BAB I
PENDAHULUAN
PT Aplus Pacific adalah perusahaan modal asing (PMA) dari negara Malaysia yang bergerak dalam
sektor riil yaitu industri barang barang logam siap pasang untuk bangunan serta pergudangan.
Lokasi PT Aplus Pacific berada di Jl. Raya Prabu Siliwangi KM 3,5 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan
Jatiuwung Kota Tangerang Provinsi Banten. Berdiri diatas lahan seluas 59.298 m 2 dengan membeli
lahan dan memanfaatkan bangunan pabrik yang sudah ada dari kepemilikan sebelumnya yaitu PT
Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited dengan status lahan saat ini sudah menjadi
milik PT Aplus Pacific dan sudah mulai beroperasi sejak tahun 2011.
PT Aplus Pacific ini telah memiliki Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) pada tahun 2011
dengan Surat Persetujuan Kelayakan Lingkungan dari Kepala Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tangerang No 660/Kep.084.A-BPLH/2011 pada tanggal 23 September tahun 2011.
Kemudian karena adanya; (1) Adanya proses pengajuan ijin rencana penambahan kapasitas di
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari kapasitas izin yang diberikan sebelumnya
seperti yang tertera pada Izin Prinsip Perluasan Modal Nomor 28/1/IP/PMA/2010 dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal ; (2) Kepemilikan IMB dengan peruntukan lokasi untuk kegiatan
pergudangan bukan industri; (3) Penyempurnaan informasi deskripsi kegiatan, dampak dan
pengelolaan pada dokumen DELH 2011 . Maka, berdasarkan hal tersebut PT Aplus Pacific wajib
menyusun dokumen Adendum ANDAL RKL RPL dengan dasar pertimbangan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, pasal 50 ayat 1
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan izin
lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yanag telah memperoleh izin lingkungan
direncanakan untuk dilakukan perubahan, dan ayat 2.c. yaitu adanya penambahan kapasitas
produksi yang diprakirakan berpengaruh terhadap lingkungan hidup.
Penyusunan Adendum ANDAL RKL RPL kegiatan industri barang barang logam siap pasang serta
pergudangan PT Aplus Pacific ini merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL).
Berikut ini dijelaskan beberapa poin ringkasan perbedaan deskripsi kegiatan yang ada pada
dokumen DELH Tahun 2011 dengan Adendum ANDAL RKL RPL Tahun 2017 sebagaimana
tercantum pada tabel 1.1.
Adendum ANDAL, RKL-RPL kegiatan barang barang logam siap pasang untuk bangunan PT Aplus
Pacific akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) Kota Tangerang sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2012 tentang “Izin Lingkungan”, pada Bab V, Pasal 54
ayat (5) bahwa Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang:
1.3.2. Penyusun
Pelaksana Studi Adendum Dokumen Lingkungan (DELH) adalah PT Aplus Pacific dengan menunjuk
tim penyusun yang memiliki sertifikat kompetensi dari LSK yang diakui oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan kehutanan dan beberapa anggota tim/tenaga ahli sesuai dengan bidang
keahliannya (Surat Penunjukan lampiran 8) sebagaimana disajikan pada Tabel 1.2 berikut ini
No
POSISI NAMA KUALIFIKASI
.
001546//SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/IX/2015
AMDAL B
S1 Biologi
2. Anggota Khoeriyah, S.Si S1 Kimia
Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi
ATPA BNSP LSP LHI , LHK 564 00320 2016.
3. Anggota Slamet Kurniawan, SE S-1 Ilmu Ekonomi Pembangunan
AMDAL A & B
Sertifikasi Kompetensi ATPA BNSP LSP LHI , LHK
564 00326 2016.
Tenaga Ahli
1. Ahli Fisik Kimia Khoeriyah, S.Si S1 Kimia
(Kualitas Udara) Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi
ATPA BNSP LSP LHI , LHK 564 00320 2016.
2 Ahli Fisik Kimia Pipiet Hariyadi, S.Si S1 Kimia
(Kualitas Air) Sertifikasi KTPA BNSP LSP LHI, LHK 564 00279
2016
Amdal B
3 Ahli Biologi Ermay Lasari Sertifikasi Kompetensi Ketua Tim Penyusun
KTPA Intakindo AMDAL KLH-IntakindoNo.
001546//SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/IX/2015
AMDAL B
S1 Biologi
4 Ahli Sipil & Hafiz Najaitullah, ST S1 Sipil
Transportasi Amdal A
5 Ahli Sosial Slamet Kurniawan, SE S-1 Ilmu Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Budaya AMDAL A & B
Sertifikasi Kompetensi ATPA BNSP LSP LHI , LHK
564 00326 2016
6 Ahli Kesehatan Retno Widiati, SKM S1 Kesehatan Masyarakat
Masyarakat
Kegiatan industri barang-barang logam siap pasang untuk bangunan dan pergudangan PT Aplus
Pacific telah memiliki Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) pada tahun 2011 dengan Surat
Persetujuan Kelayakan Lingkungan dari Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Tangerang No 660/Kep.084.A-BPLH/2011 pada tanggal 23 September tahun 2011. Karena adanya
penambahan kapasitas produksi beradasarkan PP 27 Tahun 2012 Pasal 50 ayat 1 dan 2.c. maka
perlu dilakukan penyusunan Adendum dokumen lingkungan tersebut.
Secara administratif lokasi kegiatan PT Aplus Pacific berada di Jalan Prabu Siliwangi KM 3,5,
Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Peta lokasi kegiatan
sesuai Gambar 1.1 dan Peta citra satelit sesuai Gambar 1.2. Batas batas lokasi kegiatan seperti
dijelaskan sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Sungai Cirarab
- Sebelah Timur : Jl. Prabu Siliwangi dan tanah kosong
- Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk RW 05 Kelurahan Pasir Jaya
- Sebelah Barat : PT APP/Kawasan Pabrik
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tangerang Tahun 2012 – 2032 pasal 53, disebutkan bahwa lokasi kegiatan
merupakan peruntukan zona industri. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai Gambar
1.3.
Status lahan yang di pergunakan milik PT Aplus Pacific adalah Hak Guna Bangunan. Penggunaan
lahan terdiri dari lahan tertutup bangunan seluas 47.295 m2 dan lahan terbuka yang terdiri dari
lahan kosong/RTH seluas 264 m2 dan area peruntukan jalan, parkir, area bongkar muat dan
saluran seluas 11.739 m2. Penggunaan lahan seperti yang terlihat pada tabel 1.3. Dan Peta Tata
letak (layout pabrik) dapat dilihat pada gambar 1.4.
Tabel 1.3. Penggunaan Lahan
N
Penggunaan Lahan Luas (m2) Persentase (%)
o
I Lahan Tertutup Bangunan
Gudang 1, Gudang 2, Gudang 3 18.100 30,5
Gudang 4 7.620 12,8
Kantor 5.160 8,7
Mess 8.000 13,5
Gudang Bahan Jadi 9.575 16,2
Engine room 840 1,4
Jumlah Luas lahan tertutup 47.295
II Lahan Terbuka
Parkir dan Jalan Akses 11.739 19,7
RTH/Taman 264 0,4
Jumlah Luas Lahan terbuka 12.003
Total (I + II) 59.298 100,00
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017
Keterangan :
Gudang 1 = Barang jadi (hollow, pipa, baja ringan)
616/KEP.65/DU-
01/BPPMPT/SIPA/2014
(sumur bor 3)
Perjanjian Kerjasama dengan Tenang
9 Jaya (Perusahaan Pengolah Limbah
B3)
Badan Pelayanan Penanaman
Izin Pemakaian Pesawat Tenaga dan 566.11/5MD- Modal dan Pelayanan Terpadu
10
Produksi (Genset) PEMR/BPMPTSP/201 Satu Pintu Pemerintah Kota
Tangerang
Badan Pelayanan Penanaman
Izin Penggunaan Instalasi Penyalur 566.11/782-
11 Modal dan Perijinan Terpadu
Petir PEMR/BPPT/2013
Kota Tangerang
Badan Pelayanan Penanaman
Izin Penggunaan Instalasi Alarm 566.11/483-
12 Modal dan Perijinan Terpadu
Kebakaran PEMR/BPPT/2013
Kota Tangerang
13 Izin Pemakaian Bejana Bertekan 566.11/783- Badan Pelayanan Penanaman
Gambar 1.5. Kegiatan Wawancara Dengan Masyarakat Sekitar dan Tokoh Masyarakat
a. Eksisting
Jumlah tenaga kerja eksisting pada dokumen DELH sekitar 60 orang. Namun saat ini riil tenaga
kerja berjumlah 571 0rang terdiri dari 1 orang kepala pabrik, 1 orang pengawas pabrik, 1 orang
HRD, 19 orang staff, 532 orang karyawan produksi dan petugas keamanan 16 orang.
b. Pengembangan
Berikutnya pada saat kegiatan pengembangan di rencanakan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan akan meningkat sekitar 10 % yaitu bertambah sekitar 53 orang dari kondisi riil saat ini.
Jumlah tenaga kerja eksisting adalah 571 orang, setelah ada peningkatan produksi menjadi 624
orang. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan mengutamakan tenaga kerja lokal khususnya dari
Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja PT Aplus Pacific
secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.6. dibawah ini.
Tabel 1.6. Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kerja eksisting DELH, Riil dan Pengembangan
Jumlah Pekerja
Dok Riil saat Rencana Kualifikasi Asal
No Klasifikasi
DELH ini (10%) pendidika
n
1 Direktur Perusahaan 1 1 S1 Pendatang
2 Manager Produksi 1 S1 Tangerang
Kepala Pabrik 1 1 S1 Tangerang
Pengawas Pabrik 1 1 S1 Tangerang
HRD & GA 1 1 S1 Tangerang
3 Staff 2 19 19 SLTA
50% dari penduduk
setempat
4 Produksi 49 532 585 SLTA
50% dari penduduk
setempat
5 Petugas Keamanan 7 16 16 SLTA 50% dari penduduk
setempat
Jumlah 60 571 624
Sumber : PT Aplus Pacific 2017
Jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar berasal dari Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung
yaitu sekitar 30% dari jumlah tenaga kerja riil eksisting saat ini dan sisanya berasal dari kecamatan
sekitarnya. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.6.
Kepala Pabrik
Pengawas Pabrik
HRD & GA
Jam kerja karyawan produksi terbagi dalam 3 shift dalam 6 hari kerja sedangkan jam kerja
karyawan staff hanya terdiri dari 1 shift. Tiap shift dengan 1 jam istirahat pada setiap harinya.
secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.7. di bawah ini.
Gambar 1.7. Salah Satu Ruang Kesehatan di PT Aplus Pacific Kota Tangerang
Bahan baku dan penolong yang digunakan dalam proses produksi kegiatan eksisting dan rencana
pengembangan secara umum sama. Jenis dan jumlah bahan baku dan penolong pada kegiatan
yang sudah berjalan atau eksisting dijelaskan pada tabel 1.8.
Rencana pengembangan mesin produksi yang di gunakan adalah mesin hollow akan di tambah 4
unit, mesin baja ringan akan di tambah 4 unit, mesin spandek akan di tambah 2 unit, mesin
bondek akan di tambah 2 unit, dan mesin CNP akan di tambah 1 unit. Jenis dan jumlah peralatan
produksi secara rinci kondisi eksisting dan rencana pengembangan dapat dilihat pada tabel 1.10.
Kendaraan pengangkut bahan baku dan bahan jadi PT Aplus bekerjasama dengan perusahaan
transporter yaitu PT GAIA Express dan Antar Lintas (AS).
e. Proses Produksi
Dalam memproduksi industri barang logam siap pasang terdapat beberapa jenis produksi dengan
tahapan yang berbeda dan adapula yang memiliki tahapan yang sama.Berikut ini adalah alur
proses produksi dari beberapa produk PT. Aplus Pacific :
1) Proses Produksi CNP
Proses produksi CNP diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat mesin
menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan akan
dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong, lembar hasil
pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk CNP. Proses produksi CNP disajikan pada
gambar di bawah ini.
Pencetakan CNP
Dalam proses pemotongan akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume
bahan yang dipotong, lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk
hollow. Proses produksi hollow disajikan pada gambar di bawah ini.
Dampak
Kebisingan
Gudang Bahan Baku
(Coil)
Uncoiler Kebisingan
Debu
Akumulator Kebisingan
Scrap
Sizeing Kebisingan
Limbah cair
Cutting Kebisingan
Limbah cair
Finishing
Coil gudang bahan baku siap kirim Proses pengiriman Coil dari gudang Coil di ruang produksi
bahan baku ke ruang produksi sebelum masuk uncoiler
Coil masuk ke Akumulator Coil masuk Uncoiler Proses Coil menuju Uncoiler
Dampak
Kebisingan
Uncoiler Kebisingan
Debu
Loper Kebisingan
Scrap
Sizeing Kebisingan
Limbah cair
Cutting Kebisingan
Limbah cair
Finishing
Coil gudang bahan baku siap kirim Proses pengiriman Coil dari gudang Coil di ruang produksi
bahan baku ke ruang produksi sebelum masuk uncoiler
Coil masuk ke dalam loper Coil masuk Uncoiler Proses Coil menuju Uncoiler
Proses produksi pipa diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat mesin
menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan akan
dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong, lembar
hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk pipa. Proses produksi pipa disajikan
pada gambar di bawah ini.
Pencetakan Pipa
Proses produksi atap baja ringan diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan
alat mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk rangka baja atap ringan.
Proses produksi atap baja ringan disajikan pada gambar di bawah ini.
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk genteng seng. Dan kemudian
di lakukan pengecetan. Proses produksi genteng seng disajikan pada gambar di bawah ini.
Pengecetan
Proses produksi seng gelombang diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan
alat mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk seng gelombang. Proses
produksi seng gelombang disajikan pada gambar di bawah ini.
Proses produksi bodex diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat
mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk bondex. Proses produksi
bondex disajikan pada gambar di bawah ini.
Pencetakan bondex
Proses produksi bodex diawali dengan pemotongan lembaran baja (coil) dengan alat
mesin menjadi ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Dalam proses pemotongan
akan dihasilkan sisa pemotongan (scrap) ± 0,01% dari volume bahan yang dipotong,
lembar hasil pemotongan selanjutnya di cetak sesuai bentuk bondex. Proses produksi
bondex disajikan pada gambar di bawah ini.
Tabel 1.11. Jenis Produk yang disimpan di pergudangan PT Aplus pacific Tangerang
Jenis Produk
No Asal Produk
Eksisting Pengembangan
PT Aplus Pacific Tangerang dan
1 Hollow
Poglar Jakarta Barat
2 CNP PT Aplus Pacific Tangerang
3 Pipa PT Aplus Pacific Tangerang
Rangka atap baja PT Aplus Pacific Tangerang
4
ringan
5 Genteng seng PT Aplus Pacific Tangerang
6 Seng gelombang PT Aplus Pacific Tangerang
7 Bondex PT Aplus Pacific Tangerang
8 Wall Angle PT Aplus Pacific Tangerang
9 Metal Furing PT Aplus Pacific Tangerang
10 Metal Stud PT Aplus Pacific Tangerang
11 U Runner PT Aplus Pacific Tangerang
12 Kalsium Gypsum
13 Silica Board
14 Cornis
15 Acian Semen
Meskipun kegiatan pergudangan cenderung simple namun dalam prakteknya perlu dilakukan
manajemen pergudangan yaitu suatu tatanan untuk mengelola pergudangan dan pendistribusian
barang-barang agar barang yang tersimpan tetap dalam keadaan baik dan di distribusikan pada
waktu, spesifikasi dan jumlah yang tepat. berikut bagan alir pelaksanaan kegiatan pergudangan
secara umum pada tiap unit gudang
Dari pengoperasian mesin dan forklift juga diperlukan bahan bakar solar dan pelumas dengan
rincian penggunaan solar sekitar 8.091 liter per bulan dan pelumas/oli sekitar 2 drum per bulan
seperti terinci pada tabel 1.11.
Pada tahap pengembangan kebutuhan gas, bahan bakar dan pelumas diperkirakan akan
meningkat sekitar 10 % dari kondisi riil eksisting.
Kebutuhan air bersih untuk kegiatan eksisting PT Aplus Pacific, yaitu untuk aktivitas MCK
karyawan, sarana penunjang dan produksi. Berdasarkan data pemakaian air eksisting 3 bulan
terakhir dilihat dari rekening pemakaian air tanah dari tiga titik air tanah yaitu sekitar 123,86
m3/hari. Rincian Penggunaan air dapat dilihat pada tabel 1.12.
Tabel 1.13. Penggunaan Air Tanah Bulan Pebruari, Maret, April 2017
Total kebutuhan air eksisting PT Aplus Pacific Kota Tangerang sekitar 123,86 m 3/hari, dengan
asumsi pemakaian riil untuk proses produksi 70 % pemakaian air yaitu sekitar 86,72 m 3/hari,
untuk kebutuhan domestik karyawan 20 % pemakaian sebesar 24,77 m 3/hari, untuk kebutuhan
kebersihan 3 % sekitar 3,72 m 3/hari dan untuk penghijauan 2 % sekitar 2,47 m 3/hari dan sisanya 5
% sekitar 6,19 m3/hari untuk keperluan hydrant air.
Perkiraan kebutuhan air pada tahap operasional pengembangan akan di asumsikan meningkat di
lihat dari peningkatan kapasitas produksi setelah pengembangan sebesar 20% yaitu sekitar 148,12
m3/hari. Sehingga asumsi 70 % untuk pemakaian proses produksi yaitu sekitar 104,05 m 3/hari,
untuk kebutuhan domestik karyawan 20 % pemakaian sebesar 29,22 m 3/hari, untuk kebutuhan
kebersihan 3 % sekitar 4,46 m 3/hari dan untuk penghijauan 2 % sekitar 2,96 m 3/hari dan sisanya 5
% sekitar 7,43 m3/hari untuk keperluan hydrant air.
Penggunaan air produksi menggunakan sistem pendingin (Cooling water) Sistem Open
Evaporative Recirculating System. Air tawar dari air tanah di pompakan sebagai make up cooling
tower. Air tersebut digunakan untuk mendinginkan proses proses produksi di dalam pabrik. Air
pendingin yang telah panas kemudian di dinginkan di cooling tower untuk kemudian di
sirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Cooling water teruapkan sekitar 1% s.d 2 %, kehilangan air
akibat penguapan ini dikompensasi oleh make up cooling water.
Dalam proses produksi selain penggunaan air yang digunakan pada cooling tower sebagai
pendingin, juga di gunakan Oil cutting (oli dromus/Oil Coolant) yang berfungsi sebagai produk
pelumas yang memiliki karakteristik mudah larut di air, penyerapan panas yang baik dan
memberikan penyejukan yang unggul untuk beraneka ragam proses pengerjaan logam.
Penambahan oli ke dalam bak cutting oil sekitar 1 drum atau 200 liter per 2 hari atau sekitar 3000
Liter per bulan seperti tertera pada tabel 1.11 penggunaan bahan bakar dan pelumas di PT Aplus
Pacific Tangerang. Limbah dari cutting oil atau disebut Coolant akan terapung ke atas, cutting oil
kemudian di sedot dan di pisahkan dan ditampung di dalam drum kemudian diambil oleh pihak
ketiga (PT Tenang Jaya)
Mesin Radiator
Cooling
m3/ hr Menguap
Hydrant
6,19 m3/ hr
Gambar 1.19. Diagram Pemakaian Air Bersih Tahap Operasi Kegiatan Eksisting
Mesin Radiator
Cooling
m3/ hr Menguap
Hydrant
7,43 m3/ hr
Gambar 1.20. Diagram Pemakaian Air Bersih Tahap Operasi Kegiatan Setelah Pengembangan
Pada Tahap pengembangan atau setelah Adendum RKL RPL ini di sahkan limbah cair yang
berasal dari limbah domestic karyawan tidak lagi menggunakan septiktank konvensional
tetapi PT Aplus Pacific berkomitmen untuk segera membangun dan mengoperasikan STP
domestic. Air limbah domestik dari aktivitas musholla, dan toilet diolah dengan Sewage
Treatment Plant (STP) sistem biofilter anaerob aerob dengan kapasitas sebesar 30 m3/hari
dengan sistem Fisika (screening, grease trap, ekualisasi, pengendap awal/sumpit,
pengendap akhir, karbon sand filter dan Biologi (anaerobik, areasi lumpur aktif). Rencana
lokasi STP domestic dapat dilihat pada Gambar 1.23.
Limbah yang telah diolah harus memenuhi baku mutu kualitas buangan air limbah
domestik sesuai dengan PermenLHK No. P. 68/Menlhk/Setjen/Kum. 1/8/2016 tentang
Baku mutu air limbah bagi usaha dan/ atau kegiatan Domestik kemudian di buang
melalui saluran umum yang ada. Jika diinginkan untuk meningkatkan effisiensi
penggunaan air bersih, maka air olahan STP domestik tersebut dapat di tingkatkan lagi
kualitasnya dengan filter multi media serta dilakukan disinfektan untuk digunakan lagi
sebagai air siram tanaman dan air cuci kendaraan.
Sedangkan limbah domestik yang berasal dari kegiatan domestik karyawan produksi, kantor dan
mess karyawan dari masing masing tempat sampah moveable yang ada di masing masing bagian
dibawa dan di kumpulkan ke bak penampungan khusus limbah domestik yang berlokasi di
halaman belakang pabrik dan secara berkala dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga. Jumlah
limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik sekitar 0,1 m3/hari.
Volume perhari
Perkiraan Alat
No. Jenis Sampah Penanganan
Existing Tahap Angkut
pengembangan
Domestik Dilakukan
(ruang pengumpulanTPSTPA
Lori dan
produksi, 0,1 0,12
1. Truk
kantor dan m3/hari m3/hari
Sampah
mess
karyawan)
Sisa potongan Dilakukan Lori dan
180 216
2. lembaran baja pemilahanTPSpihak Truk
Kg/bulan Kg/bulan
(Scrap) ketiga Sampah
Penanganan limbah padat di PT Aplus Pacific Kota Tangerang saat ini masih belum
sempurna dan di perlukan banyak perbaikan. Karena belum memiliki TPS tertutup, limbah
domestik masih di kumpulkan di bak terbuka dan belum menerapkan konsep Reuse,
Reduce, dan Recycle (3R) dengan baik.
Gambar 1.23. Kondisi TPS Domestik, Limbah Barang Reject dan Limbah Potongan Scrap
e. Penanganan Limbah B3
Limbah B3 terdiri dari limbah sisa hasil produksi seperti, oli bekas, sisa tinta/cartridge (kantor),
majun dan sarung tangan bekas. Limbah B3 yang berupa sludge dan Coolant water di kumpulkan
di dalam drum selanjutnya diambil oleh pihak ketiga berijin dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yaitu PT Tenang Jaya Sejahtera sebagai perusahaan Waste Manajement Services.
PT Aplus Pacific saat ini belum memiliki TPS Limbah B3 yang sesuai dan belum memiliki ijin TPS
limbah B3. Penempatan drum sludge dan coolant water masih ditempatkan di area luar ruangan
di sekitar bak cooling tower.
Gambar 1.24. Kondisi Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 Sludge dan Coolant Water
Jenis limbah B3, volume dan penanganan pada kegiatan eksisting dan rencana pengembangan
dapat dilihat pada tabel 1.15. di bawah ini.
Dengan asumsi bertambahnya limbah B3 pada tahap pengembangan, Maka PT Aplus akan
berkomitmen membuat, memfungsikan TPS B3 yang ada sebagaimana mestinya dengan dimensi
panjang 12 m, lebar 2,5 m dan tinggi 3 m untuk menampung limbah B3 yang meningkat sekitar
20% dan mengurus ijin TPS B3 nya.
Bahan yang dipakai untuk saluran drainase adalah cor beton di tempat dengan penguatan
besi bertulang. Untuk mencegah menyebarnya aroma yang tidak sedap dan estetika maka
dipakai drainase sistem tertutup yang dilengkapi dengan bak kontrol (man hole) untuk
mempermudah perawatan (maintenance) misalnya pembersihan drainase apabila terjadi
sumbatan. Permukaan lahan dibuat miring menuju saluran drainase dengan kemiringan
(slope) yang mencukupi supaya dapat dengan cepat mengalirkan limpasan air permukaan
akibat hujan ke saluran drainase, dengan demikian genangan air diharapkan tidak terjadi.
Aliran drainase di lokasi kegiatan akan mengarah pada drainase umum yang berada dekat
PT Aplus Pacific menuju saluran yang bermuara ke Sungai Cirarab.
Gambar 1.26. Saluran Drainase dari pemukiman dan kegiatan sekitar di Depan/di Luar Lokasi
Pabrik yang menuju Sungai Cirarab
Air Larian/Limpasan
Penanganan air larian, terutama pada saat hujan, sebaiknya dengan cara membuat sumur
resapan (SR) yang mengacu pada Permen LH No. 12 tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air
Hujan, pemanfaatan air hujan yang menyatakan bahwa tiap 50 m 2 luas tutupan bangunan
diperlukan volume 1 m3 sumur resapan dangkal. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa
kapasitas sumur resapan dihitung berdasarkan luas bidang tutupan yang terdiri dari
bidang atap dan bidang perkerasan yang kedap air. Volume sumur resapan yang harus di
tampung di hitung berdasarkan hitungan tiap 50 m2 luas tutupan bangunan diperlukan
volume 1 m3 sumur resapan. Selain sumur resapan dangkal juga dibuat Lubang Resapan
Biopori (LRB), sumur resapan dalam atau pond. Lubang resapan biopori (LRB) adalah
lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm
dan kedalaman sekitar 100 cm.
Penanganan drainase dan air limpasan eksisting PT Aplus Pacific saat ini sudah memiliki 26
titik sumur resapan dengan dimensi masing - masing 1 x 1 x 12 (12 m3) total 312 m3 dan 5
buah unit tandon dengan dimensi masing - masing 3 x 4 x 3 meter (36 m 3) total 180 m3.
Gambar 1.27. Sumur Resapan dan Tandon yang Sudah di Miliki PT Aplus Pacific
PT Aplus Pacific sudah melakukan langkah konservasi yaitu dengan membuat 26 titik sumur
resapan dan tandon air. Air hujan dari atap gedung dan tempat-tempat lain dialirkan ke
drainase mikro dan dialirkan ke dalam sumur resapan. Sehingga tidak ada air hujan yang
terbuang ke Sungai Cirarab tetapi akan terserap masuk ke dalam tanah sebagai langkah
konservasi lingkungan terhadap penyelamatan air tanah dan mengatasi limpasan air larian
yang berakibat menjadi genangan atau banjir. Sumur resapan di bangun menyebar di
beberapa titik yang terkoneksi dengan talang air hujan dan beberapa menyebar di area
terbuka. Pada sumur resapan dibuatkan pipa overflow yang berfungsi untuk mengalirkan air
hujan apabila melewati batas volume sumur resapan dan dialirkan ke tandon air. Lahan
tertutup bangunan adalah seluas 47.295 m2 maka berdasarkan perhitungan berapa volume air
hujan yang harus diresapkan pada kegiatan dapat dilihat pada perhitungan berikut
Pada kondisi eksisting saat ini lahan tertutup bangunan adalah seluas 47.295 m2, maka
berdasarkan perhitungan berapa volume air hujan yang harus diresapkan dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Maka air hujan yang harus ditampung dan diresapkan dalam sumur resapan pada kondisi
bangunan eksisting saat ini adalah sebesar 945.9 m3. Limpasan air hujan dari atap
bangunan akan dialirkan terlebih dahulu ke saluran drainase mikro kemudian akan
menuju ke titik-titik sumur resapan. Maka berdasarkan hasil perhitungan volume air hujan
yang harus diresapkan sebesar 945.9 m3 . Berdasarkan Permen LH No. 12 tahun 2009 jika
setiap 50 m2 bisa menampung 5 m3 air hujan maka harus dibuat ± 189,18 titik sumur
resapan atau jika dengan jarak 50 m2 bisa menampung 12 m3 air hujan maka perlu di buat
± 78 titik sumur resapan.
Total sumur resapan eksisting saat ini ada 26 titik sumur resapan dengan total resapan
sebesar 312 m3 dengan dimensi masing-masing 1x1x12 . Dan PT Aplus pacific saat ini
sudah memiliki 5 unit tandon tandon dengan total volume resapan sebesar 180 m3 ,
maka total volume resapan yang eksisting bisa diresapkan dari sumur resapan dan tandon
yaitu sekitar 312 m3 + 180 m3 = 492 m3. Maka kekurangan volume air hujan yang harus di
resapkan adalah 945,9 m3 - 492 m3 = 453,9 m3 .
Hal ini dapat diaplikasikan dengan menambah/membuat 1 unit tandon dengan volume
resapan sebesar 453,9 m3 .
Dengan dibangunnya sumur resapan dan tandon air pada saat musim hujan akan
mengurangi air limpasan yang masuk kedalam saluran drainase yang bermuara ke sungai
Cirarab sehingga tidak membebani sungai terdekat dan lingkungan sekitar.
Sementara itu untuk mengetahui debit air larian di lokasi PT Aplus Pacific Kota Tangerang
perhitungan dengan menggunakan persamaan :
Q = C . I . A, dengan :
Q = debit air larian, m3/hari hujan
C = koefisien air larian
I = intensitas curah hujan, m/hari hujan
A = luas bangunan, m2
Dari rincian penggunaan lahan yang telah disajikan, maka pada kondisi eksisting lahan
tertutup bangunan/material kedap air di lokasi kegiatan pada kondisi riil eksisting adalah
47.295 m2. Sementara, dari data iklim selama 10 tahun (2006 – 2015) curah hujan rata-
rata hariannya adalah sebesar 0,026037 m/hari. Suhu terendah adalah 26,61oC yang
terjadi pada Bulan Februari dan suhu tertinggi 27,79oC terjadi pada Bulan Agustus. Dari
data tersebut maka dapat di hitung berapa koefisien air lariannya
C = {(0,95 x 47.295) + (0,5 x 104.551)} / 156.003
= 0,648
Dan dengan menggunakan persamaan di atas, diperoleh besarnya debit air larian (Q) pada
kondisi eksisting sebesar :
Berdasarkan perhitungan debit air larian diatas dan perhitungan total tampungan air
larian pada sistem jaringan drainase PT Aplus Pacific dapat disimpulkan bahwa mampu
menampung tambahan limpasan air larian sebesar 402,9 m3/ hari hujan.
Gambar 1.28. Peta Lokasi Tandon air, Penampungan limbah cair, STP Domestik, TPS B3,TPS
Domestik, dan Gudang Scrap
g. Pengelolaan Kebakaran
Sistem Hidrant
Sumber air Hidrant yang digunakan berasal dari air tanah dalam. Hidrant air mengacu pada
PermenPu Nomor 26 Tahun 2008 dimana ketentuan pasokan air untuk hidran sekurang-
kurangnya 38 liter/detik pada tekanan 3,5 bar dan mengalir selama 30 menit dan memiliki
reservoir.
Sistem APAR
Jenis bahan APAR yang digunakan yaitu :
1) Serbuk kimia kering serbaguna (dry powder multipurpose) dengan kapasitas 5 kg untuk area
parkir dan utilitas.
2) CO2 (Carbon Dioksida)
3) 25 kg (beroda) untuk ruang genset
4) 10 kg untuk Ruang Gudang
5) 10 kg untuk Ruang Kantor
6) 10 kg untuk Ruang Produksi
7) 10 kg untuk trafo
PT Aplus Pacific sudah memiliki jalur evakuasi pada saat kebakaran dan mempunyai prosedur
penanganan kebakaran (SOP Kebakaran) dan dapat dilihat pada gambar layout evakuasi bencana
dibawah ini..
Ruang terbuka hijau (RTH) PT Aplus Pacific pada saat eksisting memiliki luas 264 m 2 yaitu
sekitar 0,4 % dari total luas lahan. Kondisi ini tidak masuk kriteria RTH privat minimal yatu 10%
sesuai Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 6 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Tangerang
Tahun 2012 – 2032, Pasal 80 ayat 2 tentang ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan peruntukan industri, KDH 10%. Sehingga ke depannya jumlah luasan RTH di PT Aplus
Pacific ini harus ditambah min 10 % dari total luas lahan.
Pengelolaan area terbuka hijau ke depannya harus lebih memperhatikan fungsi dan manfaat
tanaman itu sendiri karena tanaman dalam kehidupan kita sehari-hari, memberikan banyak
sekali manfaat. Beberapa manfaat selain untuk keindahan dan memberikan kesejukan,
manfaat lain diantaranya untuk menurunkan kadar zat menyerap CO2 dan menghasilkan
oksigen melalui proses fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses alamiah yang terjadi
pada tumbuhan. Pada proses yang terjadi pada daun tersebut CO2 diserap dari udara oleh
tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruh tubuh tanaman
dan akhirnya di timbun dalam tubuh tanaman seperti daun, batang, ranting, bunga dan buah.
Selain menyerap CO2, beberapa tanaman dapat juga mereduksi gas SO 2, misalnya Angsana
dan Flamboyan dapat mereduksi CO 2 sampai 70 % dan SO2 sebesar 50 %; Asam Kranji dapat
mereduksi CO2 sampai 80% dan SO2 sampai 90 %; Tiara payung mereduksi CO 2 70 % dan
SO2 sebesar 60 % . Pohon juga memiliki fungsi atau manfaat lain seperti mengurangi
kebisingan, penghalang angin, menyerap debu dan mengurangi laju erosi tanah. Tanaman
yang dapat digunakan untuk mengurangi bau/menyerap bau diantaranya Michelia champaka
yang dikenal sebagai pohon cempaka, Murraya paniculata atau kemuning dan Mimoscrops
elengi atau pohon tanjung. Sebagai penyerap debu, dilakukan pohon dengan
menyaringnya sehingga menempel di daun dan dapat turun atau berjatuhan ke tanah ketika
terkena hujan. Dari hasil penelitian, Bougenvile dapat menahan debu sampai 70 % .Jenis
tanaman lain yang yang dapat menahan debu , antara lain :
· Agathis alba ( damar )
· Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar )
· Polyathea longifolia ( glodogan )
· Baringtonia asiatica ( keben ) dan
· Mimoscrops elengi (tanjung )
Pengelolaan areal parkir saat ini dengan menyiapkan petugas di pintu masuk pabrik dan
menyediakan kapasitas parkir yang cukup memadai seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.29. PT
Aplus Pacific juga memiliki area loading dan unloading dengan kapasitas 10 SRP truck 10 feet.
Tabel 1.17. Kapasitas Parkir di PT Aplus Pacific
Kapasitas Parkir
N
Lokasi Mobil Motor
o
(SRP) (SRP)
Eksisting
1 Depan Gudang 100 truck
2 Office Belakang 10 mobil
3 Depan Mess 20 truck
4 Samping Office 10 mobil
5 Pos 2 sekurity - 300 motor
Sumber : PT Aplus Pacific, 2017
Keluar masuk kendaraan operasional dan kendaraan karyawan/tamu ini berkontribusi pada
dampak kelancaran lalu lintas dan kerusakan jalan di jalan akses menuju pabrik PT Aplus
Pacific di Jalan Raya Prabu Siliwangi KM 3,5.
j. Tempat Ibadah
PT Aplus Pacific memiliki fasilitas tempat ibadah berupa Mushola dengan kapasitas sekitar ± 50
orang yang berlokasi di depan.
Gambar 1.38. Sumbangan dana amal kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Kedepannya PT Aplus Pacific akan melaksanakan program CSR yang lebih bersifat pemberdayaan
masyarakat dan berkelanjutan dan disesuaikan dangan peraturan dan Perda Kota Tangerang . Dan
juga bisa dalam bentuk seperti program beasiswa, bantuan fasilitas pendukung pendidikan,
sarana ibadah dan kesehatan, program kemitraan bagi UMKM (pemberian kredit usaha kecil,
pembekalan keterampilan bagi remaja dan masyarakat yang belum bekerja), serta CSR lingkungan
berupa bantuan penghijauan di lingkungan sekitar.
Evaluasi pelaksaan RKL dan RPL sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Tujuan dari evaluasi ini adalah :
Memudahkan identifikasi penaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan seperti
standar baku mutu;
Mendorong pemrakarsa untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagai upaya perbaikan secara terus menerus;
Mengetahui kecenderungan pengelolaan dan pemantauan lingkungan suatu kegiatan
sehingga memudahkan instansi yang melakukan pengendalian dampak lingkungan dalam
penyelesaian permasalahan lingkungan dan perencanaan pengelolaan lingkungan dalam skala
yang lebih besar;
Mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan hidup oleh pemrakarsa untuk program penilaian
peringkat kinerja.
Tabel 1.18. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara (Halaman Depan Pabrik)
A
D
N
E
D
L
A
H
Baku SMT II L
No. Parameter Satuan
Mutu *) 2016
2
2
0
0
1
1
1
7
1 Sulfur Dioksida (SO₂) 900 μg/Nm³ 14,90 14,5 43
2 Karbon Monoksida (CO) 30.000 μg/Nm³ 17,25 1472 3666
3 Nitrogen Monoksida (NO₂) 400 μg/Nm³ 16,52 11,8 33
4 Debu (TSP) 230 μg/Nm³ 118 68,1 112
5 Timbal (Pb) 2,0 μg/Nm³ <0,005 <0,0128 0,1
Keterangan : *)= PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambient Nasional
< = Lebih kecil
Gambar 1.39. Trend Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Halaman Depan Pabrik
Tabel 1.19. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara (Halaman Belakang Pabrik)
A
D
N
E
D
L
A
H
Baku SMT II L
No. Parameter Satuan
Mutu *) 2016
2
2
0
0
1
1
1
7
1 Sulfur Dioksida (SO₂) 900 μg/Nm³ 13,20 15,9 42
2 Karbon Monoksida (CO) 30.000 μg/Nm³ 13,40 1963 3551
3 Nitrogen Monoksida (NO₂) 400 μg/Nm³ 14,35 9,7 30
4 Debu (TSP) 230 μg/Nm³ 92 139 98
5 Timbal (Pb) 2,0 μg/Nm³ <0,005 <0,0128 0,09
Keterangan : *)= PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambient Nasional
< = Lebih kecil
Gambar 1.40. Trend Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Halaman Belakang
hanya bisa dilakukan perbandingan terhadap kedua data tersebut. Berdasarkan perbandingan
hasil kualitas udara emisi pada semester II 2016 dan Adendum ANDAL 2017, seluruh parameter
hasil analisa kualitas udara emisi masih di bawah baku mutu menurut PerMenLH No. 21 Tahun
2008 Lampiran IVA untuk bahan bakar minyak. Data time series kualitas udara emisi dapat dilihat
pada tabel 1.21.
Tabel 1.20. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Genset
A
N
D
A
Baku SMT I L
No. Parameter Satuan
Mutu *) 2016
2
0
1
7
1 Karbon Monoksida (CO) 540 mg/m³ 170 431
2 Nitrogen Monoksida (NO₂) 1.000 mg/m³ 92,7 876
3 Opasitas 20 mg/m³ <0,20 <0,20
4 Partikulat 120 mg/m³ 9,8 27
5 Sulfur Dioksida (SO2) 600 mg/m³ 25 <1
Keterangan : *)= PerMenLh No. 21 Tahun 2008 Lampiran IVA
< = Lebih kecil
Dan berdasarkan data time series tersebut maka evaluasi kecenderungannya dari pengukuran
tahun 2016 ke pengukuran pada tahun 2017 adalah meningkat.
Tabel 1.21. Time Series Hasil Analisa Kualitas Udara Lingkungan Kerja
Baku Mutu *) A
D
KTD N
E
D
L
A
H
No SMT II L
Parameter Satuan
. NAB 2016
2
2
0
0
1
1
1
7
1 Sulfur Dioksida (SO₂) - 0,25 μg/Nm³ 0,014 0,003 0,044
2 Karbon Monoksida (CO) 29 - μg/Nm³ 0,017 2,45 3,7
3 Nitrogen Monoksida 5
3 μg/Nm³ 0,016 0,002 0,02
(NO₂)
4 Debu (TSP) 10 - μg/Nm³ 0,11 0,26 0,1
5 Timbal (Pb) 0,05 - μg/Nm³ <0,005 <0,00001 0,0003
Keterangan : *)= Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13 Tahun 2011 (Lampiran II)
< = Lebih kecil
1.6.1.4. Kebisingan
Hasil pemantauan tingkat kebisingan di luar ruangan dilakukan di 2 (dua) lokasi yaitu di halaman
depan pabrik dan halaman belakang pabrik pada DELH tahun 2011, Semester II 2016 dan
Adendum ANDAL dan dari hasil pemantauan kebisingan masih di bawah baku mutu sesuai Kep.
48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan. Sedangkan pemantauan pada lokasi di dalam
ruangan yaitu di area produksi hollow menunjukkan hasil diatas baku mutu menurut Kep.
48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan, hal tersebut karena pada area produksi
terdapat mesin-mesin produksi yang sedang bekerja (produksi) yang menjadi sumber utama
kebisingan.
Gambar 1.42. Trend Kebisingan di Halaman Depan Pabrik, Halaman Belakang Pabrik dan Area
Produksi Hollow
Berdasarkan trend hasil analisis kebisingan dapat terlihat bahwa dari pengukuran tahun 2011
ke pengukuran tahun 2016 terjadi peningkatan kemudian pada tahun 2017 sedikit menurun
dari tahun 2016. Namun secara umum kecenderungan kebisingan adalah meningkat.
SMT II
Baku DELH 2011 ANDAL 2017
No Parameter Satuan 2016
Mutu *)
C. MIKROBIOLOGI
MPN/
1 Total koliform 100ml 10 0 0 <1,8 <1,8 <1,8
Keterangan :
*) PerMenKes RI. No.416/1990 Persyaratan Kualitas Air Bersih
Berdasarkan hasil analisis dan trend kualitas air tanah terlihat bahwa pada pengukuran tahun
2011, tahun 2016 hingga tahun 2017 terjadi kecenderungan meningkat, terutama pada parameter
TDS, Florida, kesadahan total, Khlorida, Nitrat, Sulfat, dan KMnO4.
Sampah yang dihasilkan berupa sampah domestik dan produksi. Berdasarkan hasil pemantauan
volume sampah domestik pada semester II tahun 2016 dan Adendum ANDAL 2017 adalah sekitar
0,1 m3/hari dan untuk limbah produksi berupa scrab sekitar 6 kg per hari. Seluruh sampah dari
kegiatan produksi dan domestik dikumpulkan dalam Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
berada di area belakang pabrik. Selanjutnya sampah diangkut oleh pihak ketiga, sampah non
ekonomis diangkut menuju TPA. Pengangkutan sampah organik dan non organic dilakukan 2 kali
dalam seminggu oleh pihak ke III. Berdasarkan kondisi tersebut PT. Aplus telah melakukan
pengelolaan komponen timbulan sampah dengan baik sehingga tidak terjadi penumpukan limbah
padat yang berlebihan. Seiring dengan peningkatan hasil produksi maka terjadi kecenderungan
meningkat pada komponen timbulan sampah.
Evaluasi Tingkat Kritis adalah evaluasi terhadap potensi resiko di mana suatu kondisi akan
melebihi baku mutu atau standar lainnya. Baik untuk periode waktu saat ini maupun waktu
mendatang terkait dengan hasil Pengelolaan maupun Pemantauan Lingkungan Hidup. Komponen
lingkungan Hidup yang akan di lakukan Evaluasi Tingkat Kritis adalah sebagai berikut:
mutu sehingga menunjukkan tingkat kritis dan diharapkan pengelolaan yang lebih baik
pada mesin genset yang digunakan agar pemantauan berikutnya sudah jauh lebih baik.
1.6.2.4. Kebisingan
Pada pemantauan DELH tahun 2011, Semester II 2016 dan Adendum ANDAL tahun 2017
terjadi peningkatan. Pada halaman depan dan belakang pabrik terjadi peningkatan
namun masih di bawah baku mutu sedangkan pada area di dalam ruangan produksi
terjadi peningkatan yang cukup tinggi sehingga menunjukkan hasil diatas baku mutu yang
di tetapkan KEP 48/MENLH/11/1996. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebisingan di
area ruang produksi berada pada tingkat kritis.
Hasil pemantauan pada semester II 2016 ini, kondisi lalulintas di depan lokasi PT Aplus pacifik
ramai lancar dan tidak terjadi kemacetan begitu pula pada kondisi tahun 2017 sehingga tidak
terjadi tingkat kritis.
Kebijakan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada tujuan
pembangunan nasional yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang di
lakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan yang menjadi landasan
pengelolaan lingkungan hidup adalah Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan di definisikan sebagai upaya
sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumberdaya ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan,kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi yang akan datang.
dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah dimiliki sejak
tahun 2011. Karena itu PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat penaatan yang belum
baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
1.6.3.4. Kebisingan
Implementasi RKL dan RPL yang sudah dilakukan terhadap komponen kebisingan baru
dilaksanakan pada semester II tahun 2016 dan pada saat Adendum ANDAL tahun 2017 sementara
dokumen lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) sudah dimiliki sejak
tahun 2011. Karena itu PT Aplus Pacifik Tangerang menunjukkan tingkat penaatan yang belum
baik dan belum maksimal terhadap implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
menunjukkan tingkat penaatan yang belum baik dan belum maksimal terhadap implementasi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Tabel 1.24. Ringkasan Evaluasi Pelaksanaan Implementasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan (RPL) Lingkungan Hidup
Dokumen DELH Tahun 2011
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
1. Kualitas Udara Emisi debu Konsentrasi Melakukan Selama 6 (enam) bulan Di dalam Halaman Melaksanakan Hasil Temuan
Ambien dari truck polutan (debu penghijaua tahap sekali selama dan sekitar depan semua yang pemantauan
pengangku dan gas) n dengan operasi masa operasi area pabrik pabrik diarahkan kualitas udara - Ruang Terbuka Hijau
t barang berada menanam berlangsung berlangsung Halaman dalam kolom ambien di sangat kecil hanya 0,4
dibawah baku berbagai belakang upaya halaman depan %.
mutu yang jenis pohon pabrik pengelolaan pabrik dan
dipersyaratkan yang lingkungan RKL halaman - Jumlah dan jenis
menurut PPRI memiliki RPL DELH 2011. belakang pabrik tanaman sangat minim
No. 41 tahun batang dan Namun belum pada - Belum dilaksanakannya
1999 tentang dahan yang maksimal pemantauan penanaman 50 buah
Pengendalian kuat seperti karena rona awal DELH pohon dari jenis jenis
Pencemaran pohon penghijauan 2011, semester pohon seperti yang
Udara, Debu = Asam, dilokasi PT II 2016 dan diarahkan pada RKL RPL
230 µg/m3 Mahoni, Aplus Pacific Adendum DELH tahun 2011
SO2 = 900 Tanjung, masih sangat ANDAL 2017
- Tidak melaksanakan
µg/m3 kenari minim semua
implentasi lingkungan
CO = 30.000 Menanam parameter
(monitoring lingkungan)
µg/m3 sekitar 50 kualitas udara
dokumen DELH 2012
NO2 = 400 pohon masih berada
secara berkala.
µg/m3 Menanam dibawah baku
Implementasi hanya
PM10 = 150 pohon di mutu udara
pada semester II 2016.
µg/m3. dalam pot ambien sesuai
Penyiraman Peraturan
Arahan
pada Pemerintah
musim Republik - Menambah luas area
kemarau Indonesia No. terbuka hijau min 10%
41 Tahun 1999 dan menambah jumlah
tentang dan jenis tanaman
Pengendalian pohon
Pencemaran - Melaksanakan Arahan
Udara
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
penanaman pohon
sesuai DELH tahun 2011
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring
lingkungan )dari
dokumen Addendum
ANDAL RKL RPL 2017
Kualitas Udara Proses Peraturan Dalam Di lokasi Area produksi Dalam Evaluasi Temuan
Lingkungan Kerja Produksi Menteri dokumen produksi, dan Ruang dokumen terhadap hasil
dan Emisi Tenaga DELH Tahun kantor dan genset DELH Tahun kualitas udara - Dalam dokumen DELH
Kerja dan 2016 tidak ruang 2011 tidak emisi dilakukan Tahun 2011 tidak ada
Transmigr ada Arahan genset. ada Arahan pada pengelolaan terhadap
asi No pengelolaa pengelolaan pengambilan parameter udara
PER.13/M n dan dan sampel pada lingkungan kerja dan
EN/X/201 pemantaua pemantauan rona awal, emisi, namun PT Aplus
1, n terhadap terhadap semester II Pacific pada monitoring
Lampiran parameter parameter 2016 dan semester II Tahun 2016
I.2. NAB Kualitas Kualitas Semester I 2017 melakukan pemantauan
faktor Udara Udara Pengambilan begitu pula pada
kimia di Lingkungan Lingkungan sampel udara Adendum ANDAL tahun
udara Kerja dan Kerja dan emisi dilakukan 2017
tempat Emisi Emisi di 1 titik yaitu
kerja. namun PT seluruh - Tidak melaksanakan
Keputusan Aplus Pacific parameter hasil implentasi lingkungan
Menteri pada analisa kualitas (monitoring lingkungan)
Negara monitoring udara emisi dokumen DELH 2012
Lingkunga semester II masih di bawah secara berkala.
n Hidup Tahun 2016 baku mutu Implementasi hanya
No. 13 melakukan menurut Kep- pada semester II 2016.
tahun pemantauan 13/MenLH/3/19
1995 begitu pula 95 tentang Baku
tentang pada Mutu Sumber Arahan
Baku Adendum Emisi Tidak
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
Mutu ANDAL tahun Bergerak - Melaksanakan
Emisi 2017 implementasi RKL RPL
Sumber (monitoring lingkungan)
Tidak dari dokumen
Bergerak. Addendum ANDAL RKL
Lampiran RPL 2017 secara
VB. periodik
2. Kebisingan Kebisinga Tingkat Memagari Selama 6 (enam) bulan Lokasi Halaman Melaksanakan Hasil Temuan
n dari kebisingan pabrik tahap sekali selama pabrik depan semua yang di pemantauan
mesin dibawah dengan operasi masa operasi pabrik arahkan dalam kebisingan - Dalam dokumen DELH
produksi baku mutu tembok berlangsung berlangsung Halaman kolom upaya masih di bawah Tahun 2011 pada upaya
yang sebagai belakang pengelolaan baku mutu pengelolaan belum ada
dipersyaratk sound pabrik lingkungan RKL sesuai Kep. arahan penggunaan ear
an menurut barrier. Area RPL DELH 2011 48/MENLH/11/ plug bagi karyawan di
KepMenLH Menggunak produksi 1996 tentang ruang produksi dengan
No. 48 tahun an genset dan genset baku mutu tingkat kebisingan tinggi
1996 tipe silent kebisingan. seperti di ruang hollow
tentang dan di ruang genset
Baku Mutu
Tingkat - Belum ada arahan
Kebisingan. SMK3 (sistem
Peraturan Manajemen Kesehatan
Menteri dan Keselamatan Kerja)
Tenaga Kerja - Tidak melaksanakan
dan implentasi lingkungan
Transmigrasi (monitoring lingkungan)
No dokumen DELH 2012
PER.13/MEN secara berkala.
/X/2011, Implementasi hanya
Lampiran I.2 pada semester II 2016.
(Nilai
ambang Arahan
Batas
Kebisingan)
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
- Tetap mempertahankan
pelaksanaan upaya
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
di lokasi kegiatan
- Menambah jumlah dan
jenis tanaman sebagai
buffer zone dengan
pohon tegakan tinggi
berdaun sempit dan
padat di sekeliling lokasi
kegiatan
- Melakukan perawatan
mesin-mesin produksi
dan genset secara
berkala.
- Melengkapi ruangan
genset dengan alat
peredam suara untuk
mengurangi tingkat
kebisingan yang timbul
saat genset
dioperasikan.
- Melakukan perawatan
alat produksi yang
dilakukan secara berkala
setiap 6 bulan sekali
atau sesuai dengan
kebutuhan.
- Menggunakan alat
pelindung diri (earplug)
untuk pekerja yang
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
dekat sumber bising.
- Menerapkan SMK3
(sistem Manajemen
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja)
dengan baik
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen
Addendum ANDAL RKL
RPL 2017 secara
periodik
3. Kualitas Air Limbah - PP No 82 Membuat Selama 6 (enam) bulan saluran Saluran Melaksanaka Tidak ada Temuan
Permukaan cair Tahun saluran tahap sekali selama drainase. drainase n point pelaksanaan
domestik 2001 drainase operasi masa operasi pertama yang pemantauan - Pada dokumen DELH
tentang dilengkapi berlangsung berlangsung di arahkan terhadap tahun 2011 terdapat
pengelola dengan bak dalam kolom kualitas air keganjilan dimana
an kontrol/gre upaya permukaan terdapat arahan
kualitas ase trap. pengelolaan sehingga tidak pengelolaan terhadap
air dan Memelihara lingkungan dapat dilihat parameter kualitas air
pengendal kebersihan RKL RPL DELH trend permukaan di dalam bab
ian saluran 2011 yaitu pengukurannya IV dokumen namun hasil
pencemar drainase di Memelihara analisis lab untuk
an sekitar kebersihan parameter kualitas air
tapak saluran permukaan pada sungai
- Peraturan kegiatan drainase. cirarab sebagai dasar
Menteri secara rona awal DELH Tahun
Lingkunga berkala. 2011 tidak ada atau tidak
n Hidup dilakukan sampling.
No. 5 Sehingga membuat
Tahun pelaksana monitoring
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
2014 yaitu PT Aplus Pacific
tentang Tangerangj uga tidak
Baku melakukan monitoring
mutu air terhadap parameter
limbah, kualitas air permukaan.
Lampiran
XLVII - Pada dokumen DELH juga
(Limbah tidak diarahkan untuk
produksi) membangun STP
dan domestik tetapi hanya
Lampiran mengarahkan membuat
XLVI bak control dan
SK overflownya tetap di
MenLH alirkan ke saluran
No 112 drainase dan bermuara
tahun ke Sungai Cirarab.
2005
(Baku - Tidak melaksanakan
Mutu implentasi lingkungan
Limbah (monitoring lingkungan)
Domesti dokumen DELH 2012
k) secara berkala.
Implementasi hanya pada
semester II 2016.
Arahan
- Dilakukan pengelolaan
dan pemantauan
terhadap parameter
kualitas air permukaan
sesuai arahan RKL RPL
pada dokumen Adendum
ANDAL RKL RPL tahun
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
2017
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen Addendum
ANDAL RKL RPL 2017
secara periodik
4 Kualitas Air Dalam dokumen DELH Tahun 2011 tidak ada arahan pengelolaan dan pemantauan terhadap parameter Tidak ada Tidak ada Temuan
Tanah kualitas air tanah pengelolaan pemantauan - Tidak ada arahan
pengelolaan dan
pemantauan terhadap
parameter kualitas air
tanah
- Tidak melaksanakan
implentasi lingkungan
(monitoring lingkungan)
dokumen DELH 2012
secara berkala.
Implementasi hanya
pada semester II 2016.
Arahan
- Wajib melaksanakan
pengelolaan terhadap
kualitas air tanah.
- PT. Aplus wajib
menghentikan
penggunaan septik tank
konvensional dengan
STP domestic untuk
menghindari
pencemaran air tanah
lebih lanjut.
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen
Addendum ANDAL RKL
RPL 2017 secara
periodik
5 Kuantitas Air Kebutuh Perubahan Melakukan Selama 6 (enam) bulan Lokasi bak Lokasi bak Tidak ada Tidak ada Temuan
Tanah an air kuantitas air penghemat tahap sekali selama kontrol kontrol pengelolaan pemantauan
bersih tanah dan an operasi masa operasi Sumber dampak, arahan
karyawa tinggi muka penggunaan berlangsung berlangsung pengelolaan dan pemantauan,
n air tanah air lokasi pengelolaan dan
Membangu pemantauan pada dokumen
n bak DELH tahun 2011 kurang
penampung tepat
an air sisa
kamar Isi arahan RKL RPL dalam
mandi dokumen DELH tahun 2011
tidak sesuai
Arahan
4. Kesempatan Penerim Banyaknya Memberika Selama 6 (enam) bulan Kelurahan Kelurahan Memberikan Melakukan Pemantauan terhadap
Kerja dan aan dan tenaga n prioritas tahap sekali selama Pasir Jaya Pasir Jaya prioritas kepada pemantauan komponen kesempatan kerja
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
Peluang mobilisas kerja lokal kepada operasi masa operasi Kecamatan Kecamatan masyarakat lingkungan memperlihatkan bahwa PT.
Berusaha i tenaga yang masyarakat berlangsung berlangsung Jatiuwung Jatiuwung sekitar dalam (sampling) Aplus Pacific sudah
kerja terserap sekitar perekrutan secara berkala melaksanakan komitmennya
oleh dalam tenaga kerja sesuai arahan untuk perekrutan tenaga kerja
kegiatan. perekrutan sesuai RKL-RPL. pada penduduk yang
tenaga kualifikasi yang berdomisili di sekitar kegiatan
kerja sesuai dibutuhkan untuk bekerja sesuai dengan
kualifikasi (skill). keterampilan dan
yang pendidikannya, dan
dibutuhkan menerapkan peraturan
(skill). ketenagakerjaan antara
perusahaan dengan karyawan
sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
Tidak melaksanakan
implentasi lingkungan
(monitoring lingkungan)
dokumen DELH 2012 secara
berkala. Implementasi hanya
pada semester II 2016.
Arahan
- Bekerjasama dengan
Disnaker untuk informasi
lowongan pekerjaan
sesuai Kepres No. 4 tahun
1980 dan UU No. 7 tahun
1981 tentang wajib lapor
ketenagakerjaan ke
Disnaker/instansi yang
membidangi
ketenagakerjaan
setempat.
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
- Bekerjasama dengan
pemerintah desa dalam
penerimaan tenaga kerja
dan peluang berusaha.
- Dilakukan pengelolaan
dan pemantauan
terhadap parameter
kualitas air tanah sesuai
arahan RKL RPL pada
dokumen Adendum
ANDAL RKL RPL tahun
2017 secara periodik
5. Lalu Lintas Mobilisas Tidak Menempat Selama 6 (enam) bulan Di pintu Di jalan Prabu Menempatka PT. Aplus telah Temuan
i terjadi kan petugas tahap sekali selama keluar- Siliwangi di n petugas melakukan
kendaraa kemacetan pengatur operasi masa masuk depan PT pengatur lalu pemantauan Tidak melaksanakan
n Bahan / lalu lintas di berlangsung operasiberlang pabrik Aplus Pacific lintas di lalu lintas implentasi lingkungan
baku, terkendalin jalan/pintu sung jalan/pintu dengan baik (monitoring lingkungan)
hasil ya lalu keluar- keluar-masuk sehingga tidak dokumen DELH 2012 secara
produksi lintas di masuk kendaraan terjadi berkala. Implementasi hanya
dan sekitar kendaraan dari dan ke kemacetan. pada semester II 2016.
kendaraa pabrik. dari dan ke lokasi pabrik.
n lokasi Arahan
karyawa pabrik.
n. - Membuat Andalalin
- Diperlukan adanya
manajemen dan rekayasa
lalu lintas dan perbaikan
desain geometrik
simpang.
- Untuk mengantisipasi
dan meminimalkan
potensi dampak lalu
lintas yang
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
timbul,diperlukan
antisipasi dampak lalu
lintas terutama berkaitan
dengan penanganan ruas
jalan dan keluar-masuk
pabrik, peningkatan
aksesibilitas, peningkatan
keselamatan, fasilitas
parkir, dan fasilitas
angkutan umum.
- Dilakukan pengelolaan
dan pemantauan
terhadap parameter
kualitas air tanah sesuai
arahan RKL RPL pada
dokumen Adendum
ANDAL RKL RPL tahun
2017 secara periodik
6. Timbulan Timbulan Kebersihan Menyediak Selama 6 (enam) bulan Di dalam Di area pabrik Melaksanaka Temuan
sampah sampah dan an tempat tahap sekali selama dan luar dan n semua yang
dari kenyaman sampah operasi masa operasi area pabrik sekitarnya, di arahkan Dalam dokumen DELH tahun
kegiatan an yang berlangsung berlangsung. serta di tempat dalam kolom 2011 belum di arahkan untuk
domestik lingkungan terpisah lokasi TPS pengumpulan upaya membuat TPS khusus limbah
dan di dalam antara yang berada sampah pengelolaan B3
industri lokasi dan sampah di dalam sementara lingkungan
di luar kering dan lokasi RKL RPL DELH Arahan
lokasi basah kegiatan 2011 namun
kegiatan (organik) di belum - Dilakukan pengelolaan dan
dalam dan menerapkan pemantauan terhadap
diluar konsep 3R parameter timbulan limbah
gedung padat sesuai arahan RKL
Melakukan RPL pada dokumen
pemilahan Adendum ANDAL RKL RPL
Hasil Hasil
Upaya Periode Periode Lokasi Lokasi
Komponen Sumber Tolok Ukur pelaksanaan Pelaksanaan
No Pengelolaan Pengelolaa Pengelolaa Pemantaua
Lingkungan Dampak Dampak Pemantauan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan n n n
Lingkungan Lingkungan
sampah tahun 2017 secara periodik
- Pengelolaan sampah
dengan pendekatan 3 R
(Reduce, Re- use, Recycle)
sejak dari sumbernya.
Pendekatan reduce
meliputi: meminimalkan
penggunaan kertas (less
paper) pada kegiatan
perkantoran. Pendekatan
re-use meliputi:
penggunaan kembali
wadah- wadah bekas untuk
menyimpan material
sejenis. Pendekatan recycle
meliputi: daur ulang
kemasan bekas, kertas
bekas dan sebagainya,
berkerjasama dengan
masyarakat
- Membuat TPS LB3 berizin
- Melaksanakan
implementasi RKL RPL
(monitoring lingkungan)
dari dokumen Addendum
ANDAL RKL RPL 2017 secara
periodik
Sumber :Laporan DELH PT Aplus Pacific Tahun 2011 dan Laporan Implementasi RKL RPL Tahun 2016
Gambar 1.43. Peta pengelolaan dan pemantauan selama tahun 2014 s.d 2015
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan (RKL dan RPL) yang telah
dilaksanakan oleh PT Aplus Pacific maka disimpulkan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan
dan target pemenuhannya pada tabel 1.26.
Tabel 1.25. Kewajiban PT Aplus Pacific Yang Harus Dilaksanakan dan Target Pemenuhannya
Pelingkupan (scoping) merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi dampak penting (hipotesis) terkait dengan rencana kegiatan. Pelingkupan
dampak penting dilakukan sesuai dengan melalui serangkaian proses, identifikasi dampak
potensial dan evaluasi dampak potensial.
Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik (DPH) dalam penyusunan dokumen Adendum ini
dilakukan melalui serangkaian proses, yaitu identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak
potensial pada tahap pra konstruksi dan konstruksi pada kegiatan peningkatan produksi PT Aplus
Pacific. Pelingkupan DPH pada tahap operasi mengacu pada pelingkupan DPH yang ada di dalam
dokumen DELH yang telah disetujui digabungkan dengan kegiatan pada Adendum ini.
Identifikasi dampak potensial diperoleh dari hasil konsultasi dan diskusi dengan para
pakar, pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan
dan juga dari hasil observasi lapangan. Untuk memudahkan menentukan dampak
potensial maka digunakan matrik dua dimensi yaitu menginteraksikan komponen rencana
kegiatan diversuskan/ditandingkan dengan komponen lingkungan secara umum.
Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak dan komponen lingkungan terkena
dampak dapat dilihat pada daftar (cek list) dampak potensial (tabel 1.27) dan matrik
interaksi identifikasi dampak potensial (tabel 1.28).
KOMPONEN LINGKUNGAN
SUMBER DAMPAK DAMPAK POTENSIAL
TERKENA DAMPAK
- Timbulan - Peningkatan Timbulan
Limbah B3 Limbah B3
- Kesehatan - Penurunan Kesehatan
Masyarakat Masyarakat
- Kesehatan dan - Gangguan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Keselamatan kerja
- Lalu Lintas - Gangguan Lalu Lintas
- Persepsi - Perubahan Persepsi
Masyarakat Masyarakat
3. Pengoperasian - Kualitas Udara - Penurunan Kualitas Udara
Utilitas dan Sarana - Kebisingan - Peningkatan Kebisingan
Prasarana - Kualitas Air - Penurunan Kualitas Air
Permukaan Permukaan
- Kualitas Air - Penurunan Kualitas Air
Tanah Tanah
- Air Larian - Peningkatan Debit Air
- Persepsi Larian
Masyarakat - Penurunan Kesehatan
Masyarakat
- Perubahan Persepsi Masyarakat
Keterangan:
TAHAP PRAKONSTRUKSI : TAHAP KONSTRUKSI : TAHAP OPERASI :
1. Perizinan 1. Persiapan 1. Penerimaan Tenaga Kerja
2. Sosialisasi Rencana Pengembangan 2. Mobilisasi Mesin mesin baru 2. Kegiatan Operasional Produksi
3. Instalasi Mesin Baru 3. Pengoperasian utilitas dan sarana prasarana
SUMBER
SUMBER DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK PRIMER
PRIMER SEKUNDER
SEKUNDER TERSIER
TERSIER
KK
DAMPA
DAMPA
Perizinan
Persepsi
TAHAP
TAHAP PRA
PRA Masyarakat
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
Sosialisasi
Rencana
Pengembangan
Gambar 1.44. Diagram Alir Dampak Potensial Pada Tahap Pra Konstruksi
SUMBER
SUMBER DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK
DAMPAK PRIMER
PRIMER SEKUNDER
SEKUNDER
TERSIER
TERSIER
KK
DAMPA
DAMPA
Persiapan
Kualitas udara
at
TAHAP
TAHAP Mobilisasi Mesin rak
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI Mesin baru Kebisingan sya
Ma
si
Lalulintas sep
Per
Kualitas udara
Kesehatan
Kebisingan Masyarakat
Air Permukaan
Timbulan Limbah
B3
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Gangguan
Lalulintas
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas Air
Permukaan
Langkah ini bertujuan mengevaluasi semua dampak potensial untuk ditetapkan menjadi dampak
penting hipotetik, dengan cara menghilangkan /meniadakan dampak-dampak potensial yang tidak
penting atau tidak relevan. Komponen lingkungan yang secara hipotetis ditetapkan berdampak
penting tersebut akan dikaji secara mendalam dalam studi ini (prakiraan dampak penting). Pada
tahap ini belum diperhatikan besar kecilnya dampak tetapi hanya penting tidaknya dampak yang
mengacu pada kriteria dampak penting sesuai PP No 27 Tahun 2012 tentang ijin lingkungan.
Metoda yang digunakan adalah diskusi antar tim penyusun, pemrakarsa, dan instansi teknis yang
berwenang, studi literatur, dan observasi lapangan. Untuk membantu menentukan dampak
penting hipotetis terlampau dini dan luas untuk menggunakan 7 kriteria dampak, karena waktu
dan keterbatasan informasi yang diperoleh. Penetapan tersebut dapat dibantu dengan menjawab
4 pertanyaan berikut ini. Jika ya, maka dampak tersebut bisa dikategorikan dampak penting.
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi
Proses penetapan dampak potensial menjadi dampak penting hipotetis dapat dilihat dalam tabel
1.29 berikut.
2. Kebisingan Peningkatan
Kebisingan x x x x DTPH
2. Kebisingan Peningkatan
Kebisingan x DPH
Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial dengan matrik evaluasi dampak potensial dengan
mengacu pada parameter evaluasi sesuai buku panduan pelingkupan menggunakan empat
pertanyaan, maka diperoleh 4 komponen berdasarkan uraian di atas, maka di tetapkan dampak
penting hipotetik yang harus dikaji di dalam laporan ANDAL dalam tabel 1.29 dan yang bukan
dampak penting hipotetik tetapi tetap dikelola dan dipantau dalam tabel 1.30.
Tabel 1.30. Daftar Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) Tetapi Dikelola dan Dipantau
KOMPONEN KEGIATAN
DTPH
Tahap Konstruksi Tahap Operasi
1. Penurunan Kualitas Air - Pengoperasian Utilitas dan
Permukaan Sarana Prasarana
2. Penurunan Kualitas Air - Pengoperasian Utilitas dan
Tanah Sarana Prasarana
3. Penurunan Kuantitas Air - Kegiatan Produksi
Tanah
4. Peningkatan Debit Air - Pengoperasian Utilitas dan
Larian Sarana Prasarana
5. Timbulan limbah padat - Kegiatan Produksi
6. Timbulan limbah B3 - Kegiatan Produksi
7. Gangguan Kesehatan dan - Kegiatan Produksi
Keselamatan Kerja
8. Gangguan Lalu lintas - Mobilisasi Mesin Baru
1. Batas Proyek
Batas proyek mencakup seluruh areal yang diperuntukan untuk Industri PT Aplus
Pacific Kota Tangerang seluas 59.298 m 2. Lokasi PT Aplus Pacific berada di Jalan Prabu Siliwangi
KM 3,5 kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang dengan titik koordinat di
halaman depan pabrik adalah Lintang Selatan 06⁰ 10ᶦ 38.40ᶦᶦ dan Bujur Timur 106⁰34ᶦ 01.28ᶦᶦ.
Batas-batas lokasi proyek PT Aplus Pacific adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Sungai Cirarab
- Sebelah Timur : Tanah Kosong dan Jl. Prabu Siliwangi
- Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk
- Sebelah Barat : PT APP/Kawasan Pabrik
2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara) dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara
ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
Batas Ekologis Air
Badan air penerima yang menampung air limpasan dan air limbah yaitu sungai Cirarab di
sekitar lokasi kegiatan.
Batas Ekologis Udara
Batas ekologis udara dibatasi sesuai arah angin dominan diwilayah studi. Berdasarkan hal
tersebut maka ditetapkan lokasi pemukiman di RT 004 RW 005 pada radius sekitar 100 m
yang menjadi daerah sebaran dampak.
Batas Lalu Lintas
Selain batas ekologis udara dan air, batas lalu lintas juga dipertimbangkan yang
merupakan lingkungan binaan berupa transportasi yang terkait dengan keberadaan
industri PT Aplus Pacific yaitu Jalan Raya Prabu Siliwangi.
3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar tapak rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat
rencana usaha dan / atau kegiatan.
Batas sosial yang ditetapkan adalah pemukiman penduduk disekitar lokasi kegiatan
yaitu pemukiman RT 005 RW 004 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang.
4. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang ini dapat berupa batas administrasi
pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan. Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan mempertimbangkan
kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu dan tenaga), maka ditetapkan batas
administratif yaitu RT 004 RW 005 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas yang digunakan untuk membatasi ruang lingkup
studi, maka batas wilayah studi dalam Adendum Andal RKL RPL ini merupakan resultante dari
Batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administrasi.
Tahap Pra
kontruksi
1. Perizinan Sudah memiliki ijin ijin Perubahan Beban terhadap komponen perubahan persepsi masyarakat DTPH Kelurahan Pasir ± 1 tahun
terkait Persepsi tidak tinggi. Tahapan perijinan tidak ada masalah dan pengaruh Jaya Kecamatan selama proses
Masyarakat terhadap persepsi masyarakat,dan tidak ada perubahan besar Jatiuwung perijinan
pada kondisi lingkungan ekologis dan keutuhan ekosistem.Tidak KotaTangerang berlangsung
ada khawatiran masyarakat terhadap perijinan sehingga
persepsi masyarakat positif.Tidak ada aturan atau kebijakan
yang akan di langgar dan atau di lampaui terhadap komponen
persepsi masyarakat pada kegiatan perijinan. Maka dampak
persepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak tidak
penting hipotetik.
2. Sosialisasi PT Aplus Pacific sudah Perubahan Beban terhadap komponen persepsi masyarakat tidak tinggi, DTPH Kelurahan Pasir Selama tahap
Kegiatan melakukan sosialisasi berupa Persepsi Karena sosialisasi terhadap kegiatan pengembangan juga sudah Jaya Kecamatan prakonstruksi
Pengembangan wawancara dan Masyarakat dilaksanakan berupa wawancara langsung dengan aparat Jatiuwung berlangsung
pemerintah terkait dan warga terkena dampak. Walaupun KotaTangerang
pemberitahuan langsung
sebenarnya ini adalah kegiatan Adendum Amdal tetapi secara
kepada warga sekitar dan garis besarnya sosialisasi tetap dilaksanakan melalui wawancara
aparat pemerintahan dan pemberitahuan langsung ke warga terdampak. Dan warga
Kelurahan Pasir Jaya masyarakat terdampak juga secara umum sudah mengetahui
mengenai rencana rencana kegiatan ini. Komponen sosialisasi kegiatan
peningkatan kapasitas pengembangan cukup berpengaruh terhadap persepsi
produksi PT Aplus Pacific. masyarakat, namun tidak ada perubahan besar pada kondisi
lingkungan ekologis dan keutuhan ekosistem. Tidak ada
khawatiran masyarakat terhadap kegiatan penambahan
kapasitas produksi PT Aplus ini sehingga persepsi masyarakat
positif.Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan
atau dilampaui terhadap komponen persepsi masyarakat pada
kegiatan sosialisasi kegiatan pengembangan PT Aplus Pacific.
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
pekerjaan ini tidak memerlukan ritase pengangkutan yang pada radius 200
banyak dan dilakukan secara bertahap serta beban kebisingan meter
yang sudah tinggi pada lokasi sekitar kegiatan yang memang
merupakan wilayah industri dengan ritase kendaraan lain yang
sudah sangat tinggi maka dampak ini tergolong dampak tidak
penting hipotetik.
Gangguan Beban terhadap komponen gangguan lalulintas tidak cukup DTPHnamun Jalan Raya Prabu ± 1 bulan
Lalu Lintas tinggi di lokasi sekitar kegiatan karena pada kegiatan mobilisasi tetap dikelola Siliwangi Selama tahap
alat berat dan material pada kegiatan pengembangan ini tidak dan dipantau Kelurahan Pasir mobilisasi
memerlukan banyak ritase dan kendaraan keluar Jaya Kecamatan mesin baru
masuk.Komponen gangguan lalulintas tidak memegang peranan Jatiuwung
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar KotaTangerang
terutama nilai sosial dan ekonomi karena tidak signifikan
menyebabkan gangguan lalulintas sehingga tidak menghambat
mobilisasi warga untuk melakukan kegiatan bekerja, sekolah dll.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang
komponen gangguan lalu lintas tersebut dengan meningkatnya
frekuensi kendaraan pengangkut mesin baru dan tidak ada
aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui
jika SOP penanganannya sesuai.
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
4.Instalasi Mesin Peningkatan Kegiatan Instalasi Mesin Baru ini diperkirakan tidak akan DTPH Batas ekologis ± 4 bulan
Baru Kebisingan menimbulkan peningkatan kebisingan. Dan tidak ada meliputi wilayah Selama tahap
kekhawatiran dari masyarakat sekitar atau pemukiman terdekat sebaran dampak instalasi mesin
Karena pertama pada kegiatan instalasi mesin tidak ada kegiatan melalui udara, baru alat
memukul, menempa ataupun kegiatan lain yang berakibat pada yang mencakup produksi
bising. Selain itu jarak ruangan produksi tempat mesin baru wilayah proyek
diletaknya atau dilakukan instalasi pemasangan (sumber dan sekitarnya
dampak) cukup jauh dari lokasi pemukiman terdekat yaitu pada radius 200
berjarak diatas 300 m sehingga jikapun terjadi kebisingan meter
diperkirakan sudah menurun sekitar 50 dBA sehingga kebisingan
dinilai dampak tidak penting hipotetik.
Perubahan Persepsi masyarakat yang negatif akan timbul jika dampak DPH Kelurahan Pasir ± 4 bulan
Persepsi dampak yang berpotensi menimbulkan cemaran tidak dikelola Jaya Kecamatan Selama tahap
Masyarakat dan dipantau dengan baik. Dengan demikian maka persepsi Jatiuwung instalasi mesin
masyarakat disimpulkan sebagai dampak penting hipotetik. KotaTangerang baru alat
produksi
Tahap Operasi
1.Penerimaan Peningkatan Perekrutan tenaga kerja untuk kegiatan operasional akan DPH Kelurahan Pasir ± 2 bulan Kajian
Tenaga Kerja kesempatan meningkatkan kesempatan kerja bagi warga sekitar. Tenaga Jaya Kecamatan ini akan berlaku
kerja dan kerja yang direkrut sebagai karyawan pabrik pada tahap Jatiuwung selama ada
berusaha pengembangan akan meningkat sekitar 20%. Dilihat dari KotaTangerang kegiatan
besarnya potensi kesempatan kerja maka dampak terbukanya penerimaan
kesempatan bekerja termasuk dampak penting hipotetik. tenaga kerja
tahap
operasional
Perubahan komponen persepsi masyarakat baik secara langsung maupun DPH Kelurahan Pasir ± 2 bulan Kajian
Persepsi tidak langsung akan berpengaruh pada masyarakat. Dengan Jaya Kecamatan ini akan berlaku
Masyarakat demikian dampak persepsi masyarakat terhadap penerimaan Jatiuwung selama ada
tenaga kerjatermasuk dampak penitng hipotetik KotaTangerang kegiatan
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
penerimaan
tenaga kerja
tahap
operasional
2.Kegiatan Ruangan produksi memiliki Penurunan Kegiatan operasional PT Aplus Pacific ini diperkirakan akan DPH Batas ekologis Selama Tahap
Produksi ventilasi udara yang baik Kualitas Udara menimbulkan penurunan kualitas udara pada lingkungan sekitar meliputi wilayah Operasi
dari aktivitas gas buang pada proses produksi, namun secara sebaran dampak Berlangsung
sebaran kegiatan ini tidak begitu berpengaruh terhadap warga melalui udara,
sekitar tetapi khususnya berdampak bagi para pekerja pada yang mencakup
bagian divisi ini. Sehingga dampak termasuk dampak Penting wilayah proyek
Hipotetik dan sekitarnya
pada radius 200
meter
Peningkatan Peningkatan kebisingan pada proses kegiatan operasional atau DPH Batas ekologis Selama Tahap
Kebisingan produksi PT Aplus dapat mengganggu kenyamanan lingkungan meliputi wilayah Operasi
sekitar dan karyawan khususnya. Penggunaan mesin mesin yang sebaran dampak Berlangsung
bising, proses bongkar muat bahan baku dan bahan jadi melalui udara,
merupakan salah satu sumber bising dari kegiatan produksi di PT yang mencakup
Aplus Pacific. Kegiatan penggunaan mesin produksi sendiri wilayah proyek
dampaknya sangat dirasakan oleh para pekerja, sedangkan dan sekitarnya
proses bongkar muat bahan baku yang letaknya berdekatan pada radius 200
dengan pemukiman sangat di keluhkan oleh masyarakat sekitar meter
yang berjarak kurang dari 200 m dari lokasi bongkar muat atau
berjarak sekitar 50 m dari pagar batas PT Aplus sendiri. Sehingga
dampak termasuk dampak penting hipotetik
Memiliki bak penampung air Penurunan Limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi PT Aplus DTPH Batas ekologis Selama Tahap
limbah dan secara berkala Kualitas Air Pacific tidak ada yang di alirkan ke drainase umum dan sungai meliputi wilayah Operasi
limbah di ambil oleh pihak Permukaan Cirarab. Limbah cair di tampung didalam bak atau kolam sebaran dampak Berlangsung
penampungan khusus dan coolant serta sludge yang dihasilkan melalui air, yang
ketiga berijin dari KLHK
ditampung ke dalam drum kemudian diambil oleh pihak ke tiga mencakup
berijin dari KLHK. Dengan demikian dampak ini termasuk wilayah proyek
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
Perawatan rutin forklif dampak yang menyebar hingga ke pemukiman sehingga dampak yang mencakup
ini termasuk dampak tidak penting hipotetik wilayah proyek
dan sekitarnya
pada radius 200
meter
Memiliki ruangan kedap Peningkatan Pengoperasian sarana dan prasarana pendukung operasional DTPH Batas ekologis
untuk menempatkan genset Kebisingan pabrik seperti penggunaan genset, forklif sebagai alat angkut meliputi wilayah
dan jauh dari pemukiman. bahan baku dan bahan jadi secara sebaran dan lama sebaran dampak
berlangsung tidak signifikan menimbulkan dampak yang melalui udara,
Perawatan rutin forklif
menyebar hingga ke pemukiman sehingga dampak ini termasuk yang mencakup
dampak tidak penting hipotetik wilayah proyek
dan sekitarnya
pada radius 200
meter
Direncanakan akan Penurunan Kegiatan penanganan air limbah domestik dari operasional serta DTPH tetapi Batas ekologis Selama Tahap
membuat STP domestik Kualitas Air kegiatan lain yang ada di dalam lokasi kegiatan akan akan dikelola meliputi wilayah Operasi
Permukaan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air permukaan. Di dan dipantau sebaran dampak Berlangsung
mana limbah cair yang dihasilkan dapat mencemari badan air melalui air, yang
penerima. Terutama penggunaan septiktank konvensional yang mencakup
masih dipergunakan oleh PT Aplus Pacific. Namun ke depannya wilayah proyek
PT Aplus Pacific akan berkomitmen untuk membangun dan dan sekitarnya
mempergunakan STP Domestik. Dengan demikian dampak ini pada radius 200
termasuk dampak tidak penting hipotetik namun tetap meter
dikelola dan dipantau.
Direncanakan akan Penurunan Penanganan air limbah domestik dengan menggunakan septik DTPH tetapi Sumur air tanah Selama Tahap
membuat STP domestik Kualitas Air tank konvensional pada kondisi riil PT Aplus Pacific akan akan dikelola tapak kegiatan Operasi
Tanah mencemari kualitas air tanah dengan bakteri E Coli. Namun pada dan dipantau dan penduduk Berlangsung
operasional kedepannya akan dibuatkan sistem penanganan sekitar
limbah domestik dengan membuat STP domestik sistem
anaerob aerob. Sehingga dampak termasuk dampak tidak
penting hipotetik namun tetap dikelola dan dipantau.
Batas Waktu
Deskripsi Rencana Pelingkupan Wilayah Studi
Kajian
Kegiatan yang Pengelolaan Lingkungan yang
Berpotensi Sudah Direncanakan Sejak
Menimbulkan Awal Sebagai Bagian dari Dampak
Evaluasi Dampak Potensial DPH/DTPH
Dampak Rencana Kegiatan Potensial
Lingkungan
Membuat sumur resapan dan Peningkatan Pada kegiatan ini air larian sudah dikelola dengan baik dengan DTPHtetapi Tapak kegiatan Selama Tahap
tandon air Debit Air meresapkan air hujan ke sumur resapan eksisting dan tandon akan dikelola Operasi
Larian air eksisting sebagai penampung air hujan yang dapat dan dipantau Berlangsung
menampung air limpasan sebesar 180 m3 dan tandon air
pengembangan sebesar 378,36 m3 . Sehingga diperkirakan tidak
ada air limpasan yang masuk ke dalam saluran drainase karena
kapasitas sumur resapan dan tandon sudah mencukupi. Maka
dampak peningkatan air larian tidak termasuk dampak penting
hipotetik namun tetap dikelola dan dipantau.
Perubahan Pengoperasian pabrik dan gudang setelah pengembangan DPH Kelurahan Pasir Selama Tahap
Persepsi dengan berbagai dampak primernya akan memberikan dampak Jaya Kecamatan Operasi
Masyarakat lanjutan terhadap perubahan persepsi masyarakat. Dampak Jatiuwung Berlangsung
persepsi masyarakat termasuk dampak penting hipotetik KotaTanggerang