Anda di halaman 1dari 7

RADIKULA : Jurnal Ilmu Pertanian

Volume 2, No. 2, Desember 2023, hal. 61-67


E-ISSN: 2961-726X | P-ISSN: 2961-7014

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Pulut (Zea mays


ceratina Kulesh) terhadap Dosis Pupuk NPK dan Waktu Pembumbunan
*Jumiatun1, Ika Nur Indriawati2, Christa Dyah Utami3, Ilham Muhklisin4
1234
(Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan, Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik
Negeri Jember, Indonesia)

ABSTRAK

Produksi jagung pulut yang masih rendah memerlukan adanya upaya peningkatan produksi agar
dapat mendukung diversifikasi pangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki teknik
budidaya seperti pemupukan dan pembumbunan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji respon
pertumbuhan dan produksi jagung pulut terhadap dosis pupuk NPK dan waktu pembumbunan.
Rancangan percobaan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAK) faktorial. Faktor pertama
adalah dosis pupuk NPK dengan 5 taraf yaitu 100 kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha, 250 kg/ha dan 300
kg/ha. Faktor kedua waktu pembumbunan yaitu 2 kali pembumbunan (14 HST dan 21 HST) dan 3 kali
pembumbunan (14 HST, 21 HST dan 28 HST). Adapun variabel pengamatan yang diamati meliputi
tinggi tanaman, diameter batang, ratio tajuk akar dan berat tongkol. Data hasil penelitian dianalisis
dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan NPK dan waktu
pembubunan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua pengamatan. Hasil berat
tongkol tanaman rata-rata adalah 227 gram/tanaman.

Kata Kunci: Jagung Pulut, Pembumbunan, Pupuk Majemuk

ABSTRACT

Production of corn pulut which is still low requires efforts to increase production in order to support
food diversification. Efforts that can be made are improving cultivation techniques such as fertilization
and heaping. The purpose of this study was to examine the response of growth and production of
pulut corn to NPK fertilizer doses and accumulation time. The experimental design was arranged using
a factorial Completely Randomized Design (RBD). The first factor was the dose of NPK fertilizer with 5
levels, namely 100 kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha, 250 kg/ha and 300 kg/ha. The second factor is the
time of soil accumulation, namely 2 times of soiling (14 HST and 21 HST) and 3 times HST (14 HST,
21 HST and 28 HST). The observed variables included plant height, stem diameter, root canopy ratio
and cob weight. Research data were analyzed by ANOVA. The results showed that the NPK
fertilization treatment and the time of deposition had no significant different effect on all observations.
Yield average cob weight of plants is 227 grams/plant.

Keywords: Compound Fertilizer, Glutinous Corn, Re-hillin

Corresponding Author : Jumiatun, Teknologi Produksi Tanaman Pangan, Jurusan Produksi Pertanian,
Politeknik Negeri Jember, Email: jumiatun@polije.ac.id

Informasi artikel: diserahkan (26, 07, 2023), direvisi (15, 08, 2023), diterima (18,08,2023)

This is an open access article under the CC BY license 61


Jumiatun, dkk Vol. 2, No. 2, 2023

Pendahuluan
Adanya upaya diversifikasi pangan penerapan pembumbunan dibutuhkan
berdampak pada pengurangan konsumsi waktu yang tepat. Menurut Hikmawati,
beras. Sehingga terdapat banyak bahan (2019) pembumbunan paling efektif
pangan yang dijadikan sebagai bahan dilakukan sedini mungkin ketika tanaman
pengganti beras. Jagung pulut adalah masih memasuki fase vegetatif dengan 3
suatu jenis jagung yang mampu kali pembumbunan mampu
mengatasi kerawanan pangan dan gizi mengahasilkan jagung tanpa klobot
karena dapat diolah menjadi berbagai dengan berat 223,62 gram/tanaman.
jenis makanan baik tradisional maupun Melalui pemupukan NPK dan
modern (Suarni et al., 2019). Selain itu pembumbunan yang optimal diharapkan
menurut Nai & Fowo, (2019) jagung pulut mampu meningkatkan produktivitas dari
juga memiliki kandungan karbohidrat yang jagung pulut. Dengan demikian,
tinggi berupa senyawa amilopektin yang diperlukan adanya penelitian yang
memiliki bercita rasa manis dan pulen mengkaji pengaruh berbagai dosis pupuk
yang menjadi keunggulan jenis jagung ini. NPK dan penerapan pembumbunan
Akan tetapi produksi jagung pulut di terhadap pertumbuhan dan produksi
Indonesia masih tergolong rendah jagung pulut.
berkisar 2-2,5 ton/ha karena kurangnya
minat petani untuk budidaya jagung pulut Metode penelitian
ini dan kurang optimalnya hasil produksi
yang dihasilkan. Hal lain yang menjadi Penanaman jagung pulut pada
penyebab rendahnya produksi adalah penelitian ini berlokasi di lahan Kelurahan
teknik budidaya yang belum optimal. Antirogo, Kecamatan Sumbersari,
Dengan demikian, perlu adanya usaha Kabupaten Jember pada bulan Oktober
dalam peningkatan produksi jagung pulut hingga Desember tahun 2022. Alat dan
melalui pemupukan NPK yang optimal bahan yang dipakai meliputi sabit,
dan penerapan pembumbunan secara cangkul, kenco, meteran, gembor, timba,
tepat (Tengah et al., 2017). label nama, jangka sorong, timbangan
Pada pupuk majemuk NPK digital, tugal, sprayer, benih jagung pulut,
terdapat kandungan hara berupa Nitrogen pupuk kandang, Urea, NPK phonska 15-
(N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Unsur N, 15-15, dan insektisida/fungisida. Benih
P, K merupakan unsur hara yang penting jagung pulut ditanam dengan cara ditugal
bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena pada plot berukuran 2 m x 1 m dengan
itu, pemberian pupuk NPK sangat jarak tanam 70 cm x 20 cm. Pemeliharaan
diperlukan untuk meningkatkan laju jagung pulut dilakukan dengan melakukan
pertumbuhan dan produksi biji jagung penyulaman pada umur 7 HST, dan
pulut. Menurut Taufik et al., (2022) pengendalian OPT yang disesuaikan
Aplikasi NPK sebanyak 200 kg/ha mampu dengan jenis OPT yang menyarang.
meningkatkan 18% hasil jagung manis Pemupukan dilakukan pada tanaman
dari 25,62 ton/ha menjadi 30,14 yang berumur 10 dan 30 HST dengan
ton/ha. Optimalnya pemupukan juga harus menggunakan pupuk Urea 300 kg, dan
disertai dengan pemeliharaan tanaman NPK sesuai dengan dosis perlakuan.
seperti dilakukannya pembumbunan. Selain itu pembumbunan dilakukan sesuai
Pembumbunan pada tanaman jagung taraf perlakuan yaitu pada umur 14, 21,
sangat dibutuhkan untuk memperkuat dan 28 HST.
sistem perakaran tanaman dan mencegah
agar tidak mudah roboh. Adanya proses Objek penelitian dirancang dengan
pembumbunan manjadikan tanaman lebih Rancangan Acak Kelompok (RAK)
kokoh, tanah pada daerah perakaran dengan 2 faktor perlakuan. Faktor 1 yaitu
menjadi gembur dan mampu menimbung pembumbunan meliputi P1=
akar adventif jagung pulut sehingga pembumbunan 2x (Kontrol); P2=
tanaman mampu menyerap hara dari pembumbunan 3x. Faktor 2 adalah dosis
dalam tanah secara maksimal. Dalam aplikasi pupuk NPK yang terdiri atas 5

62
Jumiatun, dkk Vol. 2, No. 2, 2023

taraf perlakuan yaitu NI=100 kg/ha, batang diatas daun pertama. Ratio tajuk
N2=150 kg/ha, N3= 200 kg/ha (Kontrol), akar didapatkan dari perbandingan berat
N4= 250 kg/ha, N5= 300 kg/ha. Parameter brangkasan tajuk dan akar tanaman
yang diamati pada penelitian ini meliputi jagung pulut. Berat tongkol sampel
tinggi tanaman yang didapatkan dengan diperoleh dari hasil penimbangan tongkol
cara mengukur tanama dimulai dari atas jagung pulut dalam kondisi basah dengan
daun pertama hingga daun terpanjang klobot. Data yang diperoleh dianalisis
pada fase vegetative. Diameter batang dengan ANOVA, jika hasil analisis
diukur dengan menggunakan jangka menunjukkan perbedaan yang signifikan
sorong yang diletakkan pada bagian maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5%.

Hasil dan pembahasan


Pada peneitian ini data yang
diperoleh dari parameter yang telah
diamati dilakukan analisis ragam ANOVA
dan didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam

Perlakuan
Variabel Pengamatan
P N PxN
Tinggi Tanaman ns ns ns
Diameter Batang ns ns ns
Ratio Tajuk Akar ns ns ns
Berat Tongkol Per Sampel ns ns ns
Keterangan: P = Waktu Pembumbunan, N = Dosis Pupuk NPK
(*) = berbeda nyata; (**) = berbeda sangat nyata; (ns) = berbeda tidak nyata
baik dalam perlakuan tunggal maupun
kombinasi perlakuan tidak menunjukkan
Berdasarkan Tabel 1 pada semua
adanya interaksi antar kedua perlakuan.
parameter pengamatan tidak
Sehingga tidak dapat dilakukan uji lanjut
menunjukkan hasil berbeda nyata pada
DMRT.
perlakuan pembumbunan dan dosis NPK
Tinggi Tanaman
Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman Jagung Pulut Pada Setiap Perlakuan

Tinggi tanaman (cm)


Dosis NPK Waktu Pembumbunan
2 kali 3 kali
100 kg/ha 153,3 141,98
200 kg/ha 162,53 157,95
250 kg/ha 139,73 162,57
300 kg/ha 137,17 185,61
350 kg/ha 148,93 158,20
itu juga dapat disebabkan oleh pupuk
yang diaplikasikan pada tanaman jagung
Pada pengamatan vegetatif mengalami pencucian akibat aliran,
tanaman jagung pulut pada parameter menguap ataupun fiksasi sehingga tidak
tinggi tanaman menunjukkan tidak adanya dapat diserap secara optimal oleh
pengaruh aplikasi pupuk NPK maupun tanaman jagung. Pemubumbunan yang
pembumbunan terhadap paramater dilakukan mengalami pengikisan akibat
pengamatan tersebut. Hal tersebut dapat curah hujan yang tinggi, sehingga
dikarenakan oleh kandungan hara pada perlakuan pembumbunan menunjukkan
tanah yang sudah cukup untuk memenuhi tidak adarya berpengaruh yang signifikan
kebutuhan hara tanaman jagung. Selain

63
Jumiatun, dkk Vol. 2, No. 2, 2023

pada tinggi tanaman jagung pulut. Pupuk sebagian tersapu oleh erosi. (Agsari et
yang diberikan tidak dapat dipastikan al., 2020). Selain itu tingginya curah hujan
diserap baik oeh tanaman. Adanya faktor mengurangi intensitas sinar matahari yang
lingkungan juga berpengaruh terhadap menjadi sumber energi dalam melakukan
proses penyerapan hara oleh tanaman. fotosintesis tanaman. Dengan begitu
Karena kondisi curah hujan yang cukup rendahnya fotosintesis mempengaruhi
tinggi pada waktu budidaya memperkuat pertumbuhan tanaman jagung. Hujan
terjadinya pencucian pada pupuk yang yang lebat dengan jangka waktu yang
telah diaplikasikan. Pada tanah dengan lama dapat menyebabkan kurangnya
pH rendah dapat menyebabkan pencucian intensitas matahari sehingga mengganggu
alkali yang kuat dan bahan organik yang fotosintesis (Pratikta et al., 2013).
rendah karena dekomposisi cepat dan
Diameter Batang
Tabel 3. Rerata diameter batang tanaman jagung pulut pada setiap perlakuan

Diameter Batang (cm)


Dosis NPK Waktu Pembumbunan
2 kali 3 kali
100 kg/ha 1,51 1,47
200 kg/ha 1,45 1,21
250 kg/ha 1,05 0,90
300 kg/ha 1,08 1,18
350 kg/ha 1,14 1,58
tinggi tanaman dan pembesaran
Pada pengamatan diameter diameter batang (Puspadewi et al., 2016).
batang tanaman jagung pulut juga Akan tetapi pembumbunan yang
menunjukkan bahwa tidak adanya dilakukan kurang efektif dalam
pengaruh yang signifikan dengan adanya meningkatkan kinerja akar dalam proses
perlakuan dosis pupuk NPK maupun penyerapan hara, sehingga kedua
pembumbunan terhadap diameter batang. perlakuan tersebut tidak berpengaruh
Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan nyata terhadap diameter batang. Menurut
paningkatan dosis tanaman tidak selaras Dewi & Bahri, (2023) pembumbunan yang
dengan peningkatan diameter batang. baik dilakukan ketika fase vegetatif
Tanaman jagung menyerap hara dengan tanaman, sehingga akar mampu lebih
jumlah yang lebih rendah dibandingkan maksimal dalam penyerapan unsur hara
dengan dosis yang diberikan. Pupuk NPK akan semakin meningkat karena
berguna untuk memacu pertumbuhan tertutupnya akar adventif.
Ratio Tajuk Akar

120,00

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
P1N1 P1N2 P1N3 P1N4 P1N5 P2N1 P2N2 P2N3 P2N4 P2N5
Berat Tajuk 63,08 73,75 79,33 64,83 73,50 60,00 60,25 69,00 76,17 74,50
Berat Akar 14,83 18,08 18,58 18,83 19,00 17,25 13,75 19,33 18,50 15,17

Berat Akar Berat Tajuk

Gambar 1. Berat tajuk dan akar tanaman jagung pulut

64
Jumiatun, dkk Vol. 2, No. 2, 2023

Keterangan:
P1N1 : Pembumbunan pada umur 14 dan 21 hst + Dosis Pupuk NPK 100kg/ha
P1N2 : Pembumbunan pada umur 14 dan 21 hst + Dosis Pupuk NPK 150kg/ha
P1N3 : Pembumbunan pada umur 14 dan 21 hst + Dosis Pupuk NPK 200kg/ha
P1N4 : Pembumbunan pada umur 14 dan 21 hst + Dosis Pupuk NPK 250kg/ha
P1N5 : Pembumbunan pada umur 14 dan 21 hst + Dosis Pupuk NPK 300kg/ha
P2N1 : Pembumbunan pada umur 14,21 dan 28 hst + Dosis Pupuk NPK 100kg/ha
P2N2 : Pembumbunan pada umur 14,21 dan 28 hst + Dosis Pupuk NPK 150kg/ha
P2N3 : Pembumbunan pada umur 14,21 dan 28 hst + Dosis Pupuk NPK 200kg/ha
P2N4 : Pembumbunan pada umur 14,21 dan 28 hst + Dosis Pupuk NPK 250kg/ha
P2N5 : Pembumbunan pada umur 14, 21 dan 28 hst + Dosis Pupuk NPK 300kg/ha

Tabel 4. Ratio tajuk dan akar tanaman jagung pulut

Perlakuan Ratio Tajuk Akar


P1N1 4,25
P1N2 4,08
P1N3 4,27
P1N4 3,44
P1N5 3,87
P2N1 3,48
P2N2 4,38
P2N3 3,57
P2N4 4,12
P2N5 4,91
menjadikan akar kurang maksimal dalam
penyerapan air dan unsur hara.
Perlakuan pembumbunan dan Penurunan kemampuan tanaman ini
dosis pupuk NPK menunjukkan tidak disebabkan ketersediaan unsur hara
terdapat perbedaan yang nyata terhadap dalam tanah dan berkurangnya
ratio tajuk akar tanaman jagung pulut. kemampuan akar dalam menyerap air dan
Berdasarkan Tabel 4 ratio tajuk tertinggi mineral. Berkurangnya kapasitas
terdapat pada perlakuan pembumbunan 3 perakaran disebabkan terbatasnya
kali dan dosis NPK 300 kg/ha (P2N5) pertumbuhan akar dan luas akar serta
dimana pertumbuhan tajuk lebih besar penurunan daya hantar listrik akar pada
dibandingkan pertumbuhan akar. Dengan pembuluh darah (Polnaya & Lesilolo,
tajuk yang besar tanaman mampu 2012).
berfotosintesis dengan baik, akan tetapi
dengan akar yang jangkauannya sempit

Berat Tongkol Per Sampel


Tabel 5. Rerata berat tongkol tanaman jagung pulut pada setiap perlakuan

Berat tongkol persampel (g)


Dosis NPK Waktu Pembumbunan
2 kali 3 kali
100 kg/ha 202,42 189,92
200 kg/ha 211,58 169,58
250 kg/ha 185,08 211,42
300 kg/ha 152,50 227,00
350 kg/ha 193,17 216,00

Tidak adanya pengaruh proses fotosintesis yang dilakukan oleh


peningkatan dosis NPK terhadap hasil tanaman. Fotosintat hasil poses
produksi dapat dikarenakan rendahnya fotosintesis yang diedarkan dalam proses

65
Jumiatun, dkk Vol. 2, No. 2, 2023

pengisian biji menjadi kurang optimal. oleh tanaman jagung pulut.


Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pembumbunan yang optimal dapat
dalam budidaya tidak hanya pada meningkatkan pertumbuhan dan produksi
pemupukan akan tetapi juga dipengaruhi jagung (Dewi & Bahri, 2023).
oleh faktor lingkungan yang lainnya.
Intensitas cahaya dan kualitas cahaya
yang diterima oleh setiap tanaman tidak KESIMPULAN DAN SARAN
jauh berbeda, sehingga efek pada
aktivitas hormon pembungaan juga relatif KESIMPULAN
sama (Kriswanto et al., 2016). Selain itu,
menurut Torus Pane et al., (2018) respon Interaksi perlakuan dosis NPK dan
tanaman terhadap pupuk tertentu pembumbunan memberikan pengaruh
ditentukan oleh banyak faktor, antara lain berbeda tidak nyata. Sedangkan
genetika tanaman, iklim, dan tanah, perlakuan secara tunggal peningkatan
karena faktor-faktor tersebut saling dosis NPK berpengaruh berbeda tidak
berkaitan. Kondisi lingkungan yang basah nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
menyebabkan tumbuhnya gulma yang jagung pulut, akan tetapi menunjukkan
dapat bersaing dengan tanaman. Gulma rerata produksi 227 gram/tanaman (16
tumbuh menjadi pesaing dalam ton/ha). Penerapan pembumbunan juga
merebutkan unsur hara, air dan sinar menunjukkan pengaruh berbeda tidak
matahari sehingga dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
terhadap penurunan hasil dan kualitas biji jagung pulut sehingga cukup malakukan
jagung (Dinata et al., 2017). pembumbunan 2 kali untuk produksi
Selain tidak adanya pengaruh jagung pulut.
peningkatan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung pulut,
Saran
pembumbunan yang diterapkan juga tidak Perlu adanya pengkajian ulang
menunjukkan adanya pengaruh yang terkait peran pupuk dan pembumbunan
nyata terhadap pertumbuhan dan produksi terhadap peningkatan produksi hidup
jagng pulut. Hal ini dikarenakan tanaman jagung pulut dan laju pengisian
pembumbunan yang telah dilakukan biji pada tongkol.
mengalami longsor atau terkikis akibat
Daftar Pustaka
curah hujan yang tinggi. Akan tetapi,
penerapan pembumbunan secara tepat
mampu meningkatkan produksi tanaman Agsari, D., Utomo, M., Hidayat, K. F., &
jagung dibanding dengan tanpa dilakukan Niswati, A. (2020). Respon Serapan
pembumbunan (Hidayat et al., 2022). Hara Makro-Mikro dan Produksi
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Tidak optimalnya hasil jagung Terhadap Pemupukan Nitrogen dan
pulut pada penelitian ini dikarenakan Praktik Olah Tanah Jangka Panjang
musim tanam yang dilakukan ketika Response of Macro-Micro Nutrient
curah hujan yang cukup tinggi yang Uptake and Production of Corn (Zea
mengakibatkan terjadinya pencucian hara mays L.) Against Nitrogen
dan pembumbunan yang diakukan terkikis Fertilization and Pra. Journal of
aliran air hujan. Meskipun tidak Tropical Upland Resources ISSN,
memberikan pengaruh yang nyata 02(01), 46–59.
pembumbunan harus tetap diterapkan
pada budidaya jagung pulut karena Dewi, I. K., & Bahri, S. (2023).
sangat penting untuk mempekokoh Pertumbuhan Dan Produksi Tiga
Varietas Jagung Semi ( Zea Mays L
tanaman agar tidak mudah rebah.
.) The Effect Of Three Ridges On The
Pembumbunan akan menunjukkan hasil
yang maksimal ketika akar adventif Growth And Production Of Three
tertutup secara sempurna. Sehingga akar Varieties Of Baby Corn ( Zea mays L
.). 11(1), 79–88.
tersebut dapat membantu dalam proses
penyerapan air dan hara yang dibutuhkan Dinata, A., Sudiarso, & Sebayang, H. T.

66
Jumiatun, dkk Vol. 2, No. 2, 2023

(2017). Pengaruh waktu dan metode (2013). Pengaruh Penambahan


pengendalian gulma terhadap Pupuk NPK terhadap Produksi
pertumbuhan dan hasil tanaman Beberapa Aksesi Tanaman Jagung
jagung ( Zea mays L .). Jurnal (Zea mays L.). Berkala Ilmiah
Produksi Tanaman, 5(2), 191–197. Pertanian, 1(2), 19–21.
Hidayat, T., Emanuel, E., Firison, J., Puspadewi, S., Sutari, W., & Kusumiyati,
Ishak, A., Fauzi, E., & Kusnadi, H. K. (2016). Pengaruh konsentrasi
(2022). Pengaruh Pembumbunan pupuk organik cair (POC) dan dosis
terhadap Hasil Produksi dan pupuk N, P, K terhadap pertumbuhan
Pendapatan Petani Jagung (Studi dan hasil tanaman jagung manis
Kasus di Desa Ganjuh Kecamatan (Zea mays L. var Rugosa Bonaf)
Pino Kabupaten Bengkulu Selatan). kultivar talenta. Kultivasi, 15(3), 208–
Jurnal Agrisistem, 18(1), 13–19. 216.
https://doi.org/10.52625/j- https://doi.org/10.24198/kultivasi.v15i
agr.v18i1.219 3.11764
Hikmawati, M. (2019). Pengaruh Dosis Suarni, S., Aqil, M., & Subagio, H. (2019).
Pupuk Dan Pembumbunan Terhadap Potensi Pengembangan Jagung
Produksi Jagung( Zea mays L. ). Pulut Mendukung Diversifikasi
Jurnal Agri-Tek : Jurnal Penelitian Pangan / Potency of Waxy Corn
Ilmu-Ilmu Eksakta, 20(1), 12–22. Development to Support Food
https://doi.org/10.33319/agtek.v20i1. Diversification. Jurnal Penelitian Dan
45 Pengembangan Pertanian, 38(1), 1.
https://doi.org/10.21082/jp3.v38n1.20
Kriswanto, H., Safriyanti, E., & Bahri, S. 19.p1-12
(2016). Pemberian pupuk organik
dan pupuk NPK pada tanaman Taufik, I., Ermawati, & Haryoko, W.
jagung manis (Zea mays saccharata, (2022). Respon Jagung Manis (Zea
Sturt). Klorofil : Jurnal Ilmu-Ilmu Mays Var. Saccharata Sturt)
Agroteknologi, 11(1), 1. Terhadap Abu Sekam Dan NPK.
https://jurnal.um- Jurnal Embrio, 14(1), 1–17.
palembang.ac.id/klorofil/article/view/2
09 Tengah, J., Tumbelaka, S., & Toding, M.
M. (2017). Pertumbuhan dan
Nai, C. P., & Fowo, K. Y. (2019). Respon Produksi Jagung Pulut Lokal (Zea
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman mays ceratina Kulesh) pada
Jagung Pulut (Zea mays ceratina Beberapa Dosis Pupuk NPK. J.
Kulesh) Pada Berbagai Jarak Tanam Agrotan, 1(1), 1–10.
Dalam Baris. AGRICA, 12 (1), 58–69.
Torus Pane, H. Y. br, Hasibuan, S., &
Polnaya, F., & Lesilolo, M. K. (2012). Batubara, L. R. (2018). Pengaruh
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Green Dosis Mikoriza Dan Pupuk Phonska
Tonik Dan Waktu Pemberian Pupuk Npk 15-15-15 Terhadap
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao Pertumbuhan Dan Produksi
(Theobroma cacao L.). Jurnal Tanaman Jagung Pulut Ungu ( Zea
Budidaya Pertanian, 8(1), 31–38. mays ceratina Kulesh ). Bernas
Agriculture Research Journal, 14(2),
Pratikta, D., Hartatik, S., & Wijaya, K. A. 114–123.

67

Anda mungkin juga menyukai