1 (2007) p: 13-22
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung dan produktivitas lahan
tanaman pangan aktual dan potensial di berbagai desa/kelurahan di Kecamatan Batang. Metode
yang digunakan adalah survai terpadu, yaitu observasi dan wawancara. Data dianalisis secara acak
bertingkat sebanding dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung lahan pada empat belas desa/kelurahan,
berada pada kisaran 3,39 orang/ha (Desa Allu Tarowang) sampai dengan 12,29 orang/ha (Desa
Tino) dengan rata-rata sebesar 6,33 orang/ha. Daya dukung lahan (6,33 orang/ha) masih tergolong
tinggi bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk (5,96 orang/ha), tetapi posisi ini sangat
rawan terjadi kelebihan daya dukung. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,61 persen per
tahun, akan terjadi kelebihan daya dukung dalam waktu lebih dari 9,53 tahun, apabila tidak ada
inovasi teknologi. Dari 14 desa/kelurahan, ada 7 desa/kelurahan yang daya dukungnya sudah
terlampaui yaitu: Desa Camba-Camba, Desa Bungeng, Desa Pao, Desa Kaluku, Desa Balangloe
Tarowang, Desa Tarowang dan Desa Allu Tarowang. Sebaliknya, ada 7 desa/kelurahan yang daya
dukungnya belum terlampaui yakni : Desa Tino, Kelurahan Togo-Togo, Desa Balang Baru, Desa
Maccini Baji, Desa Bonto Ujung, Desa Bonto Rappo dan Desa Bonto Raya. Hasil identifikasi
produktivitas lahan dari aktual ke potensial pada berbagai jenis tanaman pangan pada 29 unit
lahan cukup bervariasi, yaitu pada kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3)
dan tidak sesuai (N). Hubungan daya dukung dengan produktivitas lahan dari 14 desa/kelurahan
menunjukkan bahwa hanya dua unit lahan, yakni unit lahan 16 dan 26 terjadi peningkatan produksi
pada tanaman jagung dan ubi kayu.
ABSTRACT
The study aims to analyze the carrying capacity and the management of land for food crop
development in different villages of Batang district of Jeneponto Regency.The method used for the
study is an integrated suvey comprising observations and interviews. The data are analyzed with a
comparable stratified and randomized technique and qualitatively described.
The results of study indicates that the carrying capacity in the fourthteen villages ranges
from 3.39 persons per hectare (Allu Tarowang village) and 12.29 persons per hectare (Tino village)
with an average value of 6.33 persons per hectare. The figures indicate that average carrying
capacity (I,e., 6.33 persons per hectare) is higher than population density (i.e., 5,96 persons per
hectare), although such condition is considered to be vulnerable for the land to over carrying
capacity. With average population growth of 1.61 per year, the land would experience over carrying
capacity : Camba-Camba, Bungeng, Pao, Kaluku, Balangloe Tarowang, Tarowang and Allu
Tarowang. On the contrary, there are seven villages which have undergone under carrying capacity
: Tino, Togo-Togo, Balang Baru, Maccini Baji, Bonto Ujung, Bonto Rappo and Bonto Raya .
identification of result land productivity in various of food crop is variation valued highly suitable
(S1), moderately suitable (S2), Marginally suitable (S3) and not suitable (N).
ketersedian sumberdaya lahan. Tantangan tingkat produktivitas lahan tanaman pangan, dan
tersebut dapat kita lihat puluhan ribu hektar 3) menganalisis hubungan antara daya dukung
lahan pertanian yang produktif setiap tahun lahan dengan produktivitas lahan tanaman
beralih fungsi menjadi sektor non pertanian. pangan
Masalah lahan lebih nyata terlihat di daerah
perdesaan karena kurang lebih 80 persen BAHAN DAN METODE
penduduk tinggal di perdesaan, dengan sumber Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
mata pencaharian utama di bidang pertanian. Batang, Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi
Dengan demikian di perdesaan sangat potensil Selatan, mulai bulan Juli 2006 s.d. Januari 2007.
terjadi konflik sosial atau fisik masalah lahan . Metode yang digunakan adalah metode
Bertambahnya jumlah penduduk survai terpadu. Data yang diperlukan adalah
menyebabkan luas lahan garapan cenderung data sosial ekonomi antara lain: jumlah
makin kecil, keadaan ini menyebabkan penduduk (jiwa), termasuk tingkat umur, luas
meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan garapan, jenis tanaman pangan yang
lahan. Kemudian di daerah perladang berpindah diusahakan, produksi dan produktivitas tanaman,
kenaikan kepadatan penduduk juga persentase tingkat konsumsi minimum dari
meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan semua jenis tanaman pangan yang diusahakan
karena naiknya kebutuhan akan pangan dalam menu makanan penduduk per tahun,
akibatnya diperpendeknya masa istirahat lahan serta konsumsi per kapita per hari (kkal).
(Soemarwoto, 2001). Selanjutnya, (Siwi, 2002) Data yang dikumpulkan dianalisis
menyatakan bahwa meningkatnya kepadatan dengan menggunakan rumus daya dukung lahan
penduduk daya dukung lahan pada akhirnya murni sebagai berikut:
akan terlampaui. Hal ini menunjukkan bahwa
lahan di suatu wilayah tidak mampu lagi
mendukung jumlah penduduk di atas pada
tingkat kesejahteraan tertentu (Mustari et.al.,
2005).
Kabupaten Jeneponto merupakan salah
satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan
menghasilkan beberapa komoditas pangan Dimana:
sebagai penghasil kalori utama seperti jagung, K = daya dukung lahan (orang/ha)
ASi = luas lahan yang ditanami dengan
padi, ubi-ubian, dan kacang-kacanganan.
jenis tanaman Si (ha)
Kabupaten Jeneponto memiliki potensi lahan
Ysi = produksi bersih tanaman pangan Si
pertanian yang terdiri dari sawah seluas 15.670 (kkal/tahun)
ha, dan lahan kering seluas 36.981,20 ha, Csi = tingkat konsumsi untuk masing-
pemanfaatan potensi lahan pada umumnya pada masing jenis tanaman pangan
tanaman jagung dan padi. Kecamatan Batang dalam menu penduduk
yang terdiri 14 desa/kelurahan, luas (%kkal/tahun)
pengusahaan beberapa komoditi pangan utama R = kebutuhan kalori rata-rata per
untuk tahun 2003 antara lain jagung 2.724 ha, orang (kkal/orang/tahun)
padi 1.956 ha, kacang hijau 602 ha, ubi kayu
172 ha, dan kacang tanah 43 ha. Luas wilayah Analisis daya dukung lahan dilakukan dengan
Kecamatan Batang 7.327 ha dengan berbagai langkah-langkah sebagai berikut (mengacu pada
bentuk lahan, jumlah penduduk 40.249 jiwa, persamaan 1:
kepadatan penduduk 545,97 / km2 (BPS 1. Mengumpulkan data luas panen (ha)
Kabupaten Jeneponto, 2005). Sementara rata- tanaman-tanaman penghasil kalori utama
rata produktivitas tanaman pangan di Kecamatan (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-
Batang masih tergolong rendah seperti padi 4,65 kacangan.
ton/ha (GKP), jagung 3,6 ton/ha (pipilan), 2. Mengumpulkan data-data produksi (ton/ha)
ubikayu 20,52 ton/ha (segar), kacang-kacangan tanaman-tanaman penghasil kalori utama
dalam keadaan segar 0,98 ton/ha (Dinas (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-
Pertanian Tanaman Pangan Kab. Jeneponto). kacangan.
Dari fenomena tersebut di atas maka 3. Menghitung produksi bruto/produksi kotor
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini (ton) tanaman-tanaman penghasil kalori
adalah: 1) menganalisis besarnya daya dukung utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan
lahan dan kepadatan penduduk setiap kacang-kacangan).
desa/kelurahan di Kecamatan Batang, 2) menilai 4. Menghitung produksi netto/produksi bersih
(kkal/tahun) tanaman-tanaman peng-hasil
Tola. Analisis Daya Dukung 15
kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, umbi-umbian 120,96 ton (141.282,95 kkal),
dan kacang-kacangan). kacang-kacangan 26,06 ton (89.911,93 kkal).
5. Menghitung nilai konversi jumlah kalori i Tinggi rendahnya produksi tanaman
masing-masing tanaman penghasil kalori pangan disebabkan besar kecilnya luas areal
utama sesuai ketetapan Daftar Komposisi panen jika dibandingkan dengan produktivitas
Bahan Makanan (DKBM), Depkes, 1993. masing-masing jenis tanaman pangan yang tidak
6. Menghitung daya dukung lahan (K) setiap terlalu tinggi. roduktivitas lahan yang relatif
desa/kelurahan di Kecamatan Batang rendah disebakan adanya faktor pembatas
Kabupaten Jeneponto. (karakteristik lahan tidak mendukung ) atau
Berdasarkan langkah-langkah untuk manajemen penerapan teknologi yang tidak
menghitung daya dukung lahan di Kecamatan sesuai.
Batang Kabupaten Jeneponto, menurut Mustari,
et.al (2005) daya dukung lingkungan (lahan) 3.Tingkat Konsumsi Minimum dalam Menu
sangat erat kaitannya dengan kepadatan Penduduk dari Jenis Tanaman Pangan
penduduk sehingga kepadatan penduduk dapat Konsumsi minimum adalah jumlah kalori
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai yang dikonsumsi oleh masyarakat dari jenis
berikut : tanaman pangan yang ditanam di lahan
pertanian baik di lahan sawah maupun lahan
tegalan. Semakin banyak jenis tanaman yang
dikonsumsi oleh masyarakat maka semakin
Dimana : tinggi konsumsi minimum masyarakat, konsumsi
KP = kepadatan penduduk (orang/ha) minimum juga ditentukan oleh banyaknya
P = jumlah penduduk (orang) jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga,
L = luas wilayah (ha)
kebiasaan makan, tingkat pendapatan keluarga
dan umur, semakin banyak jumlah anggota
HASIL DAN PEMBAHASAN
keluarga dalam satu rumah tangga maka
konsumsi pangan dalam masyarakat akan
Daya Dukung Lahan
mempengaruhi besar kecilnya daya dukung
1. Luas Panen Tanaman Pangan
lahan. Semakin rendah konsumsi minimum
Luas panen rata-rata tanaman pangan
masyarakat maka daya dukung lahan akan
bersih masing-masing desa/kelurahan untuk
semakin tinggi dan sebaliknya.
komoditi padi sebesar 124,96 ha (0,043
Hasil wawancara dengan petani sampel
ha/penduduk), jagung seluas 239,33 ha,(0,083
untuk mengetahui tingkat konsumsi minimum
ha/penduduk), umbi-umbian seluas 5,86 ha
masing-masing jenis tanaman pangan rata-rata
(0,002 ha/penduduk) kacang-kacangan seluas
kontribusi di Kecamatan Batang sebesar 82,82 %
26,79 ha (0,009 ha/penduduk). Hal ini berarti
per tahun, padi merupakan konsumsii bahan
bahwa sekitar 92.35 persen dari luas panen
pangan dominan masyarakat sebesar 69,81 %
setiap tahun didominasi oleh tanaman pangan
dari total kebutuhan kalori per tahun disusul
penghasil karbohidrat (padi, jagung dan umbi-
jagung 6.12, umbi-umbian dan kacang-kacangan
umbian), 6,65 persen oleh tanaman penghasil
masing-masing 0,50 %. Kenyataan ini
protein (kacang-kacangan).
menunjukkan bahwa ketergantungan penduduk
di Kecamatan Batang terhadap beras sebagai
2. Produksi Tanaman
sumber kalori utama masih sangat tinggi karena
Produksi tanaman pangan (brutto dan
faktor kebiasaan dibandingkan dengan jagung
netto) menunjukkan bahwa beras memberikan
dan umbi-umbian. Kondisi yang sama juga
kontribusi produksi sebesar 4.565,34 ton
terjadi pada pangan hewani yang hanya
(16.435,224 kkal) atau 29,01 persen dari kalori
menyumbang rata-rata 5,43 % dari total
total, jagung pipilan 12.017,46 ton
kebutuhan kalori per tahun, artinya variasi
(36.894.615,30 kkal) atau 65,13 persen dari
komsumsi masih belum berimbang, baik di
kilokalori total, umbi-umbian segar 1693,46 ton
antara jenis-jenis bahan pangan nabati maupun
(1.977.961,28 kkal) atau 3,49 persen dari
antara bahan pangan nabati dengan hewani.
kilokalori total, kacang-kacangan 364,86 ton biji
kering (1.258.767,00 kkal) atau 2,22 persen.
4. Besarnya Daya Dukung Lahan
Sebaran rata-rata produksi, terlihat
Hasil perhitungan daya dukung lahan
bahwa jagung menyumbang paling tinggi yaitu
(orang/ha) dengan menggunakan rumus 1,
858,39 ton (2.635.329,66 kkal), disusul berturut-
Posisi kepadatan penduduk (orang/ha)
turut beras 326,10 ton (1.173.944,57 kkal),
terhadap daya dukung lahan (orang/ha) di
16 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)
Kecamatan Batang disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Hasil identifikasi produktivitas lahan aktual (A), potensial (P), jenis-jenis perbaikan dan
tingkat pengelolaan/masukan yang diperlukan (I), serta estimasi hasil produksi (Y) pada
tanaman padi sawah di Kecamatan Batang Tahun 2005.
Y
NPA xPM NPP x PM PP Luas
UL A I P NP (Ton/ha)
(Ton/ha) (Ton/ha) (kalori) (ha)
A P A P
1 Nwm X N 0,4 0,4 0,4 X 5 0,4 X 5 2 2 0 86
3 Nwrfn X N 0,4 0,4 0,4 X 5 0,4 X 5 2 2 0 544
4 Nwrfn X N 0,4 0,4 0,4 X 5 0,4 X 5 2 2 0 722
6 S3wrfn X S3 0,6 0,6 0,6 X 5 0,6 X 5 3 3 0 116
9 Nwm X N 0,4 0,4 0,4 X 5 0,4 X 5 2 2 0 159
10 Nwm X N 0,4 0,4 0,4 X 5 0,4 X 5 2 2 0 345
12 S2wm X S2 0,8 0,8 0,8 X 5 0,8 X 5 4 4 0 243
17 S3wm X S3 0,6 0,6 0,6 X 5 0,6 X 5 3 3 0 200
22 Nwm X N 0,4 0,4 0,4 X 5 0,4 X 5 2 2 0 73
Keterangan : UL (Unit Lahan), NP (Nilai Produktivitas), PM (Produksi Maksimal), NPA (Nilai Produktivitas Aktual), NPP
(Nilai Produktivitas Potensial), PP (Peningkatan Produksidalam satuan ton ke kalori), X (tidak dapat
dilakukan Perbaikan)
potensial berada pada unit lahan 16 dan 26, lahan 16 dan 26 meningkat,dengan
yaitu Desa Tarowang dan Bonto Ujung masing- meningkatnya produktivitas lahan pada tanaman
masing sebanyak 1.596,4 kalori/ha/tahun, jagung.
dengan demikian daya dukung lahan pada unit
Tabel 2. Hasil identifikasi produktivitas lahan aktual (A), potensial (P), jenis- jenis perbaikan dan
tingkat pengelolaan/masukan yang diperlukan (I), serta estimasi hasil produksi (Y) pada
tanaman jagung Di Kecamatan Batang Tahun 2005
Keterangan : UL (Unit Lahan), NP (Nilai Produktivitas), PM (Produksi Maksimal), PA (Nilai Produktivitas Aktual), NPP
(Nilai Produktivitas Potensial) PP (Peningkatan Produksidalam satuan ton ke kalori), X (tidak dapat
dilakukan Perbaikan), M (Pemupukan), Li (Input rendah)
Tabel 3. Hasil indentifikasi produktivitas lahan aktual (A), potensial (P), jenis-jenis perbaikan dan
tingkat pengelolaan/masukan yang diperlukan (I), serta estimasi produksi hasil (Y) pada
tanaman ubikayu di Kecamatan Batang Tahun 2005.
Keterangan : UL (Unit Lahan), NP (Nilai Produktivitas), PM (Produksi Maksimal), NPA (Nilai Produktivitas Aktual), NPP
(Nilai Produktivitas Potensial) PP (Peningkatan Produksidalam satuan ton ke kalori), X (tidak dapat
dilakukan L (pengapuran), Mi (Input sedang)
4. Tanaman Kacang Hijau % tergolong dalam yaitu berada pada unit lahan
Hasil identifikasi produktivitas lahan 16 dan 26, selanjutnya faktor pembatas lain
pada tanaman kacang hijau varietas gelatik berpengaruh terhadap produktivitas lahan akan
disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 tetapi masih bisa diatasi oleh petani seperti
menunjukkan bahwa nilai produksi (NP) lahan ketersediaan hara ( N,P,dan,K) dan retensi hara
dari aktual ke potensial terjadi peningkatan nilai (bahan organik dan kemasaman tanah).
produktivitas yang signifikan pada unit lahan 1, Dangkalnya kedalaman tanah (solum tanah)
2, 4, 5, 8, 10, 11, 14, 15, 18, 19, 22,dan 27, disebabkan oleh faktor iklim (curah hujan dan
dinilai tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas suhu ) di lokasi penelitian. Semakin tinggi curah
ketersediaan air, kedalaman tanah, dan iklim. hujan dan suhu, maka cendrung proses
Pada unit lahan 3, 6, 7, 9, 12, 16, 17, 20, 21, 23, pelapukan semakin cepat.
24, 25, 26, 28, dan 29, dinilai sesuai marjinal
(S3) dengan faktor pembatas ketersediaan air, C.Hubungan Daya Dukung Lahan dengan
kedalaman tanah. Estimasi produksi sebanyak Produktivitas Lahan
0,48 ton/ha dan 0,72 ton/ha, sehingga daya Untuk meningkatkan daya dukung lahan
dukung lahan dianggap tetap, meskipun ada di suatu wilayah tentunya dengan peningkatan
desa/kelurahan yang tergolong daya dukung produktivitas lahan, namun diperlukan tingkat
lahannya rendah maupun tinggi, akan tetapi pengelolaan/managemen dengan usaha-usaha
produktivitas lahan tidak dapat ditingkatkan perbaikan masukan dari karakteristik lahan
disebabkan oleh faktor pembatas berat yang setempat yang dapat dilakukan oleh petani.
umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan Berdasarkan daya dukung lahan pada
seperti kedalaman tanah. Gambar 1 yang dikorelasikan dengan
Secara umum identifikasi produktivitas lahan produktiviatas lahan pada Tabel 1, 2, 3, dan 4,
pada Tabel 1, 2, 3, dan 4, dari 29 unit lahan bahwa dari 7 desa yang mengalami daya dukung
berdasarkan karakteristik lahan kendala utama lahan terlampaui (over carrying capacity)
adalah kedalaman tanah sekitar 93 persen diantaranya adalah Desa Tarowang pada unit
tergolong sangat dangkal hingga dangkal dan 7 lahan 16 yang memiliki kualitas lahan sangat
20 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)
tinggi dengan nilai produktivitas (NP) = 1,0 , Sementara desa/kelurahan yang belum
setelah diidentifikasi terjadi peningkatan NP dari terlampaui daya dukung lahannya ada 7 desa
0,8 menjadi 1,0 atau dari S2 ke S1 dengan faktor diantaranya adalah Desa Bonto Ujung yang
pembatas ringan (ketersedian hara dan retensi berada pada unit lahan 26 memilki kualitas lahan
hara) pada tanaman jagung dan ubikayu. Hal ini sangat tinggi dengan nilai NP = 0,1 (S1) setelah
menunjukkan bahwa produksi meningkat, diidentifikasi terjadi peningkatan kriteria
dimana produksi sebelumnya pada tanaman kesesuaian lahan dari S2 ke S1. Sehingga terjadi
jagung sebanyak 4 ton/ha menjadi 5 ton/ha, pula peningkatan produksi , maka berarti ada
kemudian ubikayu dari 16 ton/ha menjadi 20 penambahan komsumsi pangan dalam satuan
ton/ha, maka dengan demikian ada perubahan kalori pada tanaman jagung sebanyak 1.596,4
konsumsi pangan dalam satuan kalori bagi kalori. Meskipun daya dukung lahannya belum
penduduk di Desa Tarowang setiap tahun terlampaui akan tetapi cepat atau lambat daya
masing-masing seperti komoditi jagung dukung lahannnya akan terlampaui karena rata–
sebanyak 1.596,4 kalori dan ubikayu sebanyak rata pertumbuhan penduduk untuk sementara
5.024 kalori. Indikator ini menunjukkan bahwa 1,6 persen per tahun, apabila tidak ada input
daya dukung lahan di Desa Tarowang meningkat teknologi.
dengan meningkatnya produktivitas lahan.
Tabel 4. Hasil identifikasi produktivitas lahan aktual (A), potensial (P), jenis-jenis perbaikan dan
tingkat pengelolaan/masukan yang diperlukan (I), serta estimasi hasil produksi (Y) pada
tanaman kacang hijau di Kecamatan Batang Tahun 2005
Keterangan : UL (Unit Lahan), NP (Nilai Produktivitas), PM (Produksi Maksimal), NPA (Nilai Produktivitas Aktual), NPP
(Nilai Produktivitas Potensial), PP (Peningkatan Produksidalam satuan ton ke kalori), X (tidak dapat
dilakukan Perbaikan), M (Pemupukan), Li (Input rendah)
Tola. Analisis Daya Dukung 21
Bagi desa/kelurahan yang daya dukung yaitu: Desa Tino, Kelurahan Togo-Togo,
lahannya terlampaui maupun belum terlampaui Desa Balang Baru, Desa Maccini Baji, Desa
daya dukungnya, akan tetapi produktivitas tidak Bonto Ujung, Desa Bonto Raya dan Desa
mengalamii peningkatan kesesuaian lahannya Bonto Rappo. Walaupun dengan demikian
misalnya dari N ke S3, atau dari S3 ke S2, hal ini tingkat kepadatan penduduk dari 7 desa,
disebabkan oleh adanya faktor pembatas masing-masing berturut-turut 1,03 persen,
kedalaman tanah yang tidak dapat dilakukan 2,41persen, 1,63 persen, 1,58 persen, 1,73
perbaikan oleh petani maupun pemerintah. persen, 1,59 persen dan 1,11 persen, maka
Agar daya dukung lahan bisa dipertahankan dan akan terjadi over carying capacity.
berkelanjutan bagi desa/kelurahan baik yang 2. Produktivitas lahan di Kecamatan Batang
sudah terlampaui daya dukung lahannya maupun pada berbagai jenis tanaman pangan adalah
yang belum terlampaui akibat faktor pembatas, sebagai berikut :
maka upaya yang harus dilakukan sebagai a. Tanaman Padi, pada unit lahan 1, 3, 4, 9,
berikut: 1) intensifikasi menggunakan bahan 10, dan 22 dinilai tidak sesuai (N),
organik jerami, jagung, dan kotoran hewan kemudian pada unit 6 dan 17 dinilai sesuai
dilakukan secara bertahap pada lahan datar marjinal (S3), dan unit 12 dinilai cukup
(topografi 0 – 3 %), 2) mengoptimalkan sesuai (S2).
penggunaan lahan sawah dengan mengatur pola b. Tanaman jagung, pada unit lahan 1. 2, 3,
tanam bagi tanaman yang membutuhkan air 5, 7, 8, 9, 11,13,14,15,18,19, dan 23
sedikit, 3) menggunakan teknologi agrohutani dinilai tidak sesuai (N). Unit lahan 6, 21,
pada lahan tegalan dengan sistem tanaman 24, 25, 27, dan 29 dinilai sesuai marjinal
pagar (hardgrow) dan tanaman lorong (alley (S3), unit lahan 12 dan 20 dinilai cukup
cropping), 4) pembekalan keterampilan kepada sesuai (S2), dan unit lahan 16 dan 26
petani dan pemberian bantuan modal usaha. dinilai sangat sesuai (S1).
c. Tanaman Ubikayu, pada unit lahan 2, 5, 7,
KESIMPULAN 8, 11, 13, 14, 15, 18, 19, 23, 25, 27 dan
Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis 29 dinilai tidak sesuai (N). Unit lahan 20,
daya dukung lahan dan produktivitas lahan 24, dan 28 dinilai sesuai marjinal (S3),
tanaman pangan di Kecamatan Batang maka kemudian unit lahan 21 dan 26 dinilai
dapat disimpulkan sebagai berikut: cukup sesuai (S2) dan unit lahan 16 dinilai
1.a. Daya dukung lahan di berbagai sangat sesuai (S1)
desa/kelurahan, bervariasi mulai 3,39 d. Tanaman kacang hijau, pada unit lahan 1.
orang/ha (Desa Allu Tarowang) sampai 2. 4, 5, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 18, 19, 22,
dengan 12,29 orang/ha (Desa Tino). Rata- dan 27, dinilai tidak sesuai (N), dan unit
rata daya dukung lahan sebesar 6,33 lahan 3, 6, 7, 9, 12, 16, 17, 20, 21, 23, 24,
orang/ha yang berarti pada setiap 25, 26, 28, dan 29 dinilai sesuai marjinal
desa/kelurahan, tiap satu hektar lahan (S3).
dapat menghidupi 6 orang. Akan tetapi 3. Dari 29 unit lahan yang diidentifikasi di
dengan pertumbuhan penduduk rata-rata lokasi penelitian menunjukkan bahwa
1,61 persen per tahun maka akan terjadi hanya 2 unit lahan yang memilki kualitas
over carrying capacity dalam waktu lebih lahan sangat tinggi adalah unit lahan 16
dari 9,53 tahun kemudian, apabila tidak ada terletak di Desa Tarowang dengan daya
imigrasi penduduk dukung lahan yang rendah, dan unit lahan
b. Bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan 26 terletak di Desa Bonto Ujung dengan
penduduknya, ada 7 desa/kelurahan yang daya dukung lahan tinggi.
daya dukungnya sudah terlampaui (over
carrying capacity) dan tergolong DAFTAR PUSTAKA
mempunyai daya dukung lahan rendah,
Anderson. J. M. 1981. Ecology For Enviromental
yaitu: Kelurahan Camba-Camba, Desa Sciences Biosphere, Ecosystem and Man.
Bungeng, Desa Pao, Desa Kaluku, Desa Edward Arnold Ltd. London.
BalangLoe Tarowang dan Desa Allu
Tarowang. Badan Pusat Statistik, 2005. Kecamatan Batang
c. Bila dibandingkan dengan kepadatan Dalam Angka. Kabupaten Jeneponto.
penduduknya, ada 7 desa/kelurahan yang Hal. 16
daya dukungnya belum terlampaui (belum Bunting. S.E, 1981. Assesments of the effects on
terjadi over carrying capacity) dan tergolong Yield of Variation in Climate and Soil
mempunyai daya dukung lahan tinggi, Characteristic Four Twenty Crops
22 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)
Species. Prepared for the Land Resources Rossiter, D. 1994. Land Evaluation Part 1, Basic
Evaluation with Emphasis on Outer Concepts and Prosedures of Land
Island Project at the Centre for Soil Evaluation, College of Agriculture and
Research, Bogor-Indonesia, p. 19 Life Sciences, Departement of Soil, Crop
and Atmospheric Sciences Cornell
Departemen Kesehatan RI, 1993. Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM). University`, p. 44 – 45
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Siwi. L. 2002. Analisis Daya Dukung Lahan Serta
Jakarta. Hal. 290 – 307. Faktor-Faktor Lingkungan yang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Mempengaruhinya Pada Kawasan DAS
Jeneponto, 2005. Potensi Pengembangan Tiworo Kabupaten Muna Sulawesi
Tanaman Pangan. Hal. 6 – 7 Tenggara. Tesis Magister Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor
FAO, 1976. Frame Work for Land Evaluation. (tidak dipublikasikan), hal. 15 - 59.
Soils Bulletin 32, Rome-Italy, p. 15 - 39
Soemarwoto, O., 2001. Atur Diri Sendiri.
Mustari. K. dan Mapangaja B., 2005. Analisis Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan
Daya Dukung Lingkungan untuk Hidup. Penerbit Gajah Mada University
Melaksanakan Pembangunan Press, Yogyakarta. hal. 219-229.
Berkelanjutan di Kabupaten Gowa (J.
Ecocelebica, Vo. 1 No. 2, Januari 2005,
hal 104-109).