Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


ACARA PENGARUH DOSIS PUPUK PADA PRODUKTIVITAS
TANAMAN JAGUNG

KELOMPOK 5 A
ANGGOTA :

1. ADHA AINUN PRASTIKA (2105013)


2. BAYU RAHMANDA (2105021)
3. EKA DHANY SAPUTRA (2105029)
4. JHONPERSON HALOMOAN RAJAGUKGUK (2105039)
5. WILDAH ADHWIYAH HASIBUAN (2205074)

PENGELOLAAN PERKEBUNAN DIV


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2022
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki ciri fisik, kimia, dan
biologi yang baik atau sehat. Ciri fisik antara lain ; tata air udara, drainase,
porositas, agregasi, yang ditentukan oleh tekstur dan perekat tanah. Ciri
kimia yaitu tata hara, pH, kemampuan jerap dan menukar hara oleh
permukaan tanah (liat dan bahan organik). Ciri biologi antara lain; jumlah
dan jenis bahan organik, keberadaan mikroorganisme, urutan penanaman,
dan crop manajemen. Tanah yang subur mudah diolah, bertekstur remah dan
gembur; permukaan tanah halus, gembur, berwarna gelap, drainase baik,
dan lembab. Ketersediaan nutrisi menjadi salah satu faktor penting
kesuburan tanah yang sangat menentukan pertumbuhan dan produksi
tanaman, selain faktor pertumbuhan lainnya.
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dslam tanah atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman. Macam, jumlah dan
cara pemberian pupuk akan menentukan keberhasilan produksi tanaman.
Oleh karena itu, dalam pengaplikasian pupuk diharapkan sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan tanaman agar nantinya produksi tanaman sesuai
dengan yang diharapkan.

B. Tujuan
Mahasiswa mengetahui pengaruh penggunaan pupuk pada
produktivitas tanaman jagung.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Komoditas yang memiliki peranan penting di bidang pangan dan pakan


adalah jagung. Usaha peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan
program intensifikasi berupa pemupukan yang efektif dan efisien. Pemupukan yang
efektif dan efisien sangat penting dilakukan di tanah yang marginal. Salah satu
tanah marginal di Indonesia yaitu tanah Ultisols.
Pupuk N, P dan K memegang peranan penting dalam peningkatan produksi
tanaman. Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum efisien dan
berimbang. Pupuk yang efisien dan berimbang dapat tercapai apabila takaran pupuk
memperhatikan status hara serta kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang
optimal (Balai Penelitian Tanah, 2008).
Notohadiprawiro et al. (2006), menyatakan bahwa keadaan lingkungan
hayati juga mempengaruhi efisiensi pemupukan. Namun mengubah iklim mikro.
Gulma menimbulkan persaingan memperoleh hara, lengas tanah dan sinar matahari.
Hama dan penyakit mengganggu atau membahayakan kesehatan tanaman. Semua
faktor fisiologis, lingkungan atmosfir dan hayati sangat penting dalam menentukan
efisiensi pemupukan. Namun demikian yang dibicarakan di sini dibatasi pada
faktor-faktor efisiensi pemupukan yang dapat ditangani dengan pengelolaan
kesuburan tanah. Menurutnya, faktor-faktor itu mencakup :
1. Imbangan ketersediaan hara asli tanah.
2. Antagonisme, atau kebalikannya sinergisme ion dalam jaringan.
3. Penematan (fixation) atau imobilisasi (penyematan biologi) ion hara dalam
tanah.
4. Ekonomi hara dalam hubungan dengan pH dan Eh tanah.
5. Kekahatan lengas tanah.
6. Perkolasi dan aliran permukaan (runoff) yang melindi hara.
7. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah.
Imbangan yang timpang dalam ketersediaan hara asli tanah harus dibetulkan
lebih dulu untuk menaikkan kadar hara yang menjadi faktor minimum. Tanpa
pembetulan ini efisiensi pemupukan akan menjadi rendah karena pemberian pupuk
memperkuat ketimpangan neraca hara itu.
Upaya meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dapat dilakukan dengan,
(1) menanam varietas unggul yang respon terhadap pemberian pupuk, dan (2)
memperbaiki teknik budidaya tanaman yang mencakup jarak tanam, teknik
pemberian air, takaran pupuk, waktu pemberian dan sumber pupuk (Sutoro, 2007).
Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk juga diperlukan metode yang
dapat menduga tingkat kecukupan dan kebutuhan hara. Tingkat kecukupan
(sufficiency) atau kekurangan (deficiency) hara pada tanaman antara lain ditetapkan
berdasarkan analisis tanah dan jaringan tanaman serta kandungan klorofil daun
(Syafruddin et al. 2006).
Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman, maka perlu dikembangkan bioteknologi tanah, yaitu salah satu contohnya
pemanfaatan mikroba yang berperan dalam tranformasi unsur hara P di dalam tanah
yang dikenal dengan mikroba pelarut fosfat (MPF) yang terdiri dari bakteri dan
fungi pelarut fosfat. Mikroba ini berperan penting dalam transformasi P yaitu dalam
mineralisasi senyawa P organik dengan melepaskan P anorganik, mengubah
kelarutan senyawa P anorganik, oksidasi atau reduksi senyawa P anorganik dan
juga dalam immobilisasi P (Fitriatin et al. 2013)
Untuk menghitung efisiensi pemupukan, Dobermann (2007) memberikan
beberapa pendekatan, di antaranya : efisiensi serapan, efisiensi fisiologis, dan
efisiensi agronomis. Efisiensi serapan merupakan perbandingan antara hara yang
diserap dari pupuk dengan jumlah pupuk yang diberikan, dinyatakan dalam satuan
persen. Angka efisiensi serapan berguna sebagai faktor koreksi dalam rekomendasi
pemupukan. Efisiensi fisiologis berguna untuk menilai respon tanaman dalam
mengoptimalkan hara yang berasal dari pupuk untuk menghasilkan produk.
Sedangkan efisiensi agronomis berguna untuk menilai seberapa besar peningkatan
produksi yang dicapai dari tiap jumlah pupuk yang ditambahkan.
BAB III. METODOLOGI

Pada praktikum acara pengaruh dosis pupuk pada produktivitas tanaman


jagung membutuhkan alat dan bahan, alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah cangkul, meteran, alat penyiraman dan alat tulis. Untuk bahan yang
digunakan adalah benih jagung, polybag, tanah, biochar, kompos, pupuk urea,
pupuk kcl dan pupuk sp-36.

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan


praktikum. Membersihkan lahan dari gulma dan kotoran yang ada kemudian
dicangkul dan tanah digemburkan. Mencampurkan media tanah dengan pupuk
kompos. Mengisi polybag dengan tanah lalu membuat lubang tanam menggunakan
jari yang kedalamannya 2-3 cm. Meletakkan satu benih jagung pada satu lubang
tanam. Isi satu polybag adalah 4 benih tanaman yang akan disemai. Lalu menimbun
dengan tanah hingga tertimbun secara merata tetapi tidak boleh ditekan agar tetap
gembur dan tidak padat. Kemudian menyiram tanaman yang telah ditanam sampai
kira-kira basah dan tidak kelebihan air. Setelahnya melakukan perawatan pada
tanaman jagung dengan cara melakukan penyiraman pada tanaman jagung dengan
rutin dan menyiang tanaman dari gulma. Perawatan dilakukan sampai selesai
pengamatan. Setelah dua minggu tanam, memilih salah satu tanaman jagung yang
paling bagus dan baik untuk dilakukan perlakuan terhadapnya lalu membuang sisa
tanaman lainnya.

Melakukan pengamatan perubahan yang terjadi pada tanaman jagung


dengan cara mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun. Pengamatan
ini dilakukan pada saat tanaman mulai berumur dua minggu setelah tanam,
pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval satu minggu sekali. Mencatat
hasil pengamatan dan memasukan hasil pengamatan pada laporan sementara serta
laporan resmi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berikut ini merupakan perhitungan dosis pupuk yang digunakan
ketika melakukan praktikum untuk perlakuan NPK full pada pupuk urea :
Dosis Anjuran per Ha 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
=
Bobot Tanah per Ha 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
435.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋
=
2.000.000 𝑘𝑔 12 𝑘𝑔
435.000 gr x 12 = X x 2.000.000
5.220.000 gr = X x 2.000.000
5.220.000 𝑔𝑟
𝑋=
2.000.000
X = 2,6 gr
Maka, dosis pupuk untuk perlakuan NPK setengah pada pupuk urea
adalah 2,6 gram dikali dengan 0,5 yaitu 1,3 gram.
Berikut ini merupakan perhitungan dosis pupuk yang digunakan
ketika melakukan praktikum untuk perlakuan NPK full pada pupuk SP-36 :
Dosis Anjuran per Ha 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
=
Bobot Tanah per Ha 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
335.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋
=
2.000.000 𝑘𝑔 12 𝑘𝑔
335.000 gr x 12 = X x 2.000.000
4.020.000 gr = X x 2.000.000
4.020.000 𝑔𝑟
𝑋=
2.000.000
X = 2,0 gr
Maka, dosis pupuk untuk perlakuan NPK setengah pada pupuk SP-
36 adalah 2,0 gram dikali dengan 0,5 yaitu 1,0 gram.
Berikut ini merupakan perhitungan dosis pupuk yang digunakan
ketika melakukan praktikum untuk perlakuan NPK full pada pupuk KCl :
Dosis Anjuran per Ha 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
=
Bobot Tanah per Ha 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
250.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋
=
2.000.000 𝑘𝑔 12 𝑘𝑔
250.000 gr x 12 = X x 2.000.000
3.000.000 gr = X x 2.000.000
3.000.000 𝑔𝑟
𝑋=
2.000.000
X = 1,5 gr
Maka, dosis pupuk untuk perlakuan NPK setengah pada pupuk KCl
adalah 1,5 gram dikali dengan 0,5 yaitu 0,75 gram.
Berikut merupakan tabel hasil pengamatan untuk tinggi tanaman
jagung dan jumlah daun tanaman jagung :
Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
Tanggal Dosis Dosis
Pengamatan Kontrol NPK NPK Biochar
(full) (1/2)
09/11/2022 29,5 28 38 30
16/11/2022 42 40 55 48
23/11/2022 80,8 66,1 73,5 54,4
30/11/2022 98 89,5 89 79,8
07/12/2022 107,4 105 93,2 105
14/12/2022 136 120 108 119
21/12/2022 150 127 120 130

Tabel 2. Pengamatan Jumlah Daun (helai)


Perlakuan
Tanggal Dosis Dosis
Pengamatan Kontrol NPK NPK Biochar
(full) (1/2)
09/11/2022 3 3 4 3
16/11/2022 5 5 5 4
23/11/2022 6 6 6 5
30/11/2022 7 6 6 7
07/12/2022 8 7 6 5
14/12/2022 9 9 7 8
21/12/2022 8 9 7 6
Pengamatan Tinggi Tanaman
160

Tinggi Tanaman (cm)


140
120
100
80
60
40
20
0

Tanggal Pengamatan

Perlakuan Kontrol Perlakuan Dosis NPK (full)


Perlakuan Dosis NPK (1/2) Perlakuan Biochar

Gambar 1. Grafik Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan Jumlah Daun


10
Jumlah Daun (helai)

8
6
4
2
0

Tanggal Pengamatan

Perlakuan Kontrol Perlakuan Dosis NPK (full)


Perlakuan Dosis NPK (1/2) Perlakuan Biochar

Gambar 2. Grafik Pengamatan Jumlah Daun (helai)


B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dengan pengamatan tinggi
tanaman dan jumlah daun pada tanaman jagung. Pada kegiatan praktikum
ini dilakukan pemberian pupuk NPK sesuai perlakuan yang ada sebanyak 2
kali pemupukan. Pemupukan pertama dilakukan pada Rabu, 9 November
2022 dengan dosis pemupukan perlakuan dosis NPK full yaitu 1,3 gram
urea, 1 gram SP-36, dan 0,75 gram KCl, perlakuan dosis NPK setengah
yaitu 0,65 gram urea, 0,5 gram SP-36, dan 0,375 gram KCl, dan untuk
perlakuan biochar serta kontrol tidak dilakukan pemberian pupuk.
Pemupukan kedua dilakukan pada Rabu, 16 November 2022 dengan
dosis pemupukan perlakuan dosis NPK full yaitu 2,6 gram urea, 2 gram SP-
36, dan 1,5 gram KCl, perlakuan dosis NPK setengah yaitu 1,3 gram urea,
1 gram SP 36, dan 0,8 gram KCl, dan untuk perlakuan biochar serta kontrol
tidak dilakukan pemberian pupuk.
Dari hasil pengamatan terhadap tanaman jagung terlihat bahwa
tanggap tanaman terhadap perlakuan pemberian pupuk N, P dan K dosis full
dan setengah tidak tampak jelas. Pada perlakuan tanpa pupuk (kontrol),
tanaman jagung lebih tinggi pertumbuhannya dibanding dengan yang diberi
pupuk dan biochar. Pada perlakuan tanpa pupuk (kontrol), pengamatan
terakhir menunjukkan bahwa tinggi tanaman 150 cm (Tabel 1). Pada
perlakuan dosis pupuk NPK full, tinggi tanaman tidak berbeda nyata dengan
tanaman yang diberi biochar. Tanaman jagung yang diberi pupuk NPK full
tingginya 127 cm sedangkan untuk biochar mencapai 130 cm. Sedangkan
pertumbuhan tanaman terendah adalah pada tanaman dengan perlakuan
dosis pupuk setengah yaitu 120 cm.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun yang diamati secara
periodik pada setiap minggunya terdapat perbedaan antara tanaman yang
diberi pupuk NPK dosis full, dosis setengah, dengan tanaman yang diberi
perlakuan biochar maupun kontrol. Berdasarkan hasil tersebut perlakuan
pupuk NPK dosis full cenderung meningkatkan jumlah daun. Pada pupuk
NPK dosis full diperoleh jumlah daun terbanyak yaitu 9 helai, diduga karena
jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dari dosis yang diberikan
tersebut sudah hampir mencukupi. Panjang batang tanaman akan
mempengaruhi jumlah ruas batang yang menjadi tempat keluarnya daun,
sehingga jika tanaman mempunyai ukuran batang yang panjang maka
jumlah daun tanaman itu juga lebih banyak yang akan berkaitan dengan
proses asimilasi tanaman (Sintia, 2011). Semakin banyak jumlah daun pada
suatu tanaman maka semakin banyak pula cahaya yang terserap oleh
tanaman untuk proses fotosintesis, sehingga sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gardneret al., 1985).
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua variabel pengamatan vegetatif
tanaman jagung tidak berpengaruh nyata terhadap pemberian pupuk NPK
dosis full, setengah maupun biochar. Perlakuan yang tidak memberi respon
terhadap pertumbuhan tanaman jagung disebabkan oleh beberapa faktor
lingkungan antara lain : 1) Intensitas penyiraman yang dilakukan dengan
tidak maksimal atau air menggenang cukup lama yang menyebabkan tanah
menjadi masam. Secara fisik tanah yang jenuh air karena saluran drainase
yang susah dilakukan untuk menyalurkan kelebihan air pada saat musim
hujan dan menyuplai air pada musim kemarau akan sangat berdampak pada
tanaman (Darmawijaya, 1990). 2) Lingkungan sekitar penelitian yang
digunakan tidak mempunyai tingkat intensitas cahaya matahari yang baik
sehingga tidak mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Dosis pemupukan harus tepat dan sesuai kebutuhan tanaman. Dosis
pupuk yang diberikan tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Jika
pemberian pupuk terlalu sedikit maka tanaman masih akan kekurangan
unsur hara yang dibutuhkan. Namun, jika berlebihan maka akan overdosis
dan menjadi toksik bagi tanaman. Oleh karena itu, diperlukan tepat dosis
sesuai dengan kebutuhan tanaman (Purba et al., 2021).
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pemupukan
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik dari
tinggi tanaman maupun dari jumlah daun karena pupuk berperan dalam
penyedia hara baik dalam jumlah banyak maupun sedikit.
B. Saran
Saran yang dapat praktikan berikan adalah untuk acara praktikum ke
depannya agar lebih kondusif dan disiplin baik secara waktu maupun
tempat.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2008. Perangkat Uji Tanah Kering. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Vol. 30, No. 5. P.13
Darmawijaya,M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Dobermann, A. 2007. Nutrient Use Efficiency ± Measurement and Management.
University of Nebraska ± Lincoln, USA.
Fitriatin, B.N., A. Yuniarti., dan T. Turmuktini. 2013. Pengaruh Mikroba Pelarut
Fosfat Penghasil Zat Pengatur Tumbuh terhadap Fosfat Tanah,
Pertumbuhan dan Hasil Jagung serta Efisiensi Pupuk P pada Tanah
Marginal. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran. Jatinangor, Sumedang.
Gardner, V. P., R. B. Pearce and R. I. Mitchell. 1985. Physiologi Of Crops Plant.
Diterjemahkan oleh : H. Susilo. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Notohadiprawiro, T. Soeprapto, S. dan Endang, S. 2006. Pengelolaan Kesuburan
Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Purba, T., Taisa, R., Sakiah, S., Herawati, J., Junaedi, A. S., Hasibuan, H. S., &
Firgiyanto, R. (2021). Ilmu Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Yayasan
Kita Menulis.
Sintia, M. 2011. Pengaruh beberapa dosis kompos jerami padi dan pupuk nitrogen
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata
Sturt.). Jurnal Tanaman Pangan. Hal 1-7.
Sutoro. 2007. Respon Terkorelasi Karakter Sekunder Tanaman Jagung pada
Seleksi di Lingkungan Pemupukkan Berbeda. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. Vol. 26, No.2. Hal. 120.
Syafruddin. Saenong. dan Subandi. 2006. Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD)
untuk Efisiensi Pemupukan N pada Tanaman Jagung. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. Vol. 27 No. 1 2008. P.24.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai