Anda di halaman 1dari 8

ETNOREFLIKA

VOLUME 2 No. 3. Oktober. 2013. Halaman 304-311

“KALO SARA” SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI DALAM SISTEM


KEPEMIMPINAN TRADISIONAL SUKU TOLAKI
(Studi di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara)1

Asrul Jaya2
Harnina Ridwan3

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif guna memperoleh gambaran tentang
sistem kepemimpinan tradisonal masyarakat suku Tolaki; makna simbolik, peran dan fungsi kalo
sara; dan gambaran kalo sara sebagai alat komunikasi sosial dalam sistem kepemimpinan
tradisonal masyarakat suku Tolaki di Kabupaten Konawe. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemimpin menurut masyarakat suku Tolaki dibaratkan sebagai gunung batu besar yang kuat, pohon
beringin besar yang kokoh yang mampu memberi solusi atas berbagai masalah dalam kehidupan
sosial masyarakat dengan berpedoman pada kalo sara. Dasar hukum kepemimpinan mereka adalah
berdasarkan hukum adat silsilah yang disebut “londara” atau “kukua” dimana pemimpin
ditentukan berdasarkan latar belakang asal-usul keturunannya. Tipe-tipe kepemimpinan mereka
memiliki ciri-ciri kesamaan dengan tipe-tipe kepemimpinan moderen yang sasarannya kepada
orang-orang atau masyarakat yang dipimpin agar mau bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, pemimpin harus senantiasa berpedoman
pada kalo sara yang sejak dulu telah menjadi simbol kebesaran dan sebagai alat komunikasi sosial
diantara mereka dalam menjalani hidup bermasyarakat dan berpemerintahan.

Kata kunci: kalo sara, alat komunikasi, kepemimpinan tradisional, suku Tolaki

ABSTRACT
The type of this research is a qualitative descriptive in order to gain an overview of
the traditional system in traditional society of Tolaki ethnic; symbolic meaning, the role
and function of kalo sara, and the description of kalo sara as a tool of social
communication in the traditional leadership system of Tolaki communities in Konawe
regency. The Results of this study indicated that the leaders based on Tolaki communities
described as a strong big rock, a solid big banyan tree that able to provide solutions to
various problems in the social life of the community based on the kalo sara. The legal
basis of their leadership was based on common law pedigree called "londara" or "kukua"
where the leader was determined based on the background of genealogy. Their leadership
types had similar characteristics with modern leadership types that targeted to the people
or community that led to work together towards a common goal. In performing its duties
and obligations, the leader must be guided by kalo sara which had been a symbol of
greatness and as a means of social communication among social life and self-governing
society.
Keywords: kalo sara, tools communication, leadership traditional, Tolaki
1
Hasil Penelitian
2
Staf Pengajar pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo,
Kendari
3
Staf Pengajar pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo,
Kendari

304
Etnoreflika, Vol. 2, No. 3, Oktober 2013: 304-311

A. PENDAHULUAN (O kasa) dan talam bersegi empat yang di-


anyam dari daun palem hutan yang disebut
Setiap kelompok masyarakat memiliki “Siwole Uwa”. Ketiga unsur simbolik “ka-
budaya dan kebudayaannya masing-masing. lo sara” tersebut mengkomunikasikan mak-
Hubungan antara masyarakat dengan kebu- na-makna tertentu dan sangat sakral bagi
dayaan secara realistis ditunjukkan melalui masyarakat suku Tolaki.
keberadaan kebudayaan sebagai wadah un-
tuk mempertahankan masyarakat dari ber- Kalo sara merupakan suatu pencitra-
bagai ancaman yang menghadang mereka an kearifan-kearifaan kepemimpinan dalam
(Liliweri, 2001). Kebudayaan dapat mem- masyarakat pendukungnya (suku Tolaki).
berikan informasi tentang nilai suatu atau Kearifan-kearifan tersebut meliputi (1) kea-
beberapa peristiwa yang terjadi di masa la- rifan dalam memperlakukan (menghormati-
lu. /menghargai) orang lain; (2) kearifan dalam
mengutarakan atau menyampaikan maksud
Sistem kepemimpinan masyarakat su- dan tujuan tertentu; (3) kearifan dalam hal
ku Tolaki seperti yang dimaksud di atas se- pemeliharaan benda-benda hak milik; (4)
jak dahulu telah diberi wewenang, tugas kearifan masyarakatnya dalam memperke-
dan tanggung jawab fungsional atas nama nalkan dan melaksanakan sistem demokrasi
masyarakat dan demi hukum menjaga, me- (sistem pendelegasian atau perwakilan; (5)
melihara dan menjamin tegaknya tertib hu- kearifan pemimpin dan masyarakat pemilik
kum dan tertib sosial dalam kehidupan ber- tradisi tersebut dalam menciptakan, melak-
masyarakat dan berpemerintahan di lingku- sanakan atau menjalankan, dan mentaati se-
ngan wilayahnya, termasuk tugas pemuli- gala keputusan-keputusan yang telah diha-
han dan penyelesaian semua jenis pelangga- silkan bersama; dan (6) kearifan masyarakat
ran dan kejahatan delik adat serta sengketa suku Tolaki dalam menyelesaikan berbagai
perdata. persoalan (Dinas Kebudayaan dan Pariwi-
Dalam menghadapai berbagai perso- sata Provinsi Sulawesi Tenggara, 2010).
alan sosial kemasyarakatan (bahkan perso- Semakin dipertahankannya kalo sara
alan politik sekalipun) lembaga adat (O oleh masyarakat suku Tolaki sebagai alat
sara) sebagai suatu wadah atau alat adat komunikasi dan unsur adat kesakralan me-
akan menjalankan perannya berupa pengko- reka, maka semakin kokoh pula lembaga
munikasian persoalan tersebut kepada se- adat dan para pemimpin masyarakat Tolaki
mua pihak yang terkait untuk kemudian di- menempatkan diri sebagai satu-satunya ke-
pertemukan ke dalam suatu “forum adat” rangka organisasi pengendalian tertib hu-
guna menemukan suatu pemecahan/solusi kum dan tertib sosial di dalam semua aspek
dan/atau kesepakatan-kesepakatan bahkan hubungan interaksi kehidupan sosial suku
putusan-putusan terbaik demi kebaikan be- Tolaki melalui pengaruh kharismatisme ke-
berapa pihak dan atau pula kebaikan bagi pemimpinan yang kuat dari para pemangku-
negeri (kampung) secara umum. Proses pe- /perangkatnya maupun para pemimpin ma-
ngkomunikasian persoalan-persoalan sosial syarakat suku Tolaki pada umumnya seba-
tersebut, dalam kebudayaan masyarakat su- gai sumber panutan utama dari nilai-nilai
ku Tolaki khususnya dalam kaitan dengan etika, moral, sopan santun, kejujuran, kea-
kegiatan kepemimpinan tradisional suku dilan, perdamaian serta berbagai unsur per-
Tolaki di Konawe mengenal apa yang dise- syaratan kepemimpinan lain yang terkan-
but dengan “Kalo Sara”. Kalo Sara tersebut dung dalam kebudayaan masyarakat suku
adalah sesuatu yang berwujud lingkaran Tolaki.
rotan kecil bulat berpilin tiga yang kedua
ujungnya dipertemukan dalam suatu simpul Berangkat dari uraian-uraian di atas,
tertentu (O kalo), secarik kain putih bersih dengan memperhatikan kenyataan yang ada

305
Asrul Jaya & Harnina Ridwan - “KALO SARA” Sebagai Alat Komunikasi Dalam Sistem Kepemimpinan
Tradisional Suku Tolaki: Studi di Kab. Konawe, Prov. Sulawesi tenggara

bahwa sampai saat ini sistem kepemimpi- rakat Tolaki pada umumnya juga mengang-
nan tradisional yang tertuang dalam kebu- gap raja atau pemimpinnya sebagai sesuatu
dayaan dan hukum adat atau “O sara” dan yang mewujudkan status, fungsi, peranan
para pemimpin masyarakat Tolaki masih dan tanggung jawabnya sebagai seorang de-
menggunakan kalo sara sebagai satu-satu- wa yang dalam versi mereka disebut seba-
nya alat komunikasi dalam hubungan inte- gai “sangia”. Sangia berarti mahluk yang
raksi sosial mereka terutama dalam kaitan- berasal dari dunia kayangan yang turun dari
nya dengan sistem kepemimpinan tradisi- langit sambil membawa suatu benda ke-
onal suku Tolaki tampaknya masih belum ramat yang disebut “kalo sara”. Orang
banyak diketahui oleh masyarakat luas ter- yang berasal dari kayangan tersebut kemu-
masuk masyarakat akademisi. Oleh karena dian datang dan menjadi pemimpin bagi
itu, tulisan ini akan membahas sebuah hasil warga masyarakat suku Tolaki dengan me-
penelitian mengenai “Bagaimana Kalo Sa- nerapkan hukum aturan yang senantiasa
ra’ Sebagai Alat Komunikasi dalam Sistem berpedoman pada kalo sara tersebut.
Kepemimpinan Tradisional Orang Tolaki di Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara’’. orang Tolaki pada umumnya menganggap
pemimpin itu adalah seseorang besar, kuat,
B. METODE PENELITIAN tak tertandingi, yang mereka kagumi dan
Metode atau teknik pengumpulan data sekaligus mereka segani. Hal ini mereka
yang digunakann dalam penelitian ini ada- konotasikan bahwa pemimpin di antara me-
lah penelitian kepustakaan dan penelitian reka itu adalah suatu gunung batu besar
lapangan. Data yang diperoleh dianalisis yang kuat ataupun pohon beringin besar
secara kualitatif kemudian disajikan secara yang kokoh. Hal ini mengungkapkan bah-
deskriptif. wa secara nyata, pemimpin bagi masya-
rakat suku Tolaki adalah orang yang mam-
pu memberi solusi atas masalah-masalah
C. SISTEM KEPEMIMPINAN TRADI- yang timbul di masyarakat, mampu bekerja-
SIONAL MASYARAKAT SUKU sama dengan masyarakat untuk mencapai
TOLAKI DALAM MENGGUNA- tujuan, mampu mengayomi dan menjaga
KAN KALO SARA SEBAGAI AL-AT ketertiban serta keamanan warganya dari
KOMUNIKASI SOSIAL segala bahaya dengan senantiasa menjalan-
Pemimpin menjadi sesuatu yang lazim kan aturan hukum adat dan senantiasa ber-
ada pada suatu kelompok orang atau masy- pedoman pada kalo sara.
arakat di mana saja di dunia ini. Pemimpin Terdapat dua versi dalam hal dasar
adalah orang yang ditunjuk, diangkat, dan hukum kepemimpinan dalam masyarakat
dipercayai oleh keseluruhan atau sebagian suku Tolaki. Ada yang mengatakan berda-
dari anggotanya (bawahan). Dengan keper- sarkan hukum adat (lambarisi) yakni berda-
cayaan dan tanggung jawab yang diama- sarkan daftar silsilah keturunan pemimpin
nahkan kepadanya, ia kemudian bertindak masyarakat suku Tolaki (londara atau ku-
sebagai pengatur, pengarah dan/atau meng- kua) dan ada pula yang menyatakan bahwa
epalai sesuatu kelompok manusia yang ber- dasar hukum kepemimpinan masyarakat su-
tugas untuk bekerjasama dengan anggota- ku Tolaki ini adalah berdasarkan kalo sara.
nya guna mencapai suatu tujuan yang telah
rumuskan sebelumnya. Muslimin Suud (1989: 72) menyata-
kan bahwa suku Tolaki cenderung melihat
Sebagaimana halnya dengan konsep sifat-sifat kepemimpinan seseorang pemim-
kepemimpinan suatu kelompok masyarakat pin lebih ditentukan oleh faktor genetika
tradisional dimana saja di dunia ini, masya-

306
Etnoreflika, Vol. 2, No. 3, Oktober 2013: 304-311

atau karena latar belakang “keturunan” Hal inilah yang menyebabkan sehingga
(lala soosorono me’anakia). orang-orang keturunan bangsawan (anakia)
di kalangan masyarakat suku Tolaki dipan-
Namun dari kedua pernyataan yang
dang sebagai turunan-turunan pemimpin
berbeda ini, secara bijak dapat kembali
masyarakat yang berhak untuk memerintah
mengacu pada sejarah lahirnya pemimpin
karena kapasitas asal-usul dan kemam-
dalam masyarakat suku Tolaki yaitu bahwa
puannya (kepemimpinannya) dianggap le-
lahirnya seorang pemimpin dalam masya-
bih dari pada orang yang bukan turunan
rakat Tolaki itu bersamaan lahirnya struktur
bangsawan (okino anakia).
organisasi pemerintahan awal yang teratur
di kalangan orang Tolaki yang ditandai de- Berdasarkan uraian di atas, maka je-
ngan hadirnya benda-benda adat kalo sara laslah bahwa dasar hukum kepemimpinan
yang pembawanya adalah Raja/Dewa ketu- tradisional orang Tolaki adalah berdasarkan
runan dari kayangan yaitu Raja Wekoila. ketentuan hukum adat. Dalam hal ini ber-
Oleh karena benda-benda kalo sara atau dasarkan hukum adat silsilah, yang secara
yang lebih dikenal sebagai benda-benda turun-temurun telah menetapkan bahwa ke-
simbol “o sara” (hukum adat negeri orang pemimpinan seseorang itu sangat ditentu-
Tolaki) tersebut dianggap sebagai benda kan oleh latar belakang asal-usul keturunan-
titisan Dewa (Raja Wekoila) maka sejak nya, baik sifat dan persyaratannya maupun
Raja Wekoila, secara mitologis dianggap tentang aturan tata cara pengangkatannya
telah menghilang atau kembali ke kayangan sebagai seorang pemimpin.
setelah datang mengatur masyarakat Tolaki Masyarakat tradisional suku Tolaki
yang sebelumnya dalam keadaan kacau atau sejak dulu mengenal tipe/jenis kepemimpi-
tidak mempunyai aturan-aturan hidup lagi. nan. Tipe atau jenis kepemimpian tersebut
Masyarakat Tolaki mulai saat itu mem- adalah Anakia Mosa’a Sarano, Anakia Pe-
bangun aturan-aturan hukum adat yang di-
sawa/Me’ambo Penaono, Anakia Mbine
bawa oleh Raja Wekoila tersebut atau yang Rairahi, Anakia Moseka. Dari segi artinya,
disimbolkan kalo sara itu. Kalo sara ter- tipe-tipe kepemimpinan masyarakat Tolaki
sebut kemudian mulai dipuja, dihormati, tersebut nampaknya memiliki ciri-ciri kesa-
dan disakralkan oleh seluruh masyarakat maan bentuk dengan tipe-tipe kepemimpi-
Tolaki. Penghormatan/penyakralan benda nan modern yang dikenal dalam teori ilmu
simbolik tersebut tidak terbatas pada ang- administrasi negara sebagaimana yang di-
gapan bahwa benda tersebut adalah sebagai kemukakan oleh Sukarno K. (1982:7) yaitu:
benda tetesan Dewa yang telah menye-
lamatkan atau berhasil melindungi kesela- 1. Kepemimpinan personal (personal lea-
matan rakyat dari kekacauan masa lalu, dership).
akan tetapi sejak itu pula mulai lahir 2. Kepemimpinan non personal (non per-
anggapan bahwa di manapun ditemukannya sonal leadership).
benda adat kalo sara tersebut, maka di situ 3. Kepemimpinan otoriter (autoritian lea-
pula dianggap sebagai tempat pemukiman dership).
manusia pertama di bumi ini, sekaligus 4. Kepemimpinan demokratis (democratic
dianggap sebagai tempat lahirnya seorang leadership).
“Pemimpin” (anakia) yang dianggap 5. Kepemimpinan kebapakan (paternalis-
sebagai penemu atau pewaris dari benda- tic leadership).
benda sakral tersebut, dan secara tu-run Pendapat Sukarno di atas, member-
temurun dipandang sebagai seorang yang kan simpulan bahwa tipe kepemimpinan se-
berhak untuk memerintah sesama ma-nusia orang pemimpin itu pada hakekatnya sangat
di bumi atas kedudukannya sebagai penemu ditentukan oleh faktor kepemimpinan dari
dan pewaris benda tetesan Dewa tersebut.

307
Asrul Jaya & Harnina Ridwan - “KALO SARA” Sebagai Alat Komunikasi Dalam Sistem Kepemimpinan
Tradisional Suku Tolaki: Studi di Kab. Konawe, Prov. Sulawesi tenggara

pemimpin itu sendiri. Hal ini dipertegas benda sebagai alat kelengkapannya (Ling-
pula oleh Eddy Agussalim Mokodompit karan rotan bulat kecil berpilin tiga yang
(1966: 19) bahwa masalah tipe kepemimpi- kedua ujungnya dipertemukan dalam suatu
nan sangat ditentukan oleh faktor kemam- bentuk simpul tertentu, secarik kain putih
puan diri dari seorang pemimpin dalam me- bersih dan sebuah talam bersegi empat),
ngartikulasikannya sehingga dapat mempe- sejak zaman dahulu telah digunakan seba-
ngaruhi orang lain untuk mau bekerja sama gai simbol (lambang) kebesaran Kerajaan
dengannya dalam mencapai tujuan organi- Konawe, guna menghormati atau menandai
sasi yang telah ditentukan bersama (sang peristiwa hadirnya untuk pertama kali se-
pemimpin) sebelumnya. orang Raja Dewa turunan dari kayangan
(mitologis) guna memerintah atau menye-
Selain beberapa hal di atas, dalam pe-
lamatkan penduduk setempat yaitu masya-
nelitian ini ditemukan pula bahwa prinsip,
rakat Tolaki yang pada saat itu berada da-
sasaran maupun tujuan kepemimpinan da-
lam situasi kekacauan akibat “ketiadaan”
lam sistem kepemimpinan tradisional masy-
pemimpin (tekotu poanakia’a).
arakat Tolaki tidak jauh berbeda dengan
prinsip, sasaran dan tujuan dalam sistem ke- Sebagai simbol, kalo sara memiliki
pemimpinan modern yaitu terletak pada se- atau mengandung makna-makna atas kom-
jauh mana tingkat kemampuan seorang pe- ponen-komponennya. Karena mengandung
mimpin dalam mempengaruhi pihak yang makna, maka ada pesan-pesan tertentu bagi
dipimpin agar mau bekerja sama dengan para pemimpin dan bagi para pemangku
sang pemimpin dalam mencapai tujuan adat dalam masyarakat suku Tolaki yang
yang hendak dicapai secara efektif dan efi- harus menjadi patokan dan pedoman dalam
sien. Demikian pula halnya dengan tugas hidup bermasyarakat dan berpemerintahan.
dan kewajiban seorang pemimpin tidaklah Pesan-pesan tersebut, tentu saja merupakan
jauh berbeda dengan tugas dan kewajiban wujud komunikasi nenek moyang masya-
dalam sistem kepemimpinan saat ini. Se- rakat suku Tolaki bagi generasi-generasi se-
cara umum, perbedaannya terletak pada as- lanjutnya tentang cara-cara melakoni hidup
pek-aspek sasaran tugas dan pembidangan dengan baik di dalam mengelolah kehidu-
kegiatan pimpinan yang pada masa ini ob- pan pribadi maupun dalam kehidupan ber-
jeknya semakin rumit dan kompleks. masyarakat.
Sebagai simbol, kalo sara memiliki
D. SIMBOL KOMUNIKASI KALO- fungsi atau keberadaannya difungsikan o-
SARA leh masyarakat tradisional suku Tolaki. Di
Simbol menurut Polak (1977: 124) di- atas, telah disampaikan bahwa kalo sara
artikan sebagai bagian dari sistem keya- merupakan simbol. Sebagai simbol kalo
kinan atau kepercayaan suatu kelompok sara digunakan untuk mengekspresikan
masyarakat (tradisional) di mana pun sejak konsepsi orang Tolaki mengenai unsur
dahulu, guna memberi arti atau memberi ta- manusia, unsur alam, unsur masyarakat,
nda atas terjadinya sesuatu peristiwa pen- dan unsur kebudayaan Tolaki.
ting yang pernah dialami dengan cara me- Lingkaran rotan bulat kecil berpilin ti-
makai sesuatu alat tertentu berupa benda, ga yang kedua ujungnya dipertemukan da-
batu-batuan, alat senjata, gambar, tulang lam suatu bentuk simpul tertentu, secarik
dan/atau umbi-umbian kayu sebagai peng- kain putih bersih dan sebuah talam bersegi
ganti untuk disembah, diangungkan atau di- empat adalah tiga komponen adat yang
puja. disebut “kalo sara”. Ia dinamakan kalo sara
Sebagaimana telah diuraikan sebe- karena benda-benda adat tersebut telah di-
lumnya bahwa kalo sara dengan tiga buah anggap sebagai benda sakti tetesan/-

308
Etnoreflika, Vol. 2, No. 3, Oktober 2013: 304-311

peninggalan Raja turunan Dewa dari kaya- mbuat isyarat kepada seseorang lainnya un-
ngan (Wekoila) yang digunakan sewaktu ia tuk menyampaikan maksudnya.
membentuk dan menjadi Raja di Konawe, Namun kini, kalo sara sebagai bahasa
sehingga seluruh manusia Tolaki dapat di- simbol orang Tolaki telah pula mengalami
atur, dipersatukan dan dikendalikan di ba- perubahan dalam cara pemakaiannya. Peru-
wah kepemimpinannya, setelah orang To- bahan itu tampak pada gejala adanya sedikit
laki mengalami suasana yang kacau balau penjelasan yang menyertai kalo sara itu se-
karena ketiadaan pemimpin (Raja) selama hingga kalo sara sebagai bahasa simbolik
tujuh generasi (± 250 tahun). Berkat kesak- itu kurang diresapi oleh terutama mereka
tian dan keampuhan yang dimiliki itulah, yang telah mulai tidak mengenal apa makna
sehingga sejak zaman pemerintahan Raja kalo sara itu, misalnya pada kalangan anak
Wekoila orang Tolaki secara turun-temurun muda orang Tolaki dan oleh mereka dari
menghormati, mengagungkan, mengerama-
kalangan yang bukan orang Tolaki, karena
tkan serta menjadikan benda-benda kalo sekarang ini upacara perkawinan misalnya,
sara tersebut sebagai lambang/simbol sering juga dihadiri oleh pihak dari luar
kebesaran Kerajaan Konawe dan selan- (misalnya suku di luar suku Tolaki), oleh
jutnya benda-benda adat tersebut menjadi karena telah menetap lama di kampung itu
alat personifikasi dari aturan-aturan hukum atau karena perkawinan dua orang dimana
adat negeri (o sara) yang pernah diterapkan salah satunya bukan orang suku Tolaki.
oleh Raja Wekoila sewaktu ia memimpin
sebagai Raja Konawe, sehingga seluruh Perubahan itu tampak juga pada ge-
rakyat di seluruh wilayah Kerajaan Konawe jala dimana seseorang menggunakan kupiah
yang meliputi seluruh jazirah daratan teng- atau bahkan sekarang ini telah mulai orang
gara pulau Sulawesi dapat hidup teratur, menggunakan Rokok (dengan dibungkus
bersatu, aman, tentram, damai, dan sejah- sapu tangan) sebagai pengganti kalo sara
tera. untuk mengkomunikasikan maksudnya, ka-
rena pada saat itu sangat mendesak dan ia
Selain itu, kalo sara juga memiliki sedang tidak membawa kalo sara sehingga
makna atau merupakan bahasa dalam peng- kupiah atau rokok itulah yang diperlakukan
gunaanya. Penggunaannya sebagai bahasa sebagai kalo sara.
tentu saja dalam hal komunikasi sosial di
antara warga masyarakat tradisional suku
Tolaki dalam interaksi sosial hubungan se- E. KALO SARA SEBAGAI ALAT KO-
cara individual maupun secara kelompok. MUNIKASI SOSIAL
Dalam adat pokok kekeluargaan dan per-
satuan warga, mencakup sara mberapu ya- Sebagaimana telah dijelaskan sebelu-
itu adat perkawinan, yang mengatur dan mnya bahwa kalo sara merupakan simbol
menetapkan tata cara memilih jodoh, mana kebesaran masyarakat tradisional suku To-
yang boleh dan mana yang dilarang, tata laki yang sekaligus secara simbolik menjadi
cara melamar, peminangan dan pernikahan, alat komunikasi sosial.
tata cara memilih tempat menetap setelah Sehubungan dengan hal tersebut, ma-
pernikahan, dan menetapkan jenis warisan ka diperoleh keterangan bahwa kalo sara
dan bingkisan bagi pengantin, soal per- dalam bentuk simbol dengan segala alat ke-
ceraian dan tanggung jawab pemeliharaan lengkapannya sejak dahulu telah digunakan
anak sesudah perceraian. Juga dalam adat secara individu atau oleh keluarga dalam
pokok kekeluargaan dan persatuan ini ter- berbagai kepentingan sosial antara lain (1)
cakup apa yang disebut Merou, yaitu aturan sebagai alat untuk memberitahukan sese-
sopan santun yang harus ditaati oleh se- orang (baik keluarga dekat maupun orang
seorang dalam mengujar kata-kata dan me-

309
Asrul Jaya & Harnina Ridwan - “KALO SARA” Sebagai Alat Komunikasi Dalam Sistem Kepemimpinan
Tradisional Suku Tolaki: Studi di Kab. Konawe, Prov. Sulawesi tenggara

lain) manakala ada salah satu keluarga yang baik, sedangkan sisanya satu orang (4,4%)
meninggal; (2) bila ada perkawinan yang berpendapat komunikasi langsung lebih
akan dilaksanakan termasuk sejak pemi- baik.
nangan, (3) digunakan apabila ada peristiwa Dengan demikian maka secara deskrip-
penting yang terjadi dalam masyarakat yang tif dapat disimpulkan bahwa pada umum-
menurut sifatnya perlu untuk disampaikan nya masyarakat Tolaki khususnya masya-
kepada pejabat pemerintah, (4) sebagai “un- rakat Tolaki yang berada di Kelurahan Ko-
dangan” (pepote’eniako) kepada seseorang nawe sejak lama mengenal berbagai cara
keluarga yang dituakan, tamu terhormat dan untuk saling membina dan saling memeli-
hubungan-hubungan interaksi sosial lain- hara hubungan komunikasi antarindividu
nya. terutama antarkeluarga dengan keluarga.
Orang atau keluarga, atau golongan Namun dari beberapa cara tersebut nampak-
masyarakat yang selalu menggunakan kalo nya sampai saat ini, memberitahu, mengun-
sara untuk menyampaikan maksud tertentu dang, menghormati dan maksud-maksud
kepada orang atau keluarga dan atau go- baik lainnya kepada orang lain, kepada ke-
longan lain dipandang sebagai Merou, Me’- luarga atau kepada siapapun yang perlu di-
irou (sopan santun, berakhlak baik, terpuji, hormati dengan kalo sara masih tetap di-
terhormat, tahu adat, tahu aturan, berbudi pandang sebagai cara yang terbaik diban-
pekerti yang tinggi). Singkatnya ia adalah ding dengan cara surat atau dengan cara
manusia yang sesungguhnya. Sebaliknya lain apapun.
mereka yang tidak berlaku demikian dipan-
dang tidak sopan, tidak tahu adat, Te’oha- F. PENUTUP
oha (sombong, berlagak pintar). Di sini na-
mpak kalo sara sebagai asas dari adat isti- Peranan kalo sara sebagai alat komuni-
adat dalam berbahasa dan atau berkomuni- kasi dalam sistem kepemimpinan tradisio-
kasi. nal orang Tolaki sangat penting bagi kehi-
dupan masyarakat Tolaki dan sistem kepe-
Untuk mengetahui apakah kalosara
mimpinan tradisional masyarakat suku To-
yang secara simbolik masih digunakan se-
laki adalah pada orang atau orang-orang
bagai alat komunikasi sosial masyarakat su-
atau pada masyarakat yang dipimpin. Seda-
ku Tolaki atau sudah adakah cara lain yang
ngkan tujuannya adalah (1) agar pihak yang
lebih baik untuk adat Tolaki, penulis telah
dipimpin atau orang yang diajak kerja sa-
mewawancarai semua informan penelitian
ma, untuk mencapai tujuan bersama secara
ini dan telah pula menanyakan hal tersebut
tulus ikhlas (tidak dengan perasaan terpak-
kepada semua informan. Hasilnya, diper-
sa) mau bekerja sama dengan sang pemim-
oleh bahwa tujuh belas orang (73,9 %) dari
pin dalam membantu mencapai tujuan yang
23 orang informan (100%) yang ditanyai
diinginkan bersama atau oleh sang pemim-
pendapatnya mengenai alat komunikasi
pin; (2) agar pihak yang dipimpin yang di-
yang digunakan dalam membina dan me-
ajak kerja sama, tanpa ragu-ragu membantu
melihara hubungan interpersonal maupun
sang pemimpin dalam mencapai suatu tuju-
hubungan antar keluarga dengan keluarga
an yang dikehendaki sang pemimpin; (3)
lainnya di kalangan warga masyarakat
agar pihak yang dipimpin/diajak kerjasama
hukum adat Tolaki menyatakan beberapa
mau mengerjakan sesuatu yang diperintah-
macam cara yang sering digunakan, namun
kan sang pemimpin untuk dikerjakan deng-
diantara beberapa cara dimaksud, komu-
an penuh kesungguhan hati; (4) agar pihak
nikasi dengan kalo sara dipandang sebagai
yang dipimpin/diajak kerjasama dalam me-
cara yang lebih baik, lima orang informan
(21,7%) menyatakan secara surat lebih lakukan kegiatan kerjasama tersebut tidak
dibarengi dengan rasa penyesalan, menge-

310
Etnoreflika, Vol. 2, No. 3, Oktober 2013: 304-311

rutu atau berakhir dengan rasa kekecewaan, Suryono Sukanto dan B. Taneko. 1983. Hu-
dan (5) agar kegiatan atau pekerjaan yang kum Adat Indonesia. Jakarta: CV
menjadi objek kerjasama itu dapat tersele- Rajawali Press.
saikan dengan baik, lancar, berdaya guna Surjadi A. 1983. Desa dan Pemerintahan
dan berhasil guna. Desa. Bandung: Alumni.
Tarimana Abdurrauf, Prof. Dr. 1985. Kebu-
DAFTAR PUSTAKA dayaan Tolaki. Jakarta: Balai Pus-
taka Nasional.
Batten TR. 1980. Komunikasidalam Kepe-
Tarimana Abdurrauf, Prof. Dr. 1989.
mimpinan Masyarakat Pedesaan.
Budaya Kepemimpinan Tolaki dan
Jogjakarta.
Sumbangannya Terhadap Pemba-
DEPARTEMEN DALAM NEGERI. 1978. ngunan Desa-Desa (Gersamata)
Pola Pembinaan Lembaga-Lem- di Sultra. Kendari: Fisip Un-
baga Adat Desa. Jakarta: Dirjen sultra.
PUOD.
Widjaya, AW. 1993. Komunikasi dan Hu-
Eddy Agussalim Mokodompit. 1972. Suatu bungan Masyarakat. Jakarta: Bu-
Pandangan Umum tentang Prin- mi Aksara.
sip-Prinsip Kepemimpinan. Maka-
lah. Ujung Pandang: Unhas.
Effendy Onong Uchjana. 1988. Ilmu Komu-
nikasi Kepemimpinan. Bandung:
Remaja Karya.
Liliweri Alo. DR,M.S. 2001. Gatra-Gatra
Komunikasi Antarbudaya. Yogya-
karta: Pustaka Pelajar.
Muslimin Suud. 1976. Sistem Kepemim-
pinan Kelembagaan Sara Wonua
Masyarakat Tolaki. Kendari: Balai
Penelitian Unhalu.
Muslimin Suud. 2006. Hukum Adat Tolaki.
Unaaha: LP3SKT.
Soepomo R. 1967. Bab-Bab tentang hukum
Adat. Penerbitan VI. Jakarta.
Sudiyat Imam. 1971. Hukum Adat, suatu
Azas. Fakultas Hukum. Jog-
jakarta: UGM.
Sartono Kartodirdjo. 1980. Sistem Kepe-
mimpinan Kelembagaan Desa di
Indonesia. Jogjakarta: UGM.
Suryono Sukanto dan B. Taneko. 1979.
Sosiologi suatu Pengantar. Ja-
karta: Universitas Indonesia.

311

Anda mungkin juga menyukai