Anda di halaman 1dari 11

UU 32 Tahun 2009

ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pasal 22
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL

Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib
Amdal wajib memiliki UKL-UPL

Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-
UPL wajib memiliki izin lingkungan.

Pasal 49
(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi
terhadap lingkungan hidup; dan/atau 11
b. penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan
UU 32 Tahun 2009 ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 98
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp 3 milyar dan paling banyak Rp 10 milyar.
Pasal 99
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu
air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp 1 milyar dan
paling banyak Rp 3 (tiga) milyar.
Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu
emisi, atau baku mutu gangguan, dipidana penjara paling lama
3 tahun dan denda paling banyak Rp 3 milyar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya12dapat
dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan
tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.
PP 27 Tahun 2012ttg Perizinan Lingkungan

• Perizinan Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada


setiap orang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagi prasyarat
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.

• AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha


dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
• Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang
sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan
13
PP 27 Tahun 2012 ttg Perizinan Lingkungan

 Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan


yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Amdal
 Izin Usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan
oleh instansi teknis untuk melakukan Usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan.
 Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat
dilakukan melalui pendekatan studi terhadap kegiatan
tunggal, terpadu atau kegiatan dalam kawasan.
 Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh
penanggungjawab usaha bersamaan dengan pengajuan
penilaian Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan
 Permohonan izin lingkungan dilengkapi dengan dokumen
AMDAL atau formulir UKL-UPL, dokumen pendirian usaha
dan/atau kegiatan, dan profil usaha dan/atau kegiatan.14
PP 27 Tahun 2012 ttg Perizinan Lingkungan

Perubahan Izin Lingkungan dilakukan bila


(1) Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan
(2) Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang memenuhi
kriteria:
a. perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi;
b. penambahan kapasitas produksi;
c. perubahan spesifikasi teknik;
d. perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan;
e. perluasan lahan dan bangunan;
f. perubahan waktu atau durasi operasi usaha/kegiatan;
g. berada dalam kawasan lindung yang belum tercantum dalam Izin
Lingkungan;
h. terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah;
i. terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
(4) Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan hidup
berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup yang diwajibkan
15
(5) Tidak dilaksanakan rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
PP No. 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 13
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pengawasan
atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan
oleh IUP, IPR, atau IUPK
Pasal 16
Pengawasan sebagaimana dimaksud pasal 13 (2), meliputi: pengelolaan
LH, reklamasi dan pascatambang
Pasal 28
(1) Pengawasan pengelolaan LH, reklamasi dan pascatambang, paling
sedikit meliputi:
a. Pengelolaan dan pemantauan LH sesuai dokumen LH atau izin LH;
b. Penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai peruntukannya;
c. Penetapan dan pencairan jaminan reklamasi;
d. Pengelolaan pascatambang;
e. Penetapan dan pencairan jaminan pascatambang
f. Pemenuhan baku mutu LH
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan16oleh IT
dan BERKOORDINASI dengan pejabat pengawas di bidang LH dan
reklamasi
PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

PELAKSANAAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG


Reklamasi dan Pascatambang wajib dipimpin oleh seorang
pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan reklamasi
dan pascatambang.
Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang dilakukan sesuai
dengan peruntukan lahan pascatambang sesuai dengan rencana
reklamasi dan rencana pascatambang sampai memenuhi
kriteria keberhasilan
Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi di dalam kawasan
hutan, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil menyesuaikan
peraturan perundang-undangan

PELAKSANAAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI


Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat kegiatan
eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak digunakan pada
tahap operasi produksi meliputi lubang pengeboran, sumur uji,
parit uji, dan/atau sarana penunjang
Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat 30 17
hari
kalender setelah tidak ada kegiatan pada lahan terganggu,
dilakukan sampai memenuhi kriteria keberhasilan
PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI


O Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan sesuai dengan
rencana reklamasi yang disusun berdasarkan dokumen
pengelolaan lingkungan dan dimuat dalam rencana kerja dan
anggaran biaya eksplorasi, yang ditempatkan pada bank
pemerintah dalam bentuk deposito berjangka.
O Jaminan reklamasi ditempatkan dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja dan
anggaran biaya tahap eksplorasi disetujui oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

JAMINAN REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI


• Bentuk jaminan reklamasi dapat berupa rekening bersama pada
bank pemerintah; deposito berjangka pada bank pemerintah;
bank garansi pada bank pemerintah atau bank swasta nasional;
atau cadangan akuntansi, wajib ditempatkan sebelum
melakukan eksploitasi/operasi produksi
• Jaminan reklamasi harus menutup seluruh biaya pelaksanaan
pekerjaan reklamasi, kekurangan biaya pelaksanaan reklamasi
tetap menjadi tanggung jawab perusahaan 18
PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN PASCATAMBANG

O Dalam hal kegiatan usaha pertambangan berakhir sebelum


jangka waktu yang telah ditentukan dalam rencana
pascatambang, pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi wajib menyediakan jaminan pascatambang
sesuai dengan yang telah ditetapkan.
O Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
dapat mengajukan permohonan pencairan jaminan pascatambang
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dengan melampirkan program dan rencana biaya
pascatambang.

19
PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

PENYERAHAN LAHAN REKLAMASI DAN LAHAN PASCATAMBANG

Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan lahan yang telah


direklamasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pemegang IUP dan IUPK dapat mengajukan permohonan
penundaan penyerahan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) baik sebagian atau seluruhnya kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya apabila
lahan yang telah direklamasi masih diperlukan untuk
pertambangan
Pemegang IUP atau IUPK yang telah menyelesaikan
pascatambang wajib menyerahkan lahan pascatambang kepada
yang berhak sesuai peraturan perundang-undangan melalui
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

20
PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik
Pasal 3 (3) Kaidah teknik pertambangan yang baik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi pelaksanaan aspek:
a. teknis pertambangan;
b. konservasi Mineral dan Batubara;
c. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
d. keselamatan operasi pertambangan;
e. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan,
Reklamasi, dan Pascatambang, serta Pascaoperasi;
dan
f. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai