Anda di halaman 1dari 107

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Aplus Pacific adalah perusahaan modal asing (PMA) dari negara Malaysia yang bergerak dalam
sektor riil yaitu industri barang barang logam siap pasang untuk bangunan serta pergudangan.

Lokasi PT Aplus Pacific berada di Jl. Raya Prabu Siliwangi KM 3,5 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan
Jatiuwung Kota Tangerang Provinsi Banten. Berdiri diatas lahan seluas 59.298 m 2 dengan membeli
lahan dan memanfaatkan bangunan pabrik yang sudah ada dari kepemilikan sebelumnya yaitu PT
Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited dengan status lahan saat ini sudah menjadi
milik PT Aplus Pacific dan sudah mulai beroperasi sejak tahun 2011.

PT Aplus Pacific ini telah memiliki Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) pada tahun 2011
dengan Surat Persetujuan Kelayakan Lingkungan dari Kepala Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tangerang No 660/Kep.084.A-BPLH/2011 pada tanggal 23 September tahun 2011.
Kemudian karena adanya; (1) Adanya proses pengajuan ijin rencana penambahan kapasitas di
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari kapasitas izin yang diberikan sebelumnya
seperti yang tertera pada Izin Prinsip Perluasan Modal Nomor 28/1/IP/PMA/2010 dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal ; (2) Kepemilikan IMB dengan peruntukan lokasi untuk kegiatan
pergudangan bukan industri; (3) Penyempurnaan informasi deskripsi kegiatan, dampak dan
pengelolaan pada dokumen DELH 2011 . Maka, berdasarkan hal tersebut PT Aplus Pacific wajib
menyusun dokumen Adendum ANDAL RKL RPL dengan dasar pertimbangan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, pasal 50 ayat 1
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan izin
lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yanag telah memperoleh izin lingkungan
direncanakan untuk dilakukan perubahan, dan ayat 2.c. yaitu adanya penambahan kapasitas
produksi yang diprakirakan berpengaruh terhadap lingkungan hidup.

Penyusunan Adendum ANDAL RKL RPL kegiatan industri barang barang logam siap pasang serta
pergudangan PT Aplus Pacific ini merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

Adendum ANDAL RKL RPL I-1


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL).

Berikut ini dijelaskan beberapa poin ringkasan perbedaan deskripsi kegiatan yang ada pada
dokumen DELH Tahun 2011 dengan Adendum ANDAL RKL RPL Tahun 2017 sebagaimana
tercantum pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Ringkasan Kondisi pada DELH Tahun 2011 dan


Adendum ANDAL RKL RPL Tahun 2017
Adendum ANDAL RKL RPL
Komponen DELH 2011*
2017**
Luas Lahan 59.298 m2 59.298 m2
Luas Lahan Tertutup Bangunan 47.295 m2 47.295 m2
Lahan Tebuka Non Hijau ( parkir 11.739 m2
& Jalan
Luas Lahan kosong/RTH 264 m2
Kapasitas Izin Produksi * **
Serbuk Gypsum 40.000 Ton Tidak di produksi
Gypsum Board 6.000.000 Lembar Tidak di produksi
Hollow 20.000 Ton 150.000 Ton
CNP (Kanal (channel) Profil) 6000 Ton 25.000 Ton
Pipa 20.000 Ton 20.000 Ton
Rangka Atap Baja Ringan 5.000 Ton 18.000 Ton
Genteng Seng 6.000 Ton 20.000 Ton
Seng Gelombang 4.000 Ton 25.000 Ton
Bondex 3.000 Ton 70.000 ton
Wall Angle - 600 Ton
Metal Furing - 800 Ton
Metal Stud - 500 Ton
U Runner - 500 Ton
Jumlah Karyawan 60 571
Ruang lingkup/Deskripsi Kegiatan Sangat Minim dan lebih Sudah lebih jelas dan menitik
menitikberatkan pada kegiatan beratkan pada kegiatan industri
pergudangan dan pergudangan
Kajian Evaluasi Kurang informatif Lebih informatif
RKL RPL Kurang tepat sasaran Lebih tepat sasaran
Legalitas IMB Peruntukan Pergudangan Akan disesuaikan menjadi
industri
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017
Kett * Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal Nomor 28/1/IP/PMA/2010 dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal
** Masih dalam proses pengurusan Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal.

Adendum ANDAL, RKL-RPL kegiatan barang barang logam siap pasang untuk bangunan PT Aplus
Pacific akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) Kota Tangerang sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2012 tentang “Izin Lingkungan”, pada Bab V, Pasal 54
ayat (5) bahwa Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang:

Adendum ANDAL RKL RPL I-2


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

a. bersifat strategis kabupaten/kota dan tidak strategis; dan/atau


b. di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi

1.2. Tujuan dan Manfaat


1.2.1. Tujuan Kegiatan
 Mengembangkan PT Aplus Pacific menjadi industri yang mempunyai daya saing yang
tinggi dengan beragam produk berkualitas tinggi dengan orientasi ekspor.
 Memenuhi permintaan pasar baik pasar domestik maupun pasar internasional dalam
peningkatan hasil produksi.
 Turut berperan aktif dalam program pemerintah dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi umumnya/khususnya devisa hasil ekspor dan utamanya dalam pengembangan
industri di Indonesia.
 Turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan
lapangan kerja di lingkup Kota Tangerang, khususnya di Kecamatan Jatiuwung.

1.2.2. Manfaat Kegiatan


1.2.2.1. Manfaat Bagi Pemrakarsa
 Sebagai pemenuhan tanggung jawab dari PT Aplus Pacific kepada pemerintah untuk
memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan industri gips dan barang barang logam siap
pasang untuk bangunan.
 Memberdayakan sumber daya manusia yang merupakan potensi daerah sebagai modal
untuk memajukan pembangunan daerah dan memajukan perusahaan.

1.2.2.2. Manfaat Bagi Pemerintah


 Menjadi sumber pendapatan asli daerah dari bidang industri.
 Peningkatan pendapatan pemerintah daerah dan pusat melalui sektor pajak, royalty dan
non-pajak.
 Mempercepat pembangunan kota melalui pembangunan infrastruktur dan sarana
penunjang lainnya.
 Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal (Kecamatan Jatiuwung) pada khususnya, serta
pertumbuhan ekonomi daerah (Kota Tangerang) dan regional (Provinsi Banten) pada
umumnya.
 Mewujudkan tujuan kebijaksanaan pengembangan kota metropolitan dengan melibatkan
partisipasi pihak swasta untuk melakukan investasi terhadap sarana dan prasarana
perindustrian, sesuai dengan tuntutan kebutuhan perkembangan kota yang pesat.
Adendum ANDAL RKL RPL I-3
PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

1.2.2.3. Manfaat Bagi Masyarakat


 Terbukanya lapangan pekerjaan dan peluang berusaha.
 Peningkatan aktivitas ekonomi daerah yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan
masyarakat setempat.
 Peningkatan pembangunan infrastruktur yang memudahkan bagi masyarakat.

1.2.2.4. Manfaat Bagi Lingkungan/Ekologis


 Ramah lingkungan karena dapat mengurangi penggunaan kayu
 Mengurangi penebangan pohon sehingga mengurangi penggunaan populasi paru paru
dunia sehingga bumi dapat hidup lebih sehat.

1.3. Pelaksana Studi


1.3.1. Pemrakarsa/Penanggung Jawab Kegiatan

Nama Perusahaan : PT. APLUS PACIFIC


Nama Penanggung Jawab : Gendro Sapto Giri
Jabatan : Direktur Utama
Alamat Jl. Raya Prabu Siliwangi KM 3,5, Kelurahan Pasir
: Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang,
Provinsi Banten
Telepon/fax : 021-54376237 / 021-54395587
Status Perusahaan : PMA

1.3.2. Penyusun
Pelaksana Studi Adendum Dokumen Lingkungan (DELH) adalah PT Aplus Pacific dengan menunjuk
tim penyusun yang memiliki sertifikat kompetensi dari LSK yang diakui oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan kehutanan dan beberapa anggota tim/tenaga ahli sesuai dengan bidang
keahliannya (Surat Penunjukan lampiran 8) sebagaimana disajikan pada Tabel 1.2 berikut ini

Tabel 1.2. Tim Penyusun dan Tenaga Ahli


No
POSISI NAMA KUALIFIKASI
.
Anggota Tim Penyusun
1. Ketua Tim Ermay Lasari, S.Si. Sertifikasi Kompetensi Ketua Tim Penyusun
KTPA Intakindo AMDAL KLH-IntakindoNo.

Adendum ANDAL RKL RPL I-4


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

No
POSISI NAMA KUALIFIKASI
.
001546//SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/IX/2015
AMDAL B
S1 Biologi
2. Anggota Khoeriyah, S.Si S1 Kimia
Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi
ATPA BNSP LSP LHI , LHK 564 00320 2016.
3. Anggota Slamet Kurniawan, SE S-1 Ilmu Ekonomi Pembangunan
AMDAL A & B
Sertifikasi Kompetensi ATPA BNSP LSP LHI , LHK
564 00326 2016.
Tenaga Ahli
1. Ahli Fisik Kimia Khoeriyah, S.Si S1 Kimia
(Kualitas Udara) Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi
ATPA BNSP LSP LHI , LHK 564 00320 2016.
2 Ahli Fisik Kimia Pipiet Hariyadi, S.Si S1 Kimia
(Kualitas Air) Sertifikasi KTPA BNSP LSP LHI, LHK 564 00279
2016
Amdal B
3 Ahli Biologi Ermay Lasari Sertifikasi Kompetensi Ketua Tim Penyusun
KTPA Intakindo AMDAL KLH-IntakindoNo.
001546//SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/IX/2015
AMDAL B
S1 Biologi
4 Ahli Sipil & Hafiz Najaitullah, ST S1 Sipil
Transportasi Amdal A
5 Ahli Sosial Slamet Kurniawan, SE S-1 Ilmu Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Budaya AMDAL A & B
Sertifikasi Kompetensi ATPA BNSP LSP LHI , LHK
564 00326 2016
6 Ahli Kesehatan Retno Widiati, SKM S1 Kesehatan Masyarakat
Masyarakat

1.4. Deskripsi Kegiatan

1.4.1. Status Studi

Kegiatan industri barang-barang logam siap pasang untuk bangunan dan pergudangan PT Aplus
Pacific telah memiliki Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) pada tahun 2011 dengan Surat
Persetujuan Kelayakan Lingkungan dari Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Tangerang No 660/Kep.084.A-BPLH/2011 pada tanggal 23 September tahun 2011. Karena adanya
penambahan kapasitas produksi beradasarkan PP 27 Tahun 2012 Pasal 50 ayat 1 dan 2.c. maka
perlu dilakukan penyusunan Adendum dokumen lingkungan tersebut.

1.4.2. Lokasi dan Kesesuaian Lahan dengan Tata Ruang

Adendum ANDAL RKL RPL I-5


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Secara administratif lokasi kegiatan PT Aplus Pacific berada di Jalan Prabu Siliwangi KM 3,5,
Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Peta lokasi kegiatan
sesuai Gambar 1.1 dan Peta citra satelit sesuai Gambar 1.2. Batas batas lokasi kegiatan seperti
dijelaskan sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Sungai Cirarab
- Sebelah Timur : Jl. Prabu Siliwangi dan tanah kosong
- Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk RW 05 Kelurahan Pasir Jaya
- Sebelah Barat : PT APP/Kawasan Pabrik

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tangerang Tahun 2012 – 2032 pasal 53, disebutkan bahwa lokasi kegiatan
merupakan peruntukan zona industri. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai Gambar
1.3.

1.4.3. Penggunaan Lahan

Status lahan yang di pergunakan milik PT Aplus Pacific adalah Hak Guna Bangunan. Penggunaan
lahan terdiri dari lahan tertutup bangunan seluas 47.295 m2 dan lahan terbuka yang terdiri dari
lahan kosong/RTH seluas 264 m2 dan area peruntukan jalan, parkir, area bongkar muat dan
saluran seluas 11.739 m2. Penggunaan lahan seperti yang terlihat pada tabel 1.3. Dan Peta Tata
letak (layout pabrik) dapat dilihat pada gambar 1.4.
Tabel 1.3. Penggunaan Lahan

N
Penggunaan Lahan Luas (m2) Persentase (%)
o
I Lahan Tertutup Bangunan    
Gudang 1, Gudang 2, Gudang 3 18.100 30,5
  Gudang 4 7.620 12,8
  Kantor 5.160 8,7
  Mess 8.000 13,5
  Gudang Bahan Jadi 9.575 16,2
  Engine room 840 1,4
  Jumlah Luas lahan tertutup 47.295
II Lahan Terbuka    
  Parkir dan Jalan Akses 11.739 19,7
  RTH/Taman 264 0,4
Jumlah Luas Lahan terbuka 12.003
  Total (I + II) 59.298 100,00
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017
Keterangan :
Gudang 1 = Barang jadi (hollow, pipa, baja ringan)

Adendum ANDAL RKL RPL I-6


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gudang 2 = Produksi Hollow, dan Baja ringan, CNP


Gudang 3 = Bahan Baku Coil
Gudang 4 = Barang Jadi, Gypsum, Silika board, Cornice, semen acian, dll

1.4.4. Jadwal Pekerjaan Penambahan Kapasitas

Pelaksanaan kegiatan penambahan kapasitas produksi yang meliputi penambahan jumlah


produksi dan peralatan produksi di mulai pada tahap pra konstruksi yang sudah dilaksanakan
sejak tahun 2016. Sedangkan tahap konstruksi instalasi mesin dan peralatan akan dilaksanakan
pada bulan September tahun 2017 dan mulai operasional mesin mesin baru pada bulan Agustus
2018. Seluruh tahapan kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4. Jadwal Pelaksanaan Penambahan Kapasitas Produksi PT Aplus Pacific


2017 2018
N
Uraian Kegiatan 1 1 1 1 1
o 9
0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12
A. Pra Konstruksi                        
  1. Perizinan
B. Konstruksi                        
  1. Persiapan                        
2. Mobilisasi Mesin/
  Peralatan                        
3. Instalasi Mesin /
  Peralatan                        
C Operasi                        
1. Penerimaan Tenaga
Kerja
2. Kegiatan Proses  
  Produksi                      
3. Pengoperasian Utilitas
dan Sarana Prasarana
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

Adendum ANDAL RKL RPL I-7


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.1. Peta Lokasi Kegiatan

Adendum ANDAL RKL RPL I-8


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.2. Peta Citra Satelit

Adendum ANDAL RKL RPL I-9


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.3. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 10


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.4. Peta Tata Letak Kegiatan Existing dan Pengembangan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 11


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

1.5. Kegiatan Penyebab Dampak

1.5.1. Tahap Pra Konstruksi


1.5.1.1. Proses Perijinan
Kegiatan PT Aplus Pacific telah memperoleh IMB No. 647/Kep.1014/IMB/BPPMPT/2013 dan izin
yang lainnya yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintahan Kota Tangerang. Beberapa perijinan
yang sudah dimiliki PT Aplus Pacific ini seperti yang terinci pada tabel 1.5. berikut ini.

Tabel 1.5. Perizinan Yang Sudah Dimiliki


No Jenis Perizinan Nomor Pemberi Izin
SK Menteri Hukum dan Hak
1 Akta Pendirian Perusahaan 3 Tanggal 7 Nopember 2016
Asasi Manusia RI
Pemerintah Kota Tangerang
2 TDP 30.06.1.24.06873 Badan Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
3 NPWP 01.882.904.4-402.001 Dirjen Pajak
647/Kep.1014/IMB/BPPMPT
4 IMB Walikota Tangerang
/2013
Ijin Usaha Industri Penanaman Badan Koordinasi Penanaman
5 912/1/IU/PMA/2015
Modal Asing Modal
Ijin Prinsip Perubahan Penanaman
6 28/1/IP/II/PMA/2010 BKPM
Modal
Badan Pelayanan Penanaman
503/Kep-
7 Izin Gangguan Modal dan Perijinan Terpadu
138/BPMPTSP/DU/IV/2015
Kota Tangerang
616/KEP.63/DU-
01/BPPMPT/SIPA/2014
(sumur bor 1)

616/KEP.64/DU- Badan Pelayanan Penanaman


Surat Izin Penggunaan Air Bawah
8 01/BPPMPT/SIPA/2014 Modal dan Perijinan Terpadu
Tanah
(sumur bor 2) Kota Tangerang

616/KEP.65/DU-
01/BPPMPT/SIPA/2014
(sumur bor 3)
Perjanjian Kerjasama dengan Tenang
9 Jaya (Perusahaan Pengolah Limbah
B3)
Badan Pelayanan Penanaman
Izin Pemakaian Pesawat Tenaga dan 566.11/5MD- Modal dan Pelayanan Terpadu
10
Produksi (Genset) PEMR/BPMPTSP/201 Satu Pintu Pemerintah Kota
Tangerang
Badan Pelayanan Penanaman
Izin Penggunaan Instalasi Penyalur 566.11/782-
11 Modal dan Perijinan Terpadu
Petir PEMR/BPPT/2013
Kota Tangerang
Badan Pelayanan Penanaman
Izin Penggunaan Instalasi Alarm 566.11/483-
12 Modal dan Perijinan Terpadu
Kebakaran PEMR/BPPT/2013
Kota Tangerang
13 Izin Pemakaian Bejana Bertekan 566.11/783- Badan Pelayanan Penanaman

Adendum ANDAL RKL RPL I - 12


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

No Jenis Perizinan Nomor Pemberi Izin


Modal dan Perijinan Terpadu
PEMR/BPPT/2013
Kota Tangerang

Badan Pelayanan Penanaman


566.11/207/BT-
Modal dan Pelayanan Terpadu
PEMR/BPMPTSP/2016
Satu Pintu Pemerintah Kota
Tangerang
Pengesahan Kelayakan Pembuatan Dinas Tenaga Kerja dan
14 566/14/BT-KP/PNK3/2013
Bejana Tekan Transmigrasi Kota Tangerang
Badan Pengendalian
Keputusan Dokumen Evaluasi
15 660/Kep.084.A-BPLH/2011 Lingkungan Hidup (BPLH) Kota
Lingkungan Hidup (DELH)
Tangerang
16 Sertifikat Tanah SU 01/2006 Departemen Dalam Negeri
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

1.5.1.2. Sosialisasi Rencana Kegiatan


Sosialisasi kegiatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan kepada masyarakat
terkena dampak dan pemerhati lingkungan tentang rencana kegiatan penambahan kapasitas PT
Aplus Pacific. Namun kegiatan merupakan Studi Adendum dokumen lingkungan (DELH) dan
kegiatan industri PT Aplus Pacific sudah beroperasi sejak tahun 2010 sehingga dalam penyusunan
Adendum dokumen lingkungan ini tidak ada kewajiban sosialisasi seperti yang dilakukan pada
studi AMDAL. Sosialisasi dalam penyusunan Adendum dokumen lingkungan ini dilakukan dengan
metode wawancara langsung dengan masyarakat sekitar kegiatan RT 04 dan RW 005 yang
terdampak, serta wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat dan aparat pemerintahan di
wilayah studi. Sosialisasi kegiatan selanjutnya akan dilakukan pada saat akan dilakukan kegiatan
salah satunya dengan berkoordinasi dengan aparat pemerintah dan lingkungan sekitar.

Gambar 1.5. Kegiatan Wawancara Dengan Masyarakat Sekitar dan Tokoh Masyarakat

1.5.2. Tahap Konstruksi


1.5.2.1. Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi menyediakan tempat atau lokasi yang akan di gunakan untuk

Adendum ANDAL RKL RPL I - 13


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

menempatkan mesin-mesin baru. Lokasi penempatan mesin-mesin baru adalah di gedung


eksisting yaitu di gudang 1 dan gudang 2. Pada tahap konstruksi tidak ada kegiatan penerimaan
tenaga kerja, karena kegiatan mobilisasi dan instalasi mesin baru akan dilakukan oleh tenaga kerja
PT Aplus Pacific dan supplier yang sudah ada.

1.5.2.2. Mobilisasi Mesin Mesin Baru


Mobilisasi mesin-mesin baru di datangkan melalui Pelabuhan Tanjung Piok. Kemudian dikirim
menggunakan truk menuju ke lokasi PT. Aplus Pacific di Prabu Siliwangi, Kota Tangerang.
Frekuensi kendaraan peralatan / mesin-mesin sekitar 2 truck container.

1.5.2.3. Instalasi Alat Alat Produksi


Kegiatan instalasi meliputi kegiatan pemasangan komponen-komponen mesin sesuai dengan
spasifikasinya sehingga mesin-mesin dapat dioperasikan sesuai dengan fungsinya. Proses bongkar
dan instalasi mesin mesin produksi menggunakan mobil crane dan forklip. Kegiatan ini akan
dilakukan oleh karyawan PT Aplus Pacific bersama dengan supplier sehingga tidak di lakukan
perekrutan tenaga kerja. Pemasangan alat-alat produksi akan di lakukan secara bertahap dan di
sesuaikan dengan kebutuhan.

1.5.3. Tahap Operasi Eksisting dan Pengembangan

1.5.3.1. Penerimaan Tenaga Kerja

a. Eksisting
Jumlah tenaga kerja eksisting pada dokumen DELH sekitar 60 orang. Namun saat ini riil tenaga
kerja berjumlah 571 0rang terdiri dari 1 orang kepala pabrik, 1 orang pengawas pabrik, 1 orang
HRD, 19 orang staff, 532 orang karyawan produksi dan petugas keamanan 16 orang.
b. Pengembangan
Berikutnya pada saat kegiatan pengembangan di rencanakan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan akan meningkat sekitar 10 % yaitu bertambah sekitar 53 orang dari kondisi riil saat ini.
Jumlah tenaga kerja eksisting adalah 571 orang, setelah ada peningkatan produksi menjadi 624
orang. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan mengutamakan tenaga kerja lokal khususnya dari
Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja PT Aplus Pacific
secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.6. dibawah ini.

Tabel 1.6. Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kerja eksisting DELH, Riil dan Pengembangan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 14


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Jumlah Pekerja
Dok Riil saat Rencana Kualifikasi Asal
No Klasifikasi
DELH ini (10%) pendidika
n
1 Direktur Perusahaan 1 1 S1 Pendatang
2 Manager Produksi 1 S1 Tangerang
Kepala Pabrik 1 1 S1 Tangerang
Pengawas Pabrik 1 1 S1 Tangerang
HRD & GA 1 1 S1 Tangerang
3 Staff 2 19 19 SLTA
50% dari penduduk
setempat
4 Produksi 49 532 585 SLTA
50% dari penduduk
setempat
5 Petugas Keamanan 7 16 16 SLTA 50% dari penduduk
setempat
Jumlah 60 571 624
Sumber : PT Aplus Pacific 2017

Jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar berasal dari Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung
yaitu sekitar 30% dari jumlah tenaga kerja riil eksisting saat ini dan sisanya berasal dari kecamatan
sekitarnya. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.6.

Direktur PT Aplus Pasific

Kepala Pabrik

Pengawas Pabrik

HRD & GA

Kepala Gudang Kepala Produksi Kepala QC Maintenance

Gambar 1.6. Struktur Organisasi PT Aplus Pacific

c. Waktu Operasional Karyawan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 15


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Jam kerja karyawan produksi terbagi dalam 3 shift dalam 6 hari kerja sedangkan jam kerja
karyawan staff hanya terdiri dari 1 shift. Tiap shift dengan 1 jam istirahat pada setiap harinya.
secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.7. di bawah ini.

Tabel 1.7. Waktu Operasional Karyawan


Waktu Kerja
Bagian
Senin S.d Jumat Sabtu
08.00 s.d 16.00 08.00 s.d 13.00
Produksi 16.00 s.d 24.00 13.00 s.d 18.00
24.00 s.d 08.00 18.00 s.d 02.00
Staff Kantor 08.00 s.d 16.00 08.00 s.d 12.00
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

d. Pengelolaan Kesehatan Karyawan


Fasilitas Ruang Kesehatan tersedia untuk melakukan pengelolaan kesehatan karyawan. Ruang
kesehatan perusahaan berfungsi sebagai fasilitas kesehatan untuk pertolongan pertama dan
kesehatan dasar bagi karyawan. Adapun untuk pengobatan lanjutan dilakukan dengan merujuk
pada Rumah Sakit terdekat. Selain itu, setiap karyawan juga memiliki Jaminan Kesehatan dari
perusahaan berupa BPJS Kesehatan.

Gambar 1.7. Salah Satu Ruang Kesehatan di PT Aplus Pacific Kota Tangerang

1.5.3.2. Kegiatan Operasional Produksi

a. Bahan Baku dan Bahan Penolong

Adendum ANDAL RKL RPL I - 16


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Bahan baku dan penolong yang digunakan dalam proses produksi kegiatan eksisting dan rencana
pengembangan secara umum sama. Jenis dan jumlah bahan baku dan penolong pada kegiatan
yang sudah berjalan atau eksisting dijelaskan pada tabel 1.8.

Tabel 1.8. Bahan Baku dan Bahan Penolong


Kapasitas Neraca Bahan
N Kapasitas Pengembang Bentuk Sifat Asal Bahan Cara
Jenis Bahan % % sisa
o eksisting an Fisik Bahan (DN/Import) Penyimpanan
Produk
A. Bahan Baku
1 Coil (plat baja 10.000 Padat Korosif Import 70% Gudang 98 2
gulungan) ton/bln
Lokal 30%
B. Bahan
Penolong
1. Air ±2.601/bln Cair Tidak Lokal Tangki 100 -
berbaha
ya
2. Cat
Sumber : PT Aplus Pacific 2017

b. Jenis dan Kapasitas Produksi


Jenis dan kapasitas produksi eksisting per tahun dan rencana kapasitas produksi pengembangan
dapat dilihat pada tabel 1.9. dibawah ini.

Tabel 1.9. Jenis dan Kapasitas Produksi Eksisting


Kapasitas Produksi
(Per tahun)
No. Hasil Produksi
DELH 2011 Real Produksi
*Rencana Pengembangan
(IZIN BKPM) (Eksisting)
1 Hollow 20.000 ton/tahun 16.000 ton/tahun 150.000 Ton
2 CNP 6.000 ton/tahun 5.000 ton/tahun 25.000 Ton
3 Pipa 20.000 ton/tahun 4.000 ton/tahun 20.000 Ton
Rangka atap baja 18.000 Ton
4 5.000 ton/tahun 4.000 ton/tahun
ringan
5 Genteng seng ** 6.000 ton/tahun ** 20.000 Ton
6 Seng gelombang ** 4.000 ton/tahun ** 25.000 Ton
7 Bondex 3.000 ton/tahun 2.000 ton/tahun 70.000 ton
8 Wall Angle - 600 Ton
9 Metal Furing - 800 Ton
10 Metal Stud - 500 Ton
11 U Runner - 500 Ton
Sumber : PT Aplus Pacific (2017)
* Dalam proses pengurusan Ijin Prinsip perluasan kapasitas di Badan Koordinasi Penanaman Modal
** Kondisi Saat ini untuk Genteng seng dan Seng Gelombang belom dilakukan produksi sendiri oleh PT Aplus Pacific
tetapi masih import barang jadi dari negara Vietnam

c. Jenis Mesin Produksi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 17


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Rencana pengembangan mesin produksi yang di gunakan adalah mesin hollow akan di tambah 4
unit, mesin baja ringan akan di tambah 4 unit, mesin spandek akan di tambah 2 unit, mesin
bondek akan di tambah 2 unit, dan mesin CNP akan di tambah 1 unit. Jenis dan jumlah peralatan
produksi secara rinci kondisi eksisting dan rencana pengembangan dapat dilihat pada tabel 1.10.

Tabel 1.10. Jenis Alat / Mesin Produksi


Kondisi
mesin
Negara Pengembanga Total Existing
No Nama Peralatan Existing eksisting
Pembuat n & Pengembangan
dan
Dampak
1 Mesin Hollow /MH China 14 Baik/Bising 4 18
2 Mesin Spandek Vietnam 3 Baik/Bising 2 5
3 Mesin Bondek Vietnam 2 Baik/Bising 2 4
China dan Baik/Bising
4 Mesin CNP 2 1 3
Vietnam
5 Mesin Wall Angel China - 1 1
6 Mesin Metal Furing China - 1 1
7 Mesin Metal Stud China - 1 1
8 Mesin U Runner China - 1 1
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

d. Mobilisasi Bahan Baku, Penolong dan hasil produksi


Kendaraan pengangkut bahan baku coil ke pabrik sebanyak 25 trailer per hari dan untuk
pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke toko material sebanyak 50 tronton per hari dan 60
truck perhari. Sedangkan pada kegiatan pengembangan mobilisasi kendaraan bahan baku dan
bahan penolong diperkirakan akan meningkat sekitar 20 % - 30 % nya yaitu sebanyak 30 trailer per
hari dan untuk pengangkutan hasil produksi menggunakan tronton sebanyak 60 perhari dan truk
sebanyak 70 truk sehari. Kendaraan- kendaraan ini akan menggunakan Jalan Raya Prabu Siliwangi
sebagai akses keluar masuk lokasi pabrik.

Kendaraan pengangkut bahan baku dan bahan jadi PT Aplus bekerjasama dengan perusahaan
transporter yaitu PT GAIA Express dan Antar Lintas (AS).

e. Proses Produksi
Dalam memproduksi industri barang logam siap pasang terdapat beberapa jenis produksi dengan
tahapan yang berbeda dan adapula yang memiliki tahapan yang sama.Berikut ini adalah alur
proses produksi dari beberapa produk PT. Aplus Pacific :
1) Proses Produksi CNP

Adendum ANDAL RKL RPL I - 18


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Proses produksi CNP diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat mesin
menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan akan
dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong, lembar hasil
pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk CNP. Proses produksi CNP disajikan pada
gambar di bawah ini.

Penyediaan bahan material coil

Ukuran, standar, ketebalan

Persiapan fabrikasi material

Pemasangan coil di mesin dan setting mesin

Input data panel di mesin sesuai


kebutuhan

Kontrol proses fabrikasi

Proses fabrikasi menggunakan Dampak Kebisingan


mesin

Kontrol hasil sesuai atau tidak dengan perencanaan


Pemotongan material oleh - Kebisingan
mesin sesuai standar baku - Scrap

Standar & mutu baik

Pencetakan CNP

Gambar 1.8. Alur Proses Produksi CNP

2) Proses Produksi Hollow


Proses produksi hollow diawali dari gudang bahan baku coil (gulungan lembaran baja).
Coil dari gudang bahan baku di angkut ke ruang produksi menuju uncoiler yaitu proses
gulungan coil menjadi lembaran coil (uncoiler), tahap selanjutnya setelah lembaran
lembaran baja tersebut di potong sesuai kebutuhan berlanjut ke ke proses
akumulator/proses Loper. Selanjutnya masuk ke proses pembentukan atau pencetakan
(forming), proses pengelasan (welding) , proses pengukuran (sizeing), lalu ke proses
pemotongan (cutting) dan finishing selanjutnya di bawa ke gudang barang jadi.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 19


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Dalam proses pemotongan akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume
bahan yang dipotong, lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk
hollow. Proses produksi hollow disajikan pada gambar di bawah ini.

Dampak
Kebisingan
Gudang Bahan Baku
(Coil)

Uncoiler Kebisingan
Debu

Akumulator Kebisingan
Scrap

Forming Kebisingan Limbah Cair


Debu Scrap

Welding Kebisingan Limbah Cair


Debu Scrap

Sizeing Kebisingan
Limbah cair

Cutting Kebisingan
Limbah cair

Finishing

Gambar 1.9. Alur Proses Produksi Hollow (Proses Akumulator)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 20


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Coil gudang bahan baku siap kirim Proses pengiriman Coil dari gudang Coil di ruang produksi
bahan baku ke ruang produksi sebelum masuk uncoiler

Coil masuk ke Akumulator Coil masuk Uncoiler Proses Coil menuju Uncoiler

Proses Forming Proses Welding Sizeing

Finishing Proses Cutting

Proses Angkut Barang Jadi ke Gudang Barang Jadi Di Gudang Barang


Barang Jadi Jadi

Gambar 1.10. Foto Alur Proses Produksi Hollow (Proses Akumulator)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 21


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Dampak
Kebisingan

Gudang Bahan Baku

Uncoiler Kebisingan
Debu

Loper Kebisingan
Scrap

Forming Kebisingan Scrap


Debu

Welding Kebisingan Limbah Cair


Debu Scrap

Sizeing Kebisingan
Limbah cair

Cutting Kebisingan
Limbah cair

Finishing

Gambar 1.11. Alur Proses Produksi Hollow (Proses Loper)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 22


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Coil gudang bahan baku siap kirim Proses pengiriman Coil dari gudang Coil di ruang produksi
bahan baku ke ruang produksi sebelum masuk uncoiler

Coil masuk ke dalam loper Coil masuk Uncoiler Proses Coil menuju Uncoiler

Proses Forming Proses Welding Sizeing

Finishing Proses Cutting

Proses Angkut Barang Jadi ke Gudang Barang Jadi Di Gudang Barang


Barang Jadi Jadi

Gambar 1.12. Foto Alur Proses Produksi Hollow (Proses Loper)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 23


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

3) Proses Produksi Pipa

Proses produksi pipa diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat mesin
menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan akan
dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong, lembar
hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk pipa. Proses produksi pipa disajikan
pada gambar di bawah ini.

Penyediaan bahan material coil

Ukuran, standar, ketebalan

Persiapan fabrikasi material

Pemasangan coil di mesin dan setting mesin

Input data panel di mesin


sesuai kebutuhan

Kontrol proses fabrikasi

Proses fabrikasi menggunakan Dampak Kebisingan


mesin

Kontrol hasil sesuai atau tidak dengan perencanaan

Pemotongan material oleh


mesin sesuai standar baku - Kebisingan
- Scrap

Standar & mutu baik

Pencetakan Pipa

Gambar 1.13. Alur Proses Produksi Pipa

4) Proses Produksi Rangka Baja Atap Ringan

Proses produksi atap baja ringan diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan
alat mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 24


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk rangka baja atap ringan.
Proses produksi atap baja ringan disajikan pada gambar di bawah ini.

Penyediaan bahan material coil

Ukuran, standar, ketebalan

Persiapan fabrikasi material

Pemasangan coil di mesin dan setting mesin

Input data panel di mesin


sesuai kebutuhan

Kontrol proses fabrikasi

Proses fabrikasi menggunakan Dampak Kebisingan


mesin

Kontrol hasil sesuai atau tidak dengan perencanaan

Pemotongan material oleh - Kebisingan


mesin sesuai standar baku - Scrap

Standar & mutu baik

Pencetakan rangka baja atap


ringan

Gambar 1.14. Alur Proses Produksi Rangka Baja Atap Ringan

5) Proses Produksi Genteng Seng


Proses produksi genteng seng diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan
alat mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,

Adendum ANDAL RKL RPL I - 25


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk genteng seng. Dan kemudian
di lakukan pengecetan. Proses produksi genteng seng disajikan pada gambar di bawah ini.

Penyediaan bahan material coil

Ukuran, standar, ketebalan

Persiapan fabrikasi material

Pemasangan coil di mesin dan setting mesin

Input data panel di mesin sesuai


kebutuhan

Kontrol proses fabrikasi

Proses fabrikasi menggunakan Dampak Kebisingan


mesin

Kontrol hasil sesuai atau tidak dengan perencanaan

Pemotongan material - Kebisingan


- Scrap

Standar & mutu baik

Pencetakan genteng seng

Pengecetan

Gambar 1.15. Alur Proses Produksi Genteng Seng

6) Proses Produksi Seng Gelombang

Proses produksi seng gelombang diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan
alat mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,

Adendum ANDAL RKL RPL I - 26


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk seng gelombang. Proses
produksi seng gelombang disajikan pada gambar di bawah ini.

Penyediaan bahan material


coil

Ukuran, standar, ketebalan

Persiapan fabrikasi material

Pemasangan coil di mesin dan setting


mesin
Input data panel di mesin
sesuai kebutuhan

Kontrol proses fabrikasi


Dampak
Proses fabrikasi
Kebisingan
menggunakan mesin

Kontrol hasil sesuai atau tidak dengan


perencanaan
Pemotongan material oleh - Kebisingan
mesin sesuai standar baku - Scrap

Standar & mutu baik

Pencetakan seng gelombang

Gambar 1.16. Alur Proses Produksi Seng Gelombang

7) Proses Produksi Bondex

Proses produksi bodex diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat
mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,

Adendum ANDAL RKL RPL I - 27


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk bondex. Proses produksi
bondex disajikan pada gambar di bawah ini.

Penyediaan bahan material


coil

Ukuran, standar, ketebalan

Persiapan fabrikasi material

Pemasangan coil di mesin dan setting


mesin
Input data panel di mesin
sesuai kebutuhan

Kontrol proses fabrikasi


Dampak
Proses fabrikasi
Kebisingan
menggunakan mesin

Kontrol hasil sesuai atau tidak dengan


perencanaan
Pemotongan material oleh - Kebisingan
mesin sesuai standar baku - Scrap

Standar & mutu baik

Pencetakan bondex

Gambar 1.17. Alur Proses Produksi Bondex

8) Proses Produksi Wall Angel


9) Proses Produksi Metal Furing
10) Proses Produksi Metal Stud
11) Proses Produksi U Runner

Adendum ANDAL RKL RPL I - 28


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Proses produksi bodex diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat
mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk bondex. Proses produksi
bondex disajikan pada gambar di bawah ini.

1.5.3.3. Kegiatan Pergudangan


Selain melakukan kegiatan produksi PT Aplus Pacific Tangerang juga melakukan kegiatan
pergudangan. Pergudangan PT Aplus Pacific Tangerang selain menyimpan barang jadi yang
diproduksi di pabrik Tangerang juga menyimpan barang jadi atau mutasi dari PT Aplus Pacific
Gresik, PT Aplus Pacific Rangkas Bitung dan PT Aplus Pacific Poglar Jakarta Barat sebelum di
distribusikan ke pihak distributor. Produk – produk yang disimpan sementara di gudang PT Aplus
Pacific Tangerang di antaranya adalah Kalsium Gypsum, Silica Board, Cornis dan Acian Semen
selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.11. Jenis Produk yang disimpan di pergudangan PT Aplus pacific Tangerang

Jenis Produk
No Asal Produk
Eksisting Pengembangan
PT Aplus Pacific Tangerang dan
1 Hollow
Poglar Jakarta Barat
2 CNP PT Aplus Pacific Tangerang
3 Pipa PT Aplus Pacific Tangerang
Rangka atap baja PT Aplus Pacific Tangerang
4
ringan
5 Genteng seng PT Aplus Pacific Tangerang
6 Seng gelombang PT Aplus Pacific Tangerang
7 Bondex PT Aplus Pacific Tangerang
8 Wall Angle PT Aplus Pacific Tangerang
9 Metal Furing PT Aplus Pacific Tangerang
10 Metal Stud PT Aplus Pacific Tangerang
11 U Runner PT Aplus Pacific Tangerang
12 Kalsium Gypsum
13 Silica Board
14 Cornis
15 Acian Semen

Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

Meskipun kegiatan pergudangan cenderung simple namun dalam prakteknya perlu dilakukan
manajemen pergudangan yaitu suatu tatanan untuk mengelola pergudangan dan pendistribusian

Adendum ANDAL RKL RPL I - 29


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

barang-barang agar barang yang tersimpan tetap dalam keadaan baik dan di distribusikan pada
waktu, spesifikasi dan jumlah yang tepat. berikut bagan alir pelaksanaan kegiatan pergudangan
secara umum pada tiap unit gudang

Unloading penyimpanan loading barang Distribusi ke pihak


barang barang ketiga/konsumen

Gambar 1.18. Bagan Alir Operasional Gudang

1.5.3.4. Pengoperasian Utilitas dan Sarana Prasarana


a. Sumber Energi
Kebutuhan energi listrik industri dipasok dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas
listrik yang terpasang sebesar 2180 KVA. Sebagai back up PT Aplus Pacific Tangerang memiliki
genset yang hanya digunakan pada saat listrik PLN padam pada kondisi eksisting sebanyak 1 unit
dengan kapasitas 52 KVA. Pada saat lampu padam genset hanya dipergunakan untuk keperluan
penerangan dan kantor sedangkan aktivititas mesin produksi dihentikan sementara selama listrik
padam.

Dari pengoperasian mesin dan forklift juga diperlukan bahan bakar solar dan pelumas dengan
rincian penggunaan solar sekitar 8.091 liter per bulan dan pelumas/oli sekitar 2 drum per bulan
seperti terinci pada tabel 1.11.

Tabel 1.12. Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas PT Aplus Pacific

Jenis Sumber Kebutuhan


No Penanganan Sisa Sumber
Energi Eksisting/ Bulan

1 Solar 8.091 Liter/bulan Habis terpakai

Oli Dromus / Oil Ditampung, diambil oleh pihak ke 3


2 3000 Liter/bulan
Cutting berijin dari KLHK

Ditampung, diambil oleh pihak ke 3


3 Oli 200 Liter/bulan
berijin dari KLHK
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

Pada tahap pengembangan kebutuhan gas, bahan bakar dan pelumas diperkirakan akan
meningkat sekitar 10 % dari kondisi riil eksisting.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 30


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

b. Sistem Air Bersih


Sumber air utama PT Aplus Pacific menggunakan air tanah (3 titik sumur dalam) dengan kapasitas
ijin jumlah air yang boleh diambil masing masing 90 m 3/hari sesuai dengan izin penggunaan air
bawah tanah yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tangerang.

Kebutuhan air bersih untuk kegiatan eksisting PT Aplus Pacific, yaitu untuk aktivitas MCK
karyawan, sarana penunjang dan produksi. Berdasarkan data pemakaian air eksisting 3 bulan
terakhir dilihat dari rekening pemakaian air tanah dari tiga titik air tanah yaitu sekitar 123,86
m3/hari. Rincian Penggunaan air dapat dilihat pada tabel 1.12.

Tabel 1.13. Penggunaan Air Tanah Bulan Pebruari, Maret, April 2017

No Bulan Sumur 1 Sumur 2 Sumur 3 Total


1 Pebruari 391 381 382 1.154
2 Maret 417 461 421 1.299
3 April 427 439 397 1.263
Total perbulan 3.716 m3/bulan
Total perhari 123,87 m3/hari
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

Total kebutuhan air eksisting PT Aplus Pacific Kota Tangerang sekitar 123,86 m 3/hari, dengan
asumsi pemakaian riil untuk proses produksi 70 % pemakaian air yaitu sekitar 86,72 m 3/hari,
untuk kebutuhan domestik karyawan 20 % pemakaian sebesar 24,77 m 3/hari, untuk kebutuhan
kebersihan 3 % sekitar 3,72 m 3/hari dan untuk penghijauan 2 % sekitar 2,47 m 3/hari dan sisanya 5
% sekitar 6,19 m3/hari untuk keperluan hydrant air.
Perkiraan kebutuhan air pada tahap operasional pengembangan akan di asumsikan meningkat di
lihat dari peningkatan kapasitas produksi setelah pengembangan sebesar 20% yaitu sekitar 148,12
m3/hari. Sehingga asumsi 70 % untuk pemakaian proses produksi yaitu sekitar 104,05 m 3/hari,
untuk kebutuhan domestik karyawan 20 % pemakaian sebesar 29,22 m 3/hari, untuk kebutuhan
kebersihan 3 % sekitar 4,46 m 3/hari dan untuk penghijauan 2 % sekitar 2,96 m 3/hari dan sisanya 5
% sekitar 7,43 m3/hari untuk keperluan hydrant air.

Penggunaan air produksi menggunakan sistem pendingin (Cooling water) Sistem Open
Evaporative Recirculating System. Air tawar dari air tanah di pompakan sebagai make up cooling
tower. Air tersebut digunakan untuk mendinginkan proses proses produksi di dalam pabrik. Air
pendingin yang telah panas kemudian di dinginkan di cooling tower untuk kemudian di

Adendum ANDAL RKL RPL I - 31


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

sirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Cooling water teruapkan sekitar 1% s.d 2 %, kehilangan air
akibat penguapan ini dikompensasi oleh make up cooling water.

c. Penanganan Limbah Cair


Air limbah yang dihasilkan PT Aplus Pacific berasal dari kegiatan MCK karyawan, dan air limbah
produksi hollow. Timbulan limbah cair dari penggunaan air bersih seperti yang dijelaskan pada
tabel 1.13.

Tabel 1.14. Timbulan Limbah Cair Kegiatan Eksisting dan Pengembangan


Eksisiting Pengembangan
Pemakaian Air kotor atau Pemakaian Air kotor atau
Penggunaan
air bersih Limbah air bersih Limbah (100%)
m3/hari Faktor m3/hari m3/hari Faktor m3/hari
Proses produksi 86,72 99% 85,85 104,05 99 % 103,009
Domestik dan warung 24,77 100% 24,77 29,22 100% 29,22
Karyawan
Kebersihan 3,72 100% 3,72 4,46 100% 4,46
Penghijauan 2,47 100% - 2,96 100% -
Hydrant 6,19 - - 7,43 - -
Total 123,87 114,34 148,12 136,68
Sumber : Perhitungan Konsultan, 2017

Dalam proses produksi selain penggunaan air yang digunakan pada cooling tower sebagai
pendingin, juga di gunakan Oil cutting (oli dromus/Oil Coolant) yang berfungsi sebagai produk
pelumas yang memiliki karakteristik mudah larut di air, penyerapan panas yang baik dan
memberikan penyejukan yang unggul untuk beraneka ragam proses pengerjaan logam.
Penambahan oli ke dalam bak cutting oil sekitar 1 drum atau 200 liter per 2 hari atau sekitar 3000
Liter per bulan seperti tertera pada tabel 1.11 penggunaan bahan bakar dan pelumas di PT Aplus
Pacific Tangerang. Limbah dari cutting oil atau disebut Coolant akan terapung ke atas, cutting oil
kemudian di sedot dan di pisahkan dan ditampung di dalam drum kemudian diambil oleh pihak
ketiga (PT Tenang Jaya)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 32


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Mesin Radiator
Cooling

Kolam penampung Air 0,86 m3/ hr


Cooling Tower Menguap
produksi
3
(Kap 16.000 m / hr)

Bak Penampung air


produksi + Cutting Oil Cooling Tower
Make up Produksi - Menguap
(Kap 16.000 m3/
85,85 m3/ hr - Coolant oil
86,72 m3/ hr
Bak Penampung air - Sludge
Cooling Tower
Air produksi + Cutting Oil
(Kap 16.000 m3/
Tanah
24,46 m3/ hr
Domestik Diambil Pihak ke 3
Septik tank
karyawan Drainase Berijin Dari KLHK
Konvensional
3
24,77m / hr
Toren 123,87 m3

Kebersihan 3,66 m3/ hr


3,72 m3/ hr

Penghijauan 2,47 Menyerap dan

m3/ hr Menguap

Hydrant
6,19 m3/ hr

Adendum ANDAL RKL RPL I-


33
PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.19. Diagram Pemakaian Air Bersih Tahap Operasi Kegiatan Eksisting

Mesin Radiator
Cooling

Bak penampung Air 1,04 m3/ hr


Cooling Tower Menguap
produksi
3
(Kap 16.000 m / hr)
Make up Produksi
Bak Penampung air
104,05 m3/ hr Cooling Tower
produksi + Cutting Oil
(Kap 16.000 m3/ hr) - Menguap
103,009 m3/ hr - Coolant oil
Bak Penampung air - Sludge
Cooling Tower
Air produksi + Cutting Oil
(Kap 16.000 m3/
Tanah
29,22 m3/ hr
Domestik & Diambil Pihak ke 3
STP Domestik
Warung karyawan Tandon Drainase Berijin Dari KLHK
Komunal
3
29,22m / hr
(Kap 30 m3/hr)
Toren 123,87 m3

Kebersihan 4,46 m3/ hr


4,46 m3/ hr

Penghijauan 2,96 Menyerap dan

m3/ hr Menguap

Hydrant
7,43 m3/ hr

Adendum ANDAL RKL RPL I-


34
PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.20. Diagram Pemakaian Air Bersih Tahap Operasi Kegiatan Setelah Pengembangan

Adendum ANDAL RKL RPL I-


35
PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Limbah Cair Domestik


Penanganan Limbah cair domestik pada kegiatan eksisting PT Aplus saat ini masih
menggunakan sistem septiktank konvensional yang terdiri dari 5 unit septiktank untuk
menampung 48 toilet yang disediakan. Limbah black water masuk kedalam septik tank
sedangkan limbah grey water, masuk ke drainase mikro kemudian ke drainase makro,
seperti terlihat pada ilustrasi Gambar 1.22 dibawah ini.

Gambar 1.21. Sistem Pengelolaan Limbah Domestik Secara Konvensional

Pada Tahap pengembangan atau setelah Adendum RKL RPL ini di sahkan limbah cair yang
berasal dari limbah domestic karyawan tidak lagi menggunakan septiktank konvensional
tetapi PT Aplus Pacific berkomitmen untuk segera membangun dan mengoperasikan STP
domestic. Air limbah domestik dari aktivitas musholla, dan toilet diolah dengan Sewage
Treatment Plant (STP) sistem biofilter anaerob aerob dengan kapasitas sebesar 30 m3/hari
dengan sistem Fisika (screening, grease trap, ekualisasi, pengendap awal/sumpit,
pengendap akhir, karbon sand filter dan Biologi (anaerobik, areasi lumpur aktif). Rencana
lokasi STP domestic dapat dilihat pada Gambar 1.23.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 36


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Air Limbah Warung Karyawan

Gambar 1.22. Skema STP Biofilter Anaerob Aerob

Adendum ANDAL RKL RPL I - 37


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Limbah yang telah diolah harus memenuhi baku mutu kualitas buangan air limbah
domestik sesuai dengan PermenLHK No. P. 68/Menlhk/Setjen/Kum. 1/8/2016 tentang
Baku mutu air limbah bagi usaha dan/ atau kegiatan Domestik kemudian di buang
melalui saluran umum yang ada. Jika diinginkan untuk meningkatkan effisiensi
penggunaan air bersih, maka air olahan STP domestik tersebut dapat di tingkatkan lagi
kualitasnya dengan filter multi media serta dilakukan disinfektan untuk digunakan lagi
sebagai air siram tanaman dan air cuci kendaraan.

d. Penanganan Limbah Padat


Timbulan sampah kegiatan eksisting bersumber dari setiap kegiatan produksi dan domestik.
Limbah hasil kegiatan produksi berupa sisa potongan lembaran baja/coil (scrap) yang berasal dari
sisa-sisa pemotongan lembaran baja dalam proses produksi. Jumlah limbah scrap yang dihasilkan
sekitar 6 kg/hari atau 180 kg/bulan. Limbah ini di kumpulkan di masing masing tempat sampah di
blok/divisi produksi kemudian oleh petugas kebersihan dibawa dan dikumpulkan di TPS khusus
penampungan limbah scrap dan selanjutnya di kerjasamakan dengan pihak ketiga.

Sedangkan limbah domestik yang berasal dari kegiatan domestik karyawan produksi, kantor dan
mess karyawan dari masing masing tempat sampah moveable yang ada di masing masing bagian
dibawa dan di kumpulkan ke bak penampungan khusus limbah domestik yang berlokasi di
halaman belakang pabrik dan secara berkala dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga. Jumlah
limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik sekitar 0,1 m3/hari.

Tabel 1.15. Jenis dan Volume Timbulan Sampah Padat

Volume perhari
Perkiraan Alat
No. Jenis Sampah Penanganan
Existing Tahap Angkut
pengembangan
Domestik Dilakukan
(ruang pengumpulanTPSTPA
Lori dan
produksi, 0,1 0,12
1. Truk
kantor dan m3/hari m3/hari
Sampah
mess
karyawan)
Sisa potongan Dilakukan Lori dan
180 216
2. lembaran baja pemilahanTPSpihak Truk
Kg/bulan Kg/bulan
(Scrap) ketiga Sampah

Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

Adendum ANDAL RKL RPL I - 38


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Penanganan limbah padat di PT Aplus Pacific Kota Tangerang saat ini masih belum
sempurna dan di perlukan banyak perbaikan. Karena belum memiliki TPS tertutup, limbah
domestik masih di kumpulkan di bak terbuka dan belum menerapkan konsep Reuse,
Reduce, dan Recycle (3R) dengan baik.

Gambar 1.23. Kondisi TPS Domestik, Limbah Barang Reject dan Limbah Potongan Scrap

e. Penanganan Limbah B3
Limbah B3 terdiri dari limbah sisa hasil produksi seperti, oli bekas, sisa tinta/cartridge (kantor),
majun dan sarung tangan bekas. Limbah B3 yang berupa sludge dan Coolant water di kumpulkan
di dalam drum selanjutnya diambil oleh pihak ketiga berijin dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yaitu PT Tenang Jaya Sejahtera sebagai perusahaan Waste Manajement Services.

PT Aplus Pacific saat ini belum memiliki TPS Limbah B3 yang sesuai dan belum memiliki ijin TPS
limbah B3. Penempatan drum sludge dan coolant water masih ditempatkan di area luar ruangan
di sekitar bak cooling tower.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 39


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.24. Kondisi Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 Sludge dan Coolant Water

Jenis limbah B3, volume dan penanganan pada kegiatan eksisting dan rencana pengembangan
dapat dilihat pada tabel 1.15. di bawah ini.

Tabel 1.16. Jenis dan Volume Limbah B3


Volume per waktu
Perkiraan
No. Limbah Karakteristik Tahap Penanganan
Existing
Pengembangan
20%
Dikumpulkan di drum
± 12
1. Sludge Padat ± 10 drum/bulan  diangkut oleh
drum/bulan
pihak ketiga.
Dikumpulkan di drum
2. Coolant Cair 2000 L/bulan ±2400 L/ bulan  diangkut oleh
pihak ketiga.
Dikumpulkan di drum
3. Oli Bekas Cair ± 200liter/bulan ±240 liter/bulan  diangkut oleh
pihak ketiga.
4. Kemasan cat Padat ± 30 kaleng /bulan ± 36 Dikumpulkan di drum
drum/bulan  diangkut oleh

Adendum ANDAL RKL RPL I - 40


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Volume per waktu


Perkiraan
No. Limbah Karakteristik Tahap Penanganan
Existing
Pengembangan
20%
pihak ketiga.
Majun dan Dikumpulkan di box
5. sarung tangan Padat ±125 kg/ bulan ±150 kg/6 bulan majun  diangkut
terkontaminasi oleh pihak ketiga.
Sumber : PT Aplus Pacific,2017

Dengan asumsi bertambahnya limbah B3 pada tahap pengembangan, Maka PT Aplus akan
berkomitmen membuat, memfungsikan TPS B3 yang ada sebagaimana mestinya dengan dimensi
panjang 12 m, lebar 2,5 m dan tinggi 3 m untuk menampung limbah B3 yang meningkat sekitar
20% dan mengurus ijin TPS B3 nya.

f. Sistem Jaringan Drainase dan Air Larian


 Sistem Drainase
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan (run off) di
permukaan agar tidak terjadi genangan (banjir) yang dapat merusak berbagai fasilitas
yang ada serta dapat menganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat. Limpasan air hujan
akan meningkat dengan dibangunnya fasilitas sarana dan prasarana karena berkurangnya
resapan air. Oleh karena itu dibuat saluran-saluran drainase di areal kegiatan dengan
kapasitas yang mencukupi sehinggga limpasan air hujan dapat mengalir dengan baik dan
tidak menimbulkan luapan (genangan).

Bahan yang dipakai untuk saluran drainase adalah cor beton di tempat dengan penguatan
besi bertulang. Untuk mencegah menyebarnya aroma yang tidak sedap dan estetika maka
dipakai drainase sistem tertutup yang dilengkapi dengan bak kontrol (man hole) untuk
mempermudah perawatan (maintenance) misalnya pembersihan drainase apabila terjadi
sumbatan. Permukaan lahan dibuat miring menuju saluran drainase dengan kemiringan
(slope) yang mencukupi supaya dapat dengan cepat mengalirkan limpasan air permukaan
akibat hujan ke saluran drainase, dengan demikian genangan air diharapkan tidak terjadi.
Aliran drainase di lokasi kegiatan akan mengarah pada drainase umum yang berada dekat
PT Aplus Pacific menuju saluran yang bermuara ke Sungai Cirarab.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 41


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.25. Saluran drainase di dalam Lokasi Pabrik

Gambar 1.26. Saluran Drainase dari pemukiman dan kegiatan sekitar di Depan/di Luar Lokasi
Pabrik yang menuju Sungai Cirarab

Adendum ANDAL RKL RPL I - 42


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

 Air Larian/Limpasan
Penanganan air larian, terutama pada saat hujan, sebaiknya dengan cara membuat sumur
resapan (SR) yang mengacu pada Permen LH No. 12 tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air
Hujan, pemanfaatan air hujan yang menyatakan bahwa tiap 50 m 2 luas tutupan bangunan
diperlukan volume 1 m3 sumur resapan dangkal. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa
kapasitas sumur resapan dihitung berdasarkan luas bidang tutupan yang terdiri dari
bidang atap dan bidang perkerasan yang kedap air. Volume sumur resapan yang harus di
tampung di hitung berdasarkan hitungan tiap 50 m2 luas tutupan bangunan diperlukan
volume 1 m3 sumur resapan. Selain sumur resapan dangkal juga dibuat Lubang Resapan
Biopori (LRB), sumur resapan dalam atau pond. Lubang resapan biopori (LRB) adalah
lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm
dan kedalaman sekitar 100 cm.

Penanganan drainase dan air limpasan eksisting PT Aplus Pacific saat ini sudah memiliki 26
titik sumur resapan dengan dimensi masing - masing 1 x 1 x 12 (12 m3) total 312 m3 dan 5
buah unit tandon dengan dimensi masing - masing 3 x 4 x 3 meter (36 m 3) total 180 m3.

Gambar 1.27. Sumur Resapan dan Tandon yang Sudah di Miliki PT Aplus Pacific

Adendum ANDAL RKL RPL I - 43


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

PT Aplus Pacific sudah melakukan langkah konservasi yaitu dengan membuat 26 titik sumur
resapan dan tandon air. Air hujan dari atap gedung dan tempat-tempat lain dialirkan ke
drainase mikro dan dialirkan ke dalam sumur resapan. Sehingga tidak ada air hujan yang
terbuang ke Sungai Cirarab tetapi akan terserap masuk ke dalam tanah sebagai langkah
konservasi lingkungan terhadap penyelamatan air tanah dan mengatasi limpasan air larian
yang berakibat menjadi genangan atau banjir. Sumur resapan di bangun menyebar di
beberapa titik yang terkoneksi dengan talang air hujan dan beberapa menyebar di area
terbuka. Pada sumur resapan dibuatkan pipa overflow yang berfungsi untuk mengalirkan air
hujan apabila melewati batas volume sumur resapan dan dialirkan ke tandon air. Lahan
tertutup bangunan adalah seluas 47.295 m2 maka berdasarkan perhitungan berapa volume air
hujan yang harus diresapkan pada kegiatan dapat dilihat pada perhitungan berikut

Pada kondisi eksisting saat ini lahan tertutup bangunan adalah seluas 47.295 m2, maka
berdasarkan perhitungan berapa volume air hujan yang harus diresapkan dapat
diformulasikan sebagai berikut:

V= Atot = Lahan tertutup bangunan dan perkerasan


50 50

V= Atot = 47.295 m2 = 945.9 m3


50 50

Maka air hujan yang harus ditampung dan diresapkan dalam sumur resapan pada kondisi
bangunan eksisting saat ini adalah sebesar 945.9 m3. Limpasan air hujan dari atap
bangunan akan dialirkan terlebih dahulu ke saluran drainase mikro kemudian akan
menuju ke titik-titik sumur resapan. Maka berdasarkan hasil perhitungan volume air hujan
yang harus diresapkan sebesar 945.9 m3 . Berdasarkan Permen LH No. 12 tahun 2009 jika
setiap 50 m2 bisa menampung 5 m3 air hujan maka harus dibuat ± 189,18 titik sumur
resapan atau jika dengan jarak 50 m2 bisa menampung 12 m3 air hujan maka perlu di buat
± 78 titik sumur resapan.
Total sumur resapan eksisting saat ini ada 26 titik sumur resapan dengan total resapan
sebesar 312 m3 dengan dimensi masing-masing 1x1x12 . Dan PT Aplus pacific saat ini
sudah memiliki 5 unit tandon tandon dengan total volume resapan sebesar 180 m3 ,
maka total volume resapan yang eksisting bisa diresapkan dari sumur resapan dan tandon

Adendum ANDAL RKL RPL I - 44


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

yaitu sekitar 312 m3 + 180 m3 = 492 m3. Maka kekurangan volume air hujan yang harus di
resapkan adalah 945,9 m3 - 492 m3 = 453,9 m3 .
Hal ini dapat diaplikasikan dengan menambah/membuat 1 unit tandon dengan volume
resapan sebesar 453,9 m3 .

Dengan dibangunnya sumur resapan dan tandon air pada saat musim hujan akan
mengurangi air limpasan yang masuk kedalam saluran drainase yang bermuara ke sungai
Cirarab sehingga tidak membebani sungai terdekat dan lingkungan sekitar.
Sementara itu untuk mengetahui debit air larian di lokasi PT Aplus Pacific Kota Tangerang
perhitungan dengan menggunakan persamaan :
Q = C . I . A, dengan :
Q = debit air larian, m3/hari hujan
C = koefisien air larian
I = intensitas curah hujan, m/hari hujan
A = luas bangunan, m2
Dari rincian penggunaan lahan yang telah disajikan, maka pada kondisi eksisting lahan
tertutup bangunan/material kedap air di lokasi kegiatan pada kondisi riil eksisting adalah
47.295 m2. Sementara, dari data iklim selama 10 tahun (2006 – 2015) curah hujan rata-
rata hariannya adalah sebesar 0,026037 m/hari. Suhu terendah adalah 26,61oC yang
terjadi pada Bulan Februari dan suhu tertinggi 27,79oC terjadi pada Bulan Agustus. Dari
data tersebut maka dapat di hitung berapa koefisien air lariannya
C = {(0,95 x 47.295) + (0,5 x 104.551)} / 156.003
= 0,648
Dan dengan menggunakan persamaan di atas, diperoleh besarnya debit air larian (Q) pada
kondisi eksisting sebesar :

Q = 0,6 x 14,2 x 47.295


= 402,9 m3/ hari hujan

Berdasarkan perhitungan debit air larian diatas dan perhitungan total tampungan air
larian pada sistem jaringan drainase PT Aplus Pacific dapat disimpulkan bahwa mampu
menampung tambahan limpasan air larian sebesar 402,9 m3/ hari hujan.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 45


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.28. Peta Lokasi Tandon air, Penampungan limbah cair, STP Domestik, TPS B3,TPS
Domestik, dan Gudang Scrap

Adendum ANDAL RKL RPL I - 46


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

g. Pengelolaan Kebakaran
Sistem Hidrant
Sumber air Hidrant yang digunakan berasal dari air tanah dalam. Hidrant air mengacu pada
PermenPu Nomor 26 Tahun 2008 dimana ketentuan pasokan air untuk hidran sekurang-
kurangnya 38 liter/detik pada tekanan 3,5 bar dan mengalir selama 30 menit dan memiliki
reservoir.
Sistem APAR
Jenis bahan APAR yang digunakan yaitu :
1) Serbuk kimia kering serbaguna (dry powder multipurpose) dengan kapasitas 5 kg untuk area
parkir dan utilitas.
2) CO2 (Carbon Dioksida)
3) 25 kg (beroda) untuk ruang genset
4) 10 kg untuk Ruang Gudang
5) 10 kg untuk Ruang Kantor
6) 10 kg untuk Ruang Produksi
7) 10 kg untuk trafo

PT Aplus Pacific sudah memiliki jalur evakuasi pada saat kebakaran dan mempunyai prosedur
penanganan kebakaran (SOP Kebakaran) dan dapat dilihat pada gambar layout evakuasi bencana
dibawah ini..

Gambar 1.29. Titik Kumpul Kebakaran Di Depan Halaman Pabrik

Adendum ANDAL RKL RPL I - 47


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.30. Sistem Apar Di PT Aplus Pacific

Adendum ANDAL RKL RPL I - 48


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.31. Layout Evakuasi Bencana Kebakaran

Adendum ANDAL RKL RPL I - 49


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

h. Pengelolaan Area Terbuka Hijau


Lahan terbuka hijau PT Aplus Pacific ditanami beraneka jenis tanaman yang berfungsi sebagai
estetika lingkungan dan menyerap polutan. Penghijauan berupa pohon pucuk merah (Syzygium
oleina) sebanyak 79 buah di area pabrik, dan pohon Ekaliptus (Eucalyptus deglupta di area luar
pabrik (luar pagar pabrik). Pohon-pohon ini menyerap karbomonoksida dan zat polutan lain dalam
udara. Pohon juga berfungsi mengurangi kebisingan dari lalu lintas kendaraan.

Area taman depan pabrik dekat pos satpam Area parkir

Area samping mess 1 Area samping mess 2

Area samping mess 3 Area samping aula

Gambar 1.32. Area Hijau PT Aplus Pacific

Adendum ANDAL RKL RPL I - 50


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Ruang terbuka hijau (RTH) PT Aplus Pacific pada saat eksisting memiliki luas 264 m 2 yaitu
sekitar 0,4 % dari total luas lahan. Kondisi ini tidak masuk kriteria RTH privat minimal yatu 10%
sesuai Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 6 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Tangerang
Tahun 2012 – 2032, Pasal 80 ayat 2 tentang ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan peruntukan industri, KDH 10%. Sehingga ke depannya jumlah luasan RTH di PT Aplus
Pacific ini harus ditambah min 10 % dari total luas lahan.

Pengelolaan area terbuka hijau ke depannya harus lebih memperhatikan fungsi dan manfaat
tanaman itu sendiri karena tanaman dalam kehidupan kita sehari-hari, memberikan banyak
sekali manfaat. Beberapa manfaat selain untuk keindahan dan memberikan kesejukan,
manfaat lain diantaranya untuk menurunkan kadar zat menyerap CO2 dan menghasilkan
oksigen melalui proses fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses alamiah yang terjadi
pada tumbuhan. Pada proses yang  terjadi pada daun tersebut  CO2 diserap dari udara oleh
tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruh tubuh tanaman
dan akhirnya di timbun dalam tubuh tanaman seperti daun, batang, ranting, bunga dan buah.
Selain menyerap CO2,  beberapa tanaman dapat juga mereduksi gas SO 2, misalnya Angsana
dan Flamboyan dapat mereduksi CO 2 sampai 70 % dan SO2 sebesar 50 %; Asam Kranji dapat
mereduksi CO2 sampai 80% dan SO2 sampai 90 %; Tiara payung mereduksi CO 2 70 % dan
SO2 sebesar 60 % . Pohon juga memiliki fungsi atau manfaat lain seperti mengurangi
kebisingan, penghalang angin,  menyerap debu dan mengurangi laju erosi tanah. Tanaman
yang dapat digunakan untuk mengurangi bau/menyerap bau diantaranya Michelia champaka
yang dikenal sebagai pohon cempaka, Murraya paniculata  atau kemuning dan Mimoscrops
elengi atau pohon tanjung. Sebagai penyerap debu, dilakukan pohon dengan
menyaringnya  sehingga menempel di daun dan dapat turun atau berjatuhan ke tanah ketika
terkena hujan. Dari hasil penelitian, Bougenvile dapat menahan debu sampai 70 %  .Jenis
tanaman lain yang  yang dapat menahan debu , antara lain :
·                  Agathis alba ( damar )
·         Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar )
·         Polyathea longifolia ( glodogan )
·                  Baringtonia asiatica ( keben ) dan
·         Mimoscrops elengi  (tanjung )

i. Pengelolaan Areal Parkir

Adendum ANDAL RKL RPL I - 51


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Pengelolaan areal parkir saat ini dengan menyiapkan petugas di pintu masuk pabrik dan
menyediakan kapasitas parkir yang cukup memadai seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.29. PT
Aplus Pacific juga memiliki area loading dan unloading dengan kapasitas 10 SRP truck 10 feet.
Tabel 1.17. Kapasitas Parkir di PT Aplus Pacific
Kapasitas Parkir
N
Lokasi Mobil Motor
o
(SRP) (SRP)
Eksisting
1 Depan Gudang 100 truck
2 Office Belakang 10 mobil
3 Depan Mess 20 truck
4 Samping Office 10 mobil
5 Pos 2 sekurity - 300 motor
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017

Keluar masuk kendaraan operasional dan kendaraan karyawan/tamu ini berkontribusi pada
dampak kelancaran lalu lintas dan kerusakan jalan di jalan akses menuju pabrik PT Aplus
Pacific di Jalan Raya Prabu Siliwangi KM 3,5.

Gambar 1.33. Areal Parkir Mobil dan Truck

Adendum ANDAL RKL RPL I - 52


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.34. Areal Parkir Motor

Gambar 1.35. Tata Letak Parkir

Adendum ANDAL RKL RPL I - 53


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

j. Tempat Ibadah
PT Aplus Pacific memiliki fasilitas tempat ibadah berupa Mushola dengan kapasitas sekitar ± 50
orang yang berlokasi di depan.

Gambar 1.36. Musholla

k. Program Corporate Sosial Responsibility (CSR)


Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah dilakukan baru berupa pemberian
bantuan sosial kemasyarakatan dan sumbangan untuk kegiatan pada hari-hari besar.
Sebagai implementasi CSR, PT Aplus Pacific Ps Kemis melakukan beberapa upaya diantaranya :
1. Pemberian beras ke warga sekitar PT Aplus Pacific Ps Kemis
2. Sumbangan dana amal kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
3. Selalu aktif membantu dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat
sekitar
4. Warung karyawan yang dikelola oleh masyarakat lokal dengan diberikannya fasilitas lokasi
yang bebas sewa tempat, bebas penggunaan listrik dan air bersih.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 54


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.37. Pemberian beras ke warga sekitar PT Aplus Pacific Ps Kemis

Gambar 1.38. Sumbangan dana amal kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

Kedepannya PT Aplus Pacific akan melaksanakan program CSR yang lebih bersifat pemberdayaan
masyarakat dan berkelanjutan dan disesuaikan dangan peraturan dan Perda Kota Tangerang . Dan
juga bisa dalam bentuk seperti program beasiswa, bantuan fasilitas pendukung pendidikan,
sarana ibadah dan kesehatan, program kemitraan bagi UMKM (pemberian kredit usaha kecil,

Adendum ANDAL RKL RPL I - 55


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

pembekalan keterampilan bagi remaja dan masyarakat yang belum bekerja), serta CSR lingkungan
berupa bantuan penghijauan di lingkungan sekitar.

1.6. Evaluasi Pelaksanaan RKL RPL yang Sudah Dilakukan

Evaluasi pelaksaan RKL dan RPL sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Tujuan dari evaluasi ini adalah :
 Memudahkan identifikasi penaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan seperti
standar baku mutu;
 Mendorong pemrakarsa untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagai upaya perbaikan secara terus menerus;
 Mengetahui kecenderungan pengelolaan dan pemantauan lingkungan suatu kegiatan
sehingga memudahkan instansi yang melakukan pengendalian dampak lingkungan dalam
penyelesaian permasalahan lingkungan dan perencanaan pengelolaan lingkungan dalam skala
yang lebih besar;
 Mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan hidup oleh pemrakarsa untuk program penilaian
peringkat kinerja.

1.6.1. Evaluasi Kecenderungan


Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend) perubahan kualitas
lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu tertentu. Dari data pemantauan dari waktu ke
waktu (time series data) dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:

1.6.1.1. Kualitas Udara Ambien


Hasil pemantauan kualitas udara ambien di halaman depan pabrik dan halaman belakang pabrik
pada DELH tahun 2011, Semester II 2016 dan Adendum ANDAL 2017 menunjukkan semua
parameter kualitas udara masih berada di bawah baku mutu udara ambien sesuai Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
sehingga berdasarkan data time series tersebut dapat di evaluasi bahwa hingga tahun 2017
kecenderungan kualitas udara untuk 5 (lima) parameter kunci adalah memiliki kecenderungan
meningkat.Hasil selengkapnya trend kualitas udara dapat dilihat pada tabel 1.19 dan tabel 1.20
dan gambar 1.41.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 56


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.18. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara (Halaman Depan Pabrik)
A
D
N
E
D
L
A
H
Baku SMT II L
No. Parameter Satuan
Mutu *) 2016
2
2
0
0
1
1
1
7
1 Sulfur Dioksida (SO₂) 900 μg/Nm³ 14,90 14,5 43
2 Karbon Monoksida (CO) 30.000 μg/Nm³ 17,25 1472 3666
3 Nitrogen Monoksida (NO₂) 400 μg/Nm³ 16,52 11,8 33
4 Debu (TSP) 230 μg/Nm³ 118 68,1 112
5 Timbal (Pb) 2,0 μg/Nm³ <0,005 <0,0128 0,1
Keterangan : *)= PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambient Nasional
< = Lebih kecil

Gambar 1.39. Trend Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Halaman Depan Pabrik

Tabel 1.19. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara (Halaman Belakang Pabrik)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 57


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

A
D
N
E
D
L
A
H
Baku SMT II L
No. Parameter Satuan
Mutu *) 2016
2
2
0
0
1
1
1
7
1 Sulfur Dioksida (SO₂) 900 μg/Nm³ 13,20 15,9 42
2 Karbon Monoksida (CO) 30.000 μg/Nm³ 13,40 1963 3551
3 Nitrogen Monoksida (NO₂) 400 μg/Nm³ 14,35 9,7 30
4 Debu (TSP) 230 μg/Nm³ 92 139 98
5 Timbal (Pb) 2,0 μg/Nm³ <0,005 <0,0128 0,09
Keterangan : *)= PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambient Nasional
< = Lebih kecil

Gambar 1.40. Trend Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Halaman Belakang

1.6.1.2. Kualitas Udara Emisi


Evaluasi terhadap hasil kualitas udara emisi dilakukan pada pengambilan sampel pada semester II
2016 dan Adendum ANDAL 2017. Pengambilan sampel udara emisi dilakukan di 1 (satu) titik
genset. Pengukuran kualitas udara emisi baru di lakukan dua kali pengukuran sehingga evaluasi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 58


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

hanya bisa dilakukan perbandingan terhadap kedua data tersebut. Berdasarkan perbandingan
hasil kualitas udara emisi pada semester II 2016 dan Adendum ANDAL 2017, seluruh parameter
hasil analisa kualitas udara emisi masih di bawah baku mutu menurut PerMenLH No. 21 Tahun
2008 Lampiran IVA untuk bahan bakar minyak. Data time series kualitas udara emisi dapat dilihat
pada tabel 1.21.
Tabel 1.20. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Genset
A
N
D
A
Baku SMT I L
No. Parameter Satuan
Mutu *) 2016
2
0
1
7
1 Karbon Monoksida (CO) 540 mg/m³ 170 431
2 Nitrogen Monoksida (NO₂) 1.000 mg/m³ 92,7 876
3 Opasitas 20 mg/m³ <0,20 <0,20
4 Partikulat 120 mg/m³ 9,8 27
5 Sulfur Dioksida (SO2) 600 mg/m³ 25 <1
Keterangan : *)= PerMenLh No. 21 Tahun 2008 Lampiran IVA
< = Lebih kecil

Dan berdasarkan data time series tersebut maka evaluasi kecenderungannya dari pengukuran
tahun 2016 ke pengukuran pada tahun 2017 adalah meningkat.

1.6.1.3. Kualitas Udara Lingkungan Kerja


Hasil pemantauan kualitas udara lingkungan kerja di lakukan di ruang produksi pada DELH tahun
2011, Semester II 2016 dan Adendum ANDAL 2017 semua parameter kualitas udara masih berada
dibawah baku mutu udara lingkungan kerja sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 (Lampiran II). Hasil selengkapnya trend kualitas udara dapat
dilihat pada tabel 1.22. dan Gambar 1.42.

Tabel 1.21. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara Lingkungan Kerja

Adendum ANDAL RKL RPL I - 59


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Baku Mutu *) A
D
KTD N
E
D
L
A
H
No SMT II L
Parameter Satuan
. NAB 2016
2
2
0
0
1
1
1
7
1 Sulfur Dioksida (SO₂) - 0,25 μg/Nm³ 0,014 0,003 0,044
2 Karbon Monoksida (CO) 29 - μg/Nm³ 0,017 2,45 3,7
3 Nitrogen Monoksida 5
3 μg/Nm³ 0,016 0,002 0,02
(NO₂)
4 Debu (TSP) 10 - μg/Nm³ 0,11 0,26 0,1
5 Timbal (Pb) 0,05 - μg/Nm³ <0,005 <0,00001 0,0003
Keterangan : *)= Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13 Tahun 2011 (Lampiran II)
< = Lebih kecil

Gambar 1.41. Trend Hasil Analisis Kualitas Udara Lingkungan Kerja


Berdasarkan trend hasil analisis kualitas udara lingkungan kerja dapat terlihat bahwa dari
pengukuran tahun 2011, 2016 dan 2017 terjadi peningkatan pada sebagian besar parameter
sehingga disimpulkan bahwa kualitas udara lingkungan kerja kecenderungan meningkat.

1.6.1.4. Kebisingan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 60


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Hasil pemantauan tingkat kebisingan di luar ruangan dilakukan di 2 (dua) lokasi yaitu di halaman
depan pabrik dan halaman belakang pabrik pada DELH tahun 2011, Semester II 2016 dan
Adendum ANDAL dan dari hasil pemantauan kebisingan masih di bawah baku mutu sesuai Kep.
48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan. Sedangkan pemantauan pada lokasi di dalam
ruangan yaitu di area produksi hollow menunjukkan hasil diatas baku mutu menurut Kep.
48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan, hal tersebut karena pada area produksi
terdapat mesin-mesin produksi yang sedang bekerja (produksi) yang menjadi sumber utama
kebisingan.

Tabel 1.22. Time Series Hasil Pengukuran Kebisingan


Baku Periode Pemantauan
No Lokasi
Mutu*) DELH 2011 SMT II 2016 ANDAL 2017
A. Luar Ruangan
1 Halaman Depan Pabrik 70 61 - 63
2 Halaman Belakang pabrik 70 57 69,5 59
B. Dalam Ruangan
1 Area produksi hollow 85 **) 57 89,5 88
Keterangan : *)= KEP. 48/MENLH/11/1996, Nilai Ambang Batas Kebisingan 24 jam
**) = Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13 /2011

Gambar 1.42. Trend Kebisingan di Halaman Depan Pabrik, Halaman Belakang Pabrik dan Area
Produksi Hollow

Adendum ANDAL RKL RPL I - 61


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan trend hasil analisis kebisingan dapat terlihat bahwa dari pengukuran tahun 2011
ke pengukuran tahun 2016 terjadi peningkatan kemudian pada tahun 2017 sedikit menurun
dari tahun 2016. Namun secara umum kecenderungan kebisingan adalah meningkat.

1.6.1.5. Kualitas Air Tanah


Evaluasi kecenderungan kualitas air tanah dilakukan di 2 (dua) titik yaitu sumur di area pabrik dan
sumur penduduk. Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan kualitas air tanah pada DELH Tahun
2011, Semester II 2016 dan Adendum ANDAL tahun 2017 terlihat semua parameter masih baik
dan masih di bawah baku mutu Permenkes RI No. 416/PER/1990. Hasil analisa kualitas air tanah
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.23.

Tabel 1.23. Hasil Analisis Kualitas Air Tanah


SMT II
DELH 2011 ANDAL 2017
Baku 2016
No Parameter Satuan
Mutu *) Sumur Sumur Sumur Sumur Sumur
Pabrik Pendudu Pabrik Pabrik Pendud
A. FISIKA k uk
- Tdk.ber Tdk.ber Tdk.ber Tdk.ber
1 Bau Tdk.berbau Tdk.berbau
bau bau bau bau
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 1500 80 80 211 292 829
3 Kekeruhan 25 1,10 1,20 <1,18 2 <1,18
4 Rasa Tdk.berasa Tdk.berasa Tdk.berasa Tdk.beras Tdk. Tdk.beras
o
a Berasa a
5 Suhu (insitu) **) C 3±Udara oC 27 27 29,0 29.5 25,0
6 Warna **) mg/L 50 3,8 4,0 4,0 2,0 <2,63
B. KIMIA
1 pH (insitu) **) - 6,5 - 9,0 5,3 7,03 6,7 7,5 7,7

2 Besi (Fe) mg/L 1 0,1 0,027 0,05 0.03 0.05


3 Fluorida (F) mg/L 1,5 0,04 0,016 <0,0038 0.31 0.36
4 Kadmium (Cd) mg/L <0,006 <0,005 <0,005 <0,0029 < 0,003 < 0,003
5 Kesadahan total mg/L 500 51,80 56,20 139 125 263
6 (CaCO 3) (Cl)
Khlorida mg/L 600 8,95 9,20 35,6 66 85
7 Khrom Heksavalen (Cr mg/L 0,05 <0,005 <0,005 <0,0056 < 0,01 < 0,01
8 VI)
Mangan (Mn) mg/L 0,5 <0,005 <0,005 0,26 0.04 0.08
9 Nitrat (NO3-N) **) mg/L 10 <0,005 <0,005 <1 1.2 1.8
10 Nitrit (NO2-N) **) mg/L 1 <0,005 <0,005 <0,0009 < 0,006 0.01
11 Seng (Zn) mg/L 15 0,038 0,023 <0,004 0.03 0.04
12 Sianida (CN) **) mg/L 0,1 <0,005 <0,005 0,001 < 0,005 < 0,005
13 Sulfat (SO4) mg/L 400 4,10 4,25 43 38 51
14 Surfaktan anion (MBAS) mg/L 0,5 <0,005 <0,005 <0,0063 0.04 0.05
15 Bahan Organik (KMnO4) mg/L 10 0,3 0,3 2,20 32 3,6

Adendum ANDAL RKL RPL I - 62


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

SMT II
Baku DELH 2011 ANDAL 2017
No Parameter Satuan 2016
Mutu *)
C. MIKROBIOLOGI
MPN/
1 Total koliform 100ml 10 0 0 <1,8 <1,8 <1,8
Keterangan :
*) PerMenKes RI. No.416/1990 Persyaratan Kualitas Air Bersih

Berdasarkan hasil analisis dan trend kualitas air tanah terlihat bahwa pada pengukuran tahun
2011, tahun 2016 hingga tahun 2017 terjadi kecenderungan meningkat, terutama pada parameter
TDS, Florida, kesadahan total, Khlorida, Nitrat, Sulfat, dan KMnO4.

1.6.1.6. Kesempatan Kerja


Evaluasi terhadap komponen kesempatan kerja memperlihatkan bahwa PT. Aplus Pacific
melaksanakan komitmennya untuk perekrutan tenaga kerja pada penduduk yang berdomisili di
sekitar kegiatan untuk bekerja sesuai dengan keterampilan dan pendidikannya, dan menerapkan
peraturan ketenagakerjaan antara perusahaan dengan karyawan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. Tenaga kerja yang terserap di PT. Aplus Pacific pada saat DELH Tahun
2011 adalah sekitar 60 orang sedangkan saat ini terjadi peningkatan berjumlah 571 orang, sekitar
30% berasal dari warga Kelurahan Pasir Jaya (asal tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 1.6 diatas).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kecenderungan meningkat pada komponen
kesempatan kerja.

1.6.1.7. Lalu Lintas


Berdasarkan hasil pemantauan kondisi lalu lintas pada semester II tahun 2016 di Jalan Raya Prabu
Siliwangi yaitu di gerbang keluar masuk PT Aplus Pacific arus lalu lintas masih terlihat ramai dan
lancar. Berdasarkan data sekunder PT. Aplus Pacific riil saat ini Mei tahun 2017, kendaraan yang
digunakan untuk mengangkut bahan baku ke pabrik 50 Trailer per hari, pengangkutan dari gudang
pabrik ke toko material 50 tronton per hari dan 60 truk per hari dan kendaraan tamu serta
karyawan ± 10 kendaraan/hari . Pengelolaan operasional pengangkutan di laksanakan tidak pada
jam sibuk lalu lintas, PT. Aplus Pacific juga menempatkan petugas atau satpam untuk mengatur
kendaraan operasional keluar masuk pabrik. Sehingga disimpulkan bahwa terjadi kecenderungan
yang meningkat pada komponen lalulintas sejak DELH tahun 2012, 2016 dan 2017..

1.6.1.8. Timbulan Sampah

Adendum ANDAL RKL RPL I - 63


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Sampah yang dihasilkan berupa sampah domestik dan produksi. Berdasarkan hasil pemantauan
volume sampah domestik pada semester II tahun 2016 dan Adendum ANDAL 2017 adalah sekitar
0,1 m3/hari dan untuk limbah produksi berupa scrab sekitar 6 kg per hari. Seluruh sampah dari
kegiatan produksi dan domestik dikumpulkan dalam Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
berada di area belakang pabrik. Selanjutnya sampah diangkut oleh pihak ketiga, sampah non
ekonomis diangkut menuju TPA. Pengangkutan sampah organik dan non organic dilakukan 2 kali
dalam seminggu oleh pihak ke III. Berdasarkan kondisi tersebut PT. Aplus telah melakukan
pengelolaan komponen timbulan sampah dengan baik sehingga tidak terjadi penumpukan limbah
padat yang berlebihan. Seiring dengan peningkatan hasil produksi maka terjadi kecenderungan
meningkat pada komponen timbulan sampah.

1.6.2. Evaluasi Tingkat Kritis


Evaluasi Tingkat Kritis dimaksudkan untuk menilai tingkat Kekritisan (Critical Level) dari suatu
dampak. Evaluasi Tingkat Kritis dapat dilakukan dengan data hasil pemantauan dari waktu ke
waktu maupun data dari pemantauan sesaat.

Evaluasi Tingkat Kritis adalah evaluasi terhadap potensi resiko di mana suatu kondisi akan
melebihi baku mutu atau standar lainnya. Baik untuk periode waktu saat ini maupun waktu
mendatang terkait dengan hasil Pengelolaan maupun Pemantauan Lingkungan Hidup. Komponen
lingkungan Hidup yang akan di lakukan Evaluasi Tingkat Kritis adalah sebagai berikut:

1.6.2.1. Kualitas Udara Ambien


Pemantauan kualitas udara dilakukan di halaman depan pabrik dan halaman belakang
pabrik. Berdasarkan data time series hasil analisa kualitas udara hasilnya menunjukan ada
peningkatan tetapi tidak terlalu mencolok significant nilainya masih jauh di bawah baku
mutu yang di tetapkan sehingga tidak menunjukkan tingkat kritis.

1.6.2.2. Kualitas Udara Emisi


Pemantauan kualitas udara emisi dilakukan di 1 titik genset. Berdasarkan data time
series hasil analisa kualitas udara emisi ada peningkatan yang cukup signifikan dari
parameter Nitrogen Monoksida (NO2) dan Karbon Monoksida (CO) namun semua
parameter masih di bawah baku mutu. Dengan demikian komponen kualitas udara emisi
khususnya parameter Nitrogen Monoksida (NO2) dan Karbon Monoksida (CO) walupun
belum melebihi ambang baku mutu tetapi hampir menyentuh nilai ambang batas baku

Adendum ANDAL RKL RPL I - 64


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

mutu sehingga menunjukkan tingkat kritis dan diharapkan pengelolaan yang lebih baik
pada mesin genset yang digunakan agar pemantauan berikutnya sudah jauh lebih baik.

1.6.2.3. Kualitas Udara Lingkungan Kerja


Pemantauan kualitas udara lingkungan kerja di lakukan di ruang produksi. Berdasarkan
data time series hasil analisa kualitas udara lingkungan kerja menunjukkan peningkatan
namun nilainya untuk semua parameter masih di bawah baku mutu. Dengan demikian
komponen kualitas udara lingkungan kerja tidak menunjukkan tingkat kritis.

1.6.2.4. Kebisingan
Pada pemantauan DELH tahun 2011, Semester II 2016 dan Adendum ANDAL tahun 2017
terjadi peningkatan. Pada halaman depan dan belakang pabrik terjadi peningkatan
namun masih di bawah baku mutu sedangkan pada area di dalam ruangan produksi
terjadi peningkatan yang cukup tinggi sehingga menunjukkan hasil diatas baku mutu yang
di tetapkan KEP 48/MENLH/11/1996. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebisingan di
area ruang produksi berada pada tingkat kritis.

1.6.2.5. Kualitas Air Tanah


Titik lokasi pemantauan pada pemantauan rona awal DELH tahun 2011, Semester II 2016 dan
Adendum ANDAL Tahun 2017 dilakukan pada sumur di area pabrik dan permukiman penduduk.
Hasil analisa kualitas air tanah pada pemantauan rona awal DELH tahun 2011, Semester II 2016
dan Adendum ANDAL 2017 memperlihatkan semua parameter masih dibawah baku mutu yang
ditetapkan, sehingga tidak menunjukkan tingkat kritis .

1.6.2.6. Kesempatan Kerja


PT Aplus Pacific melakukan perekrutan tenaga kerja pada penduduk yang berdomisili di sekitar
kegiatan untuk bekerja sesuai dengan keterampilan dan pendidikannya, dan menerapkan
peraturan ketenagakerjaan antara perusahaan dengan karyawan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. Tenaga kerja yang terserap di PT. Aplus Pacific saat ini berjumlah 571
orang, sekitar 30% berasal dari warga kelurahan Pasir Jaya. Hal ini menunjukan bahwa komponen
kesempatan kerja telah dikelola dengan baik sehingga tidak menunjukan tingkat kritis.

1.6.2.7. Lalu Lintas

Adendum ANDAL RKL RPL I - 65


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Hasil pemantauan pada semester II 2016 ini, kondisi lalulintas di depan lokasi PT Aplus pacifik
ramai lancar dan tidak terjadi kemacetan begitu pula pada kondisi tahun 2017 sehingga tidak
terjadi tingkat kritis.

1.6.2.8. Timbulan Limbah Padat


Berdasarkan hasil pemantauan volume timbulan limbah padat domestik pada semester II tahun
2016 ini adalah sekitar 0,1m3/hari dan limbah padat scrap sekitar kg/hari. PT. Aplus telah
melakukan pengelolaan komponen timbulan limbah padat namun belum sepenuhnya
menerapkan konsep Reuse, Reduce, dan Recycle (3R).

1.6.3. Evaluasi Penaatan


Evaluasi penaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan pemrakarsa kegiatan untuk
memenuhi berbagai ketentuan yang terdapat dalam izin atau pelaksanaan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam dokumen pengelolaan lingkungan hidup (RKL & RPL).

Kebijakan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada tujuan
pembangunan nasional yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang di
lakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan yang menjadi landasan
pengelolaan lingkungan hidup adalah Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan di definisikan sebagai upaya
sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumberdaya ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan,kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi yang akan datang.

1.6.3.1. Kualitas Udara Ambien


Implementasi RKL dan RPL yang sudah dilakukan terhadap komponen kualitas udara baru
dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL tahun 2017 sementara
dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah dimiliki sejak
tahun 2011. Karena itu PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat penaatan yang belum
baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

1.6.3.2. Kualitas Udara Emisi


Implementasi RKL dan RPL yang sudah dilakukan terhadap komponen kualitas udara emisi baru
dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL tahun 2017 sementara

Adendum ANDAL RKL RPL I - 66


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah dimiliki sejak
tahun 2011. Karena itu PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat penaatan yang belum
baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

1.6.3.3. Kualitas Udara Lingkungan Kerja


Implementasi RKL dan RPL yang sudah dilakukan terhadap komponen kualitas udara lingkungan
kerja baru dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL tahun 2017
sementara dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah
dimiliki sejak tahun 2011. Karena itu PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat penaatan
yang belum baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.

1.6.3.4. Kebisingan
Implementasi RKL dan RPL yang sudah dilakukan terhadap komponen kebisingan baru
dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL tahun 2017 sementara
dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah dimiliki sejak
tahun 2011. Karena itu PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat penaatan yang belum
baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

1.6.3.5. Kualitas Air Tanah


Berdasarkan hasil Analisa laboratorium kualitas air tanah pada rona awal DELH tahun 2011,
Semester II 2016 Adendum ANDAL tahun 2017 semua parameter hasilnya masih dibawah baku
mutu yang telah ditetapkan. Namun kegiatan pemantauan belum di lakukan secara berkala,
implementasi baru dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL
tahun 2017 sementara dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
sudah dimiliki sejak tahun 2011, karena itu disimpulkan bahwa PT Aplus Pacifik Tangerang
menunjukkan tingkat penaatan yang belum baik dan belum maksimal terhadap implementasi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

1.6.3.6. Kesempatan Kerja


Adanya trend kenaikan penyerapan tenaga khususnya kepada warga sekitar setiap periode
pemantauan menunjukan bahwa PT Aplus Pacific telah melaksanakan arahan pengelolaan yang
terhadap komponen kesempatan kerja. Namun kegiatan pemantauan belum di lakukan secara
berkala, implementasi baru dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum
ANDAL tahun 2017 sementara dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
(DELH) sudah dimiliki sejak tahun 2011, karena itu disimpulkan bahwa PT Aplus Pacifik Tangerang

Adendum ANDAL RKL RPL I - 67


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

menunjukkan tingkat penaatan yang belum baik dan belum maksimal terhadap implementasi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

1.6.3.7. Lalu Lintas


Berdasarkan hasil pemantauan hasil pemantauan lalu lintas pada semester II tahun 2016 kondisi
Jalan Raya Prabu Siliwangi ramai lancai dan tidak terjadi kemacetan. Pengelolaan pada saat
kendaraan keluar masuk dari area pabrik terdapat petugas dari perusahaan yang mengatur
kendaraan. Namun kegiatan pemantauan belum di lakukan secara berkala, implementasi baru
dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL tahun 2017 sementara
dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah dimiliki sejak
tahun 2011, karena itu disimpulkan bahwa PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat
penaatan yang belum baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.

1.6.3.8. Timbulan Sampah


Berdasarkan hasil pemantauan pada semester II tahun 2016 PT Aplus Pacific telah melakukan
pengelolaan timbulan sampah namun belum menerapkan konsep Reuse, Reduce, dan Recycle
(3R) secara maksimal dan sesuai peraturan yang berlaku sehingga masih terlihat adanya ceceran
sampah karena kondisi TPS masih terbuka. Kegiatan pemantauan belum di lakukan secara
berkala, implementasi baru dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum
ANDAL tahun 2017 sementara dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
(DELH) sudah dimiliki sejak tahun 2011 dan tidak memiliki TPS LB3 i yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan berizin, karena itu disimpulkan bahwa PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan
tingkat penaatan yang belum baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 68


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.24. Ringkasan Evaluasi Pelaksanaan Implementasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan (RPL) Lingkungan Hidup
Dokumen DELH Tahun 2011

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
1. Kualitas Udara Emisi debu Konsentrasi  Melakukan Selama 6 (enam) bulan Di dalam  Halaman Melaksanakan Hasil Temuan
Ambien dari truck polutan (debu penghijaua tahap sekali selama dan sekitar depan semua yang pemantauan
pengangku dan gas) n dengan operasi masa operasi area pabrik pabrik diarahkan kualitas udara - Ruang Terbuka Hijau
t barang berada menanam berlangsung berlangsung  Halaman dalam kolom ambien di sangat kecil hanya 0,4
dibawah baku berbagai belakang upaya halaman depan %.
mutu yang jenis pohon pabrik pengelolaan pabrik dan
dipersyaratkan yang lingkungan RKL halaman - Jumlah dan jenis
menurut PPRI memiliki RPL DELH 2011. belakang pabrik tanaman sangat minim
No. 41 tahun batang dan Namun belum pada - Belum dilaksanakannya
1999 tentang dahan yang maksimal pemantauan penanaman 50 buah
Pengendalian kuat seperti karena rona awal DELH pohon dari jenis jenis
Pencemaran pohon penghijauan 2011, semester pohon seperti yang
Udara, Debu = Asam, dilokasi PT II 2016 dan diarahkan pada RKL RPL
230 µg/m3 Mahoni, Aplus Pacific Adendum DELH tahun 2011
SO2 = 900 Tanjung, masih sangat ANDAL 2017
- Tidak melaksanakan
µg/m3 kenari minim semua
implentasi lingkungan
CO = 30.000  Menanam parameter
(monitoring lingkungan)
µg/m3 sekitar 50 kualitas udara
dokumen DELH 2012
NO2 = 400 pohon masih berada
secara berkala.
µg/m3  Menanam dibawah baku
Implementasi hanya
PM10 = 150 pohon di mutu udara
pada semester II 2016.
µg/m3. dalam pot ambien sesuai
 Penyiraman Peraturan
Arahan
pada Pemerintah
musim Republik - Menambah luas area
kemarau Indonesia No. terbuka hijau min 10%
41 Tahun 1999 dan menambah jumlah
tentang dan jenis tanaman
Pengendalian pohon
Pencemaran - Melaksanakan Arahan
Udara

Adendum ANDAL RKL RPL I - 69


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
penanaman pohon
sesuai DELH tahun 2011
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring
lingkungan )dari
dokumen Addendum
ANDAL RKL RPL 2017
Kualitas Udara Proses  Peraturan Dalam Di lokasi Area produksi Dalam Evaluasi Temuan
Lingkungan Kerja Produksi Menteri dokumen produksi, dan Ruang dokumen terhadap hasil
dan Emisi Tenaga DELH Tahun kantor dan genset DELH Tahun kualitas udara - Dalam dokumen DELH
Kerja dan 2016 tidak ruang 2011 tidak emisi dilakukan Tahun 2011 tidak ada
Transmigr ada Arahan genset. ada Arahan pada pengelolaan terhadap
asi No pengelolaa pengelolaan pengambilan parameter udara
PER.13/M n dan dan sampel pada lingkungan kerja dan
EN/X/201 pemantaua pemantauan rona awal, emisi, namun PT Aplus
1, n terhadap terhadap semester II Pacific pada monitoring
Lampiran parameter parameter 2016 dan semester II Tahun 2016
I.2. NAB Kualitas Kualitas Semester I 2017 melakukan pemantauan
faktor Udara Udara Pengambilan begitu pula pada
kimia di Lingkungan Lingkungan sampel udara Adendum ANDAL tahun
udara Kerja dan Kerja dan emisi dilakukan 2017
tempat Emisi Emisi di 1 titik yaitu
kerja. namun PT seluruh - Tidak melaksanakan
 Keputusan Aplus Pacific parameter hasil implentasi lingkungan
Menteri pada analisa kualitas (monitoring lingkungan)
Negara monitoring udara emisi dokumen DELH 2012
Lingkunga semester II masih di bawah secara berkala.
n Hidup Tahun 2016 baku mutu Implementasi hanya
No. 13 melakukan menurut Kep- pada semester II 2016.
tahun pemantauan 13/MenLH/3/19
1995 begitu pula 95 tentang Baku
tentang pada Mutu Sumber Arahan
Baku Adendum Emisi Tidak

Adendum ANDAL RKL RPL I - 70


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
Mutu ANDAL tahun Bergerak - Melaksanakan
Emisi 2017 implementasi RKL RPL
Sumber (monitoring lingkungan)
Tidak dari dokumen
Bergerak. Addendum ANDAL RKL
Lampiran RPL 2017 secara
VB. periodik
2. Kebisingan Kebisinga Tingkat  Memagari Selama 6 (enam) bulan Lokasi  Halaman Melaksanakan Hasil Temuan
n dari kebisingan pabrik tahap sekali selama pabrik depan semua yang di pemantauan
mesin dibawah dengan operasi masa operasi pabrik arahkan dalam kebisingan - Dalam dokumen DELH
produksi baku mutu tembok berlangsung berlangsung  Halaman kolom upaya masih di bawah Tahun 2011 pada upaya
yang sebagai belakang pengelolaan baku mutu pengelolaan belum ada
dipersyaratk sound pabrik lingkungan RKL sesuai Kep. arahan penggunaan ear
an menurut barrier.  Area RPL DELH 2011 48/MENLH/11/ plug bagi karyawan di
KepMenLH  Menggunak produksi 1996 tentang ruang produksi dengan
No. 48 tahun an genset dan genset baku mutu tingkat kebisingan tinggi
1996 tipe silent kebisingan. seperti di ruang hollow
tentang dan di ruang genset
Baku Mutu
Tingkat - Belum ada arahan
Kebisingan. SMK3 (sistem
Peraturan Manajemen Kesehatan
Menteri dan Keselamatan Kerja)
Tenaga Kerja - Tidak melaksanakan
dan implentasi lingkungan
Transmigrasi (monitoring lingkungan)
No dokumen DELH 2012
PER.13/MEN secara berkala.
/X/2011, Implementasi hanya
Lampiran I.2 pada semester II 2016.
(Nilai
ambang Arahan
Batas
Kebisingan)

Adendum ANDAL RKL RPL I - 71


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan

- Tetap mempertahankan
pelaksanaan upaya
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
di lokasi kegiatan
- Menambah jumlah dan
jenis tanaman sebagai
buffer zone dengan
pohon tegakan tinggi
berdaun sempit dan
padat di sekeliling lokasi
kegiatan
- Melakukan perawatan
mesin-mesin produksi
dan genset secara
berkala.
- Melengkapi ruangan
genset dengan alat
peredam suara untuk
mengurangi tingkat
kebisingan yang timbul
saat genset
dioperasikan.
- Melakukan perawatan
alat produksi yang
dilakukan secara berkala
setiap 6 bulan sekali
atau sesuai dengan
kebutuhan.
- Menggunakan alat
pelindung diri (earplug)
untuk pekerja yang

Adendum ANDAL RKL RPL I - 72


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
dekat sumber bising.
- Menerapkan SMK3
(sistem Manajemen
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja)
dengan baik
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen
Addendum ANDAL RKL
RPL 2017 secara
periodik

3. Kualitas Air Limbah - PP No 82  Membuat Selama 6 (enam) bulan saluran  Saluran Melaksanaka Tidak ada Temuan
Permukaan cair Tahun saluran tahap sekali selama drainase. drainase n point pelaksanaan
domestik 2001 drainase operasi masa operasi pertama yang pemantauan - Pada dokumen DELH
tentang dilengkapi berlangsung berlangsung di arahkan terhadap tahun 2011 terdapat
pengelola dengan bak dalam kolom kualitas air keganjilan dimana
an kontrol/gre upaya permukaan terdapat arahan
kualitas ase trap. pengelolaan sehingga tidak pengelolaan terhadap
air dan  Memelihara lingkungan dapat dilihat parameter kualitas air
pengendal kebersihan RKL RPL DELH trend permukaan di dalam bab
ian saluran 2011 yaitu pengukurannya IV dokumen namun hasil
pencemar drainase di Memelihara analisis lab untuk
an sekitar kebersihan parameter kualitas air
tapak saluran permukaan pada sungai
- Peraturan kegiatan drainase. cirarab sebagai dasar
Menteri secara rona awal DELH Tahun
Lingkunga berkala. 2011 tidak ada atau tidak
n Hidup dilakukan sampling.
No. 5 Sehingga membuat
Tahun pelaksana monitoring

Adendum ANDAL RKL RPL I - 73


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
2014 yaitu PT Aplus Pacific
tentang Tangerangj uga tidak
Baku melakukan monitoring
mutu air terhadap parameter
limbah, kualitas air permukaan.
Lampiran
XLVII - Pada dokumen DELH juga
(Limbah tidak diarahkan untuk
produksi) membangun STP
dan domestik tetapi hanya
Lampiran mengarahkan membuat
XLVI bak control dan
SK overflownya tetap di
MenLH alirkan ke saluran
No 112 drainase dan bermuara
tahun ke Sungai Cirarab.
2005
(Baku - Tidak melaksanakan
Mutu implentasi lingkungan
Limbah (monitoring lingkungan)
Domesti dokumen DELH 2012
k) secara berkala.
Implementasi hanya pada
semester II 2016.

Arahan

- Dilakukan pengelolaan
dan pemantauan
terhadap parameter
kualitas air permukaan
sesuai arahan RKL RPL
pada dokumen Adendum
ANDAL RKL RPL tahun

Adendum ANDAL RKL RPL I - 74


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
2017
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen Addendum
ANDAL RKL RPL 2017
secara periodik
4 Kualitas Air Dalam dokumen DELH Tahun 2011 tidak ada arahan pengelolaan dan pemantauan terhadap parameter Tidak ada Tidak ada Temuan
Tanah kualitas air tanah pengelolaan pemantauan - Tidak ada arahan
pengelolaan dan
pemantauan terhadap
parameter kualitas air
tanah
- Tidak melaksanakan
implentasi lingkungan
(monitoring lingkungan)
dokumen DELH 2012
secara berkala.
Implementasi hanya
pada semester II 2016.

Arahan
- Wajib melaksanakan
pengelolaan terhadap
kualitas air tanah.
- PT. Aplus wajib
menghentikan
penggunaan septik tank
konvensional dengan
STP domestic untuk
menghindari
pencemaran air tanah
lebih lanjut.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 75


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen
Addendum ANDAL RKL
RPL 2017 secara
periodik

5 Kuantitas Air Kebutuh Perubahan  Melakukan Selama 6 (enam) bulan Lokasi bak Lokasi bak Tidak ada Tidak ada Temuan
Tanah an air kuantitas air penghemat tahap sekali selama kontrol kontrol pengelolaan pemantauan
bersih tanah dan an operasi masa operasi Sumber dampak, arahan
karyawa tinggi muka penggunaan berlangsung berlangsung pengelolaan dan pemantauan,
n air tanah air lokasi pengelolaan dan
 Membangu pemantauan pada dokumen
n bak DELH tahun 2011 kurang
penampung tepat
an air sisa
kamar Isi arahan RKL RPL dalam
mandi dokumen DELH tahun 2011
tidak sesuai

Arahan

Dilakukan pengelolaan dan


pemantauan terhadap
parameter kuantitas tanah
sesuai arahan RKL RPL pada
dokumen Adendum ANDAL
RKL RPL tahun 2017 secara
periodik

4. Kesempatan Penerim  Banyaknya  Memberika Selama 6 (enam) bulan Kelurahan Kelurahan Memberikan Melakukan Pemantauan terhadap
Kerja dan aan dan tenaga n prioritas tahap sekali selama Pasir Jaya Pasir Jaya prioritas kepada pemantauan komponen kesempatan kerja

Adendum ANDAL RKL RPL I - 76


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
Peluang mobilisas kerja lokal kepada operasi masa operasi Kecamatan Kecamatan masyarakat lingkungan memperlihatkan bahwa PT.
Berusaha i tenaga yang masyarakat berlangsung berlangsung Jatiuwung Jatiuwung sekitar dalam (sampling) Aplus Pacific sudah
kerja terserap sekitar perekrutan secara berkala melaksanakan komitmennya
oleh dalam tenaga kerja sesuai arahan untuk perekrutan tenaga kerja
kegiatan. perekrutan sesuai RKL-RPL. pada penduduk yang
tenaga kualifikasi yang berdomisili di sekitar kegiatan
kerja sesuai dibutuhkan untuk bekerja sesuai dengan
kualifikasi (skill). keterampilan dan
yang pendidikannya, dan
dibutuhkan menerapkan peraturan
(skill). ketenagakerjaan antara
perusahaan dengan karyawan
sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

Tidak melaksanakan
implentasi lingkungan
(monitoring lingkungan)
dokumen DELH 2012 secara
berkala. Implementasi hanya
pada semester II 2016.

Arahan
- Bekerjasama dengan
Disnaker untuk informasi
lowongan pekerjaan
sesuai Kepres No. 4 tahun
1980 dan UU No. 7 tahun
1981 tentang wajib lapor
ketenagakerjaan ke
Disnaker/instansi yang
membidangi
ketenagakerjaan
setempat.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 77


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
- Bekerjasama dengan
pemerintah desa dalam
penerimaan tenaga kerja
dan peluang berusaha.
- Dilakukan pengelolaan
dan pemantauan
terhadap parameter
kualitas air tanah sesuai
arahan RKL RPL pada
dokumen Adendum
ANDAL RKL RPL tahun
2017 secara periodik

5. Lalu Lintas Mobilisas Tidak  Menempat Selama 6 (enam) bulan Di pintu Di jalan Prabu  Menempatka PT. Aplus telah Temuan
i terjadi kan petugas tahap sekali selama keluar- Siliwangi di n petugas melakukan
kendaraa kemacetan pengatur operasi masa masuk depan PT pengatur lalu pemantauan Tidak melaksanakan
n Bahan / lalu lintas di berlangsung operasiberlang pabrik Aplus Pacific lintas di lalu lintas implentasi lingkungan
baku, terkendalin jalan/pintu sung jalan/pintu dengan baik (monitoring lingkungan)
hasil ya lalu keluar- keluar-masuk sehingga tidak dokumen DELH 2012 secara
produksi lintas di masuk kendaraan terjadi berkala. Implementasi hanya
dan sekitar kendaraan dari dan ke kemacetan. pada semester II 2016.
kendaraa pabrik. dari dan ke lokasi pabrik.
n lokasi Arahan
karyawa pabrik.
n. - Membuat Andalalin
- Diperlukan adanya
manajemen dan rekayasa
lalu lintas dan perbaikan
desain geometrik
simpang.
- Untuk mengantisipasi
dan meminimalkan
potensi dampak lalu
lintas yang

Adendum ANDAL RKL RPL I - 78


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
timbul,diperlukan
antisipasi dampak lalu
lintas terutama berkaitan
dengan penanganan ruas
jalan dan keluar-masuk
pabrik, peningkatan
aksesibilitas, peningkatan
keselamatan, fasilitas
parkir, dan fasilitas
angkutan umum.
- Dilakukan pengelolaan
dan pemantauan
terhadap parameter
kualitas air tanah sesuai
arahan RKL RPL pada
dokumen Adendum
ANDAL RKL RPL tahun
2017 secara periodik

6. Timbulan Timbulan Kebersihan  Menyediak Selama 6 (enam) bulan Di dalam Di area pabrik  Melaksanaka Temuan
sampah sampah dan an tempat tahap sekali selama dan luar dan n semua yang
dari kenyaman sampah operasi masa operasi area pabrik sekitarnya, di arahkan Dalam dokumen DELH tahun
kegiatan an yang berlangsung berlangsung. serta di tempat dalam kolom 2011 belum di arahkan untuk
domestik lingkungan terpisah lokasi TPS pengumpulan upaya membuat TPS khusus limbah
dan di dalam antara yang berada sampah pengelolaan B3
industri lokasi dan sampah di dalam sementara lingkungan
di luar kering dan lokasi RKL RPL DELH Arahan
lokasi basah kegiatan 2011 namun
kegiatan (organik) di belum - Dilakukan pengelolaan dan
dalam dan menerapkan pemantauan terhadap
diluar konsep 3R parameter timbulan limbah
gedung padat sesuai arahan RKL
 Melakukan RPL pada dokumen
pemilahan Adendum ANDAL RKL RPL

Adendum ANDAL RKL RPL I - 79


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Implementasi RKL RPL Temuan dan Arahan/


RKL RPL DELH 2011 Rekomendasi
Pelaksanaan RKL RPL

Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
sampah tahun 2017 secara periodik
- Pengelolaan sampah
dengan pendekatan 3 R
(Reduce, Re- use, Recycle)
sejak dari sumbernya.
Pendekatan reduce
meliputi: meminimalkan
penggunaan kertas (less
paper) pada kegiatan
perkantoran. Pendekatan
re-use meliputi:
penggunaan kembali
wadah- wadah bekas untuk
menyimpan material
sejenis. Pendekatan recycle
meliputi: daur ulang
kemasan bekas, kertas
bekas dan sebagainya,
berkerjasama dengan
masyarakat
- Membuat TPS LB3 berizin
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen Addendum
ANDAL RKL RPL 2017 secara
periodik

Sumber :Laporan DELH PT Aplus Pacific Tahun 2011 dan Laporan Implementasi RKL RPL Tahun 2016

Adendum ANDAL RKL RPL I - 80


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.43. Peta pengelolaan dan pemantauan selama tahun 2014 s.d 2015

Adendum ANDAL RKL RPL I - 81


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan (RKL dan RPL) yang telah
dilaksanakan oleh PT Aplus Pacific maka disimpulkan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan
dan target pemenuhannya pada tabel 1.26.

Tabel 1.25. Kewajiban PT Aplus Pacific Yang Harus Dilaksanakan dan Target Pemenuhannya

NO NAMA PERIJINAN STATUS PEMENUHAN

1. Izin TPS Limbah B3 Sedang dalam proses

2. Membuat TPS Limbah B3 Sedang dalam proses

3. STP Domestik Akan segera dibuat tahun 2018

4. Membuat ANDAL LALIN Akan segera dibuat tahun 2018

1.7. Dampak Penting Hipotetik Yang Di Telaah

Pelingkupan (scoping) merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi dampak penting (hipotesis) terkait dengan rencana kegiatan. Pelingkupan
dampak penting dilakukan sesuai dengan melalui serangkaian proses, identifikasi dampak
potensial dan evaluasi dampak potensial.

Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik (DPH) dalam penyusunan dokumen Adendum ini
dilakukan melalui serangkaian proses, yaitu identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak
potensial pada tahap pra konstruksi dan konstruksi pada kegiatan peningkatan produksi PT Aplus
Pacific. Pelingkupan DPH pada tahap operasi mengacu pada pelingkupan DPH yang ada di dalam
dokumen DELH yang telah disetujui digabungkan dengan kegiatan pada Adendum ini.

1.7.1. Identifikasi Dampak Potensial


Berdasarkan komponen kegiatan penyebab dampak dan komponen lingkungan yang terkena
dampak, maka dilakukan proses identifikasi dampak-dampak potensial yang mungkin terjadi
akibat kegiatan tersebut. Pada tahap ini pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi
segenap dampak lingkungan (primer, sekunder dan tersier) yang secara potensial mungkin timbul
akibat kegiatan peningkatan produksi PT Aplus Pacific Kota Tangerang. Pada tahap ini hanya di
inventarisir dampak potensial yang mungkin timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak
atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai
apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak penting.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 82


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Identifikasi dampak potensial diperoleh dari hasil konsultasi dan diskusi dengan para
pakar, pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan
dan juga dari hasil observasi lapangan. Untuk memudahkan menentukan dampak
potensial maka digunakan matrik dua dimensi yaitu menginteraksikan komponen rencana
kegiatan diversuskan/ditandingkan dengan komponen lingkungan secara umum.
Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak dan komponen lingkungan terkena
dampak dapat dilihat pada daftar (cek list) dampak potensial (tabel 1.27) dan matrik
interaksi identifikasi dampak potensial (tabel 1.28).

Tabel 1.26. Daftar (chek list) Dampak Potensial


KOMPONEN LINGKUNGAN
SUMBER DAMPAK DAMPAK POTENSIAL
TERKENA DAMPAK
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan - Persepsi Masyarakat - Perubahan Persepsi Masyarakat

2. Sosialisasi Rencana - Persepsi Masyarakat - Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan
B. Tahap Konstruksi
1. Persiapan - Persepsi - Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat
2. Mobilisasi Mesin - Kualitas udara - Penurunan Kualitas udara
Mesin Baru - Kebisingan - Peningkatan Kebisingan
- Lalu Lintas - Gangguan Lalu Lintas
- Persepsi - Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat
3. Instalasi Mesin - Kebisingan - Peningkatan Kebisingan
Baru
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan - Kesempatan - Peningkatan Kesempatan
Tenaga Kerja Kerja dan Berusaha Kerja Dan Berusaha
- Persepsi - Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat
2. Kegiatan - Kualitas Udara - Penurunan Kualitas Udara
Operasional - Kebisingan - Peningkatan Kebisingan
Produksi - Kualitas Air - Penurunan Kualitas Air
Permukaan Permukaan
- Kualitas Air - Penurunan Kualitas Air
Tanah Tanah
- Kuantitas Air - Penurunan Kuantitas Air
Tanah Tanah
- Timbulan - Peningkatan Timbulan
Limbah Padat Limbah Padat

Adendum ANDAL RKL RPL I - 83


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

KOMPONEN LINGKUNGAN
SUMBER DAMPAK DAMPAK POTENSIAL
TERKENA DAMPAK
- Timbulan - Peningkatan Timbulan
Limbah B3 Limbah B3
- Kesehatan - Penurunan Kesehatan
Masyarakat Masyarakat
- Kesehatan dan - Gangguan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Keselamatan kerja
- Lalu Lintas - Gangguan Lalu Lintas
- Persepsi - Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat
3. Pengoperasian - Kualitas Udara - Penurunan Kualitas Udara
Utilitas dan Sarana - Kebisingan - Peningkatan Kebisingan
Prasarana - Kualitas Air - Penurunan Kualitas Air
Permukaan Permukaan
- Kualitas Air - Penurunan Kualitas Air
Tanah Tanah
- Air Larian - Peningkatan Debit Air
- Persepsi Larian
Masyarakat - Penurunan Kesehatan
Masyarakat
- Perubahan Persepsi Masyarakat

Adendum ANDAL RKL RPL I - 84


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.27. Matrik Interaksi Identifikasi Dampak Potensial


Pra Konstruksi Operasi
DAMPAK POTENSIAL
1 2 1 2 3 1 2 3
I Fisik Kimia
1. Penurunan kualitas udara X X X
2. Peningkatan kebisingan X X X X
3. Penurunan kualitas air permukaan X X
4. Penurunan Kualitas Air Tanah X
5. Penurunan Kuantitas Air Tanah X
6. Peningkatan Debit Air Larian X
II Sosekbud
7. Peningkatan Kesempatan Kerja & Berusaha X
8. Peningkatan Timbulan Limbah Padat X
9. Peningkatan Timbulan Limbah B3 X
10. Perubahan Persepsi Masyarakat X X X X X X X X
IV Kesehatan masyarakat
11. Kesehatan Masyarakat X
12. Kesehatan dan Keselamatan Kerja X
V LaluLintas
13. Gangguan Lalu lintas X X X

Keterangan:
TAHAP PRAKONSTRUKSI : TAHAP KONSTRUKSI : TAHAP OPERASI :
1. Perizinan 1. Persiapan 1. Penerimaan Tenaga Kerja
2. Sosialisasi Rencana Pengembangan 2. Mobilisasi Mesin mesin baru 2. Kegiatan Operasional Produksi
3. Instalasi Mesin Baru 3. Pengoperasian utilitas dan sarana prasarana

Adendum ANDAL RKL RPL I - 85


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

SUMBER
SUMBER DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK PRIMER
PRIMER SEKUNDER
SEKUNDER TERSIER
TERSIER
KK
DAMPA
DAMPA

Perizinan

Persepsi
TAHAP
TAHAP PRA
PRA Masyarakat
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI

Sosialisasi
Rencana
Pengembangan

Gambar 1.44. Diagram Alir Dampak Potensial Pada Tahap Pra Konstruksi

SUMBER
SUMBER DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK PRIMER
PRIMER SEKUNDER
SEKUNDER
TERSIER
TERSIER
KK
DAMPA
DAMPA

Persiapan

Kualitas udara
at
TAHAP
TAHAP Mobilisasi Mesin rak
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI Mesin baru Kebisingan sya
Ma
si
Lalulintas sep
Per

Instalasi Mesin Kebisingan


Baru

Gambar 1.45. Diagram Alir Dampak Potensial Pada Tahap Konstruksi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 86


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

SUMBER DAMPAK DAMPAK


DAMPAK PRIMER SEKUNDER DAMPAK
TERSIER

Penerimaan Kesempatan Kerja


Tenaga Kerja & Berusaha

Kualitas udara
Kesehatan
Kebisingan Masyarakat

Air Permukaan

Kuantitas Air Persepsi Masyarakat


Tanah
TAHAP OPERASI Kegiatan
Operasional Timbulan Limbah
Produksi Padat

Timbulan Limbah
B3

Kesehatan dan
Keselamatan Kerja

Gangguan
Lalulintas

Kualitas udara

Kebisingan

Kualitas Air
Permukaan

Pemeliharan Kualitas Air Tanah


Sarana Prasarana
Penunjang/Utilitas
Air Larian

Gambar 1.46. Diagram Alir Dampak Potensial Pada Tahap Operasi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 87


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan matriks interaksi identifikasi dampak potensial maka diperoleh 15 komponen


dampak lingkungan yaitu :
a. Komponen Fisika-Kimia
1. Penurunan Kualitas Udara
2. Peningkatan Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air Permukaan
4. Penurunan Kualitas Air Tanah
5. Penurunan Kuantitas Air Tanah
6. Peningkatan Debit Air Larian
b. Komponen Sosial Ekonomi Budaya
9. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha
10. Peningkatan Timbulan Limbah Padat
11. Peningkatan Timbulan Limbah B3
12. Perubahan Persepsi Masyarakat
c. Komponen Kesehatan Masyarakat
13. Gangguan Kesehatan Masyarakat
14. Gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Komponen Lalu Lintas
15.Gangguan lalu Lintas

1.7.2. Evaluasi Dampak Potensial

Langkah ini bertujuan mengevaluasi semua dampak potensial untuk ditetapkan menjadi dampak
penting hipotetik, dengan cara menghilangkan /meniadakan dampak-dampak potensial yang tidak
penting atau tidak relevan. Komponen lingkungan yang secara hipotetis ditetapkan berdampak
penting tersebut akan dikaji secara mendalam dalam studi ini (prakiraan dampak penting). Pada
tahap ini belum diperhatikan besar kecilnya dampak tetapi hanya penting tidaknya dampak yang
mengacu pada kriteria dampak penting sesuai PP No 27 Tahun 2012 tentang ijin lingkungan.

Metoda yang digunakan adalah diskusi antar tim penyusun, pemrakarsa, dan instansi teknis yang
berwenang, studi literatur, dan observasi lapangan. Untuk membantu menentukan dampak
penting hipotetis terlampau dini dan luas untuk menggunakan 7 kriteria dampak, karena waktu
dan keterbatasan informasi yang diperoleh. Penetapan tersebut dapat dibantu dengan menjawab
4 pertanyaan berikut ini. Jika ya, maka dampak tersebut bisa dikategorikan dampak penting.
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 88


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan


sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekologis) sehingga perubahan besar pada kondisi komponen
lingkungan tersebut akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan keutuhan
ekosistem.
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui.

Proses penetapan dampak potensial menjadi dampak penting hipotetis dapat dilihat dalam tabel
1.29 berikut.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 89


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.28. Matrik Evaluasi Dampak Potensial


Komponen Kriteria
Sumber Lingkungan
Dampak Potensial DPH /DTPH
Dampak Terkena 1 2 3 4
Dampak
Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan - Persepsi Perubahan Persepsi
x x x x DTPH
Masyarakat Masyarakat
2. Sosialisasi - Persepsi Perubahan Persepsi
Rencana Masyarakat Masyarakat x x x x DTPH
Pengembangan
Tahap Konstruksi
1. Persiapan 1. Persepsi Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat x x x x DTPH

2. Mobilisasi Mesin 1. Kualitas Udara Penurunan Kualitas


Baru Udara    x DPH

2. Kebisingan Peningkatan
Kebisingan x x x x DTPH

3. Lalu Lintas Gangguan Lalu Lintas DTPH namun


x x x x tetap dikelola dan
dipantau
4. Persepsi Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat x   x DPH

3. Instalasi Mesin 1. Kebisingan Peningkatan


x x x x DTPH
Baru Kebisingan
2. Persepsi Perubahan Persepsi
    DPH
masyarakat Masyarakat
Tahap Operasi
1. Penerimaan 1. Kesempatan Peningkatan
Tenaga Kerja Kerja dan kesempatan kerja dan
Berusaha berusaha x   x DPH

2. Persepsi Perubahan Persepsi


Masyarakat Masyarakat x   x DPH

2. Kegiatan 1. Kualitas udara Penurunan Kualitas


Produksi Udara    x DPH

2. Kebisingan Peningkatan
Kebisingan    x DPH

3. Kualitas Air Penurunan Kualitas Air


Permukaan Permukaan x x x x DTPH

4. Kuantitas Air Penurunan Kuantitas DTPH tetapi akan


Tanah Air Tanah x x x x dikelola dan
dipantau
5. Timbulan Peningkatan Timbulan DTPHtetapi akan
Limbah Padat Limbah Padat x x x x dikelola dan
dipantau
6. Timbulan Peningkatan Timbulan x x x x DTPHtetapi akan
Limbah B3 Limbah B3 dikelola dan
dipantau

Adendum ANDAL RKL RPL I - 90


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Sumber Komponen Kriteria


Lingkungan Dampak Potensial DPH /DTPH
Dampak 1 2 3 4
Terkena
Dampak
7. Kesehatan Penurunan Kesehatan
Masyarakat Masyarakat x x x x DTPH

8. Kesehatan dan Gangguan Kesehatan DTPH tetapi akan


Keselamatan dan Keselamatan Kerja x x x x dikelola dan
Kerja dipantau
9. Lalu lintas Gangguan Lalu lintas x   x DPH
10. Persepsi Perubahan Persepsi
masyarakat Masyarakat x   x DPH

3. Pengoperasian 1. Kualitas Udara Penurunan Kualitas


Utilitas dan Udara x x x x DTPH
Sarana
2. Kebisingan Peningkatan
Prasarana x x x x DTPH
Kebisingan
3. Kualitas Air Penurunan Kualitas Air DTPH tetapi akan
Permukaan Permukaan x x x x dikelola dan
dipantau
4. Kualitas Air Penurunan Kualitas Air DTPH tetapi akan
Tanah Tanah x   x dikelola dan
dipantau
5. Debit Air Larian Peningkatan Debit Air DTPHtetapi akan
Larian x x x x dikelola dan
dipantau
6. Persepsi Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat x   x DPH

Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial dengan matrik evaluasi dampak potensial dengan
mengacu pada parameter evaluasi sesuai buku panduan pelingkupan menggunakan empat
pertanyaan, maka diperoleh 4 komponen berdasarkan uraian di atas, maka di tetapkan dampak
penting hipotetik yang harus dikaji di dalam laporan ANDAL dalam tabel 1.29 dan yang bukan
dampak penting hipotetik tetapi tetap dikelola dan dipantau dalam tabel 1.30.

Tabel 1.29. Tabel 1.44 Daftar Dampak Penting Hipotetik

DAMPAK PENTING KOMPONEN KEGIATAN


HIPOTETIK Tahap Konstruksi Tahap Operasi
1. Penurunan Kualitas Udara - Mobilisasi Mesin baru - Kegiatan Produksi

2. Peningkatan Kebisingan - Kegiatan Produksi


3. Peningkatan Kesempatan - Penerimaan Tenaga Kerja
Kerja dan Berusaha
4. Perubahan Persepsi - Mobilisasi Mesin Baru - Penerimaan Tenaga Kerja
Masyarakat - Instalasi Mesin Baru - Kegiatan Produksi
- Pengoperasian Utilitas dan
Sarana Prasarana
5. Gangguan Lalu Lintas - Kegiatan produksi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 91


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.30. Daftar Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) Tetapi Dikelola dan Dipantau

KOMPONEN KEGIATAN
DTPH
Tahap Konstruksi Tahap Operasi
1. Penurunan Kualitas Air - Pengoperasian Utilitas dan
Permukaan Sarana Prasarana
2. Penurunan Kualitas Air - Pengoperasian Utilitas dan
Tanah Sarana Prasarana
3. Penurunan Kuantitas Air - Kegiatan Produksi
Tanah
4. Peningkatan Debit Air - Pengoperasian Utilitas dan
Larian Sarana Prasarana
5. Timbulan limbah padat - Kegiatan Produksi
6. Timbulan limbah B3 - Kegiatan Produksi
7. Gangguan Kesehatan dan - Kegiatan Produksi
Keselamatan Kerja
8. Gangguan Lalu lintas - Mobilisasi Mesin Baru

Adendum ANDAL RKL RPL I - 92


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Adendum ANDAL RKL RPL I - 93


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik


Tahap Prakonstruksi a. Tahap Konstruksi
Komponen Sosekbud Komponen Fisika-Kimia
1. Perubahan Persepsi Masyarakat Penurunan Kualitas Udara
Rencana Kegiatan b.Tahap Konstruksi Komponen Sosekbud
Konstruksi Komponen Fisika-Kimia Perubahan Persepsi Masyarakat
Operasi Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan c. Tahap Operasi
Komponen Sosekbud Komponen Fisika-Kimia
Kegiatan lain
Perubahan Persepsi Masyarakat Penurunan Kualitas Udara
disekitarnya
Lalu Lintas Peningkatan Kebisingan
Gangguan Lalu Lintas Komponen Sosekbud
Peningkatan Kesempatan Kerja & Berusaha
IDENTIFIKASI c. Tahap Operasi Perubahan Persepsi Masyarakat
DAMPAK Komponen Fisika-Kimia EVALUASI Lalu Lintas
Penurunan Kualitas Udara DAMPAK Gangguan Lalu Lintas
POTENSIAL
Peningkatan Kebisingan PENTING
Penurunan Kualitas Air Permukaan
Penurunan Kualitas Air Tanah
Saran dan Penurunan Kuantitas Air Tanah DAMPAK TIDAK PENTING HIPOTETIK (DTPH)
tanggapan Peningkatan Debit Air Larian YANG DIKELOLA & DIPANTAU
masyarakat Komponen Sosekbud
Peningkatan Kesempatan Kerja & Berusaha Tahap Konstruksi
Perubahan Persepsi Masyarakat Gangguan Lalu lintas
Komponen lingkungan Peningkatan Timbulan Limbah Padat Tahap Operasi
Peningkatan Timbulan Limbah B3
Fisik-kimia Penurunan Kualitas Air Permukaan
Komponen Kesmas Penurunan Kualitas Air Tanah
Biologi Gangguan Kesehatan Masyarakat
Sosek,budaya Penurunan Kuantitas Air Tanah
Gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Peningkatan Debit Air Lariann
Kesmas Lalu Lintas Peningkatan Timbulan Limbah Padat
Gangguan Lalu Lintas Peningkatan Timbulan Limbah B3
Diskusi
Metode;
antara Gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Interaksi kelompok
Tenaga Ahli
- Observasi
Konsultasi
- Pendapat masyarakat
- Matrik
- Bagan alir
- Matriks Keterkaitan

Gambar 1.47. Diagram Alir Proses Pelingkupan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 94


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

1.8. WILAYAH STUDI


Wilayah studi yang membatasi kajian dalam Adendum Andal RKL RPL ini sama dengan batas
wilayah studi DELH Tahun 2011, karena seluruh rencana kegiatan pengembangan berada dalam
batas wilyah studi yang sama.

1. Batas Proyek
Batas proyek mencakup seluruh areal yang diperuntukan untuk Industri PT Aplus
Pacific Kota Tangerang seluas 59.298 m 2. Lokasi PT Aplus Pacific berada di Jalan Prabu Siliwangi
KM 3,5 kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang dengan titik koordinat di
halaman depan pabrik adalah Lintang Selatan 06⁰ 10ᶦ 38.40ᶦᶦ dan Bujur Timur 106⁰34ᶦ 01.28ᶦᶦ.
Batas-batas lokasi proyek PT Aplus Pacific adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Sungai Cirarab
- Sebelah Timur : Tanah Kosong dan Jl. Prabu Siliwangi
- Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk
- Sebelah Barat : PT APP/Kawasan Pabrik

2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara) dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara
ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
 Batas Ekologis Air
Badan air penerima yang menampung air limpasan dan air limbah yaitu sungai Cirarab di
sekitar lokasi kegiatan.
 Batas Ekologis Udara
Batas ekologis udara dibatasi sesuai arah angin dominan diwilayah studi. Berdasarkan hal
tersebut maka ditetapkan lokasi pemukiman di RT 004 RW 005 pada radius sekitar 100 m
yang menjadi daerah sebaran dampak.
 Batas Lalu Lintas
Selain batas ekologis udara dan air, batas lalu lintas juga dipertimbangkan yang
merupakan lingkungan binaan berupa transportasi yang terkait dengan keberadaan
industri PT Aplus Pacific yaitu Jalan Raya Prabu Siliwangi.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 95


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar tapak rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat
rencana usaha dan / atau kegiatan.

Batas sosial yang ditetapkan adalah pemukiman penduduk disekitar lokasi kegiatan
yaitu pemukiman RT 005 RW 004 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang.

4. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang ini dapat berupa batas administrasi
pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan. Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan mempertimbangkan
kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu dan tenaga), maka ditetapkan batas
administratif yaitu RT 004 RW 005 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas yang digunakan untuk membatasi ruang lingkup
studi, maka batas wilayah studi dalam Adendum Andal RKL RPL ini merupakan resultante dari
Batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administrasi.

5. Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian akan digunakan dalam prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian
Andal. Setiap dampak penting hipotetik memiliki batas waktu kajian tersendiri. Batas waktu
kajian ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan
rona lingkungan hidup tanpa adanya kegiatan dengan adanya kegiatan PT Aplus Pacific. Batas
waktu kajian ditentukan seperti yang ada pada tabel ringkasan proses pelingkupan pada tabel
1.46 di bawah ini

Adendum ANDAL RKL RPL I - 96


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.31. Ringkasan Proses Pelingkupan


Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

Tahap Pra
kontruksi
1. Perizinan Sudah memiliki ijin ijin Perubahan Beban terhadap komponen perubahan persepsi masyarakat DTPH Kelurahan Pasir ± 1 tahun
terkait Persepsi tidak tinggi. Tahapan perijinan tidak ada masalah dan pengaruh Jaya Kecamatan selama proses
Masyarakat terhadap persepsi masyarakat,dan tidak ada perubahan besar Jatiuwung perijinan
pada kondisi lingkungan ekologis dan keutuhan ekosistem.Tidak KotaTangerang berlangsung
ada khawatiran masyarakat terhadap perijinan sehingga
persepsi masyarakat positif.Tidak ada aturan atau kebijakan
yang akan di langgar dan atau di lampaui terhadap komponen
persepsi masyarakat pada kegiatan perijinan. Maka dampak
persepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak tidak
penting hipotetik.
2. Sosialisasi PT Aplus Pacific sudah Perubahan Beban terhadap komponen persepsi masyarakat tidak tinggi, DTPH Kelurahan Pasir Selama tahap
Kegiatan melakukan sosialisasi berupa Persepsi Karena sosialisasi terhadap kegiatan pengembangan juga sudah Jaya Kecamatan prakonstruksi
Pengembangan wawancara dan Masyarakat dilaksanakan berupa wawancara langsung dengan aparat Jatiuwung berlangsung
pemerintah terkait dan warga terkena dampak. Walaupun KotaTangerang
pemberitahuan langsung
sebenarnya ini adalah kegiatan Adendum Amdal tetapi secara
kepada warga sekitar dan garis besarnya sosialisasi tetap dilaksanakan melalui wawancara
aparat pemerintahan dan pemberitahuan langsung ke warga terdampak. Dan warga
Kelurahan Pasir Jaya masyarakat terdampak juga secara umum sudah mengetahui
mengenai rencana rencana kegiatan ini. Komponen sosialisasi kegiatan
peningkatan kapasitas pengembangan cukup berpengaruh terhadap persepsi
produksi PT Aplus Pacific. masyarakat, namun tidak ada perubahan besar pada kondisi
lingkungan ekologis dan keutuhan ekosistem. Tidak ada
khawatiran masyarakat terhadap kegiatan penambahan
kapasitas produksi PT Aplus ini sehingga persepsi masyarakat
positif.Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan
atau dilampaui terhadap komponen persepsi masyarakat pada
kegiatan sosialisasi kegiatan pengembangan PT Aplus Pacific.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 97


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

Walaupun masyarakat sudah mengetahui rencana kegiatan ini


sosialisasi rencana pengembangan masih tetap dilakukan
berupa pemberitahuan langsung dan wawancara terhadap
warga terdampak, maka dampak persepsi masyarakat
dikategorikan menjadi dampak tidak penting hipotetik.
Tahap Konstruksi
1. Persiapan Perubahan Kegiatan persiapan ini meliputi menyediakan tempat atau lokasi DTPH Kelurahan Pasir ± 4 bulan
Persepsi yang akan di gunakan untuk menempatkan mesin mesin baru. Jaya Kecamatan selama tahap
Masyarakat Tahapan persiapan tidak ada masalah dan pengaruh terhadap Jatiuwung persiapan
persepsi masyarakat, tidak ada perubahan besar pada kondisi KotaTangerang berlangsung
lingkungan ekologis dan keutuhan ekosistem. Tidak ada
kekhawatiran masyarakat terhadap kegiatan persiapan, tidak
ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar atau dilampaui
maka dampak persepsi masyarakat termasuk dampak tidak
penting hipotetik.
2.Mobilisasi Mesin Penurunan Kegiatan mobilisasi kendaraan yang mengangkut mesin mesin DPH Batas ekologis ± 1 bulan
Baru Kualitas Udara baru ini berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas meliputi wilayah Selama tahap
udara yang dihasilkan dari gas pencemar yang dikeluarkan oleh sebaran dampak mobilisasi
knalpot kendaraan pengangkut. Penurunan kualitas udara dapat melalui udara, mesin baru
menimbulkan efek yang dapat mempengaruhi aspek yang mencakup
kenyamanan, kekhawatiran masyarakat sekitar akan adanya wilayah proyek
pencemaran udara. Berdasarkan hal tersebut maka dampak dan sekitarnya
penurunan kualitas udara termasuk dampak penting hipotetik pada radius 200
meter
Peningkatan Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan DTPH Batas ekologis ± 1 bulan
Kebisingan diperkirakan sekitar 95 – 108 dBA pada sumber dampak. Pada meliputi wilayah Selama tahap
jarak sekitar 61 m kebisingan menurun menjadi 71 – 76 dBA dan sebaran dampak mobilisasi
pada jarak sekitar 244 m dapat menurun sekitar 60 – 64 dBA melalui udara, mesin baru
(sumber:Environmental Data Book (1992)) . Oleh karena itu yang mencakup
kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu penduduk yang wilayah proyek
dilewati (berjarak sekitar 50 m – 200 m). Namun karena dan sekitarnya

Adendum ANDAL RKL RPL I - 98


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

pekerjaan ini tidak memerlukan ritase pengangkutan yang pada radius 200
banyak dan dilakukan secara bertahap serta beban kebisingan meter
yang sudah tinggi pada lokasi sekitar kegiatan yang memang
merupakan wilayah industri dengan ritase kendaraan lain yang
sudah sangat tinggi maka dampak ini tergolong dampak tidak
penting hipotetik.
Gangguan Beban terhadap komponen gangguan lalulintas tidak cukup DTPHnamun Jalan Raya Prabu ± 1 bulan
Lalu Lintas tinggi di lokasi sekitar kegiatan karena pada kegiatan mobilisasi tetap dikelola Siliwangi Selama tahap
alat berat dan material pada kegiatan pengembangan ini tidak dan dipantau Kelurahan Pasir mobilisasi
memerlukan banyak ritase dan kendaraan keluar Jaya Kecamatan mesin baru
masuk.Komponen gangguan lalulintas tidak memegang peranan Jatiuwung
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar KotaTangerang
terutama nilai sosial dan ekonomi karena tidak signifikan
menyebabkan gangguan lalulintas sehingga tidak menghambat
mobilisasi warga untuk melakukan kegiatan bekerja, sekolah dll.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang
komponen gangguan lalu lintas tersebut dengan meningkatnya
frekuensi kendaraan pengangkut mesin baru dan tidak ada
aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui
jika SOP penanganannya sesuai.

Berdasarkan hal tersebut, dampak gangguan lalu lintas dinilai


menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap dikelola
dan dipantau
Perubahan Komponen persepsi masyarakat merupakan dampak langsung DPH Kelurahan Pasir ± 1 bulan
Persepsi ataupun tidak langsung dari dampak penting hipotetik pada Jaya Kecamatan Selama tahap
Masyarakat tahap konstuksi yang sudah diuraikan satu persatu diatas. Jatiuwung mobilisasi
Dampak kegiatan apakah terkait langsung pada komponen sosial KotaTangerang mesin baru
ataupun yang tidak langsung semuanya bisa berujung pada
persepsi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka persepsi
masyarakat dinilai menjadi dampak penting hipotetik.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 99


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

4.Instalasi Mesin Peningkatan Kegiatan Instalasi Mesin Baru ini diperkirakan tidak akan DTPH Batas ekologis ± 4 bulan
Baru Kebisingan menimbulkan peningkatan kebisingan. Dan tidak ada meliputi wilayah Selama tahap
kekhawatiran dari masyarakat sekitar atau pemukiman terdekat sebaran dampak instalasi mesin
Karena pertama pada kegiatan instalasi mesin tidak ada kegiatan melalui udara, baru alat
memukul, menempa ataupun kegiatan lain yang berakibat pada yang mencakup produksi
bising. Selain itu jarak ruangan produksi tempat mesin baru wilayah proyek
diletaknya atau dilakukan instalasi pemasangan (sumber dan sekitarnya
dampak) cukup jauh dari lokasi pemukiman terdekat yaitu pada radius 200
berjarak diatas 300 m sehingga jikapun terjadi kebisingan meter
diperkirakan sudah menurun sekitar 50 dBA sehingga kebisingan
dinilai dampak tidak penting hipotetik.

Perubahan Persepsi masyarakat yang negatif akan timbul jika dampak DPH Kelurahan Pasir ± 4 bulan
Persepsi dampak yang berpotensi menimbulkan cemaran tidak dikelola Jaya Kecamatan Selama tahap
Masyarakat dan dipantau dengan baik. Dengan demikian maka persepsi Jatiuwung instalasi mesin
masyarakat disimpulkan sebagai dampak penting hipotetik. KotaTangerang baru alat
produksi
Tahap Operasi
1.Penerimaan Peningkatan Perekrutan tenaga kerja untuk kegiatan operasional akan DPH Kelurahan Pasir ± 2 bulan Kajian
Tenaga Kerja kesempatan meningkatkan kesempatan kerja bagi warga sekitar. Tenaga Jaya Kecamatan ini akan berlaku
kerja dan kerja yang direkrut sebagai karyawan pabrik pada tahap Jatiuwung selama ada
berusaha pengembangan akan meningkat sekitar 20%. Dilihat dari KotaTangerang kegiatan
besarnya potensi kesempatan kerja maka dampak terbukanya penerimaan
kesempatan bekerja termasuk dampak penting hipotetik. tenaga kerja
tahap
operasional
Perubahan komponen persepsi masyarakat baik secara langsung maupun DPH Kelurahan Pasir ± 2 bulan Kajian
Persepsi tidak langsung akan berpengaruh pada masyarakat. Dengan Jaya Kecamatan ini akan berlaku
Masyarakat demikian dampak persepsi masyarakat terhadap penerimaan Jatiuwung selama ada
tenaga kerjatermasuk dampak penitng hipotetik KotaTangerang kegiatan

Adendum ANDAL RKL RPL I - 100


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

penerimaan
tenaga kerja
tahap
operasional
2.Kegiatan Ruangan produksi memiliki Penurunan Kegiatan operasional PT Aplus Pacific ini diperkirakan akan DPH Batas ekologis Selama Tahap
Produksi ventilasi udara yang baik Kualitas Udara menimbulkan penurunan kualitas udara pada lingkungan sekitar meliputi wilayah Operasi
dari aktivitas gas buang pada proses produksi, namun secara sebaran dampak Berlangsung
sebaran kegiatan ini tidak begitu berpengaruh terhadap warga melalui udara,
sekitar tetapi khususnya berdampak bagi para pekerja pada yang mencakup
bagian divisi ini. Sehingga dampak termasuk dampak Penting wilayah proyek
Hipotetik dan sekitarnya
pada radius 200
meter
Peningkatan Peningkatan kebisingan pada proses kegiatan operasional atau DPH Batas ekologis Selama Tahap
Kebisingan produksi PT Aplus dapat mengganggu kenyamanan lingkungan meliputi wilayah Operasi
sekitar dan karyawan khususnya. Penggunaan mesin mesin yang sebaran dampak Berlangsung
bising, proses bongkar muat bahan baku dan bahan jadi melalui udara,
merupakan salah satu sumber bising dari kegiatan produksi di PT yang mencakup
Aplus Pacific. Kegiatan penggunaan mesin produksi sendiri wilayah proyek
dampaknya sangat dirasakan oleh para pekerja, sedangkan dan sekitarnya
proses bongkar muat bahan baku yang letaknya berdekatan pada radius 200
dengan pemukiman sangat di keluhkan oleh masyarakat sekitar meter
yang berjarak kurang dari 200 m dari lokasi bongkar muat atau
berjarak sekitar 50 m dari pagar batas PT Aplus sendiri. Sehingga
dampak termasuk dampak penting hipotetik
Memiliki bak penampung air Penurunan Limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi PT Aplus DTPH Batas ekologis Selama Tahap
limbah dan secara berkala Kualitas Air Pacific tidak ada yang di alirkan ke drainase umum dan sungai meliputi wilayah Operasi
limbah di ambil oleh pihak Permukaan Cirarab. Limbah cair di tampung didalam bak atau kolam sebaran dampak Berlangsung
penampungan khusus dan coolant serta sludge yang dihasilkan melalui air, yang
ketiga berijin dari KLHK
ditampung ke dalam drum kemudian diambil oleh pihak ke tiga mencakup
berijin dari KLHK. Dengan demikian dampak ini termasuk wilayah proyek

Adendum ANDAL RKL RPL I - 101


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

dampak tidak penting hipotetik. dan sekitarnya


pada radius 200
meter
Penurunan Penggunaan air tanah sebagai sumber air bersih dan air produksi DTPH tetapi Sumur air tanah Selama Tahap
Kuantitas Air PT Aplus Pacific dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan akan dikelola PT Aplus dan Operasi
Tanah kuantitas air tanah, mengingat jalur PDAM juga belum masuk di dan dipantau penduduk Berlangsung
wilayah ini. Namun kedepannya jika air PDAM sudah bisa masuk
dan mensupply kebutuhan air di PT Aplus maka akan beralih
menggunakan PDAM. Maka dampak penurunan Kuantitas air
tanah dinilai Dampak Tidak Penting Hipotetik namun tetap
harus dikelola dan dipantau.
Peningkatan Kegiatan produksi industri baja ringan PT Aplus Pacific ini DTPHtetapi Tapak Kegiatan/ Selama Tahap
Timbulan menghasilkan beberapa jenis limbah padat produksi yang akan dikelola TPS limbah Operasi
Limbah Padat disebut ”Scrap” yaitu sisa potongan lempengan besi. Selain dan dipantau domestik PT Berlangsung
limbah produksi juga sampah padat dari kegiatan domestik Aplus pacific
pekerja. Limbah padat tersebut sudah memiliki penanganan
(SOP) yang baik di mulai dari penampungan dibox scrap yang
disediakan dimasing masing divisi produksi kemudian di
kumpulkan di gudang scrap dan dijual ke pihak ketiga. Begitu
pula dengan sampah domestik sudah ditampung di bak khusus
limbah domestik dan akan diambiloleh pihak ketiga dan
selanjutnya dibawa ke TPA hanya belum menerapkan konsep 3
R dengan baik dan maksimal.Sehingga peningkatan timbulan
limbah padat termasuk dampak tidak penting hipotetik namun
tetap harus dikelola dan dipantau
Di rencanakan akan Peningkatan Selain timbulan limbah padat kegiatan produksi juga akan DTPH tetapi Tapak Selama Tahap
membuat SOP Pengelolaan Timbulan menghasilkan timbulan limbah B3. Seperti halnya timbulan akan dikelola Kegiatan/TPS LB3 Operasi
sampah B3 Limbah B3 limbah padat maka timbulan limbah B3 pada kegiatan industri dan dipantau PT Aplus pacific Berlangsung
baja ringan PT Aplus Pacific ini juga sudah memiliki standar
penanganan yang baik. Limbah B3 sudah ditampung didalam
drum khusus dan bekerjasama dengan pihak ketiga berijin dari

Adendum ANDAL RKL RPL I - 102


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup. Namun masih harus melengkapi


TPS B3 yang sesuai standar dan memiliki ijin.. Sehingga
peningkatan timbulan limbah B3 termasuk dampak tidak
penting hipotetik namun tetap akan dikelola dan dipantau
Kegiatan Produksi pada Gangguan Pada tahap operasional kegiatan produksi menimbulkan DTPH Kelurahan Pasir Selama Tahap
tahap operasional sudah Kesehatan beberapa komponen dampak yang dikhawatirkan akan Jaya Kecamatan Operasi
memiliki standar Masyarakat menimbulkan dampak gangguan kesehatan namun dengan Jatiuwung Berlangsung
adanya pengelolaan dan standar operational yang baik maka KotaTangerang
operational dan
dampak kesehatan masyarakat ini dapat di tanggulangi dengan
pengelolaan baik, dengan demikian dampak ini termasuk dampak tidak
penting hipotetik.
Gangguan Jumlah tenaga kerja setelah adanya peningkatan produksi DTPH tetapi Tapak kegiatan Selama Tahap
Kesehatan adalah sekitar 624 orang. Pengelolaan terkait gangguan akan dikelola Operasi
dan kesehatan dan keselamatan kerja sudah dilakukan dengan baik dan dipantau Berlangsung
Keselamatan dan sudah sesuai SOP. Dengan demikian dampak ini termasuk
Kerja dampak tidak penting hipotetik tetapi akan dikelola dan
dipantau.
Gangguan Pada tahap operasional, pengaturan lalulintas operasional DPH Jalan Raya Prabu Selama Tahap
Lalu lintas pabrik (bahan baku dan bahan jadi) dan parkir kendaraan Siliwangi Operasi
karyawan, dan tamu akan menimbulkan bangkitan maupun Kelurahan Pasir Berlangsung
tarikan terhadap volume lalulintas di sekitarnya. Dengan Jaya Kecamatan
demikian dampak ini termasuk dampak penting hipotetik Jatiuwung
KotaTangerang
Perubahan Pengoperasian pabrik dan gudang setelah pengembangan DPH Kelurahan Pasir Selama Tahap
Persepsi dengan berbagai dampak primernya akan memberikan dampak Jaya Kecamatan Operasi
Masyarakat lanjutan terhadap perubahan persepsi masyarakat. Dampak Jatiuwung Berlangsung
persepsi masyarakat termasuk dampak penting hipotetik KotaTanggerang
3.Pengoperasian Pengelolaan genset sudah Penurunan Pengoperasian sarana dan prasarana pendukung operasional DTPH Batas ekologis Selama Tahap
Utilitas dan Sarana memiliki ruangan tersendiri Kualitas Udara pabrik seperti penggunaan genset, emisi forklif akibat meliputi wilayah Operasi
Prasarana dan cerobong emisi jauh peningkatan volume angkut bahan baku dan bahan jadi secara sebaran dampak Berlangsung
sebaran dan lama berlangsung tidak signifikan menimbulkan melalui udara,
dari pemukiman

Adendum ANDAL RKL RPL I - 103


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

Perawatan rutin forklif dampak yang menyebar hingga ke pemukiman sehingga dampak yang mencakup
ini termasuk dampak tidak penting hipotetik wilayah proyek
dan sekitarnya
pada radius 200
meter
Memiliki ruangan kedap Peningkatan Pengoperasian sarana dan prasarana pendukung operasional DTPH Batas ekologis
untuk menempatkan genset Kebisingan pabrik seperti penggunaan genset, forklif sebagai alat angkut meliputi wilayah
dan jauh dari pemukiman. bahan baku dan bahan jadi secara sebaran dan lama sebaran dampak
berlangsung tidak signifikan menimbulkan dampak yang melalui udara,
Perawatan rutin forklif
menyebar hingga ke pemukiman sehingga dampak ini termasuk yang mencakup
dampak tidak penting hipotetik wilayah proyek
dan sekitarnya
pada radius 200
meter
Direncanakan akan Penurunan Kegiatan penanganan air limbah domestik dari operasional serta DTPH tetapi Batas ekologis Selama Tahap
membuat STP domestik Kualitas Air kegiatan lain yang ada di dalam lokasi kegiatan akan akan dikelola meliputi wilayah Operasi
Permukaan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air permukaan. Di dan dipantau sebaran dampak Berlangsung
mana limbah cair yang dihasilkan dapat mencemari badan air melalui air, yang
penerima. Terutama penggunaan septiktank konvensional yang mencakup
masih dipergunakan oleh PT Aplus Pacific. Namun ke depannya wilayah proyek
PT Aplus Pacific akan berkomitmen untuk membangun dan dan sekitarnya
mempergunakan STP Domestik. Dengan demikian dampak ini pada radius 200
termasuk dampak tidak penting hipotetik namun tetap meter
dikelola dan dipantau.
Direncanakan akan Penurunan Penanganan air limbah domestik dengan menggunakan septik DTPH tetapi Sumur air tanah Selama Tahap
membuat STP domestik Kualitas Air tank konvensional pada kondisi riil PT Aplus Pacific akan akan dikelola tapak kegiatan Operasi
Tanah mencemari kualitas air tanah dengan bakteri E Coli. Namun pada dan dipantau dan penduduk Berlangsung
operasional kedepannya akan dibuatkan sistem penanganan sekitar
limbah domestik dengan membuat STP domestik sistem
anaerob aerob. Sehingga dampak termasuk dampak tidak
penting hipotetik namun tetap dikelola dan dipantau.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 104


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan

Membuat sumur resapan dan Peningkatan Pada kegiatan ini air larian sudah dikelola dengan baik dengan DTPHtetapi Tapak kegiatan Selama Tahap
tandon air Debit Air meresapkan air hujan ke sumur resapan eksisting dan tandon akan dikelola Operasi
Larian air eksisting sebagai penampung air hujan yang dapat dan dipantau Berlangsung
menampung air limpasan sebesar 180 m3 dan tandon air
pengembangan sebesar 378,36 m3 . Sehingga diperkirakan tidak
ada air limpasan yang masuk ke dalam saluran drainase karena
kapasitas sumur resapan dan tandon sudah mencukupi. Maka
dampak peningkatan air larian tidak termasuk dampak penting
hipotetik namun tetap dikelola dan dipantau.
Perubahan Pengoperasian pabrik dan gudang setelah pengembangan DPH Kelurahan Pasir Selama Tahap
Persepsi dengan berbagai dampak primernya akan memberikan dampak Jaya Kecamatan Operasi
Masyarakat lanjutan terhadap perubahan persepsi masyarakat. Dampak Jatiuwung Berlangsung
persepsi masyarakat termasuk dampak penting hipotetik KotaTanggerang

Adendum ANDAL RKL RPL I - 105


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.48. Peta Wilayah Studi

Adendum ANDAL RKL RPL I - 106


PT APLUS PACIFIC
BAB I PENDAHULUAN

1.9. Kegiatan Lain Sekitar Lokasi Kegiatan


Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi pembangunan industri PT Aplus Pasific terbagi menjadi 3
jenis kegiatan, yaitu :
a. Kawasan Industri
Kegiatan yang berada disekitar lokasi PT Aplus Pasific adalah kegiatan industri antara lain
kegiatan industri PT Asia Carton Lestari, PT Sukses Cipta Makmur, PT Dinamika Pan Asia dan
kawasan Industri Jatake. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari lingkungan sekitar
berpotensi terakumulasi dengan kegiatan PT Aplus Pacific yaitu dampak penurunan kualitas
udara, peningkatan kebisingan dan gangguan lalu lintas.
b. Kegiatan Pemukiman Penduduk
Perumahan yang berada disekitar industri PT Aplus Pasific adalah Pemukiman Penduduk RT
004 RW 005 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung. Kegiatan Operasional PT Aplus Pasific,
selain menimbulkan dampak positif seperti penyerapan tenaga kerja warga sekitar juga
meningkatkan tingkat perekonomian sekitar.
c. Kegiatan Perdagangan dan Jasa
Kegiatan perdagangan dan jasa disekitar lokasi kegiatan seperti rumah makan, toko kelontong,
Indomaret, Alfamart, Bank, ATM, BPR. Dampak kegiatan ini menimbulkan dampak yang bisa
berpotensi terakumulasi dengan dan dari kegiatan PT Aplus Pacific yaitu dampak gangguan lalu
lintas.

Adendum ANDAL RKL RPL I - 107


PT APLUS PACIFIC

Anda mungkin juga menyukai