Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN KONSENTRASI

GANDASIL B TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

JURNAL

NAMA : MOLYANI
NPM :21501032051
FAKULTAS : PERTANIAN
JURUSAN : AGRIBISNIS

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN KONSENTRASI


GANDASIL B TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus L.)
ABSTRAK
Percobaan dosis pupuk kandang sapi dan Gandasil B terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui interaksi antara dosis pupuk
kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B terhadap pertumbuhan dan
produksi mentimun, mendapatkan takaran dosis pupuk kandang sapi yang
tepat untuk pertumbuhan dan produksi mentimun, serta mendapatkan
konsentrasi Gandasil B yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi
mentimun. Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam bentuk factorial dengan 2 faktor
perlakuan dan 3 kelompok. Faktor pertama adalah takaran pupuk kandang
sapi (A) terdiri dari 4 taraf yaitu : 0 t ha-1 (A0), 6 t ha-1 (A1), 12 t ha-1
(A2), 18 t ha-1 (A3). Faktor kedua adalah konsentarsi pupuk Gandasil B (B)
yang terdiri dari taraf 2 yaitu : 0 g l-1 air (B0) dan 3 g l-1 air (B1). Data
hasil pengamatan terakhir disidikragam. Kalau F hitung lebih besar dari F
tabel 5 % dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5
%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Pemberian 12 t ha-1 pupuk
kandang sapi terbaik untuk pertumbuhan dan produksi mentimun, dengan
produksi 12,76 kg per plot dan 66,19 t ha-1 . Penggunaan pupuk kandang
sapi dengan dosis yang berbeda dan Gandasil B konsentrasi 0 dan 3 g l-1
air berinteraksi terhadap panjang tanaman.
Kata kunci : Mentimun, pupuk kandang dan Gandasil B 1)

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman mentimun merupakan salah satu
sayuran buah yang banyak di konsumsi segar oleh masyarakat Indonesia.
Nilai gizi mentimun mengandung sumber mineral dan vitamin seperti
berupa protein sebanyak 0,65 %, lemak sebesar 0,1 % dan karbohidrat
sebesar 2,2 %, Selain itu terdapat pula kandungan magnesium, zat besi,
fosfor, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin B2, dan Vitamin C (Sumpena, 2008).
Pada umumnya mentimun disajikan dalam bentuk olahan segar, seperti
acar, asinan, kinchi, salad, dan lalap dan dikonsumsi sebagai minuman
segar berupa jus. Penggunaan buah mentimun juga sebagai bahan baku
kosmetika untuk dijadikan Cleansing Cream dan lulur. Menurut data
statistik 2012 produksi mentimun rata-rata di Sumatera Barat adalah 9,72
t ha-1 (BPS Sumbar, 2012). Kebutuhan mentimun terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat setiap
tahunnya mempengaruhi terhadap naiknya kebutuhan konsumsi sayursayuran. Untuk meningkatkan hasil mentimun tersebut dapat dilalukan
dengan perluasan areal tanam. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan mutu intensifikasi tanaman dengan memperbaiki tingkat
kesuburan tanah yaitu dengan pemupukan.. Pupuk kandang merupakan
pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Pupuk kandang
selain dapat menambah ketersediaan unsusr hara bagi tanaman, juga
mengembangkan kehidupan mikroorganisme didalam tanah.
Mikroorganisme berperan mengubah seresah dan sisa-sisa tanaman
menjadi humus, senyawa-senyawa tertentu disintesa menjadi bahanbahan berguna bagi tanaman (Sutedjo, 2008). Menurut Lingga dan
Marsono (2006) pemberian bahan organik kedalam tanah dapat
memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah. Kandungan hara pupuk
kandang sapi adalah 0,55% N, 0,30% P dan 0,40% K . Berdasarkan dari
komposisi haranya pupuk kandang sapi mempunyai kandungan hara yang
rendah, namun kandungan unsur haranya lengkap dan C/N ratio yang
tinggi menyebabkan terurai lebih lama karena aktifitas biologi
mikroorganisme berkurang. Gandasil B adalah pupuk yang mengandung
unsur makro dan mikro berbentuk serbuk, berfungsi untuk mendorong
pertumbuhan bunga dan buah. Kandungan unsur hara makro dan
mikronya lengkap. Lingga dan Marsono (2006), menjelaskan kandungan
unsur makro pupuk Gandasil B yaitu; 6 % N, 20 % P, 30 % K, 3% Mg, dan
unsur mikro seperti Cu, Mn, B, Zn, dan Co, konsentrasi anjuran yang
digunakan adalah 2 3 g l -1 air dengan aplikasi penyemprotan pagi hari

sekitar pupuk 08.00 10.00 atau sore hari 15.00 17.00. Berdasarkan
informasi yang dikemukakan diatas maka telah dilakukan percobaan
dengan memberikan pupuk kandang sapi dan pupuk Gandasil B dalam
budidaya mentimun dengan judul Pengaruh takaran pupuk kandang sapi
dan Gandasil B terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.).
B. Tujuan
1. Mengetahui interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi
Gandasil B terhadap pertumbuhan dan produksi mentimun.
2. Mendapatkan dosis pupuk kandang sapi yang tepat untuk pertumbuhan
dan produksi mentimun.
3. Mendapatkan konsentrasi Gandasil B yang tepat untuk pertumbuhan
dan produksi mentimun .
III. BAHAN DAN METODA
A. Waktu dan Tempat
Percobaan ini telah dilaksanakan di lahan kering. Pada tanah jenis
lempung berpasir dengan ketinggian tempat penelitian 10 m dpl dimulai
bulan Agustus - Oktober 2013.
B. Bahan dan Alat Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah benih mentimun varietas lokal,
pupuk kandang sapi, pupuk daun Gandasil B, NPK, plastik isi kg,
lanjaran dari bambu, tali rafia. Peralatan yang digunakan adalah cangkul,
ayakan pasir, gunting pangkas, parang, timbangan, label, ajir meteran,
sprayer, tugal dan alat tulis.
C. Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam
bentuk factorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah
dosis pupuk kandang sapi (A) terdiri dari 4 taraf yaitu : 0 t ha-1 (A0), 6 t
ha-1 (A1), 12 t ha-1 (A2), 18 t ha-1 (A3). Faktor kedua adalah konsentarsi
pupuk Gandasil B (B) yang terdiri dari taraf 2 yaitu : 0 g l-1 air (B0) dan 3
g l-1 air (B1) sehingga didapat 4 x 2 x 3 = 24 satuan percobaan. Data
hasil pengamatan terakhir disidik ragam dan jika F hitung lebih besar dari
F table 5 % dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5 %. Setiap satuan
percobaan terdiri dari 8 tanaman, 4 tanaman sebagai sampel, tanaman
yang dibutuhkan adalah 24 x 8 = 192 tanaman.
D. Pelaksanaan Percobaan
1. Pengolahan tanah, pembuatan plot dan lobang tanam Tanah diolah
sedalam lapisan olah sampai gembur. Kemudian buat plotplot percobaan
dalam bentuk bedengan dengan ukuran 120 cm x 160 cm sebanyak 24
plot dengan tinggi bedengan 25 cm. Jarak antar plot dalam barisan 60 cm

dan jarak antar plot antar barisan 50 cm. Lobang tanam dibuat dengan
menggemburkan tanah dengan cangkul sedalam 30 cm dengan jarak
antara lubang tanam 60 x 40 cm. Setiap plot terdiri dari 8 lubang tanam.
Seperti disajikan pada Lampiran 4.
2. Pemberian
perlakuaan Pupuk kandang sapi diberikan sesuai perlakuan yakni 0 t ha-1
setara 0 g perlubang tanam, 6 t ha-1 = 0,6 kg/m2 = 1.152 kg per plot,
untuk perlubang tanaman = 144 g , 12 t ha-1 = 2.304 kg per plot, untuk
perlobang tanam = 288 g , 18 t ha-1 = 3.072 kg per plot, untuk perlobang
tanam = 432 g. Pemberian pupuk kandang sapi dilakukan sebanyak 2 kali
pertama dari masing masing perlakukan pada saat pemberiaan pupuk
dasar dan lagi pada saat tanaman berumur 21 HST.
3. Aplikasi Gandasil B Pemberian Gandasil B dilakukan pada umur
tanaman 21 dan 43 hari setelah tanam dengan interval waktu 2 kali
seminggu. Pupuk Gandasil B diberikan menggunakan tangki spayer pada
setiap plot percobaan sesuai perlakuaan yaitu 0 g l -1 air dan 3 g l-1 air.
Penyemprotan dilakukan pada bagian daun, batang, dan ke arah titik
tumbuh tanaman, penyemprotan pada pagi hari jam 08.00 09.00 WIB.
Saat menyemprot digunakan plastik pelindung yang berbentuk segi
empat setinggi 1 meter sehingga tidak mengenai plot yang lain.
4. Penanaman Seminggu setelah aplikasi benih ditanam dalam lubang
tanam sebanyak 3 biji per lubang, lubang tanam dibuat menggunakan
tugal dengan posisi ditengah lubang tanam dan ditutup dengan tanah
sekedar penutup benih. Disamping itu penaman bibit untuk penyulaman
sebanyak 10% dari jumlah populasi penelitian.
E. Pemeliharaan
1.Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari, jika tidak turun hujan dengan
menggunakan gembor hingga keadaan tanah cukup lembab.
2. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada umur 1 minggu dengan
meninggalkan 1 tanaman setiap rumpun yang memiliki pertumbuhan
yang seragam, sehingga setiap plot berisi 8 tanaman.
3. Pemasangan label, ajir & lanjaran
Label dipasang pada bagian tengah depan plot percobaan, supaya tidak
ragu dalam pemberian perlakuan, ajir dipasang di samping tanaman
sampel, yang berguna sebagai penanda dan pengukuran panjang
tanaman, tinggi ajir 10 cm di tanah, ajir diberi tanda dan lanjaran
ditancapkan 5 cm dekat semua tanaman dalam plot, lanjaran gunanya
tempat merambat tanaman. Tinggi lanjaran yang dipergunakan 2 meter
yang berasal dari bambu. 4. Pemupukan Pemberiaan
pupuk dasar dan pupuk kandang pada saat pengolahan tanah dan
pemberian pupuk berikutnya, pupuk kandang dan Gandasil B setelah
tanaman berumur 21 HST. Pupuk NPK yang diperlukan sebanyak 5 kg
untuk semua tanaman dengan hitungan 5 kg : 24 plot = 0.209 kg per plot

sedangan untuk satu plot 8 tanaman dibagi dengan 8 = 2,7 g per


tanaman (diberikan dosis per lobang tanam sebelum tanam (pupuk
dasar ) setara 1,35 g dan dosis lagi setelah tanam sebagai pupuk
susulan (1.35 g). Cara pemberian pupuk susulan kedua dilakukan secara
melingkar dan dibenamkan dengan jarak 5 cm disekeliling tanaman.
Setiap selesai pemberian pupuk harus ditutup kembali dengan tanah
sampai merata dengan permukaan tanah.
5. Pengendalian gulma dan penggemburan.
Pengandalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma sekaligus
penggemburan tanah dan pembumbunan penyiangan dilakukan sebelum
pemupukan susulan pertama dan kedua serta melihat kondisi gulma
dilapangan.
6.Pemangkasan cabang
dilakukan pada cabang yang tumbuh pada ruas ke-1 sampai ke-5.
Pemangkasan dilakukan dengan cara menggunting pada ruas ke-2 cabang
anakan yang tumbuh. Tujuan dari pemangkasan cabang pada anakan
cabang kedua, bunga yang tidak diinginkan juga terbuang sehingga
bunga yang tinggal akan tumbuh dan berkembang menjadi buah dengan
sempurna sesuai dengan yang kita harapkan yaitu produksi yang tinggi.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang menyerang tanaman mentimun adalah oteng oteng
(Oulocophora similis O.), merusak dan memakan daun sehingga daun
menjadi berlobang, Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida Genius 100 EC pada pagi hari jam 8 10 dengan dosis yang
dianjurkan 1 cc l-1 air (Khotimah, 2007).
8. Panen
Panen mentimun dilakukan apabila telah memenuhi kriteria antara lain :
kulit buah masih berduri, buah besar dan masih hijau, panjang buah 12
15 cm. Panen buah mentimun dilakukan dengan cara memotong tangkai
buah menggunakan pisau agar tidak merusak tanaman.
F. Pengamatan
1. Panjang tanaman
Panjang tanaman diukur pada saat panen terakir. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengukur panjang batang utama dari permukaan ajir yang
tingginya 10 cm dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang
utama.
2. Jumlah cabang primer
Pengamatan cabang primer dilakukan dengan menghitung cabang yang
muncul pada batang utama cabang pada umur tanaman 1 bulan yang
dilakukan setelah tanaman memasuki pertumbuhan generatif.
3. Umur
berbunga Pengamatan umur berbunga yaitu saat munculnya bunga

pertama. Diamati mulai umur 15 hari setelah tanam sampai lebih 75 %


dari tanaman sampel telah berbunga.
4.
Jumlah bunga betina
Pengamatan jumlah bunga betina dilakukan setelah munculnya bunga
pertama dengan kriteria 75% dari tanaman sampel. Bunga betina
dicirikan mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak,
letak bakal buah di bawah mahkota bunga ( Sunarjono, 2007). Jumlah
bunga dihitung satu kali satu minggu.
5. Jumlah buah per tanaman
Pengamatan Jumlah buah per tanaman dihitung dengan menjumlahkan
semua buah yang dipanen sejak panen pertama sampai panen terakhir .
Dihitung buah yang memenuhi kriteria 12 -15 cm dan warna hijau
keputihan dengan menjumlahkan secara kumulatif dari setiap kali panen
dan menghitung jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria yaitu kurang
dari 12 cm. Buah mentimun yang akan dipanen mempunyai kriteria
sebagai berikut :
1) Dipanen pada umur 30-50
HST.
2) Buah masih berduri.
3) Panjang buah antara 10-30 cm tergantung jenis yang ditanam.
4) Panen dapat dilakukan 1-2 hari sekali.
6. Panjang buah
Pengukuran panjang buah dilakukan setiap kali panen dengan mengukur
buah setiap tanaman sampel kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan
jumlah buah pertanaman.
7.
Lingkaran buah
Pengamatan lingkaran buah dilakukan dengan cara mengukur bagian
tengah buah setiap tanaman sampel kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan jumlah buah pertanaman sampel.
8. Bobot buah per tanaman
Bobot buah dari tanaman sampel ditimbang dan dijumlahkan mulai dari
panen pertama sampai panen terakhir pada bulan oktober 2013
9. Produksi per plot dan ha-1
Penghitungan produksi per plot dilakukan setelah buah dari masingmasing plot dipanen kemudian langsung ditimbang, berat buah dari tiap
plot secara komulatif dijumlahkan sampai panen terakhir, berdasarkan
produksi per plot maka jumlah produksi ha-1 dapat dihitung dengan
rumus : Produksi ha-1 = luas 1 ha x berat buah per plot luas plot
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Panjang tanaman
Sidik ragam panjang tanaman sebagai respon terhadap dosis pupuk
kandang sapi dan konsentrasi pupuk Gandasil B memperlihatkan interaksi
nyata (Lampiran- 5a). Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang tanaman mentimun akibat pengaruh beberapa dosis


pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*
Gandasil B (*1air
1)

Konsentrasi
0

3
..............................CM.............................
0

160,17 Ac

160,25 Ad

169,75 Ab

169, 83 Ac

12

173,38 Bb

193, 75 Ab

18

206, 75 Aa

207,67 Aa

KK =2,27 %
Angka pada baris diikuti huruf besar dan
angka pada kolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut
BNJ 5 %.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada dosis 0 ha -1 pupuk kandang sapi
dengan 0 dan 3 g l -1 air Gandasil B menghasilkan panjang tanaman yang
hampir sama. Demikian halnya pada takaran pupuk kandang 6 dan 18 t
ha -1 dengan Gandasil B 0-3 g l-1 air. Pada takaran pupuk kandang 12 t ha
-1 dengan Gandasil 3 g l-1 air diperoleh panjang tanaman lebih tinggi
yakni (193,75 cm) dibanding panjang tanaman tanpa pemberian Gandasil
B yakni (173,38 cm). Pada konsentrasi Gandasil B 0 g l-1 air dengan
takaran pupuk kandang sapi 0 t ha -1 diperoleh panjang tanaman lebih
rendah dibandingkan takaran pupuk kandang sapi 6, 12, dan 18 t ha -1 .
Pada gandasil 3 g l -1 air dengan takaran pupuk kandang sapi 0 ha -1 juga
dihasilkan panjang tanaman lebih rendah dibandingkan dengan panjang
tanaman pada takaran pupuk kandang sapi 6, 12 dan 18 ton ha -1 .
Interaksi terbaik diperoleh pada pada dosis
pupuk kandang sapi 18 t ha -1 dengan Gandasil B 3 g l-1 air yang
menghasilkan panjang tanaman terpanjangi yaitu 207,67 cm. Hal ini
disebabkan pupuk kandang sapi dan Gandasil B mengandung berbagai
unsur hara makro seperti N, P, K, Mg, dan juga unsur mikro yang
dibutuhkan tanaman mentimun untuk melakukan pertumbuhan.
Ketersediaan nitrogen yang cukup akan mampu mendorong pertumbuhan
tanaman lebih optimal seperti batang, akar, dan daun. Menurut
Dwijosoeputro (1994) nitrogen diperlukan tanaman untuk pertambahan
sel dan sintesis protein dalam tanaman, fosfor juga sangat penting
perannya dalam mentransfer energi dalam sel daun sihingga dapat

meningkatkan efisiensi kerja kloroplas. Dan fosfor banyak terdapat bagian


yang muda dari tanaman seperti tunas dan pucuk. Kalium berperan dalam
dalam metabolism tanaman dan memegang peranan penting dalam
sintesa protein dan karbohidrat, serta membantu pembentukan,
pengangkutan dan perombakan pati dan glukosa ( Lingga dan Marsono,
2006). Perbedaan panjangnya tanaman mentimun disebabkan karena
jumlah ruas batang meningkat dan panjang masingmasing ruas
bertambah. Hal ini diduga tersedia hara yang cukup, sehingga
pertumbuhan tanaman lebih baik. Sesuai menurut Suryatna (2000)
menyatakan bahwa dengan tersedianya unsur hara yang cukup saat
pertumbuhan tanaman maka proses fotosintesis akan lebih aktif sehingga
proses perpanjangan, pembelahan dan pembentukan jaringan tanaman
berjalan baik. Demikian juga menurut Sutedjo (2010) nitrogen berfungsi
mempercepat pertumbuhan vegetative yaitu menambah panjang
tanaman dan merupakan bahan penyusun khlorofil daun, protein, dan
lemak di dalam tanaman.
B. Jumlah cabang primer
Sidik ragam jumlah cabang primer sebagai respon terhadap dosis pupuk
kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak
nyata. Dosis pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata, demikian juga
beberapa konsentrasi Gandasil B juga berpengaruh tidak nyata teradap
jumlah cabang primer.
Hasil uji lanjut jumlah cabang primer ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah cabang primer tanaman mentimun akibat pengaruh
beberapa dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*Konsentrasi
Gandasil B (g I*1 air )
1)
0
3
Rata-rata
...................Cabang.....................
0
1,67
2,00
1,83
6

2,00

2,00

2,00

12

2,67

2,00

2,00

18

1,67
Rata-rata
KK = 2,26 %

2,00
2,00

1,83
2,00

Angka pada baris dan lajur jumlah yang sama berpengaruh tidak nyata
menurut uji F 5 %.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kandang sapi Gandasil B berpengaruh tidak nyata meningkatkan
pertumbuhan jumlah cabang primer tanaman mentimun. Hal ini bisa
disebabkan karena sifat genetis tanaman mentimun lebih besar

perananannya dalam menentukan panjang tanaman, sehingga pemberian


pupuk kandang sapi dan Gandasil B tidak berpengaruh. Setyamidjaja
(1990) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan perkembangan yang
progresif dari suatu organisme dan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan dimana faktor lingkungan yang utama adalah pengaruh
perlakuan pemupukan yang diberikan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh
proses pembelahan sel yang terjadi dalam tubuh tanaman itu sendiri dan
akan menyebabkan bertambahnya ukuran tanaman. Sesuai menurut
Lakitan (2000) pertumbuhan terkonsentrasi pada jaringan meristem yang
terdiri dari sel-sel baru yang dihasilkan dari proses pembelahan sel dan
yang menyebabkan bertambahnya ukuran tanaman adalah pembesaran
sel yang dihasilkan oleh pembelahan sel tersebut. Jaringan meristem ini
ditemukan pada bagian ujung akar, ujung batang dan juga terdapat pada
pangkal batang dan pangkal daun. Pemberian pupuk kandang sapi pada
media tanam mentimun memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata.
Hal ini dimungkinkan karena pupuk kandang sapi lebih dominan fungsinya
memperbaiki sifat fisik tanah. Sesuai dengan pendapat Rinsema (1993),
bahwa pemberian bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah,
menaikkan daya serap tanah terhadap air dan penambahan bahan
makanan.
C. Umur berbunga
Sidik ragam umur berbunga sebagai respon terhadap dosis pupuk
kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak
nyata. Dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata, demikian juga
konsentrasi Gandasil B juga berpengaruh nyata terhadap umur berbunga
tanaman mentimun (Lampiran 5d). Hasil uji lanjut dengan BNJ ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Umur berbunga tanaman mentimun akibat pengaruh beberapa
dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*
Konsentrasi Gandasil B(g 1*1 air) Rata-rata 1)
0
3
.....Hari
setelah tanam (hst).....
0
15,00
15,00
15,00 A
6

15,75

16,00

15,88 B

12

16,75

17,00

16,88 C

18
17,50
17,75
17,63 D
Rata-rata
16,25 a
16,44 b
KK = 0,94%
Angka pada baris diikuti huruf kecil dan lajur diikuti huruf

besar sama berbeda tidak nyata menurut BNJ 5 %.


Tabel 3 menunjukkan pemberian
pupuk kandang sapi mempengaruhi umur berbunga mentimun. Lebih
rendah dosis pupuk kandang sapi yang diberikan (6 t ha- 1 ) umur
berbunga lebih pendek (15,88 hari setelah tanam). Panjangnya umur
berbunga pada perlakuan pemberian 6 t ha-1 pupuk kandang sapi erat
hubungannya dengan keseimbangan hara di dalam tanah, karena untuk
berproduksi, tanaman membutuhkan hara yang seimbang, seperti
nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur mikro lainnya. Pada pemberian 6 t ha-1
pupuk kandang sapi keseimbangan tersebut tidak didapatkan oleh
tanaman, sehingga umur muncul bunga lebih lama, tetapi pada
pemberian 12 dan 18 t ha-1 , umur muncul bunga lebih lambat, karena
penambahan pupuk kandang sapi mampu menyumbangkan hara, seperti
nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan unsur mikro lainnya, sehingga
keseimbangan hara untuk munculnya bunga lebih cepat. Seperti yang
dinyatakan oleh Setyamidjaja (1990) bahwa fosfor berperan mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, biji. Selain itu pupuk kandang sapi
juga mengandung mikro organisme yang menguntungkan tanaman dan
mampu memperbaiki struktur tanah sehingga tanah memiliki aerase yang
baik dan agregat tanah lebih mantap, selanjutnya akan merangsang
perkembangan akar dan penyerapan unsur hara dan air lebih meningkat.
Umur berbunga mempunyai hubungan yang erat dengan panjang
tanaman, karena semakin meningkatnya panjang tanaman, jumlah daun
juga akan meningkat, dengan meningkatnya jumlah daun akan mampu
menghimpun makanan dan energi yang cukup sehingga tanaman setelah
mencapai fase vegetatif optimal akan segera memasuki fase generatif.
Hal yang sama tidak dicapai pada tanaman yang mendapatkan pemberian
pupuk kandang sapi sedikit, muncul bunga lebih lambat disebabkan
kurangnya unsur hara, jumlah daun juga berkurang, akibatnya makanan
dan energi yang dihimpun oleh daun menjadi sedikit, sehingga fase
vegetatif tanaman lebih panjang. Sesuai pendapat Rismunandar (1996)
bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro
maupun mikro, maka perkembangan dan produktivitas tanaman akan
berjalan lancar.
Dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan selalu terjadi kompetisi
antar organ vegetatif dan generatif dalam pemakaian hara. Sesuai
menurut Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan selalu terjadi kompetisi
antar organ vegetatif dan generatif dalam pemakaian hara terutama
dalam perkembangan bunga dan buah, terutama buah muda. Menurut
Mungrisjah dan Setawan (1990), perkembangan kuncup bunga menjadi
bunga dan bakal biji yang dibuahi tergantung dari air, nutrisi dan cahaya
yang diterimanya.

D. Jumlah bunga betina


Sidik ragam jumlah bunga betina sebagai respon terhadap dosis pupuk
kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak
nyata. Dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata, sedangkan
konsentrasi Gandasil B berpengaruh tidak nyata teradap jumlah bunga
betina (Lampiran 5c). Hasil uji lanjut dengan BNJ disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah bunga betina tanaman mentimun akibat pengaruh
beberapa dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*
Rata-rata
1)

Konsentrasi Gandasil B (g I*1air)


0
3
...........Buah........
0
13,25
13,50
13,38 C
6
16,00
17,00
16,50 B
12
18,67
18,25
18,46 A
18
12,50
15,00
13,75 C
Rata-rata
15,11 a
15,94 b
KK =8,14 %
Angka pada baris diikuti huruf kecil
dan lajur diikuti huruf besar sama berbeda tidak nyata menurut BNJ 5 %.
Tabel 4
memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh
nyata dalam meningkatkan jumlah bunga betina tanaman mentimun.
Bunga betina terbanyak diperoleh pada pemberian 12 t ha-1 pupuk
kandang sapi, yaitu 18,46 buah dan terendah pada perlakuan 0 t ha-1
pupuk kandang sapi, yaitu 13,38 buah dan hal ini dapat dihubungkan
dengan panjang tanaman (Tabel 1) bahwa jumlah bunga betina sangat
ditentukan oleh panjang tanaman. Semakin panjang tanaman maka
jumlah buku yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga jumlah
bunga juga akan semakin banyak dan sebaliknya semakin pendek
tanaman maka jumlah buku yang dihasilkan akan semakin sedikit,
sehingga jumlah bunga juga sedikit. Menurut Sumperna (2001)
menyatakan bahwa bunga mentimun ke luar dari ketiak-ketiak daun.
Bunga yang lebih dulu muncul adalah bunga jantan dalam jumlah banyak,
kemudian bunga betina yang letaknya pada ketiak lain. Kuntum bunga
yang menghasilkan buah, umumnya terjadi pada setiap 7 ruas. Pada
percobaan ini panjang tanaman yang dihasilkan dengan pemberian pupuk
kandang sapi berbeda nyata, dengan demikian jumlah bunga betina yang
dihasilkan juga berbeda nyata. Selanjutnya pemberian konsentrasi 0-3 g l1 air Gandasil B memberikan efek yang sama terhadap jumlah bunga
betina. Hal ini diduga karena unsur hara dari pemberian pupuk kandang
sapi telah mencukupi kebutuhan hara optimal bagi pertumbuhan dan
produktifitas tanaman, sehingga pemberian Gandasil B tidak berpengaruh

lagi. Pupuk Gandasil B banyak mengandung N, P, dan K, diduga ketiga


unsur tersebut telah mencukupi dari pemberian pupuk kandang sapi,
sehingga pemberian Gandasil B tidak berpengaruh lagi termasuk jumlah
bunga betina yang dihasilkan. Menurut Lingga dan Marsono (2006) pupuk
Gandasil B mengandung unsur hara makro 6 % N; 20 % P; dan 30 % K.
E. Jumlah buah per tanaman
Sidik ragam jumlah buah per tanaman sebagai respon terhadap dosis
pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan interaksi
tidak nyata, sedangkan dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi
Gandasil B berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hasil
uji lanjut dengan BNJ disajikan pada Tabel 5.
Takaran pupuk kandang (t ha* Konsentrasi Gandasil B(g1*Iair )
Rata-rata
1)
0
3
........Buah.....
0
9,00
10,8
9,54 A
6
11,58
12,25
11,92 B
12
12,83
15,08
13,96 C
18
11,08
12,33
11,71 D
Rata-rata
11,12 a
12,44 b
KK =5,44 %
Angka pada baris diikuti
huruf kecil dan lajur diikuti huruf besar sama berbeda tidak nyata menurut
BNJ 5 %. Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian 6 dan 18 t ha-1 pupuk
kandang sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah buah tanaman
mentimun. Hal yang sama juga terjadi pada pemberian 3 g l-1 air Gandasil
B. Hal ini tidak terlepas dari ketersediaan hara yang disumbangkan pupuk
kandang sapi dan Gandasil B. Menurut Lingga dan Marsono (2006) pupuk
Gandasil B mempunyai komposisi unsur hara makro 6 % N; 20 % P; 30 %
K; 3% Mg, dan unsur mikro seperti Cu, Mn, B, Zn, dan Co serta vitaminvitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti aneurine, lactoflavine, dan
nicotinic acid amida. Banyaknya jumlah buah dapat juga dihubungkan
dengan Tabel 3, bahwa jumlah buah sangat ditentukan oleh jumlah bunga
betina. Semakin banyak bunga betina maka buah yang dihasilkan akan
semakin banyak, karena buah akan terbantuk dari bunga betina dan
sebaliknya semakin sedikit jumlah bunga betina maka buah yang
dihasilkan juga semakin sedikit. Menurut Cahyono (2003) bahwa bunga
betina akan menghasilkan buah, karena pada percobaan ini jumlah bunga
betina yang dihasilkan relatif sama, maka jumlah buah yang dihasilkan
tidak berbeda.
F. Panjang buah
Sidik ragam panjang buah sebagai respon terhadap dosis pupuk kandang

sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak nyata.


Beberapa dosis pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata dan
beberapa konsentrasi Gandasil B juga berpengaruh tidak nyata terhadap
panjang buah (Lampiran 5g). Hasil uji lanjut jumlah buah disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Panjang buah tanaman mentimun akibat pengaruh beberapa
dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*
Konsentrasi Gandasil B(g*1 air )
Rata-rata
1)
0
3
...........Cm..........
0
15,24
15,17
15,20
6
14,72
14,99
14,85
12
14,90
14,09
14,49
18
16,31
15,16
15,73
Rata-rata
15,29
14.85
KK =*5,96 %
Angka pada baris dan lajur yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F
5 %.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa beberapa dosis pupuk
kandang sapi tidak berpengaruh terhadap panjang buah tanaman
mentimun, hal yang sama juga terjadi pada pemberian 0-3 g l -1 air
Gandasil B. Hal ini diduga pertumbuhan panjang buah tanaman mentimun
lebih dipengaruhi oleh genetik tanaman itu sendiri. Menurut
Dwidjosapoetro (1994) bahwa tanaman tumbuh dan berkembang
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, faktor genetik yang
merupakan penampilan benih murni dari spesies atau variatas tertentu.
G. Lingkaran buah
Sidik ragam lingkaran buah sebagai respon terhadap takaran pupuk
kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak
nyata. Beberapa dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dan
beberapa konsentrasi Gandasil B masing-masing berpengaruh nyata
terhadap lingkaran buah (Lampiran 5h). Hasil uji lanjut dengan BNJ
ditampilkan pada Tabel 7 Tabel 7. Lingkaran buah tanaman mentimun
akibat pengaruh beberapa dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi
Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*
Konsentrasi Gandasil B(g1*1 air)
Rata-rata 1)
0
3
.........Cm.......
0
13,33
12,67
13,00 A
6
13,00
13,00
13,00 A
12
12,33
11,33
11,83 B
18
14,33
13,00
13,66 C
Rata-rata

13,24 a

12,50 b

KK =

6,08 %
Angka pada baris dan lajur diikuti. Lingkaran buah terendah
diperoleh pada pemberian 12 t ha-1 pupuk kandang huruf sama berbeda
tidak nyata menurut BNJ 5 %. Tabel 7 memperlihatkan bahwa pada
pemberian 18 t ha-1 pupuk kandang sapi dihasilkan lingkaran buah lebih
besar yakni (13,66 cm) dibanding dengan lingkaran buah pada pemberian
0-12 t ha-1 pupuk kandang sapisapi (11,83 cm). Hal ini erat kaitanya
dengan ketersediaan P dalam tanah, dimana salah satu fungsi P bagi
tanaman menurut Lingga dan Marsono (2001) untuk meningkatkan proses
metabolisme seperti pembentukan protein dan karbohidrat karena
merupakan sumber energi dalam proses tersebut, disamping itu juga
mendorong pertumbuhan akar sehingga tanaman dapat menyerap unsur
hara yang lebih banyak dimanfaatkan untuk pembesaran lingkaran buah.
Selanjutnya peningkatan ukuran buah juga ditentukan oleh auxin yang
terdapat dalam buah, yang dapat merangsang pembelahan sel dan
pengembangan sel tersebut. Selain itu lingkaran buah juga dipengaruhi
oleh jenis varietas dan faktor lingkungan.
H . Bobot buah per tanaman
Sidik ragam berat buah per tanaman sebagai
respon terhadap takaran pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B
memperlihatkan interaksi tidak nyata, sedangkan beberapa takaran
pupuk kandang sapi dan konsAentrasi Gandasil B masingmasing
berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman (Lampiran 5f). Hasil
uji lanjut dengan BNJ ditampilkan pada Tabel 8 Tabel 8. Berat buah per
tanaman akibat pengaruh beberapa dosis pupuk kandang sapi dan
konsentrasi Gandasil B.
Takaran pupuk kandang (t ha*
Konsentrasi Gandasil B(g1-1 air)
Rata-rata 1)
0
3
............kg.........
0
1,02
1,33
1,18 A
6
1,56
1,77
1,77 B
12
1,85
2,23
2,04 C
18
1,87
2,00
1,93 C
Rata-rata
1,58 a
1,83 b
KK=
9,14 %
Angka pada baris dan lajur diikuti huruf sama berbeda tidak nyata
menurut BNJ 5 %.
Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian 6-18
t ha-1 pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan berat
buah per tanaman. Berat buah per tanaman tertinggi diperoleh pada
pemberian 12 t ha-1 pupuk kandang sapi, yaitu 2,04 kg dan terendah
pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang sapi, yaitu 1,18 kg. Hal

ini erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara yang seimbang


dalam tanah, sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman, khususnya berat buah. Hal ini sesuai pendapat
Novizan (2003) bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik
unsur makro maupun mikro, akan membantu metabolisme tanaman
berjalan lancar, selanjutnya akan berguna dalam memacu pertumbuhan
tanaman, baik vegetatif maupun generatif. Pemberian Gandasil B 3 g l-1
air menghasilkan berat buah per tanaman terberat, yaitu 1,83 kg,
dibandingkan perlakuan tanpa pemberian Gandasil B. Hal ini tidak
terlepas dari ketersediaan hara yang disumbangkan Gandasil B. Menurut
Menurut Lingga dan Marsono (2006) Gandasil B merupakan pupuk organik
berbentuk padat yang dapat diberikan melalui daun dan sangat berguna
sekali untuk pertumbuhan batang, daun dan cabang yang mengandung
unsur hara makro dan mikro. Pupuk Gandasil B mempunyai mengandung
unsur hara makro seperti N, P, K, Mg, dan unsur mikro seperti Cu, Mn, B,
Zn, dan Co serta vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti
aneurine, lactoflavine, dan nicotinic acid amida.
I. Produksi per plot dan
produksi ha-1
Sidik ragam produksi per plot dan produksi ha-1 sebagai respon terhadap
takaran pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B memperlihatkan
interaksi tidak nyata. Beberapa takaran pupuk kandang sapi berpengaruh
nyata, sedangkan beberapa konsentrasi Gandasil B berpengaruh tidak
nyata teradap produksi per plot dan produksi ha-1 (Lampiran 5c). Hasil uji
lanjut dengan BNJ ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9. Produksi per plot dan
produksi ha-1 tanaman mentimun akibat pengaruh beberapa dosis pupuk
kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B
Takaran pupuk kandang (t ha*
Rata-rata 1)
0

Konsentrasi Gandasil B(g I-1 air)


0
3
............kg..........
6.02
7,64
9,40
10,38
12,07
18
11,66
Rata-rata

6,83 A
6
9,89 A
12
13,46
12,76B
12,60
12,11B
9,78 a
11,02 a
.............1*1.........
0
31,35
38,79
35,57A
6
48,95
54,06
31,50A
12
62,07
70,31
66,19B
18
60,73
65,40
63,06 B
Rata-rata
50,77a
57,39 a

KK =14,90 %
Angka pada baris diikuti huruf kecil dan lajur
diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut BNJ 5 %. Tabel
9 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata
dalam meningkatkan produksi per plot dan ha-1 tanaman mentimun.
Produksi per plot dan ha-1 tertinggi diperoleh pada pemberian 12 t ha-1
pupuk kandang sapi, yaitu 12,76 kg per plot dan 66,19 t ha-1 , sedangkan
tanpa pemberian pupuk kandang sapi diperoleh produksi terendah, yaitu
6,83 kg per plot dan 35,57 t ha-1 . Hal ini diduga bahwa dengan
pemberian 12 t ha-1 pupuk kandang sapi menyediakan lingkungan yang
sesuai serta menyumbangkan hara yang cukup dan seimbang dalam
tanah untuk tumbuh dan berproduksinya tanaman mentimun secara baik,
sehingga walaupun takaran ditingkatkan atapun ditambah sampai 20 t ha1 tidak berpengaruh lagi terhadap produksi per plot dan perhektar.
Menurut Rismunandar (1992) bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara
tanaman baik unsur makro maupun mikro, maka pengembangbiakan dan
produktivitas tanaman akan berjalan lancar. Menurut Rinsema (1993)
pada fase reproduktif pertumbuhan berat buah menuntut jumlah hara
makro yang banyak seperti Nitrogen, fosfor dan Kalium, sehingga
mobilisasi dan translokasi dari bagian negotiatif ketempat perkembangan
buah dan biji, akibatnya berat buah semakin bertambah. Bobot buah
segar sangat ditentukan oleh lingkaran dan panjang buah. Semakin besar
lingkaran dan semakin panjang buah, maka bobot buah segar akan lebih
tinggi. Sebaliknya semakin kecil lingkaran dan semakin pendek buah,
maka bobot segar buah akan rendah. Disamping itu varietas, kesuburan
tanah dan keadaan air juga sangat berpengaruh. Menurut Suryatna (2000)
bobot segar buah sangat dipengaruhi oleh varietas, umur, kesuburan
tanah, dan keadaan air.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan disimpulkan :
1. Interaksi terbaik terjadi pada dosis pupuk
kandang sapi 12 t ha-1 dan konsentrasi Gandasil B 3 g l -1 air terhadap
panjang tanaman.
2.
Pemberian 12 t ha-1 pupuk kandang sapi terbaik untuk pertumbuhan dan
produksi mentimun, dengan produksi 12,76 kg per plot dan 66,19 t ha-1 .
3. Pemberian Gandasil B 3 g l -1 air merupakan konsentrasi yang paling
tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan produksi mentimun yang optimal, dapat menggunakan

12 t ha-1 pupuk kandang sapi dan konsentrasi Gandasil B 3 g l-1 air.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Program Penyuluhan Pertanian. Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Tanggerang. BPS Sumbar, 2012. Produksi tanaman
sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan di Indonesia Tahun
2012. Cahyono, B., 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semarang. 122 hal.
Dwijosapoetro .1994. Pengantar fisiologi tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
231 hal. Hadisuwito, 2006. Teknologi Kompos
http://menglayang.blogsome.co/dardjad Kardin. Teknologi kompos.
Diakses, 18 April 2009. Imdad, 2001. Sayuran Jepang Penebar. Swadaya.
Jakarta. Intan, 2010. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya.
Penebar Swadaya Jakarta. Khotimah, N. 2007. Budidaya Tanaman Pangan,
Karya Mandiri Nusantara. Jakarta Barat. 141- 145 hal. Lakitan B., 2000.
Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Lingga, P dan
Marsono. 2006. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

150 hal. Marsono, 2007. Serapan Unsur Kalium di Dalam Tanah. Depok
Estate. Mulyani Sutedjo dan Kartasapoetra, 1990. Pupuk dan cara
pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hal. Mulyani, 2002. Pranan Pupuk
Fosfor Terhadap Tanaman Sayuran. Sinar Baru Algesindo. Mungirisjah dan
Setawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta. 214 hal.
Musnawar. 2003. Pupuk organik cair dan padat pembuatan aplikasi.
Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Nawangsih, 2001. Budidaya Mentimun
Kanisius. Yogyakarta. Rinsema, W.T, 1993, Pupuk dan pemupukan, Bhatara
Karya Aksara,Jakarta, 235 hal. Rismunandar. 1996. Tanah dan Selukbeluknya Bagi Pertanian. Sinar Baru. Bandung. 107 hal. Rukmana, 2001.
Budidaya Mentimun Kanasius. Yogyakarta Salisbury B.F and C.W. Ross.
1995. Plant physiology. Wadsworth Publishing Co. In. Belmont. California.
235 p. Setyamidjaya, 1990. Pupuk dan pemupukan. CV. Simplek. Jakarta .
122 hal. Sumperna. 2001. Budidaya mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta.
76 hal. Sumpena, 2008. Budidaya Mentimun Intensif, Dengan Mulsa,
Secara Tumpang Sari. Sunarjono, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur.
Penebar Swadaya. Jakarta. 109-114 hal. Suryatna, S. 2000. Pupuk dan
pemupukan. PT. Melton Putra. Jakarta. 64 hal. Sutedjo, 2008. Pupuk Dan
Cara Pemupukan. Jakarta. PT Rineka Cipta. Sutedjo. 2010. Pupuk dan cara
pemupukan. PT. Bina Aksara. Jakarta. 182 hal.

Anda mungkin juga menyukai