PENDAHULUAN
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara dan
mempunyai kepedulian penuh terhadap aspek lingkungan, khususnya di dalam wilayah
kegiatan perusahaan PT. Haswi Kencana Indah telah melakukan Study Amdal. Berdasarkan
data eksplorasi PT. Haswi Kencana Indah memiliki cadangan terukur batubara dalam area
IUP Operasi Produksi sebesar 7.499.999 ton dan mempunyai cadangan layak tambang
sebesar 2.000.000 ton
17
REKAPITULASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA
17
1.1.2 Isu Pokok Teknis Pertambangan dan Lingkungan
Untuk tahun 2017 isu – isu atau masalah pokok yang dikelola oleh PT. Haswi Kencana
Indah, sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab perusahaan dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk rencana operasional penambangan Tahun
ini mengacu kepada dokumen studi kelayakan dan untuk persiapan alat mengacu pada
kemampuan maksimal.
Selain itu berbagai masalah pokok yang berkaitan dengan lingkungan antara lain :
Pengelolaan Lingkungan :
- Penebasan dan pembersihan lahan
- Pengupasan dan penimbunan tanah penutup
- Penambangan batubara
- Air larian permukaan tambang dan limbah
- Debu dan kebisingan
- Sarana penunjang
- Pengambilan top Soil dan rekonturing.
Pemantauan Lingkungan :
- Air Larian permukaan dan air badan sungai penerima tentang kualitas air
- Air badan sungai penerima tentang biota perairan
- Lokasi tambang, jalan angkut dan pemukiman tentang kualitas udara
- Lokasi tambang, jalan angkut dan pemukiman tentang kebisingan
- Daerah penimbunan tanah/batuan penutup tentang kualitas tanah
- Daerah penimbunan tanah/batuan penutup tentang intensitas erosi
- Lereng penggalian dan penimbunan tanah/batuan penutup tentang kestabilan lereng
- Daerah penimbunan tanah/batuan penutup tentang kebersihasilan penghijauan
- Jalur hijau dan lokasi penimbunan tanah/batuan penutup tentang keberadaan flora dan
fauna
- Area perbengkelan tentang limbah B3
1.2. Tujuan
17
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang diperlukan
dalam melakukan kegiatan pertambangan dan bagaimana cara penambangan yang baik dari
aspek-aspek tersebut.
BAB II
17
PEMBAHASAN
17
Adapun rencana produksi dan kemajuan tambang PT. Haswi Kencana Indah dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Pembuangan OB
RENCANA TAHUN 2016 REALISASI TAHUN 2016 RENCANA TAHUN 2017
BULAN PIT 1 PIT 2 TOTAL PIT 1 PIT 2 TOTAL LOKASI
TOTAL
( BCM) ( BCM) ( BCM) ( BCM) ( BCM) ( BCM) PIT I PIT II
1 2 3 4 5 6 7 10
Januari 29.760 29.760 - - 30.000 30.000
Februari 16.800 16.800 - - 30.000 30.000
Maret 16.800 16.800 - - 30.000 30.000
April 9.600 9.600 - - 30.000 30.000
Mei 7.296 7.296 - - 30.000 30.000
Juni 38.016 38.016 - - 30.000 30.000
Juli 48.000 48.000 - - 30.000 30.000
Agustus 45.696 45.696 - - 30.000 30.000
September 76.800 76.800 - - 40.000 40.000
Oktober 76.800 76.800 - - 40.000 40.000
November 58.080 58.080 - - 40.000 40.000
Desember 96.480 96.480 - - 40.000 40.000
TOTAL 520.128 520.128 0 0 400.000 0 400.000
Tabel 1.2 Rencana dan Realisasi Inipit dan Outpit Dump Tambang Terbuka
RENCANA TAHUN 2016 REALISASI TAHUN 2016 RENCANA TAHUN 2017
REALISASI LUAS VOID KETERANGA
LOKASI INPIT OUTPIT INPIT OUTPIT INPIT OUTPIT
TAHUN 2016 (ha) N
LOKASI JUMLAH (BCM) LOKASI JUMLAH (BCM) LOKASI JUMLAH (BCM) LOKASI JUMLAH (BCM) LOKASI JUMLAH (BCM) LOKASI JUMLAH (BCM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PIT 1 PIT 1 520.128 PIT 1 - PIT 1 400.000 1,49
n
TOTAL 520.128 400.000
Mayoritas overburden akan dimasukkan kedalam area disposal dan apabila satu lubang
tambang sudah selesai dikerjakan, maka overburden dari lubang selanjutnya akan
17
dimasukkan ke dalam area inpit dump (back filling). Pengupasan dan penimbunan
tanah/batuan penutup (Over Burden/OB) pada kegiatan persiapan pembuatan area disposal
mengikuti prosedur standar, yakni land clearing, un top soiling kemudian dilakukan
penimbunan.
Sedangkan untuk pemilihan lokasi, jika berada di areal rawa dilakukan pembuatan cell
atau tanggul pengaman kemudian melakukan pemadatan dengan compactor di areal disposal
agar padat setelah itu dilanjutkan dengan pengendalian dan pengangkutan batubara ke unit
pengolahan batubara.
Penanganan batubara hasil penambangan di lakukan dengan mengangkut batubara dari
pit area menuju ke stockpile. Penjelasannya ntuk mengantisipasi swabakar, harus di kurangi
batubara yang lama terekspose, jika sudah terbakar maka penanganannya dengan dipadamkan
menggunakan unit dengan dipadatkan atau dibuang ke disposal (agar tidak merambat ke
tempat lain).
2.2. Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
PT. Haswi Kencana Indah selalu berupaya untuk menerapkan program pembangunan
nasional yang menekankan pada program pembangunan berkelanjutan. Untuk menjalankan
kebijakan tersebut segala bentuk usaha pemanfaatan sumber daya alam yang didukung
dengan upaya pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup, agar tercipta keserasian dan
keseimbangan pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan.
PT. Haswi Kencana Indah mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan
penambangan yang ramah lingkungan dan turut berpartisipasi melaksanakan program
pembangunan berkelanjutan sesuai Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Dalam perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara PT. Haswi Kencana Indah
mencoba terus menerapkan aspek konservasi sehigga dapat tercapai pemanfaatan yang
optimal dan berkelanjutan, bias memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengganggu kebutuhan
masa depan.
17
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
PT. Haswi Kencana Indah sangat memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
wilayah aktivitas pertambangan. Untuk mencapai standar K3 dengan baik, maka PT. Haswi
Kencana Indah berusaha memperbaiki system pengolaan K3 yaitu dengan mengintergrasikan
pada Sistem Manajemen Perusahaan dengan baik disertai beberapa program utama.
17
Rencana dan Realisasi Tahun 2016 Rencana Program Tahun 2017
Program Keselamatan Pertambangan Program Biaya (IDR)) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Total
Renc Real Renc Real Prog. Prog. Prog. Prog. Prog.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Keselamatan Kerja pertambangan
a. Inspeksi 3 2 Rp3.000.000 Rp2.000.000 1 1 1 3
b. Pertemuan 1 1 Rp500.000 Rp500.000 1 1
c. Kampanye 0 0 0
d. Pemasangan/penambahan rambu 1 0 Rp5.000.000 Rp0 1 1
e. Pengadaan APD dan alat keselamatan 1 0 Rp37.000.000 Rp0 0
1. f. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian 0 0 0
g. Pelatihan dan Pendidikan 1 0 Rp4.000.000 Rp0 1 1
h. Pelaporan 1 0 Rp5.000.000 Rp0 1 1
i. Tim tanggap darurat dan simulasi tanggap darurat 0 0 0
j. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan 1 0 Rp1.000.000 Rp0 1 1
k. Safety patrol 1 1 Rp12.000.000 Rp12.000.000 1 1
l. Kegiatan Evaluasi Keselamatan Kerja 0 0 1 0
Kesehatan kerja pertambangan
a. Pemeriksaan kesehatan untuk pekerja baru 1 1 Rp10.000.000 Rp10.000.000 1 1
b. Pemeriksaan kesehatan untuk seluruh pekerja 1 1 Rp25.000.000 Rp10.000.000 1 1
c. Pemeriksaan kesehatan khusus 1 0 1 1
d. Kegiatan Evaluasi Pemeriksaan Kesehatan 0 0 1 0
e. Pengelolaan higenies dan sanitasi 0 0 0
f. Pengelolaan ergonomis 0 0 0
2. g. Pengelolaan makanan/minuman, dan gizi pekerja/buruh 1 1 Rp50.000.000 Rp50.000.000 1 1
h. Diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja 1 0 1 1
i. Inspeksi 1 1 Rp2.000.000 Rp2.000.000 1 1
j. Pendidikan dan pelatihan 1 0 1 1
k. Kampanye 1 0 0
l. Pelaporan 0 0 0
m. Penyediaan obat-obatan 1 1 Rp5.000.000 Rp5.000.000 1 1
n. Kegiatan Evaluasi Kesehatan Kerja 0 0 1 0
Lingkungan kerja pertambangan
a. Pengendalian debu 1 0 Rp120.000.000 Rp0 1 1
b. Pengendalian kebisingan 0 0 0
c. Pengendalian getaran 0 0 0
d. Pencahayaan 0 0 0
3.
e. Kualitas udara kerja 0 0 0
f. Pengendalian radiasi 0 0 0
g. Pengendalian faktor kimia 0 0 0
h. Pengendalian faktor biologi 0 0 0
i. Kebersihan lingkungan kerja 1 1 Rp1.000.000 Rp1.000.000 1 1
4. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
a. Evaluasi SMKP 0 0 0
b. Internal Audit 0 0 0
c. Eksternal Audit 0 0 0
B Keselamatan Operasi Pertambangan
Pengelolaan (perawatan dan perbaikan) sarana,
1. 3 0 Rp200.000.000 Rp0 1 1 1 3
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
2. Pengelolaan dan pemantauan pengamanan instalasi 3 2 Rp3.000.000 Rp2.000.000 1 3
3. Sertifikasi kelayakan penggunaan peralatan 0 0 0
4. Kompetensi tenaga teknik 1 0 1 1
5. Kajian teknis pertambangan 1 1 Rp5.000.000 Rp5.000.000 1 1
6. Evaluasi hasil kajian teknis pertambangan 1 0 1 1
C Pelaksanaan Bulan K3 Nasional 1 0 1 1
D Biaya Perusahaan Jasa Pertambangan
Total 31 13 Rp488.500.000 Rp99.500.000 7 9 5 9 29
Data statistik kecelakaan tahun 2016 menunjukkan bahwa selama tahun 2016 tercatat
tidak terjadi kecelakaan yang fatal, artinya yang berakibat luka parah atau bahkan meninggal,
dan PT. Haswi Kencana Indah akan mempertahankan apa yang telah dicapai pada tahun 2016
dan akan terus meningkatkan lagi, karena masih banyak program K3 yang belum terlaksana
seperti belum lengkapnya pembuatan JSA (Job Safety Analysis).
17
PT. Haswi Kencana Indah sangat memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan
terdapat 3 komponen yang diperhaikan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu,
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan
pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan
kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan.
Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja
kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan
bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan
non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 -
24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium
menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah
dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada
bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak
pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan
kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat
Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related
Diseases).
17
Dalam keselamatan operasional masih banyaknya tambang yang kurang memperhatikan
keselamatan dalam operasional tambang seperti kurangnya perhatian kondisi kesiapan alat
operasional tambang , Sumber Daya Manusia (SDM) atau kesiapan dari pekerja tambang, dan
dari segi bend dalam design tambang.
Dalam kegiatan pertambangan PT. Haswi Kencana Indah selalu melakukan pengecekan
setiap alat berat, armada maupun peralatan lain yang dimiliki, untuk mengetahui kendala apa
yang dimiliki oleh peralatan operasi tambang tersebut, dan dapat menilai layak atau tidak
layak peralatan tersebut digunakan. Untuk Sumber Daya Manusianya selalu memperhatikan
kondisi para pekerja sebelum memulai pekerjaan sehingga dapat mengetahui siap atau
tidaknya para pekerja untuk melakukan pekerjaan tambang.
Dalam menjaga kesetabilannya lereng dan aspek keselamatan kerja, maka bentuk
penimbunan tanah / batuan penutup di buat landai dengan bentuk teras berjenjang atau teras
bangku dengan sudut kemiringan lereng tiap teras (single slope) sekitar 30, lebar tiap teras
(bidang olah ) sekitar 30 meter dan tinggi 10 meter.
Sistem penisiran dan upaya lain untuk memperkecil laju erosi pada bidang lereng
dilaksanakan dengan membuat kemiringan bidang olah sekitar 3 % ke arah kaki lereng, dan
kaki lereng di buat saluran penirisan lainnya kearah dengan bentuk kontur.
2.5. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam pengelolaan lingkungan hidup diupayakan mampu mencakup semua dampak dan
aspek-aspek positif maupun negative akibat adanya kegiatan penambangan batubara terhadap
lingkungan.
2.5.1. Teknik dan Metode Pengelolaan Lingkungan
a) Lahan bekas tambang
Sistem penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dengan menggunakan
sistem metode gali-isi (back fill), dengan maksud untuk meminimalisirkan luas
bukaan lahan untuk kegiatan penambangan dan lokasi penimbunan tanah tutupan
yang baru, sekaligus untuk mempermudah pelaksanaan pengelolaan lahan bekas
tambang. Dilakukannya metode penambangan seperti ini. Lahan bekas tambang
segera di reklamasi dengan cara ditimbun kembali dengan material bekas galian
tambang dengan menggunakan alat angkut di bantu Bulldozer dan juga digunakan
untuk mendorong dan meratakan timbunan tanah / batuan penutup, serta di bantu
dengan Excavator untuk membantu pembuatan drainage di area disposal yang akan di
17
revegetasi. Setelah kondisi lahan tertata maka akan segera di lakukan revegetasi untuk
mencegah dan menghindari erosi pada lahan tersebut.
b) Timbunan tanah pucuk dan tanah/batuan penutup
Tanah Pucuk
Pengelolan tanah pucuk (top soil) merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam melaksanakan program revegetasi lahan bekas
tambang. Tanah pucuk (top soil) banyak mengandung unsur hara baik
mikro maupun makro yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman.
Top soil ditutupi atau ditanami dengan tanaman cover crop untuk
menghindari terjadinya erosi oleh air hujan. Kemudian untuk diarea
waste dump / disposal yang sudah diratakan (di smothing). Top soil
yang sudah di dumping diatasnya di spreading dengan ketebalan 50 cm
keatas mengikuti bentuk yang di rencanakan dan selanjutnya di
lakukan revegetasi.
Tanah / Batuan Penutup (Sub Soil)
Tanah / batuan penutup (over burden ) dari hasil pengupasan dan
bongkaran kegiatan penambnagan akan di timbun pada lokasi
penimbunan (waste dump) yang sudah ditentukan. Pada awal kegiatan
penambangan lokasi penimbunan adalah lokasi yang telah
dipersiapkan sebelumnya, pada tahap selanjutnya lokasi penimbunan
merupakan lahan bekas penambangan yang telah selesai di ambil
batubaranya (back filling).
Untuk menjaga kesetabilan lereng dan aspek keselamatan kerja,
maka bentuk penimbunan tanah / batuan penutup di buat landai dengan
bentuk teras berjenjang atau teras bangku dengan sudut kemiringan
lereng tiap teras (single slope) sekitar 30, lebar tiap teras (bidang olah )
sekitar 30 meter dan tinggi 10 meter.
c) Kualitas air
Air Tambang
Dalam rangka menjaga kualitas air tambang di lokasi kegiatan
penambangan maka di lakukan pemantauan harian, bulanan, dan
triwulan secara rutin. Adapun penurunan kualitas air (pH) yang terjadi
17
adalah pada kegiatan penambnagan diatasi dengan penambahan batu
kapur ( CaCO3) sehingga air yang keluar dari kegiatan
penambambangan sudah dalam kondisi pH antara 6 sampai 9.
Sistem pengelolaan yang telah berjalan akan terus dilaksanakan
dengan menetralkan dan mengendapkan air yang berasal dari kegiatan
penambangan kedalam kolam pengedap sebelum akhirnya di alirkan
kepada perairan bebas.
Air Asam Tambang
Untuk menangani air asam tambang PT. Haswi Kencana Indah
merencanakan untuk membuat perlakuan berupa penetralan air asam
adalah menambahkan CaCO3 kedalam air. Adapun jumlah batu kapur
yang ditambahkan dilakukan berdasarkan kondisi pH awal dari air
yang akan di netralkan. Dari hasil percobaan di lapangan dosis kapur
yang dibutuhkan untuk menetralkan air berkisar 1,00 Kg/m 3 – 1.60
Kg / m3 sistem pencampuran dilakukan dengan cara penambahan
kapur (hydrated lime) pada saluran intlet ke kolam pengendapan
(settling pond). Dengan system ini diharapkan dapat meningkatkan
kelarutan air kedalam dapur sebelum diendapkan ke dalam settling
pond. Setelah mengalami pengendapan guna menurunkan padatan
terlarur pada settling pond dan kandungan pH sudah netral (pH 6-9)
maka akan dialirkan ke perairan umum. Untuk mengetahui hasil dari
percobaan ini, selalu dilakukan pemantauan rutin setiap hari dan
bulanan.
d) Limbah padat
Limbah padat (limbah domestik) dari hasil kegiatan rumah tangga, base camp,
kantor, bengkel, pengadaan perbekalan dan lainnya akan dikumpulkan dan
rencananya akan dibuang pada lokasi pembuangan akhir. Sampah yang dihasilkan
dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu :
1. Sampah plastik botol, kaleng, kaca, logam/metal
2. Sampah plastik,kertas danlain yang bisa dibakar atau di tungku
bakar
17
3. Sampah organik yang berasal dari dapur dan taman, jenis
sampah ini direncakan akan dilakukan pengkompasan untuk mendukung
program revegetasi melalui pupuk kompos.
17
sprayer). Frekuensi penyiraman ini tergantung dari keadaan cuaca dan musim,
dimana bila dalam keadaan kering, frekuensi penyiraman akan semakin tinggi.
2. Membatasi kecepatan kendaraan yang melintas disuatu area yang potensi debu
tinggi.
3. Program penghijauan (revegetasi) disepanjang jalan angkut batubara terus
dilakukan, khususnya dilokasi yang berdekatan dengan pemukiman
penduduk,dengan demikian tebaran debu di udara dapat tertahan oleh pohon-
pohon.
2.6. Reklamasi dan Pasca Tambang
Reklamasi merupakan suatu proses perbaikan pada suatu daerah tertentu (lahan bekas
tambang) sebagai akibat dari kegiatan penambangan sehingga dapat berfungsi kembali secara
optimal. Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang matang agar tepat
pada sasaran. Perencanaan reklamasi harus sudah dipersiapkan sebelum kegiatan
penambangan Karena telah di atur dalam dokumen lingkungan. Lingkup reklamasi meliputi
penatagunaan lahan, pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, dan pekerjaan sipil .
Dalam reklamasi lahan akibat penambangan harus melihat dari empat aspek, yaitu aspek
teknis, ekonomi, sosial/lingkungan, dan kelembagaan. Aspek teknis dapat dilihat dari sifat
fisik dan sifat kimia tanah, aspek lingkungan dilihat dari dampak penambangan batubara
terhadap sosial masyarakat, aspek ekonomi dari produktivitas lahannya. Sedangkan aspek
kelembagaan dilihat dari fungsi dan peran masing-masing institusi dalam pelaksanaan
kegiatan reklamasi lahan.
Prinsip lingkungan hidup yang wajib dipenuhi dalam melaksanakan reklamasi dan pasca
tambang adalah :
1. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, tanah dan udara2
2. Perlindungan Keanekaragaman hayati
3. Penjaminan stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, settling pond, lahan
bekas tambang dan struktur buatan lainnya
4. Pemanfaatan lahan bekas tambang5
5. Memperhatikan nilai‐nilai sosial dan budaya setempat6
6. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah
Kegiatan reklamasi merupakan akhir dari kegiatan pertambangan yang diharapkan dapat
mengembalikan lahan kepada keadaan semula, bahkan jika memungkinkan dapat lebih baik
dari kondisi sebelum penambangan. Kegiatan reklamasi meliputi pemulihan lahan bekas
17
tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan mempersiapkan lahan
bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Sasaran
akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman,
stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali.
Secara teknis usaha reklamasi lahan tambang terdiri dari recontouring/
regrading/resloping lubang bekas tambang dan pembuatan saluran-saluran drainase untuk
memperoleh bentuk wilayah dengan kemiringan stabil, top soil spreading agar memenuhi
syarat sebagai media pertumbuhan tanaman, untuk memperbaiki tanah sebagai media tanam,
revegetasi dengan tanaman cepat tumbuh, tanaman asli lokal dan tanaman kehutanan
introduksi. Perlu juga direncanakan pengembangan tanaman pangan, tanaman perkebunan
dan atau tanaman hutan industri, jika perencanaan penggunaan lahan memungkinkan untuk
itu (Djati, 2011).
Lahan yang akan direklamasi oleh PT. Haswi Kencana Indah mencakup lahan bekas
tambang, timbunan tanah/batuan penutup, jalan tambang dan non tambang yang sudah tidak
dipakai lagi, bekas kolam sedimen dan fasilitas penunjang lainnya.
2.7. Penguasaan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pertambangan
Sesuai dengan tugas dan fungsi Kelompok Litbang Penerapan Teknologi Penambangan
Mineral dan Batubara untuk melaksanakan dua peran pentingnya sebagai kelompok
penunjang pemanfaatan mineral dan batubara, yaitu peran kelitbangan dan pelayanan jasa
teknologi di bidang penambangan, geoteknologi tambang, dan lingkungan pertambangan,
maka secara berimbang memberikan kontribusi penerapan teknologi penambangan yang baik
dan benar serta berwawasan lingkungan (good mining practices), melalui upaya :
Penyusunan standar dan penanganan keselamatan kerja penambangan (misalnya
kajian getaran peledakan, kestabilan lubang bukaan tambang, penanganan
kelongsoran lereng);
Penerapan konservasi/intensifikasi cadangan batubara dengan menerapkan desain
penambangan yang sesuai dengan kondisi cadangan (inovasi teknologi penambangan
pada daerah rawa, peningkatan status cadangan dan kelayakan tambang, penguasaan
teknologi gasifikasi batubara bawah tanah);
Penyusunan baku mutu dan pengendalian kualitas lingkungan (baku mutu gas emisi
pada udara ambient di lingkungan pertambangan, emisi pembakaran batubara,
pemanfaatan sludge untuk bahan bakar PLTU);
17
Monitoring lingkungan pertambangan dengan melakukan penerapan “Environmental
Management System” pada setiap industri pertambangan;
Pengembangan teknologi tepat guna melalui rancang bangun dan rekayasa peralatan
eksplorasi dan penambangan.
17
BAB III
KESIMPULAN
17
kerugian akan segera terjadi pada dunia pertambangan Indonesia, bahkan mungkin anak dan
cucu kita nanti sudah tidak bisa bertemu sumberdaya mineral dan batubara.
Reklamasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan lahan yang telah rusak
akibat dari suatu usaha pertambangan agar lahan tersebut dapat berfungsi kembali secara
optimal, sehingga upaya reklamasi sangat lah harus dilakukan oleh setiap pengusaha
pertambangan agar tidak bertambahnya daerah-daerah berbahaya longsor seperti yang
banyak diberitakan, daerah-daerah rawan banjir dan juga pencemaran lingkungan sekitar.
Pada umumnya reklamasi yang dilakukan oleh para perusahaan pertambangan saat ini
ditemukan beberapa kendala diantaranya, memerlukan biaya yang sangat besar dan teknologi
modern, sehingga sanggup melakukan hal ini hanya perusahaan besar saja dan luasan yang
reklamasi hanya sebagian kecil saja, apakah sebanding antara lahan yang rusak dengan yang
direklamasi, dan nampaknya kegiatan reklamasi dilakukan tidak serius, terkesan tanam buang
karena terkendala oleh iklim.
Sementara itu ada alternatif yang ditawarkan dalam rangka reklamasi lahan bekas
tambang batubara dengan konsep tidak memerlukan biaya yang besar dan jangkauan
reklamasi lebih luas, mudah dan murah ; yakni dengan konsep kembali kealam atau reklamasi
lahan bekas tambang batubara secara hayati.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ambodo, A.P. 2004. Aplikasi Mikoriza untuk Peningkatan Pertumbuhan Tanaman dan
efisiensi
Biaya pada Lahan Pasca Tambang di PT. International Nickel Indonesia. Makalah
disampaikan pada Lokakarya dan Rapat Koordinasi serta Fasilitasi Nasional,
Penerapan Bioremediasi untuk Reklamasi dan Rehabilitasi lahan Bekas Tambang di
Kawasan Timur Indonesia, 5 April 2004, Jakarta.
Dariah.,A1, A. Abdurachman1, dan D. Subardja2. 2010. Reklamasi Lahan Eks-Penambangan
untuk Perluasan Areal Pertanian. Reclamation of Ex-Mining Land for Agricultural
Extensification. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010. ISSN 1907-0799.
Djati Murjanto. 2011. Karekterisasi dan Perkembangan Tanah Pada Lahan Reklamasi Bekas
Tambang Batubara PT. Kaltim Prima Coal. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Haryono dan S. Soemono. 2009. Rehabilitasi tanah tercemar mercuri (Hg) akibat
penambangan emas dengan pencucian dan bahan organik di rumah kaca. Jurnal Tanah
dan Iklim.
Hasan Zainuddin.2007. Tambang Batubara Sembahkan Surga Atau Neraka.
hasanzainuddin.wordpress.com/2007/11/03/43/3 Nov 2007 –, 25/1 (ANTARA).
http://baraasabdillah.blogspot.com/2014/03/konservasi-tambang-perlukah.html?
view=magazine (09/05/2015)
http://blhd.tanahbumbukab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=149&Itemid=208 (10/05/2015)
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi No. 555 K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
Latifah.,S. 2003. Kegiatan Reklamasi Lahan Pada Bekas Tambang Program Ilmu Kehutanan
Jurusan Manajemen Hutan. Universitas Sumatera Utara.
Margarettha. 2010. Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Pupuk Hayati
Mikoriza Sebagai Media Tanam Jagung Manis The Used of Ex-Coal Mining Soil
17
With Mycorrhiza Biofertilizers To Growth Sweet Corn. J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 –
10, 2010. ISSN 2086 – 4825.
Mursyidin, D.H. 2006. Menanggulangi Pencemaran Logam Berat. Biologi FMIPA Unlam,
Banjar Baru. Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia.
_____________. 2009.Memperbaiki Lahan Bekas Tambang dengan Mikroorganisme.
Biologi FMIPA Unlam, Banjar Baru. Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia.
Notohadiprawiro,T. 2006. Pengelolaan Lahan dan Pasca Penambangan, Departemen Ilmu
Tanah, Universitas Gajah Mada.
Puslitanak. 1995. Studi Upaya Rehabilitasi Lingkungan Penambangan Timah (Laporan Akhir
Penelitian). Kerjasama antara Proyek Pengembangan Penataan Lingkungan Hidup
dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Sabtanto Joko Suprapto.2010. Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi
Bahan Galian. Kelompok Program Penelitian Konservasi – Pusat Sumber Daya
Geologi.
Santoso, E., Pratiwi, M. Turjaman, C.H. Siregar, A. Subiakto, R.S.B. Irianto, R.R. Sitepu,
dan Anwar. 2008. Input teknologi untuk rehabilitasi lahan pasca penutupan tambang
(mine closure). Makalah disampaikan dalam Seminar dan Workshop Reklamasi dan
Pengelolaan Kawasan Tambang Pasca Penutupan Tambang. Pusat Studi Reklamasi
Tambang. LPPM-IPB. Bogor, 22 Mei 2008.
Setiadi, Y. 2004. Arbuscular Mycorrhizal Inoculum Production. Dalam prosiding Teknologi
Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan. Asosiasi Mikoriza Indonesia-Jawa Barat. Bandung.
Simarmata,T. 2005. Revitalisasi Kesehatan Ekosistem Lahan Kritis dengan Memanfaatkan
Pupuk Biologis Mikoriza dalam Percepatan Pengembangan Pertanian Ekologis di
Indonesia. Seminar Nasional dan Workshop Cendawan Mikoriza. Universitas Jambi.
Jambi.
Sitorus, M. 2003. Pengaruh Pemberian Batu Fosfat Alam dan Mikoriza Vesikular Arbuskular
Terhadap Ketersediaan dan Konsentrasi P daun Jagung pada Ultisol. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
17
Tala’ohu, S.H., S. Moersidi, Sukristiyonubowo, dan S. Gunawan. 1995. Sifat fisikokimia
tanah timbunan batubara (PT BA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Dalam
Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Buku IV. Bidang Konservasi Tanah dan Air serta Agroklimat.
Puslitbangtanak. http://agribisnis.deptan.go.id /download/
layanan_informasi/sekretariat/jurnal_sumberdaya_lahan_vol._4_no.1_juli_2010.pdf.
ISSN 1907-0799.
17