OLEH
AGROTEKNOLOGI 1
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
PENDAHULUAN
Salah satu komoditas strategis sektor pertanian adalah padi, sebagai komoditas terpenting di
dalam pembangunan pertanian maka berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi padi.
Tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di Kabupaten
Seluma. Kabupaten Seluma merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Bengkulu dengan
luas panen 15% dari total propinsi.
Produktivitas padi di Propinsi Bengkulu masih tergolong rendah. Pada tahun 2010 Badan
Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Propinsi Bengkulu adalah 133.629 ha dengan
produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya 3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah
produktivitas nasional yang mencapai 4,999 t/ha (BPS Bengkulu, 2011).
Besar kecilnya produksi padi sawah tergantung pada faktor-faktor produksi yang
digunakan, antara lain luas lahan, pupuk, tenaga kerja, benih dan pestisida. Oleh karena itu, pengaruh
faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi di Bengkulu menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi yang meliputi luas lahan,
pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, jenis benih, dan pestisida terhadap produktivitas
tanaman padi di Desa Bukit Peninjauan II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa umumnya luas lahan sawah yang diusahakan responden
relatif luas yaitu antara 0,81 – 1 ha. Kepemilikan lahan sebagian besar (93,33%) merupakan milik
sendiri, sedangkan 6,67% adalah garapan dengan sistem bagi hasil terhadap hasil bersih produksi
gabah kering panen setelah dikurangi biaya perontokan gabah. Terdapat 2 pola bagi hasil yang
diterapkan di lokasi penelitian yaitu bagi 2 atau bagi 3. Bagi 2 berarti bahwa pemilik lahan dan
penggarap masing-masing mendapatkan 50% hasil bersih produksi gabah kering panen. Dalam
pola ini, pemilik lahan menanggung biaya pengolahan lahan. Bagi 3 berarti bahwa pemilik lahan
menerima 1/3 bagian hasil bersih produksi gabah kering panen, sedangkan penggarap
mendapatkan 2/3 bagian. Seluruh biaya produksi pada pola ini ditanggung oleh penggarap.
2. Penggunaan pupuk
Pupuk yang digunakan oleh responden merupakan pupuk tunggal terdiri atas Urea (46%
N), SP-36 (36% P2O5) Kedua pupuk tersebut merupakan pupuk bersubsidi dan pupuk KCL (60%
K2O) merupakan pupuk non subsidi. Rata-rata penggunaan pupuk petani per hektar adalah Urea
198,21 kg, SP-36 96,43 kg, KCl 32,14 kg. Penggunaan jenis pupuk oleh petani responden
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan penggunaan dosis pupuk petani dan pupuk rekomendasi.
Kandungan (kg)
No Dosis per ha
N P2O5 K2O
1. Petani
- Urea (198,21 kg) 91,18 34,71 19,28
- SP-36 (96,43 kg)
- KCL (32,14 kg)
2. Rekomendasi (Permentan NO. 40/2007)
- Urea (250 kg) 115,00 27,00 30,00
- SP-36 (75 kg)
- KCL (50 kg)
3. Selisih kandungan - 23,82 + 7,71 - 10,72
Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.
Umumnya responden melakukan pemupukan hanya dua kali dalam satu musim tanam.
Sebaiknya pemupukan dasar dilakukan pada umur tanaman 7 - 14 HST, pemupukan susulan I
umur 21 - 30 HST dan pemupukan susulan II pada umur 35 - 45 HST.
Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah.
Pemupukkan yang tidak berimbangseperti yang dilakukan petani sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut BPTP Bengkulu (2009), pupuk N diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan yaitu
meningkatkan perkembangan akar, pembentukan anakan, dan mempercepat tanaman berbungan.
Sedangkan pupuk K diperlukan untuk memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun
untuk proses fotosintesis, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas.
Ketiga pupuk ini merupakan jenis pupuk makro. Kekurangan dosis pupuk N yang sumber
utamanya berasal dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan
Sembiring (2007), Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman
padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat
mengurangi jumlah anakan tanaman padi.
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani padi
sawah, oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita. Maka dibuat
standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria (HKSP) dimana 1 HKSP meliputi 8
jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000/HKSP. Tenaga kerja dalam usahatani padi berasal dari
dalam dan luar keluarga tani, di Desa Bukit Peninjauan II deskripsi penggunaan tenaga kerja
dalam usahatani padi sawah seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani padi
sawah per hektar.
Jumlah Tenaga Kerja (dalam HKSP)
No Uraian Pekerjaan
Pria Wanita Jumlah %
1. Pengolahan lahan 16,00 - 16,00 11,91
2. Penanaman 9,11 22,43 31,54 23,48
3. Penyiangan dan penyulaman 8,75 5,11 13,86 10,32
4. Pemupukan 5,39 - 5,39 4,01
5. Penyemprotan PHT 9,36 - 9,36 6,97
6. Pengairan 4,32 - 4,32 3,22
7. Panen (diluar bawon) 12,79 30,50 43,29 32,23
8. Pengangkutan hasil 10,57 - 10,57 7,87
Jumlah 65,07 42,68 134,33 100,00
Keterangan : Analisis data primer Tahun 2012.
HKSP : Hari Kerja Setara Pria
Dari tabel 3 terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk kegiatan
pemanenan yaitu 43,29 HKSP (32,23%) dan penanaman yaitu 31,54 HKSP (23,48%) adalah
dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 74,83 HKSP (55,71%) dari total curahan tenaga
kerja dalam usahatani padi.
4. Penggunaan benih
Benih padi yang digunakan petani di Desa Bukit Peninjauan II pada umumnya berlabel
mencapi 80% dan tidak berlabel 20%, sebagian besar sudah menggunakan varietas Ciherang dan
rata-rata penggunaan benih sebanyak 31,07 kg/ha. (Tabel 4).
Tabel 4. Penggunaan benih padi petani di Desa Riak Siabun II Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma.
No. Penggunaan Benih Padi Orang Jumlah %
1. Varietas selain IR yang pernah ditanam
Ciherang 30 100
2. Jenis benih
Berlabel 24 80
Tidak berlabel 6 20
Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.
Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya bantuan
pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma. Hal ini didukung oleh
hasil survei bahwa hanya terdapat 5 orang petani yang membeli benih berlabel untuk kebutuhan
usahatani mereka.
Tabel 5. Sistem tanam responden dalam berusahatani padi.
Jumlah Pengguna
No. Sistem tanam
Orang Persentase (%)
1. Tegel 27 90,00
2. Jalur 2 6,67
3. Tidak beraturan 1 3,33
Jumlah 20 100,00
Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.
Tabel 5 memperlihatkan hasil kajian sistem tanam yang digunakan petani di lokasi
pengkajian umumnya sistem tegel (90%). Sistem tanam merupakan salah satu komponen teknologi
yang mempengaruhi indeks pertanaman, maka dianjurkan untuk menerapkan sistem tanam legowo
(4:1 atau 2:1). Dimana pada sistem legowo jumlah tanaman perhektar lebih banyak dbandingkan
sistem tegel, jumlah benih yang digunakan juga lebih banyak dibandingkan sistem tegel. Pada
sistem tegel dengan jarak tanam 20x20 cm dalam 1 ha terdapat 250.000 tanaman, sedangkan pada
sistem tanam legowo 4:1 dengan jarak tanam 20x20 cm dan jarak sisipan antar legowo 10 cm
terdapat 300.000 tanaman/ha (Daliani dan Taufik, 2011).
5. Penggunaan pestisida
Petani padi di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan pestisida yang terdiri atas
insektisida, herbisida, fungisida dan moluskasida selama siklus pertanaman padi. Penggunaan
pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan intensitas serangan hama penyakit pada pertanaman
padi, seperti tergambar pada Tabel 6.
Tabel 6. Keragaan penggunaan pestisida petani padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
No Jenis pestisida Jumlah (ml/)
1. Insektisida 200,00
2. Herbisida 1.151,79
3. Fungisida 22,86
4. Moluksisida 7,14
Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa, Herbisida paling banyak digunakan yaitu sebanyak
1.151,79 ml, kemudian disusul oleh Insektisida sebanyak 200 ml, Fungisida sebanyak 22,86 ml
dan Moluksisida sebanyak 7,14 ml. Herbisida dan insektisida juga cukup banyak dipakai untuk
membasmi gulma dan mengendalikan serangga hama yang cukup banyak jenisnya di sawah seperti
belalang, ulat, wereng dan kepinding tanah. dan moluskasida relatif sedikit digunakan sesuai
dengan kebutuhan.
Hasil kajian menggambarkan nilai tingkat keuntungan dan kelayakan usahatani padi
sawah di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan nilai R/C dan B/C, dimana terlihat bahwa hasil
perhitungan R/C usahatani padi senilai 1,67 dan B/C 0,67 (Tabel 7). Menurut Suwasono (2004),
R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya, R/C = 1 artinya suatu usaha
impas, R/C > 1 berarti usaha tani memperoleh keuntungan, sedangkan R/C < 1 berarti usaha
mengalami kerugian. Selanjutnya dikatakan bahwa B/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan.
Dari hasil perhitungan tersebut artinya bahwa usahatani padi sawah memperoleh keuntungan dan
tidak rugi, tapi kurang layak untuk dilaksanakan.
Tabel 7. Analisis usahatani padi sawah per hektar di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma.
Harga Satuan Jumlah
No Uraian Satuan
(Rp) Harga (Rp)
A. Saprodi
a. Benih (kg) 31,07 6.700 208.169
b. Pupuk (kg)
- Urea 198,21 1.800 356.778
- SP-36 96,43 2.300 221.789
- KCl 32,14 6.250 200.875
c. Pestisida (ml)
- Insektisida 200 151 30.200
- Herbisida 1.151,79 57 65.652
- Fungisida 22,86 500 11.430
- Moluksisida 7,14 230 1.642
d. Tenaga Kerja (HKSP)
- Pengolahan lahan 16,00 50.000 800.000
- Penanaman 31,54 50.000 1.577.000
- Penyiangan dan penyulaman 13,86 50.000 693.000
- Pemupukan 5,39 50.000 269.500
- Penyemprotan PHT 9,36 50.000 468.000
- Pengairan 4,32 50.000 216.000
- Panen (diluar bawon) 43,29 50.000 2.164.500
- Pengakutan hasil 10,57 50.000 528.500
Jumlah biaya produksi 7.813.035
B Hasil GKP (kg) 3.739 3.500 13.086.500
C Keuntungan (B-A) 5.481.634
D R/C (Hasil / Biaya Produksi) 1,67
E B/C (Keuntungan / Biaya Produksi) 0,67
Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.
Terlihat pada Tabel 8., bahwa produktivitas padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II hanya
mencapai 3,7 ton/ha GKP. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Propinsi
Bengkulu yang mencapai 3,9 ton/ha. Hasil pengolahan data faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas padi sawah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Desa Bukit
Peninjauan II.
No. Variabel Koofisien Regresi t-hitung
Dari Tabel 8 diketahu bahwa koofisien korelasi (R) sebesar 0,849 menunjukkan
korelasi/hubungan antara produktivitas padi sawah dengan 7 variabel faktor-faktor produksi adalah
kuat. Menurut Santoso (2010), korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas disebut kuat
apabila nilai R di atas 0,5. Persamaan regresi dari hasil analisis data dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = 162,687+236,890 X1+13,271 X2+11,391 X3+3,913 X4-5,823 X5+5,802 X6+0,055 X7
Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,849. Hal ini berarti bahwa 7 faktor
produksi mampu menjelaskan 84,9% keragaman dari produkstivitas usahatani padi sawah, sedangkan
sisanya 15,1% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Hasil uji F menunjukkan bahwa F-hitung 18,212 > F-tabel 3,71 pada tingkat kepercayaan 99%, yang
berati secara keseluruhan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk
KCl, tenaga kerja, benih, dan pestisida berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah di Desa Bukit
Peninjauan II. Selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh
terhadap produktivitas padi sawah, yang diuraikan di bawah ini.
1. Luas lahan (X1)
Dari hasil uji t ternyata penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah dengan t hitung (0,264) < t tabel (2,04227) pada selang kepercayaan
95%. Koefisien regresi sebesar 236,890 menjelaskan bahwa kontribusi penggunaan luas lahan
menunjukkan arah positif.
2. Pupuk Urea (X2)
Pada variabel penggunaan pupuk Urea, hasil uji t berpengaruh nyata terhadap
produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (2,511) > t tabel
(2,04227). Nilai koefisien regresinya 13,271, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti
bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas
padi sawah sebesar 13,271 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.
3. Pupuk SP-36 (X3)
Variabel pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah
sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (2,801) > t tabel (2,75000). Nilai koefisien
regresinya 11,391, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk SP-36 ditambah satu unit sampai
batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 11,391 satuan dengan
asumsi faktor lain dianggap tetap.
4. Pupuk KCl (X4)
Variabel pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah sampai pada
taraf kepercayaan 95% dimana t hitung (1,098) < t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya
3,913, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk KCL ditambah satu unit sampai batas tertentu
maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 3,913 satuan dengan asumsi faktor
lain dianggap tetap.
5. Tenaga kerja (X5)
Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi
sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (-1,464) < t tabel (2,04227), dengan nilai
koefisien regresinya 5,823, menunjukan bahwa konstribusi penggunaan tenaga kerja menunjukan
arah negatif. Penggunaan tenaga kerja banyak mengunakan sistem kekeluargaan yang ikut
membantu dalam usahatani.
6. Benih (X6)
Pada variabel penggunaan benih, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,543) > t tabel
(2,04227). Nilai koefisien regresinya 5,802, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti
bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas
padi sawah sebesar 5,802 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.
7. Pestisida (X7)
Pada variabel penggunaan pestisida, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,461) < t tabel
(2,04227). Dengan nilai koefisien regresinya 0,055 yang menunjukan bahwa kontribusi
penggunaan pestisida menunjukan arah positif. Penggunaan pestisida tidak berpengaruh nyata
terhadap produktivitas padi karena pestisida digunakan disesuaikan dengan serangan hama dan
penyakit.
KESIMPULAN
1. Secara bersama-sama luas lahan (X1), jumlah pupuk Urea (X2), jumlah Pupuk SP-36 (X3),
jumlah Pupuk KCL (X4), jumlah tenaga kerja (X 5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida
(X7) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah;
2. Secara individual variabel jumlah Pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap
produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap
produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4),
jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak
nyata terhadap produktivitas padi sawah.
DAFTAR PUSTAKA