Anda di halaman 1dari 12

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

BAWANG MERAH ( Allium ascolanicum ) TERHADAP


PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN
PUPUK NOK 16 : 16 : 16

PROPOSAL
OLEH
MARKUS A. SIMANGUNSONG
217310047

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

penyedap yang diperlukan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, karena tanaman ini

memiliki aroma dan rasa yang khas membuat sayuran ini banyak digunakan sebagai penyedap

masakan dan lebih dikenal dengan sebutan “Sayuran Rempah” (Firmanto, 2011). Selain itu,

bawang merah bermanfaat sebagai obat herbal untuk menyembuhkan beberapa penyakit, di

antaranya adalah masuk angin, sembelit, batuk, demam, diare, bahkan penyakit diabetes (Dewi,

2012). Oleh sebab itu bawang merah memiliki nilai ekonomi tinggi, yang mana sejak lama telah

diusahakan oleh petani secara intensif hampir semua provinsi di Indonesia.

Bawang merah dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit maag, masuk angin,

menurunkan kadar gula dalam darah, kolesterol, obat penyakit kencing manis, menghilangkan

lendir dalam tenggorokan, memperlancar peredaran darah, meng-hambat penimbunan trombosit,

dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik karena bawang merah mengandung gizi cukup tinggi,

setiap 100 gram bahan terdapat 39 kalori, protein 1,5 gr, hidrat arang 0,3 gr lemak 0,2 g, kalsium

36 mg, fosfor 40 mg, besi 0,8 mg, dan vitamin C 2 gr (Samadi dan Cahyono, 2005).

Dari data BPS tahun 2018, produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun

2018 adalah 16.337 ton sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 47.900 ton. Untuk

memenuhi kebutuhan bawang merah, dilakukan impor dari luar negeri. Untuk mengatasi

masalah tersebut, ada beberapa cara untuk meningkatkan produksi bawang merah yaitu dengan

melakukan perluasan areal tanam dan pemberian bahan organik (BPS, 2018).
Pertanian di Indonesia pada umumnya sangat bergantung pada penggunaan pupuk

anorganik. Hal ini terjadi karena pupuk anorganik dapat menyediakan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman secara cepat sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan

cepat. Namun penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus akan menyebabkan perubahan

struktur tanah, pemadatan tanah, kandungan unsur hara dalam tanah menurun, dan pencemaran

lingkungan yang berakibat menurunnya produktivitas lahan (Ari et al,2013).

Penggunaan pupuk yang baik bagi pertumbuhan tanaman bawang merah adalah dengan

mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik secara tepat dan seimbang

sehingga diharapkan mendapatkan hasil produksi yang maksimal.

Pupuk kandang kambing mengandung unsur N : 0,60%, P2O5 : 0,30% dan K2O : 0,17%

(AgroMedia, 2007). Pupuk kandang kambing memiliki kandungan C-organik yang tinggi,

dengan adanya C-organik yang cukup maka dapat menggemburkan tanah sehingga penyerapan

unsure hara dalam tanah akan maksimal (Rahmawati, 2014).

Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang memiliki unsur hara makro seperti N, P, K,

Mg, Ca dan S, tetapi relatif rendah karena belum cukup untuk memenuhi kebutuhan unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah, oleh karena itu perlu penambahan pupuk

anorganik dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Salah satu jenis pupuk anorganik yang

dimanfaatkan yaitu pupuk NPK nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), karena pupuk NPK

merupakan unsur hara makro utama yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah dalam jumlah

yang cukup, sedangkan ketersediaan hara di dalam tanah pada umumnya rendah. Pupuk

anorganik yang digunakan yaitu pupuk NPK (16:16:16), pupuk NPK mutiara 16:16:16 adalah

pupuk majemuk butiran dengan komposisi yang merata, sehingga memudahkan aplikasi baik

sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan. Pupuk ini mengandung unsur N, P2O5, K2O, MgO,
CaO, selain itu pupuk pupuk NPK mudah larut sehingga bisa diserap oleh tanaman secara

langsung.

Pengkajian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pupuk organik yang dikombinasikan

dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas maja cipanas.

1.2 Tujuan Penelitia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi

tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian pupuk kandang kambing dan

pemberian pupuk NPK.

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

bawang merah (Allium ascalonicum L.)

2. Ada pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah

(Allium ascalonicum L.)

3. Ada pengaruh interaksi antara pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk NPK

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)
1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di program studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Methodist Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi masyarakat yang bergerak dibidang pertanian,

terutama masyarakat yang mengelola budidaya tanaman bawang merah.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Jl. Flamboyan Raya, gg. Flamboyant 7, Medan

Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 30 meter dpl, yang akan dilaksanakan pada bulan

Desember 2018 – Maret 2020.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah varietas maja

cipanas, pupuk kandang kambing, pupuk NPK 16:16:16, karung goni, dan air.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, gembor, meteran,

penggaris/rolplastik, timbangan analitik, patok sampel, tali plastik, bambu, , alat tulis, serta alat-

alat lain sebagai pendukung penelitian ini.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 2

faktor perlakuan, yaitu pupuk kandang kambing dan pupuk NPK 16:16:16. Faktor perlakuannya

Sebagai berikut :

Faktor I Pupuk Kandang Kambing ( A )

A1 = 1 kg/plot (setara dengan 10 ton/ha )

A2 = 2 kg/plot (setara dengan 20 ton/ha )

A3 = 3 kg/plot (setara dengan 30 ton/ha )


Faktor II Pupuk NPK 16:16:16 ( N )

N1 = 25 g/plot (setara dengan 250 kg/ha )

N2 = 50 g/plot (setara dengan 500 kg/ha )

N3 = 75 g/plot (setara dengan 750 kg/ha )

Banyaknya kombinasi perlakuan adalah 3 x 3 = 9 sebagai berikut:

A1N1 A2N1 A3N1

A1N2 A2N2 A3N2

A1N3 A2N3 A3N3

Jumlah Ulangan :3 ulangan

Jumlah Plot : 27 plot

Ukuran Plot : 100 cm x 100 cm

Jumlah tanaman/ plot : 16 tanaman

Jumlah tanaman sampel/ plot : 5 tanaman

Jumlah Tanaman Seluruhnya : 432 tanaman

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar ulangan : 50 cm

Jarak Tanaman : 20 cm x 20 cm

Luas Seluluh Pertanaman : 5 m x 14 m

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data hasil pengamatan yang digunakan adalah analisis sidik ragam berdasarkan

model linier yaitu :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβјk) + εijk


Dimana :

Yij = Hasil pengamatan dari faktor perlakuan Pupuk kandang kambing pada taraf ke-I dan

faktor perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 pada tarafke-j

µ = Nilai tengah Umupm

ρi = Efek ulangan ke-i

αj = Efek pupuk kandang kambing pada taraf ke-j

βk = Efek pupuk NPK 16:16:16 pada taraf ke-k

(αβjk) = Efek pupuk kandang kambing pada taraf ke-j dan Efek pupuk NPK

pada taraf ke-k

εijk = Efek galat pada unit percobaan ulangan ke-I yang mendapat perlakuan

pupuk kandang kambing pada taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, jika sidik ragam yang nyata maka

dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan taraf 5% (Hanafia 2002).

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma selama dua minggu

sebelum tanam, selanjutnya dilakukan penggemburan tanah sedalam 20-30 cm, dan pemecahan

bongkahan tanah. Setelah tanah gembur, plot dibuat dengan arah dari Barat keTimur dengan

ukuran lebar 1 meter x panjang 1meter dan tinggi 50 cm. Jarak Parit/got antar plot dibuat 50 cm

untuk member kan ruang gerak yang memadai dan memper mudah pemeliharaan tanaman.
3.5.2 Persiapan Umbi

Benih bawang merah yang digunakan varietas Maja Cipanas. Benih yang digunakan

bebas penyakit,warna benih mengkilat, keras, berukuran ± 5 g, yang diperoleh dari dinas

pertanian kabupaten Simalungun. Umur benih yang digunakan yakni ± 74 hari setelah panen.

3.5.3 Aplikasi Pupuk Kandang Kambing

Aplikasi pupuk kandang kambing dilakukan pada 1 minggu sebelum tanam selesai

pengolahan lahan (pembuatan plot) dengan cara di tabar secara merata di bedengan sebelum

penanaman umbi bawang merah, sesuai dengan dosis pelakuan dan dibiarkan selama tujuh hari

agar pupuk yang digunakan homogen dengan tanah.

3.5.4 Penanaman

Penanaman umbi kedalam tanah sesuai dengan jarak tanam yang sudah di tentukan.

Penanaman memperhatikan kriteria umbi yang layak di tanam seperti, umur umbi cukup tua,

berat umbi rata-rata 3-4 gr. Sebelum ditanam dilakukan pemotongan pucuk umbi bawang merah

sebesar 1/3, kemudian ditutup dengan tanah . tujuan pemotongan pucuk adalah untuk

mempercepat tumbuhnya tunas. Varietas umbi yang digunakan adalah varietas maja cipanas.

3.5.5 Aplikasi NPK 16:16:16

Pengaplikasian pupuk majemuk NPK dilakukan pada 1 MST sampai dengan 7 MST

dengan 1nterval satu minggu sekali dengan cara membenamkan pupuk di dekat lubang tanam.

3.5.6 Pemeliharaan

Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian adalah penyiraman,

penyiangan, penyulaman.
1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari disesuaikan dengan keadaan cuaca.

Bila malam hujan maka hanya perlu disiram pada sore hari, namun bila hujan disiang hari

menjelang sore hari maka perlu disiram pada pagi keesokan harinya tergantung melihat kondisi

tanah nya. Penjarangan menyiram dapat dilakukan 2 minggu setelah penanaman.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sebanyak 2 sampai 4 kali selama masa tanam. Namun perlu dicek

setiap hari secara rutin keadaan lahan agar tidak terlalu banyak gulma.

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati / kurang baik

tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Penyulaman dilakukan pada

tanaman berumur 14 HST, jika setelah berumur 10 hari masih ada tanaman yang mati, baik

karena hama maupun penyakit, kita perlu menyulam atau mengantinya. Penyulaman saat

tanaman berumur lebih dari 2 MST akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang tidak

seragam, baik umur maupun waktu panen, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan dan

parameter tanaman.

3.5.7 Panen

Panen dilakukan saat tanaman berumur ± 60 HST. Kriteria panen tanaman bawang merah

yaitu 60 – 70 % leher dari daun telah rebah, leher batang lunak dan menguning. Dimana sebagian

umbi terlihat diatas permukaan tanah, warna umbi menjadi merah tua, merah keuunguan atau
merah muda, dan daun bagian atas mulai rebah. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh

bagian tanaman dengan hati-hati dan bersihkan umbi dari tanah yang menempel.

3.6 Parameter yang Diamati

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan Tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris dan pengukuran

dilakukan dengan membuat patok tanda pengukuran. Pengukuran tinggi tanaman di mulai dari

permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan penggaris. Pengukuran

dilakukan mulai 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST dan 7 MST dengan interval waktu 1

minggu sekali. Pengamatan tinggi tanaman dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB

2. Jumlah Daun (Helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan interval satu minggu sekali dimulai 2 MST, 3

MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST dan 7 MST. Pengamatan Jumlah daun dilaksanakan pada pukul

09.00 WIB. Jumlah daun yang dihitung ialah seluruh daun yang ada pada setiap tanaman sampel,

termasuk daun termuda (apabila sudah 3 cm muncul di permukaan tanah) sampai daun tertua

yang masih berwarna hijau.

3. Diameter Umbi (mm)

Pengukuran diameter umbi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong (mm).

Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur semua umbi yang ada dalam satu rumpun tanaman

sampel, setelah itu dijumlahkan lalu dirata-ratakan. Pengamatan diameter umbi dilaksanakan

pada saat panen, setelah tanaman berumur ± 60 HST.

4. Jumlah Umbi Per Sampel


Pengamatan jumlah umbi per sampel di diperoleh pada saat panen dengan cara

menghitung jumlah umbi bawang merah setiap sampel.

5. Bobot Basah Umbi Per Sampel (g)

Bobot umbi basah dinyatakan dalam dalam gram (g) dan di peroleh pada saat panen

dengan cara menimbang satu persatu tanaman sampel, sesaat setelah panen selagi umbi masih

dalam keadaan segar Umbi dibersihkan dari akar, daun dan tanah yang melekat kemudian di

timbang dengan timbangan analitik.

6. Bobot Basah Umbi Per Plot (g)

Bobot basah umbi per plot dinyatakan dalam gram (g) dan diperoleh pada saat panen

dengan cara menimbang seluruh bagian umbi tanaman yang ada pada plot, sesaat setelah panen

selagi umbi masih dalam keadaan segar. Umbi dibersihkan dari akar, daun dan tanah yang

melekat kemudian di timbang dengan timbangan analitik.

7. Bobot Kering Umbi Per Plot (g)

Parameter ini dilakukan pada saat panen dengan membersihkan umbi dan di kering

anginkan selama 3 hari. Pengeringan umbi dilakukan dengan menjemur umbi pada tempat yang

ternaungi lalu mengikat beberapa rumpun menjadi satu.

Anda mungkin juga menyukai