Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non


fisik. Budaya yang berupa fisik dapat dirasakan oleh panca indra kita, dapat
dilihat, dirasakan secara langsung. Salah satunya adalah arsitektur
tradisional yang berupa bentuk rumah tradisional yang beragam dan tersebar
di seluruh nusantara. Dalam arsitektur tradisional di tiap daerah di nusantara
selalu ada yang menjadi ciri khusus baik dilihat dari material dan bentuknya
sebagai identitas local yang khas daerah tersebut.

Seiring perjalanan waktu ada indikasi bahwa terjadi perubahan bentuk


rumah tradisional menuju arah bentuk rumah masa kini. Seperti dikatakan
Broadbent (1973) tranformasi adalah perubahan dan tranformasi bentuk rumah
tradisional terkadang masih mempertahankan budaya setempat, baik dalam
mempertahankan bentuk maupun dari segi bahan. Saat ini dalam membuat
rumah tidak disadari oleh kita bahwa ada beberapa diantaranya mengacu pada
pada prinsip rumah tradisional.

Seperti halnya daerah yang lain, kota Bengkulu juga memiliki arsitektur
tradisional berupa rumah tradisional. Terdapat rumah tradisional yang masih
dipertahankan sebagai warisan nenek moyang baik. Rumah tradisional
tersebar merata di kota Bengkulu baik di daerah dataran rendah maupun
dataran tinggi yang merupakan relief tanah di kota Bengkulu.

Kota Bengkulu merupakan daerah di tepi pantai dan merupakan daerah


dataran rendah terutama karena posisi berada di kaki sebuah perbukitan.
Melihat kondisi alam seperti ini kota Bengkulu pada saat musim hujan
menjadi tujuan aliran air dari daerah pegunungan sekitar karena letaknya yang

1
lebih rendah. Sehingga kemungkinan dataran yang paling rendah terjadi
luapan air yang berlebih mengakibatkan terjadinya banjir.

Rumah tradisional yang berada di alam lingkungan di daerah rawan


bencana seperti banjir dan gempa bumi sudah diantisipasi oleh nenek moyang
mereka dengan cara meninnggikan lantai rumah dengan tiang tiang penyangga
atau sering disebut rumah panggung.

I.2. Pengertian

Ada banyak pengertian dari tranformasi yang dikemukakan oleh seseorang


yang menurut pandangannya benar. Dari berbagai pengertian salah satunya
dikemukakan oleh Antoniades (1990) bahwa “transformasi adalah sebuah
proses perubahan bentuk dengan jalan mana bentuk tersebut mencapai tingkat
akhirnya dengan memberikan reaksi terhadap keberagaman dinamika luar dan
dalamnya”.

Transformasi yang menjadi pembahasan adalah transformasi rumah.


Adapun pengertian rumah adalah “..…merupakan bentuk asal dari bangunan
yang langsung dibutuhkan manusia sejak jaman purba sampai sekarang ini dan
seterusnya” (Made Ali, 1979). Artinya ada proses perubahan bentuk asal
(rumah) dengan jalan rumah tersebut berubah sampai pada tingkatan tertentu
akibat adanya reaksi dari keberagaman dinamika luar (alam lingkungan) serta
dalamnya (manusia).

Lebih lanjut akan dibahas perubahan rumah yang lebih spesifik yaitu
rumah tradisional yang berada di kota Bengkulu. Salah satu pengertian
tradisional dikemukakan oleh Poerwodarminto (1989) adalah “tradisional dari
kata tradisi yang mengandung arti suatu kebiasaan yang dilakukan dengan
cara yang sama oleh beberapa generasi tanpa atau sedikit sekali mengalami
perubahan. Dengan kata lain tradisi yang menjadi kebiasaan yang telah
menjadi adat dan membudaya”.

Transformasi rumah tradisional merupakan perubahan bentuk dari rumah


asal yang diwarisi oleh tradisi generasi sebelumnya menjadi bentuk “baru”

2
akibat adanya dinamika luar (alam lingkungan) serta di dalamnya (manusia).
Transformasi rumah tradisional dan bentuk “baru” rumah masa kini sebagai
akibat berada di daerah banjir yang terus menerus, menarik untuk diteliti.

Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung
oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan
yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001).

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana transformasi bentuk rumah tradisional yang terjadi di daerah


rawan banjir serta elemen apa saja yang berubah dalam transformasi
tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tranformasi


rumah tradisional dan elemen apa saja yang berubah dalam transformasi
rumah tradisional di daerah rawan banjir.

1.5 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini cakupan penelitian adalah sebagai berikut :


a. Aspek lokasi
b. Aspek fisik bangunan : Bentuk bangunan meliputi kondisi fisik bangunan
yang meliputi bentuk bangunan, struktur dan konstruksi serta bahan atau
material bangunan yang digunakan.
c. Aspek bencana alam yaitu banjir.

3
1.6. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir diperlihatkan pada gambar 1.2
1. Berawal dari adanya rumah tradisional yang mengalami perubahan
bentuk .
2. Dari perubahan bentuk tersebut peneliti melihat ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sehingga tercipta rumah yang berbeda dari rumah
aslinya (rumah tradisional) karena adanya proses adaptasi lingkungan
yang berada di daerah rawan banjir Elemen apa saja yang membatasi
perbedaan bentuk fisik antara rumah tradisional dengan rumah masa kini
juga termasuk dalam penelitian ini.Transformasi bentuk ini menjadi
permasalahan utama yang perlu diteliti seperti terlihat Gambar 1.2
Kerangka Pikir Penelitian

Rumah tradisional yang mengalami


perubahan bentuk

Faktor yang mempengaruhi bentuk

Rumah tradisional Daerah rawan banjir

Proses adaptasi dan


transformasi
Elemen pembeda
bentuk r.umah
tradisional dengan Bentuk “baru”
rumah bentuk
baru

Konsep rumah masa


kini

Gambar 1.2. Kerangka pikir penelitian

4
1.7. Kontribusi Penelitian

a. Memberikan penjelasan mengenai konsep transformasi bentuk rumah


tradisional di kota Bengkulu akibat berada di daerah rawan banjir serta
konsep rumah masa kini di daerah rawan banjir.
b. Memberi masukan kepada yang berkepentingan terutama pemerintah
setempat untuk dapat memahami kondisi permukiman yang sedang terjadi
pada saat ini dan memperhatikan perubahan-perubahannya, guna
perencanaan pembangunan permukiman yang akan datang.

5
Halaman ini sengaja di kosongkan

Anda mungkin juga menyukai