Anda di halaman 1dari 21

PUU PSDA yang terkait dengan Proses Amdal, UKLUPL dan Izin Lingkungan

Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan


Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup
Jakarta@2014

0|Page

PUU PSDA yang terkait dengan Proses Amdal, UKLUPL dan Izin Lingkungan

A. Pendahuluan
Proses Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan Amdal merupakan
kombinasi antara Science and Art, karena itulah para penyusun
dan penilai/pemeriksan dokumen lingkungan hidup (Amdal & UKLUPL) dan penulis izin lingkungan paling sedikit memerlukan tiga
kompetensi sebagai berikut:
1. Kompentesi saintifik terkait dengan identifikasi, prakiraan,
evaluasi dan mitigasi dampak serta berbagai metodologi ilmiah
Amdal menjadi pondasi yang sangat penting untuk menjaga
Amdal sebagai kajian ilmiah yang dapat memberikan informasi
yang tepat dan akurat dalam proses pengambilan keputusan.
2. Kompetensi scientifik tersebut juga harus ditopang dengan
kompetensi terkait dengan kebijakan dan regulasi, sehingga
keputusan yang diambil tetap dalam koridor hukum yang telah
ditetapkan.
3. Hasil keputusan terkait dengan penilaian amdal harus
dituangkan secara tertulis mulai dari peryataan kelengkapan
administrasi dokumen Amdal sampai dengan keputusan izin
lingkungan. Karena itu kompetensi terkait dengan penulisan
(drafting) keputusan administratif penilaian Amdal, terutama
penulisan izin lingkungan (environmental permit writing) menjadi
hal penting yang harus dikuasai oleh para penilai Amdal. Izin
lingkungan yang ditulis harus secara rinci, jelas dan pasti serta
sesuai dengan kajian Amdal; dapat mengintegrasikan izin PPLH
dan compatible dengan perizinan sektor; dan dapat secara
operasional diterapkan oleh pemegang izin lingkungan dan
diawasi oleh PPLH.
Panduan atau pedoman ini disusun dalam upaya untuk
meningkatkan kompetensi para penyusun dan penilai/pemeriksa
dokumen lingkungan terkait dengan aspek kebijakan dan regulasi.

1|Page

Pedoman
ini
dapat
memandu
para
penyusun
dan
penilai/pemeriksan dokumen lingkungan terkait dengan PUU dan
ketentuan-ketentuan PUU yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan dan penilaian/pemeriksaan dokumen lingkungan
terkait dengan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berlokasi di luar, berbatasan langsung dan/atau di dalam kawasan
hutan lindung.
Berdasarkan uraian di atas, Kementerian Lingkungan Hidup telah
mengkompilasi dan menganalis Peraturan Perundang-Undangan
PSDA (Sektor) beserta pasal-pasal atau ketentuan-ketentuan yang
yang terkait dengan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan. PUU
tersebut terdiri dari:
1) PUU Sektor Terkait Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan: daftar
PUU seperti UU, PP atau Peraturan Menteri dari 14 Bidang/Sektor
dan 72 Jenis Kegiatan yang tercantum dalam Peraturan MENLH
No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib Memiliki Amdal serta memuat pasal-pasal dari
setiap PUU yang menyebutkan ketentuan bahwa Amdal atau
UKL-UPL dan Izin Lingkungan sebagai persyaratan permohonan
izin usaha dan/atau kegiatan;
2) PUU Pemanfaatan Ruang di dalam Kawasan Lindung yang terkait
dengan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan: berisi daftar PUU
Pemanfaatan Ruang di dalam Kawasan Lindung yang terkait
dengan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan, serta pasal-pasal
yang memuat atau mengatur ketentuan-ketentuan yang
membolehkan atau mengizinkan jenis-jenis kegiatan tertentu
yang dapat dilakukan di dalam kawasan lindung;
Panduan/pedoman ini berisifat living document yang akan terus
disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan/perubahan
peraturan perudang-undangan.

2|Page

B. Ketentuan-Ketentuan PUU PSDA dan Keterkaitannya dengan


Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
1. PUU Sektor Terkait Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
(Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki
Amdal)
No
A.
1.

Bidang dan Jenis


Kegiatan
Bidang Multi
Sektor
Reklamasi Wilayah
Pesisir dan PulauPulau Kecil

PUU

2.
3.

Pemotongan Bukit
dan Pengurukan
Lahan
Pengambilan Air
Permukaan

UU 27 Tahun
2007 tentang
Pengelolaan
Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau
Kecil
Peraturan
Presiden No. 122
Tahun 2012
tentang
Reklamasi di
Wilayah Pesisir
dan Pulai-Pulau
Kecil;
Peraturan Menteri
Perhubungan No.
52 Tahun 2011
tentang
Pengerukan dan
Reklamasi

UU No. 7 Tahun
2004 tentang
Sumber Daya Air
PP No. 42 Tahun
2008 tentang
Pengelolaan
Sumber Daya Air

Keterangan

UU 27 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (23):


reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh orang (orang
perseorangan dan/atau badan
Hukum) dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya
lahan ditinjau dari sudut lingkungan
dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase
Pasal 18 Perpres 122/2012:
Permohonan izin pelaksanaan
reklamasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 wajib dilengkapi
dengan:
a. izin lokasi;
b. rencana induk reklamasi;
c. izin lingkungan;
d. dokumen studi kelayakan
teknis dan ekonomi finansial;
e. dokumen rancangan detail
reklamasi;
f. metoda pelaksanaan dan jadwal
pelaksanaan reklamasi; dan
g. bukti kepemilikan dan/atau
penguasaan lahan;
Pasal 20 Perpres 122/2012: Izin
pelaksanaan reklamasi dapat
dicabut apabila:
a. tidak sesuai dengan perencanaan
reklamasi; dan/atau
b.izin lingkungan dicabut;
Pasal 18 huruf b angka 4 Peraturan
Menteri Perhubungan No. 52 Tahun
2011: Salah satu persyaratan
Pengajuan permohonan lzin
reklamasi adalah hasil studi Amdal
atau sesuai dengan ketentuan PUU

Pasal 77 ayat (4) PP 42/2008: Dalam


hal rencana pengembangan sumber
daya air mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan
hidup,diberlakukan ketentuan
tentang analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL).

3|Page

No
4.

5.

Bidang dan Jenis


Kegiatan
Pengambilan Air
Bawah Tanah

Pembangunan
Bangunan Gedung

PUU
UU No. 7 Tahun
2004 tentang
Sumber Daya Air
PP No. 42 Tahun
2008 tentang
Pengelolaan
Sumber Daya Air
PP No. 43 Tahun
2008 tentang Air
Tanah

B.
1.
2.

UU No. 28 Tahun
2002 tentang
Bangunan
Gedung
PP No. 36 Tahun
2005 tentang
Pelaksanaan UU
No. 28 Tahun
2002 tentang
Bangunan
Gedung
Peraturan
Mendagri No. 32
Tahun 2010

Keterangan
Pasal 77 ayat (4) PP 42/2008: Dalam
hal rencana pengembangan sumber
daya air mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan
hidup,diberlakukan ketentuan
tentang analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL).
Pasal 67 ayat (1) dan ayat (2) PP
43/2008: Untuk memperoleh izin
pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah pemohon
wajib mengajukan permohonan
secara tertulis kepada
bupati/walikota dengan tembusan
kepada Menteri dan gubernur.
Salah satu informasi yang harus
dilampirkan dalam permohonan
tersebut adalah UKL-UPL atau
AMDAL sesuai dengan ketentuan
PUU;
Pasal 15 UU No. 28 tahun 2002:
salah satu persyaratan bangunan
gedung adalah persyaratan
pengendalian dampak lingkungn
bagi bangunan gedung yang dapat
menimbulkan dampak penting bagi
lingkungan. sesuai dengan
ketentuan PUU di bidang LH.
Persyaratan pengendalian dampak
lingkungan menjadi salah satu
persyaratan tata bagunan sesuai
dengan ketentuan pasal 16 PP
36/2005. Setiap bangunan
bangunan gedung yang
menimbulkan dampak penting harus
didahului dengan menyertakan
AMDAL (Pasal 26 PP 36/2005).
Terkait dengan hal tersebut, Pasal
14 ayat (1) dan (2) serta Pasal 15, PP
No. 36 Tahun 2005 secara tegas
menyatakan bahwa setiap orang
yang akan mendirikan bangunan
gedung wajib memiliki izin
mendirikan bangunan (IMB). Salah
satu persyaratan atau kelengkapan
yang dibutuhkan untuk pengajuan
permohonan IMB gedung adalah
AMDAL;
Pasal 9 ayat (2) huruf f Permendagri
No 32/2009: Amdal atau UKL-UPL
bagi yang terkena kewajiban
merupakan salah satu persyaratan
dokumen adminsitrasi permohonan
IMB;

BIDANG
PERTAHANAN
Pembangunan
Pangkalan TNI AL
Pembangunan
Pangkalan TNI AU

4|Page

No
3.
C.
1.

Bidang dan Jenis


Kegiatan
Pembangunan
Pusat Latihan
Tempur
BIDANG
PERTANIAN
Budidaya
tanaman pangan

2.

Budidaya
tanaman
hortikultura

3.

Budidaya
tanaman
perkebunan

D.

Bidang Perikanan
dan Kelautan
Usaha Budidaya
perikanan
(tambak)
Usaha budidaya
perikanan
terapung

1.
2.

PUU

Keterangan

PP 18 Tahun 2010
tentang Usaha
Budidaya Tanaman

Pasal 11 ayat (1) huruf (j) PP


18/2010: Untuk mendapatkan izin
usaha.... pemohon harus memenuhi
persyaratan......j. hasil analisis
mengenai dampak lingkungan atau
upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan
hidup;
Pasal 17 ayat (1) huruf b PP
18/2010: Pelaku usaha budidaya
tanaman wajib melaksanakan upaya
pelestarian sumber daya alam
dan/atau fungsi lingkungan hidup
sesuai dengan ketentuan PUU.

PP 18 Tahun 2010
tentang Usaha
Budidaya Tanaman
UU No. 13 Tahun
2010 tentang
Hortikultura
UU No. 18 Tahun
2004 tentang
Perkebunan

UU No. 31 Tahun
2004 tentang
Perikanan;
Keputusan Menteri
KKP No.
2/MEN/2004
tentang Perizinan

Pasal 25 UU 18/2004:
Wajib memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup & mencegah
kerusakannya;
Sebelum memperoleh izin usaha
perkebunan (a) wajib, membuat
AMDAL, (b) analisis dan
manajemen risiko (hasil rekayasa
Genetik), (c) pernyataan
kesanggupan untuk menyediakan
sarana, prasarana, dan system
tanggap darurat untuk
penanggulangan kebakaran lahan
wajib menerapkan AMDAL dan
melaksanakan UKL/UPL dan/atau
analisis dan manajemen risiko
lingkungan hidup
Tidak ada AMDAL atau UKL-UPL,
Permohonan Izin ditolak
tidak menerapkan AMDAL atau
RKL/RPL, izin usahanya, dicabut

Pasal 26 UU No. 31 Tahun 2004


tentang Perikanan: Setiap orang
yang melakukan usaha perikanan
(kecuali nelayan kecil dan/atau
pembudidaya ikan kecil)
pembudidayaan dan pengolahan
ikan wajib memiliki Surat Izin

5|Page

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU
Usaha
Pembudidayaan
Ikan

E.
1.

2.

F.
1.

BIDANG
KEHUTANAN
Usaha
pemanfaatan hasil
hutan kayu dari
hutan alam
Usaha
pemanfaatan hasil
hutan kayu dari
hutan tanaman

BIDANG
PERHUBUNGAN
Pembangunan
Jalur Kereta Api

Keterangan
Usaha Perikanan (SIUP;
Pasal 2, Pasal 4 ayat (1), Pasal 5Pasal 19 serta pasal 45 Keputusan
Menteri KKP No. 2/MEN/2004
tentang Perizinan Usaha
Pembudidayaan Ikan pada dasarnya
menyebutkan bahwa salah satu
syarat penerbitan Izin Usaha
Perikanan (IUP) Pembudidayaan
Ikan (di air tawar, air payau dan air
laut) adalah Amdal sesuai dengan
ketentuan PUU.

UU No. 41 Tahun
1999 tentang
Kehutanan
PP No. 6 Tahun
2007 tentang Tata
Hutan dan
Penyusunan
Rencana
Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan
Hutan

Pasal 69 PP No. 6/2007:


Pemanfaatan hutan yang
kegiatannya dapat mengubah
bentang alam dan mempengaruhi
lingkungan, diperlukan analisis
mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

UU No. 23 Tahun
2007 tentang
Perkeretapian;
PP 56 Tahun 2009
tentang
Penyelengaraan
Perkeretapian

Pasal 70, ayat (3) huruf e PP


56/2009: Jalur kereta api yang
bersambungan harus
memperhatikan aspek keselamatan
dan keamanan operasi kereta api,
serta memenuhi persyaratan, salah
satunya adalah Amdal atau UKLUPL;
Pasal 314 ayat (1) huruf b PP
56/2009: Badan Usaha yang telah
memiliki izin usaha penyelenggaraan
prasarana perkeretaapian umum
harus melaksanakan kegiatan:
a. perencanaan teknis;
b. analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau UKL dan
UPL;
c. pengadaan tanah; dan
d. mengajukan izin pembangunan
prasarana perkeretaapian umum
sebelum memulai pelaksanaan
pembangunan fisik.
Pasal 321 ayat (3) PP 56/2009 huruf
f: Salah satu perysratan teknis
permohonan izin pembangunan
prasarana perkeretaapian umum
adalah Amdal atau UKL-UPL;
Pasal 355 ayat (1) huruf b PP
56/2009: Badan usaha yang telah
memiliki persetujuan prinsip
pembangunan perkeretaapian
khusus harus melaksanakan
kegiatan:

6|Page

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU

Keterangan
a. perencanaan teknis;
b. analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau UKL dan
UPL; dan
c. pengadaan tanah
Pasal 356 ayat (2) huruf g: Salah
satu perysratan teknis permohonan
izin pembangunan prasarana
perkeretaapiankhusus adalah Amdal
atau UKL-UPL;

2.

Pembangunan
terminal
penunmpang dan
terminal barang
transportasi jalan

UU No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu
Lintas dan
Angkutan Umum

Pasal 40 ayat 1 huruf e UU 22


Tahun 2009: Pembangunan
Terminal harus dilengkapi dengan
Amdal;
Penjelasan Pasal 99 ayat (1) UU
22/2009: Analisis dampak lalu
lintas dalam implementasinya dapat
diintegrasikan dengan analisis
mengenai dampak lingkungan

3.

Pengerukan dan
penempatan hasil
keruk

UU No. 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran;
PP No. 05 Tahun
2010 tentang
Kenavigasian
Peraturan Menteri
Perhubungan No.
52 Tahun 2011
tentang
Pengerukan dan
Reklamasi

4.

Pembangunan
pelabuhan

UU No. 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran;
PP 61 Tahun 2009
tentang
Kepelabuhan

Pasal 189 UU 17/2008: salah satu


persyaratan teknis pengerukan
adalah kelestarian lingkungan;
Pasal 99 ayat 3 huruf b dan Pasal 5:
studi kelayakan lingkungan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup
merupakan salah satu persyaratan
teknis pengerukan;
Pasal 4 ayat (1), (2) huruf b dan
Pasal 7: Pekerjaan pengerukan
wajib memenuhi persyaratan teknis.
Salah satu persyaratan teknis
adalah kelestarian lingkungan
berupa berupa studi kelayakan
lingkungan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan PUU di bidang
lingkungan hidup;
Pasal 11 ayat (2) huruf b angka 7:
salah satu persyaratan Izin
pengerukan adalah persyartan
teknis, salah satunya berupa
dokumen Amdal sesuai dengan
ketentuan PUU.
Pasal 80, Pasal 81 dan Pasal 83 PP
61/2009: Persyaratan kelestarian
lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 80 ayat (3) dan Pasal 81
ayat (3) berupa studi lingkungan
yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan PUU di bidang lingkungan
hidup;
Pasal 84 PP 61/2009: Dalam
mengajukan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
80 ayat (3) dan Pasal 81 ayat (3)
harus disertai dokumen yang terdiri
atas:

7|Page

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU

Keterangan

5.

Pembangunan
Bandar Udara

UU No. 1 Tahun
2009 tentang
Penerbangan;
PP No. 40 Tahun
2012 tentang
Pembangunan dan
Pelestarian
Lingkungan Hidup
Bandar Udara

a. Rencana Induk Pelabuhan;


b. dokumen kelayakan;
c. dokumen desain teknis; dan
d. dokumen lingkungan
Pasal 94 PP 61/2009: Sistem
pengelolaan lingkungan hidup
merupakan salah satu persyaratan
izin pengoperasian pelabuhan.
Pasal 117 PP 61/2009: Persyaratan
kelestarian lingkungan berupa studi
lingkungan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan PUU di bidang
lingkungan hidup merupakan salah
satu persyaratan izin pembangunan
terminal khusus;
Pasal 120 PP 61/2009: laporan
pelaksanaan kajian lingkungan
merupakan salah satu syarat izin
pengoperasian terminal khusus;
Pasal 136 ayat (2) huruf h PP 61
Tahun 2009: studi lingkungan yang
telah disahkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan
PUU merupakan salah satu syarat
persetujuan pengelolaan terminal
untuk kepentingan sendiri.
Pasal 215 ayat (2) huruf e dan Pasal
247 UU 1/2009: Kelestarian
lingkungan merupakan salah satu
persyaratan izin mendirikan
bangunan bandar udara dan bandar
udara khusus;
Penjelasan Pasal 215 ayat ayat (2)
huruf e UU 1/2009: Persyaratan
mengenai kelestarian lingkungan
ditunjukkan dengan adanya studi
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Kerangka
Acuan Andal (KA-ANDAL), Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL),
Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL), Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL), Upaya
Pengelolaan Lingkungan atau Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL),
atau Dokumen Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup
(DPPL) yang merupakan dokumen
untuk terpenuhinya persyaratan
kelestarian lingkungan.
Pasal 12 huruf e PP 40/2012:
Kelestrian lingkungan merupakan
salah satu persyaratan penerbitan
Izin mendirikan bangunan Bandar
Udara;
Pasal 18 PP 40/2012: Kelestarian
lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf e, merupakan
izin lingkungan sesuai dengan
ketentuan PUU dibidang PPLH;

8|Page

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU

Keterangan
Pasal 20 huruf e PP 40 Tahun 2010:
Izin lingkungan salah satu lampiran
Permohonan izin mendirikan
bangunan Bandar Udara

G.
1.
2.

3.

4.
5.

H.
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

I.
1.

BIDANG
TEKNOLOGI
SATELIT
Pembangunan dan
pengoperasian
bandar antariksa
Pembangunan
fasilitas
peluncuran roket
di darat dan
tujuan lainnya
Pembangunan
fasilitas
pembuatan
propelan roket
Pabrik roket
Pembangunan
fasilitas uji static
dan fasilitas
peluncuran roket
BIDANG
PERINDUSTRIAN
Industri Semen
Industri pulp dan
kertas yang
terintegrasi
dengan hutan
tanaman industri
Industri
Petrokimia Hulu
Kawasan Industri
Industri galangan
kapal
Industri propelan,
amunisi dan
bahan peledak
Industri peleburan
timah hitam
Kegiatan industri
yang tidak
termasuk angka 17
BIDANG
PEKERJAAN
UMUM
Pembangunan
Bendungan/
Waduk atau Jenis
Tampungan Air
lainnya

UU No. 21 Tahun
2013 tentang
Keantariksaan

Pasal 48 UU 21/2013: Membangun


bandar antariksa wajib memiliki
Amdal yang diatur sesuai dengan
ketentuan PUU;
Pasal 87 dan pasal 88 UU 21/2013:
Pelestarian lingkungan

UU No. 5 Tahun
1984 tentang
Perindustrian;
PP No. 13 Tahun
1995 tentang Izin
Usaha Industri
Perindustrian No.
41/MIND/PER/6/2
008 tentang
Ketentuan dan Tata
Cara Izin Usaha
Industri, Izin
Perluas dan Tanda
Daftar Perusahaan
Industri;
PP No. 24 Tahun
2009 tentang
Kawasan Industri

Pasal 21 UU 5/1984: Kewajiban


perusahan industri untuk mencegah
pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup;
Pasal 5 ayat (2) huruf d Peraturan
Menteri Perindustrian No. 41/MIND/PER/6/2008: Amdal atau UKLUPL merupakan salah satu
persyaratan Izin Usaha Industri
dengan Persetujuan Prinsi untuk
Perusahaan Industri;
Pasal 13 PP 24/2009: Amdl menjadi
salah satu persyaratan Izin Kawasan
Industri;
Pasal 23 ayat (1) PP 24/2009:
Perusahaan Industri di dalam
kawasan industri wajib memiliki
upaya pengelolaan lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan.

UU No. 7 Tahun
2004 tentang
Sumber Daya Air
PP No. 42 Tahun
2008 tentang
Pengelolaan
Sumber Daya Air;
PP No. 37 Tahun
2010 tentang
Bendungan

Pasal 77 ayat (4) PP 42/2008: Dalam


hal rencana pengembangan sumber
daya air mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan
hidup,diberlakukan ketentuan
tentang analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL).
Pasal 1 angka 15 PP 37/2010:
dokumen pengelolaan lingkungan
hidup: Amdal atau UKL-UPL;
Pasal 2 PP 37/2010: Kelayakan

9|Page

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU

Keterangan
lingkungan merupakan salah satu
aspek yang diperhatikan dalam
penyelenggaran pembangunan
bendungan;
Pasal 15 ayat (3) huruf c PP
37/2010: Dokumen pengelolaan LH
merupakan salah satu persyaratan
teknis permohonan persetujuan
prinsip pembangunan bendungan;
Pasal 19 ayat (1) PP 37/2010:
Perencanaan pembangunan bendungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf b meliputi:
a. studi kelayakan;
b. penyusunan desain; dan
c. studi pengadaan tanah;

Pasal 21 Studi kelayakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (1) huruf a didahului dengan
pra-studi kelayakan. Studi
kelayakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus disertai dengan
studi analisis mengenai dampak
lingkungan;
Pasal 30 ayat 2 huruf c PP 37/2010:
Dokumen pengelolaan LH
merupakan salah satu persyaratan
teknis izin pelaksanaan kontruksi
bendungan;
Pasal 36 ayat 3 PP 37/2010: Dalam
pelaksanaan konstruksi dilakukan
rencana pemantauan lingkungandan
rencana pengelolaan lingkungan.
2.

Daerah Irigasi

3.

Pengembangan
Rawa: Reklamasi
Rawa untuk
Kepentingan
Irigasi
Pembangunan
Pengaman Pantai
dan Perbaikan
Muara Sungai
Normalisasi
sungai (termasuk
sudetan) dan
pembuatan kanal
banjir

4.

5.

6.

Pembangunan
dan/atau
peningkatan jalan
tol

UU No. 7 Tahun
2004 tentang
Sumberdaya Air
PP No. 20 Tahun
2006 tentang
Irigasi

UU No. 7 Tahun
2004 tentang
Sumberdaya Air;
PP 38 Tahun 2011
tentang Sungai
UU No. 38 Tahun
2004 tentang
Jalan;
PP No. 15 Tahun
2005 tentang Jalan
Tol

Pasal 24 ayat (2) PP 15/2005:


Persiapan pengusahaan mencakup
pelaksanaan prastudi kelayakan
finansial, studi kelayakan, dan
analisis mengenai dampak
lingkungan;

10 | P a g e

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU

Keterangan
Pasal 25 PP 15/2005: Studi
kelayakan dan analisis mengenai
dampak lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
dilakukan untuk mengevaluasi
kelayakan proyek dari aspek teknis,
ekonomi dan finansial serta
lingkungan. Analisis mengenai
dampak lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup
kegiatan pengkajian dampakdampak lingkungan yang mungkin
terjadi akibat adanya rencana
kegiatan pembangunan jalan tol.
Hasil kegiatan studi kelayakan dan
analisis mengenai dampak
lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dijadikan dasar dalam
proses pelelangan;
Pasal 26 PP 15/2005: Kegiatan
analisa kelayakan finansial, studi
kelayakan, dan analisis mengenai
dampak lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
dilaksanakan oleh BPJT.

7.

Pembangunan
dan/atau
peningkatan
pelebaran jalan

8.

Pembangunan
Subway/
Underpass,
Terowongan/
tunnel, jalan
layang/flyover,
jembatan
Persampahan, i.e.
TPA, transfer
station, instalasi
pengolahan
sampah terpadu,
composting plan

9.

UU No. 38 Tahun
2004 tentang
Jalan;
PP 34 Tahun 2006
tentang Jalan.

Pasal 102 ayat (1) dan ayat (5) PP


34/2006: Jalan umum dioperasikan
setelah ditetapkan memenuhi
persyaratan laik fungsi jalan umum
secara teknis dan administratif
sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri dan menteri
terkait. Suatu ruas jalan umum
dinyatakan laik fungsi secara
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) apabila memenuhi
persyaratan administrasi
perlengkapan jalan, status jalan,
kelas jalan, kepemilikan tanah ruang
milik jalan, leger jalan, dan
dokumen analisa mengenai
dampak lingkungan (AMDAL).

UU No. 18 Tahun
2008 tentang
Pengelolaan
Sampah;
Peraturan
Pemerintah Nomor
81 Tahun 2012
tentang
Pengelolaan
Sampah Rumah
Tangga dan

Pasal 21 ayat (1) huruf b PP


16/2005: Lokasi tempat
pengumpulan dan pengolahan
sampah serta TPA, wajib
memperhatikan: hasil kajian analisis
mengenai dampak lingkungan
Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) huruf c,
Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri
PU 03/2013: Kajian lingkungan
merupakan bagian dari studi
kelayakan kegiatan penyediaan

11 | P a g e

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

10.

Air limbah
domestik i.e. IPLT,
IPAL, Sistem
perpipaan air
limbah

11.

Pembangunan
saluran drainase
primer dan/atau
sekunder
Jaringan air
bersih (jaringan
distribusi dan
transmisi)

12.

J.

1.

BIDANG
PERUMAHAN
DAN KAWASAN
PEMUKIMAN
Pembangunan
perumahan dan
kawasan
permukiman
dengan pengelola
tertentu

PUU
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Tangga
PP 16 Tahun 2005
tentang
Pengembangan
Sistem Penyediaan
Air Minum;
Peraturan Menteri
PU NO.
03/PRT/M/ 2013
tentang
Penyelenggaraan
Prasarana dan
Sarana
Persampahan
dalam Penanganan
Sampah Rumah
Tangga dan
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Tangga
PP 16 Tahun 2005
tentang
Pengembangan
Sistem Penyediaan
Air Minum;

Keterangan
prasarana dan sarana persampahan
yang menggunakan teknologi
pengolahan dan pemrosesan akhir
berupa proses biologi, termal atau
teknologi lain dengan kapasitasn
lebih besar dari 100 ton/hari. Kajian
lingkungan didasarkan atas studi
Amdal atau UKL-UPL;

PP 16 Tahun 2005
tentang
Pengembangan
Sistem Penyediaan
Air Minum;
Peraturan Menteri
PU No.
7/PRT/M/2013
tentang Pedoman
Pemberian Izin
Penyelenggaraan
Pengembangan
Sistem Penyediaan
Air Minum Oleh
Badan Usaha dan
Masyarakat Untuk
Memenuhi
Kebutuhan Sendiri

Pasal 5 ayat (5) huruf b dan Pasal 6


Peraturan Menteri PU No. 7/2013:
Izin prinsip dasar untuk
pelaksanaan Amdal atau UKL-UPL
SPAM. Amdal atau UKL-UPL salah
satu persyaratan untuk
mendapatkan izin penyelenggaraan
pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM);

UU No. 1 Tahun
2011 tentang
Perumahan dan
Kawasan
Permukiman

Pasal 66 ayat 7 huruf c UU No.


1/2011: Penetapan lokasi
pembangunan lingkungan hunian
baru sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilakukan berdasarkan hasil
studi kelayakan;

12 | P a g e

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU

Keterangan
a. rencana pembangunan perkotaan
atau perdesaan;
b. rencana penyediaan tanah; dan
c. analisis mengenai dampak lalu
lintas dan lingkungan

K.
K.1
1.

2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.
K.2
1.

K.3.
1.
2.

BIDANG ESDM
MINERAL
BATUBARA
Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral dan
Batubara
Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Batubara
Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral Logam
Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral Bukan
Logam
Pengolahan dan
Pemurnian

Eksploitasi
(Operasi Produksi)
Mineral Radioaktif
Penambangan di
Laut
Penempatan
tailing di bawah
laut
MIGAS
Eksploitasi MIGAS
serta
pengembangan
produksi di darat,
laut, pipanisasi
migas dan BBM,
pembangunan
kilang (LPG, LNG
dna minyak bumi),
kilang minyak
pelumas, CBM
KETENAGALISTR
IKAN
Pembangunan
Jaringan
Transmisi
a. Pembangunan
PLTD/PLTG/P

UU No. 4 Tahun
2009 tentang
Mineral dan Batu
Bara;
PP 23 Tahun 2010
tentang
Pelaksanaan
Kegiatan Usaha
Pertambangan
Mineral Batubara

Ketentuan-ketentuan terkait dengan


Kegiatan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Eksplorasi mineral barubara
tercantum dalam Pasal 1 UU No. 4
Tahun 2009 dan Pasal 22 Ayat (2),
Pasal 23, Pasal 26, Pasal 29 Ayat
(2)PP No. 23/2010;
Persyaratan IUP Eksplorasi:
administratif, teknis, lingkungan;
dan finansial. Terkait dengan
lingkungan hidup adalah
pernyataan untuk mematuhi
ketentuan PUU di bidang PPLH;
Persyaratan IUP Operasi Produksi
adalah: administratif, teknis,
lingkungan; dan finansia.
Persyaratan lingkungan
sebagaimana disebutkan di atas
sangat terkait dengan pernyataan
kesanggupan untuk mematuhi
ketentuan PUU di bidang PPLH dan
persetujuan dokumen lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuan
PUU

UU No. 22 Tahun
2001 tentang
Minyak dan Gas;
PP No. 35 Tahun
2004 tentang
Kegiatan Usaha
Hulu MIGAS

Pasal 11 ayat 3 huruf k UU 22/2001


dan Pasal 26 huruf k PP 35/2004 :
Salah satu muatan Kontrak Kerja
Sama (KKS/PSC): ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup

UU No. 30 Tahun
2009 tentang
Ketenagalistrikan
PP 14 Tahun 2012

Izin Usaha untuk Penyedian Tenaga


Listrik: Izin usaha penyediaan
tenaga listrik dan izin operasi (Pasal
19 a dan b UU 30/2009);

13 | P a g e

No

K.4.

1.

2.
L.
1.
2.
M.
1.

Bidang dan Jenis


Kegiatan
LTU/ PLTGU
b. PLTP
c. PLTA
d. PLTS
e. Pembangkit
listrik lain

ENERGI BARU
DAN
TERBAHARUKAN
(EBT)
Eksploitasi Panas
Bumi

Pembangunan
kilang biofuel
BIDANG
PARIWISATA
Kawasan
Pariwisata dan
Taman Rekreasi
Lapangan Golf
BIDANG
KETENAGANUKLI
RAN
Pembangunan dan
pengoperasian
reaktor daya dan
non daya

PUU

Keterangan

tentang Kegiatan
Usaha Penyedian
Tenaga Listrik

Pasal 42 UU 30/2009: Setiap


kegiatan usaha ketenagalistrikan
wajib memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam PUU di bidang
lingkungan hidup;
Persyaratan Izin usaha penyediaan
tenaga listrik dan izin operasi
adalah (a) Persyaratan administratif,
teknis, dan lingkungan. (b)
Persyaratan lingkungan berlaku
ketentuan PUU di bidang PPLH
(Pasal 13 ayat (1) dan ayat (7) Pasal
29 ayat (1) dan ayat (4) PP 14/2012)

UU No. 27 Tahun
2003 tentang
Panas Bumi;
PP 59 Tahun 2007
tentang Kegiatan
Usaha Panas
Bumi;

Pasal 16 ayat 1 PP 59/2007:


Pemegang IUP dapat melakukan
Eksploitasi setelah menyelesaikan
Studi Kelayakan serta telah
mendapat keputusan kelayakan
lingkungan berdasarkan hasil kajian
Amdal atau UKL-UPL sesuai dengan
ketentuan PUU di bidang LH;
Pasal 31 PP 59/2007: Keputusan
kelayakan LH berdasarkan hasil
kajian Amdal atau UKL-UPL
dilampirkan dalam laporan hasil
studi kelayakan yang disampaikan
oleh pemegang IUP kepada Menteri,
gubernur atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya
sebelum melakukan eksploitasi;
Pasal 55 PP 59/2007: Kewajiban
Pemegang IUP untuk memenuhi
kinerja perlindungan LH;

UU No. 10 Tahun
1997 tentang
Ketenaganukliran
PP 43 Tahun 2006
tentang Perizinan
Reaktor Nuklir;
PP 54 Tahun 2012
tentang
Keselamatan dan
Keamanan

Pasal 12 ayat (2) huruf h PP


43/2006: keputusan kelayakan
lingkungan hidup dari instansi yang
bertanggung jawab merupakan salah
satu persyaratan permohonan izin
konstruksi;
Pasal 15 ayat (2) huruf g PP
43/3006: dokumen laporan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dan pemantauan lingkungan

14 | P a g e

No

Bidang dan Jenis


Kegiatan

PUU
Instalasi nuklir

2.

3.

4.

Pembangunan dan
pengoperasian
instalasi nuklir
non reaktor (INRR)
Pembangunan dan
pengoperasian
instalasi limbah
radioaktif

UU No. 10 Tahun
1997 tentang
Ketenaganukliran

Produksi
radioisotop

UU No. 10 Tahun
1997 tentang
Ketenaganukliran
PP No. 29 Tahun
2008 tentang
Perizinan
Pemanfaatan
Sumber Radiasi
Pengion dan Bahan
Nuklir

UU No. 10 Tahun
1997 tentang
Ketenaganukliran
PP No. 29 Tahun
2008 tentang
Perizinan
Pemanfaatan
Sumber Radiasi
Pengion dan Bahan
Nuklir

Keterangan
merupakan salah satu persyaratan
permohonan izin komisioning;
Pasal 18 ayat (2) huruf c PP
43/3006: dokumen laporan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dan pemantauan lingkungan
merupakan salah satu persyaratan
permohonan izin operasi;
Pasal 21 ayat (5) huruf l PP
43/2006: keputusan kelayakan
lingkungan hidup dari instansi yang
bertanggung jawab merupakan salah
satu persyaratan teknis permohonan
izin gabungan (Izin konstruksi, izin
komisioning, dan izin operasi).
Pasal 5 dan 7 PP 54 Tahun 2012:
Pemegang izin wajib melakukan
pemantauan tapak instalasi nuklir
pada tahap konstruksi, komisioning,
operasi, dan dekomisioning.
Pemantauan tapak wajib
dilaksanakan sesuai dengan RKLRPL;

Pasal 20 PP 29/2008: Persyaratan


khusus pengelolaan limbah
radioaktif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf
c,untuk kegiatan:
a. Konstruksi: keputusan kelayakan
lingkungan hidup dariinstansi
yang bertanggung jawab di
bidang lingkungan hidup;
b. Operasi: laporan pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan selama komisioning
c. Pasal 66 ayat (1) huruf l PP
29/2008: Pemegang Izin
berkewajiban untuk
melaksanakan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan
Lingkungan
Pasal 19 PP 29/2008: Persyaratan
khusus produksi radioisotop
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (2) huruf b, untuk kegiatan:
a. konstruksi, meliputi: keputusan
kelayakan lingkungan hidup dari
instansi yang bertanggung jawab
di bidang lingkungan hidup;
b. komisioning: laporan
pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup
selama konstruksi;

15 | P a g e

No

N.
1.
2.
3.
4.

Bidang dan Jenis


Kegiatan

BIDANG
PENGELOLAAN
LB3
Industri Jasa
Pengelolaan LB3
Pemanfaatan LB3
Pengolahan LB3
Penimbunan LB3

PUU

PP 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan
LB3

Keterangan
c. operasi, meliputi: laporan
pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup
selama komisioning
Pasal 66 ayat (1) huruf l PP
29/2008: Pemegang Izin
berkewajiban untuk melaksanakan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
dan Rencana Pemantauan
Pasal 43 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 44 ayat (2), Pasal 45 ayat
(1), Ayat (2) dan ayat (3), ayat (4),
Pasal 46 ayat (2), ayat (3) dan ayat
(4) PP 18/1999: memuat
ketentuan terkait dengan
kewajiban memiliki Amdal terkait
dengan pengelolaan LB3 dan
persyaratan izin LB3.

2. PUU Pemanfaatan Ruang di dalam Kawasan Lindung yang


terkait dengan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
No

PUU

Keterangan

1.

PP No. 26 Tahun
2008 tentang RTRWN

Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008: Indikasi


Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional

2.

UU No. 41 Tahun
1999 tentang
Kehutanan

2.

PP No. 24 Tahun
2010 tentang
Penggunaan
Kawasan Hutan
PP No. 28 Tahun
2011 tentang
Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian
Alam

Pasal 38 UU 41/1999: Penggunaan kawasan


hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di
dalam kawasan hutan produksi dan kawasan
hutan lindung
Pasal 3 dan Pasal 4 PP 24/2010: 12 jenis Usaha
dan/atau Kegiatan yang
diiziinkan/diperbolehkan untuk dilakukan di
Hutan Lindung;
Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011: Jenis
Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan
Konservasi (KSA) dan KPA

3.

Sifat
Informasi
Publik
Tersedia
setiap
saat
Tersedia
setiap
saat
Tersedia
setiap
saat
Tersedia
setiap
saat

16 | P a g e

2.1. Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai dengan Ketentuan
Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

No.

Kawasan Lindung Dalam


Peraturan MENLH No.
05 Tahun 2012

Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional


Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun
2008

1.

Kawasan Hutan Lindung

a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;


b. kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat

2.

Kawasan bergambut

a. wisata alam tanpa merubah bentang alam

3.

Kawasan Resapan Air

a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki


kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada

4.

Sempadan Pantai

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;


b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi;
c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan rekreasi pantai;

5
dan
6

Sempadan Sungai dan


Kawasan sekitar
danau/waduk

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;


b. bangunan untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi
taman rekreasi;

7
dan
8.

Suaka margasatwa dan


suaka margasatwa laut
serta Suaka margasatwa
dan suaka margasatwa
laut

a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;


b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

Kawasan pantai
berhutan bakau

a.

10.

Taman Nasional atau


taman nasional laut

a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;


b. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya
diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga dengan
luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan
di bawah pengawasan ketat

11.

Taman hutan raya

a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;


b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk

9.

kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam

17 | P a g e

menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada


huruf a;

12.

Taman Wisata Alam dan


Taman Wisata Alam Laut

a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;


b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada
huruf a; da

13.

Kawasan cagar budaya


dan ilmu pengetahuan

a. penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan


b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan
yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan

14.

Kawasan cagar alam


geologi

a. pariwisata tanpa mengubah bentang alam


b. kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk
penelitian arkeologi dan geologi
c. pelindungan bentang alam yang memiliki ciri
langka dan/atau bersifat indah untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, budaya,
dan/atau pariwisata.
d. pelindungan kawasan yang memiki ciri langka
berupa proses geologi tertentu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau
pariwisata

15

Kawasan imbuhan air


tanah

a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang


memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk
pada lahan terbangun yang sudah ada

16.

Sempadan mata air

a. ruang terbuka hijau

17.

Kawasan perlindungan
plasma nutfah

a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;


b. pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik
kawasan

18.

Kawasan pengungsian
satwa

a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;


b. pelestarian flora dan fauna endemik kawasan

19.

Terumbu Karang

a. pariwisata bahari

20.

Kawasan koridor bagi


jenis satwa atau biota
laut yang dilindungi

18 | P a g e

2.2. Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan KPA sesuai
dengan PP 28/2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam

No

Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA

1. penelitian dan pengembangan ilmu


pengetahuan
2. pendidikan dan peningkatan
kesadartahuan konservasi alam

Kawasan Suaka Alam Kawasam Pelestarian Alam


(KSA)
(KPA)
Cagar
Suaka
Taman Taman
Taman
Alam (CA) Marga- Nasional Wisata
Hutan
satwa
(TN)
Alam
Raya
(SM)
(TWA) (Tahura)

koleksi kekayaan keanekaragaman


hayati
3. penyerapan dan/atau penyimpanan
karbon
4. pemanfaatan air serta energi air, panas,
dan angin serta wisata alam terbatas
5. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
6. pemanfaatan sumber plasma nutfah
untuk penunjang budidaya
7. pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat setempat.
8. pembinaan populasi melalui
penangkaran dalam rangka
pengembangbiakan satwa atau
perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.
9. pembinaan populasi dalam rangka
penetasan telur dan/atau pembesaran
anakan yang diambil dari Alam

Sesuai dengan ketentuan Pasal 4 PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan


Kawasan Hutan, penggunaan kawasan hutan (Hutan Produksi dan Hutan Lindung)
untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat
dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
dielakkan, meliputi kegiatan:
1. religi;
2. pertambangan;
19 | P a g e

3.

instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru
dan terbarukan;
4. pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun
relay televisi;
5. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
6. sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum
untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;
7. sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan
saluran air bersih dan/atau air limbah;
8. fasilitas umum;
9. industri terkait kehutanan;
10. pertahanan dan keamanan;
11. prasarana penunjang keselamatan umum; atau
12. penampungan sementara korban bencana alam.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai