Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia kita mengenal adanya bangunan komersial sebagai sarana untuk
melakukan berbagai kegiatan. Gedung sebagai salah satu bangunan komersial berfungsi sebagai tempat
bekerja dan tempat hunian. Di dalam bangunan gedung kita dapat melakukan berbagai kegiatan seperti
kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya, keagamaan, jasa kesehatan atau kegiatan khusus lainnya.
Ciri utama bangunan komersial biasanya mempunyai gaya arsitektur modern dan berada dalam
Kabupaten serta mempunyai lokasi yang strategis.
Sebagai tolok ukur dalam menampilkan percepatan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara ,
Kabupaten Kolaka harus dapat menyediakan berbagai fasilitas pendukung utilitas Kabupaten seperti
bangunan komersial terminal yang dapat memaksimalkan fungsi pelayanan kesehatan, pendidikan,
bisnis, pariwisata, dan sektor ekonomi lainnya.
Sejalan dengan trend dan tuntutan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
pembangunan Terminal Tipe B Kolaka dilaksanakan dengan memperhatikan aspek lingkungan secara
menyeluruh yang didahului dengan pengkajian lingkungan yang dilaksanakan lewat penyusunan
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

1.2 Dasar Hukum


Peraturan perundang-undangan yang menjadi rujukan dan dasar hukum dalam penyusunan dokumen
UKL dan UPL ini, adalah :
1. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2. Undang-undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-undang Nomor 03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
10. Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan.

1 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 2002 tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung.
14. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kab.
16. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 02 Tahun 1999
tentang Ijin Lokasi.
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2017 tentang Perijinan Terminal.
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2018 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2017 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2017 tentang Klasifikasi Terminal.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kab.
22. Keputusan Bapedal Nomor 03 tahun 1995 tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya.
23. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2018 tentang Ijin Lingkungan.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengolahan Bahan Limbah Berbahaya dan
Beracun.

1.3 Tujuan dan Kegunaan


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
Terminal Tipe B Kolaka di Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka , adalah :

2 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

1) Menyajikan informasi lingkungan sebelum adanya kegiatan terminal.


2) Menguraikan kegiatan yang akan dilakukan terminal.
3) Menguraikan komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan menimbulkan dampak terhadap
lingkugan hidup akibat pembangunan dan pengoperasian terminal.
4) Menguraikan tindakan pihak terminal dalam program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

1.3.2 Kegunaan
Kegunaan dari dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal Tipe
B Kolaka di Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka , adalah :
1) Bagi Pemerintah
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.
b) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Kolaka dan instansi terkait dalam melakukan
pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) Bagi Pemrakarsa
a) Membantu pemrakarsa dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan perencanaan dan
pengelolaan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan Terminal .
b) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sebagai akibat dari kegiatan
pengoperasian terminal dan fasilitas penunjangnya.
c) Sebagai instrument pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
d) Sebagai bahan pertimbangan dalam permohonan rekomendasi kelayakan lingkungan hidup
terhadap pembangunan dan pengoperasian terminal.
3) Bagi Masyarakat.
a) Kemudahan memperoleh fasilitas terminal yang memadai, yang setara dengan terminal di
internasional serta fasilitas Penumpang yang memadai baik dalam jumlah maupun kualitas
pelayanan bagi penumpang, maupun pelayanan lainnya dengan harga yang bersaing dan
terjangkau oleh masyarakat.
b) Terbukanya kesempatan kerja seperti penyediaan fasilitas penunjang dari warga sekitar terminal
serta penyediaan berbagai jasa pendukung aktivitas lainnya oleh warga di sekitar terminal.
c) Terjalin pola kemitraan dengan usaha lain.
d) Saling kontrol dari masyarakat terhadap kegiatan terminal yang bersifat negatif

3 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

BAB II

IDENTITAS PEMRAKARSA DAN

DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

2.1 Identitas Pemrakarsa


1 Nama Badan Usaha : LPPM UHO

2 Nama Penanggungjawab Rencana : Dr.Arifin,MS


Usaha dan atau Kegiatan

3 Alamat Kantor : Jl. Komp Bumi Tridharma UHO

2.2 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


1. Nama Rencana Usaha dan/atau : Pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten
Kegiatan Kolaka .

2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau : Jl. Poros Kendari Kolaka Kabupaten Kolaka .
Kegiatan
3. Informasi Kegiatan : Rencana kegiatan terletak pada kawasan dengan
peruntukan sesuai penataan ruang adalah kawasan
jasa dan perdagangan.

3. Skala Usaha dan/atau Kegiatan : Terminal tipe B.

2.2.1 Kegiatan Konstruksi


Kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka secara garis besar
dikelompokan menjadi 7 (tujuh) jenis kegiatan utama :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Struktur
4. Pekerjaan Arsitektural
5. Pekerjaan Pelengkap
6. Pekerjaan Mekanical dan Electrical
7. Pekerjaan Landscape

Secara jelas deskripsi kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka nantinya
dapat dilihat pada tabel 1.

4 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Tabel 1. Data Teknis Kegiatan Fisik Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian elevasi
3 18.372,53 m3
gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
4 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
5 Beton Bertulang Tangga Darurat
2,00 Unit

D Pekerjaan Arsitektural
D.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
12.014,59 m2
.
1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2
D.2
Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
.
1 Pekerjaan Pintu dan Jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.3
Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
.
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
5 Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar dalam) 720,00 m2
5 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO
LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

6 Pengecatan dinding Interior dinding 3.520,46 m2


7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.3
Pekerjaan Plafond/Celling
.
1 Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti Crossti 8.006,25 m2
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit
6 Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet data System 1,00 Unit
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Landscape
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan Kompleks 1,00 Unit
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
6 Pekerjaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL) 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah padat
7 1,00 Unit
(Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit

6 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

3 Pekerjaan Saluran drainase permukaan 1,00 Unit

2.2.2 Fasilitas Pelayanan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka


Pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka direncanakan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, seperti:
1. Fasilitas Pokok, terdiri dari :
a. Entrance
b. Ruang Tunggu
c. Kantor Pengelolah
d. Ruang Operator

2. Fasilitas Pendukung, terdiri dari :


a. Mushollah
b. Kantin
c. R Staff
d. Gudang

3. Fasilitas Penunjang, terdiri dari :


a. Instalasi Pemeliharaan Sarana (mesin-mesin, peralatan, dan lain-lain)
b. Instalasi Pengolahan Limbah dan Pemusnahan Sampah
c. Instalasi Air Bersih dan Air Limbah
d. Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dan lain-lain.
e. Instalasi Pemadam Kebakaran
f. Security Service
g. Tangga Darurat

4. Fasilitas Umum, terdiri dari :


a. Sarana Perparkiran
b. Cafetaria
c. Pelayanan ATM
d. Taman

7 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Selain itu terminal ini dilengkapi dengan layanan umum, antara lain layanan Mobil
Ambulance, layanan Medical Chek Up, layanan Visum and Repertum, layanan KB Terminal dan
layanan MOW (Medical Operatif Wanita).
Dalam usaha mendukung kegiatan utama, yaitu pelayanan jasa kesehatan dan penyediaan
jasa yang berhubungan dengan kesehatan pasien, maka Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka
memiliki kapasitas 233 tempat tidur serta berbagai fasilitas pendukung seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Pendukung Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka

No. Fasilitas Terminal Keterangan


1 Ruang Tunggu Lantai Satu
2 Kantor, Cafetaria, Lantai Dua
3 Gudang, Pantry,.
4 Ruang Mesin Lift, Ruang ME, Ruang Kompresor AC,
Atap
Ruang Tandon Air.

Tabel 5. Deskripsi layanan dan kapasitas fasilitas penunjang


Jumlah Ruang
Jenis Pelayanan Kapasitas
/ Unit
Instalasi Pemeliharaan Sarana :
a. Genset 1 1400 KVA
b. Pompa Air 1 1 liter / detik
c. Bak Penampung Air Bersih 1 125 m3
d. Tandon Air 1 46 m3
Instalasi Pengolahan Limbah dan Pemusnahan
Sampah :
a. IPAL 1 100 m3 / hari
b. Incenerator 1 80 kg / jam
Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dll :
a. Listrik 1 1500 KVA
b. Telepon / Fax 1 5 line
c. AC 1 2.152.000 BTU /Jam
d. Internet 1 wifi
Instalasi Pemadam Kebakaran 1 532 sprinkle
2 Hydrant umum
Security Service 1 20 orang

8 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

2.3 Garis Besar Usaha yang Menimbulkan Dampak


Secara garis besar komponen pembangunan Terminal Tipe B Kolaka yang dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu : tahap pra
konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi.
a. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi kegiatan yang dilakukan yaitu survey, pengukuran lokasi, sosialisasi
kepada masyarakat Kabupaten Kolaka khususnya masyarakat di Kelurahan Rate Rate. Kegiatan ini
diperkirakan akan menimbulkan dampak berupa keresahan pada masyarakat.
b. Tahap Konstruksi
1) Perekrutan tenaga kerja
Kebutuhan tenaga kerja menurut jenis dan posisi untuk proyek ini disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi

No Posisi Jumlah (Orang) Spesifikasi


1 Manajer proyek 1 S-1
2 Site Manajer 1 S-1
3 Keuangan 2 S-1
4 Tenaga Administrasi 2 D-3
5 logistik 10 SMA/STM
6 Sopir 5 SMA/STM
7 Pelaksana 20 SMA/STM
8 Mandor 5 SMA/STM
9 Kepala Tukang 10 SMA/STM
10 Tukang 30 SMA/STM
11 Tenaga Buruh 100 SD, SMP, STM
12 Security 10 SMA
Jumlah Total 196 orang

Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi menimbulkan dampak negatif
berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja
lokal.

2) Base camp

9 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K, penginapan pekerja, bengkel
an dan perbaikan alat berat serta gudang penyimpanan material, disamping itu dilengkapi dengan
sarana MCK.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi,
kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa menimbulkan
konflik dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan dampak positif
berupa kesempatan usaha.
3) Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan pengupasan lahan, pagar keliling
lokasi pembangunan. Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa debu, kebisingan,
hilangnya sejumlah vegetasi dan fauna lokal, dan gangguan terhadap lalu lintas.
4) Pekerjaan Konstruksi
Uraian pekerjaan konstruksi disajikan secara lengkap dalam tabel 7.
Tabel 7. Uraian pekerjaan konstruksi
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian
3 18.372,53 m3
elevasi gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pile cup 256,77 m3
4
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3

10 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3


5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
6 Beton Bertulang Tangga Darurat 2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 12.014,59 m2
1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2
D.2 Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
1 Pekerjaan Pintu dan jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.3. Pekerjaan Finishing Lantai Dan Dinding
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar
5 720,00 m2
dalam)
6 Pengecatan dinding Interior dinding 3.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.3. Pekerjaan Plafond/Celling
Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti
1 8.006,25 m2
Crossti
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit

11 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet data


6 1,00 Unit
System
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2. Pekerjaan Mekanikal dan Electrical
Landscape
Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan
1 1,00 Unit
Kompleks
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
Pekerjaan instalasi pengolahan limbah cair
6 1,00 Unit
(IPAL)
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah
7 1,00 Unit
padat (Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
3 Pekerjaan Saluran drainase permukaan 1,00 Unit

Kegiatan tersebut di atas akan menimbulkan dampak berupa kebisingan, debu, peningkatan
emisi gas buangan, sedimentasi, peningkatan aliran permukaan. Kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi, kebisingan, lalu lintas
pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa menimbulkan konflik sosial dengan
masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan dampak positif berupa lapangan
kerja dan kesempatan berusaha.
5) Tahap Operasi Terminal
a. Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional terminal diperkirakan 200 karyawan
baik maupun non , dengan rincian sebagai berikut :
1) Direktur Utama : 1 orang
2) Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Administrasi : 1 orang
3) Wakil Direktur Bidang : 1 orang
4) Manajer lapangan : 1 orang
5) Umum : 11 orang
6) Front Office : 20 orang
7) Tenaga Adminitrasi Terminal : 50 orang
8) Pantry dan Restaurant : 10 orang
12 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO
LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

9) Engineering : 3 orang
10) Satpam : 4 orang

Kegiatan perekrutan ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap
masyarakat lokal. Dampak positif berupa terbukanya kesempatan kerja baru. Dampak negatif
yang mungkin terjadi bahwa kesempatan kerja yang ditawarkan dengan spesifikasi tertentu
beresiko terhadap tenaga kerja lokal yang tidak tersedia sesuai kebutuhan berupa keresahan,
kecemburuan dan bisa menimbulkan konflik sosial.
b. Pengoperasian terminal, meliputi :
1) Instalasi
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan
terminalpenumpangoleh penumpang di bidang masing-masing yang disediakan
untukpenumpangyang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak
memerlukan pelayanan an. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah.
1) Bengkel Mekanikal dan Elektrikal (Workshop)
Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap komponen-
komponen sarana, prasarana dan peralatan medik. Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah non padat dan cair serta kebisingan.
2) Instalasi Air Bersih
Angka kebutuhan air bersih Terminal Tipe B Kolaka diprediksi berdasarkan standar
kebutuhan air bersih masyarakat perKaban sesuai ketentuan DirJen Cipta Karya (200
ltr/org/hr untukpenumpangterminal), karyawan dan pengunjung 30 ltr/org/hr, dan rata-
rata tingkat hunian terminal dalam wilayah Kabupaten Kolaka tahun 2018. Perhitungan
kebutuhan air bersih untuk Terminal Tipe B Kolaka dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih untuk Terminal


No. Jenis Layanan Orang Fasilitas / Pemakaian Jumlah

13 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Kebubutuhan
Peralatan Air (ltr/hr)
Air (ltr/hr)
1. Penumpang 233 - 200 46.600,00
2. Tenaga Kerja Terminal 200 - 30 6.000,00
3. Non (lain-lain) 90 - 30 2.700,00
3. Pengunjung 466 - 30 13.980,00
Jumlah 68.680,00
Kebutuhan air untuk an gedung = 20% 13.736,00
Cadangan air untuk pemadam kebakaran = 5% 3.434,00
Cadangan Persediaan Air Bersih = 10% 6.868,00
Total Kebutuhan Air Bersih 92.718,00

Dari tabel diatas diperoleh total kebutuhan air bersih untuk aktivitas harian
Terminal Tipe B Kolaka sebesar 92.718,00 liter/hari atau 92,72 m3/hari atau 3, 863
m3/jam. Sesuai dengan kebutuhan akan air bersih di atas, akan dibangun reservoar
bawah yang mampu menampung air sebesar 125 m 3 dan reservoar atas dengan daya
tampung sebesar 20 m3.
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan air bersih berupa limbah
cair.
3) Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Dari jumlah pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80% dari 92.72 m 3/hr, maka
akan terbuang sebagai air limbah, sehingga debit (Q) air limbah atau limbah cair yang
dihasilkan dalam satu hari = 74,176,00 m 3/hr atau 74,2 m3/hr atau 3,1 m3/jam. Untuk
mengelola air limbah cair tersebut diperlukan unit pengelolaan limbah cair dengan
kapasitas sebesar 100 m3/hr, dengan teknologi sistem biofilter aerob dan anaerob,
seperti dalam gambar rencana. Kegiatan ini menimbulkan dampak negatif berupa limbah
padat. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai sebagai cadangan untuk pemadam
kebakaran.
4) Instalasi Pengelolaan Limbah Padat
Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah untuk pemukiman
Kabupaten menunjukan bahwa rata-rata limbah padat per hari sebesar 5 ltr/org/hr atau
sebesar 2,5 kg /hari. Berdasarkan standar tersebut, untuk limbah padat terminal
diperkirakan 3 ltr/org/hr untuk sampah dan 2,5 ltr/org/hr untuk limbah non . Dengan
demikian jumlah sampah yang dihasilkan sebesar =356 x 3 ltr/org/hr = 1.095 ltr/hr atau
= 1,095 m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan ). Sedangkan untuk sampah non

14 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

sebesar 343 x 2,5 ltr/org/hr = 857,5 ltr/hr atau = 0,8575 m 3/hr (dihasilkan oleh fasilitas
pelayanan non ).
Untuk mengelola limbah padat tersebut di atas telah disiapkan 1 unit incenerator tipe
Maxpell dengan kapasitas 80 kg sampah / jam. Sedangkan limbah padat non
pengelolaannya bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Kolaka .
Dampak dari kegiatan pengelolaan limbah padat maupun non berupa kebauan, polusi
udara, gas buangan dari hasil pembakaran.
5) Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Terminal
Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang usia layanan,
meliputi pemeliharaan unit , non , sanitasi dan fasilitas penunjang. Kegiatan ini
menimbulkan dampak polusi udara, kebisingan, kebauan, limbah cair dan limbah padat.
6) Power Suply
Agar dapat beroperasi secara maksimal, Terminal Tipe B Kolaka membutuhkan suplay
arus listrik dari PT PLN sebesar 1400 KVA. Untuk menjaga kesinambungan operasi
terminal saat terjadi pemadaman bergilir yang dilakukan PT PLN Persero Cabang
Kolaka maka disediakan 1 unit Genset Silent Type (sound proof) dengan daya
terpasang 1400 KVA. Dampak yang timbul dari instalasi dan operasinya berupa
kebisingan, polusi, ceceran oli, dan lain-lain.
7) Pemadam Kebakaran
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, maka disediakan sarana pemadam
kebakaran berupa tabung gas untuk ruangan, 2 (dua) unit hydrant di luar ruangan serta
dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran dalam gedung. Dampak yang timbul dari
kegiatan ini adanya kebutuhan tambahan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan
terhindar bahaya kebakaran pada gedung terminal.
6) Tahap Pasca Operasi
Potensi dampak lingkungan terkait pengalihan fungsi lahan dan pemutusan hubungan kerja.

BAB III

KONDISI UMUM RONA LINGKUNGAN AWAL

15 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah

Keadaan Geografi
Secara geografis Kabupaten Kolaka terletak di jazirah bagian tenggara Pulau Sulawesi dan
secara geografis berada di bagian barat Propinsi Sulawesi Tenggara yang melintang dari
0
utara ke selatan di antara 3 00’-
0 0 0
5 00’ LS dan membujur dari barat ke timur antara 120 30’- 123 00’ BT
tahun 2017, secara administratif kabupaten Kolaka terbagi atas 12 kecamatan yang terdiri dari
2
32 kelurahan dan 103 desa dengan luas wilayah daratan 3.265,30 KM dengan batas-
batas wilayah sebagai
berikut :
 Sebelah Utara : Kabupaten Kolaka Utara
 Sebelah Timur : Kabupaten Kolaka Timur
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bombana
 Sebelah Barat : Teluk Bone

Adapun batas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada gambar peta berikut :
Gambar 1
Peta Wilayah Kabupaten Kolaka

TELUK BONE

16 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

2. Keadaan Demografi
Pada tahun 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka menghitung estimasi jumlah penduduk
dengan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip bahwa parameter dasar
demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per tahun tumbuh konstan.
Metode ini lebih mudah dilakukan dengan mengkaji pertumbuhan penduduk di dua atau lebih
titik waktu yang berbeda berikut ini grafik penduduk kabupaten Kolaka selama 5 tahun terakhir
.
Gambar 2
Jumlah Penduduk Kabupaten Kolaka menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013 – 2017

200.000
150.000

164.24
153.31
161.91

163.84
173.39
165.73
158.08

164.64

122.63

121.52
100.000
4

5
8
1

50.000

0
-
2010 2011 2012 2013 2017
Laki-laki Perempuan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013, Hasil Sensus Penduduk
Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Hasil Estimasi

Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka tahun 2017 Estimasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kolaka setelah pemisahan wilayah Kolaka dan Kolaka Timur adalah 244.154 jiwa yang terdiri
dari 122.630 laki-laki dan
121.524 perempuan dengan 44.595 rumah tangga/KK atau rata-rata 4 -
5 jiwa per rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 49
2
Jiwa/km dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Toari sebesar 197
2 2.
jiwa/km sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Tanggetada sebesar 35 jiwa/km
Untuk mengetahui gambaran penduduk per kecamatan dapat dilihat pada gambar berikut
ini:

17 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Gambar 3
Jumlah Penduduk Kabupaten Kolaka menurut Kecamatan
Tahun 2017
Kolaka 42.142
Pomalaa 32.874
Latambaga 32.127
Samaturu 24.533
Wundulako 21.673
Wolo 20.416
Watubangga 17.152
Tanggetada 15.518
Baula 11.883
Toari 10.404
Iwoimendaa 7.859
Polinggona 7.573

- 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000


Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2017, Hasil Estimasi

Adapun komposisi penduduk kabupaten Kolaka berdasarkan Jenis kelamin dan


golongan umur dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 4
Piramida Penduduk Kabupaten Kolaka
Tahun 2017
1.211 75 + 1.229
1.154 70 - 74 1.154
1.927 65 - 69 1.689
2.638 60 - 64 2.471
3.730 55 - 59 3.008
4.776 50 - 54 4.515
6.281 45 - 49 5.588
8.281 40 - 44 7.459
9.812 35 - 39 9.255
10.588 30 - 34 10.279
11.594 25 - 29 11.272
10.133 20 - 24 10.580
11.173 15 - 19 10.548
13.207 10 - 14 12.347
14.853 5-9
13.932
14.175 13.295
0-4

-20.000 -15.000 -10.000 -5.000 0 5.000 10.000 15.000 20.000

Perempuan Laki-Laki

Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2017, Hasil Estimasi

18 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Kabupaten Kolaka termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari jumlah penduduk usia muda yang masih tinggi.
Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada
kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah
golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin
tingginya usia harapan hidup. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua.
Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat
kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai beban
karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi. Rincian jumlah penduduk menurut
jenis kelamin dan kelompok umur di Kabupaten Kolaka tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.
Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1 kilometer
persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin padat
penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata-rata penduduk di Kabupaten
Kolaka berdasarkan hasil
2
estimasi sebesar 75 penduduk per km . Kepadatan penduduk berguna
sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan
penduduk menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1
Gambaran Penduduk, Jumlah Desa dan Luas Wilayah
Kabupaten Kolaka Tahun 2017
2 JUMLAH DESA / JUMLAH KEPADAT AN
KECAMAT AN LUAS W ILAY AH ( km ) 2
KELURAHAN PENDUDUK PENDUDUK per km
IW OIMENDAA 194,3 10 7.859 40
W OLO 536,3 14 20.416 38
SAMAT URU 344,7 19 24.533 71
LAT AMBAGA 298,2 7 32.127 108
KOLAKA 217,3 7 42.142 194
W UNDULAKO 478,1 11 21.673 45
BAULA 150,5 10 11.883 79
POMALAA 373,8 12 32.874 88
T ANGGET ADA 441,7 14 15.518 35
POLINGGONA 80,5 7 7.573 94
W AT UBANGGA 97,1 14 17.152 177
T OARI 52,8 10 10.404 197
KABUPAT EN 3.265,30 135 244.154 75
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2017, Hasil Estimasi

19 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Gambar 5
Peta Persebaran Penduduk Kabupaten Kolaka
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2017

Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2017, Hasil Estimasi

Pada Gambar 5 di atas menunjukkan kepadatan penduduk dan jumlah penduduk di


Kabupaten Kolaka secara umum belum merata. Jumlah penduduk tertinggi adalah di
Kecamatan Kolaka, Pomalaa dan Latambaga sementara jumlah penduduk terendah terletak di
Kecamatan Polinggona dan Kecamatan Iwoimendaa. Kalau dilihat dari segi kepadatan
penduduk di Kabupaten Kolaka, kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Toari sebesar
197 penduduk per km2. Di kecamatan ini merupakan wilayah transmigrasi sehingga
penduduknya cukup padat,
2
Kecamatan Kolaka sebesar 194 penduduk per km , kecamatan ini
adalah ibukota kabupaten Kolaka dan Watubangga sebesar 177 penduduk per km2.
Kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Kolaka terdapat di Kecamatan Tanggetada
2 2
sebesar 35 penduduk per km , Wolo 38 penduduk per km dan Iwoimendaa sebesar 40
2
penduduk per km . Untuk pemerataan penduduk di Kabupaten Kolaka dapat digunakan
cara, antara lain : transmigrasi atau program memindahkan
penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang penduduknya

20 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri, pemerataan lapangan
kerja dengan mengembangkan industri, terutama untuk Kecamatan yang luas wilayahnya tapi
kurang penduduknya; pengendalian jumlah penduduk dengan menurunkan jumlah kelahiran
melalui program keluarga berencana atau penundaan umur nikah pertama.
3. Rasio dan Beban Tanggungan
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk
mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency
Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas)
dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur
15–64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika
beban tanggungan umur produktif terhadap umur non produktif. Angka ini dapat digunakan
sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara.
Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi.
Tabel 2
Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan
Menurut Jenis Kelamin dan kelompok Usia Produktif dan Non Produktif di Kabupaten Kolaka
Tahun 2017
No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0 – 14 Tahun 44.056 41.436 85.492
2 15 – 64 Tahun 74.342 75.002 149.345
3 65 Tahun keatas 4.231 5.086 9.317
Jumlah 122.629 121.524 244.154
Angka Beban Tanggungan 65,0 62,0 63,5
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2017, Hasil Estimasi

LAPORAN PENDAHULUAN DOKUMEN PENGELOLAHAN LINGKUNGAN HIDUP TERMINAL KOLAKA III-6


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pada Tabel 2 di atas, Angka Beban Tanggungan penduduk Kolaka pada tahun 2017
sebesar 63,5. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Kolaka yang produktif, disamping
menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 63,5 orang yang belum/sudah tidak produktif
lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki- laki lebih
besar jika dibandingkan dengan perempuan. Pada tahun 2017, angka beban tanggungan laki-
laki sebesar 65,0, yang berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, disamping
menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 65,0 penduduk laki-laki yang
belum/sudah tidak produktif lagi. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus
mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang
kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang
kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi
tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor
pendidikan, sektor ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang
cukup besar. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai
penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.

Tabel 3
Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Kolaka Tahun 2017
Kelompok Jenis Kelamin
No. Sasaran Program Jumlah
Umur Laki-laki Perempuan
Semua
1 Jumlah Penduduk 122.630 121.524 244.154
umur
2 Bayi 0 tahun 2.317 2.203 4.520
3 Batita 0-2 tahun 8.839 8.361 17.201
4 Anak Balita 1-4 tahun 12.154 11.447 23.601
5 Balita 0-4 tahun 15.089 14.236 29.325
6 Prasekolah 5-6 tahun 6.152 5.777 11.929
Anak Usia Klas 1 SD /
7 Setingkat 7 tahun 3.031 2.843 5.874
8 Anak Usia SD/Setingkat 7-12 tahun 17.578 16.464 34.043
9 Penduduk Usia Muda <15 tahun 44.056 41.436 85.492
10 Penduduk Usia Produktif 15-64 tahun 74.342 75.002 149.345
11 Penduduk Pra Usia Lanjut 45-59 tahun 13.588 13.292 26.880
12 Penduduk Usia Lanjut ≥ 60 tahun 6.599 7.671 14.270
13 Penduduk Usia Lanjut Resti ≥ 70 tahun 2.436 3.175 5.611
14 Wanita Usia Subur 15-49 tahun - 64.609 64.609
15 Wanita Usia Subur Imunisasi 15-39 tahun - 51.983 51.983
16 Ibu Hamil 1,10 x LH - 4.972 4.972

7 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

17 Ibu Bersalin 1,05 x LH - 4.746 4.746


18 Ibu Nifas 1,05 x LH - 4.746 4.746
19 Lahir Hidup 2.317 2.203 4.520
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2017, Hasil Estimasi

Data penduduk sasaran program sangat diperlukan bagi pengelola program terutama untuk
menyusun perencanaan (tahunan dan lima tahunan) serta evaluasi hasil pencapaian upaya
kesehatan yang telah dilaksanakan. Dalam perencanaan biasanya diperlukan untuk
menghitung sasaran, menyusun rencana kegiatan serta kebutuhan sumber daya dalam
pelaksanaankegiatan.

8 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

4. Keadaan Lingkungan
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan
kualitas lingkungan melalui pemanfaatan dan kepemilikan sanitasi dasar. Sanitasi merupakan
faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan
karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar.
Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari lingkungan
yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain
dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya
yang dilakukan mencakup pembinaan, pemantauan, pemeriksaan fasilitas sanitasi dasar.
Sehingga diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang
bermakna terhadap kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang
lebih baik, ada beberapa indikator penting penyehatan lingkungan pemukiman yang dapat
dikemukakan yaitu :
a) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
bangunan yang memiliki sarana sanitasi dasar antara lain: jamban yang sehat, sarana
air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari
tanah. Dari kompilasi data yang terkumpul, Pemeriksaan rumah belum dilaksanakan
secara menyeluruh sehingga data pembanding antara rumah yang ada dengan rumah
yang memenuhi kriteria sehat sangat jauh berbeda dari kenyataan dilapangan.
Grafik di bawah menggambarkan bahwa berdasarkan rekapitulasi laporan puskesmas hasil
kegiatan Program Kesehatan Lingkungan diperoleh gambaran bahwa dari 48.134 Rumah
yang diperiksa pada tahun 2017 terdapat 24.860 rumah yang memenuhi syarat kesehatan

9 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

(51,6%) ini lebih kecil dibanding tahun 2013 lalu sebelum Kabupaten Kolaka mekar yakni
54.095 rumah yang diperiksa dan rumah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 38.811
rumah (53.9%), terjadi peningkatan sebesar 4,16% dibanding rumah sehat tahun 2012
sebanyak 35,798 (49.74%).
Gambar 6
Proporsi Kondisi Rumah Sehat dari Rumah yang diperiksa di Kabupaten
Kolaka Tahun 2017

Sehat
24.860
34%

Tidak Sehat
48.134
66%

Sehat Tidak Sehat

berikut data gambaran kondisi rumah sehat tahun 2013 s/d 2017.
Gambar 7
Keadaan Rumah Sehat Kabupaten Kolaka
Tahun 2013 - 2017
80.000 74% 80%
67%
70.000 63 70%
67%
%
60.000 51,6 60%
50.000 %
50%
40.000 40%
30.000 30%
20.000
72.46

53.54

20%
71.77

56.69

48.50
72.17

61.10

72.71

10.000 10%
4

24.86
0

48.13

0
7

` 0%
4

2013 2011 2012 2013 2017


JML RUMAH DIPERIKSA % SEHAT

10 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

b) Sarana Sanitasi Dasar


Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air
bersih (PAB) dan Jamban keluarga. Adapun kondisi Kepemilikan sarana penyehatan
lingkungan pemukiman berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten
Kolaka tahun 2017 yang memilki akses air bersih baru 49 % dari total penduduk
seperti terlihat pada grafik berikut :
Gambar 8
Proporsi Penduduk/KK Memiliki Akses Air Bersih/Air Minum di Kabupaten
Kolaka Tahun 2017

Memilki Akses
Tidak Memiliki Air Bersih
Akses 119.598
124.556 49%
51%

11 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Memilki Akses Air Bersih Tidak Memiliki Akses

Gambar 9
Proporsi Kepala Keluarga Memiliki Jamban Sehat di Kabupaten
Kolaka Tahun 2017

Jamban Tidak Sehat


Sehat 124.556
119.598 51%
49%

Sehat Jamban Tidak Sehat

12 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Gambar 8 di atas menunjukkan gambaran Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa dan
memiliki jamban sehat baru mencapai 51 % pada tahun 2017.

c) Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan


Tempat Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan Makanan (TUPM) adalah
sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran
penyakit. adapun TTU yang dilakukan pemantauan adalah Sarana Pendidikan, Fasilitas
pelayanan Kesehatan dan Hotel. Adapun hasil pemantauan kesehatan Tempat Tempat
Umum (TTU) Kabupaten Kolaka Tahun
2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Data Hasil Pemeriksaan TTU Kabupaten
Kolaka Tahun 2017
Memenuhi %
No Jenis TTU Jumlah Diperiksa
Syarat MS
1 Sekolah 241 241 196 91
2 Puskesmas 14 14 14 100
3 Hotel 32 32 29 84

Tempat Pengolahan Makanan (TPM) adalah sarana yang dikunjungi banyak orang dan
berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. Adapun TPM yang dilakukan
pemantauan adalah Jasa Boga, Rumah Makan/Restoran, Depot Air Minum dan
Makanan Jajanan. adapun hasil pemantaun Kesehatan Tempat Pengolahan Makanan
(TPM) Kabupaten Kolaka Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Data Hasil Pemeriksaan TPM Kabupaten Kolaka Tahun 2017
Memenuhi %
No Jenis TPM Jumlah Diperiksa
Syarat MS
1 Rumah makan/ Restorant 222 222 196 88,3
2 Depot Air Minum 63 63 60 95,2
3 Makanan Jajanan 263 263 193 73,4

13 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

d) Akses Terhadap Air Bersih


Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Kolaka menjadikan
kebutuhan air bersih semakin meningkat. Adapun sumber air di Kabupaten
Kolaka pada umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali dan air
permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai air bersih melalui
perpipaan dan non perpipaan. Untuk pengelolaan pada daerah pemukiman di
perkotaan pada umumnya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
Kabupaten. Pencapaian KK yang mempunyai dan memanfaatkan sarana air
bersih selama 5 tahun terakhir bervariasi.

3.1.8. Sistem Keamanan Kebakaran Pada Gedung Terminal Tipe B Kolaka Kolaka .
Sistem keamanan kebakaran pada gedung adalah suatu cara yang digunakan untuk
dapat mencegah dan menanggulangi masalah kritis bila terjadi kebakaran pada gedung
Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka .Jenis-Jenis sistem keamanan gedung yang
digunakan untuk menanggulangi terjadinya kebakaran pada bangunan gedung Terminal Tipe
B Kolaka sebagai berikut :
1. Unit Tabung Pemadam Kebakaran
Unit tabung pemadam kebakaran adalah unit pemadam kebakaran yang terbuat
dari tabung kecil yang terisi dengan gas dan digunakan untuk kebakaran-kebakaran kecil
yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Tabung pemadam kebakaran di letakkan pada
tempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai.
2. Fire Hydrant (hidran pemadam kebakaran)
Fire hydrant adalah alat pemadam kebakaran, dimana pada hydrant terdapat
selang hydrant yang panjangnya 30 meter dengan tekanan air sejauh 5 meter. Hydrant
dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu hydrant gedung, hydrant halaman dan hydrant
Kab.
Berdasarkan nama hydrant, maka hydrant gedung adalah hydrant yang
perletakannya di dalam gedung. Hydrant halaman adalah hydrant yang perletakannya di
halaman suatu lokasi gedung. Dan hydrant perKaban adalah hydrant yang hampir sama
dengan hydrant halaman namun hydrant Kabupaten memiliki dua sampai tiga selang
kebakaran. Dan juga perletakannya berada di titik-titik tertentu perKaban yang
memungkinkan unit pemadam kebakaran suatu Kabupaten mengambil cadangan air.

14 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Komponen hydrant kebakaran terdiri dari sumber air, pompa-pompa kebakaran,


selang kebakaran, penyambung dan perlengkapan lainnya.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada hydrant dapat pula dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah hydrant
Hydrant bangunan : 1 unit / 800 m2
Dimana :
L bangunan = Luas bangunan dalam satuan m 2.
b. Kebutuhan air pada sebuah hydrant bangunan gedung
1 unit hydrant : 400 liter/menit
Kebutuhan air = Σ hydrant x 400 liter/menit

Untuk hydrant kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai ketentuan


sebagai berikut :
1. Sumber persediaan air untuk hydrant harus di perhitungkan untuk pemakaian
selama 30 menit.
2. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dan memiliki sumber daya listrik darurat.
3. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm) harus terbuat dari
bahan yang tahan panas, dengan panjang maksimum 30 meter.
4. Harus di sediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari
Barisan/Unit pemadam kebakaran.
5. Semua peralatan hydrant harus dicat dengan warna merah.

Adapun pemasangan hydrant kebakaran juga memperhatikan hal-hal sebagai


berikut :
1. Pipa pemancar sudah harus terpasang pada selang kebakaran
2. Hydrant bangunan yang menggunakan pipa tegak ( riser) ukuran 6 inci (15 cm)
harus dilengkapi dengan kopling outlet dengan diameter 2,5 inci yang bentuk dan
ukurnnya sama dengan kopling dari barisan/unit pemadam kebakaran dan
ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh petugas pemadam
kebakaran.

15 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

3. Hydrant halaman harus di sambungkan dengan pipa induk dengan ukuran


diameter minimum 6 inci (15 cm) dan mampu mengalirkan air 1000 liter/menit.
Maksimal jarak antara hydrant adalah 200 meter dan penempatan hydrant harus
mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran.

3. Sprinkler
Spinkler adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat
memancarkan air secara pengabutan ( Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler juga
merupakan sistem keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk memberikan
peringatan dini pada penghuni atau pengujung gedung tersebut saat terjadi kebakaran,
meskipun tidak digunakan terus menerus namun alat ini berfungsi sebagai pemberi tanda
agar agar barisan pemadam kebakaran dapat segerah menanggulangi kebakaran yang
terjadi.
Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah sprinkler
tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada plafon
ruangan, di pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler juga bekerja
jika ruangan mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat sprinkler akan membuka
dan menyemprotkan air.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah sprinkler
Area 1 head : 25 m2
1 zone : 16 unit
b. Kebutuhan air
1 zone : 80 liter
Kebutuhan air = Σ sprinkler x 80 liter.

Pada saat sprinkler bekerja maka, tekanan air dalam pipa akan menurun
dan sensor otomatis akan memberikan tanda bahaya ( alarm) dan lokasi yang
terbakar akan terlihat pada panel pengembalian kebakaran. Meskipun sistem
sprinkler tidak perna aktif dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun sistem

16 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

tersebut harus ada dalam keadan siap sehingga bila sewaktu-waktu terjadi
kebakaran tidak mengalami permasalahan.
c. Susunan pipa cabang sprinkler
1) Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.
2) Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung.
3) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
tengah.
4) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung.

4. Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran


Berdasarkan SNI 03-1736-2000 bangunan ini dilengkapi dengan sistem tanda bahaya
jika terjadi kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran,
sedangkan sub panelnya dipasang di setiap lantai berdekatan dengan Kabk hidran (lihat
skema instalasi kebakaran). Pengoperasian tanda bahayanya dapat dilakukan secara
manual dengan cara memecahkan kaca tombol saklar tanda kebakaran atau bekerja
secara otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor
(detektor asap atau panas) atau sistem Sprinkler.
5. Tangga Darurat
Pada bangunan ini dilengkapi dengan 2 (dua) tangga darurat di sisi kiri-kanan gedung,
yang berfungsi untuk mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat pada
saat terjadi kebakaran. Tangga kebakaran ini langsung berhubungan dengan udara luar
baik dari lantai dasar sampai atap gedung. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

3.4 Sumber Air Bersih


Pada saat ini sumber daya air yang umum dimanfaatkan untuk kebutuhan pelayanan air
bersih bagi kebutuhan Kabupaten Kolaka diambil dari sumber mata air yang keluar pada
beberapa wilayah, dialirkan dan ditampung pada reservoir dengan ketinggian tertentu lalu
didistribusikan secara gravitasi. Namun kenyataannya akhir-akhir ini sumber-sumber air yang

17 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

biasa dipakai untuk melayani penduduk Kabupaten Kolaka mengalami penurunan debit yang
besar antara 60% - 70% seperti mata air baumata dari 75 ltr/dtk turun menjadi 18 – 20 ltr/dtk.
Dengan menipisnya potensi sumber air yang ada, maka saat ini 90 % kebutuhan air
bersih Kabupaten Kolaka memanfaatkan potensi air tanah (Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Kolaka 2007) mengunakan sumur bor yang tersebar di beberapa cekungan air
tanah.
Cekungan air tanah di Kabupaten Kolaka dan sekitarnya menurut Laporan Akhir
Penelitian Potensi Pengembangan Pengelolan dan Zonasi Air tanah di Kabupaten Kolaka
Cekungan air tanah ini dapat dibedakan lagi menjadi sub cekungan Namosain dengan
potensi air tanah yang dapat diambil adalah 19 ltr/dtk dengan pemompaan selama 24 jam non
stop selama setahun, sub cekungan Tenau Alak dengan potensi air tanah yang dapat diambil
pada sub cekungan Alak - Tenau adalah 107.66 ltr/dtk dengan pemompaan selama 24 jam non
stop selama setahun, dan sub cekungan Bolok yang berada dalam wilayah Kabupaten Kolaka .
Berdasarkan data dari hasil penelitian potensi air tanah di Kabupaten Kolaka tahun 2007,
terdapat sebanyak 3100 sumur gali, dan 74 sumur bor tersebar di sekitar Kabupaten Kolaka .
Beberapa data potensi air tanah yang ada di Kabupaten Kolaka yang dikelolah oleh
PDAM Kab Kolaka dan UPTD Kabupaten Kolaka , seperti tabel dibawah ini.

Tabel 16. Data potensi air tanah tersedia di Kabupaten Kolaka yang di kelola oleh PDAM
Kabupaten dan UPTD Kabupaten Kolaka .
No. Pemilik/ Debit pakai
Elevasi (m) Debit maks (ltr/dtk)
Sumur Pengelolah (ltr/dtk)
12 PDAM Kab 67 31 15
3 PDAM Kab 171 30 10
11 PDAM Kab 76 30 15
34 PDAM Kab 76 20 15
4 UPTD Kab 171 30 10
29 UPTD Kab 27 30 6
63 UPTD Kab 188 26 7
33 UPTD Kab 72 25 7,5
9 UPTD Kab 61 16 6
19 UPTD Kab 46 15 5
24 PDAM 29 15 2,5
41 UPTD Kab 26 15 6
42 PDAM 60 15 10
44 PDAM 47 15 10
45 UPTD Kab 40 15 5

18 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

160 PDAM 60 15 10
1 PDAM 261 12 10
46 Rujab Bupati Kab 37 10 2,5
46 UPTD Kab 32 10 7,5
48 UPTD Kab 60 10 6
49 PDAM 113 10 6
136 UPTD Kab 67 5 2,5
41 Bundaran Rate2 67 2,5 0

Sedangkan sumur bor lainnya merupakan milik perorangan maupun instansi yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sendiri.

3.4.1 Kondisi awal Air


Air bersih untuk kebutuhan Terminal Tipe B Kolaka direncanakan disuplai dari Air Bor
dan Air Bor. Adapun alasan dan perkiraan akan kebutuhan air dari kedua sumber air di atas,
jika Terminal Tipe B Kolaka beroperasi maksimal adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk beberapa Hotel di Kabupaten Kolaka selama
ini, yakni Hotel Kristal, Hotel The Santosa, Restoran Nelayan dan Terminal Mamami
adalah bersumber dari Air Bor , sedangkan Air Bor Tirawuta dipilih sebagai sumber air
untuk Terminal Tipe B Kolaka hanya karena letaknya dekat. Karena itu, identifikasi
kondisi awal kualitas air, terutama kualitas air bersih yang direncakan untuk mensuplai
kebutuhan Terminal, yakni Air Bor dan Air Bor.
b. Karena letak Terminal Tipe B Kolaka yang akan dibangun, yakni di lokasi Pameran Rate
Rate (Kabupaten Kolaka ) yang secara topografis berada di ketinggian, sehingga pilihan
sumur pantau untuk memantau kegiatan Terminal, yakni sumur yang berada pada titik
yang lebih rendah (dengan asumsi di titik tersebut sebagai limpasan air bawah tanah),
yakni pada sumur bor sebelah barat. Meskipun demikian, pemantauan terhadap kualitas
air limbah Terminal, secara periodik akan dipantau pada Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL).

Untuk kebutuhan konstruksi dan operasi terminal, pihak pemrakarasa


memanfaatkan air tangki yang diambil dari sumur bor dalam wilayah Kabupaten Kolaka .
Sedangkan sumur pantau adalah sumur bor yang letaknya di sebelah barat. Adapun
kondisi awal kualitas air seperti yang tercantum di bawah ini :

19 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pemeriksaan Fisik Air :


a. Suhu air
Data pengukuran suhu air dari ketiga sampel air dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Suhu Air
Jenis Hasil
Standar
No Pemeriksaa Nama Sampel Pemeriksaan ( O C
( OC )
n )

1 Suhu air Air Sumur Bor 30,4 27

2 Suhu air Air Sumur Bor 30,7 27

3 Suhu Air Air Sumur Bor 31,6 27


Sumber : Hasil analisis Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Provinsi SULTRA , Tahun 2018.

Suhu air yang semakin tinggi menyebabkan sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

b. Tingkat keasaman /basa (pH)


Tabel 18. Hasil Pemeriksaan tingkat keasaman (pH) Air
Hasil Baku Mutu
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan pH Air.
pH

1 Tingkat Keasaman Air Bor 7,0 6–9

Air Bor 6–9


2 Tingkat Keasaman 7,6

6-9
3 Tingkat Keasaman Air Bor 7,2
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

Nilai pH air sebagai sampel sebesar 7 dan 7,1 masih dalam ambang batas baku
mutu yang dipersyaratkan yaitu 6 – 9 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001. Air dengan pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam dan sebaliknya bila
lebih tinggi akan bersifat basa.

c. Bau dan rasa air

20 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Analisis dengan pendekatan sensorik terhadap bau dan rasa air menunjukkan bahwa
air tidak berbau, dan berasa tawar atau normal.
d. Total Suspended Solids (TSS) dan Kekeruhan.
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solids atau TSS) adalah bahan-
bahan yang tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan millipore
dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-
jasad renik, terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawa ke badan air. Nilai TSS air dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pemeriksaan TSS air.


Jenis Hasil
Standar
No Pemeriksaa Nama Sampel Pemeriksaan
(mg/liter)
n (mg/liter)
1 TSS Air Bor 1 Max. 50
2 TSS Air Bor 1 Max. 50
3 TSS Air Bor 1 Max. 50
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

Tingkat kekeruhan air yang terukur dapat dibaca pada tabel di tabel 20.
Tabel 20. Analisa Tingkat Kekeruhan Air
Hasil
Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan
(NTU)
(NTU)
1 Tkt kekeruhan Air Bor 4 Max. 25
2 Tingkat kekeruhan Air Bor 6 Max. 25
3 Tingkat kekeruhan Air Bor 4 Max. 25
Sumber : Hasil Analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

e. Kesadahan Total
Kesadahan merupakan jumlah ion Ca dan Mg yang bersenyawa dengan
karbonat yang terdapat di perairan. Kesadahan terbagi atas 2, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan
jalan pendidihan sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan cara
pedidihan. Karena lokasi kegiatan berdiri di atas tanah yang terbentuk dari batuan khas

21 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

yang kaya akan mineral seperti Ca dan Mg maka variabel ini ditambahkan sebagai data
pendukung yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan air baku air minum
yang bersumber dari air sumur bor yang tersedia. Air baku air minum adalah air yang
dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum dengan pengolahan secara
tradisional melalui cara filtrasi, disenfikasi dan dididihkan.

Tabel 21. Hasil pemeriksaan kesadahan total air


Hasil
Jenis Standar
No Nama Sampel Pemeriksaan
Pemeriksaan (mg/l)
(mg/l)
1 Kesadahan total Air Bor 219 Max. 500
2 Kesadahan total Air Bor 268 Max. 500
3. Kesadahan Total. Air Bor 234 Max. 500
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

f. Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD)


Dari hasil analisa air sebagai data awal, BOD dan COD air masih dalam ambang
batas seperti terbaca pada tabel, artinya tingkatan pencemaran oleh bahan organik
dalam air masih dalam ambang kemampuan mikroorganisme untuk mengurai.

Tabel 22. Hasil Pemeriksaan kadar BOD dan COD air.


Jenis
No Nama Sampel Hasil Pemeriksaan Standar
Pemeriksaan (mg/l) (mg/l)
1 BOD Air Bor 0,8 Max 2
2 BOD Air Bor 0,8 Max 2
3 BOD Air Bor 1,61 Max 2
4 COD Air Bor 5,166 Max 10
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

g. Komponen Bakteriologi (E. Coli dan Total Coliform)


Pengamatan coli fecal dan total coliform dilakukan terhadap sampel air baku yang
diambil pada titik yang ditetapkan untuk pengamatan kualitas air awal. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907.Menkes/SK/VII/2002
serta PP No. 82 Tahun 2001.

22 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Tabel 23. Hasil Pemeriksaan E. Coli dan total Coliform air.


Jenis Hasil Pemeriksaan Standar
No Nama Sampel
Pemeriksaan (MPN/100 ml) (MPN/100 ml)
1 E. Coli Air Bor 0
2 E. Coli Air Boir 0 100
3 E. coli Air Bor 0
4 Coliform Air Bor 0
5 Coliform Air Bor 1200 1000
6 Coliform Air Bor 0
Sumber : Data hasil analisa Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

Dari data hasil analisis mikrobiologi di atas, merekomendasikan bahwa air bor
Tirawuta belum layak untuk digunakan sebagi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan
air di Terminal , karena jumlah coliform total-nya lebih besar dari baku mutu air yakni
1200 MPN dalam 100 mL air. (Baku Standard PP 82 Tahun 2001, 1000 MPN/100 mL
air ).
h. Pemeriksaan logam berat
Hasil pengukuran logam berat dalam ketiga sampel air (Air Bor , Air Bor Tirawuta
dan Air Bor) dapat dibaca pada tabel di bawah ini : Kadar logam Cd, Pb dan Fe pada
masing-masing sample air masih memenuhi Baku Mutu menurut PP Nomor : 82 Tahun
2001.

Tabel 23. Hasil Pemeriksaan logam berat.


Jenis logam Konsentasi (mg/L) Baku Mutu menurut PP
berat Air Bor Air Bor Air Bor 82 Tahun 2001 (mg/L)
Cd 0,0141 0,0018 0,0123 0,01

23 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pb 0,2478 -0,0413 0,2891 0,03


Fe -0,1746 -0,1116 0,0970 0,3
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

i. Pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak


Hasil pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak dapat dilihat pada tabel 25.
Tabel 25. Hasil Pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak
Konsentasi (mg/L) Baku Mutu
menurut PP 82
Jenis ion Air Bor Air Bor Air Bor Tahun 2001
(mg/L)
Nitrat ( NO3-) 0,030 0,030 0,030 10
Nitrit ( NO2- ) 0,057 0,007 0,017 0,06
Amoniak (NH3) 0,140 0,05 0,04 0,5
Sumber : Hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

Kadar Ion Nitrat ( NO3-), Nitrit (NO2- ) dan Amoniak, pada ketiga sumber air tersebut di
atas menggambarkan kualitas air masih normal artinya masih dibawah baku mutu.

3.4.2 Drainase Permukaan Kawasan


Dengan adanya rencana pembanguan Terminal serta jangka panjang adalah
pembanguna Kolaka use-mixed development di Rate Rate (ex. Lokasi Pameran),
menimbulkan perubahan besarnya jumlah air yang melimpas akibat hujan yang turun
pada daerah tersebut. Dengan tertutupnya lahan maka limpasan permukaan akan
bertambah, dan jika tidak diantisipasikan terjadi banjir/genangan baik dalam kawasan
maupun diluar kawasan terbangun.
Dari hasil identifikasi kondisi eksisting, tidak adanya saluran drainase yang
tersedia di lokasi, Dari hasil pantauan lokasi rencana merupakan area resapan aair
permukaan yang berasal dari jalan Frans Seda serta limpasan dari jalan Bajawa dan
sekitarnya.

3.5 Kondisi Kebisingan


Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang

24 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tingkat kebisingan yang terukur pada 4 (empat) titik pengamatan yaitu di sekitar wilayah
kelurahan Rate Rate, dimana direncanakan akan dibangun Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten
Kolaka dapat dilihat pada tabel 26.

Tabel 26. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Empat Titik Pengamatan


Tingkat Baku Tingkat
Titik
Kebisingan Kebisingan Keterangan
Pengukuran
Terukur dB(A) dB(A)
Perumahan dan Memenuhi baku
Titik 1.
Pemukiman (55 mutu toleransi
58
dB(A). + 3dB(A)
Ruang terbuka Hijau Melampaui Baku
Titik 2.
(50 dBA) Mutu
57

Titik 3.
51 Terminal atau Memenuhi Baku
sejenisnya (55 dBA) Mutu
Perumahan dan
Titik 3. Pemukiman Melampaui Baku
61 (55 dBA) Mutu

Sumber : Hasil pengukuran dan analisis Lab. Dinkes Prov Sultra

3.6 Kualitas Udara Ambien


Kondisi lingkungan udara di Kelurahan Rate Rate, berdasarkan hasil analisis konsentrasi
gas SOx, NOx dan NH3 pada 4 (empat) titik, yakni di Jl. Poros KDI_KLK (titik I/St.1), di titik
tengah lokasi Terminal (titik 2/St.2),

25 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Tabel 27. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Rate Rate, Kabupaten Kolaka .
Konsentrasi (µg/Nm3) / Koordinat Sampling

Baku Mutu Metode


Parameter

Stasiun 1 Stasiun 3 Stasiun 4


Stasiun 2

Pararosanili
SOx 710,20 433,81 409,78 452,79 900 µg/Nm3
n

NOx 397,42 175,09 343,69 353,88 400 µg/Nm3 Saltzman

NH3 0,3172 0,1926 0,4984 0,3965 2 µg/liter Nessller

Sumber : Hasil Sampling dan analisis Lab. Kimia, Fakultas Sains dan Teknik UNDANA Tahun 2018.

Keterangan : St : Stasiun

Konsentasi gas di stasiun 1 (disamping siang hari sebelum hujan pada tanggal, 13 Nov.
2018), menunjukkan kadar SOx relatif tinggi, sedangkan di stasiun lain rendah, tetapi masih
memenuhi baku mutu udara ambien sesuai Kepmen LH Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997
tentang Indeks Standar Pencemar Udara Tanggal 13 Oktober 1997) artinya tingkat kualitas
udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitif (karena pH air hujan menjadi kurang dari 7 atau agak asam), dan nilai
estetika.

3.7 Getaran
Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan makluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan perlu melakukan
pengendalian akibat getaran yang dihasilkan. Karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup
menetapkan Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996. Adapun baku tingkat getaran mekanik berdasarkan Jenis Bangunan
adalah sebagai berikut:

26 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Tabel 28. Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996.
Kec. Getaran (mm/det.)
Pada Fondasi Pada bidang
(Frekuensi (Hz) datar di lantai
Kelas Tipe Bangunan
paling atas.
10 Hz 10-50 Hz 50-100 Hz
Camp. frekuensi
Bangunan untuk
keperluan niaga,
1 bangunan industri
10 20 - 40 40 - 50 40
dan bangunan
sejenis.
Perumahan dan
bangunan
2 dengan
5 5 - 15 15 - 20 15
rancangan dan
kegunaan sejenis
Bangunan yang
3
dilestarikan 3 3-8 8 - 10 8,5
Sumber : Kep. MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996

Selain itu, baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan dapat dilihat pada
tabel 29.

Tabel 29. Baku Tingkat Getaran Berdasarkan Dampak Kerusakan.


Frekuensi (Hz) Kecepatan Getaran ( mm/detik)

27 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

(Sumber getar) Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D


4 <2 2 – 27 >27 – 140 140
5 < 7,5 7,5 – 25 >25 – 130 130
6,3 <7 7 – 21 >21 – 110 110
8 <6 6 – 19 >19 – 100 100
10 < 5,2 5,2 – 16 >16 – 90 90
12.5 < 4,8 4,8 – 15 >15 – 80 80
16 <4 4 – 14 >14 – 70 70
20 < 3,8 3,8 – 12 >12 – 67 67
25 < 3,2 3,2 – 10 >10 – 60 60
31,5 <3 3–9 >9 – 53 53
40 <2 2–8 >8 – 50 50
50 <1 1 –7 >7 - 42 42
Sumber : Kep-MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996

Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran.
Kategori C : Kemungkinan kerusakan komponen struktur dinding
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.

Sesuai hasil desain dan gambar – gambar perencanaan dapat disimpulkan bahwa
proses pembangunan Terminal Internasional ini pada tahap konstruksi tidak mempergunakan
peralatan, seperti pengunaan alat pancang yang menimbulkan getaran diatas baku mutu yang
dipersyaratkan oleh Kep-MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996.

3.8 Komponen Flora - Fauna


Pengamatan flora dan fauna pada lokasi Terminal Internasional dengan
mengidentifikasi vegetasi tanaman dan hewan yang ada dilokasi dan sekitarnya di kelurahan
Rate Rate, Kecamatan, Kabupaten Kolaka . Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 30.

Tabel 30. Hasil pengamatan Flora di lokasi dan pemukiman sekitarnya


No. Nama indonesia Nama latin Jumlah Keterangan
1.
Mangga Mangivera Indica 23

2.
Kedondong Spondias dulcis 6

28 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

3.
Gamal Gliricidia Macaluta 36

4.
Kelapa Cocos nucivera 15

5.
Euphorbia Euphorbia milii 110

6.
Bunga Kamboja Plumeria acuminata 48

7.
Lamtaro Leocaena Leococephala 22

8.
Kabesak hitam Acasia Catechu 1

9.
Kapok Ceiba Petandra Gaernt 6

10.
Mahoni Theobroma Cacao 3

11.
Pisang Musa Paradisiaca 47

12.
Jati Tectona Grandis 9

13.
Alfukat Persea americana mill 2

14.
Jambu biji Psidium Guajava 3

15.
Bunga keladi Caladium bicolor 28

16.
Bunga asoka Saraca indica 1

17.
Cermelek 5

18.
Sukun Arthocarpus communis 9

19.
Nangka Arthocarpus Integra 24

20.
Siri Piper betle 6

21.
Kesambi Scleichera oleosa 4

22.
Pepaya Carica Papaya 60

23.
Bunga kaktus Opuntia sp 30

29 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

24.
Angsana Pterocarpus indicus willd 12

25.
Pinang Areca catechu 7

Sumber : Hasil Pengamatan Flora di Lokasi Terminal Tipe B Kolaka dan sekitarnya, Tahun
2018

Tabel 31. Hasil Pengamatan Fauna di Lokasi dan Sekitarnya.


No. Nama Lokal Nama Indonesia Nama Latin Jumlah Keterangan
1 Fafi Babi Cavia porcellus 18
2 Asu Anjing Canis lupus familiaris 10
3 Manu Ayam Gallus sp 58
4 Rade Bebek Cairina moschata 12
5 Mbibi Kambing Capra aegagrus hircus 4
6 Busang Kucing Felis catus 3
7 Iang Ikan Latimeria 5
Sumber : Data Pengamatan Fauna di Lokasi Terminal Tipe B Kolaka dan sekitarnya, Tahun
2018

Dari data diatas tidak ditemukan fauna yang dilindungi di lokasi Terminal Tipe B Kolaka
Kabupaten Kolaka dan sekitarnya.

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan ukuran yang diperoleh
melalui perbandingan antara jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia
15 tahun ke atas. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Kolaka usia 15 tahun ke
atas terhadap total penduduk pada tahun 2017 adalah sebesar 59.84 %. Sementara
persentase Bukan Angkatan Kerja sebesar 40.16 %. Bila dirinci menurut jenis
kelamin, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan TPAK perempuan. TPAK laki-laki sebesar

a. Tingkat Pengangguran Terbuka


Menurut definisi, seseorang dikatakan bekerja apabila mereka melakukan
pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus selama seminggu yang

30 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

lalu. Penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut
menganggur (unemployed). Jadi, pengangguran termasuk mereka yang tidak
bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, telah diterima bekerja tetapi belum bekerja
dan yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tetapi masih berkeinginan untuk
bekerja. Angka Pengangguran Terbuka dihitung melalui perbandingan antara jumlah
pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang menganggur di Kabupaten
Kolaka pada tahun 2017 adalah sebesar 12,58 %. Jumlah ini terdiri dari 8,82 %
penduduk laki-laki dan 18,49 % penduduk perempuan (Indikator Kesra Kabupaten
Kolaka , Tahun 2017).

b. Pengeluaran Rata-rata Perkapita


Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh jumlah
pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut. Semakin besar tingkat
pendapatan berarti tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Penghitungan
pendapatan masyarakat sangat sulit untuk dilakukan pada suatu survei atau sensus.
Oleh sebab itu, untuk menghitung tingkat pendapatan atau penghasilan suatu
masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan terhadap jumlah
pengeluaran terutama pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang
dimaksud dibedakan menurut jenisnya, yaitu pengeluaran rumah tangga untuk
makanan dan non makanan. Selain dapat mengetahui jumlah pendapatan rumah
tangga dari suatu masyarakat dapat pula diketahui pola konsumsi dari masyarakat.
Dimana semakin rendah pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap total
pengeluaran, pola konsumsinya akan semakin baik. Sebaliknya semakin tinggi
pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap total pengeluaran maka pola
konsumsinya akan semakin buruk.
Penduduk Kabupaten Kolaka pada tahun 2017 sebagian besar tergolong
dalam kelompok penduduk dengan jumlah pengeluaran perkapita per bulan Rp
500.000,00 ke atas sebesar 69,43 %. Sedangkan yang paling kecil terdapat pada
kelompok dengan tingkat pengeluaran perkapita sebulan sebesar Rp 150.000,00
sampai dengan Rp 199.999,00 yaitu sebesar 0,25 %, sementara pengeluaran
perkapita lebih kecil dari Rp 100.000,00 tidak ada. Secara akumulatif, tingkat

31 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

pengeluaran perkapita sebulan antara Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 499.999,-
adalah sebesar 29,84 %.
Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kabupaten Kolaka
tahun 2017 sebesar Rp 1,099,273. Dari jumlah tersebut 47.87 % atau sebesar Rp.
467,419 merupakan pengeluaran untuk makanan dan 52.13 % atau sebesar Rp.
632,273 adalah pengeluaran bukan makanan.

3.11 Perumahan dan Lingkungan


Arti fisik perumahan, dalam konteks yang diperluas disebut permukiman. Permukiman
yaitu tempat tinggal anggota masyarakat dan individu-individu yang biasanya hidup dalam
ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas pendukungnya. Perumahan
menjadi tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi, perlindungan dari gangguan, dan masih
banyak fungsi lainnya bagi para penghuninya. Program pembangunan bidang perumahan
terus ditingkatkan, bukan hanya dari segi kuantitasnya melainkan juga dari segi kualitas.
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat menjadikan kebutuhan terhadap perumahan
semakin meningkat.

a. Kondisi Fisik Bangunan


Indiktor kondisi fisik bangunan menggambarkan kualitas dan kuantitas tempat tinggal
yang dikuasai. Fisik bangunan yang kuat dan terbuat dari bahan yang tidak
membahayakan menjamin keamanan penghuni tidak saja dari ancaman tindak kriminal,
tetapi juga kerentanan bangunan itu sendiri dari kemungkinan terserang penyakit. Fisik
bangunan yang kuat ditentukan oleh pemilihan bahan komponen bangunan yaitu lantai,
dinding dan atap. Sementara kenyamanan dan kesehatan penghuni ditentukan oleh
luasannya.
1) Luas Lantai Rumah
Rata-rata luas lantai (hunian) per rumah tangga dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin luas lantai yang dihuni
oleh suatu rumah tangga, semakin baik kondisi (kesehatan) rumah tangga tersebut.
Di Kabupaten Kolaka tahun 2017, persentase rumah tangga menurut luas lantai
rumah paling banyak terdapat pada kelompok luas lantai 20-49 m² yaitu sebesar
44,05 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang tergolong dalam kelompok luas
lantai 150+ m² yaitu sebesar 5,42 %.

32 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

2) Jenis Atap Terluas


Indikator ini menyajikan klasifikasi rumah tangga beratap seng, genteng dan lainnya
(ijuk/rumbia). Angka ini dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi bangunan tempat
tinggal penduduk. Rumah tangga di Kabupaten Kolaka tahun 2017 sebagian besar
yaitu sebesar 96,46 %, menggunakan jenis atap seng sebagai jenis atap yang paling
luas. Sementara jenis atap ijuk/rumbia yang digunakan rumah tangga sebagai jenis
atap terluas adalah yang paling kecil yaitu sebesar 0.25 %.
3) Jenis Lantai Terluas
Semakin besar rumah tangga yang dihuni berlantai tanah mengindikasikan kondisi
perumahan di daerah tersebut umumnya jelek. Semakin kecil angka persentase ini,
cenderung akan semakin baik tingkat kesejahteraannya. Persentase rumah tangga di
Kabupaten Kolaka tahun 2017 yang menghuni rumah dengan lantai tanah sebesar
8.45 %. Sedangkan sisanya sebesar 91.55 % adalah rumah tangga yang menempati
rumah dengan jenis lantai bukan tanah sebagai jenis lantai terluas.
4) Jenis Dinding Terluas
Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah berdinding
tembok, kayu, bambu atau lainnya. Persentase rumah tangga yang menempati rumah
dengan tembok jenis dinding terluas merupakan kelompok yang terbanyak yaitu
sebesar 66,13 %. Sisanya adalah rumah tangga yang menggunakan kayu, bambu
atau lainnya sebagai jenis dinding terluas.

b. Fasilitas Tempat Tinggal


Indikator ini menunjukkan kelengkapan, kelayakan, fasilitas dan penggunaan tempat
tinggal seperti kelengkapan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lainnya. Semakin lengkap
fasilitas dan utilitas hunian di suatu daerah, semakin nyaman berdiam di daerah tersebut.
1) Sumber Penerangan
Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kolaka menggunakan penerangan
yang bersumber dari istrik PLN yaitu sebesar 92,13 %.
2) Sumber Air Minum
Rumah tangga yang menggunakan leding meteran sebagai sumber air minum
merupakan kelompok yang paling banyak yaitu 42,24 %. Sedangkan yang rumah
tangga dengan sumber air minum mata air tidak terlindung dan mata air terlindung
yaitu sebesar 0.87 %.

33 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

3) Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan


Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kolaka tahun 2017 memiliki jarak
sumber air minum lebih dari 10 m² yaitu sebesar 61.42 %. Sedangkan rumah tangga
yang jarak sumber air minum ke penampungan kurang dari 10 m² sebanyak 33.51 %.
Sisanya sebesar 3.07 % rumah tangga tidak tahu jarak sumber air minumnya ke
penampungan.
4) Tempat Buang Air Besar
Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar sendiri
adalah paling banyak yaitu tercatat sebesar 74,02 %. Sedangkan yang paling kecil
adalah rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar umum dan yang tidak
memiliki fasilitas tempat buang air besar yaitu sebesar 0.66 %.

BAB IV

DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Potensi dampak yang mungkin terjadi dan perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan jika
pembangunan Terminal Tipe B Kolaka serta fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan.
Pembangunan kegiatan terminal akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di
lingkungan sekitar kawasan terminal.
2. Peningkatan Bangkitan Lalu lintas dan Kerusakan Jalan.
Pembangunan dan kegiatan operasional kawasan terminal akan meningkatkan bangkitan lalu
lintas sehingga kemungkinan akan terjadi kemacetan. Selain itu jika kemampuan (kapasitas)
beban jalan maksimum disekitar lokasi ternyata tidak mampu untuk menerima beban tambahan
dari kegiatan pembangunan dan operasional Terminal maka akan terjadi kerusakan jalan.
3. Peningkatan Run Off, Erosi dan Banjir.
Kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi akan
mengakibatkan perubahan struktur dan sifat tanah, misalnya permukaan tanah menjadi
terbuka, agregat tanah hancur dan menjadikan tanah peka terhadap erosi. Kegiatan pemadatan

34 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

tanah pada tahap konstruksi juga mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah,
sehingga akan meningkatkan volume air limpasan ( run off).
4. Penurunan Kualitas Udara (Debu).
Penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) diakibatkan oleh kegiatan pembukaan
lahan dan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain
pada tahap operasi.
5. Peningkatan Kebisingan.
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan
bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain pada tahap operasi.
6. Penurunan Kualitas Air xcv .
Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan pembagunan kawasan terminal dapat berasal dari
tahap operasional terminal serta prasarana dan sarana lingkungan yang terdapat di kawasan
terminal tersebut. Jika pemrakarsa tidak memiliki perencanaan mengenai jaringan air limbah
yang baik maka akan berakibat terhadap penurunan kualitas air. Potensi dampak penurunan
kualitas air permukaan sangat kecil karena daerah Desa Tawainalu khususnya kawasan
terminal tidak mempunyai aliran air permukaan.
7. Perubahan Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk.
Perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk lokal dapat ditimbulkan oleh kegiatan
pembebasan lahan maupun oleh kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi dan
operasi.
8. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Kegiatan konstruksi dan operasi akan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha bagi penduduk di sekitar kawasan Terminal .

Dampak Lingkungan yang mungkin terjadi jika pembangunan Terminal serta fasilitas
pendukung lainnya dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pra Konstruksi.
a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
Hal ini akan berdampak sangat kecil karena lokasi rencana usaha berada dalam
penguasaan Terminal Tipe B Kolaka sesuai sertifikat terlampir.
b. Potensi Dampak Terkait Survey dan Pengukuran.
Survey dan pengukuran lokasi akan berdampak negatif kecil berupa konflik kepentingan dan
keresahan pada masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana kegiatan

35 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

karena kurangnya informasi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Tetapi
konflik dan keresahan itu segera reda setelah selesai survey dan pengukuran oleh Pihak
Terminal dan Dinas Tata Ruang Kabupaten Kolaka .
c. Potensi Dampak Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.
Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan terminal pada masyarakat berdampak positif
berupa terjalinnya komunikasi yang baik antara pemrakarsa dan masyarakat sekitar,
terbukanya kesempatan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat sekitar serta
kesepakatan tentang posisi tenaga kerja lokal sehingga dapat terjadi hubungan yang
harmonis antar pemrakarsa dan masyarakat sekitarnya.

4.2 Tahap Konstruksi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan Lokasi.
Pembersihan dan penyiapan lokasi dilakukan meliputi pekerjaan penebangan pohon yang
ada dan pembersihan semak pada lokasi dimana masyarakat sekitar diuntungkan karena
memanfaatkan potongan dahan/pohon untuk kebutuhan kayu bakar.
Dampak negatif sesaat yang akan timbul adalah debu dan tingkat kebisingan yang
meningkat karena aktivitas dan mobilitas kendaraan yang meningkat membawa material
atau pembersihan dan perataan lahan yang dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan alat berat saat mobilisasi dan demobilisasi bahan / material konstruksi.
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja.
Rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi berdampak positif berupa terbukanya
kesempatan kerja bagi 200 orang tenaga kerja dibidang konstruksi, sopir dan kondektur.
Dampak negatif yang timbul pada tahap ini adalah timbulnya kecemburuan pada tenaga
kerja yang tidak diterima bekerja pada kegiatan ini.
c. Pembangunan sarana dan Prasarana penunjang.
Sebelum pembangunan bangunan fisik Terminal, dilakukan pembangunan base camp
untuk tempat kerja yang dilengkapi dengan fasilitas MCK permanen , sarana air bersih,
gudang penyimpanan peralatan dan bahan bangunan , sarana K3 serta tempat tidur
penjaga. Sedangkan kebutuhan air untuk konstruksi disuplai menggunakan truk tanki.

d. Pembangunan Fisik Terminal dan Fasilitasnya.


Pembangunan fisik terminal dan fasilitasnya akan menimbulkan dampak negatif berupa
peningkatan kebisingan, debu dan mungkin kecelakaan kerja. Pembangunan fisik terminal

36 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

terdiri dari pekerjaan tanah dan urugan, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur beton,
pekerjaan tembok, pekerjaan pintu dan jendela, pekerjaan plafon, pekerjaan instalasi listrik,
air bersih, air limbah, pemadam kebakaran, AC, pekerjaan instalasi penangkal petir,
pekerjaan instalasi telekomunikasi, pekerjaan instalasi pengolahan limbah padat dan
limbah cair, pekerjaan landscape, area parkir dan pekerjaan drainase (untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran).

4.3 Tahap Operasi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Karyawan untuk Manajemen Terminal
Tipe B Kolaka serta Seleksi Calon Tenaga Kerja.
Rekrutmen karyawan terminal dan seleksi calon karyawan akan berdampak positif yakni
terbukanya kesempatan kerja bagi 200 orang tenaga kerja yang akan dimanfaatkan untuk
tenaga administrasi, penjualan dan promosi, penagihan, serta terpenuhinya kebutuhan
kamar bagi 233 konsumen . Meskipun menyerap tenaga kerja lokal dan pemenuhan
kebutuhan terminal tetapi kesempatan kerja yang ada tidak bisa menampung angkatan
kerja yang tersedia terutama berkaitan dengan ketrampilan yang dimiliki oleh pencari kerja
lokal tersebut. Demikian juga dengan jumlah kamar dan tempat tidur yang disediakan tidak
mencukupi permintaan penyediaan kamar dan tempat tidur bagipenumpang dari
masyarakat Kabupaten Kolaka dan luar Kabupaten Kolaka .
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Operasional Terminal dan Fasilitasnya.
Operasional Terminal dan fasilitasnya akan menimbulkan dampak berupa meningkatnya
pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi, juga berdampak pada
perkembangan sektor perdagangan dan jasa kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
warga konsumen Terminal. Dampak lain yang penting yang berkaitan dengan berbagai
aktivitas yang terjadi dalam terminal dari berbagai bidang, antara lain :
1) Kegiatan pelayanan medik (ruang bedah, ruang UGD, poliklinik, dealisis /
hemodialisis, pemusaran jenasah dan kemoterapi)
2) Kegiatan pelayanan pendukung (laboratorium – laboratorium, radiologi, laundry,
dapur, ruang an dan farmasi)
3) Kegiatan perkantoran dan sosial (kegiatan administrasi perkantoran/ medical record,
restaurant, rumah tunggu dan asrama)

37 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Dari ketiga pelayanan diatas dapat menghasilkan limbah padat, cair dan gas yang
dapat dikelompokan menjadi limbah klinik / medik dan limbah non klinik / non medik.
Kelompok limbah medik/klinik yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan medik terdiri dari :
1) Limbah inveksius (limbah yang mengandung mikro organisme yang berasal dari ruang
bedah, laboratorium dan hemodialisis yang dapat menimbulkan penyakit).
2) Limbah pathological (limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia)
3) Limbah Citotoxic (limbah yang berasal dari material-material yang terkontaminasi)
4) Limbah parmacological (obat-obat bekas, obat-obat kedaluarsa atau obat-obat yang
terkontaminasi, tabung-tabung obat atau bungkusan-bungkusan obat)
5) Limbah dari Alat-alat bekas (syringe, gunting, pisau, pecahan gelas dan gunting
kuku).

Kelompok limbah non medik umumnya dihasilkan dari kegiatan pelayanan


pendukung terminal, perkantoran dan sosial yang terdiri dari limbah umum, kardus-kardus
makanan, zat-zat berbahaya (yang bersifat racun, korosif, mudah terbakar dan reaktif) dan
limbah kimia (disinfeksi dan laboratorium-laboratorium).
Keseluruhan limbah cair yang dihasilkan dari berbagai jenis pelayanan medik dan
non medik diolah dengan teknologi pengolahan limbah cair secara ”Bio Filter Anaerob dan
Aerob” (lihat dalam lampiran gambar alir proses pengolahan limbah cair). Sedangkan
limbah padat medik dan non medik diolah dengan incenerator dan sampah lainnya
diangkut secara berkala oleh Dinas Kebersihan Kab.

4.4 Tahap Pasca Operasi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
Pengalihan fungsi lahan pada Terminal dapat terjadi karena beberapa hal seperti pailit,
bencana alam, angin puting beliung, gempa bumi, maupun kebakaran yang besar.
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan puing-puing bangunan akan banyak
menimbulkan dampak negatif berupa limbah padat, debu, bangkitan lalulintas karena
mobilisasi kendaraan pengangkut. Dampak positif adalah menyerap tenaga kerja non skill
yang diperlukan untuk pembongkaran gedung, sedangkan sisa sebahagian bahan
bongkaran dapat di daur ulang, atau dapat menimbun fondasi bangunan lain yang
diperlukan.

38 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pengalihan fungsi lahan akan berdampak negatif berupa munculnya konflik dan keresahan
diantara karyawan karena kemungkinan penurunan pendapatan dan kehilangan
pekerjaan/pemutusan hubungan kerja (PHK).
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.
Salah satu sumber dampak pada tahap pasca operasi adalah Pemutusan hubungan kerja
dengan jenis dampak negatif berupa keresahan dan munculnya pengangguran akibat tidak
dipekerjakan lagi pada usaha yang baru.

BAB V

PROGRAM PENGELOLAAN DAN

PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5.1 Upaya Pengelolaan Dampak Lingkungan Hidup


5.1.1 Tahap Pra Konstruksi
a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
1) Sasaran Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.
Pemberian informasi tentang rencana kegiatan pada lokasi yang dibebaskan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum dilakukan
survey dan pengukuran.
b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Survey Dan Pengukuran.
1) Sasaran Pengelolaan.

39 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat yang berbatasan langsung dengan


lokasi rencana kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.
Melakukan survey dan pengukuran lokasi rencana kegiatan sehingga
masyarakat memperoleh kepastian tentang batas lokasi usaha dan tidak resah.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum dilakukan
survey dan pengukuran.
c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.
1) Sasaran Pengelolaan
Masyarakat lingkup lokasi dan aparat kelurahan menjadi sasaran pengelolaan.
Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten
Kolaka .
2) Upaya Pengelolaan
Pemrakarsa memberitahukan ke pihak kelurahan dan kelurahan mengundang
masyarakat dan aparat kelurahan guna memberikan sosialisasi dan pemberian
informasi yang jelas tentang rencana kegiatan oleh pemrakarsa maksud serta
tujuan pembangunan terminal bagi masyarakat, terutama pemberian informasi
tentang lowongan kerja yang tersedia sesuai kebutuhan kegiatan Terminal ,
maupun peluang kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak
pemrakarsa dalam hal pembangunan terminal ini.
Pada sosialisasi ini juga ditampilkan potensi dampak positif dan negatif terhadap
lingkungan dibidang fisik, kimia, biologi, sosial budaya, ekonomi dan kesehatan
masyarakat yang mungkin terjadi, model pengelolaan dan pemantauan yang
wajib dilakukan serta peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup sehingga dampak positif dapat ditingkatkan serta dampak negatif
diminimalisir.
3) Lokasi Pengelolaan
Sosialisasi dilakukan di lokasi terminal/arena pameran di Kelurahan Rate Rate,
Kecamatan, Kabupaten Kolaka .

40 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

4) Waktu dan Durasi Pengelolaan


Sosialisasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2018 mulai jam
16.30 Wita sampai jam 20.00 dengan jumlah peserta seperti daftar hadir
terlampir.

5.1.2 Tahap Konstruksi


a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan Lokasi
1) Sasaran Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan terhadap lokasi rencana kegiatan yang ditumbuhi pohon
dan semak, serta operator kendaraan angkutan material.
2) Upaya Pengelolaan
Saat pembersihan dan penyiapan lokasi, dilakukan penebangan pohon dan
semak serta pembersihan sisa tebangan. Kegiatan ini menimbukan
peningkatan kebisingan akibat aktivitas keluar masuk kendaraan operasional.
Pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak tersebut
adalah pengangkutan sisa tebangan serta operasional pengangkutan dilakukan
pada malam hari. Upaya Pengelolaan ini diharapkan dapat mengurangi
kuantitas bangkitan debu ke udara. Kebisingan tidak terlalu nampak akibat
kebisingan dari lingkungan dan transportasi.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal di Rate Rate
Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan selama pengerjaan pembersihan lahan dan penyiapan
lokasi, yakni 30 (sembilan puluh) hari kerja.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja


1) Sasaran Pengelolaan.
Persaingan dalam memanfaatkan kesempatan kerja bagi para pekerja lokal
perlu diperhatikan. Prioritas utama ditujukan kepada pekerja lokal sebagai
sasaran agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan lancar tanpa ada
gejolak sosial.

41 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

2) Upaya Pengelolaan.
Dilakukan dengan cara mengumumkan secara luas tentang kesempatan
kerja, jumlah lowongan, sistim kerja, waktu pembayaran, cara pembayaran
upah kerja, semuanya dilaksanakan sesuai aturan ketenagakerjaan yang
berlaku. Upaya ini akan mengeliminasi dampak negatif pada hubungan
keharmonisan diantara pencari kerja lokal dan semakin memaksimalkan
tingkat pendapatan mereka. Disamping itu perlu pengaturan pembagian tugas
dan Jadwal kerja yang jelas agar pekerjaan fisik dapat dilaksanakan secara
maksimal. Selain upayakan juga mengatur hubungan kerja yang baik diantara
pekerja terampil dari luar dengan pekerja lokal yang kurang terampil sehingga
terjadi peningkatan kinerja antara transfer teknologi pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman lewat radio dan koran serta ditempatkan di Kantor Lurah Rate
Rate, Dinas Nakertrans Kabupaten Kolaka dan lokasi rencana usaha,
sedangkan pembagian tugas dan jadwal kerja dijelaskan kepada pekerja di
lokasi kegiatan pembangunan Terminal.
4) Waktu dan durasi pengelolaan.
Pengumuman ditempatkan di Kantor Lurah Rate Rate, Dinas Nakertrans
Kabupaten Kolaka , 14 (empat belas) hari sebelum rekrutmen dilaksanakan.

c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi Bahan atau


Material Konstruksi.
1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja
konstruksi bangunan, pengawas, sopir, kondektur.
2) Upaya Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan untuk mengurangi dampak peningkatan debu dan
kebisingan, kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas, dilaksanakan melalui
penyiraman lokasi, penutupan dengan terpal pada bak truk pengangkut,
pemasangan tanda larangan masuk dan rambu lalu lintas portabel, mentaati
jadwal angkut dan jadwal kerja, pembuatan gudang tempat penyimpanan
material.
3) Lokasi Pengelolaan.

42 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan terminal di Desa


Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi, sebelum kegiatan
pembangunan fisik Terminal dan fasilitasnya.

d. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembangunan Fisik Terminal dan


Fasilitasnya.
1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja konstruksi
bangunan, pengawas, sopir dan kondektur.
2) Upaya Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan untuk mencegah peningkatan debu dan kebisingan serta
kecelakaan kerja; dilaksanakan melalui penyiraman lokasi, pemasangan tanda
larangan masuk, himbauan, pagar lokasi, penerapan disiplin dan Standart
Operation Procedure (SOP), serta taat terhadap Keselamatan dan Keamanan
Kerja (K3) seperti penggunaan helm pengaman, masker hidung, sabuk pengaman,
dan lain-lain.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi sampai kegiatan pembangunan fisik
Terminal dan fasilitasnya selesai.

5.1.3 Tahap Operasi


a. Pengelolaan dampak lingkungan terkait rekrutmen karyawan terminal dan seleksi calon
karyawan.
1)Sasaran Pengelolaan.
Yang menjadi sasaran pengelolaan adalah masyarakat pencari kerja terutama
yang memiliki spesifikasi di bidang pengelolaan terminal dan fasilitasnya, serta
masyarakat yang telah mendaftar untuk bekerja di Terminal Tipe B Kolaka
Kabupaten Kolaka .

43 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

2)Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dilakukan dengan cara mengumumkan jumlah kesempatan atau
lowongan kerja sebanyak 200 orang tenaga yang dibutuhkan berdasarkan
spesifikasi kebutuhan manajemen terminal, serta pelaksanaan seleksi calon
karyawan dilakukan secara transparan.
Selain itu juga direncanakan pelaksanaan peningkatan kualitas dan kuantitas
Sumber Daya Manusia Terminal melalui berbagai program magang, diklat maupun
kursus.
Meningkatkan kemampuan pekerja dengan latihan ketrampilan/ permagangan bagi
tenaga pengurus terminal, kerjasama dengan Dinas kebersihan dalam menangani
persampahan, dengan pihak Kepolisian dalam melatih satpam, penanggulangan
keadaan darurat pada Dinas Kebakaran, serta peningkatan kesehatan kerja melalui
Askes tenaga kerja guna pememeriksaan kesehatan pekerja ke para setiap tahun.
Guna menjaga keharmonisan diperlukan Pengarahan dan selalu konsisten dalam
menegaskan aturan yang sudah disepakati bersama pekerja.
3)Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman dilaksanakan di media massa, Dinas Nakertrans Kabupaten Kolaka
serta Kantor manajemen Terminal agar diperoleh tenaga yang profesional
dibidangnya. Sedangkan Seleksi karyawan Terminal dan peningkatan SDM dapat
dilaksanakan pemrakarsa di tempat lain yang dianggap layak.

4)Waktu dan Durasi Pengelolaan.


Tahap Pengumuman sampai seleksi karyawan Terminal dilaksanakan 14 (empat
belas) hari; sedangkan program peningkatan SDM karyawan Terminal dilaksanakan
secara terus menerus dan berkala sesuai tingkat kebutuhan manajemen terminal.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Operasional Terminal dan Fasilitasnya


1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada manajemen terminal, sistem pengelolaan terminal dan
sarana prasarana pendukung Terminal .
2) Upaya Pengelolaan
Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir dampak lingkungan berupa
peningkatan pencemaran air karena aktifitas manusia saat operasional Terminal.

44 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Karena itu pengolahan semua limbah cair dari semua unit operasi Terminal Tipe B
Kolaka akan diolah dengan sistem Bio Filter Anaerob dan Aerob, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Limbah cair dari Unit UGD, Operasi dan laboratorium akan melalui proses pre-
treatment setelah itu dialirkan ke Equilizing tank. Kemudian limbah cair dari
toilet dan laundry dialirkan ke Equilizing tank dan limbah cair dari dapur di
treatment (untuk menangkap lemak dan minyak) selanjutnya dialirkan ke
Equilizing tank.
b. Semua limbah cair dalam Equilizing tank dihomogenkan dan ditambahkan
kadar oksigen terlarut (DO), selanjutnya dipompa ke arah STP Biofilter serta
diolah secara biologis anaerob dan aerob.
c. Dari STP Biofilter air yang telah memenuhi baku lingkungan dialirkan ke bak
sedimentasi dan ditambahkan PAC untuk mengendapkan zat-zat tersuspensi
yang sebagian kemungkinan mengandung B3, padatan yang mengendap
diharuskan di sedot secara periodik.
d. Dari bak sedimentasi air dialirkan menuju tangki penampungan ( storage tank)
untuk di recycle kembali atau dibuang ke badan air.

Upaya pengelolaan kualitas udara dengan memelihara pohon yang sudah


ada dan menanam kembali atau menyediakan tanaman in door dalam tiap ruangan
dapat menyerap polutan yang ada maupun menyerap tingkat kebisingan. Beberapa
tanaman in door yang dianjurkan yaitu Siri Belanda ( Epipremnum aureum)
meredam 53 % dari total Benzena sebesar 0,156 ppm per hari juga menekan 67 %
dari total formaldehid 18 ppm dan 75 % dari total karbon Monoksida sebesar 113
ppm . Tumbuhan ini merambat berdaun kuning, termasuk Sansivieria/ lidah mertua
dan pakis Boston (Hasim,2008). Pengelolaan polutan dengan menggunakan
tanaman out door yaitu Puring/croton ; menurut hasil penelitian Ir Suparwoko Univ.
Islam Indonesia, Yokyakarta, croton paling baik dalam menyerap Timbal. Sehelai
daun Puring mampu menyerap 2,05 mg/l timbal, beringin ( Ficus benjamina) hanya
1,025 mg/l dan Tanjung (Mimusops elengi) 0,505 mg/l (Trubus ,Agts 2008).
Disamping itu perlu menyiapkan tempat/ ruang terbuka bagi perokok dengan
tanaman seperti di atas.

45 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Upaya pengelolaan sistim drainase, sumur resapan, dipelihara sehingga tetap


berfungsi dengan baik.
Upaya pengelolaan untuk tujuan mengurangi timbunan sampah padat
dilakukan dengan cara memasang tanda larangan membuang sampah
sembarangan, menyediakan tempat sampah dan TPS Terminal dengan peruntukan
sebagai berikut: sampah umum dalam kantong plastik warna hitam, semua sampah
akan diteruskan ke incenerator disimpan di dalam plastik berwarna kuning strip
hitam. Limbah sebaiknya di incinerasi dan dapat dibuang ke Landfill. Limbah yang
harus disterilisasi di tempatkan dalam kantong biru muda. Sedangkan limbah padat
radioaktif disimpan di dalam Kabk yang dilapisi logam Pb dan beri identitas khusus
bahan radioaktif (selanjutnya diolah di Badan Tenaga Atom (BATAN) dan limbah
radiokatif cair dengan waktu paruh pendek di simpan dalam Kabk berlapis Pb
sampai aktivitasnya.
Pembuatan sebuah TPS terminal memudahkan saat menjalin kerjasama
dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Kolaka agar pengangkutan sampah dari TPS
Terminal dilakukan secara rutin.
Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir kecelakaan kerja dan kebakaran
dilakukan dengan cara penerapan SOP dan K3 secara ketat, pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran bagi karyawan, pemasangan tabung pemadam,
akses jalan yang cukup untuk kendaraan pemadam kebakaran, pemasangan tanda
larangan (merokok, parkir, berhenti), tanda bahaya (gampang terbakar, gampang
meledak), maupun himbauan.
3) Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan fasilitas berada dalam lokasi terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan :
Mengatur Jadwal penyedotan tinja secara rutin melalui Dinas Kebersihan
Kabupaten Kolaka adalah cara yang tepat sebelum tangki septik penuh, serta
menganalisa kualitas air maksimal dua kali dalam setahun pada Laboratorium
terakreditasi di tingkat provinsi atau laboratorium lingkungan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Kolaka . dan dilaporkan ke BPLHD Kabupaten Kolaka tiap 6 (enam)
bulan.

5.1.4 Tahap Pasca Operasi

46 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan pada kegiatan ini adalah karyawan Terminal dan penghuni
perumahan di sekitarnya.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan untuk meminimalisir dampak akibat kegiatan ini dilakukan
dengan cara pemberian informasi yang lengkap mengenai alasan pengalihan fungsi
lahan dari terminal ke usaha/kegiatan lain sehingga karyawan dan pemilik/penghuni
dapat memahaminya sehingga tidak timbul konflik dan keresahan.

3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pengalihan fungsi lahan dilaksanakan di lokasi
Terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Waktu pemberian informasi kepada karyawan dilaksanakan 2-5 bulan sebelum
pengalihan fungsi dilaksanakan sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri
secara lebih baik. Sedangkan informasi kepada karyawan dilakukan paling lambat 1
tahun sebelum dialihfungsikan sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri lebih
baik.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembongkaran Bangunan.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan dari kegiatan ini adalah pemilik bangunan Terminal yang
dibongkar.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara sosialisasi pada
masyarakat sekitar tentang rencana dan waktu pembongkaran, mempekerjakan
tenaga kerja non skill sekitar lokasi terminal, mencegah debu yang berterbangan
dengan menyiram lokasi, mengatur alat berat dan arus lalu lintas agar tidak terjadi
kecelakaan lalulintas maupun tenaga kerja, mendaur ulang sebahagian bahan
bangunan.
3) Lokasi Pengelolaan.

47 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pengelolaan dampak kegiatan pembongkaran bangunan terminal dilaksanakan pada


kawasan terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Sosialisasi, penyerapan tenaga kerja dan pembongkaran dilaksanakan dalam waktu
secepatnya.

c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan dari kegiatan ini adalah karyawan yang akan di-PHK, terutama
yang tidak dipekerjakan kembali pada usaha yang baru.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara pemberian
pesangon sesuai dengan kontrak kerja dan aturan ketenagakerjaan , mengalihkan
tenaga kerja tersebut ke usaha lain/baru, dan/atau mengusahakan bantuan modal
usaha dari lembaga atau instansi lain.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan PHK dilaksanakan di manajemen terminal.
4) Waktu dan durasi Pengelolaan.
Pemberian pesangon, mengalihkan tenaga kerja ke usaha lain/baru, dan/atau
mengusahakan bantuan modal usaha dari lembaga / instansi lain dilakukan saat
pelaksanaan PHK.

5.2 Upaya Pemantauan Dampak Lingkungan Hidup


5.2.1 Tahap Pra konstruksi.
a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tanggapan masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi dalam bentuk positif,
maupun keluhan dan keraguan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Yang menjadi tolok ukur pemantauan dalam kegiatan ini adalah perbandingan
persentase yang menolak dan yang menerima serta alasan-alasannya.

48 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan dengan metode observasi, tanya jawab dan dialog
dengan masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di sekitar lokasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat sebelum
pembebasan lahan.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Survey dan Pengukuran.


1) Sasaran Pemantauan.
Sasarannya adalah masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi
rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Jumlah dan asal persepsi negatif maupun positif terhadap rencana usaha.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pemantauan dilakukan dengan memperhatikan dan membandingkan jumlah
persepsi negatif maupun positif.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat sebelum
pembebasan lahan.
5) Lokasi Pemantauan.
Masyarakat sekitar yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan 1-2 hari sebelum saat pelaksanaan survey dan
pengukuran oleh Terminal dan Dinas PU Kabupaten Kolaka .

c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.


1) Sasaran Pemantauan.
Masyarakat sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat kelurahan Rate
Rate.
2) Parameter yang Dipantau.

49 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Ada tidaknya informasi tentang rencana usaha serta peluang kerja kepada
masyarakat sekitar.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Ketersediaan informasi dan bahan sosialisasi rencana kegiatan yang berisi
peluang dan kesempatan kerja serta manfaat rencana kegiatan bagi pemrakarsa
dan lingkungan sekitar; tingkat penerimaan masyarakat sekitar terhadap rencana
usaha.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat metode observasi, dialog dan wawancara.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan pada tempat sosialisasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Waktu pemantauan adalah saat pelaksanaan sosialisasi dan sesi dialog dengan
masyarakat sekitar.

5.2.2 Tahap Konstruksi.


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan
Lokasi.
1) Sasaran Pemantauan.
Kondisi lingkungan terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tingkat partikel debu di udara dan tingkat kebisingan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan yang dipakai adalah kondisi tingkat partikel debu serta
tingkat kebisingan awal.
4) Metode Pemantauan.
Metode pemantauan yang dipakai adalah pengujian tingkat partikel debu di
udara serta tingkat kebisingan pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan terminal.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.

50 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pemantauan dilakukan sekali pada saat kegiatan pembersihan lahan dan


penyiapan lokasi.
b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran Pemantauan adalah tenaga kerja di lingkungan lokasi rencana
pembangunan terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter yang dipakai dalam pemantauan adalah jumlah tenaga kerja yang
terlibat dalam tahap konstruksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan adalah kebutuhan minimal tenaga kerja konstruksi
sebanyak 196 orang agar pekerjaan konstruksi berjalan optimal.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan menggunakan metode pemeriksaan daftar hadir tenaga
kerja, wawancara dengan tenaga kerja dan manajemen usaha.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka .
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 2 (dua) kali selama kegiatan konstruksi.
c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi Bahan atau
Material Konstruksi.
1) Sasaran Pemantauan.
Kondisi lingkungan lokasi rencana pembangunan terminal saat kegiatan mobilisasi
dan demobilisasi bahan / material konstruksi.
2) Parameter yang Dipantau.
Tingkat partikel debu di udara dan tingkat kebisingan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kondisi tingkat partikel debu dan tingkat kebisingan daerah permukiman sekitar
Terminal .
4) Metode Pemantauan.
Pengukuran tingkat partikel debu dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana pembangunan terminal.

51 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

6) Waktu dan Durasi Pemantauan.


Dilakukan saat sedang berlangsung kegiatan mobilisasi dan demobilisasi bahan
konstruksi.

d. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembangunan Fisik Terminal Tipe B


Kolaka dan Fasilitasnya.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah kondisi kualitas lingkungan lokasi
rencana usaha yang terdiri dari kualitas udara dan kebisingan, kejadian
kecelakaan kerja.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tingkat partikel debu dan kebisingan, jadwal kerja, Pembagian kerja, SOP,
peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) serta laporan kecelakaan kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kualitas udara dan tingkat kebisingan, ketersediaan sarana dan prasarana K3,
Kabk P3K, jumlah kejadian kecelakaan kerja.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat pengukuran kualitas udara dan kebisingan,
observasi, dialog.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada lokasi pembangunan terminal.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan selama 3 (tiga) kali, yaitu pada awal kegiatan, pertengahan
dan akhir kegiatan untuk membandingkan ketepatan pengelolaan yang diterapkan.

5.2.3 Tahap Operasi.


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Karyawan Terminal Tipe B
Kolaka dan seleksi Calon Karyawan Terminal .
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan dalam kegiatan ini adalah Sistem dan hasil rekrutmen
karyawan Terminal serta seleksi calon karyawan.
2) Parameter Yang Dipantau.

52 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Pemantauan dilakukan terhadap jumlah minimal karyawan (200 orang), jumlah


tenaga kerja lokal yang melamar dan yang diterima, kontrak kerja dan upah serta
kriteria dan jumlah calon karyawan yang lolos seleksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pengumuman seleksi dan penerimaan calon karyawan, Jumlah kebutuhan dan
jumlah hasil rekrutmen karyawan, Informasi hak dan kewajiban karyawan, serta
pengumuman pendaftaran maupun hasil seleksi calon karyawan.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan menggunakan metode pemeriksaan terhadap perjanjian
kerja, daftar hadir calon karyawan, wawancara dengan calon karyawan dan
manajemen terminal, manifest pendaftar, daftar calon serta kelengkapan terhadap
dokumen yang disyaratkan.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada kantor Terminal Tipe B Kolaka Kabupaten Kolaka .
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 1 kali pada saat seleksi dilakukan, sebelum
terminal difungsikan.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Operasional Terminal dan Fasilitasnya.


1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah manajemen terminal, sarana dan
prasarana pendukung aktivitas terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Dalam rangka pencegahan dan meminimalisir dampak terhadap kualitas air, udara
dan kebisingan maka parameter lingkungan yang dipantau adalah jumlah dan
kondisi IPAL, Septic Tank, Sistem drainase, pohon peneduh , tanda larangan /
himbauan, serta SOP, jalan, fasilitas umum.
Pemantauan terhadap pengelolaan timbulan sampah dilaksanakan dengan melihat
jumlah dan kondisi Tempat sampah atau TPS, tanda larangan dan himbauan.
Pemantauan terhadap kualitas udara dan kebisingan dilakukan dengan mengukur
kadar NOx, SOx dan membandingkan tingkat kebisingan pada saat rona awal
dengan tahap operasi terminal.

53 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

Sedangkan pemantauan hasil dari upaya pengelolaan terhadap dampak


kecelakaan kerja dan kebakaran dilakukan dengan melihat SOP, Ketersediaan
sarana dan prasarana K3, Sarana dan prasarana damkar, Laporan jumlah
kejadian Kecelakaan kerja dan kebakaran.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kualitas udara, air dan tingkat kebisingan pada kondisi awal lokasi sebelum ada
kegiatan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk Terminal pada tahap
operasi.

4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian laboratorium pada kualitas air, udara
dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan tiap 6 (enam) bulan selama terminal beroperasi dan
dilaporkan ke BPLHD Kabupaten Kolaka serta instansi terkait.

5.2.4 Tahap pasca Operasi


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah kondisi karyawan dan manajemen terminal yang
akan berhenti beroperasi.
2) Parameter yang Dipantau.
Parameter yang harus dilihat adalah apakah terminal telah berhenti
beroperasi secara permanen dan penyebab pengalihan usaha, tingkat
keresahan warga dan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukurnya adalah jumlah karyawan yang masih aktif, kondisi manajemen
terminal, jumlah karyawan dan jumlah warga di sekitar lokasi terminal yang
resah.
4) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka dan sekitarnya.

54 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

5) Waktu dan Durasi Pemantauan.


Pemantauan dilakukan sekali selama proses pengalihan usaha.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembongkaran bangunan Terminal.


1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah manajemen terminal dan pemilik bangunan.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur pembongkaran dan peralatan yang
digunakan, kualitas udara dan kebisingan serta keresahan warga.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Bahan yang di daur ulang, penempatan sisa bahan bangunan, sosialisasi dan
waktu pembongkaran serta teknis penanganan pengangkutan material, debu,
kebisingan, bangkitan lalu lintas dan jumlah tenaga kerja lokal yang diserap.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, pengujian laboratorium, survey, wawancara dengan pemrakarsa,
tenaga kerja, lurah dan masyarakat sekitar.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali saat proses pembongkaran bangunan Terminal.
c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah karyawan dan manajemen terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur PHK, jumlah yang di-PHK, serta
alasan PHK, tingkat keresahan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Aturan ketenagakerjaan, kontrak kerja, besar pesangon atau kompensasi
yang diterima, kontrak penyewaan.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara dengan karyawan dan pemrakarsa.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka dan sekitarnya.

55 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO


LAPORAN DPLH TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TA 2018

6) Waktu dan Durasi Pemantauan.


Pemantauan dilakukan sekali saat proses PHK.

56 DISHUB PROV SULTRA-_LPPM UHO

Anda mungkin juga menyukai