutus arus otomatis sesuai dengan
ketentuan pabrik pembuatnya.
c) lokomotif hanya dapat ditinggalkan tanpa pengawas,
apabila kunci sakelar dan tangkai kendali telah diambil
dari penghubung arus dan dilepas. Apabila
menggunakan stop kontak, maka alat tersebut
dipastikan dilepaskan dari kotak kontaknya.
d) sirkuit yang arusnya bersumber dari kawat treli
dipastikan dihubungkan dengan aman ke sirkuit
pembumian.
16) pengaman hantaran udara paling sedikit dengan ketentuan:
a) jarak antara tanah dengan hantaran udara tidak boleh
kurang dari:
-94-

(1) 5,8 (lima koma delapan) meter memotong jalan


umum dan jalan biasa atau 5,0 (lima koma noll
meter untuk lainnya berlaku untuk tegangan
sampai dengan 300 volt arus bolak-balik (600 volt
arus searah); dan
(2) 6 (enam) meter memotong jalan umum dan 5,8
(lima koma delapan) meter untuk lainnya berlaku
untuk tegangan sampai dengan 300 volt arus bolak-
balik (600 volt arus searah).
b) tanda peringatan atau portal pengaman dipasang pada
hantaran udara yang memotong jalan angkut dan
dipasang tidak kurang dari 12 (dua belas) meter dari
kawatjhantaran listrik terdekat pada setiap arah yang
menuju tempat tersebut.
c) pekerjaan penggalian, penimbunan atau pekerjaan
pemindahan tanah dalam jarak 25 (dua puluh lima)
meter dari setiap hantaran listrik, kabel trelijkabel yang
ditanam, hanya dapat dilakukan apabila arus listrik
hantaran tersebut telah diputuskan, atau KIT atau PTL
telah mengizinkan.
17) lampu penerangan umum paling sedikit dengan ketentuan:
a) apabila pada suatu tempat tidak mendapatkan cukup
cahaya matahari, tempat tersebut dilengkapi dengan
lampu penerangan.
b) lampu penerangan beserta dengan perlengkapannya
dirawat dan dibersihkan secara teratur.
18) pemakai lampu terbuka hanya digunakan di tempat yang
bebas dari debu, gas, uap, atau bahan-bahan lain yang
mudah menyala atau terbakar.
19) lampu darurat paling sedikit dengan ketentuan:
a) pada tempat-tempat seperti ruang permesinan, mulut
lubang, tempat pemuatan, pembongkaran dan
sebagainya, yang tanpa cahaya menimbulkan bahaya,
disediakan lampu darurat dalam jumlah yang cukup.
-95-

b) IT dapat menetapkan ketentuan tentang pengadaan


lampu tambahan atau lampu darurat pada setiap
tempat.
20) lampu portabel dalam jumlah yang cukup disediakan untuk
tujuan pemeriksaan dan pengujian pada tempat-tempat yang
lampu penerangannya tidak tersedia.
21) alat sinar laser, x-ray, dan alat radiasi lainnya paling sedikit
dengan ketentuan:
a) petugas yang kompeten membuat dan menetapkan cara
yang aman untuk penggunaan alat sinar laser,
x-ray, dan alat radiasi lainnya.
b) penggunaan alat sinar laser, x-ray, dan alat radiasi
lainnya di tambang mengikuti ketentuan pada lembaga
yang berwenang.
c) setiap alat radiasi agar dilengkapi dengan tanda
peringatan yang jelas.
22) tanda peringatan paling sedikit dengan ketentuan:
a) pada tempat kerja yang ada peralatan listrik permanen
selain kabel listrik, kontak sambung, sakelar kendali
jauh, telepon dan alat sinyal dipasang pemberitahuan
yang jelas dan dimengerti Pekerja, mencakup:
(1) tata cara menolong orang yang terkena sengatan
listrik paling sedikit meliputi cara melepaskan
orang dari sengatan listrik dengan aman dan
resusitasi jantung paru.
(2) pemberitahuan yang menggambarkan petunjuk
pada waktu kebakaran.
(3) pemberitahuan tentang larangan setiap orang
menangani atau menyentuh peralatan listrik
kecuali orang yang berwenang.
b) tanda peringatan tentang peralatan yang digerakkan
secara otomatis dan tanda yang menunjukkan tempat
telepon atau alat komunikasi lainnya dipasang.
-96-

c) peralatan listrik termasuk kotak sambungan kabel yang


bertegangan lebih dari 1.200 volt diberi tanda yang jelas
dan menggambarkan tegangan yang dipakai pada
peralatan tersebut.
d) tanda larangan membawa api terbuka dipasang pada
pintu ruang pengecasan baterai atau charging station.
e) sakelar dan pemutus daya untuk peralatan diberi label
yang jelas yang menunjukkan peralatan yang
dikendalikan atau dilindungi oleh sakelar dan pemutus
arus tersebut dan tidak berlaku untuk sakelar lampu,
sakelar pengendali ban pengangkut, dan sakelar
pengendali sinyal alat tersebut.
f) tanda peringatan dibuat dari bahan yang tahan lama,
dipasang pada tempat yang mudah terlihat, dan dirawat
dengan baik.
c. Kelayakan Instalasi Peralatan Hidrolikdan Pneumatik
Kelayakan instalasi peralatan hidrolik dan pneumatik paling
sedikit dengan ketentuan:
1) tangki penampungan atau reservoir sistem hidrolik dilengkapi
dengan indikasi level oli, suhu dan tekanan yang dapat
terlihatjelas serta tidak boleh melebihi standar pabrik
pembuatnya.
2) pemasangan hidrolik dilengkapi dengan pengaman terhadap
bahaya kebakaran dan terdapat gambar rangkaian hidrolik
yang menjelaskan fungsi dan cara kerja dengan
menggunakan simbol yang standar.
3) selang penyalur tenaga ke sistem dilengkapi dengan
pengaman
4) terdapat titik isolasi yang dapat digunakan untuk mematikan
tenaga hidrolik dan terpasang di dekat sistem hidrolik
tersebut.
5) control panel pneumatik terpasang regulator dan air filter
yang dapat dikunci.
-97-

d. Kelayakan Instalasi Komunikasi


Kelayakan instalasi komunikasi paling sedikit dengan ketentuan:
1) pekerjaan instalasi komunikasi dilakukan oleh orang yang
memiliki kemampuan atau kompeten.
2) dilengkapi dengan penangkal petir pada saluran antena.
3) radio dipastikan ditempatkan pada kendaraan atau unit
dengan posisi tidak menghalangi pandangan pengemudi dan
mudah dijangkau.
4) Kekuatan daya panear mengikuti ketentuan yang berlaku.
e. Kelayakan Perkakas
Kelayakan perkakas paling sedikit meliputi:
1) perkakas tangan paling sedikit dengan ketentuan:
a) tidak menggunakan perkakas tangan listrik yang
mempunyai tegangan lebih dari 125 volt arus searah dan
220 volt bolak-balik di tambang.
b) perkakas tangan disimpan dalam ruangan tertentu atau
tool room.
e) perkakas tangan yang akan digunakan diperiksa atau
diuji dan layak untuk digunakan.
d) perkakas tangan bisa dilakukan modifikasi jika sudah
melalui tahap penilaian risiko yang disetujui oleh KIT
atau PTL.
e) setiap penggunaan perkakas tangan menggunakan alat
pelindung diri yang disesuaikan dengan risiko yang
timbul dari jenis perkakas tangan yang dipakai.
f) perkakas tangan konvensional yang akan digunakan
paling sedikit:
(1) kondisinya layak digunakan;
(2) sesuai dengan peruntukkannya; dan
(3) dioperasikan dengan benar,
g) perkakas tangan listrik, pneumatik, motor bakar dan
hidrolik yang akan digunakan paling sedikit:
(1) kondisinya layak digunakan;
(2) dipasang pengaman;
-98-

(3) sesuai dengan peruntukkannya; dan


(4) dioperasikan dengan benar.
2) perkakas tangan bertenaga listrik paling sedikit dengan
ketentuan:
a) perkakas tangan bertenaga listrik berikut perangkatnya
diperiksa dan diuji serta diberi label secara berkala oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten. Hasil
pemeriksaan dicatat dengan rapi.
b) perkakas tangan bertenaga listrik dirawat oleh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten dan
penggantian suku cadang sesuai dengan standar pabrik
pembuat.
3) perkakas tangan bertenaga hidrolik atau pneumatik
a) perkakas tangan bertenaga pneumatik menggunakan
regulator untuk mengatur suplai udarajtekanan udara
yang dibutuhkan serta udara yang digunakan dipastikan
tidak mengandung air dan debu.
b) perkakas tangan bertenaga pneumatik atau hidrolik
dirawat oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dan penggantian suku cadang sesuai
dengan standar pabrik pembuat.
c) perkakas pneumatik atau hidrolik dihubungkan ke
suplai energi dengan benar dengan dilengkapi klem
pengunci sesuai dengan potensi energi yg dibutuhkan,
serta dipasang tali pengikat pada selang tersebut untuk
mencegah ayunan yang tidak terkendali.
4) perkakas tangan bertenaga motor bakar paling sedikit dengan
ketentuan:
a) perkakas tangan yang menggunakan tenaga motor bakar
tidak boleh digunakan di ruang terbatas kecuali bila
ruangan tersebut dilengkapi dengan ventilasi udara yang
memadai.
b) perkakas tangan bertenaga motor bakar dirawat oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten dan
-99-

penggantian suku cadang sesuai dengan standar pabrik


pembuat.
c) penggunaan mesin perkakas bertenaga motor bakar
mempertimbangkan risiko yang muncul dan diberikan
pengendaliannya.
d) perkakas tangan bertenaga motor bakar, jika sudah
dalam kondisi tenaga atau sumber energinya tidak
memadai maka tidak digunakan.
f. Kelayakan Operasi Ban Berjalan (conveyor)
Kelayakan operasi ban berjalan (conveyor) meliputi:
1) ban berjalan di tunnel paling sedikit dengan ketentuan:
a) penggunaan ban berjalan atau conveyor hanya untuk
keperluan produksi.
b) ban berjalan atau conveyor yang digunakan untuk
mengangkut orang perlu mendapat persetujuan KIT
atau PTLdan menyampaikan laporan hasil kajian teknis
kepada KalT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya.
c) berjalan di sepanjang ban berjalan atau conveyor
diizinkan hanya untuk pekerjaan perawatan dan ban
berjalan tersebut telah dimatikan dan dikunci sumber
arusnya.
d) menyeberangi ban berjalan yang sedang bergerak
diizinkan pada tempat yang telah ditentukan. Apabila
panjang conveyor melebihi dari 500 meter, maka dapat
dilengkapi dengan jembatan penyeberangan dengan
jarak minimum 250 (dua ratus lima puluh) meter yang
dilengkapi dengan pegangan tangan pada sisi kiri dan
kanan.
e) area conveyor di dalam tunnel dijaga kebersihannya dari
tumpahan batubara dan debu.
f] setiap ban berjalan yang dioperasikan dilengkapi dengan
tali darurat pada lokasi yang mudah dijangkau
sepanjang ban berjalan, yang fungsinya dapat
menghentikan ban berjalan apabila ditarik.
-100-

g) apabila ban berjalan dioperasikan dengan alat kendali


jauh atau secara otomatis, maka ban berjalan tersebut
beroperasi secara berurutan dari ujung pengirim ke
ujung penerima dari sistem tersebut dan setiap ban
berjalan dilengkapi dengan alat pemberi peringatan
sebelum dioperasikan.
h) pemeriksaan dan perawatan minimum convenyor di
tunnel dilakukan mengacu kepada standar periodik
perawatan dan pemeliharaan dari pabrik pembuat.
i) konsentrasi gas-gas berbahaya dan beracun yang
terdapat di tunnel dipastikan konsentrasinya di bawah
ambang batas sehingga aman, kemudian akumulasi
debu yang mudah terbakar dijaga seminimal mungkin
untuk mencegah kebakaran.
j) ban berjalan yang ada di dalam tunnel dilengkapi dengan
sistern pengendalian kebakaran otomatis dan
tersertifikasi oleh pihak independen yang berkompeten.
2) ban berjalan di permukaan paling sedikit dengan ketentuan:
a) penggunaan ban berjalan hanya untuk keperluan
produksi.
b) ban berjalan yang digunakan untuk mengangkut orang
perlu mendapat persetujuan KIT atau PTLdan laporan
hasil kajian teknis disampaikan kepada KalT atau
Kepala Dinas atas nama KalT sesuai kewenangannya.
c) apabila pada SISI jalan ban pengangkut digunakan
sebagai jalan lalu lintas, jalan tersebut diberi lampu
penerangan yang cukup dan dipagari untuk mencegah
akses yang tidak terkontrol ke ban berjalan. Lebar jalan
di sisi ban berjalan minimum 700 (tujuh ratus)
milimeter.
d) berjalan di sepanjang ban berjalan diizinkan untuk
pekerjaan perawatan dan ban berjalan tersebut telah
dimatikan dan dikunci sumber aru snya.
e) menyeberangi ban berjalan yang sedang bergerak
diizinkan pada tempat yang telah ditentukan.
-101-

Perlintasan kendaraan yang dilengkapi dengan pegangan


tangan disediakan dengan selang jarak paling jauh 500
(lima ratus) meter di sepanjang sistem ban berjalan
tersebut.
1) dalam kondisi dimana tersediajalan untuk kendaraan di
samping ban berjalan, selang jarak antar perlintasan
kendaraan paling jauh 1.000 (seribu) meter.
3) alat penghenti dalam keadaan darurat dan alat tanda
peringatan paling sedikit dengan ketentuan:
a) setiap ban berjalan yang dioperasikan dilengkapi dengan
tali darurat pada lokasi yang mudah dijangkau
sepanjang ban berjalan, yang fungsinya dapat
menghentikan ban berjalan apabila ditarik.
b) apabila panjang keseluruhan ban berjalan dapat terlihat,
baik dari tempat untuk menghidupkan, maka operator
melihat untuk memastikan bahwa semua orang berada
pada tempat yang aman sebelum ban berjalan
dioperasikan. Dalam hal ini, sistem peringatan bunyi
atau visual dipasang dan dibunyikan atau dinyalakan
sebelum ban berjalan dioperasikan.
c) apabila ban berjalan dioperasikan dengan alat kendali
jauh atau secara otomatis, maka ban berjalan tersebut
secara berurutan dari ujung pengirim ke ujung penerima
dari sistem tersebut dan setiap ban berjalan dilengkapi
dengan alat pemberi peringatan sebelum dioperasikan
dan dipasang tanda peringatan yang menjelaskan bahwa
ban berjalan dapat beroperasi secara otomatis
beroperasi.
d) semua alat kendali otomatis, tele-otomatis dan sistem
pengendali jarak jauh dilengkapi dengan alat yang dapat
saling mengunci untuk memutuskan arus apabila terjadi
kerusakan dalam pengoperasian.
e) area disekitar roda penggerak atau head pulley dan roda
pembalik atau tail pulley dari ban berjalan dilengkapi
dengan alat pemadam kebakaran.
-102-

4) pagar pengarnan paling sedikit dengan ketentuan:


a) roda penggerak (head pulley) dan roda pembalik (tail
pulley) dari ban berjalan dilengkapi pagar pengarnan
dengan tinggi minimum sarna dengan tinggi roda
penggerak atau roda pembalik.
b) ban berjalan yang tinggi diberi pagar pengarnan, apabila
tidak ada pengaman, orang yang masuk dibatasi hanya
untuk keperluan perawatan dan pembersihan.
c) konstruksi pengimbang berat atau counter weight dari
ban berjalan agar dilengkapi dengan pagar pengarnan.
d) pagar pengaman tidak boleh dilepas pada saat ban
berjalan dalarn keadaan beroperasi.
5) pemeliharaan dan perawatan paling sedikit dengan
ketentuan:
a) mengungkit ban berjalan yang sedang beroperasi
diizinkan jika alat tersebut dilengkapi dengan
pengungkit mekanis.
b) memasang ban pada roda penggerak yang sedang
beroperasi dengan tangan diizinkan pada ban yang
bergerak larnbat, khususnya yang dirancang
pemasangannya dengan tangan.
c) sarana pelumasan jarak jauh agar disediakan dan tidak
diperbolehkan membersihkan roda dan ban berjalan
dengan tangan apabila ban tersebut sedang beroperasi.
d) melumasi bagian yang berputar dengan tangan yang
sedang beroperasi diizinkan hanya dengan
menggunakan pelumasan jarak jauh.
e) pembersihan di bagian bawah dari ban berjalan yang
sedang beroperasi diizinkan apabila telah dipasang
pagar pengarnan.
f) perusahaan menetapkan metode dan jadwal
pemeriksaan dan pemeliharaan berkala pada sistem ban
berjalan.
-103-

g) rekaman atau catatan pemeliharaan dicatat dengan baik


sehingga dapat digunakan untuk analisis bila di
perlukan.
6) instalasi anjungan ban berjalan dan alat penyebar tanah
penutup atau spreader paling sedikit dengan ketentuan:
a) bagian dari instalasi anjungan ban berjalan, alat
penyebar tanah penutup, mesin gali beserta seluruh
tangga dan lantainya rutin dibersihkan sebelum
dimulainya gilir kerja.
b) instalasi anjungan ban berjalan dan alat penyebar tanah
penutup dilengkapi dengan instrumen pengukur, tombol
pengaman, sinyal dan alat komunikasi yang selalu
berfungsi dengan baik. Sebagai tambahan rem otomatis
maka undercarriage dilengkapi dengan rem tangan.
c) instalasi anjungan ban berjalan dan alat penyebar tanah
penutup dilengkapi dengan instrumen otomatis yang
mengukur kecepatan dan arah angin secara terus
menerus yang dihubungkan dengan sistem sinyal
keadaan darurat dan dengan sistem pengendali roda
atau rantai penyangga dari alat penyebar tanah
penutup.
d) jalur ban berjalan pada instalasi anjungan ban berjalan
dan alat penyebar tanah penutup dilengkapi dengan
lantai pijakan yang mempunyai pagar pengaman di
kedua sisinya. Setiap penyeimbang berat yang letaknya
dekat ke jalan atau jalur lalu lintas diberi pagar
pengaman secara efektif.
e) apabila alat penyebar tanah penutup, baik dari jenis
yang berjalan di atas tanah maupun di atas rel sedang
bergerak tidak diperkenankan kendaraan pengangkut,
mesin atau peralatan lainnya atau orang melintas di
kolongjembatan gantungnya.
f) instalasi anjungan ban berjalan tidak boleh dekat
dengan bangunan atau alat-alat tambang atau alat
-104-

angkut dalam jarak kurang dari 1 (satu) meter atau


beroperasi pada posisi di atas alat kerja tambang dan
alat angkut lainnya.
g) jarak tegak lurus antara ujung jembatan penumpah
pada instalasi anjungan ban berjalan dengan puncak
dari timbangan minimum 3 (tiga) meter. Untuk alat
penyebar tanah penutup dari jenis yang mempunyai ban
berjalan dengan jembatan gantung yang bergerak secara
berkala, jarak tersebut tidak kurang dari 1,5 (satu koma
lima) meter. Apabila terdapat tanda-tanda longsornya
timbunan, jembatan gantungnya segera dipindahkan
dari daerah bahaya tersebut.
h) pada saat cuaca buruk, badai, hujan lebat atau kabut,
jarak pandang kurang dari 25 (dua puluh lima) meter,
maka lalu lintas Pekerja atau pekerjaan pada instalasi
anjungan ban berjalan dihentikan. Menjalankan roda
atau rantai penyangga instalasi anjungan ban berjalan
tidak diperkenankan apabila roda atau rantai penyangga
tersebut terendam air.
i) pada saat melakukan perbaikan pada instalasi anjungan
ban berjalan, membongkar rem otomatis dan rem bawah
tanah secara bersamaan tidak diperkenankan.
7) konstruksi ban berjalan paling sedikit dengan ketentuan:
a) ban berjalan di desain sesuai kapasitas muat.
b) ban berjalan yang telah dilaksanakan pemeriksaan oleh
pihak independen yang kompeten yang ditunjuk oleh
KIT atau PTL.
g. Kelayakan Operasi Pipa Penyalur
Kelayakan operasi pipa penyalur meliputi:
1) persyaratan pemasangan pipa penyalur paling sedikit dengan
ketentuan:
a) pipa penyalur merupakan bentang pipa berikut fasilitas-
fasilitas terkait yang di luar pagar fasilitas instalasi atau
-105-

tidak terkontrol yang digunakan untuk mengalirkan dan


menyalurkan material.
b) persyaratan pemasangan pipa penyalur mengacu pada
standar nasional Indonesia atau standar International.
c) pembangunan pipa penyalur dilakukan dengan
penelaahan dokumen berupa lokasi, jadwal penyelesaian
pembangunan, spesifikasi perencanaan, spesifikasi
prosedur las dan rekaman kualifikasi prosedur serta
catatan kualifikasi unjuk kerja juru atau operator las,
prosedur reparasi, spesifikasi material yang digunakan,
prosedur pengoperasian dan pemeliharaan, prosedur
pembersihan dan pengeringan, serta data piranti
pengaman.
d) pipa penyalur dibuat setelah dilakukan penelaahan
terhadap:
(1) peta jalur bentang pipa penyalur;
(2) metode pelengkungan pipa di lokasi;
(3) beban pipa penyalur;
(4) perhitungan kekuatan pipa penyalur;
(5) perhitungan pengendalian korosi pada fasilitas
terkait dan sistem instrumentasi; dan
(6) data rencana operasi,
e) hasil rancang bangun pipa penyalur ini sebelum
dilakukan instalasi dilakukan pemeriksaan teknis oleh
pihak independen yang kompeten yang ditunjuk oleh
KTTatau PTL.
Commissioning pipa penyalur meliputi:
1) sebelum pipa penyalur dioperasikan, maka dilakukan
pemeriksaan fisik meliputi identifikasi material yang akan
digunakan, paling sedikit dengan ketentuan:
a) pemeriksaan lokasi jalur pipa penyalur untuk
memastikan klasifikasi area;
b) tipe konstruksi dari jarak aman yang tersedia;
c) pemeriksaan persiapan pengelasan dan kesamaan
-106-

sumbu serta kelurusan sambungan pipa;


d) pemeriksaan sistem penyangga pipa dan perparitan
untuk pipa bawah tanah;
e) penelaahan hasil uji tidak merusak (non destructive test);
f) kondisi dan rekaman hasil uji sistem pengendalian
korosi serta pemberat pipa (khusus pipa penyalur lepas
pantai);
g) pemeriksaan pelaksanaan pembersihan dan pengeringan
dalam pipa penyalur;
h) pemeriksaan kelengkapan piranti pengaman; dan
i) pemeriksaan pelaksanaan uji tekan dan kelengkapan
peralatan uji.
2) alat pengukur dan pencatat pipa penyalur dikalibrasi
sebelum digunakan.
3) sebelum dioperasikan pipa penyalur dilakukan pemeriksaan
dan pengujian teknis oleh pihak independen yang yang
kompeten dan ditunjuk KIT atau PTL.
4) pengoperasian pipa penyalur paling sedikit dengan
ketentuan:
a) KIT atau PTL menjamin bahwa pipa penyalur dalam
kondisi aman saat dioperasikan.
b) KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya dapat menugaskan IT untuk
mengevaluasi kembali kelayakan penggunaan instalasi
apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan pipa
penyalur tidak layak dan tidak aman untuk
dioperasikan.
5) pemeriksaan pipa penyalur dilakukan secara periodik oleh
KIT atau PTL dan/ atau perusahaan jasa yang ditunjuk,
mengacu kepada standar yang berlaku.
h. Kelayakan Bejana Tekan dan Katup Pengaman
Kelayakan bejana tekan dan katup pengaman paling sedikit
meliputi:
-107-

1) persyaratan bejana tekan


a) bejana tekan yang dimaksud dalam petunjuk teknis ini
merupakan bejana tekan yang termasuk dalam ruang
lingkup standar nasional Indonesia tentang bejana tekan
dengan volume lebih dari 60 (enam puluh) liter atau
tekanannya melebihi 150 (seratus lima puluh) Psi, tidak
termasuk botol-botol atau tabung angin, tabung LPG,
asetilen, tabung oksigen, dan tabung inert gas lainnya.
Penukar panas atau fin fan cooler termasuk dalam
kategori bejana tekan. Apabila terdapat hal yang belum
tercantum dalam standar nasional Indonesia, maka
perusahaan dapat mengajukan standar internasional
seperti american society of mechanical engineers section 8
(delapan) sebagai altematif lainnyaapabila terdapat hal
yang belum tercantum dalam standar nasional
Indonesia, maka perusahaan dapat mengajukan standar
internasional seperti american society of mechanical
engineers section 8 (delapan) sebagai alternatif lainnya.
b) apabila bejana tekan terbuat dari bahan non metallic,
maka KIT atau PTL menetapkan persyaratan
perhitungan desain, kelayakan konstruksi,
pengoperasian, dan pengujian terhadap bahan yang
dinyatakan aman yang diakui oleh KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaITsesuai dengan kewenangannya.
c) setiap bejana tekan dilengkapi dengan katup pengaman
yang sesuai.
d) bejana tekan diberi kode warna tertentu sesuai
peraturan dan perundangan, yang mengindikasikan
mayoritas isi dari bejana tekan.
e) pembuat bejana tekan memiliki kemampuan, peralatan,
workshop dan tenaga kerja yang memadai dan mengacu
pada standar nasional Indonesia atau standar
internasional.
-108-

f) kelistrikan yang mendukung beroperasinya bejana tekan


memenuhi ketentuan dalam stan dar nasional Indonesia
atau standar internasional.
g) uji hidrostatik dilakukan pada pemeriksaan pertama,
sedangkan pada pemeriksaan berkala hanya dilakukan
pengecekan fisik berupa pengukuran ketebalan dan
kebocoran. Dalam rangka mengevaluasi kelayakan
tersebut, KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
dengan kewenangannya dapat meminta KTT atau PTL
untuk melakukan presentasi danjatau menugaskan IT
untuk melakukan verifikasi lapangan.
h) KIT atau PTL memastikan bahwa bejana tekan dalam
kondisi aman saat dioperasikan.
i) KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya dapat menugaskan IT untuk
mengevaluasi kembali kelayakan penggunaan peralatan
apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan bejana
tekan tidak layak dan tidak aman un tuk dioperasikan.
2) katup pengaman paling sedikit dengan ketentuan:
a) katup pengaman dilakukan pemeriksaan teknis sebelum
digunakan. Pemeriksaan teknis meliputi penelaahan
dokumen, pemeriksaan fisik, pengujian, penyegelan dan
pelaporan.
b) persyaratan pengujian dan pemeriksaan katup
pengaman:
1) mengikuti standar;
2) sesuai rekomendasi pembuat; dan
3) dilakukan pemeriksaan dan pengujian teknis oleh
pihak independen,
c) katup pengaman yang tidak lulus uji tidak boleh
digunakan, sebelum dioperasikan, maka dilakukan
perbaikan dan diuji ulang.
-109-

d) katup pengaman yang telah diuji dan dinyatakan layak


operasi diberi segel pengaman oleh pihak independen
dan dicatat oleh KTTatau PTL.
e) KTT atau PTL memastikan bahwa katup pengaman
dalam kondisi aman saat dioperasikan.
3) kompresor paling sedikit dengan ketentuan:
a) udara yang diisap ke dalam kompresor diusahakan
bersih dan kering.
b) kompresor dilengkapi dengan saringan udara.
c) suhu udara tekan dalam kompresor tidak boleh lebih
tinggi dari 40 (empat puluh) derajat celcius di bawah
titik nyala dari minyak pelumas yang dipakai.
Termometer yang akurat dipasang pada tempat tersebut.
Apabila suhu udara tekan melebihi dari 40 (empat
puluh) derajat celcius atau ada kerusakan pada alat
pendinginnya, maka kompresor tersebut dihentikan oleh
petugasnya.
d) aliran udara tekan dari kompresor ke tempat pemakaian
dijaga dalam kondisi kering dan sedingin mungkin.
e) minyak pelumas kompresor dengan kualitas yang
bermutu tinggi dengan titik nyala lebih tinggi dari 200
(dua ratus) derajat celcius.
f) IT dapat mengambil conto (sampel) minyak pelumas
bekas dari kompresor untuk pengujian titik nyalanya,
dengan biaya Pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan
IPR yang bersangkutan.
4) konstruksi dan alat keselamatan bejana tekan paling sedikit
dengan ketentuan:
a) bejana udara yang bertekanan sangat tinggi, dipastikan
mempunyai faktor keamanan minimum 5 (lima) kali
tekanan maksimum yang diizinkan.
-110-

b) semua konstruksi pipa dan sambungannya dipastikan


selalu mampu menahan tekanan dan aliran udara.
c) pada setiap kompresor dan bejana dipastikan dipasang
perlengkapan pengaman untuk menjaga kestabilan pada
tekanan maksimum yang diizinkan. perlengkapan
tersebut meliputi pengukur tekanan, pengukur
temperatur dan keran pengaman yang dapat melepaskan
tekanan yang berlebihan.
d) KIT atau PTL menetapkan tekanan udara kerja
maksimum dan tertulis jelas pada setiap kompresor dan
bejana udara tekan.
5) pemeriksaan, pengujian, dan perbaikan
a) pemeriksaan, pengujian, dan perbaikan dilakukan setiap
tahun atau paling lama setiap 8000 (delapan ribu) jam
kerja, kompresor dipastikan diperiksa dan diperbaiki
bila perlu. Hasil pemeriksaan dan perbaikan dipastikan
dicatat dalam buku pencatatan yang telah disediakan
disertai pendapat atau saran hasil pemeriksaan.
b) sebelum dioperasikan pemeriksaan kompresor
dipastikan telah dilakukan oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten atau perusahaan jasa
inspeksi teknis yang ditunjuk dan disahkan oleh KTT
atau PTL dengan masa berlaku paling lama 3 tahun,
kecuali ditentukan lain, sebagai mana diatur dalam
interval waktu pemeriksaan dengan metode inspeksi
berdasarkan penilaian risiko.
c) bagian dalam kompresor yang digunakan untuk udara
tekan diperiksa dengan teliti paling lama 3 (tiga) tahun
sekali sesuai dengan standar nasional Indonesia atau
ketentuan lain yang ada hubungannya, berdasarkan
identifikasi kelayakannya kemampuan kompresor dapat
diuji dengan cara memberi air bertekanan ke dalamnya
-111-

berdasarkan standar nasional Indonesia yang berlaku


atau standar internasional yang berlaku.
d) setiap tahun atau paling lama setiap 8000 (delapan ribu)
jam kerja, kompresor dipastikan diperiksa dan bila perlu
diperbaiki. Hasil pemeriksaan dan perbaikan dipastikan
dicatat dalam buku yang disediakan berikut pendapat
atau saran.
e) sebelum dioperasikan kompresor dipastikan dilakukan
pemeriksaan oleh tenaga teknis internal atau
perusahaan jasa inspeksi teknis yang ditunjuk dan
disahkan oleh KIT atau PTLdengan masa berlaku paling
lama 3 tahun, kecuali ditentukan lain, sebagai mana
diatur dalam interval waktu pemeriksaan dengan metode
inspeksi berdasarkan penilaian risiko.
fJ bagian dalam kompresor yang digunakan untuk udara
tekan diatur dalam standar nasional Indonesia atau
ketentuan lain yang ada hubungannya dan diperiksa
dengan teliti paling lama 3 (tiga) tahun sekali. Apabila
diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan, kemampuan
kompresor diuji dengan cara memberi air bertekanan ke
dalamnya berdasarkan standar nasional Indonesia yang
berlaku atau standar intemasional yang berlaku.
g) pemeriksaan dan perigujian kelayakan peralatan
dilakukan secara berkala paling lama 3 (tiga) tahun.
Dalam rangka mengevaluasi kelayakan tersebut, KaIT
atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai kewenangan
dapat meminta KIT atau PTL untuk melakukan
presentasi dan/ atau menugaskan IT untuk melakukan
verifikasi lapangan.
h) KIT atau PTL melaporkan hasil pengujian tersebut
kepada KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangan.
-112-

1. Kelayakan Operasi Ketel Uap


Pemegang IUP, IUPK, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian memastikan semua peralatan,
sistem instalasi, dan penggunaan ketel uap pada usaha
Pertambangan telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
J. Kelayakan Operasi Peralatan Putar
Peralatan putar yang dimaksud adalah peralatan putar yang
mempunyai risiko tinggi berdasarkan identifikasi dari ukuran,
tekanan atau karakteristik operasi yang ditetapkan KIT atau PTL.
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR menjamin bahwa
peralatan putar dalam kondisi aman saat dioperasikan. Untuk
memastikan peralatan putar yang digunakan seperti unit pompa,
unit kompresor, dan penggeraknya telah memenuhi persyaratan
keselamatan, KIT atau PTL melakukan pemeriksaan teknis
dengan ketentuan paling sedikit meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) melakukan penilaian kesesuaian dengan pabrik pembuatnya;
2) melakukan penilaian fabrikasi dengan melaksanakan
penelaahan manufacture data record; dan
3) pelaksanaan dilakukan di lokasi pemasangan.
KIT atau PTL memastikan peralatan yang berfungsi
memindahkan atau memampatkan bahan berbahaya dan
beracun, mudah terbakar dan yang dapat mencemari lingkungan
telah mendapatkan uji kelayakan peralatan.
k. Kelayakan Operasi Pesawat Angkat dan/ atau Angkut
Kelayakan operasi pesawat angkat darr/atau angkut meliputi:
1) konstruksi, peralatan, dan pemancangan paling sedikit
dengan ketentuan:
a) setiap pesawat angkat dan/ atau angkut:
(1) dilengkapi dengan tanda bunyi dan lampu yang
dapat memperingatkan orang jika sedang bergerak.
(2) dilengkapi dengan alat-alat pengaman sesuar
dengan standar unit dan standar Pertambangan
-113-

terutama untuk unit yang bekerja dengan tenaga


listrik.
(3) dilengkapi dengan alat pengaman atau rem yang
efisien.
(4) dilengkapi dengan marking beban kerja yang aman
atau safety working load yang tertulis dengan jelas
pada alat angkat tersebut.
(5) dilengkapi dengan indikator beban dari
pabrikannya serta dipastikan dapat berfungsi
dengan baik.
(6) diberikan pelindung tambahan pada bagian atas
alat, jika pengangkatan beban melebihi dari
ketinggian kepala operator.
b) setiap pesawat angkat danjatau angkut yang akan
dibongkar maka pada saat dibangunjpasang kembali
KTTatau PTL menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten atau perusahaan jasa inspeksi teknis
untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian. Jika
tidak mengalami pembongkaran, maka cukup dilakukan
uji fungsi sebelum digunakan.
c) setiap rel atau jalur rel over head crane mempunyai
ukuran yang cukup, penempatan intalasi yang baik, dan
mempunyai permukaan jalur yang rata, serta dipelihara
dengan baik.
d) pemeriksaan dan pengujian kelayakan pesawat angkat
danjatau angkut dilakukan secara berkala paling lama 3
(tiga) tahun. Jika ditemukan ketidaksesuaian terhadap
spesifikasi, fungsi, dan pembebanan dari hasil uji
kelayakan, KalT atau Kepala Dinas atas nama Kal'I'
sesuai kewenangannya dapat meminta KTT atau PTL
untuk melakukan presentasi danjatau menugaskan IT
untuk melakukan verifikasi lapangan.
-114-

e) KIT atau PTL melaporkan hasil pengujian tersebut


kepada KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya.
f) persiapan dan pengoperasian pesawat angkat danj atau
angkut paling sedikit dengan ketentuan:
(1) tempat kerja untuk pesawat angkat danjatau
angkut dipastikan memenuhi daya dukung tanah,
diratakan, dan dibersihkan terkecuali untuk over
head crane;

(2) setiap pesawat angkat danj atau angkut diperiksa


oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten; dan
(3) setiap pengangkatan yang kritikal dibuat rencana
pengangkatan atau lifting plan oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten,
g) pesawat angkat danj atau angkut digunakan sesuai
dengan spesifikasi dari manufaktur.
h) apabila pesawat angkat danj atau angkut digunakan
untuk kegiatan pengangkatan di luar dari ketentuan
man ufaktur, maka KIT atau PTL memastikan terlebih
dahulu proses rekayasa teknik telah sesuai.
i) pesawat angkat danj atau angkut digunakan dengan
ketentuan:
(1) tidak membebani pesawat angkat danjatau angkut
melebihi beban kerja peralatan, kecuali untuk
maksud pengujian dan dilakukan oleh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten, apabila
pengujian dilakukan kurang dari kapasitasnya,
maka penentuan kapasitas pesawat angkat tersebut
mengacu pada kapasitas saat dilakukan pengujian;
(2) apabila untuk pengangkatan suatu beban
dibutuhkan lebih dari satu pesawat angkat, seorang
-115-

penanggung jawab ditunjuk khusus untuk


menjamin agar tidak ada pesawat angkat yang
dimuati melebihi beban kerjanya;
(3) tidak menyeret muatan dengan pesawat angkat
dan/ atau angkut untuk menghindari muatan
menggantung dan / atau mengayun;
(4) apabila alat penopang atau out rigger atau
stabilisator dipasang pada mobil pesawat angkat,
maka alat tersebut dipastikan terpasang dengan
kuat sewaktu mengangkat, berputar, atau
menurunkan muatan;
(5) pada saat muatan sedang diangkat, gerakan dari
pesawat angkat mengikuti aba-aba dari petugas
khusus;
(6) apabila isyarat bunyi atau isyarat gerak tidak dapat
digunakan, maka cara berkomunikasi antara
petugas khusus dan pengemudi dilakukan dengan
alat komunikasi radio;
(7) apabila over head crane yang dioperasikan dari
bawah, maka jalur jalan di lantai untuk operator
dibuat jelas dan dipastikan selalu bebas dari
rintangan;
(8) setiap pesawat angkat dioperasikan oleh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten yang
memiliki kartu operator yang dikeluarkan KTTatau
PTL;
(9) kartu operator diberikan setelah operator
dinyatakan lulus uji kompetensi oleh lembaga
sertifikasi profesi yang membidangi dan dibuktikan
dengan dimilikinya sertifikat hasil uji kompetensi;
dan
(10) Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
menetapkan pekerjaan pengangkatan tertentu yang
-116-

memerlukan bantuan juru ikat atau rigger


danjatau juru pandu.
j) dalam pengoperasian pesawat angkat danj atau angkut:
(1) tidak diperbolehkan mengangkat orang dengan
pesawat angkat atau naik di atas muatan yang
sedang dipindahkan kecuali dilakukan dengan
maksud untuk pemeriksaan danjatau pengujian,
kegiatan perawatan, dan perbaikan;
(2) tidak diperbolehkan berada pada radius perputaran
muatan dan dekat muatan yang tergantung; dan
(3) tidak diperbolehkan mengoperasikan pesawat
angkat danj atau angkut apabila kabel dereknya
terdapat kawat yang putus, aus, dan rusak, atau
terdapat kerusakan pada bagian lain yang secara
jelas menurunkan kekuatannya,
k) dalam pengoperasian pesawat angkat danj atau angkut
yang bekerja dekat hantaran listrik udara paling sedikit
dengan ketentuan:
(1) pelaksanaannya dipimpin oleh orang yang
bertanggung jawab mengawasi dengan berdiri di
tanah dan hanya boleh dilaksanakan pada slang
hari atau dalam keadaan cuaca yang baik;
(2) bagian dari pesawat angkat danj atau angkut
muatannya tidak diperbolehkan mendekati
hantaran listrik udara yang bertegangan lebih dekat
dari jarak sebagai berikut:

Tegangan kabel dalam Kilovolt Jarak Minimum


Sampai dengan 66 3,0 meter
Lebih dari 66 5,0 meter

(3) hantaran listrik udara hanya dapat melewati tempat


penyeberangan yang telah diizinkan, tiang pesawat
angkat atau jib diturunkan terlebih dahulu dan alat
pengendali pengangkat dikunci atau diikat untuk
-117-

mencegah tiangnya tidak disengaja bergerak


sewaktu pesawat angkat lewat di bawah hantaran
1istrikudara tersebut;
(4) apabila jalur pesawat angkat me1ewati hantaran
listrik udara pada suatu tempat se1ain dari tempat
penyeberangan yang diizinkan, pengemudi pesawat
angkat terlebih dahulu mendapatkan izin dari KIT
atau PTL;dan
(5) apabila tiang pesawat angkat menyentuh hantaran
listrik udara, pengemudi pesawat angkat tetap
berada di atas pesawat angkat, sampai tiang
pesawat angkat tersebut 1epas atau aliran listrik
diputus dan dipastikan tidak ada orang di atas
tanah yang menyentuh pesawat angkat tersebut.
1) setiap a1at bantu angkat dinyatakan layak operasi
apabila telah dilakukan pengujian secara berka1a
maksimal 3 (tiga) tahun dan diberi label yang disahkan
oleh KIT atau PTL dengan kode warna yang berbeda.
Pengujian dan pemeriksaan dilakukan oleh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten atau
perusahaan jasa inspeksi teknik yang ditunjuk.

5. Eva1uasiLaporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan


Kajian teknis di1akukan pada saat awal kegiatan atau sebelum
dimulainya kegiatan pertambangan. Apabila terjadi perubahan atau
modifikasi terhadap proses, sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan maka hasil evaluasinya disampaikan kepada
KaITI Kepa1aDinas atas nama KaIT.
Manajemen perubahan di1akukan apabi1a terjadi perubahan pada
saran a, prasarana, instaiasi, dan peralatan Pertambangan paling
sedikit me1iputi:
a. spesifikasi;
b. fungsi; dari/ atau
c. peralatan kese1amatan.
-118-

6. Keselamatan Bahan Peledak dan Peledakan


Keselamatan bahan peledak dan peledakan ketentuannya mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Keselamatan Fasilitas Pertambangan


Keselamatan fasilitas Pertambangan paling sedikit meliputi:
a. Gedung dan Bangunan
Fasilitas gedung dan bangunan paling sedikit meliputi:
1) keselamatan fasilitas gedung dan bangunan
keselamatan fasilitas gedung dan bangunan, paling sedikit
meliputi:
a) setiap gedung dan bangunan yang memiliki fungsi
hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya dan
fungsi khusus mengikuti ketentuan persyaratan
administrasi dan teknis gedung dan bangunan untuk
keselamatan gedung dan bangunan.
b) setiap gedung dan bangunan pada kegiatan usaha
Pertambangan dibangun dengan konstruksi yang kuat
dan kokoh, dengan memperhatikan kondisi alam seperti
gempa, banjir dan lain-lain serta dilakukan perawatan
secara berkala sehingga kondisinya tetap aman dan
memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan pada
gedung dan bangunan.
c) setiap gedung dan bangunan memilikijalan masuk atau
jalan lalu lintas yang aman untuk ke setiap tempat kerja
di dalam gedung dan bangunan.
d) apabila jalan masuk atau jalan lalu lintas terhalang oleh
rintangan seperti ban berjalan atau pipa, maka
disediakan sarana perlintasan permanen dengan
kontruksi yang sesuai.
e) setiap gedung dan bangunan dilengkapi dengan akses
pintu keluar darurat dan diberi tanda yang mudah
dilihat atau dibaca.
f) setiap gedung dan bangunan dilengkapi dengan
prosedur keadaan darurat dan sarana evakuasi yang
-119-

dikomunikasikan dan dipasang di tempat yang mudah


terlihat;
g) setiap area gedung dan bangunan memiliki tempat
untuk berkumpul darurat dan diberi tanda dengan jelas
serta mudah dijangkau.
h) setiap bagian dari gedung atau bangunan seperti atap
yang ringan, dan plafon yang tidak dapat menahan berat
badan para Pekerja yang melakukan perawatan, maka
dipasang tanda peringatan bahaya pada tempat yang
mudah terlihat dan disediakan alat keselamatan yang
sesuai untuk pekerjaan tersebut.
i) apabila ada kemungkinan dilakukan pekerjaan di area
gedung dan bangunan yang berpotensi menimbulkan
kejatuhan benda, maka dilakukan pengendalian
terhadap potensi kejatuhan, seperti pemasangan jaring
pengaman.
j) jalur-jalanj gang atau walkway di dalam pabrik
dibangun cukup lebar untuk memungkinkan orang
bergerak bebas dan dirawat dengan baik serta bebas dari
rintangan.
k) setiap bukaan di lantai atau permukaan lainnya di
dalam bangunan pabrik, yang digunakan Pekerja, agar:
(1) dilindungi dengan pagar pengaman dengan tinggi
minimum 1 (satu) meter; atau
(2) ditutup dengan papan yang rapat atau bahan lain
yang mampu menahan beban yang menekan
keatasnya.
Persyaratan teknis terkait gedung dan bangunan, paling
sedikit meliputi:
a) memiliki proteksi gedung, paling sedikit:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, dan lPR
melakukan pencegahan dan pengurangan potensi
-120-

kebakaran di lokasi kerja serta pengendalian


penyebaran asap dan gas berbahaya;
(2) setiap bangunan dilengkapi dengan alat pernadarn
dan/ atau sistern deteksi kebakaran yang
disesuaikan dengan peruntukan bangunan tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
(3) perneliharaan dan perawatan alat pernadarn
dan I atau sistern deteksi kebakaran dilakukan
seeara berkala agar sistern deteksi kebakaran
tersebut berfungsi dengan baik;
b) penyalur petir pada gedung dan bangunan paling
sedikit:
(1) dilengkapi dengan alat penyalur petir dan sesuai
dengan kaidah perlindungan petir. Instalasi
tersebut direneanakan, dibuat, dipasang dan
dipelihara sesuai dengan ketentuan kelayakan yang
berlaku;
(2) rnernenuhi standar atau kaidah perlindungan petir
yang rneliputi:
(a) Perlindungan seeara teknis;
(b) Ketahanan rnekanis; dan
(e) Ketahanan terhadap korosi.
e) jalan untuk rnenyelamatkan diri paling sedikit dengan
ketentuan:
(1) sernua bangunan dilengkapi dengan jalan untuk
rnenyelamatkan diri yang cukup, rnudah dilalui,
rnernpunyai hubungan kornunikasi yang rnudah
dengan ruangan-ruangan lainnya dan terpelihara
dengan baik, terrnasuk:
(a) tangga penyelamat diri dengan konstruksi
tahan api yang dilengkapi dengan pintu tahan
api pada setiap tingkat terrnasuk ruang bawah
tanah; dan
-121-

(b) tangga di luar gedung yang terbuat dari logam


atau bahan yang tidak dapat terbakar dan
dilengkapi dengan pegangan tangga, serta
lantai pada setiap tingkat yang langsung
berhubungan ke dalam bangunan melalui
pintu tahan api.
(2) ruangan, kamar, atau bagian dari bangunan yang
karena sifat dari peralatannya atau proses yang
berpotensi terjadi kebakaran atau keboeoran uap,
uap kimia, gas beraeun, atau bahaya-bahaya lain
yang serupa, maka bangunan tersebut dilengkapi
paling sedikit 2 (dua) pintu keluar dan letaknya
terpisah.
(3) jalan keluar dari suatu bangunan dan pintu
menuju ke pintu ruang tangga atau tahan asap
bebas dari segala rintangan dan selalu dalam
kondisi terbuka. Semua pintu membuka ke arah
jalan untuk menyelamatkan diri.
d) perlindungan terhadap kemungkinan terjatuh pada
gedung dan bangunan paling sedikit dengan ketentuan:
(1) pekerjaan yang dilakukan di ketinggian lebih dari
1,8 (satu koma delapan) meter dari lantai kerja
paling sedikit disediakan:
(a) tempat berpijak yang kokoh;
(b) pagar pengaman dan Zatau pegangan tangan;
(e) rambu peringatan; dan
(d) alat keselamatan,
(2) peraneah atau scaffold yang digunakan untuk
pekerjaan di ketinggian dipastikan layak untuk
digunakan serta pelana pengaman atau lantai
gantung memilikijangkar yang kuat.
e) jembatan kerja atau gantri pada gedung dan bangunan
paling sedikit dengan ketentuan:
-122-

(1) jembatan kerja dilengkapi dengan tempat berjalan


dengan lebar minimum 1 (satu) meter dan lantai
tersambung rapat tanpa rongga menganga.
(2) tempat berjalan yang tingginya lebih dari 1,5 meter
di atas lantai, disediakan pagar atau sandaran pada
sisi yang terbuka dan dilengkapi bingkai yang
tersambung rapat pada bagian lantai dengan tinggi
minimum 10 (sepuluh) sentimeter.
(3) jembatan kerja yang digunakan untuk jalan
angkutan dan jalan Pekerja, maka jalan tersebut
dibuat terpisah dan hanya petugas yang dapat
melalui jalan angkutan tersebut.
f) jalan bertangga (stainvay), jalan melalui lubang pada
lantai atau hatchways dan lubang pad a dinding (wall
opening) pada gedung dan bangunan paling sedikit
dengan ketentuan:
(1) jalan masuk bertangga pada lantai bangunan atau
jembatan kerja, dilengkapi pagar yang memiliki
pegangan tangan dan bingkai lantai ukuran
standar, atau dilengkapi dengan pintu yang
daunnya membuka ke atas sehingga aman pada
waktu terbuka.
(2) setiap jalan bertangga yang mempunyai empat atau
lebih anak tangga agar dilengkapi dengan pegangan
tangan dan bingkai lantai ukuran standar.
(3) jalan masuk ke lantai yang menjorok atau lantai
gantung, yang memungkinkan seseorang dapat
terjatuh setinggi lebih dari 1,2 (satu koma dual
meter, dilindungi dengan rantai palang, palang atau
pintu, dan dipasang papan peringatan.
(4) setiap anak tangga dalam satu tingkat memiliki
ketinggian dan lebar yang seragam.
g) penggunaan tangga portabel pada gedung dan bangunan
paling sedikit dengan ketentuan:
-123-

(1) tangga portabel hanya dapat dipergunakan sebagai


jalan sementara ke tempat kerja;
(2) tangga portabel tidak digunakan dalam posisi
horizontal, sebagai lantai kerja, tempat berjalan
atau panggung gantung;
(3) tangga portabel yang digunakan sesuai dengan
standar keselamatan dan dirawat serta diperiksa
secara berkala;
(4) tangga portabel didirikan pada landasan yang kuat
dan rata dan bersandar pada sandaran yang kuat
serta ujung atasnya menonjol minimum 1 (satu)
meter diatas lantai, kecuali dilengkapi dengan
pegangan pengaman atau tempat tang an berpegang.
Setiap tangga didirikan dengan aman untuk
mencegah tergelincir dan diikat pada ujung atas
dan bawahnya. Lantai sebelah atas dan bawah
tangga dalam kondisi bebas rintangan pada saat
tangga tersebut digunakan; dan
(5) tangga portabel segera disimpan setelah digunakan.
2) pemeliharaan dan perwatan fasilitas Gedung dan bangunan
pemeliharaan dan perawatan fasilitas gedung dan bangunan
paling sedikit melalui:
a) menjaga keandalan bangunan gedung beserta sarana
dan prasarana agar selalu layak fungsi; dan
b) perbaikan danl atau penggantian bagian bangunan
gedung, komponen, bahan bangunan, dari/ atau sarana
atau prasarana agar bangunan tetap layak fungsi.
b. Perbengkelan
KIT atau PTL memastikan fasilitas perbengkelan selalu dilakukan
pemeliharaan dan perawatan sehingga bengkel selalu dalam
keadaan bersih dan rapi agar tidak menimbulkan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan serta tidak mengganggu
atau mengotori lingkungan
1) pengaturan peralatan dan fasilitas paling sedikit meliputi:
a) tersedia ruang di antara mesin-rnesin, alat-alat mekanis,
bangku atau meja kerja dan alat-alat kerja lainnya yang
-124-

cukup lebar dan bebas dari rintangan agar Pekerja


mudah dan bebas bergerak;
b) setiap sisi jalan tangga dilengkapi paling sedikit 1 (satu)
pegangan tangan atau penopang yang kuat, dimana
untuk tangga portabel diikat atau dikaitkan dengan
aman;
c) lantai dengan lubang untuk jalan dan teras tangga diberi
bingkai dan pagar dengan tinggi minimum 90 (sembilan
puluh) sentimeter;
d) geladak dan jalan tangga bebas dari rintangan atau
benda yang licin untuk mencegah bahaya;
e) wadah tetap Zpermanen yang terbuka dan bak yang
berisi zat cair panas atau berbahaya dibatasi dengan
tirai atau pagar dengan tinggi minimum 1,5 (satu koma
lima) meter dan diberi tanda peringatan yang jelas
tentang adanya bahaya; dan
f) tersedia tanda demarkasi, saluran drainase, dan alat
penunjang yang ergonomis,
2) tindakan pencegahan terhadap kebakaran atau ledakan
paling sedikit dengan ketentuan:
a) penggunaan api di area perbengkelan dibatasi hanya
pada tempat yang memerlukan api sesuai dengan sifat
pekerjaannya;
b) kain yang berlumuran minyak atau zat cair lainnnya
yang mudah terbakar agar ditempatkan secara teratur
pada tempat yang aman;
c) wadah yang digunakan untuk menyimpan zat cair yang
mudah menyala konstruksinya bersifat tahan api,
kapasitasnya tidak boleh lebih dari 20 (dua puluh) liter,
dan paling banyak 10 (sepuluh) wadah di dalam sebuah
bengkel;
d) ruangan bengkel yang digunakan untuk pekerjaan yang
dapat menimbulkan bahaya peledakan, maka ruangan
tersebut dan ruangan lain yang berhubungan dengannya
-125-

bebas dari api atau nyala api terbuka, mempunyai


ventilasi yang baik dan bebas asap rokok, bebas material
yang dapat menimbulkan api di dalam bengkel, hanya
boleh diterangi dengan lampu kedap gas, nyala api
terbuka atau lampu yang bukan kedap gas;
e) barang dan bahan yang disimpan dalam bengkel diatur
dengan rapi sehingga tersedia jalan bebas rintangan
untuk menyelamatkan diri bila terjadi keadaan darurat;
dan
f) setiap bengkel dilengkapi dengan alat pemadam api yang
sesuai dengan jumlah yang cukup,
3) tindakan pengamanan terhadap gas dan uap berbahaya,
paling sedikit dengan ketentuan:
a) bengkel dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik
untuk mengencerkan atau mengeluarkan gas dan uap
berbahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan
Pekerja; dan
b) sebelum dilakukan pekerjaan di dalam ruang kerja yang
berpotensi mengandung gas dan uap berbahaya, ruang
kerja dimaksud telah dilakukan pemeriksaan
keselamatan,
4) peralatan pengaman dalam perbengkelan paling sedikit
dilakukan dengan cara:
a) memasang peralatan pengaman pada bagian yang
bergerak dari mesin dan alat transmisi yang berisiko
terhadap keselamatan Pekerja;
b) bagian yang berputar dari mesin yang mempunyai
putaran tinggi ditutup dengan aman dimana putaran
mesin tersebut tidak boleh melebihi putaran yang telah
ditetapkan untuk mesin tersebut;
c) memastikan alat berfungsi dengan baik dengan
melengkapi dan mengisi lembar pemeriksaan sebelum
menggunakan peralatan;
-126-

d) memakai kacamata pengaman bagi Pekerja yang:


(1) menjalankan mesin yang dapat menimbulkan
bunga api atau percikan pecahan logam; dan/ atau
(2) melakukan pekerjaan yang menimbulkan cahaya
yang menyilaukan dan merusak mata,
5) penggunaan mesin penggerak paling sedikit dilakukan
dengan cara:
a) ketika mesin penggerak dihidupkan, diberikan isyarat
peringatan yang jelas kepada semua Pekerja yang
mungkin terkena bahaya;
b) mesin yang dapat hidup secara otomatis dilengkapi
dengan isyarat peringatan yang berbunyi atau tanda
bahaya;
c) memastikan alat berfungsi dengan baik sebelum mesin
penggerak dihidupkan dengan melengkapi dan mengisi
lembar pemeriksaan;
d) apabila jarak antara mesin penggerak dan tempat
mengendalikan mesin penggerak tersebut cukup jauh,
maka emergency stop dipasang di tempat yang mudah
dijangkau agar setiap orang dapat dengan segera
menghentikan mesin penggerak apabila sewaktu-waktu
diperlukan; dan
e) mesin penggerak termasuk bagian-bagiannya serta gigi
transmisi (working gear) dari suatu peralatan dipasang
dan dijangkarkan dengan kuat pada pondasi yang kokoh
serta dirawat dengan baik,
6) mesin gerinda yang digunakan, paling sedikit meliputi:
a) batu gerinda paling sedikit:
(1) dilengkapi dengan cmcm pengaman sewaktu
dipasang;
(2) dilindungi dengan tutup-pengaman; dan
(3) dilengkapi dengan kaca-perisai,
b) ukuran, dan bentuk batu gerinda yang digunakan sesuai
dengan spesifikasi mesin gerinda;
-127-

c) spesifikasi putaran maksimum (rotation per minute) batu


gerinda yang digunakan lebih besar dari spesifikasi
putaran maksimum (rotation per minute) mesin gerinda;
d) pengguna mesin gerinda memakai kacamata pengaman
atau pelindung wajah yang sesuai; dan
e) penyimpanan batu gerinda sesuai dengan tata cara dari
pabrikan,
7) pekerjaan pengecatan paling sedikit dengan cara:
a) ruangan atau tempat pekerjaan pengecatan dibuat
tertutup dan mempunyai sistem ventilasi yang baik
dengan menggunakan kipas atau alat penghisap;
b) lampu penerangan dan alat listrik yang digunakan di
bengkel pengecatan dibuat kedap udara;
c) Pekerja memakai masker atau alat pelindung diri lainnya
sesuai dengan yang tertera dalam lembar data
keselamatan bahan material yang digunakan; dan
d) pekerjaan pengecatan untuk pemeliharaan yang
dilakukan di tempat terbuka menggunakan alat
pelindung diri dan dilengkapi tanda pengaman serta
tidak mencemari lingkungan,
8) ketentuan pada bengkel pandai besi, paling sedikit meliputi:
a) dilakukan pemeriksaan setiap akhir gilir kerja pada
bengkel pandai besi dan sekitarnya untuk memastikan
tidak adanya bara api yang berpotensi menimbulkan
kebakaran;
b) peralatan pemanas ditempatkan dengan aman untuk
mencegah potensi kebakaran apabila timbul panas
berlebihan;
c) dilengkapi dengan ventilasi udara untuk mencegah
akumulasi hasil pembakaran;
d) alat pelindung terhadap percikan api disediakan pada
tempat yang mudah dijangkau; dan
-128-

e) pekerjaan yang dilakukan di bengkel pandai besi


menggunakan alat pelindung diri berupa baju kerja
tahan api serta alat pelindung diri yang sesuai,
khusus untuk bengkel padai besi di tambang bawah tanah,
juga meliputi:
a) berada di atas permukaan tanah dengan jarak minimum
60 (enam puluh) meter dari jalan masuk ke tambang
dalam dan instalasi kipas angin yang digunakan pada
jalan mas uk udara;
b) dilengkapi dengan alat penghisap udara pada dapur
bakar dan diberi ventilasi untuk mencegah akumulasi
hasil pembakaran;
9) pekerjaan dengan alat las, paling sedikit dengan ketentuan:
a) juru las memiliki kualifikasi sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
b) pengelasan pada benda kerja yang dapat menyebabkan
risiko tinggi dilengkapi dengan welding procedure
specification dan procedure qualification record. Pekerjaan
yang memerlukan welding procedure specification dan
procedure qualification record paling sedikit terhadap:
(1) bejana tekan;
(2) tangki timbun;
(3) pipa penyalur bertekanan; dan
(4) girder dan penyangga pesawat angkat atau girder,
c) setiap pekerjaan atau kegiatan pengelasan
menggunakan alat keselamatan kerja dan alat pelindung
diri yang sesuai dengan pekerjaannya.
d) pekerjaan las atau memotong yang menimbulkan uap
logam cair berbahaya, maka disediakan sistem ventilasi
yang cukup atau orang yang terpapar terhadap uap
logam cair tersebut memakai alat pelindung pernapasan
yang sesuai atau respirator.
e) tirai atau alat pengaman sinar las terpasang pada setiap
pekerjaan atau kegiatan pengelasan.
-129-

f) tersedia alat pemadam api yang sesuai di tempat


sewaktu melakukan kegiatan pengelasan atau
pemotongan.
g) pekerjaan pengelasan, pemotongan, atau pemanasan
logam dilakukan dengan memperhatikan jarak aman
terhadap bahan yang mudah terbakar atau yang mudah
menyala atau terdapat gas yang mudah terbakar.
h) upaya pencegahan pada waktu mengelas, memotong
atau memanaskan logam, nyala api atau bunga api agar
memperhatikan jarak aman terhadap tabung, keran
pengatur, dan selangnya.
i) setelah selesai mengelas atau memotong, katup tabung
gasj oksigen segera ditutup dan tekanan pada sistem
keran pengatur, selang, serta tangkai las dibuang
(release pressure) .
j) KIT atau PTL atau orang yang ditunjuk mengeluarkan
izin untuk pekerjaan pengelasan atau pemotongan
sesuai dengan hasil risk assestment.
k) pemeriksaan awal dilakukan sebelum pekerjaan dimulai
yaitu mengelas, memotong, atau menggunakan panas
dengan api terbuka pada pipa-pipa atau wadah bekas
zat cair mudah menyala atau terbakar serta zat padat
mudah menyala atau terbakar, maka pipa atau wadah
tersebut:
(1) dikeringkan, diberi ventilasi dan dibersihkan dari
sisa bahan yang mudah menyala atau terbakar;
(2) dibuka tutupnya untuk mencegah timbulnya
tekanan selama terkena panas;
(3) diisi dengan gas yang tidak mempunyai sifat kimia
yang aktif atau inert gas atau air apabila
memungkinkan; dan
(4) diperiksa dulu apakah bebas dari gas mudah
menyala dengan alat deteksi sebelum
mengerjakannya dan secara berkala sewaktu
dikerjakan,
-130-

10) kegiatan pengelasan dengan gas bertekanan atau gas yang


dicairkan seperti oksigen, asetilen, atau propan, paling
sedikit dilakukan dengan cara:
a) setiap tabung gas ditangani dengan hati-hati, tidak boleh
terjatuh, atau berbenturan satu sama lain, dan
dilindungi terhadap panas atau dingin yang berlebihan;
b) tabung gas disimpan dengan hati-hati dan diikat dengan
kuat agar tidak terjatuh dan disimpan berjauhan dengan
sumber api atau dengan bahan yang mudah terbakar
lainnya terutama oli dan gemuk;
c) tabung gas yang berisi dan kosong disimpan secara
terpisah dan yang kosong diberi tanda sesuai dengan
urutan penerimaannya;
d) tabung gas atau oksigen bertekanan, keran pengatur,
selang, dan alat tabung lainnya, dipastikan selalu dalam
dalam keadaan bersih dan dijauhkan dari oli, minyak,
gemuk atau bahan yang mudah terbakar;
e) kegiatan pengangkatan atau pemindahan tabung gas
dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat
khusus yang disediakan dan tidak digeser atau
digulingkan;
f) pemindahan tabung gas dengan derek, dilakukan
dengan menggunakan geladak gantung yang aman;
g) tutup pengaman keran ditutup dengan kencang
termasuk saat dipindahkan apabila tidak digunakan;
h) tabung gas hanya dapat digunakan, apabila tabung
tersebut dilengkapi dengan alat pengaman yang
diperlukan, terutama keran pengatur tekanan dan alat
pembaca beda tekanan (pressure gauge);
i) keran tutup pengaman tidak boleh diarahkan kepada
seseorang sebelum memasang keran pengatur tekanan
atau setelah membuka tutup pengaman keran;
j) sebelum keran dibuka, maka dilakukan pembersihan
dari kotoran dan debu. Keran pada posisi tertutup
-131-

sebelum dibuka pada keran pengatur tekanan,


meskipun tabung dalam keadaan kosong. Keran dibuka
dengan pelan-pelan menggunakan kunci khusus dan
kuneinya selalu digantung pada tabung selama bekerja;
k) semua sistem pekerjaan las dengan gas bertekanan atau
gas yang dicairkan, terlebih dahulu diperiksa dan diuji
sebelum digunakan. Tabung yang boeor yang tidak
dapat diberhentikan dengan menutup keran atau
dengan mengeneangkan sambungan, dikosongkan di
udara terbuka, jauh dari sumber api. Perbaikan
kerusakan tabung yang rusak hanya dapat dilakukan
oleh Pekerja yang kompeten;
1) gas bertekanan hanya boleh ditangani dan digunakan
oleh Pekerja yang kompeten;
m) silinder gas bertekanan hanya boleh dipindahkan pada
posisi berdiri dengan menggunakan alat bantu beroda;
dan
n) lokasi penyimpanan tabung gas bertekanan pada kondisi
bebas dari bahan-bahan mudah terbakar dan mudah
menyala dengan temperatur area penyimpanan
maksimal 52°C (125°F),
11) ketentuan kegiatan pengelasan dan pemotongan wadah
paling sedikit dengan eara:
a) dilakukan kegiatan pembersihan terhadap zat dan uap
logam eair, gas, uap mengandung gas atau debu yang
ada di dalam wadah dan penetralan zat dan uap logam
eair, gas, uap mengandung zat atau debu yang ada di
dalam wadah menjadi tidak dapat meledak atau tidak
dapat menyala;
b) memastikan wadah penyimpanan zat yang dapat
meledak atau menyala dalam kondisi eukup dingin
sebelum zat yang dapat meledak atau menyala
dimasukkan kedalam wadah tersebut untuk meneegah
risiko penyulutan zat tersebut; dan
-132-

c) sebelum mengelas lubang pada wadah yang


mengandung oli atau gemuk, wadah tersebut diisi
dengan air dan tutupnya dibuka,
12) mengelas dengan listrik paling sedikit memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a) lokasi pengelasan dipastikan dalam keadaan kering dan
kabellas listrik dalam kondisi baik saat digunakan;
b) mesin las listrik yang menggunakan sumber energi
listrik yang berasal dari genset, maka soket yang
digunakan memenuhi standar pabrikan mesin las listrik
tersebut; dan
c) jika kegiatan pengelasan dilakukan dengan risiko
tersengat listrik dari mesin las, maka mesin las listrik
tersebut dilengkapi dengan alat penurun tegangan,
13) bangunan atau ruangan penyimpanan zat cair mudah
menyala atau terbakar paling sedikit meliputi:
a) bangunan atau ruang di atas permukaan tanah tempat
penyimpanan zat cair mudah menyala atau terbakar
termasuk minyak gemuk, diberi ventilasi dengan udara
yang cukup untuk mencegah akumulasi gas atau uap
mudah menyala;
b) bangunan atau ruangan tersebut mempunyai derajat
tahan api minimum 1 (satu) jam; dan
c) dilengkapi dengan alat deteksi kebakaran dini dan alat
peringatan yang akan memberi peringatan bunyi (alarm)
kepada setiap orang yang terancam bahaya kebakaran
apabila mempunyai potensi bahaya kebakaran yang
membahayakan jiwa manusia,
14) ketentuan tempat penyimpanan zat cair dan bahan yang
mudah terbakar yaitu:
a) disimpan dalam wadah tertutup dan terpisah dari bahan
lainnya apabila menyimpan bensin, minyak pelumas,
minyak gemuk, dan produk minyak, serta zat cair lain
yang mudah terbakar;
-133-

b) gudang tempat penyimpanan minyak pelumas dan


minyak gemuk terbuat dari bangunan tahan api dan
mempunyai ventilasi yang cukup;
c) ruang penyimpanan bensin, minyak pelumas atau
minyak gemuk terpisah dari ruang penyimpanan zat cair
lain yang mudah terbakar atau dipasang dinding
pemisah tahan api; dan
d) bahan kimia berbahaya disimpan pada tempat yang
aman dan dilengkapi dengan lembar data keselamatan
bahan,
15) ketentuan penyimpanan tabung oksigen dan gas mudah
terbakar yaitu:
a) ruang penyimpanan tabung oksigen terpisah dengan
ruang penyimpanan gas, zat cair mudah menyala, zat
cair mudah terbakar, atau minyak gemuk dan semua
tabung disimpan dalam posisi tegak, serta ruangan
memiliki sirkulasi udara yang baik;
b) meter pengukur dan keran pengatur yang digunakan
pada tabung oksigen, asetilen, dan elpiji dipastikan
selalu dalam kondisi bersih dan bebas dari minyak
pelumas atau minyak gemuk;
c) memastikan katup tabung berada dalam posisi tertutup
dan dipasang tutup pelindungnya pada saat
pengangkutan dan penyimpanan tabung oksigen,
asetilen, dan elpiji yang sedang tidak dipakai atau
pekerjaan pengelasan telah selesai; dan
d) tabung gas terhindar dari material yang bersifat korosif.
c. Tangki Timbun
Ketentuan pengelolaan keselamatan operasional fasilitas tangki
timbun mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Tangki Portable
Ketentuan pengelolaan keselamatan operasional fasilitas tangki
portable ketentuannya mengikuti peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
-134-

e. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Dalam Kegiatan Pertambangan


atau Pengolahan dan/ atau Pemurnian Mineral dan Batubara
Ketentuan pengelolaan keselamatan operasional fasilitas stasiun
pengisian bahan bakar dalam kegiatan pertambangan atau
pengolahan dan / atau pemurnian mineral dan batubara
ketentuannya mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
f. Pergudangan
Fasilitas pergudangan dibagi menjadi:
1) pergudangan umum terdiri dari:
a) atap pelindung hujan, penerangan yang memadai, alat
pemadam, dan Zatau sistem deteksi kebakaran;
b) lorong yang cukup luas untuk gerakan petugas atau alat
keadaan darurat; dan
c) ventilasi udara yang memadai,
2) pergudangan yang digunakan untuk menyimpan bahan
khusus seperti bahan kimia serta bahan berbahaya dan
beracun, terdiri dari:
a) lembar data keselamatan bahan (material safety data
sheet) dan dilengkapi dengan label;
b) bak penampung (bunded catchment) yang tahan air dan
tahan bocor; dan
c) eye wash yang sesuai standar, mudah dijangkau, dan
berfungsi dengan baik.
g. Stockpile
Pengelolaan keselamatan fasilitas stockpile paling sedikit meliputi:
1) persyaratan Stockpile paling sedikit memenuhi ketentuan:
a) sistern drainase dan tanggul pengaman yang baik;
b) rambu-rambu keselamatan dan tanda peringatan;
c) tersedianya eye wash yang berfungsi dengan baik; dan
d) lampu penerangan yang memadai.
2) pekerjaan di stockpile paling sedikit dengan ketentuan:
a) volume timbunan tidak boleh melebihi dari kapasitas
maksim urn stockpile;
-135-

b) ketinggian maksimum dan kemiringan dari penumpukan


stockpile memenuhi aspek keselamatan terhadap alat
berat maupun Pekerja; dan
c) debu dikelola dengan baik agar tidak mengganggu
kesehatan Pekerja.
3) crusher di area stockpile paling sedikit dengan ketentuan:
a) pada hopper crusher dipasang stopper yang kokoh
sehingga dapat menahan unit agar tidak masuk ke
hopper dan pada sisi lainnya dipasang handrail yang
kokoh.
b) dilakukan pemeriksaan dan perawatan crusher di area
stockpile sesuai dengan standar periodik perawatan dan
pemeliharaan .
4) stacker dan reclaimer paling sedikit dengan ketentuan:
a) mesin stacker dan reclaimer dilengkapi dengan alat
peringatan bunyi yang secara otomatis berbunyi saat
alat beroperasi;
b) mesin stacker dan reclaimer dilengkapi dengan fasilitas
untuk menghentikan operasi dalam kondisi darurat
pada lokasi yang aman dan mudah dijangkau;
c) penambat, blocking atau, anchor dipasang pada saat
stacker tidak dioperasikan atau dalam koridisi
perbaikanj pemeliharaan; dan
d) stacker didesain agar tidak terjadi tabrakan atau
bergerak keluar lintasan.
5) Pemeliharaan fasilitas stockpile paling sedikit dengan:
a) menetapkan metode dan jadwal pemeriksaan dan
pemeliharaan berkala pada area stockpile termasuk fixed
plant equipment; dan
b) tersedia catatan pemeriksaan dan pemeliharaan yang
tersimpan dengan baik sehingga dapat digunakan untuk
analisis bila diperlukan.
-136-

h. Instalasi Pengolahan Air (IPA)/ Water Treatment Plant dan Instalasi


Pengolahan Air Limbah (IPAL)/Waste Water Treatment Plant
instalasi pengolahan air atau water treatment plant dan
instalasi pegolahan air limbah atau waste water treatment plant
dengan ketentuan paling sedikit:
1) setiap kegiatan yang dilakukan pada instalasi air dan
instalasi pengolahan air limbah dilakukan identifikasi
bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian sesuai dengan
hieraki pengendalian, jika menggunakan bahan kimia maka
dilakukan pengendalian.
2) dilengkapi dengan paling sedikit sebagai berikut:
a) alat pelindung diri yang sesuai;
b) alat pemadam kebakaran;
c) perlengkapan P3K;
d) lembar data keselamatan bahan;
e) safety shower atau eye wash yang berfungsi; dan
f) prosedur dan perlengkapan tanggap darurat.

1. Laboratorium
Laboratorium paling sedikit dengan ketentuan:
1) fasilitas yang tersedia di laboratorium adalah paling sedikit
meliputi:
a) safety shower dan eye wash;
b) bak cuci;
c) sistem ventilasi (exhaust fan atau blower);
d) sistem peringatan dan pemadam kebakaran;
e) petunjuk arah keluar ruangan dan lampu darurat;
f) perlengkapan P3K;dan
g) lembar data keselamatan bahan.
h) jika menggunakan bahan kimia maka dilengkapi dengan
lemari asam (fume hood) dan tempat penyimpanan
bahan kimia.
i) jika ada bahan radioaktif maka dipastikan dilengkapi
dengan survey meter dan personal dosi meter,
-137-

2) semua perlengkapan laboratorium dipastikan memenuhi


persyaratan sesuai peruntukannya dan tahan terhadap
bahan kimia yang digunakan.
3) jarak mirumum antara peralatan laboratorium
dipertimbangkan untuk keamanan dan kenyamanan kegiatan
laboratorium.
4) pengawas dan petugas yang bekerja di dalam ruang
laboratorium dipastikan dilakukan oleh orang yang
berkompeten atau berkemampuan serta disetujui oleh KIT
atau PTL.
j. Permesinan dan Ruang Mesin
Fasilitas permesinan dan ruang mesin paling sedikit meliputi:
1) hanya orang yang ditugaskan dan telah dilengkapi dengan
alat pelindung diri yang sesuai yang boleh masuk ke ruang
permesinan dan ruang mesin. Rambu peringatan dipasang
dengan jelas dan ditempatkan pada jalan masuk ruang
mesin.
2) setiap ruang mesin dipasang penerangan dan ventilasi yang
mamadai serta dijaga kebersihannya.
3) penyimpanan kain bekas dan bahan mudah terbakar atau
bahan eair berbahaya ditempatkan di luar ruang mesin.
4) penempatan permesinan memenuhi ketentuan paling sedikit:
a) mesin dalam suatu ruangan ditempatkan dengan baik,
sehingga tersedia gang yang eukup lebar antara mesin
dengan dinding, dan bebas dari rintangan;
b) pipa penyalur udara, uap, air, dan zat-zat lainnya
dipasang dan dilindungi dengan baik, diberi kode warna
dan arah aliran yang jelas untuk keselamatan; dan
e) pada tempat tertentu yang berdekatan dengan pesawat
atau alat yang berbahaya dipasang tanda bahaya yang
jelas dan mudah terlihat,
5) alat keselamatan memenuhi ketentuan paling sedikit:
a) bagian yang bergerak dari semua permesinan dilengkapi
dengan pagar pelindung yang eukup kuat;
-138-

b) roda gila, gigi transmisi, ban penggerak, rantai


transmisi, poros, dan poros transmisi serta bagian yang
berputar lainnya yang dapat menimbulkan bahaya,
ditutup dengan kerangkeng atau pagar pengarnan;
c) bagian yang berputar dengan kecepatan tinggi yang
dapat pecah dan terlempar ditutup atau dipagar secara
aman;
d) apabila suatu me sin dalarn percobaan jalan tanpa pagar
pengarnan atau alat pelindung keselamatan, maka tanda
bahaya dipasang dan tata cara kerja yang arnan
dilaksanakan; dan
e) jembatan atau panggung kerja untuk mengisi oli atau
maksud lain yang sarna, yang tingginya lebih dari 1,2
(satu koma dual meter dari lantai dilengkapi dengan
pagar pegangan tangan.
6) penanganan permesinan memenuhi ketentuan:
a) pada mesin yang bergerak, Pekerja:
(1) memakai pakaian yang pas dan semua kancing
terpasang;
(2) mengikat rambut yang panjang dan tidak tergerai;
(3) melepas seluruh aksesoris yang melekat di tubuh;
dan
(4) dilakukan pengawasan oleh pengawas operasional
danfatau pengawas teknis.
b) mesin yang dijalankan dengan mesin penggerak utama
dapat dijalankan atau dihentikan secara sendiri-sendiri.
c) pemasangan atau pelepasan ban transmisi dari mesin
dilakukan pada saat mesin tidak bergerak atau berjalan.
d) mesin yang dijalankan dengan motor penggerak utama
hanya dapat dijalankan atau dihentikan setelah
memberi tanda peringatan kepada semua mekanik dan
penjaga mesin yang sedang bertugas.
e) penghentian terhad ap me sin, pesawat atau alat
transmisi dilakukan jika membahayakan keselarnatan
-139-

yang disebabkan bahaya listrik atau bagian yang


bergerak.
f) sebelum mengerjakan perbaikan pada pesawat yang
digerakkan dengan listrik, orang yang mengerjakannya
yakin bahwa sakelar atau sakelar penghubung arus
listrik ke pesawat tersebut telah diputus dan dikunci,
serta diberi tanda peringatan.
7) perawatan permesinan paling sedikit dengan ketentuan:
a) memberi minyak gemuk atau minyak pelumas pada
mesin dalam keadaan berjalan , kecuali apabila mesin
tersebut dilengkapi dengan alat pemberi minyak gemuk
yang otomatis atau alat pemberi minyak gemuk atau
minyak pelumas dari jarak jauh.
b) membersihkan poros gerak dalam keadaan mesm
berjalan, hanya dapat dilakukan dengan alat khu sus.
8) pemeriksaan dilakukan pada semua permesman dan
peralatan secara berkala sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh KIT atau Pl'L. Hasil pemeriksaan permesinan
dan peralatan dicatat dalam buku atau kartu catatan,
k. Angkutan Air
Keselamatan fasilitas angkutan air paling sedikit meliputi:
1) pada saat awal penggunaan jalan perairan atau dermaga
yang ada pada sistem jalan perairan untuk pengangkutan
orang, bahan, atau komoditas tambang, disampaikan kepada
KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya disertai dengan:
a) salinan surat izin yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang;dan
b) peta yang terinci dan peta situasi dari dermaga.
2) penggunaan jalan perairan atau dermaga yang ada pada
sistem jalan perairan untuk pengangkutan orang, bahan,
atau komoditas tambang dapat menggunakan ketentuan lain
dari instansi lalu lintas air yang dianggap perlu untuk
dijadikan acuan dalam pelaksanaan pengelolaan keselamatan
operasi pengangkutan air,
-140-

3) ketentuan lain sebagaimana dimaksud dalam angka 2) (dua)


dan peraturan internal terkait pengelolaan keselamatan
operasi pengangkutan air dipastikan dapat diperlihatkan
kepada IT, KaIT, atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya dan salinannya ditempatkan di kantor
tambang dan salinan diberikan kepada setiap Pekerja
angkutan yang bekerja pada sistem tersebut. IT, KaIT, atau
Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai kewenangannya dapat
mengubah peraturan internal tersebut apabila menurut
pendapatnya dapat meningkatkan pengelolaan keselamatan
dari pengoperasian angkutan tersebut.
1. Angkutan Udara
Keselamatan fasilitas angkutan udara paling sedikit meliputi:
1) pada saat awal penggunaan angkutan udara untuk keperluan
angkutan orang pada Pertambangan, atau barang atau
ketentuan tentang fasilitas pelabuhan udara untuk pesawat
terbang atau helikopter, disampaikan kepada KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai kewenangannya disertai
dengan:
a) salinan surat izin yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang;dan
b) peta yang terinci dan peta situasi dari pelabuhan udara,
2) hal-hal yang berhubungan dengan angkutan udara atau
pelabuhan udara Pertambangan yang belum diatur dalam
peraturan dari instansi lalu-Iintas udara dipatuhi untuk
menjaga keselamatan.
3) peraturan tentang angkutan yang ditetapkan dalam
peraturan ini dapat diperlihatkan kepada KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaIT sesuai kewenangannya dan salinannya
ditempatkan di kantor tambang dan salinan diberikan
kepada setiap Pekerja angkutan yang bekerja pada sistem
tersebut. IT, KaIT, atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya dapat mengubah peraturan internal tersebu t
apabila menurut pendapatnya dapat meningkatkan
pengelolaan keselamatan dari pengoperasian angkutan
tersebut.
-141-

m. Angkutan Darat
Keselamatan fasilitas angkutan darat paling sedikit meliputi:
1) angkutan kereta api
angkutan kereta api berupa semua kendaraan yang
dirancang untuk berjalan di atas rel dan ditarik oleh
lokomotif, baik yang digunakan dalam wilayah Pertambangan
maupun di luar wilayah Pertambangan yang bersambung
dengan angkutan barang dan penumpang umum tunduk
kepada peraturan dari instansi yang terkait. Adapun
ketentuan pengelolaan keselamatan dalam angkutan kereta
api adalah sebagai berikut:
a) petugas angkutan kereta api sudah mendapat petunjuk
tentang keselamatan dan peraturan kerja yang berlaku
untuk angkutan kereta api.
b) membawa penumpang pada kendaraan di atas rel
diizinkan untuk juru lang sir atau orang yang melakukan
pemeliharaan naik ke gerbong atau lokomotif karena
merupakan bagian dari tugas mereka sebagai dari tugas
mereka sebagai Pekerja kereta api.
c) setiap Pekerja mematuhi peraturan pengoperasian
angkutan kereta api yang dibuat oleh KIT atau PTL
tentang peraturan pengangkutan, antara lain mencakup:
(1) tidak diperbolehkan mengangkut orang di dalam
gerbong yang memuat bahan galian atau peralatan
kecuali untuk mengangkut orang yang mendapat
kecelakaan;
(2) tidak diperbolehkan naik atau turun ke atau dari
kereta api yang sedang bergerak;
(3) tidak diperbolehkan menumpang di bagian luar
gerbong kecuali dilengkapi dengan lantai pijakan
dan pegangan tangan; dan
(4) tidak diperbolehkan melintas diantara gerbong yang
digandeng atau diantara kereta api,
d) K11 atau PTL memastikan bahwa spesifikasi dari sistem
angkutan telah dibuat dan salinannya telah dikirimkan
-142-

kepada KaIT atau KepaIa Dinas atas nama Kal'T sesuai


kewenangannya. Spesifikasi tersebut memuat:
(1) peta j aringan pen gan gku tan, termasuk kemiringan
jalan radius belokan dan data penting lainnya;
(2) keterangan terinci dari jumlah dan jenis peralatan
yang dipakai lengkap dengan rincian teknisnya; dan
(3) dalam hal permohonan untuk izin pengangkutan
orang, disertai dengan peraturan pelaksanaan kerja
yang lengkap yang diterapkan untuk sistem
tersebut dan Kal'T atau Kepala Dinas atas nama
KaIT sesuai kewenangannya dapat mengadakan
perubahan sebelum memberikan persetujuan,
e) KIT atau PTL membuat peraturan perusahaan tentang
angkutan yang mencakup:
(1) konstruksi rel, ketinggian, kemiringan, ukuran rel,
bantalan rel, dan lain sebagainya;
(2) radius belokan dan ketinggian, termasuk reI
penuntun apabila radiusnya kurang dari 25 meter;
(3) sistem sambungan rel, jumlah baut, atau rincian
ten tang pengelasan;
(4) rincian tentang sisi luar rel yang bebas atau jalur
bebas yang lebarnya tidak boleh kurang dari 60
sentimeter dari setiap bagian kereta api dan aman
untuk barang-barang yang menonjol keluar dan
ayunan kereta pada belokan;
(5) ketentuan tentang pintu lintasan kereta yang dijaga
atau yang otomatis atau cara pengaman lainnya
pada perpotongan jalan raya atau jalan setapak
dengan lintasan rel atau lintasan rel melalui daerah
pemukiman;
(6) pengaturan untuk mendorong kereta api atau
untuk mendorong dan menarik kereta api secara
bersamaan termasuk sarana komunikasi antar
masinis;
-143-

(7) lampu penerangan digunakan setelah rnatahari


terbenan atau berkurangnya penglihatan pada
cuaca buruk;
(8) lampu-lampu peringatan di depan dan di belakang
selalu dipasang. Sewaktu rnelangsir, lampu
belakang dapat dilepas, apabila juru langsir
rnendahului kereta api tersebut;
(9) ketentuan dan cara kerja alat-alat pengarnan,
tongkat penggantung atau coupling poles,
pengganjal roda atau sprags dan lain sebagainya.
Menangani, rnengendalikan atau rnenjalankan
gerbong di atas rei, pengawasan dan pengendalian
wesel (points);
(10) kualifikasi, pengalarnan dan urnur untuk rnenjadi
masmis serendah-rendahnya 21 tahun untuk
rnasinis dan 18 tahun untuk penjaga dan juru
langsir;
(11) rincian tentang sinyal tetap dan cara serta kode
sistern sinyal lainnya, baik dengan tanda visual
rnaupun tanda bunyi, baik di dalarn atau di luar
toko atau kereta api;
(12) perrnuatan ke gerbong dan gandengan serta
ketentuan rnuatan rnaksirnurn dan panjang kereta;
(13) batas kecepatan dan aturan pada belokan atau
ternpat-ternpat berbahaya;
(14) larangan atau peraturan khusus untuk
rnengangkut bahan berbahaya;
(15) rnelangsir atau rnenyalip kereta api pada j alur rel
yang berdekatan;
(16) tindakan pencegahan dan penanganan apabila
terdapat kejadian gerbong yang terlepas dan
bergerak tak terkendali;
(17) tindakan untuk rnencegah tabrakan;
-144-

(18) pemeriksaan berkala pada semua jalan rel dan


sinyal serta saluran penirisan dan pemeriksaan
serta perawatan lokomotif, gerbong dan peralatan
mekanis lainnya;
(19) pergerakan dan pengendalian kendaraan dengan
tangan; dan
(20) cara yang aman untuk mengembalikan kendaraan
yang keluar dari relnya,
f) tambahan peraturan untuk sistern kereta listrik atau lori
listrik paling sedikit dengan ketentuan:
(1) kabel penyambung arus listrik terpisah yang
melalui semua sambungan rel dengan ketinggian
minimum untuk hantaran listrik udara tidak boleh
kurang dari 5 (lima)meter;
(2) tindakan pencegahan apabila bekerja di bawah
hantaran listrik udara;
(3) larangan untuk memuat dan membongkar atau
mengatur muatan pada lokomotif atau kereta api
yang berada di bawah hantaran listrik yang
bermuatan;
(4) tindakan pencegahan terhadap hubungan pendek
atau lompatan api listrik ke benda-benda logam di
sekitarnya; dan
(5) sarana untuk mengisolasi hantaran listrik udara
atau rel bermuatan listrik dan tindakan yang
dilakukan apabila hantaran listrik udara terputus,
2) lokomotif paling sedikit dengan ketentuan:
a) lokomotif uap atau lokomotif udara tekan termasuk
kompresor pembantu dan pesawat rem memenuhi
ketentuan pada bejana tekan dan mesin bertekanan.
b) apabila dua lokomotif digandeng dan alat kendalinya
dihubungkan dianggap merupakan satu-kesatuan,
sedangkan apabila kendalinya tidak dihubungkan,
ditetapkan kode sinyal di antara masinisnya.
-145-

c) pada waktu beroperasi masinis tetap berada pada ruang


kendali serta dapat menjangkau alat rem dan selalu
mengamati tekanan pada sistem rem.
d) apabila lokomotif ditinggalkan tanpa penjaga atau tidak
dipakai dalam waktu yang lama, rem parkir dipasang
dan semua alat kendali dalam kedudukan netral. Mesin
diesel atau mesin bensin dimatikan, aliran listrik pada
lokomotif listrik diputuskan dan partograf atau tangkai
penghubung arus dilepaskan dari hantaran listrik yang
bermuatan.
3) lori gantung paling sedikit dengan ketentuan:
a) KIT atau PTL bertanggung jawab atas semua instalasi
dan peralatannya serta bangunan-bangunan yang
berhubungan dengan lori gantung.
b) instalasi lori gantung untuk mengangkut Pekerja ke atau
dari tempat kerja hanya boleh dibangun apabila telah
dilakukan evaluasi laporan hasil kajian teknis oleh IT
dan disetujui oleh KaIT atau Kepala Dinas atas nama
KaIT.
c) ketentuan bagi orang yang naik di dalam lori gantung
dengan maksud hanya untuk memeriksa atau
memelihara suatu bagian dari instalasi tersebut, dapat
dilakukan dengan syarat memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
(1) menggunakan lori gantung khusus yang tidak dapat
dijungkirkan;
(2) tertutup setinggi 1,2 (satu koma dual meter dari
lantainya agar dapat mencegah setiap orang atau
barang-barang terlempar keluar lori gantung;
(3) dilengkapi dengan pegangan tangan yang kuat,
yang mudah dicapai oleh semua orang yang ada di
dalam lori gantung tersebut;
-146-

(4) dibuat dengan baik sehingga dapat mencegah


penumpang terkena bagian dari roda penggantung;
dan
(5) dilengkapi dengan pintu, tetapi tidak boleh
membuka ke arah luar,
d) jumlah orang yang naik bersama-sama dalam lori
gantung paling sedikit adalah 2 (dua) orang dan jumlah
paling banyak didasarkan pada kemampuan alat
berdasarkan hasil uji kelayakan.
e) sarana komunikasi an tara penumpang dengan operator
mesin penggerak disediakan.
f) pengangkutan orang tidak diperbolehkan pada waktu
cuaca buruk.
g) jadwal pemeriksaan dan perawatan harian dilaksanakan
oleh orang yang telah ditugaskan yang namanya dicatat
dalam buku tambang oleh KTTatau PTL.
h) Konstruksi pada lori gantung paling sedikit dengan
ketentuan:
(1) rem jenis "positive action' dan alat-alatnya dari jenis
yang dapat bekerja secara otomatis, apbila aliran
listrik terhenti, untuk mencegah kabel dan lori
gantung bergerak mundur;
(2) setiap sambungan pada kawat rel dirancang agar
dapat mengurangi tekanan terhadap lintasan roda
lori gantung;
(3) menara atau tiang dilindungi dari kerusakan yang
disebabkan terkena goyangan lori gantung;
(4) jembatan, jala pengaman atau cara perlindungan
lainnya dibuat apabila lori gantung melintas di atas
jalan raya, rel kereta api, jalan setapak atau
bangunan-bangunan .
(5) hubungan komunikasi langsung dipastikan tersedia
antara terminal dan stasiun antara.
-147-

i) kawat, cakra atau pulley dan lori gantung paling sedikit


dengan ketentuan:
(1) kawat tarik mempunyai faktor keamanan minimum
5 (lima) kali, dan kawat mempunyai faktor
keamanannya minimum 4 (empat) kali beban
maksimum yang dihitung pada kondisi kerja
normal.
(2) semua kawat diperiksa dan diberi minyak pelumas
secara berkala sesuai dengan jadwal pelaksanaan
pemerliharaan.
(3) rincian dari pemeriksaan, pelumasan, penggantian
atau perbaikan dari semua kawat, dicatat dalam
buku kawat oleh petugas yang namanya dicatat
dalam buku tambang.
(4) berdasarkan catatan pada buku kawat, KIT atau
PTL mengevaluasi lamanya kawat dipakai dan
menggantinya bila sudah waktunya. Lamanya
kawat dipakai tidak boleh lebih dari 5 (lima) tahun
untuk kawat tarik dan 15 (lima belas] tahun untuk
kawat rel kecuali ditetapkan oleh KalT atau Kepala
Dinas atas nama KalT sesuai kewenangannya.
(5) penggunaan kawat yang dirajut atau dipilin untuk
kawat rel dan kawat tarik diizinkan untuk maksud
penyambungan pada kawat tak berujung (endless
rope) atau untuk membuat simpul.
(6) cakra penyangga kawat dipastikan dirawat agar
berputar dengan lancar dan menjamin kawat tarik
berjalan tepat pada alurnya.
(7) apabila penjepit (clamp) kawat pada setiap lori
gantung tidak lagi menjepit dengan baik dipastikan
segera diganti.
-148-

j) pengoperasian lori gantung paling sedikit dengan


ketentuan:
(1) menara atau tiang kawat yang tingginya lebih dari
20 (dua puluh) meter di atas permukaan tanah,
pada puneaknya dipasang sebuah lampu merah
sebagai tanda. apabila lebih dari 40 (empat puluh)
meter, dipasang sebuah lampu merah pada
pertengahan tiangnya. tiangnya juga dieat
berselang-selin dengan warna merah dan putih.
lampu-lampu tersebut hanya dinyalakan pada
waktu gelap dan dalam euaea yang buruk.
(2) setiap tiang dilengkapi dengan penangkal petir yang
selalu bekerja baik.
(3) lori gantung diisi rata dan tidak melebihi
kapasitasnya. barang yang diangkut tidak boleh
menonjol di atas lori gantung:
(a) eorong pengisi diatur untuk meneegah
tumpahan sewaktu pengisian;
(b) lori gantung yang telah diisi dijalankan secara
perlahan-lahan untuk mencegah bak angkut
mengayun; dan
(e) lori gantung dibersihkan seeara teratur dari
bahan-bahan yang lengket, untuk meneegah
ketidakseimbangan lori gantung pada waktu
kosong.
(4) mesin penggerak dari instalasi lori gantung yang
digunakan untuk pengangkutan orang selalu dijaga
apabila lori gantung tersebut sedang beroperasi.
(5) tidak berada di bawah lori gantung atau benda
apapun yang tergantung dari suatu alat
pengangkat.
(6) KIT atau PTL menetapkan peraturan angkutan
yang meneakup tata cara kerja yang aman untuk
setiap sistem lori gantung dan salinan dari
-149-

peraturan tersebut dipastikan diberikan pada setiap


orang yang bertugas pada setiap bagian pekerjaan
tersebut.
(7) jalan trem dan jalan melereng paling sedikit dengan
ketentuan:
(a) bagian ini berlaku pada setiap sistem angkutan
di Pertambangan untuk kendaraan yang
berjalan di atas jalur rel, ditarik dengan kawat
dan semua jenis daya penggerak termasuk
gaya berat.
(b) menugaskan seseorang bekerja pada sistem
angkutan, diizinkan jika telah mendapat
petunjuk mengenai keselamatan dan eara
pengoperasian dari sistem angkutan tersebut.
(e) setiap permohonan untuk izm khusus
mengangkut orang atau menaiki kendaraan
atau bagian lain dari sistem angkutan keeuali
berdasarkan hasil evaluasi laporan kaj ian
teknis oleh IT.
(d) setiap permohonan untuk izin khusus
mengangkut orang, diajukan oleh KTT atau
PTL dengan disertai spesifikasi terinei dari
sistem angkutan, alat mekanis dan listrik dan
peraturan pelaksanaan yang akan ditetapkan.
(e) KaITatau Kepala Dinas atas nama KaITsesuai
kewenangannya dapat mengadakan perubahan
terhadap setiap bagian dari sistem angkutan
tersebut atau peraturan pelaksanaannya
untuk menjamin keselamatan orang yang
diangkut.
(8) peraturan angkutan trem paling sedikit dengan
ketentuan:
(a) menjamin keselamatan pengoperasian dari
sistem angkutan , KTT atau PTL membuat
peraturan angkutan yang terinci yang
-150-

mencakup semua hal yang berhubungan


dengan pengoperasian angkutan dan termasuk
peraturan-peraturan khusus ten tang:
(a. 1) standar konstruksi untuk jalur rel,
ukuran rel, kemiringan, radius belokan,
bantalan rel, rel pembantu pada belokan,
sambungan rel, dan saluran penirisan;
(a.2) jalur bebas minimum dian tara
kendaraan dan benda-benda tetap yang
ada disisi reI atau rintangan-rintangan
Ominimum 60 (enam puluh] sentimeter
dan yang memungkinkan kendaraaan
berbelok;
(a.3) tindakan pencegahan apabila sistem
angkutan memotong jalan raya atau
jalan orang;
(aA) kecepatan maksimum;
(a.5) muatan maksimum dan jumlah gerbong
pada satu rangkaian;
(a.6) kebutuhan lampu penerangan untuk
bekerja sesudah matahari terbenam atau
berkurangnya jarak pan dang dalam
cuaca buruk;
(a.7) Iampu-Iampu peringatan di depan
Iokomotif;
(a.8) pengunaan alat-alat keselamatan;
(a.9) mendorong lori dengan tangan dan
melangsir atau mendahului Iori;
(a.10)metoda sinyal dan kode sinyal yang
dipakai;
(a.11)umur dan kualifikasi dari masmis dan
petugas angkutan tidak boleh kurang
dari 21 (dua puluh satu) tahun dan 18
(delapan belas) tahun untuk rnasing-
masing tugas;
-151-

(a.12)angkutan muatan dalam jumlah besar


atau bahan-bahan berbahaya;
(a.13)tindakan pencegahan terhadap gerbong
yang terlepas dan meluncur tak
terkendali untuk mencegah bahaya
terhadap para Pekerja dan orang lain;
dan
(a.14)pemeriksaan sehari-hari pada semua
jalur kerja rel, sinyal-sinyal, dan saluran
penirisan serta pengujian mesin
penggerak, gerbong dan semua peralatan
mekanis, dan listrik kawat, rantai serta
alat pelengkap lainnya,
4) peraturan tentang angkutan yang ditetapkan dalam
peraturan ini dapat diperlihatkan kepada KalT atau Kepala
Dinas atas nama KalTsesuai kewenangannya dan salinannya
ditempatkan di kantor tambang dan salinan diberikan
kepada setiap Pekerja angkutan yang bekerja pada sistem
tersebut. IT dapat mengubah peraturan angkutan, yang
menurut pendapatnya perlu untuk menjamin keselamatan
dari pengoperasian angkutan tersebut.
5) sinyal-sinyal dan kewaspadaan lainnya paling sedikit dengan
ketentuan:
a) setiap angkutan yang beroperasi di permukaan maupun
sebagian di bawah tanah dari suatu usaha
Pertambangan dipastikan memenuhi ketentuan dan
persyaratan dalam peraturan tambang permukaan dan
setiap aturan sinyal dipastikan konsisten pada
keseluruhan sistem.
b) setiap sistem dikendalikan hanya dengan sinyal bunyi
atau visual yang dikirim ke ruang masinis pada bagian
permesinan dan pada waktu yang bersamaan diulang
lagi pada setiap stasiun antara atau stasiun terminal.
Salinan dari peraturan sinyal tersebut dipastikan
-152-

ditempelkan pada setiap tempat darimana biasanya


sinyal dikirimkan.
c) pada setiap persimpangan dengan jalan raya atau jalan
orang, dipastikan dilengkapi dengan palang pengaman
atau alat pengarnan lainnya yang ditutup apabila
angkutan sedang melintas dan tanda peringatan bunyi
atau visual dipastikan diberikan selarna perlintasan.
d) alat pengaman untuk lori yang berjalan tak terkendali
dipastikan dapat bekerja secara otomatis.
6) pada setiap sistem yang menggunakan pengereman sendiri
atau sistem gaya berat dan dikendalikan dengan alat rem
pada gelondongatau cakra dipastikan memenuhi persyaratan
tarnbahan sebagai berikut:
a) rem kerja terpisah dari rem parkir dan keduanya
dipastikan mampu menahan beban maksimum dan juga
marnpu menghentikan alat pada kecepatan dan muatan
maksimum. rem parkir dipastikan dari jenis yang
menggunakan baut yang diputar ke bawah atau dengan
konstruksi yang sarna;
b) rem kerja dari jenis rem-mati (dead-man) yang otomatis
pada posisi mengerem, kecuali ditahan oleh penjaga
rem;
c) permesinan dan gigi rem dipastikan dibuat cukup kokoh
dan dilindungi dari bahaya tabrakan oleh kendaraan
yang dapat merusak sistem peralatan tersebut;
d) pada saat pemuatan atau pembongkaran muatan, rem
dipastikan selalu dipasang;
e) pekerjaan pemuatan atau pembongkaran pada
kendaraan angkutan dengan gaya berat tidak boleh
dilakukan bersamaan di bagian atas dan di bagian
bawah; dan
f) penjaga rem hanya dapat menjalankan angkutan apabila
telah menerima sinyal dari kedua stasiun.
-153-

7) kawat dan cakra paling sedikit dengan ketentuan:


a) pada sistem yang sebagian bekerja di bawah tanah,
faktor keamanan kawat dipastikan memenuhi faktor
keamanan dari kawat sumur derek. Untuk sistem
lainnya, kawat tarik dipastikan mempunyai faktor
keamanan minimum 5 (lima) kali muatan maksimum
beban yang diperhitungkan.
b) semua kawat dipastikan diperiksa dan diberi pelumas
secara berkala sesuai ketentuan pada jadwal
pemeliharaan, dan hasil pemeriksaan tersebut dicatat
pada buku kawat oleh petugas yang namanya tercatat
dalam buku tambang.
c) kawat tarik dipastikan ditopang secukupnya sepanjang
rentangan kawat dari sistem tersebut dengan
menggunakan cakra yang dirawat agar berputar bebas
dan apabila diperlukan kawat tarik tersebut dipastikan
dialurkan ke cakra tersebut.
d) pada setiap belokan, roda penopang untuk
pelengkungan atau getaran atau berombak dipastikan
dipasang untuk menghindari kabel menghantam jitting
atau menghindari ayunan yang berbahaya.
8) kendaraan lainnya
Ini berlaku untuk kendaraan yang digerakkan dengan tenaga
mekanis atau yang sejenis termasuk kendaraan yang ditarik
oleh kendaraan tambang (trailer) yang menjadi bagian
peralatan Pertambangan, tetapi bukan:
a) dirancang untuk digunakan padajalur rel atau kawat;
b) dikendalikan dengan berjalan kaki; dan
c) sepeda motor roda dua atau lebih.
Kendaraan lain paling sedikit dengan ketentuan:
a) konstruksi dan peralatan kendaraan paling sedikit
dengan ketentuan:
(1) konstruksi dan peralatan kendaraan yang
beroperasi di jalan umum dipastikan memenuhi
-154-

persyaratan yang dikeluarkan oleh instansi yang


berwenang.
(2) kendaraan dipastikan mempunyai konstruksi yang
memenuhi standar sesuai dengan beban kerjanya
dan hanya dijalankan sesuai dengan ketentuan dari
pabrik pembuatnya.
(3) kendaraan dengan berat kotor (termasuk
gandengan dan muatan) melebihi 16 (enam belas)
ton, dipastikan dilengkapi dengan dua sistem rem,
untuk mencegah kegagalan pada satu gandar yang
disalurkan ke gandar lain.
(4) trailer dengan berat kotor melebihi 750 (tujuh ratus
lima puluh) kilogram atau lebih dari setengan berat
kendaraan penariknya dipastikan dilengkapi
dengan sistem rem sendiri yang bekerja secara
otomatis dan apabila berat kotomya melebihi 3.500
(tiga ribu lima ratus) kilogram dilengkapi dengan
sistern rem yang bisa dikendalikan dari kendaraan
penariknya.
(5) setiap kendaraan pengangkut atau trailer dengan
tinggi bagian belakang lebih dari 75 (tujuh puluh
lima) sentimeter dari tanah dipastikan dilengkapi
dengan alat pengaman pada ketinggian tersebut,
untuk mencegah kendaraan atau benda lain
tersangkut atau masuk ke kolongnya.
(6) alat rem yang dipasang pada setiap kendaraan
dipastikan mampu menghentikan kendaraan
dengan muatan penuh dan dapat menahan dengan
aman ditempat yang curam apabila sedang mendak
atau menurun.
(7) semua kendaraan dipastikan dilengkapi dengan alat
peringatan bunyi. setiap kendaraan dengan
pandangan ke belakang yang terbatas dipastikan
dilengkapi dengan alarm mundur yang berbunyi
secara otomatis, apabila kendaraan dalam keadaan
mundur.
-155-

(8) jendela ruang kemudi pada semua kendaraan


dipastikan dilengkapi dengan konstruksi kaea
pengaman dan selalu bersih. jendela kendaraan
yang mungkin terkena lemparan benda seperti
peeahan batu dipastikan dilengkapi dengan jeruji
pelindung di bagian luar.
(9) tidak melakukan perubahan pada kabin kendaraan
yang dapat menghalangi pandangan pengemudi.
(10) tidak menjalankan kendaraan diantara matahari
terbenam dan matahari terbit atau pada saat daya
penglihatan berkurang dalam euaea buruk, keeuali
apabila dilengkapi:
(a) lampu yang eukup yang memungkinkan
pengemudi melihat ke depan dan ke belakang
dalam jarak yang aman;
(b) lampu atau tanda yang mengeluarkan eahaya
yang eukup untuk menunjukkan ukuran
kendaraan; dan
(e) lampu tanda peringatan bahaya,
(11) kabin dari setiap kendaraan dilengkapi pintu yang
aman dan apabila tinggi lantai kabin melebihi 1,8
(satu koma delapan) meter diatas tanah, dipastikan
disediakan dua jalan keluar yang aman untuk
pengemudi.
(12) semua kendaraan dipastikan dilengkapi dengan 2
(dua) kaea spion dan pada kendaraan berbadan
lebar dengan penglihatan ke belakang yang
terbatas, dilengkapi dengan kaea spion tambahan
untuk melihat bagian belakang.
(13) kabin kendaraan dipastikan diraneang atau
dilengkapi alat yang dapat melindungi pengemudi
dari kebisingan, debu atau asap knalpot yang
berlebihan.
(14) setiap kendaraan atau gandengan (trailer) yang
digunakan di Pertambangan yang dilengkapi
dengan bak penumpah dipastikan dilengkapi
-156-

dengan alat untuk mencegah bak tersebut jatuh


pada saat diangkat. alat ini dipastikan terpisah
dari alat mekanis penumpah dan tidak boleh
dikendalikan dari dalam kabin.
(15) jadwal perawatan semua kendaraan di tambang
dipastikan dibuat yang mengatur pemeriksaan,
perawatan dan perbaikan keridaraan.
8, Keselamatan Eksplorasi
Pelaksanaan keselamatan eksplorasi dilaksanakan oleh KTT dengan
memperhatikan hal-hal paling sedikit sebagai berikut:
a, Pelaksanaan Umum Eksplorasi
Pelaksaan umum eksplorasi yang dilakukan pada kegiatan
eksplorasi paling sedikit meliputi:
1) mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko pada kegiatan
eksplorasi yang paling sedikit terdiri dari potensi penyakit
endemik, bahaya binatang buas serta bahaya lainnya yang
ada pada area yang akan dieksplorasi.
2) melakukan pengendalian terhadap risiko yang muncul secara
memadai sesuai prinsip pengendalian risiko.
3) menyediakan sarana, prasarana, instalasi dan peralatan
secara memadai serta tenaga teknis Pertambangan yang
berkompeten yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan
eksplorasi,
4) menyediakan sarana, prasarana dan peralatan secara
memadai serta Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang diperlukan untuk pengelolaan keadaan
darurat pada kegiatan eksplorasi.
5) menyediakan peta topografi yang selalu diperbaharui dan

dilengkapi dengan garis bujur astronomis. Peta topografi


menggambarkan:

a) seluruh bangunan, pabrik, dan jalur pipa;


b) lokasi semua lubang bor dengan nomor yang berurut,

baik yang sudah selesai atau yang sedang berlangsung;

c) semuajalan, sungai, dan mata air; dan


-157-

d) batas Izin Usaha Pertambangan,


6) membuat tata cara keselamatan kegiatan eksplorasi dan
memastikan bahwa para Pekerja melaksanakannya;
7) kegiatan eksplorasi yang berada di lokasi terpencil perlu
menyediakan fasilitas perkemahan terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh KIT atau petugas yang
ditunjuk:
a) bahan bakar, kimia, radioaktif serta bahan berbahaya
lainnya ditempatkan secara khusus sesuai dengan
keten tuan peraturan perundang -undangan;
b) alat pemadam kebakaran dipastikan tersedia di lokasi
perkemahan yang di tempatkan di lokasi yang mudah
dijangkau dan diperiksa secara berkala sehingga selalu
dalam kondisi siap pakai;
c) sistem kelistrikan di perkemahan dipastikan sesuai
dengan standar keselamatan, dan jaringan listrik
dipastikan terlindung seluruhnya dari gangguan cuaca
dan potensi kerusakan lainnya yang dapat mengganggu
kegiatan operasi; dan
d) tanda peringatan atau larangan untuk orang yang tidak
berhak, lampu terbuka, merokok, dan bahaya lainnya
dipastikan dipasang pada tempat yang mudah dilihat
serta tanda yang menunjukkan letak alat pemadam api
dan kotak P3K.
b. Pemetaan GeologiEksplorasi
Dalam pelaksaan pemetaan geologi eksplorasi, maka KIT atau
petugas yang ditunjuk melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1) memastikan seluruh Pekerja memiliki perbekalan yang cukup
untuk shift yang dijadwalkan;
-158-

2) memastikan bahwa dalam satu shift yang dijadwalkan


terdapat lebih dari satu orang telah dilatih untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan; dan
3) memastikan alat komunikasi yang digunakan dapat
beroperasi dengan baik.
c. Pembuatan Parit Uji
Dalam pembuatan parit uji KIT atau orang yang ditunjuk paling
sedikit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kondisi kestabilan dinding batuan parit uji yang tidak dapat
menimbulkan ambruknya parit uji; dan
2) kedalaman parit uji tidak boleh lebih dari 3 (tiga) meter dan
dalam hal dibuat lebih dari satu paritan maka jarak antar
paritan paling sedikit adalah sama dengan lebar puritan.
d. Pembuatan Sumur Uji
Dalam pembuatan parit uji KIT atau orang yang ditunjuk paling
sedikit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) sebelum pembuatan sumur uji perlu mempertimbangkan
kestabilan dinding batuan sumur uji dan potensi gas-gas
berbahaya yang dapat terbentuk; dan
2) apabila kedalaman sumur uji di atas 10 (sepuluh) meter,
maka sebelum kegiatan pengambilan conto (sampel)
dilakukan sumur uji perlu dilakukan pengecekan terkait
kecukupan udara dan potensi gas-gas berbahaya.
e. Pengeboran Eksplorasi
Dalam pelaksanaan kegiatan pengeboran eksplorasi, KIT
melakukan langkah-Iangkah:
1) Pencegahan Umum
Dalam kegiatan pengeboran eksplorasi terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan paling sedikit meliputi:
a) sebelum memulai kegiatan pengeboran, lokasi
pengeboran diperiksa untuk menjamin keamanan pada
pekerjaan pengeboran.
-159-

b) alat pemadam api portabel dari jenis dan ukuran yang


sesuai dipastikan tersedia dalam jumlah cukup dan
keadaan siap pakai serta terawat baik.
c) helm dan sepatu pengaman serta alat pelindung did
lainnya dipastikan dipakai oleh para Pekerja pada atau
di sekitar instalasi pengeboran.
d) sebelum memulai pekerjaan pada setiap permulaan gilir
kerja, Pekerja memeriksa dan memastikan bahwa
perawatan dalam keadaan aman untuk digunakan.
Kondisi tidak aman dan tindakan penanggulangan yang
dilakukan dicatat di dalam buku pengeboran
e) tidak menjalankan atau memindahkan instalasi bor,
kecuali semua Pekerja telah berada di tempat yang
aman.
f) bagian yang bergerak yang dapat menyebabkan
kecelakaan atau cidera dipastikan diberi pen gaman ,
Pengaman rantai penggerak dipastikan cukup kuat
manahan benturan rantai yang putus.
g) tangga, jalan bertangga, pegangan tangga, pagar
pengaman pada lantai, dan pada instalasi bor dirawat
dalam keadaan baik. Tidak menempatkan, menyimpan
atau meletakkan barang di tangga, jalan bertangga,
maupun lantai kerja.
h) operator tidak boleh meninggalkan alat bor yang sedang
beroperasi.
i] Pekerja pengeboran dan orang lain yang diizinkan
berada pada jarak yang aman dari pipa bor yang sedang
bergerak dan tidak boleh melintasi pipa bor yang sedang
bergerak,
j) Pekerja pengeboran tidak boleh memegang batang bor
atau meletakkan tangan mereka di atas alat penjepit
(chuck) sewaktu pengeboran sedang dilakukan.
k) pada waktu listrik mati, alat pengendali bor dinetralkan
sampai listrik hidup kembali.
1) lobang bor yang sedang tidak dipergunakan ditutup atau
dipagari.
-160-

m) tidak boleh melakukan pengeboran dengan sistem


pembilasan lumpur (mud flush) kecuali apabila
dilengkapi alat untuk memberi peringatan apabila terjadi
kehilangan lumpur.
2) Persiapan Pengeboran Eksplorasi
Dalam persiapan pengeboran eksplorasi, KIT atau orang
yang ditunjuk memperhatikan paling sedikit meliputi:
a) lokasi pengeboran dipastikan ditempatkan pada jarak
yang cukup aman dari hantaran kabel listrik udara,
kabel tanah atau saluran pipa.
b) lokasi pengeboran diamankan dari masuknya orang dan
hanya orang yang diberi izin yang diperbolehkan masuk
ke dalam daerah tersebut dan dipastikan tersedia jalan
keluar darurat.
c) pada lokasi pengeboran disediakan sarana tempat
mencuci, mengganti, dan menyimpan pakaian serta
barang pribadi, kecuali pada lokasi yang berdekatan
tersedia sarana tersebut.
d) apabila peralatan bor akan dipindahkan dari satu lokasi
pengeboran kelokasi lainnya maka pipa bor, perkakas
dan peralatan lainnya diamankan, dan tiang bor
dipastikan ditempatkan pada posisi yang aman. Sewaktu
memindahkan alat bor ke tempat yang baru, juru bor
dipastikan dibantu oleh pembantu juru bor.
e) pekerjaan yang lain di bawah atau berdekatan dengan
derek bor yang sedang dipancangkan atau dibongkar,
atau pada saat tiang bor dinaikkan atau diturunkan
tidak dapat dilakukan.
f) menaikkan atau menurunkan tiang bor atau derek bor
dilaksanakan pada kondisi dengan cahaya cukup terang.
g) tindakan pengaman dilakukan untuk menjaga derek bor
atau tiang bor dari kerusakan yang diakibatkan oleh
tiupan angin kencang sewaktu memancing, membongkar
atau menaikkan.
-161-

h) dalam hal menaikkan atau menurunkan derek bor atau


tiang bor portabel, petunjuk dari pabrik pembuatnya
benar-benar diikuti. Tidak boleh menggunakan derek
bor atau tiang bor dengan beban yang melebihi batas
beban maksimum.
i) lampu penerangan diatur baik, sehingga tempat kerja
pengeboran dan rak tempat pipa cukup terang atau
tidak menyilaukan mata juru bor. Bila perlu, lampu
peringatan untuk lalu lintas udara dipasang pada
puncak derek bor atau tiang bor dan dipastikan
mematuhi peraturan lalu lintas udara. Lampu
penerangan dilengkapi dengan dudukan dan pelindung
lampu.
j) instalasi bor dipastikan dioperasikan pada permukaan
yang datar dan jika bekerja pada suatu teras, diatur
pada jarak yang aman dan minimum 3 (tiga) meter dari
ujung teras. Ketika sedang beroperasi instalasi bor
dipastikan diatur agar poros longitudinalnya tegak lurus
dengan ujung teras.
k) gambar penampang setiap lubang bor dipastikan selalu
diperbaharui datanya paling sedikit 1 (satu) bulan sekali
atau segera setelah selesai dikerjakan. Gambar
penampang paling sedikit meliputi:
(1) lapisan-lapisan tanah;
(2) kandungan bahan galian;
(3) batas kandungan air;
(4) jenis pelindung lubang bor; dan
(5) alat penyumbat aliran air,
1) pada pengeboran eksplorasi terdapat buku kerja yang
selalu diisi mengenai:
(1) tata car'a pengeboran;
(2) keadaan lapisan batuan;
(3) formasi batuan yang telah di bor;
-162-

(4) kedalaman yang dicapai dan letak dari setiap


endapan;
(5) kemajuan per hari;
(6) ukuran lubang dan pipa bor yang digunakan;
(7) cara menyumbat aliran air; dan
(8) hasil dari uji percobaan dan alat penutup lapisan
air,
m) apabila adanya air artesis mengakibatkan berubahnya
peta situasi, peta penampang, buku kerja pengeboran,
dan endapan bahan galian tertentu, salinan perubahan
tersebut segera dikirimkan kepada KaIT.
n) KTT memasang rambu keselamatan bagi orang luar dan
petunjuk alat pelindung diri yang dipakai bila memasuki
lokasi pengeboran (drill pad).
0) sebelum memulai melaksanakan kegiataan pengeboran,
Pengawas Operasional melakukan pemeriksaan jalan
mas uk, serta pemeriksaan lokasi pengeboran (drill pad)
untuk memastikan kegiatan dapat dilaksanakan dengan
aman.
p) pemeriksaan jalan masuk serta pemeriksaan lokasi
pengeboran meliputi: Geometri jalan termasuk tikungan,
persimpangan dengan kendaraan lain, jalur kabel listrik,
pipa minyakj gas, keamanan jembatan, stabilitas
lerengjtebing jalan, pohonj dahan yang berpotensi roboh
atau patah dan aliran sungai yang berpotensi banjir atau
meluap.
q) apabila pengeboran dilakukan pada lokasi dinding yang
mudah longsor atau daerah tambang berdekatan dengan
dinding material (broken materials maka jarak
penempatan peralatan pengeboran dan Pekerja
dipastikan minimum 1,5 (satu koma lima) kali tinggi
tebing material tersebut.
r) apabila peralatan bor akan dipindahkan dari satu lokasi
pengeboran ke lokasi lainnya maka pipa bor, perkakas,
-163-

dan peralatan lainnya dipastikan diamankan, dan tiang

bor ditempatkan pada posisi yang aman.


s) menaikkan menara bor atau derek bor dipastikan

dilaksanakan dengan kondisi penerangan yang cukup.


t] Tidak boleh melakukan pekerjaan lain di bawah atau

berdekatan dengan menara atau derek bor yang sedang


dipancangkan.

u) tidak boleh berada di bawah barangj alat atau berada di

daerah radius ayun barangj alat yang sedang


dipindahkan dengan alat angkat.
v) lampu penerangan dipastikan diatur baik, sehingga
tempat kerja pengeboran dan rak tempat pipa cukup

terang atau tidak menyilaukan mata juru bor. Bila perlu,


lampu peringatan untuk lalu lintas udara berada pada

puncak derek atau tiang bor dan mematuhi peraturan


lalu lintas udara. Lampu penerangan dilengkapi dengan

dudukan dan pelindung lampu.


w) tidak boleh menjalankan atau memindahkan instalasi

mesin bor, kecuali semua Pekerja telah berada di tempat


yang aman.

x) KTT memastikan kestablian dan kekuatan tanah untuk


keperluan kegiatan pengeboran.
3) Pengamanan Kegiatan Pengeboran Eksplorasi
Dalam pengamanan kegiatan pengeboran eksplorasi KTTatau
orang yang ditunjuk paling sedikit memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) derek bor atau tiang bor diperiksa sebelum
dipancangkan atau dipasang. Perkakas dan barang kecil
lainnya yang diperlukan pada waktu pemancangan
diikat atau dijaga jangan sampai terjatuh. Perkakas yang
berat dan peralatan tidak boleh diangkat dengan tangan
dan dipastikan tersedia alat untuk mengangkat dan
menurunkan ke lantai kerja.
-164-

b) sistem isyarat dengan tangan yang sudah dikenal,


digunakan pada waktu melakukan pengangkatan atau
penderekan dan dilakukan oleh orang yang telah
ditunjuk atau ditentukan untuk memberikan isyarat.
Dalam keadaan bagaimanapun, tidak boleh
menggunakan alat pengangkat atau derek angkat untuk
menaikkan atau menurunkan Pekerja.
c) juru derek memakai sabuk pengaman setiap
mengangkat dan memasang pipa. Tali sabuk pengaman
dipastikan diikatkan kuat ke tiang derek bor 3 (tiga)
meter diatas lantai kerja dan terhindar dari terbelit pada
roda gigi yang sedang berputar.
d) apabila digunakan bangunan tambahan di sekeliling
lantai instalasi bor dipastikan dipasang pagar pengaman
dengan tinggi minimum 90 (sembilan puluh) sentimeter
dan bingkai lantai 15 (lima belas) sentimeter. Jalan,
jalan bertangga, dan lantai dipastikan mempunyai
permukaan anti slip.
e) Pekerja yang bekerja di tempat yang tinggi pada alat
pengeboran dalam keadaan sehat jasmani dan rohani,
memakai sabuk pengaman dan tali penyelamat, juga
dilengkapi dengan tali untuk mengikat perkakas.
f) daerah lantai kerja instalasi bor dan lantai mesin
penggerak bor (draw works) mempunyai minimum 2
(dua) jalan keluar yang ditempatkan berseberangan dan
bebas rintangan.
g) tali penyelamat pada setiap lantai kerja yang berbahaya
di derek bor dirawat secara berkala.
h) motor listrik yang digunakan menggerakkan mesin
penggerak, mempunyai alat khusus sebagai tambahan
pada alat kendali motor yang dapat digunakan sebagai
alat untuk menghentikan motor dalam keadaan darurat.
Motor listrik dan peralatan lainnya yang digerakkan
dengan tenaga listrik dihubungkan dengan tanah atau
dibumikan.
-165-

i) juru derek tidak diperkenankan berada di atas derek-bor


dan semua Pekerja berada jauh dari lantai instalasi bor
pada waktu mengatasi stang bor atau pipa penahan
yang terjepit. Pada saat memasukkan atau menarik
stang bor dari lubang bor, para Pekerja dipastikan
berada pada tempat yang aman.
j) peti atau rak disediakan untuk menyimpan mata bor
dan perkakas lainnya.
k) blok katrol yang digantungkan pada derek bor dan tiang
bor portabel, dilengkapi dengan pengaman yang dapat
mencegah kabel penarik terlepas dari alur katrol.
4) Pelaksanaan Pengeboran Eksplorasi
Dalam pelaksanaan kegiatan pengeboran eksplorasi KTTatau
orang yang ditunjuk paling sedikit memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) pada awal gilir kerja, juru bor melakukan pertemuan
keselamatan Pertamban gan, memeriksa dan
memastikan bahwa peralatan dalam keadaan aman
untuk digunakan. Kondisi tidak aman dan tindakan
tidak aman, serta pengendalian yang dilakukan dicatat
di dalam laporan harian pengeboran;
b) bagian yang bergerak yang dapat menyebabkan
kecelakaan atau cidera diberi pengaman. Pengaman
rantai penggerak cukup kuat menahan benturan rantai
yang putus;
c) tangga, jalan bertangga, pegangan tangga, pagar
pengaman pada lantai, dan pada instalasi bor dirawat
dalam keadaan baik. Tidak diperkenankan
menempatkan, menyimpan atau meletakkan barang di
tangga, jalan bertangga, maupun lantai kerja;
d) operator selalu ada pada lokasi pada saat alat bor yang
sedang beroperasi;
e) Pekerja pengeboran dan orang lain berada pada jarak
yang aman dari pipa bor yang sedang bergerak;
-166-

f) Pekerja pengeboran tidak boleh memegang batang bor


atau meletakkan tangan mereka di atas alat penjepit
(chuck) sewaktu pengeboran sedang dilakukan; dan
g) pada waktu listrik mati, alat pengendali bor dimatikan
dan dinetralkan sampai listrik hidup kembali,
apabila dilakukan kegiatan pengeboran dengan pengeboran
bangka maka KIT atau orang yang ditunjuk paling sedikit
dengan ketentuan:
a) memastikan jumlah Pekerja pengeboran mmimum 13
(tiga belas) orang;
b) lokasi kerja atau drill pad dipastikan bebas dari batang
pohon pada luasan kerja minimum 4 x 4 meter;
c) pemasangan pipa pertama dengan kepala
buluhj platform socket tegak lurus dan kokoh;
d) tidak diperkenankan lebih dari dua orang berdiri di atas
roda bor atau platform pada pipa bor pertama dan lebih
dari empat orang berdiri pada lantai platform pada pipa
bor kedua dan selanjutnya tertanam kuat;
e) selama kegiatan pengeboran dan pemasangan tambahan
rangkaian pipa bor tetap pada posisi tegak;
f) hanya peralatan bor yang digunakan saja yang boleh
diletakan di roda bor atau platform;
g) Pekerja tidak diperkenankan berada tepat di bawah roda
bor atau platform saat kegiatan pengeboran dilakukan;
dan
h) dalam hal menghindari timbulnya Penyakit Akibat Kerja,
KIT memastikan operasional pekerjaan pengeboran
dengan pengeboran bangka telah dikendalikan risiko
kesehatan terhadap Pekerja.
Apabila dilakukan kegiatan pengeboran dengan pengeboran
terapung maka KIT atau orang yang ditunjuk paling sedikit
dengan ketentuan:
a) geladak kerja pada lantai kerja terapung minimum
50 (lima puluh) sentimeter di atas permukaan air dan
dilengkapi dengan pagar pengaman, bingkai lantai, dan
alat pengaman lainnya. Lantai kerja terapung dibuat
kedap air dan diperiksa paling sedikit 1 (satu) kali dalam
semmggu;
-167-

b) setiap sudut geladak kerja, diikat ke jangkar yang


memadai beratnya. Kawat jangkar direntangkan dengan
kencang yang panjangnya lima kali dalamnya air. Letak
jangkar di dasar air diberi tanda;
c) setiap instalasi bor terapung dilengkapi dengan:
(1) baju pelampung dengan jumlah minimum 110%
(seratus sepuluh persen) dari jumlah Pekerja
terbanyak yang berada di geladak dan disimpan
pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau;
(2) pelampung cincin (lifebouy) dengan panjang tali 25
(dua puluh lima) meter paling sedikit 3 (tiga) buah;
dan
(3) pengait tanpa mata dengan tangkai yang
panjangnya minimum dari 5 (lima) meter dan
dengan tali yang masing-masing panjangnya
minimum dari 25 (dua puluh lima) meter dalam
jumlah yang cukup,
d) selama gilir kerja, dipastikan tersedia perahu penolong
dengan kapasitas paling sedikit 150 (seratus lima puluh)
per sen dari jumlah Pekerja dalam gilir kerja tersebut;
e) apabila diduga atau diperkirakan akan terjadi
gelombang besar, instalasi bor terapung dipindahkan
pada lokasi yang diperkirakan aman dari lokasi semula
dan kemudian dijangkarkan; dan
f) sistem komunikasi radio dua arah tersedia antara
instalasi bor terapung dengan stasiun di darat.
Apabila kegiatan pengeboran dilakukan dengan
menggunakan kapal bor maka KIT atau orang yang ditunj uk
paling sedikit memperhatikan:
a) setiap kapal dan kapal bantu yang digunakan untuk
pekerjaan pengeboran tunduk kepada peraturan
pelayaran yang berlaku;
b) setiap kapal memiliki 4 (empat) kawat jangkar dan
direntangkan dengan kencang yang panjangnya sepuluh
-168-

kali dalamnya air. Letak jangkar di dasar air, dipastikan


diberi tanda;
c) derek bar atau tiang bar pada kapal bar dilengkapi
dengan:
(1) bendera perusahaan dan tanda peringatan yang
sesuai dan jelas terlihat pada waktu siang;
(2) lampu merah pada puncak kapal dan jelas terlihat
dari jarak minimum 2 (dua) millaut; dan
(3) satu atau lebih lampu biasa yang dipasang antara
ketinggian 6 (enam) meter dan 30 (tiga puluh) meter
di atas permukaan tanah dan jelas terlihat dari
jarak minimum 5 (lima)millaut pada waktu gelap,
d) baju pelampung dengan jumlah paling sedikit 110%
(seratus sepuluh persen) dari jumlah Pekerja terbanyak
yang berada di geladak dan disimpan pada tempat yang
mudah dilihat dan dijangkau paling sedikit dengan
ketentuan:
(1) pelampung cincin (lifebouy) dengan panjang tali 25
(dua puluh lima) meter minimum 3 (tiga)buah; dan
(2) pengait tanpa mata dengan tangkai yang
panjangnya tidak kurang dari 5 meter dan dengan
tali yang masing-masing panjangnya tidak kurang
dari 25 meter dalam jumlah yang cukup,
e) selama gilir kerja, dipastikan tersedia rakit penolong (life
craft) dengan kapasi tas minimum 150 (seratus lima
puluh) persen dari jumlah Pekerja dalam gilir kerja
tersebut;
f) sistem komunikasi radio dua arah tersedia antara
instalasi kapal bar terapung dengan stasiun di darat;
g) lampu derek bar atau tiang bar pada kapal bar dirancang
untuk dapat mengirimkan Kode Marse (..__ ) huruf U
serentak dan terus menerus selama 15 detik;
h) setiap kapal bar dilengkapi dengan pembangkit tenaga
listrik cadangan;
-169-

i) setiap kapal bor dilengkapi dengan alat keselamatan


kerja yang eukup untuk memadamkan kebakaran,
penyelamatan di laut dan untuk pekerjaan pengeboran.
5) Jack Up Vessel
Khusus untuk jack up vessel di samping penjelasan pada
kapal bor sebagimana dimaksud, KTTjuga:
a) memastikan tidak ada Pekerja yang berada pada radius
penyangga lantai kerja (spud); dan
b) memastikan kekuatan spud mampu menahan beban
jack up vessel.
6) Penetapan Daerah Berbahaya
Penetapan daerah berbahaya pada pengeboran eksplorasi
paling sedikit:
a) dalam hal pengeboran menembus lapisan atau endapan
yang mengeluarkan gas atau zat eair yang bertekanan,
beraeun atau mudah terbakar , KIT atau petugas yang
bertanggung jawab untuk pekerjaan tersebut segera
menghentikan pengeboran dan menetapkan daerah
tersebut sebagai daerah berbahaya; dan
b) KTTmenetapkan pedoman tentang tindakan peneegahan
yang dilakukan pada daerah berbahaya. Pedoman
tersebut termasuk larangan merokok atau menggunakan
api terbuka, larangan penggunaan mesin motor bakar,
standar konstruksi dan penggunaan alat listrik, cara
penyumbatan lubang bor dalam keadaan darurat, dan
meneantumkan jumlah dan jenis alat bantu pernapasan
serta alat pelindung diri yang tersedia dilokasi
pengeboran.
f. Pasea Pengeboran Eksplorasi
Pasea pengeboran eksplorasi, maka KIT atau orang yang ditunjuk
paling sedikit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) semua lubang bor yang tidak diperlukan lagi ditimbun
kembali dengan material padat.
2) pengawas operasional pengeboran memastikan bahwa lokasi
pengeboran eksplorasi yang ditinggalkan terbebas dari
-170-

tumpukan sampah atau barang bekas pakai, ceceran minyak


dan gemuk (grease), oli, lumpur dan potensi bahaya lainnya.
3) kolam penampungan atau mud pit pada lokasi pengeboran
eksplorasi kembali ditimbun.
g. Pengeboran Eksplorasi Tambang Bawah Tanah
Pada pengeboran eksplorasi tambang bawah tanah paling sedikit
dengan ketentuan:
1) dalam merencanakan operasi pengeboran ekplorasi tambang
bawah tanah, perusahaan pemegang IUP dan IUPK usaha
Pertambangan melakukan kajian teknis mengenai potensi
semburan liar (blowout).
2) lubang bekas pengeboran eksplorasi untuk tambang dalam di
permukaan tanah ditutup dengan baik dengan material
untuk menghindari kemungkinan semburan gas dan bahaya
lain.
3) operator pengeboran di dalam terowongan dilengkapi dengan
peralatan deteksi oksigen, metan, H2S, C02 dan gas-gas
berbahaya lainnya.
4) pekerjaan pengeboran yang dilakukan di terowongan
memperhitungkan bahaya longsoran terowongan,
ketersediaan udara sehat, dan ventilasi yang baik,
penerangan yang baik, serta aspek keselamatan lain bagi
Pekerja.
5) peralatan listrik dan jaringan kabel listrik untuk pekerjaan
pengeboran di dalam terowongan dipastikan aman dan
diletakkan minimum 1 (satu) meter dari permukaan lantai
terowongan dan terhindar dari kemungkinan tergenang air.

9. Keselamatan Tambang Permukaan


Pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pernurnian, dan IPR dalam melaksanakan keselamatan
tambang permukaan paling sedikit meliputi:
-171-

a. Pereneanaan dan Operasional Tambang Permukaan


Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan,' atau Pemurnian, dan IPR keselamatan tambang
dalam pereneanaan tambang meliputi:
1) Reneana Tambang, paling sedikit dengan ketentuan:
a) KTT menjamin kestabilan lereng penambangan,
penimbunan, dan lokasi fasilitas lainnya telah
diperhitungkan dalam pereneanaan tambang.
b) jika ditemukan kondisi tidak aman yang tidak
teridentifikasi sebelumnya, maka dilakukan
pereneanaan ulang agar tetap memenuhi standar aman
dan disetujui oleh KTT.
e) permuka kerja penambangan dan penimbunan paling
sedikit dengan ketentuan:
(1) tinggi, lebar, dan kemiringan teras dibuat dengan
baik dan aman dengan membuat kajian kestabilan
lereng untuk keselamatan operasional aktivitas
penambangan.
(2) membuat kajian kestabilan lereng untuk
menentukan:
(a) jarak aman antara permuka kerja aktif dengan
kaki timbunan atau toe inpit;
(b) jarak aman antara ujung teras tambang
dengan kaki timbunan atau toe outpit; dan
(e) jarak aman an tara kolam pengendap dengan
kaki timbunan atau toe outpit.
d) fasilitas penimbunan tailing paling sedikit dengan
ketentuan:
(1) membuat fasilitas penimbunan tailing sesuai
dengan reneana pada dokumen studi kelayakan dan
sesuai dengan dokumen perizinan dari instansi
terkait; dan
-172-

(2) volume fasilitas penimbunan tailing memadai dan


sesuai dengan perhitungan jumlah tailing yang
akan ditimbun.
2) Operasional Tambang paling sedikit dengan ketentuan:
a) pembersihan lahan dan pemotongan pohon paling
sedikit dengan ketentuan:
(1) alat yang melakukan kegiatan pembersihan lahan
dilengkapi kabin operator yang tertutup serta
pengaman pelindung kejatuhan dan terguling;
(2) kegiatan pemotongan pohon hanya dapat dilakukan
oleh paling sedikit 2 (dua) personil dimana satu
orang sebagai penebang pohon dan satu orang
lainnya bertugas mengawasi aktivitas pemotongan
pohon; darr/ atau
(3) minimum 30 (tiga puluh) meter dari ujung teras
atas penambangan bersih dari pepohonan,
b) kegiatan pemindahan tanah pucuk, tanah penutup dan
penambangan paling sedikit dengan ketentuan:
(1) jenis, ukuran, dan kapasitas alat yang digunakan
untuk memindahkan tanah pucuk atau top soil dan
tanah penutup atau overburden disesuaikan dengan
kondisi dan daya dukung material di area kerja;
(2) merawat area kerja agar tidak mengganggu dan
membahayakan alat yang sedang beroperasi dan
Pekerja;
(3) alat muat dan alat angkut dioperasikan sesuai
dengan ketentuan kapasitas beban maksimum;
(4) melakukan Manajemen Risiko pada setiap
perubahan desain dan spesifikasi alat muat, alat
angkut, dan alat pendukung lainnya, serta
mendapatkan persetujuan dari KIT;
(5) dimensi mangkuk alat muat atau bucket lebih kecil
dari dimensi bak alat angkut;
-173-

(6) pada saat memuat tanah penutup posisi pijakan


alat muat tidak boleh lebih rendah dari level pijakan
alat angkut;
(7) pada saat beroperasi pintu kabin alat muat dan alat
angkut dalam posisi tertutup;
(8) pada saat memuat material ke alat angkut posisi
mangkuk alat muat tidak boleh melewati ujung
kanopi alat angkut;
(9) alat angkut tanah penutup memiliki kabin yang
mampu menahan beban dari kemungkinan jatuhan
langsung material saat diisi muatan;
(10) alat angkut dioperasikan sesuai ketentuan batas
kecepatan dan jarak aman antar unit yang berlaku;
(11) operator selalu menggunakan sabuk keselamatan
pada saat mengoperasikan unit;
(12) KIT mengatur batas kecepatan untuk alat angkut
bermuatan dan tidak bermuatan sesuai dengan
kajian dengan mempertimbangkan hasil Manajemen
Risiko;
(13) penggalian yang dilakukan pada permuka kerja,
teras kerja, dan dinding tambang akhir tanpa
melakukan penggalian potong bawah atau
undercutting;
(14) mengamankan permuka kerja dan jalan dari
material padat yang menggantung jika area di
bawahnya terdapat aktivitas kerja danfatau
pengangkutan. Apabila dalam kondisi material
padat yang menggantung tersebut tidak
memungkinkan untuk diamankan maka
memindahkan atau mengalihkan aktivitas di
bawahnya;
(15) Pekerja berada pada zona aman dari risiko tertimpa
material pada saat dilakukan pengguguran material
menggantung; dan
-174-

(16) memasang pagar pengaman dan menyediakan area


parkir khusus di lokasi titik pandang tambang atau
view point,
c) pekerjaan penimbunan tanah penutup paling sedikit
dengan ketentuan:
(1) penimbunan tanah penutup oleh alat angkut hanya
dapat dilakukan berdasarkan jarak aman dari
ujung teras atas penambangan atau crest sesuai
hasil rekomendasi kajian kestabilan lereng;
(2) membuat tanggul pengaman di lokasi timbunan
material lunak dan berair, dan/ atau lumpur serta
memasang tanda peringatan;
(3) membuat sistem drainase yang memadai di area
penimbunan;
(4) mengawasi setiap pekerjaan penimbunan tanah
penutup, sehingga alat /kendaraan di lokasi
penimbunan beroperasi dengan aman;
(5) penimbunan di tepi tebing timbunan dapat
dilakukan setelah dilakukan kajian teknis yang
menyatakan pekerjaan tersebut aman dengan
persetujuan KIT;
(6) tanggul atau onggokan bahan yang ditimbun, tetap
ada pada batas tepi tebing timbunan, dengan
mempertimbangkan kestabilan lereng timbunan;
(7) membuat tanggul pengaman untuk menghindarkan
kendaraan terguling atau melewati tepi tebing
timbunan jika penimbunan di tepi tebing
diperbolehkan. Tanggul pengaman yang dimaksud
minimum 0,75 (nol koma tujuh puluh lima) dari
tinggi roda kendaraan terbesar;
(8) menyediakan alat dorong yang cukup pada setiap
pekerjaan penimbunan;
(9) KTT menunjuk pengawas operasional yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan penimbunan;
-175-

(10) hanya pengawas penimbunan yang diperbolehkan


berada di daerah penimbunan, pada posisi jarak
arnan. pengawas tersebut dilengkapi dengan radio
komunikasi dan memakai rornpi pantul atau
reflective vest dengan warna yang mencolok;
(11) memastikan pekerjaan penimbunan dilakukan pada
kondisi pencahayaan yang cukup;
(12) pengemudi alat angkut memarkirkan unitnya pada
tempat yang telah ditentukan dengan
mempertimbangkan potensi bahaya dan risiko;
(13) menyediakan area parkir khusus kendaraan ringan
di setiap area timbunan yang dilengkapi dengan
tanggul pengaman dan rarnbu peringatan;
(14) apabila bekerja atau berada di atas timbunan aktif
batu atau material lepas danl atau pekerjaan
dilakukan secara manual, maka:
(a) terlebih dahulu melakukan analisis
keselarnatan pekerjaan; dan
(b) curahan batu ke dan dari timbunan telah
dihentikan dan telah dipastikan bahwa
corongan di bawah timbunan sudah ditutup,
d) konstruksi dan pengarnanan fasilitas penimbunan tailing
paling sedikit dengan ketentuan:
(1) fasilitas penimbunan tailing yang beru pa
bendungan, mempunyai konstruksi bendungan
yang kuat dan memenuhi persyaratan serta
ketentuan lain yang berlaku;
(2) memasang alat pemantau atau instrument
monitoring untuk mengukur regangan, tekanan, dan
perubahan POSlSl atau displacement pada
bendungan yang beroperasi secara aktual dan
terus-menerus;
-176-

(3) fasilitas penimbunan tailing selalu dipantau secara


berkala agar tetap aman; dan
(4) memasang pagar pengaman, rarnbu-rambu
keselamatan, dan tanda peringatan apabila fasilitas
penimbunan tailing berlokasi dekat dengan
pemukiman dan fasilitas umum,
e) sumuran, parit, tanggul, dan bendungan paling sedikit
dengan ketentuan:
(1) memasang penyangga atau dinding dengan
kemiringan sudut yang aman ketika membuat
sumuran, parit, atau pekerjaan sejenis; dan
(2) tanggul atau bendungan air yang sifatnya
sementara atau tetap, dibuat dengan kokoh
memenuhi persyaratan dan ketentuan lain yang
berlaku serta diperiksa dan dirawat secara berkala,
f) kolam pengendap paling sedikit dengan ketentuan:
(1) selalu memantau konstruksi kolam pengendap
secara berkala agar tetap aman; dan
(2) melengkapi kolam pengendap dengan rambu-rambu
keselamatan dan tanda peringatan,
g) lubang bekas tambang paling sedikit dengan ketentuan:
(1) memasang pagar pengaman apabila lubang bekas
tambang berlokasi dekat dengan pemukiman dan
fasilitas umum;
(2) membuat dan memasang secara permanen tanda
larangan memasuki wilayah lubang bekas tambang
yang dapat dilihat dengan jelas, dibaca, dan
dimengerti;
(3) melakukan sosialisasi dan edukasi secara intensif
tentang larangan dan bahaya memasuki wilayah
lubang bekas tambang; dan
(4) melakukan patroli keselamatan pada wilayah
lubang bekas tambang secara rutin dan berkala,
-177-

h) jalan tambang dan jalan angkut paling sedikit dengan


ketentuan:
(1) membuat identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian serta standar pembuatan jalan
tambang dan jalan angkut paling sedikit mengatur
lebar jalan, kemiringan jalan, tanggul pengaman,
super elevasi, drainase, jarak antar tikungan, dan
rambu-rambu keselamatan;
(2) membuat prosedur penggunaan jalan tambang dan
jalan angkut terutama dalam pengaturan lalu lintas
tambang dan tata cara komunikasi di jalan
tamban gl angku t;
(3) memastikan terlaksananya kegiatan inspeksi,
pemeliharaan, serta perawatan jalan tambang dan
jalan angkut;
(4) memasang tanda penuntun atau delineator pada
sisi luar jalan di sepanjang jalan tambang dan jalan
angkut sesuai dengan sni atau ketentuan yang
berlaku;
(5) mempertimbangkan sudut pandang jalan, tinggi
tanggul pengaman, dan kondisi lainnya pada setiap
persimpangan jalan agar tidak menghalangi
pandangan;
(6) membuat separator di setiap persimpangaan pada
jalan tambang dan angkut;
(7) membuat jalur tunggu dan/ atau bundaran pada
setiap persimpangan dengan 3 (tiga) perlintasan
untuk kendaraan yang akan pindah jalur apabila
kondisi topografi memungkinkan;
(8) merawat dan memelihara jalan tambang dengan
baik dan dilakukan secara terus menerus;
(9) memasang rambu-rambu keselamatan di jalan
tambang dengan jumlah yang sesuai dengan
-178-

identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang telah


dilakukan;
(10) setiap alat angkut hanya boleh menggunakan jalan
yang telah ditetapkan untuk jalan angkutan dan
diberi tanda dengan jelas;
(11) melengkapi bagian pinggir jalan tambang dan
angkut dengan tanggul pengaman;
(12) memberikan material pelapis untuk memperkuat,
menahan erosi, dan I atau menghindari tergelincir
pada permukaan jalan angkut;
(13) memasang tanda peringatan yang jelas tentang
adanya rintangan dan tinggi rintangan tersebut
pada setiap jalan angkut yang melintasi rintangan
tertentu;
(14) membuat pembatas tengah jalan yang aman pada
jalan angkutan dua arah yang memiliki sudut
pandang terbatas atau blind spot;
(15) menyediakan lampu penerangan dalam jumlah
yang cukup pada tempat strategis dan titik rawan di
sepanjang jalan angkut;
(16) menyediakan tempat istirahat dan jalur
pengereman darurat dengan interval tertentu pada
jalan angkut;
(17) membuat perjanjian kerjasama untuk pembagian
tanggung jawab KIT terhadap aspek Keselamatan
Pertambangan apabila jalan angkut digunakan oleh
lebih dari satu pemegang IUP, IUPK, atau bidang
usaha lain; dan
(18) jalan khusus yang ditetapkan oleh KIT yang
digunakan untuk umum maka keselamatan
pengguna jalan tersebut menjadi tanggung
jawabnya,
i) pengoperasian kendaraan di jalan tambang dan jalan
angkut paling sedikit dengan ketentuan:
-179-

(1) kendaraan di tambang hanya dapat dioperasikan


oleh Pekerja yang:
(a) berusia minimum 18 (delapan belas) tahun;
(b) ditunjuk oleh KIT untuk mengemudikan
kendaraan tertentu; dan
(e) telah lolos uji dan dinyatakan mampu
mengemudi di area tambang oleh KIT dengan
bukti Surat Izin Mengemudi yang dikeluarkan
oleh Perusahaan sesuar dengan jenis
kendaraan yang diizinkan,
(2) setiap pengemudi pada kegiatan usaha
Pertambangan mematuhi peraturan lalu lintas yang
telah ditetapkan oleh KIT;
(3) sebelum meninggalkan kendaraannya, pengemudi
memastikan kendaraan benar-benar berhenti dan
kunei kontak sudah dieabut sehingga tidak dapat
dioperasikan oleh orang lain yang tidak
berkepentingan atau seeara tak sengaja berjalan;
(4) pada saat memulai gilir kerja setiap pengemudi
melakukan pemeriksaan bagian-bagian luar dari
kendaraarmya dan meneoba kerja alat pengendali
dan terutama kemampuan rem; dan
(5) pengemudi memastikan tidak ada orang yang
berada pada alat angkut yang sedang bekerja,
keeuali untuk kepentingan pelatihan atas instruksi
pelatih yang berwenang,
j) lalu lintas tambang paling sedikit dengan ketentuan:
(1) membuat manajemen lalu lintas tambang dan
mengatur lalu lintas di Pertambangan serta
memasang tanda lalu lintas yang diperlukan, untuk
memberitahukan para pengemudi paling sedikit
tentang:
(a) perintah berhenti pada persimpangan;
(b) tikungan;
-180-

(e) arah lalu lintas;

(d) prioritas;
(e) batas keeepatan;

[f] batas tinggi kendaraan;


(g) tanjakanjturunan; dan
(h) daerah parkir, larangan parkir, serta hal lain
yang berhubungan dengan keselamatan lalu
lintas tambang,
(2) membuat jalur lalu lintas satu arah pada pekerjaan
memuat, membongkar, dan menumpahkan
muatan;
(3) pengemudi dapat mendahului kendaraan lain pada
jalur yang telah ditetapkan dengan memberikan
informasi melalui radio komunikasi dengan
pengemudi atau operator dari unit yang akan
didahului;
(4) Pekerja yang diizinkan berjalan atau berada pada
jalan angkutan atau pada tempat pemuatan dan
pembongkaran selalu memakai rompi pantul atau
reflective vest dengan warna yang meneolok;
(5) kendaraan yang dilengkapi dengan bak penumpah
atau tipping body dilengkapi alat pengaman yang
sesuai standard;
(6) memasang pengganjal roda atau mengarahkan unit
ke tanggul atau rusuk jalan jika alat angkut parkir
di tempat yang miring dan memposisikan bak
penumpah dalam kondisi turun;
(7) mengoperasikan kendaraan dengan perlahan
apabila melalui jalanan yang menurun dengan
menggunakan transmisi tertentu sesuai kajian yang
telah dilakukan;
(8) pengemudi sebelum menjalankan kendaraannya
memastikan tidak ada orang di sekitar
-181-

kendaraannya dan memberi tanda bunyi


peringatan :
(a) satu kali ketika akan menyalakan kendaraan;
(b) dua kali ketika kendaraan akan bergerak maju;
dan
(e) tiga kali ketika memundurkan kendaraan,
k) alat berat paling sedikit dengan ketentuan:
(1) jenis dan konstruksi alat berat yang digunakan di
Pertambangan sesuai dengan sifat pekerjaannya,
kondisi lapangan, dan sifat tanah atau batuan yang
dipindahkan;
(2) setiap perubahan konstruksi alat berat dari standar
pabrik pembuatnya yang dapat mempengaruhi
keselamatan disetujui oleh KIT;
(3) alat berat pada kegiatan usaha Pertambangan,
hanya dapat dioperasikan oleh Pekerja yang:
(a) berusia minimum 21 (dua puluh satu) tahun;
(b) dinyatakan sehat baik mental maupun fisik
oleh tenaga medis; dan
(e) memiliki surat keterangan layak
mengoperasikan yang dikeluarkan oleh KIT
atau oleh petugas lain yang berwenang atas
nama KIT,
(4) surat keterangan layak mengoperasikan hanya
dapat diberikan setelah seseorang lulus ujian
mengoperasikan alat pemindah tanah yang
diselenggarakan oleh perusahaan Pertambangan
yang bersangkutan dan hanya berlaku dalam
wilayah kegiatan usaha Pertambangan atau wilayah
proyek di tempat surat keterangan layak
mengoperasikan tersebut diberikan;
(5) operator melarang setiap orang berada pada alat
pemindah tanah keeuali untuk kepentingan
pelatihan atas instruksi pelatih yang berwenang,
-182-

pemeriksaan, pengawasan, pemeliharaan , atau


perbaikan;
(6) operator alat pemindah tanah memastikan tidak
ada orang yang naik ke atau turun dari alat
pemindah tanah yang sedang beroperasi;
(7) sebelum meninggalkan unitnya, operator
memastikan unitnya benar-benar berhenti dengan
aman dan memastikan mangkuk (bucket) dan bilah
(blade) telah diturunkan ke tanah;
(8) mengarahkan alat pemindah tanah ke tanggul atau
rusuk jalan serta mangkuk atau bilah diturunkan
ke tanah apabila alat pemindah tanah parkir di
tempat yang miring;
(9) memutus kontak sakelar induk dan memastikan
semua alat pengendali dalam keadaan netral serta
mengaktifkan rem parkir apabila alat pemindah
tanah yang digerakkan tenaga listrik akan
ditinggalkan;
(10) menyalakan lampu tanda bahaya (hazard lamp) dan
memasang tanda peringatan lainnya apabila alat
pemindah tanah sedang parkir di tempat yang
dapat menimbulkan bahaya terhadap lalu lintas
kendaraan lain;
(11) memeriksa mesin dan bagian mekanis alat
pemindah tanah sebelum dioperasikan dan
melakukan pemeriksaan secara berkala;
(12) memastikan tidak ada orang yang melintas atau
bekerja di bawah lengan (boom) atau bagian dari
alat pemindah tanah yang sedang terangkat atau
tergantung kecuali telah dilakukan pengamanan
terhadap turunnya lengan atau bagian dari alat
tersebut;
(13) pelumasan manual dan/ atau perbaikan dilakukan
saat alat pemindah tanah yang tidak sedang
-183-

bergerak kecuali gerakan tersebut diper1ukan untuk


perbaikan atau perawatan. Pekerja yang me1akukan
pekerjaan tersebut berada pada posisi yang aman
dan dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan;
(14) bagian mesin dari a1at pemindah tanah se1alu
da1am kondisi bersih dari debu yang mudah
menya1a atau material 1ainnya yang berpotensi
menimbu1kan bahaya kebakaran;
(15) alat pemindah tanah bekerja da1am radius kerja
alat yang bebas dari rintangan dan orang;
(16) sebe1um mengoperasikan alat pemindah tanah,
operator ter1ebih dahu1u memberikan tanda bunyi
sebagai peringatan;
(17) se1alu mengoperasikan a1at pemindah tanah sesuai
dengan petunjuk pabriknya;
(18) bahan berbahaya diangkat dari/ atau dipindahkan
menggunakan a1at angkat yang sesuai
perun tukannya;
(19) memberikan pengawalan pada setiap alat pemindah
tanah yang akan masuk dan ke1uar dari wi1ayah
operasi Pertambangan;
(20) operator alat pemindah tanah memastikan bahwa
tidak ada orang yang menumpang di mangkuk atau
bucket alat pemindah tanah untuk tujuan
transportasi; dan
(21) operator alat pemindah tanah memastikan bahwa
tidak ada orang yang melintas di bawah mangkuk
atau bucket alat pemindah tanah yang sedang
operasi,
1) pekerjaan penirisan tambang paling sedikit dengan
ketentuan:
(1) pompa isap air yang beroperasi di atas air
ditempatkan di atas ponton;
-184-

(2) pompa isap air hanya boleh dioperasikan oleh


personil yang mendapatkan ijin kerja khusus dari
KIT;
(3) personil yang bekerja di dekat air selalu
menggunakan rompi pelampung dan tersedia alat
keselamatan lainnya di lokasi kerja;
(4) posisi pipa, selang bahan bakar, dan kabel yang
melewati kolam air atau bendungan dilengkapi
dengan pelampung agar bisa terlihat dan terapung
di permukaan;
(5) jalur pipa air yang ditanam dibawah tanah dengan
kedalaman tertentu yang dilewati oleh alat
darr/ atau kendaraan telah memperhitungkan dan
mempertimbangkan beban alat yang lewat
diatasnya;
(6) melakukan perawatan secara rutin dan berkala
terhadap mesin pompa isap air dan instalasinya;
dan
(7) membuat prosedur khusus apabila pekerjaan
penirisan berhubungan dengan air yang memiliki
suhu tinggi,
m) menyediakan sarana radio komunikasi dua arah di
setiap area kerja,

10, Keselamatan Tambang Bawah Tanah


Pemegang IUP dan IUPK dalam melaksanakan keselamatan tambang
bawah tanah paling sedikit meliputi:
a, Administrasi Tambang Bawah Tanah
Administrasi tambang bawah tanah paling sedikit meliputi:
1) Kepala Tambang Bawah Tanah dan pengawas ditunjuk oleh
KIT dan namanya dicatat dalam buku tambang, paling
sedikit dengan ketentuan:
-185-

a) melakukan pengawasan kegiatan di dalam tambang,

kepala tambang bawah tanah dibantu oleh pengawas

operasional dan pengawas teknis.

b) apabila terdapat lebih dari satu tambang bawah tanah

dan daerah kegiatan tambang bawah tanah cukup luas,

maka dapat diangkat penanggung jawab area. Batas

wilayah ditunjukkan pada peta tambang bawah tanah


dan terdapat di kantor tambang serta salinan peta

tersebut disampaikan kepada KaIT atau Kepala Dinas

atas nama KaIT sesuai dengan kewenangannya.

2) kualifikasi dalam tambang bawah tanah paling sedikit


meliputi:
a) KTT dapat bertindak sebagai Kepala Tambang Bawah
Tanah kecuali IT keberatan untuk kepentingan
Keselamatan Pertambangan.
b) Kepala Tambang Bawah Tanah beserta Pengawas
mempunyai kemampuan teknis, kualifikasi serta
pengalaman sebagaimana ditetapkan oleh KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
kewenangannya.
c) KTT dalam mengangkat pengawas, menyampaikan
kepada yang bersangkutan secara tertulis tugas dan
tanggung jawabnya berdasarkan wilayah dan waktu.
3) tugas Kepala Tambang Bawah Tanah dan pengawas paling
sedikit:
a) tugas Kepala Tambang Bawah Tanah paling sedikit
meliputi:
(1) mengatur semua kegiatan dalam operasi
penambangan sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan petunjuk dari KTT;
(2) memastikan bahwa dilakukan pencatatan yang teliti
terhadap jumlah orang yang masuk setiap gilir kerja
pada tambang bawah tanah;
-186-

(3) menjamin persediaan dan penyaluran barang


kebutuhan pendukung kegiatan tambang bawah
tanah sehingga pekerjaan berjalan aman dan
lancar; dan
(4) melakukan pemeriksaan terhadap semua
administrasi dan bagian-bagian tambang bawah
tanah yang paling sedikit sekali dalam 3 bulan,
b) Kepala Tambang Bawah Tanah atau yang mewakili
dapat meminta perintah tertulis dari pengusaha atau
KTT untuk pekerjaan yang dapat mempengaruhi
kewajibannya yang berhubungan dengan keselamatan
Pekerja tambang bawah tanah.
c) dalam keadaan darurat KTT dapat memerintahkan
secara langsung kepada Pekerja tambang bawah tanah
tanpa melalui Kepala Tambang Bawah Tanah.
d) pengawas pada tambang bawah tanah melakukan
pemeriksaan terhadap peralatan, perkakas, permesinan,
kelistrikan dan pekerjaan dalam tambang bawah tanah
sesuai dengan tugas pengawas yang bersangkutan.
e) pengawas operasional dan pengawas teknis bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Tambang Bawah Tanah.
f) apabila gilir kerja tidak kontinu maka kondisi tidak
aman diberitahukan secara tertulis kepada gilir kerja
berikutnya dan ditandatangani. Pemberitahuan dibaca
kemudian ditandatangani oleh penanggung jawab gilir
kerja berikutnya sebelum memulai pekerjaan.
4) pemeriksaan tambang paling sedikit meliputi:
a) pengawas operasional setiap gilir kerja paling sedikit
melaksanakan:
(1) memeriksa setiap tempat kerja yang ada pekerjaan
dilakukan, jalan yang dilalui Pekerja pada gilir kerja
tersebut dan tempat kerja setelah peledakan; dan
(2) memeriksa jalan keluar, tangga yang akan
digunakan Pekerja pada gilir kerja tersebut,
-187-

dalam melaksanakan pemeriksaan, pengawas


operasional mengambil tindakan perbaikan terhadap
penyimpangan.
b) dalam selang waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
pengawas operasional atau pengawas teknis melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap kondisi
sumuran, lubang naik, lubang turun atau jalan keluar
darurat ke permukaan.
c) pengawas operasional melakukan:
(1) pemeriksaan seluruh saluran ventilasi setiap selang
waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh] hari;
(2) pemeriksaan sepanjang jalan yang tidak umum
digunakan, tetapi dapat digunakan sebagai jalan
darurat altematif, setiap selang waktu tidak lebih
dari 3 (tiga) bulan; dan
(3) pemeriksaan terhadap potensi bahaya air darr/ atau
lumpur yang terakumulasi dan melakukan
tindakan pengamanan.
d) pengawas teknis melakukan:
(1) pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana
penggunaan derek pada tambang bawah tanah
dengan selang waktu tidak lebih dari 24 (dua puluh
empat) Jam untuk derek yang digunakan
mengangkut orang dan selang waktu 7 (tujuh) hari
untuk derek yang digunakan mengangkut barang.
(2) pemeriksaan sarana transportasi orang dan barang
setiap level.
(3) pemeriksaan pompa pengeringan tambang.
(4) pemeriksaan terhadap kondisi penyanggaan.
5) tugas dan kewajiban Pekerja tambang bawah tanah paling
sedikit meliputi:
a) Pekerja tambang bawah tanah tidak boleh melakukan
kegiatan di tambang bawah tanah apabila Kepala
-188-

Tarnbang Bawah Tanah atau orang yang ditunjuk untuk


mewakilinya tidak berada di daerah Pertarnbangan.
b) setiap Pekerja pada tarnbang bawah tanah:
(1) bekerja sarna serta patuh pada petunjuk yang
diberikan oleh pengawas atau petugas yang
bertanggung jawab pada suatu kegiatan;
(2) tidak mengakibatkan orang lain tidak dapat
bekerja;
(3) tidak memindahkan atau merusak pagar
pengaman, penutup, penghalang, tanda peringatan
atau prasarana lain yang dipasang untuk tujuan
keselarnatan;
(4) memastikan berjalan ke, dan dari tempat kerja lain
melalui jalan yang telah ditentukan;
(5) tidak melewati seeara paksa penghalang atau tanda
peringatan bahaya (danger tape) keeuali seizin
pengawas;
(6) tidak tidur selarna berada di tambang bawah tanah;
dan
(7) tidak membuka seeara paksa pintu terkunei,
memasuki ruangan mesin atau ruang kontrol
keeuali mendapat izin pengawas,
c) pada saat kegiatan penarnbangan maka:
(1) Pekerja memeriksa seeara teliti pada:
(a) permuka kerja;
(b) jalan yang sedang di bongkar atau diperbaiki;
dan
(e) penyangga yang sedang dipasang atau di
bongkar, terutarna apabila di sekitar tempat
tersebut baru dilakukan kegiatan peledakan,
(2) Pekerja memastikan bahwa tempat kerja yang
ditinggalkan pada akhir gilir kerja dalarn kondisi
arnan namun apabila hal tersebut tidak dapat
terlaksana, maka daerah tersebut dipasang pagar
-189-

dan dilaporkan Kepada Kepala Tambang Bawah


Tanah;dan
(3) Pekerja mengambil tindakan yang perlu untuk
mengatasi gangguan pada ventilasi tambang,
d) tidak meninggalkan lampu atau barang yang mudah
terbakar di tempat kerja tambang bawah tanah tanpa
diawasi.
e) tidak menangani atau mengoperasikan motor listrik
yang mempunyai daya lebih besar dari 7,5 (tujuh koma
lima) kilowatt, kecuali:
(1) dilakukan oleh operator;
(2) dilakukan oleh Pekerja berdasarkan perintah
tertulis; dan
(3) dalam keadaan darurat untuk mematikan motor,
f) tidak melepas gas beracun atau gas yang mudah
terbakar di dalam tambang bawah tanah.
g) pada instalasi derek untuk pengangkutan, Pekerja tidak
boleh naik ke atas atap kerangkeng kecuali mendapat
izin dari pengawas.
h) pada waktu naik kerangkeng tidak boleh:
(1) berusaha atau mencoba membuka pintu
kerangkeng; dan
(2) berusaha ke luar dari kerangkeng sebelum berhenti
dengan sempurna di tempat pemberhentian,
b. Jalan Keluar
Jalan keluar dari tambang bawah tanah paling sedikit:
1) jalan keluar dari tambang paling sedikit dengan ketentuan:
a) dua buah jalan keluar tersedia dari area dimana orang
bekerja, dengan pengecualian pada:
(1) pembuatan sumuran;
(2) pembuatan jalan keluar ke permukaan atau
terowongan lain yang terhubung ke permukaan;
(3) pembuatan terowongan eksplorasi atau terowongan
yang bukan untuk tujuan produksi; dan
-190-

(4) area lain yang sudah dikaji risiko dan penanganan


kemungkinan orang terjebak, dan sudah disetujui
oleh KalT atau Kepala Dinas atas nama KaITsesuai
dengan kewenangannya,
b) jalan keluar dari tambang paling sedikit memenuhi
persyaratan :
(1) mengarah ke permukaan atau ke jalan keluar lain
yang terhubung ke permukaan;
(2) terpisah antara satu sarna lain dengan sekat yang
memadai apabila terdapat satu atau lebih
terowongan yang menghubungkan langsung kedua
jalan keluar tersebut;
(3) dapat dilalui dengan aman dan mudah pada saat
terjadi keadaan darurat;
(4) dilengkapi dengan peralatan bantu sesuar
kebutuhan apabila jalan keluar tidak dilalui dengan
berjalan kaki secara normal; dan
(5) jalan keluar yang menggunakan tangga, disediakan
sedemikian rupa sehingga dapat dilewati orang
dengan perlengkapan penyelamatan yang
dibutuhkan pada keadaan darurat.
c) jalan keluar dibuat terpisah lebih dari 30 (tiga puluh)
meter sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu
jalan keluar tersebut tidak akan mempengaruhi
penggunaan jalan keluar lainnya.
d) apabila terjadi gangguan pada jalan keluar, maka KTT:
(1) melaksanakan tata cara penyelamatan diri satu
jalan keluar;
(2) memerintahkan pengamanan;
(3) mengaktifkan tim evakuasi; dan
(4) melapor kepada KalTatau Kepala Dinas atas nama
KalTsesuai dengan kewenangannya,
e) dalam hal terjadi gangguan pada jalan keluar, maka
pekerjaan tambang bawah tanah dihentikan dan KTT
-191-

membatasi seminimal mungkin jumlah Pekerja tambang


bawah tanah, yaitu hanya:
(1) Pekerja yang melaksanakan pekerjaan pengamanan
jalan keluar yang terganggu; dan
(2) Pekerja yang memberikan pertolongan kecelakaan

Kejadian Berbahaya dan kerusakan peralatan,


f) pekerjaan perbaikan jalan keluar yang terganggu dapat

dilakukan setelah mendapat persetujuan KalT atau

Kepala Dinas atas nama Kal'T sesuai dengan


kewenangannya
g) setiap pemberhentian pada suatu sumuran atau jalan

keluar ke permukaan tersedia jalan atau tangga yang

menuju ke pemberhentian pada sumuran atau jalan ke


luar ke permukaan lainnya.

h) KTT menyediakan tata cara penyelamatan diri dari

penggunaan satu jalan keluar dalam hal terjadi

gangguan yang mengakibatkan pada salah satu jalan


keluar tidak dapat digunakan.

2) peralatan dan alat bantu paling sedikit meliputi:


a) KTT menyediakan peralatan tambahan dan alat bantu

apabila peralatan yang biasa digunakan untuk jalan

keluar rusak atau macet. Peralatan yang dimaksud:

(1) dirawat, diperiksa dan diuji oleh Tenaga Teknis


Pertambangan yang Berkompeten agar selalu siap

pakai; dan

(2) menunjuk orang yang kompeten untuk melakukan


pemeriksaan dan pengujian,

b) KTTmembuat latihan simulasi yang memadai dan efektif

dalam penggunaan peralatan dan memastikan bahwa

pedoman tersebut diketahui dan ditaati oleh seluruh


Pekerja tambang bawah tanah serta salinannya terdapat
-192-

di kantor tambang. Latihan simulasi dilakukan paling

sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.


3) Kepala Tambang Bawah Tanah memastikan konstruksi,
pemeliharaan jalan dan tangga:
a) setiap jalan yang menghubungkan ke tempat kerja yang
disediakan untuk orang:
(1) dalam konstruksi yang sesuai dan dirawat dengan
baik;
(2) aman dan mudah digunakan untuk berjalan dan
tingginya tidak kurang dari 1,7 (satu koma tujuh)
meter; dan
(3) bebas dari rintangan,
b) setiap tangga dan jalan bertangga maka konstruksi dan
pemasangannya dengan kuat, terdapat pegangan tangan
atau hand rail dan dirawat dengan baik.
4) jalan dari tempat kerja paling sedikit dengan ketentuan:
a) setiap tempat kerja tersedia dua jalan keluar yang
terpisah, satu jalan menuju sumuran dan satu jalan
lainnya menuju ke permukaan. Ketentuan ini tidak
berlaku apabila:
(1) tempat kerja dengan jumlah Pekerja tidak lebih dari
9 (sembilan) orang dengan kemungkinan
penambahan jumlah sampai 3 (tiga) orang untuk
sementara yaitu orang yang bertugas memeriksa,
menyelidiki, menguji atau mengambil percontoh;
dan
(2) telah mendapatkan persetujuan KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaITsesuai kewenangannya.
b) jalan keluar yang menuju ke sumuran atau jalan keluar
ke permukaan diberi tanda dengan jelas.
c) jalan masuk yang menuju ke sumuran atau jalan keluar
ke permukaan memiliki pintu pembatas sebagai
pemisah, serta dapat dibuka saat diperlukan. Pintu
pembatas selalu dalam kondisi tertutup.
-193-

d) pada jalan keluar dari tempat kerja yang menuju jalan


keluar tambang tersedia peta yang jelas.
c. Perlindungan Tempat Kerja
Perlindungan tempat kerja pada tambang bawah tanah paling
sedikit meliputi:
1) perlindungan tempat kerja paling sedikit meliputi:
a) bekerja pada suatu tempat dalam tamban g, apabila ada
Pekerja lain yang bekerja di bagian atasnya, dapat
dilakukan setelah dilakukan tindakan pengamanan.
b) memperkerjakan Pekerja pada tempat yang kondisi
lapisan batuan atap, samping dan dinding, yang karena
ketinggiannya tetap dapat diperiksa.
c) alat muat (loading machine) atau alat muat angkut (load
haul dump truck) tidak diperbolehkan ke suatu tempat
bila posisi pengemudi tidak terlindung bahaya kejatuhan
batu dari atap, dinding atau tumpukan bijih yang tidak
dapat diperiksa.
d) alat muat atau alat muat angkut yang menggunakan
alat kendali jauh (remote control) maka kondisi sekitar
alat dapat dilihat oleh pengemudi.
2) corongan bijih atau yang serupa mempunyai ukuran yang
sesuai untuk mencegah penyumbatan dan sekitar corongan
dilengkapi alat pengaman untuk mencegah orang jatuh
kedalamnya.
3) ketentuan untuk penghalang atau pagar paling sedikit
meliputi:
a) Kepala Tambang Bawah Tanah memasang penghalang
atau pagar yang memadai pada daerah yang dinyatakan
berbahaya. Pekerja yang sedang bekerja pada daerah
yang berbahaya memeriksa bahwa penghalang atau
pagar terpasang dalam kondisi baik.
b) jika mengubah atau memindahkan penghalang atau
pagar pada daerah berbahaya, dengan seizin Kepala
Tambang Bawah Tanah.
-194-

4) pengamanan terhadap sumuran dan bukaan pada bagian

atas sumuran dipagar atau dilengkapi pengaman dengan


pintu (guard rain dan setiap lubang bukaan yang berbahaya

karen a kedalamannya dipasang pagar atau pengaman.


5) jalan masuk sumuran pada bukaan setiap level yang
berhubungan dengan sumuran atau lubang turun dilengkapi
dengan pintu dan pagar pengaman.
6) rintangan dan tanda peringatan paling sedikit meliputi:
a) tanda peringatan yang mudah dilihat dan menunjukkan
jenis sifat bahaya serta tindakan pengamanan yang
diperlukan .
b) pada mulut jalan pada kondisi jalan yang sedang
diperbaiki atau mempunyai kondisi membahayakan jika
orang melewatinya, maka jalan tersebut ditutup dan
dipasang tanda rambu peringatan "Dilarang Lewat".
7) penutupan bukaan atau sumuran paling sedikit meliputi:
a) akses ke semua bukaan atau sumuran yang akan
ditinggalkan ditutup dengan cara mengisi atau
menyumbat.
b) setiap bagian dari daerah tambang yang ditinggalkan
yang dapat menyebabkan bahaya dipasang pagar
dengan ketinggian minimum 80 (delapan puluh)
sentimeter.
c) penutupan bukaan dan sumuran pada tambang bawah
tanah mendapatkan pengesahan dari Kal'I' atau Kepala
Dinas atas nama Kal'I'sesuai dengan kewenangannya.
d. Penerangan pada Tambang Bawah Tanah
Penerangan pada tambang bawah tanah paling sedikit meliputi:
1) penerangan di Bawah Tanah
a) penerangan supaya dipasang di tempat-tempat sebagai
berikut:
(1) pada semua sarana masuk ke sumuran atau lubang
-195-

keluar, semua stasiun yang aktif pada sumuran,


tempat-tempat pemberhentian, dan tempat
pemuatan, dan tempat lain yang diperlukan Pekerja
untuk lalu lalang atau bekerja;
(2) pada setiap tempat orang bekerja atau berpindah
yang terpasang mesin, motor atau permesinan;
(3) pada setiap tempat yang secara teratur dilakukan
penggandengan atau pelepasan kendaraan atau
sistem pengangkutan dan setiap pengisian
kendaraan yang dilakukan secara mekanis; dan
(4) pada setiap tempat dimana alat atau operasi yang
dapat menimbulkan bahaya akibat kurangnya
penerangan yang tidak memadai.
b) penerangan pada tambang bawah tanah yang
menggunakan arus listrik memenuhi ketentuan dengan
tegangan maksimal 250 Volt dan lampu penerangan
yang tersedia dipasang dengan baik.
c) tempat-tempat yang dicat:
(1) setiap saran a masuk dan keluar sumuran serta
lubang keluar dan sekitarnya yang secara teratur
digunakan;
(2) setiap dinding tempat lewat atau persimpangan
(cross cut) dimana secara teratur dilakukan
penggandengan dan pelepasan penggandengan
kendaraan atau pengangkutan dan setiap pengisian
kendaraan yang dilakukan secara mekanis; dan
(3) setiap ruangan atau tempat mesin, motor,
transformator, dan sakelar,
2) lampu Pekerja paling sedikit meliputi:
a) Pekerja yang masuk ke dalam tambang bawah tanah
dilengkapi dengan lampu kedap gas.
b) Pekerja di bawah tanah dilengkapi dengan lampu
khusus pada topi pengaman serta ikat pinggang yang
sesuai dan nyaman.
-196-

c) setiap orang yang menerima lampu:


(1) memeriksa dan memastikan bahwa lampu dalam
keadaan baik dan lengkap;
(2) menolak menggunakan lampu yang tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan atau
berdasarkan hasil kajian risiko di tempat kerja;
(3) memakai lampu sesuai dengan prosedur;
(4) melaporkan setiap kerusakan lampu kepada
petugas ruang lampu dan petugas lampu mencatat
kerusakan lampu tersebut; dan
(5) mengembalikan lampu ke ruang lampu pada setiap
selesai bekerja,
d) semua lampu diberi nomor dan dirawat agar selalu
dalam kondisi baik oleh Pekerja yang berkompeten.
e) pengaturan ruang lampu adalah sebagai berikut:
(1) semua lampu dirawat dalam ruang lampu khusus;
(2) lampu dibersihkan dan dipasang kembali pada
ruang terpisah dari ruangan penyimpanan bahan
bakar;
(3) rambu tanda larangan merokok dan api terbuka
dipasang padajalan masuk ruang lampu; dan
(4) ruang lampu dilengkapi alat pemadam api yang
jenis dan volumenya sesuai dengan kebutuhan,
f) orang-orang yang berwenang dan bertugas terhadap
ruang lampu bertanggung jawab untuk mencatat:
(1) nama setiap orang yang masuk ke dalam tambang;
dan
(2) nomor lampu yang diberikan pada orang-orang
yang masuk ke dalam tambang,
e. Komunikasi
Komunikasi dalam tambang bawah tanah paling sedikit meliputi:
1) alat dan sistem komunikasi paling sedikit meliputi:
-197-

a) KIT memastikan bahwa operasi tambang bawah tanah


telah didukung oleh alat dan sistem komunikasi yang
memadai. Alat dan sistim komunikasi berfungsi untuk
menghubungkan:
(1) antar karyawan di dalam tambang bawah tanah;
dan
(2) antara orang di tambang bawah tanah dengan
orang di permukaan,
b) alat dan sistim komunikasi yang dipergunakan di dalam
tambang bawah tanah mempunyai tenaga listrik
cadangan.
c) semua Pekerja di tambang bawah tanah dievakuasi
keluar ke permukaan apabila keseluruhan sistim
komunikasi mati atau tidak berfungsi yang
mengakibatkan putusnya hubungan antara keseluruhan
orang di dalam tambang bawah tanah dengan orang di
permukaan.
d) KIT dapat membuat sandi maupun kode komunikasi
selain radio komunikasi.
2) persyaratan alat dan sistim komunikasi tambang bawah
tanah paling sedikit meliputi:
a) tersedia atau siap dipakai setiap saat, terutama dalam
waktu terjadinya kondisi darurat.
b) ada petugas yang ditunjuk untuk memeriksa dan
merawat secara berkala.
c) pengoperasian atau penggunaan alat komunikasi yang
tersedia di dalam tambang dan lokasi-lokasi alat
komunikasi umum di dalam tambang diketahui semua
orang yang bekerja di tambang bawah tanah.
3) tata cara komunikasi dalam keadaan bahaya paling sedikit
meliputi:
a) KIT memastikan telah tersedianya prosedur tang gap
darurat atau emergency plan dan tatacara pelaporan
keadaan darurat yang dilengkapi dengan daftar nama-
-198-

nama orang yang bersangkutan beserta saluran


komunikasi yang dihubungi.
b) prosedur tanggap darurat dan tata cara pelaporan
keadaan darurat ini diketahui oleh semua orang yang
bekerja di tambang bawah tanah.
4) petugas pengatur (dispatcher) dalam melakukan komunikasi
serta penyediaan dan penyampaian informasi penting dapat
ditempatkan di lokasi yang telah ditentukan atau control room
untuk menjalankan tugas tersebut.
f. Sumuran dan Derek
Pengelolaan keselamatan sumuran dan derek dalam tambang
bawah tanah paling sedikit meliputi:
1) KIT melaksanakan hal-hal sebagai berikut.
a) memastikan bahwa setiap sumuran, lubang naik, lubang
turun, dan jalan melereng termasuk perlengkapannya
terpasang kokoh dan aman.
b) memastikan bahwa pengoperasian sumuran, lubang
naik, lubang turun, jalan melereng termasuk
perlengkapannya, dilakukan dengan aman.
c) menetapkan jumlah petugas yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan pemeriksaan, pengujian, dan
perawatan terhadap sumuran, lubang naik, lubang
turun, jalan melereng dan perlengkapannya;
d) menetapkan secara rinci dan tertulis hal-hal yang
diperiksa, diuji dan dirawat;
e) mencatat hasil pemeriksaan dan pengujian; dan
f) dalam melaksanakan pekerjaan pemeriksaan, pengujian,
dan perawatan terhadap sumuran, lubang naik, lubang
turun, jalan melereng:
(1) tersedia sabuk pengaman dalam jumlah cukup dan
tempat gantungan yang memadai; dan
(2) petugas selalu memakai sabuk pengaman;
-199-

g) melakukan pekerjaan atau untuk memperdalam


sumuran dilakukan dengan tindakan pengamanan yang
sesuai termasuk mempunyai pelindung sumuran;
h) tempat pemberhentian pada sumuran dilengkapi dengan
pintu pengaman sehingga material tidak dapat masuk
pada sumuran dan pintu tersebut tertutup kecuali pada
saat bongkar muat;
i) setiap tempat pemberhentian pada sumuran tersedia
ruangan yang cukup luas untuk tempat bergerak orang,
barang, dan peralatan;
j) balok penahan untuk menghentikan kerangkeng (stop
blocks) atau alat pengalih arah (derail switches) dipasang
pada setiap rel yang menuju ke mulut atau tempat
pemberhentian sumuran; dan
k) sarana bongkar muat dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah material jatuh ke dalam
sumuran.
2) angkutan orang melalui sumuran, lubang turun, lubang naik
dan jalan melereng paling sedikit meliputi:
a) KIT menyediakan perlengkapan yang memadai dan
aman untuk Pekerja selama menggunakan sumuran,
lubang turun, lubang naik, dan jalan melereng.
b) sumuran, lubang turun, lubang naik, dan jalan melereng
yang dalamnya lebih dari 45 (empat puluh lima) meter
dilengkapi mesin derek.
3) KIT membuat tindakan pengamanan pada waktu
mengangkut material dan bahan galian melalui sumuran,
lubang turun, lubang naik, dan jalan melereng.
4) mesin derek dan perlengkapannya paling sedikit dengan
ketentuan:
a) dibuat dengan standar yang berlaku.
b) mempunyai daya 25% (dua puluh lima persen) lebih
besar dari daya yang dibutuhkan untuk menderek
kerangkeng dengan beban maksimum.
-200-

c) dilengkapi dengan rem yang mampu menahan


kerangkeng dengan beban maksimum pada posisi
terendah di dalam sumuran dan mampu menahan
tarikan tenaga maksimum dari mesin, dan dilengkapi
dengan pengunci rem (brake locking) serta fasilitas
pengaman rem terpadu (inter locking).
d) dilengkapi alat penunjuk posisi kerangkeng.
e) dilengkapi dengan tombol darurat di ruang juru derek.
£) dilengkapi dengan peralatan otomatis untuk mencegah
mesin derek berjalan melampau batas yang telah
ditentukan dan melebihi kecepatan yang telah
ditentukan, kecuali ditentukan lain oleh KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaITsesuai kewenangannya.
g) dilengkapi dengan rem otomatis yang mampu
menghentikan muatan dengan aman apabila mesin
derek tidak mampu menderek muatan.
h) dilengkapi dengan alat sinyal yang berbunyi secara
otomatis pada jarak dua putaran gelendong kawat atau
pada jarak tertentu sebelum kerangkeng tiba ditempat
pemberhentian.
i) sisa kawat pada gelendong kawat rrummurn 3 (tiga)
lilitan pada saat kerangkeng berada pada posisi tempat
pemberhentian terbawah.
j) semua peralatan pengatur mesin derek dioperasikan
dengan mudah oleh juru derek dari tempat duduknya,
menyediakan petugas (on setter) yang mengikuti turun
naik kerangkeng khususnya pada derek untuk
pengangkutan orang dan petugas pengatur barang.
k) tersedia perangkat pengaman untuk meredam hentakan
dalam hal kerangkeng meluncur bebas pada bagian
dasar sumuran.
1) tersedia alat pemantau kondisi kawat (wire rope) dan
alat penghenti otomatis ketika kawat putus.
-201-

m) tersedia perlengkapan evakuasi saat terjadi emergency


atau pada saat mesin derek macet.
5) alat angkut dalam sumuran paling sedikit meliputi:
a) tidak boleh menggunakan kerangkeng untuk
pengangkutan orang apabila konstruksi kerangkeng
tersebut memungkinkan orang bersentuhan secara tidak
sengaja dengan dinding sumuran;
b) untuk mencegah kerangkeng tertarik melewati batas
maksimum bagian atas sumuran, maka dipasang alat
untuk dapat menghentikan dan menahan kerangkeng
secara aman; dan
c) rancang bangun suatu kerangkeng mendapat
persetujuan KIT sebelum kerangkeng dibuat dan
dioperasikan.
6) buku kawat dan buku derek paling sedikit dengan ketentuan:
a) pada setiap tambang yang menggunakan mesin derek,
KIT menyediakan buku yang disebut Buku kawat dan
Buku derek yang di dalamnya dicatat mengenai semua
data teknis kawat, sumuran, lubang turun, lubang naik
dan kerangkeng yang digunakan dalam pekerjaan
penarnbangan, termasuk hasil dari pengujian serta
pemeriksaan kawat dan derek.
b) Buku kawat dan Buku derek selalu berisi data yang
mutakhir dan sewaktu-waktu dapat diperiksa oleh IT.
7) pemeriksaaan kawat dan peralatan pengaman paling sedikit
dengan ketentuan:
a) pemeriksaan secara kasat mata terhadap bagian luar
kawat derek dan kawat pengimbang dilakukan untuk
mengetahui adanya kerusakan paling sedikit 1 (satu)
kali setiap 1 (satu) hari dan hasilnya dicatat.
b) Paling sedikit 1 (satu) kali setiap 1 (satu) bulan bagian
kawat derek yang selalu terukur dan tergulung serta
kawat pengimbang, kawat pemandu, dan kawat pemisah
diperiksa dengan terlebih dahulu dibersihkan dan
-202-

diukur diameter kawat pada titik tertentu dan hasil


pemeriksaan tersebut dicatat.
c) sekali dalam sebulan bagian kawat yang tersisa pada
gelendong saat kerangkeng pada POSlSl terbawah
diperiksa dan dilumasi. Apabila dalam pemeriksaan
tersebut ditemukan kerusakan maka bagian kawat yang
rusak dipotong.
d) paling sedikit 1 (satu) kali setiap 1 (satu) hari rem
pengaman darurat (safety catchers) dilakukan
pemeriksaan yang meliputi kebersihan, daya cengkram
berfungsi dengan baik dan jarak sesuai dengan petunjuk
KIT.
e) paling sedikit 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) bulan rem
pengaman darurat (safety catches) diperiksa dan diuji
coba dengan cara melepas kerangkeng kosong secara
tiba-tiba dari posisi berhenti sehingga alat pengaman
tangkap tersebut mempunyai kesempatan untuk
mencengkram pemandunya.
f) apabila rem pengaman darurat tidak berfungsi maka
kerangkeng tidak boleh dipergunakan sebelum
dilakukan perbaikan.
g) pada instalasi derek friksi ifrictiori hoist) dilakukan
pengukuran dan pencatatan paling sedikit 1 (satu) kali
setiap 1 (satu) bulan, hal-hal sebagai berikut:
(1) bertambah panjangnya kawat;
(2) diameter kawat; dan
(3) posisi dan jumlah helai kawat yang rusak,
h) hasil pemeriksaan dan uji coba dicatat dalam Buku
derek.
i) paling sedikit 1 (satu) kali setiap 1 (satu) tahun
dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap kerusakan
bagian dari mesin derek yaitu piringan kerek utama
(headgear pulley), piringan kerek pengubah arah
(deflecting sheaves), poros, dan dudukan roda peluru
-203-

atau bantalannya ibearinq block) serta kawat derek


dengan cara pengujian yang tidak merusak (non
destructive testing) misalnya dengan ultrasonic. Tanggal
hasil pengujian dicatat dalam Buku derek dan
dilaporkan kepada KTT.
8) kriteria kawat yang tidak boleh dipakai lagi paling sedikit
dengan ketentuan:
a) tidak boleh menggunakan kawat derek pada sumuran
lubang naik atau lubang turun apabila:
11) kekuatannya berkurang 10% (sepuluh persen) dari
kekuatan aslinya;
(2) pemanjangan dari hasil uji tarik lebih kecil dari
60% (enam puluh persen) dibandingkan dengan
hasil uji tarik permulaan;
(3) jumlah kawat yang putus dalam satu untaian tidak
lebih dari enam helai;
(4) kawat sudah berkarat; dan
(5) apabila tingkat pemanjangan dari kawat derek friksi
melebihi tingkat pemanjangan normal,
b) kawat pengimbang, kawat pemandu atau kawat pemisah
tidak boleh digunakan apabila:
(1) kekuatannya berkurang 25 persen dari kekuatan
aslinya;
(2) pemanjangan dari hasil uji tarik lebih kecil dari
60% (enam puluh persen) dibandingkan dengan
hasil uji tarik permulaan;
(3) jumlah kawat yang putus dalam satu untaian lebih
dari enam helai; dan
(4) kawat sudah berkarat,
9) kekuatan kawat paling sedikit dengan ketentuan:
a) kawat derek untuk kerangkeng yang mengangkut orang
mempunyai faktor keselamatan lebih dari 10 (sepuluh)
kali kapasitas muat maksimum kerangkeng.
-204-

b) kawat derek untuk kerangkeng yang mengangkut barang


mempunyai faktor keselamatan lebih dari 5 (lima) kali
kapasitas muat maksimum kerangkeng.
c) kekuatan kawat yang digunakan untuk menghitung
faktor keselamatan diambil dari kekuatan kawat yang
tercantum dalam sertifikat pengujian yang dikeluarkan
oleh laboratorium pengujian kawat.
d) faktor keselamatan kawat diperhitungkan dari bobot
mati, percepatan, tenaga gesek, faktor gerakan, dan kuat
lengkung pada pembengkokan.
10) kawat derek paling sedikit dengan ketentuan:
a) kawat derek dilakukan pengujian kelayakan oleh orang
yang kompeten yang ditunjuk oleh KIT, serta hasil
pengujian dilaporkan kepada Kal'I' atau Kepala Dinas
atas nama KaIT sesuai dengan kewenangannya.
b) pengujian kelayakan dilakukan secara berkala setiap 2
(dua) tahun. Dalam rangka mengevaluasi kelayakan
tersebut, Kal'I' atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
dengan kewenangannya dapat meminta KIT untuk
melakukan presentasi danjatau menugaskan IT untuk
melakukan verifikasi lapangan.
c) bilamana hasil pemeriksaan dan UJI coba kawat
menunjukkan kondisi tidak sesuai dengan kriteria kawat
yang boleh dipakai maka kawat diganti walaupun
penggunaan kawat kurang dari 2 (dua) tahun.
d) tanggal pemasangan kawat baru dicatat dalam Buku
kawat.
11) alat penyambung antara kawat derek dan kerangkeng
dipastikan tidak dapat terlepas sendiri dan tidak
menggunakan pengait terbuka. Alat penyambung disetujui
KIT.
12) batas penggunaan kawat paling sedikit dengan ketentuan:
a) tidak menggunakan kawat sambungan untuk keperluan
menderek.
-205-

b) tidak menggunakan kawat tanpa memiliki sertifikat


pengujian dari laboratorium yang resmi.
c) tidak menggunakan kawat yang tidak dilengkapi
spesifikasi.
d) tidak menggunakan kawat bekas pakai untuk menderek,
kecuali dengan persetujuan KalTatau Kepala Dinas atas
nama KaITsesuai kewenangannya.
e) tidak menggunakan kawat bekas menderek untuk
menderek di tempat lain, kecuali kawat tersebut
terpelihara baik dan KTT dapat memastikan bahwa
kawat tersebut masih aman untuk digunakan.
f) tidak membalik ujung kawat pada gelendong menjadi
ujung dari kerangkeng atau sebaliknya kecuali dengan
persetujuan KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT
sesuai kewenangannya.
13) pelumasan kawat pada gelendong disesuaikan dengan
kondisi operasinya dan perawatan tersebut dilakukan
sebulan sekali dan sesering mungkin untuk menjaga agar
pelumas yang terdapat pada kawat tetap baik dengan
menerapkan sistem otomatisasi pelumasan.
14) setelah masa pemakaian 18 (delapan belas) bulan, maka
setiap 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan, kawat dipotong
minimum 3 (tiga) meter dari ujung bawah yang diukur dari
clamp atau sejenisnya, untuk diuji coba dan hasilnya dicatat
dalam Buku kawat.

15) pemeriksaaan alat pengikat paling sedikit dengan ketentuan:


a) pengikat sambungan kawat kerangkeng dan kawat
gelendong pada kawat derek yang baru dipasang
diperiksa oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang ditetapkan oleh KTT.Peralatan belum
boleh digunakan sebelum dilakukan uji coba dua kali
perjalanan naik turun dengan kapasitas beban
-206-

maksimum dan setelah diperiksa ulang terhadap


sambungan pengikat dan hasil uji coba baik.
b) juru derek mencatat pelaksanaan uji coba dalam Buku
derek dan hasil pemeriksaan sambungan pengikat
dicatat dalam Buku kawat.
16) ruang juru derek paling sedikit dengan ketentuan:
a) ruang juru derek dibuat baik sehingga suara mesin atau
suara lainnya tidak mengganggu juru derek untuk
mendengar sinyal bunyi.
b) ruang juru derek dilengkapi dengan lampu penerangan
darurat.
c) tidak boleh masuk ke ruang juru derek kecuali dengan
izin Kepala Tambang Bawah Tanah.
d) tersedia sketsaf diagram me sin derek.
e) tersedia prosedur saat terjadi keadaan darurat.
17) menara derek atau head frame, skip atau sheave, dan
gelendong paling sedikit dengan ketentuan:
a) konstruksi menara derek memenuhi syarat sehingga
mampu menahan beban total baik statis maupun beban
dinamis.
b) menara derek cukup tinggi sehingga tersedia ruangan
bebas untuk kerangkeng berhenti apabila melampaui
batas yang telah ditentukan.
c) skip utama dan skip pembelok sesuai dengan ukuran
kawat dan skip tersebut dipastikan dirawat.
d) pada instalasi derek, bentuk, dan ukuran dari gelendong
sesuai dengan jenis dan panjang kawat yang digunakan.
e) menara derek dilengkapi jalan keluar apabila
kerangkeng bergerak ke atas melampai batas.
18) persyaratan juru derek paling sedikit dengan ketentuan:
a) juru derek minimum berumur 21 (dua puluh satu)
tahun dan mempunyai pengetahuan cukup serta diberi
kewenangan.
-207-

b) setiap juru derek memiliki kesehatanjasmani dan rohani


yang baik dan dibuktikan dengan surat dokter serta
dipastikan bebas dari pengaruh alkohol dan narkotika.
c) tidak boleh menggerakkan peralatan yang dapat
mempengaruhi pergerakan derek atau menghambat
pengoperasian derek, kecuali orang yang diberi
wewenang.
d) juru derek tidak boleh menyerahkan tugas kepada orang
lain kecuali kepada orang yang mampu dan dalam
kondisi darurat, serta kepada orang yang dilatih di
bawah pengawas juru derek yang diberi wewenang oleh
KIT.
e) selama ada orang dibawah tanah, juru derek selalu
berada di ruang juru derek.
f] juru derek tidak boleh bekerja lebih dari 8 (delapan)jam
sehari, kecuali pada kondisi darurat atau mendapatkan
izin dari KIT.
g) perpanjangan jam kerja dapat diberikan maksimum 4
(empat)jam dan hanya diberikan pada hari minggu atau
hari libur tetapi ada waktu istirahat minimum 8
(delapan)jam sebelum bekerja kembali.
19) kecepatan derek paling sedikit dengan ketentuan:
a) kecepatan derek pengangkut orang tidak boleh lebih dari
5 (lima)meter per detik, kecuali dalam keadaan darurat.
b) kecepatan derek pengangkut orang untuk setiap
sumuran ditentukan oleh KIT dan kecepatan tersebut
tidak boleh dilampaui.
c) percepatan atau perlambatan maksimum tidak boleh
lebih dari 1,5 (satu koma lima) meter per detik kuadrat.
d) alat pengontrol otomatis dipasang sehingga percepatan
atau perlambatan tidak melebihi 1,5 (satu koma lima)
meter perdetik kuadrat.
-208-

20) ketentuan sinyal


Ketentuan sinyal paling sedikit dengan ketentuan:
a) setiap sumuran tambang dilengkapi dengan alat
komunikasi, sinyal yang menghubungkan kamar mesin
derek dengan dasar sumuran kerja, level kerja, mulut
sumuran, dan setiap tempat pemberhentian. Alat sinyal
hanya dapat dipasang atau dioperasikan pada
kerangkeng dengan persetujuan KTT. Selain dari sinyal
tersebut, komunikasi dengan suara seperti telepon atau
pipa bicara (speaking tube) antara masing-rnasing
stasiun sumuran dengan ruang derek dipastikan
tersedia.
b) apabila derek dilengkapi dengan sinyallistrik, juru derek
mengulang sinyal yang sarna.
c) KIT membuat aturan dari sinyal mesin derek yang
seragam, dan dipasang di ruang derek, di setiap lantai
tempat pemberhentian.
d) Pekerja yang menangani kerangkeng, skip dan
kendaraan lain yang digunakan untuk mengangkut
orang atau material paham peraturan sinyal.
e) tidak boleh memberikan sinyal untuk menggerakkan
atau memberhentikan kerangkeng atau skip kecuali
yang diberi wewenang.
21) spesifikasi derek
spesifikasi derek paling sedikit dengan ketentuan:
a) unit derek gelendong (drum hoist) mempunyai sertifikat
dari pabriknya tentang maksimal tarikan dan beban
maksimum yang menggantung yang diperbolehkan.
b) unit derek friksi (friction hoist) mempunyai sertifikat dari
pabriknya ten tang maksimal beban menggantung
(maksimum rated suspended load) yang diperbolehkan.
c) tidak boleh meningkatkan kapasitas beban derek kecuali
dengan persetujuan pabrik pembuatnya.
-209-

22) persetujuan derek untuk pengangkutan orang paling sedikit


dengan ketentuan:
a) penggunaan derek untuk pengangkutan orang
dilaporkan kepada KalT atau Kepala Dinas atas nama
KaIT sesuai dengan kewenangannya sebelum
dioperasikan .
b) penggunaan derek untuk pengangkutan orang dapat
dioperasikan apabila telah memenuhi persyaratan,
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian kelayakan
oleh orang yang kompeten yang ditunjuk oleh KIT, serta
hasil pengujian disampaikan kepada KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KalT sesuai dengan kewenangannya.
Pengujian kelayakan dilakukan secara berkala setiap 2
(dua) tahun. Dalam rangka mengevaluasi kelayakan
tersebut, KaITatau Kepala Dinas atas nama KaITsesuai
dengan kewenangannya dapat meminta KTT untuk
melakukan presentasi dan/ atau menugaskan IT untuk
melakukan verifikasi lapangan.
c) apabila penggunaan derek untuk pengangkutan orang
dikemudian hari tidak memenuhi ketentuan ini, maka
derek tidak boleh dioperasikan.
23) tidak boleh masuk ke dalam tambang bawah tanah melalui
sumuran, lubang naik, lubang turun dan jalan melereng yang
sudah tidak dipakai lagi kecuali menggunakan metoda yang
aman yang dapat dilakukan sejauh sumuran, lubang naik,
lubang turun dan jalan melereng tersebut aman untuk
dimasuki.
24) pembuatan sumuran paling sedikit dengan ketentuan:
a) pada bagian atas orang yang bekerja untuk pendalaman
sumuran disediakan pelindung dari kejatuhan benda.
b) ember kerekan diberhentikan 5 (lima) meter sebelum
dasar sumuran untuk menunggu tanda isyarat dari
Pekerja di bawah sebelum ember kerekan diturunkan
lebih lanjut.
-210-

c) tempat berlindung tersedia pada dasar sumuran bagi

para Pekerja sewaktu pekerjaan menurunkan atau


menaikkan ember kerekan.

25) pengarnanan dalarn pembuatan sumuran paling sedikit


dengan ketentuan:

a) pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa


pelaksanaan pembuatan sumuran sesuai dengan

spesifikasi, rencana, dan rancang bangun yang telah

ditetapkan sebelumnya.
b) pengawas pembuatan sumuran memastikan bahwa
semua pekerjaan dilakukan dengan arnan.
c) setiap sumuran atau lubang turun dipasang penguat

dinding dari kayu atau semen atau cara lain yang arnan
sewaktu melakukan pendalaman sumuran tersebut,

pemasangan penguat dinding sumuran dilakukan setiap


saat dengan jarak tidak lebih 1,5 (satu koma lima) meter

dari dasar sumuran.


26) buku catatan pemeriksaan sumuran paling sedikit dengan

ketentuan:
a) KIT menyediakan buku pemeriksaan untuk setiap
sumuran, lubang naik, lubang turun dan jalan melereng
yang isinya mengenai catatan pemeriksaan dan ditanda
tangai oleh orang yang melakukan perawatan sumuran.
b) paling sedikit sekali dalam seminggu hasil pemeriksaan
tiap sumuran dilaporkan dan ditanda tangani oleh
pengawas yang bertanggung jawab melakukan
perawatan sumuran.
c) hasil pemeriksaan terhadap keadaan berbahaya dan
yang telah dilakukan perbaikan dicatat dan ditanda
tangani oleh pengawas yang bertanggung jawab
melakukan perawatan sumuran.
d) buku pemeriksaan sumuran, lubang naik, lubang turun,
dan jalan melereng selalu tersedia jika diperlukan oleh
-211-

IT dan nama petugas yang melakukan pemeriksaan


didaftarkan di buku tambang.
27) pemeriksaan umum, uji coba, dan perawatan sumuran paling
sedikit dengan ketentuan:
a) tata cara untuk pemeriksaan, uji coba, dan perawatan
sumuran termasuk peralatan derek dibuat dan selalu
disempurnakan. Apabila ditemukan atau dicurigai ada
bagian yang tidak berfungsi dengan baik dari hasil
pemeriksaan, mesin derek tidak boleh dipergunakan
sebelum dilakukan perbaikan. setelah perbaikan,
petugas yang melakukan pemeriksaan, uji coba, dan
perawatan derek:
(1) membubuhkan tanggal dan tanda tangan yang
menyatakan bahwa pekerjaan tersebut telah selesai
dilakukan dengan baik;
(2) mencatat dan memberi tanda bagian yang tidak
berfungsi dengan baik; dan
(3) menyimpan sertifikat pengujian dan catatan selama
satu tahun,
b) suku cadang yang digunakan untuk perbaikan mesin
derek dipastikan sesuai dengan mutu dan standar
aslinya.
c) setiap awal gilir kerja, juru derek memeriksa mesin
derek termasuk uji coba terhadap over travel, pedal
"dead man', penunjuk posisi, dan kondisi pengereman.
d) setiap selesai perbaikan mesin derek, atau setelah
selesai peledakan di dekat sumuran maupun tidak
dijalankannya derek selama satu gilir kerja atau lebih,
mesin derek diuji coba satu perjalanan penuh dalam
keadaan kosong sebelum digunakan mengangkut orang.
Uji coba tersebut dicatat dalam buku derek.
e) sambungan antara kawat derek dengan gelendong derek
dan penjangkaran dengan kerangkeng yang digunakan
untuk pengangkutan orang diperiksa oleh petugas yang
-212-

kompeten paling sedikit 1 (satu) kali dalam 24 (dua


puluh empat) jam.
f) piringan kawat atau sheaves yang digunakan pada
sumuran, lubang naik dan atau lubang turun diperiksa
setiap minggu dan diberi pelumas. Hasil pemeriksaan
didaftarkan pada buku pemeriksaan sumuran.
g) petugas yang melakukan pemeriksaan didaftarkan
namanya dalam buku tambang.
g. Alat Pemanjat Lubang Naik
Alat pemanjat lubang naik pada tambang bawah tanah meliputi:
1) konstruksi dan peralatan paling sedikit dengan ketentuan:
a) alat pemanjat lubang naik bertenaga penggerak
mempunyai:
(1) paling sedikit 2 (dua) buah rem terpisah yang:
(a) salah satu rem sedekat mungkin dengan
bagian ujung dari sistem penggerak;
(b) masing-masing rem mempunyai kemampuan
untuk menghentikan dan menahan alat
pemanjat dengan kapasitas beban
maksimumnya; dan
(e) masing-masing rem dapat diuji eoba seeara
terpisah,
(2) beban maksimum yang diangkut tidak boleh
melebihi yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
Beban maksimum tersebut dipastikan tertera pada
alat tersebut atau pada tempat pengoperasiannya;
dan
(3) alat pemanjat lubang naik mempunyai peralatan
yang dapat meneegah alat pemanjat bergerak
melebihi jalurnya. Apabila jalurnya eukup panjang
maka dipastikan tersedia alat komunikasi yang
efektif antara operator alat pemanjat dengan
petugas yang melayani di bawah,
-213-

b) alat pemanjat lubang naik yang digerakkan dengan


tenaga listrik paling sedikit dengan ketentuan:
(1) dilengkapi dengan sistem pengaman arus bocor;
(2) mempunyai sakelar pemisah (isolating switch) dan
sakelar pemutus didekat petugas yang melayani di
bawah untuk mengisolasi tenaga penggerak;
(3) mempunyai sakelar kendali yang dipasang pada
alat pemanjat lubang naik, dimana dengan sakelar
tersebut arus listrik pada motor penggeraknya
dapat diputuskan; dan
(4) mempunyai ruangan kontrol khusus untuk
mengoperasikan sistem kendali terpusat alat
pemanjat lubang naik,
c) alat pemanjat lubang naik yang digerakkan dengan
tenaga pneumatik memiliki ketentuan:
(1) selang atau hose yang digunakan layak pakai, serta
sesuai dan tidak kurang dari kapasitas tekanan
yang berkerja;
(2) kompresor dalam kondisi baik dan peralatan
keamanannya masih berfungsi; dan
(3) tersedia pengaman pada setiap sambungan selang,
d) tersedia sarana untuk naik ke dan turun dari
kerangkeng alat pemanjat lubang naik.
e) alat pemanjat lubang naik dipastikan memiliki tempat
khusus untuk mengangkut peralatan-peralatan
penunjang pekerjaan (tidak menjadi satu dengan
kerangkeng/kabin Pekerja).
2) tata cara kerja yang aman paling sedikit dengan ketentuan:
a) tidak boleh berdiri atau bekerja di atas deck paling atas
alat pemanjat lubang naik kecuali untuk pemeriksaan
kondisi batuan dinding atau telah berada di lokasi kerja.
b) tidak boleh berada diatas deck paling atas alat pemanjat
lubang naik pada saat alat tersebut bergerak, kecuali
pada saat melakukan pemeriksaan dan perawatan.
-214-

c) motor penggulung selang dan alat kendalinya diuji coba


sebelum kerangkeng dinaikkan.
d) pada waktu alat pemanjat dinaikkan atau diturunkan
petugas benar-benar berada dalam kerangkeng.
e) alat pemanjat lubang naik tidak dioperasikan lebih dari
beban maksimum yang diizinkan.
f) tegangan listrik untuk motor penggerak alat pemanjat
lubang naik tidak boleh lebih dari 750 Volt.
g) pada waktu dilakukan pengisian bahan peledak dengan
menggunakan detonator listrik maka arus listrik ke alat
pemanjat lubang naik diputuskan.
3) alat pemanjat lubang naik untuk pengangkutan orang paling
sedikit dengan ketentuan:
a) penggunaan alat pemanjat lubang naik untuk
pengangkutan orang hanya dapat dilakukan apabila alat
pemanjat lubang naik telah memenuhi persyaratan,
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian kelayakan
oleh orang yang kompeten yang ditunjuk oleh KIT, serta
hasil pengujian disampaikan kepada KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KalT sesuai dengan kewenangannya.
Pengujian kelayakan dilakukan secara berkala setiap 2
(dua) tahun. Dalam rangka mengevaluasi kelayakan
tersebut, KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
dengan kewenangannya dapat meminta KIT untuk
melakukan presentasi dan/ atau menugaskan IT untuk
melakukan verifikasi lapangan.
b) apabila penggunaan alat pemanjat lubang naik untuk
pengangkutan orang dikemudian hari tidak memenuhi
ketentuan dalam keputusan ini, maka alat pemanjat
lubang naik tidak boleh dioperasikan.
4) pemeriksaan dan uji coba paling sedikit dengan ketentuan:
a) poros utama dari rangkaian penggerak alat pemanjat
lubang naik diuji coba oleh orang yang kompeten dengan
menggunakan metoda ultrasonik untuk menentukan
-215-

bahwa poros utama dalam keadaan baik, pemeriksaan


dilakukan;
(1) sebelum alat pemanjat lubang naik dioperasikan;
dan
(2) setiap kali sesudah menjalani perawatan besar atau
paling sedikit 1 (satu) kali setiap 4.000 (empat ribu)
jam kerja.
b) alat-alat yang dapat mempengaruhi keselamatan
pengoperasian alat pemanjat lubang naik diuji coba oleh
orang yang kompeten sebelum alat tersebut digunakan
untuk pertama kalinya dan setiap hari setelah
digunakan serta setiap kali sesudah perbaikan besar.
c) kekerapan perbaikan besar atau overhaul alat pemanjat
lubang naik dilakukan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya kecuali ditentukan lain oleh orang yang
kompeten tapi tidak boleh melebihi ketentuan dari
pabrik.
d) alat pemanjat lubang naik dan relnya diperiksa dan
dibersihkan paling sedikit sekali dalam satu minggu.
e) rem dan alat kendali dari alat pemanjat lubang naik diuji
coba setiap awal gilir kerja.
f) Buku catatan alat pemanjat lubang naik disimpan dan
buku tersebut memuat:
(1) tanggal pemeriksaan;
(2) temuan sewaktu pemeriksaan; dan
(3) catatan perbaikan atau perubahan yang
ditandatangani oleh orang yang melakukan
pemeriksaan perbaikan atau perubahan tersebut.
Catatan dipastikan ditandatangani juga oleh
pengawas yang bertanggung jawab.
h. Pengangkutan
Pengangkutan pada tambang bawah tanah paling sedikit meliputi:
1) Peraturan Pengangkutan paling sedikit dengan ketentuan:
-216-

a) KIT membuat peraturan internal perusahaan mengenai


pengangkutan di bawah tanah yang dapat menjamin:
(1) operasi yang aman dari setiap sistem
pengangkutan;dan
(2) terhindarnya orang dari cidera yang disebabkan
oleh sistem pengangkutan yang digunakan,
Peraturan pengangkutan dipaparkan di kantor tambang
dan salinannya diberikan kepada semua petugas
pengangkutan. KIT melakukan pengaturan dalam hal
kesulitan bahasa,.
b) KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
kewenangannya dapat mengubah peraturan internal
perusahaan mengenai pengangkutan bila dipandang
perlu demi keselamatan Pekerja sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan ini.
2) jalan pengangkutan paling sedikit dengan ketentuan:
a) sistem pengangkutan kawat yang digunakan pada jalan
naik atau turun yang mempunyai kemiringan lebih dari
3 (tiga) derajat dengan terminal penggerak yang terletak
di permukaan tanah diberlakukan sebagai sistem derek
pada sumuran.
b) setiap jalan di dalam tambang yang digunakan untuk
sistem pengangkutan direncanakan, dibangun, dan
dirawat sehingga:
(1) tidak terdapat perubahan ketinggian, arah, lebar
atau kemiringan mendadak yang dapat
menimbulkan bahaya;
(2) dimensi dari jalan dalam kondisi cukup lebar dan
tinggi sehingga jarak bebas dari sisi dan dinding
maupun atap dengan bagian dari lokomotif,
kendaraan atau muatan pada jalan tersebut cukup
untuk mencegah bahaya; dan
-217-

(3) terdapat rambu-rambu jalan lalu lintas kendaraan,


dan sinyal-sinyal tarnbahan yang diperlukan agar
lalu lintas kendaraan berjalan dengan arnan,
c) jarak bebas untuk sistem pengangkutan paling sedikit
dengan ketentuan:
(1) 30 (tiga puluh) sentimeter tegak lurus dari atap
lokomotif atau kendaraan atau barang- barang yang
diangkut dan 2,1 (dua koma satu) meter tegak lurus
dihitung dari lantai lokomotiftanpa atap;
(2) 60 (enam puluh) sentimeter mendatar dari dinding
jalan ke dinding lokomotif atau dinding kendaraan
atau barang-barang yang diangkut. Apabila ada
ruas jalan yang ruang bebasnya kurang dari 60
(enarn puluh) sentimeter untuk jalan tidak
menyambung maka panjang jalan terebut minimum
30 (tiga puluh) meter dan pada ujung jalan tersebut
dipasang tanda peringatan;
(3) pada sistem pengoperasian yang menggunakan rel
ganda maka jarak antara lori atau material yang
diangkut minimum 60 (enam puluh] sentimeter dan
pada lokasi pemuatan atau penggandengan jarak
tersebut minimum 90 (sembilan puluh) sentimeter;
(4) pada sistem pengangkutan orang dengan
kendaraan terbuka yang telah mendapat izin maka
ruang bebas tegak lurus minimum 2,1 (dua koma
satu) meter dihitung dari lantai kendaraan tersebut;
(5) pada sistem pengangkutan dengan lokomotif atau
kendaraan yang digantung di atas rel maka ruang
bebas tegak lurus antara dasar jalan dan dasar
kendaraan minimum 30 (tiga puluh) sentimeter;
dan
(6) lebar jalan yang dipergunakan untuk kendaraan
berkemudi, maka lebar jalan tersebut minimum
dari lebar maksimum kendaraan tersebut ditambah
1,2 (satu koma dual meter,
-218-

d) pada sepanjang jalan di tambang yang digunakan


sebagai sistem pengangkutan, pada jalan tersebut
terdapat ruang bebas yang cukup sehingga aman untuk
dilewati oleh Pekerja untuk berjalan.
e) operator tidak boleh mengoperasikan Iokomotif atau
kendaraan melewati orang yang sedang berjalan kecuali
orang tersebut berada dalam tempat perlindungan.
f) lorong pengangkutan yang digunakan untuk kendaraan

berkemudi bebas dari hambatan dan permukaannya


dibuat sebaik mungkin untuk mengurangi risiko
tergelincir dan kemiringan melintang (cross gradients),

jalan tersebut dibatasi serta besarnya sudut belokan


cukup sehingga tersedia ruang bebas dan stabilitas
kendaraan tidak terganggu.
3) konstruksi jalan rel paling sedikit dengan ketentuan:
a) KIT memastikan bahwa semua rel di tambang dipasang
dan dibangun dengan cukup kuat dan kokoh, sehingga
mampu menahan beban alat transportasi yang berjalan
diatasnya.
b) berat reI rmrnmum 17 (tujuh belas) kilogram per
meternya, kecuali berat setiap poros dari Iokomotif atau
kendaraan dengan muatan melebihi 5 (lima) ton atau
kecepatannya melebihi 20 [dua puIuh) kilometer per jam,
maka berat rel tidak boleh kurang dari 25 [dua puluh
lima) kilogram permeternya.
c) rel disambung dengan baik dan diganjal bantalan
dengan selang jarak tidak lebih dari 1 meter dan posisi
bantalan dipastikan datar.
4) kemiringan memanjang lorong pengangkut paling sedikit
dengan ketentuan:
a) lokomotif yang beroda besi tidak boleh digunakan pada
jalan yang kemiringannya lebih dari 5% (lima persen).
-219-

b) beban maksimum yang diangkut kendaraan pada setiap

jalan yang miring selalu dalam batas aman beban saat


sistem diperlambat atau berhenti padajalan menurun.

c) menjalankan kendaraan berkemudi pada jalan melereng


dengan kemiringan maksimum 20% (dua puluh persen).

d) kemampuan dari rem untuk jalan melereng yang


kemiringannya lebih dari 20% (dua puluh persen)
dilakukan pengujian tiap selang waktu maksimum tiga
bulan dan apabila memungkinkan pengujian tersebut
dilakukan bersama-sama dengan gandengannya.
e) kendaraan yang dijalankan pada rel dengan kemiringan
lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dilengkapi
dengan sis tern pengereman pada rel.
5) lubang perlindungan manusia paling sedikit dengan
ketentuan:
a) pada jarak tertentu sepanjang jalan yang dilalui oleh
sistem pengangkutan dipastikan dilengkapi dengan
tempat perlindungan yang mudah dicapai.
b) jarak antara lubang perlindungan paling sedikit dengan
ketentuan:
(1) pada sistim yang dikendalikan oleh operator yang
berada di bagian terdepan rangkaian kendaraan
maka:
(a) setiap 90 (sembilan puluh) meter atau kurang,
untuk kendaraan yang mempunyai kecepatan
maksimum 25 (dua puluh lima) kilometer
perjam dan dilengkapi dengan lampu sorot;
dan
(b) setiap 40 (empat puluh) meter atau kurang,
apabila kecepatan lebih dari 25 (dua puluh
lima) kilometer perjam atau kemiringan jalan
lebih dari 3% (tiga persen) serta pandangan
operator terbatas,
-220-

(2) setiap 20 (dua puluh) meter atau kurang untuk


sistem pengangkutan lainnya yang menggunakan
rel; dan
(3) untuk sistem pengangkutan kendaraan berkemudi
maka:
(a) setiap 90 (sembilan puluh) meter atau kurang
apabila kecepatan maksimum 20 (dua puluh)
kilometer perjam;
(b) setiap 40 (empat puluh) meter atau kurang
apabila kemiringan jalan lebih dari 6% (enam
persen) atau pandangan pengemudi terbatas
karena belokan;
(e) lubang perlindungan mernpunyai tinggi
minimum 1,8 (satu koma delapan) meter atau
sarna dengan tinggi lorong, lebar minimum 1,2
(satu koma dual meter dan kedalarnan lebih
dari 1,5 (satu koma lima) meter;
(d) lubang perlindungan selalu dalarn kondisi
arnan dan bebas dari rintangan serta di bagian
luar dipasang tanda yang dapat terlihat dari
jarak minimum 50 (lima puluh) meter dengan
menggunakan larnpu Pekerja;
(e) lubang perlindungan sedekat mungkin dengan
tempat penggandengan gerbong, pintu
ventilasi, dan ujung tikungan jalan apabila
pandangan terbatas; dan
(f) persimpangan untuk masuk ke ruangan dan
tempat lain yang cukup luas di sepanjang jalan
dapat dianggap sebagai lubang perlindungan.
6) peralatan sistem pengangkutan paling sedikit dengan
ketentuan:
a) lokomotif, kendaraan berkemudi atau alat angkut
dengan mesin statis tidak boleh digunakan kecuali
-221-

sesuai pedoman rancang bangun dan manual dari


pabrik pembuatnya.
b) KIT memastikan sebelum suatu sistim pengangkutan
dioperasikan di tambang:
(1) sistem pengangkutan sesuai dengan maksud dan
tujuan penggunaannya:
(2) sistem pengangkutan dilengkapi dengan peralatan
yang dapat menghentikan dan menahan seluruh
bagian dari sistem tersebut dengan aman jika
terjadi sesuatu; dan
(3) seluruh peralatan yang digunakan sebagai bagian
dari sis tim pengangkutan dirancang, dibangun dan
dipasang sedemikian sehingga tidak menimbulkan
bahaya dan risiko kebakaran atau meledak,
7) pada pengoperasian motor bakar paling sedikit dengan
ketentuan:
a) KIT memastikan hanya mesin diesel yang digunakan
sebagai tenaga penggerak pada setiap sistem
pengangkutan.
b) KIT membuat ketentuan pemantauan untuk
memastikan bahwa emisi gas buang dari setiap mesin
diesel dipantau dalam selang waktu tidak lebih dari 30
hari kerja. Ketentuan pemantauan diberlakukan
terhadap percontoh gas buang yang belum tercampur
dengan udara tambang dengan kondisi:
(1) putaran mesin rendah tanpa beban (low idle); dan
(2) putaran mesin tinggi tanpa beban (high idle),
c) KIT memastikan bahwa gas buang dari mesin diesel
tidak membahayakan.
d) nilai ambang batas gas buang pengoperasian mesin
diesel yaitu maksimum 2.000 (dua ribu) ppm karbon
monoksida atau maksimum 1.000 (seribu) ppm oksida
nitrogen, atau sesuai konsentrasi yang ditentukan
pabrik pembuatnya.
-222-

e) gas buang dalam udara tambang dari mesin diesel


setelah terdinginkan dan terencerkan mengandung tidak
lebih 100 (seratus) ppm karbon monoksida dan 5 (lima)
ppm oksida nitrogen.
1) pengoperasian motor bakar pada setiap tempat atau
jalan, dengan kondisi kandungan karbon monoksida
kurang dari 50 (lima puluh) ppm, atau oksida nitrogen
kurang dari 3 (tiga) ppm.
8) pengisian bahan bakar dan baterai serta penyimpanan
kendaraan paling sedikit dengan ketentuan:
a) K11 memastikan bahwa semua kendaraan dalam
tambang yang mempunyai mesin penggerak dirawat
pada tempat tertentu dan disimpan pada tempat yang
aman apabila sedang tidak digunakan.
b) ruang penyimpanan kendaraan, ruang pengisian baterai
atau ruang pengisisan bahan bakar digunakan khusus
sesuai dengan maksud dan tujuannya serta terpisah
satu dengan lainnya.
c) setiap ruang penyimpanan kendaraan atau ruang
stasiun pengisian bahan bakar sedapat mung kin
keseluruhannya dibangun dari bahan tahan api dan
mempunyai:
(1) paling sedikit 2 (dua) pintu keluar yang terpisah;
(2) ventilasi yang cukup untuk menurunkan
konsentrasi gas buang yang dihasilkan dari mesin
atau gas yang dihasilkan dari batere;
(3) penerangan yang cukup;
(4) lantai beton yang rata;
(5) sarana untuk memeriksa bagian bawah dari
lokomotif atau kendaraan lain;
(6) persediaan air bersih;
(7) sarana untuk pembuangan limbah;
(8) detektor asap, panas ataupun lainnya yang dapat
memberkan tanda bahaya apabila terjadi
kebakaran;
-223-

(9) alat pemadam api dalam jumlah yang cukup dan


sesuai untuk semua jenis api yang ditempatkan
dekat jalan masuk yang mudah dilihat, dijangkau
dan selalu siap pakai; dan
(10) tanggul penampung tumpahan bahan bakar pada
ruang pengisian bahan bakar,
d) pengisian baterai untuk lokomotif dilakukan diruang
pengisian baterai, paling sedikit dengan ketentuan:
(1) ditempatkan pada sisi jalan masuk dari rak baterai;
(2) tersedia peralatan untuk mendeteksi kebocoran
arus antara baterai dengan alat pengecasan baterai
dan kotaknya; dan
(3) tersedia sarana perawatan baterai yang dapat
mengurangi tumpahan cairan elektrolit,
e) pengisian bahan bakar kendaraan bermesin diesel atau
lokomotif dilakukan pada tempat pengisian yang telah
ditentukan dengan ketentuan:
(1) alat untuk mengisi tangki bahan bakar kendaraan
dapat mencegah bahan bakar tercecer; dan
(2) pada saat pengisian bahan bakar atau minyak
pelumas mesin kendaraan dalam keadaan mati.
9) kendaraan yang bergerak bebas dengan kemudi disekitar
permuka kerja tambang batubara dilengkapi dengan kanopi
atau kabin yang mampu memberikan perlindungan kepada
operator terhadap jatuhnya batuan.
10) Peralatan listrik dan permesinan paling sedikit meliputi:
a) kecuali KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
dengan kewenangannya menetapkan peraturan lain atau
standar lain dari yang ditentukan petunjuk teknis ini,
semua instalasi listrik memenuhi ketentuan dari
Peraturan Umum Instalasi Listrik, ketentuan lain yang
ada hubungannya dan standar nasional Indonesia;
b) setiap peralatan listrik dipermukaan tanah yang
dikendalikan atau berada dalam sirkit yang sarna
-224-

dengan peralatan yang ada dibawah tanah, mematuhi


persyaratan dalam peraturan kelistrikan dibawah tanah;
dan
c) bagian sistem tegangan tinggi dan rencana
pengembangan lengkap dengan keterangan terinci untuk
setiap usaha Pertambangan disampaikan kepada KaIT
atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
kewenangannya dan setiap perubahan dan penambahan
yang dilakukan dipastikan dilaporkan sesuai dengan
keadaannya,
11) pencegahan kendaraan meluncur paling sedikit dengan
ketentuan:
a) untuk mencegah terjadinya kecelakaan terhadap orang
karen a sistem pengangkutan yang digunakan meluncur
tidak terkendali, maka KTT melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) memasang sejumlah alat yang cukup dan dapat
bekerja secara otomatis pada setiap sistem
pengangkutan yang digunakan untuk
menghentikan kendaraan apabila meluncur tidak
terkendali;
(2) membuat perlindungan pada tempat tertentu yang
sesuai untuk orang yang bekerja di lorong agar
mereka dapat terhindar dari bahaya;
(3) menyediakan alat untuk mencegah agar kendaraan
dari setiap sistem pengangkutan bertabrakan satu
dengan lain pada persimpangan lorong;
(4) memasang alat penahan yang terpisah dari
penyanggalorong; dan
(5) pada setiap gandengan tersedia alat pengaman yang
dapat mencegah kendaraan bergerak mundur
apabila tidak tersambung ke sistem pengangkutan,
b) Pada setiap sistem pengangkutan orang dilengkapi alat
penahan kendaraan yang meluncur tak terkendali, yang
dirancang sedemikian rupa untuk meredam energi agar
-225-

tidak menimbulkan kejutan yang membahayakan pada


waktu kendaraan ditahan.
12) komunikasi pada sistem pengangkutan paling sedikit dengan
ketentuan:
a) lorong yang menggunakan sistem pengangkutan kawat,
dilengkapi dengan:
(1) peralatan yang dapat menghentikan sistem dengan
aman;
(2) peralatan yang dapat mencegah kendaraan
pengangkut bergerak sendiri, yang dipasang pada
setiap tempat dengan selang jarak tidak lebih dari
50 (lima puluh) meter; dan
(3) Peralatan yang mengeluarkan sinyal yang
dihubungkan ke ruang kendali dan dipasang pada
tempat-tempat dengan selang jarak tertentu,
b) KTTmenjamin bahwa:
(1) pada setiap jalan pengangkutan dilengkapi sistem
komunikasi yang dipasang an tara tempat
perhentian, tempat penggandengan yang berada
diantara dua tempat perhentian dengan tempat
pengendalian sistem tersebut dan pada semua
tempat untuk menaikkan dan menurunkan orang;
dan
(2) tersedianya peralatan sinyal visual yang sesuai dan
efektif atau hubungan radio untuk kepentingan
operator alat angkut dalam upaya untuk
mengurangi risiko tabrakan,
c) kendaraan hanya boleh dijalankan setelah operator
menerima sinyal dengan ketentuan:
(1) KIT menetapkan keseragaman sinyal digunakan di
tamban g;
(2) dalam semua kode, sinyal 1 (satu) kali berarti
berhenti;
-226-

(3) pada setiap kendaraan pengangkutan orang


digunakan sinyal khusus tanda mulai bergerak;
(4) semua sinyal dapat terlihat atau terdengar oleh
operator; dan
(5) pada saat kendaraan berhenti, operator
mengabaikan sinyal yang tidak jelas dan kendaraan
tersebut tidak boleh dijalankan sampai sinyal yang
jelas diterima,
d) setiap sistem pengangkutan kawat baik itu sistem kawat
tak berujung (endless) maupun sistem berimbang (main
& tail rope haulage system) dilengkapi dengan tanda
peringatan bunyi sebelum dijalankan yang dipasang
pada gelendong balik (return pulley) dan pada tempat
lain sepanjang sistem tersebut serta pada mesin yang
menggunakan sistem kendali jauh.
13) pemeriksaan dan uji coba sistem pengangkutan sebelum
dioperasikan paling sedikit dengan ketentuan:
a) KIT dibantu petugas yang kompeten dengan jumlah
yang cukup untuk melakukan pemeriksaan dan uji coba
terhadap instalasi dan pengoperasian sistem
pengangkutan yang digunakan di tambang. Petugas:
(1) memeriksa, melakukan uji coba dan memastikan
bahwa sistem pengangkutan telah aman untuk
dioperasikan; dan
(2) membuat laporan hasil pemeriksaan dan uji coba
serta segera menyerahkan kepada KIT,
b) KIT dapat melarang sistem pengangkutan yang untuk
pertama kalinya akan digunakan sampai KIT yakin
bahwa sistem pengangkutan tersebut aman untuk
digunakan.
14) pengoperasian sistem pengangkutan paling sedikit dengan
ketentuan:
-227-

a) KIT menjamin bahwa sistem pengangkutan yang

digunakan di tambang eukup aman.


b) KIT dibantu Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten untuk mengawasi pengoperasian sistem
pengangkutan. Setiap sistem pengangkutan
dioperasikan olehj atau dibawah pengawasan orang yang
berkompeten atau berkemampuan untuk meneegah
terjadinya bahaya.
e) operator mesin angkut:
(1) memastikan operator tetap berada di dalam kabin
kendaraan apabila kendaraan sedang bergerak; dan
(2) menjaga kebersihan dan melumasi kendaraan
penarik yang dioperasikan,
d) apabila operator menemukan ketidaklayakan pada saat
akan beroperasi, maka alat tersebut dihentikan dan
tidak dijalankan dan melaporkannya pada petugas yang
bertanggung jawab.
e) operator lokomotif:
(1) tidak menghidupkan lokomotif keeuali operator
telah berada di posisinya;
(2) tidak meninggalkan kabin keeuali lokomotif tidak
bergerak dan kunci kontak telah dieabut;
(3) membunyikan tanda peringatan sebelum lokomotif
dihidupkan;
(4) membunyikan tanda peringatan sebelum lokomotif
dijalankanj dioperasikan;
(5) mengurangi keeepatan apabila:
(a) ada orang pada jalur;
(b) melewati tikungan, tempat bongkar muat atau
sumuran; dan
(e) melewati tempat kerja, tempat pemberhentian,
atau pintu ventilasi,
f) operator tidak boleh mengoperasikan lokomotif melewati
tempat perhentian pada sumuran apabila Pekerja
sedang masuk atau keluar kerangkeng (skip).
-228-

g) tidak boleh mengoperasikan kendaraan berkemudi


untuk menggerakkan kendaraan yang berjalan di atas
rel.
15) pengujian, pemeriksaan, dan perawatan paling sedikit
dengan ketentuan:
a) KTT menunjuk secara tertulis sejumlah Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten untuk memeriksa
secara teratur dan membuat peraturan untuk menjamin
bahwa pekerjaan pengujian, pemeriksaan, dan
perawatan dilakukan secara memadai terhadap:
(1) jalan pengangkutan dan rel di tambang; dan
(2) peralatan yang merupakan bagian dari sistem
pengangkutan,
Hasil pengujian dicatat dan disimpan dengan baik.
b) KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya dapat melakukan perubahan terhadap
peraturan internal perusahaan.
c) kekerapan pemeriksaan atau pengujian tidak melebihi
ketentuan berikut ini:
(1) jalan pengangkutan, rel dan ruang bebas diperiksa
paling sedikit 7 (tujuh) hari atau tiap hari kerja
untuk sistem pengangkutan orang;
(2) bagian luar setiap lokomotif, me sin derek yang
ditempatkan secara tetap pada suatu lokasi, atau
kendaraan berkemudi diperiksa setiap gilir kerja
sebelum pekerjaan dimulai;
(3) bagian mesin dan listrik lokomotif, mesin derek
yang ditempatkan secara tetap dan kendaraan
berkemudi diperiksa paling sedikit 1 (satu) kali
setiap 1 (satu) minggu;
(4) pengujian rem parkir, rem darurat lokomotif, serta
kendaraan berkemudi untuk meyakinkan efisiensi
pengereman maksimal tujuh hari sekali; dan
-229-

(5) apabila sistem pengangkutan yang ditarik dengan


kawat digunakan untuk mengangkut orang maka:
(a) indikator kelebihan gulung (over run) diperiksa
setiap hari;
(b) periksa dan stel alat uji kelebihan keeepatan
mesin setiap tujuh hari;
(e) uji alat kendall kelebihan berhenti (over traueb
setiap bulan;
(d) menguji mesin dan rem kereta setiap minggu;
dan
(e) uji dinamis untuk mesin dan rem kereta setiap
6 bulan,
16) kawat dan gelendong paling sedikit dengan ketentuan:
a) kawat penarik baru untuk sistem pengangkutan yang
seeara keseluruhan dioperasikan di bawah tanah
memenuhi ketentuan pada pedoman kerja yang diambil
dari standar raneang bangun dan konstruksi alat untuk
sistem pengangkutan bawah tanah.
b) seluruh kawat diperiksa dan dilumasi tiap selang waktu
yang telah ditentukan pada jadwal perawatan dan hasil
dari pemeriksaan tersebut dieatat dalam buku kawat
oleh petugas yang namanya telah dieatat dalam buku
tambang.
e) kawat penarik angkutan disepanjang sistem
pengangkutan disangga dengan baik dengan
menggunakan gelendong penyangga (idler pulley).
Gelendong penyanga tersebut dirawat agar dapat
berputar dengan bebas dan jika perlu kawat penarik
diberi pemandu agar tetap berada pada gelendong.
d) pada tikungan belokan atau jalan bergelombang,
gelendong penyangga ditempatkan sedemikian rupa
untuk meneegah kawat terayun sehingga dapat
membahayakan atau menghambat penyangga atap atau
perlengkapan lain pada jalan pengangkutan.
-230-

e) semua kawat bersungkup dari kawat penarik yang


digunakan ditambang diperbaharui setiap selang waktu
tidak lebih dari enam bulan dengan pengawasan ketat
oleh pengawas kompeten yang ditunjuk.
1) pada sistem pengangkutan dengan kawat tanpa ujung
(endless) atau untuk kendaraan yang digandengkan
pada kawat dengan menggunakan penjepit, rantai, atau
alat lain, maka sambungan tersebut diperiksa secara
berkala sesuai dengan pedoman perawatan yang
ditetapkan oleh KIT.
g) pada sistem pengangkutan orang dengan kawat tanpa
ujung, apabila kereta pengangkut orang dihubungkan
secara tetap ke kawat maka kereta digerakkan dengan
jarak minimim sepanjang kereta dan diperiksa setiap
tiga bulan.
1. pengangkutan dengan ban berjalan
pengangkutan dengan ban berjalan pada tambang bawah tanah
paling sedikit meliputi:
1) jalan pada pengangkutan dengan ban berjalan (conveyor) dan
jarak bebas paling sedikit dengan ketentuan:
a) tidak boleh naik rantai, ban atau ember berjalan kecuali
alat tersebut dirancang untuk pengangkutan orang, dan
disampaikan kepada KalT atau Kepala Dinas atas nama
KaIT sesuai dengan kewenangannya sebelum
dioperasikan.
b) apabila ban berjalan digunakan untuk alat angkut tetap,
maka lorong ban berjalan tersebut diberi penerangan
dan pengaman yang memadai untuk melindungi orang
kejatuhan material dari ban berjalan.
c) setiap jalan yang digunakan untuk ban berjalan
mempunyai jarak bebas minimum 60 (enam puluh)
sentimeter pada salah satu sisi yang dilalui orang dan 10
(sepuluh) sentimeter pada sisi lainnya. Pada tempat
perpindahan (transfer angkat) atau tempat-tempat
petugas ban berjalan, jarak bebas tersebut minimum 90
(sembilan puluh) sentimeter.
-231-

d) apabila ada kendaraan lain yang beroperasi sepanjang


ban berjalan maka jarak bebas antara kedua alat
tersebut disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
bagi kendaraan tersebut.
e) apabila pada satu lorong terdapat hanya ban berjalan
yang digunakan sebagai sistem pengangkutan maka
lubang perlindungan tidak diperlukan.
f) jembatan penyeberangan disediakan pada tempat yang
diperlukan di sepanjang ban berjalan dan setiap orang
tidak boleh menyeberangi ban berjalan kecuali pada
tempat yang telah disediakan.
g) ban berjalan yang berada pada ketinggian (elevated
conveyor) yang selalu didatangi orang dilengkapi dengan
sarana jalan orang dengan pegangan tangan, dan lantai
sarana jalan orang tersebut dari bahan yang tidak licin,
dan tempat melintasi di bawah ban berjalan dilengkapi
dengan pengaman.
h) ban berjalan yang berada pada ketinggian yang
dibawahnya dilalui Pekerja atau kendaraan maka bagian
bawah dari ban berjalan tersebut dilengkapi dengan
jaring/kawat anyaman atau pagar pengaman.
2) komunikasi dan sinyal ban berjalan paling sedikit dengan
ketentuan:
a) apabila panjang keseluruhan ban berjalan dapat terlihat
dengan baik dari tempat sakelar, maka operator melihat
untuk memastikan semua orang berada pada tempat
yang aman sebelum ban berjalan dioperasikan.
b) apabila panjang keseluruhan ban berjalan tidak dapat
terlihat dari sakelar atau ban berjalan dapat
dioperasikan secara otomatis, maka tanda peringatan
panda kondisi dapat didengar, dilihat dan dipasang.
c) tanda peringatan dihidupkan sesaat sebelum ban
berjalan akan dioperasikan.
-232-

d) tanda peringatan dapat didengar atau dilihat pada kedua


ujung ban berjalan dan pada setiap tempat perpindahan,
pemuatan, atau perlintasan.
e) apabila ban berjalan dioperasikan dengan alat kendali
jauh atau secara otomatis, maka ban berjalan tersebut
beroperasi secara berurutan dari ujung pengirim ke
ujung penerima dari sistem tersebut dan setiap ban
berjalan dilengkapi dengan alat peringatan sebelum
dioperasikan.
f) sepanjang ban berjalan dilengkapi dengan tali darurat
pada lokasi yang mudah dijangkau yang fungsinya
untuk menghentikan ban berjalan dalam keadaan
darurat dengan ketentuan:
(1) mudah dilihat dan dijangkau; dan
(2) memiliki jenis sakelar reset yang beroperasi secara
manual, dipasang pada selang jarak maksimum 100
(seratus) meter yang dapat menghentikan ban
berjalan dan memberikan sinyal pada petugas
kendali ban berjalan kecuali ditentukan lain oleh
pabrik pembuatnya,
g) pada setiap tempat pengendalian, pengmrnan,
penerimaan, dan pada setiap tempat dari rangkaian ban
berjalan tersedia alat komunikasi lisan.
h) sebelum ban berjalan dioperasikan maka sinyal
diberikan lebih dahulu dan sedapat mungkin untuk
mencegah ban berjalan hidup atau beroperasi. Sebelum
sinyal diberikan maka sistem kendali dan sinyal ban
berjalan saling berhubungan (interlock).
i) alat-alat komunikasi dipasang dengan baik, agar mudah
dilihat dan dilengkapi dengan intruksi yang jelas tentang
cara penggunaannya.
j) ketentuan ini tidak berlaku untuk setiap ban berjalan
yang merupakan bagian dari mesin berpindah (mobile
machine).
-233-

3) pengaman ban berjalan paling sedikit dengan ketentuan:


a) pagar pengaman dipasang pada motor penggerak,
gelendong pangkal, dan gelendong balik dari ban
berjalan.
b) ban berjalan yang digantung yang dapat membahayakan
orang apabila bannya putus maka pada bagian
bawahnya dipasang pengaman.
c) ban berjalan di tambang bawah tanah dilengkapi:
(1) alat pendeteksi slip yang berlebih antara ban
dengan gelendong penggerak kecuali ada petugas
yang mengawasi secara terus-menerus;
(2) alat pendeteksi panas atau asap dan alat pemadam
api otomatis pada motor penggerak;
(3) alat yang dapat mendeteksi ban meleset, robek, dan
corongan tersumbat;
(4) alat pantau temperatur dan pengatur posisi dari
rem dan kopling apabila memungkinkan; dan
(5) tombol penghenti atau Alat emergency stop.
(6) alat deteksi slip, ban meleset, robek, dan corangan
terbuka, dan pantau temperatur dapat
menghentikan ban berjalan secara otomatis dan
detektor panas atau asap dipastikan dapat
memberikan peringatan pada tempat-tempat yang
selalu ada orangnya,
d) dalam hal ban berjalan berhenti karen a alat pengaman,
maka ban berjalan hanya boleh dihidupkan kembali
secara otomatis pada kasus-kasus jika ban tersebut slip
atau perlu disetel atau corongan tersumbat. Apabila alat
pengaman tersebut menunjukkan kondisi yang normal
untuk menjalankan kembali ban berjalan secara
otomatis hanya boleh dilakukan tiga kali berturut-turut
pada setiap kejadianjwaktu.
-234-

4) rantai berjalan pada permuka tambang batubara dipasang


pada permuka kerja atau persiapan permuka kerja tambang
batubara:
a) pada selang jarak tidak lebih dari 7 (tujuh) meter
dipasang tombol penghenti (emergency stop) atau sejenis
yang dilengkapi gembok (lock out) dan dari tempat
tersebut dapat memberikan sinyal kepada operator;
b) dilengkapi dengan alat peringatan bunyi dan terdengar
di sepanjang rantai berjalan; dan
c) sebelum rantai berjalan dioperasikan dan sebelum
material dimuat ke atas rantai berjalan terlebih dahulu
memberikan tanda peringatan bunyi,
5) Perawatan paling sedikit dengan ketentuan:
a) tidak boleh melakukan perbaikan atau perawatan
apabila ban berjalan sedang beroperasi;
b) apabila sedang dilakukan perbaikan, ban berjalan
dihentikan dan motor penggerak dimatikan serta
dipasang label dan dikunci, kecuali perbaikan tersebut
memerlukan ban dalam keadaan berjalan dan tindakan
pengamanan telah dilakukan untuk mencegah Pekerja
cidera terkena bagian yang bergerak;
c) apabila ban berjalan sedang beroperasi, maka tidak
boleh:
(1) membersihkan gelendong dan guling (roller) secara
manual;
(2) melakukan pelumasan ban transmisi (belt dressing)
secara manual kecuali dilengkapi dengan slang atau
jenis aerosol; dan
(3) lewat di atas atau di kolong ban berjalan, kecuali
dipasang pengaman yang dapat melindungi orang
dari bahaya,
6) pemeriksaan dan pengujian paling sedikit dengan ketentuan:
a) sepanjang ban berjalan diperiksa setiap selang waktu
tidak lebih dari 24 (dua puluh emapat) jam oleh
-235-

pengawas operasional atau Tenaga Teknis Pertambangan


yang Berkompeten yang ditunjuk oleh KIT. Pemeriksaan
bertujuan untuk memastikan bahwa ban berjalan bebas
dari hambatan, bebas dari kerusakan, dan tidak panas
karen a adanya gesekan selama pengoperasian.
b) pada tambang batubara bawah tanah atau tambang lain
yang bahan galiannya mudah terbakar maka jalan
pengangkutan bahan galian tersebut diperiksa terhadap
kemungkinan timbulnya panas yang meningkat atau
akumulasi debu.
c) peralatan dan perlengkapan pencegahan kebakaran yang
terdapat disepanjang ban berjalan diperiksa dan dirawat.
Pemeriksaan tersebut dilakukan:
(1) setelah perawatan besar (major maintenance) sistem
ban berjalan;
(2) 2 (dua) jam setelah ban berjalan berhenti; dan
(3) sebelum libur kerja,
d) apabila petugas yang melakukan pemeriksaan
menemukan kerusakan atau panas yang dapat
menimbulkan kebakaran, maka petugas tersebut
melakukan tindakan penanggulangan atau sesegera
mungkin melaporkan kepada Kepala Tambang Bawah
Tanah.
e) sebelum libur kerja arus listrik ke ban berjalan
diputuskan dan digembok.
f) orang yang memeriksa ban berjalan:
(1) mampu menggunakan alat pemadam api ringan;
(2) mampu menjalankan dan menghentikan ban
berjalan; dan
(3) tahu kepada siapa melaporkan adanya kerusakan
atau kelainan,
J. ventilasi
ventilasi pada tambang bawah tanah paling sedikit meliputi:
-236-

1) ventilasi tambang bawah tanah paling sedikit dengan


ketentuan:
a) tambang bawah tanah yang berdekatan dan sistem
ventilasinya bergabung diperlakukan sebagai satu
tambang yang berada dibawah pengawasan seorang KIT
kecuali ditetapkan lain oleh KalT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT sesuai dengan kewenangannya.
b) pada tambang bawah tanah:
(1) KIT menjamin tersedianya aliran udara bersih yang
cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan
volume oksigennya tidak kurang dari 19,5%
(sembilan belas koma lima persen) dan volume
karbondioksidanya tidak lebih dari 0,5% (nol koma
lima persen);
(2) mempekerjakan karyawan pada tempat kerja yang
aman dan terhindar dari kandungan debu, asap,
atau uap yang konsentrasinya dapat mengganggu
kesehatan; dan
(3) aliran udara cukup untuk mengurangi atau
menyingkirkan konsentrasi asap peledakan secepat
mungkin,
c) tambang batubara bawah tanah atau tambang bawah
tanah lainnya dinyatakan sebagai tambang berbahaya
gas apabila memenuhi salah satu ketentuan sebagai
berikut:
(1) memiliki kandungan gas metan (fire damp) lebih
dari 0,25% (nol koma lima persen) setiap saat di
bagian manapun di bawah tanah; atau
(2) pernah terjadi kebakaran atau ledakan gas metan di
bawah tanah,
d) apabila dalam sistem ventilasi tambang terdeteksi
adanya gas yang mudah terbakar dan meledak, maka
KIT mengambil tindakan pengamanan khusus untuk
memperbaiki kondisi tersebut.
-237-

e) volume udara bersih yang dialirkan dalam sistem


ventilasi:
(1) diperhitungkan berdasarkan jumlah Pekerja
terbanyak pada suatu lokasi kerja dengan
ketentuan untuk setiap orang tidak kurang dari 2
(dua) meter kubik per menit selama pekerjaan
berlangsung; dan
(2) ditambah sebanyak 3 (tiga) meter kubik per menit
untuk setiap tenaga kuda, apabila mesin diesel
dioperasikan ,
f) IT dapat memerintahkan KTTuntuk meningkatkan mutu
dan volume aliran udara bersih pada suatu bagian dari
tambang.
g) menerapkan sirkulasi satu arah pada sistim ventilasi
tambang bawah tanah.
h) perubahan pada sistem ventilasi umum hanya dapat
dilakukan dengan perintah KTT,kecuali dalam keadaan
darurat, dan perubahan tersebut hanya boleh dilakukan
oleh pengawas operasional yang senior serta melaporkan
hal tersebut kepada KTT.
i) apabila melakukan perubahan sebagian besar sistem
ventilasi, maka perusahaan:
(1) membuat peta ventilasi yang menggambarkan
perubahan yang dilakukan;
(2) dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten; dan
(3) salinan peta rencana perubahan ventilasi
dikirimkan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT sesuai dengan kewenangannya
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
perubahan dimulai,
2) jalan masuk udara paling sedikit dengan ketentuan:
a) KTT memastikan bahwa jalan masuk udara bersih ke
suatu tempat kerja dirawat dan sedapat mungkin bahan
-238-

yang digunakan pada sepanjang jalan masuk udara


bersih tersebut tahan api; dan
b) pada jalan masuk udara bersih tidak boleh melakukan
kegiatan yang dapat menimbulkan kebakaran,
3) peraturan perusahaan tentang pengaturan ventilasi paling
sedikit dengan ketentuan:
a) dibuat peraturan perusahaan tentang ventilasi dan
penggunaan peralatan ventilasi yang memastikan
bahwa:
(1) perawatan dan pengoperasian yang aman dan
efektif terhadap semua sistem ventilasi;
(2) pemantauan terhadap pengoperasian kipas angin;
(3) pemulihan kondisi bagian tambang yang
terakumulasi gas beracun, gas metan yang
melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan
dalam peraturan ini;
(4) jumlah udara minimum yang dialirkan ke setiap
tempat kerja; dan
(5) mengatur dan mencatat tata guna kipas angin
bantu,
b) sejumlah Tenaga Teknis Pertamban gan yang
Berkompeten diangkat untuk mengawasi pelaksanaan
sistem ventilasi serta peralatan ventilasi dan nama
petugas tersebut dicatat dalam buku tambang.
c) setiap bagian yang dipersiapkan untuk ditambang
mempunyai peta ventilasi yang memuat hal-hal sebagai
berikut:
(1) tahap kemajuan pemasangan kipas angin bantu
dilubang maju dan jaringan ventilasi yang tetap;
(2) di penambangan lorong panjang, kelengkapan
jaringan ventilasi sebelum permuka kerja lengkap
untuk memulai produksi; dan
-239-

(3) panjang maksimum lubang maju yang akan dibuat


sebelum pembuatan lubang untuk ventilasi pada
sistem penambangan ruang berpenyangga alami,
4) stan dar ventilasi paling sedikit dengan ketentuan:
a) temperatur udara di dalam tambang bawah tanah
dipertahankan antara 18 (delapan belas) derajat eelcius
sampai dengan 27 (dua puluh tujuh) derajat Celcius agar
tetap terjaga dalam kondisi nyaman untuk bekerja
dengan kelembaban relatif maksimum 85% (delapan
puluh lima persen). Jika temperatur dan kelembaban
relatif udara dalam tambang bawah tanah tidak
terpenuhi, maka mendapat pengeeualian dari KaIT atau
Kepala Dinas atas nama Kal'T sesuai dengan
kewenangannya.
b) kondisi ventilasi di tempat kerja:
(1) untuk rata-rata 8 (delapan) jam paling sedikit
dengan ketentuan:
(a) Karbon monoksida (CO)volumenya tidak lebih
dari 0,005% (nol kama nol nollima persen);
(b) Metan (CH4)volumenya tidak lebih dari 0,25%
(nol kama dua puluh lima persen);
(e) Hidrogen sulfida (H28) volumenya tidak lebih
dari 0,001% (nol kama nol nol satu persen);
(d) Nitrat dioksida (N02) tidak lebih dari 0,0003%
(nol kama nol nol nol tiga persen);
(e) Oksigen (02) tidak kurang dari 19,5%
(sembilan belas kama lima persen);
(f) Karbondioksida (C02) tidak lebih dari 0,5% (nol
kama lima persen);
(g) Sulfurdioksida (802) tidak lebih dari 0,0002%
(nol kama nol nol nol dua persen);
(h) Nitrogen Oksida (NO)tidak lebih dari 0,0025%
(nol kama nol nol dua lima persen); dan
-240-

(i) Amoniak (NH3) tidak lebih dari 0,0025(nol


koma nol nol dua lima persen),
(2) dalam tenggang waktu 15 (lima belas) menit
(a) CO tidak boleh lebih dari 0,04% (nol koma nol
empat persen); dan
(b) N02 tidak boleh lebih dari 0,0005% (nol koma
nol nol nol lima persen),
c) KIT melakukan tindakan perbaikan dan pencatatan
apabila:
(1) kandungan gas metan lebih dari 1% (satu persen)
pada tempat jalan udara keluar dan jarak 50 (lima
puluh) meter dari permuka kerja lorong panjang;
atau
(2) kandungan gas metan lebih dari 0,5% (nol koma
lima persen) pada jalan udara masuk dalam jarak
50 (lima puluh) meter dari permuka kerja lorong
panjang,
d) alat deteksi gas digunakan untuk menguji kurangnya
semua kandungan gas pada lingkungan kerja termasuk
kandungan oksigen.
e) lokasi yang tidak berventilasi ditutup atau dirintangi dan
dipasang tanda larangan memasuki lokasi tersebut.
f) pada setiap lokasi yang ditinggalkan dan sudah ditutup
dinding penyekat, dipasang pipa yang dilengkapi katup,
agar pengambilan contoh udara dapat dilakukan dan
juga untuk melakukan pengukuran tekanan udara di
balik dinding penyekat tersebut.
g) kecepatan minimum udara ventilasi yang dialirkan ke
tempat kerja 7 (tujuh) meter per menit dan dapat
dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan
setelah peledakan atau dapat dinaikkan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan.
h) jalan udara mempunyai ukuran yang memadai sesuai
dengan jumlah udara yang dialirkan.
-241-

i) KIT menunjuk petugas yang bertanggung jawab untuk


mengawasi ventilasi tambang dan nama yang
bersangkutan dicatat dalam buku tambang.
j) jumlah dan mutu udara yang mengalir pada masmg-
masing lokasi atau tempat kerja dengan sistem ventilasi
ditentukan dengan tenggang waktu yang tidak melebihi
satu bulan.
k) lokasi pengukuran aliran udara paling sedikit meliputi:
(1) setiap jalan masuk udara utama sedapat mung kin
dekat dengan jalan masuk utama atau jalan keluar
utama;
(2) setiap tempat terbaginya udara sedapat mungkin
dekat dengan persimpangan;
(3) di tempat kerja yang pertama 50 (lima puluh) meter
dari mulai masuknya udara dan di tempat kerja
yang terakhir 50 (lima puluh) meter dari ujung
keluarnya udara;
(4) lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan
persimpangan jalan keluar udara utama; dan
(5) tempat lain berdasarkan hasil pengawasan oleh IT.
1) pengambilan contoh untuk mengukur kadar oksigen
(02), karbon dioksida (C02), karbon monoksida (CO), dan
nitrogen dioksida (N02) yang terkandung di udara yang
dilakukan dalam kondisi kerja normal dilaksanakan
setiap selang waktu sebulan pada tempat-tempat berikut
ini:
(1) 30 (tiga puluh) meter dari permuka kerja
terowongan;
(2) 15 (lima belas) meter dari lubang turun dan jalan
masuk utama; dan
(3) pada ujung terowongan atau dasar buangan udara
pada lokasi bukaan produksi yang mempunyai satu
jalan masuk,
-242-

m) pengambilan contoh untuk menentukan kandungan


karbon monoksida (CO) dan oksida nitrat (N02) pada
setiap tempat, atau pada setiap ujung jalan tempat
mesin diesel dioperasikan maka dilakukan pada selang
waktu yang tidak melebihi tujuh hari.
n) laporan hasil pengukuran aliran udara dan kadar
oksigen (02), karbon dioksida (C02), karbon monoksida
(CO), dan nitrogen dioksida (N02) yang terkandung di
udara mencatumkan jam dan lokasi pengambilan contoh
sertajam peledakan terakhir.
0) temperatur diukur secara berkala. Apabila temperatur
efektif antara 18 (delapan belas) derajat celcius sampai
dengan 27 [dua puluh tujuh) derajat Celcius tidak
terpenuhi maka tempat tersebut diperiksa setiap
minggu.
p) pengukuran konsentrasi debu yang berukuran lebih
kecil dari 10 [sepuluh] micron dilakukan paling sedikit 3
(tiga) bulan sekali kecuali ditetapkan lain KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai kewenangannya.
Hasil pengukuran udara dicatat dalam buku ventilasi
q) apabila dilakukan perubahan pada arah atau
penyebaran aliran udara yang berakibat mempengaruhi
j umlah udara masuk atau keluar maka pengukuran
udara dilakukan secepat mungkin setelah perubahan
dilakukan.
r) pengukuran ventilasi dilakukan oleh orang yang
kompeten.
5) ventilasi alam paling sedikit dengan ketentuan:
a) pemanfaatan ventilasi alam secara terus-menerus dapat
dilakukan akan tetapi dilengkapi dengan kipas angin
mekanis pada permukaan tanah yang sewaktu-waktu
difungsikan apabila diperlukan.
b) IT berdasarkan besarnya tambang dan kondisi
lingkungan tempat kerja di tambang dari hasil
-243-

pengawasan dapat meminta kepada KIT/ Kepala


Tambang Bawah Tanah untuk mengevaluasi perlunya
cadangan kipas angin mekanis yang berkapasitas
minimim mampu mengalirkan udara yang cukup untuk
kebutuhan Pekerja.
6) kipas angin utama paling sedikit dengan ketentuan:
a) kipas angin lfan} di permukaan sedapat mungkin
dilengkapidengan:
(1) sebuah sumber tenaga cadangan;
(2) alat pengukur tekanan udara;
(3) penunjuk kecepatan putar yang otomatis atau
penunjuk tekanan udara yang otomatis;
(4) sistem pintu pengunci udara yang efisien;
(5) penggerak kipas angin lfan drift) dan rumah kipas
angin lfan house) dipastikan tahan api;
(6) saluran udara (duct) tahan api dan alat untuk
mengurangi tekanan;
(7) alat yang dapat membalik arah aliran udara dan
dipastikan dilakukan uji coba secara teratur; dan
(8) alat pengaman lain yang ditetapkan oleh KalT atau
Kepala Dinas atas nama KalT sesuar
kewenangannya,
b) KIT memberikan petunjuk kepada operator mesin kipas
angin mekanis mengenai kecepatan putar kipas angin.
Operator memeriksa mesin kipas angin, mengamati
skala tekanan udara, dan alat petunjuk otomatis dengan
selang waktu tidak lebih dari 2 (dua) jam.
c) apabila alat pengukur dan pencatat tekanan ventilasi
otomatis tidak jalan, maka operator kipas angin tersebut
mencatat kecepatan putar kipas angin dan tekanan yang
ditunjuk oleh alat pengukur tekanan udara setiap selang
waktu 2 (dua) jam.
d) operator mesin kipas angin mekanis melaporkan kepada
pengawasnya hal-hal sebagai berikut:
-244-

(1) setiap kerusakan, penyimpangan atau terhentinya


kipas angin mekanis tersebut; dan
(2) variasi perbedaan tekanan yang tidak lazim yang
ditunjukkan oleh skala tekanan udara,
e) setiap kip as angin di permukaan tambang yang tidak
dijaga dilengkapi dengan alat pantau tetap yang
mengirimkan peringatan secara dini tentang adanya
penyimpangan operasi kipas angin mekanis ke lokasi
yang selalu ada petugasnya.
f) jalan masuk udara ke kipas angin dilengkapi dengan
kisi-kisi atau saringan.
g) IT dengan mempertimbangkan besarnya tambang dan
kondisi lingkungan tempat kerja dapat meminta kepada
KIT untuk melakukan evaluasi untuk penambahan
kebutuhan penyediaan kipas angin cadangan yang dapat
digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
h) selubung kipas angin di permukaan tambang dan
saluran udara yang menghubungkan kipas angin
dengan bukaan tambang, rumah kipas angin, dan
bangunan lainnya di sekitar kipas angin terbuat dari
bahan yang tidak dapat terbakar. Rumah Selubung serta
saluran udara kipas angin dan bangunan didaerah
sekitarnya terlindung dari bahaya kebakaran.
i) sumuran jalan keluar udara yang dihubungkan dengan
terowongan (drift) atau saluran udara ke kipas angin
dilengkapi dengan pintu pengunci udara untuk
mencegah terjadinya hubungan pendek aliran udara.
j) bangunan yang mudah terbakar didirikan dengan jarak
minimum 100 (seratus) meter dari rumah kipas angin.
k) kipas angin bantu dipasang di bawah tanah sedangkan
kipas angin lain dapat juga dipasang setelah mendapat
persetujuan KIT tanpa menggangu keselamatan dan
kesehatan Pekerja,
-245-

1) ruang kendali kipas angin utama ditempatkan pada


tempat yang terlindung, tersendiri dan terpisah dari
kipas angin tersebut yang sedapat mungkin berada di
permukaan tambang serta sumber tenaga listrik
cadangan tersedia di permukaan.
m) tidak bo1eh mematikan kipas angin ventilasi kecuali
telah mendapat persetujuan dari pengawas teknis
ventilasi.
n) kipas angin yang terpasang dan digunakan untuk
mengalirkan udara pada tempat-tempat kerja di
tambang dioperasikan terus-rnenerus pada waktu
Pekerja melakukan pekerjaan di bawah tanah, kecuali
pada saat dihentikannya siklus produksi yang telah
direncanakan atau pada saat perawatan ataupun
penyetelan kipas angin. Semua orang yang berada pada
daerah pengaruh ventilasi tersebut telah diberi tahu
sebelumnya mengenai rencana penghentian,
pemeliharaan, dan penyetelan kipas angin tersebut.
0) pada saat melakukan kegiatan peledakan, maka kipas
angin beroperasi dengan baik.
p) dalam hal kipas angin tidak beroperasi karen a ada
sesuatu alat yang tidak berfungsi, kecelakaan, putusnya
sumber tenaga atau penyebab lain yang tidak
direncanakan atau dijadwalkan maka semua Pekerja
meninggalkan daerah yang berada di dalam pengaruh
sistem ventilasi tersebut ke tempat yang aman kecuali
petugas yang memperbaiki kipas angin. Ventilasi
diperbaiki sampai menjadi normal kembali sebelum
Pekerja masuk ke daerah terkena pengaruh ventilasi
tersebut.
q) kipas angin dirawat sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya atau jadwal tertulis yang ditetapkan oleh
KIT.
-246-

7) sistem kipas angin tambahan dan kipas angin cadangan


paling sedikit dengan ketentuan:
a) sebelum kipas angin tambahan dipasang di bawah
tanah, maka Kepala Tambang Bawah Tanah yakin
bahwa tersedia jumlah udara yang cukup yang
mendekati kipas angin tambahan untuk mencegah
terjadinya sirkulasi udara balik dan udara yang
mendekati kipas angin tambahan tersebut tidak
tercemar oleh debu, asap, atau gas beracun.
b) semua kipas angin tambahan dilengkapi dengan
pengaman pembumian untuk mencegah terjadinya
akumulasi listrik statis.
c) kipas angm tambahan hanya boleh dihidupkan,
dioperasikan, dan dimatikan oleh petugas yang
berwenang.
d) kipas angin tambahan dipasang pada jarak kurang dari
5 (lima)meter dari tempat terdekat pada jalan masuk ke
lokasi yang diberi ventilasi.
e) dalam hal 2 (dua) buah atau lebih kipas angin dipasang
secara seri maka kipas angin tambahan hanya berlaku
untuk salah satu dari kipas angin tersebut.
f) pada tambang bawah tanah yang mengandung gas
berbahaya yang menggunakan kipas angin yang
digerakkan tenaga listrik maka tersedia sumber arus
listrik cadangan atau tersedia satu unit kipas ventilasi
cadangan yang mampu mengalirkan udara yang cukup
selama proses evakuasi Pekerja dilakukan pada saat
terjadi keadaan darurat.
g) apabila kipas angin cadangan tersedia maka dilakukan
uji coba setiap sekali seminggu.
8) pemasangan kipas angin penguat paling sedikit dengan
ketentuan:
a) kipas angin tambahan tipe hembus (auxiliary forcing fan)
dipasang pada jalan masuk udara dan kipas angin
-247-

tambahan tipe isap Iauxiliary exhaust fan) dipasang pada


jalan keluar udara, ditempat yang ventilasinya dilayani
oleh kipas angin tersebut.
b) setiap lubang maju atau lubang buntu yang panjangnya
lebih dari 7 [tujuh] meter dilengkapi dengan mesin
ventilasi penguat untuk mengalirkan udara sedekat
mungkin ke permuka kerja dan jaraknya dari ujung
lubang atau permuka kerja tersebut tidak lebih dari 7
[tujuh] meter.
c) peraturan perusahaan tentang pengaturan ventilasi
penguat mencakup tentang:
11) sistem ventilasi yang digunakan dan jumlah
minimum udara yang dialirkan dalam kurun waktu
tertentu selama ada atau tidak ada orang ditempat
kerja;
(2) peralatan ventilasi yang akan dipakai terdiri dari:
[a] semua kipas angin;
[b] jenis peralatan listrik, peralatan kendali dan
kabel;
(e) alat pengumpul debu;
(d) jenis saluran penghantar udara dan cara
memasangnya; dan
[e] alat untuk menurunkan konsentrasi gas
apabila terjadi akumulasi,
(3) jumlah maksimum udara yang diambil dari aliran
udara melalui kipas angin tambahan;
(4) pengoperasian terus menerus dari kipas angin
tambahan kecuali penghentiannya untuk
perawatan atau perbaikan;
15) panjang maksimum yang tumpang tindih, jumlah
udara yang dialirkan oleh setiap kipas angin, dan
jumlah minimum udara yang mengalir pada bagian
yang tumpang tindih apabila menggunakan sistem
ganda atau sistem tumpang tindih;
-248-

(6) pengaturan ventilasi untuk mengukur dan


mencatat jumlah udara yang dialirkan ke permuka
kerja lubang maju dengan selang waktu 7 (tujuh)
hari oleh orang yang kompeten;
(7) peta yang menggambarkan rincian dari perubahan
rencana sistem ventilasi atau peralatan dan waktu
pelaksanaan perubahan dipasang pada jalan masuk
lubang maju;
(8) cara dan peralatan yang akan dipakai apabila
diperlukan untuk penutupan sementara lubang
maju; dan
(9) pengaturan untuk mengeluarkan gas atau
memperbaiki kegagalan sistem ventilasi,
d) apabila beberapa kipas angin penguat dipasang pada
satu cabang jalan udara masuk maka perhitungan lebih
dahulu dibuat untuk memastikan bahwa semua bagian
di dalam tambang mendapat aliran udara dalam jumlah
yang cukup.
e) setiap kipas angin penguat diperiksa sewaktu beroperasi
pada selang waktu yang tidak lebih dari 4 (empat)jam.
f] apabila dua buah kipas angin atau lebih dipasang pada
saluran penghantar udara yang sarna pada sistem
ventilasi penguat atau beberapa kipas angin tersebut
dipasang pada permuka kerja lubang maju maka:
(1) dilakukan pengukuran ulang oleh tenaga teknis
yang kompeten untuk menentukan posisi yang
tepat kipas angin pada jalan masuk udara untuk
mencegah timbulnya aliran balik atau kebocoran
udara; dan
(2) dilakukan pengukuran ulang pada selang waktu
setiap kemajuan lubang maju,
g) sakelar kendali pada setiap kipas angin penguat
ditempatkan pada bagian jalan masuk udara.
-249-

h) apabila kipas angin penguat tidak berfungsi maka


Pekerja tidak boleh masuk ke tempat yang ventilasinya
bersumber dari kipas angin tambahan tersebut, sampai
lokasi kerja dinyatakan aman setelah diperiksa oleh
pengawas operasional.
i) udara yang bertekanan tidak boleh digunakan semata-
mata untuk keperluan ventilasi kecuali pada jalan naik
yang curam dan sempit.
j) udara untuk ventilasi pada lubang naik dilengkapi katup
kendali aliran yang mengalirkan udara dari bagian
bawah lubang naik tersebut. Lubang naik yang sedang
dikerjakan dipasang dua katup kendali, satu pada
bagian bawah dan satu lagi pada ujung pipa bagian atas.
k) pipa ventilasi pada lubang naik ditempatkan tersendiri
dan bagian ujung pipa tersebut dilengkapi dengan
penyebar arah udara idiffusen,
1) pemasangan kipas angin bantu di bawah tanah
dilakukan setelah pengukuran ventilasi telah selesai.
m) setiap kipas angin penguat dirancang dan dipasang agar:
(1) secara otomatis mencegah terjadinya aliran balik
(recirculation) yang terjadi didalam sistem ventilasi
tambang; dan
(2) udara dapat mengalir melalui bagian dalam kipas
angin penguat apabila kipas angin tersebut tidak
berfungsi,
n) konstruksi rumah kipas angin penguat agar dibuat
tahan api dan dipasang dengan jarak minimum 10
[sepuluh] meter pada jalan masuk udara ke kipas angin
dan minimum 50 (lima puluh) meter pada jalan keluar
udara dari kipas angin.
0) apabila kipas angin penguat dipasang, maka pedoman
pengaturan ventilasi paling sedikit meliputi:
(1) sistem pengoperasian yang aman;
-250-

(2) laporan kerusakan atau tidak berfungsinya alat


atau kenaikan yang sangat berarti dari kandungan
gas metan;
(3) penghentian kipas angm dilakukan, hanya untuk
pemeriksaan dan pemeliharaan pada waktu yang
telah ditetapkan;
(4) penghentian kipas angin hanya boleh dilakukan
oleh petugas yang telah ditunjuk;
(5) tindakan yang diambil bila kipas angin berhenti
tanpa direncanakan; dan
(6) cara memberitahu dari petugas yang bertanggung
jawab kepada bagian lain di tambang atau
pimpinan tambang yang berhubungan, yang
mungkin tempat kerjanya kena pengaruh apabila
kipas angin berhenti,
9) jaringan ventilasi paling sedikit dengan ketentuan:
a) jalan masuk utama udara dan jalan keluar utama udara
dibuat dalam sumuran atau terowongan yang berbeda.
Apabila terjadi ketidaksesuaian, KIT dapat membuat
kajian teknis dan laporan hasil kajian teknis
disampaikan kepada Kal'I'atau Kepala Dinas atas nama
KaITsesuai kewenangannya.
b) ventilasi pada satu sumuran hanya dapat dilakukan
dengan ketentuan:
(1) penyalur udara boleh digunakan pada bukaan yang
sarna pada waktu pembuatan sumuran tegak atau
miring; dan
(2) jalan masuk udara dan jalan keluar udara pada
sumuran tunggal dilengkapi dengan tirai pemisah
(curtain waIn,
c) udara bersih yang masuk melalui sumuran (shaft)
didistribusikan dengan baik ke semua tempat kerja
sesuai kebutuhan di setiap tempat kerja.
-251-

d) apabila ada kelainan pada jaringan ventilasi atau


perubahan yang tidak normal dari aliran udara, maka
Pekerja melaporkan kepada pengawas operasional atau
KepalaTambang Bawah Tanah atau KIT.
e) semua jalan udara dikondisikan bebas dari rintangan
supaya udara dapat mengalir dengan lancar.
10) pencegahan kebocoran udara paling sedikit dengan
ketentuan:
a) sumuran atau jalan tembus ke permukaan yang
dihubungkan melalui terowongan ke kipas angin di
permukaan dan yang biasanya digunakan untuk
penderekan atau pengangkutan dilengkapi dengan pintu
pengunci udara yang efisien dan dirawat dengan baik.
b) jalan terowongan yang menghubungkan aliran utama
udara masuk dengan aliran utama udara keluar atau
yang menghubungkan jalan masuk udara dan jalan
keluar udara dilengkapi dengan dua pintu yang
memadai dan dirawat dengan baik untuk mengatasi
kebocoran seminimal mungkin. Bila hal tersebut tidak
memungkinkan, maka digunakan cara lain.
c) pada jalan terowongan yang memerlukan pencegahan
terhadap terjadinya hubungan pendek aliran udara
dilengkapi paling sedikit 2 (dua) pintu yang memadai
dan dirawat dengan baik. Bila hal tersebut tidak
memungkinkan boleh satu pintu dengan satu atau dua
tirai.
d) antara pintu-pintu ventilasi atau tirai penyekat tersedia
jarak antara sehingga apabila salah satu pintu atau tirai
penyekat dibuka maka pintu atau tirai penyekat lainnya
tetap tertutup untuk mencegah udara lewat.
e) pintu-pintu ventilasi selalu tertutup dan tirai penyekat
dikondisikan agar tahan terhadap api.
f) Tidak boleh mengganjal pintu ventilasi agar tetap
terbuka, kecuali bila diperlukan selama kendaraan
-252-

lewat. Pintu-pintu yang tidak diperlukan untuk ditutup


lagi agar dilepas dari engselnya dan ditempatkan pada
posisi yang tidak menghalangi aliran udara.
g) setiap orang yang membuka pintu di tambang bawah
tanah, memastikan bahwa pintu tersebut telah ditutup
dengan baik secepat mungkin. Setiap orang yang
mengganti tirai ventilasi, memastikan bahwa tirai
penggantinya dipasang secepat mungkin.
h) hanya petugas yang berwenang dapat mengubah
pengatur ventilasi.
11) perencanaan ventilasi paling sedikit memuat keterangan
dengan ketentuan:
a) nama tambang;
b) peta terkini atau rangkaian peta dengan skala yang
dapat terbaca dan mencantumkan:
(1) arah dan penyebaran aliran udara;
(2) letak dari kipas angin utama, kipas angin penguat,
dan kipas angin tambahan;
(3) letak pintu pengatur udara, penyekat udara,
penyekat (stopping) dan pintu-pintu ventilasi;
(4) letak saluran simpang bawah (under casts) atau
simpang atas (over casts), dan saluran simpang
lainnya;
(5) letak penyekat daerah tempat kerja yang sudah
ditinggalkan;
(6) letak daerah-daerah yang tidak diberi ventilasi;
(7) letak bengkel permanen dibawah tanah, gudang
penyimpanan bahan bakar, ruang derek,
kompressor, ruang pengecasan baterai dan gudang
bahan peledak; dan
(8) lokasi tetap pengukuran udara dan pengukuran
kuantitas udara yang terbaru,
c) data mengenai kipas utama, kipas penguat dan kipas
tambahan termasuk nama pabrik, tipe, ukuran kipas,
-253-

kecepatan kipas, besar daun kipas, dan tekanan pada


beberapa titik.
d) jumlah dan tipe kendaraan yang menggunakan bahan
bakar di bawah tanah termasuk daya dari mesinnya;
dan
e) keterangan lain yang diminta oleh KalT atau Kepala
Dinas atas nama KaITsesuai dengan kewenangannya.
12) pemantauan kandungan gas metan pada pengoperasian
lokomotif atau kendaraan berkemudi paling sedikit dengan
ketentuan:
a) apabila lokomotif atau kendaraan berkemudi
dioperasikan pada tambang berbahaya gas, maka
pengukuran kandungan gas metan menggunakan alat
deteksi yang telah diakui atau dengan mengambil
contohf sample udara.
b) pengukuran pada kandungan gas metan dilakukan:
(1) pada setiap ujung jalan tambang yang dilalui
lokomotifatau kendaraan lain; dan
(2) pada tempat lain yang telah ditentukan.
c) untuk pengambilan contohf sample, IT boleh
menentukan lokasi tambahan secara tertulis.
d) pengukuran kandungan gas metan dilakukan sekali
seminggu pada pada tambang yang memiliki potensi
berbahaya gas, apabila kandungan gas terlihat adanya
peningkatan sehingga:
(1) apabila pengukuran pada tempat tersebut
menunjukkan kandungan gas Metan lebih dari
0,8% (nol koma delapan) persen, pengukuran
dilakukan pada tempat tersebut dengan selang
waktu tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
Selama kandungan gas masih menunjukkan
persentasenya yang lebih. Pengukuran tersebut
dipastikan dilakukan selama 7 (tujuh) hari kerja
berturut-turut; dan
-254-

(2) apabila setiap pengukuran yang dilakukan selama


30 (tiga puluh) hari pada tempat tersebut
menunjukkan bahwa kandungan gas metan tidak
lebih dari:
(a) 0,2% (nol koma dua persen) persen pada
tempat disepanjang jalan udara masuk; dan
(b) 0,6% (nol koma enam) persen pada tempat
disepanjang jalan lain,
maka pengukuran pada tempat tersebut cukup
dilakukan dengan selang waktu tidak lebih dari 30
(tiga puluh) hari selama kandungan gas Metan tidak
melebihi persentase tersebut di atas.
e) meskipun semua ketentuan pengukuran kandungan gas
metan diatas terpenuhi tetapi apabila sesuatu
perubahan dilakukan pada susunan ventilasi tambang
yang mungkin mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap suatu panjang jalan, maka penentuan
kandungan gas metan pada setiap tempat tersebut
dilakukan sesegera mungkin.
f) apabila pengukuran kandungan gas metan dilakukan
dengan cara mengambil percontoh udara, maka
pengukuran yang dimaksud dilakukan pada tempat dan
waktu percontoh diambil.
g) setiap pengukuran khusus gas metan yang dilakukan
dicatat seketika itu juga.
h) apabila suatu pengukuran gas metan yang dilakukan
dibeberapa tempat sepanjang jalan (bukan pengukuran
dengan analisis percontoh udara) menunjukkan
kandungan gas metan melebihi 1% (satu persen) dari
volume, atau terhadap adanya gas mudah terbakar yang
terlihat dari gas detektor, maka orang yang membawa
lampu keselamatan seketika itu juga memberitahukan
kepada orang yang bertanggung jawab pada bagian
tambang tersebut. Selanjutnya petugas yang
-255-

bertanggung jawab menghentikan beroperasinya


lokomotif atau kendaraan pada jalan tersebut dan baru
boleh dioperasikan kembali apabila kandungan gas
metan tidak lebih dari 1% (satu persen) serta mendapat
persetujuan dari Kepala Tambang Bawah Tanah atau
KTT,
13) alat deteksi gas metan paling sedikit dengan ketentuan:
a) pedoman pengaturan ventilasi yang telah ditetapkan
oleh perusahaan meliputi jumlah dan lokasi alat deteksi
gas metan portable, yang tersedia:
(1) pada permuka kerja lorong panjang atau bagian
dari permuka kerja ruang berpenyangga alami
paling tidak dilengkapi satu alat deteksi gas metan
portable untuk setiap 8 (delapan) Pekerja selama
gilir kerja;
(2) paling sedikit 1 (satu) alat deteksi gas metan
portable pada daerah kerja lainnya termasuk pada
terowongan atau lubang maju bukan lapisan
batubara; dan
(3) paling sedikit 1 (satu) alat deteksi gas metan
portable pada setiap jalan udara keluar apabila
pekerjaan perbaikan sedang dilaksanakan dan pada
jarak 90 (sembilan puluh) meter dari permuka kerja
dijalan udara keluar,
b) pemeriksaan gas metan dilaksanakan pada permulaan
setiap gilir kerja dan pada saat memasuki tambang
kembali setelah peledakan.
c) alat deteksi otomatis gas metan tersedia dalam jumlah
yang cukup sehingga ketentuan-ketentuan berikut dapat
dipenuhi:
(1) permukaffront kerja
Apabila hasil pengukuran 2 (dua) kali yang
berurutan pada jarak 50 (lima puluh) meter di jalan
udara keluar dari setiap permuka kerja lorong
-256-

panjang atau bagian ruang berpenyangga alami


kandungan gas metan lebih dari 0,5% (nol koma
lima persen) maka alat deteksi otomatis dipasang:
(a) pada ujung akhir jalan udara keluar dari
permuka kerja atau pada bagian penyangga
alaminya;
(b) pada tempat-tempat yang menggunakan mesin
pemotong muat (continous miner) atau mesin
penggali muat (road header machine) yang
digunakan pada lapisan batubara; dan
(e) pada setiap pekerjaan pembongkaran pilar
pengaman,
(2) jalan udara masuk
alat deteksi gas metan otomatis dipasang pada
lubang maju aliran udara masuk apabila dalam 2
(dua) kali pengukuran berturut-turut didapat
kandungan gas metan lebih dari 0,5% (nol koma
lima persen); dan
(3) jalan udara keluar
pada jalan udara keluar yang kandungan gas metan
biasanya lebih dari 0,5% (nol koma lima persen)
pada ujung jalan yang menuju sumuran utama
atau jalan keluar (out bye end), maka alat detektor
gas metan otomatis dipasang pada setiap:
(a) motor listrik tetap dijalan tersebut; dan
(b) lokomotif atau kendaraan berkemudi yang
beroperasi pada bagian jalan tersebut,
d) setiap alat deteksi otomatis gas metan pada jalan udara
keluar dipasang sesuai dengan ketentuan yang dibuat
oleh KIT.
e) setiap alat deteksi otomatis gas metan yang dipasang
tersebut, diatur untuk memberikan tanda yang dapat
dilihat atau didengar, jika kandungan gas metan
mencapai 1% (satu persen). Penggunaan alat deteksi
-257-

otomatis gas metan yang dipasang pada mesin-rnesin


tambang batubara atau motor-motor listrik diatur agar
listrik terputus secara otomatis (switch interlock) apabila
kandungan gas metan melebihi 1,25% (satu koma dua
puluh lima persen).
f] aliran udara ventilasi pada saat kondisi listrik terputus
secara otomatis pada kandungan gas metan melebihi
1,25% (satu koma dua puluh lima persen) dijaga agar
tetap mengalir secara normal.
g) apabila ketentuan-ketentuan mengenai alat deteksi gas
metan telah dapat dipenuhi dengan penggunaan alat
deteksi otomatis gas metan, maka kebutuhan alat
deteksi kekurangan oksigen dinilai tersendiri dan
disediakan oleh KIT.
h) pada setiap tambang yang biasanya kandungan gas
metan lebih dari 0,5% (nol koma lima persen) pada jalan
udara keluar, maka keselamatan operasi tambang
terpenuhi, KalT atau Kepala Dinas atas nama Kal'T
sesuai kewenangannya dapat memberi petunjuk supaya
menyediakan alat pemantau gas metan otomatis untuk
memantau secara terus menerus. Data-data dan hasil
pengukuran dapat dipantau dipermukaan.

k. Penirisan gas metan paling sedikit meliputi:


Pada setiap tambang yang mempunyai sistem penirisan gas metan
maka peralatan yang digunakan agar sesuai untuk keperluan
penirisan gas metan dan pedoman penirisan serta menunjuk
seorang pengawas operasional untuk mengawasi pelaksanaan
ketentuan-ketentuan paling sedikit meliputi:
1) lubang bor, pipa penirisan dan keran paling sedikit dengan
ketentuan:
a) dalam hal kategori tambang bawah tanah dengan
kandungan gas metan tinggi sesuai hasil kajian teknis
dan penilaian risiko, maka sebelum pekerjaan
-258-

pembuatan lorong majuj development dilakukan bor


expand di sisi sebelah kiri dan kanan lorong ke arah
rencana pembuatan lorong yang bertujuan untuk
meniriskan potensi gas metan dan air yang terdapat
pada rencana lorong yang akan dilakukan development.
Jarak ujung titik bor terhadap rencana lorong maju
diatur sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan
teknis sehingga potensi gas metan yang berada di lokasi
rencana lorong dapat dirilis melalui batang bor tersebut.
b) pengeboran lubang bor untuk tujuan penirisan gas
metan agar tersedia pipa yang akan digunakan untuk
mengalirkan gas metan yang keluar dari lubang bor
ketempat yang arnan. Pengeboran dilengkapi peralatan
yang dapat menutup lubang bor apabila terjadi aliran
gas metan yang muncul secara tiba-tiba.
c) sebelum pengeboran lubang bor dimulai, petugas
memastikan bahwa air akan mengalir melalui batang
bor, dan air tersebut akan mengalir keluar melalui
mulut lubang bor.
d) pada setiap lubang bor agar dilengkapi alat pengukur
volume kandungan gas mudah terbakar yang dapat
mengukur secara terus menerus.
e) setiap pipa penyalur (stand pipe) yang merupakan
bagian sistem permnsan gas metan dimasukkan
kedalam lubang bor dan sekelilingnya disumbat supaya
kedap gas.
£) penyarnbungan pipa pengalir kejaringan pipa selain
menggunakan selang lentur tidak dilakukan.
g) pipa atau jaringan pipa dari sistem penirisan gas metan
tidak boleh dipasang pada sumuran atau jalan keluar
yang merupakan jalan udara masuk ke tarnbang.
h) setiap jaringan pipa yang dipasang untuk penirisan gas
metan paling sedikit:
-259-

(1) dirancang sehingga percontoh gas metan dapat


diambil dan dapat ditiriskan dari dalam pipa;
(2) terpasang dengan kokoh; dan
(3) dekat sambungan-sambungan diberi tanda dengan
cat kuning,
i) setiap sambungan pada jaringan pipa dibuat kedap
sehingga udara tidak terisap masuk kedalam jaringan
pipa pengalir gas metan.
j) setiap keran pada sistem jaringan penirisan gas metan
dicat dengan warna kuning.
2) bangunan tertutup tempat pompa isap gas metan dan
kalorimeter paling sedikit dengan ketentuan:
a) pompa isap yang dipasang pada sistem pemrisan gas
metan:
(1) yang fungsi dan jenisnya telah diakui;
(2) dapat mencegah aliran gas metan berbalik arah
apabila pompa isap tidak bekerja; dan
(3) diatur apabila pompa isap tidak bekerja gas metan
dapat mengalir bebas.
b) mesin penghisap gas metan dibumikan, sehingga jika
terjadi pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba tidak
menimbulkan bahaya.
c) pompa isap ditempatkan dalam bangunan tertutup
dipermukaan.
d) peralatan listrik yang dipasang pada bangunan tertutup
pompa isap gas metan atau ruang kalorimeter terbuat
dari jenis yang kedap api (flame proof dan telah diakui.
e) lampu yang digunakan di dalam bangunan pompa isap
atau ruang kalorimeter terbuat dari jenis yang kedap
api.
f) kalorimeter atau alat pemantau yang digunakan pada
sistem penirisan gas metan ditempatkan dalam wadah
tertutup dan dengan ventilasi yang terpisah dari ruang
kalorimeter.
-260-

g) tidak boleh membuka wadah tertutup, dalam ruang


kalorimeter kecuali telah dipastikan bahwa ruang
kalorimeter dalam keadaan aman.
h) agar dapat dipakai sebagai pompa isap pada sistem
penirisan gas metan, pompa isap venturi terbuat
seluruhnya dari logam dan bukan dari alumunium atau
magnesium.
3) pembuangan gas metan paling sedikit dengan ketentuan:

a) mengamankan lokasi pembuangan gas metan untuk

mencegah kemungkinan gas metan tersebut tersulut


tan pa sengaj a.
b) melengkapi bagian ujung pembuangan gas metan

dengan perangkap api (flame trap) untuk mencegah api


merambat kedalam sistem penirisan.
c) membuang gas metan pada lokasi jauh dari jalan udara
masuk ke tambang, sesuai dengan kajian teknis
penilaian risiko yang telah dilakukan.
d) pengawasan penirisan gas metan termasuk pompa isap
dan ruang pengontrol tekanan udara dilakukan oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten.
1. Pencegahan Terhadap Penyulutan Gas dan Debu Mudah Menyala
1) pencegahan terhadap penyulutan gas metan paling sedikit
dilakukan dengan:
a) apabila di dalam tambang bawah tanah berbahaya gas
ditemukan gas metan , pencegahan dilakukan untuk
mencegah penyulutan gas dan tindakan pencegahan
tersebut terus dilakukan selama bahaya masih ada.
b) KTTmenetapkan tindakan pencegahan yang dilakukan
untuk memperkecil kemungkinan penyulutan gas metan
yang disebabkan oleh:
(1) Peledakan;
(2) Penggunaan listrik;
(3) Percikan api listrik statis;
-261-

(4) Gesekan mekanis;


(5) Percikan api yang disebabkan pergesekan pada alat
gali dan m uat;

(6) Batubara swabakar; dan


(7) Nyala api terbuka.

c) logam campuran ringan (alumunium, magnesium,


titanium dan campurannya) sedapat mung kin tidak
digunakan dibawah tanah dan tidak boleh menggunakan
logam tersebut pada tempat dimana akumulasi gas
dapat terj adi.
d) apabila dalam suatu tambang atau pada bagian dari
suatu tambang, memiliki potensi bahaya terbakar
sendiri (spontaneous combustion), maka tempat kerja
dibagi menjadi beberapa bagian terpisah sesuai tingkat
risikonya sebagai salah satu tindakan pencegahan.
Pada jalan masuk menuju setiap bagian tempat kerja
tersebut dilengkapi dengan tempat yang ada pintunya
(sean untuk mengisolasi api,
2) pemeriksaan gas metan dilakukan paling sedikit:
a) KIT menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dalam jumlah yang cukup untuk
melakukan pemeriksaan gas metan pada tempat-tempat
kerja selama gilir kerja dengan menggunakan alat
deteksi gas metan, Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang sebagaimana dimaksud adalah
Pekerja yang memenuhi hal-hal sebagai berikut.
(1) telah mendapat pelatihan dalam menggunakan alat
deteksi metan;
(2) telah berpengalaman bekerja di tambang batubara
bawah tanah paling sedikit 1 (satu) tahun dan telah
dilatih oleh orang yang berkompeten atau
berkemampuan untuk menggunakan alat tersebut
paling sedikit 1 (satu) bulan kerja; atau
-262-

(3) namanya dicatat dalam buku tambang dan


diberikan pelatihan penyegaran paling sedikit 1
(satu) kali dalam 3 (tiga)tahun,
b) tenaga teknis yang melakukan pemeriksaan gas metan ,
yakin bahwa pemeriksaan tersebut dilakukan dengan
benar dan setiap laporan pemeriksaan menjelaskan
lokasi dan jumlah persen gas metan yang terdeteksi.
3) pemeriksaan gas metan disekitar peralatan listrik atau mesin
diesel dilakukan paling sedikit:
a) pada setiap tempat kerja yang peralatan listrik atau
mesin diesel dioperasikan, pengujian gas metan
dilakukan beberapa saat sebelum peralatan listrik atau
mesin diesel dihidupkan.
b) apabila dari hasil pemeriksaan terdapat kandungan gas
metan lebih dari 1% (satu persen) maka peralatan listrik
atau mesin diesel tidak boleh dihidupkan.
c) apabila pada suatu waktu dalam gilir kerja terdeteksi
adanya gas metan lebih dari 1% (satu persen) maka
dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
(1) arus listrik diputuskan dan mesin diesel dimatikan;
dan
(2) pengalihan atau penyesuaian aliran udara apabila
memungkinkan dilakukan untuk mengurangi
kandungan gas metan.
d) apabila lokomotif atau kendaraan lain yang digerakkan
oleh listrik atau diesel digunakan pada tambang bawah
tanah berbahaya gas, maka pemeriksaan gas metan
dilakukan pada kedua ujung jalan dan dibeberapa
tempat tertentu sepanjang jalan tersebut.
e) mesm diesel yang digunakan di dalam tambang
dilengkapi dengan katalik gas buang.
4) pemeriksaan gas metan sebelum menggugurkan batuan atap
dilakukan sesaat sebelum batuan atap digugurkan
pemeriksaan gas metan disekitar penyangga alami yang
-263-

dikerjakan dipastikan dilakukan. Pengguguran batuan atap


dapat dilakukan apabila gas metan terdeteksi kurang dari 1%
(satu persen).
5) lokasi pengukuran gas metan dilakukan:
a) pengukuran gas metan dilakukan paling sedikit pada:
(1) masing-masing pada permuka kerja dari setiap
lokasi penggalian;
(2) setiap penggalian lubang maju (road head) atau
tempat meruntuhkan atap (ripping);
(3) pada percabangan jalan aliran udara tempat keluar
udara kotor dari lokasi kerja;
(4) tempat yang jaraknya kurang dari 30 (tiga puluh)
sentimeter ke arah ambrukan, bekas penggalian,
atau pada dinding penyangga alami dijalur jalan
keluar udara kotor;
(5) tempat tertentu sepanjang jalan yang diperkirakan
terakumulasi gas metan; dan
(6) pada pipa monitor gas yang dipasang pada daerah
yang telah ditutup kedap,
b) pengukuran gas metan dilakukan masing-masing pada
dua bagian yaitu:
(1) sedekat mungkin batuan atap; dan
(2) penampang jalan aliran udara,
c) hasil pengukuran dicatat di dalam buku harian ventilasi
yang disimpan di permukaan.
6) pencegahan terhadap debu mudah menyala paling sedikit:
a) un tuk mencegah rambatan peledakan debu batubara
darr/ atau bahan mudah menyala lainnya, maka debu
tersebut dibersihkan dan tidak boleh dibiarkan
terakumulasi pada tempat kerja atau pada peralatan
listrik.
b) apabila kegiatan penambangan dibawah tanah dapat
menimbulkan atau meningkatkan jumlah kandungan
-264-

debu di udara secara berlebihan sehingga dapat


menyebabkan bahaya ledakan, maka air atau cara lain
sesuai dengan kajian teknis digunakan untuk
mengurangi debu yang ditimbulkan tersebut.
c) apabila kehalusan dan konsentrasi debu yang mudah
menyala sudah pada tingkat membahayakan, maka cara
pencegahan dibuat dengan meliputi:
(1) mencegah debu terhambur di udara;
(2) mengurangi terjadinya debu selama penggalian atau
pengangkutan;
(3) membersihkan dan mengeluarkan debu dari dalam
tambang; dan
(4) menaburkan tepung kapur dalam jumlah tertentu
atau cara lain secara teratur sehingga debu
batubara menjadi tidak mudah menyala,
7) pengambilan percontoh debu paling sedikit meliputi:
a) pengambilan percontoh debu dari setiap jalan yang
berdebu dengan selang waktu tidak lebih dari 30 (tiga
puluh) hari dilakukan untuk mengetahui kandungan
yang mudah terbakar dalam debu tersebut. Pengambilan
percontoh debu batubara sebagaimana dimaksud
diambil paling sedikit satu percontoh dari:
(1) jalan angkutan batubara, untuk setiap jarak tidak
lebih dari 150 (seratus lima puluh) meter;
(2) jalan keluar udara masuk, dimulai pada jarak 180
(seratus delapan puluh) meter dari permuka kerja
dan selanjutnya untuk setiap jarak tidak lebih dari
150 (seratus lima puluh) meter; dan
(3) setiap jalan selain sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b untuk setiap jarak tidak lebih dari
250 (dua ratus lima puluh) meter,
b) apabila analisis percontoh debu yang diambil selama
enam bulan berturut-turut dari suatu jalan tambang
berdebu menunjukkan bahwa secara alami kandungan
-265-

bahan tidak mudah menyala dapat dipertahankan tanpa


menambah debu tidak mudah menyala, maka
pengambilan percontoh untuk analisis dapat dilakukan
dalam selang waktu tidak lebih dari 90 (sembilan puluh)
hari. Untuk selang waktu pengambilan percontoh yang
lebih lama berdasarkan kajian teknis.
c) apabila terjadi perubahan kondisi maupun metoda kerja
yang menyebabkan bertambahnya kandungan debu

yang mudah menyala sehingga konsentrasi debu yang


tidak mudah menyala menjadi lebih kecil maka pengambilan
dan analisis debu dilakukan sesegeramungkin.
d) hasil analisis debu dicatat pada buku khusus dalam
waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari setelah
percontoh debu diambil. Hasil analisis percontoh debu
selain dicatat dalam bentuk angka juga diplot pada peta
tambang terlampir dalam buku khusus tersebut dengan
memberi warna berbeda sesuai dengan tingkat
konsentrasi debu.
e) apabila suatu jalan tambang berpenyangga busur besi,
maka percontoh debu yang diambil pada atap dan
dinding dapat disatukan sebagai satu percontoh.
f) percontoh debu yang akan dianalisis dipastikan
tercampur merata dan berukuran lebih kecil dari 250
(dua ratus lima puluh) mikrometer dan dianalisis dengan
metoda yang telah diakui.
8) debu tidak mudah terbakar
a) percontoh debu yang diambil dan dianalisis dapat
dikategorikan sebagai debu yang tidak mudah terbakar
apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Kandungan Zat Kandungan Minimum Bahan


Terbang pada Debu Tidak Mudah Terbakar
Lebih dari 25 persen 80 persen
-266-

20 persen e] d 25 persen 75 persen


15 persen sid 20 persen 70 persen
10 persen sid 15 persen 65 persen
Kurang dari 20 persen Nihil

b) apabila hasil analisis debu yang diambil dari suatu ruas


jalan tidak memenuhi ketentuan, maka:
(1) ruas jalan tersebut ditaburi dengan tepung batu;
dan
(2) pengambilan percontoh ulang debu dilakukan,
9) kendaraan yang mengangkut seluruh debu batubara atau
sebagian besar debu batubara, tidak boleh melintas di jalan
yang ada kabel atau peralatan listrik kecuali baknya dalam
keadaan tertutup rapat.
10) penghambat untuk mencegah meluasnya nyala lidah api
a) KIT menyiapkan dan menekankan pemasangan
penghambat baik tirai air maupun tirai tepung kapur
pada jalan pengangkutan batubara untuk mencegah
meluasnya nyala api akibat ledakan yang menyulut gas
metan atau debu batubara.
b) bagan penghambat dilaporkan kepada KaITatau Kepala
Dinas atas nama Kal'I'sesuai kewenangannya.
c) bagian penghambat mencakup:
(1) posisi dan jenis tirai yang dipasang;
(2) mencantumkan lokasi penempatan tirai pada peta
tambang;
(3) paling lama sekali 3 (tiga) bulan data tentang
keadaan tirai diperbaharui; dan
(4) pemeriksaaan kondisi fisik tirai dan
melaporkannya,
d) salinan bagan sebagaimana disimpan di kantor
tambang. Apabila menurut pendapat IT tata cara
pemasangan dan perawatan tersebut masih perlu
-267-

disempurnakan maka IT dapat memerintahkan dan


dicatat dalam buku tambang.
e) Ketentuan peraturan ini tidak berlaku pada jalan yang
kandungan zat terbangnya pada debu batubara kurang
dari 10% (sepuluh persen).
11) pemeriksaan pra-gilir kerja
a) pengawas operasional sudah memeriksa tempat-tempat
kerja 1 (satu) jam sebelum dimulai suatu gilir kerja atau
sebelum seseorang memasuki tempat kerja pada
tambang bawah tanah berbahaya gas. Nama pengawas
atau orang yang ditunjuk untuk pemeriksaan tersebut
dicatat dalam buku tambang. Pelaksanaan pemeriksaan
dan pengujian pada setiap tempat kerja meliputi:
(1) akumulasi gas metan;
(2) kekurangan oksigen;
(3) kondisi tutup kedap dan pintu ventilasi;
(4) kondisi batuan atap, permuka kerja dan dinding;
(5) kondisi jalan, rel, dan ban berjalan yang dipakai
untuk pengangkutan orang;
(6) bahaya pada jalan yang menuju daerah yang sudah
ditinggalkan;
(7) volume udara dan kecepatan pada jalan
pencabangan;
(8) tanda-tanda panas pada ban berjalan yang
mengangkut batubara; dan
(9) bahaya-bahaya lainnya yang diharuskan dalam
peraturan ini atau pedoman kerja,
b) apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan, petugas
pemeriksaan menemukan satu kondisi yang
membahayakan maka daerah tersebut dinyatakan
sebagai daerah berbahaya dan petugas tersebut
mengambil tindakan dengan mamasang tanda yang
-268-

jelas, mudah terlihat dan selanjutnya melaporkan


kepada Kepala Tambang Bawah Tanah.
e) pada daerah berbahaya yang terpasang tanda bahaya,
hanya orang yang ditunjuk untuk menanggulangi
bahaya tersebut yang diizinkan masuk.
12) Pemeriksaan Harian dan Mingguan
a) pengawas operasional atau orang yang ditugaskan
melakukan pemeriksaan terhadap kondisi-kondisi yang
berbahaya pada tiap daerah kerja dan dilakukan
minimum 1 (satu) kali setiap gilir kerja atau lebih sering
bila diperlukan dan nama orang tersebut dieatat dalam
buku tambang. Pemeriksaan termasuk pemeriksaan
terhadap gas metan dan kekurangan oksigen.
b) tempat kerja yaitu semua tempat kerja yang selalu ada
orang, maupun yang hanya sewaktu-waktu ada orang.
e) setiap kondisi yang berbahaya diatasi langsung dan
apabila kondisi tersebut akan segera menimbulkan
bahaya, KIT atau Kepala Tambang Bawah Tanah
secepatnya mengeluarkan semua orang, kecuali orang
yang bertugas untuk menangulangi bahaya tersebut.
d) semua tempat-tempat kerja yang ada orang sedang
bekerja, diperiksa minimum 1 (satu) kali setiap 4 (empat)
jam.
e) selain pemeriksaan pra-gilir kerja dan pemeriksaan
harian, pemeriksaan kondisi yang berbahaya termasuk

pengujian gas metan atau hal lain yang ditetapkan


menurut peraturan ini dilakukan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam seminggu oleh pengawas operasional.

fJ apabila kondisi berbahaya ditemukan, maka seeepatnya


dilaporkan kepada Kepala Tambang Bawah Tanah atau
KIT dan bahaya tersebut seeepatnya ditanggulangi.
g) hasil pemeriksaan, pengujian dan tindakan yang telah
dilakukan pada kondisi berbahaya dilaporkan secara
-269-

tertulis dan ditanda tangani oleh yang bersangkutan.


Catatan tersebut sewaktu-waktu dapat diperiksa oleh IT.
m. Pencegahan Kebakaran di Tambang Bawah Tanah
Pencegahan kebakaran di tambang bawah tanah paling sedikit
dengan ketentuan:
1) pengaturan benda terlarang meliputi:
a) tidak boleh menyalakan api dalam bentuk apapun di
dalam tambang bawah tanah berbahaya gas dan tidak
boleh membawa alat pemantik atau korek api.
b) tidak boleh membawa alat mekanik, listrik dan
elektronik yang dapat menimbulkan bunga api kedalam
tambang bawah tanah.
c) KIT atau orang yang ditunjuk mempunyai kewenangan
untuk memeriksa setiap Pekerja yang kemungkinan
membawa barang terlarang kedalam tambang bawah
tanah.
d) KIT menjamin bahwa semua Pekerja yang masuk
kedalam tambang bawah tanah telah diperiksa dari
kemungkinan membawa benda-benda terlarang.
2) penggunaan api di bawah tanah paling sedikit dengan
ketentuan:
a) tidak boleh menyalakan api di bawah tanah, kecuali
untuk pengelasan dan nyala api las dimatikan apabila
ditinggalkan.
b) pekerjaaan las di dalam tambang bawah tanah
mendapat persetujuan dari Kepala Tambang Bawah
Tanah.
c) pembuatan gas asetilin di bawah tanah tidak
diperbolehkan. Asetelin atau gas-gas lain yang mudah
menyala disimpan dengan baik di dalam tabung.
3) penyimpanan cairan mudah terbakar di bawah tanah paling
sedikit dengan ketentuan:
a) cairan mudah terbakar, termasuk minyak pelumas dan
gemuk disimpan di dalam kontener metal yang aman
atau dalam tangki. Kontener atau tangki penyimpanan
-270-

ditempatkan pada tempat yang memiliki akses ke jalur


udara kotor (keluar).
b) kontener atau tangki penyimpanan ditempatkan pada
daerah yang bebas dari bahan mudah terbakar, terpisah
dari bahan peledak atau bahan ramuan bahan peledak,
sumber api, dan bahan lain yang dapat menimbulkan
panas atau percikan api.
c) penggunaan bahan bakar gas dicairkan (elpiji)di bawah
tanah hanya terbatas utuk pekerjaan perawatan dan
hanya boleh dibawa dalam jumlah yang cukup untuk
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkannya dan
tabung-tabungnya segera dikembalikan kepermukaan
setelah selesai digunakan.
d) tidak boleh membawa danJatau menyimpan bensin
(gasoline) di bawah tanah.
4) bahan mudah terbakar paling sedikit dengan ketentuan:
a) Kepala Tambang Bawah Tanah membuat pedoman
penggunaan, penyimpanan dan pengangkutan yang
aman untuk bahan mudah terbakar di tambang bawah
tanah.
b) bahan mudah terbakar selain batubara di tambang
batubara kecuali kayu tidak boleh disimpan di bawah
tanah kecuali:
(1) di dalam ruangan atau kontener yang terbuat dari
bahan yang tidak dapat terbakar; dan
(2) sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Kepala
Tambang Bawah Tanah.
c) KIT memastikan bahwa bahan mudah terbakar bukan
merupakan bagian dari bangunan yang:
(1) terletak di mulut sumuran atau jalan keluar; atau
(2) tempat di bawah tanah yang merupakan ruangan
mesin atau peralatan listrik.
d) KIT meyakinkan bahwa setiap tabir ventilasi terbuat
dari bahan tahan api dan dirawat dengan baik.
-271-

5) daerah sekitar tambang pada tambang bawah tanah paling


sedikit dengan ketentuan:
a) bangunan pada permukaan yang berada dalam jarak 30
meter dari mulut tambang yang dipakai sebagai jalan
udara masuk atau jalan keluar darurat:
(1) dibuat dari bahan tahan api;
(2) dibuat dari bahan yang mempunyai derajad
ketahanan api tidak kurang dari 1 jam; dan
(3) dilengkapi dengan pemadam api otomatis,
b) bahan dan cairan yang mudah terbakar disimpan dalam
jarak lebih dari 50 (lima puluh) meter dari mulut
tambang kecuali bila sangat diperlukan untuk pekerjaan
perawatan dengan tempat penyimpanan sementara
untuk penggunaan sehari.
6) sarana masuk tambang paling sedikit dengan ketentuan:
a) bagian atas sumuran atau portal jalan masuk ke
tambang terbuat dari baja atau konstruksi lain tahan
api. Apabila menggunakan kayu dipastikan diolah
terlebih dahulu agar tidak mudah terbakar.
b) konstruksi sepanjang sumuran tahan api.
c) sumuran yang terbuat dari konstruksi kayu dibuat
tahan api dan dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran dan semua tempat pemberhentian sumuran
terbuat dari bahan tahan api.
d) sarana pemadam kebakaran pada sumuran yang terbuat
dari konstruksi kayu mampu memadamkan api sampai
jarak 20 (dua puluh) meter dari sumuran pada setiap
level.
e) sumuran yang mempunyai kemiringan kurang dari 45
(empat puluh lima) derajat yang terbuat dari kerangka
kayu dibuat tahan api minimum sejauh sampai cross
cut/persimpangan pertama dari mulut lubang sumuran.
-272-

f) tidak boleh menyimpan minyak pelumas, gemuk atau


cairan mudah terbakar pada stasiun pemberhentian di
sumuran.
g) minyak pelumas atau gemuk yang digunakan pada
tempat-tempat kerja disimpan pada tempat dari logam
tertutup yang portabel, lama penyimpanan tidak boleh
melebihi 2 (dua) hari kerja.
7) tindakan pengamanan di bawah tanah paling sedikit:
a) stasiun dan tempat kerja di tambang bawah tanah
bersih dari bahan bakar maupun limbah yang mudah
terbakar.
b) sebelum menggunakan peralatan oksigen-asetilen semua
kayu kering disekitarnya dibasahi atau dilapisi dengan
bahanj selimut tahan api.
c) setelah pekerjaan pembakaran atau pengelasan, semua
kayu diperiksa dari bahaya api dan pemeriksaan ulang
dilakukan pada setiap pergantian gilir kerja serta
hasilnya dicatat.
d) pada tempat di bawah tanah yang terdapat bahaya
tersulutnya bahan atau cairan mudah terbakar,
dipasang tanda "Dilarang Merokok".
e) setelah dilakukan peledakan daerah sekitar segera
diperiksa dari kemungkinan bahaya kebakaran.
8) penempatan sarana pemadam kebakaran paling sedikit:
a) sarana dan peralatan berikut ini tersedia dan siap pakai
apabila terjadi kebakaran:
(1) persediaan air atau bahan pemadam api lainnya
dalam jumlah yang cukup;
(2) pemadam api ringan, debu, pasir atau bahan-bahan
lainnya dalam jumlah yang cukup; dan
(3) sarana penyemprot air, penyebar debu, pasir atau
bahan pemadam lainnya.
-273-

b) alat pemadam api yang sesuai tersedia pada tempat-


tempat sebagai berikut:
(1) pada bagian atas dan sarana masuk ke sumuran,
atau jalan keluar;
(2) pada ruang mesin atau ruangan motor listrik;
(3) pada tempat penyimpanan bahan yang mudah
menyala;
(4) pada setiap motor listrik, transformator, dan
sakelar-sakelar yang tidak portable;
(5) pada setiap mesin pemotong atau pemuat yang
dipakai pada permuka kerja; dan
(6) disepanjang lintasan ban-berjalan, dan pada
tambang batubara dengan tambahan pada ternpat-
tempat:
(a) tempat tertentu pada permuka kerja; dan
(b) beberapa tempat di sepanjang jalan utama
masuk udara atau jalan utama keluar udara.
c) pada tambang bawah tanah atau tambang batubara
bawah tanah yang menggunakan kayu untuk
penyangga, tersedia air yang bertekanan untuk
memadamkan kebakaran, dan cur tersebut dapat
dialirkan secara efisien dengan volume yang cukup ke
setiap tempat kerja yang kemungkinan bahaya
kebakaran dapat terjadi.
9) persediaan dan penyaluran air
Persedian dan penyaluran air paling sedikit dengan
ketentuan:
a) apabila penanggulangan kebakaran menggunakan air,
maka supaya tersedia air yang cukup yang disalurkan
ke bawah tanah melalui sistem pipa, hidran, dan selang
ke lokasi yang berpotensi bahaya kebakaran di tempat
kerja di bawah tanah.
b) apabila air dari tempat penyediaan air disalurkan
melalui sumuran tegak atau miring maka supaya ada
-274-

bagian pipa yang terendah untuk penarnpungan


endapan padat yang dilengkapi dengan katup untuk
rnernbuang endapan tersebut.
c) hidran supaya tersedia dan dirawat agar selalu Slap
dalam keadaan siaga:
(1) pada setiap stasiun sumuran; dan
(2) pada daerah dekat perrnuka kerja sistern
penambangan dinding panjang dan pada titik pusat
sistern penambangan kamar dan penyangga alami
(room and pillar) dan di daerah bukaan kerja.
d) ternpat sarana pernadam kebakaran (fire points) agar
ditempatkan dekat dengan hidran pada setiap stasiun
sumuran dan daerah dekat permuka kerja sistem
penambangan dinding panjang dan pada titik pusat
sistem penambangan kamar dan penyangga alami (room
and pillar) dan di daerah bukaan kerja agar dilengkapi
dengan selang yang cukup dan nozles pada ujungnya
yang dapat rnengalirkan air ke tempat-tempat, dirnana
kebakaran rnungkin terjadi.
10) pas pernadam kebakaran
Pas pemadam kebakaran tersedia pada sumuran udara
bersih dan terowongan udara bersih rnenuju area kerja.
Peralatan minimum yang tersedia pada pos pemadam
kebakaran adalah:
a) cadangan alat pemadam api ringan;
b) pasir, debu pemadam dalam jumlah yang cukup atau
bahan pernadam api lainnya;
c) apabila pernadarnan dengan rnenggunakan air, juga
dipastikan ada cadangan kantong pasir atau dengan
bahan lain yang dapat rnernadarnkan api;
d) selang dengan panjang 250 (dua ratus lima puluh) meter
dengan alat sambung apabila hanya ada satu sumber air
pemadam; dan
e) pipa bercabang dua lengkap dengan nozel,
-275-

11) penyelamatan dari ruang tertutup dilakukan dengan Kepala


Tambang Bawah Tanah memastikan bahwa telah diambil
tindakan untuk mengurangi risiko Pekerja terperangkap
diruangan atau tempat tertutup yang ada mesin, peralatan
atau disimpan bahan mudah terbakar atau mengeluarkan
gas beracun dalam konsentrasi yang membahayakan.
12) pencegahan terhadap kobaran api atau diperkirakan api akan
berkobar, paling sedikit dengan ketentuan:
a) orang yang bertanggung jawab pada bagian di tambang
yang dapat kena pengaruh oleh kobaran api, panas,
asap, gas, uap atau ledakan yang timbul dari kobaran
api, agar memerintahkan orang-orang yang berada di
daerah yang terpengaruh tersebut untuk
menyelamatkan diri.
b) apabila terlihat tanda- tanda adanya kebakaran yang
tidak segera menimbulkan bahaya ditempat itu, orang
dapat tinggal atau berada di tempat tersebut untuk
mencegah meluasnya kobaran api.
c) apabila diketahui api telah berkobar, maka semua
bagian dari lapisan atau level tempat api berada dan
semua bagian dari lapisan atau level lain yang dapat
dicapai dari jalan keluar ke permukaan dianggap sebagai
daerah yang diperlakukan bagian di tambang yang dapat
kena pengaruh oleh kobaran api, panas, asap, gas, uap,
atau ledakan yang timbul dari kobaran api.
d) semua bagian tambang di bawah tanah diberlakukan
pada bagian di tambang yang dapat kena pengaruh oleh
kobaran api, panas, asap, gas, uap, atau ledakan yang
timbul dari kobaran api, selama dilakukan pemadaman
api, dan sampai pekerjaan selesai dilakukan tidak
seorangpun diizinkan masuk ke tambang bawah tanah,
kecuali untuk usaha pemadam atau untuk pengamanan
tambang.
-276-

e) apabila api berkobar di tambang batubara, rnaka


dilakukan tindakan untuk rnengarnankan debu batubara
pada bagian-bagian tambang yang berhubungan dengan
ternpat yang terbakar.
f) kecuali petugas dari regu penyelarnat tidak boleh rnasuk
ke dalam tambang sebelurn daerah kena pengaruh
kebakaran dinyatakan aman.
g) setelah evakuasi dilakukan hanya petugas-petugas dari
regu penyelamat yang terlatih dan rnengenakan alat
pernapasan serta dilengkapi peralatan penyelamatan
yang diperbolehkan untuk rnelakukan pekerjaan
penyelarnatan dan pernadaman.
13) sistern peringatan bawah tanah paling sedikit rnernuat:
a) tanda peringatan kebakaran yang dapat
rnernperingatkan orang di bawah tanah dengan segera,
dipasang dan dirawat sehingga selalu dalam kondisi
baik.
b) apabila ada Pekerja yang ditugaskan diluar jangkauan
sistern peringatan, rnaka dibuat sistern peringatan lain
yang rnernungkinkan rnereka tahu apabila terjadi
kebakaran.
c) sernua Pekerja agar rnengetahui tanda peringatan
kebakaran yang digunakan oleh perusahaan pada
Tambang Bawah Tanah.

14) pintu penahan dan pengendali api paling sedikit dengan


ketentuan:
a) sejurnlah pintu penahan dan pengendali api yang cukup
dipasang di bawah tanah untuk rnernutuskan hubungan
surnuran dan bukaan tarnbang dengan ternpat kerja lain
di tambang untuk rnencegah penyebaran api, asap, dan
gas-gas beracun di dalarn tambang sewaktu terjadi
kebakaran.
-277-

b) pintu penahan dan pengendali api dipasang pada atau


dekat stasiun sumuran jalan masuk udara bersih dan
setiap jalan keluar yang berfungsi sebagai jalan
penyelamatan diri atau pada lokasi lain yang fungsinya
untuk melindungi orang yang menyelamatkan diri.
e) pintu penahan dan pengendali api hanya dapat dibuka
atau ditutup berdasarkan instruksi dari Kepala
Tambang Bawah Tanah atau KIT yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi dan eara yang telah
ditetapkan.
d) pintu penahan dan pengendali api dibuat kuat dan baik
sehingga apabila telah ditutup tidak dapat terbuka
akibat dari perbedaan tekanan udara.
e) pintu penahan dan pengendali api dapat dibuka dengan
kekuatan satu orang dari kedua arah dan dipastikan
bebas dari rintangan.
n. Kontrol Batuan, Penyangga, dan Cara Melakukannya
Kontrol batuan, penyangga, dan eara melakukannya paling sedikit
meliputi ketentuan sebagai berikut:
1) pengaturan umum paling sedikit dengan ketentuan:
a) KIT membuat pedoman penyanggaan untuk mengontrol
pergerakan lapisan batuan didalam tambang bawah
tanah dan bilamana diperlukan menyangga atap dan
dinding bukaan disetiap tempat kerja.
b) bukaan yang memerlukan penyanggaan dilakukan
sesuai dengan jenis batuan dan metoda penambangan.
e) tidak boleh melepas atau merubah penyangga yang
sudah terpasang, keeuali berdasarkan Manajemen
Risiko dan kajian geoteknik yang menyatakan aman.
d) tidak boleh melepas atau merubah lantai, atap, alas,
kayu batangan atau balok kayu, dan sejenisnya apabila
hal tersebut akan menimbulkan bukaan berbahaya
keeuali berdasarkan kajian geoteknik yang menyatakan
aman.
-278-

e) material penyangga cukup kuat dan dalam jumlah yang


cukup serta siap pakai. Material penyangga mampu
menahan beban massa batuan dengan aman,
berdasarkan kajian geoteknik.
f) apabila bahan penyangga tidak tersedia dan kondisi
tempat kerja berbahaya, maka kegiatan pada tempat
kerja tersebut dihentikan.
2) tugas para Pekerja paling sedikit dengan ketentuan:
a) Pekerja agar mengetahui potensi bahaya pada tambang
bawah tanah, termasuk tanda-tanda runtuhnya batuan.
b) apabila diperkirakan batuan segera runtuh, tanda
bahaya supaya diaktifkan dan semua pekerja dapat
meninggalkan daerah tersebut.
c) Pekerja memeriksa kondisi tempat kerjanya setiap
memulai pekerjaan.
d) batuan menggantung digugurkan atau disangga sebelum
pekerjaan di tempat itu dilakukan.
e) pengawas operasional mengamati pelaksanaan pedoman
kerja dan memeriksa kondisi tempat kerja.
3) permuka kerja paling sedikit meliputi:
a) tidak boleh menambang dengan cara potong bawah
(under cut) apabila bahan galian dapat runtuh secara
tiba-tiba.
b) jarak antara permuka kerja dengan ruang yang disangga
agar sedekat mungkin, dan sesuai dengan jenis batuan
dan metoda penambangan.
4) penyangga alami pilar-pilar pengaman paling sedikit dengan
ketentuan:
a) pada setiap tambang bawah tanah, sebagian dari lapisan
batuan yang ditinggalkan sebagai pilar pengaman untuk
mencegah terjadinya ambrukan dan deformasi pada
lubang bukaan bawah tanah.
-279-

b) pilar pengaman disediakan apabila diatas tambang


tersebut terdapat danau, sungai, lapisan-Iapisan yang
mengandung air atau sumber air lainnya.
c) Kepala Tambang Bawah Tanah atau KIT supaya
mengirimkan peta perencanaan tamban g, peta geologi
atau peta kerjanya kepada KalT atau Kepala Dinas atas
nama KalT sesuai kewenangannya apabila terdapat
kondisi sebagai berikut:
(1) apabila terdapat sebagian dari lapisan batuan yang
ditinggalkan sebagai pilar pengaman untuk
mencegah terjadinya ambrukan dan deformasi pada
lubang bukaan bawah tanah; dan
(2) apabila terdapat diatas tambang tersebut terdapat
danau, sungai, lapisan-Iapisan yang mengandung
air atau sumber air lainnya,
d) KIT dapat menentukan atau merubah ukuran pilar
pengaman dan lapisan batuan atap (roof cover) sesuai
dengan hasil Manajemen Risiko dan kajian teknis
apabila terdapat kondisi sebagai berikut:
(1) Apabila terdapat sebagian dari lapisan batuan yang
ditinggalkan sebagai pilar pengaman untuk
mencegah terjadinya ambrukan dan deformasi pada
lubang bukaan bawah tanah; dan
(2) Apabila terdapat diatas tambang tersebut terdapat
danau, sungai, lapisan-Iapisan yang mengandung
air atau sumber air lainnya,
e) tidak boleh mengurangi ukuran atau membuang pilar
pengaman dan lapisan batuan atap, kecuali berdasarkan
hasil Manajemen Risiko dan kajian teknis yang
dilakukan oleh Kepala Tambang Bawah Tanah atau KIT.
f] KIT menentukan dimensi lubang bukaan, sehingga
tidak terjadi undercutting karena pilar pengaman diambil
untuk ore.
5) pilar pengaman dan pilar mahkota meliputi:
-280-

a) pilar pengarnan agar disisakan sepanjang batas


perpotongan lapisan bahan galian dengan batuan dasar,
kecuali batuan dasar tersebut cukup padat dan kuat.
b) lapisan bahan galian agar disisakan sebagai pilar
pengarnan sepanjang batas antara tingkat dengan
tingkat dan antara blok dengan blok penambangan
termasuk pilar pengarnan mahkota (crown pilar).
6) penyangga sistematis paling sedikit meliputi:
a) penyangga sistematis dibuat untuk menyangga batuan
atap dan dinding dari:
(1) setiap permuka kerja;
(2) setiap lubang maju;
(3) setiap persimpangan dua atau lebih lorong apabila
kendaraan atau ban berjalan melalui salah satu
dari lorong tersebut;
(4) setiap lorong dimana ada orang yang sedang
bekerja;
(5) setiap fasilitas penunjang kegiatan tarnbang bawah
tanah; dan
(6) setiap tempat bekumpul dalam keadaan darurat
atau fasilitas keadaaan darurat,
b) KIT berdasarkan hasil kajian teknis dapat
memberlakukan ketentuan penyangga sistematis pada
tarnbang lain selain tambang bawah tanah.
c) Pekerja memasang penyangga tambahan dalam batas
area kerjanya sesuai petunjuk pengawas operasional.
7) kayu penyangga paling sedikit dengan ketentuan:
a) kayu untuk penyangga di daerah kerja yang aktif agar
terpasang benar, apabila diperlukan dipasang baji atau
pasak untuk mengencangkan sehingga fungsi
penyangaan maksimum tercapai.
b) setiap penyangga batang dari kayu (prop set) untuk atap
atau dinding permuka kerja atau jalan tambang agar
dipasang dengan pondasi yang kuat dan arnan.
-281-

c) kayu penyangga yang rusak, longgar atau terlepas yang


menimbulkan kondisi yang tidak aman supaya segera
diperbaiki atau diganti.
d) Pekerja yang bekerja di bukaan produksi yang
menggunakan penyangga kubus agar memperhatikan
bahwa lantai sejajar dengan balok atas (cap) terutama
setelah peledakan dan bila dianggap perlu kayu
panyangga kubus tersebut dipaku.
e) penyangga kubus pada bukaan produksi dibuat dengan
baik dan pasak yang dipasang pada dinding dan atap
serta pada bagian teratas penyangga kubus dipasang
penahan atap (top lagging), sedangkan ruang terbuka
antara penahan atap dengan atap batuan disangga
dengan balok kayu (pigsties) atau balok-balok dipasang
diatas penyangga tegak dari penyangga kubus.
8) penyangga baja, wire mesh, shotcrete, cable bolt paling sedikit
meliputi:
a) baja untuk penyangga di daerah kerja yang aktif agar
terpasang benar, apabila diperlukan dipasang skur / siku
untuk mengencangkan sehingga fungsi penyangaan
maksimurn tercapai.
b) setiap penyangga baja (steel set) untuk atap atau dinding
permuka kerja atau jalan tambang dipasang pada alas
yang kokoh dan diisi material sehingga fungsi
penyanggaan maksimum tercapai.
c) Baja penyangga yang rusak, longgar atau terlepas yang
menimbulkan kondisi yang tidak aman segera diperbaiki
atau diganti.
d) Pekerja yang bekerja di bukaan produksi yang
menggunakan penyangga baja agar memperhatikan
bahwa kondisi aman dan pastikan penyangga baja tidak
berubah setelah peledakan.
9) pemasangan baut batuan (rock bolting) paling sedikit dengan
ketentuan:
-282-

a) apabila baut batuan dipakai untuk penyanggaan, maka


baut batuan sesegera mungkin dipasang setelah
terbentuknya bukaan.
b) tata cara pengujian penjangkaran ditetapkan dan
dilakukan untuk mengetahui kemampuan penjangkaran
(pullout test) kemudian hasilnya didokumentasikan di
kantor tambang.
c) baut batuan yang memerlukan puntiran (torgue), maka
daya puntirnya tidak melebihi ukuran dari hasil uji baut
batuan yang dipasang pada lapisan batuan.
d) split set yang dipasang sebagai pengait atau penyangga
batuan dipasang sesegera mungkin setelah terbentuknya
bukaan dan pengujian pull out test dilakukan mengikuti
klasifikasi massa batuan.
10) batuan lepas dan batuan mudah runtuh paling sedikit
memperhatikan hal-hal:
a) penambangan pada batuan lepas diawasi secara ketat
dan mengikuti sistem spiling yang sesuai dengan
penggunaan papan kayu atau material lain untuk
menahan jatuhnya batuan lepas dan mencegah
runtuhnya batuan atap.
b) pada batuan atau tanah yang mudah ambruk, spiling
dipasang terlebih dahulu sebelum penambangan
diteruskan.
c) pada atap tempat kerja yang retak-retak dan pecah
dipasang papan pengaman yang kuat.
d) bagian atap, depan dan samping dari bukaan produksi
diperiksa sesering mungkin dan tanah atau batuan retak
agar digugurkan atau diledakkan atau disangga
secepatnya dengan tepat sebelum pekerjaan lain
dimulai.
-283-

11) pemeriksaan kondisi batuan paling sedikit meliputi:


a) nama pengawas operasional yang ditunjuk oleh KIT
untuk memeriksa kondisi batuan, dicatat dalam buku
tambang.
b) hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Pengawas
Operasional yang ditunjuk oleh KIT untuk memeriksa
kondisi batuan agar didokumentasikan.
12) peraturan perusahaan mengenai penyanggaan paling sedikit
meliputi:
a) pada suatu tambang yang memerlukan penyangga,
maka KIT membuat peraturan perusahaan mengenai
penyanggaan dalam bentuk gambar tampak depan,
tampak samping, tampak atas atau diagram sistem
penyanggaan termasuk tatacara pemasangan dan
pembongkaran yang mudah dimengerti oleh Pekerja
yang melakukan pekerjaan tersebut.
b) pekerjaan penyanggaan dilakukan oleh orang yang
memiliki kemampuan dibidang penyanggaan.
c) salinan peraturan perusahaan mengenai penyanggaan
dalam bentuk gambar tampak depan, tampak samping,
tampak atas atau diagram sistem penyanggaan
termasuk tatacara pemasangan dan pembongkaran
disimpan di kantor tambang atau pada tempat lain yang
disetujui atau yang telah ditentukan oleh IT.
d) IT dapat merubah suatu peraturan perusahaan
mengenai penyanggaan secara tertulis dalam buku
tambang.
13) Pedoman Penyanggaan
Pada kondisi tertentu KIT agar membuat peraturan
perusahaan dan Zatau pedoman mengenai penyanggaan
untuk:
a) pembuatan lubang maju penambangan sistem lubang
panjang (longwaln atau lubang pendek (shortwaln yang
memuat rincian ten tang urutan pemasangan,
memajukan, dan jarak maksimum.
-284-

b) melepas penyanggaan pada lubang maju penambangan


sistem lubang panjang (longwal~ atau lubang pendek
(shortwal~ yang mencakup penyanggaan terhadap
seluruh panjang dan lebar atap permuka kerja.
c) penggunaan palang gandeng dan palang geser.
d) penyanggaan pada penggunaan mesin pemotong.
e) penggunaan penyangga bertenaga (powered roof
support).
f) penyanggaan dalam pekerjaan pemotongan batuan atap
suatu lorong.
g) penyangga sementara.
h) penyangga busur atau penyangga balok pada lubang
maju (roadhead).
i) baut batuan atap.
j) kontrollapisan batuan atap dengan bronjong.
14) ketentuan untuk Atap Lorongdengan KondisiTertentu
Pada setiap tambang yang kemiringan lapisan batuannya 40
derajat atau lebih, agar disisakan sebagian lapisan batubara
pada bagian atap. Ketentuan ini dicantumkan pada
peraturan-peraturan perusahaan mengenai penyanggaan.
15) ketentuan umum pemasangan penyangga meliputi:
a) penyangga batang paling sedikit meliputi:
(1) setiap orang yang memasang penyangga batang
untuk menyangga atap atau dinding, agar
memasangnya dengan kokoh dan pada pondasi
yang kuat;
(2) apabila orang yang tugasnya termasuk memasang
penyangga batang, melihat penyangga batang yang
patah, rusak atau tidak stabil, petugas tersebut
dapat membuat penyangga tersebut menjadi stabil
atau menggantinya; dan
(3) apabila petugas tersebut tidak dapat melakukan
pemasangan penyangga batang untuk menyangga
-285-

atap atau dinding termasuk memasang penyangga


batang, melihat penyangga batang yang patah,
rusak atau tidak stabil, petugas tersebut sesegera
mungkin melaporkan kepada pengawas operasional
dan pengawas teknis yang bertanggung jawab
terhadap penyanggaan,
b) ganjal kayu paling sedikit meliputi:
(1) setiap orang yang memasang penyangga batang
agar menyisipkan ganjal kayu yang sesuai dan
cukup tebal diantara bagian atas penyangga batang
dengan palang atau dengan atap untuk menutup
seluruh bagian atas dari penyangga batang dan
apabila palang tidak dipasang diatas penyangga
batang, ganjal tersebut mempunyai lebar yang tidak
kurang dari ukuran bagian atas penyangga batang
dan panjangnya minimum 2 (dua) kali ukuran
bagian atas penyangga batang.
(2) ganjal tidak perlu dipasang an tara batang
penyangga dengan palang, apabila:
(a) dipasang dibawah palang kayu;
(b) penyangga batang yang dipasang dilengkapi
dengan material penahan luncur (friction cap)
yang berfungsi untuk menahan palang tetap
berada diatas penyangga batang;
(e) penyangga batang dipasang untuk maksud
untuk menahan ambruknya atap; dan
(d) penyangga batang dari besi yang dipasang
pada tempat yang bukan merupakan permuka
kerja,
c) pemasangan penyangga bertenaga paling sedikit
meliputi:
(1) petugas yang memasang penyangga bertenaga
memastikan bahwa setiap penyangga telah aman
terpasang. Apabila ditemukan penyangga bertenaga
-286-

yang rusak, supaya sesegera mungkin melaporkan


kepada pengawas operasional dan pengawas teknis
yang bertanggung jawab terhadap penyanggaan;

dan
(2) pengawas operasional dan pengawas teknis yang
bertanggung jawab terhadap penyanggaan agar
dapat memastikan bahwa setiap penyangga
bertenaga yang rusak telah diperbaiki atau diganti
dan atap ditempat tersebut telah disangga dengan
baik.
d) penyangga susun paling sedikit meliputi:
(1) penyangga susun dipasang pada pondasi yang kuat
dan sampai menyentuh ke batuan atap; dan
(2) untuk membuat penyangga susun terbuat dari
balok yang permukaannya rata,
e) bronjong (packs)
apabila bronjong dibuat sebagai bagian dari sistem
penyanggaan ditambang maka bronjong tersebut dibuat
dan dipasang sampai menyentuh kebatuan atap dan
apabila bronjong tersebut dibuat secara manual maka
perlu dibuat pada pondasi yang kuat dan diisi dengan
pumg.
f) penyangga busur dan penyangga persegi panjang
setiap penyangga busur atau penyangga persegi panjang
yang dipasang untuk menopang atap atau dinding
dipasang pada pondasi yang kokoh dan menopang kuat
ke atap dan antara penyangga agar dapat dipasang
palang yang diikat kuat pada masing-masing penyangga
tersebut.
16) pemasangan penyangga pengganti paling sedikit dengan
ketentuan:
a) petugas penyanggaan agar memastikan bahwa
penyangga yang rusak atau tidak berfungsi secepatnya
-287-

diganti dengan penyangga baru dan yang tidak stabil


supaya dibuat stabil.
b) Pekerja yang menemukan penyangga yang rusak agar
segera memperbaiki apabila mungkin, atau temuan
segera dilaporkan kepada pengawas operasional.
c) apabila ada atap yang runtuh atau dinding yang
bergeser, patah atau membuat penyangga tidak
berfungsi pada bagian tambang tempat orang lewat atau
orang bekerja, maka orang yang bertugas pada saat itu
memastikan bahwa:
(1) atap atau dinding yang terbuka atau yang
berdekatan dengan daerah yang terbuka, segera
dipasang penyangga;
(2) pengamanan dilakukan sebelum membersihkan
puing; dan
(3) dalam hal petugas tidak dapat melakukan tindakan
memasang penyangga pada Atap atau dinding yang
terbuka atau yang berdekatan dengan daerah yang
terbuka dan Pengamanan sebelum membersihkan
puing, memastikan bahwa tidak seorangpun lewat
atau bekerja ditempat tersebut kecuali atas
petunjuk pengawas operasional dan pengawas
teknis bawah tanah,
17) menunda pemasangan atau memindah penyangga paling
sedikit dengan ketentuan:
a) penundaan pemasangan atau pemindahan penyangga
hanya boleh dilakukan dalam hal sebagai berikut:
(1) supaya kegiatan tidak terganggu dalam
memajukan, membelokan, atau membuat ruangan
untuk mesin pemotong batubara atau mesin
pemuat atau pengangkut maka penundaan
pemasangan atau pemindahan penyangga
diperbolehkan; dan
(2) apabila mesin pemotong terganggu operasinya
akibat adanya palang pada atap maka palang
tersebut boleh dipindahkan,
-288-

b) penundaan pemasangan atau pemindahan penyangga


palang hanya boleh dilakukan dengan singkat.
c) apabila selain dalam memajukan, membelokan, atau
membuat ruangan untuk mesin pemotong batubara atau
mesin pemuat atau pengangkut maka penundaan
pemasangan atau pemindahan penyangga
diperbolehkan, maka ketentuan tersebut dapat
mencakup penyanggaan berkelanjutan dengan
menggunakan palang tunggal yang panjangnya lebih
dari jarak antara 2 (dua) penyangga batang atau apabila
jaraknya tidak lebih dari 2 (dua] meter dapat
menggunakan palang gandeng.
d) setiap palang tung gal disangga paling sedikit dengan 1
[satu] penyangga batang pada masing-masing ujungnya
dan setiap palang gandeng disangga paling sedikit
dengan 1 (satu] penyangga batang.
18) memasang dan melepas penyangga bertenaga paling sedikit
meliputi:
a) setiap tambang yang menggunakan penyangga
bertenaga (powered support) dibuatkan gambar bagan
pemasangan serta bagan untuk cara pembongkaran dan
pengangkutannya.
b) bagan pemasangan penyangga bertenaga mencakup:
(1) cara pengangkutannya dari permukaan tanah ke
permuka kerja dan secara khusus ditekankan
tentang keselamatan penanganan dan
pengangku tannya;
(2) ketentuan mengenai kendaraan angkut yang sesuai
serta bentuk yang khusus bila diperlukan;
(3) ketentuan mengenai teromol yang sesuai dan yang
dilengkapi dengan alat pembatas beban tarik;
(4) ketentuan dari alat angkut yang dirancang dengan
ukuran yang cukup dan kuat;
-289-

(5) cara penyanggaan permuka kerja selama


pemasangan penyangga bertenaga; dan
(6) ketentuan yang sarna mengenai kendaraan angkut
yang sesuai serta bentuk yang khusus bila
diperlukan, mengenai teromol yang sesuai dan yang
dilengkapi dengan alat pembatas beban tarik, alat
angkut yang dirancang dengan ukuran yang cukup
dan kuat,
c) bagan untuk melepaskan dan pengangkutan penyangga
bertenaga mencakup:
(1) cara penyanggaan pada permuka kerja selama
pembongkaran penyangga dilakukan.
(2) cara pengangkutan penyangga bertenaga dari
permuka kerja ke tempat permuka kerja yang baru.
19) perbaikan kondisi berbahaya paling sedikit meliputi:
a) batuan yang mudah lepas agar terlebih dahulu
digugurkan atau disangga sebelum pekerjaan berikutnya
dilakukan.
b) sebelum pekerjaan mengugurkan atau menyangga
batuan yang mudah lepas diselesaikan, daerah terkena
pengaruh tersebut supaya diberi tanda "Dilarang Masuk"
dan apabila tidak ada orang menunggu dipasang
perintang,
20) pengguguran batuan paling sedikit mencakup:
a) pengguguran batuan dilakukan dari tempat yang aman.
b) apabila pengguguran batuan dilakukan secara manual
agar tersedia galah panjang (scalling bar) dengan bentuk
yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
c) apabila pengguguran batuan dilakukan secara mekanis
supaya tersedia atap yang dapat melindungi Pekerja dari
runtuhan batuan,
d) apabila alat mekanis digunakan untuk melakukan
pekerjaan pengguguran yang dilengkapi dengan
kerangkeng (basket) atau lantai kerja (platform) yang
-290-

dapat naik turun, maka pergerakan kerangkeng (basket)

atau lantai kerja dapat dikendalikan oleh orang yang


melakukan pekerjaan pengguguran dari posisinya.
e) alat mekanis yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan pengguguran yang dilengkapi dengan
kerangkeng (basket) atau lantai kerja (platform) yang
dapat naik turun dirancang untuk mencegah terjadinya
pergerakan yang tidak diinginkan atau penurunan
kerangkeng (basket) dilengkapi pelindung atas
(protector) .
21) pengamanan pengeboran paling sedikit mencakup:
a) sebelum pengeboran pada permuka kerja atau atap
dimulai, maka dilakukan pemeriksaan secara teliti
terhadap batuan lepas dan kemudian digugurkan atau
disangga seperlunya.
b) juru bor dalam melakukan pekerjaannya agar terlindung
dari bahaya kejatuhan batu.
e) orang yang membantu melakukan pengeboran awal
(collaring) agar berada pada tempat yang aman.
d) apabila tempat kerja telah berpenyangga, maka
pengeboran hanya boleh dilakukan dari tempat tersebut,
apabila perlu penyangga sementara dipasang
menyambung dari daerah berpenyangga.
e) pada menara bor yang dapat berpindah agar dilengkapi
alat pelindung bagi operator dan petugas lainnya.
22) upaya pengamanan terhadap semburan batuan (rock burst)
paling sedikit meliputi:
a) apabila tambang mengalami semburan batuan, maka
KIT:
(1) melaporkan kepada KalT atau Kepala Dinas atas
nama KalT sesuai kewenangannya dalam waktu 24
(dua puluh empat) jam apabila menyebabkan:
-291-

(a) Pekerja diungsikan;

(b) terganggu ventilasi;


(e) terjadinya gangguan di jalan-jalan tamb an g;

dan
(d) mengganggu kegiatan tambang lebih dari 1

[satu] jam,
(2) membuat dan melaksanakan pereneanaan

pengendalian semburan batuan sesegera mung kin

setelah terjadi semburan,


b) raneangan pengendalian semburan batuan termasuk:
(1) eara penambangan dan tata eara kerja yang
diraneang untuk mengurangi timbulnya semburan

batuan;
(2) tata eara pemantauan; dan

(3) tindakan lain yang dilakukan untuk mengurangi


bahaya yang dapat menimpa Pekerja pada daerah

rawan semburan batuan,


e) raneangan pengendalian semburan batuan berupa tata

eara kerja mengurangi timbulnya semburan batuan, tata


eara pemantauan dan tindakan lain yang dilakukan

untuk mengurangi bahaya yang dapat menimpa Pekerja


pada daerah rawan semburan batuan agar diperbaharui
sesuai perkembangan kondisi yang ada sesuai dengan

kajian teknis yang dibuat oleh KIT.


o. penirisan air tambang bawah tanah meliputi:

1) upaya umum paling sedikit meneakup:


a) tempat kerja di bawah tanah:

(1) bebas dari akumulasi atau aliran cur yang dapat


membahayakan para Pekerja di daerah tersebut;

dan
(2) mempunyai sistem penirisan cur untuk

mengeluarkan kelebihan air dari dalam tambang,


-292-

b) pompa air jenis positive displacement dilengkapi dengan


sebuah katup pengatur atau sistem lain;
c) upaya dilakukan untuk meniadakan akumulasi air di
dalam corongan batu atau lubang naik dimana material
di dalam corongan atau lubang naik menyumbat aliran
air;
d) pada bukaan produksi atau daerah rongga dimana bijih
ditimbun sebelum dimuat tersedia sarana penirisan air
kecuali tumpukan material dapat meniriskan air sendiri
secara efektif;
e) apabila air hujan mempengaruhi debit air di dalam
tambang maka KIT memantau curah hujan dan
tindakan dilakukan sebelumnya untuk mencegah
kenaikan debit air di dalam tambang;
f) jalan transport dilengkapi dengan saluran penirisan air
yang efektif sehingga tidak merusak rel dan bantalannya
atau sarana jalan yang dibuat untuk kendaraan lain,
2) bendungan dan dinding penutup paling sedikit mencakup:
a) pada waktu melakukan tindakan pencegahan banjir
atau bahaya lainnya, maka tindakan pengamanan
dilakukan dengan membuat dinding penutup atau
bendungan untuk mengendalikan air atau melindungi
tambang dan jalan untuk menyelamatkan diri.
b) dinding penutup untuk mengendalikan air atau
melindungi tambang dan jalan untuk menyelamatkan
diri merupakan konstruksi yang dibangun untuk
menyumbat air atau menghambat udara bertekanan
yang menutup sempurna pada terowongan, drift atau
bukaan tambang lainnya;
c) bendungan untuk mengendalikan air atau melindungi
tambang dan jalan untuk menyelamatkan diri (dam)
merupakan konstruksi yang dibangun untuk
-293-

membendung air di terowongan atau bukaan tambang

lainnya sehingga luapan air dapat dikendalikan.


d) apabila peledakan dilakukan pada permuka kerja di

tambang yang berada disekitar tempat kerja dan


memungkinkan adanya akumulasi air maka din ding

penutup atau bendungan untuk mengendalikan air atau


melindungi tambang dan jalan untuk menyelamatkan

diri tersebut supaya ditutup dengan baik.

3) upaya menanggulangi terhadap gas beracun


apabila akumulasi air tertahan di lubang turun yang belum
tembus sedang ditiriskan, maka tindakan penanggulangan
dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran udara

tambang oleh gas beracun yang timbul karen a adanya reaksi


dengan air.

4) pengaman pada dasar sumuran


penghalang (barrier) dipasang pada bagian dasar sumuran
untuk mencegah agar kerangkeng yang sedang mengangkut
orang sewaktu diturunkan tidak sampai ke dalam air
sumuran.
5) bencana lumpur basah (wet muck)
dalam penanganan bencana lumpur basah (wet muck)
dilakukan paling sedikit sebagai berikut:
a) pembuatan rencana dan pelaksanaan pemindahanj
penarikan, pengangkutan, dan infrastruktur
penambangan lumpur basah dilakukan berdasarkan
penggolongan material lumpur basah sebagai berikut:
(1) lembab - kasar
(2) lembab - sedang
(3) lembab - halus
(4) basah - kasar
(5) basah - sedang
(6) basah - halus
-294-

b) pada kegiatan penarikan atau penanganan lumpur


basah, KIT menentukan tata cara yang paling aman
sehingga:
(1) semua bahaya longsoran atau tumpahan lumpur
basah tidak menimbulkan kerugian dan atau
mencederai karyawan.
(2) Pekerja yang melakukan pekerjaan akan terpisah
dengan sumber bahaya longsoran atau tumpahan
lumpur basah dengan mempergunakan metode
pengendalian peralatan dari jarak jauh (remote
contron,
c) KIT membuat rencana dan melaksanakan upaya
penirisan dan penyaliran air dari dalam area lumpur
basah, dengan memperhatikan antara lain:
(1) lokasi akumulasi lumpur basah dengan jumlah
yang bisa membahayakan peralatan dan manusia di
sekitarnya ditetapkan sebagai daerah bahaya.
(2) tatacara memasuki lokasi tersebut.
(3) aturan pintu penghalang dan rambu-rambu
keselamatan yang dibutuhkan di jalan masuk ke
lokasi tersebut.
d) Kepala Tambang Bawah Tanah menugaskan Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten untuk bekerja
memasuki area lumpur basah.
11, Keselamatan Kapal Keruk/Isap
Ketentuan pengelolaan keselamatan operasi kapal keruk/isap paling
sedikit meliputi:
a, kapal keruk meliputi:
1) Pekerja kapal keruk paling sedikit mencakup:
a) setiap kapal keruk memiliki seorang kepala kapal keruk
yang dibantu oleh beberapa orang kepala gilir kerja dan
pekerja yang memenuhi kualifikasi sesuai ketetapan KIT
dan namanya dicatat dalam buku tambang.
b) kepala kapal keruk bertugas:
-295-

(1) memimpin, mengatur, dan mengawasi keselamatan


kerja pengoperasian kapal keruk; dan
(2) mencatat dan melaporkan kepada KIT apabila
terjadi kebakaran, kerusakan peralatan, kemiringan
melebihi 2 (dua) derajat, kecelakaan, dan kondisi
berbahaya yang terjadi di kapal keruk.
c) KIT menindaklanjuti setiap laporan dari Kepala Kapal
Keruk diantaranya kebakaran, kerusakan peralatan,
kemiringan melebihi 2 (dua) derajat, kecelakaan, dan
kondisi berbahaya yang terjadi di kapal keruk, dan
segera memberi perintah serta petunjuk untuk
keselamatan kerja kapal keruk.
d) setiap orang yang berada di atas kapal keruk
mendapatkan izin dari KIT dan mampu berenang
darr/ atau memakai rompi pelampung apabila tidak
dapat berenang.
b. persyaratan operasi kapal keruk meliputi:
1) un tuk dapat beroperasi setiap kapal keruk memenuhi syarat:
a) stabil dan layak operasi;
b) dilengkapi dengan ruang kendali dan ruang operator
pembangkit tenaga listrik yang kedap suara serta ruang
makan yang memenuhi persyaratan kesehatan;
c) mempunyai pompa balast atau lensa yang selalu dalam
kondisi dan berfungsi baik;
d) tersedia buku peraturan kerja dan buku jurnal teknik
yang disahkan oleh KIT dan disosialisasikan kepada
seluruh pekerja kapal keruk;
e) peralatan dan fasilitas keselamatan kerja; dan
f) sinyal gilir kerja dan sinyal tanda bahaya,
2) peralatan dan fasilitas keselamatan kerja kapal keruk antara
lain:
a) rompi pelampung yang sesuai dengan standar nasional
Indonesia, paling sedikit 110% (seratus sepuluh persen)
-296-

dari jumlah maksimum orang yang berada di atas kapal


keruk;
b) pengaitr'pancing tanpa mata paling sedikit 6 (enam)
buah dengan panjang tangkai minimum 5 (lima) meter;
c) sauh kecil paling sedikit 6 (enam) buah dengan tali
masing-masing panjangnya 25 (dua puluh lima) meter;
d) pelampung bulat paling sedikit 6 (enam) buah dengan
tali masing-masing panjangnya 25 (dua puluh lima)
meter;
e) tali atau rantai dengan gelang-gelang atau ban yang
tingginya tidak boleh lebih dari 40 (empat puluh)
sentimeter di atas permukaan air;
f) paling sedikit 3 (tiga) rantai yang digantung melintang
atau membujur pada bandar atau saluran residu;
g) dua buah rantai yang ujungnya dilengkapi dengan
gelang digantungkan 25 (dua puluh lima) sentimeter dari
ujung bagian bawah bandar atau saluran residu dengan
tinggi gelang dari rantai tersebut adalah 10 (sepuluh)
sentimeter dari permukaan air;
h) sinyal tanda bahaya berupa bunyi dan cahaya;
i) alat pemadam api ringan dengan jumlah dan
penempatan sesuai dengan perhitungan kebutuhan;
j) kotak beserta obat-obatan pertolongan pertama pada
kecelakaan;
k) sungkup pengaman pada bagian terbuka yang berputar;
1) sistem isolasi pengamanan tertutup (lock out tag out);
m) sekoci penolong yang berkapasitas sejumlah Pekerja
kapal keruk.
n) area berkumpul.
0) alat komunikasi radio dua arah dengan jumlah yang
cukup;dan
p) alat pendeteksi posisi (global positioning system),
3) buku peraturan kerja kapal keruk memuat:
a) salinan dari peraturan kapal keruk Pertambangan;
-297-

b) semua perintah, larangan dan petunjuk mengenai kapal


keruk yang telah dicatat dalam buku tambang;
c) hasil pemeriksaan dan pengukuran pada setiap gilir
kerja terhadap tiang kompartemen dan tangki yang
berisi air atau bahan bakar;
d) hasil pengukuran tinggi ponton yang terapung dari
keempat sudut kapal keruk pada setiap gilir kerja;
e) hasil pemeriksaan pompa balast/lensa dan salurannya
yang dilakukan setiap minggu;
f) hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh KIT atau kepala
kapal keruk atau Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten; dan
g) sinyal tanda bahaya dan sinyal kerja,
4) salinan buku peraturan kerja kapal keruk tersedia di kantor
tambang di darat dan semua pendaftaran dalam buku aslinya
segera dicatat ke dalam buku salinan tersebut.
c. ponton, kompartemen dan pemeriksaannya meliputi:
1) tinggi bagian ponton yang berada di atas permukaan air tidak
boleh kurang dari 50 (lima puluh) sentimeter dan dalam
keadaan darurat tidak boleh kurang dari 25 (dua puluh lima)
sentimeter untuk desain ponton berbentuk persegi. Ponton
dengan bentuk selain persegi dapat diterima sesuai dengan
hasil kajian teknis;
2) untuk mempermudah pembacaan ketinggian bagian ponton
yang berada di atas permukaan air di keempat sudut kapal
keruk dipasang skala ukuran;
3) cara kerja yang aman berkenaan dengan pekerjaan
pembacaan ketinggian bagian ponton yang berada di atas
permukaan air, ditetapkan oleh KIT dan dicatat dalam buku
peraturan kerja kapal keruk;
4) tiap kompartemen kapal keruk dilengkapi lubang
pemeriksaan dengan tutup atau pintu yang dapat tertutup
rapat sehingga kedap air lubang pemeriksaan, tingginya
-298-

minimum 50 (lima puluh) sentimeter serta diameter atau


lebarnya minimum 60 (enam puluh) sentimeter dan selalu
dirawat dengan baik;
5) apabila konstruksi kapaI keruk tidak memungkinkan
menutup lubang perneriksaan, KIT setelah melaporkan
kepada KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai
kewenangannya untuk dapat menetapkan ketentuan lain
yang mengatur lubang pemeriksaan;
6) setiap kompartemen kedap air dan selalu dalam kondisi yang
kering dan bersih, kecuali kompartemen tersebut digunakan
untuk cadangan bahan bakar atau air tawar;
7) lubang pada dinding pemisah antara kompartemen sesuai
dengan hasil evaluasi kajian teknis keselamatan operasi yang
disetujui KIT dan dicatat dalam buku tambang;
8) setelah pekerjaan selesai, setiap lubang yang dibuat pada
dinding pemisah segera ditutup;
9) bagian-bagian ponton samping kiri dan kanan kapal keruk
serta di dekat tangga mangkuk (bucket) dilindungi dengan
tangki pengaman;
10) meletakkan barang dalam kompartemen untuk maksud
menyimpan atau memberi keseimbangan pada kapal keruk
sesuai persetujuan dari KIT;
11) kompartemen kapal keruk mempunyai sistem aliran udara
yang baik;
12) setiap kapal keruk mempunyai alat penghembus udara ke
dalam kompartemen;
13) tekanan udara di dalam kompartemen paling akhir dari
sistem aliran udara dalam satu rangkaian kompartemen
minimum 20 (dua puluh) cmHg lebih tinggi dari tekanan
udara di luar kompartemen tersebut;
14) tinggi pipa ventilasi dibagian tepi geladak kapal keruk yang
beroperasi di laut minimum 80 (delapan puluh) sentimeter
dan ditempat lainnya 40 (empat puluh) sentimeter;
-299-

15) tinggi pipa ventilasi dibagian tepi geladak kapal keruk yang
beroperasi di darat minimum 60 (enam puluh) sentimeter dan
ditempat lainnya 40 (empat puluh) sentimeter;
16) pipa ventilasi disediakan dengan penutup kedap air yang
digantungkan pada pipa ventilasi;
17) ujung pipa ventilasi yang dipergunakan mengalirkan udara
ke dalam kompartemen dipasang alat penyebar udara
(diffuser); dan
18) pemeriksaan kompartemen ponton dilakukan secara berkala
oleh pengawas teknis dengan menggunakan prosedur kerja
yang disetujui oleh KTI.
d. penempatan kapal keruk meliputi:
1) kawat haluan, samping dan buritan kapal keruk yang
beroperasi di laut atau di darat masing-masing ditambatkan
dengan baik pada jangkar atau patok; dan
2) setiap sambungan pada kawat penambat yang menggunakan
klem penyambung dilengkapi dengan mur dan pen
pengaman.
e. relokasi dan penambatan meliputi:
1) kapal keruk hanya dapat ditarik dari satu daerah kerja ke
daerah kerja lainnya dengan keputusan tertulis KIT yang
tembusannya dikirimkan kepada KalT atau Kepala Dinas
atas nama KalTsesuai kewenangannya.
2) penarikan, penggeseran, dan penambatan kapal keruk
mengikuti prosedur kerja yang disetujui oleh KTI.
3) tindakan pengamanan terhadap kawat penambat yang
melintasi jalan lalu lintas darat dan air meliputi:
a) memberikan tanda peringatan;
b) memastikan kawat penambat telah diturunkan ke dalam
air dan diberikan pemberat sebelum jalan lalu lintas air
digunakan; dan
c) apabila jalan lalu lintas darat dan air menuju kapal
keruk melintasi kawat penambat maka KTI menetapkan
-300-

peraturan keselamatan yang khusus untuk lintasan


tersebut.
4) pada setiap kapal keruk yang beroperasi di laut dilengkapi
dengan jangkar rantai buritan [jangkar spill yang dipasang
pada bagian tengah sisi belakang kapal keruk, dan dapat
dipakai setiap saat.
f. Tindakan Pengamanan
1) sebelum melakukan penarikan kapal keruk melalui laut
terbuka tindakan pengamanan dibawah ini dilakukan:
a) setiap kompartemen ponton dalam keadaan aman;
b) setiap pintu pemeriksaan telah ditutup dan kedap air;
c) instalasi pompa beserta pipa-pipanya dalam keadaan
siap pakai;
d) pipa ventilasi telah ditutup dan kedap air; dan
e) semua peralatan yang lepas telah diikat.
2) pada setiap kapal keruk yang ditarik tersedia:
a) peralatan untuk menambal ponton;
b) pompa air cadangan yang mempunyai mesin penggerak
sendiri;
c) air dan bahan bakar yang cukup;
d) mesin las; dan
e) makanan dan mmuman dalam jumlah yang cukup
untuk semua Pekerja yang berada di atas kapal keruk
selama waktu penarikan ditambah 100 persen sebagai
cadangan.
g. Sarana dan Prasarana
1) pada operasi kapal keruk tersedia perahu bermotor untuk
pengangkutan Pekerja atau untuk memberi pertolongan.
2) semua perahu bermotor yang membantu pekerjaan kapal
keruk memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-
undangan terkait.
3) setiap perahu bermotor yang membantu pekerjaan kapal
keruk dilengkapi dengan rompi pelapung paling sedikit 110%
-301-

(seratus sepuluh persen) dari jumlah orang maksimum yang


berada di atas perahu bermotor tersebut.
4) alat pemadam api tersedia di atas perahu bermotor dalam
jumlah yang cukup.
5) perahu bermotor yang melayani kapal keruk dilengkapi
dengan alat komunikasi radio.
6) bak /ponton kerja yang dipakai pada operasi kapal keruk
dianggap sebagai bagian dari kapal keruk.
7) konstruksi jembatan dan dermaga dalam kondisi kuat dan
aman serta dilengkapi dengan pagar pengaman dalam segala
cuaca.
8) jembatan dan dermaga dilengkapi lampu penerangan dan
sinyal arah.
9) kapal keruk yang beroperasi di darat dilengkapi dengan
jembatan yang lebarnya mmimum 60 (enam puluh)
sentimeter dengan panjang yang cukup serta dilengkapi
dengan pegangan tangan untuk menghubungkan kapal
keruk ke daratan.
h. Pengedokan (docking)
1) setiap kapal keruk dilakukan pengedokan (docking) paling
sedikit 1 (satu) kali setiap 10 (sepuluh) tahun untuk ponton
berbentuk persegi, dan atau disesuaikan dengan hasil
pengukuran sisa umur pakai plat ponton.
2) dalam hal ponton tidak berbentuk persegi, maka dilakukan
pengedokan (docking) minimum 1 (satu) kali setiap 3 (tiga)
tahun.
3) apabila kapal keruk diperbaiki atau dibongkar di suatu
galangan yang berada di dalam WIUP dan wilayah proyek
maka keselamatan dan kesehatan kerja selama pengedokan
menjadi tanggung jawab KIT.
4) pada waktu dilakukan pengedokan (docking), semua pelat
baja kapal keruk yang langsung bersentuhan dengan air dan
peralatan listrik dibongkar dan diganti, setelah dinyatakan
tidak layak dari hasil pengujian.
-302-

5) perubahan pada kapal keruk yang akan mempengaruhi


kestabilan atau keseimbangan kapal keruk mendapat
persetujuan dari KIT.
6) setelah selesai dilakukan pengedokan (docking), KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai kewenangannya dapat
menugaskan IT untuk melakukan pemeriksaan terhadap
perbaikan kapal keruk tersebut.
i. Kelayakan Operasi Kapal Keruk
dalam menentukan kelayakan operasi kapal keruk dengan
ketentuan paling sedikit:
1) kelayakan operasi kapal keruk disahkan oleh KIT,.
berdasarkan hasil pemeriksaan kelayakan oleh tim ahli
internal perusahaan yang bersertifikasi atau perusahaan jasa
inspeksi teknis terakreditasi yang mempunyai Izin Usaha
Jasa Pertambangan (IUJP)yang ditunjuk oleh KIT.
2) pemeriksaan dan pengujian kelayakan oleh KIT dilakukan
secara berkala setiap 2 (dua) tahun.
3) batas minimum ketebalan plat ponton yang diizinkan untuk
layak beroperasi adalah paling sedikit 80% (delapan puluh
persen) persen dari tebal plat pada desain awal (original
equipment manufacture) .
4) perubahan pada kapal keruk yang dapat mempengaruhi
stabilitas kapal tersebut melalui mekanisme persetujuan dari
KIT dan hasil evaluasi terhadap keselamatan operasi
tersebut disampaikan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaITsesuai kewenangannya.
Dalam rangka mengevaluasi kelayakan tersebut, KalTatau Kepala
Dinas atas nama Kal'I' sesuai dengan kewenangannya dapat
meminta KTT atau PTL untuk melakukan presentasi dan/ atau
menugaskan IT untuk melakukan verifikasi lapangan.
j. Kapal isap produksi dan ponton isap produksi
Ketentuan pengelolaan keselamatan operasi kapal isap produksi
dan ponton isap produksi paling sedikit meliputi:
1) kapal isap produksi meliputi:
-303-

a) pekerja kapal isap produksi paling sedikit mencakup:


(1) pada setiap Kapal Isap produksi ada seorang kepala
kapal isap produksi yang dibantu oleh beberapa
orang kepala gilir kerja dan pekerja yang memenuhi
kualifikasi sesuai ketetapan KIT dan namanya
dicatat dalam buku tambang.
(2) kepala kapal isap produksi bertugas:
(a) memimpin, mengatur, dan mengawasi
keselamatan kerja di kapal isap termasuk
keselamatan kerja lain yang berkaitan dengan
pengoperasian kapal isap; dan
(b) melaporkan kepada KIT apabila terjadi:
kebakaran, kerusakan, kemiringan melebihi 2
(dua) derajat, kecelakaan dan kondisi
berbahaya yang terjadi di kapal isap,
(3) KIT menindaklanjuti setiap laporan dari kepala
kapal isap produksi apabila terjadi kebakaran,
kerusakan, kemiringan melebihi 2 (dua) derajat,
kecelakaan dan kondisi berbahaya yang terjadi di
kapal isap dan segera memberi perintah dan
petunjuk untuk keselamatan kerja kapal isap
produksi.
(4) setiap orang yang berada di atas Kapal Isap
Produksi dipastikan mendapatkan ijin dari KIT dan
mampu berenang dan wajib memakai rompi
pelampung.
b) persyaratan operasi kapal isap produksi
(1) untuk dapat beroperasi, setiap kapal isap produksi:
(a) dapat menggunakan penggerak berupa
propeller, kawat ataupun penggerak lain sesuai
perkembangan teknologi dan kebutuhan;
(b) stabil dan layak operasi;
-304-

(e) dilengkapi dengan ruang kendali dan ruang


operator yang kedap suara serta ruang makan
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
(d) setiap kapal isap produksi memiliki pompa
jinjing yang selalu dalam kondisi baik;
(e) tersedia buku peraturan kerja dan buku jurnal
teknik yang disahkan oleh KTT dan
disosialisasikan kepada seluruh pekerja kapal
isap produksi;
(f) perala tan dan fasilitas keselamatan kerja; dan
(g) sinyal gilir kerja dan sinyal tanda bahaya,
(2) stabil dan layak operasi penggerak berupa propeller,
kawat ataupun penggerak lain sesuar
perkembangan teknologi dan kebutuhan mengaeu
kepada hasil pemeriksaan kelayakan oleh tenaga
teknis yang kompeten atau pihak independen yang
kompeten yang ditunjuk oleh KTT, hasil
pemeriksaan kelayakan dilaporkan kepada KaIT
atau Kepala Dinas atas nama KaIT. Dalam rangka
evaluasi dokumen kelayakan, KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaIT dapat meminta KTT untuk
melakukan presentasi dan Zatau menugaskan IT
untuk melakukan verifikasi lapangan.
(3) buku peraturan kerja kapal dan buku jurnal teknik
disahkan oleh KTT dan disosialisasikan kepada
seluruh pekerja kapal isap produksi.
(4) buku peraturan kerja kapal isap produksi memuat:
(a) salinan dari peraturan kapal isap produksi;
(b) Semua perintah, larangan dan petunjuk
mengenai kapal isap produksi yang telah
dieatat dalam buku tambang;
-305-

(e) Hasil pemeriksaan dan pengukuran pada


setiap gilir kerja terhadap tiang kompartemen
dan tangki yang berisi air atau bahan bakar;
(d) Hasil pengukuran tinggi ponton yang terapung
dari keempat sudut kapal isap pada setiap gilir
kerja;
(e) hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh KIT
atau wakilnya atau petugas ahli; dan
(f) sinyal tanda bahaya dan sinyal kerja,
(5) salinan buku peraturan kerja kapal isap produksi
dipastikan tersedia di kantor tambang di darat dan
semua pendaftaran dalam buku aslinya segera
dicatat ke dalam buku salinan tersebut.
(6) peralatan dan fasilitas keselamatan kerja antara
lain:
(a) rompi pelampung yang sesuai dengan standar
nasional Indonesia, paling sedikit 110%
(seratus sepuluh persen) dari jumlah
maksimum orang yang berada di atas kapal
keruk;
(b) pengaitz'pancing tanpa mata paling sedikit 4
(empat) buah dengan panjang tangkai 5 (lima)
meter;
(e) sauh kecil paling sedikit 4 (empat) buah
dengan tali masing-masing panjangnya 25
(dua puluh lima) meter;
(d) pelampung bulat paling sedikit 6 (enam) buah
dengan tali masing-masing 25 (dua puluh
lima) meter;
(e) tali atau rantai dengan gelang-gelang atau
ban yang tingginya tidak boleh lebih dari 40
empat puluh) sentimeter di atas permukaan
air',
-306-

(f) sinyal tanda bahaya berupa bunyi dan


cahaya;
(g) alat pemadam api ringan dengan jumlah dan
penempatan mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku;
(h) kotak beserta obat-obatan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K);
(i) sungkup pengaman pada bagian terbuka yang
berputar;
(j) sistem isolasi pengamanan tertutup (lock out
tag out);
(k) sekoci penolong yang berkapasitas sejumlah
pekerja kapal isap produksi;
(1) area berkumpuI;
(m) alat komunikasi radio dua arah dengan
jumlah yang cukup; dan
(n) alat pendeteksi posisi (global positioning
system).
c) ponton, kompartemen dan pemeriksaannya paling
sedikit mencakup:
(1) tinggi bagian ponton yang berada di atas
permukaan air minimum 50 (lima puluh) sentimeter
dan dalam keadaan darurat tidak boleh kurang dari
25 (dua puluh lima) sentimeter untuk desain
ponton berbentuk persegi. Ponton dengan bentuk
selain persegi dapat diterima sesuai dengan hasil
kajian teknis.
(2) untuk mempermudah pembacaan ketinggian bagian
ponton yang berada di atas permukaan air pada
keempat sudut kapal isap dipastikan dipasang
skala ukuran.
(3) tiap kompartemen kapal isap produksi dilengkapi
lubang pemeriksaan dengan tutup atau pintu yang
dapat tertutup rapat sehingga kedap air lubang
-307-

pemeriksaan, dengan tinggi minimum 50 (lima


puluh) sentimeter serta diameter atau lebarnya
minimum 60 (enam puluh] sentimeter dan selalu
dirawat dengan baik.
(4) apabila konstruksi kapal isap produksi tidak
memungkinkan menutup lubang pemeriksaan, KTT
melaporkan hal tersebut kepada KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaIT untuk dapat menetapkan
ketentuan lain yang mengatur lubang pemeriksaan.
(5) setiap kompartemen dipastikan kedap air dan
selalu dalam kondisi yang kering dan bersih,
kecuali kompartemen tersebut khusus untuk
cadangan bahan bakar atau air tawar.
(6) pembuatan lubang pada dinding pemisah antara
kompartemen atas seizin KTT.
(7) izin untuk membuat lubang pada dinding pemisah
tersebut dicatat dalam buku tambang. Cara kerja
yang aman berkenaan dengan pekerjaan ditetapkan
oleh KTTdan dicatat dalam buku peraturan kerja
kapal isap produksi.
(8) setelah pekerjaan selesai, setiap lubang yang dibuat
pada dinding pemisah dipastikan segera ditutup.
(9) peletakan barang dalam kompartemen untuk
maksud menyimpan atau memberi keseimbangan
pada kapal isap melalui mekanisme persetujuan
dari KTT.
(10) kompartemen kapal isap produksi mempunyai
sistem aliran udara yang baik.
(11) pemeriksaan kompartemen ponton dilakukan
secara periodik oleh petugas dengan menggunakan
prosedur kerja yang disetujui oleh KTT.
d) relokasi Kapal Isap Produksi paling sedikit mencakup:
(1) pada saat kapal isap produksi akan di relokasi ke
daerah kerja yang berbeda, maka KTTmemastikan
-308-

bahwa relokasi tersebut sesuai dengan prosedur


kerja.
(2) dalam kegiatan relokasi dengan mempertimbangkan
kondisi euaea, gelombang, dan pasang surut air
laut.
e) regu selam paling sedikit meneakup:
(1) setiap kapal keruk atau kapal isap produksi yang
beroperasi di laut yang lokasi kerjanya berdekatan,
memiliki regu selam yang terlatih dan mampu
menggunakan alat pernapasan bawah air (Sub Aqua
Breathing Apparatus), keeuali ditentukan lain oleh
KalTatau Kepala Dinas atas nama KaIT.
(2) regu selam yang terlatih dan mampu menggunakan
alat pernapasan bawah air (Sub Aqua Breathing
Apparatus) di bawah pengawasan KTT.
(3) setiap anggota regu selam dilatih dan memiliki
kompetensi bekerja dibawah air yang dikeluarkan
oleh lembaga atau instansi.
(4) setiap anggota regu selam:
(a) diketahui alamat rumah, nomor telepon dan
tempat kerja supaya dapat dihubungi apabila
diperlukan;
(b) seeara berkala mendapat latihan penyegaran
menyelam; dan
(e) diperiksa kesehatannya seeara berkala,
(5) anggota regu selam diatur waktu jaganya, sehingga
setiap kali diperlukan selalu ada jumlah yang
eukup.
(6) alat pernapasan bawah air dan tabung oksigen
tersedia dalam jumlah yang eukup dan dirawat
dengan baik serta disimpan pada tempat yang
ditentukan oleh KTT.
-309-

f) tindakan pengamanan paling sedikit meneakup:


(1) sebelum melakukan relokasi kapal isap produksi
melalui laut terbuka, melakukan tindakan
pengamanan:
(a) setiap kompartemen ponton dalam keadaan
aman;
(b) setiap pintu pemeriksaan telah ditutup dan
kedap air;
(e) instalasi pompa beserta pipa-pipanya dalam
keadaan siap pakai;
(d) pipa ventilasi telah ditutup dan kedap air; dan
(e) semua peralatan yang lepas telah diikat.
(2) pada setiap kapal Isap produksi yang direlokasi
tersedia:
(a) peralatan untuk menambal ponton;
(b) pompa air eadangan yang mempunyai mesin
penggerak sendiri;
(e) air dan bahan bakar yang eukup;
(d) mesin las; dan
(e) makanan dan minuman dalam jumlah yang
eukup untuk semua orang yang berada di atas
kapal keruk selama waktu relokasi ditambah
100% (seratus persen) sebagai eadangan.
g) sarana dan prasarana paling sedikit meneakup:
(1) pada operasi kapal isap produksi tersedia perahu
bermotor untuk pengangkutan petugas atau untuk
memberi pertolongan.
(2) semua perahu bermotor yang membantu pekerjaan
kapal isap produksi mematuhi ketentuan dan
peraturan perundang-undangan terkait.
(3) setiap perahu bermotor yang membantu pekerjaan
kapal isap produksi dilengkapi dengan rompi
pelampung paling sedikit 110% (seratus sepuluh
-310-

persen) dari jumlah orang maksimum yang berada


di atas perahu bermotor tersebut.
(4) alat pemadam api tersedia di atas perahu bermotor
dalam jumlah yang cukup.
(5) perahu bermotor yang melayani kapal isap produksi
dilengkapi dengan alat komunikasi radio.
h) pengedokan (docking) paling sedikit mencakup:
(1) setiap kapal isap produksi dilakukan pengedokan
(docking) paling sedikit 1 (satu) kali setiap 3 (tiga)
tahun, kecuali ditentukan lain oleh KIT.
(2) apabila kapal isap produksi diperbaiki atau
dibongkar di suatu galangan yang berada didalam
WIUP dan wilayah proyek maka keselamatan dan
kesehatan kerja selama pengedokan (docking)
menjadi tanggung jawab KIT.
(3) pada waktu dilakukan pengedokan (docking) semua
pelat baja kapal isap produksi yang langsung
bersentuhan dengan air dan semua peralatan listrik
dibongkar dan diganti berdasarkan hasil
pengukuran ketebalan pelat.
(4) perubahan pada kapal isap produksi yang akan
mempengaruhi kestabilan atau keseimbangan kapal
isap produksi melalui mekanisme persetujuan dari
KIT.
(5) setelah selesai dilakukan pengedokan (docking),
KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT dapat
menugaskan IT untuk melakukan pemeriksaan
terhadap perbaikan kapal isap produksi tersebut.
i) kelayakan operasi kapal isap produksi paling sedikit
mencakup:
(1) kelayakan operasi kapal isap produksi, ditentukan
berdasarkan hasil pemeriksaan kelayakan oleh tim
ahli internal perusahaan yang bersertifikasi atau
perusahaan jasa inspeksi teknis terakreditasi yang
-311-

mempunyai Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP)


yang ditunjuk oleh KIT.
(2) pemeriksaan dan pengujian kelayakan operasi
kapal isap produksi dilakukan secara berkala 1
(satu) kali setiap 2 (dua) tahun.
(3) batas mmimum ketebalan plat ponton yang
diizinkan untuk layak beroperasi adalah paling
sedikit 80% (delapan puluh persen) dari tebal plat
pada desain awal pabrik.
(4) perubahan pada kapal isap yang dapat
mempengaruhi stabilitas kapal tersebut melalui
mekanisme persetujuan dari KIT dan hasil evaluasi
terhadap keselamatan operasi disampaikan kepada
KalTatau Kepala Dinas atas nama KaIT.
Dalam rangka mengevaluasi kelayakan tersebut, KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan kewenangannya
dapat meminta KIT atau PTL untuk melakukan presentasi
danjatau menugaskan IT untuk melakukan verifikasi
lapangan.
2) ponton isap produksi meliputi:
a) pekerja ponton isap produksi paling sedikit mencakup:
(1) setiap pekerja ponton isap produksi mendapatkan
pengawasan dari KIT.
(2) pada sekumpulan ponton isap produksi di suatu
daerah kerja memiliki pengawas operasional yang
memenuhi kualifikasi sesuai ketetapan KIT.
(3) jumlah orang yang bekerja pada tiap ponton isap
produksi paling banyak 6 (enam) orang.
(4) pengawas operasional ponton isap produksi
bertugas:
(a) memimpin, mengatur, dan mengawasi
keselamatan kerja pengoperasian ponton isap
produksi; dan
-312-

(b) mencatat dan melaporkan kepada Penanggung


Jawab Operasional apabila terjadi: kebakaran,
kecelakaan dan kondisi berbahaya yang terjadi
di ponton isap produksi,
(5) Penanggung Jawab Operasional menindaklanjuti
setiap laporan dari pengawas operasional ponton
isap produksi.
(6) KIT menindaklanjuti setiap laporan dari
Penanggung Jawab Operasional ponton isap
produksi apabila terjadi kebakaran, kecelakaan dan
kondisi berbahaya yang terjadi di ponton isap
produksi dan segera memberi perintah serta
petunjuk untuk keselamatan kerja ponton isap
produksi,
b) persyaratan ponton isap produksi paling sedikit
mencakup:
(1) setiap ponton isap produksi dilengkapi dengan alat
keselamatan seperti radio komunikasi, rompi
pelampung (life jacket) tersedia 110% (seratus
sepuluh persen) dari jumlah orang yang bekerja,
ban penyelamat (ring buoy) yang dilengkapi dengan
tali sepanjang 25 (dua puluh lima) meter, pemadam
api (fire extinguisherj, lampu haluan dan buritan,
lampu tanda posisi, dan lampu sinyal darurat.
(2) area operasi ponton isap produksi dibatasi dengan
jarak maksimum 1 (satu) mil laut dari pantai
dan/atau dengan kedalaman air laut tidak lebih
dari 10 meter,
(3) setiap rancang bang un ponton isap produksi
melalui mekanisme persetujuan dari KIT,
(4) stabilitas ponton mampu menopang berat beban
yang diizinkan dan gaya dari luar.
-313-

(5) KIT melaksanakan inspeksi teknis terhadap ponton


isap produksi minimum 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan.
e) persyaratan operasi ponton isap produksi paling sedikit
meneakup:
(1) ponton isap produksi dapat menggunakan ponton
yang bahannya terbuat dari plat, drum plastik,
bahan lain sesuai dengan perkembangan teknologi
dan telah diverifikasi oleh KaIT atau Kepala Dinas
atas nama KaIT terkait standar Keselamatan
Pertambangan dan teknis peralatan yang dapat
dipenuhi.
(2) standar Keselamatan Pertambangan dan teknis
peralatan yang bahannya terbuat dari plat, drum
plastik, bahan lain sesuai dengan perkembangan
teknologi dibuat oleh KTT.
(3) pemeriksaan ponton dilakukan seeara berkala.
(4) setiap ponton isap produksi hanya dioperasikan
pada siang hari.
(5) dilengkapi peralatan keselamatan antara lain:
(a) rompi pelampung yang sesuai dengan standar
nasional Indonesia, paling sedikit 110%
(seratus sepuluh persen) dari jumlah
maksimum orang yang berada di atas ponton
isap produksi;
(b) pengaitj'pancing tanpa mata paling sedikit 2
(dua) buah dengan panjang tangkai 5 (lima)
meter;
(e) sauh kecil paling sedikit 2 (dua) buah dengan
panjang tali disesuaikan dengan kedalaman
lokasi kerja;
(d) pelampung bulat paling sedikit 2 (dua) buah
dengan tali masing-masing 25 meter;
(e) tersedia alat pemadam api ringan;
-314-

(f) kotak beserta obat-obatan pertolongan pertama


pada kecelakaan; dan
(g) tersedia alat komunikasi dua arah dalam
jumlah yang cukup,
d) ponton dan pemeriksaannya paling sedikit mencakup:
(1) tersedia standar operasional kerja di ponton isap
produksi.
(2) pengawas operasional memastikan standar
operasional kerja ponton isap produksi
dilaksanakan oleh setiap pekerja,
(3) setiap awal gilir kerja semua ponton dilakukan
pemeriksaan.
e) relokasi ponton isap produksi dan penambatan paling
sedikit mencakup:
(1) ponton isap produksi hanya dapat dipindahkan
dari satu daerah kerja ke daerah kerja lainnya
dengan keputusan tertulis KIT,
(2) ponton isap produksi dilengkapi sinyallampu pada
saat penambatan.
f) kelayakan operasi ponton isap produksi paling sedikit
mencakup:
(1) KIT dapat mengoperasikan ponton isap produksi
setelah dilakukan pemeriksaan kelayakan operasi
oleh tim ahli internal perusahaan yang bersertifikasi
atau perusahaan jasa inspeksi teknis terakreditasi
yang mempunyai Izin Usaha Jasa Pertambangan
(IUJP) yang ditunjuk oleh KIT, Dalam rangka
mengevaluasi kelayakan tersebut, Kal'Tatau Kepala
Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
kewenangannya dapat meminta KIT atau PTL
untuk melakukan presentasi dan Zatau
menugaskan IT untuk melakukan verifikasi
lapangan.
-315-

(2) kelayakan operasi ponton isap produksi berlaku 1


(satu) tahun serta dapat diperpanjang dan
dilaporkan ke dalam RKAB.

12. Keselamatan Pengolahan dan Zatau Pemurnian


Pelaksanaan pengelolaan keselamatan pengolahan dan.' atau
pemurnian meliputi:
a. Ketentuan Umum
Pemegang IUP Operasi Produksi, IUP Khusus Operasi Produksi,
IUP OPK Pengolahan dan/ atau Pemurnian membuat dan
melaksanakan hal-hal yang meliputi:
1) perencanaan dan desain untuk pabrik pengolahan dan/ atau
pemurnian sudah dilengkapi dengan informasi potensi
bahaya yang meliputi analisis bahaya proses (process hazard
analysis/PHA) serta rencana pencegahan dan mitigasi.
2) melakukan evaluasi analisis bahaya proses (process hazard
analysis/PHA) berdasarkan jenis proses kegiatan pengolahan
darr/ atau pemurnian sehingga dapat mengurangi risiko dan
upaya mitigasi sehingga dapat digunakan dengan aman ,
efisien, efektifdan dapat diterapkan.
3) menetapkan parameter operasi kritikal yang memiliki
tingkatan risiko yang tinggi, pada kegiatan pengolahan
darr/ atau pemurnian mineral dan batubara.
4) merencanakan dan melaksanakan program pemeliharaari/
perawatan sarana dan prasarana instalasi dan sistim
isolasi / proteksi peralatan kegiatan pengolahan dan.' atau
pemurnian mengacu pada ketentuan yang berlaku.
5) membuat dan menetapkan prosedur kerja standar pada
kegiatan pengolahan dan/ atau pemurnian.
6) membuat program pendidikan dan pelatihan pada kegiatan
pengolahan dan Zatau pemurnian.
7) menetapkan dan melaksanakan manajemen perubahan
paling sedikit terhadap perubahan proses, teknologi,
peralatan kritikal yang meliputi: spesifikasi, rancang bangun,
-316-

pemeliharaan dan perawatan. Manajemen perubahan ini


termasuk perubahan personil tenaga teknis dan perubahan
kecil yang memiliki dampak kritikal sesuai dengan proses
kegiatan pengolahan dan/ atau pemurnian.
8) mereneanakan dan melakukan program inspeksi,
pengawasan, pengujian dan evaluasi tindak lanjut terhadap
proses kegiatan pengolahan dan Zatau pemurnian.
9) memiliki program penyelidikan keeelakaan dan Zatau kejadian
berbahaya, pelaporan kerusakan serta tindak lanjut
perbaikan pada peralatan utama dan kritikal di pengolahan
dan/ atau pemurnian
10) memiliki sistem manajemen Keselamatan Pertambangan
kontraktor (contractor safety management system) yang
terlibat pada tahapan pekerjaan di pengolahan dari/ atau
pemurnian.
11) membuat dan menetapkan reneana manajemen tang gap
darurat pada kegiatan pengolahan danj atau pemurnian.

b. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko


1) semua daerah yang memungkinan terjadinya kontak antara
Pekerja dengan sumber bahaya yang bisa menimbulkan
risiko ledakan, paparan gas dan bahan kimia berbahaya,
paparan logam eair panas, paparan material panas hasil
pengolahan darr/ atau pemurnian, yang disebabkan oleh
aktivitas pengolahan darr/ atau permunian dilakukan
identifikasi dan ditetapkan sebagai area terbatas.
2) penetapan area terbatas aktivitas pengolahan dan/ atau
pemurnian dapat dilakukan dengan pemberian tanda,
demarkasi darr/ atau rambu-rambu yang layak sesuai dengan
standar yang berlaku dan menunjukkan informasi yang jelas
mengenai bahaya atau alat pelindung diri yang digunakan.
Semua area yang telah ditetapkan sebagai area terbatas,
dilakukan Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian
Risiko.
-317-

3) KIT atau PTL memberikan pemahaman mengenai bahaya


dan risiko serta pengendaliannya kepada semua orang yang
berada di area pengolahan danj atau pemurnian, melalui
forum pertemuan Keselamatan Pertamban gan dan
pendidikan pelatihan.
4) setiap orang yang bekerja untuk kegiatan pengolahan
danj atau pemurnian dilengkapi dengan alat pelindung diri
yang sesuai dengan potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko di area tersebut, termasuk alat pelindung
diri khusus dan kelengkapan peralatan keselamatan kerja.

c. Desain Fasilitas Pengolahan danj atau Pemurnian dan Spesifikasi


Teknik
1) ketentuan umum meliputi:
KIT atau PTL menjamin bahwa rancang bangun dan
spesifikasi teknik dari fasilitas pengolahan danj atau
pemurnian telah mempertimbangkan tingkat paparan bahaya
terhadap Pekerja seperti asap (ftone), pajanan panas, gas
berbahaya, tumpahan logam cair panas atau bahan kimia
berbahaya dan ledakan, dan lain-lain, sekurang- kurangnya
meliputi:
a) tungku, converter sistim pembersihan gas buang atau
peralatan gas treatment lainnya dilengkapi dengan
peralatanjinstrumentasi untuk memantau suhu tinggi
dan komposisi gas.
b) tungku atau peralatan pengolahan danjatau pemurnian
memiliki sistem pemantauan suhu (temperature) pada
area yang kritikal.
c) memastikan material logam cair panas terhindar dari
bercampurnya dengan akumulasi air;
d) peralatan dirancang untuk "gagal dengan amanj fail to
safe" jika terjadi kegagalan.
e) menerapkan sistem shutdown otomatis (trip system)
untuk mengurangi kontak langsung oleh operator.
f) memastikan adanya penahan ledakan danj atau sistim
isolasij proteksi, sistem pengeluaranj penyalur ledakan
-318-

atau tekanan (venting system) yang dapat melepaskan


gas kearah yang terkendali, termasuk pada alat
pembersih gas buang seperti Baqhouse, Electric Static
Precipitator (ESP),burner system, dan lain-lain,
g) ruang kendali (control room) terbuat dari dinding beton
yang tahan terhadap tekanan dan panas tinggi, suhu
tinggi, kaca lapis ganda, atau yang berbahan
polikarbonat.
2) commisioninq dilakukan paling sedikit mencakup:
KIT atau PTL memastikan semua instalasi dan peralatan
material logam cair panas darr/ atau peralatan pengolahan
yang melibatkan bahan kimia berbahaya memenuhi
persyaratan commisioning dan sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan paling sedikit meliputi:
a) pengujian atau pengecekan semua instalasi dan
peralatan sebelum digunakan.
b) membuat checklist pemeriksaan.
c) untuk semua instalasi dan peralatan baru dilakukan
commisioning dengan tenaga teknis khusus, dilakukan
inspeksi, hasilnya tercatat dan terdokumentasikan.
3) parameter tata cara kerja baku dilakukan paling sedikit
mencakup:
KIT atau PTLbertanggung jawab menetapkan tata cara kerja
baku untuk pengoperasian yang aman dari semua peralatan,
yang digunakan dalam kegiatan pengolahan dan/ atau
pemurnian. Parameter tata cara kerja baku paling sedikit
meliputi:
a) tidak melebihi desain peralatan yang relevan dan
spesifikasi operasi; dan
b) mengakomodasi setiap kerusakan yang teridentifikasi
dalam kondisi peralatan tanpa melebihi batas operasi
yang aman dan menentukan parameter apabila
peralatan dihentikan operasinya.
-319-

Tata cara kerja baku untuk tungku pengolahan danjatau


pemurnian paling sedikit meliputi:
a) evaluasi integrity struktural vessel danj atau tungku;
b) bagian dinding tungku, kemiringan, bagian bawah, atap,
dan suhu gas buang dari tungku danj atau vessel;
c) tekanan vessel baik di peleburan ataupun pemisahan,
pengolahan danj atau pemurnian mineral;
d) temperatur belitan (coil/winding) dari transformator;
e) suhu terakj slag dan matte;
f) tingkat dan komposisi kalsine, matte, terakj slag
danj atau komposisi material olahan shell jlotasi pada
kegiatan pengolahan;
g) penggunaan dan laju aliran air pendingin dan suhu;
h) heatjlux;
i] panjang tuyere; danj atau
j) tekanan udara di pengolahan danjatau pemurnian,
d. Persyaratan Pemeliharaan dan Perawatan
KTTatau PTL menetapkan program Pemeliharaan dan Perawatan
kegiatan pengolahan danj atau pemurnian paling sedikit meliputi:
1) personil yang bertanggung jawab dan berkompeten (tenaga
teknis khusus bidang pengolahan danj atau pemurnian)
untuk pekerjaan pemeliharaan dan perawatan.
2) memastikan semua peralatan, yang digunakan dalam
pemrosesan dan penanganan bahan logam cair panas
danj atau pengolahan, disimpan dalam kondisi yang aman.
3) melakukan pemeliharaan mechanical integrity terhadap
peralatan kritikal keselamatan (safety protection device),
termasuk pada sistem pemipaan, sistem pelepasan dan
pengeluaran, sistem penghentian darurat, sistem
pengawasan dan pengendalian peralatan, alat sensor, sistem
alarm, dan pemutus otomatis (system interlock) dan sistem
pemompaan.
4) melakukan pemeliharaan dan perawatan berdasarkan
rekomendasi pabrikan, atau best practice yang diterima, yang
sudah dilaksanakan sesuai dengan Identifikasi Bahaya,
-320-

Penilaian dan Pengendalian Risiko serta persyaratan


peraturan perundang -undangan.
5) melakukan pemeriksaan, pengujian dan kalibrasi peralatan
pemantauan yang bersifat tetap (fix equipment monitoring) dan
perangkat peringatan untuk asap dan gas berbahaya yang
dihasilkan pada proses pengolahan dan.' atau pemurnian.
6) mendokumentasikan semua catatan yang berkaitan dengan
rancang bangun, pembuatan, pengujian, pemeriksaan,
perbaikan dan modifikasi peralatan.
e. Pengelolaan Bahan Bakar dan Bahan Berbahaya
Persyaratan untuk fasilitas penanganan bahan bakar padat
mudah terbakar dan meledak (pulverized coaij paling sedikit
meliputi:
1) membuat program pencegahan sebagai upaya menghindari
terjadinya pembakaran.
2) menyediakan alat ukur konsentrasi gas dan pemberi
peringatan untuk memastikan tidak terjadi pembakaran.
3) menyediakan sistem injeksi inert gas untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
4) menyediakan jalur khusus untuk melepas tekanan
berlebihan dan semburan api (explosion vent).
5) persyaratan minimum untuk fasilitas pengelolaan bahan
kimia berbahaya mengacu pada lembar data keselamatan
bahan tersebut.
f. Pekerja pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian
1) setiap Pekerja fasilitas pengolahan dan/ atau pemurruan
memiliki kemampuan atau kompentensi dalam kegiatan
operasi pengolahan dan/ atau pemurnian.
2) semua pekerjaan di area pengolahan dan/ atau pemurnian
diawasi secara langsung atau tidak langsung (dengan sistim
pengawasan) oleh pengawas teknis khusus yang namanya
dicatat dalam buku tambang sesuai dengan kondisi area
kerja.
3) hanya orang dan kendaraan yang diberi izin KIT atau PTL
yang dapat mengakses area terbatas di kegiatan pengolahan
darr/ atau pemurnian, daftar orang dan kendaraan yang
diberi izin sebagaimana dimaksud terdokumentasi dalam
-321-

buku administrasi dengan baik dan diperbaharui secara


berkala.
g. Pengelolaan Material Panas Hasil Pengolahan
1) Persyaratan untuk fasilitas pengelolaan material panas hasil
pengolahan paling sedikit:
a) dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontak lang sung dengan Pekerja.
b) material yang digunakan dipastikan tahan atau
terlindungi terhadap temperatur tinggi dan gesekan dari
material panas hasil pengolahan tersebut.
2) Persyaratan untuk fasilitas pengangkutan cairan logam
panas paling sedikit:
a) jalur transportasi untuk kendaraan pembawa cairan
logam panas dibuat sedemikian rupa agar memenuhi
persyaratan standar kondisi jalan (tidak berlubang, rata,
maksimal kemiringan ditetapkan untuk mencegah
terjadinya tumpahan).
b) jalan yang digunakan oleh kendaraan pembawa cairan
logam panas diberi tanda sebagai area terbatas cairan
logam panas dan akses dikontrol untuk mencegah
masuknya orangjkendaraan yang tidak berizin
memasuki jalan tersebut.
c) kendaraan pembawa cairan logam panas dioperasikan
dengan kecepatan yang aman untuk menjamin cairan
logam panas terangkut dengan aman sehingga tidak ada
percikan atau tumpahan.
d) sis tern pengalir cairan logam panas (launder) dirancang
sedemikian rupa agar dapat mengalihkan aliran berlebih
kearah tempat aman (spill way) dan untuk antisipasi
aliran yang lebih besar disiapkan area untuk
menampung yang dibatasi oleh tanggul yang stabil dan
aman.
-322-

3) Persyaratan pada pembuatan dan/ atau perubahan sarana


peleburan logam dapat mengendalikan bahaya, paling sedikit:
a) sirkuit pendingin air diraneang memiliki pasokan air
dengan keamanan pasif, sehingga selalu tersedia dan
tidak tergantung oleh pompa utama, hal ini bertujuan
agar tanur peleburan tidak mengalami kerusakan dan
keboeoran logam eair panas.
b) dibuat untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
tumpahan, keboeoran, percikan logam eair panas.
e) tan don utama (reservoir), saluran, pipa air dan bagian
yang berpotensi menampung air, ditempatkan di daerah
yang tidak akan terjadi kontak dengan logam eair panas,
apabila tidak dapat dipenuhi, maka digunakan pembatas
tahan panas untuk melindungi kontak dengan logam
eair panas dan pengalih tahan panas ke lokasi yang
aman.
d) Sistem kelistrikan dan instrumentasi utama, tempat
penyimpanan bahan bakar dan tabung gas yang bisa
terbakar dan atau meledak, ditempatkan di daerah yang
tidak akan terjadi kontak dengan logam eair panas.
apabila tidak dapat dipenuhi, maka digunakan pembatas
tahan panas untuk melindungi kontak dengan logam
eair panas dan pengalih tahan panas ke lokasi yang
aman.
e) tanur dibuat sistem pengamanan, meskipun terjadi
kegagalan pada sumber tenaga, seperti kelistrikan,
hydraulic, pneumatic.
f) area peleburan yang memungkinkan terkena dampak
jika terjadi pelepasan gas panas dengan tekanan
berlebih atau ledakan, dipasang penahan ledakan (blast
shield) yang memadai dan dalam kondisi selalu tertutup
jika tanur peleburan dioperasikan.
-323-

g) sarana peleburan logam dilengkapi peralatan untuk


mengurangi paparan gas berbahaya dan beracun kepada
Pekerja.
h) alat pantau dan tanda peringatan untuk gas berbahaya
dan beracun, dipilih sesuai dengan jerus dan
kebutuhannya serta dipasang dengan benar.
h. Bekerja dengan Bahan Panas
1) bahan yang panas atau cairan logam panas dicegah agar
tidak bersentuhan dengan material yang lembab atau
mengandung air yang apabila bersentuhan dapat
menyebabkan terjadinya ledakan.
2) sekop-penyerok (ladle) atau mangkok-bara (slag pot) diperiksa
lebih dahulu sebelum menaruh cairan logam panas
kedalamnya, untuk meyakinkan kondisinya tidak lembab dan
tidak mengandung air.
3) apabila cairan logam panas diangkut dengan menggunakan
peralatan mekanis maka wadah cairan logam panas
maksimal diisi pada batas 10 [sepuluh] sentimeter di bawah
bibir wadah.
4) tanda peringatan diberikan sebelum cairan logam panas
dituangkan dan sebelum wadah berisi cairan logam panas
dipindahkan.
5) setiap Pekerja yang bertugas untuk mengeluarkan cairan
logam panas sudah berkoordinasi dengan pengawas tanur.

1. Pengangkutan Cairan Logam Panas


Setiap alat angkut yang digunakan untuk mengangkut cairan
logam panas dilengkapi isyarat bunyi yang dibunyikan oleh
Pekerja pada saat alat angkut akan bergerak atau dilengkapi
dengan isyarat tanda bahaya yang bekerja otomatis dan sinyal
tersebut berbunyi apabila alat angkut tersebut dijalankan.
-324-

J. Tindakan Pencegahan Pada Tanur


1) pekerjaan di atas lantai pemanggangan yang sedang
beroperasi selalu mendapatkan izin dari pengawas atau
petugas yang bertanggung jawab atas Pekerjaan tersebut.
Pengawas memastikan bahwa selalu ada petugas yang
bertugas menjaga di luar untuk memberikan tanda bahaya
dan pertolongan apabila timbul bahaya gas atau bahaya lain.
2) ketentuan diatas tidak berlaku apabila tempat
pemanggangan tersebut jauh dari tanur yang beroperasi dan
tersediajalan langsung keluar dari bangunan tersebut.
3) sabuk pengaman yang siap pakai tersedia pada tempat yang
mudah dicapai di dalam pabrik.
4) pintu untuk memasukkan bahan baku pada tanur memiliki
lantai kerja yang aman yang dilengkapi dengan pagar
pengaman dengan tinggi minimum 1 (satu) meter dan
dilengkapi dengan pelindung untuk melindungi panas yang
berlebihan.
5) tangga atau jalan tangga yang disediakan dari lantai dasar ke
atas lantai kerja dilengkapi dengan pegangan tangan (hand
rail).
6) alat komunikasi dua arah atau telepon tersedia dari puncak
tanur atau tempat berbahaya lainnya ke ruang peleburan
(cast house), ruang pengawasan atau tempat yang selalu ada
orang bertugas.
7) apabila bahan baku yang akan dilebur menggumpal atau
tersumbat pada corongan tanur dan orang harus
menjoloknya ke dalam tanur, maka corongan tanur tersebut
dilengkapi dengan pagar pengaman dan orang yang
melakukan Pekerjaan tersebut dipastikan mengenakan
pengaman.
-325-

k. Pengawasan Pekerjaan 8erbahaya di Sekitar Tanur


1) setiap pengawas mengawasi sendiri setiap pekerjaan di
sekitar tanur dimana memiliki nilai risiko terjadinya
kecelakaan yang tinggi.
2) pekerjaan di luar pemeriksaan rutin dan pekerjaan perbaikan
kecil di puncak bangunan tanur maka:
a) memadamkan tanur peleburan dan daerah tanur bebas
dari orang yang sedang bekerja;
b) memiliki izin kerja khusus (work permit) dari KIT atau
PTL;dan
c) sebelum mulai mengerjakan perbaikan, daerah kerja
tersebut diperiksa dari potensi adanya bahaya dan
kemungkinan risiko (contoh: temperatur tinggi, tekanan
berlebih, gas berbahaya dan beracun).

l. Wadah yang Terbuka


1) wadah untuk tempat menyimpan zat cair, dengan tinggi
pinggir atas kurang dari 1,5 (satu koma lima) meter dari
lantai kerja darr/atau jembatan kerja (gantn), tertutup rapat
atau diberi pagar minimum 1,5 (satu koma lima) meter
tingginya untuk mencegah orang terjatuh kedalam wadah
tersebut.
2) Pekerja diizinkan masuk kedalam wadah untuk tempat
menyimpan zat cair, apabila tindakan pencegahan telah
dilakukan untuk menjamin, bahwa:
a) tangki tersebut telah kosong dan saluran wadah telah
ditutup dan dikunci;
b) wadah tersebut telah disiram darr/atau dialiri udara
untuk menetralkan cairan residu atau kemungkinan
adanya soda, zat iritasi, atau uap yang mengandung gas
yang mudah terbakar; dan
c) setiap pekerjaan pemeliharaan dilakukan identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta
menentukan metode pengawasan, manajemen keadaan
-326-

darurat, dan menentukan peralatan yang dibutuhkan


oleh Pekerja dalam wadah tersebut.
m. BakjSilo dan Bunker
1) pintu atau lubang lainnya yang digunakan sebagai jalan
masuk kedalam bakj silo, bak penampung, atau bunker tetap
dikunci dan kuncinya dipegang oleh pengawas yang telah
ditunjuk.
2) Pekerja dapat diizinkan masuk ke dalam bakj silo atau
bunker pada kondisi corongan keluar tersumbat, setelah
pemeriksaan dilakukan oleh pengawas untuk memastikan
apakah sudah aman dan tidak ada bahan yang melekat pada
dindingnya.
3) bakj silo atau bunker terbuka yang dapat dimasuki atau
bunker dengan corongan keluar dibagian bawah, mempunyai
jeruji besi yang dapat menutup semua bagian atasnya yang
terbuka, jeruji tersebut terpasang kuat dan dapat mencegah
Pekerja terjatuh kedalamnya tetapi masih memungkinkan
seseorang dapat mengamati atau menjolok bahan yang ada di
dalam.
4) bakjsilo atau bunker yang berisi bahan yang mudah
terbakar, terbuat dari bahan tahan api. Setiap lampu
penerangan yang dipasang di dalam atau di atas bunker
adalah lampu yang kedap nyala api, tidak boleh
menggunakan pemanas listrik pada bak atau silo atau bunker
tersebut, tindakan pengamanan khusus dilakukan apabila
bahan yang disimpan didalamnya dapat mengeluarkan gas
beracun atau gas yang mudah menyala atau menimbulkan
gangguan kesehatan dan campuran debu yang dapat
meledak.
5) pekerjaan perbaikan dan perawatan hanya dapat dilakukan,
apabila bakj silo atau bunker dalam keadaan benar-benar
kosong.
6) apabila seseorang harus masuk ke dalam bakjsilo atau
bunker yang belum kosong, hanya dapat dilakukan atas
-327-

perintah pengawas yang ditugaskan dan yang menjamin


bahwa semua lubang masuk telah ditutup dan dikunci, jalan
masuk hanya boleh dari atas, dan Pekerja selalu berada
dibagian paling atas bahan yang ada di dalamnya. Safety full
body harness selalu dipakai dan tali pengamannya selalu
diikat kencang kecuali dari jenis yang mengunci otomatis.
n. Pemeliharaan dan Perawatan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian
1) sistem pemeliharaan dan perawatan paling sedikit sebagai
berikut:
a) berdasarkan rekomendasi pabrik pembuat atau praktik-
praktik terbaik industri yang diterima; dan
b) melakukan pemeriksaan dan pengujian peralatan
pemantauan dan tanda peringatan untuk adanya gas
beracun dan berbahaya,
2) setiap penundaan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan
disetujui oleh pengawas yang bertanggung jawab untuk
kegiatan pemeliharaan dan perawatan, dengan
mempertimbangkan risiko yang berhubungan akibat
penundaan tersebut.
3) pengawas melakukan inspeksi untuk memastikan kondisi
aman untuk Pekerja sebelum dilakukan pemeliharaan.

o. Alat Keselamatan
1) KIT atau PTLmenyediakan alat deteksi pada tempat tertentu
dan alat bantu pernapasan dalam jumlah cukup pada
tempat-tempat di pabrik yang memungkinkan terjadi
kekurangan oksigen, akumulasi gas, atau uap yang beracun
dan merusak.
2) pada setiap gilir kerja ada seorang atau lebih Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten menggunakan alat bantu
pernapasan dan melakukan pernapasan buatan yang
ditunjuk oleh pengawas operasional terkait dan diketahui
KIT atau PTL.
-328-

p. Inspeksi Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian


pengawas operasional dan pengawas teknis menetapkan program
inspeksi yang disetujui oleh KIT atau PTL terhadap fasilitas
pengolahan dan pemurnian yang berfokus kepada bahaya dan
risiko akibat kegiatan tersebut.

q. Perlindungan Terhadap Bahaya Terbakar


setiap Pekerja yang bekerja di dalam pabrik yang meriangaru
cairan logam panas dilengkapi dengan alat pelindung diri dan
perlengkapan lainnya untuk melindungi Pekerja terhadap bahaya
terbakar atau terkena radiasi panas yang ditimbulkan.
Dalam hal pemegang lUP Operasi Produksi, lUP Khusus Operasi
Produksi, lUP OPK Pengolahan danjatau Pemurnian melakukan
kegiatan operasi berupa peralatan kritikal, maka pemegang izin
memastikan telah dilakukan manajemen perubahan dengan prosedur
paling sedikit meliputi:
a. pengoperasian peralatan di luar parameter operasi aman yang
ditetapkan;
b. perubahan signifikan atau penundaan untuk aktivitas inspeksi,
pemeliharaan, danj atau pembangunan ulang fasilitas pengolahan
dan atau pemurnian; dan
c. perubahan terkait spesifikasi teknik danjatau peralatan pada
pengadaanj pembelian.

Dalam hal pemegang lUP Operasi Produksi, lUP Khusus Operasi


Produksi, lUP OPK Pengolahan danj atau Pemurnian memiliki aktivitas
proses yang berisiko tinggi, maka KIT atau PTL menetapkan
identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko pada area yang
memiliki risiko tinggi dengan ketentuan:
a. semua area, di mana ada potensi orang untuk bersentuhan
dengan material logam cair panas, bahan kimia berbahaya,
paparan gas berbahaya dilakukan identifikasi dan ditetapkan
sebagai area terbatas (restricted area). Seperti logam cair panas
(molten material), burner, dust handling/bag House, area bahan
kimia berbahaya, skimming danjatau tapping area;
-329-

b. membuat batasan terhadap potensi terjadinya run. out material,


baik bahan logam cair panas atau yang mengandung bahan kimia
berbahaya dengan mempertimbangkan area terbatas yang
ditetapkan; dan
c. melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap metodologi
identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada
kegiatan pengolahan dan/ atau pemurnian.

Dalam hal terdapat bahan cair yang berbahaya dan beracun, maka
KTT atau PTL menyediakan informasi keselamatan untuk setiap
fasilitas pemrosesan bahan cair dan dipastikan dapat menyajikan
identifikasi bahaya dari suatu proses serta dapat digunakan untuk:
a. pengembangan analisis bahaya proses (process hazard analysis);
b. manajemen perubahan; dan
c. penyelidikan kecelakaan.

F. Ketentuan Lain
Pelaksanaan kesehatan kerja Pertamban gan, lingkungan kerja
Pertambangan, dan keselamatan operasi Pertambangan dalam petunjuk
teknis ini juga mencakup:
1. manaj emen risiko;
2. pendidikan dan pelatihan;
3. administrasi;
4. manaj emen keadaan darurat;
5. inspeksi; dan
6. kampanye,
yang pelaksanaannya mengacu pada pelaksanaan manajemen risiko,
pendidikan dan pelatihan, administrasi, manajemen keadaan darurat,
inspeksi, dan kampanye pada bagian keselamatan kerja Pertamban gan.
-33,0-

G. Penutup

Dengan ditetapkannya petunjuk teknis ini yang merupakan


pegangan bagi Pemerintah, Pernerintah Daerah, pernegang IUP, IUPK,.fUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan! atau Pemurnian, dan
IPR dalam melaksanakan ketentuan terkait keselamatan Pertambangan
dan keselarnatan pengolahan danjatau pemumian mineral dan batubara,
sehingga meningkatkan kinerja pemegang izin di bidang pengelolaan
keselamatan Pertambangan untuk terciptanya penerapan kaidah
Pertambangan yang baik (Good Mining Practice).
Hal-hal yang belum diatur dalam petunjuk teknis ini dapat diajukan
oleh KIT atau PTL kepada KarT atau Kepala Dinas atas nama KaRTsesuai
dengan kewenangannya sepanjang tidak bertentangan dlenganperaturan
perundang-undangan dilengkapi dengan kajian teknis. Dalam rangka
mengevaJuasi permohonan tersebut, KaIT atau Kepala Dinas atas nama
KaIT sesuai dengan kewenangannya dapat meminta KTTatau PTL untuk
melakukan presentasi dan/atau menugaskan IT untuk melakukan
verifikasi lapangan.
-331-

LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
NOMOR : 185.Kj30jDJBj2019
TANGGAL: 11 Juli 2019

PETUNJUK TEKNIS PENERAPAN, PENILAIAN, DAN PELAPORAN SISTEM


MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

A. Pendahuluan
l. Umum
a. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 19 Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara, Menteri
menetapkan pedoman pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan.
b. Bahwa sesuai dengan Lampiran IV Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1827.Kj30jMEMj2018 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik,
ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan, penilaian, dan
pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara, Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
khusus pada pengolahan danj atau pemurnian ditetapkan lebih
lanjut dalam petunjuk teknis oleh Direktur Jenderal.
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan
Petunjuk Teknis tentang penerapan, penilaian, dan pelaporan
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara dan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
khusus pada pengolahan danj atau pemurnian.

2. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Penerapan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral
dan Batubara;
-332-

b. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik


Indonesia Nomor 1827.K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.

3. Maksud dan Tujuan


a. Petunjuk Teknis ini dimaksudkan untuk memberikan panduan
kepada Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP dalam
penerapan, penilaian, dan pelaporan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara atau Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan khusus pada pengolahan
dan Zatau pemurnian serta sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembinaan dan pengawasan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan khusus pada pengolahan dan Zatau
pemurnian bagi satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Mineral dan Batubara dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi di seluruh Indonesia.
b. Tujuan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan
serangkaian instruksi tertulis dalam pelaksanaan penerapan,
penilaian, dan pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan khusus pada pengolahan darr/ atau
pemurnian dalam rangka konsistensi dan standardisasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pada kegiatan
usaha Pertambangan mineral dan batubara.

4. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
a. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertamban gan
Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan khusus pada pengolahan dan/ atau pemurnian.
b. Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan khusus pada pengolahan danj' atau
pemurruan,
-333-

c. Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral


dan Batubara atau Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan khusus pada pengolahan dan/ atau pemurnian.

5. Sistematika
a. Pendahuluan
b. Pengertian
c. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertamban gan
Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan khusus pada pengolahan dan/ atau pemurnian
d. Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan khusus pada pengolahan dan.' atau
pemurnian
e. Pelaporan Audit Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara atau Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan khusus pada pengolahan darr/ atau pemurnian
f. Penutup

B. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara,
yang selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem
manajemen pemegang IUP, IUPK, IPR, dan IUJP secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko Keselamatan Pertambangan yang
terdiri atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan
Keselamatan Operasi Pertambangan.
2. Sistem Manajemen Keselamatan Pertamban gan khusus pada
pengolahan dan/atau pemurnian yang selanjutnya disebut SMKP
Khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian adalah bagian dari
sistem manajemen pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danjatau Pemurnian secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pengolahan dan I atau pemurnian
yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan
dan /atau pemurnian dan keselamatan operasi pengolahan dan Zatau
pemurruan.
-334-

3. Audit SMKPMinerba atau SMKP Khusus pada Pengolahan dari/atau


Pemurnian adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen
terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur
suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam
penerapan SMKP Minerba atau SMKP Khusus pada Pengolahan
danl atau Pemurnian oleh pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, lPR, dan lUJP.
4. Keselamatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang meliputi
pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan atau
Pengolahan dan/ atau Pemurnian dan Keselamatan Operasi
Pertambangan atau Pengolahan dan/ atau Pemurnian.
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan atau Pengolahan
danl atau Pemurnian adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi Pekerja agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan
keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Keselamatan Operasi Pertambangan atau Pengolahan dan.' atau
Pemurnian adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif melalui upaya,
antara lain pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan,
pengamanan instalasi, keiayakan sarana, prasarana instalasi, dan
peralatan Pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan
hasil kajian teknis Pertambangan.
7. Kepala lnspektur Tambang, yang selanjutnya disebut KaIT, adalah
pejabat yang secara ex officio menduduki jabatan Direktur yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang keteknikan
Pertambangan mineral dan batubara pada Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pertambangan
mineral dan batubara.
8. lnspektur Tambang adalah Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kaidah teknik Pertambangan yang baik serta kaidah teknik
pengolahan dari/ atau pemurnian.
-335-

9. Kepala Teknik Tambang, yang selanjutnya disingkat KTT, adalah


seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi
lapangan Pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional Pertambangan sesuai dengan kaidah teknik
Pertambangan yang baik.

10. Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat


PTL adalah seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab
atas terlaksananya kegiatan operasional pengolahan dan/ atau
pemurnian sesuai dengan kaidah teknik pengolahan dan/ atau
pemurnian.

11. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten adalah tenaga


Pertambangan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman,
atau sertifikasi kompetensi bagi area kerja yang telah memiliki standar
kompetensi kerja yang berlaku di bidang eksplorasi /geologi,
survei Zpemetaan, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dari/ atau pemurnian, pengangkutan, dan/ atau reklamasi
dan pascatambang yang ditetapkan oleh Pemerintah.

12. Pekerja adalah seseorang yang bekerja di Pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR,
atau IUJP.

13. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang menimbulkan korban manusia dan I atau harta
benda.
14. Kecelakaan Tambang adalah kecelakaan yang memenuhi 5 (lima)
kriteria sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.
15. Kejadian Berbahaya adalah kejadaian yang dapat membahayakan jiwa
atau terhalangnya produksi.
16. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan / atau lingkungan kerja sesuai dengan peraturan perundangan.
17. Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja adalah kejadian meninggalnya
Pekerja yang disebabkan oleh penyakit tenaga kerja ketika Pekerja
melakukan kegiatan Pertambangan atau pengolahan dan.' atau
-336-

pemurnian, terjadi pada jam kerja, atau terjadi dalam wilayah kegiatan
usaha Pertambangan, pengolahan dan/ atau pemurnian atau wilayah
proyek.

C. Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan Zatau
Pemurnian
1. Kebijakan
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP mengikuti prinsip dasar sebagai
berikut:
a. Penyusunan Kebijakan
Penyusunan kebijakan mempertimbangkan hasil tinjauan awal
dan masukan dari para Pekerja, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) melakukan tinjauan awal kondisi Keselamatan Pertambangan
yang paling sedikit terdiri atas:
a) peninjauan risiko Keselamatan Pertambangan;
b) perbandingan penerapan Keselamatan Pertambangan
dengan Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, lPR,
atau lUJP lain dari/ atau sektor lain yang lebih baik;
c) penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
disediakan.
2) melibatkan Pekerja dan/ atau memperhatikan masukan dari
serikat Pekerja.
b. lsi Kebijakan
1) Terdapat visi, misi, dan tujuan Pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, atau lUJP terkait aspek Keselamatan
Pertambangan.
2) Komitmen dalam melaksanakan Keselamatan Pertambangan,
yang mencakup:
-337-

a) peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk


mencegah kecelakaan, Penyakit Akibat Kerja, kejadian
akibat penyakit tenaga kerja, dan kejadian berbahaya,
serta dalarn upaya untuk mencegah kerusakan aset dan
terhentinya produksi, menciptakan kegiatan operasional
tambang yang arnan, efisien, dan produktif serta
mewujudkan budaya Keselamatan Pertambangan;
b) pematuhan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Keselamatan Pertambangan serta persyaratan
lainnya yang terkait; dan
c) dorongan untuk melibatkan Pekerja dalam pengelolaan
Keselamatan Pertambangan.
c. Penetapan Kebijakan
Penetapan kebijakan mengikuti ketentuan:
1) tertulis, tertanggal, dan ditandatangani;
2) disahkan oleh pimpinan tertinggi Pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, dan lUJP; dan
3) bersifat dinamis, yaitu menyesuaikan perubahan yang ada di
Pemegang lUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.
d. Komunikasi Kebijakan
Kebijakan dijelaskan dan disebarluaskan kepada Pekerja dan
orang yang diberi izin masuk oleh KTT atau PTL, dengan
ketentuan:
1) menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh Pekerja;
2) menggunakan beberapa media seperti papan pengumuman,
brosur, verbal dalam apel (briefing), dan I atau media lainnya;
dan
3) dilakukan evaluasi pemahaman isi kebijakan.
e. Tinjauan Kebijakan
Peninjauan dilakukan oleh manajemen secara berkala, dengan
menyesuaikan kondisi yang dihadapi Pemegang lUP, lUPK, lUP
-338-

Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,


IPR, dan IUJP saat ini dan tantangan ke depan, seperti:
1) adanya perubahan yang terjadi di dalam Pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dari/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP (internal); dan
2) adanya perubahan yang terjadi di luar pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP (eksternal), seperti ketentuan
peraturan perundang-undangan dan standar.

2. Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan Keselamatan Pertambangan, pemegang
IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dany atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP berpedoman pada:
a. Penelaahan Awal
Hasil proses penelaahan awal mencakup:
1) sistematika proses bisnis dan interaksi proses;
2) penyesuaian terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan standar;
3) peninjauan terhadap kebijakan Keselamatan Pertambangan
yang disesuaikan dengan angka (1) dan (2).
Penelaahan awal menggambarkan tingkat pencapaian kinerja
Keselamatan Pertambangan berdasarkan partisipasi Pekerja,
tanggung jawab pimpinan unit kerja, analisis dan statistik
kecelakaan, Penyakit Akibat Kerja, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan Kejadian Berbahaya serta upaya-upaya
pengendalian yang telah dilakukan, dengan tingkat sebagai
berikut.
1) tingkat dasar, meliputi:
a) sistem yang ada hanya sekedar pemenuhan regulasi;
b) implementasi hanya dilakukan saat dilakukan kegiatan
pengawasan.
2) tingkat reaktif, meliputi:
a) sistem bekerja berdasarkan kejadian Zinsiden;
b) hanya fokus terhadap masalah/kejadian; dan
-339-

c) investigasi hanya difokuskan terhadap kesalahan


manusia.
3) tingkat terencana, meliputi:
a) telah terdapat sistem yang terencana dan
dikembangkan, namun hanya berfokus terhadap
penurunan angka kecelakaan, Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja; dan
b) fokus hanya pada penerapan program Keselamatan
Pertambangan yang telah direncanakan.
4) tingkat proaktif, meliputi:
a) target dan sasaran Keselamatan Pertambangan telah
ada di masing-masing departemen/bagian dan menjadi
poin utama dalam penyusunan rencana kegiatan; dan
b) sistem dijalankan untuk pemenuhan kebutuhan
pekerjaan.
5) tingkat resilient:
seluruh Pekerja baik manajemen maupun pelaksana telah
bekerja sesuai dengan peraturan dan budaya Keselamatan
Pertambangan .

b. Manajemen Risiko, yang mencakup:


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danfatau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan
prosedur Manajemen Risiko sesuai dengan jenis dan skala
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.
2) proses Manajemen Risiko dilakukan secara terintegrasi
dengan sistem manajemen pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian,
IPR, dan IUJP sesuai dengan bisnis proses pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.
3) proses Manajemen Risiko yang dilakukan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dari/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP meliputi 5 (lima)
kegiatan, terdiri atas:
-340-

a) komunikasi dan konsultasi risiko


komunikasi dan konsultasi risiko dilakukan dengan
melibatkan para pemangku kepentingan, baik internal
maupun eksternal yang terkait, serta dilakukan pada
setiap tahap proses Manajemen Risiko melalui
pengembangan reneana untuk berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan pada
tahap awal.
b) penetapan konteks risiko
penetapan konteks risiko terkait dengan penentuan
batasan-batasan risiko yang akan dikelola dan
menentukan lingkup proses rnanajernen risiko
selanjutnya, berupa:
(1) faktor internal, paling sedikit terdiri atas:
(a) kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin:
(b) perubahan-perubahan pada organisasi,
lingkungan kerja, kegiatan, atau
bahan/rnaterial;
(e) modifikasi pada sistem manajemen
Keselamatan Pertamban gan, termasuk
perubahan-perubahan sementara, serta
dampak pada operasi, proses, dan kegiatan;
(d) fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau
proses yang baru diperkenalkan, serta kegiatan
dan instalasi di dalam lokasi kerja;
(e) kondisi normal dan abnormal dan/ atau kondisi
proses serta potensi insiden dan keadaan
darurat selama siklus pemakaian produk dan/
atau siklus lamanya proses;
(D ketidakpatuhan terhadap rekomendasi
sebelumnya, standar dan/ atau prosedur
Keselamatan Pertambangan yang ada, atau
ketidakpatuhan terhadap tindak lanjut
rekomendasi insiden;
-341-

(g) faktor personal Pekerja;


(h) desain area kerja, proses, instalasi, peralatan,
prosedur operasi dan organisasi kerja,
termasuk kemampuan adaptasi manusia;
(i) sistem dan pelaksanaan pemeliharaanjperawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan;
U) pengamanan instalasi;
(k) kelayakan sarana, prasarana, instalasi, serta
perala tan Pertambangan;
(1) kompetensi tenaga teknik; dan
(m) evaluasi laporan hasil kajian teknis
Pertambangan.
(2) faktor eksternal, paling sedikit terdiri atas:
(a) budaya, politik, hukum, keuangan, teknologi,
ekonomi, alam, dan lingkungan yang kompetitif
seeara lokal, nasional, regional, dan
internasional;
(b) pendorong utama dan perkembangan isu yang
berdampak signifikan terhadap tujuan
organisasi;
(e) persepsi dan nilai-nilai dari para pemangku
kepentingan eksternal;
(d) kegiatan semua orang yang memiliki akses ke
tempat kerja, termasuk yang dilakukan oleh
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danj atau
Pemurnian, IPR, IUJP dan para tamu;
(e) fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau
proses yang baru diperkenalkan, serta kegiatan
dan instalasi pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danj atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP di luar lokasi kerja;
(f) bahaya-bahaya teridentifikasi yang berasal dari
-342-

luar lokasi kerja yang dapat membahayakan


keselamatan dan kesehatan orang di tempat
kerja yang berada dalam kendali pemegang
IUP,IUPK,dan IUP Operasi Produksi khusus;
(g) infrastruktur, peralatan, dan bahan-bahan di
tempat kerja yang disediakan oleh pihak lain; dan
(h) kewajiban hukum yang berkaitan dengan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta
pengendalian yang diperlukan.

c) identifikasi bahaya
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mengidentifikasi sumber-sumber bahaya, area yang
terpapar bahaya, dan konsekuensi yang potensial
dengan mempertimbangkan paling sedikit:
(1) kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin;
(2) kegiatan semua orang yang memiliki akses ke
tempat kerja, termasuk yang dilakukan oleh
pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, IUJP
dan para tamu;
(3) perubahan-perubahan pada organisasi, lingkungan
kerja, kegiatan, atau bahan atau material;
(4) modifikasi pada sistem manajemen Keselamatan
Pertambangan, termasuk perubahan-perubahan
sementara, serta dampak pada operasi, proses, dan
kegiatan;
(5) fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses
yang baru diperkenalkan, serta kegiatan dan
instalasi di dalam dan di luar lokasi kerja;
(6) kondisi normal dan abnormal dan/ atau kondisi
proses serta potensi insiden dan keadaan darurat
selama siklus pemakaian produk dan/ atau siklus
lamanya proses;
(7) ketidakpatuhan terhadap rekomendasi sebelumnya,
-343-

standar dan/ atau prosedur Keselamatan

Pertambangan yang ada, atau ketidakpatuhan


terhadap tindak lanjut rekomendasi insiden;

(8) faktor personal Pekerja;

(9) bahaya-bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar


lokasi kerja yang dapat membahayakan

keselamatan dan kesehatan orang di tempat kerja

yang berada dalam kendali pemegang IUP, IUPK,

IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan

dan/ atau Pemurnian, dan IPR;

(10) bahaya-bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja

akibat kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan


yang berada dalam kendali pemegang IUP, IUPK,

IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan

dan / atau Pemurnian, dan IPR;


(11) infrastruktur, peralatan, dan bahan atau material di

tempat kerja yang disediakan oleh pihak lain;


(12) kewajiban hukum yang berkaitan dengan

identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta


pengendalian yang diperlukan;

(13) desain area kerja, proses, instalasi, peralatan,

prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk


kemampuan adaptasi manusia;

(14) sistem dan pelaksanaan pemeliharaan atau

perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan

peralatan Pertambangan;
(15) pengamanan instalasi;

(16) kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan


peralatan Pertambangan;

(17) kompetensi tenaga teknik; dan

(18) evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertamban gan.


-344-

d) penilaian dan pengendalian risiko


(1) penilaian risiko
penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi
risiko untuk menentukan risiko dapat diterima atau
tidak dengan metodologi:
(a) memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu
untuk memastikan metode yang digunakan
bersifat proaktif; dan
(b) menyediakan cara untuk melakukan
identifikasi bahaya, penentuan nilai risiko,
penentuan kriteria, dan prioritas risiko,
penentuan pengendalian yang sesuai, dan
pendokumentasiannya.
(2) pengendalian risiko
berdasarkan hasil penilaian risiko, pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menetapkan, menerapkan , dan mendokumentasikan
langkah-langkah pengendalian terhadap risiko
tersebut dengan mengikuti hierarki pengendalian
risiko sebagai berikut:
(a) rekayasa, seperti eliminasi, substitusi, dan
isolasi;
(b) administrasi, seperti rambu peringatan,
pemilihan Pekerja, rotasi Pekerja atau jadwal
kerja, pembatasan jam kerja, serta pemilihan
perusahaan jasa Pertambangan;
(e) praktik kerja, seperti prosedur kerja baku
(standard operating procedure), instruksi kerja
(work instruction), dan pelatihan (training); dan
(d) alat pelindung diri.

e) pemantauan dan peninjauan risiko:


dalam rangka melakukan pemantauan dan peninjauan,
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP:
-345-

(1) menetapkan eara untuk melakukan pemantauan


dan peninjauan terhadap setiap proses Manajemen
Risiko;
(2) mengkomunikasikan setiap hasil dari pemantauan
dan peninjauan terhadap proses Manajemen Risiko
kepada seluruh pihak yang terkait;
(3) memastikan pengendalian risiko yang dilakukan
telah memadai; dan
(4) melaksanakan pemantauan dan peninjauan seeara
berkala atau apabila:
(a) terjadi keeelakaan;
(b) Kejadian Berbahaya;
(e) terjadi kejadian akibat penyakit tenaga kerja;
(d) terjadi Penyakit Akibat Kerja;
(e) terjadi perubahan peralatan, instalasi,
dan/ atau proses serta kegiatan Pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan lPR;
dan/ atau ada proses serta kegiatan baru.

e. ldentifikasi dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan


Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya yang Terkait,
berupa:
1) identifikasi dan pemantauan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
dengan ketentuan:
a) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP
menjalankan proses formal untuk mengidentifikasi,
memperoleh, dan memantau ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang
terkait.
b) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP
menentukan kesesuaian ketentuan peraturan
perundang-undangan yang spesifik terhadap operasi,
-346-

proses, kegiatan, dan fasilitas pemegang lUP, lUPK, lUP


Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan Zatau
Pemurnian, lPR, dan lUJP~dan
e) pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan jika terdapat perubahan atas
ketentuan peraturan perundang- undangan tersebut
yang berpotensi menimbulkan dampak atau pengaruh
terhadap operasi, proses, kegiatan, dan fasilitas
pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian, lPR, dan lUJP.

2) kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-


undangan dan persyaratan lainnya terkait.
a) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP
menginventarisasi dan membuat daftar yang telah
dipenuhi dan dipatuhi terhadap:
(1) ketentuan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lain yang terkait di tingkat lokal,
nasional, regional, dan internasional; dan
(2) ketentuan lain mengenai:
(a) dokumen kelayakan sarana, prasarana, dan
instalasi Pertambangan;
(b) sertifikat dan laporan kompetensi tenaga kerja;
(e) lisensi antara lain Kartu lzin Meledakkan,
Kartu Pekerja Peledakan, Kartu Pengawas
Operasional, dan / atau surat izin
mengoperasikan unit yang dikeluarkan oleh
KIT atau PTL, atau orang yang ditunjuk oleh
KIT atau PTL;
(d) pengesahan KIT, PTL, wakil KIT, wakil PTL,
dan I atau Kepala Tambang Bawah Tanah; dan
(e) izin kerja khusus antara lain Izin Kerja Ruang
Terbatas, Izin Kerja di Ketinggian, Izin Kerja
Panas, Izin Kerja Terpapar Radioaktif.
-347-

b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
bertanggung jawab untuk menyimpan dan bila perlu
memajang izin, lisensi, atau sertifikat terkait yang
dimiliki, serta membuat daftar tanggal habis berlaku dan
perpanjangan semua izin dan lisensi yang terkait dengan
operasi, saran a, dan prasarana, dengan ketentuan daftar
tersebut:
(1) dikaji ulang akurasi dan relevansinya secara
berkala;
(2) diperbarui jika terjadi perubahan dalam peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang
terkait; dan
(3) dapat diakses oleh pihak-pihak terkait yang
diperbolehkan untuk mengakses oleh pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.

d. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan Program


1) penyusunan, penetapan, penerapan, dan pemeliharaan, serta
pendokumentasian tujuan, sasaran, dan program
Keselamatan Pertambangan dan selaras dengan kebijakan
serta dapat diukur; dan
2) penyusunan tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan paling sedikit mempertimbangkan:
a) peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang terkait;
b) kebijakan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP;
c) hasil Manajemen Risiko terhadap seluruh proses,
kegiatan, dan area kerja;
d) evaluasi kinerja program Keselamatan Pertambangan;
e) hasil pemeriksaan terhadap kecelakaan, Kejadian
Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
Penyakit Akibat Kerja;
-348-

f) ketersediaan sumber daya, antara lain manusia,


finansial, peralatan; dan
g) jangka waktu pelaksanaan.
3) tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan
ditetapkan dan disahkan oleh Komite Keselamatan
Pertambangan.

e. Reneana Kerja dan Anggaran Biaya, dengan ketentuan:


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian melakukan penetapan
reneana kerja dan anggaran biaya aspek Keselamatan
Pertambangan sesuai dengan reneana kerja dan anggaran
biaya tahunan yang telah mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai
dengan kewenangannya;
2) pemegang IUJP memiliki reneana kerja dan anggaran biaya
aspek Keselamatan Pertambangan yang sesuai dengan
persetujuan dari pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan / atau Pemurnian;
3) reneana kerja dan anggaran biaya Keselamatan
Pertambangan yang ditetapkan mempertimbangkan:
a) skala prioritas sasaran dan program Keselamatan
Pertamban gan;
b) kebutuhan untuk perbaikan dan peningkatan
Keselamatan Pertambangan yang berkelanjutan; dan
c) pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang terkait.

3. Organisasi dan Personel


Dalam rangka penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP melakukan:
-349-

a. Penyusunan dan Penetapan Struktur Organisasi, dengan


ketentuan:
1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP memiliki
struktur organisasi yang menggambarkan posisi KTT atau
PTL, PJO, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan
Pengelola Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang
Bawah Tanah dalam hal kegiatan penambangan
menggunakan metode tambang bawah tanah, dan/ atau
Kepala Kapal Keruk dalam hal kegiatan penambangan
mengoperasikan Kapal Keruk, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
2) struktur organisasi pengelolaan Keselamatan Pertambangan
ditetapkan terintegrasi dalam struktur organisasi pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP;
3) dalam penyusunan struktur organisasi pengelolaan
Keselamatan Pertambangan:
a) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menunjuk jajaran manajemen yang memiliki kompetensi
di bidangnya untuk bertanggung jawab terhadap
pengelolaan administrasi dan operasional Keselamatan
Pertambangan sesuai dengan area tanggung jawabnya;
b) tugas, wewenang, dan tanggung jawab jajaran
manajemen yang ditunjuk ditetapkan secara
tertulis, disahkan, dan didokumentasikan, serta
dikomunikasikan kepada seluruh Pekerja dan pihak-
pihak terkait; dan
c) pimpinan dan jajaran manajemen pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menunjukkan
komitmen Keselamatan Pertambangan dengan cara:
(1) memastikan ketersediaan dan kecukupan sumber
daya yang memadai untuk menetapkan,
-350-

menerapkan, dan mendokumentasikan serta terus


menerus meningkatkan SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian;
(2) menetapkan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
akuntabilitas untuk memfasilitasi penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/ atau Pemurnian yang efektif dan kegiatan
iru didokumen tasikan secara tertulis serta
dikomunikasikan;
(3) memasukkan Keselamatan Pertambangan dalam
tugas dan tanggung jawab pimpinan dan jajaran
manajemen pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
(4) mengkaji ulang secara berkala struktur organisasi
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP, tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
akuntabilitas.

b. Penunjukan KIT atau PTL, Kepala Tambang Bawah Tanah,


danl atau Kepala Kapal Keruk
1) penunjukan KTTatau PTL,dengan ketentuan:
a) penunjukan dilakukan oleh pimpinan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, dan IPR serta mendapatkan
pengesahan dari KaIT atau Kepala Dinas ESDM atas
nama KaIT;dan
b) KIT atau PTL yang ditunjuk memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
2) penunjukan Kepala Tambang Bawah Tanah, dengan
ketentuan:
a) penunjukan dilakukan oleh KIT dalam hal kegiatan
penambangan dilakukan dengan menggunakan sistem
-351-

dan metode tambang bawah tanah dan mendapatkan


pengesahan dari KaIT atau Kepala Dinas ESDM atas
nama KaIT; dan
b) Kepala Tarnbang Bawah Tanah yang ditunjuk memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang -undangan.
3) penunjukan Kepala Kapal KerukjIsap
a) penunjukan dilakukan oleh KIT dalam hal terdapat
pengoperasian kapal kerukj isap;
b) Kepala Kapal KerukjIsap yang ditunjuk memenuhi
kualifikasi yang ditetapkan oleh KIT;
c) Kepala Kapal KerukjIsap yang ditunjuk:
(1) mempunyai tugas memimpin, mengatur, dan
mengawasi pekerjaan kapal kerukjisap termasuk
pekerjaan lain yang berkaitan dengan pengoperasian
kapal kerukjisap;
(2) bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan
orang di kapal kerukjisap, tempat lainnya, dan
keselamatan operasional kapal yang berada di
bawah pengawasannya; dan
(3) Kepala Kapal KerukjIsap dibantu oleh beberapa
orang kepala gilir kerja yang ditunjuk oleh KIT dan
telah memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh
KIT untuk bertanggung jawab dalam operasi kapal
kerukjisap pada setiap gilir kerja.

c. Penunjukan PJO untuk Perusahaan Jasa Pertambangan


1) penunjukan dilakukan oleh pimpinan pemegang perusahaan
jasa Pertambangan dan mendapat pengesahan dari KIT atau
PTL. KIT atau PTLdapat menerima, menolak, atau meminta
penggantian PJO berdasarkan pertimbangan kompetensi,
komitmen, dan kinerja PJO terhadap pengelolaan
Keselamatan Pertambangan; dan
-352-

2) PJO memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan


teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

d. Pembentukan dan Penetapan Bagian Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Pertambangan I Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangan/Bagian Keselamatan Operasi Pengolahan
darr/ atau Pemurnian

1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP membentuk
dan menetapkan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan I Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, dan Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangan I Bagian Keselamatan Operasi
Pengolahan dari/atau Pemurnian yang berdasarkan
pertimbangan jumlah Pekerja serta sifat atau luasnya
pekerjaan;
2) Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan I
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, dan Bagian Keselamatan Operasi
Pertambangan I Bagian Keselamatan Operasi Pengolahan
danl atau Pemurnian berada langsung di bawah KIT atau
PTL dalam struktur organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau
Pemurnian, dan IPR atau berada langsung di bawah PJO
dalam struktur organisasi pemegang IUJP;
3) Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengolahan dan/ atau
Pemurnian mempunyai tugas:
a) mengumpulkan, menganalisis data, dan mencatat
rincian dari setiap kecelakaan atau Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, Penyakit Akibat
Kerja, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab
kecelakaan, menganalisis kecelakaan, dan pencegahan
kecelakaan;
-353-

b) mengumpulkan data mengenai area dan kegiatan yang


memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan
maksud untuk memberi saran kepada KIT atau PTL
tentang tata cara kerja dan penggunaan alat-alat deteksi
serta alat-alat pelindung diri;
c) memberikan penerangan dan petunjuk mengenal
keselamatan dan kesehatan kerja Pertambangan kepada
semua Pekerja, antara lain melalui pertemuan-
pertemuan, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi,
pemutaran film,dan media atau alat publikasi lainnya;
d) membentuk dan melatih anggota tim penyelamat
tambang;
e) menyusun statistik kecelakaan; dan
1) melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja
Pertambangan; dan
4) Bagian Keselamatan Operasi Pertambangan, Keselamatan
Operasi Pengolahan dari/ atau Pemurnian mempunyai tugas:
a) mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pemeriksaan dan pemeliharaan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan;
b) mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pengamanan instalasi;
c) mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pengujian dan penyelidikan terhadap kelayakan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan;
d) mengumpulkan rekaman hasil kajian teknis
Keselamatan Operasi Pertamban gan, Keselamatan
Operasi Pengolahan dan/ atau Pemurnian;
e) mengumpulkan data Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten; dan
f) mengumpulkan rekaman jadwal pemeliharaan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan; dan
melakukan analisis data dari rekaman Keselamatan
Operasi Pertamban gan, Keselamatan Operasi
-354-

Pengolahan dan /atau Pemurnian dan memberikan


rekomendasi tindak lanjut.

e. Penunjukan Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis


1) KTT atau PTL dalam melakukan tugasnya dibantu oleh
pengawas operasional dan pengawas teknis;
2) KTT atau PTL mengangkat pengawas operasional dengan
menerbitkan Surat Penunjukan Pengawas Operasional, yang
memenuhi syarat ketentuan peraturan perundang-undangan
dan memiliki Kartu Pengawas Operasional yang disahkan
oleh KaITatau Kepala Dinas atas nama KaIT;
3) pengawas operasional mempunyai tugas dan tanggungjawab:
a) bertanggung jawab kepada KTT atau PTL untuk
keselamatan dan kesehatan semua Pekerja yang menjadi
bawahannya;
b) melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
c) bertanggung jawab kepada KTT atau PTL atas
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan dari semua
orang yang ditugaskan kepadanya; dan
d) membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian;
4) KTT atau PTL mengangkat pengawas teknis dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Pengawas Teknis; dan
5) pengawas teknis mempunyai tugas dan tanggungjawab:
a) bertanggung jawab kepada KTT atau PTL untuk
keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta pemeliharan
yang benar semua saran a, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan yang menjadi tugasnya;
b) merencanakan dan menekankan dilaksanakannya
jadwal pemeliharaan yang telah direncanakan serta
semua perbaikan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan yang dipergunakan;
-355-

c) mengawasi dan memeriksa semua sarana, prasarana,


instalasi, dan peralatan Pertambangan dalam ruang
lingkup yang menjadi tanggung jawabnya;
d) menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan,
pemeriksaan, dan pengujian saran a, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan;
e) melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan
pengujian sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan sebelum digunakan, setelah dipasang
kembali, dan/ atau diperbaiki; dan
f) membuat dan menandatangani laporan dari
penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan;

f. Penunjukan Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten


1) KTTatau PTL menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten;
2) Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten juga
mencakup juru ledak, juru ukur, juru las, juru bor, juru
derek, juru rawar/paramedis, juru langsir, petugas proteksi
radiasi, ahli listrik, petugas /juru ventilasi dalam hal kegiatan
penambangan dilakukan dengan metode penambangan
bawah tanah, petugas pertolongan pertama pada
kecelakaan Zfirst aider, petugas pemadam kebakaran, anggota
tim tanggap darurat, petugas industrial hygiene, loading/berthing
master, petugas bahan kimia, ngger, operator pesawat
angkat/angkut, petugas gudang bahan peledak; dan
3) KTTatau PTL membuat daftar tenaga teknis Pertambangan
yang standar kompetensi kerjanya belum ditetapkan oleh
Pemerintah, serta melakukan pengujian kompetensi terhadap
tenaga teknis Pertambangan yang bersangkutan.
-356-

g. Pembentukan dan Penetapan Komite Keselamatan Pertambangan


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP membentuk
dan menetapkan secara resrm Komite Keselamatan
Pertambangan yang beranggotakan perwakilan dari Bagian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan atau
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengolahan dan.' atau
Pemurnian, Bagian Keselamatan Operasi Pertambangan atau
Keselamatan Operasi Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
bagian operasional Pertambangan atau Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, dan juga wakil dari Pekerja;
2) struktur komite Keselamatan Pertambangan paling sedikit
terdiri atas:
a) ketua yang dijabat oleh KIT, PTL, atau PJO seauai
kewenangannya;
b) wakil ketua;
c) sekretaris yang dijabat oleh pengelola Keselamatan
Pertambangan tertinggi di pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
d) anggota;
3) penetapan komite Keselamatan Pertambangan disahkan oleh
K11, PTL,atau PJO sesuai kewenangannya;
4) komite Keselamatan Pertambangan mernpunyai tugas dan
tanggung jawab antara lain:
a) mengidentifikasi, menetapkan, dan mengesahkan
tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan;
b) memastikan pelaksanaan dan perkembangan tujuan,
sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan;
c) memastikan diterbitkannya kebijakan, standar, dan
prosedur Keselamatan Pertambangan;
d) memastikan terselenggaranya audit Keselamatan
Pertambangan secara berkala;
-357-

e) memastikan terlaksananya tinjauan manajemen terhadap


penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan/ atau Pemurnian paling sedikit 1 (satu)
kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sesuai dengan
jenjang dalam struktur organisasi pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
f) membahas masalah-rnasalah dan membuat program
pencegahan mengenai Keselamatan Pertambangan yang
dapat mengakibatkan, antara lain terjadinya kondisi dan
tindakan tidak aman , nyaris /Iiampir celaka, Kejadian
Berbahaya, kecelakaan, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, PenyakitAkibat Kerja, dan wabah penyakit;
5) komite Keselamatan Pertambangan mengadakan pertemuan
secara berkala atau terjadwal minimum 1 (satu) kali dalam
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. Risalah pertemuan
dibuat dan didistribusikan kepada pihak-pihak terkait dan
didokumentasikan; dan
6) seluruh anggota Komite Keselamatan Pertamban gan
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang disyaratkan
sesuai dengan kebutuhan.

h. Penunjukan Tim Tanggap Darurat


1) KTTatau PTL menunjuk tim tanggap darurat yang memadai
yang mencakup seluruh area kerja dan selalu siap siaga
setiap saat;
2) tim tanggap darurat beranggotakan orang-orang yang
memiliki keterampilan dan kompetensi yang diperlukan
untuk memberikan layanan terhadap keadaan darurat;
3) tim tanggap darurat dibentuk dengan ketentuan:
a) sehatjasmani dan rohani;
b) ketua tim ditunjuk oleh KTT atau PTL dan memiliki
kompetensi dalam melakukan supervisi penanggulangan
kondisi darurat di area kerja/operasi tambang;
-358-

c) anggota tim tanggap darurat memiliki kompetensi yang


sesuai;
d) jumlah minimal personel tim tanggap darurat di setiap
gilir jaga disesuaikan dengan penilaian potensi keadaan
darurat yang ada; dan
e) mendapat pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan
hasil penilaian risiko;
4) KTTatau PTLmenyampaikan secara tertulis penunjukan tim
tanggap darurat kepada KaIT atau Kepala Dinas atas nama
KaIT;dan
5) KTT atau PTL membuat program pendidikan dan pelatihan
untuk menjaga dan meningkatkan keterampilan dan
kompetensi anggota tim tanggap darurat.

i. Seleksi dan Penempatan Personel


1) seleksi dan penempatan personel dibuat dalam aturan
tertulis;
2) seleksi dan penempatan personel dilaksanakan dengan
memasukkan persyaratan Keselamatan Pertambangan dan
mempertimbangkan hasil identifikasi kompetensi kerja dalam
proses seleksi dan penempatan personel; dan
3) setiap personel memiliki tugas dan tanggung jawab yang
jelas, termasuk tugas dan tanggung jawab aspek
Keselamatan Pertambangan.
J. Pendidikan dan Pelatihan serta Kompetensi Kerja
1) pendidikan dan pelatihan diberikan kepada setiap Pekerja,
pengawas operasional, dan pengawas teknik, baik untuk
Pekerja baru, Pekerja untuk tugas baru, pendidikan dan
pelatihan untuk menghadapi bahaya, pendidikan dan
pelatihan penyegaran tahunan.
2) pendidikan dan pelatihan diberikan sesuai kebutuhan dan
didasarkan pada pertimbangan KTT atau PTL, dalam hal
pemenuhan persyaratan perundangan.
-359-

3) dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan


keselamatan kerja Pertamb an gan, pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dari/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP melaksanakan hal-hal sebagai
berikut:
a) pengumpulan data dan informasi
pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui:
(1) identifikasi pekerjaan
identifikasi pekerjaan dilakukan dengan
mempertimbangkan:
(a) struktur organisasi;
(b) tugas, tanggung jawab, dan wewenang setiap
departemen sesuai dengan struktur organisasi
dan hierarkinya;
(e) hubungan atau keterikatan antar departemen;
(d) risiko keselamatan dan risiko kesehatan dari
pekerjaan; dan
(e) perubahan kebijakan manajemen yang
mempengaruhi perubahan metode dan
teknologi yang diterapkan ataupun perubahan
struktur organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan I atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.
(2) identifikasi Pekerja
identifikasi Pekerja dilakukan dengan
mempertimbangkan:
(a) kompetensi khusus yang diperlukan di setiap
departemen, meliputi pengetahuan
(knowledge), keteram pilan (skiln, dan perilaku
(attitude); dan
(b) jumlah aktual Pekerja di setiap departemen
baik yang sudah memiliki kompetensi sesuai
-360-

kebutuhan ataupun yang belum memiliki


kompetensi.
b) penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan
pelatihan (training need analysis)
penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan
pelatihan dilakukan dengan mempertimbangkan:
(1) tingkat kebutuhan Pekerja yang berkompeten dari
setiap departemen;
(2) kesenjangan antara standar yang berlaku dengan
kondisi aktual;
(3) sumber daya manusia yang tersedia selama proses
pendidikan dan pelatihan berlangsung;
(4) ketersediaan penyelenggara pendidikan dan
pelatihan untuk materi yang dibutuhkan; dan
(5) alokasi dana yang direncanakan dalam program
pendidikan dan pelatihan.

c) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan


program pendidikan dan pelatihan yang telah
direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan
pendidikan dan pelatihan terbagi menjadi:
(1) on the job
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di area
kerjanya sendiri, tanpa meninggalkan pekerjaan
rutinnya. Pengawas yang sudah memiliki
kompetensi di bidangnya dapat menjadi trainer
pendidikan dan pelatihan on thejob.
(2) ojjthe job
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di luar
area kerjanya sendiri. Pendidikan dan pelatihan
diberikan oleh lembaga Pemerintah atau swasta
yang telah memiliki kualifikasi dan akreditasi yang
sesuai. Trainer memiliki kompetensi sesuai dengan
materi yang akan diberikan.
-361-

KIT atau PTL dapat menyelenggarakan sendiri atau


bekerja sama dengan instansi pemerintah atau instansi
lainnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan.
KIT atau PTL melaksanakan dan mendokumentasikan
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jadwal program
pendidikan dan pelatihan yang telah ditetapkan.
Dokumentasi dilengkapi dengan rekaman hasil kegiatan
pendidikan dan pelatihan berupa antara lain rekaman
audio, video, absensi, dan/utau foto.

d) monitoring dan evaluasi program pendidikan dan


pelatihan
monitoring dan evaluasi program pendidikan dan
pelatihan dilakukan secara khusus dan komprehensif
melihat tingkat ketercapaian target, dan sasaran yang
diharapkan dari program yang telah dilaksanakan
dengan tahapan paling sedikit meliputi:
( 1) reaction
evaluasi ini dilakukan pada saat dan setelah
menerima materi pelatihan untuk mengukur minat
dan reaksi peserta atas pendidikan dan pelatihan
yang telah dilakukan;
(2) learning
evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta setelah menerima pembahasan
dari para pelatih setiap sesi pelatihan. Penilaian
terhadap tingkat pemahaman ini sangat penting
untuk mengetahui apakah peserta memahami
materi yang diberikan dalam pendidikan dan
pelatihan;
(3) behavior
evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan dengan
tujuan untuk melihat bagaimana perilaku peserta
setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan; dan
-362-

(4) result
merupakan evaluasi jangka panjang mengenai ada
tidaknya peningkatan kinerja pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP yang terjadi
sebagai dampak meningkatnya kinerja Pekerja yang
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
pendidikan dan pelatihan yang sudah dilakukan menjadi
dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi,
promosi, dan penilaian kinerja, serta pengembangan
standar kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan.
e) tindaklanjut perbaikan dan peningkatan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi program
pendidikan dan pelatihan untuk menjamin perbaikan
berkelanjutan;
4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mengidentifikasi standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan dan mengembangkannya sesuai kebutuhan;
5) hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar
pengembangan standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan, penentuan program pendidikan dan
pelatihan, dan pertimbangan dalam penerimaan, seleksi,
promosi, dan penilaian kinerja; dan
6) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP memastikan
bahwa setiap Pekerja, pengawas operasional, dan pengawas
teknik memiliki kompetensi yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan, standar nasional, standar
internasional, dan/ atau standar kompetensi kerja
Keselamatan Pertambangan yang dikembangkan.
-363-

k. Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Komunikasi Keselamatan


Pertambangan
1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemumian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, dan menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak terhadap
Keselamatan Pertambangan kepada pihak-pihak terkait, baik
kepada internal pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP maupun pihak eksternal terkait.
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR, dan IUJP memastikan
semua informasi yang berkaitan dengan permasalahan
Keselamatan Pertambangan yang disampaikan telah
dilakukan dengan tepat dan benar, dengan menggunakan
berbagai macam metode yang disesuaikan dengan jenis
informasi yang akan disampaikan, target, atau sasaran yang
akan diberikan informasi, serta didokumentasikan.
3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mengkomunikasikan apabila terjadi kecelakaan tamb an g,
kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat lainnya yang terjadi,
dan hal-hal yang memiliki dampak terhadap keselamatan
Pertambangan, baik di dalam pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP maupun pemegang IUP, IUPK,IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP lainnya.
l. Pengelolaan Administrasi Keselamatan Pertambangan
1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan.' atau Pemurnian, dan IPR memiliki buku
tambang yang sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
-364-

ditetapkan oleh KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT dan
disahkan oleh Inspektur Tambang dengan memberi nomor
dan paraf pada tiap-tiap halaman;
2) buku tambang memuat:
(a) larangan, perintah, dan petunjuk Inspektur Tambang
yang ditindaklanjuti oleh KTTatau PTL;dan
(b) informasi, tindak lanjut, dan pemberitahuan dari KTT
atau PTLterhadap kegiatan usaha Pertambangan;
3) buku tambang tersedia di Kantor KTT atau PTL dan isinya
dapat dibaca dan dipelajari oleh para Pekerja;
4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, dan IPR memiliki buku
daftar kecelakaan tambang yang sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang ditetapkan oleh KaIT;
5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IPR mendaftarkan
setiap kecelakaan tambang yang berakibat cidera ringan,
berat, dan mati dalam buku daftar kecelakaan tambang;
6) untuk Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, dan Penyakit Akibat Kerja didokumentasikan secara
khusus oleh KTTatau PTLsesuai dengan format khusus yang
ditentukan oleh KaIT;
7) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR menyampaikan
laporan tertulis aspek Keselamatan Pertambangan kepada
KalT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, secara offline
atau sistem dalam jaringan (online) melalui website yang
ditentukan oleh KalT atau Kepala Dinas atas nama KaIT;dan
8) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPRmendokumentasikan,
memantau, dari/ atau melaporkan dokumen dan laporan
pemenuhan kompetensi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan serta persyaratan lainnya paling sedikit
-365-

mencakup:
a) dokumen kelayakan sarana, prasarana, dan instalasi
Pertamban gan;
b) sertifikat dan laporan kompetensi tenaga kerja;
c) lisensi antara lain Kartu lzin Meledakkan, Kartu Pekerja
Peledakan, Kartu Pengawas Operasional, dan/ atau surat
izin mengoperasikan unit yang dikeluarkan oleh KTT
atau PTL,atau orang yang ditunjuk oleh KTTatau PTL;
d) pengesahan KTT, PTL, wakil KTT,wakil PTL, dan/ atau
Kepala Tambang Bawah Tanah; dan
e) izin kerja khusus, antara lain Izin Kerja Ruang Terbatas,
lzin Kerja di Ketinggian, lzin Kerja Panas, lzin Kerja
Terpapar Radioaktif.

m. Penyusunan, Penerapan, dan Pendokumentasian Partisipasi,


Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran
1) KTT atau PTL menyusun, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur untuk partisipasi, konsultasi,
motivasi, dan kesadaran Pekerja dalam penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian; dan
2) KTTatau PTLmelaksanakan program partisipasi, konsultasi,
motivasi, dan kesadaran dengan melibatkan Pekerja maupun
pihak lain yang terkait di dalam penerapan dan
pengembangan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan Zatau Pemurnian.

4. lmplementasi
a. Pelaksanaan Pengelolaan Operasional
1) dalam pengelolaan operasional, pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP mempertimbangkan pendekatan
keselamatan berbasis perilaku Pekerja (behavior based safety);
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
-366-

menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,


mendokumentasikan, dan mengevaluasi prosedur
operasijkerja. Prosedur operasijkerja tidak terbatas pada
standard operating procedure, analisis keselamatan pekerjaan
(job safety analysis), instruksi kerja, dan buku manual dengan
mempertimbangkan hasil pemetaan behavior based safety;
3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
mendokumentasikan, dan mengevaluasi izin kerja khusus
dengan mempertimbangkan hasil pemetaan behavior based
safety; dan
4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
mendokumentasikan, memelihara, dan mengevaluasi prosedur
untuk pengelolaan alat pelindung dirij alat keselamatan,
yang mencakup penilaian kebutuhan alat pelindung diri dan
alat keselamatan yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan
bahaya yang timbul, penentuan dan penyediaan alat
pelindung diri dan alat keselamatan dengan jumlah yang
memadai secara cuma-cuma, pembuatan matriks alat
pelindung diri untuk setiap pekerjaan dan area khusus,
evaluasi kepatuhan terhadap penggunaan dan perawatan alat
pelindung diri dan alat keselamatan, pelaksanaan pelatihan
untuk Pekerja yang terkait dengan fungsi, manfaat,
penggunaan, dan perawatan alat pelindung diri dan alat
keselamatan.

b. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Kerja


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan, dan
-367-

mendokumentasikan prosedur pengelolaan lingkungan kerja


Pertambangan yang paling sedikit terdiri atas pengendalian
debu, kebisingan, getaran, pencahayaan, kualitas dan
kuantitas udara kerja, iklim kerja, radiasi, faktor kimia, faktor
biologi,dan kebersihan lingkungan kerja;
2) pengelolaan lingkungan kerja Pertambangan dilakukan
dengan cara antisipasi, pengenalan, pengukuran dan
penilaian, evaluasi, serta pencegahan dan pengendalian
bahaya dan risiko di lingkungan kerja, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan;
3) antisipasi dilakukan untuk menginventarisasi bahaya dan
risiko yang timbul dari sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan tambang maupun pengolahan dan/ atau pemurnian
yang akan disediakan, dibangun, dan I atau sebelum
dioperasikan .
4) pengenalan dilakukan untuk mengetahui bahaya dan risiko
yang timbul dari lingkungan kerja, dengan melakukan survei
pendahuluan (walk-through survey) yang sebelumnya sudah
mengetahui informasi mengenai Pekerja, peralatan dan
permesinan, material atau bahan, proses dan cara kerja,
hasil di setiap proses, hasil akhir, dan limbah.
5) evaluasi mencakup kegiatan pengukuran dengan cara
mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis sampel zat,
bahan, atau faktor yang berbahaya di lingkungan kerja
sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku, serta
kegiatan penilaian dengan cara membandingkan hasil
pengukuran dengan nilai ambang batas atau standar
terhadap obyek lingkungan kerja dan menganalisis efek-efek
pemaparan terhadap kondisi kesehatan Pekerja.
6) pengendalian lingkungan kerja didasarkan pada hasil
evaluasi kondisi lingkungan kerja dalam rangka
menghilangkan atau mengurangi pemaparan terhadap zat,
bahan, faktor lingkungan kerja yang berbahaya di lingkungan
kerja melalui hierarki pengendalian.
-368-

7) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IPR menyusun,
mensosialisasikan, menerapkan, dan mendokumentasikan
program pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB)
tahun berjalan;
8) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pernurnian, IPR, dan lUJP menetapkan
prosedur yang terdokumen tasi mengenai identifikasi,kalibrasi,
pemeliharaan, dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan,
ukur, dan uji lingkungan kerja;
9) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP melakukan
pemantauan/pengukuran lingkungan kerja sesuai dengan
ketentuan dan standar yang berlaku secara berkala dan
hasilnya didokumentasikan serta digunakan un tuk penilaian
dan pengendalian risiko;
10) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, lPR, dan IUJP menunjuk
petugas higiene industri atau Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten dan mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk melakukan pemantauari/
pengukuran dan penilaian lingkungan kerja Pertambangan;
11) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP
menyampaikan laporan pengelolaan lingkungan kerja kepada
KalT/Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

c. Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan Kerja


1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, lPR, dan lUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur pengelolaan kesehatan kerja
Pertambangan dalam rangka menjamin kesehatan setiap
-369-

Pekerja terhadap risiko kesehatan yang ditimbulkan paling


sedikit oleh bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikososial;
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP membuat
dan melaksanakan program kesehatan kerja Pertambangan
dengan pendekatan promotif atau promosi kesehatan,
preventif atau pencegahan penyakit, kuratif atau pengobatan
dan rehabilitatif atau pemulihan dengan lebih
mengutamakan pada program promotif dan preventif yang
mengacu kepada peraturan perundang- undangan dan
stan dar terkait yang berlaku; persyaratan lainnya yang
terkait; kebijakan pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP; hasil Manajemen Risiko terhadap seluruh proses,
kegiatan, dan area kerja; evaluasi kinerja program kesehatan
kerja Pertambangan; hasil pemeriksaan terhadap kejadian
akibat penyakit tenaga kerja dan penyakit akibat;
ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finan sial,
peralatan;
3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
melaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan
dengan ketentuan:
a) pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan
dilaksanakan sesuai dengan pedoman pemeriksaan dan
penilaian kelayakan kesehatan kerja yang disusun oleh
dokter perusahaan yang dapat bekerja sarna dengan
dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja atau pihak lain
yang terkait dengan mengacu peraturan perundang-
undangan dan dikembangkan mengikuti kemajuan ilmu
kedokteran dan kesehatan, serta risiko yang ada di
tempat kerja, serta disetujui serta ditetapkan oleh
KTTatau PTL;
-370-

b) pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan yang


dilakukan meliputi pemeriksaan kesehatan awal,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan
khusus, dan pemeriksaan kesehatan akhir, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) pemeriksaan kesehatan kerja Pertambangan
ditindaklanjuti dengan menginformasikan kepada
Pekerja terkait kondisi Pekerja yang bersangkutan,
melakukan pemantauan, pen gobatan, atau rehabilitasi
terhadap Pekerja yang bersangkutan sesuai dengan hasil
pemeriksaan kesehatan, mengevaluasi penempatan
Pekerja apabila diperlukan disesuaikan dengan kondisi
Pekerja yang bersangkutan, dan melakukan upaya
promotif dan preventif terhadap Pekerja lain yang terkait
termasuk perbaikan kondisi lingkungan kerja; dan
d) data hasil pemeriksaan kesehatan Pekerja dibuat,
didokumentasikan, dan dievaluasi sesuai dengan
keten tuan peraturan perundang -undangan.

4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan I atau Pemumian, IPR, dan IUJP
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja Pertambangan
dengan ketentuan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyediakan tenaga kesehatan kerja, yang meliputi
dokter perusahaan, dokter pemeriksa kesehatan tenaga
kerja, perawat; dan/ atau tenaga kesehatan lainnya yang
kompeten;
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyediakan sarana dan prasarana pelayanan yang
mencakup sarana dasar (perlengkapan umum, ruangan,
dan peralatan medis) dan sarana penunjang (alat
pelindung diri, alat evakuasi, peralatan penunjang
-371-

diagnosa, peralatan pemantau atau pengukuran


lingkungan kerja) , sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;dan
c) kualifikasi Pelayanan Kesehatan Kerja (Pelayanan
Kegawatdaruratan, Pelayanan Pratama, Pelayanan
Utama) ditetapkan berdasarkan tingkat keterisoliran
lokasi tambang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan dengan
ketentuan:
a) KIT atau PTL menyediakan petugas yang memiliki
kompetensi, fasilitas dan peralatan untuk melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan, pada setiap
kelompok kerja;
b) KIT atau PTL membuat program pendidikan dan
pelatihan P3K secara berkala; dan
c) kotak P3K ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai,
terlindungi, dan diberi tanda, dan isinya disesuaikan
dengan risiko yang ada, serta diperiksa secara berkala
paling sedikit setiap bulan oleh penanggung jawab kotak
P3K yang namanya tertera pada kotak P3K;

6) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
pengelolaan pencegahan kelelahan kerja (fatigue) dengan
ketentuan:
a) melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian
faktor yang dapat menimbulkan kelelahan Pekerja;
b) memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada semua
Pekerja tentang pengetahuan pengelolaan dan
pencegahan kelelahan khususnya bagi Pekerja dengan
waktu kerja bergilir (shift);
-372-

c) mengatur pola gilir kerja (shift) Pekerja; dan


d) melakukan penilaian dan pengelolaan tingkat kelelahan
pada Pekerja sebelum awal gilir kerja (shift) dan saat
pekerjaan berlangsung;

7) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
pengelolaan Pekerja yang bekerja pada tempat yang memiliki
risiko kesehatan tinggi, dengan ketentuan:
a) memastikan risiko yang ada telah dikendalikan secara
memadai;
b) memberikan pemahaman cara kerja aman, konsekuensi,
dan pemantauan pekerjaan di area tersebut; dan
c) bertanggung jawab terhadap efek yang ditimbulkan
akibat pekerjaan tersebut;

8) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP mengelola
rekaman data kesehatan kerja Pertambangan dengan
ketentuan:
a) menjaga dan memelihara rekaman data kesehatan kerja
Pertambangan paling sedikit meliputi data hasil
pemeriksaan kesehatan awal, data hasil pemeriksaan
kesehatan berkala, data hasil pemeriksaan khusus, dan
data hasil pemeriksaan akhir, riwayat pekerjaan pekerja,
data medis Zrekam medis Pekerja, data indikator kinerja
kesehatan kerja, data hasil pemeriksaan lingkungan
kerja dalam rangka pengelolaan kesehatan kerja;
b) menganalisis dan mengevaluasi rekaman data kesehatan
kerja Pertambangan sebagai bahan untuk perbaikan
kinerja kesehatan kerja; dan
c) melakukan pengukuran kinerja kesehatan kerja dengan
menggunakan 2 (dua) indikator yaitu indikator proses
(leading indicator) dan indikator hasil akhir (lagging
indicator) yang meliputi rasio kelayakan kerja, Crude
-373-

Morbidity Rate (CMR), Morbidity Frequency Rate, Spell


Seventy Rate, Absence Seventy Rate, dan Penyakit
Akibat Kerja, untuk dilaporkan oleh KIT atau PTL
kepada KalT/ Kepala Dinas atas nama KalT sesuai
dengan formulir yang ditentukan;

9) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyediakan fasilitas untuk menunjang tercapainya
higienitas, serta melakukan pengelolaan sanitasi di area
kerja, paling sedikit meliputi pengelolaan tempat sampah,
toilet dan wastafel, kebersihan lantai dan bangunan, dan
ruang ganti pakaian dan kamar mandi sesuai dengan
keten tuan peraturan perundang -undangan;

10) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
pengelolaan ergonomi dengan mengelola kesesuaian antara
pekerjaan, lingkungan kerja, peralatan, dan Pekerja, antara
lain meliputi:
a) melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi,
serta pengendalian berdasarkan hasil ergonomic risk
assessment;
b) menyediakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
yang sesuai dengan kemampuan, kondisi, dan postur
Pekerja;
c) menyesuaikan prosedur kerja dengan kapasitas Pekerja;
dan
d) menyediakan perlengkapan penunjang untuk
mendukung pekerjaan;
11) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemumian, IPR, dan IUJP melakukan
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi Pekerja dengan
melaksanakan analisis bahaya dan pengendalian titik kritis
-374-

(hazard analysis and critical control points) untuk memastikan

bahwa penyediaan makanan dan minuman telah memenuhi


syarat keamanan, kecukupan, dan higienitas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan aspek
keseimbangan gizi Pekerja;

12) dalam hal terjadi Penyakit Akibat Kerja, pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) diagnosis Penyakit Akibat Kerja ditegakkan melalui
serangkaian tahapan pemeriksaan klinis, kondisi
Pekerja, lingkungan kerjanya, dan data medis/rekam
medis Pekerja;
b) dokter perusahaan menetapkan status Penyakit Akibat
Kerja berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
disebutkan setelah membuktikan hubungan sebab
akibat antara penyakit dengan pekerjaan dan atau
lingkungan kerjanya;
c) dokter perusahaan membuat laporan medik dan dalam
1 x 24 jam disampaikan ke KIT atau PTL, serta
kemudian KIT atau PTL segera melaporkan Penyakit
Akibat Kerja yang telah ditegakkan oleh dokter
perusahaan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas nama
KaIT sesuai dengan kewenangannya dengan
menggunakan formulir yang ditentukan;
d) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
melakukan upaya kuratif dan rehabilitasi terhadap
Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat
Kerja, dan apabila setelah pengobatan penyakit akibat
kerja telah dinyatakan selesai dan dijumpai adanya
suatu kecacatan, maka dokter perusahaan dapat
-375-

menetapkan persentase keeaeatan sesuai dengan


ketentuan yang berlaku; dan
e) setiap Penyakit Akibat Kerja yang telah ditegakkan oleh
dokter perusahaan dilakukan proses penyelidikan oleh
tim yang paling sedikit melibatkan dokter perusahaan
dan petugas kesehatan kerja atau higiene industri,
untuk menemukan faktor-faktor bahaya kesehatan di
lokasi Pekerja yang terkena Penyakit Akibat Kerja yang
menyebabkan timbulnya Penyakit Akibat Kerja; dan

13) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan Zatau Pemurnian menyampaikan laporan
aspek kesehatan kerja Pertambangan kepada KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

d. Pelaksanaan Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan


1) sistem dan pelaksanaan pemeliharaarr/ perawatan sarana,
prasarana, istalasi, dan peralatan Pertambangan,
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP membuat
sistem dan melaksanakan pemeliharaan Zperawatan sarana,
prasarana, istalasi, dan peralatan Pertambangan dengan
paling sedikit melakukan hal-hal sebagai berikut.
a) membuat daftar sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan;
Daftar sarana, prasarana, instalasi, darr/ atau peralatan
Pertambangan yang disusun paling sedikit meliputi:
(1) peralatan, paling sedikit meliputi:
(a) alat berat untuk pemindah tanah mekanis;
(b) alat penunjang Pertambangan;
(e) alat pemetaan dan pemantauan kestabilan
lereng;
(d) kendaraan untuk mobilisasi karyawan dan
barang;
-376-

(e) pesawat angkat darr/ atau angkut;


(f) peralatan perkakas tangan; dan
(g) peralatan listrik,
(2) instalasi, paling sedikit meliputi:
(a) instalasi ban berjalan;
(b) instalasi listrik;
(e) instalasi pneumatic dan/ atau hydraulic;
(d) instalasi bahan bakar eair;
(e) instalasi air;
(f) instalasi komunikasi;
(g) instalasi proteksi kebakaran; dan
(h) instalasi gas,
(3) bangunan, paling sedikit meliputi:
(a) bangunan kantor;
(b) bengkel (workshop);
(e) bangunan genset;
(d) gudang penyimpanan (warehouse);
(e) bangunan tempat pembuangan sampah;
(f) tangki timbun;
(g) bangunan tempat ibadah;
(h) bangunan klinik;
(i) jembatan;
U) menara telekomunikasi;
(k) menara penyalur petir;
(l) kolam pengendap (settling pond);
(m) mess (camp) dan bangunan pendukung;
(n) ruang kendali (control room);
(0) washing plant;
(p) fuel station;
(q) jalan tambang;
(r) stockpile; dan
(s) kolam pengelolaan air limbah;

b) mengidentifikasi dan karakteristik atas


pemeliharaan atau perawatan sarana, prasarana,
-377-

instalasi, dan peralatan Pertambangan;


c) menyusun dan menetapkan prosedur pemeliharaan atau
perawatan berdasarkan hasil identifikasi jenis dan
karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertamban gan;
d) merencanakan program dan jadwal pemeliharaan atau
perawatan saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan; dan
e) melaksanakan pemeliharaarr/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di
bidang Keselamatan Operasi.

2) pengamanan instalasi
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IUJP melakukan
pengamanan instalasi dengan paling sedikit melakukan hal-
hal sebagai berikut.
a) membuat daftar instalasi;
b) mengidentifikasi kebutuhan pengaman atas instalasi;
c) menyusun dan menetapkan prosedur pengamanan
instalasi;
d) menyusun dan menetapkan desain pengamanan
instalasi;
e) menyusun dan menetapkan prosedur proses
pemasangan instalasi;
f) menyusun dan menetapkan prosedur pemeliharaan
pengamanan instalasi;
g) menetapkan program dan jadwal pemeriksaan
pengamanan instalasi; dan
h) menerapkan, melaksanakan pemeriksaan berkala,
memantau dan mengevaluasi sistem pengamanan
instalasi oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi.
-378-

3) kelayakan saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan


Pertambangan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IUJP memastikan
kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan dengan paling sedikit melakukan hal-hal
sebagai berikut.
a) membuat daftar sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan;
b) menyusun dan menetap kan prosedur pengujian
kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertamban gan;
c) menetapkan program dan jadwal sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan; dan
d) melaksanakan pengujian kelayakan, pengamanan dan
pemeliharaan terhadap sarana, prasarana, instalasi dan
peralatan Pertambangan dilakukan oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten di bidang Keselamatan
Operasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

4) kompetensi tenaga teknik antara lain:


a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi yang
memiliki kompetensi untuk menyusun dan menetapkan
prosedur, membuat program dan jadwal, melaksanakan
pemeliharaan Zperawatan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertamban gan, serta mengevaluasi dan
mendokumentasikan hasilnya;
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IUJP
menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
-379-

Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi untuk


menyusun dan menetapkan prosedur, membuat
program dan jadwal, melaksanakan pemeriksaan
pengamanan instalasi, serta mengevaluasi dan
mendokumentasikan hasilnya;
c) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi untuk
menyusun dan menetapkan prosedur, membuat
program dan jadwal, melaksanakan perigujian
kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertamban gan, serta mengevaluasi dan
mendokumentasikan hasilnya; dan
d) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR dan IUJP
menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi untuk
menyusun dan menetapkan prosedur, membuat
program dan jadwal, melaksanakan evaluasi laporan
hasil kajian teknis Pertambangan, serta mengevaluasi
dan mendokumentasikan hasilnya.

5) Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan


Kajian teknis dilakukan pada saat awal kegiatan atau
sebelum dimulainya kegiatan Pertamban gan. Apabila terjadi
perubahan atau modifikasi terhadap proses, sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan maka hasil
evaluasinya disampaikan kepada Kal'I' atau Kepala Dinas
atas nama Kal'I'.

e. Pelaksanaan Bahan Peledak dan Peledakan


Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IUJP menyusun,
-380-

menetapkan, menerapkan, mendokumentasikan, dan


mengevaluasi prosedur tentang bahan peledak dan peledakan,
antara lain:
1) gudang bahan peledak
a) perizinan gudang bahan peledak;
b) kesesuaian gudang bahan peledak dengan jenis dan
kapasitas bahan peledak;
c) penjagaan gudang bahan peledak selama 24 (dua puluh
empat) jam secara terus menerus;
d) ketersediaan personel dan fasilitas untuk menjamin
keselamatan dan keamanan gudang bahan peledak;
e) pemeriksaan penangkal petir gudang bahan peledak
paling sedikit sekali dalam 6 (enam) bulan atau setelah
terjadi petir yang hebat; dan
f) evaluasi dan dokumentasi persetujuan dan perizinan
gudang bahan peledak.

2) penyimpanan bahan peledak


a) prosedur penyimpanan bahan peledak;
b) kesesuaian penyimpanan bahan peledak dengan
persetujuan dan perizinan gudang bahan peledak;
c) administrasi bahan peledak untuk mencatat jumlah
penerimaan, pengeluaran, dan persediaan akhir bahan
peledak serta melaporkan secara berkala kepada KalT
atau Kepala Dinas atas nama KalT;
d) penunjukan petugas administrasi bahan peledak yang
paling sedikit memiliki Kartu Pekerja Peledakan Madya;
e) penunjukan petugas gudang bahan peledak yang paling
sedikit memiliki Kartu Pekerja Peledakan Pratama; dan
f) pemeriksaan isi gudang bahan peledak paling sedikit 1
(satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) minggu;
g) pelaporan KTT tentang berhentinya kegiatan
Pertambangan untuk jangka waktu lebih dari 3 (tiga)
bulan; dan
h) evaluasi dan dokumentasi hasil pemeriksaan
-381-

penyimpanan bahan peledak.

3) pengangkutan bahan peledak


a) prosedur pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman
bahan peledak termasuk peralatan dan kendaraan yang
digunakan;
b) penetapan peralatan dan kendaraan untuk mengangkut,
memindahkan, dan mengirim bahan peledak maupun
yang berhubungan dengan pekerjaan peledakan;
c) pengamanan, kelayakan, serta kesesuaian peralatan dan
kendaraan untuk mengangkut, memindahkan, dan
mengirim bahan peledak maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan peledakan;
d) kesesuaian kompetensi Pekerja yang menangani
pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman bahan
peledak maupun yang berhubungan dengan pekerjaan
peledakan dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan;dan
e) evaluasi dan dokumentasi hasil pemeriksaan peralatan
dan kendaraan untuk mengangkut, memindahkan, dan
mengirim bahan peledak maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan peledakan.

4) pekerjaan peledakan meliputi:


a) prosedur pelaksanaan pekerjaan peledakan yang
mencakup penanganan dan pengamanan peledakan
mangkir;
b) kesesuaian penyediaan peralatan dan bahan untuk
pelaksanaan pekerjaan peledakan;
c) penyimpanan, pemeriksaan, dan pemeliharaan peralatan
untuk pelaksanaan pekerjaan peledakan;
d) pendokumentasian hasil pemeriksaan peralatan
peledakan;
e) penunjukan pekerja peledakan yang memiliki Kartu Izin
Meledakkan, Kartu Pekerja Peledakan Pertama, Kartu
-382-

Pekerja Peledakan Madya sesuai jenis pekerjaannya; dan


f) persetujuan peledakan tidur [apabila ada).

f. Penetapan Sistem Perancangan dan Rekayasa


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan
prosedur yang terdokumentasi dengan mempertimbangkan
aspek Keselamatan Pertambangan pada tahap perancangan
dan rekayasa terhadap sarana, prasarana, instalasi,
peralatan Pertambangan, dan penambangan;
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan
prosedur yang mengatur perubahan dan modifikasi
perancangan dan rekayasa yang mempunyai risiko
Keselamatan Pertambangan danl atau mempunyai implikasi
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang, dan disetujui
oleh orang yang berwenang.

g. Penetapan Sistem Pembehan


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan
prosedur pembelian yang terdokumentasi untuk menjamin
bahwa spesifikasi teknik, persyaratan Keselamatan
Pertambangan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP, serta ketentuan peraturan perundang-undangan
menjadi pertimbangan utama dalam setiap keputusan untuk
membeli sarana Pertambangan, bahan kimia, dan/ atau jasa;
2) prosedur pembelian paling sedikit terdiri atas:
a) penetapan spesifikasi pembehan sesuai dengan
persyaratan Keselamatan Pertambangan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan, serta dikonsultasikan
dengan Pekerja yang memihki kompetensi;
b) proses seleksi pembelian termasuk daftar Pekerja yang
-383-

memiliki kompetensi; dan


c) proses verifikasi kesesuaian dengan spesifikasi
pembelian;
3) Pada saat sarana Pertambangan, bahan kimia, dan Zatau jasa
diterima di tempat kerja, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian,
IPR, dan IUJP memberikan penjelasan kepada semua pihak
terkait yang akan menggunakan sarana Pertambangan,
bahan kimia, dari/atau jasa tersebut, terkait dengan
identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko.

h. Pemantauan dan Pengelolaan Perusahaan Jasa Pertambangan


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, dan IUJP menyusun dan
menetapkan prosedur pengelolaan perusahaan jasa
Pertambangan yang terdokumentasi untuk menjamin bahwa
setiap perusahaan jasa Pertambangan memenuhi persyaratan
Keselamatan Pertambangan;
2) prosedur pengelolaan perusahaan jasa Pertambangan paling
sedikit terdiri atas:
a) persyaratan, seleksi, dan penetapan perusahaan jasa
Pertambangan;
b) tanggung jawab, pemantauan, dan pelaporan
perusahaan jasa Pertambangan; dan
c) evaluasi perusahaan jasa Pertambangan.
3) dalam persyaratan, seleksi, dan penetapan perusahaan jasa
Pertambangan, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IUJP
memastikan kontrak kerja memuat komitmen perusahaan
jasa Pertambangan untuk mematuhi persyaratan
Keselamatan Pertambangan pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau
Pemurnian, dan IUJP, pemberi kontrak dan sanksi atas
ketidaksesuaian unjuk kerja perusahaan jasa Pertambangan
terhadap persyaratan Keselamatan Pertambangan pemegang
-384-

lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan


dan/ atau Pemurnian, dan lUJP, pemberi kontrak;
4) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan lUJP memastikan
bahwa perusahaan jasa Pertambangan yang terpilih akan
menjelaskan secara rinci program dan biaya Keselamatan
Pertambangan;
5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan lUJP memastikan
perusahaan jasa Pertambangan telah memiliki Pekerja yang
memiliki bukti-bukti kompetensi sesuai dengan kebutuhan
untuk melaksanakan pekerjaan yang ada dalam kontrak
kerja;
6) pemegang IUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, dan IUJP memastikan
memastikan perusahaan jasa Pertambangan menggunakan
seluruh sarana, prasarana, dan peralatan Pertambangan
yang memiliki bukti-bukti kelayakan sesuai persyaratan
Keselamatan Pertambangan pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, dan lUJP;
7) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, dan IUJP menetapkan
kewajiban kepada perusahaan jasa Pertambangan untuk
melaporkan kepada KTT atau PTL mengenai pelaksanaan
program Keselamatan Pertambangan secara berkala serta
mengenai setiap kejadian nyaris celaka (neanniss), kerusakan
properti (property damage), kejadian berbahaya, cidera, dan sakit
akibat kerja kepada KTTatau PTL;
8) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IUJP melakukan
pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kinerja
Keselamatan perusahaan jasa Pertamban gan melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit; dan
-385-

9) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan Zatau Pemurnian, dan IUJP melakukan
evaluasi akhir untuk semua penyelesaian kontrak dalam
bentuk laporan kinerja Keselamatan Pertambangan,
termasuk memberikan umpan balik untuk pengetahuan dan
pembelajaran di masa yang akan datang, serta melakukan
tindakan perbaikan untuk pekerjaan berikutnya.

i. Pengelolaan Keadaan Darurat


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur pengelolaan keadaan darurat,
yang mempertimbangkan potensi keadaaan darurat yang
mungkin muncul sesuai dengan kategori dan jenisnya;
2) pengelolaan keadaan darurat tersebut paling sedikit terdiri
atas:
a) identifikasi dan penilaian potensi keadaan darurat;
b) pencegahan keadaan darurat;
c) kesiapsiagaan keadaan darurat;
d) respon keadaan darurat; dan
e) pemulihan keadaan darurat.

3) setiap potensi keadaan darurat yang teridentifikasi dinilai


dengan paling sedikit mempertimbangkan tingkat keparahan,
tingkat kerugian, pengaruh terhadap operasi, keterlibatan
sumber daya, dan pengaruh terhadap citra pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP. Berdasarkan penilaian
maka pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menetapkan tingkatan atau kategori keadaan darurat;
4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan
-386-

terjadinya keadaan darurat seperti membuat kebijakan


pencegahan keadaan darurat, inspeksi, dan perawatan;
5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
upaya kesiapsiangaan keadaan darurat paling sedikit dengan
menyediakan sistem deteksi dini keadaan darurat,
menyediakan sistem komunikasi keadaan darurat,
menyediakan sumber daya, sarana, prasarana, prosedur,
serta Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten dalam
penanggulangan keadaan darurat, menyusun dan
menetapkan emergency plan, melaksanakan pelatihan
penanggulangan keadaan darurat, dan melaksanakan
simulasi keadaan darurat (emergency drilb paling sedikit 2
[dua] kali dalam setahun;
6) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP memberikan
respon dalam penanggulangan keadaan darurat secara cepat
dan tepat untuk mencegah kondisi keadaan darurat yang
semakin parah dan meminimalkan kerusakan pada manusia
dan perala tan; dan
7) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
upaya pemulihan paling sedikit meliputi pembentukan tim
pemulihan, pembersihan lokasi dan operasi pemulihan,
investigasi keadaan darurat, perkiraan kerugian, dan laporan
pemulihan pasca keadaan darurat.

J. Penyediaan dan Penyiapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan
prosedur Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (p3K).
2) prosedur tersebut paling sedikit terdiri atas:
a) petugas P3K;
b) kotak P3K;
-387-

c) isi kotak P3K;dan


d) pencatatan penggunaan isi kotak P3K.

k. Pelaksanaan Keselamatan di Luar Pekerjaan


1) keselamatan di luar pekerjaan dikomunikasikan kepada
semua Pekerja dan keluarganya, baik secara formal maupun
informal; dan
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mendokumentasikan materi promosi dan kegiatan
keselamatan di luar pekerjaan.

5. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut


a. Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
pemantauan dan pengukuran kinerjaKeselamatanPertambangan;
2) pemantauan dan pengukuran kinerja yang dilakukan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, dan IUJP meliputi:
a) tujuan, sasaran, dan program KeselamatanPertambangan;
b) pengelolaan lingkungan kerja Pertambangan;
c) pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan;
d) pengelolaan keselamatan operasi Pertambangan; dan
e) pengelolaan bahan peledak dan peledakan;
3) pemantauan, pengukuran kinerja, dan evaluasi pengelolaan
lingkungan kerja Pertambangan dilakukan oleh petugas
higiene industri dan paling sedikit meliputi pengendalian
debu, pengendalian kebisingan, pengendalian getaran,
pencahayaan, kualitas dan kuantitas udara kerja,
pengendalian radiasi, pengendalian faktor kimia,
pengendalian faktor biologi, kebersihan lingkungan kerja, dan
pelaporan pengelolaan lingkungan kerja kepada KaITI Kepala
Dinas atas nama KaIT.
4) pemantauan, pengukuran kinerja, dan evaluasi pengelolaan
-388-

kesehatan kerja paling sedikit meneakup pelaksanaan


program kesehatan kerja Pertamban gan, pemeriksaan
kesehatan kerja Pertambangan, pelayanan kesehatan kerja
Pertamban gan, pertolongan pertama pada keeelakaan,
pengelolaan peneegahan kelelahan kerja lfatigue),
pengelolaan Pekerja yang bekerja pada tempat yang memiliki
risiko kesehatan tinggi, rekaman data kesehatan kerja,
pengelolaan higiene dan sanitasi, pengelolaan ergonomi,
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi Pekerja, dan
pelaporan pengelolaan kesehatan kerja kepada KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT.
5) pemantauan, pengukuran kinerja, dan evaluasi pengelolaan
keselamatan operasi Pertambangan dilakukan oleh tenaga
teknis Pertambangan yang berkompeten di bidang
keselamatan operasi dan paling sedikit meneakup:
(a) prosedur, program dan jadwal, peralatan, evaluasi, dan
dokumentasi pelaksanaan pemeliharaanj perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan,
(b) prosedur pengamanan instalasi, jenis instalasi yang
diamankan, program dan jadwal, evaluasi dan
dokumentasi pemeriksaan pengamanan instalasi,
(e) prosedur, program dan jadwal, peralatan, evaluasi, dan
dokumentasi pengujian kelayakan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan,
(d) penunjukan dan dokumentasi penunjukan tenaga teknik
yang memiliki kompetensi untuk melakukan pengelolaan
keselamatan operasi Pertambangan,
(e) pengevaluasian dan pendokumentasian hasil kajian
teknis kegiatan awal atau baru serta hasil kajian teknis
perubahan atau modifikasi, dan rekaman laporan hasil
kajian teknis Pertambangan tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan kepada KaIT.
-389-

6) pemantauan, pengukuran kinerja, dan evaluasi pengelolaan


bahan peledak dan peledakan paling sedikit meneakup
(a) persetujuan lokasi pembangunan dan perizinan gudang
bahan peledak, kesesuaian gudang bahan peledak
dengan jenis dan kapasitas, penjagaan, penyediaan
personel dan fasilitas untuk menjamin keselamatan dan
keamanan, pemeriksaan penangkal petir gudang bahan
peledak, peneatuman perizinan gudang bahan peledak
pada gudang, pengevaluasian dan pendokumentasian
perizinan gudang bahan peledak.
(b) prosedur penyimpanan bahan peledak, kesesuaian
penyimpanan bahan peledak dengan persetujuan dan
perizman gudang bahan peledak, pemeriksaan
administrasi jumlah penerimaan, pengeluaran, dan
persediaan akhir bahan peledak serta pelaporan seeara
berkala kepada KaIT, penunjukan petugas administrasi
gudang bahan peledak, kesesuaian kompetensi petugas
administrasi gudang bahan peledak, kesesuaian
persyaratan dan jumlah petugas gudang bahan peledak
dan pendaftarannya dalam buku tamb an g; hasil
pemeriksaan isi gudang bahan peledak, pelaporan KIT
tentang berhentinya kegiatan Pertambangan kepada
KaIT, dan pengevaluasian dan pendokumentasian hasil
pemeriksaan penyimpanan bahan peledak;
(e) prosedur pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman
bahan peledak termasuk peralatan dan kendaraan yang
digunakan, penetapan peralatan dan kendaraan untuk
mengangkut, memindahkan, dan mengirim bahan
peledak, maupun yang berhubungan dengan pekerjaan
peledakan, pengamanan, kelayakan, serta kesesuaian
peralatan dan kendaraan untuk mengangkut,
memindahkan, dan mengirim bahan peledak, maupun
yang berhubungan dengan pekerjaan peledakan,
pendokumentasian hasil pemeriksaan peralatan dan
-390-

kendaraan yang digunakan untuk mengangkut,


memindahkan, dan mengirim bahan peledak, maupun
yang berhubungan dengan pekerjaan peledakan,
kesesuaian kompetensi Pekerja yang menan gam
pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman bahan
peledak maupun yang berhubungan dengan pekerjaan
peledakan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan pengevaluasian dan pendokumentasian
hasil pemeriksaan peralatan dan kendaraan untuk
mengangkut, memindahkan, dan mengirim bahan
peledak maupun yang berhubungan dengan pekerjaan
peledakan;
(d) prosedur pelaksanaan pekerjaan peledakan yang
mencakup penanganan dan pengamanan peledakan
mangkir, kesesuaian penyediaan peralatan dan bahan
untuk pelaksanaan pekerjaan peledakan, penyimpanan,
pemeriksaan, dan pemeliharaan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan peledakan, pendokumentasian
hasil pemeriksaan peralatan peledakan, penunjukan
orang yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan peledakan, administrasi kelengkapan data
aplikasi dan pengajuan perizinan dan penerbitan Kartu
Izin Meledakkan, Kartu Pekerja Peledakan Madya, dan
Kartu Pekerja Peledakan Pertama, daftar pemegang
Kartu Izin Meledakkan, Kartu Pekerja Peledakan Madya,
dan Kartu Pekerja Peledakan Pertama dan tanggal habis
masa berlaku, persetujuan pengisian bahan peledak
pada lubang ledak dan stemming pada malam hari
serta peledakan tidur.
7) metode dan frekuensi pemantauan dan pengukuran kinerja
mengacu pada persyaratan dalam standar dan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta didokumentasikan.
8) dalam hal peralatan pemantauan digunakan untuk mengukur
dan memantau kinerja, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
-391-

Produksi khusus untuk Pengolahan dan I atau Pemumian, IPR,

dan IUJP menyusun, menetapkan, menerapkan, dan


mendokumentasikan prosedur untuk kalibrasi dan
pemeliharaan peralatan pemantauan tersebut.
9) rekaman hasil kalibrasi dan pemeriksaan didokumentasikan.
10) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan
rencana dan melaksanakan perbaikanr tindak lanjut
berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran kinerja serta
didokumentasikan.

b. Inspeksi Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemumian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur inspeksi pelaksanaan
Keselamatan Pertamban gan, yang meliputi kegiatan
perencanaan inspeksi, persia pan inspeksi, persiapan
inspeksi, pelaksanaan inspeksi, rekomendasi dan tindak
lanjut hasil inspeksi, evaluasi kegiatan inspeksi, dan laporan
dan penyebarluasan hasil inspeksi Keselamatan
Pertamban gan.
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menentukan
objek inspeksi, jadwal pelaksanaan inspeksi antara lain
secara berkala atau sewaktu-waktu, petugas inspeksi,
metode inspeksi antara lain inspeksi silang dan inspeksi
bersama, dan biaya pelaksanaan inspeksi dalam pelaksanaan
inspeksi Keselamatan Pertamban gan.
3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyiapkan
paling sedikit meliputi prosedur, standar, dan check list yang
berlaku dan berhubungan terhadap objek yang akan
diinspeksi, alat ukur dan alat uji, buku catatan, dan kamera
-392-

dalam persiapan inspeksi Keselamatan Pertambangan.


4) KIT, PTL, atau petugas yang ditunjuk dalam setiap gilir kerja
memeriksa setiap area kerja dan jalan perlintasan yang
digunakan, sarana, prasana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan, dan tempat yang dinilai berbahaya, dalam
pelaksanaan inspeksi Keselamatan Pertambangan.
5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP memberikan
rekomendasi didasarkan kepada temuan valid yang telah
diverifikasi dan penyebab dasar dari temuan tersebut, dengan
mengacu kepada hierarki pengendalian risiko.
6) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
pemantauan terhadap setiap rekomendasi dan memastikan
rekomendasi telah ditindaklanjuti dengan baik dan tepat
waktu, serta melakukan evaluasi secara menyeluruh
terhadap setiap tahapan kegiatan inspeksi dan hasil dari
pelaksanaan tindak lanjut.
7) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mendokumentasikan hasil inspeksi dan pemenuhan tindak
lanjut, serta mensosialisasikan kepada seluruh pekerja
sebagai bentuk edukasi.

c. Evaluasi Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-


undangan dan Persyaratan Lainnya yang Terkait
1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
untuk melakukan evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang terkait.
2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP melakukan
evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait
-393-

seeara berkala.
3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP menyusun
reneana dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan hasil
evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
4) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP
mendokumentasikan hasil evaluasi kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang terkait.

d. Penyelidikan Keeelakaan, Kejadian Berbahaya, Kejadian Akibat


Penyakit Tenaga Kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur penyelidikan keeelakaan,
kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
dan Penyakit Akibat Kerja, serta evaluasi dan tindak
lanjutnya.
2) prosedur tersebut paling sedikit terdiri atas:
a) pelaporan awal;
b) pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian;
e) pembentukan tim penyelidikan;
d) tahapan penyelidikan yang terdiri atas:
(1) tahap persiapan, yang terdiri dari:
(a) pembentukan dan penetapan tim investigasi,
(b) persiapan peralatan ukur atau uji, dan
(e) pengumpulan data dan dokumen;
(2) tahap pelaksanaan;
(3) tahap pelaporan, yang terdiri dari:
(a) pembuatan be rita aeara hasil penyelidikan
keeelakaan atau Kejadian Berbahaya,
(b) penyampaian laporan hasil penyelidikan
-394-

keeelakaan atau Kejadian Berbahaya kepada


KIT atau PTL untuk diteruskan kepada KalT
atau Kepala Dinas atas nama KalT sesuai
kewenangannya,
(e) pendokurnentasian hasil penyelidikan
keeelakaan atau Kejadian Berbahaya dan
pelaksanaan tindakan koreksi ke dalam suatu
sistern pelaporan, dan
(d) kornunikasi hasil penyelidikan kepada seluruh
Pekerja sebagai bentuk edukasi;
(4) tahap pernantauan pelaksanaan tindakan koreksi;
dan
(5) tahap evaluasi penyelidikan keeelakaan atau
Kejadian Berbahaya.
e. Evaluasi Pengelolaan Adrninistrasi Keselamatan Pertambangan
1) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pernurnian, dan lPR rnelakukan
evaluasi pengelolaan adrninistrasi Keselarnatan
Pertarnbangan yang paling sedikit rneliputi buku tarnban g,
buku daftar keeelakaan, dan pelaporan pengelolaan
Keselamatan Pertambangan paling sedikit 1 (satu) kali dalarn
jangka waktu 6 (enam) bulan.
2) evaluasi buku tambang paling sedikit terdiri atas:
a) pelaksanaan perintah, larangan, petunjuk, serta
pernberitahuan dari KaITdan lnspektur Tarnbang;
b) pendaftaran-pendaftaran yang dipersyaratkan dalarn
ketentuan peraturan perundang-undangan yang paling
sedikit terdiri atas pelirnpahan wewenang KIT dan
pendaftaran tenaga teknik khusus Pertarnbangan.
3) evaluasi buku daftar keeelakaan tarnbang paling sedikit
terdiri atas:
a) nornor urut keeelakaan tambang untuk 1 (satu) korban
dengan 1 (satu) penornoran;
b) waktu, hari, dan jam keeelakaan;
-395-

c) tempat kecelakaan;
d) nama, jenis kelamin, dan umur dari korban kecelakaan;
e) jabatan dan berapa lama dipegang oleh orang yang
mendapat kecelakaan;
f) sifat kecelakaan;
g) pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat kecelakaan;
h) saksi-saksi kecelakaan;
i) uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya yang
dibuat dan ditandatangani oleh KIT atau PTLatau orang
yang ditunjuk oleh KIT atau PTL;dan
j) waktu dilaporkan kepada KalT.
4) evaluasi pelaporan pengelolaan Keselamatan Pertambangan
paling sedikit terdiri atas:
a) ketepatan waktu penyampaian laporan;
b) kesesuaian isi laporan; dan
c) isi laporan
5) evaluasi dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja paling
sedikit mencakup kesesuaian isi, kesesuaian format, hasil
analisis terhadap penyebab kejadian, dan pelaksanaan tindak
lanjut.
6) evaluasi dokumen dan laporan pemenuhan kompetensi serta
persyaratan lainnya paling sedikit mencakup: tingkat
pemenuhan persyaratan dan pelaksanaan tindak lanjut.
7) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan IPR
mendokumentasikan dan menindaklanjuti hasil evaluasi
pengelolaan administrasi Keselamatan Pertamban gan.

f. Audit Internal Penerapan SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada


Pengolahan dan/ atau Pemurnian
1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemumian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pelaksanaan audit internal untuk meninjau secara
-396-

berkala dan mengevaluasi penerapan SMKP Minerba atau


SMKPkhusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian;
2) program audit internal didasarkan pada hasil penilaian risiko
pada kegiatan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP dan hasil audit internal penerapan SMKPMinerba atau
SMKP khusus pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian
sebelumnya yang berhubungan dengan Keselamatan
Pertambangan;
3) prosedur audit internal audit internal penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian. meliputi ruang lingkup, frekuensi, metodologi,
kompetensi auditor, tanggung jawab dan persyaratan
pelaksanaan audit, serta pelaporan hasil audit;
4) pemilihan auditor dan pelaksanaan audit internal
memastikan objektivitas dan independensi selama proses
audit internal penerapan SMKP Minerba atau SMKPkhusus
pada Pengolahan darr/ atau Pemurnian;
5) audit internal penerapan SMKP Minerba atau SMKPkhusus
pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dilakukan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun;
6) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan
rencana dan melaksanakan tindak lanjut hasil audit internal
penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan danl atau Pemurnian. serta didokumentasikan.

g. Rencana Perbaikan dan Tindak Lanjut


1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
untuk menindaklanjuti ketidaksesuaian.
-397-

2) ketidaksesuaian tersebut meliputi penyimpangan terhadap


standar kerja, praktik kerja, prosedur kerja, persyaratan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
persyaratan-persyaratan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan darr/ atau Pemurnian yang dapat
menyebabkan cidera atau penyakit, kerusakan sarana,
prasarana, in stalasi , dan peralatan Pertambangan, dan Zatau
kerusakan lingkungan kerja.
3) prosedur rencana perbaikan dan tindak lanjut paling sedikit
terdiri atas:
a) identifikasi dan perbaikan ketidaksesuaian;
b) analisis penyebab ketidaksesuaian;
c) evaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah
ketidaksesuaian;
d) catatan dan komunikasi hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan; dan
e) evaluasi efektivitas tindakan perbaikan dan pencegahan.

6. Dokumentasi
a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, dan mendokumentasikan manual SMKP Minerba
atau SMKP khusus pada Pengolahan danj' atau Pemurnian yang
meliputi:
1) ruang lingkup SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan Zatau Pemurnian;
2) prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian; dan
3) uraian dari interaksi antara elernen-elemen dalam SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan Zatau
Pemurnian dan acuan dokumen dari elemen terkait;
b. manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
darr/ atau Pemurnian disahkan oleh manajemen pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
-398-

Pemurnian, lPR, dan lUJP, dan disosialisasikan kepada seluruh


departemerr/bagian dari Pekerja, untuk digunakan dalam
penyusunan dokumen level selanjutnya.
c. pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
pengendalian dokumen Keselamatan Pertambangan yang meliputi:
1) persetujuan pengeluaran /penerbitan dan pengendalian
dokumen;
2) perubahan dan modifikasi dokumen; dan
3) identifikasi dan pengelolaan dokumen-dokumen yang berasal
dari luar yang terkait;
d. pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, lPR, dan lUJP menunjuk
personel tertentu untuk bertugas dan bertanggungjawab
mengendalikan dokumen SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada
Pengolahan dan Zatau Pemurnian;
e. pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, lPR, dan lUJP menyusun,
menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
untuk mengidentifikasi, menyimpan, melindungi, mengakses,
menentukan masa simpan, dan memusnahkan rekaman yang
diperlukan untuk menunjukkan pemenuhan terhadap persyaratan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan danl atau
Pemurnian dan untuk menunjukkan hasil-hasil yang dicapai,
termasuk rekaman atau pelaporan Keselamatan Pertambangan
kepada pihak-pihak terkait; dan
f. pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, dan lUJP menetapkan jenis
dokumen dan rekaman yang disusun sesuai dengan elemen-
elemen SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
danl atau Pemurnian.
-399-

7. Tinjauan Manajernen dan Peningkatan Kinerja


a. rnanajernen tertinggi pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan Zatau Pernurnian, IPR, dan IUJP
rnelakukan tinjauan rnanajernen terhadap penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan.' atau
Pernurnian secara terencana dan berkala paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali dan hasilnya didokurnentasikan;
b. catatan hasil tinjauan rnanajernen didokurnentasikan. Masukan
tinjauan rnanajernen paling sedikit rneliputi:
1) kebijakan Keselamatan Pertambangan;
2) hasil audit penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan darr/ atau Pernurnian;
3) daftar risiko;
4) hasil evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang- undangan dan persyaratan lainnya yang terkait;
5) tindak lanjut terhadap tinjauan rnanajernan sebelurnnya;
6) hasil dari partisipasi dan konsultasi;
7) kornunikasi yang berhubungan dengan pihak eksternal
terkait, terrnasuk keluhan-keluhan;
8) tingkat pencapaian kinerja Keselarnatan Pertarnbangan
terrnasuk tujuan, sasaran, dan program;
9) status penyelidikan kecelakaan, Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat
Kerja, tindakan perbaikan, dan pencegahan;
10) perubahan yang terjadi, terrnasuk peraturan perundang-
undangan dan struktur organisasi Keselarnatan
Pertarnbangan; dan
11) rekornendasi peningkatan Keselamatan Pertambangan.

c. keluaran dari tinjauan rnanajernen Keselamatan Pertarnbangan


rnenghasilkan keputusan dan tindakan yang berhubungan dengan
efektifitas sistern rnanajernen dan kegiatari/ prosesnya,
peningkatan kinerja Keselarnatan Pertambangan dengan
rnernpertirnbangkan kernungkinan perubahan pada:
-400-

1) kebijakan Keselamatan Pertambangan;


2) kinerja Keselamatan Pertambangan;
3) sumber daya; dan
4) elemen-elernen lain SMKP Minerba atau SMKPkhusus pada
Pengolahan dan/ atau Pemurnian.

d. hasil dari tinjuan manajemen dicatat, didokumentasikan,


dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan
dikomunikasikan kepada yang memerlukannya.

e. peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dalam hal:


1) terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
2) adanya tuntutan dari pemangku kepentingan;
3) adanya perubahan bisnis pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
IPR, dan IUJP;
4) terjadi perubahan struktur organisasi pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP;
5) adanya perkembangan pemanfaatan teknologi, kemampuan
rekayasa, rancang bangun, pengembangan, dan penerapan
teknologi Pertambangan;
6) adanya hasil kajian kecelakaan, Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan/ atau Penyakit
Akibat Kerja di tempat kerja;
7) adanya pelaporan; dan/ atau
8) adanya masukan dad Pekerja.

f. tinjauan hasil dari tindak lanjut rencana perbaikan dapat


digunakan sebagai dasar bagi manajemen, dalam penentuan
kebijakan atas proses peningkatan kinerja Keselamatan
Pertambangan.
-401-

D. Penilaian Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada pengolahan


darr/ atau pemurnian
Penilaian Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada pengolahan
dan / atau pemurnian dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Penetapan Penilaian Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus


pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian.
Pembobotan untuk setiap elemen dalarn SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dilakukan berdasarkan
tingkat kepentingan dari masing-masing elemen, yaitu sebagai berikut:
a. kebijakan 10%
b. perencanaan 15%
c. organisasi dan personel 17%
d. implementasi : 35%
e. pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut : 15%
f. dokumentasi : 3%
g. tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja : 5%
Total : 100%

2. Pembobotan Penilaian Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus


pada Pengolahan darr/ atau Pemurnian.
Untuk setiap sub-elernen dalam SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dilakukan berdasarkan jumlah
kriteria pada masing-masing sub-elemen. Pembobotan yang sarna
dilakukan untuk setiap kriteria pada masing-masing sub elemen
berdasarkan daftar periksa audit.

3. Sarnpel Penilaian Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada


Pengolahan dan / atau Pemurnian.
Pelaksanaan audit baik internal maupun eksternal dilaksanakan
dengan mengambil sarnpel dari setiap area darr/ atau kegiatan,
berdasarkan pertimbangan profesional (professional judgement)
masing-masing auditor.

4. Audit internal untuk penilaian penerapan SMKP Minerba atau SMKP


khusus pada Pengolahan dan / atau Pemurnian dilakukan paling sedikit
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dengan ketentuan sebagai berikut.
-402-

a. tim audit internal diangkat dan diberhentikan oleh KIT atau PTL;
b. audit internal dipimpin oleh seorang ketua tim audit internal;
c. ketua tim audit internal bertanggung jawab kepada KIT atau PTL;
d. auditor yang duduk dalam tim audit internal bertanggung jawab
secara langsung kepada ketua tim audit internal;
e. auditor internal memiliki integritas dan perilaku yang profesional,
independen, jujur, dan obyektif dalam pelaksanaan tugas;
f. auditor internal memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai
teknis audit dan disiplin ilmu yang relevan dengan bidang
tugasnya, yang dibuktikan dengan surat keterangan atau
sertifikat pelatihan audit SMKP Minerba atau SMKPkhusus pada
Pengolahan dan zatau Pemurnian dari instansi pembina yang
diregistrasi oleh KalT.

5. Audit eksternal penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada


Pengolahan dari/ atau Pemurnian dilaksanakan apabila dalam hal
terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, bencana, darr/ atau untuk
kepentingan penilaian kinerja Keselamatan Pertambangan.
KalT atau Kepala Dinas atas nama KalT dapat meminta kepada
pemegang lUP Operasi Produksi, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, dan lUJP untuk
melakukan audit eksternal penerapan SMKPMinerba.
Pemegang lUP Operasi Produksi, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, lPR, dan lUJP juga dapat
mengajukan sendiri untuk dilakukan audit eksternal penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dari/ atau Pemurnian
dengan sepengetahuan KalT atau Kepala Dinas atas nama KalT.
Audit eksternal penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan darr/ atau Pemurnian dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut.
a. audit eksternal dilakukan oleh lembaga audit eksternal, yaitu
lembaga independen terakreditasi yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal.
-403-

b. tim audit eksternal diangkat dan diberhentikan oleh lembaga


independen terakreditasi yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal;
c. tim audit eksternal dipimpin oleh seorang ketua tim audit
eksternal;
d. ketua tim audit eksternal bertanggung jawab kepada pimpinan
lembaga independen terakreditasi yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal;
e. auditor yang duduk dalam tim audit eksternal bertanggung jawab
secara langsung kepada ketua tim audit internal;
f. di dalam tim audit eksternal terdapat sekurang-kurangnya
1 (satu) orang tenaga ahli dari instansi Pembina yang mendapat
penugasan dari KalT.
g. lembaga audit eksternal menyampaikan Laporan Audit Eksternal
Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/ atau Pemurnian selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah
audit eksternal dinyatakan selesai.
h. lembaga audit eksternal menerbitkan Sertifikat Audit Eksternal
Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan I atau Pemurnian sesuai dengan format yang telah ditentukan
oleh KalT.
1. sertifikat Audit Eksternal Penerapan SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian diregistrasi oleh
KalT.
Kriteria lembaga sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah sebagai
berikut:
a. memiliki IUJP Jenis Pelaksanaan pada bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan sub bidang Audit Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan; dan
b. memiliki sertifikasi Komite Akreditasi Nasional bidang Audit
Sistem Manajemen.
Kriteria auditor eksternal sebagaimana dimaksud pada huruf e adalah
sebagai berikut:
a. memiliki sertifikat sebagai Auditor dari lembaga yang terakreditasi
dan terdaftar di instansi pembina;
-404-

b. pengalaman sebagai auditor minimum 3 (tiga) tahun di dalam


bidang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dibuktikan dengan surat tugas per tahun dari lembaga penunjuk;
c. memiliki integritas dan perilaku yang profesional, independen,
jujur, dan obyektif dalam pelaksanaan tugas; dan
d. memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai teknis audit dan
disiplin ilmu yang relevan dengan bidang tugasnya, yang
dibuktikan dengan surat keterangan atau sertifikat pelatihan
audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/ atau Pemurnian dari instansi pembina yang diregistrasi
oleh KaIT.

6. Standar dan Prosedur Audit SMKP Minerba atau SMKPkhusus pada


Pengolahan dan Zatau Pemurnian.
a. permulaan audit, meliputi:
1) penentuan kelayakan audit.
Kelayakan sebaiknya ditentukan dengan mempertimbangkan
ketersediaan faktor-faktor paling sedikit sebagai berikut.
a) informasi yang cukup dan sesuai untuk perencanaan
audit,
b) kerjasama yang cukup dari auditi, dan
c) waktu dan sumberdaya yang mencukupi;
2. penunjukan ketua tim audit.
Ketua tim audit internal diangkat dan diberhentikan oleh KTT
atau PTL,sedangkan ketua tim audit eksternal ditunjuk oleh
lembaga audit eksternal;
3. pemilihan tim audit.
tim audit dipilih dengan mempertimbangkan:
a) tujuan, ruang lingkup, kriteria dan perkiraan waktu
audit;
b) kompetensi tim audit secara keseluruhan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan audit;
c) peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d) kebutuhan untuk menjamin keindependenan tim audit
dari kegiatan yang diaudit dan untuk menghindarkan
-405-

konflik kepentingan;
e) kemampuan anggota tim audit untuk berinteraksi secara
efektifdengan auditi dan untuk bekerja bersama dalam tim;
f) bahasa yang digunakan dalam audit, dan pemahaman
terhadap karakteristik sosial dan budaya tertentu dari
auditi; hal ill! dapat ditunjukkan baik melalui
keterampilan yang dimiliki oleh auditor atau melalui
dukungan dari tenaga ahli.
Bila tidak seluruh pengetahuan dan keterampilan dapat
dicakup secara penuh oleh auditor dalam tim audit, maka
dapat dipenuhi dengan menyertakan tenaga ahli.
4. penetapan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
Tujuan audit menetapkan apa yang akan dicapai oleh audit
dan dapat mencakup hal berikut:
a) penentuan tingkat kesesuaian SMKP Minerba atau
SMKP khusus pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian
milik auditi, atau bagiannya, dengan kriteria audit
b) evaluasi kemampuan SMKPMinerba atau SMKPkhusus
pada Pengolahan darr/ atau Pemurnian untuk menjamin
pemenuhan persyaratan peraturan perundang-
undangan;
c) evaluasi keefektifan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dalam memenuhi
tujuan yang ditetapkan, dan
d) identifikasi penerapan SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian yang
potensial untuk ditingkatkan.
Ruang lingkup audit menguraikan cakupan dan batas-batas
audit, seperti lokasi fisik, unit organisasi, kegiatan dan
proses yang diaudit, serta periode waktu yang dicakup oleh
audit.
Kriteria audit digunakan sebagai acuan untuk penentuan
kesesuaian, mencakup persyaratan SMKP Minerba atau
SMKPkhusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian;
-406-

5. pelaksanaan kontak awal dengan auditi.


Kontak awal dengan auditi dapat dilakukan secara formal
atau tidak formal oleh personel yang diberi tanggung jawab
untuk mengelola program audit atau ketua tim audit.
b. pelaksanaan tinjauan dokumen, meliputi:
1) peninjauan dokumen sistem manajemen.
Sebelum kegiatan audit lapangan dilaksanakan, dokumentasi
auditi ditinjau untuk menentukan kesesuaian sistem yang
didokumentasikan dengan kriteria audit. Dokumentasi dapat
mencakup dokumen dan rekaman SMKPMinerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian yang sesuai,
dan laporan audit sebelumnya. Tinjauan tersebut
memperhatikan ukuran, sifat dan kompleksitas organisasi,
serta tujuan dan ruang lingkup audit;
2) penentuan kecukupan dokumen terhadap kriteria audit.
Berdasarkan hasil peninjauan dokumen Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan atau pengolahan darr/ atau
pemurnian, ketua tim audit menentukan kecukupan
dokumen terhadap kriteria audit.
Bila dokumentasi dinilai tidak mencukupi, ketua tim audit
menginformasikan hal tersebut kepada klien audit, personel
yang diberi tanggung jawab untuk mengelola program audit,
dan auditi.

c. persiapan untuk kegiatan audit lapangan, meliputi:


1) penyiapan rencana audit.
Ketua tim audit menyiapkan rencana audit yang menjadi
dasar kesepakatan antara klien audit, tim audit dan auditi
terkait dengan pelaksanaan audit. Rencana audit sebaiknya
mencakup hal berikut:
a) tujuan audit;
b) kriteria audit dan dokumen-dokumen acuan;
c) ruang lingkup audit, termasuk identifikasi unit-unit
organisasi dan fungsional serta proses yang diaudit;
-407-

d) tanggal dan lokasi kegiatan audit lapangan;


e) waktu yang diharapkan dan lamanya kegiatan audit
lapangan, termasuk rapat dengan manajemen auditi
serta rapat tim audit;
f) peran dan tanggung jawab anggota tim audit dan orang-
orang yang mendampingi; dan
g) alokasi sumber daya yang sesuai untuk bidang audit
yang kritis;

2) penugasan tim audit.


Ketua tim audit, melalui konsultasi dengan tim audit,
menetapkan tanggung jawab setiap anggota tim untuk
mengaudit proses, fungsi, lokasi, area atau kegiatan tertentu.
Penugasan tersebut sebaiknya mempertimbangkan
kebutuhan terhadap keindependenan dan kompetensi
auditor, penggunaan sumber daya secara efektif serta
perbedaan peran dan tanggung jawab auditor, auditor yang
magang dan tenaga ahli. Perubahan terhadap penugasan
dapat dilakukan sejalan dengan perkembangan audit untuk
menjamin pencapaian tujuan audit;
3) penyiapan dokumen kerja.
Tim audit menyiapkan dokumen kerja yang diperlukan untuk
rujukan dan untuk merekam pelaksanaan audit. Dokumen
kerja tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut.
a) daftar periksa dan rencana sampling audit;
b) formulir-formulir untuk merekam informasi, seperti
bukti pendukung, temuan audit; dan
c) rekaman rapat.

d. pelaksanaan kegiatan audit lapangan, meliputi:


1) pelaksanaan rapat pembukaan.
Rapat pembukaan diselenggarakan dengan manajemen auditi
atau bila memungkinkan, dengan personel yang bertanggung
jawab untuk fungsi atau proses yang diaudit. Maksud rapat
-408-

pembukaan ini adalah untuk:


a) mengkonfirmasikan rencana audit;
b) memberikan ringkasan tentang bagaimana kegiatan
audit akan dilaksanakan;
c) mengkonfirmasikan saluran komunikasi; dan
d) memberikan kesempatan kepada auditi untuk
mengajukan pertanyaan;
2) komunikasi selama audit.
Tim audit berdiskusi secara periodik untuk melakukan
pertukaran informasi, mengkaji kemajuan audit, dan
menetapkan kembali tugas di antara anggota tim audit sesuai
dengan keperluan.
Selama audit, ketua tim audit secara periodik
mengkomunikasikan perkembangan pelaksanaan audit dan
setiap hal penting kepada auditi dan klien audit, bila sesuai.
Bukti yang dikumpulkan selama audit yang menunjukan
risiko keselamatan yang mendesak dan signifikan segera
dilaporkan kepada auditi tanpa ada penundaan, dan bila
sesuai kepada klien audit.
Setiap hal penting yang terkait dengan masalah di luar ruang
lingkup audit dicatat dan dilaporkan kepada ketua tim audit,
untuk dikomunikasikan kepada klien audit dan auditi bila
perlu.
Bila bukti audit yang tersedia menunjukan bahwa tujuan
audit tidak tercapai, ketua tim audit melaporkan alasannya
kepada klien audit dan auditi untuk menentukan tindakan
yang tepat. Tindakan tersebut dapat mencakup konfirmasi
ulang atau penyesuaian rencana audit, perubahan tujuan
atau ruang lingkup audit, atau penghentian audit.
Setiap ada kebutuhan untuk merubah ruang lingkup audit
yang dapat dihasilkan dari perkembangan kegiatan audit
lapangan ditinjau dan disetujui oleh klien audit dan bila
sesuai oleh auditi;
-409-

3) tugas dan tanggung jawab pemandu dan pengamat.


Pemandu dan pengamat dapat disertakan dalam tim audit
namun bukan merupakan bagian dari tim, dan tidak
mempengaruhi atau menghambat pelaksanaan audit.
Tanggung jawab pemandu dapat mencakup hal berikut:
a) pelaksanaan kontak dan waktu untuk wawancara;
b) pengaturan kunjungan untuk bagian lokasi atau
organisasi tertentu;
c) pemastian bahwa aturan yang terkait dengan prosedur
keselamatan dan keamanan di lokasi, diketahui dan
diperhatikan oleh anggota tim audit;
d) penyaksian audit atas nama auditi; dan
e) pemberian penjelasan atau bantuan dalam pengumpulan
informasi;
4) pengumpulan dan verifikasi informasi.
Informasi yang sesuai dengan tujuan, ruang lingkup, dan
kriteria audit, termasuk informasi yang terkait dengan
hubungan an tar fungsi, kegiatan dan proses, dikumpulkan
dengan sampling yang sesuai dan sebaiknya diverifikasi.
Hanya informasi yang dapat diverifikasi yang dapat menjadi
bukti audit. Bukti audit didasarkan pada sampel informasi
yang tersedia.
Metode untuk mengumpulkan informasi mencaku p
wawancara, pengamatan kegiatan, dan Zatau tinjauan
dokumen;
5) perumusan temuan audit;
Bukti audit dievaluasi terhadap kriteria audit untuk
menghasilkan temuan audit. Temuan audit dapat
menunjukkan baik kesesuaian maupun ketidaksesuaian
dengan kriteria audit.
Kesesuaian dengan kriteria audit dirangkum untuk
menunjukkan lokasi, fungsi atau proses yang diaudit.
Ketidaksesuaian dan bukti audit pendukungnya sebaiknya
direkam dan dikelompokkan. Ketidaksesuaian tersebut
-410-

sebaiknya ditinjau dengan auditi untuk memperoleh


kepastian bahwa bukti audit adalah akurat, dan bahwa
ketidaksesuaian dipahami;
6) penyiapan kesimpulan audit;
Tim audit melakukan diskusi sebelum rapat penutupan
dengan tujuan sebagai berikut.
a) meninjau temuan audit, dan informasi lain yang sesuai
yang dikumpulkan selama audit dengan mengacu pada
tujuan audit;
b) menyetujui kesimpulan audit, dengan memperhatikan
ketidakpastian dalam proses audit;
c) menyiapkan rekomendasi, bila ditetapkan dalam tujuan
audit, dan
d) mendiskusikan tindak lanjut audit bila dicakup dalam
rencana audit; dan
7) pelaksanaan rapat penutupan.
Rapat penutupan dipimpin oleh ketua tim audit dan
diselenggarakan untuk mempresentasikan temuan dan
kesimpulan audit sehingga temuan dan kesimpulan tersebut
dimengerti dan disetujui oleh auditi dan bila sesuai untuk
menyepakati jangka waktu yang diberikan kepada auditi
untuk menyampaikan rencana tindakan korektif dan
pencegahan.

e. penyiapan, pengesahan dan penyampaian laporan audit, meliputi:


1) penyiapan laporan audit.
Ketua tim audit bertanggung jawab terhadap penyiapan dan
isi laporan audit Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan atau pengolahan dan/ atau pemurnian, agar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan; dan
2) pengesahan dan penyampaian laporan audit.
Laporan audit diterbitkan dalam periode waktu yang
disepakati, diberi tanggal, ditinjau dan disahkan sesuai
dengan prosedur program audit. Laporan audit yang telah
disahkan disampaikan kepada penerima yang ditetapkan oleh
-411-

klien audit.
f. penyelesaian audit;
Audit dinyatakan selesai bila seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam rencana audit telah dilaksanakan dan laporan audit yang
disahkan telah didistribusikan. Dokumen yang terkait dengan
audit disimpan atau dimusnahkan melalui kesepakatan antara
pihak-pihak yang berpartisipasi dan sesuai dengan prosedur
program audit serta peraturan perundang-undangan.
g. pelaksanaan tindak lanjut audit.
Kesimpulan audit dapat menunjukkan keperluan untuk tindakan
korektif, pencegahan atau peningkatan. Tindakan tersebut
ditetapkan dan dilaksanakan oleh auditi dalam jangka waktu yang
disepakati. Auditi tetap memberikan informasi kepada klien audit
tentang status tindakan tersebut.

7. KategoriTemuan Audit
a. Kategori Kritikal
Temuan hasil audit kategori kritikal adalah temuan yang dapat
mengakibatkan kematian (fatality).
b. Kategori Mayor
Temuan hasil audit kategori mayor adalah temuan yang:
1) pada hasil pemeriksaan elemen ditemukan sub elemen yang
nilainya kurang dari 50% (lima puluh persen) nilai
maksimum sub elemen tersebut;
2) terdapat temuan minor untuk satu sub elemen audit di lebih
dari 30% (tiga puluh persen) lokasi.
c. Kategori Minor
Ketidaksesuaian terhad ap ketentuan peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.

8. Pelaporan Hasil Audit


Hasil pelaksanaan audit internal penerapan SMKPMinerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dilaporkan paling
lambat 30 (tiga puluh hari) setelah triwulan keempat.
Hasil pelaksanaan audit eksternal penerapan SMKP Minerba atau
-412-

SMKP khusus pada Pengolahan darr/ atau Pemurnian dilaporkan


paling lamb at 14 (empat belas) hari kerja setelah audit dilaksanakan.

Penilaian Penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada pengolahan


dan Zatau pemurnian memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kebijakan
a. Penyusunan Kebijakan
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
penyusunan kebijakan.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
tinjauan awal kondisi Keselamatan Pertamban gan, namun
belum memenuhi secara menyeluruh ketiga syarat
penyusunan tinjauan awal dan belum melibatkan seluruh
departemen/bagian dari Pekerja atau serikat Pekerja dalam
penyusunan kebijakan.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah melakukan tinjauan awal kondisi Keselamatan
Pertambangan dan telah memenuhi 3 (tiga) syarat
penyusunan tinjauan awal, namun belum melibatkan
seluruh departemerr/bagian dari Pekerja atau serikat
Pekerja dalam penyusunan kebijakan; atau
b) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah melakukan tinjauan awal kondisi Keselamatan
Pertambangan yang telah melibatkan seluruh
departemenj'bagian dari Pekerja atau serikat Pekerja
dalam penyusunan kebijakan, namun belum memenuhi
3 (tiga) syarat penyusunan tinjauan awal.
-413-

b. Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,


IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
tinjauan awal kondisi Keselamatan Pertambangan dan telah
memenuhi 3 (tiga) syarat penyusunan tinjauan awal, serta
telah melibatkan seluruh departemen/bagian dari Pekerja
atau serikat Pekerja dalam penyusunan kebijakan, namun
belum dilakukan evaluasi terhadap penyusunan kebijakan
tersebut.
c. Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
tinjauan awal kondisi Keselamatan Pertambangan dan telah
memenuhi 3 (tiga) syarat penyusunan tinjauan awal, serta
telah melibatkan seluruh departemen/bagian dari Pekerja
atau serikat Pekerja dalam penyusunan kebijakan, dan telah
dilakukan evaluasi terhadap penyusunan kebijakan tersebut.
b. lsi Kebijakan
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki isi
kebijakan.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki isi
kebijakan, dan belum terdapat visi, misi, dan tujuan, atau
belum terdapat komitmen dalam melaksanakan Keselamatan
Pertambangan.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki isi
kebijakan yang terdapat visi, misi, dan tujuan , serta
komitmen dalam melaksanakan Keselamatan Pertambangan,
namun tidak ada isi kebijakan Keselamatan Pertambangan
-414-

yang telah diturunkan menjadi program kerja Keselamatan


Pertambangan.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki isi
kebijakan yang terdapat visi, misi, dan tujuan, serta
komitmen dalam melaksanakan Keselamatan Pertambangan,
namun belum semua isi kebijakan Keselamatan
Pertambangan telah diturunkan menjadi program kerja
Keselamatan Pertambangan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki isi
kebijakan yang terdapat visi, misi, dan tujuan, serta
komitmen dalam melaksanakan Keselamatan Pertambangan,
dan semua isi kebijakan Keselamatan Pertambangan telah
diturunkan menjadi program kerja Keselamatan Pertambangan.
c. Penetapan Kebijakan
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan kebijakan.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan kebijakan secara tertulis, namun belum disahkan
oleh pimpinan tertinggi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian,
IPR, atau IUJP.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan kebijakan secara tertulis, dan telah disahkan oleh
pimpinan tertinggi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
-415-

Produksi khusus untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian,


lPR, atau lUJP, namun belum bersifat dinamis.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
penetapan kebijakan secara tertulis, telah disahkan oleh
pimpinan tertinggi pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
lPR, atau lUJP, dan bersifat dinamis, yaitu menyesuaikan
perubahan yang ada di pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
lPR, atau lUJP.

d. Komunikasi Kebijakan
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
komunikasi kebijakan.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
komunikasi kebijakan namun belum menggunakan bahasa
yang dapat dipahami oleh Pekerja; dan belum menggunakan
beberapa media seperti papan pengumuman, brosur, verbal
dalam apel (briefing), dan/ atau media lainnya.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
komunikasi kebijakan dengan kondisi:
a) telah menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh
Pekerja; namun belum menggunakan beberapa media
seperti papan pengumuman, brosur, verbal dalam apel
(briefing), dan/ atau media lainnya, atau
b) telah menggunakan beberapa media seperti papan
pengumuman, brosur, verbal dalam apel (briefing),
-416-

darr/ atau media lainnya, namun belum menggunakan


bahasa yang dapat dipahami oleh Pekerja.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
komunikasi kebijakan dan telah menggunakan bahasa yang
dapat dipaharni oleh Pekerja; dan telah menggunakan
beberapa media seperti papan pengumuman, brosur, verbal
dalam apel (briefing), dan/ atau media lainnya, namun belum
melakukan evaluasi ketersampaian informasi kepada seluruh
departemerr/bagian dari Pekerja.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
komunikasi kebijakan dan telah menggunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh Pekerja; dan telah menggunakan
beberapa media seperti papan pengumuman, brosur, verbal
dalam apel (briefing), dan / atau media lainnya, serta telah
melakukan evaluasi ketersampaian informasi kepada seluruh
departemeri/bagian dari Pekerja.

e. Tinjauan Kebijakan
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
tinjauan kebijakan oleh manajemen secara berkala.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
tinjauan kebijakan secara berkala dengan menyesuaikan
kondisi perubahan yang terjadi di dalam pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, lPR, atau lUJP (internal), namun belum
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di luar
pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
-417-

Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP (eksternal)


seperti ketentuan peraturan perundang-undangan dan
standar.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
tinjauan kebijakan secara berkala dengan menyesuaikan
kondisi perubahan yang terjadi di dalam pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemu rni an , IPR, atau IUJP (internal), dan telah
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di luar
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP (eksternal)
seperti ketentuan peraturan perundang- undangan dan
standar.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
tinjauan kebijakan secara berkala dengan menyesuaikan
kondisi perubahan yang terjadi di dalam pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP (internal) dan di luar
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP (eksternal)
seperti ketentuan peraturan perundang-undangan dan
standar, serta sebagian hasil tinjauan kebijakan
ditindaklanjuti sebagai masukan dalam penyusunan
kebijakan baru.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
tinjauan kebijakan secara berkala dengan menyesuaikan
kondisi perubahan yang terjadi di dalam pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
-418-

dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP (internal) dan di luar


Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP (eksternal)
seperti ketentuan peraturan perundang-undangan dan
standar, serta seluruh hasil tinjauan kebijakan
ditindaklanjuti sebagai masukan dalam penyusunan
kebijakan baru.

2. Perencanaan
a. Hasil Proses Penelaahan Awal
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penelaahan awal dalam perencanaan.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penelaahan awal dalam perencanaan, namun belum
menentukan tingkat pencapaian kinerja Keselamatan
Pertambangan.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penelaahan awal dalam perencanaan, dan telah menentukan
tingkat pencapaian kinerja Keselamatan Pertambangan,
namun tidak sesuai dengan kondisi.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penelaahan awal dalam perencanaan, menentukan tingkat
pencapaian kinerja Keselamatan Pertambangan yang telah
sesuai dengan kondisi, namun belum sinkron dengan
program Keselamatan Pertambangan yang ditetapkan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
-419-

danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan


penelaahan awal dalam perencanaan, menentukan tingkat
pencapaian kinerja Keselamatan Pertambangan yang telah
sesuai dengan kondisi, dan telah sinkron dengan program
Keselamatan Pertambangan yang ditetapkan.

b. Manajemen Risiko
1) Komunikasi dan Konsultasi Risiko
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danjatau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan komunikasi dan konsultasi risiko.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan komunikasi dan konsultasi risiko, namun
baru dengan sebagian pemangku kepentingan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan komunikasi dan konsultasi risiko dengan
seluruh pemangku kepentingan, namun hasil dari
komunikasi dan konsultasi risiko tidak menjadi bahan
pertimbangan dalam Manajemen Risiko.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan komunikasi dan konsultasi risiko dengan
seluruh pemangku kepentingan, namun baru sebagian
dari hasil dari komunikasi dan konsultasi risiko menjadi
bahan pertimbangan dalam Manajemen Risiko.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan komunikasi dan konsultasi risiko dengan
-420-

seluruh pemangku kepentingan, serta seluruh hasil dari


komunikasi dan konsultasi risiko menjadi bahan
pertimbangan dalam Manajemen Risiko.

2) Penetapan Konteks Risiko


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penetapan konteks risiko.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penetapan konteks risiko, namun baru
mencakup faktor internal atau faktor eksternal.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penetapan konteks risiko yang telah
mencakup sebagian faktor internal dan sebagian faktor
eksternal (belum seluruhnya).
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penetapan konteks risiko yang telah
mencakup seluruh faktor internal dan faktor eksternal.

3) Identifikasi Bahaya
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan identifikasi bahaya.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan identifikasi bahaya, namun belum seluruh
-421-

bahaya diidentifikasi.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan identifikasi bahaya, dan telah seluruh
bahaya diidentifikasi.
4) Penilaian dan Pengendalian Risiko
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penilaian dan pengendalian risiko.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penilaian risiko atau pengendalian risiko,
namun belum seluruh bahaya yang teridentifikasi telah
dinilai atau belum dikendalikan sesuai dengan hirarki
pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penilaian dan pengendalian risiko yang
sesuai dengan hirarki pengendalian, namun
implementasi pengendaliannya belum memadai.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengendalian risiko yang sesuai dengan
hirarki pengendalian, dan implementasi
pengendaliannya telah memadai.

5) Pemantauan dan Peninjauan


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
-422-

melakukan pemantauan dan peninjauan risiko.


b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pemantauan dan peninjauan risiko, namun
belum secara periodik atau apabila terjadi kecelakaan
atau kejadian berbahaya, Penyakit Akibat Kerja,
perubahan dalam perala tan, instalasi, dan/ atau proses
serta kegiatan pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, atau lUJP, dan ada proses serta
kegiatan baru dalam pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, atau lUJP belum dilakukan
pemantauan dan peninjauan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pemantauan dan peninjauan risiko secara
periodik atau apabila terjadi kecelakaan atau kejadian
berbahaya, Penyakit Akibat Kerja, perubahan dalam
peralatan, instalasi, dan/ atau proses serta kegiatan
pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP,
dan ada proses serta kegiatan baru dalam pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP sudah
dilakukan pemantauan dan peninjauan, namun hasilnya
belum memadai.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pemantauan dan peninjauan risiko secara
periodik atau apabila terjadi kecelakaan atau kejadian
-423-

berbahaya, Penyakit Akibat Kerja, perubahan dalam


peralatan, instalasi, dan/ atau proses serta kegiatan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP,
dan ada proses serta kegiatan baru dalam pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP sudah
dilakukan pemantauan dan peninjauan, serta hasilnya
telah memadai.

c. ldentifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan


perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
identifikasi dan kepatuhan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
identifikasi dan pemantauan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya, namun belum
melakukan evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan perizinan.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
identifikasi dan pemantauan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya, namun
berdasarkan hasil evaluasi masih terdapat beberapa
peraturan perundang-undangan dan Zatau persyaratan
perizinan dipatuhi.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
-424-

identifikasi dan pemantauan terhadap ketentuan peraturan


perundang-undangan dan persyaratan lainnya, dan
berdasarkan evaluasi telah mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan perizinan.

J. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan Program


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan tujuan, sasaran, dan program.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan tujuan, sasaran, dan program, namun belum
selaras dengan kebijakan, belum terukur, dan belum
disahkan oleh Komite Keselamatan Pertambangan.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan tujuan, sasaran, dan program dengan kondisi:
a) telah disahkan oleh Komite Keselamatan Pertambangan;
b) sebagian besar tujuan, sasaran, program, yang
ditetapkan belum selaras dengan kebijakan dan belum
terukur; dan
c) penyusunan program belum mempertimbangkan
seluruh ketentuan penyusunan.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan tujuan, sasaran, dan program dengan kondisi:
a) telah disahkan oleh Komite Keselamatan Pertambangan;
b) seluruh besar tujuan, sasaran, program, yang
ditetapkan telah selaras dengan kebijakan dan telah
terukur; dan
c) penyusunan program belum seluruhnya
-425-

mempertimbangkan seluruh ketentuan penyusunan.


5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
penetapan tujuan, sasaran, dan program dengan kondisi:
a) telah disahkan oleh Komite Keselamatan Pertambangan;
b) seluruh besar tujuan, sasaran, program, yang
ditetapkan telah selaras dengan kebijakan dan telah
terukur; dan
c) penyusunan program telah seluruhnya mempertimbangkan
seluruh ketentuan penyusunan.

k. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya


Untuk pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR:
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj'atau Pemurnian, IPR telah melakukan penetapan
rencana kerja anggaran dan biaya aspek Keselamatan
Pertambangan yang mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai
kewenangannya.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR telah melakukan penetapan
rencana kerja anggaran dan biaya aspek Keselamatan
Pertambangan, namun penyusunannya belum
mempertimbangkan skala prioritas sasaran dan program
Keselamatan Pertambangan dan kebutuhan untuk perbaikan
dan peningkatan Keselamatan Pertamban gan yang
berkelanjutan, dan pemenuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait
dan belum mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas
nama Menteri atau Gubernur sesuai kewenangannya.
-426-

3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,


IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ntau Pemurnian, IPR telah melakukan penetapan
rencana kerja anggaran dan biaya aspek Keselamatan
Pertambangan yang penyusunannya telah
mempertimbangkan skala prioritas sasaran dan program
Keselamatan Pertambangan dan kebutuhan untuk perbaikan
dan peningkatan Keselamatan Pertamban gan yang
berkelanjutan, dan pemenuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
namun belum mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
atas nama Menteri atau Gubernur sesuai kewenangannya.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR telah melakukan penetapan
rencana kerja anggaran dan biaya aspek Keselamatan
Pertambangan yang mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai
kewenangannya.

Untuk pemegang IUJP:


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUJP
telah memiliki rencana kerja anggaran dan biaya aspek
Keselamatan Pertambangan yang sesuai dengan persetujuan
dari pemegang IUP, IUPK,atau IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUJP
telah memiliki rencana kerja dan anggaran biaya
Keselamatan Pertambangan, namun penyusunannya belum
mempertimbangkan skala prioritas sasaran dan program
Keselamatan Pertambangan dan kebutuhan untuk perbaikan
dan peningkatan Keselamatan Pertamban gan yang
berkelanjutan, dan pemenuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait
dan belum sesuai dengan persetujuan dari pemegang IUP,
-427-

lUPK, atau lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan


danj atau Pemurnian.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUJP
telah memiliki reneana kerja dan anggaran biaya
Keselamatan Pertambangan yang penyusunannya telah
mempertimbangkan skala prioritas sasaran dan program
Keselamatan Pertambangan dan kebutuhan untuk perbaikan
dan peningkatan Keselamatan Pertamban gan yang
berkelanjutan, dan pemenuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
namun belum sesuai dengan persetujuan dari pemegang lUP,
lUPK, atau lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUJP
telah memiliki reneana kerja anggaran dan biaya aspek
Keselamatan Pertambangan yang sesuai dengan persetujuan
dari pemegang lUP, lUPK, atau lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danjatau Pemurnian.

3. Organisasi dan Personel

a. Penyusunan dan Penetapan Struktur Organisasi


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah memiliki struktur
organisasi yang menggambarkan posisi KTT atau PTL, PJO,
Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan Pengelola
Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang Bawah
Tanah dalam hal kegiatan penambangan menggunakan
metode tambang bawah tanah, danj atau Kepala Kapal Keruk
dalam hal kegiatan penambangan mengoperasikan Kapal
Keruk, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
-428-

2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,


IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki struktur
organisasi yang menggambarkan posisi KIT atau PTL, PJO,
Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan Pengelola
Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang Bawah
Tanah dalam hal kegiatan penambangan menggunakan
metode tambang bawah tanah, dan/ atau Kepala Kapal Keruk
dalam hal kegiatan penambangan mengoperasikan Kapal
Keruk, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, namun belum terintegrasi dalam struktur
organisasi Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP,
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki struktur
organisasi yang menggambarkan posisi KIT atau PTL, PJO,
Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan Pengelola
Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang Bawah
Tanah dalam hal kegiatan penambangan menggunakan
metode tambang bawah tanah, dan/ atau Kepala Kapal Keruk
dalam hal kegiatan penambangan mengoperasikan Kapal
Keruk, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang terintegrasi dalam struktur organisasi
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP, namun
penyusunan struktur organisasi pengelolaan Keselamatan
Pertamban gan belum memenuhi ketentuan yang
dipersyaratkan, dan belum dikomunikasikan kepada Pekerja
dan pihak-pihak terkait.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki struktur
-429-

organisasi yang menggambarkan posisi KIT atau PTL, PJO,


Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan Pengelola
Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang Bawah
Tanah dalam hal kegiatan penambangan menggunakan
metode tambang bawah tanah, dan/ atau Kepala Kapal Keruk
dalam hal kegiatan penambangan mengoperasikan Kapal
Keruk, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang terintegrasi dalam struktur organisasi
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pernurnian, IPR, dan IUJP, dengan
kondisi:
a) penyusunan struktur organisasi pengelolaan
Keselamatan Pertambangan telah memenuhi ketentuan
yang dipersyaratkan namun belum dikomunikasikan
kepada seluruh Pekerja dan pihak-pihak terkait; atau
b) telah dikomunikasikan kepada seluruh Pekerja dan
pihak-pihak terkait namun penyusunan struktur
organisasi belum memenuhi ketentuan yang
dipersyaratkan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah memiliki struktur
organisasi yang menggambarkan posisi KIT atau PTL, PJO,
Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan Pengelola
Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang Bawah
Tanah dalam hal kegiatan penambangan menggunakan
metode tambang bawah tanah, dan/ atau Kepala Kapal Keruk
dalam hal kegiatan penambangan mengoperasikan Kapal
Keruk, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang terintegrasi dalam struktur organisasi
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, dan IUJP, dan
penyusunan struktur organisasi pengelolaan Keselamatan
Pertambangan telah memenuhi ketentuan yang
-430-

dipersyaratkan dan telah dikomunikasikan kepada Pekerja


dan pihak-pihak terkait.

b. Penunjukan KIT atau PTL, Kepala Tambang Bawah Tanah,


danjatau Kepala Kapal KerukjIsap

1) Penunjukan KTTatau PTL


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan telah
terdapat KIT atau PTL yang mendapatkan pengesahan
dari KaITatau Kepala Dinas ESDMatas nama KaIT.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan telah
terdapat KIT atau PTL yang mendapatkan pengesahan
dari KaIT atau Kepala Dinas ESDM atas nama KaIT,
namun sertifikat KTT atau PTL tersebut belum sesuai
dengan sertifikat kompetensi yang ditentukan dalam
keten tuan peraturan perundang -undangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan telah
terdapat KIT atau PTL yang mendapatkan pengesahan
dari KaITatau KepaIa Dinas ESDMatas nama KaIT, dan
sertifikat KIT atau PTL tersebut telah sesuai dengan
kompetensi yang ditentukan dalam ketentuan peraturan
perundang- undangan.

2) Penunjukan Kepala Tambang Bawah Tanah


(a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan telah
terdapat Kepala Tambang Bawah Tanah dalam hal
kegiatan penambangan dilakukan dengan menggunakan
sistem dan metode tambang bawah tanah yang
mendapatkan pengesahan dari KaIT atau Kepala Dinas
ESDMatas nama KaIT.
(b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan telah terdapat
Kepala Tambang Bawah Tanah yang mendapatkan
pengesahan dari KaIT atau Kepala Dinas ESDM atas
nama KaIT, namun sertifikat Kepala Tambang Bawah
Tanah tersebut belum sesuai kompetensi yang
menunjukkan kemampuan teknis, kualifikasi, serta
-431-

pengalaman .
(e) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan telah terdapat
Kepala Tambang Bawah Tanah yang mendapatkan
pengesahan dari KalT atau Kepala Dinas ESDM atas
nama KalT, dan sertifikat Kepala Tambang Bawah Tanah
tersebut telah sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan terbaru.
(d) Nj A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
kondisi pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, atau
lPR

3) Penunjukan Kepala Kapal Kerukjlsap


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan telah
terdapat Kepala Kapal Kerukjlsap dalam hal terdapat
pengoperasian kapal kerukj isap.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan telah terdapat
Kepala Kapal Kerukjlsap yang mendapatkan surat
penunjukan dari KTT,dengan kondisi:
(1) belurn seluruh kapal kerukj isap memiliki Kepala
Kapal Kerukjlsap yang mendapatkan surat
penunjukan dari KTT,dengan sertifikat kompetensi
yang menunjukkan kemampuan teknis, kualifikasi,
serta pengalaman; atau
(2) masih terdapat kapal kerukjisap lsap yang belum
memiliki Kepala Kapal Kerukjlsap.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa
seluruh Kepala Kapal KerukjIsap yang mendapatkan
surat penunjukan dari KTT, dan memiliki sertifikat
kompetensi yang menunjukkan kemampuan teknis,
kualifikasi, serta pengalaman.
d) Nj A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
kondisi pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danj atau Pemumian, atau IPR
-432-

c. Penunjukan PJO untuk Pemegang IUJP


Untuk perusahaan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danl atau Pemurnian:
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan telah terdapat
PJO yang mendapat pengesahan dari KTTatau PTL.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan telah terdapat PJO
yang mendapatkan pengesahan dari KTT atau PTL, dengan
kondisi:
a) belum seluruh perusahaan jasa Pertambangan yang
dipersyaratkan telah memiliki PJO yang mendapatkan
pengesahan dari KTT atau PTL, dengan kualifikasi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
kriteria peraturan perundang-undangan; atau
b) masih terdapat perusahaan jasa Pertambangan yang
dipersyaratkan yang belum memiliki PJO.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan seluruh
perusahaan jasa Pertambangan yang dipersyaratkan telah
memiliki PJO yang mendapatkan pengesahan dari KTTatau
PTL, dan seluruh PJO tersebut memenuhi kualifikasi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
kriteria peraturan perundang-undangan.
4) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan kondisi
pemegang IUP, IUPK, atau IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian.

Untuk perusahaan pemegang IUJP:


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUJP
telah memiliki PJO yang mendapat pengesahan dari KTTatau
PTL.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUJP
telah memiliki PJO, namun belum mendapatkan pengesahan
dari KTT atau PTL, atau belum memenuhi kualifikasi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
kriteria peraturan perundang- undangan
-433-

3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUJP


telah memiliki PJO yang mendapatkan pengesahan dari KIT
atau PTL, dan PJO tersebut telah memenuhi kualifikasi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
kriteria peraturan perundang-undangan.

d. Pembentukan dan Penetapan Bagian Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Pertambangan, Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, Bagian Keselamatan Operasi
Pertambangan, dan/ atau Bagian Keselamatan Operasi Pengolahan
dan/ atau Pemurnian
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan KIT atau PTL
telah membentuk dan menetapkan Bagian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertamban gan, Bagian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pengolahan dan/ atau Pemurnian, Bagian
Keselamatan Operasi Pertamb an gan, dan/ atau Bagian
Keselamatan Operasi Pengolahan dan/ atau Pemurnian.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan KIT atau PTL
telah membentuk Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan, Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangan, dan/ atau Bagian Keselamatan
Operasi Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dengan kondisi:
a) belum dibentuk berdasarkan pertimbangan jumlah
Pekerja serta sifat atau luasnya pekerjaan;
b) belum berada langsung di bawah KIT atau PTL dalam
struktur organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR atau berada langsung di bawah PJO
dalam struktur organisasi pemegang IUJP; atau
c) tugas dan tanggung jawab belum mencakup seluruh
ruang lingkup pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan dan Keselamatan Operasi
Pertambangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
-434-

3) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan KIT atau PTL


telah rnernbentuk Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertarnban gan, Bagian Keselarnatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, Bagian Keselarnatan
Operasi Pertambangan, dan/ atau Bagian Keselarnatan
Operasi Pengolahan dan/ atau Pernurnian, dengan kondisi:
a) telah dibentuk berdasarkan pertirnbangan jurnlah
Pekerja serta sifat atau luasnya pekerjaan dan berada
langsung di bawah KIT atau PTL dalam struktur
organisasi pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR,
atau berada langsung di bawah PJO dalam struktur
organisasi pernegang IUJP;
b) tugas dan tanggung jawab belurn rnencakup seluruh
ruang lingkup pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan dan Keselarnatan Operasi
Pertarnbangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;dan/atau
c) tugas dan tanggung jawab Bagian Keselarnatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Keselamatan
Operasi Pertambangan belurn sepenuhnya dijalankan.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan KIT atau PTL
telah rnernbentuk Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertarnbangan, Bagian Keselarnatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, Bagian Keselarnatan
Operasi Pertambangan, dan/ atau Bagian Keselarnatan
Operasi Pengolahan dan/ atau Pernurnian, dengan kondisi:
a) telah dibentuk berdasarkan pertirnbangan jurnlah
Pekerja serta sifat atau luasnya pekerjaan, berada
langsung di bawah KIT atau PTL dalam struktur
organisasi pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR,
atau berada langsung di bawah PJO dalam struktur
organisasi pernegang IUJP, serta tugas dan tanggung
-435-

jawab telah rnencakup seluruh ruang lingkup


pengelolaan Keselarnatan dan Kesehatan Kerja
Pertarnbangan dan Keselarnatan Operasi Pertambangan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b) tugas dan tanggung jawab Bagian Keselarnatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Keselamatan
Operasi Pertambangan belurn sepenuhnya dijalankan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang rnenunjukkan KIT atau PTL
telah rnernbentuk Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertarnbangan, Bagian Keselarnatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan darr/ atau Pernurnian, Bagian Keselarnatan
Operasi Pertambangan, dan Zatau Bagian Keselarnatan
Operasi Pengolahan dan / atau Pernurnian berdasarkan
pertirnbangan jurnlah Pekerja serta sifat atau luasnya
pekerjaan, berada lang sung di bawah KIT atau PTL dalam
struktur organisasi pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danj atau Pernurnian,
IPR, atau berada langsung di bawah PJO dalarn struktur
organisasi pernegang IUJP, tugas dan tanggung jawab telah
rnencakup seluruh ruang lingkup pengelolaan Keselarnatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Keselamatan Operasi
Pertarnbangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, serta tugas dan tanggung jawab
Bagian Keselarnatan dan Kesehatan Kerja Pertarnbangan dan
Keselamatan Operasi Pertambangan telah dijalankan
sepenuhnya.

e. Penunjukan Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan KIT atau PTL
telah rnengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis
dengan Surat Penunjukan Pengawas Operasional atau Surat
Pengesahan Pengawas Teknis.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
a) KIT atau PTL telah rnengangkat sebagian pengawas
operasional di lapangan dengan Surat Penunjukan
-436-

Pengawas Operasional; atau


b) KIT atau PTL telah rnengangkat sebagian pengawas
teknis di lapangan dengan Surat Pengesahan Pengawas
Teknis.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
a) KIT atau PTL telah rnengangkat seluruh pengawas
operasional di lapangan dengan Surat Penunjukan
Pengawas Operasional, narnun rnasih terdapat sebagian
pengawas operasional yang belurn rnerniliki Kartu
Pengawas Operasional yang disahkan oleh KaIT atau
Kadis atas nama KaIT;dan
b) KIT atau PTL telah rnengangkat seluruh pengawas
teknis di lapangan dengan Surat Pengesahan Pengawas
Teknis.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
a) KIT atau PTL telah rnengangkat seluruh pengawas
operasional dan pengawas teknis di lapangan dengan
Surat Penunjukan Pengawas Operasional atau Surat
Pengesahan Pengawas Teknis dan seluruh pengawas
operasional telah rnerniliki Kartu Pengawas Operasional
yang disahkan oleh KaIT;dan
b) pengawas operasional dan pengawas teknis sebagairnana
dirnaksud huruf a) belurn rnenjalankan seluruh tugas
dan tanggung jawab sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
a) KIT atau PTL telah rnengangkat seluruh pengawas
operasional dan pengawas teknis di lapangan dengan
Surat Penunjukan Pengawas Operasional atau Surat
Pengesahan Pengawas Teknis dan seluruh pengawas
operasional telah rnerniliki Kartu Pengawas Operasional
yang disahkan oleh KaIT;dan
b) pengawas operasional dan pengawas teknis sebagairnana
dimaksud huruf a) sudah rnenjalankan seluruh tugas
-437-

dan tanggung jawab sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.

f. Penunjukan Tenaga Teknis Pertarnbangan yang Berkompeten


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten, yang telah memiliki sertifikasi sesuai standar
kompetensi kerja yang berlaku yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dengan kondisi:
a) KTT atau Pl'L belum membuat Daftar Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten;
b) sebagian Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten belum memiliki Surat Penunjukan dari
KTTatau Pl'L; atau
c) sebagian Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten tersebut belum memiliki sertifikasi sesuai
standar kompetensi kerja yang berlaku yang ditetapkan
oleh pemerintah atau oleh KTT atau PI'L bagi yang
standar kompetensi kerjanya belum ditetapkan oleh
Pemerintah.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dengan kondisi:
a) KTT atau Pl'L sudah membuat Daftar Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten dan seluruh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten telah memiliki
Surat Penunjukan dari KTTatau PTL;dan
b) sebagian Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten tersebut belum memiliki sertifikasi sesuai
standar kompetensi kerja yang berlaku yang ditetapkan
oleh pemerintah atau oleh KTT atau PTL bagi yang
standar kompetensi kerjanya belum ditetapkan oleh
-438-

Pemerintah.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dengan kondisi:
a) KTT atau PTL sudah membuat Daftar Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten dan seluruh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten telah memiliki
Surat Penunjukan dari KIT atau PTL, serta memiliki
sertifikasi sesuai standar kompetensi kerja yang berlaku
yang ditetapkan oleh pemerintah atau oleh KIT atau PTL
bagi yang standar kompetensi kerjanya belum
ditetapkan oleh Pemerintah; dan
b) belum seluruh Tenaga Teknis Pertamban gan
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dengan kondisi KIT atau PTL sudah membuat
Daftar Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten dan
seluruh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
telah memiliki Surat Penunjukan dari KIT atau PTL,memiliki
sertifikasi sesuai standar kompetensi kerja yang berlaku yang
ditetapkan oleh pemerintah atau oleh KTTatau PTLbagi yang
standar kompetensi kerjanya belum ditetapkan oleh
Pemerintah, dan seluruh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten sudah menjalankan tugas dan tanggung jawab
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Pembentukan dan Penetapan Komite Keselamatan Pertambangan


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah membentuk dan
menetapkan Komite Keselamatan Pertambangan yang
disahkan oleh KIT, PTL,atau PJO sesuai kewenangannya.
-439-

2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan KIT, PTL, atau


PJO telah membentuk dan menetapkan Komite Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
a) belum disahkan oleh KIT, PTL, atau PJO sesuai
kewenangannya;
b) keanggotaannya belum terdapat seluruhnya perwakilan
dari Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan/Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangarr/ Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, bagian operasional Pertambangan, dan juga
wakil dari Pekerja; dan
c) belum seluruh anggota mendapatkan pendidikan dan
pelatihan yang disyaratkan sesuai dengan kebutuhan.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan KIT, PTL, atau
PJO telah membentuk dan menetapkan Komite Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
a) telah disahkan oleh KIT, PTL, atau PJO sesuai
kewenangannya;
b) keanggotaannya belum terdapat seluruhnya perwakilan
dari Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan I Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangan I Pengolahan dari/ atau
Pemurnian, bagian operasional Pertambangan, dan juga
wakil dari Pekerja; dan
c) belum seluruh anggota mendapatkan pendidikan dan
pelatihan yang disyaratkan sesuai dengan kebutuhan.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan KIT atau PTL
telah membentuk dan menetapkan Komite Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
a) telah disahkan oleh KIT, PTL, atau PJO sesuai
kewenangannya;
-440-

b) keanggotaannya telah terdapat seluruhnya perwakilan


dari Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan/Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangan ZPengolahan dan/ atau
Pemurnian, bagian operasional Pertambangan, dan juga
wakil dari Pekerja;
c) belum seluruh anggota mendapatkan pendidikan dan
pelatihan yang disyaratkan sesuai dengan kebutuhan;
dan
d) belum sepenuhnya menjalankan tugas dan tanggung
jawab sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT, PTL, atau
PJO telah membentuk dan menetapkan Komite Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
a) telah disahkan oleh KTT, PTL, atau PJO sesuai
kewenangannya;
b) keanggotaannya telah terdapat seluruhnya perwakilan
dari Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangari/Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, Bagian Keselamatan
Operasi Pertambangan ZPengolahan dan/ atau
Pemurnian, bagian operasional Pertambangan, dan juga
wakil dari Pekerja;
c) seluruh anggota mendapatkan pendidikan dan pelatihan
yang disyaratkan sesuai dengan kebutuhan; dan
d) telah sepenuhnya menjalankan tugas dan tanggung
jawab sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Penunjukan Tim Tanggap Darurat


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk tim tanggap darurat yang dilaporkan kepada
KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk tim tanggap darurat, dengan kondisi:
-441-

a) belum dilaporkan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas


nama KaIT;
b) belum memadai, belum mencakup seluruh area kerja,
darr/ atau belum selalu siaga setiap saat;
c) belum memiliki keterampilan dan kompetensi yang
diperlukan untuk memberikan layanan terhadap
keadaan darurat; dan
d) belum mendapat pendidikan dan pelatihan untuk
menjaga dan meningkatkan keterampilan yang
diperlukan .
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk tim tanggap darurat, dengan kondisi:
a) telah dilaporkan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT;
b) belum memadai, belum mencakup seluruh area kerja,
dan / atau belum selalu siaga setiap saat;
c) belum memiliki keterampilan dan kompetensi yang
diperlukan untuk memberikan layanan terhadap
keadaan darurat; dan
d) belum mendapat pendidikan dan pelatihan untuk
menjaga dan meningkatkan keterampilan yang
diperlukan.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan KTT atau PTL
telah menunjuk tim tanggap darurat, dengan kondisi:
a) telah dilaporkan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT;
b) telah memadai, mencakup seluruh area kerja, dan selalu
siaga setiap saat;
c) telah memiliki keterampilan dan kompetensi yang
diperlukan untuk memberikan layanan terhadap
keadaan darurat; dan
d) belum mendapat pendidikan dan pelatihan untuk
menjaga dan meningkatkan keterampilan yang
diperlukan.
-442-

5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan KIT atau PTL


telah menunjuk tim tanggap darurat, dengan kondisi:
a) telah dilaporkan kepada KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT;
b) telah memadai, mencakup seluruh area kerja, dan selalu
siaga setiap saat;
c) telah memiliki keterampilan dan kompetensi yang
diperlukan untuk memberikan layanan terhadap
keadaan darurat; dan
d) telah mendapat pendidikan dan pelatihan untuk
menjaga dan meningkatkan keterampilan yang
diperlukan.
1. Seleksi dan Penempatan Personel
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah mengatur sistem
seleksi dan penempatan personel dalam aturan tertulis,
memasukan persyaratan aspek Keselamatan Pertambangan
di dalamnya, dan setiap personel memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas dan di dalamnya mencakup aspek
Keselamatan Pertambangan.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah mengatur sistem
seleksi dan penempatan personel dalam aturan tertulis,
dengan kondisi:
a) belum mempertimbangkan hasil identifikasi kompetensi
kerja;
b) belum memasukan persyaratan aspek Keselamatan
Pertambangan di dalamnya; dan
c) setiap personel belum memiliki tugas dan tanggung
jawab yang jelas dan di dalamnya mencakup aspek
Keselamatan Pertambangan.
-443-

3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,


IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah mengatur sistem
seleksi dan penempatan personel dalam aturan tertulis,
dengan kondisi:
a) belum mempertimbangkan hasil identifikasi kompetensi
kerja;
b) belum memasukan persyaratan aspek Keselamatan
Pertambangan di dalamnya; dan
c) setiap personel telah memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas dan di dalamnya mencakup aspek
Keselamatan Pertambangan.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah mengatur sistem
seleksi dan penempatan personel dalam aturan tertulis,
dengan kondisi:
a) mempertimbangkan hasil identifikasi kompetensi kerja;
b) memasukan persyaratan aspek Keselamatan
Pertambangan di dalamnya;
c) setiap personel telah memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas dan di dalamnya mencakup aspek
Keselamatan Pertambangan; dan
d) belum setiap personel memahami dan menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya yang mencakup aspek
Keselamatan Pertambangan.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah mengatur sistem
seleksi dan penempatan personel secara tertulis, dengan
kondisi:
a) mempertimbangkan hasil identifikasi kompetensi kerja;
b) memasukan persyaratan aspek Keselamatan
Pertambangan di dalamnya;
-444-

c) setiap personel telah memiliki tugas dan tanggung jawab


yang jelas dan di dalamnya mencakup aspek
Keselamatan Pertambangan; dan
d) setiap personel memahami dan menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya yang mencakup aspek Keselamatan
Pertamban gan.

J. Pendidikan dan Pelatihan serta Kompetensi Kerja


1) Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kepada setiap Pekerja, pengawas operasional,
dan pengawas teknik.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kepada setiap Pekerja, pengawas operasional,
dan pengawas teknik, dengan kondisi:
(1) pengumpulan data dan informasi yang mencakup
identifikasi pekerjaan dan identifikasi Pekerja belum
dilakukan atau belum dilakukan secara memadai;
(2) penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan
pelatihan (training need analysis) belum dilakukan
atau belum dilakukan secara memadai;
(3) program pendidikan dan pelatihan belum
direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan
pendidikan dan pelatihan (training need analysis);
(4) pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
pendidikan dan pelatihan belum dilakukan atau
belum dilakukan secara memadai; dan
(5) hasil monitoring dan evaluasi program pendidikan
dan pelatihan belum ditindaklanjuti untuk
-445-

menjamin perbaikan berkelanjutan.


c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kepada setiap Pekerja, pengawas operasional,
dan pengawas teknik, dengan kondisi:
(1) pengumpulan data dan informasi yang mencakup
identifikasi pekerjaan dan identifikasi Pekerja telah
dilakukan secara memadai;
(2) penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan
pelatihan (training need analysis) telah dilakukan
secara memadai;
(3) program pendidikan dan pelatihan telah
direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan
pendidikan dan pelatihan (training need analysis);
(4) pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
pendidikan dan pelatihan telah dilakukan secara
memadai; dan
(5) hasil monitoring dan evaluasi program pendidikan
dan pelatihan belum ditindaklanjuti untuk
menjamin perbaikan berkelanjutan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kepada setiap Pekerja, pengawas operasional,
dan pengawas teknik, dengan kondisi:
(1) pengumpulan data dan informasi yang mencakup
identifikasi pekerjaan dan identifikasi Pekerja telah
dilakukan secara memadai;
(2) penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan
pelatihan (training need analysis) telah dilakukan
secara memadai;
-446-

(3) program pendidikan dan pelatihan telah


direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan
pendidikan dan pelatihan (training need analysis);
(4) pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
pendidikan dan pelatihan telah dilakukan secara
memadai;
(5) hasil monitoring dan evaluasi program pendidikan
dan pelatihan telah ditindaklanjuti untuk menjamin
perbaikan berkelanjutan; dan
(6) program pendidikan dan pelatihan belum mencapai
tingkat ketercapaian target, dan sasaran yang
diharapkan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kepada setiap Pekerja, pengawas operasional,
dan pengawas teknik, dengan kondisi:
(1) pengumpulan data dan informasi yang mencakup
identifikasi pekerjaan dan identifikasi Pekerja telah
dilakukan secara memadai;
(2) penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan
pelatihan (training need analysis) telah dilakukan
secara memadai;
(3) program pendidikan dan pelatihan telah
direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan
pendidikan dan pelatihan (training need analysis);
(4) pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
pendidikan dan pelatihan telah dilakukan secara
memadai;
(5) hasil monitoring dan evaluasi program pendidikan
dan pelatihan telah ditindaklanjuti untuk menjamin
perbaikan berkelanjutan.; dan
-447-

(6) program pendidikan dan pelatihan telah mencapai


tingkat ketercapaian target, dan sasaran yang
diharapkan.
2) Kompetensi Kerja
(a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengidentifikasi dan mengembangkan standar
kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan sesuai
kebutuhan, menggunakan hasil identifikasi kompetensi
kerja digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
penerimaan, seleksi, promosi, dan penilaian kinerja, dan
memastikan pengawas operasional memiliki kompetensi.
(b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengidentifikasi standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) belum seluruh Pekerja, pengawas operasional, dan
pengawas teknik memiliki kompetensi yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan, standar
nasional, standar internasional, dan I atau standar
kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan yang
dikembangkan oleh Pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP;
(2) hasil identifikasi kompetensi kerja belum digunakan
sebagai dasar penentuan program pendidikan dan
pelatihan, dan pertimbangan dalam penerimaan,
seleksi, promosi, dan penilaian kinerja;
(3) hasil identifikasi kompetensi kerja belum digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penerimaan,
seleksi, promosi, dan penilaian kinerja; dan
(4) standar kompetensi kerja Keselamatan
-448-

Pertambangan belum dikembangkan sesuai


kebutuhan.
(e) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
mengidentifikasi standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) sebagian Pekerja, pengawas operasional, dan
pengawas teknik memiliki kompetensi yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan, standar
nasional, standar internasional, dan I atau standar
kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan yang
dikembangkan oleh Pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, lPR, atau lUJP;
(2) hasil identifikasi kompetensi kerja telah digunakan
sebagai dasar penentuan program pendidikan dan
pelatihan;
(3) hasil identifikasi kompetensi kerja belum digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penerimaan,
seleksi, promosi, dan penilaian kinerja; dan
(4) standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan belum dikembangkan sesuai
kebutuhan.
(d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengidentifikasi standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) seluruh Pekerja, pengawas operasional, dan
pengawas teknik memiliki kompetensi yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan, standar
nasional, standar internasional, dan I atau standar
kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan yang
-449-

dikembangkan oleh Pemegang IUP, IUPK, IUP


Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP;
(2) hasil identifikasi kompetensi kerja telah digunakan
sebagai dasar penentuan program pendidikan dan
pelatihan;
(3) hasil identifikasi kompetensi kerja telah digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penerimaan,
seleksi, promosi, dan penilaian kinerja; dan
(4) standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan belum dikembangkan sesuai
kebutuhan.
(e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
mengidentifikasi standar kompetensi kerja Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) seluruh Pekerja, pengawas operasional, dan
pengawas teknik memiliki kompetensi yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan, standar
nasional, standar internasional, dan Zatau standar
kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan yang
dikembangkan oleh Pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan;
(2) hasil identifikasi kompetensi kerja telah digunakan
sebagai dasar penentuan program pendidikan dan
pelatihan;
(3) hasil identifikasi kompetensi kerja telah digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penerimaan,
seleksi, prornosi, dan penilaian kinerja; dan
(4) standar kompetensi kerja Keselamatan Pertambangan
telah dikembangkan sesuai kebutuhan.
-450-

k. Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Komunikasi Keselamatan


Pertambangan
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah menyusun,
menetapkan, dan menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak terhadap
Keselamatan Pertambangan kepada pihak-pihak terkait.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah menyusun, dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
b) pemegang lUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
belum menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
c) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
belum melakukan evaluasi penyampaian informasi
kepada pihak-pihak terkait tersebut;
d) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah menyusun dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan apabila ada informasi kecelakaan
tambang, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat
lainnya yang terjadi, dan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap keselamatan Pertamban gan, baik di dalam
Pemegang lUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
-451-

untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP;


dan
e) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
belum menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan apabila ada informasi kecelakaan
tambang, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat
lainnya yang terjadi, dan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap keselamatan Pertamban gan, baik di dalam
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menyusun, dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
c) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menyusun dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan apabila ada informasi kecelakaan
tambang, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat
lainnya yang terjadi, dan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap keselamatan Pertamban gan, baik di dalam
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
-452-

untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP


dan
d) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
belum melakukan evaluasi penyampaian informasi
kepada pihak-pihak terkait tersebut.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menyusun, dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
c) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan apabila ada informasi kecelakaan
tambang, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat
lainnya yang terjadi, dan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap keselamatan Pertamban gan, baik di dalam
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ntau Pemurnian, IPR, atau IUJP;
d) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah melakukan evaluasi penyampaian informasi
kepada pihak-pihak terkait tersebut; dan
e) informasi yang disampaikan belum ditindaklanjuti oleh
-453-

pihak-pihak terkait yang dapat dikontrol oleh KIT atau


PTL.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menyusun, dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menerapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-
pihak terkait;
c) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menyusun dan menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan apabila ada informasi kecelakaan
tambang, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat
lainnya yang terjadi, dan hal-hal yang memiliki dampak
terhadap keselamatan Pertambangan, baik di dalam
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP;
d) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah melakukan evaluasi penyampaian informasi
kepada pihak-pihak terkait tersebut; dan
e) informasi yang disampaikan telah ditindaklanjuti oleh
pihak-pihak terkait yang dapat dikontrol oleh KIT atau
PTL.
-454-

1. Pengelolaan Administrasi Keselamatan Pertambangan


1) Buku Tambang
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah rnerniliki
buku tambang.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah rnerniliki
buku tambang yang tersedia di Kantor KTT atau PTL,
dengan kondisi:
(1) buku tarnbang belurn dapat dibaca dan dipelajari
oleh Pekerja;
(2) KTT atau PTL belurn rnelaksanakan larangan,
perintah, dan petunjuk lnspektur Tambang dalam
buku tambang; atau
(3) KTT atau PTL belurn rnencatat hal-hal yang
diwajibkan untuk didaftarkan di buku tambang
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah rnerniliki
buku tambang yang tersedia di Kantor KTT atau PTL,
dengan kondisi:
(1) buku tambang dapat dibaca dan dipelajari oleh
Pekerja;
(2) KTT atau PTL telah rnelaksanakan sebagian
larangan, perintah, dan petunjuk lnspektur
Tambang dalarn buku tambang; atau
(3) KTTatau PTLtelah rnencatat sebagian hal-hal yang
diwajibkan untuk didaftarkan di buku tarnbang
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah rnerniliki
buku tambang yang tersedia di Kantor KTT atau PTL,
dengan kondisi:
-455-

(1) buku tambang dapat dibaca dan dipelajari oleh


Pekerja;
(2) KIT atau PTL belum memastikan bahwa Pekerja
memahami isi dari buku tambang;
(3) KIT atau PTL telah melaksanakan seluruh
larangan, perintah, dan petunjuk lnspektur
Tambang dalam buku tambang; atau
(4) KIT atau PTL telah mencatat seluruh hal-hal yang
diwajibkan untuk didaftarkan di buku tambang
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah memiliki
buku tambang yang tersedia di Kantor KIT atau PTL,
dengan kondisi:
(1) buku tambang dapat dibaca dan dipelajari oleh
Pekerja;
(2) KIT atau PTL belum memastikan bahwa Pekerja
memahami isi dari buku tambang;
(3) KIT atau PTL telah melaksanakan seluruh
larangan, perintah, dan petunjuk lnspektur
Tambang dalam buku tambang; atau
(4) KIT atau PTL telah mencatat seluruh hal-hal yang
diwajibkan untuk didaftarkan di buku tambang
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan.

2) Buku Daftar Kecelakaan Tambang


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah memiliki
buku daftar kecelakaan tambang.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah memiliki
buku daftar kecelakaan tambang, namun KIT atau PTL
belum mendaftarkan setiap kecelakaan tambang yang
berakibat cidera ringan, berat, dan mati [jika ada) dalam
buku daftar kecelakaan tambang.
-456-

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah memiliki
buku daftar kecelakaan tambang, namun KTTatau PTL
belum seluruhnya mendaftarkan setiap kecelakaan
tambang yang berakibat cidera ringan, berat, dan mati
[jika ada) dalam buku daftar kecelakaan tambang.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah memiliki
buku daftar kecelakaan tambang, dan KTT atau PTL
telah mendaftarkan setiap kecelakaan tambang yang
berakibat cidera ringan, berat, dan mati [jika ada) dalam
buku daftar kecelakaan tambang.

3) Pelaporan Keselamatan Pertambangan


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah
melakukan pelaporan aspek Keselamatan Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah
melakukan pelaporan aspek Keselamatan Pertambangan,
dengan kondisi:
1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP belum menyampaikan seluruh laporan tertulis
aspek Keselamatan Pertambangan kepada KaIT;
2) pelaporan belum sesuai format yang ditetapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3) penyampaian laporan tidak memenuhi tata waktu
yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang -undangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah
melakukan pelaporan aspek Keselamatan Pertambangan,
dengan kondisi:
-457-

(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyampaikan seluruh laporan tertulis
aspek Keselamatan Pertambangan kepada KaIT;
(2) pelaporan telah sesuai format yang ditetapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(3) penyampaian laporan belum memenuhi tata waktu
yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang -undangan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus telah
melakukan pelaporan aspek Keselamatan Pertambangan,
dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyampaikan seluruh laporan tertulis
aspek Keselamatan Pertambangan kepada KaIT;
(2) pelaporan telah sesuai format yang ditetapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(3) penyampaian laporan belum memenuhi tata waktu
yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang -undangan.

4) Dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit


tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
(a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
mendokumentasikan Kejadian Berbahaya, kejadian
akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
secara khusus oleh KIT atau PTL sesuai format khusus
yang ditentukan oleh KaIT
(b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) KIT atau PTL telah mendokumen tasikan sebagian
Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit
-458-

tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja seeara


khusus;dan
(2) dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
belum menggunakan format khusus yang
ditentukan oleh KalT.
(e) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) KIT atau PTL telah mendokumentasikan sebagian
Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja seeara
khusus;dan
(2) dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
telah menggunakan format khusus yang ditentukan
oleh KalT.
(d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) KIT atau PTL telah mendokumentasikan seluruh
Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja seeara
khusus;dan
(2) dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
telah menggunakan format khusus yang ditentukan
oleh KalT.

5) Dokumen dan Laporan Pemenuhan Kompetensi dan


Persyaratan Lainnya
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mendokumentasikan, memantau, dan I atau melaporkan
dokumen dan laporan pemenuhan kompetensi sesuai
keten tuan peraturan perundang -undangan serta
persyaratan lainnya.
-459-

b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:


(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah mendokumentasikan sebagian dokumen
kelayakan sarana, prasarana, dan instalasi
Pertambangan; sertifikat dan laporan kompetensi
tenaga kerja; lisensi an tara lain Kartu Izin
Meledakkan, Kartu Pekerja Peledakan, Kartu
Pengawas Operasional, darr/ atau surat izin
mengoperasikan unit yang dikeluarkan oleh KTT,
PTL, atau orang yang ditunjuk oleh KIT atau PTL;
pengesahan KTT, PTL, wakil KTT, wakil PTL,
dan/ atau Kepala Tambang Bawah Tanah; dan izin
kerja khusus antara lain Izin Kerja Ruang Terbatas,
Izin Kerja di Ketinggian, Izin Kerja Panas, Izin Kerja
Terpapar Radioaktif; dan
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum melakukan pemantauan dan pelaporan
pemenuhan kompetensi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan serta persyaratan lainnya.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah mendokumentasikan seluruh dokumen
kelayakan sarana, prasarana, dan instalasi
Pertambangan; sertifikat dan laporan kompetensi
tenaga kerja; lisensi antara lain Kartu Izin
Meledakkan, Kartu Pekerja Peledakan, Kartu
Pengawas Operasional, dan/ atau surat izm

mengoperasikan unit yang dikeluarkan oleh KIT,


PTL, atau orang yang ditunjuk oleh KIT atau PTL;
pengesahan KTT, PfL, wakil KTT, wakil PTL,
dan/ atau Kepala Tambang Bawah Tanah; dan izin
-460-

kerja khusus antara lain lzin Kerja Ruang Terbatas,


lzin Kerja di Ketinggian, lzin Kerja Panas, lzin Kerja
Terpapar Radioaktif; dan
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP belum melakukan pemantauan dan pelaporan
pemenuhan kompetensi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan serta persyaratan lainnya.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah mendokumentasikan seluruh dokumen
kelayakan sarana, prasarana, dan instalasi
Pertambangan; sertifikat dan laporan kompetensi
tenaga kerja; lisensi antara lain Kartu lzin
Meledakkan, Kartu Pekerja Peledakan, Kartu
Pengawas Operasional, dan z atau surat izin
mengoperasikan unit yang dikeluarkan oleh KTT,
PTL, atau orang yang ditunjuk oleh KTTatau PTL;
pengesahan KTT, PTL, wakil KTT, wakil PTL,
dan/ atau Kepala Tambang Bawah Tanah; dan izin
kerja khusus antara lain lzin Kerja Ruang Terbatas,
lzin Kerja di Ketinggian, Izin Kerja Panas, lzin Kerja
Terpapar Radioaktif; dan
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah melakukan pemantauan dan pelaporan
pemenuhan kompetensi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan serta persyaratan lainnya.

m. Penyusunan, Penerapan, dan Pendokumentasian Partisipasi,


Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran Penerapan SMKP Minerba
atau SMKPkhusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian
(1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
-461-

dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan


penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi,
konsultasi, motivasi, dan kesadaran penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian.
(2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
penyusunan mekanisme partisipasi, konsultasi, motivasi, dan
kesadaran penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian, namun belum
menerapkan dan mendokumentasikan partisipasi, konsultasi,
motivasi, dan kesadaran penerapan SMKP Minerba atau
SMKP khusus pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian.
(3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi,
konsultasi, motivasi, dan kesadaran penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, namun belum melibatkan seluruh
departemen/bagian dari Pekerja maupun pihak lain yang
terkait di dalam penerapan dan pengembangan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dari/ atau
Pemurnian.
(4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi,
konsultasi, motivasi, dan kesadaran penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, dan telah melibatkan seluruh
departemen/bagian dari Pekerja maupun pihak lain yang
terkait di dalam penerapan dan pengembangan SMKP
-462-

Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan danj atau


Pemurnian.
(5) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi,
konsultasi, motivasi, dan kesadaran penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan danj atau
Pemurnian, dan telah melibatkan seluruh
departemenjbagian dari Pekerja maupun pihak lain yang
terkait di dalam penerapan dan pengembangan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan danj atau
Pemurnian. Proses dari partisipasi, konsultasi, motivasi, dan
kesadaran dengan seluruh Pekerja dan pihak lain yang
terkait menjadi masukan dalam peningkatan penerapan
Keselamatan Pertambangan.

4. Implementasi
a. Pelaksanaan Pengelolaan Operasional
1) Penyusunan, Penetapan, Penerapan, Pendokumentasian, dan
Evaluasi Prosedur OperasijKerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah menyusun, menetapkan, menerapkan,
mendokumentasikan, dan mengevaluasi prosedur
operasijkerja dengan mempertimbangkan hasil
pemetaan behavior based safety.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun dan menetapkan prosedur operasijkerja yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
-463-

(1) prosedur telah disahkan oleh K'IT atau PTL untuk


Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau IPR,
atau PJO untuk Pemegang IUJP dan diberi nomor,
(2) prosedur belum untuk setiap pekerjaan,
(3) penyusunan prosedur belum mempertimbangkan
hasil pemetaan behavior based safety,
(4) prosedur belum dikomunikasikan kepada pihak-
pihak terkait,
(5) prosedur belum dievaluasi dan ditinjau ulang
secara berkala dan apabila terjadi kecelakaan,
perubahan peralatan, perubahan proses, dan/ atau
perubahan bahan,
(6) belum secara konsisten diterapkan oleh seluruh
Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun dan menetapkan prosedur operasi/kerja yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
(1) prosedur telah disahkan oleh K'IT atau PTL untuk
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IPR,
atau PJO untuk Pemegang IUJP dan diberi nomor,
(2) prosedur telah terdapat untuk setiap pekerjaan,
(3) penyusunan prosedur telah mempertimbangkan
hasil pemetaan behavior based safety,
(4) prosedur telah dikomunikasikan kepada pihak-
pihak terkait,
(5) prosedur belum dievaluasi dan ditinjau ulang
secara berkala dan apabila terjadi kecelakaan,
perubahan peralatan, perubahan proses, dan/ atau
perubahan bahan,
-464-

(6) belum secara konsisten diterapkan oleh seluruh


Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun dan menetapkan prosedur operasi/kerja yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
(1) prosedur telah disahkan oleh KTTatau PTL untuk
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lPR,
atau PJO untuk Pemegang lUJP dan diberi nomor,
(2) prosedur telah terdapat untuk setiap pekerjaan,
(3) penyusunan prosedur telah mempertimbangkan
hasil pemetaan behavior based safety,
(4) prosedur telah dikomunikasikan kepada pihak-
pihak terkait,
(5) prosedur telah dievaluasi dan ditinjau ulang secara
berkala dan apabila terjadi kecelakaan, perubahan
peralatan, perubahan proses, darr/ atau perubahan
bahan,
(6) belum secara konsisten diterapkan oleh seluruh
Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun dan menetapkan prosedur operasi /kerja yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
(1) prosedur telah disahkan oleh KTTatau PTL untuk
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, atau lPR,
atau PJO untuk Pemegang lUJP dan diberi nomor,
(2) prosedur telah terdapat untuk setiap pekerjaan,
(3) penyusunan prosedur telah mempertimbangkan
hasil pemetaan behavior based safety,
-465-

(4) prosedur telah dikomunikasikan kepada pihak-


pihak terkait,
(5) prosedur telah dievaluasi dan ditinjau ulang secara
berkala dan apabila terjadi kecelakaan, perubahan
peralatan, perubahan proses, danl atau perubahan
bahan,
(6) telah secara konsisten diterapkan oleh seluruh
Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

2) Penyusunan, Penetapan, Penerapan, Pendokumentasian, dan


Evaluasi Izin Kerja Khusus
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, menerapkan,
mendokumentasikan, dan mengevaluasi izin kerja
khusus dengan mempertimbangkan hasil pemetaan
behavior based safety.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun dan menetapkan izin kerja khusus yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
(1) penyusunan izin kerja khusus belum
mempertimbangkan hasil pemetaan behavior based
safety,
(2) izin kerja khusus belum dievaluasi secara berkala,
(3) izin kerja khusus belum secara konsisten
diterapkan oleh seluruh Pekerja.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dany atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun dan menetapkan Izin Kerja Khusus yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
(1) penyusunan izm kerja khusus telah
-466-

mempertimbangkan hasil pemetaan behavior based


safety,
(2) izin kerja khusus belum dievaluasi secara berkala,
(3) izm kerja khusus belum secara konsisten
diterapkan oleh seluruh Pekerja.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun dan menetapkan izin kerja khusus yang
terdokumentasikan, dengan kondisi:
(1) penyusunan izin kerja khusus telah
mempertimbangkan hasil pemetaan behavior based
safety,
(2) izin kerja khusus telah dievaluasi secara berkala,
(3) izin kerja khusus telah secara konsisten diterapkan
oleh seluruh Pekerja.

3) Penyusunan, Penetapan, Penerapan, Pendokumentasian, dan


Evaluasi Alat Pelindung Diri/ Alat Keselamatan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah menyusun, menetapkan, menerapkan,
mendokumentasikan, dan mengevaluasi pengelolaan
Alat Pelindung Diri/ Alat Keselamatan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menilai kebutuhan Alat Pelindung
Diri/Alat Keselamatan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan dan bahaya yang timbul, menentukan dan
menyediakan Alat Pelindung Diri/Alat Keselamatan
dengan jumlah yang memadai secara curna-Curna;
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
-467-

IUJP belum melaksanakan pelatihan untuk Pekerja


yang terkait dengan fungsi, manfaat, penggunaan,
dan perawatan Alat Pelindung Diri/ Alat Keselamatan;
dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum melakukan evaluasi kepatuhan
terhadap penggunaan dan perawatan Alat Pelindung
Diri/ Alat Keselamatan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menilai kebutuhan Alat Pelindung
Diri/Alat Keselamatan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan dan bahaya yang timbul, menentukan dan
menyediakan Alat Pelindung Diri/Alat Keselamatan
dengan jumlah yang memadai secara cuma-cuma;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melaksanakan pelatihan untuk Pekerja
yang terkait dengan fungsi, manfaat, penggunaan,
dan perawatan Alat Pelindung Diri/Alat
Keselamatan; dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum melakukan evaluasi kepatuhan
terhadap penggunaan dan perawatan Alat Pelindung
Dirr/ Alat Keselamatan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menilai kebutuhan Alat Pelindung
Diri/Alat Keselamatan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan dan bahaya yang timbul, menentukan dan
-468-

rnenyediakan Alat Pelindung Diri/ Alat Keselarnatan


denganjumlah yang rnernadai secara cuma-cuma;
(2) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnelaksanakan pelatihan untuk Pekerja
yang terkait dengan fungsi, rnanfaat, penggunaan,
dan perawatan Alat Pelindung Diri/ Alat
Keselarnatan;
(3) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnelakukan evaluasi kepatuhan terhadap
penggunaan dan perawatan Alat Pelindung Diri/ Alat
Keselamatan; dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi kepatuhan diternukan
bahwa belurn seluruh Pekerja patuh dalarn
penggunaan dan perawatan Alat Pelindung Diri/ Alat
Keselarnatan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnenilai kebutuhan Alat Pelindung
Diri/ Alat Keselamatan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan dan bahaya yang tirnbul, rnenentukan dan
rnenyediakan Alat Pelindung Diri/ Alat Keselarnatan
denganjumlah yang rnernadai secara cuma-cuma;
(2) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnelaksanakan pelatihan untuk Pekerja
yang terkait dengan fungsi, rnanfaat, penggunaan,
dan perawatan Alat Pelindung Diri/ Alat
Keselarnatan;
(3) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnelakukan evaluasi kepatuhan terhadap
-469-

penggunaan dan perawatan Alat Pelindung Diri/Alat


Keselamatan; dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi kepatuhan ditemukan
bahwa seluruh Pekerja telah patuh dalam
penggunaan dan perawatan Alat Pelindung Diri/Alat
Keselamatan.

b. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Kerja


1) Pelaksanaan Pengelolaan Bahaya Debu
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya debu sesuai prosedur
yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya debu dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya debu;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya debu dan
karakteristiknya termasuk jenis, bentuk, dan
ukurannya telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait debu belum dilakukan
-470-

mengacu kepada hierarki pengendalian.


c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya debu dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya debu;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya debu dan
karakteristiknya termasuk jenis, bentuk, dan
ukurannya telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
yang mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang -undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya debu dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya debu;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya debu dan
karakteristiknya termasuk jenis, bentuk, dan
-471-

ukurannya telah dilakukan;


(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait debu sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan debu dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya debu;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya debu dan
karakteristiknya termasuk jenis, bentuk, dan
ukurannya telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
yang mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang -undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
-472-

telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko


terkait debu sesuai hirarki pengendalian.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, atau lUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)
2) Pelaksanaan Pengelolaan Bahaya Kebisingan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kebisingan sesuai
prosedur yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah melakukan
pengelolaan bahaya kebisingan dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kebisingan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya kebisingan pada
setiap area kerja telah dilakukan,
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
-473-

dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan


(6) pengendalian risiko terkait kebisingan belum
dilakukan mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kebisingan dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kebisingan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya kebisingan pada
setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
kebisingan sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kebisingan dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
-474-

lUJP telah menetapkan prosedur yang


terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kebisingan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya kebisingan pada
setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait kebisingan sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kebisingan dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kebisingan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya kebisingan pada
setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
-475-

peraturan perundang- undangan;


(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait kebisingan sesuai hirarki pengendalian untuk
memenuhi Nilai Ambang Batas, paling sedikit
mencakup:
(a) tindakan untuk menghilangkan atau
mengurangi kebisingan sampai pada batas
yang dapat diterima;
(b) pelaksanaan hearing conservation program;
(e) pembatasan jam kerja pekerja yang
disesuaikan dengan tingkat kebisingan yang
ada pada tempat kerja;
(d) pemasangan rambu yang menginformasikan
tingkat kebisingan dan instruksi
pengendaliannya;
(e) pembuatan peraturan Pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP dalam upaya mengelola kebisingan di
setiap area kerja; dan
(f) penyediaan alat pelindung diri yang sesuai
dengan tingkat kebisingan di area kerja.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)
-476-

3) Pelaksanaan Pengelolaan Bahaya Getaran


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengendalian getaran sesuai prosedur yang
ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya getaran dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
getaran;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya getaran baik
pada getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
maupun getaran tangan dan lengan (hand-arm
vibration) pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait getaran belum dilakukan
mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya getaran dengan kondisi:
-477-

(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
getaran;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya getaran baik
pada getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
maupun getaran tangan dan lengan (hand-arm
vibration) pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
getaran sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya getaran dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
getaran;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya getaran baik
pada getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
maupun getaran tangan dan lengan (hand-arm
vibration) pada setiap area kerja telah dilakukan;
-478-

(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan


secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait getaran sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya terkait getaran dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
getaran;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya getaran baik
pada getaran seluruh tubuh (whole body uibratioru
maupun getaran tangan dan lengan (hand-arm
vibration) pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
-479-

dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan


(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
kebisingan sesuai hirarki pengendalian, paling
sedikit meneakup:
(a) tindakan untuk mengurangi getaran sampai
pada batas yang dapat diterima;
(b) pengaturan pembatasan jam kerja Pekerja yang
disesuaikan dengan tingkat getaran pada
lengan dan tangan atau seluruh tubuh Pekerja;
dan
(e) penyediaan alat pelindung diri.
f] NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Reneana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)

4) Pelaksanaan Pengelolaan Bahaya Peneahayaan


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya peneahayaan sesuai
prosedur yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya peneahayaan dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
-480-

pencahayaan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya pencahayaan
pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait pencahayaan belum
dilakukan mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya pencahayaan dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
pencahayaan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya pencahayaan
pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
-481-

dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan


(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
pencahayaan sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya pencahayaan dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
pencahayaan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya pencahayaan
pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait pencahayaan sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya pencahayaan dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
-482-

untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau


IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
pencahayaan;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya pencahayaan
pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanj uti untuk pengendalian risiko
terkait pencahayaan sesuai hirarki pengendalian
dengan menyesuaikan pencahayaan terhadap
persyaratan pencahayaan lingkungan kerja sesuai
area kerja dan aktivitas pekerjaan.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dari/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)
5) Pelaksanaan Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Udara Kerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kuantitas dan kualitas udara
kerja sesuai prosedur yang ditetapkan.
-483-

b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kuantitas dan kualitas
udara kerja dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kuantitas dan kualitas udara kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait kuantitas
dan kualitas udara kerja pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait kuantitas dan kualitas
udara kerja belum dilakukan mengacu kepada
hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kuantitas dan kualitas
udara kerja dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
-484-

kuantitas dan kualitas udara kerja;


(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait kuantitas
dan kualitas udara kerja pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
kuantitas dan kualitas udara kerja sesuai hirarki
pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kuantitas dan kualitas
udara kerja dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kuantitas dan kualitas udara kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait kuantitas
dan kualitas udara kerja pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
-485-

Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan


peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait kuantitas dan kualitas udara kerja sesuai
hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya kuantitas dan kualitas
udara kerja dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
kuantitas dan kualitas udara kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait kuantitas
dan kualitas udara kerja pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait kuantitas dan kualitas udara kerja sesuai
-486-

hirarki pengendalian, paling sedikit meneakup:


(a) penyesuaian kuantitas dan kualitas udara kerja
terhadap persyaratan kuantitas dan kualitas
udara kerja;
(b) penyediaan ventilasi yang memadai;
(e) pemasangan rambu peringatan bahaya;
(d) pembuatan peraturan Pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP dalam
upaya mengelola kuantitas dan kualitas udara
kerja; dan
(e) penyediaan alat pelindung diri yang sesuai
dengan kuantitas dan kualitas udara kerja di
area kerja
f) N/ A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, atau lUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Reneana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)
6) Pelaksanaan Pengelolaan lklim Kerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya iklim kerja sesuai
prosedur yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya iklim kerja dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
-487-

IUJP telah menetapkan prosedur yang


terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya iklim
kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait iklim
kerja dengan indikator Index Suhu Basah dan Bola
(ISBB)pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait iklim kerja belum
dilakukan mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya iklim kerja dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang terdokumentasi
mengenai pengelolaanbahaya iklim kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait iklim
kerja dengan indikator Index Suhu Basah dan Bola
(ISBB)pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
-488-

peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur ; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
iklim kerja sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya iklim kerja dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya iklim
kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait iklim
kerja dengan indikator Index 8uhu Basah dan Bola
(18BB)pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait iklim kerja sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
-489-

Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah


melakukan pengelolaan bahaya iklim kerja dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya iklim
kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait iklim
kerja dengan indikator Index Suhu Basah dan Bola
(ISBB)pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
seeara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengaeu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait iklim kerja sesuai hirarki pengendalian,
paling sedikit meneakup:
(a) penyesuaian iklim kerja di setiap area kerja
yang iklim dengan syarat ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang diakui;
(b) penyediaan sarana dan prasarana untuk
mengendalikan iklim kerja di setiap area kerja;
(e) pengaturan siklus kerja sesuai dengan kondisi
iklim kerja di setiap area kerja;
(d) pembuatan peraturan Pemegang IUP, IUPK,IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
-490-

dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP dalam


upaya mengelola iklim kerja; dan
(e) penyediaan alat pelindung diri yang sesuai
dengan kondisi iklim kerja di area kerja.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dari/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)

7) Pelaksanaan Pengelolaan Bahaya Radiasi


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya radiasi sesuai prosedur
yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya radiasi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
radiasi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait radiasi
yang mencakup radiasi alamiah dan buatan, serta
radiasi pengion dan non-pengion pada setiap area
kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
-491-

Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan


peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait radiasi belum dilakukan
mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya radiasi dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
radiasi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait radiasi
yang mencakup radiasi alamiah dan buatan, serta
radiasi pengion dan non-pengion pada setiap area
kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
radiasi sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
-492-

Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah


melakukan pengelolaan bahaya radiasi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
radiasi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait radiasi
yang mencakup radiasi alamiah dan buatan, serta
radiasi pengion dan non-pengion pada setiap area
kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait radiasi sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan bahaya radiasi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan bahaya
radiasi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait radiasi
yang mencakup radiasi alamiah dan buatan, serta
-493-

radiasi pengion dan non-pengion pada setiap area


kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait radiasi sesuai hirarki pengendalian.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)
8) Pelaksanaan Pengelolaan Faktor Kimia
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor kimia sesuai prosedur
yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor kimia dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
-494-

terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor kimia;


(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait
penggunaan bahan kimia, baik sebagai bahan kimia
itu sendiri, reaksi yang terjadi pada saat digunakan,
maupun produk antara, akhir, dan sampingan yang
dihasilkan pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan,
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait faktor kimia belum
dilakukan mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan faktor kimia dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor kimia;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait
penggunaan bahan kimia, baik sebagai bahan kimia
itu sendiri, reaksi yang terjadi pada saat digunakan,
maupun produk antara, akhir, dan sampingan yang
dihasilkan pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
-495-

Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan


peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
faktor kimia sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor kimia dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor kimia;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait
penggunaan bahan kimia, baik sebagai bahan kimia
itu sendiri, reaksi yang terjadi pada saat digunakan,
maupun produk antara, akhir, dan sampingan yang
dihasilkan pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait faktor kimia sesuai hirarki pengendalian.
-496-

e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan faktor kimia dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor kimia;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait
penggunaan bahan kimia, baik sebagai bahan kimia
itu sendiri, reaksi yang terjadi pada saat digunakan,
maupun produk antara, akhir, dan sampingan yang
dihasilkan pada setiap area kerja telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait faktor kimia sesuai hirarki pengendalian.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, lPR, atau lUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)
-497-

9) Pelaksanaan Pengelolaan Faktor Biologi


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor biologi sesuai prosedur
yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor biologi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor
biologi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait faktor
biologi, baik yang berasal dari mikro organisme
maupun makro organisme pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) pengendalian risiko terkait faktor biologi belum
dilakukan mengacu kepada hierarki pengendalian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor biologi dengan kondisi:
-498-

(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor
biologi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait faktor
biologi, baik yang berasal dari mikro organisme
maupun makro organisme pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi) belum
ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko terkait
faktor biologi sesuai hirarki pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor biologi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor
biologi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait faktor
biologi, baik yang berasal dari mikro organisme
maupun makro organisme pada setiap area kerja
telah dilakukan;
-499-

(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan


secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
(6) sebagian hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)
telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait faktor biologi sesuai hirarki pengendalian.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan faktor biologi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pengelolaan faktor
biologi;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya terkait faktor
biologi, baik yang berasal dari mikro organisme
maupun makro organisme pada setiap area kerja
telah dilakukan;
(3) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
secara berkala yang terdokumentasikan;
(4) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten yang mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(5) pengukuran dan penilaian (evaluasi) telah
menggunakan alat pemeriksaan yang terbukti telah
dikalibrasi dan dipelihara sesuai prosedur; dan
-500-

(6) seluruh hasil pengukuran dan penilaian (evaluasi)


telah ditindaklanjuti untuk pengendalian risiko
terkait faktor biologi sesuai hirarki pengendalian.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP (tidak ada dalam program
pengelolaan lingkungan kerja sebagaimana yang telah
disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja
(RKAB)Tahun berjalan)

10) Pelaksanaan Kebersihan Lingkungan Kerja


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
sesuai prosedur yang ditetapkan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pelaksanaan kebersihan
lingkungan kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya akibat
pengelolaan kebersihan lingkungan kerja yang
kurang optimal pada setiap area kerja telah
dilakukan;
(3) pemantauan dan evaluasi kebersihan lingkungan
kerja belum dilakukan secara berkala yang
terdokumentasikan;
(4) hasil evaluasi kebersihan lingkungan kerja belum
-501-

ditindaklanjuti dengan melakukan pengendalian.


c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pelaksanaan kebersihan
lingkungan kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya akibat
pengelolaan kebersihan lingkungan kerja yang
kurang optimal pada setiap area kerja telah
dilakukan;
(3) pemantauan dan evaluasi kebersihan lingkungan
kerja telah dilakukan secara berkala yang
terdokumentasikan; dan
(4) hasil evaluasi kebersihan lingkungan kerja belum
ditindaklanjuti dengan melakukan pengendalian.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pelaksanaan kebersihan
lingkungan kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya akibat
pengelolaan kebersihan lingkungan kerja yang
kurang optimal pada setiap area kerja telah
dilakukan;
-502-

(3) pemantauan dan evaluasi kebersihan lingkungan


kerja telah dilakukan secara berkala yang
terdokumentasikan; dan
(4) sebagian hasil evaluasi kebersihan lingkungan kerja
telah ditindaklanjuti dengan melakukan
pengendalian .
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai pelaksanaan kebersihan
lingkungan kerja;
(2) antisipasi dan pengenalan bahaya akibat
pengelolaan kebersihan lingkungan kerja yang
kurang optimal pada setiap area kerja telah
dilakukan;
(3) pemantauan dan evaluasi kebersihan lingkungan
kerja telah dilakukan secara berkala yang
terdokumentasikan; dan
(4) seluruh hasil evaluasi kebersihan lingkungan kerja
telah ditindaklanjuti dengan melakukan
pengendalian .

c. Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan Kerja


1) Pemeriksaan Kesehatan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dany atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan awal,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan
khusus, dan pemeriksaan kesehatan akhir untuk
-503-

Pekerja sesuai peraturan perundang-undangan.


b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pemeriksaan kesehatan;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP baru melaksanakan sebagian dari empat jenis
pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan kesehatan
awal, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
kesehatan khusus, dan pemeriksaan kesehatan
akhir) untuk Pekerja sesuai peraturan perundang-
undangan;dan
(3) pemeriksaan kesehatan belum mengacu kepada
pedoman pemeriksaan dan penilaian kelayakan
kesehatan kerja yang disusun oleh dokter
perusahaan .
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pemeriksaan kesehatan;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melaksanakan seluruh jenis
pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan kesehatan
awal, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
-504-

kesehatan khusus, dan pemeriksaan kesehatan


akhir) untuk Pekerja sesuai peraturan perundang-
undangan;
(3) pemeriksaan kesehatan telah mengacu kepada
pedoman pemeriksaan dan penilaian kelayakan
kesehatan kerja yang disusun oleh dokter
perusahaan; dan
(4) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP belum menindaklanjuti seluruh hasil
pemeriksaan kesehatan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pemeriksaan kesehatan;
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah melaksanakan seluruh pemeriksaan
kesehatan (pemeriksaan kesehatan awal,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
kesehatan khusus, dan pemeriksaan kesehatan
akhir) untuk Pekerja sesuai peraturan perundang-
undangan;
(3) pemeriksaan kesehatan telah mengacu kepada
pedoman pemeriksaan dan penilaian kelayakan
kesehatan kerja yang disusun oleh dokter
perusahaan;
(4) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP belum menindaklanjuti seluruh hasil
-505-

pemeriksaan kesehatan; dan


(5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum membuat dan mendokumentasikan
serta mengevaluasi catatan kesehatan Pekerja.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pemeriksaan kesehatan;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melaksanakan seluruh pemeriksaan
kesehatan (pemeriksaan kesehatan awal,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
kesehatan khusus, dan pemeriksaan kesehatan
akhir) untuk Pekerja sesuai peraturan perundang-
undangan;
(3) pemeriksaan kesehatan telah mengacu kepada
pedoman pemeriksaan dan penilaian kelayakan
kesehatan kerja yang disusun oleh dokter
perusahaan;
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum menindaklanjuti seluruh hasil
pemeriksaan kesehatan; dan
(5) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat dan mendokumentasikan serta
mengevaluasi catatan kesehatan Pekerja.
-506-

2) Pelayanan Kesehatan Kerja


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyediakan tenaga kesehatan kerja Pertambangan
serta sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan pelayanan kesehatan kerja, dengan kondisi:
(1) pernegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pelayanan kesehatan kerja;
(2) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnenyediakan tenaga kesehatan kerja
Pertambangan, namun belurn sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyediakan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan kerja, namun belum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
(4) kualifikasi pelayanan kesehatan kerja belurn
ditetapkan berdasarkan tingkat keterisoliran lokasi
tambang dan ketentuan peraturan perundangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pelayanan kesehatan kerja, dengan kondisi:
-507-

(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pelayanan kesehatan kerja;
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyediakan Tenaga Kesehatan Kerja
Pertambangan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
lUJP telah menyediakan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan kerja yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(4) kualifikasi pelayanan kesehatan kerja telah
ditetapkan berdasarkan tingkat keterisoliran lokasi
tambang dan ketentuan peraturan perundangan.
3) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyediakan petugas, fasilitas, dan peralatan serta
mengadakan pelatihan untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan .
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melaksanakan pengelolaan pertolongan pertama pada
kecelakaan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pertolongan pertama pada kecelakaan;
-508-

(2) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah rnenyediakan petugas yang rnerniliki
kompetensi, fasilitas, dan peralatan untuk
rnelakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
pada setiap kelornpok kerja, narnun belurn sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah rnengadakan pelatihan untuk
pertolongan pertarna pada kecelakaan, namun
belurn sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
(4) kotak P3K belurn dikelola sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
rnelaksanakan pengelolaan pertolongan pertama pada
kecelakaan kondisi:
(1) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP telah rnenyusun dan rnenetapkan prosedur
pertolongan pertama pada kecelakaan;
(2) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP telah rnenyediakan petugas yang rnerniliki
kompetensi, fasilitas, dan peralatan untuk
rnelakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
pada setiap kelornpok kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah mengadakan pelatihan untuk
-509-

pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
(4) kotak P3K telah dikelola sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.

4) Pengelolaan Kelelahan Kerja (Fatigue)


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kelelahan kerja Pekerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kelelahan kerja Pekerja, dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan kelelahan kerja;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum melakukan identifikasi, evaluasi, dan
pengendalian faktor yang dapat menimbulkan
kelelahan Pekerja secara memadai; dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum memberikan pelatihan dan sosialisasi
kepada semua Pekerja tentang pengetahuan
pengelolaan dan pencegahan kelelahan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan kelelahan kerja Pekerja, dengan
kondisi:
-510-

(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan kelelahan kerja;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melakukan identifikasi, evaluasi, dan
pengendalian faktor yang dapat menimbulkan
kelelahan Pekerja, namun hasilnya belum memadai;
dan
(3) pemegang IUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
lUJP telah memberikan pelatihan danl atau
sosialisasi kepada semua Pekerja tentang
pengetahuan pengelolaan dan pencegahan
kelelahan, namun materi pelatihan dan.' atau
sosialisasi baru bersifat umum.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan kelelahan kerja Pekerja, dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan kelelahan kerja;
(2) pemegang IUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah melakukan identifikasi, evaluasi, dan
pengendalian faktor yang dapat menimbulkan
kelelahan Pekerja, dan hasilnya telah memadai; dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memberikan pelatihan dan/ atau
-511-

sosialisasi kepada semua Pekerja tentang


pengetahuan pengelolaan dan pencegahan
kelelahan secara rinei.
5) Pengelolaan Pekerja pada Tempat yang Memiliki Risiko
Kesehatan Tinggi
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan Pekerja yang bekerja pada
temp at yang memiliki risiko kesehatan tinggi.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan Pekerja yang bekerja pada
tempat yang memiliki risiko kesehatan tinggi, dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan Pekerja yang bekerja pada tempat yang
memiliki risiko kesehatan tinggi;
(2) risiko belum dikendalikan secara memadai; dan
(3) Pekerja terkait belum memahami cara kerja aman
dan konsekuensi bekerja di area tersebut.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan Pekerja yang bekerja pada
tempat yang memiliki risiko kesehatan tinggi, dengan
kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan Pekerja yang bekerja pada tempat yang
-512-

rnernilikirisiko kesehatan tinggi;


(2) risiko telah dikendalikan secara rnernadai; dan
(3) Pekerja terkait telah rnernaharni cara kerja arnan
dan konsekuensi bekerja di area tersebut.

6) Pengelolaan Rekaman Data Kesehatan Kerja


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pernurnian, lPR, atau lUJP telah
rnernelihara dan rnenjaga rekarnan data kesehatan kerja
Pertarnbangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, serta rnenganalisis dan
rnengevaluasi rekaman data kesehatan kerja
Pertarnbangan sebagai bahan untuk perbaikan kinerja
kesehatan kerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, lPR, atau lUJP telah
rnelakukan pengelolaan rekaman data kesehatan kerja,
dengan kondisi:
(1) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP telah rnenyusun dan rnenetapkan prosedur
pengelolaan rekaman data kesehatan kerja;
(2) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP telah rnernelihara dan rnenjaga rekarnan data
kesehatan kerja Pertambangan, narnun belurn
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;dan
(3) pernegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP belurn rnenganalisis dan rnengevaluasi
rekaman data kesehatan kerja Pertarnbangan
sebagai bahan untuk perbaikan kinerja kesehatan
-513-

kerja.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan rekaman data kesehatan kerja,
dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan rekaman data kesehatan kerja;
(2) pemegang IUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah memelihara dan menjaga rekaman data
kesehatan kerja Pertambangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum menganalisis dan mengevaluasi
rekaman data kesehatan kerja Pertambangan
sebagai bahan untuk perbaikan kinerja kesehatan
kerja.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan rekaman data kesehatan kerja,
dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan rekaman data kesehatan kerja;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memelihara dan menjaga rekaman data
kesehatan kerja Pertambangan sesuai dengan
-514-

ketentuan peraturan perundang-undangan;


(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menganalisis dan mengevaluasi rekaman
data kesehatan kerja Pertambangan sebagai bahan
untuk perbaikan kinerja kesehatan kerja; dan
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum membuat statistik kinerja kesehatan
kerja dengan menggunakan 2 (dua) indikator yaitu
indikator proses (leading indicator) dan indikator
hasil akhir (lagging indicator).
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan rekaman data kesehatan kerja,
dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan rekaman data kesehatan kerja;
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memelihara dan menjaga rekaman data
kesehatan kerja Pertambangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menganalisis dan mengevaluasi rekaman
data kesehatan kerja Pertambangan sebagai bahan
untuk perbaikan kinerja kesehatan kerja; dan
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat statistik kinerja kesehatan
-515-

kerja dengan menggunakan 2 (dua) indikator yaitu


indikator proses (leading indicator) dan indikator
hasil akhir (lagging indicator).

7) Pengelolaan Higiene dan Sanitasi


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyediakan fasilitas untuk menunjang tercapainya
higienitas, serta melakukan pengelolaan sanitasi di area
kerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan higiene dan sanitasi, dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan higiene dan sanitasi,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyediakan fasilitas untuk menunjang
tercapainya higienitas namun belum memadai, dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melakukan pengelolaan sanitasi di area
kerja namun belum memadai.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan higiene dan sanitasi, dengan
kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
-516-

lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur


pengelolaan higiene dan sanitasi,
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyediakan fasilitas untuk menunjang
tercapainya higienitas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan
(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah melakukan pengelolaan sanitasi di area
kerja paling sedikit meliputi pengelolaan tempat
sampah, toilet dan wastafel, kebersihan lantai dan
bangunan, dan ruang ganti pakaian dan kamar
mandi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang -undangan.
8) Pengelolaan Ergonomi
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan ergonomi dengan mengelola
kesesuaian antara pekerjaan, lingkungan kerja,
peralatan, dan Pekerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan ergonomi dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan ergonomi,
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP belum melakukan identifikasi dan penilaian
risiko ergonomi, serta pengendalian berdasarkan
-517-

hasil ergonomic risk assessment, dan


(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belum menyediakan prosedur kerja, sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan yang sesuai
dengan kemampuan, kondisi, dan postur Pekerja.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan ergonomi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan ergonomi,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melakukan identifikasi dan penilaian
risiko ergonorni, serta pengendalian berdasarkan
hasil ergonomic risk assessment, namun hasil
pengendalian risiko ergonomic belum memadai, dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah menyediakan sebagian prosedur kerja,
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan yang
sesuai dengan kernampuan, kondisi, dan postur
Pekerja.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan ergonomi dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan ergonomi,
-518-

(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah melakukan identifikasi dan penilaian
risiko ergonomi, serta pengendalian berdasarkan
hasil ergonomic risk assessment, dan hasil
pengendalian risiko ergonomic telah mernadai, dan
(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyediakan seluruh prosedur kerja,
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan yang
sesuai dengan kernampuan, kondisi, dan postur
Pekerja.

9) Pengelolaan Makanan, Minuman, dan Gizi Pekerja


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan makanan, minuman, dan gizi
Pekerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan makanan, minuman, dan gizi
Pekerja, dengan kondisi:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi Pekerja,
dan
(2) penyediaan makanan dan minuman belum
sepenuhnya memenuhi syarat keamanan,
kecukupan, dan higienitas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku serta mempertimbangkan aspek
keseimbangan gizi Pekerja.
-519-

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau lUJP telah
melakukan pengelolaan makanan, minuman, dan gizi
Pekerja, dengan kondisi:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi Pekerja,
dan
(2) penyediaan makanan dan minuman telah
memenuhi syarat keamanan, kecukupan, dan
higienitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
serta mempertimbangkan aspek keseimbangan gizi
Pekerja.
10) Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja oleh dokter
perusahaan melalui serangkaian tahapan pemeriksaan
klinis, kondisi Pekerja, serta lingkungan kerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
(2) pemegang IUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum melakukan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja oleh dokter perusahaan melalui serangkaian
tahapan pemeriksaan klinis, kondisi Pekerja, serta
lingkungan kerja
(3) KTTatau PTLbelum melaporkan kepada KaIT atau
-520-

Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan


kewenangannya.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melakukan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja oleh dokter perusahaan melalui serangkaian
tahapan pemeriksaan klinis, kondisi Pekerja, serta
lingkungan kerja
(3) KTTatau PTL telah melaporkan kepada KalT atau
Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan
kewenangannya, namun belum menggunakan
formulir yang ditentukan dan belum pada batas
waktu pelaporan yang ditetapkan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah melakukan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja oleh dokter perusahaan melalui serangkaian
tahapan pemeriksaan klinis, kondisi Pekerja, serta
lingkungan kerja
(3) KTTatau PTL telah melaporkan kepada KalT atau
Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan
kewenangannya dengan menggunakan formulir
yang ditentukan dan belum pada batas waktu
pelaporan yang ditetapkan.
-521-

(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan,' atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum melakukan upaya kuratif dan
rehabilitasi terhadap Pekerja yang didiagnosis
menderita Penyakit Akibat Kerja.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
(2) pemegang IUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
lUJP telah melakukan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja oleh dokter perusahaan melalui serangkaian
tahapan pemeriksaan klinis, kondisi Pekerja, serta
lingkungan kerja
(3) KIT atau PTL telah melaporkan kepada
KalTI Kepala Dinas atas nama KalT sesuai dengan
kewenangannya dengan menggunakan formulir
yang ditentukan dan belum pada batas waktu
pelaporan yang ditetapkan.
(4) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah melakukan upaya kuratif dan
rehabilitasi terhadap Pekerja yang didiagnosis
menderita Penyakit Akibat Kerja.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang lUP, lUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pernurnian, IPR, dan IUJP.
d. Pelaksanaan Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
1) Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaari/ Perawatan Sarana,
Prasarana, Instalasi, dan Peralatan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
-522-

IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnernbuat sistern dan rnelaksanakan perneliharaan/
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertarnban gan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnenyusun dan rnenetapkan prosedur
pengelolaan sis tern dan pelaksanaan perneliharaan/
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan,
(2) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnernbuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertarnbangan, dan
(3) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belurn rnernbuat program, jadwal, dan
prosedur perneliharaan atau perawatan
berdasarkan hasil identifikasi jerus dan
karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertamban gan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnenyusun dan rnenetapkan prosedur
pengelolaan sistern dan pelaksanaan pemeliharaan/
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertarnbangan,
-523-

(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pemeliharaan atau perawatan berdasarkan hasil
identifikasi jenis dan karakteristik sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan,
namun pelaksanaannya belum sesuai program,
jadwal, dan prosedur yang ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pemeliharaan atau perawatan
berdasarkan hasil identifikasi jenis dan
karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan belum dilakukan oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan,
(2) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan,
(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pemeliharaan atau perawatan berdasarkan hasil
identifikasi jenis dan karakteristik sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan,
namun pelaksanaannya telah sesuai program,
jadwal, dan prosedur yang ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pemeliharaan atau perawatan
berdasarkan hasil identifikasi jenis dan
-524-

karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan


peralatan Pertambangan belum dilakukan oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaari/
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan,
(2) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan,
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pemeliharaan atau perawatan berdasarkan hasil
identifikasi jenis dan karakteristik sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan,
dan pelaksanaannya telah sesuai program, jadwal,
dan prosedur yang ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pemeliharaan atau perawatan
berdasarkan hasil identifikasi jenis dan
karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan Pertambangan telah dilakukan oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten.
2) Pengamanan lnstalasi
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menerapkan pengamanan instalasi.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
-525-

untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau


IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengamanan instalasi,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar instalasi Pertambangan
dan dan kebutuhan pengaman atas instalasi, dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum membuat program, jadwal, dan
prosedur pengamanan, pemasangan, dan
pemeliharaan pengamanan instalasi.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengamanan instalasi,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar instalasi Pertambangan
dan dan kebutuhan pengaman atas instalasi,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pengamanan, pemasangan, dan pemeliharaan
pengamanan instalasi, namun pelaksanaannya
belum sesuai program, jadwal, dan prosedur yang
ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pengamanan instalasi belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
-526-

IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur


pengamanan instalasi,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar instalasi Pertambangan
dan dan kebutuhan pengaman atas instalasi,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pengamanan, pemasangan, dan pemeliharaan
pengamanan instalasi, dan pelaksanaannya telah
sesuai program, jadwal, dan prosedur yang
ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pengamanan instalasi belum
dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengamanan instalasi,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar instalasi Pertambangan
dan dan kebutuhan pengaman atas instalasi,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pengamanan, pemasangan, dan pemeliharaan
pengamanan instalasi, dan pelaksanaannya telah
sesuai program, jadwal, dan prosedur yang
ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pengamanan instalasi telah dilakukan
oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang
-527-

Berkompeten.
3) Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan
Pertamban gan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengujian kelayakan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengujian kelayakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan, dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum membuat program, jadwal, dan
prosedur pengujian kelayakan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengujian kelayakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
-528-

untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau


IUJP belum membuat program, jadwal, dan
prosedur pengujian kelayakan saran a, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan, namun
pelaksanaannya telah sesuai program, jadwal, dan
prosedur yang ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pengujian kelayakan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan
belum dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengujian kelayakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan,
(2) pemegang IUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
IUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan,
(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pengujian kelayakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan, namun
pelaksanaannya telah sesuai program, jadwal, dan
prosedur yang ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pengujian kelayakan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan
belum dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten.
-529-

e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:


(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
pengujian kelayakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat daftar sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat program, jadwal, dan prosedur
pengujian kelayakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan, dan pelaksanaannya
telah sesuai program, jadwal, dan prosedur yang
ditetapkan, dan
(4) pelaksanaan pengujian kelayakan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan
telah dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten.
4) Kompetensi Tenaga Teknik
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi untuk
menyusun dan menetapkan prosedur, membuat
program dan jadwal, serta melaksanakan pengujian
kelayakan, pengamanan, dan pemeliharaan terhadap
sarana, prasarana, instalasi dan peralatan
Pertambangan.
-530-

b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:


(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi
untuk menyusun dan menetapkan prosedur,
membuat program dan jadwal, serta melaksanakan
pengujian kelayakan, pen gamanan , dan
pemeliharaan terhadap sarana, prasarana, instalasi
dan peralatan Pertambangan,
(2) jumlah Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten belum memadai,
(3) bukti kerja Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten untuk seluruh kegiatan pengelolaan
Keselamatan Operasi tersebut belum ditemukan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danjatau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi
untuk menyusun dan menetapkan prosedur,
membuat program dan jadwal, serta melaksanakan
pengujian kelayakan, pengamanan, dan
pemeliharaan terhadap saran a, prasarana, instalasi
dan peralatan Pertambangan,
(2) jumlah Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten telah memadai,
(3) bukti kerja Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten belum memadai untuk seluruh
kegiatan pengelolaan Keselamatan Operasi, dan
(4) pelaksanaan program oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten belum sesuai
jadwal, dan prosedur yang ditetapkan
-531-

d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:


(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi
untuk menyusun dan menetapkan prosedur,
membuat program dan jadwal, serta melaksanakan
pengujian kelayakan, pengamanan, dan
pemeliharaan terhadap saran a, prasarana, instalasi
dan perala tan Pertambangan,
(2) jumlah Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten telah memadai,
(3) bukti kerja Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten telah memadai untuk seluruh
kegiatan pengelolaan Keselamatan Operasi, dan
(4) pelaksanaan program oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten belum sesuai
jadwal, dan prosedur yang ditetapkan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi
untuk menyusun dan menetapkan prosedur,
membuat program dan jadwal, serta melaksanakan
pengujian kelayakan, pengamanan, dan
pemeliharaan terhadap saran a, prasarana, instalasi
dan peralatan Pertambangan,
(2) jumlah Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten telah memadai,
(3) bukti kerja Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten telah memadai untuk seluruh
kegiatan pengelolaan Keselamatan Operasi, dan
(4) pelaksanaan program oleh Tenaga Teknis
-532-

Pertambangan yang Berkompeten telah sesuai


jadwal, dan prosedur yang ditetapkan

5) Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
membuat kajian teknis dilakukan pada saat awal
kegiatan atau sebelum dimulainya kegiatan
Pertambangan dan apabila terjadi perubahan atau
modifikasi terhadap proses, sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat kajian teknis dilakukan pada
saat awal kegiatan atau sebelum dimulainya
kegiatan Pertambangan, dan
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum membuat kajian teknis apabila terjadi
perubahan atau modifikasi terhadap proses,
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertamban gan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
-533-

IUJP telah membuat kajian teknis dilakukan pada


saat awal kegiatan atau sebelum dimulainya
kegiatan Pertambangan,
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat kajian teknis apabila terjadi
perubahan atau modifikasi terhadap proses,
saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan, dan
(4) hasil kajian teknis belum memadai dan belum
disampaikan kepada KalTI Kepala Dinas atas nama
KaIT.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat kajian teknis dilakukan pada
saat awal kegiatan atau sebelum dimulainya
kegiatan Pertambangan,
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat kajian teknis apabila terjadi
perubahan atau modifikasi terhadap proses,
saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertamban gan, dan
(4) hasil kajian teknis telah disampaikan kepada
KaIT/Kepala Dinas atas nama KalT, namun belum
memadai.
-534-

e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan


(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menyusun dan menetapkan prosedur
evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat kajian teknis dilakukan pada
saat awal kegiatan atau sebelum dimulainya
kegiatan Pertambangan,
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah membuat kajian teknis apabila terjadi
perubahan atau modifikasi terhadap proses,
saran a, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan, dan
(4) hasil kajian teknis telah memadai dan telah
disampaikan kepada KalTI Kepala Dinas atas nama
KaIT.
e. Pengelolaan Bahan Peledak dan Peledakan
1) Gudang Bahan Peledak
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan Gudang Bahan Peledak sesuai
peraturan perundang -undangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP telah
memiliki perizinan gudang bahan peledak yang masih
berlaku, namun penjagaan, penyediaan fasilitas
keselamatan dan keamanan, dan pemeriksaan
penangkal petir gudang bahan peledak belum memadai.
-535-

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/atau Pemurnian, atau lUJP telah
memiliki perizinan gudang bahan peledak yang masih
berlaku, dan dilakukan penjagaan selama 24 (dua puluh
empat) jam secara terus menerus, disediakan fasilitas
keselamatan dan keamanan, serta dilakukan
pemeriksaan penangkal petir gudang bahan peledak
paling sedikit sekali dalam 6 (enam) bulan atau setelah
terjadi petir yang hebat.
d) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danz atau
Pemurnian, dan lUJP
2) Penyimpanan Bahan Peledak
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lUJP telah
melakukan penyimpanan bahan peledak sesuai
peraturan perundang -undangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, atau lUJP memiliki
prosedur penyimpanan bahan peledak, namun prosedur
tersebut belum dijalankan dengan baik dengan baik
yang ditunjukan dengan belum sesuainya penyimpanan
dengan persetujuan dan perizinan, belum memadainya
pengelolaan administrasi, belum ditunjuknya petugas
administrasi dan petugas gudang, dan belum dilakukan
pemeriksaan isi gudang paling sedikit satu kali dalam
seminggu.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau lUJP memiliki
-536-

prosedur penyimpanan bahan peledak, dan


penyimpanan telah sesuai dengan persetujuan dan
perizinan, pengelolaan administrasi telah memadai,
pemeriksaan isi gudang telah dilakukan paling sedikit
satu kali dalam seminggu, dan petugas administrasi dan
petugas gudang telah ditunjuk, namun belum memiliki
Kartu Pekerja Peledakan yang sesuai.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur penyimpanan bahan peledak, dan
penyimpanan telah sesuai dengan persetujuan dan
perizinan, pengelolaan administrasi telah mernadai,
pemeriksaan isi gudang telah dilakukan paling sedikit
satu kali dalam seminggu, dan petugas administrasi dan
petugas gudang telah ditunjuk dan memiliki Kartu
Pekerja Peledakan yang sesuai, namun belum
melaporkan jumlah penggunaan dan persedian bahan
peledak secara berkala kepada Kal'I'.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pernurnian, atau IUJP memiliki
prosedur penyimpanan bahan peledak, dan
penyimpanan telah sesuai dengan persetujuan dan
perizinan, pengelolaan administrasi telah memadai,
pemeriksaan isi gudang telah dilakukan paling sedikit
satu kali dalam seminggu, dan petugas administrasi dan
petugas gudang telah ditunjuk dan memiliki Kartu
Pekerja Peledakan yang sesuai, serta telah melaporkan
j umlah penggunaan dan persedian bahan peledak secara
berkala kepada KaIT.
f] N/ A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
-537-

Pemurnian, dan IUJP

3) Pengangkutan Bahan Peledak


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, atau IUJP telah
melakukan pengangkutan bahan peledak sesuai
peraturan perundang -undangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur pengangkutan bahan peledak, namun belum
dilakukan penetapan, pengamanan, kelayakan peralatan
dan kendaraan untuk mengangkut, memindahkan, dan
mengirim bahan peledak maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan peledakan, serta kompetensi Pekerja
yang yang menangani pengangkutan, pemindahan, dan
pengiriman bahan peledak belum sesuai dengan
keten tuan peraturan perundang -undangan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur pengangkutan bahan peledak, telah melakukan
penetapan, pengamanan, kelayakan peralatan dan
kendaraan untuk mengangkut, memindahkan, dan
mengirim bahan peledak maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan peledakan, namun hasilnya belum
memadai, dan kompetensi Pekerja yang menangani
pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman bahan
peledak belum seluruhnya sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur pengangkutan bahan peledak, telah melakukan
-538-

penetapan, pengamanan, kelayakan peralatan dan


kendaraan untuk mengangkut, memindahkan, dan
mengirim bahan peledak maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan peledakan, hasilnya telah memadai,
namun kompetensi Pekerja yang yang menangani
pengangkutan, pemindahan, dan pengiriman bahan
peledak yang seluruhnya sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau lUJP memiliki
prosedur pengangkutan bahan peledak, telah melakukan
penetapan, pengamanan, kelayakan peralatan dan
kendaraan untuk mengangkut, memindahkan, dan
mengirim bahan peledak maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan peledakan, hasilnya telah memadai
dan telah memiliki kompetensi Pekerja yang yang
menangani pen gangkutan , pemindahan, dan pengiriman
bahan peledak yang seluruhnya sesuai dengan
peraturan perundang -undangan.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, dan lUJP
4) Pekerjaan Peledakan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, atau lUJP telah
melaksanakan pekerjaan peledakan sesuai peraturan
perundang- undangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau lUJP memiliki
prosedur pekerjaan peledakan yang mencakup
-539-

penanganan dan pengamanan peledakan mangkir,


namun peralatan dan bahan yang digunakan belum
sesuai, penyimpanan, pemeriksaan dan pemeliharaan
peralatan belum memadai, dokumentasi hasil
pemeriksaan peralatan peledakan belum memadai, dan
Pekerja peledakan belum memiliki Kartu Izin
Meledakkarr/ Kartu Pekerja Peledakan yang sesuai.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur pekerjaan peledakan yang mencakup
penanganan dan pengamanan peledakan mangkir, telah
menggunakan peralatan dan bahan yang digunakan
yang sesuai, telah menyimpan, memeriksa dan
memelihara, namun belum mendokumentasikan
pemeliharaan peralatan secara memadai, dan Pekerja
peledakan belum memiliki Kartu Izin Meledakkan / Kartu
Pekerja Peledakan yang sesuai.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur pekerjaan peledakan yang mencakup
penanganan dan pengamanan peledakan mangkir, telah
menggunakan peralatan dan bahan yang digunakan
yang sesuai, telah menyimpan, memeriksa dan
memelihara, serta mendokumentasikan pemeliharaan
peralatan secara memadai, namun Pekerja peledakan
belum memiliki Kartu Izin Meledakkarr/ Kartu Pekerja
Peledakan yang sesuai.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, atau IUJP memiliki
prosedur pekerjaan peledakan yang mencakup
penanganan dan pengamanan peledakan mangkir, telah
-540-

rnenggunakan peralatan dan bahan yang digunakan


yang sesuai, telah rnenyirnpan, rnerneriksa dan
rnernelihara, serta rnendokurnentasikan perneliharaan
peralatan seeara rnernadai, serta Pekerja peledakan telah
rnerniliki Kartu Izin Meledakkarr/ Kartu Pekerja
Peledakan yang sesuai.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di pernegang 1UP, 1UPK,1UP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pernurnian, dan 1UJP.

f. Penetapan Sistern Peraneangan dan Rekayasa


1) Peraneangan dan Rekayasa
(a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
1UP, 1UPK, 1UP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau 1UJP telah
rnenetapkan prosedur yang terdokurnentasi dengan
rnernpertirnbangkan aspek Keselamatan Pertarnbangan
pada tahap peraneangan dan rekayasa terhadap sarana,
prasarana, instalasi, peralatan Pertambangan, dan
penambangan.
(b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pernurnian, IPR, atau 1UJP telah
rnenetapkan prosedur yang terdokurnentasi dengan
rnernpertirnbangkan aspek Keselamatan Pertarnbangan
pada tahap perancangan dan rekayasa terhadap sarana,
prasarana, instalasi, peralatan Pertambangan, dan
penarnbangan, namun prosedur tersebut belurn
rnencakup rnengenai petugas yang rnerniliki kornpetensi
untuk rnelakukan verifikasi dan orang yang
bertanggungjawab rnernberikan persetujuan, serta
prosedur belum dilaksanakan dengan baik.
(e) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
1UP, 1UPK, 1UP Operasi Produksi khusus untuk
-541-

Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah


menetapkan prosedur yang terdokumentasi dengan
mempertimbangkan aspek Keselamatan Pertambangan
pada tahap perancangan dan rekayasa terhadap sarana,
prasarana, instalasi, peralatan Pertambangan, dan
penambangan, yang telah mencakup mengenai petugas
yang memiliki kompetensi untuk melakukan verifikasi
dan orang yang bertanggungjawab memberikan
persetujuan, namun prosedur tersebut belum
dilaksanakan dengan baik.
(d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi dengan
mempertimbangkan aspek Keselamatan Pertambangan
pada tahap perancangan dan rekayasa terhadap sarana,
prasarana, instalasi, peralatan Pertambangan, dan
penambangan, yang telah mencakup mengenai petugas
yang memiliki kompetensi untuk melakukan verifikasi
dan orang yang be rtang gun gjawab memberikan
persetujuan, dan prosedur tersebut telah dilaksanakan
dengan baik.
2) Perubahan
(a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang mengatur perubahan dan
modifikasi perancangan dan rekayasa.
(b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang mengatur perubahan dan
modifikasi perancangan dan rekayasa yang mempunyai
risiko Keselamatan Pertambangan dan I atau mempunyai
-542-

implikasi terhadap ketentuan peraturan perundang-


undangan diidentifikasi, didokurnentasi, ditinjau ulang,
dan disetujui oleh orang yang berwenang, namun
prosedur tersebut belum mencakup mengenai petugas
yang memiliki kompetensi untuk melakukan identifikasi
dan tinjauan ulang, serta prosedur belum dilaksanakan
dengan baik.
(e) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang mengatur perubahan dan
modifikasi perancangan dan rekayasa yang mempunyai
risiko Keselamatan Pertambangan dan I atau mempunyai
implikasi terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang,
dan disetujui oleh orang yang berwenang, yang telah
meneakup mengenai petugas yang memiliki kompetensi
untuk melakukan identifikasi dan tinjauan ulang,
namun prosedur tersebut belum dilaksanakan dengan
baik.
(d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menetapkan prosedur yang mengatur perubahan dan
modifikasi perancangan dan rekayasa yang mempunyai
risiko Keselamatan Pertambangan dan I atau mempunyai
implikasi terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang,
dan disetujui oleh orang yang berwenang, yang telah
mencakup mengenai petugas yang memiliki kompetensi
untuk melakukan identifikasi dan tinjauan ulang, dan
prosedur tersebut telah dilaksanakan dengan baik.
-543-

g. Penetapan Sistem Pembelian


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur pembelian yang terdokumentasi
untuk menjamin bahwa spesifikasi teknik, persyaratan
Keselamatan Pertamban gan, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan menjadi pertimbangan utama
dalam setiap keputusan untuk membeli sarana
Pertambangan, bahan kimia, dan/ atau jasa.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur pembelian yang terdokumentasi
untuk menjamin bahwa spesifikasi teknik, persyaratan
Keselamatan Pertambangan, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan menjadi pertimbangan utama
dalam setiap keputusan untuk membeli sarana
Pertambangan, bahan kimia, dan/ atau jasa, namun
prosedur tersebut belum mencakup penetapan
spesifikasi pembelian, proses seleksi pembelian, dan
proses verifikasi kesesuaian, serta belum dilaksanakan
dengan baik.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur pembelian yang terdokumentasi
untuk menjamin bahwa spesifikasi teknik, persyaratan
Keselamatan Pertamban gan, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan menjadi pertimbangan utama
dalam setiap keputusan untuk membeli saran a
Pertambangan, bahan kimia, darr/ atau jasa, yang telah
mencakup penetapan spesifikasi pembelian, proses
seleksi pembelian, dan proses verifikasi kesesuaian,
-544-

namun prosedur tersebut belum dilaksanakan dengan


baik.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur pembelian yang terdokumentasi
untuk menjamin bahwa spesifikasi teknik, persyaratan
Keselamatan Pertamban gan, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan menjadi pertimbangan utama
dalam setiap keputusan untuk membeli sarana
Pertamban gan, bahan kimia, dan/ atau jasa, yang telah
mencakup penetapan spesifikasi pembelian, proses
seleksi pembelian, dan proses verifikasi kesesuaian, dan
prosedur tersebut telah dilaksanakan dengan baik,
namun pada saat sarana Pertambangan, bahan kimia,
dany atau jasa diterima di tempat kerja, namun pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR, atau IUJP belum
memberikan penjelasan kepada semua pihak terkait
yang akan menggunakan sarana Pertambangan, bahan
kimia, dan/ atau jasa tersebut, terkait dengan
identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur pembelian yang terdokumentasi
untuk menjamin bahwa spesifikasi teknik, persyaratan
Keselamatan Pertamban gan, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan menjadi pertimbangan utama
dalam setiap keputusan untuk membeli sarana
Pertamban gan, bahan kimia, danl atau jasa, yang telah
mencakup penetapan spesifikasi pembelian, proses
seleksi pembelian, dan proses verifikasi kesesuaian, dan
prosedur tersebut telah dilaksanakan dengan baik, serta
-545-

pada saat sarana Pertamb angan , bahan kimia, dan I atau


jasa diterima di tempat kerja, dan pemegang lUP, lUPK,
lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dari/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah memberikan
penjelasan kepada semua pihak terkait yang akan
menggunakan sarana Pertambangan, bahan kimia,
darr/ atau jasa tersebut, terkait dengan identifikasi,
penilaian, dan pengendalian risiko.

h. Pemantauan dan Pengelolaan Perusahaan Jasa Pertambangan


1) Persyaratan, Seleksi, dan Penetapan Perusahaan Jasa
Pertambangan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dari/ atau Pemurnian, atau lUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
persyaratan, seleksi, dan penetapan perusahaan jasa
Pertambangan untuk menjamin setiap perusahaan jasa
Pertambangan memenuhi persyaratan Keselamatan
Pertambangan pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau lUJP.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian,
atau lUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai persyaratan, seleksi,
dan penetapan perusahaan jasa Pertambangan
untuk menjamin setiap perusahaan jasa
Pertambangan memenuhi persyaratan
Keselamatan Pertambangan pemegang lUP, lUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, atau lUJP, atau
(2) kontrak kerja belum sepenuhnya memuat
komitmen perusahaan jasa Pertambangan untuk
-546-

mematuhi persyaratan Keselamatan


Pertambangan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau IUJP.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danjatau Pemurnian,
atau IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai persyaratan, seleksi,
dan penetapan perusahaan jasa Pertambangan
untuk menjamin setiap perusahaan jasa
Pertambangan memenuhi persyaratan
Keselamatan Pertambangan pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, atau IUJP, dan
(2) kontrak kerja telah sepenuhnya memuat
komitmen perusahaan jasa Pertambangan untuk
mematuhi persyaratan Keselamatan
Pertambangan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau IUJP.

d) N/ A kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan


proses yang ada di pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau IUJP karena tidak memiliki perusahaan
jasa Pertambangan.

2) Tanggung jawab, Pemantauan, dan Pelaporan Perusahaan


Jasa Pertambangan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
tanggung jawab, pemantauan, dan pelaporan
-547-

perusahaan jasa Pertambangan.


b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
atau IUJP telah menetapkan prosedur yang
terdokumentasi mengenai tanggung jawab,
pemantauan, dan pelaporan perusahaan jasa
Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
atau IUJP belum memastikan perusahaan jasa
Pertambangan memiliki Pekerja yang memiliki
bukti-bukti kompetensi sesuai dengan kebutuhan
untuk melaksanakan pekerjaan yang ada dalam
kontrak kerja,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
atau IUJP belum memastikan perusahaan jasa
Pertambangan menggunakan seluruh sarana,
prasarana, dan peralatan Pertambangan yang
memiliki bukti-bukti kelayakan sesuai persyaratan
Keselamatan Pertambangan pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan Zatau Pemurnian, atau IUJP, dan
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian,
atau IUJP belum menetapkan kewajiban kepada
perusahaan jasa Pertambangan untuk melaporkan
kepada KIT, PTL atau PJO mengenai pelaksanaan
program Keselamatan Pertambangan secara berkala
serta mengenai setiap nearmiss, kerusakan properti,
kejadian berbahaya, cidera, dan sakit akibat kerja
kepada KTT,PTLatau PJO.
-548-

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:


(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah menetapkan prosedur yang terdokumentasi
mengenai tanggung jawab, pemantauan, dan
pelaporan perusahaan jasa Pertambangan,
(2) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah memastikan perusahaan jasa Pertambangan
memiliki Pekerja yang memiliki bukti-bukti
kompetensi sesuai dengan kebutuhan untuk
melaksanakan pekerjaan yang ada dalam kontrak
kerja,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah memastikan perusahaan jasa Pertambangan
menggunakan seluruh sarana, prasarana, dan
peralatan Pertambangan yang memiliki bukti-bukti
kelayakan sesuai persyaratan Keselamatan
Pertambangan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan darr/ atau
Pemurnian, atau IUJP, dan
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah menetapkan kewajiban kepada perusahaan
jasa Pertambangan untuk melaporkan kepada KTT
atau PTL mengenai pelaksanaan program
Keselamatan Pertambangan secara berkala serta
mengenai setiap nearmiss, kerusakan properti,
kejadian berbahaya, cidera, dan sakit akibat kerja
kepada KIT, PTLatau PJO.

d) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan


proses yang ada di pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
-549-

Pemurnian, atau IUJP karena tidak memiliki perusahaan


jasa Pertambangan.

3) Evaluasi Perusahaan Jasa Pertambangan


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan.' atau Pemurnian, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengeriai
evaluasi perusahaan jasa Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
evaluasi perusahaan jasa Pertambangan, namun
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, atau IUJP
belum melakukan evaluasi sesuai prosedur tersebut,
dan belum memberikan umpan balik hasil evaluasi
tersebut.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
evaluasi perusahaan jasa Pertamban gan, dan pemegang
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan / atau Pemurnian, atau IUJP telah
melakukan evaluasi sesuai prosedur tersebut, serta
memberikan umpan balik hasil evaluasi tersebut.

d) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan


proses yang ada di pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau IUJP karena tidak memiliki perusahaan
jasa Pertambangan.
-550-

i. Pengelolaan Keadaan Darurat


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan pengelolaan keadaan darurat.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
pengelolaan keadaan darurat, namun prosedur tersebut
belum mencakup identifikasi dan penilaian potensi
keadaan darurat, pencegahan keadaan darurat,
kesiapsiagaan keadaan darurat, respon keadaan
darurat, dan pemulihan keadaan darurat.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
pengelolaan keadaan darurat, dan telah mencakup
identifikasi dan penilaian potensi keadaan darurat,
pencegahan keadaan darurat, kesiapsiagaan keadaan
darurat, respon keadaan daru rat , dan pemulihan
keadaan darurat, namun prosedur tersebut belum
dilaksanakan dengan baik.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
pengelolaan keadaan darurat, dan telah mencakup
identifikasi dan penilaian potensi keadaan darurat,
pencegahan keadaan darurat, kesiapsiagaan keadaan
darurat, respon keadaan darurat, dan pemulihan
keadaan darurat, dan prosedur tersebut telah
dilaksanakan dengan baik.
-551-

j. Penyediaan dan Penyiapan Pertolongan Pertama pada


Kecelakaan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan penyediaan dan penyiapan pertolongan
pertama pada kecelakaan
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada
kecelakaan, namun prosedur tersebut belum mencakup
petugas P3K, kotak P3K, isi kotak P3K, dan pencatatan
penggunaan isi kotak P3K.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada
kecelakaan yang telah mencakup petugas P3K, kotak
P3K, isi kotak P3K, dan pencatatan penggunaan isi
kotak P3K, namun prosedur tersebut belum
dilaksanakan dengan baik.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menetapkan prosedur yang terdokumentasi mengenai
penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada
kecelakaan yang telah mencakup petugas P3K, kotak
P3K, isi kotak P3K, dan pencatatan penggunaan isi
kotak P3K, dan prosedur tersebut telah dilaksanakan
dengan baik.
-552-

k. Pelaksanaan Keselamatan di Luar Pekerjaan


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengkomunikasikan keselamatan di luar pekerjaan
kepada semua Pekerja dan keluarganya.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengkomunikasikan keselamatan di luar pekerjaan
kepada semua Pekerja dan keluarganya, namun materi
promosi dan kegiatan keselamatan di luar pekerjaan
belum sepenuhnya didokumentasikan dan belum
dilakukan di seluruh departernerr/bagian dari Pekerja.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengkomunikasikan keselamatan di luar pekerjaan
kepada semua Pekerja dan keluarganya, dan materi
promosi dan kegiatan keselamatan di luar pekerjaan
telah didokumentasikan, namun belum dilakukan di
seluruh departemen/bagian dari Pekerja.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
mengkomunikasikan keselamatan di luar pekerjaan
kepada semua Pekerja dan keluarganya, dan materi
promosi dan kegiatan keselamatan di luar pekerjaan
telah didokumentasikan, dan telah dilakukan di seluruh
departemen/bagian dari Pekerja.
-553-

5. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut


a. Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
1) Pemantauan dan Pengukuran Pencapaian Tujuan, Sasaran,
dan Program Keselamatan Pertambangan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pemantauan dan pengukuran pencapaian
tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah memiliki prosedur pemantauan dan
pengukuran pencapaian tujuan, sasaran, dan
program Keselamatan Pertambangan,
(2) prosedur tersebut belum memadai (belum
menjelaskan metode, frekuensi, ruang lingkup, dan
peralatan yang sesuai), dan
(3) pelaksanaan pemantauan dan pengukuran tujuan,
sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan
belum seluruhnya dilaksanakan sesuai prosedur.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah memiliki prosedur pemantauan dan
pengukuran pencapaian tujuan, sasaran, dan
program Keselamatan Pertambangan,
-554-

(2) prosedur tersebut telah menjelaskan metode,


frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan yang
sesuai, dan
(3) pelaksanaan pemantauan dan pengukuran tujuan,
sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan
belum seluruhnya dilaksanakan sesuai prosedur.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan dan
pengukuran pencapaian tujuan, sasaran, dan
program Keselamatan Pertambangan,
(2) prosedur tersebut telah menjelaskan metode,
frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan yang
sesuai,
(3) pelaksanaan pemantauan dan pengukuran tujuan,
sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan
telah seluruhnya dilaksanakan sesuai prosedur,
dan
(4) hasil pemantauan dan pengukuran pencapaian
tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan belum seluruhnya didokumentasikan,
dievaluasi, dan dibuat rencana pelaksanaan
perbaikan atau tindak lanjutnya.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan dan
-555-

pengukuran pencapaian tujuan, sasaran, dan


program Keselamatan Pertambangan,
(2) prosedur tersebut telah menjelaskan metode,
frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan yang sesuai,
(3) pelaksanaan pemantauan dan pengukuran tujuan,
sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan
telah seluruhnya dilaksanakan sesuai prosedur,
dan
(4) hasil pemantauan dan pengukuran pencapaian
tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan telah seluruhnya didokumentasikan,
dievaluasi, dan dibuat rencana pelaksanaan
perbaikan atau tindak lanjutnya.
2) Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Kerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan pemantauan dan pengukuran kinerja
pengelolaan lingkungan kerja oleh petugas higiene
industri yang ditetapkan Pemegang lUP, lUPK, lUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan Zatau
Pemurnian, lPR, atau lUJP.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, lPR, atau
lUJP belum memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan lingkungan kerja yang menjelaskan
metode, frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan
yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi
pengelolaan lingkungan kerja belum dilaksanakan
sesuai prosedur,
-556-

(3) pemantauan dan pengukuran pengelolaan


lingkungan kerja belum dilaksanakan oleh petugas
higiene industri, dan
(4) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan lingkungan kerja yang menjelaskan
metode, frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan
yang sesuai.
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi
pengelolaan lingkungan kerja telah dilaksanakan
sesuai prosedur.
(3) pemantauan dan pengukuran pengelolaan
lingkungan kerja telah dilaksanakan oleh petugas
higiene industri.
(4) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, lUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
lUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan lingkungan kerja yang menjelaskan
metode, frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan
yang sesuai.
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi
-557-

pengelolaan lingkungan kerja telah dilaksanakan


sesuai prosedur.
(3) pemantauan dan pengukuran pengelolaan
lingkungan kerja telah dilaksanakan oleh petugas
higiene industri.
(4) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/utau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
(5) sebagian tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan lingkungan kerja yang menjelaskan
metode, frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan
yang sesuai.
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi
pengelolaan lingkungan kerja telah dilaksanakan
sesuai prosedur.
(3) pemantauan dan pengukuran pengelolaan
lingkungan kerja telah dilaksanakan oleh petugas
higiene industri.
(4) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
(5) seluruh tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.
-558-

3) Pernantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan Kesehatan


Kerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan pernantauan dan pengukuran kinerja
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belurn rnerniliki prosedur pernantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan,
(2) pernantauan, pengukuran, dan evaluasi
pengelolaan kesehatan kerja belurn dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
(3) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belurn rnenetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnemiliki prosedur pernantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan kesehatan kerja Pertarnbangan,
(2) pernantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
kesehatan kerja Pertambangan telah dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
(3) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belurn rnenetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
-559-

d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:


(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
kesehatan kerja Pertambangan telah dilaksanakan
sesuai prosedur,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi, dan
(4) sebagian tindak Ianjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan yang
menjelaskan metode, frekuensi, ruang lingkup, dan
peralatan yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan telah
dilaksanakan sesuai prosedur,
(3) pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi, dan
(4) seluruh tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.
-560-

4) Pernantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan


Keselamatan Operasi Pertambangan

a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang


IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan pernantauan dan pengukuran kinerja
pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan oleh
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkornpeten di
bidang Keselamatan Operasi.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belurn rnerniliki prosedur pernantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan Keselarnatan Operasi Pertarnbangan
yang rnenjelaskan rnetode, frekuensi, ruang lingkup,
dan peralatan yang sesuai,
(2) pernantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
Keselarnatan Operasi Pertarnban gan belurn
dilaksanakan sesuai prosedur,
(3) pernantauan dan pengukuran pengelolaan
Keselamatan Operasi Pertarnban gan belurn
dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Pertarnbangan
yang Berkornpeten di bidang Keselarnatan Operasi,
dan
(4) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP belurn rnenetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnerniliki prosedur pernantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
-561-

pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan


yang menjelaskan metode, frekuensi, ruang lingkup,
dan peralatan yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
Keselamatan Operasi Pertambangan telah
dilaksanakan sesuai prosedur,
(3) pemantauan dan pengukuran pengelolaan
Keselamatan Operasi Pertambangan telah
dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi,
dan
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP belum menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
yang menjelaskan metode, frekuensi, ruang lingkup,
dan peralatan yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
Keselamatan Operasi Pertambangan telah
dilaksanakan sesuai prosedur,
(3) pemantauan dan pengukuran pengelolaan
Keselamatan Operasi Pertambangan telah
dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten di bidang Keselamatan Operasi,
(4) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi, dan
-562-

(5) sebagian tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan


hasil evaluasi telah dilaksanakan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnerniliki prosedur pernantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan Keselarnatan Operasi Pertarnbangan
yang rnenjelaskan rnetode, frekuensi, ruang lingkup,
dan peralatan yang sesuai,
(2) pernantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
Keselarnatan Operasi Pertambangan telah
dilaksanakan sesuai prosedur,
(3) pernantauan dan pengukuran pengelolaan
keselamatan operasi Pertambangan telah
dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Pertarnbangan
yang Berkornpeten di bidang Keselarnatan Operasi,
(4) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnenetapkan reneana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi, dan
(5) seluruh tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.

5) Pernantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan Bahan


Peledak dan Peledakan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, atau IUJP telah
rnelakukan pernantauan dan pengukuran kinerja
pengelolaan bahan peledak dan peledakan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pernurnian, atau IUJP
belurn rnerniliki prosedur pernantauan, pengukuran
-563-

kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut pengelolaan


bahan peledak dan peledakan yang menjelaskan
metode, frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan
yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
bahan peledak dan peledakan belum dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
(3) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lUJP
belum menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah memiliki prosedur pemantauan, pengukuran
kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut pengelolaan
bahan peledak dan peledakan yang menjelaskan
metode, frekuensi, ruang lingkup, dan peralatan
yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
bahan peledak dan peledakan telah dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lUJP
belum menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan bahan peledak dan peledakan yang
menjelaskan metode, frekuensi, ruang lingkup, dan
peralatan yang sesuai,
-564-

(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan


bahan peledak dan peledakan telah dilaksanakan
sesuai prosedur,
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi, dan
(4) sebagian tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau
IUJP telah memiliki prosedur pemantauan,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan tindak lanjut
pengelolaan bahan peledak dan peledakan yang
menjelaskan metode, frekuensi, ruang lingkup, dan
peralatan yang sesuai,
(2) pemantauan, pengukuran, dan evaluasi pengelolaan
bahan peledak dan peledakan telah dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
(3) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IUJP
telah menetapkan rencana tindak lanjut dan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
(4) seluruh tindak lanjut dan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi telah dilaksanakan.
f) NI A = kriteria audit tidak dapat diaplikasikan dengan
proses yang ada di Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danz atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP

b. lnspeksi Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan


1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
-565-

inspeksi pelaksanaan Keselamatan Pertambangan.


2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertambangan,
b) prosedur inspeksi Keselamatan Pertambangan belum
memadai (belum menjelaskan tujuan, jenis, pelaksana,
objek, jadwal dan frekuensi, lembar periksa, peralatan,
metode atau tata cara, pelaksanaan, klasifikasi bahaya,
laporan, tindak lanjut, evaluasi, dan dokumentasi yang
sesuai), dan
c) berdasarkan evaluasi, pelaksanaan inspeksi
Keselamatan Pertambangan belum dilaksanakan sesuai
prosedur.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertambangan,
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertamban gan yang menjelaskan tujuan, jenis,
pelaksana, objek, jadwal dan frekuensi, lembar periksa,
peralatan, metode atau tata cara, pelaksanaan,
klasifikasi bahaya, laporan, tindak lanjut, evaluasi, dan
dokumentasi yang sesuai, dan
c) berdasarkan evaluasi, pelaksanaan inspeksi
Keselamatan Pertambangan belum dilaksanakan sesuai
-566-

prosedur.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertambangan,
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertambangan yang menjelaskan tujuan, jerus,
pelaksana, objek, jadwal dan frekuensi, lembar periksa,
peralatan, metode atau tata eara, pelaksanaan,
klasifikasi bahaya, laporan, tindak lanjut, evaluasi, dan
dokumentasi yang sesuai),
c) berdasarkan evaluasi, pelaksanaan inspeksi
Keselamatan Pertambangan telah sebagian dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
d) hasil inspeksi Keselamatan Pertamban gan belum
seluruhnya didokumentasikan dan dibuat rene ana
pelaksanaan perbaikan atau tindak lanjutnya.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertamban gan,
b) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur inspeksi Keselamatan
Pertambangan yang menjelaskan tujuan, jenis,
pelaksana, objek, jadwal dan frekuensi, lembar periksa,
-567-

peralatan, metode atau tata cara, pelaksanaan,


klasifikasi bahaya, laporan, tindak lanjut, evaluasi, dan
dokumentasi yang sesuai),
c) berdasarkan evaluasi, pelaksanaan inspeksi
Keselamatan Pertambangan telah dilaksanakan sesuai
prosedur,
d) hasil inspeksi Keselamatan Pertamban gan telah
seluruhnya didokumentasikan dan dibuat rencana
pelaksanaan perbaikan atau tindak lanjutnya, dan
e) rencana perbaikan atas hasil inspeksi Keselamatan
Pertambangan tersebut telah dilaksanakan.

c. Evaluasi Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-


undangan dan Persyaratan Lainnya yang Terkait
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur untuk melakukan evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
b) prosedur tersebut belum memadai,
c) pelaksanaan evaluasi tersebut belum dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
d) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
belum menyusun rencana dan pelaksanaan tindak
lanjut berdasarkan hasil evaluasi.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
-568-

telah rnemiliki prosedur untuk rnelakukan evaluasi


kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
b) prosedur tersebut telah rnernadai,
c) pelaksanaan evaluasi tersebut belurn dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
d) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP
belurn rnenyusun rencana dan pelaksanaan tindak
lanjut berdasarkan hasil evaluasi.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
a) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP
telah rnemiliki prosedur untuk rnelakukan evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
b) prosedur tersebut telah rnernadai,
c) pelaksanaan evaluasi tersebut telah dilaksanakan sesuai
prosedur,
d) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP
telah rnenyusun rencana dan pelaksanaan tindak lanjut
berdasarkan hasil evaluasi, dan
e) sebagian rencana pelaksanaan perbaikan atau tindak
lanjut hasil perbaikan telah ditindaklanjuti.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
a) pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP
telah rnerniliki prosedur untuk rnelakukan evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait,
b) prosedur tersebut telah rnernadai,
c) pelaksanaan evaluasi tersebut telah dilaksanakan sesuai
prosedur,
-569-

d) Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah menyusun reneana dan pelaksanaan tindak lanjut
berdasarkan hasil evaluasi, dan
e) seluruh reneana pelaksanaan perbaikan atau tindak
lanjut hasil perbaikan telah ditindaklanjuti.

d. Penyelidikan Keeelakaan, Kejadian Berbahaya, Kejadian Akibat


Penyakit Tenaga Kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
1) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah melakukan
evaluasi dan menindaklanjuti hasillaporan dari penyelidikan
keeelakaan, Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja.
2) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur penyelidikan keeelakaan,
Bejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, dan Penyakit Akibat Kerja,
b) prosedur tersebut belum memadai,
c) pelaksanaan penyelidikan keeelakaan, kejadian
berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
Penyakit Akibat Kerja belum dilaksanakan sesuai
prosedur, dan
d) pelaksanaan tersebut belum seluruhnya
didokumentasikan, dikomunikasikan dan dibuat
reneana pelaksanaan tindakan koreksi serta
pemantauan tindak lanjutnya.
3) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur penyelidikan keeelakaan,
Bejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
-570-

kerja, dan Penyakit Akibat Kerja,


b) prosedur tersebut telah meliputi pelaporan awal,
pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian,
pembentukan tim penyelidikan, tahapan penyelidikan,
tahap pemantauan dan tahap evaluasi penyelidikan
kecelakaan atau Kejadian Berbahaya,
c) pelaksanaan penyelidikan kecelakaan, kejadian
berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
Penyakit Akibat Kerja belum sepenuhnya dilaksanakan
sesuai prosedur, dan
d) pelaksanaan tersebut belum seluruhnya
didokumentasikan, dikomunikasikan dan dibuat
rencana pelaksanaan tindakan koreksi serta
pemantauan tindak lanjutnya.
4) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan:
a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur penyelidikan kecelakaan,
Bejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, dan Penyakit Akibat Kerja,
b) prosedur tersebut telah meliputi pelaporan awal,
pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian,
pembentukan tim penyelidikan, tahapan penyelidikan,
tahap pemantauan dan tahap evaluasi penyelidikan
kecelakaan atau Kejadian Berbahaya,
c) pelaksanaan penyelidikan kecelakaan, kejadian
berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
Penyakit Akibat Kerja telah dilaksanakan sesuai
prosedur, dan
d) pelaksanaan tersebut belum seluruhnya
didokumentasikan, dikomunikasikan dan dibuat
rencana pelaksanaan tindakan koreksi serta
pemantauan tindak lanjutnya.
5) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
-571-

a) pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
telah memiliki prosedur penyelidikan kecelakaan,
Bejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, dan Penyakit Akibat Kerja,
b) prosedur tersebut telah meliputi pelaporan awal,
pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian,
pembentukan tim penyelidikan, tahapan penyelidikan,
tahap pemantauan dan tahap evaluasi penyelidikan
kecelakaan atau Kejadian Berbahaya,
c) pelaksanaan penyelidikan kecelakaan, kejadian
berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
Penyakit Akibat Kerja telah dilaksanakan sesuar
prosedur,
d) pelaksanaan tersebut telah seluruhnya
didokumentasikan, dikomunikasikan sebagai bentuk
edukasi, dan
e) tindakan koreksi telah seluruhnya dilaksanakan.

e. Evaluasi Pengelolaan Administrasi Keselamatan Pertambangan


1) Buku Tambang
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku tambang.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku tambang, dengan
kondisi:
(1) evaluasi belum seluruhnya mencakup pelaksanaan
perintah, larangan, petunjuk, serta pemberitahuan
dari KaIT dan Inspektur Tamban g, pendaftaran-
pendaftaran yang dipersyaratkan dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan,
-572-

(2) evaluasi belum dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali


dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belum ditindakianjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PTL belum
melaksanakan larangan, perintah, dan petunjuk
lnspektur Tambang dalam buku tamb an g,
dany atau KIT atau PTL belum mencatat hal-hal
yang diwajibkan untuk didaftarkan di buku
tambang berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan .
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau lPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku tambang, dengan
kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup pelaksanaan perintah,
larangan, petunjuk, serta pemberitahuan dari KaIT
dan lnspektur Tambang, pendaftaran-pendaftaran
yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan
perundang -undangan,
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belum ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PTL belum
melaksanakan larangan, perintah, dan petunjuk
lnspektur Tambang dalam buku tamb an g,
dan/atau KIT atau PTL belum mencatat hal-hal
yang diwajibkan untuk didaftarkan di buku
tambang berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau lPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku tambang, dengan
-573-

kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup pelaksanaan perintah,
larangan, petunjuk, serta pemberitahuan dari KalT
dan Inspektur Tambang, pendaftaran-pendaftaran
yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan
perundang -undangan,
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT atau PTL belum
melaksanakan larangan, perintah, dan petunjuk
Inspektur Tambang dalam buku tamb an g,
danfatau KTT atau PTL belum mencatat hal-hal
yang diwajibkan untuk didaftarkan di buku
tambang berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan .
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danf atau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku tambang, dengan
kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup pelaksanaan perintah,
larangan, petunjuk, serta pemberitahuan dari KalT
dan Inspektur Tambang, pendaftaran-pendaftaran
yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan,
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PTL telah
melaksanakan larangan, perintah, dan petunjuk
Inspektur Tambang dalam buku tamb an g,
danfatau KIT atau PTLtelah mencatat hal-hal yang
diwajibkan untuk didaftarkan di buku tambang
-574-

berdasarkan ketentuan peraturan perundangan.

2) Buku Daftar Kecelakaan Tambang


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku daftar kecelakaan
tambang.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku daftar kecelakaan
tambang, dengan kondisi:
(1) evaluasi belum mencakup nomor urut kecelakaan
tambang untuk 1 (satu) korban dengan 1 (satu)
penomoran; waktu, hari, dan jam kecelakaan;
tempat kecelakaan; nama, jenis kelamin, dan umur
dari korban kecelakaan; jabatan dan berapa lama
dipegang oleh orang yang mendapat kecelakaan;
sifat kecelakaan; pekerjaan yang sedang dilakukan
pada saat kecelakaan; saksi-saksi kecelakaan;
uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya
yang dibuat dan ditandatangani oleh KIT atau PTL
atau orang yang ditunjuk; dan waktu dilaporkan
kepada KaIT,
(2) evaluasi belum dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam)bulan,
(3) hasil evaluasi belum ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT atau PTL belum
seluruhnya mendaftarkan setiap kecelakaan
tambang yang berakibat cidera ringan, berat, dan
mati [jika ada) dalam buku daftar kecelakaan
tambang.
-575-

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, atau IPR telah
rnelakukan evaluasi pengelolaan buku daftar kecelakaan
tambang, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah rnencakup nornor urut kecelakaan
tambang untuk 1 (satu) korban dengan 1 (satu)
penomoran; waktu, hari, dan jam kecelakaan;
ternpat kecelakaan; nama, jenis kelamin, dan urnur
dari korban kecelakaan; jabatan dan berapa lama
dipegang oleh orang yang rnendapat kecelakaan;
sifat kecelakaan; pekerjaan yang sedang dilakukan
pada saat kecelakaan; saksi-saksi kecelakaan;
uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya
yang dibuat dan ditandatangani oleh KTTatau PTL
atau orang yang ditunjuk; dan waktu dilaporkan
kepada KalT,
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belurn ditindaklanjuti, da
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PTL belurn
seluruhnya mendaftarkan setiap kecelakaan
tarnbang yang berakibat cidera ringan, berat, dan
mati [jika ada) dalam buku daftar kecelakaan
tambang.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lPR telah
rnelakukan evaluasi pengelolaan buku daftar kecelakaan
tambang, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup nornor urut kecelakaan
tarnbang untuk 1 (satu) korban dengan 1 (satu)
penornoran; waktu, hari, dan jam kecelakaan;
tempat kecelakaan; nama, jenis kelarnin, dan urnur
-576-

dari korban kecelakaan; jabatan dan berapa lama


dipegang oleh orang yang mendapat kecelakaan;
sifat kecelakaan; pekerjaan yang sedang dilakukan
pada saat kecelakaan; saksi-saksi kecelakaan;
uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya
yang dibuat dan ditandatangani oleh KTTatau PTL
atau orang yang ditunjuk; dan waktu dilaporkan
kepada KaIT,
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PTL belum
seluruhnya mendaftarkan setiap kecelakaan
tambang yang berakibat cidera ringan, berat, dan
mati [jika ada) dalam buku daftar kecelakaan
tambang.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pengelolaan buku daftar kecelakaan
tambang, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup nomor urut kecelakaan
tambang untuk 1 (satu) korban dengan 1 (satu)
penomoran; waktu, hari, dan jam kecelakaan;
tempat kecelakaan; nama, jenis kelamin, dan umur
dari korban kecelakaan; jabatan dan berapa lama
dipegang oleh orang yang mendapat kecelakaan;
sifat kecelakaan; pekerjaan yang sedang dilakukan
pada saat kecelakaan; saksi-saksi kecelakaan;
uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya
yang dibuat dan ditandatangani oleh KTTatau PTL
atau orang yang ditunjuk; dan waktu dilaporkan
kepada KaIT,
-577-

(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali


dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti,
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT atau PTL telah
mendaftarkan setiap kecelakaan tambang yang
berakibat cidera ringan, berat, dan mati [jika ada)
dalam buku daftar kecelakaan tambang.
3) Pelaporan Keselamatan Pertambangan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan evaluasi pelaporan Keselamatan
Pertamban gan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan evaluasi pelaporan Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) evaluasi belum mencakup ketepatan waktu
penyampaian laporan, kesesuaian isi laporan, dan
isi laporan.
(2) evaluasi belum dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belum ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PfL belum
menyampaikan seluruh laporan tertulis aspek
Keselamatan Pertambangan kepada KaIT,pelaporan
belum sesuai format yang ditetapkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan penyampaian
laporan tidak memenuhi tata waktu yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
-578-

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lPR telah
melakukan evaluasi pelaporan Keselamatan
Pertamban gan, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup ketepatan waktu
penyampaian laporan, kesesuaian isi laporan, dan
isi laporan.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belurn ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT atau PTL belum
menyampaikan seluruh laporan tertulis aspek
Keselamatan Pertambangan kepada KaIT,pelaporan
belurn sesuai format yang ditetapkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan penyampaian
laporan tidak memenuhi tata waktu yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lPR telah
melakukan evaluasi pelaporan Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup ketepatan waktu
penyampaian laporan, kesesuaian isi laporan, dan
isi laporan.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT atau PTL belum
menyampaikan seluruh laporan tertulis aspek
Keselamatan Pertambangan kepada KaIT,pelaporan
belum sesuai format yang ditetapkan ketentuan
-579-

peraturan perundang-undangan, dan penyampaian


laporan tidak memenuhi tata waktu yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau IPR telah
melakukan evaluasi pelaporan Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup ketepatan waktu
penyampaian laporan, kesesuaian isi laporan, dan
isi laporan.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KTT atau PTL telah
menyampaikan seluruh laporan tertulis aspek
Keselamatan Pertambangan kepada KaIT,pelaporan
telah sesuai format yang ditetapkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan penyampaian
laporan telah memenuhi tata waktu yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
4) Dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan darr/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan evaluasi dokumentasi Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
-580-

melakukan evaluasi dokumentasi Kejadian Berbahaya,


kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja, dengan kondisi:
(1) evaluasi belum meneakup kesesuaian lSI,

kesesuaian format, hasil analisis terhadap


penyebab kejadian, dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi belum dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belum ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT, PTL, atau PJO
belum mendokumentasikan sebagian Kejadian
Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
dan Penyakit Akibat Kerja dengan menggunakan
format khusus yang ditentukan oleh KaIT.
e) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan evaluasi dokumentasi Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah meneakup kesesuaian isi, kesesuaian
format, hasil analisis terhadap penyebab kejadian,
dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi belum ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT, PTL, atau PJO
belum mendokumentasikan sebagian Kejadian
Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
dan Penyakit Akibat Kerja dengan menggunakan
format khusus yang ditentukan oleh KalT
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
-581-

melakukan evaluasi dokumentasi Kejadian Berbahaya,


kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup kesesuaian isi, kesesuaian
format, hasil analisis terhadap penyebab kejadian,
dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT, PTL, atau PJO
belum mendokumentasikan sebagian Kejadian
Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
dan Penyakit Akibat Kerja dengan menggunakan
format khusus yang ditentukan oleh KaIT.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
melakukan evaluasi dokumentasi Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup kesesuaian isi, kesesuaian
format, hasil analisis terhadap penyebab kejadian,
dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti, dan
(4) berdasarkan hasil evaluasi, KIT atau PTL belum
mendokumentasikan sebagian Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja telah menggunakan format khusus
yang ditentukan oleh KalT.

5) Dokumen dan Laporan Pemenuhan Kompetensi serta


Persyaratan Lainnya
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
-582-

IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan evaluasi dokurnen dan laporan pernenuhan
kornpetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan serta persyaratan lainnya.

b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang


IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan evaluasi dokurnen dan laporan pernenuhan
kornpetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan serta persyaratan lainnya, dengan kondisi:
(1) evaluasi belurn rnencakup tingkat pernenuhan
persyaratan dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi belurn dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan, dan
(3) hasil evaluasi belurn ditindaklanjuti sepenuhnya

c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang


IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan evaluasi dokurnen dan laporan pernenuhan
kornpetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan serta persyaratan lainnya, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah rnencakup tingkat pernenuhan
persyaratan dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi belurn dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalarn jangka waktu 6 (enam) bulan, dan
(3) hasil evaluasi belurn ditindaklanjuti sepenuhnya.

d) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang


IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnelakukan evaluasi dokurnen dan laporan pernenuhan
kornpetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan serta persyaratan lainnya, dengan kondisi:
-583-

(1) evaluasi telah mencakup tingkat pemenuhan


persyaratan dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan, dan
(3) hasil evaluasi belum ditindaklanjuti sepenuhnya

e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan evaluasi dokumen dan laporan pemenuhan
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan serta persyaratan lainnya, dengan kondisi:
(1) evaluasi telah mencakup tingkat pemenuhan
persyaratan dan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) evaluasi telah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan, dan
(3) hasil evaluasi telah ditindaklanjuti sepenuhnya

f. Audit Internal Penerapan SMKP Minerba atau SMKP Khusus


untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melakukan audit internal penerapan SMKP Minerba
atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau
Pemurnian paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
memiliki prosedur pelaksanaan audit internal penerapan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) prosedur pelaksanaan audit internal belum
memadai, dan
-584-

(2) pelaksanaan audit internal penerapan SMKP


Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pernurnian belurn dilaksanakan sesuai
prosedur.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnerniliki prosedur pelaksanaan audit internal penerapan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/ atau Pernurnian, dengan kondisi:
(1) prosedur pelaksanaan audit internal telah rneliputi
ruang lingkup, frekuensi, rnetodologi, kornpetensi
auditor, tanggung jawab dan persyaratan
pelaksanaan audit, serta pelaporan hasil audit, dan
(2) pelaksanaan audit internal penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
danj atau Pernurnian belurn dilaksanakan sesuai
prosedur.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnerniliki prosedur pelaksanaan audit internal penerapan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pernurnian, dengan kondisi:
(1) prosedur pelaksanaan audit internal telah rneliputi
ruang lingkup, frekuensi, rnetodologi, kornpetensi
auditor, tanggung jawab dan persyaratan
pelaksanaan audit, serta pelaporan hasil audit,
(2) pelaksanaan audit internal penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
danjatau Pernurnian telah dilaksanakan sesuai
prosedur, dan
(3) hasil audit belurn seluruhnya didokurnentasikan
dan dibuat rencana pelaksanaan tindak lanjutnya.
-585-

e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang


lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
memiliki prosedur pelaksanaan audit internal penerapan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
darr/ atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) prosedur pelaksanaan audit internal telah meliputi
ruang lingkup, frekuensi, metodologi, kompetensi
auditor, tanggung jawab dan persyaratan
pelaksanaan audit, serta pelaporan hasil audit,
(2) pelaksanaan audit internal penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pemurnian telah dilaksanakan sesuai
prosedur, dan
(3) hasil audit telah seluruhnya didokumentasikan dan
dibuat rencana pelaksanaan tindak lanjutnya, dan
rencana tersebut telah dilaksanakan.

g. Rencana Perbaikan dan Tindak Lanjut


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
memiliki rencana perbaikan dan tindak lanjut
ketidaksesuaian terhadap standar kerja, praktik kerja,
prosedur kerja, persyaratan dalam ketentuan peraturan
perundang- undangan, dan persyaratan- persyaratan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pemurnian yang dapat menyebabkan cidera
atau penyakit, kerusakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan Pertambangan, dan I atau kerusakan
lingkungan kerja Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah memiliki prosedur untuk
-586-

rnenindaklanjuti ketidaksesuaian, namun prosedur


tersebut belurn rnernadai, dan
(2) pelaksanaan perencanaan perbaikan dan tindak
lanjut tersebut belurn dilaksanakan sesuar
prosedur.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnerniliki prosedur untuk
rnenindaklanjuti ketidaksesuaian yang telah
rnencakup identifikasi dan perbaikan
ketidaksesuaian, analisis penyebab
ketidaksesuaian, evaluasi kebutuhan tindakan
untuk rnencegah ketidaksesuaian, catatan dan
kornunikasi hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan, dan evaluasi efektifitas tindakan
perbaikan dan pencegahan, dan
(2) pelaksanaan perencanaan perbaikan dan tindak
lanjut tersebut belurn dilaksanakan sesuai
prosedur.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan:
(1) pernegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IPR, atau
IUJP telah rnemiliki prosedur untuk
rnenindaklanjuti ketidaksesuaian yang telah
rnencakup identifikasi dan perbaikan
ketidaksesuaian, analisis penyebab
ketidaksesuaian, evaluasi kebutuhan tindakan
untuk rnencegah ketidaksesuaian, catatan dan
kornunikasi hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan, dan evaluasi efektifitas tindakan
perbaikan dan pencegahan,
(2) pelaksanaan perencanaan perbaikan dan tindak
lanjut telah dilaksanakan sesuai prosedur, dan
-587-

(3) perbaikan dan tindak lanjut belum seluruhnya


didokumentasikan dan dilaksanakan sesuai
perencanaan.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan:
(1) pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pemurnian, lPR, atau
lUJP telah memiliki prosedur untuk
menindaklanjuti ketidaksesuaian yang telah
mencakup identifikasi dan perbaikan
ketidaksesuaian, analisis penyebab
ketidaksesuaian, evaluasi kebutuhan tindakan
untuk mencegah ketidaksesuaian, catatan dan
komunikasi hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan, dan evaluasi efektifitas tindakan
perbaikan dan pence gahan,
(2) pelaksanaan perencanaan perbaikan dan tindak
lanjut telah dilaksanakan sesuai prosedur, dan
(3) perbaikan dan tindak lanjut telah seluruhnya
didokumentasikan dan dilaksanakan sesuai
perencanaan.
6. Dokumentasi
1) Penyusunan, Penetapan, dan Pendokumentasian Manual
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
darr/ atau Pemurnian
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan / atau Pemurnian.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
-588-

manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) manual SMKP belum mencakup ruang lingkup
SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada Pengolahan
dan/ atau Pernurnian, prosedur terdokumentasi
yang ditetapkan untuk SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan
uraian dari interaksi antara elemen-elemen dalam
SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada Pengolahan
darr/atau Pemurnian dan acuan dokumen dari
elemen terkait; dan
(2) manual SMKP belum disahkan oleh manajemen
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan/ atau Pernurnian, dengan kondisi:
(1) manual SMKPtelah mencakup ruang lingkup SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pernurnian, prosedur terdokumentasi
yang ditetapkan untuk SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan
uraian dari interaksi antara elemen-elemen dalam
SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada Pengolahan
dan Zatau Pemurnian dan acuan dokumen dari
elemen terkait;
(2) manual SMKP telah disahkan oleh manajemen
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP;
-589-

(3) manual SMKP belum disosialisasikan kepada


seluruh departemerr/bagian dari Pekerja; dan
(4) manual SMKP belum secara konsisten digunakan
dalam penyusunan dokumen level selanjutnya.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) manual SMKPtelah mencakup ruang lingkup SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, prosedur terdokumentasi
yang ditetapkan untuk SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dari/atau Pemurnian, dan
uraian dari interaksi antara elemen-elemen dalam
SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada Pengolahan
dan /atau Pemurnian dan acuan dokumen dari
elemen terkait;
(2) manual SMKP telah disahkan oleh manajemen
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, lPR, dan
lUJP;
(3) manual SMKPtelah disosialisasikan kepada seluruh
departemen Ibagian dari Pekerja; dan
(4) manual SMKP belum secara konsisten digunakan
dalam penyusunan dokumen level selanjutnya.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan / atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) manual SMKPtelah mencakup ruang lingkup SMKP
-590-

Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan


dan/ atau Pemurnian, prosedur terdokumentasi
yang ditetapkan untuk SMKP Minerba atau SMKP
khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian, dan
uraian dari interaksi antara elemen-elernen dalam
SMKPMinerba atau SMKPkhusus pada Pengolahan
dany atau Pemurnian dan acuan dokumen dari
elemen terkait;
(2) manual SMKP telah disahkan oleh manajemen
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP;
(3) manual SMKPtelah disosialisasikan kepada seluruh
departemen/bagian dari Pekerja; dan
(4) manual SMKP telah secara konsisten digunakan
dalam penyusunan dokumen level selanjutnya.
2) Penyusunan, Penetapan, Penerapan, dan Pendokumentasian
Prosedur Pengendalian Dokumen Keselamatan
Pertambangan.
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, menerapkan , dan
mendokumentasikan prosedur pengendalian dokumen
Keselamatan Pertambangan oleh personel yang ditunjuk
oleh Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian dokumen Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) prosedur pengendalian dokumen belum memadai;
-591-

dan
(2) prosedur pengendalian dokumen belum diterapkan
secara konsisten oleh personel yang ditunjuk oleh
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian dokumen Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) prosedur pengendalian dokumen telah meliputi
persetujuan pengeluaran/penerbitan dan
pengendalian dokumen, perubahan dan modifikasi
dokumen, dan identifikasi dan pengelolaan dokumen
yang berasal dari luar yang terkait; dan
(2) prosedur pengendalian dokumen belum diterapkan
secara konsisten oleh personel yang ditunjuk oleh
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dari/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian dokumen Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) prosedur pengendalian dokumen telah meliputi
persetujuan pengeluaran/penerbitan dan
pengendalian dokumen, perubahan dan modifikasi
dokumen, dan identifikasi dan pengelolaan dokumen
yang berasal dari luar yang terkait, dan
(2) prosedur pengendalian dokumen telah diterapkan
-592-

secara konsisten oleh personel yang ditunjuk oleh


Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP.
3) Penyusunan, Penetapan, Penerapan, dan Pendokumentasian
Prosedur Pengendalian Rekaman Keselamatan Pertambangan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, menerapkan , dan
mendokumentasikan prosedur pengendalian rekaman
Keselamatan Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian rekaman Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
1) prosedur pengendalian rekaman belum memadai;
2) prosedur pengendalian rekaman belum diterapkan
secara konsisten; dan
3) rekaman Keselamatan Pertamban gan belum
didokumen tasikan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian rekaman Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) prosedur pengendalian rekaman telah meliputi
proses identifikasi, penyimpanan, perlindungan,
akses, penentuan masa simpan, dan pemusnahan
rekaman;
(2) prosedur pengendalian rekaman belum diterapkan
-593-

secara konsisten; dan


(3) rekaman Keselamatan Pertamban gan belum
didokumen tasikan.
d) Nilai 3: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menyusun, menetapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian rekaman Keselamatan
Pertambangan, dengan kondisi:
(1) prosedur pengendalian rekaman telah meliputi
proses identifikasi, penyimpanan, perlindungan,
akses, penentuan masa simpan, dan pemusnahan
rekaman;
(2) prosedur pengendalian rekaman telah diterapkan
secara konsisten; dan
(3) rekaman Keselamatan Pertambangan telah
didokumentasikan dengan konsisten sehingga tetap
dapat dibaca, diidentifikasi, dan ditelusuri.

4) Penetapan Jenis Dokumen dan Rekaman


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menetapkan jenis dokumen dan rekaman sesuai dengan
elemen-elemen SMKP Minerba atau SMKPkhusus pada
Pengolahan dan / atau Pemurnian.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menetapkan jenis dokumen dan rekaman, namun belum
mencakup seluruh elemen-elemen SMKP Minerba atau
SMKPkhusus pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
-594-

menetapkan jenis dokumen dan rekaman yang telah


mencakup seluruh elemen-elemen SMKP Minerba atau
SMKPkhusus pada Pengolahan danj atau Pemurnian.

7. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Kinerja


1) Pelaksanaan Tinjauan Manajemen Penerapan SMKP Minerba
atau SMKP khusus pada Pengolahan danj atau Pemurnian
oleh Manajemen Tertinggi pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan danjatau Pemurnian,
lPR, atau lUJP
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan manajemen
tertinggi pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan danjatau Pemurnian, lPR,
atau lUJP telah melakukan tinjauan manajemen
terhadap penerapan SMKP Minerba atau SMKPkhusus
pada Pengolahan danjatau Pemurnian secara terencana
dan berkaIa paling sedikit 1 (satu) tahun sekali yang
hasilnya didokumentasikan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan manajemen
pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah melakukan tinjauan manajemen terhadap
penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan danj atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) tidak dilakukan oleh pimpinan tertinggi; dan
(2) tidak dilakukan secara terencana dan berkala.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan manajemen
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, lPR, atau lUJP
telah melakukan tinjauan manajemen terhadap
penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan danj atau Pemurnian, dengan kondisi:
(1) tidak dilakukan oleh pimpinan tertinggi; dan
(2) dilakukan secara terencana dan berkala.
-595-

d) Nilai 3: Terdapat bukti yang rnenunjukkan rnanajernen


pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP
telah rnelakukan tinjauan rnanajernen terhadap
penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan / atau Pernurnian, dengan kondisi:
(1) dilakukan oleh pirnpinan tertinggi; dan
(2) tidak dilakukan secara terencana dan berkala.
e) Nilai 4: Terdapat bukti yang rnenunjukkan rnanajernen
pernegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pernurnian, IPR, atau IUJP
telah rnelakukan tinjauan rnanajernen terhadap
penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan / atau Pernurnian, dengan kondisi:
(1) dilakukan oleh pirnpinan tertinggi; dan
(2) dilakukan secara terencana dan berkala paling
sedikit 1 (satu) tahun sekali dan hasilnya
didokurnen tasikan.

2) Pendokurnentasian Catatan Hasil Tinjauan Manajernen


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnendokurnentasikan catatan hasil tinjauan rnanajernen.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnendokurnentasikan catatan hasil tinjauan rnanajernen,
namun rnasukan tinjauan rnanajernen berdasarkan
catatan tersebut belurn rnernadai.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang rnenunjukkan pernegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pernurnian, IPR, atau IUJP telah
rnendokurnentasikan catatan hasil tinjauan rnanajernen,
dan rnasukan tinjauan rnanajernen berdasarkan catatan
-596-

tersebut telah memadai (mencakup masukan mengenai


kebijakan Keselamatan Pertambangan, hasil audit
penerapan SMKP Minerba, daftar risiko, hasil evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait, tindak
lanjut terhadap tinjauan manajeman sebelumnya, hasil
dari partisipasi dan konsultasi, komunikasi yang
berhubungan dengan pihak eksternal terkait, termasuk
keluhan-keluhan, tingkat pencapaian kinerja
Keselamatan Pertambangan termasuk tujuan, sasaran,
dan program, status penyelidikan kecelakaan, Kejadian
Berbahaya, kejadian akibat tenaga kerja, dan Penyakit
Akibat Kerja, tindakan perbaikan, dan pencegahan,
perubahan yang terjadi, termasuk peraturan perundang-
undangan dan struktur organisasi Keselamatan
Pertambangan, dan rekomendasi peningkatan
Keselamatan Pertambangan.
3) Keluaran dari Tinjauan Manajemen Keselamatan
Pertambangan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan keluaran
dari tinjauan manajemen Keselamatan Pertambangan
telah menghasilkan keputusan dan tindakan yang
berhubungan dengan efektifitas sistem manajemen dan
kegiatanjprosesnya, peningkatan kinerja Keselamatan
Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan keluaran dari
tinjauan manajemen Keselamatan Pertambangan telah
menghasilkan keputusan dan tindakan yang
berhubungan dengan efektifitas sistem manajemen dan
kegiatanjprosesnya, peningkatan kinerja Keselamatan
Pertamban gan, namun belum sepenuhnya
mempertimbangkan kebijakan Keselamatan
Pertambangan, kinerja Keselamatan Pertambangan,
sumber daya, dan elernen-elemen lain SMKP Minerba
-597-

atau SMKP khusus pada Pengolahan danj atau


Pemurnian.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan keluaran dari
tinjauan manajemen Keselamatan Pertambangan telah
menghasilkan keputusan dan tindakan yang
berhubungan dengan efektifitas sistem manajemen dan
kegiatanjprosesnya, peningkatan kinerja Keselamatan
Pertambangan, dan telah sepenuhnya
mempertimbangkan kebijakan Keselamatan
Pertambangan, kinerja Keselamatan Pertambangan,
sumber daya, dan elemen-elemen lain SMKP Minerba
atau SMKP khusus pada Pengolahan danj atau
Pemurnian.

4) Pencatatan, Pendokumentasian, dan Pelaporan Hasil


Tinjauan Manajemen
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan perusahan
telah melakukan pencatatan, pendokumentasian,
pelaporan hasil tinjauan manajemen kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dan belum dilakukan komunikasi
kepada yang memerlukannya.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan danj atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
dilakukan pencatatan, pendokumentasian, pelaporan
hasil tinjauan manajemen kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, namun belum dilakukan komunikasi
kepada yang memerlukannya.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan telah
dilakukan pencatatan, pendokumentasian, pelaporan
hasil tinjauan manajemen kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan telah dilakukan komunikasi kepada
yang memerlukannya.
-598-

5) Pelaksanaan Peningkatan Kinerja


a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan perusahan
telah melaksanakan peningkatan kinerja dalam hal
terjadi perubahan peraturan perundang-undangan,
adanya tuntutan dari pemangku kepentingan, adanya
perubahan bisnis pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, atau IUJP, terjadi perubahan struktur
organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR,
atau IUJP, adanya perkembangan pemanfaatan
teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun,
pengembangan, dan penerapan teknologi Pertambangan,
adanya hasil kajian kecelakaan, Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan/ atau
Penyakit Akibat Kerja di tempat kerja, adanya pelaporan;
dan/ atau adanya masukan dari pekerja.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP telah
melaksanakan peningkatan kinerja dalam hal terjadi
perubahan peraturan perundang-undangan, adanya
tuntutan dari pemangku kepentingan, adanya
perubahan bisnis pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP, terjadi perubahan struktur
organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR,
atau IUJP, adanya perkembangan pemanfaatan
teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun,
pengembangan, dan penerapan teknologi Pertambangan,
adanya hasil kajian kecelakaan, Kejadian Berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan/ atau
Penyakit Akibat Kerja di tempat kerja, adanya pelaporan;
-599-

darr/ atau adanya masukan dari pekerja.

6) Penggunaan Tinjauan Hasil dari Tindak Lanjut Rencana


Perbaikan dalam Penentuan Kebijakan
a) Nilai 0: Tidak ada bukti yang menunjukkan perusahan
menggunakan tinjauan hasil dari tindak lanjut
perbaikan sebagai dasar dalam penentuan kebijakan
atas proses peningkatan kinerja Keselamatan
Pertambangan.
b) Nilai 1: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menggunakan sebagian dari tinjauan hasil dari tindak
lanjut perbaikan sebagai dasar dalam penentuan
kebijakan atas proses peningkatan kinerja Keselamatan
Pertamban gan.
c) Nilai 2: Terdapat bukti yang menunjukkan pemegang
lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan / atau Pemurnian, lPR, atau lUJP telah
menggunakan seluruh dari tinjauan hasil dari tindak
lanjut perbaikan sebagai dasar dalam penentuan
kebijakan atas proses peningkatan kinerja Keselamatan
Pertambangan.

E. Pelaporan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada pengolahan dan Zatau
pemurnian

Hasil pelaksanaan audit internal penerapan SMKP Minerba atau SMKP


khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dilaporkan paling lambat 30
(tiga puluh hari) setelah triwulan keempat.

Hasil pelaksanaan audit eksternal penerapan SMKP Minerba atau SMKP


khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian dilaporkan paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah audit dilaksanakan.

Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan


dan Zatau Pemurnian, atau lPR dalam menyusun laporan dengan
-600-

sistematika sebagai berikut:

1. halaman judul
2. latar belakang;
3. gambaran umum Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan darr/ atau Pemurnian, atau lPR;
4. lingkup audit;
5. pelaksanaan audit dan tim auditor;
6. ringkasan laporan dan penilaian audit; dan
f. lampiran-lampiran.

Pemegang lUP, IUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan


darr/ atau Pemurnian, IPR, atau lUJP dalam menyusun laporan
menggunakan format sebagai berikut:

1. Halaman Judul

LAPORAN NTERNAL/ EKSTERNAL AUDIT PENERAPAN SISTEM


MANAJEMENKESELAMATAN
PERTAMBANGAN
MINERALDANBATUBARA
(dicetak tebal huruf kapital, jenis huruf Arial, ukuran 18)

Nama Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi Khusus Untuk


Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lPR
Alamat Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi Khusus Untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IPR
Tanggal/Bulan/Tahun Lama Pelaksanaan Audit
(Nama dan Alamat Pemegang Izin serta Tanggal pelaksanaan audit
dicetak tebal huruf kapital, jenis huruf Arial, ukuran 14)
-601-

2. Latar Belakang
I. Latar Beiakang memuat:
Audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
danl atau Pemurnian ini merupakan bagian dari penerapan
Elemen SMKPMinerba sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018
dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1827.K/30/MEM/2018 Lampiran IV serta Keputusan Dirjen
Mineral dan Batubara Nomor 185.K/30/DJB/2019 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan SMKPMinerba.
Audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pemurnian ill! bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tingkat penerapan SMKP Minerba di pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau IPR [nama pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus uniuk: Pengolahan dan/ atau Pemurnian; atau IPRJ
sejak periode [tanggal/bulan/tahunJ sampai dengan periode
[tanggal/ bulan/ tahunj.
(Tulisan dengan jenis huruf Arial, ukuran 12, rata kiri kanan
atau justify)

3. Gambaran Umum Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus


untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
II. Gambaran Umum Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengoiahan dan! atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
memuat:
Adapun gambaran umum pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau
IPR [nama pemegang !UP, IUPK, !UP Operasi Produksi khusus uniuk:
Pengolahan dan/atau Pemurnian, atau !PRJadalah sebagai berikut:
2.1. [Menjelaskan informasi terkait domisili dan legalitas
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau IPR yang diaudit].
-602-

2.2. [Menjelaskan informasi kegiatan Pemegang lUP, lUPK, lUP


Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan Zatau
Pernurnian, atau lPR, jenis perizinan, jenis komoditas
tambang, jumlah produksi, struktur organisasi, jenis dan
jumlah kegiatan, jumlah Pekerja, dan jumlah peralatan].
2.3. [Menjelaskan informasi SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan Zatau Pemurnian yang diterapkan
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau lPR]
(Tulisan dengan jenis humf Aria!, ukuran 12, rata kiri dan
kanan atau justify)

4. Lingkup Audit

III. Lingkup Audit, memuat:


Audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pemurnian ini merupakan audit intemai/eksternal yang
merupakan audit berkala dari periode sebelumnya untuk
mendapatkan gambaran tingkat penerapan SMKP Minerba pada
Pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan Zatau Pemurnian, atau lPR [nama Pemegang IUP,
IUPf(, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau [PRJ
Audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan Zatau Pemurnian ini dilaksanakan dengan mengambil sampel
berdasarkan judgement auditor dari setiap area kegiatan yang
terdiri atas:
3.1. [sebutkan nama area satu yang berada di pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj'atau Pemurnian, atau lPR yang menjadi objek audit];
3.2. [sebutkan nama area dua yang berada di pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian, atau lPR yang menjadi objek audit];
3.3. [sebutkan nama area tiga yang berada di pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
-603-

danj atau Pemurnian, atau IPR yang menjadi objek audit];


3.4. [sebutkan nama area empat yang berada di pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danjatau Pemurnian, atau lPR yang menjadi objek audit];
3.5. [sebutkan nama area lainnya yang berada di pemegang lUP,
lUPK, lUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
danj atau Pemurnian, atau lPR yang menjadi objek audit].
(Tulisan dengan jenis huruf Arial, ukuran 12, rata kiri
kanan atau justify)

5. Pelaksanaan Audit & Tim Auditor


IV. Pelaksanaan Audit & Tim Auditor, memuat:
Audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
danj atau Pemurnian dilakukan oleh [internal auditor pemegang
IUp, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/ atau Pemurnian; atau IPR/ nama lembaga auditor independen
dalam hal merupakari audit eksternal] yang dilaksanakan sejak
periode [tanggal/bulan/tahunJ sampai dengan periode
[tanggal/bulan/tahun], dengan tim auditor yang terdiri atas:
Lead Auditor [Nama Lead Auditor]
Auditor [Nama Auditor]
Auditor [Nama Auditor]
Pemandu [Nama Pemandu] (apabila ada)
Pengamat [Nama Pengamat] (apabila ada)
Tenaga Ahli [Nama Tenaga Ahli] (untuk Audit Eksternal)
(Tulisan dengan jenis huruf Arial, ukuran 12, rata kiri kanan
atau justify)

6. Ringkasan Laporan & Penilaian Audit


V. Ringkasan Laporan 8& Penilaian Audit, memuat:
5.1. Hasil Audit
Hasil Audit SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan danj atau Pemurnian yang dilaksanakan
terhadap pemegang lUP, lUPK, lUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danj atau Pemurnian, atau lPR [nama
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemumian, atau IPRJ adalah audit
-604-

internal/ ekstemal sejak periode [tanggal/ bulan/ tahun]


sampai dengan periode [tanggal/bulan/tahunJ, dengan
memperoleh informasi sebagai berikut:
5.1.1. [Menjelaskan ringkasan informasi praktik terbaik
penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan Zatau Pemurnian setiap elemen]
5.1.2. [Menjelaskan jumlah dan ringkasan informasi
mengenai temuan- temuan kategori kritikal, kategori
mayor, dan kategori minor)
5.2. Tingkat Pencapaian Penerapan SMKPMinerba
Selanjutnya, berdasarkan Pedoman Teknis SMKP Minerba
atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian
sebagaimana dimaksud, maka tingkat Pencapaian Penerapan
SMKPdi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, atau IPR [nama
pemegang lUP, Itll'K, lUP Operasi Produksi khusus uniuk:
Penqolahari dan/ atau Pemurnian, atau IPRJ adalah [nilai
prosentasi tingkat pencapaiari penerapan SI/JKP Minerba atau
SMKPkhusus pada Pengolahan dan/ atau Pemumianj.
(Tulisan dengan jenis huruf Arial, ukuran 12, rata kiri
kanan atau justify)

9. Lampiran - Lampiran
Lampiran - Lampiran, memuat:
1. Formulir Kriteria Audit
2. Tindak LanjutAudit
3. Oaftar Hadir Peserta Pertemuan Pembukaan Audit
4. Oaftar Hadir Peserta Pertemuan Penutupan Audit
5. Respon Pemegang IUP, IUPK,IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP Terhadap
Pelaksanaan Audit
6. Hasil Audit Pemegang IUJP yang bekerja pada pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/ atau
Pemurnian, atau IPR
-605-

Formulir Kriteria Audit sebagaimana dimaksud pada angka 1 disusun


sesuai dengan matriks sebagai berikut.

Nilai Maksintal Nilai Audit


Kriteria

= Ii t>=
=
t>

Ii
a
e e
t>
= a
.!l
...r.l~
KRITERIA t>
...= .!l ~ t> r.l ...r.l~ '01
Ii
r.l
11 ~ 11 '01 iat>
•II 11 '!' 11 ~
(/l
11 rIl
11 ia ~
II. '01
:::I
l!;
rIl
'01 ~
z
(/l

'01
...
O!
0 Ii01
:::I :::I E-<
Z z t
II.

I. KEBIJAKAN 10% 19 ... ...


1.1. Penyusunan Kebijakan 4 ...
1.2. lsi Kebijakan 4 ...
1.3. Penetapan Kebijakan 3 ...
I.4. Komunikasi Kebijakan 4 ...
I.S. Tinjauan Kebijakan 4 ...
II. PERENCANAAN 15% 2B ... ...
ILl. Penelahaan Awal 4 ...
11.2. Manajemen Risiko 14 ...
1l.2.1. Komunikasi dan Konsultasi Risiko 4 ...
U.2.2. Penetapan Konteks Risiko 2 ...
11.2.3. Identifikasi Bahaya 3 ...
Il.2.4. Penilaian dan Pengendalian Risiko 3 ...
U.2.S. Pemantauan dan Peninjauan 2 ...
ldentifikasi dan Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan
II.3. 3
Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya yang Terkait ...
11.4. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan Program ... 4 ...
II.S. Rencana Kerja dan Anggaran Keselamatan Pertambangan 3 ...
m, ORGANISASI DAN PERSONEL 17% 64 ... ...
Ill.l Penyusunan dan Penetapan Struktur Organisasi 4 ...
Penunjukkan KTf, Kepala Tambang Bawah Tanab, danfatau
1II.2. 6
Kepala Kapal Keruk untuk Perusahaan Pertambangan ...
1ll.2.1. Penunjukkan KTf 2 ...
1ll.2.2. Penunjukan Kepala Tambang Bawah Tanah 2 ...
III.2.3 Penunjukan Kepala Kapal Keruk 2 ...
Ill.3. Penunjukan PJO untuk Perusahaan Jasa Pertambangan 2 ...
Pembentukan dan Penetapan Bagian Keselamatan dan
Ill.4. Kesehatan Kerja Pertambangan dan Keselamatan Operasi 4
Pertambangan ...
IlLS. Penunjukkan Pengawas Operasional dan Pengawas Teknik 4 ...
Ill.6. Penunjukkan Tenaga Teknik Khusus Pertambangan 4 ...
Pembentukan dan Penetapan Komite Keselamatan
Ill.7. 4
Pertambangan ...
m.s. Penunjukan Tim Tanggap Daru rat 4 ...
-606-

III.9. Seleksi dan Penempatan Personel 4 ...


III.10. Pendidikan dan Pelatihan serta Kompetensi Kerja 8 ...
III.10.l Pendidikan dan Pelatihan Pekerja 4 ...
IlL10.2 Kompetensi Kerja 4 ...
Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Komunikasi
m.ll Keselamatan Pertambangan
4
...
ITI.l2 Pengelolaan Administrasi Keselamatan Pertambangan 13 ...
IlI.l2.l. Buku Tambang 4 ...
III.12.2. Buku Daftar Kecelakaan Tambang 3 ...
IlI.l2.3. Pelaporan pengelolaan Keselamatan Pertambangan 3 ...
Dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat
IlI.l2.4. 3
penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja ...
Penyusunan, Penerapan, dan Pendokumentasian Prosedur
ITI.l3 Partisipasi, Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran Penerapan 3
SMKP Minerba ...
IV. IMPLEMENTASI 35% 137 ... ...
rv.i. Pelaksanaan Pengelolaan Operasional 12 ...
Penyusunan, Penetapan, Penerapan,
N.l.l. Pendokumentasian, dan Evaluasi Prosedur 4
OperasiJKerja ...
Penyusunan, Penetapan, Penerapan,
N.l.2. 4
Pendokumentasian, dan Evaluasi Izin Kerja Khusus ...
Penyusunan, Penetapan, Penerapan,
N.l.3. Pendokumentasian, dan Evaluasi Alat PeJindung 4
DiriJ Alat Keselamatan ...
N.2. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Kerja 40 ...
N.2.l. Pelaksanaan Pengelolaan Sahaya Debu 4 ...
N.2.2. Pelaksanaan Pengelolaan Sahaya Kebisingan 4 ...
N.2.3. Pelaksanaan Pengelolaan Bahaya Getaran 4 ...
N.2.4. Pelaksanaan Pengelolaan Sahaya Pencahayaan 4 ...
Pelaksanaan Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas
N.2.5. 4
Udar a Kerja ...
N.2.6. Pelaksanaan Pengelolaan IkIim Kerja 4 ...
N.2.7. Pelaksanaan Pengelolaan Sahaya Radiasi 4 ...
N.2.8. Pelaksanaan Pengelolaan Faktor Kimia 4 ...
N.2.9. Pelaksanaan Pengelolaan Faktor Biologi 4 ...
N.2.10. Pelaksanaan Kebersihan Lingkungan KeIja 4 ...
N.3. Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan Kerja 30 ...
N.3.l. Pemeriksaan Kesehatan 4 ...
N.3.2. Pelayanan Kesehatan Kerja 4 ...
IV.3.3. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 2 ...
N.3.4. Pengelolaan Kelelahan Kerja (Fatigue) 3 ...
Pengelolaan PekeIja pada Tempat yang Memiliki
N.3.5. 2
Risiko Kesehatan Tinggi ...
N.3.6. Pengelolaan Rekaman Data Kesehatan KeIja 4 ...
N.3.7. Pengelolaan Higiene dan Sanitasi 2 ...
N.3.8. Pengelolaan Ergonomi 3 ...
N.3.9. Pengelolaan Makanan, Minuman, dan Gizi Pekerja 2 ...
N.3.l0. Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akihat Kerja 4 ...
N.4. Pelaksanaan Pengelolaan KO Pertambangan 16 ...
-607-

Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Peralatan


IV.4.1. sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan 4
Pertambangan
...
IV.4.2. Pengamanan Instalasi 4 ...
Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan
IVA.3. 4
Peralatan Pertamb angan ...
IV.4.4. Kompetensi Tenaga Teknik 4 ...
IV.S. Pelaksanaan Pengelolaan Bahan Peledak dan Peledakan 14 ...
rv.s.i. Gudang Bahan Peledak 2 ...
IV.S.2. Penyimpanan Bahan Peledak 4 ...
IV.S.3. Pengangkutan Bahan Peledak 4 ...
IV.SA. Pekerjaan Peledakan 4 ...
IV.6. Penetapan Sistem Perancangan dan Rekayasa 6 ...
IV.S.l. Perancangan dan rekayasa 3 ...
IV.S.2. Perubahan 3 ...
IV.7. Penetapan Sistem Pembelian 4 ...
IV.S. Pemantauan dan Pengelolaan Perusahaan Jasa Pertambangan 6 ...
Persyaratan, seleksi, dan penetapan Perusahaan
IV.S.l. 2
Jasa Pertambangan ...
Tanggung Jawab, pemantauan, dan pelaporan
IV.S.2. 2
Perusahaan Jasa Pertamb anzan ...
IV.S.3. Evaluasi Perusahaan Jasa Pertambangan 2 ...
IV.9. Pengelolaan Keadaan Darurat 3 ...
IV.10 Penyediaan dan Penyiapan P3K 3 ...
Pelaksanaan Keselamatan di Luar Pekerjaan (Off The Job
IV.ll 3
Safetu) ...
V. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 15% 60 ... ...
V.l. Pemantauan dan Pengukuran Kinerja 20 ...
Pemantauan dan Pengukuran Pencapaian Tujuan,
V.l.l. Sas ar an, dan Program Keselamatan Pertambangan 4
...
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan
V.l.2. 4
Lingkungan Kerja ...
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan
V.l.3. 4
Kesehatan Keria ...
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan
V.l.4. 4
Keselamatan Operasi Pertambanzan ...
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Pengelolaan
V.l.S. 4
Bahan Peledak dan Peledakan ...
V.2. Inspeksi Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan 4 ...
Evaluasi Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan
V.3. 4
Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya yang terkait
...
Penyelidikan Kecelakaan, Kejadian Berbahaya, dan Penyakit
V.4. 4
Akibat Kerja ...
V.S. Evaluasi Pengelolaan Administrasi Keselamatan Pertambangan 20 .. ,

V.S.l. Buku Tambang 4 ...


V.S.2. Buku Daftar Kecelakaan Tambang 4 ...
V.S.3. Pelaporan Pengelolaan Keselamatan Pertambangan 4 ...
V.S.4. Dokumentasi Kejadian Berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja 4
...
V.S.S. Dokumen dan Laporan Pemenuhan Kompetensi
serta Persyaratan Lainnya 4 ...

Audit Intemal Penerapan SMKP Minerba atau SMKP Khusus


V.6.
untuk Pengolahan danj'atau Pemurnian
4 ...
V.7. Rencana Perbaikan dan Tindak Lanjut 4 ...
-608-

VI. DOKUMENTASI 3% 12 ... ...


Penyusunan, Penetapan, dan Pendokumentasian Manual
VI. 1. SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/ atau 4 ...
Pemurnian

Penyusunan, Penetapan, Penerapan, dan Pendokumentasian


VI.2
Prose dur Pengendalian Dokumen Keselamatan Pertambangan
3 ...
Penyusunan, Penetapan, Penerapan, dan Pendokumentasian
VI.3
Prose dur Pengendalian Rekaman Keselamatan Pertambangan
3 ...
VI.4. Penetapan Jenis Dokumen dan Rekaman 2 ...
VII 'I1NJAUANMANAJEMENDANPENINGKATANKINERJA 5% 13 ... ...

Pelaksanaan Tinjauan Manajemen Penerapan SMKP Minerna


VIl.1 atau SMKP khusus pada Pengolahan dan j atau Pemurnian 4 ...
oleh Manajemen Tertinggi Perusahaan

VIl.2 Pendokumentasian Catatan Hasil Tinjauan Manajemen 2 ...


Keluaran dari Tiniauan Manaiemen Keselamatan
VIl.3 Pertamb angan 2 ...
Pencatatan, Pendoirumentasian, dan Pelaporan Hasil Tinjauan
VIlA
Manaiemen
2 ...
VIl.5 Pelaksanaan Peningkatan Kinerja 1 ...
VIl.6 Penggunaan Tinjauan Hasil dari TIndak Lanjut Rencana
Perbaikan daJam Penentuan Kebijakan 2 ...
TOTAL 100%

Keterangan:
Perhitungan Nilai Audit
1. Total Nilai Elemen = Nilai Sub Elemen + Nilai Sub-Sub Elemen
2. Persentase Nilai Elemen (%) = (Total Nilai Elemen: Total Nilai Elemen
Maksimal) x Persentase Nilai Maksimal
3. Total Nilai Penerapan SMKP = Penjumlahan Nilai Elemen-Elemen
4. Total Persentase = Penjumlahan Persentase NilaiElemen-Elemen

10. Halaman Penutup


Halaman Penutup, memuat:

frempa~ __
Dibuat oleh,
TIM INTERNAL AUDITOR PEMEGANG !UP, !UPK, !UP OPERASI
PRODUKSI KHUSUS UNTUK PFNGOLAHAN DAN/ ATAU PEMURNIAN,
ATAU !PR/ NAMA LEMBAGA AUDITOR NDEPFNDFN DALAM HAL
MERUPAKAN AUDIT EKSTERNALj:
1. Lead Auditor [tanda tanganJ
2. Auditor [tanda tanganJ
3. Auditor [tanda tanganJ
-609-

Distribusi laporan (dalam hal merupakan audit ekstemal)


1. Pimpinan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan danl atau Pernurnian, IlPR., atau IUJP
Pertambangan atau Pernegang [UP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/ atau Pemurnian, IPR, atau IUJP
2. Kementerian yang menyelenggarakan ur'usan pernerintahan di
bidang Pertambangan mineral dan batubara
3. Dinas teknis provinsi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di
bidang Pertarnbangan mineral dan batubara pada pemerintah
provinsi
(Tulisa:n dengan jenis buruf Arial, ukuran 12, rata kid kanan atau
justify)

F. Pemrtup

Dengan ditetapkannya petunjuk teknis ini yang merupakan p egan gan


bagi Pemerintah, Pernerintah Daerah, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan I atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
dalarn melaksanakan ketentuan terkait Penerapan, Penilaian, dan
Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan pada
Pertarnbangan Mineral dan Batubara serta kegiatan Pengolahan dan /atau
Pemurnian, sehingga meningkatkan kinerja pemegang izin di bidang
pengelolaan Keselamatan Pertambangan untuk terciptanya penerapan
kaidah Pertambangan yang book (Good Mining Practice).

Anda mungkin juga menyukai