Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI DESA

BATETANGNGA KECAMATAN BINUANG KABUPATEN POLEWALI


MANDAR

OLEH

RAHMATIA
20170205009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS ILMU PERTANIAN

UNVERSITAS AL- ASYARIAH MANDAR

POLEWALI

2021
ABSTRAK

RAHMATIA (NPM 20170205009). Analisis Pendapatan Petani Bawang


Merah Di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar. Dibimbing Oleh Ishak Manggabarani Dan Zulkifli Basri.
Dalam Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar
pendapatan, R/C Ratio usahatani serta faktor yang mempengaruhi
produksi produksi bawang merah di Desa Batetangnga Kecamatan
Binuang Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini berlangsung selama 3
bulan mulai dari bulan maret hingga mei 2021. Penentuan lokasi
penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja). Pada penelitian ini
responden sebanyak 10 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu R/C Ratio dan analisiss regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian yang saya lakukan ini menunjukkan bahwa
pendapatan rata-rata petani bawang merah di Desa Batetengnga
sebanyak Rp 9.773.600 dari total penerimaan sebesar Rp 21.000.000 dan
total biaya sebesar Rp 13.481.595, dengan nilai R/C Ratio yang diperoleh
sebesar 1,6 sehingga usahatani bawang merah ini layak untuk
dikembangkan. Adapun faktor yang mempengaruhi produksi bawang
merah dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan
bahwa secara uji simultan (serempak) semua variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Secara uji parsial menunjukkan
bahwa terdapat dua variabel independen yang berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu variabel X4 (pupuk) dengan nilai signifikansi
0,009 dan X5 (pestisida) dengan nilai signifikansi 0,034.
Kata kunci : pendapatan, biaya, faktor produksi
ABSTRACT
Rahmatia (NPM 2017205009). Income Analysis Of Shallot Farmers in
Batetangng Village Binuang District, Polewali Mandar. Supervised by
Ishak Manggabarani and Zulkifli Basri.
This researh aims to identify how much farming income is and the factors
that influence the production of shallot in the village of Batetangnga
Binuang district, Pollewali Mandar. This research lasted for 3 months
starting from march to may. Determination of the location of research is
done intentionally. In this research there were 10 respondents. The
analysis used in this research is the R/C Rasio and multiple linear
regression analysis.
The results of this research indicate that the average income of shallot
farmers in Batetangnga village is Rp 9.773.600 from the total income of
Rp 21.000.000 and total cost is Rp 11.226.400 with the R/C Rasio value
obtained is 1,8 so that the onion farming businness is feasible to develop. As for
the factors that affect production using multiple linear regression analysis, it
shows that simultaneously all independent variables have an aeffect on the
dependent variable.partial test history shows that there are two independent
variables that affect the dependent variable, namely the variable are X4 (fertilizer)
with a significance value of 0.009 and X5 (pesticide) with a significance value of
0,034.

Keywords : Income, Costs, factors of production


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidang pertanian merupakan salah satu mata pencaharian

masyarakat pada hampir seluruh negara ekonomi berkembang. Dengan

adanya sektor pertanian menjadi salah satu penunjang bagi masyarakat

ekonomi ke bawah. Pertanian merupakan sektor yang akan

menyumbangkan potensi ekonominya terhadap penadapatan nasional.

Pertanian sebagai penyumang devisa negara serta adanya pertanian

sebagai penyedia pangan kepada masyarakat baik itu masyarakat

menengah kebawah maupun masyarakat menengah ke atas. Dengan

adanya pertanian maka adanya penyedia bahan-bahan industri maupun

bahan alat pembakaran atau memasak.

Indonesia merupakan salah satu negara agraris, yang

kebanyakan penduduknya masih bergantung pada sektor pertanian.

Pembangunan nasional ini diprioritaskan pada bidang seperti

pembentukan penyulushan-penyuluhan untuk pemeberian pengertian

kepada masyarakat tentang peningkatan produksi pertanian..

Pembangunan di bidang pertanian ini dilakukan pada daerah pedesaan

dimana daerah pedesaan merupakan daerah yang paling banyaknya

berprofesi petani serta daerah yang paling tepat untuk sasaran

pembangunan pertanian. Para petani juga merupakan masyarakat yang

berpendapatan rendah sehingga dibutuhkan bantuan dan dorongan

pemerintah untuk membangun pertanian pada daerah pedesaan.


Bidang pertanian merupakan salah satu bidang yang sangat

diandalkan, karena sektor pertanian sampai saat ini masi memegang

peranan penting dalam menunjang pekarena hingga saat ini sektor

pertanian merupakan sektor penunjang perekonomian Nasional. Pertanian

ini memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan perekonomian di

Indonesia. Pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia telah

dilakukan secara bertahap dan berkelanjuan untuk meningkatkan

pendapatan, produksi pertanian sehingga mencapai taraf kesejahteraan

bagi para petani.

Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati

yang dilakukan oleh manusia dalam menghasilkan bahan pangan, bahan

baku industry atau sumber energi, dalam kegiatan pertanian yang

bertujuan untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pada Sektor pertanian

dapat dibagi dalam beberapa subsektor yaitu Hortikultura, tanaman

pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Pada sektor

Hortikultura merupakan salah satu jenis komoditi yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan berperan penting dalam kesejahteraan petani serta

pemenuhan kebutuhan oleh petani.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas tanamsn

sayuran pada sektor Hortikulura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi

sehingga tanaman ini masih dipertahankan untuk ditanam hingga kini.

Produksi bawang merah di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2019

menurun sebesar 6,44 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Produksi


bawang merah tahun 2019 sebesar 123,4 ton turun sebesar 8, ton dari

tahun 2018 yakni sebesar 131,9 ton. Adapun penghasil bawang merah

terbesar di Kabupaten Polewali Mandar adalah Kecamatan Tinambung

Tabel 1 : Produksi Bawang Merah Luas Panen Dan Produksi


Tanaman Bawang Merah Menurut Kecamatan Di
Kabupaten Polewali Mandr Tahun 2018-2019
2018 2019 Pertumbuhan (%)
kematan luas luas luas
produksi produksi produks
panen panen panen
(kuintal) (kuintal) i (Ton)
(Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7
1 Tinambung 19 559 21 490 10,56 -12,34
2 Balanipa 2 60 4 210 100 250
3 Limboro 5 210 8 226 60 7,622
4 Tutar 9 256 0 0 -100 -100
5 Alu 0 0 0 0 0 0
Campalagia
6
6 n 74 9 278 50 275,68
7 Luyo 0 0 0 0 0 0
8 Wonomulyo 0 0 0 0 0 0
9 Mapilli 0 0 0 0 0 0
10 Tapango 0 0 0 0 0 0
11 Matakali 0 0 0 0 0 0
12 Bulo 1 60 0 0 -100 -100
13 Polewali 0 0 0 0 0 0
14 Binuang 0 0 1 30 100 100
15 Anreapi 2 100 0 0 -100 -100
16 Matangnga 0 0 0 0 0 0
44 1319 43 1234 -2,27 -6,44
Sumber :BPS Polewali Mandar (2019)

Beberapa daerah di Kabupaten Polewali Mandar menjalankan

usahatani bawang merah atau memproduksi bawang merah sebagai

salah satu cara untuk menambah pendapatan dalam pemenuhan


kebutuhan. Salah satu daerah yang menjalankan usahatani bawang

merah yaitu pada Desa Batetangnga Kecamatan Binuang.

Pembelian bibit, pestisida, pupuk serta saprodi lain yang menjadi

salah satu masalah pada usahatani bawang merah di Desa Batetangnga

dimana harga bibit, pestisida, pupuk yang tinggi sehigga membutuhkan

modal yang tinggi pula maka biaya produksi pun akan naik. Iklim dan

cuaca merupakan suatu hal yan tidak bisa di cegah oleh manusia,

sehingga pada saat musim penghujan maka banyak bawang merah akan

mengalami kerusakan karena kurangnya pengeringan.

Menurut Mosher (dalam Juniarabdillah, 2018:2) tingkat

pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat tingkat

kesejahteraan seorang petani. pendapatan adalah jumlah penghasilan

yang diterima oleh masyarakat. Terdapat faktor yang mempengaruhi

produksi bawang merah yang dapat mempengaruhi pendapatan petani.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis berinisiatif untuk

mengangkat judul penelitian “Analisis Pendapatan Petani Bawang

Merah Di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

Mandar”.

1.2 Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Berapa banyak pendapatan petani bawang merah di Desa

Batetangnga Kecamatan binuang?


2. Seberapa layak usahatani bawang merah di Desa Batetangnga?

3. Faktof-faktor yang dapat mempengarui produksi bawang merah di

Desa Batetangnga Kecamatan Binuang?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengetahui pendapatan petani bawang merah di Desa Batetangnga

Kecamatan Binuang

2. Mengetahui kelayakan usahatani bawang merah di Di Desa

Batetannga

3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi

bawang mera di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang

1.4 Manfaat

1. Bagi pemerintah sebagai bahan informasi tentang kelayakan

usahatani bawang merah serta menegetahui kondisi petani bawang

merah di Desa Batetangnga

2. Sebagai bahan informasi bagi petani mengenai faktor yang

mempengaruhi produksi bawang merah yang mereka lakukan

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang merah

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berebentuk

rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Bawang merah ini

memiliki kegunaan uatama sebagai bumbu masak. Meskipun bukan

sebagai bahan kebutuhan pokok tetapi bawang merah cenderung

selalundibutuhkan sebagai pelengkap bumbu masak setiap hari. Sealain

sebagai bumbu masak, bawang merah juga dapat dijadikan sebagai obat

tradisional.

Bawang merah merupakan salah satu tanaman Hortikultura yang

memiliki nilai jual yang tinggi sehingga banyak banayak petani yang

memilih untuk menanamnya. Selain karena memiliki nilai jual yang tinggu

tanaman ini juga memiliki umur tanaman yang terbilang pendek sehingga

pemanenan tanaman yang cepat sehingga perputaran modal yang cepat

pula.

2.2 Petani

Peti merupakan orang-orang yang melakukan yang melakukan

proses persediaan lahan untuk penanaman tanaman, penyedia modal,

melakukan penanaman, serta pemeliharaan tanaman mereka, serta

melakukan proses pemanenan hasil produksi yang mereka lakukan.

Dengan adanya matahari sebagai sumber energi yang menimpah bumi

dijadikan sebagai hal terpenting dalam menjalankan proses usahatani

seorang petani.
Menurut Mosher (dalam Mandru 2018:8) dalam melakukan

usahatani tiap-tiap petani memegang 3 peranan seperti:

1. Petani sebagai jurutani

Setiap petani pastimendapatkan peran sebagai jurutani dalam

melakukan usahatani seperti pemeliharaan hewa dan tanaman untuk

menghasilkan manfaat bagi petani itu.

2. Petani sebagai pengelolah

Dalam melakukan usahatani petani pasti melakukan perannya

sebagai pengelolah dimana petani yang akan menentukan tidakan-

tindakan yang akan dilakukan dalam melakukan usahatani tersebut

seperti keputusan untuk menggunakan cara-cara alternatif dalam

usahataninya. Seorang petani pada dasarnya memiliki keterampilan

melakukan pengolahan pertanian dengan keterampilan terebut

digunakan untuk melakukan pengolahan lahan dengan cara yang baik.

3. Petani sebagai anggota masyarakat

Setiap petani tidak hanya menjadi seorang jurutani ataupun

sebagai pengolah tanaman tetapi juga akan sebagai masyarakat pada

umumnya. Sebagai seorang masyarakat yang akan ikut bertanggung

jawab dalam melaksanakan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat

pada umumnya.

2.3 Usahatani

Usahatani merupakan salah satu usaha seorang petani untuk

melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seorang


petani melakukan atau memtuskan usahatani yang mereka lakukan baik

itu bercocok tanam ataupun beternak dalam memenuhi kebutuhannya.

Usahatani merupakan suatu ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana

seseorang memanfaatkan sumberdaya yang ada secara efektif serta

efisien untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan tertentu pada saat

tertentu (proses usahatani). Dapat dikatakan efektif apabila seorang

petani dapat melakukan usahatani dengan cara sebaik mungkin serta

dapat menjadi efisien apabila seorang petani mendapatkan hasil atau

output yang melebihi input saat melakukan usahatani . artinya bila

seorang petani memanfaatkan sumberdaya yang ada sebaik-baiknya

serta mendapatkan output yang melebihi input.

2.4 Budidaya Bawang Merah

2.4.1 Syarat tumbuh bawang merah

Tanaman bawang merah dapat tumbuh pada dataran rendah

sampai daratan tinggi yaitu pada ketinggian 0-900 mdpldengan curah ujan

200-2500mm/th.meskipun demikian, pertumbuhan tanaman maupun umbi

bawang merah pada ketinggian optimal 250 mdpl, Rahayu dan Nur (dalam

Ivana Marsinta L Sitorus, 2017: 13)

Pada tanah yang gembur tanaman bawang merah dapat tubuh

dengan baik serta umbi yang baik pula. Untuk menggemburkann tanah

utuk tanaman bawang merah dengan cara mencangkul sekuruh tanah

yang akan ditanami bawang merah, atau dengan cara menggunakan alat

modern seperti alat pembajak lainnya. Tujuan dari pencangkualan dan


penggemburan tanah ini juga berfungsi untuk menghancurkan gulma,

mengusur hama serta memberiakan kesepatan untu tanah beroksidasi,

Wulandari (dalam Ivana Marsinta L Sitorus,2017:13)

2.4.2 Penyediaan/pengolahan lahan

Setiap orang yang akan melakukan usahatani pasti akan

melakukan tindakan awal yaitu mengolah/mempersiapkan lahan yang

akan ditanami. Pengolahan lahan ini dilakukan bertujuan untuk

memperbaiki lapisan tanah yang awalnya tidak gembur serta masih rapat

sehingga menjadikan tanah menjadi gembur, memperbaiki pengairan,

serta meratakan permukaan tanah dan menghambat pertumbuhan gulma.

2.4.3 Penyediaan benih

Secara umum dalam setiap usahatani pasti akan melakukan

penyediaan sarana produksi salahsatunya adalah penyediaan benih.

Penyediaan benih ini dapat dilakukan dengan cara membuat beih sendiri

ataupun membeli benih. Kualits umbi bawang merah ini dapat menetukan

hasil produksi yang akan datang. Sehingga umbi yang baik untuk ditanam

berasal dari tanaman yang cukup lama/tua yaitu dengan umur 70-80 hari

setelah tanam.

2.4.4 Penanaman

Setelah lahan dan bibit telah siap maka langkah selanjutnya adalah

penaman pada lahan. Penanaman bawang merah dapat memakai jarak

tanam 15x15 cm 15x20 cm atau 20x20 cm. Pada lahan di dataran tinggi

biasanya digunakan jarak tanam yang lebih rengggang dan di dataran


rendah jarak tanamnya agak lebih rapat. Dalam setiap bedengan dapat

ditanami 4-6 baris tanaman bawang merah, Wibowo (dalam Ivana

Marsinta L Sitorus, 2017: 17)

Penanaman dilakukan setelah melakukan pengolahan lahan yang

kemudian lahan yang akan di tanami dilubangi terlebh dahulu sbagai

tempat umbi/benih akan ditanam, umbi yang akan ditanam terlebih dahulu

dipotong bagian atasnya, kemudian setelah lubang telah sedia maka

masukka umbi ke dalam lubang tanah, dengan posisi ujung umbi agak

sejajar dengan tanah.

2.4.5 Pemupukan

pupuk dasar berupa pupuk organik atau pupuk kompos seperti

(pupuk kandang) diberikan sekitar 10-20 ton/ha atau 2 kg/m2. Lebih baik

lagi kalau pupuk tersebut ditambahkan pupuk TSP dan KCL.

Pemberiannya dilakukan sebelum tanam sebanyak masing-masing 200

kg/a. Selain tumbu, tanaman dipupuk dengan Urea atau ZA 250-35-

kg/ha, KCL 75 kg/ha dan TSP 250 kg/ha. Umumnya bawang merah

ditanam di bedengan, pemberian dilakukan diantara barisan tanaman

dengan cara dibenamkan sedalam 5 cm pupuk Urea atau ZA diberikan

dua kali dan jangan sampai mendekati usia 25-35 hari,Lingga dan

Marsono(dalam Ivana Marsinta L Sitorus, 2017: 17)

2.4.6 Pemeliharaan dan Pengairan

Langkah terpenting dalam usahatani atau budidaya tanaman

adalah pemeliharan. Apalah artinya segal persiapan yang telah dikerjakan


jika pemeliharaan diabaikan. Dalam melakukan pemeliharan tanaman

bawang merah dapat dilakukan empat hal yaitu penyiraman tanaman,

penyianyan untuk meghalngi gulma, penggemburan tanah, pemupkan dan

penyemprotan

Penyiraman tanaman bawang merah sangat perlu dilakukan utntuk

kalngsungan hidup tanaman. Namun, Tanaman ini tidak menyukai banyak

hujan, akan tetapi tetap membutuhkan air yang banyak. jika pada saat

musim kemarau petani bawang merah harus bisa menyiram tanaman

setiap hari sejak tanam sampai satu minggu sebelum panen. Penyiraman

dapat dilakukan pagi dan sore. Kalaupun sulit untu melakukan penyiraman

pada saat pagi dan sore setiap hari maka setidaknya dilakukan pada pagi

hari, Wibowo (dalam Ivana Marsinta L Sitorus, 2017: 18)

2.4.7 Menyiang

Penyiangan tanaman bawang merah bisa dilakukan 4 kali atau

lebih dalam satu musim tanam. Penyiangan dilakukan sesuai dengan

kondisi gulma, penyiangan ini dilakukan pada saat tanaman mulai tumbuh

maka dilakukanlah penyiangan pertama untuk mengendalikan gulam pada

tanaman.

2.4.8 Pengendalian hama dan penyakit

Dalam melakukan penanaman atau produksi tanaman tidak akan

terhindar dari yang namanya hama dan penyakit yang mengancam

kelangsungan hidup tanaman. Hama dan penyakit yang sering menyerang

tanaman bawang merah seperti ulat grayak, ulat daun, ulat tanah,
nematoda, kutu daun, bercak ungu, embun tepung, busuk leher batang,

antaknosa,busuk basah, umbi busuk, serta layu fusarium. Hama dan

penyakit itulah yang akan membuat produksi yang tidak maksimal.

2.4.9 Panen

bawang merah dapat dipanen jika umurnya sudah cukup tua, pada

umur 60-70 hari biasanya tanaman sudah bisa panen. Pemanenan

btanaman bawang merah dapat dilakukan dengan melihat tanda 60-70%

rebahnya leher batang lunak dan 90% lebih kerebahan bibit.

2.5 Produksi

Setiap orang yanng melakukan proses usahatani pasti akan

berhadapan dengan yang namanya produksi. Proses produksi ini akan

berkaitan dengan pengalokasian input.

Untuk mendapatkan kwalitas yang baik disebabkan karena proses

produksi yang baik, begitupun sebaliknya jika proses produksi dilakukan

dengan cara yang tidak baik maka akan menghasilkan kwalitas yang

kurang baik. Proses yang dilakukan akan mendapatkan timbal balik yang

dapat dilihat dari hasil produksi . semakin baik cara yang dlaukan dalam

proses produksi makan akan semakian baik pula kwalitas yang akan

diperoleh.

Dalam proses produksi ini akan tetap berkaitan dengan penerimaan

petani. Penerimaan petani berkaitan dengan biaya, karena biiaya

merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam melakukan sebiah usaha.

.
2.6 Biaya

Setiap petani dalam melakukan usahatani tentunya para petani

tidak akan terhindar dari yang namanya biaya baik itu biaya tetap maupun

biaya tidak tetap (variavel) seorang petani menghitung biaya-biaya yang

dikeluarkan serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh.

Biaya produksi dapat didefenisikan sebagai seluruh biaya yang

digunakan dalam proses proses produksi sehingga menghasilkan suatu

produk.

Menurut Sinta ( Waldi Sadaruddin dkk, 2017:20) biaya dapat

dikalisifikasikan sebagai berikut:

2.6.1 Fix cost yaitu biaya yang diguanakan dalam usahatani namun

sedikit banyaknya tidak akan mempengaruhi hsil produksi/output suatu

produk

2.6.2 Variabel cost yaitu biaya yang digunakan dalam produksi usahatani

yang dapat mempengaruhi produksi usahatani seorang petani. Banyaknya

biaya yang dikeluarkan untuk variabel cost akan mempengaruhi output.

2.6.3 Total cost yaitu kesluruhan biaya yang digunakan dalam melakukan

produksi tersebut. Total biaya ini diperoleh dari biaya tetap dijumlahkan

dengan biaya tidak tetap sehingga menghasilkan total biaya.


2.7 Penerimaan

Penerimaaan didapat dari hasil penjulan produk yang telah

diproduksi, penerimaan total merupakan perakalian antara hasil produksi

dengan harga jual.

Semakin sedikit hasil produksi yang diperoleh serta semakin

rendah harga barang tersebut maka akan semakin kecil penerimaanyang

diperoleh namun sebaliknya apabila semakin banyak hasil produksi suatu

barang serta semakin tinggi harga barang tersbut maka akan

semakinbanyak penerimaan yang akan diterima.

2.8 Pendapatan

Pendapatan petani adalah hasil yang diproduksi petani dalam

usahanya dibidang pertanian., baik yang diperoleh dari hasil penjualan

produksi/ komunitasnya maupun sebagai imbalan yang diterima.

Pendapatan usahatani yang dimaksud adalah jumlah bersih yang

didapatikan dari usahatanii tersebut. Pendapatan ini diperoleh dari selisih

antara peneriamaan denga total biaya. Sehingga menghasilkan

pendapatan.

2.9 Kelayakan

Analisis kelayakan usahatani R/C Ratio merupakan analisis yang

digunkan untuk mengetahui apakah usahatani tersebut layak untuk

dikembangkan secara ekonomi ataupun tidak layak untuk dikembangkan.

Menurut (Soekartawi, 1993) efisiensi diartikan sebagai upaya yang

dilakukan dengan penggunaan saprodi yang diusahakan sekecil-kecilnya


untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Efisiensi merupakan

salah satu ukuran untuk membandingkan peggunaan dengan

pengeluaran. Semakin sedikit pengeluaran maka makin tinggi

kelayakan/efisiannya.

2.10 Kerangka pemikiran

Usahatani bawang merah merupakan usahatani yang

memfokuskan pada budidaya tanaman bawang merah. Keberhasilan

pengelolaan dapat diukur dari hasil yang akhir yang diperoleh/produksi

serta keuntungan yang diperoleh. Dalam produksi usahatani terdapat

beberpa faktor yang mempengaruhi usahatani. Dalam mengelolah

usahatani terdapat input biaya produksi yang digunakan untuk

keberlangsungan proses produksi. Selama proses produksi tersebut

kemudian menghasilkan penerimaan, pendapatan, kemudian

menganalisis efisiensi usahatani.

Kerangka pikir merupakan alur/jalan yang menggambarkan proses

penelitian secara menyeluruh. Sehingga kerangka pemikiran penelitian ini

di gambarkan sebagai berikut:


Kerangka pikir Petani Bawang Merah

Faktor yang mempengarui


Produksi bawang merah
produksi bawang merah

Biaya tetap Biaya Variabel

Total biaya

Penerimaan

Pendapatan
III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret hingga bulan mei

2021 selama 3 bulan pada petani bawang merah di Desa Batetangnga

Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. Dengan penentuan

lokasi penelitian secara purposive atau sengaja.

3.2. Penetapan Responden

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subjyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Wiratna Sujerweni, 2014) . Jumlah populasi petani bawang merah yang

ada di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang ini sebanyak 10 orang.

Sampel merupakan bagian dari populasi (orang yang akan

dijadikan responden) yang akan mewakili seluruh populasi. Adapun

penentuan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian

ini adalah dengan metode sensus berdasarkan pada ketentuan yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2001 : 61-63), yang mengatakan bahwa

“sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah

sensus”

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari desa Batetangnga yaitu

jumlah populasi petani bawang merah yang ada di Desa Batetangnga

Kecamatan Binuang sebanyak 10 orang. Maka sesuai metode dari


Arikunto (2010: 112) yaitu jika subjeknya kurang dari 100 orang maka

akan diambil semua namun bila sujeknya lebih dari 100 orang maka akan

diambil 10%-14% atau 20%-25%. Karena populasi petani bawang merah

yang ada di Desa Batetangnga ada 10 maka semuanya diambil sebagai

responden karena kurang dari 100 orang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Maka proses pengumpulan data yang relevan dengan tujuan

penelitian digunakan beberapa metode seperti berikut:

1. Pengamatan (observasi langsung)

Pengamatan ini dilakukan secara langsung dengan melihat sendiri

kondisi yang ada di lapangan. Melihat fakta-fakta yang ada pada lapangan

diperlukan adanya observasi langsung peneliti.

2. Metode wawancara

Yaitu teknik yang dilakukan secara langsung melakukan

wawancara kepada petani yang bersangkutan. Teknik ini dilakukan

dengan ini juga dilakukan untuk mendapatkan informasi dari petani

tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses produsi bawang merah

baik itu tentang permasalahan yang ada pada lapangan maupun

informasi lainnya.

3. Kuisioner atau angket

Kuisioner merupakan kumpulan daftar pertanyaan kepada

responden. Kuisioner ini berisi daftar-daftar pertanyaaan yang akan


diberikan kepada petani untuk di isi sebagai bahan informasi yang

diperlukan oleh peneliti.

Dari kuisioner inilah para peneliti mendapatkan banyak informasi

yang ingin diperoleh tanpa harus menanyakan pada saat wawancara

langsung. Kusiooner ini bersifat terstruktur.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data

yang juga sangat dibutuhkan saat penelitian dengan dokumentasi ini ini

kita dapat memberikan bukti bahwa kita benar-benar melakukan

penelitian. Dokumentasi ini juga dapat diperoleh dari-arsip yang

diperlukan dalam penelitian.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

dekskriftif kuantitatif dimana data yang akan diperoleh akan berisi angka-

angka. Data deskriftif kuantitatif ini di dapat dari:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari pengamatan

langsung oleh peneliti baik itu melalui wawancara mauapun dari kuisioner

yang dibagikan kepada para petani responden. Data-data yang diambil

dari para responden ini seperti umur petani, pendidikan, jumlah

tanggungan, pengalamanusahatani, jumlah produksi, pendapatan serta

biaya-biaya yang digunakan dalam usahatani bawang merah.


2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari

berbagai sumber atau pihak dan instansi yang berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan. Data-data ini dapat diperoleh dari BPS, serta data dari

pihak kantor desa terkait lokasi penelitian.

3.5. Analisis Data

3.5.1 Analisis biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya yang diguanakan dalam melakukan

produksi suatu barang. Total biaya adalah keseluruhan biaya yang

digunaka dalam proses produksi baik itu biaya tetap maupun biaya

variabel.

Rumus yang di gunakan untuk memperoleh total biaya yaitu:

TC = TFC+TVC

Keterangan : TC : Total Cost

TFC : Total Fix Cost

TVC : Total Variable Cost

3.5.2 Analisis Penerimaan

Analisis penerimaan ini diperleh dari hasil kali dari harga barang

yang dijual dengan total produksi (keseluruhan hasil produksi tanaman

bawang merah).

Dengan rumus:

TR = PxQ
Keterangan : TR : Total penerimaan (total revenue)

P : Harga (Rp)

Q : Jumlah (Kg)

3.5.3 Analisis Pendapatan

Menurut Arikunto 2006 menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui

pendapatan seorang responden digunakan analisis pendapatan yang

dirumuskan sebagai berikut :

π =TR−TC

Keterangan : π : Pendapatan (income)

TR : Total penerimaan (toal revenue)

TC : total biaya (total cost)

3.5.4 Analisis R/C Ratio

Menurut (Darsono, 2008) R/C Ratio merupakan metode analisis

untuk mengukur kelayakan usahatani dengan menggunakan rasio

penerimaan (revenue) dan biaya (cost). R/C Ratio adalah perbandingan

antara penerimaan dengan biaya total. Pernyataan tersebut dapat

dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

total revenue
R/C Ratio = TR:TC atau R/C Ratio = total cost

Keterangan : R/C ratio : Efisiensi/kelayakan usahatani

TR : total penerimaan (total revenue)

TC : total biaya (total cost)


Dengan kriteria penilaian R/C Ratio:

Jika nilai R/C Ratio > 1 maka usaha layak dikembangkan

Jika nilai R/C Ratio = 1 maka usaha dikatakan impas

Jika nilai R/C Ratio < 1 maka usaha tidak layak dikembangkan

3.5.5 Regresi Linear Berganda

Pada permasalahan ketiga akan digunakan analisis regresi linear

berganda. Model regresi ini digunakan untuk mengetaui pengaruh luas

lahan, benih, tenaga kerja, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida,

terhadap produksi bawang merah di Desa Batetangnga Kecamatan

Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis

pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Perumusan umum regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Y=a0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e

Keterangan :

Y = produksi bawang merah

X1 = Luas lahan

X2 = Bibit

X3 = Tenaga kerja

X4 = pupuk

X5 = pestisida

a = Konstanta
b = Koefisien

e = Galat/residu

Untuk dapat mengetahui pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen dalam penelitian, dilakukan uji hipotesis atau

uji orde pertama (first order test) (Irfan Arif Firmansya dan Ebban Bagus

Kuntadi, 2018) yaitu meliputi:

1. Uji Hipotesis

Uji uji bertujuan untuk mengetahui hipotesis apakah variabel X1 X2

X3 X4 dan X5 berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel Y

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Jika probabilitas (sig) >0,05 = H1 ditolak H0 diterima

b. Jika probabilitas (sig) < 0,05 = H1 diterima H0 ditolak

Keterangan :

Jika H0 = variabel X tidak mempengaruhi variabel Y

Jika H1 = Variabel X mempengaruhi variabel Y

3.5.6 Deskriptif

Menurut Resseffendi (2010:33) mengatakan bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang menggunakan beberpa hal seperti

menggunakan observasi, wawancara atau kuisioner tentang hal yang

dialami oleh etani dalam melakukan produksi, serta penjelasan mengenai

subjek yang sedang kita teliti. Dengan kuisioner dan sebagainya. Maka

dengan melalui penelitian deskriftif ini, peneliti akan menjelaskan dan


memaparkan hal yang sebenarnya terjadi di lapangan atau menjelaskan

tentang keadaan yang terjadi pada lokasi penelitian berlangsung.

Sugiyono (2017:2) mengatakan bahwa, metode penelitian pada

dasarnya merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan data yanga ada

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.6. Konsep operasional

1. Petani bawang merah adalah orang yang melaksanakan dan

mengellola usahatani bawang merah pada suatu lahan yang terdiri

dari suami, istri, anak-anak da seluruh anggota keluarga yang tinggal

dalam satu suatu ruamh sebagai suatu kesatuan atau manajemen dan

rumah tangga tani

2. Usahatani adalah adalah upaya petani bawang merah untuk

memanfaatkan seluruh sumberdaya dalam suatu usaha pertanian

bawang mera secara efisien

3. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya

4. Jumlah produksi adalah total produksi bawang merah pada lahan

dengan luas tertentu dalam sekali musim tanam dalam satuan kg

5. Biaya produksi adalah biaya yang yang dikeluarkan atau dikorbankan

pada usahatani bawang merah yang diukur denngan satuan uang

(Rp)

6. Biaya tetap (fix cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

usahatani bawang merah dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi


dengan besar kecilnyaoutput yag diperoleh per sekali musim tanam

dengan satuan uang (Rp)

7. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam

kegiatan usahatani bawang merah yang besar kecilnya dipengaruhi

oeleh jumlah produksi yang dihasilkan per sekali musim tanam

dengan satuan uang (Rp)

8. Total penerimaan merupaakan hasil perkalian antara jumlah produksi

bawang merah dengan harga jual bawang merah dengan

menggunakan satuan uang (Rp)

9. Pendapatan petani adalah pendapatan bersih yang akan diterimah

oleh petani dengan rumus selisih antara penerimaan dengan total

biaya yang digunakan dalam produksi usahatani

10. R/C Ratio adalah pengukuran apakah usahatani tersebut layak atau

tidak layak dengan perbandingan antara penerimaan dengan total

biaya
IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Demografi

Desa Batetangnga merupakan salah satu desa yang terletak di

kecamatan Binuang yang wilayahnya masuk dalam Kabupaten Polewali

Mandar. Desa Batetangnnga memiliki daerah pegunungan 75% serta

dataran 25% Wilayah pengunungan yang berada pada ketinggian 134 m .

jarak dari permukaan air lau dan kantor Kecamatan 1 km serta jarak dari

ibu kota kabupaten sekitar 7 km. Desa Batetangnga terdiri dari 13 dusun.

Untuk lebih jelas kondisi geografis wilayah desa batetangnga adalah

sebagai berikut:

Tabel 2 : Kondisi Geografis Wilayah Desa Batetangnga

No
Kondisi Geografis Keterangan
.

1. Sawah tadah hujan 32 ha

2. Sawah irigasi 132 ha

3. Pegunungan 3654 ha

4. Keadaan suhu 35 ˚C

5. Dataran 134 ha

6. Tinggi tempat dari permukaaan laut 134 m

7. Curah hujan rata-rata per tahun 251 mm


Sumber: Arsip Desa Batetangnga

4.1.1 Batas Desa Batetangnga dan luas wilayah

 Batas-batas Desa Batetangnga adalah :

Sebelah Utara : Desa Kaleok

Sebelah Timur : Desa Amola

Sebelah Selatan : Kelurahan Ammasangan

Sebelah Barat : Rea dan Desa Kuajang

 Luas wilayah Desa Batetangnga adalah :

 Wilayah Pegunungan = 3694 Ha

 Wilayah Dataran pantai = 1106 Ha

4.1.2 Jumlah Penduduk Desa Batetangnga

a. Jumlah Penduduk : 5313 jiwa

b. Jumlah KK : 1264 jiwa

 Laki-laki : 2674 jiwa

 Perempuan : 2639 jiwa

4.1.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Desa Batetangnga adalah :.

Tabel 2 : mata pencaharian penduduk desa Batetangnga:

No Mata pencaharian Persentase

1 Petani 59 %

2 Perikanan 5%
3 Industri (pabrik, kerajinan) 2%

4 Jasa 20%

5 Pedagang/wiraswasta 11%

6 Angkutan 2%

7 Lainnya 1%

Sumber : arsip desa Batetangnga

4.2 Keadaan Sosial

Keadaan sosial Desa Batetangnga dapat dilihat dengan digambarkan

pada table berikut:

Tabel 4 : Keadaaan Sosial Desa Batetangnga pada bidang pendidikan

No Sekolah Jumlah /volume Ket

1 TK/PAUD 5

2 SD/MI 9

3 SMP/MTs 2

4 SMA/MA 2

Sumber : Arsip desa Batetangnga

Tingkat pendidikan di desa Batetangnga dapat dikatakan memadai

dengan adanya beberapa tingkatan sekolah dapat di lihat pada tabel di

atas.
Tabel 5 : Keadaan sosial Desa Batetangnga pada bidang keagamaan

No Keagamaan Volume/jumlah Ket

1 Mesjid 5

2 Mushollah 19

Sumber : arsip desa Batetangnga

Tabel 6 : Keadaan sosial desa Batetangnga pada bidang kesehatan

No Kesehatan Jumlah/Volume Ket

1 Pustu 1

2 Polindes 2

3 Posyandu 9

4 MCK 7

5 Bak Penampungan Air Bersih 3

Sumber: Arsip Desa Batetangnga.

Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi pelayanan kesehatan di

Desa Batetangnga masih dapat dikatan memandai dengan jumlah bidang

kesehatan yang banyak.

Tabel 7 : keadaan sosial desa Batetangnga pada bidang pertanian

No Pertanian Jumlah/Volume Ket

1 Persawahan 164 ha

2 Perkebunan

1. Kakao 1090 ha

2. Durian 738 ha
3. Langsat 1480 ha

4. Kopi 44.5 ha

5. Kelapa 16,4b ha

Sumber :Arsip Desa Batetangnga

Dari data di atas diperoleh bahwa luas lahan pertanin di Desa

Batetangnga masih luas sehingga pertumbuhan ekonomi pertanian dapat

dikatakan baik.

Tabel 8 : Keadaan sosial desa Batetangnga pada bidang perikanan

No Perikanan Jumlah/aVolume Ket

1 Pembudidayaan/pembesaran 5 Ha

ikan nila

2 Pembibitan ikan mas dan nila 2 Ha

Sumber: Arsip Desa Batetangnga


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada bidang perikanan masih
dikatakan sedikit sehingga masih memerlukan perluasan lahan untuk
pembudidayaan serta tempat pembibitan ikan.

4.3 Kondisi Pemerintahan Desa Batetangnga

Jika dilihat dari tabel kodisi keadaan sosial maka dapat dikatakan bahwa

kondisi pemerintahan Desa Batetangnga untuk saat ini adalah dalam

keadaan normal serta stabil ssesui dengan harapan masyarakat. Dengan

adanya berbagai bidang seperti pendidikan, keagamaan, kesehatan,

pertanian serta perianan yang dikatakan memadai. Pada pemerintahan

desa terdiri dari Kepala desa sebagai pemimpin tertinggi pada organisasi
desa, sekretaris desa, kasi pemerintahan, kasi, pembangunan, kasi

kesejahteraan, , kaur keuangan/bendahara, kaur umum, kaur administrasi,

dan badan perusyawaratan desa (BPD) dan lembaga pemberdayaan

masyarakat (LPM) sebagai mitra pada pemerintahan.

4.3.1 Pembagian Wilayah

Desa batetangnga terdiri dari beberapa wilayah atau Dusun yaitu:

Dusun Biru, Dusun Kanang, Dusun Penanian, Dusun Rappoan, Dusun

Passembarang, Dusun Baruga, Dusun Tallang Bulawan, Dusun Eran

Batu, Dusun Pamu’tu, Dusun Kanang Bendungan, Dusun Kanang Pulao,

Dusun Lumalan, Dusun Saleko .

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas petani responden adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh

petani yang menanam tanaman bawang merah. Identitas petani

responden yang akan dibahas meliputi : umur, pendidikan, jumlah

tanggungan keluarga, pengalaman usahatani serta luas lahan garapan.

5.1.1 Umur petani


Kemajuan yang dicapai seorang petani banyak yang ditentukan

oleh faktor umur. Tingkat umur petanimerupakan salah satu faktor

penentu terhadap petani dalam melakukan usahataninya. Umur sangat

berpengaruh baik terhadap kemampuan fisik ataupun cara berpikir

seorang petani. Petani yang sudah berusia lanjut, kemampuan fisiknya

telah mulai menurun sehingga mengalami kesulitan dalam penggarapan

serta kesulitan dalam memahami perubahan atau berinovasi baru karena

selalu berpijak pada pengalaman masalalunya. Tidak sama dengan petani

yang usianya masih muda mereka masih memiliki tenaga yang kuat serta

dan mudah mengadopsi inovasi yang baru sesuai perkembangan

teknologi pertanian dan berani menanggung resiko dalam menjalankan

usahataninya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, tingkat umur

responden yang ada di daeerah penelitian bervariasi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9 : Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Umur Di Desa


Batetangngakecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
Kelompok Umur Jumlah Persentase

No (Tahun) (Orang) (%)

1. 30-40 4 40

2. 41-50 5 50

3 51-60 1 10

Jumlah 10 100,00
Sumber : data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan pada tabel 9 diatas kisaran umur 30-40 tahun

berjumlah 4 jiwa dengan persentase sebanyak 40,00%, umur 41-50 tahun

berjumlah 5 jiwa dengan persentase 50,00%, dan umur 51-60 tahun

berjumlah 1 jiwa dengan persentase 10%. Dari tabel di atas menunjukkan

bahwa petani masih produktif.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pada tingkat pendidikan seorang petani turut mempengaruhi tingkat

produksi usahataninya. Dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

seorang petani akan memberikan kemudahan dalam megadopsi inovasi

dan penggunaan teknologi, serta terampil dalam mengelolah

usahataninya. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan petani responden

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10 :Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikah Di Desa


Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
Jumlah Persentase

No Tingkat Pendidikan (Orang) (%)

1 SD/MI 6 60

2 SMP/MTs 3 30

3 SMA/MA 1 10
Jumlah 10 100,00

Sumber : data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan pada tabel 10 di atas menunjukkan persentase tingkat

pendidikan petani bawang merah di Desa Batetangnga bahwa tamat

SD/MI berjumlah 6 jiwa dengan persentase 60,00%, tamat SMP/Mts

berjumlah 3 jiwa dengan persentase 30,00% dan tamat SMA/MA

berjumlah 1 jiwa dengan persentase 10,00%. Menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan petani responden telah tamat memberikan kemudahan kepada

para petani untuk mengadopsi inovasi dan teknologi pertanian sehingga

dapat menggunakan teknologi yang ada.

5.1.3 Jumlah Tanggungan

jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang termasuk

adalah suami atau istri, anak, saudara kandung serta anggota keluarga

lain yang masih tinggal dalam satu rumah dan masih dalam tanggungan.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan suatu potensi sumber daya

manusia yang dapat menunjang dan menjadi motivasi dalam

usahataninya. Jumlah tanggungan juga turut mempengaruhi faktor

ekonomi seorang petani. Semakin banyak anggota keluarga akan

semakin banyak pula beban hidup yang harus dipenuhi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 11 : Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Di
Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar
Tanggungan keluarga Jumlah Persentase

No ( Jiwa ) ( Jiwa ) (%)

1 2-3 4 40,00

2 4-5 6 60,00

Jumlah 10 100,00

Sumber : data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan pada tabel 11 di atas menunjukkan persentase responden

berdasarkan tanggungan keluarga di Desa Batetangnga bahwa

tanggungan 2-3 jiwa ada 4 petani responden dengan persentase 40,00%

dan tanggungan 4-6 jiwa ada 6 petani responden dengan persentase

60,00%.

5.1.4 Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani seorang petani merupakan salah satu

faktor penunjang keberhasilan dalam berusaha tani.pengalaman

usahatani juga mempengaruhi produksi usahatai seorang petani,.

Semakin banyak pengalaman usahatani seorang petani maka akan

semakin terbiasa dalam melakukan usahataninya. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12 :Jumlah Responden Berdasarkan Lama Usahatani Di Desa


Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
Lama Usahatani Jumlah Persentase

No (Tahun) (Jiwa) (%)

1 2 4 40,00

2 3 4 40,00

3 4 2 20,00

Jumlah 10 100,00

sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan persentase lama usahatani

bawang merah di desa Batetangnga bahwa lama usahatani 2 tahun

sebanyak 4 jiwa dengan persentase 40,00% , lama usahatani 3 tahun

sebanyak 4 jiwa dengan persentase 40,00% serta lama usahatani 4 tahu

sebanyak 2 jiwa dengan persentase 20,00%.

5.1.5 Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan seorang petani merupakan salah atu faktor yang

turut menentukan besarnya produksi dan pendapatan yang diterima oleh

petani tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin luas lahan yang

dikelolah oleh seorang petani maka ada peluang untuk mendapatkan

produksi dan pendapatan yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13 :Jumlah Reponden Berdasarkan Luas Lahan Garapan Di Desa


Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
Luas lahan garapan Jumlah Persentaase

No (Are) (jiwa) (%)

10- 30 4 40,00

31-60 4 40,00

61-100 2 20,00

Jumlah 10 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah,2021

Berdasarkan pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa

kebanyakan petani responden memiliki luas lahan antara 0,2-0,5 Ha

sebanyak 7 jiwa dengan persentase 70,00%, luas lahan 0,6-1 Ha

sebanyak 3 jiwa dengan persentase 30,00%. Hal ini menunjukkan bahwa

luas lahan petani responden masih sempit.

5.2 Biaya Produksi Dan Pendapatan

5.2.1 Biaya Usahatani

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dinyatakan dengan uang

dan diperlukan dalam menghasilkan suatu produk. Biaya produksi ini

merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam menghasilkan

suatu produk. Dalam biaya usahatani dibagi menjadi dua bagian yaitu

biaya tetap dan biaya variabel .

Biaya yang digunakan dala usahatani ada dua yaitu biaya tetap

denga biaya variabel. Pada setiap proses produksi baik itu produksi
jangka pendek maupun produksi jangka panjang akan tetap dipengaruhi

oleh boiaya aik itu biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Biaya tetap yaitu

biaya yang sedikit banyaknya tidak akan mempengaruhi produksi akhir

pertanian sedangkan biaya tidak tetap yaitu biaya yang sedikit banyaknya

akan mempengaruhi hasilproduksi pertanian.

Sesuai dengan hal di atas, maka untuk mengetahui Fix cost dan

variable cost yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani

bawang merah di desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten

Polewali Mandar dapat di lihat pada tabel 9 di bawah ini

Tabel 14 :Rata-rata penggunaan sarana produksi dan biaya produksi


bawang merah pada lahan 0, 48 Ha oleh petani bawang
merah di desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar
Rata pengeluaran (Rp)
No harga Sub Total
Uraian jumla
. satuan HOK satuan Nilai (Rp) (Rp)
h
(Rp) sub total

1 Fix Cost

pajak bumi dan


bangunan 12.100

penyusutan
alat 239.750

jumlah (1) 251.850

2 Variable Cost

a. tenaga kerja

-pengolahan
tanah 3 5 HKP 50.000 750.000
-penanaman 20,5 1 HKP 25.000 512.500

- penyiangan 3 4 HKP 40.000 480.000

-pemeliharaan 3 5 HKP 30.000 450.000

-panen 20,5 1 HKP 25.000 512.500

-angkut 3 2 HKP 50.000 300.000

b. Bibit 157 Kg 18.000 2.826.000

c. Pupuk

Organik 562 Kg 800 449.600

Phonska 140 Kg 2.300 322.000

Phosgro 157,5 Kg 4.100 645750

NPK 74 Kg 11.000 814.000

KCL 78 Kg 9.000 702.000

Fertiphos 107 Kg 4.100 438.700

d. Pestisida

115.00
2,7
Detain Kg 0 310.500

130.00
3,15
Antracol Kg 0 409.500

650.00
0,45
Alika Lliter 0 292.500

540.00
0,35
Prevathon Lliter 0 189.000

Antila 3,6 Kg 75.000 270.000

e. Komsumsi 300.000

10.974.55 10.974.55
jumlah (2) 0 0
11.226.40
Jumlah (1+2) 0

Sumber : data primer setelah diolah,2021

Pada tabel 14 di atas terlihat bahwa besarnya biaya produksi rata-

rata oleh petani bawang merah di Desa Batetangnga kecamatan Binuang

Kabupaten Polewali Mandar dengan luas 0,48 Ha adalah sebanyak Rp

11.226.400 yang terdiri dari penjumlahan biaya tetap Rp 251.850 dengan

biaya variabel sebanyak Rp 10.974.550. Tingginya biaya variabel yang

dikeluarkan oleh petani disebabkan oleh tingginya harga sarana produksi

seperti tenaga kerja, pupuk dan pestisida.

5.2.2 Produksi

Produksi merupakan hasil yang pertanian yang diperoleh petani

bawang merah dengan menggunakan faktor produksi pada usahatani

bawang merah, sedangkan nilai produksi merupakan hasil kali antara

jumlah produksi dengan harga jual yang berlaku. Untuk lebih jelasnnya

produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini :

Tabel 15 : rata-rata produksi bawang merah dan nilai produksi (Rp) dalam
satu kali musim panen dengan luas lahan 0,48 Ha. Di Desa
Batengnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
No. Uraian Jumlah

1 Produksi (Kg) 1.400

2 Harga Jual (Rp) 15.000


3 Penerimaan (Rp) 21.000.000
Sumber : data primer setelah diolah, 2021
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil produksi

yang diperoleh petani bawang merah di Desa Batetangnga yaitu sebanyak

1.400 kg dengan harga jual Rp 15.000 sehingga menghasilkan nilai

produksi sebanyak Rp 21.000.000.

Rendahnya harga jual sehingga membuat nilai penerimaan yang

masih kurang serta harga saprodi yang tinggi..

5.2.3 Pendapatan

Pendapatan seorang petani dapat diketahui berdasarkan

penerimaan yang diterima oleh petani setiap musim tanam dari hasil

penjualan bawang merah dikurangi dengan seluruh biaya yang

dikeluarkan pada saat proses produksi baik itu biaya tetap maupun biaya

variabel. Untuk lebih jelasnya,pendapatan petani bawang merah di Desa

Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar dapat

dilihat pada tabel 11 di bawah ini :

Tabel 16 : Rata-rata pendapatan petani bawang merah dengan luas lahan


0,48 Ha di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar
No
Uraian Nilai (Rp)
.
1 Revenue 21.000.000
2 Fix Cost 251.850
3 Variable Cost 10.974.550
4 Total Cost 11.226.400
5 Pendapatan 9.773.600
Sumber : data primer setelah diolah, 2021
Tabel 16 di atas menujukkan bahwa rata-rata penerimaan petani

dengan luas lahan 0,48 Ha sebesar Rp 21.000.000 dengan biaya tetap

sebanyak Rp 251.850, biaya variabel Rp 10.974.550 sehingga total biaya

yang digunakan adalah Rp 11.226.400 dengan pendapatan petani

diperoleh dengan total penerimaan dikurangi total biaya sebesar

Rp9.773.600.

5.3 Efisiensi/Kelayakan Usahatani Bawang Merah

Kelayakan usahatani seorang petani dapat diukur berdasarkan

besarnya R/C Ratio (Revenue Cost). Nilai R/C Ratio menunjukkan

perbandingan produksi (Penerimaan) dengan total biaya usahatani.

Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil penjualan seluruh hasil

produksi permusim tanam. Sedangkan total biaya merupakan seluruh

faktor-faktor produksi yang digunakan pada setiap musim tanam. Untuk

lebih jelasnya kelayakan usahatani di Desa Batetangnga dapat dilihat

pada tabel di 12 di bawah ini

Tabel 17 : Kelayakan usahatani Bawang merah di Desa Batetangnga


Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
No. Uraian Niai (Rp)
1 Revenue 21.000.000
2 Total Cost (TC) 11.226.400
3 R/C Rasio 1,8
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan petani dalam

sekali musim tanam sebanyak Rp 21.000.000 dengan total biaya yang


dikeluarkan sebanyak Rp 11.226.400 sehingga menghasilkan R/C Ratio

1,8. Dengan kriteria penilaian R/C Ratio:

Jika nilai R/C Ratio > 1 maka usaha layak dikembangkan

Jika nilai R/C Ratio = 1 maka usaha dikatakan impas

Jika nilai R/C Ratio < 1 maka usaha tidak layak dikembangkan

Dengan nilai 1,8 berarti usahatani ini layak dikembangkan.

5.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 18 : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor Yang


Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Di Desa
Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 ,964a ,930 ,842 ,327


Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

5.4.1 Uji Hipotesis

Tabel 19 : Hasil Uji Hipotesis Inova Di Desa Batetangnga Kecamatan


Binuang Kbaupaten Polewali Mandar
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 5,672 5 1,134 10,610 ,020b
1 Residual ,428 4 ,107
Total 6,100 9
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan tabel inova diperoleh nilai f hitung (10,610) dengan

toleransi 0,05 menghasilkan 10,610>5,05 sehingga 5 variabel bebas


dikatakan berpengaruh secara simultan. Nilai signifikansi sebesar 0,020

dengan toleransi 0,05 sehingga menghasilkan signifikansi f 0,020 < 0,05

sehingga 5 variabel bebas dikatakan berpengaruh secara simultan

terhadap variabel terikat. Variabel bebas tersebut antara lain adalah

lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk dan pestisida sedangkan variabel terikat

adalah produksi bawang merah di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang

Kabupaten Polewali Mandar.

Tabel 20 :Hasil Uji Hipotesis Coefficients Di Desa Batetangnga


Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize T Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constan 4,118 1,217 3,384 ,028
t)
Lahan ,302 ,191 ,256 1,580 ,189
Benih -,048 ,195 -,041 -,247 ,817
1
Tenaga ,159 ,182 ,135 ,869 ,434
Kerja
Pupuk -,902 ,191 -,739 -4,729 ,009
Pestisida ,525 ,169 ,471 3,112 ,036
Sumber : data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan uji hipotesis coeffficients dapat bahwa dengan

toleransi 0,05 variabel bebas pupuk dan pestisida berpengaruh nyata

terhadap variabel teriakat (produksi) sedangkan variabel bebas lahan,

bibit, tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi bawang merah di


Desa Batetangnga Kecamatan Binuang kabupten Polewali Mandar.

Dengan hasi uji T dapat disimpulkan :

a. Variabel luas lahan dengan nilai t hitung 1,580 < 2,776 pada t tabel

dengan signifikansi P = 0,189 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Hal ini berarti lahan (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

b. Variabel bibit dengan nilai t hitung 0,247 < 2,776 pada t tabel dengan

signifikansi P = 0,817 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini

berarti bibit (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang

merah

c. Variabel tenaga kerja dengan nilai 0,896 < 2,776 pada t tabel dengan

signifikansi P = 0,434 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini

berarti tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

d. Variabel pupuk dengan nilai -4,729 > 2,776 pada t tabel dengan

signifikansi P = 0,009 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini

berarti pupuk (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi

e. Variabel pestisida dengan nilai 3,112 > 2,776 pada t tabel dengan

signifikansi P = 0,036 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini

berarti pestisida (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi

Hasil analisis regeresi menunjukkan bahawa ada 3 variabel

independen (X) yang tidak signifikan yaitu lahan (X1), Benih (X2), tenaga

Kerja (X3). Hal ini menunjukkan bahwa lahan, benih serta tenaga kerja
tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap produksi bawang merah,

Sedangkan variabel pupuk dan pestisida berpengaruh nyata terhadap

produksi bawang merah di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang

Kabupaten Polewali Mandar

Anda mungkin juga menyukai