PROPOSAL
OLEH
MARKUS A. SIMANGUNSONG
217310047
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran
penyedap yang diperlukan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, karena tanaman ini
memiliki aroma dan rasa yang khas membuat sayuran ini banyak digunakan sebagai penyedap
masakan dan lebih dikenal dengan sebutan “Sayuran Rempah” (Firmanto, 2011). Selain itu,
bawang merah bermanfaat sebagai obat herbal untuk menyembuhkan beberapa penyakit, di
antaranya adalah masuk angin, sembelit, batuk, demam, diare, bahkan penyakit diabetes (Dewi,
2012). Oleh sebab itu bawang merah memiliki nilai ekonomi tinggi, yang mana sejak lama telah
menurunkan kadar gula dalam darah, kolesterol, obat penyakit kencing manis, menghilangkan
dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik karena bawang merah mengandung gizi cukup tinggi,
setiap 100 gram bahan terdapat 39 kalori, protein 1,5 gr, hidrat arang 0,3 gr lemak 0,2 g, kalsium
36 mg, fosfor 40 mg, besi 0,8 mg, dan vitamin C 2 gr (Samadi dan Cahyono, 2005).
Dari data BPS tahun 2018, produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun
2018 adalah 16.337 ton sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 47.900 ton. Untuk
memenuhi kebutuhan bawang merah, dilakukan impor dari luar negeri. Untuk mengatasi
masalah tersebut, ada beberapa cara untuk meningkatkan produksi bawang merah yaitu dengan
melakukan perluasan areal tanam dan pemberian bahan organik (BPS, 2018).
Pertanian di Indonesia pada umumnya sangat bergantung pada penggunaan pupuk
anorganik. Hal ini terjadi karena pupuk anorganik dapat menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman secara cepat sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan
cepat. Namun penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus akan menyebabkan perubahan
struktur tanah, pemadatan tanah, kandungan unsur hara dalam tanah menurun, dan pencemaran
Penggunaan pupuk yang baik bagi pertumbuhan tanaman bawang merah adalah dengan
mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik secara tepat dan seimbang
Pupuk kandang kambing mengandung unsur N : 0,60%, P2O5 : 0,30% dan K2O : 0,17%
(AgroMedia, 2007). Pupuk kandang kambing memiliki kandungan C-organik yang tinggi,
dengan adanya C-organik yang cukup maka dapat menggemburkan tanah sehingga penyerapan
Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang memiliki unsur hara makro seperti N, P, K,
Mg, Ca dan S, tetapi relatif rendah karena belum cukup untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah, oleh karena itu perlu penambahan pupuk
anorganik dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Salah satu jenis pupuk anorganik yang
dimanfaatkan yaitu pupuk NPK nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), karena pupuk NPK
merupakan unsur hara makro utama yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah dalam jumlah
yang cukup, sedangkan ketersediaan hara di dalam tanah pada umumnya rendah. Pupuk
anorganik yang digunakan yaitu pupuk NPK (16:16:16), pupuk NPK mutiara 16:16:16 adalah
pupuk majemuk butiran dengan komposisi yang merata, sehingga memudahkan aplikasi baik
sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan. Pupuk ini mengandung unsur N, P2O5, K2O, MgO,
CaO, selain itu pupuk pupuk NPK mudah larut sehingga bisa diserap oleh tanaman secara
langsung.
Pengkajian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pupuk organik yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas maja cipanas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian pupuk kandang kambing dan
1. Ada pengaruh pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
2. Ada pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah
3. Ada pengaruh interaksi antara pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di program studi Agroteknologi
2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi masyarakat yang bergerak dibidang pertanian,
Penelitian ini akan dilaksanakan di Jl. Flamboyan Raya, gg. Flamboyant 7, Medan
Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 30 meter dpl, yang akan dilaksanakan pada bulan
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah varietas maja
cipanas, pupuk kandang kambing, pupuk NPK 16:16:16, karung goni, dan air.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, gembor, meteran,
penggaris/rolplastik, timbangan analitik, patok sampel, tali plastik, bambu, , alat tulis, serta alat-
faktor perlakuan, yaitu pupuk kandang kambing dan pupuk NPK 16:16:16. Faktor perlakuannya
Sebagai berikut :
Jarak Tanaman : 20 cm x 20 cm
Analisis data hasil pengamatan yang digunakan adalah analisis sidik ragam berdasarkan
Yij = Hasil pengamatan dari faktor perlakuan Pupuk kandang kambing pada taraf ke-I dan
(αβjk) = Efek pupuk kandang kambing pada taraf ke-j dan Efek pupuk NPK
εijk = Efek galat pada unit percobaan ulangan ke-I yang mendapat perlakuan
pupuk kandang kambing pada taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, jika sidik ragam yang nyata maka
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma selama dua minggu
sebelum tanam, selanjutnya dilakukan penggemburan tanah sedalam 20-30 cm, dan pemecahan
bongkahan tanah. Setelah tanah gembur, plot dibuat dengan arah dari Barat keTimur dengan
ukuran lebar 1 meter x panjang 1meter dan tinggi 50 cm. Jarak Parit/got antar plot dibuat 50 cm
untuk member kan ruang gerak yang memadai dan memper mudah pemeliharaan tanaman.
3.5.2 Persiapan Umbi
Benih bawang merah yang digunakan varietas Maja Cipanas. Benih yang digunakan
bebas penyakit,warna benih mengkilat, keras, berukuran ± 5 g, yang diperoleh dari dinas
pertanian kabupaten Simalungun. Umur benih yang digunakan yakni ± 74 hari setelah panen.
Aplikasi pupuk kandang kambing dilakukan pada 1 minggu sebelum tanam selesai
pengolahan lahan (pembuatan plot) dengan cara di tabar secara merata di bedengan sebelum
penanaman umbi bawang merah, sesuai dengan dosis pelakuan dan dibiarkan selama tujuh hari
3.5.4 Penanaman
Penanaman umbi kedalam tanah sesuai dengan jarak tanam yang sudah di tentukan.
Penanaman memperhatikan kriteria umbi yang layak di tanam seperti, umur umbi cukup tua,
berat umbi rata-rata 3-4 gr. Sebelum ditanam dilakukan pemotongan pucuk umbi bawang merah
sebesar 1/3, kemudian ditutup dengan tanah . tujuan pemotongan pucuk adalah untuk
mempercepat tumbuhnya tunas. Varietas umbi yang digunakan adalah varietas maja cipanas.
Pengaplikasian pupuk majemuk NPK dilakukan pada 1 MST sampai dengan 7 MST
dengan 1nterval satu minggu sekali dengan cara membenamkan pupuk di dekat lubang tanam.
3.5.6 Pemeliharaan
penyiangan, penyulaman.
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari disesuaikan dengan keadaan cuaca.
Bila malam hujan maka hanya perlu disiram pada sore hari, namun bila hujan disiang hari
menjelang sore hari maka perlu disiram pada pagi keesokan harinya tergantung melihat kondisi
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebanyak 2 sampai 4 kali selama masa tanam. Namun perlu dicek
setiap hari secara rutin keadaan lahan agar tidak terlalu banyak gulma.
3. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati / kurang baik
tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Penyulaman dilakukan pada
tanaman berumur 14 HST, jika setelah berumur 10 hari masih ada tanaman yang mati, baik
karena hama maupun penyakit, kita perlu menyulam atau mengantinya. Penyulaman saat
tanaman berumur lebih dari 2 MST akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang tidak
seragam, baik umur maupun waktu panen, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan dan
parameter tanaman.
3.5.7 Panen
Panen dilakukan saat tanaman berumur ± 60 HST. Kriteria panen tanaman bawang merah
yaitu 60 – 70 % leher dari daun telah rebah, leher batang lunak dan menguning. Dimana sebagian
umbi terlihat diatas permukaan tanah, warna umbi menjadi merah tua, merah keuunguan atau
merah muda, dan daun bagian atas mulai rebah. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh
bagian tanaman dengan hati-hati dan bersihkan umbi dari tanah yang menempel.
dilakukan dengan membuat patok tanda pengukuran. Pengukuran tinggi tanaman di mulai dari
permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan penggaris. Pengukuran
dilakukan mulai 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST dan 7 MST dengan interval waktu 1
minggu sekali. Pengamatan tinggi tanaman dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan interval satu minggu sekali dimulai 2 MST, 3
MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST dan 7 MST. Pengamatan Jumlah daun dilaksanakan pada pukul
09.00 WIB. Jumlah daun yang dihitung ialah seluruh daun yang ada pada setiap tanaman sampel,
termasuk daun termuda (apabila sudah 3 cm muncul di permukaan tanah) sampai daun tertua
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur semua umbi yang ada dalam satu rumpun tanaman
sampel, setelah itu dijumlahkan lalu dirata-ratakan. Pengamatan diameter umbi dilaksanakan
Bobot umbi basah dinyatakan dalam dalam gram (g) dan di peroleh pada saat panen
dengan cara menimbang satu persatu tanaman sampel, sesaat setelah panen selagi umbi masih
dalam keadaan segar Umbi dibersihkan dari akar, daun dan tanah yang melekat kemudian di
Bobot basah umbi per plot dinyatakan dalam gram (g) dan diperoleh pada saat panen
dengan cara menimbang seluruh bagian umbi tanaman yang ada pada plot, sesaat setelah panen
selagi umbi masih dalam keadaan segar. Umbi dibersihkan dari akar, daun dan tanah yang
Parameter ini dilakukan pada saat panen dengan membersihkan umbi dan di kering
anginkan selama 3 hari. Pengeringan umbi dilakukan dengan menjemur umbi pada tempat yang