Anda di halaman 1dari 44

PERATURAN LINDUNGAN LINGKUNGAN

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

MATERI DIKLAT
PENGAWAS OPERASIONAL MADYA

Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara


Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
1
„ UU No 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
„ UU No 32 Th 2009 ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
„ UU No 7 Tahun 2004 ttg Sumber Daya Air
„ PP No 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara
„ PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang
„ PP 27 Tahun 2012 ttg Perizinan Lingkungan
„ PP 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 ttg Pengelolaan Limbah B3
„ PP 82 Tahun 2001 ttg Pengendalian Pencemaran Air
„ Kepmen Pertambangan dan Energi No. 1211.K/1995 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan pencemaran
Lingkungan pada Kegiatan pertambangan Umum
„ Permen ESDM No 18 Tahun 2008 ttg Reklamasi dan Penutupan
Tambang
„ Pengendalian Erosi (SE Dirjen 693.K/1996)
2
PERMASALAHAN
SEMESTINYA.....
UU 4 Tahun 2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
DEFINISI
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang

Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan


untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang
berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis
usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak
lingkungan serta perencanaan pascatambang
5
UU 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara

DEFINISI

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan


usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya

Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan


berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan
fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan

Pemberdayaan masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan


kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif,
agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya
6
UU 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 95
Pemegang IUP dan IUPK wajib
• menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik
• mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi
Indonesia
• meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau
batubara
• melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat; dan
• Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan

7
UU 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 96
Dalam Penerapan kaidah teknik pertambangan yang
baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:
• ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan
• Keselamatan operasi pertambangan
• Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan,
termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang
• Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
• Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha
pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas
sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum
dilepas ke media lingkungan

8
UU 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 97
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar
dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu
daerah

Pasal 98
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan
daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 99
(1) Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan
rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat
mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
(2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang
dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang
9
UU 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 100
(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan
reklamasi dan jaminan pascatambang
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk
melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana
jaminan tersebut
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberlakukan apabila pemegang IUP atau IUPK tidak
melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan
rencana yang telah disetujui.

10
Pasal 4
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
meliputi:
a. Perencanaan
b. Pemanfaatan
c. Pengendalian
d. Pengawasan
e. Penegakan Hukum

11
UU 32 Tahun 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 22
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL

Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam
kriteria wajib Amdal wajib memiliki UKL-UPL

Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.
Pasal 49
(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi
terhadap lingkungan hidup; dan/atau
b. penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan 12
UU 32 Tahun 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 98
(1)Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 3 (tiga) milyar dan paling banyak Rp. 10 milyar

Pasal 99
(1)Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu
air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. 1 (satu) milyar
dan paling banyak 3 (tiga) milyar.
13
UU 32 Tahun 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku
mutu emisi, atau baku mutu gangguan, dipidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp. 3 (tiga) milyar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya


dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah
dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih
dari satu kali.

14
PP 27 Tahun 2012 ttg Izin Lingkungan
y Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib
AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.

y AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha


dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

y Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang


sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan

15
PP 27 Tahun 2012 ttg Perizinan Lingkungan
¾ Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan yang
menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal

¾ Izin Usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh


instansi teknis untuk melakukan Usaha dan/atau kegiatan yang
akan dilaksanakan.

¾ Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat


dilakukan melalui pendekatan studi terhadap kegiatan tunggal,
terpadu atau kegiatan dalam kawasan.

¾ Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh


penanggungjawab usaha bersamaan dengan pengajuan penilaian
Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-UPL

¾ Permohonan izin lingkungan harus dilengkapi dengan dokumen


AMDAL atau formulir UKL-UPL, dokumen pendirian usaha
dan/atau kegiatan, serta profil usaha dan/atau kegiatan.
16
PP 27 Tahun 2012 ttg Perizinan Lingkungan

Perubahan Izin Lingkungan dilakukan bila


(1) Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan
(2) Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang
memenuhi kriteria:
a. perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi;
b. penambahan Kapasitas produksi;
c. perubahan spesifikasi teknik;
d. perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan;
e. perluasan lahan dan bangunan;
f. perubahan waktu atau durasi operasi usaha/kegiatan;
g. berada dalam kawasan lindung yang belum tercantum
dalam Izin Lingkungan;
h. terjadi perubahan kebijakan dari pemerinta;
i. terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
17
PP 27 Tahun 2012 ttg Perizinan Lingkungan
Perubahan Izin Lingkungan dilakukan bila

(4) Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap


lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisis risiko
lingkungan hidup yang diwajibkan
(5) Tidak dilaksanakan rencana usaha dan/atau kegiatan
yang bersangkutan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.

18
PP No. 55 Tahun 2010
ttg Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 13
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
usaha pertambangan yang dilakukan oleh IUP, IPR,
atau IUPK

Pasal 16
Pengawasan sebagaimana dimaksud pasal 13 (2),
meliputi: pengelolaan LH, reklamasi dan pascatambang

19
PP No. 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 28
(1) Pengawasan pengelolaan LH, reklamasi dan pascatambang, paling
sedikit meliputi:
a. Pengelolaan dan pemantauan LH sesuai dokumen LH atau izin
LH;
b. Penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai dengan
peruntukannya;
c. Penetapan dan pencairan jaminan reklamasi;
d. Pengelolaan pascatambang;
e. Penetapan dan pencairan jaminan pascatambang
f. Pemenuhan baku mutu LH
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
IT dan BERKOORDINASI dengan pejabat pengawas di bidang
Lingkungan Hidup dan reklamasi
20
PP No. 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 36
Inspektur Tambang berwenang:
y Memasuki tempat kegiatan usaha

y Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh


kegiatan pertambangan jika, kegiatan tsb
membahayakan atau menimbulkan
pencemaran/kerusakan lingkungan
y Mengusulkan penghentian sementara menjadi
penghentian secara tetap kepada Kepala IT.

21
PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

Penempatan, Pelaksanaan, Pelaporan,


Penyusunan: Evaluasi, Pencairan Jamrek OP
•Rencana Reklamasi (RR)
•Rencana Pascatambang (RPT)*
Penetapan:
•Jaminan Reklamasi (Jamrek)
•Jaminan Pascatambang (JamPT) Pemantaua
1 2 3 n n
1 2 3 n
Penyerahan lahan
EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI PASCATAMBANG kepada pemberi izin

Relinquishment Pelaksanaan, Pelaporan,


Evaluasi, Pencairan JamPT
Jamrek
Eksplorasi

Penempatan JamPT

* Penyusunan Rencana Pascatambang (RPT) melibatkan konsultasi dengan


stakeholders antara lain pemerintah daerah dan masyarakat setempat
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

PRINSIP REKLAMASI DAN PASCATAMBANG


PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
a. Perlindungan kualitas air permukaan; air tanah; air laut,
dan tanah serta udara berdasarkan standar baku mutu
atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati
c. Menjamin stabilitas dan keamanan timbunan batuan
penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang dan struktur
batuan lainnya
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan
peruntukannya
e. Memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat
f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai
ketentuan yang berlaku.
23
Prinsip Reklamasi dan Pascatambang

Perlindungan terhadap
kualitas air permukaan, Pemanfaatan lahan bekas
air tanah,air laut, dan tambang sesuai dengan
tanah serta udara peruntukannya;

Penjaminan terhadap
stabilitas dan keamanan
timbunan batuan penutup, Memperhatikan nilai-nilai
kolam tailing, lahan bekas sosial dan budaya
tambang, dan struktur setempat;
buatan lainnya;

Perlindungan dan
Perlindungan terhadap
pemulihan
kuantitas air tanah
keanekaragaman hayati;
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


a. perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja;
b. perlindungan setiap pekerja dari penyakit akibat kerja

KONSERVASI MINERAL DAN BATUBARA


a. penambangan yang optimum dan penggunaan teknologi
pengolahan yang efektif dan efisien;
b. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal
kualitas rendah dan mineral kadar rendah serta mineral
ikutan;
c. pendataan sumberdaya cadangan mineral dan batubara
yang tidak tertambang (yang tidak mineable) serta sisa
pengolahan atau pemurnian.
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

TATA LAKSANA REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

´ Perusahaan pemegang IUP atau IUPK Eksplorasi wajib


menyusun dan menyampaikan Rencana Reklamasi dan
Rencana Pascatambang sebelum memulai kegiatan eksplorasi
´ Rencana reklamasi disusun untuk jangka waktu pelaksanaan
5 tahun dengan rincian tahunan.
´ Rencana reklamasi dan Rencana penutupan Tambang disusun
berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah disetujui
´ Dalam hal reklamasi berada dalam kawasan hutan, pesisir
dan pulau-pulau kecil, penilaian keberhasilan reklamasi
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

26
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

´ Pemegang IUP atau IUPK yang telah menyelesaikan


studi kelayakan harus mengajukan persetujuan rencana
reklamasi disampaikan kepada menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai kewenangan masing-masing.
´ Permohonan persetujuan rencana reklamasi dan
pascatambang diajukan bersamaan dengan pengajuan
permohonan IUP atau IUPK Operasi Produksi.
´ Penyusunan rencana pacatambang harus berkonsultasi
dengan instansi pemerintah serta instansi di daerah
(yang membidangi pertambangan), instansi terkait
lainnya serta masyarakat setempat.

27
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

PERSETUJUAN RENCANA REKLAMASI


Penilaian dan persetujuan rencana reklamasi dilakukan
dalam 30 hari kalender sejak IUP atau IUPK Produksi
diterbitkan.
Dalam hal rencana reklamasi belum memenuhi
ketantuan, dokumen rencana reklamasi dikembalikan
untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada
Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota dalam waktu paling
lama 30 hari kalender.

28
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

PERSETUJUAN RENCANA PASCATAMBANG

Penilaian dan persetujuan rencana pascatambang


dilakukan dalam 60 hari kalender sejak IUP atau IUPK
Produksi diterbitkan.
Dalam hal rencana pascatambang belum memenuhi
ketentuan, dokumen rencana pascatambang
dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan
kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota
dalam waktu paling lama 30 hari kalender.
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

PELAKSANAAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

Reklamasi dan Pascatambang wajib dipimpin oleh seorang


pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
reklamasi dan pascatambang.
Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang dilakukan sesuai
dengan peruntukan lahan pascatambang
Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang wajib dilakukan
sesuai dengan rencana reklamasi dan rencana
pascatambang sampai memenuhi kriteria keberhasilan
Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi di dalam kawasan
hutan, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil menyesuaikan
peraturan perundang-undangan
30
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

PELAKSANAAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI

Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat kegiatan


eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak digunakan pada
tahap operasi produksi
Lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi meliputi lubang
pengeboran, sumur uji, parit uji, dan/atau sarana penunjang
Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat 30 hari
kalender setelah tidak ada kegiatan usaha pertambangan
pada lahan terganggu.
Pelaksanaan reklamasi pada tahap eksplorasi dilakukan
sampai memenuhi kriteria keberhasilan

31
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI

• Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan sesuai


dengan rencana reklamasi yang disusun berdasarkan
dokumen pengelolaan lingkungan dan dimuat dalam rencana
kerja dan anggaran biaya eksplorasi.
• Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditempatkan pada bank
pemerintah dalam bentuk deposito berjangka.
• Jaminan reklamasi ditempatkan dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja dan
anggaran biaya tahap eksplorasi disetujui oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

32
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN REKLAMASI
TAHAP OPERASI PRODUKSI
´ Bentuk jaminan reklamasi dapat berupa rekening
bersama pada bank pemerintah; deposito berjangka
pada bank pemerintah; bank garansi pada bank
pemerintah atau bank swasta nasional; atau cadangan
akuntansi
´ Jaminan reklamasi harus menutup seluruh biaya
pelaksanaan pekerjaan reklamasi.
´ Perusahaan wajib menempatkan jaminan reklamasi
sebelum melakukan eksploitasi/operasi produksi.
´ Kekurangan biaya pelaksanaan reklamasi tetap menjadi
tanggung jawab perusahaan
33
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN PASCATAMBANG (1)

´ Bentuk Jaminan Pascatambang berupa DEPOSITO


BERJANGKA
´ Penempatan jaminan pascatambang tidak
menghilangkan kewajiban perusahaan untuk melakukan
penutupan tambang.
´ Kekurangan biaya untuk menyelesaikan penutupan
tambang tetap menjadi tanggung jawab perusahaan.
´ Jaminan penutupan tambang ditempatkan setiap tahun
dan wajib terkumpul seluruhnya (100%) dua tahun
sebelum tutup tambang.

34
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN PASCATAMBANG (2)

´ Dalam hal kegiatan usaha pertambangan berakhir sebelum


jangka waktu yang telah ditentukan dalam rencana
pascatambang, pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi wajib menyediakan jaminan pascatambang
sesuai dengan yang telah ditetapkan.
´ Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
dapat mengajukan permohonan pencairan jaminan
pascatambang kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dengan
melampirkan program dan rencana biaya pascatambang.

35
PP 78 Tahun 2010 Reklamasi dan Pascatambang

PENYERAHAN LAHAN REKLAMASI DAN


LAHAN PASCATAMBANG

Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan lahan yang


telah direklamasi kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pemegang IUP dan IUPK dapat mengajukan permohonan
penundaan penyerahan lahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) baik sebagian atau seluruhnya kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya apabila lahan yang telah direklamasi masih
diperlukan untuk pertambangan
Pemegang IUP atau IUPK yang telah menyelesaikan
pascatambang wajib menyerahkan lahan pascatambang
kepada yang berhak sesuai peraturan perundang-undangan
melalui Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota sesuai
kewenangannya.
36
¾ Pencegahan dan penanggulangan perusakan dan
pencemaran lingkungan, adalah salah satu upaya
terpadu dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sehingga tercapai
tujuan pemanfaatan, penaatan, pemeliharaan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan dan
pengembangan lingkungan pada kegiatan usaha
pertambangan umum.

37
KEWAJIBAN PENGUSAHA PERTAMBANGAN
y Mengalokasikan biaya dan fasilitas utk perlindungan
lingkungan
y Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan
mengenai perlindungan lingkungan
y Menunjuk KTT untuk memimpin langsung dalam
pelaksanaan perlindungan lingkungan (ps 4)
y Bila KTT berhalangan di lapangan maka perusahaan
menunjuk petugas melaksanakan kewajiban KTT
• Menyampaikan Rencana Tahunan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan kepada KAPIT
• Menempatkan dana jaminan pelaksanaan reklamasi

38
KepMen PE 1211.K/008/M.PE/1995
KEWAJIBAN KEPALA TEKNIK TAMBANG
y Menyampaikan laporan kpd KAPIT tentang:
o Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
o Jumlah pengadaan, penggunaan, penyimpanan, dan persediaan
B3
o Gejala yang berpotensi menimbulkan perusakan dan atau
pencemaran lingkungan
o Terjadinya perusakan dan atau pencemaran lingkungan berikut
upaya penanggulangannya dalam waktu 1 x 24 jam
y Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan perusakan dan
pencemaran lingkungan pada tempat-tempat yang berpotensi
menimbulkan perusakan dan pencemaran lingkungan
y Melakukan upaya pencegahan atas kemungkinan perusakan dan
pencemaran lingkungan
y Melakukan revegetasi sesuai dengan AMDAL atau UKL/UPL
y Membuat peta pengelolaan dan pemantauan lingkungan
y Memeriksa tailing yang mengandung B3 secara berkala dan
melaporkannya kepada KAPIT 39
PERATURAN TTG BML DAN KUALITAS LIMBAH

€ PERMEN LH Nomor 113/2003 tentang Baku Mutu Air


Limbah Pertambangan dan Pengolahan/ Pencucian Batubara
€ PERMEN LH Nomor 202/2004 tentang Baku Mutu Air
Limbah Pertambangan dan Pengolahan Emas/Tembaga
€ PERMEN LH Nomor 04/2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Timah.
€ PERMEN LH Nomor 09/2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atauKegiatan Pertambangan Bijih Nikel

40
PERMEN LH NO. 05 TAHUN 2012
TTGJENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
WAJIB DILENGKAPI DENGAN AMDAL

Lampiran I Nomor 2 K
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Jenis Kegiatan Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Luas perizinan (KP) : ≥ 200 ha
Luas daerah terbuka untuk pertambangan : ≥ 50 ha
(kumulatif/tahun)

41
PERMEN LH No. 05 Tahun 2012

Operasi Produksi Batubara


Kapasitas : ≥ 1.000.000 ton/tahun
Jumlah material OB yang dipindahkan :
≥ 4.000.000 bcm/tahun
Operasi Produksi Mineral Logam
Kapasitas : ≥ 300.000 ton/tahun
Jumlah material OB yang dipindahkan :
≥ 1.000.000 ton/tahun
Operasi Produksi Mineral Bukan Logam/
Mineral Batuan
Kapasitas : ≥ 500.000 m3/tahun
Jumlah material OB yang dipindahkan : 42
≥ 1.000.000 m3/tahun
PERMEN LH No. 05 Tahun 2012

Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian


a. Mineral logam : semua besaran
b. Mineral bukan logam : ≥ 500.000 m3/tahun
c. Batuan : ≥ 500.000 m3/tahun
d. Batubara : ≥ 1.000.000 m3/tahun
e. Mineral radioaktif : semua besaran

Operasi Produksi Mineral Radioaktif : semua besaran


Penambangan di laut : semua besaran
Penempatan tailing di bawah laut : semua besaran
TERIMA KASIH

44

Anda mungkin juga menyukai