Anda di halaman 1dari 31

Laporan Pendahuluan

Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

BAB II

TINJAUAN KHUSUS FAKTOR FAKTOR

PRODUKTIFITAS KAKAO KABUPATEN KOLAKA TIMUR

Keberhasilan dalam usaha tani dapat dilihat dari produktivitas, semakin tinggi
produktivitas maka usahatani dinyatakan berhasil. Dalam mencapai produktivitas
maksimal ada berbagai faktor yang mempengaruhi. Begitu pula dengan usahatani Coklat
, ada beberapa faktor yang mempengaruhi selama melakukan budidaya. Faktor tersebut
akan berpengaruh terhadap produktivitas Coklat . Dalam penelitian ini beberapa faktor
yang mempengaruhi produktivitas Coklat dijadikan sebagai variabel penelitian. Namun
demikian, tidak semua faktor berpengaruh terhadap paroduktivitas Coklat di Kabupaten
Kolaka Timur .

Tabel 5. Hasil uji regresi faktor-faktor produktivitas Coklat di Kabupaten Kolaka Timur

Coefficients t Sat P-value


Intercept 505,157 1,349 0,183
Luas Tanam (X1) -0,002 -0,297 0,767
Luas Panen (X2) 0,222 13,851 0,000
Jarak Tanam (X3) -233,626 -3,369 0,001
Pupuk NPK (X4) 0,153 0,287 0,775
Pestisida (X5) 0,493 0,052 0,959

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y =


505,157 – 0,002 X1 + 0,222 X2 – 233,626 X3 + 0,153 X4 + 0,493 X5
Keterangan :
Y = Produktivitas Coklat (Kg)
X1 = Luas Tanam (m2)
X2 = Luas Panen (m2) X3
= Jarak Tanam (m2)
X4 = Pupuk NPK (gram/tanaman) X5
= Pestisida (liter/hektar)
Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai R square sebesar 0,854 artinya
85,4 % perubahan dalam variabel produktivitas Coklat di Kabupaten Kolaka Timur
ditentukan oleh seluruh variabel bebas yag digunakan dalam model. Sisanya

II-12 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

sebesar 14,6% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat

nilai sig sebesar 0,00 (<0,05), artinya seluruh variabel secara bersama-sama
berpengaruh terhadap produktivitas Coklat di Kabupaten Kolaka Timur .

Selanjutnya, untuk menentukan pengaruh variabel independen secara individual


terhadap variabel dependen maka digunakan uji t dengan melihat nilai P value dari
masing-masing variabel independen. Jika nilai P value < 0,05 maka variabel tersebut
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai P value
>0,05 maka variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (produktivitas
Coklat ).

2.1 Luas Tanam

Berdasarkan hasil analisis, variabel luas tanam (X1) memiliki koefisien regresi
sebesar 0,002 bernilai negatif (-). Hal ini menunjukkan pengaruh yang berlawanan atau
berbanding terbalaik terhadap produktivitas Coklat . Dengan kata lain apabila luas tanam
bertambah maka produktivitas Coklat akan menurun demikian sebaliknya apabila jarak
tanam dikurangi maka produktivitas Coklat cenderung meningkat. Nilai P value sebesar
0,767 (>0,05) menunjukan jika luas tanam tidak berpengaruh terhadap produktivitas Coklat
Tabel 6. Data luas tanam
Luas Tanam (m²) Jumlah Persentase
500-2000 16 26.67
2001-4000 14 23.33
4001-6000 6 10.00
6001-8000 1 1.67
> 8000 23 38.33

Dari hasil wawancara terhadap responden rata – rata luas tanam dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Upaya peningkatan luas tanam dilakukan untuk
mengharapkan hasil panen yang lebih banyak. Namun yang di dapatkan justru petani
yang memiliki luas tanam yang luas kebanyakan lahan menjadi tidak terurus dan
menyebabkan tumbunya gulma yang menyebabkan terjadinya persainga

II-13 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

serapan hara dan air sehingga tanaman menjadi kekurangan hara yang dibutuhkan
selama proses pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan buah. Selain itu tumbunya gulma
dapat menyebabkan sekeliling tanaman menjadi lembab dan menyebabkan tanaman
mudah terserang penyakit busuk akar. Hal ini menyebabkan produktivitas tanaman Coklat
menurun. Sebaliknya petani yang memiliki luas tanam yang lebih sedikit justru membuat
petani lebih intensif dalam melakukan pemeliharaan maupun pemupukan.

2.2 Luas Panen

Nilai P value variabel luas panen (X2) sebesar 0,000 (<0,05), artinya faktor luas
panen secara individual berpengaruh signifikan terhadap produktivitas Coklat di
Kabupaten Kolaka Timur . Koefisien regresi luas panen (X2) 0,222 bernilai positif yang
artinya berpengaruh searah terhadap produktivitas Coklat dengan kata lain semakin
besar luas panen maka produktivitas Coklat juga meningkat demikian sebaliknya semakin
kecil luas panen maka produktivitas Coklat juga menurun. Koefisien regresi variabel luas
panen sebesar 0,222 menjelaskan jika luas panen mengalami peningkatan sebesar 1
satuan maka produktivitas Coklat naik sebesar 0,222 dengan faktor lain dianggap tetap.

Tabel 7. Luas Panen


Luas Panen (m²) Jumlah Persentase
500-2000 19 31.67
2001-4000 18 30.00
4001-6000 9 15.00
6001-8000 4 6.67
> 8000 10 16.67

Luas panen adalah luas tanaman yang diambil hasilnya setelah tanaman tersebut
cukup umur atau sudah menghasilkan. Upaya petani untuk mendapatkan hasil yang
optimal adalah mempertahankan luas panen. Luas panen yang didapatkan dari
wawancara terhadap responden rata – rata mengalami penurunan

II-14 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

(< luas tanam). Beberapa faktor yang mempengaruhi luas panen yaitu serangan hama,
penyakit, dan kondisi cuaca yang terlalu panas sehingga tanaman Coklat mati. Tanaman
Coklat menghasilkan buah pada saat umur tanaman 2 tahun 4 bulan dan siap panen pada
umur 3 tahun. Tanaman yang siap panen dapat dilihat dari warna buah jika dalam satu
tangkai terdapat 3 butir buah berwarna merah artinya buah tersebut sudah bisa dipanen.
Luas lahan yang berisi tanaman siap panen inilah yang dijadikan perhitungan luas panen.
sehingga makin banyak tanaman yang dipanen makin banyak hasil yang didapatkan.

2.3 Jarak Tanam

Nilai P value variabel jarak tanam (X3) sebesar 0,001 (<0,05) artinya faktor jarak
tanam berpengaruh signifikan terhadap produktivitas Coklat di Kabupaten Kolaka Timur .
Koefisien regresi jarak tanam (X3) bernilai negatif yang artinya memiliki pengaruh yang
berlawanan atau berbanding terbalik terhadap produktivitas Coklat dengan kata lain
semakin besar jarak tanam maka produktivitas Coklat menurun demikian sebaliknya
semakin kecil jarak tanam maka produktivitas Coklat meningkat. Nilai koefisien regresi
variabel luas panen sebesar 233,626 menjelaskan jika luas panen mengalami peningkatan
sebesar 1 satuan maka produktivitas Coklat naik sebesar 233,626 dengan faktor lain
dianggap tetap.

Petani di Kolaka Timur pada umumnya mengguanakan beberapa jarak tanam,


antara lain 1 x 1 meter, 1,5 x 1,5 meter, dan 2 x 2 meter. Tujuan penentuan jarak tanam
pada dasarnya untuk memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa
mengalami persaingan dalam hal penyerapan air maupun hara pada tanaman. Pada
penggunaan jarak tanam 2 x 2 meter mengakibatkan jumlah tanaman Coklat dalam suatu
luasan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan jarak tanam
1 x 1. Jumlah tanaman semakin banyak juga akan meningkatkan jumlah tanaman yang
dipanen dengan kata lain semakin banyak tanaman yang dipanen maka semakin
banyak yang dihasilkan. Penggunaan jarak tanam 1 x 1 meter dinilai belum terlihat
persaingan perserapan hara antara tanaman. Petani Coklat di Kabupaten Kolaka Timur
umumnya membuka lahan bekas hutan yang masih terdapat unsu

II-15 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

hara yang melimpah sehinngga persaingan unsur hara tanaman tidak terjadi. Penggunaan
jarak tanam 2 x 2 meter menyebabkan ruang renggang antara tanaman yang dapat
ditumbuhi gulma dan dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit. Serangan hama dan
penyakit inilah yang mengakibatkan produktivitas Coklat menurun.

2.4 Penggunaan Pupuk

Hasil temuan di lapangan mendapatkan jika para petani menggunakan pupuk


yang beragam. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk anorganik antara lain NPK majemuk,
Urea, SP, dan KCl. Pemberian yang dilakukan petani dengan mencampur beberapa
macam pupuk kemudian diberikan ke tanaman dengan cara menabur di sekeliling
tanaman. Beberapa paket pupuk yang diberikan antara lain NPK majemuk, campuran 1
(NPK, Urea), campuran 2 (NPK, SP), campuran 3 (NPK, Urea, dan SP), campuran 4
(NPK, Urea, SP, KCl) campuran 5 (Urea, SP, KCl). Analisis yang digunakan yaitu regresi
dengan variabel dummy.

Dari hasil analisis didapatkan jika nilai F sebesar 5,819 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menjelaskan jika secara keseluruhan faktor penggunaan
pupuk berpengaruh terhadap produktivitas Coklat . Nilai R Square sebesar 0,350 artinya
35 % produktivitas tanaman Coklat dipengaruhi oleh pupuk. Sedangkan 65 % dipengaruhi
oleh faktor lain. Adapaun hasil dari analisis faktor penggunaan pupuk disajikan pada tabel
di bawah ini.

Tabel 8. Hasil Regresi Penggunaan Pupuk


Coefficients t Sat P-value
Intercept 616,667 1,656 0,104
Majemuk (P1) 146,970 0,350 0,728
Campuran 1 (P2) -244,444 -0,568 0,572
Campuran 2 (P3) -129.167 -0,296 0,769
Campuran 3 (P4) 325,333 0,825 0,413
Campuran 4 (P5) 169,833 3,441 0,001

II-16 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

Berdasarkan tabel di atas (tabel 5), persamaan regresi untuk faktor penggunaan
pupuk sebagai berikut : Y = 616,667 + 146,970 P1 – 244,44 P2 –
129,167 P3 + 325,333 P4 + 169,833 P5
Keterangan :
Y = Produktivitas Coklat
P1 = Majemuk
P2 = Campuran 1 (NPK, Urea) P3
= Campuran 2 (NPK, SP)
P4 = Campuran 3 (NPK, Urea, SP)
P5 = Campuran 4 (NPK, Urea, SP, KCl)
Dari persamaan diatas diketahui nilai konstanta sebesar 616,667. Angka tersebut
dapat diartikan bahwa produktivitas Coklat bernilai 616,667 jika faktor lain sama dengan
nol. Pada persamaan terdapat nilai koefisien masing – masing variabel. Koefisien ini
menentukan nilai variabel apabila terjadi perubahan.
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial (secara individu)
terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t dengan melihat nilai P value pada tabel
diatas. Jika nilai P value <0,05 maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen (produktivitas Coklat ). Sebaliknya jika nilai P value
>0,05 maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen
(produktivitas Coklat ).
Dari hasil analisis, perlakuan dengan nilai P value < 0,05 yaitu pada perlakuan
pupuk campuran 4 (P value 0,001), sedangkan perlakuan lainnya menunjukan nilai P value
> 0,05. Hal ini menjelaskan jika perlakuan pupuk campuran 4 berpengaruh nyata terhadap
produktivitas Coklat . Koefisien regresi pupuk campuran 4 (P5) sebesar 169,833 bernilai
positif. Ini menunjukkan pengaruh yang berbanding lurus dengan produktivitas Coklat
dengan kata lain jika penggunaan pupuk campuran 4 ditambah maka produktivitas Coklat
meningkat.

Pupuk campuran 4 merupakan gabungan antara pupuk NPK, Urea, SP, dan KCl.
Selain itu pupuk campuran 4 merupakan satu – satunya perlakuan yang
menambahkan pupuk KCL. Pupuk Urea, SP, dan KCl merupakan pupuk tunggal

II-17 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

yang hanya memiliki 1 kandungan unsur hara makro di dalam produknya. Kandungan
nitrogen (N) dalam pupuk Urea memiliki peran penting dalam perkembangan vegetatif
tanaman seperti daun, batang, akar. Nitrogen memiliki fungsi sebagai penyusun asam
amino, klorofil, protein serta beberapa vitamin sehingga tanaman yang tumbuh pada
kondisi N yang cukup akan terlihat lebih hijau. Selain nitrogen peran pupuk fospor juga
tidak kalah penting walaupun dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit dari nitrogen. Fosfor
diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan AlPO4 (Normahani,
2015). Beberapa peran pupuk P dalam tanaman antara lain, pembentukan bibit tanaman
dan penghasil buah, perangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan, dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko
keterlambatan waktu panen.
Tanaman Coklat di Kabupaten Kolaka Timur ternyata memiliki unsur hara N dan P
yang cukup, tetapi kekurangan unsur hara K (Usman Daras, Dkk., 2012). Hal ini
menunjukan jika tanaman Coklat belum membutuhkan dosis pemupukan N dan P yang
tinggi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sebaliknya, tanaman Coklat membutuhkan
tambahan pupuk K yang lebih banyak dari dosis pupuk N dan P. Hasil penelitian pada
variabel penggunaan pupuk yaitu penggunaan pupuk campuran 4 merupakan salah satu
campuran yang menggunakan pupuk KCl yang merupakan penyedia unsur K bagi
tanaman. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan tanaman Coklat
membutuhkan unsur K yang lebih besar daripada kandungan N dan P. Pada perlakuan
yang lain sebenarnya unsur K juga tersedia dalam pupuk NPK mutiara namun kandungan
unsur K dalam pupuk NPK dalam jumlah yang sedikit. Untuk itu perlu tambahan dengan
menambahkan pupuk KCl pada saat pemupuan tanaman Coklat . Cara pemupukan juga
harus diperhatikan supaya tanaman Coklat dapat menyerap pupuk secara optimal. Cara
pemupukan yang dilakukan petani di Kabupaten Kolaka Timur telah sesuai dengan
anjuran yaitu dengan cara membenamkan pupuk di sekitar tanaman kemudian
menutupnya

II-18 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

2.5 Pestisida

Koefisien regresi pestisida (X5) 0,493 bernilai positif artinya faktor pestisida
berpengaruh searah dengan produktivitas Coklat dengan kata lain jika dosis pestisida
ditambah maka meningkatkann produktivitas Coklat . Nilai P value sebesar
0,959 (>0,05) artinya variabel pestisida secara individual tidak berpengaruh
terhadap produktivitas Coklat di Kabupaten Kolaka Timur .
Tidak signifikannya pengaruh penggunaan pestisida terhadap produktivitas Coklat
di Kabupaten Kolaka Timur dikarenakan para petani hanya menggunakan pestisida jenis
herbisida. Pengendalian yang dilakukan hanya ditunjukan untuk mengurangi serangan
gulma pada tanaman Coklat . Kurangnya pengetahuan petani tentang cara penyemprotan
juga menyebabkan pengendalian kurang optimal. Penggunaan satu jenis pestisida secara
terus menerus juga akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit untuk
dikendalikan. Waktu pemakaian pestisida juga harus diperhatikan, jika kondisi berangin
sebaiknya tidak dilakukan. Kondisi berangin mengakibatkan semburan pestisida terbawa
angin sehingga tak jarang tanaman Coklat juga kena semprotan yang menyebabkan
tanaman menjadi menguning bahkan mati.
Selain gulma, hama dan penyakit juga banyak ditemukan di lahan petani. Tidak
adanya pengendalian hama dan penyakit juga dapat mempengaruhi hasil Coklat .
Penyakit yang sering menyerang tanaman Coklat antara lain penyakit busuk akar, busuk
batang / buku, dan penyakit kuning. Para petani tidak melakukan pengendalian
dikarenakan belum ada jenis pestisida yang cocok untuk mengendalikan penyakit
tersebut. Para petani melakukan pengendalian dengan mencabut tanaman yang terkena
penyakit kemudian membakarnya. Para petani mengharapkan adanya pestisida yang bisa
menyembuhkan tanaman yang terserang penyakit dengan demikian tanaman Coklat
menjadi subur dan tentunya akan meningkatkan hasil panen Coklat .

II-19 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

2.6 Analisis Usaha Tani Coklat

Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui besarnya investasi, unsur biaya,


tingkat produksi yang harus dicapai, harga jual yang menguntungkan, dan besarnya
keuntungan yang akan diraih. Analisis usaha tani dapat berupa pembiayaan usaha,
keuntungan usaha, dan analisis kelayakan usaha yang terdiri analisis Break Even Point
(BEP), Return Cash Ratio (R/C), dan Benefit Cost Ratio (B/C).

1. Biaya Usaha Tani Tanaman Coklat

Biaya keseluruhan yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Total biaya yang dikeluarkan sudah di rata-rata dan dikonversi dalam luasan
5000 M2.

Tabel 12. Total Biaya Usahatani Coklat dalam Luasan 5000 M2


Umur Tanaman (Tahun)
No Uraian
0 1 2 3 4 5

1 Bibit 5,906,670

2 Tajar 33,471,130

3 Pupuk 4,170,400 6,286,570 6,286,570 6,286,570 6,286,570 6,286,570

4 Pestisida 687,000 687,000 687,000 687,000 687,000 687,000

5 Alat-alat 1,276,300
Tenaga
6 Kerja 10,800,000 9,400,000 6,400,000 12,300,000 12,300,000 12,300,000

Jumlah 56,311,500 16,373,570 13,373,570 19,273,570 19,273,570 19,273,570

Dilihat dri tabel diatas (tabel 9) rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani Coklat
terbesar pada tahun ke 0 yaitu sebesar Rp 56.311.500. Biaya tersebut terdiri dari biaya
untuk pembelian bibit, tajar, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian, dan tenaga kerja. Pada
tahun berikutnya biaya lebih sedikit hanya terdiri dari biaya pembelian pupuk, pestisida,
dan upah tenaga kerja.

II-20 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

2. Penerimaan Usahatani Coklat

Penerimaan petani Coklat di Kabupaten Kolaka Timur berupa biji kering Coklat .
Penerimaan hasil Coklat yaitu pada tahun ke-3 atau pada saat tanaman Coklat sudah
memasuki fase panen. Dilihat pada tabel diatas penerimaan usahatani Coklat sebesar Rp
112.266.000 yang dihasilkan dari penjualan Coklat sebesar 831,6 kg dengan rata- rata
harga Rp 135.000 / kilogram.

3. Pendapatan Usahatani Coklat

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan jumlah biaya yang


dikeluarkan. Pendapatan usahatani tanaman Coklat di Kabupaten Kolaka Timur dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 13. Penerimaan Usahatani Coklat dalam Luasan 5000 M2


Penerimaan
Tahun ke (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

0 0 59.311.500 - 59.311.500

1 0 13.373.570 - 13.373.570

2 0 13.373.570 - 13.373.570

3 112.266.000 19.273.570 92.992.430

4 112.266.000 19.273.570 92.992.430


Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan pada tahun ke-0 sampai
dengan tahun ke-2 bernilai negatif atau belum bisa menutupi biaya awal yang dikeluarkan.
Pada tahun ke-3 keuntungan bernilai positif hal ini dikarenakan pada tahun ke 3
merupakan masa panen tanaman Coklat . Pendapatan yang diperoleh pada tahun ke-3
sebesar Rp 92.992.430,-. Pendapatan pada tahun berikutnya bisa mengalami kenaikan
ataupun penurunan. Faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan tergantung dari
harga Coklat dan juga hasil biji Coklat . Penurunan hasil dapat disebabkan oleh serangan
OPT dan pemeliharaan tanaman yang kurang intensif

II-21 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

4. Menghitung analisis hasil usaha tani, B/C rasio, R/C rasio, dan BEP
(Produksi dan Harga)
Total biaya = 143.879.350
Penjualan = 336.798.000
Keuntungan = Penjualan - Total biaya
= 336.798.000 - 143.879.350
= 192.918.650

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa pendapatan petani Coklat


di Kabupaten Kolaka Timur cukup besar, hal ini disebabkan harga jual Coklat di tingkat
petani yang tinggi yakni berkisar Rp 135.000 – 160.000 / kg. Dengan demikian walaupun
produktivitas rendah, petani masih mendapatkan keuntungan dari besarnya harga jual.
Keuntungan yang didapatkan petani dalam waktu lima tahun sebesar Rp 189.918.650, jadi
petani mendapatkan untung per bulan sebesar Rp 3.165.310,-. Dari perhitungan tersebut
terlihat bahwa usahatani Coklat mengalami break even atau tidak untung tidak rugi
apabila hasil yang diperoleh sebesar
1087,99 kg dalam satu kali musim tanam atau harga jual Rp 58.874,2 / kg dalam luasan
5000 meter persegi. Perbandingan antara BEP harga yang relatif jauh dengan harga yang
jual Coklat memungkinkan nilai BEP dapat di perbesar untuk mengantisipasi penurunan
hasil panen karena pada umumnya harga jual lebih stabil dibandingkan dengan hasil
panen.

II-22 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


II-23 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

23
Salah satu komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi
nasional adalah tanaman kakao. Indonesia merupakan negara produsen ketiga terbesar kakao
dunia setelah Evory Coast (Pantai Gading) dan Ghana. Luas areal tanaman kakao Indonesia
tercatat seluas 1.4 juta hektar dengan produksi kurang lebih 500 ribu ton pertahun. Pantai Gading
yang menempati urutan pertama negara terbesar penghasil kakao memiliki luas areal 1.6
juta hektar dengan produksi sebesar 1.3 juta ton pertahun dan Ghana sebesar 900 ribu ton
pertahun .
Pengembangan tanaman kakao di Indonesia sudah dilakukan sejak awal tahun 1980-an.
Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao mendorong

II-24 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


24
berkembangnya budidaya kakao. Pengusahaan tanaman kakao dilakukan oleh perkebunan besar
negara dan swasta maupun perkebunan rakyat. Sentra budidaya kakao yang diusahakan oleh
perusahaan perkebunan besar umumnya terletak di beberapa provinsi seperti Sumatera Utara,
Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan untuk perkebunan rakyat terutama terdapat di
Indonesia bagian timur seperti di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan
Irian Jaya. Luas perkebunan kakao yang dikelola oleh rakyat sebesar
798.880 hektar, sedangkan luas perkebunan besar negara dan swasta masing-masing sebesar
54.843 hektar dan 61.214 hektar (Ditjenbun, 2013).
Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil kakao di Indonesia. Dalam
rentang waktu tahun
2007 sampai dengan 2012 terjadi

II-25 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


25
peningkatan luas areal tanam, produksi dan jumlah petani yang membudidayakan tanaman
kakao. Luas areal tanam pada tahun 2007 seluas
1.320 hektar meningkat menjadi 2.040 hektar pada tahun 2012. Peningkatan luas areal diikuti
pula dengan meningkatnya produksi kakao sebesar
455 ton pada tahun 2007 menjadi 673 ton pada tahun 2012. Jumlah petani yang
mengusahakan tananam kakao juga meningkat sebesar 19 persen menjadi 6.933 kepala
keluarga. Kondisi ini menandakan bahwa tanaman kakao sudah mulai dilirik dan diminati oleh
masyarakat (Disbun Jambi, 2013).
Pengusahaan perkebunan kakao yang terdapat di Provinsi Jambi tersebar hampir
disemua daerah, kecuali Kabupaten Sarolangun yang tidak memiliki lahan perkebunan kakao
(Disbun Jambi, 2013). Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu sentra pengembangan
perkebunan kakao rakyat di Provinsi Jambi. Tabel 1 menunjukkan bahwa secara kuantitas luas
areal tanaman dan produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur terbesar dibandingkan dengan
daerah lainnya. Kabupaten Kolaka Timur memiliki luar areal tanaman kakao seluas 580 hektar
dan produksi kakao sebesar 263 ton. Jumlah petani yang bermata pencaharian sebagai petani
kakao sebanyak 584 kepala keluarga.
Pada umumnya petani perkebunan rakyat yang mengusahakan tanaman kakao di
Kabupaten Kolaka Timur menjadikan komoditas ini sebagai sumber mata pencaharian utama.
Kegiatan usahatani kakao masih diusahakan dalam skala kecil dan bersifat tradisional. Dalam
pengelolaan tanaman kakao hampir sama dengan daerah lain, yaitu dilakukan secara
monokultur maupun polikultur. Secara polikultur tanaman kakao ini sering dibudidayakan
dengan tanaman

II-26 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

26
perkebunan lain seperti kelapa dan tanaman buah-buahan. Pola tanam dengan cara polikultur ini
dilakukan agar petani tetap menerima pendapatan dari tanaman sela sebelum tanaman utama
menghasilkan. Belum adanya perusahaan besar negara dan swasta yang mengemn budidaya
tanaman kakao menyebabkan pemerintah daerah setempat tidak menjadikan tanaman ini dalam
prioritas pengembangan komoditas perkebunan unggulan dibandingkan tanaman perkebunan
lainnya seperti kelapa sawit dan karet.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu
wilayah yang potensial untuk pengembangan komoditas kakao. Pengembangan usahatani kakao
dalam skala yang lebih luas memerlukan perhatian khusus karena biji kakao maupun produk
olahan kakao merupakan produk yang diperdagangkan secara international sehingga akan
berdampak pada peningkatan produksi dan mutu hasil dalam memenuhi kebutuhan nasional dan
ekspor.
Pengembangan tanaman perkebunan khususnya tanaman kakao sudah selayaknya
mendapat perhatian yang besar. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor penting dalam perdagangan biji kakao dunia, namun untuk ekspor produk olahan
kakao masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Indonesia masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara pesaing produk olahan kakao yang memiliki keterbatasan
bahan baku yang memadai, seperti malaysia.
Keterbatasan sumberdaya yang yang dimiliki oleh petani menjadi masalah umum dalam
pengelolaan usahatani kakao. Masalah tersebut terutama modal kerja, produktifitas dan
peluang

II-27 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

27
dalam pengembangan tanaman kakao. Modal kerja merupakan faktor yang penting dalam
kegiatan usahatani karena bersama-sama faktor produksi lainnya untuk menghasilkan barang-
barang baru yaitu produksi pertanian. Petani harus mampu mengemn usahatani kakao
sementara disisi lain petani dihadapkan oleh meningkatnya harga faktor-faktor produksi dan
kebutuhan pokok keluarga dengan pendapatan yang tetap.
Penampilan suatu kinerja usaha tani diukur melalui produktifitas. Untuk meningkatkan
produksi, secara teknis pertanian dilakukan dengan cara menggunakan bibit unggul,
memperluas areal tanaman dan penanganan gangguan hama dan penyakit dengan tepat .
Berdasarkan laporan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (2013) bahwa produktifitas tanaman
kakao rakyat di Kabupaten Muaro Jambi hanya sebesar 0.73 ton per hektar. Jumlah itu
masih jauh dibawah produktifitas potensial kakao yang mencapai 2 ton per hektar. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur .

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kabu- paten Kolaka Timur . Penentuan daerah penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kolaka Timur merupakan
salah satu sentra produksi tanaman kakao yang memiliki luas areal dan produksi terbesar.
Selanjutnya dipilih Kecamatan Kumpeh sebagai unit analisis. Penelitian ini merupakan studi
kasus untuk memberi gambaran rinci tentang situasi keseluruhan mengenai proses dan urut-
urutan objek yang diteliti

II-28 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

28
sehingga penelitian akan lebih terarah pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum. Penelitian ini
akan dilaksanakan dari bulan April sampai September 2017.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive dengan
pertimbangan keterlibatan sampel secara langsung dalam kegiatan usahatani kakao. Sampel
dipilih berdasarkan penilaian bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel
dalam penelitian (Neuman, 2003). Sampel diambil dari petani yang mempunyai curahan kerja
utama pada usahatani kakao dan baik yang belum menghasilkan maupun yang sudah
menghasilkan. Jumlah keseluruhan sampel petani sebanyak 70 orang.
Model pendugaan produksi Cobb- Douglas yang digunakan terdiri dari empat input tidak tetap,
dua input tetap dan satu dummy. Adapun model tersebut dirumuskan sebagai berikut:

LnY = ln a0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3
Ln X3 + b4 Ln X4 + c1 Ln Z1 +
c2 Ln Z2 + d1 Ln D1 + ui (1)
Dimana :

Y = Produksi kakao (kg/ha)


a0 = Intersep
X1 =Tenaga kerja (HOK)
X2 = Pupuk kandang
(kg/ha)
X3 = Pupuk kimia (kg/ha) X4 = Pestisida (liter/ha)
Z1 = luas lahan (ha)
Z2 = Jumlah tanaman
menghasilkan (batang)
D1 = Dummy pendidikan petani, dimana:
1 = SLTP keatas (> 6 tahun)
0 = SD (≤ 6 tahun)
D2 = Dummy kemitraan petani, dimana :
1 = bermitra
2 = tidak bermitra

II-29 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

29
bi, cj, dk = Parameter yang diduga
ui = Pengubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan adalah:
b1, b2, b3, b4, c1, c2, c3, c4, d1, d2 > 0

Model ekonometrika dari fungsi produksi disusun bertujuan untuk menduga hubungan antara
variabel tak bebas dan bebas dari suatu fungsi dalam usahatani kakao, yang sesuai
dengan kriteria model yang baik dengan melihat kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika.
Pada analisis produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas karena model inilah
yang relevan untuk menganalisis usahatani.
Analisis dapat dilakukan terhadap produksi total atau analisis per hektar. Persyaratan yang
diperlukan untuk mendapatkan fungsi produksi yang baik adalah terjadi hubungan yang
logis dan benar antara variabel yang dijelaskan dengan variabel yang menjelaskan. Ada dua
parameter statistik yang penting dan diperlukan,
2
yaitu: (1) koefisien determinasi atau R yaitu parameter yang menjelaskan besarnya variasi dari
variabel yang dijelaskan oleh variabel penjelas, dan (2) uji-t pada masing-masing variabel
penjelas (Juanda, 2009).
Analisis dilakukan untuk keseluruhan data sampel petani di daerah yang sudah dipilih di
wilayah Kabupaten Kolaka Timur . Model penduga fungsi produksi Cobb- Douglas digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian pertama. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi dapat
di deteksi dengan menggunakan uji-t. Penilaian apakah fungsi produksi ini dapat
dipertanggungjawabkan dimana terjadi hubungan yang logis dan benar antara variabel yang
dijelaskan dengan variabel yang

II-30 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

30
menjelaskan atau tidak terjadi kesalahan spesifikasi adalah dengan melakukan pengujian
model secara keseluruhan dengan menggunakan statistik uji F.
Nilai level signifikansi yang digunakan atau derajat α adalah pada taraf 1 persen, 5 persen
dan 10 persen. Kriteria keputusan dilakukan dengan menggunakan angka probabilitas (P_value atau
sign.) yang diperoleh dari perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan taraf nyata
pengujian yang dilakukan, misalnya (α=5 persen). Jika probabilitas (sign.) lebih kecil dari taraf nyata
(α=5 persen), maka keputusannya adalah menolak H0 atau menerima hipotesis alternatif H1.
P_value atau significance yang dikeluarkan oleh software statistik tertentu dapat juga
diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H1 (Juanda, 2009).
Pengujian model dilanjutkan dengan uji asumsi Ordinary Least Squares (OLS) untuk melihat apakah
model yang ada sudah menghasilkan estimator yang linier, tidak bias dengan varian yang minimum,
atau model regresi sudah memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi Kakao
Proses produksi dalam penelitian ini
merupakan kegiatan budidaya kakao sebagai salah satu komoditas tanaman perkebunan
tahunan dengan menggu- nakan faktor-faktor produksi (input). Hubungan input dan produksi
pertanian mengikuti kaidah hasil yang berkurang (law of deminising return), dimana tiap
tambahan unit masukan akan menga- kibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin
kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut.

II-31 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

31
Sebelum dilakukan pendugaan persamaan regresi dari fungsi produksi kakao, persamaan
tersebut harus memenuhi spesifikasi. Spesifikasi model dalam ekonometrika menyangkut tiga
hal yaitu: (1) pemilihan variabel-variabel independen yang tepat, (2) pemilihan bentuk fungsi
yang tepat, dan (3) error term yang bersifat stokastik (Koutsoyiannis,
1977). Berikut ini penjelasan tentang cara mengukur variabel atau input yang digunakan dalam
analisis produksi usahatani kakao dan definisi terhadap masing-masing variabel.
Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas yang
diaplikasikan pada kasus usaha tani di lokasi penelitian. Pemilihan peubah- peubah yang
digunakan dalam model didasarkan teori produksi dan hasil- hasil penelitian terdahulu. Model
fungsi yang diajukan melalui pertimbangan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya. Untuk
menduga fungsi produksi digunakan metode OLS. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
produksi kakao adalah

II-32 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

32
Tenaga Kerja (X1), Pupuk Kandang (X2), Pupuk Kimia (X3), Luas Garapan (X4), Jumlah Tanaman
(Z1), Umur Tanaman (Z2), Tingkat Pendidikan (D1), dan Kemitraan (D2).

Pengujian Fungsi Produksi Kakao


Model produksi Cobb-Douglas yang
terbentuk terdiri dari enam variabel independen dan dua variabel dummy yang diduga
mempengaruhi produksi kakao yaitu Tenaga Kerja (X1), Pupuk Kandang (X2), Pupuk Buatan
(X3), Luas Garapan (X4), Jumlah Tanaman (Z1), Umur Tanaman (Z2), Tingkat Pendidikan (D1),
dan Kemitraan (D2). Model ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural (ln) atau bentuk
double-log, untuk menaksir parameter- parameternya, sehingga menjadi bentuk linier berganda.
Model kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Square). Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SAS 9.1.
Pengujian parameter dilakukan pada taraf nyata pengujian
99 persen (α = 1 persen). Hasil pendugaannya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk Analisis Ekonomi


Skala Usaha Kakao di Lokasi Penelitian
Peubah penjelas Parameter dugaan P_value (significance)
Intercep 5.396 0.2430
Tenaga Kerja (LnX1) 0.304 0.0195
Pupuk Kandang (LnX2) 0.009 0.4595
Pupuk Kimia (LnX3) 0.170 0.0690
Luas Garapan (LnX4) 0.282 0.2920
Jumlah Tanaman (LnZ1) 0.228 0.3185
Umur Tanaman (LnZ2) 0.165 0.1240
Tingkat Pendidikan (D1) -0.422 0.0045
Kemitraan (D2) 0.591 0.0055
2
R =0.87, Fhitung=34.97
Ket : Probabilitas untuk uji satu arah α=nyata pada taraf 1%
2
Dari hasil tersebut terlihat nilai koefisien determinasi (R ) sebesar 0.87, artinya keragaman
produksi kakao dapat

II-33 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

33
dijelaskan oleh keragaman input sebesar
87%. Nilai F hitung sebesar 34.97 dan nyata pada taraf 0.01%. Dari

II-34 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

34
Tabel 1 juga terlihat bahwa jumlah tanaman dan umur tanaman nyata pada α= 1 0 % ata
u kurang. Hal ini
terjadi dapat disebabkan o l e h a d a n ya multikolinier antara peubah
tersebut dengan luas lahan. Untuk menguji adanya multikolinier dilakukan dengan
2
membandingkan antara koefisien determinasi (R ) dengan koefisien korelasi antar
peubah bebas. Hasil pengujian menunjukkan adanya koefisien korelasi parsial antar
peubah bebas yang lebih besar daripada koefisien determinasi fungsi produksi Cobb-Douglas
yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut terdapat
multikolinier yang serius.
Untuk mengatasi adanya multikolinier dilakukan dengan mengeluarkan peubah yang diduga
menyebabkan multikolinier, yaitu peubah jumlah tanaman dan umur tanaman. Setelah

II-35 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

35
kedua peubah tersebut dihilangkan maka model fungsi produksi disajikan pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa koefisien korelasi antar peubah yang masuk dalam model
2
lebih kecil dari R . Hal ini mengindikasikan tidak adanya multikolinier yang serius.

Faktor - faktor yang mempenga- ruhi Produksi Kakao

Setelah dilakukan pengujian dan diindikasikan terjadi multikolinier, maka variabel jumlah
tanaman dan umur tanaman dihilangkan sehingga model dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memprediksi keragaman produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur . Hasil analisis
pendugaan parameter model fungsi produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur disajikan pada
Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usaha Tani Kakao di Lokasi
Penelitian
Peubah penjelas Parameter dugaan P_value (significance)
Intercep 7.116 0.0001
Tenaga Kerja (LnX1) 0.317 0.01055
Pupuk Kandang (LnX2) 0.025 0.08810
Pupuk Kimia (LnX3) 0.031 0.00370
Luas Garapan (LnX4) 0.471 0.00495
Tingkat Pendidikan (D1) -0.487 0.00070
Kemitraan (D2) 0.624 0.00005
2
R =0.86, Fhitung=46.73
Ket : Probabilitas untuk uji satu arah α=nyata pada taraf 1%
Nilai parameter dugaan juga merupakan nilai elastisitas produksi yang menunjukkan
perubahan produksi akibat adanya perubahan pada input. Hasil pendugaan model fungsi
produksi kakao memperlihatkan bahwa variabel tenaga kerja (X1) bertanda positif dan
berpengaruh sangat signifikan pada keragaman produksi kakao pada taraf nyata pengujian α =
1 persen dengan

II-36 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

36
nilai parameter dugaan 0.32. Artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 persen,
produksi kakao akan naik sebesar 0.32 persen, cateris paribus. Reata-rata petani sampel kakao
mempekerjakan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dikarenakan jumlah anggota keluarga petani
lebih dari 5 orang. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga juga akan menghemat

II-37 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

37
biaya sewa tenaga kerja luar keluarga. Selain itu tenaga kerja terkait erat dengan jumlah
produksi, semakin tinggi produksi maka jumlah hari kerja tenaga kerja akan ikut menyesuaikan.
Meskipun batas penggunaan tenaga kerja yang optimal belum teridentifikasi.
Variable pupuk kandang (X2) peubahnya bertanda positif dan berpengaruh nyata pada α = 10
persen dengan nilai parameter dugaan 0.08. Artinya bahwa setiap pemberian pupuk kandang
sebesar 1 persen, produksi kakao akan naik sebesar 0.08 persen, cateris paribus. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh PPKKI (2006), penggunaan pupuk kandang secara teknis dapat
meningkatkan ketersedian pupuk N, P dan K bagi tanaman. Tanaman kakao memerlukan pupuk
kandang sebanyak 1000 kg per hektar. Dan pupuk kandang merupakan pupuk alternatif
pelengkap atau pengganti pupuk kimia yang dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman yang
berdampak kepada produksi. Sehingga sangat besar peluang untuk meningkatkan penggunaan
pupuk agar produksi kakao meningkat. Pupuk kandang ini tersedia di lahan petani, karena pada
umumnya petani memiliki usaha peternakan seperti sapi, kambing atau ayam. Hanya saja petani
tidak mengetahui kebutuhan tanaman kakao terhadap pupuk kandang.
Pupuk kimia (X3) bertanda posotif dan berpengaruh nyata pada α = 5 persen dengan nilai
parameter dugaan
0.03. Artinya secara parsial penggunaan pupuk kimia sebanyak 1 persen dalam pemeliharaan
akan meningkatkan produksi sebesar 0.03 persen. Berdasarkan hasil survei di lokasi penelitian,
hanya 42.38 persen petani yang menggunakan pupuk kimia dan jumlah pupuk yang digunakan
pun relatif sedikit. Hal ini disebabkan harga

II-38 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

38
pupuk kimia yang relatif mahal dan kadang-kadang susah untuk mendapatkannya sehingga
petani lebih banyak menggunakan pupuk kandang.
Luas lahan (Z1) bertanda positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kakao pada taraf
kepercayaan 99 persen (α = 1 persen) dengan nilai parameter dugaan sebesar 0.47 yang berarti
penambahan luas lahan 1 persen akan meningkatkan produksi kakao sebesar 0.47 persen. Hal
ini memungkinkan karena dengan penambahan luas lahan maka populasi kakao akan bertambah
dan produksi akan meningkat.
Dummy tingkat pendidikan petani (D1), berpengaruh negatif terhadap produksi kakao.
Berdasarkan data, petani yang memiliki pendidikan hingga menamatkan SMA berjumlah
32 orang (45.71%). Hal ini berarti jika pendidikan petani makin tinggi maka produksi kakao akan
turun. Keadaan ini bisa disebabkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan maka waktu kerja
mereka akan banyak digunakan di luar
sektor pertanian, sehingga pengelolaan usaha tani kakao menjadi agak terabaikan. Menurut
Saputra (2013), petani yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan cenderung mencari kerja
yang lain karena menganggap pekerjaan di sektor pertanian sebagai pekerjaan sampingan untuk
sekedar menambah penghasilan saja, sehingga mereka lebih menggunakan tenaga kerja dari
luar keluarga untuk menjalankan kegiatan usaha taninya. Tenaga kerja dalam keluarga hanya
untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja sewaan tersebut.
Dummy kemitraan (D2), berpengaruh positif terhadap produksi kakao. Petani yang
melakukan kemitraan dengan koperasi dan swasta akan dapat meningkatkan produksi

II-39 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

39
II-40 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

40
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

kakao. Hal ini disebabkan karena dengan kemitraan dan kerjasama diharapkan petani dapat
mengadopsi mengenai teknologi budidaya kakao sehingga produksi kakao dapat meningkat. Selain
itu, dengan kemitraan petani tidak merasa khawatir hasil panen yang berlimpah tidak dapat
dipasarkan karena ada mitra yang akan menyalurkan biji kakao yang sudah dipanen.

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan mengenai analisis produksi dan kelayakan
usaha tani kakao, maka dapat disimpulkan : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di
Kabupaten Kolaka Timur dan berpengaruh nyata sebagai input adalah tenaga kerja, pupuk
kandang, pupuk kimia, luas lahan garapan, dan kemitraan. Faktor yang berpengaruh negatif terhadap
tingkat produksi kakao adalah tingkat pendidikan. Pemerintah juga perlu memperhatikan petani
perkebunan kakao disamping petani kelapa sawit karena secara ekonomi tanaman kakao juga
menguntungkan dan mayoritas dimiliki oleh petani secara swadaya. Perlunya menyiapkan sarana
produksi, seperti pupuk, pestida dan obat-obatan yang sering tidak tersedia dipasaran atau kalaupun
ada, harganya jauh diatas harga pasaran sehingga mengakibatkan peningkatan biaya produksi.

II-41 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM


Laporan Pendahuluan
Penyusunan Analisis Faktor Faktor Produktifitas Komoditi Kakao Kabupaten Kolaka Timur

II-42 LPPM UHO-BAPPEDA LITBANG KOLTIM

Anda mungkin juga menyukai