Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH

DI DESA PARARAPAK KABUPATEN BARITO SELATAN

Oleh:
YOSAFAT
NIM : 031057715
Email: yosafatrutan@gmail.com
S-1 Ekonomi Pembangunan

Abstrak
Sektor pertanian di Provinsi Kalimantan Tengah masih menjadi tulang punggung
perekonomian daerah, oleh karena itu sektor pertanian akan mendapat perhatian besar dan
merupakan kegiatan utama dalam pembangunan perekonomian di Provinsi Kalimantan
Tengah. Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti
pupuk, tenaga kerja, benih, dan pestisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor produksi padi sawah di Desa Pararapak, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten
Barito Selatan. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 30 orang petani padi pada bulan
Oktober sampai dengan November 2020. Data dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui
hubungan antara produksi dan 7 variabel faktor produksi yaitu luas lahan penggunaan pupuk
urea, SP-36, NPK Phonska, tenaga kerja, benih, dan pestisida digunakan analisis regresi linier
berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-
sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi sawah. secara individual variabel
jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah,
variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah,
sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah
benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi
sawah.

Kata kunci : padi sawah, Desa Pararapak, Kabupaten Barito Selatan

PENDAHULUAN
Salah satu komoditas strategis sektor pertanian adalah padi, sebagai komoditas
terpenting di dalam pembangunan pertanian maka berbagai usaha dilakukan untuk
meningkatkan produksi padi. Tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang sangat
besar untuk dikembangkan di Kabupaten Barito Selatan. Kabupaten Barito Selatan
merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas panen
15% dari total provinsi.
Produktivitas padi di Provinsi Kalimantan Tengah masih tergolong rendah. Pada
tahun 2019 Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Provinsi Kalimantan
Tengah adalah 133.629 ha dengan produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya
3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah produktivitas nasional yang mencapai 4,999 t/ha
(BPS Kalimantan Tengah, 2020).
Besar kecilnya produksi padi sawah tergantung pada faktor-faktor produksi yang
digunakan, antara lain luas lahan, pupuk, tenaga kerja, benih dan pestisida. Oleh karena itu,
pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi di Kalimantan Tengah menjadi
menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
produksi yang meliputi luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, jenis
benih, dan pestisida terhadap produktivitas tanaman padi di Desa Pararapak, Kecamatan
Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan.

BAHAN DAN METODA


Penelitian dilakukan di Desa PararapakKecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito
Selatan pada bulan Oktober sampai dengan November 2011 dengan metode survei.
Penentuan lokasi di Desa Pararapakdengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah
satu Desa penghasil padi di Kecamatan Dusun Selatan.
Responden ditentukan secara acak sebanyak 30 orang petani. Data yang dikumpulkan meliputi
produktivitas padi dan 7 faktor produksi yang mempengaruhinya yaitu luas lahan (X1),
penggunaan pupuk urea (X2), pupuk SP-36 (X3), pupuk KCl (X4), tenaga kerja (X5), jumlah
benih (X6), dan pestisida (X7). Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan regresi
linier berganda. Untuk mengetahui pengaruh keseluruhan faktor produksi terhadap
produktivitas padi digunakan uji F, sedangkan uji t dipakai untuk mengetahui pengaruh
masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas. Data diolah dengan menggunakan
software SPSS versi 17. Persamaan regresinya adalah:

Y = a0 + b1X1 +..............+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + U


Dimana :
Y = Produksi
(kg/GKP) a0 =
Intersep
X1 = Luas Lahan
X2 = Jumlah Pupuk
Urea (kg) X3 = Jumlah
Pupuk SP-36 (kg) X4 =
Jumlah Pupuk
KCL (kg)
X5 = Jumlah Tenaga Kerja (Hari Kerja Setara
Pria - HKSP) X6 = Jumlah Benih (kg)
X7 = Jumlah Pestisida
(ml). bi =
Koefisien
regresi
U = Kesalahan pengganggu

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Lokasi Penelitian
Data deskripsi lokasi penelitian bersumber dari Profil Desa Pararapak Tahun 2020
Desa Pararapak merupakan wilayah administrasi Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito
Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penda Asam, sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Kalahien, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jutuh dan sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Parigi.
Penggunaan lahan di Desa Pararapak untuk lahan persawahan seluas 172 hektar
(11%), umumnya lahan sawah di Desa Pararapak didukung oleh irigasi yang memadai berasal
dari Sungai Barito dan memungkinkan petani dapat menanam padi 2 kali setahun.
Jumlah penduduk Desa Pararapak pada tahun 2020 adalah 1.965 Jiwa dengan 439
Kepala Keluarga (KK). Penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 940 jiwa sedangkan
perempuan 1.025 jiwa (sex ratio 0,92%). Dari sini diketahui bahwa jumlah penduduk laki-
laki lebih sedikit atau 0,92 kali dari jumlah penduduk perempuan atau dapat dikatakan bahwa
jumlah komposisi penduduk relatif berimbang. penduduk berusia 15-54 tahun sebanyak 1.386
jiwa atau 70,53% dari jumlah penduduk Desa Pararapak. Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa jumlah penduduk usia produktif di Desa Pararapak cukup tinggi. Menurut Yuzzsar
(2008), umur seseorang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Umur produktif (16-55
tahun) akan relatif lebih baik produktifitasnya dibandingkan dengan umur lanjut (diatas 55
tahun). Sedangkan Jumlah petani di Desa Pararapak mencapai 465 orang (53,57%) dari total
jumlah penduduk.
Kondisi irigasi teknis untuk usahatani padi di Desa Pararapak cukup baik yang
airnya bersumber dari Sungai Barito. Kelembagaan pendukung usahatani juga cukup
memadai. Desa Pararapak memiiki 2 buah koperasi, 8 buah industri kerajinan, 6 buah industri
alat rumah tangga, 1 buah industri bahan bangunan, 3 buah usaha peternakan, 1 buah kios
saprodi, 3 buah penggilingan padi dan 2 buah kelompok simpan pinjam, namun tidak
memiliki pedagang pengumpul beras. Karena letaknya di pinggiran perkotaan maka
meskipun jumlah kios saprodi relatif terbatas disamping juga tidak memiliki pedangan
pengumpul beras, namun petani tidak mengalami kesulitan dalam penyediaan sarana produksi
dan pemasaran hasil panen.
Keragaan Usahatani Padi Sawah
1. Lahan
Lahan pertanian adalah tanah yang disiapkan untuk diusahakan sebagai
usahatani, misalnya lahan sawah, tegalan dan perkarangan. Ukuran lahan pertanian
dinyatakan dalam hektar, akan tetapi petani di pedesaan sering menggunakan istilah petak
atau depa.
Rata-rata luas lahan sawah responden adalah 0,93 ha. Ditinjau dari kepemilikan
lahan sebanyak 28 orang responden (93,33%) merupakan petani pemilik lahan, sedangkan
sisanya 2 orang (6,67%) merupakan petani penggarap/sewa dengan sistem bagi hasil.
Tabel 1 menyajikan luas lahan sawah dan status kepemilikan responden.
Tabel 1. Luas lahan sawah dan status kepemilikan.
No. Luas dan Kepemilikan Lahan Jumlah

1. Luas lahan (ha)


- 0,50 – 0,80 6 20,00
- 0,81 – 1,00 23 76,67
- 1,01 – 2,00 1 3,33
2. Kepemilikan lahan
- Milik sendiri 28 93,33
- Garap 2 6,67
Sumber : Analisis data primer Tahun 2020.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa umumnya luas lahan sawah yang diusahakan
responden relatif luas yaitu antara 0,81 – 1 ha. Kepemilikan lahan sebagian besar
(93,33%) merupakan milik sendiri, sedangkan 6,67% adalah garapan dengan sistem bagi
hasil terhadap hasil bersih produksi gabah kering panen setelah dikurangi biaya
perontokan gabah. Terdapat 2 pola bagi hasil yang diterapkan di lokasi penelitian yaitu
bagi 2 atau bagi 3. Bagi 2 berarti bahwa pemilik lahan dan penggarap masing-masing
mendapatkan 50% hasil bersih produksi gabah kering panen. Dalam pola ini, pemilik
lahan menanggung biaya pengolahan lahan. Bagi 3 berarti bahwa pemilik lahan menerima
1/3 bagian hasil bersih produksi gabah kering panen, sedangkan penggarap mendapatkan
2/3 bagian. Seluruh biaya produksi pada pola ini ditanggung oleh penggarap.
2. Penggunaan pupuk
Pupuk yang digunakan oleh responden merupakan pupuk tunggal terdiri atas
Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5) Kedua pupuk tersebut merupakan pupuk bersubsidi dan
pupuk KCL (60% K2O) merupakan pupuk non subsidi. Rata-rata penggunaan pupuk
petani per hektar adalah Urea 198,21 kg, SP-36 96,43 kg, KCl 32,14 kg. Penggunaan jenis
pupuk oleh petani responden disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan penggunaan dosis pupuk petani dan pupuk rekomendasi.

Kandungan (kg)
No Dosis per N P2O5 K2O
ha
1. Petani
- Urea (198,21 kg) 91,18 34,71 19,28
- SP-36 (96,43 kg)
- KCL (32,14 kg)
2. Rekomendasi (Permentan NO.
40/2007) 115,00 27,00 30,00
- Urea (250 kg)
- SP-36 (75 kg)
- KCL (50 kg)
3. Selisih kandungan - 23,82 + 7,71 - 10,72
Sumber : Analisis data primer Tahun 2020.
Umumnya responden melakukan pemupukan hanya dua kali dalam satu musim
tanam. Sebaiknya pemupukan dasar dilakukan pada umur tanaman 7 - 14 HST,
pemupukan susulan I umur 21 - 30 HST dan pemupukan susulan II pada umur 35 - 45
HST.
Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah.
Pemupukkan yang tidak berimbangseperti yang dilakukan petani sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut BPTP Kalimantan Tengah (2020),
pupuk N diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan
pada stadia awal pertumbuhan yaitu meningkatkan perkembangan akar, pembentukan
anakan, dan mempercepat tanaman berbungan. Sedangkan pupuk K diperlukan untuk
memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun untuk proses fotosintesis, serta
meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas. Ketiga pupuk ini
merupakan jenis pupuk makro. Kekurangan dosis pupuk N yang sumber utamanya berasal
dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan Sembiring
(2007), Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi
terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat
mengurangi jumlah anakan tanaman padi.

3. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani
padi sawah, oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita.
Maka dibuat standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria (HKSP) dimana 1
HKSP meliputi 8 jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000/HKSP. Tenaga kerja dalam
usahatani padi berasal dari dalam dan luar keluarga tani, di Desa Pararapak deskripsi
penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani
padi sawah per hektar.

No Uraian Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (dalam HKSP)


Pri Wanita Jumlah %
a
1. Pengolahan lahan 16,00 - 16,00 11,91
2. Penanaman 9,11 22,43 31,54 23,48
3. Penyiangan dan penyulaman 8,75 5,11 13,86 10,32
4. Pemupukan 5,39 - 5,39 4,01
5. Penyemprotan PHT 9,36 - 9,36 6,97
6. Pengairan 4,32 - 4,32 3,22
7. Panen (diluar 12,79 30,50 43,29 32,23
8. bawon) 10,57 - 10,57 7,87
Pengangkutan
hasil
Jumlah 65,07 42,68 134,33 100,00
Keterangan : Analisis data primer Tahun 2020.
HKSP : Hari Kerja Setara Pria

Dari tabel 3 terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk
kegiatan pemanenan yaitu 43,29 HKSP (32,23%) dan penanaman yaitu 31,54 HKSP
(23,48%) adalah dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 74,83 HKSP (55,71%)
dari total curahan tenaga kerja dalam usahatani padi.

4. Penggunaan benih
Benih padi yang digunakan petani di Desa Pararapak pada umumnya berlabel
mencapi 80% dan tidak berlabel 20%, sebagian besar sudah menggunakan varietas
Ciherang dan rata-rata penggunaan benih sebanyak 31,07 kg/ha. (Tabel 4).
Tabel 4. Penggunaan benih padi petani di Desa Pararapak Kecamatan Dusun Selatan
Kabupaten Barito Selatan.

No. Penggunaan Benih Padi Orang Jumlah %

1. Varietas selain IR yang pernah ditanam


 Ciherang 30 10
0
2. Jenis benih
 Berlabel 24 80
 Tidak berlabel 6 20
Sumber : Analisis data primer Tahun 2020.

Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya


bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Barito Selatan.
Hal ini didukung oleh hasil survei bahwa hanya terdapat 5 orang petani yang membeli
benih berlabel untuk kebutuhan usahatani mereka.
Tabel 5. Sistem tanam responden dalam berusahatani padi.

No. Sistem tanam Jumlah Pengguna


Orang Persentase (%)
1. Tegel 27 90,00
2. Jalur 2 6,67
3. Tidak beraturan 1 3,33
Jumlah 20 100,0
0
Sumber : Analisis data primer Tahun 2020.

Tabel 5 memperlihatkan hasil kajian sistem tanam yang digunakan petani di


lokasi pengkajian umumnya sistem tegel (90%). Sistem tanam merupakan salah satu
komponen teknologi yang mempengaruhi indeks pertanaman, maka dianjurkan untuk
menerapkan sistem tanam legowo (4:1 atau 2:1). Dimana pada sistem legowo jumlah
tanaman perhektar lebih banyak dbandingkan sistem tegel, jumlah benih yang digunakan
juga lebih banyak dibandingkan sistem tegel. Pada sistem tegel dengan jarak tanam 20x20
cm dalam 1 ha terdapat 250.000 tanaman, sedangkan pada sistem tanam legowo 4:1
dengan jarak tanam 20x20 cm dan jarak sisipan antar legowo 10 cm terdapat 300.000
tanaman/ha (Daliani dan Taufik, 2011).

5. Penggunaan pestisida
Petani padi di Desa Pararapakmenggunakan pestisida yang terdiri atas
insektisida, herbisida, fungisida dan moluskasida selama siklus pertanaman padi.
Penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan intensitas serangan hama
penyakit pada pertanaman padi, seperti tergambar pada Tabel 6.
Tabel 6. Keragaan penggunaan pestisida petani padi sawah di Desa Pararapak Kecamatan
Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan.

No Jenis pestisida Jumlah (ml/)


1. Insektisida 200,00
2. Herbisida 1.151,7
9
3. Fungisida 22,86
4. Moluksisida 7,14
Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Dari Tabel 6 diketahui bahwa, Herbisida paling banyak digunakan yaitu


sebanyak 1.151,79 ml, kemudian disusul oleh Insektisida sebanyak 200 ml, Fungisida
sebanyak 22,86 ml dan Moluksisida sebanyak 7,14 ml. Herbisida dan insektisida juga
cukup banyak dipakai untuk membasmi gulma dan mengendalikan serangga hama yang
cukup banyak jenisnya di sawah seperti belalang, ulat, wereng dan kepinding tanah. dan
moluskasida relatif sedikit digunakan sesuai dengan kebutuhan.

6. Analisa usahatani padi sawah


Hasil kajian menggambarkan nilai tingkat keuntungan dan kelayakan usahatani
padi sawah di Desa Pararapakmenggunakan nilai R/C dan B/C, dimana terlihat bahwa
hasil perhitungan R/C usahatani padi senilai 1,67 dan B/C 0,67 (Tabel 7). Menurut
Suwasono (2004), R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya,
R/C = 1 artinya suatu usaha impas, R/C > 1 berarti usaha tani memperoleh keuntungan,
sedangkan R/C < 1 berarti usaha mengalami kerugian. Selanjutnya dikatakan bahwa B/C >
1 berarti usaha layak untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan tersebut artinya bahwa
usahatani padi sawah memperoleh keuntungan dan tidak rugi, tapi kurang layak untuk
dilaksanakan.
Tabel 7. Analisis usahatani padi sawah per hektar di Desa PararapakKecamatan Dusun
Selatan Kabupaten Barito Selatan.

No Uraian Satuan Harga Jumlah


Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A. Saprodi
a. Benih (kg) 31,07 6.700 208.169
b. Pupuk (kg)
- Urea 198,21 1.800 356.778
- SP-36 96,43 2.300 221.789
- KCl 32,14 6.250 200.875
c. Pestisida (ml)
- Insektisida 200 151 30.200
- Herbisida 1.151,79 57 65.652
- Fungisida 22,86 500 11.430
- Moluksisida 7,14 230 1.642
d. Tenaga Kerja (HKSP)
- Pengolahan lahan 16,00 50.000 800.000
- Penanaman 31,54 50.000 1.577.000
- Penyiangan dan penyulaman 13,86 50.000 693.000
- Pemupukan 5,39 50.000 269.500
- Penyemprotan PHT 9,36 50.000 468.000
- Pengairan 4,32 50.000 216.000
- Panen (diluar bawon) 43,29 50.000 2.164.500
- Pengakutan hasil 10,57 50.000 528.500
Jumlah biaya produksi 7.813.035
B Hasil GKP (kg) 3.739 3.500 13.086.500
C Keuntungan (B-A) 5.481.634
D R/C (Hasil / Biaya Produksi) 1,67
E B/C (Keuntungan / Biaya 0,67
Produksi)
Sumber : Analisis data primer Tahun 2020.

Produktivitas Padi Sawah


Tujuan usahatani padi sawah adalah untuk mendapatkan produktivitas yang optimal, sehingga
akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar tujuan itu tercapai maka penggunaan input
produksi yang tepat menjadi sangat penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani.
Deskripsi penggunaan faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 8
Tabel 8. Deskripsi penggunaan faktor-faktor produksi dan produktivitas padi sawah di Desa
Pararapak.

No Faktor-Faktor Produksi Deskripsi Penggunaan


1. Luas lahan 0,93 ha
2. Pupuk Urea 214,29 kg
3. Pupuk SP-36 107,14 kg
4. Pupuk KCl 42,86 kg
5. Tenaga kerja 134,33 HKSP
6. Benih 31,07 kg
7. Pestisida 1.381,79 ml
8. Produksi (GKP) 3,7 ton
Sumber : Analisis data primer Tahun 2020.
Terlihat pada Tabel 8., bahwa produktivitas padi sawah di Desa Pararapak hanya
mencapai 3,7 ton/ha GKP. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
ProvinsiKalimantan Tengah yang mencapai 3,9 ton/ha. Hasil pengolahan data faktor-faktor
produksi yang mempengaruhi produktivitas padi sawah dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Desa
Pararapak.
No. Variabel Koofisien Regresi t-hitung
1. Konstanta 162,687 0,308
2. Luas lahan 236,890 0,264 ns
3. Jumlah Pupuk Urea Kg 13,271 2,511 *
4. Jumlah Pupuk SP-36 Kg 11,391 2,801 **
5. Jumlah Pupuk KCl Kg 3,913 1,098
6. Jumlah Tenaga Kerja HKSP -5,823 -1,464 ns
7. Jumlah Benih Kg 5,802 0,543 ns
8. Jumlah Pestisida Ml 0,055 0,461 ns
9. R 0,922
10. R2 0,849
11. F-hitung 17,735
**
Keterangan : = berpengaruh sangat nyata pada taraf 99%
ns
= tidak berbeda nyata
t-tabel (0,01) = 2,75000
t-tabel (0,05) = 2,04227
F-tabel (0,01) = 3,71
F-tabel (0,05) = 2,52

Dari Tabel 8 diketahu bahwa koofisien korelasi (R) sebesar 0,849 menunjukkan
korelasi/hubungan antara produktivitas padi sawah dengan 7 variabel faktor-faktor produksi
adalah kuat. Menurut Santoso (2010), korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas
disebut kuat apabila nilai R di atas 0,5. Persamaan regresi dari hasil analisis data dapat
dituliskan sebagai berikut:
Y = 162,687+236,890 X1+13,271 X2+11,391 X3+3,913 X4-5,823 X5+5,802 X6+0,055
X7
Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,849. Hal ini berarti bahwa 7 faktor
produksi mampu menjelaskan 84,9% keragaman dari produkstivitas usahatani padi sawah,
sedangkan sisanya 15,1% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam
model penelitian. Hasil uji F menunjukkan bahwa F-hitung 18,212 > F-tabel 3,71 pada tingkat
kepercayaan 99%, yang berati secara keseluruhan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, pupuk
Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, benih, dan pestisida berpengaruh terhadap
produktivitas padi sawah di Desa Bukit
Peninjauan II. Selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang
berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah, yang diuraikan di bawah ini.
1. Luas lahan (X1)
Dari hasil uji t ternyata penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah dengan t hitung (0,264) < t tabel (2,04227) pada selang
kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar 236,890 menjelaskan bahwa kontribusi
penggunaan luas lahan menunjukkan arah positif.
2. Pupuk Urea (X2)
Pada variabel penggunaan pupuk Urea, hasil uji t berpengaruh nyata terhadap
produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (2,511) > t tabel
(2,04227). Nilai koefisien regresinya 13,271, menunjukkan konstribusi ke arah positif.
Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan
menaikan produktivitas padi sawah sebesar 13,271 satuan dengan asumsi bahwa faktor
produksi lain dianggap tetap.
3. Pupuk SP-36 (X3)
Variabel pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi
sawah sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (2,801) > t tabel (2,75000).
Nilai koefisien regresinya 11,391, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk SP-36
ditambah satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi
sawah sebesar 11,391 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.
4. Pupuk KCl (X4)
Variabel pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah
sampai pada taraf kepercayaan 95% dimana t hitung (1,098) < t tabel (2,04227). Nilai
koefisien regresinya 3,913, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk KCL ditambah
satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar
3,913 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.
5. Tenaga kerja (X5)
Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas
padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (-1,464) < t tabel (2,04227),
dengan nilai koefisien regresinya 5,823, menunjukan bahwa konstribusi penggunaan
tenaga kerja menunjukan arah negatif. Penggunaan tenaga kerja banyak mengunakan
sistem kekeluargaan yang ikut membantu dalam usahatani.
6. Benih (X6)
Pada variabel penggunaan benih, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,543) > t tabel
(2,04227). Nilai koefisien regresinya 5,802, menunjukkan konstribusi ke arah positif.
Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan
menaikan produktivitas padi sawah sebesar 5,802 satuan dengan asumsi bahwa faktor
produksi lain dianggap tetap.
7. Pestisida (X7)
Pada variabel penggunaan pestisida, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,461) < t tabel
(2,04227). Dengan nilai koefisien regresinya 0,055 yang menunjukan bahwa kontribusi
penggunaan pestisida menunjukan arah positif. Penggunaan pestisida tidak berpengaruh
nyata terhadap produktivitas padi karena pestisida digunakan disesuaikan dengan serangan
hama dan penyakit.
KESIMPULAN

1. Secara bersama-sama luas lahan (X1), jumlah pupuk Urea (X2), jumlah
Pupuk SP-36 (X3), jumlah Pupuk KCL (X4), jumlah tenaga kerja (X5),
jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh sangat nyata
terhadap produktivitas padi sawah;
1. Secara individual variabel jumlah Pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat
nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2)
berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel
luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah
benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kalimantan Tengah. 2011. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi


Tanaman Padi Seluruh Provinsi.
http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah. Kalimantan Tengah.
BPTP Kalimantan Tengah. 2009. Panduan Teknologi Mendukung Program
SLPTT Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Tengah. Kalimantan Tengah.
Daliani, S. D. dan Taufik. H. 2011. Persepsi dan Minat Petani Terhadap Padi
Varietas Unggul Baru Inpari melalui Kegiatan Gelar Teknologi.
Kumpulan Makalah Penelitian, Pengkajian, Pengembangan dan
Penerapan Inovasi Teknologi. BPTP Kalimantan Tengah, Kalimantan
Tengah.
Gani dan H Sembiring. 2007. Respon padi Varietas Ciherang dan Mendawah
Terhadap N, P dan K ditanah dari Desa Lhoknga.
Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Suwasono, S. 2004. Analisa Finansial Pembuatan Sirup Mengkudu (Morinda
citrifolia L), Tinjauan dari Jenis Gula yang diugunakan. Jurnal Agritek
Volume 12 Nomor 1, Januari 2004. Universitas Tribuana Tunggadewi.
Malang.
Yuzzsar, 2008. Kependudukan dan Kehidupan Keluarga
http://yuzzsar.wordpress.com/ materi-viii/.

Anda mungkin juga menyukai