ABSTRACT
This research purpose was to identify the income of wetland rice farming and the proper
rice selling price at the farmer level in Morowalidistrict that can generate good income for the
farmers. Samples of this research were 93 respondents randomly taken from the total population of
1,354 wetland rice farmers with an assumption that all farmers have similar land area sizes. The
results of analysis showed that the income of one farmer is IDR. 12,15,.004/ha/planting season
while the TPP analysis revealed that the income is IDR 808,366.53/ha/planting season and the
production is 144, 48 kg/ha/planting season. The selling price determined based onregional
minimum wage in Central Sulawesi is IDR 6,713/kg. The Sajogyocriterion is IDR 10,289/kg while
the World Bank indicator is IDR 7,657/kg. The rice selling price based on the World Bank indicator
is lower than the highest retail price but is higher than the government purchase price.
84
Pemerintah melakukan operasi pasar Tujuan penelitian ini adalah sebagai
bila harga beras dipasaran dinilai jauh berikut:
melampaui batas harga. Berdasarkan Inpres 1. Menganalisis besarnya pendapatan
Nomor 5 tahun 2015, diatur HPP gabah usahatani padi sawah di wilayah
kering panen (GKP) yaitu sebesar Rp Kabupaten Morowali?
3.750/Kg, HPP Gabah Kering Giling 2. Menganalisis besarnya penerimaan
(GKG) sebesar Rp 4.600/Kg dan HPP beras usahatani padi sawah pada keadaan
sebesar Rp 7.300/Kg ( BPS, 2016). Titik Pulang Pokok di wilayah
Secara umum permasalahan utama Kabupaten Morowali?
yang dihadapi petani di Kabupaten 3. Menganalisis besarnya harga jual
Morowali adalah rendahnya tingkat harga beras yang layak pada tingkat petani
atau ketidakstabilan harga jual. Sedangkan agar petani di wilayah Kabupaten
dalam kaitanya dengan Pendapatan usahatani Morowali memperoleh pendapatan
padi sawah diketahui belum dapat memberi yang cukup menguntungkan dalam
keuntungan yang cukup bagi para petani, mengelola usahataninya.
walaupun telah ada kebijakan HPP. Manfaat dari penelitian ini adalah
Berdasarkan realita yang yang terjadi, maka sebagai berikut:
dipandang perlu untuk mengetahui,
1. Kegunaan teoritis: penelitian ini dapat
menelaah dan mengkaji secara lebih jauh
dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti
dan mendalam tentang: 1) Berapa besar
pendapatan usahatani padi sawah di wilayah lainya yang ingin melakukan penelitian
Kabupaten Morowali. 2) Berapa besar yang relevan dengan penelitian ini.
penerimaan usahatani padi sawah pada 2. Kegunaan praktis : sebagai bahan
keadaan titik pulang pokok di wilayah masukan dan saran-saran pertimbangan
Kabupaten Morowali. 3) Berapa besar harga yang bersifat praktis bagi pemerintah
jual beras yang layak pada tingkat petani Sulawesi Tengah khususnya pemerintah
agar pendapatan usahatani padi sawah daerah Kabupaten Morowali dalam
dapat ditingkatkan diwilayah Kabupaten menentukan harga jual dan sebagai
Morowali. Berdasarkan uraian sebelumnya pertimbangan pemerintah dalam mengambil
maka peneliti tertarik untuk melakukan kebijakan yang lebih berpihak kepada
penelitian tentang masalah tersebut, dengan petani dalam pemberdayaan masyarakat
judul penelitian “Analisis pendapatan Usaha untuk meningkatkan pendapatan dan
Tani Padi Sawah dan Penentuan Harga Jual kesejahteraan petani.
Beras pada tingkat Petani di Kabupaten
Morowali”. METODE PENELITIAN
Rumusan masalah dalam penelitian
Lokasi Dan Waktu Penelitian. Penelitian
ini adalah:
dilaksanakan di wilayah Kabupaten Morowali.
1. Berapa besar pendapatan usahatani
Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada
padi sawah di wilayah Kabupaten
bulan Juni sampai dengan bulan Agustus
Morowali?
Tahun 2017. Lokasi penelitian ditentukan
2. Berapa besar penerimaan usahatani
dengan menggunakan Metode Multi Stage
padi sawah pada keadaan Titik
Pulang Pokok di wilayah Kabupaten Random Sampling. (Multi Stage Random
Morowali? Sampling merupakan pemilihan sampling
3. Berapa besar harga jual beras yang lokasi penelitian digunakan pada populasi
layak pada tingkat petani agar petani daerah yang sangat kompleks terdiri atas
di wilayah Kabupaten Morowali unit populasi daerah yang terdiri dari
memperoleh pendapatan yang cukup beberapa strata dan berada dalam clusters
menguntungkan dalam pengelolaan atau area yang heterogen, hal ini dilakukan
usahataninya? untuk mendapatkan sampel lokasi penelitian
85
yang semaksimal mungkin mewakili semua sawah. Kemudian untuk mendapatkan
ciri-ciri yang ada dalam populasinya). sampel proporsional berdasarkan jumlah
Tahap pertama ditetapkan dua pupulasi pada setiap desa, maka digunakan
kecamatan yang mewakili daerah sentra rumus sebagai berikut (Anwar, 2011):
produksi (produktivitas lebih tinggi dari ∑Pd𝑖
produktivitas provinsi dan kabupaten), yaitu n𝑖 = ×n
∑N
Kecamatan Bumiraya dan Kecamatan
Witaponda. Dari setiap kecamatan dipilih Keterangan:
tiga desa yang merupakan sentra produksi ni = Proporsi jumlah sampel
ditingkat kecamatan, dari Kecamatan Berdasarkan desa
Bumiraya yaitu Desa Bahonsuai, Desa ∑Pdi = Jumlah populasi petani yang
Beringin Jaya dan Desa Lambelu untuk ada di desa i
Kecamatan Witaponda yaitu Desa Puntari ∑N = Jumlah populasi di daerah
Makmur, Desa Lantula Jaya dan Desa Penelitian
Bumi Harapan. Selanjutnya disetiap desa n = Besar sampel
ditetapkan sampel penelitian dengan jumlah
Hasil perhitungan dengan menggunakan
serta keragaman populasi yang ada.
persamaan di atas kemudian dijumlahkan
Populasi Dan Sampel. Populasi dalam sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang
penelitian adalah petani padi sawah yang petani yang Akan mewakili proporsi jumlah
bermukim di wilayah Kabupaten Morowali, sampel berimbang berdasarkan desa.
khususnya di desa-desa sentra produksi Menggunakan rumus di atas maka proporsi
padi sawah Pada masing-masing kecamatan sampel tiap desa adalah:
yang dipilih sebagai sampel lokasi
penelitian, untuk Kecamatan Bumiraya ANALISIS DATA
semua petani yang berada di Desa
Bahonsuai berjumlah 262 petani Desa Analisis data dalam penelitian ini
Lambelu yang berjumlah 256 petani, dan secara keseluruhan meliputi: Analisis
Desa Beringin Jaya berjumlah 239 petani. pendapatan usahatani, analisis titik pulang
Sedangkan untuk Kecamatan Witaponda pokok, dan Analisis penentuan harga jual.
semua petani yang berada di Desa Bumi Analisis Pendapatan. Menghitung
Harapan berjumlah 415 petani, Ungkaya pendapatan usahatani dapat dirumuskan
51 petani, dan Salonsa Jaya 131 petani sebagai berikut:
sehingga populasi keseluruhan petani
π = TR – TC
adalah 1.354 orang petani.
Penentuan jumlah sampel ditentukan Keterangan:
berdasarkan persamaan Slovin dengan nilai
kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%. π : Pendapatan Usahatani (Rp)
(Anwar, 2011): TR : Total Revenue (Total
N Penerimaan)
n= TC : Total Cost (Total Biaya)
1 + N𝑒 2
Di mana :
Keterangan: TR = P. Q
TC = TFC + TVC
N = Ukuran sampel
Keterangan:
N = Jumlah Populasi Penelitian
P : Price /Harga per Kg (Rp/Kg)
E = Ketidaktelitian e Sebesar 10%
Q : Produksi (Kg)
Berdasarkan hasil perhitungan TFC : Total Biaya Tetap (Rp)
diatas, jumlah responden yang diperlukan TVC : Total Biaya Variabel (Rp)
Sebanyak 93 orang responden petani padi (Soekartawi, 2002)
86
Analisis Titik Pulang Pokok. Analisis titik Penentuan Harga Jual. Swastha (1988),
pulang pokok dimaksudkan untuk menyatakan bahwa untuk menentukan
mengetahui keberadaan (posisi) pendapatan harga jual dapat digunakan pendekatan
usahatani padi sawah, pada keadaan titik penetapan harga biaya plus (Cost-Plus
untung dan tidak rugi. Analisis ini juga Pricing Method), yang diformulasikan
dimaksudkan untuk mengetahui volume dalam bentuk sebagai berikut:
produksi dan penerimaan usahatani padi
Tota l Biaya +Margin
sawah pada keadaan titik pulang pokok. Harga jual = …… (i)
Produksi
Secara matematis analisis titik
pulang pokok ini secara matematis adalah
sebagai berikut: Atau secara notasi, rumus diatas ditulis:
TC +M
P= …………..……………... (ii)
TR = TC Q
TR = P x Q Keterangan :
TC = TFC + TVC
TC = TFC + (AVC x Q) P : Harga Jual beras per kg, (Rp/kg)
TC : Biaya Total (Rp)
Persamaan tersebut dapat Q : Produksi (kg)
disederhanakan menjadi: M : Keuntungan yang diharapkan (Rp)
Rumus (ii) di atas diperoleh dari
P x Q = TFC + (AVC x Q) penurunan rumus total penerimaan dan
P x Q – (AVC x Q) = TFC rumus pendapatan. Untuk rumus total
Q (P – AVC) = TFC penerimaan, yaitu:
Sehingga diperoleh rumus Titik TR = P. Q
Pulang Pokok sebagai berikut: TR
P = Q …………….……………… (iii)
FC
TPP Produksi (Kg) =P−AVC Untuk rumus pendapatan, yaitu:
Selanjutnya untuk menghitung titik π= TR – TC, dalam hal ini besarnya
pulang pokok dalam satuan rupiah, maka pendapatan Sama dengan besarnya
satuan unit (Q) dikalikan dengan harga jual margin/keuntungan (M = π), sehinga:
per unit (P) dengan persamaan sebagai M = TR - TC
berikut: TR = TC + M ………………….…...(iv)
FC
TPP Penerimaan (Rp) = VC Selanjutnya persamaan (IV) di subtitusikan
1−
S (iii) sehingga:
TC
TR
TPP Harga (Rp/kg) = P=
Q Q
TC + M
Keterangan: P=
Q
FC : Fixed Cost (Biaya Tetap) Margin adalah besarnya keuntungan
VC : Variabel Cost (Biaya Variabel) yang diharapkan dari suatu usahatann.
Besarnya margin tersebut disesuaikan
AVC :Averange Variabel Cost (Biaya
dengan total biaya yang dikeluarkan dengan
Variabel per Unit) kata lain, margin adalah persentase tertentu
P : Harga Produksi (Rp/Kg) dari total biaya (M = a%.TC).
S : Penerimaan (P X Q Persamaan (i) di atas dapat dinyatakan
Q : Produksi (Kg) dalam bentuk lain, yaitu:
87
Total Biaya + Margin Dengan mensubtitusikan asumsi-
Harga Jual =
Produksi asumsi yang ada kedalam persamaan diatas,
maka diperoleh persamaan baru, yaitu:
Karena margin = (a%. Total biaya), maka:
TC +6.UMR
Total Biaya + (a%. Total Biaya) PUMR =
Harga Jual = Q
Produksi Keterangan:
88
Pendekatan ini maksudnya bahwa dengan Jika harga jual produk bisa
harga jual beras yang terbentuk nantinya, menghasilkan pendapatan, diasumsikan
maka pendapatan usahatani/tahun yang lebih besar dari pendapatan untuk
diperoleh harus lebih tinggi dari pendapatan memperoleh lebih dari 480 kg setara
keluarga petani miskin yaitu 480 kg setara beras/jiwa/tahun, atau berada di atas garis
beras/jiwa/tahun. Menentukan harga jual
beras jika berpedoman pada pendekatan kemiskinan menurut kriteria Sajogyo.
kriteria sajogyo tentang keluarga petani Penentuah Harga Jual Beras Berdasarkan
miskin adalah 480 kg. Maka asumsinya Indikator Bank Dunia. Indikator untuk
adalah: mengukur penentuan harga jual beras yang
1. Total biaya (TC) pada MT1 = MT2, dikemukakan oleh bank dunia didasarkan
sehingga dalam 1 tahun total biaya pada jumlah standar pendapatan yang
adalah 2TC. ditetapkan oleh bank dunia, yaitu sebesar $
2. Produksi (Q) pada MT1 = MT2, US 2, 00/jiwa/hari atau sekitar Rp
sehingga dalam 1 tahun total 20.000/jiwa/hari.
produksinya adalah 2Q.
Penentuan harga jual beras
3. Harga beras (P) yang berlaku ditingkat
petani pada MT1 = MT2, sehingga menggunakan indikator bank dunia
dalam 1 tahun harga beras tetap yaitu P. dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
4. Margin = pendapatan keluarga miskin, dengan harga jual beras yang terbentuk
diperoleh dari hasil perkalian antara nantinya maka pendapatan per hari lebih
jumlah tanggungan dalam satu keluarga besar dari pendapatan yang ditetapkan oleh
(n) dengan 480 kg (π) dan dengan bank dunia. Untuk menentukan harga jual
harga jual beras (P) yang berlaku beras berdasarkan indikator bank dunia,
ditingkat petani. maka asumsinya adalah:
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, 1. TC : Total Biaya 1 Musim Tanam.
maka persamaan penentuan harga jual beras
2. Π : Pendapatan berdasarkan bank
berdasarkan pendekatan kriteria sajogyo
dapat diturunkan sebagai berikut: dunia Rp 20.000/jiwa/hari
Secara umum persamaan penentuan harga 3. Q : Produksi selama 1 Musim Tanam
jual beras adalah: (kg/ha/MT).
4. Margin : Pendapatan diperoleh dari hasil
Total Biaya + Margin perkalian antara jumlah pendapatan
Harga Jual =
Produksi berdasarkan Bank Dunia (π) dengan
Dengan mensubstitusikan asumsi- jumlah tanggungan dalam satu keluarga
asumsi yang ada ke persamaan diatas, maka (n) dengan waktu satu musim tanam
diperoleh persamaan baru yaitu: dan jumlah hari dalam satu bulan.
TC + n . π. P Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut,
P miskin = maka persamaan penentuan harga jual beras
Q
berdasarkan indikator bank dunia, dapat
Keterangan:
diturunkan sebagai berikut:
Pmiskin : Harga jual beras yang
terbentuk setara pendapatan Total Biaya + Margin
Harga Jual =
beras 480 Kg Produksi
Π : Pendapatan setara beras (kg)
N : Jumlah tanggungan keluarga Dengan mensubtitusikan asumsi-
P : Harga beras rata-rata yang asumsi yang ada kedalam persamaan diatas,
berlaku ditingkat Petani maka diperoleh persamaan baru, yaitu:
(Rp/Kg)
TC + π.n.30.6
TC : Total Biaya/Ha/MT PBD = Q
Q : Total Produksi/Ha/MT
89
Keterangan: dengan tingkat harga jual sebesar Rp
7.061/kg.
PBD : Harga beras yang terbentuk setara
pendapatan ketetapan bank dunia. 2. TPP penerimaan (Rp/ha/MT)
TC : Total Biaya/ha/MT (Rp/ha/MT) 𝑇𝐹𝐶
Π 𝑇𝑅𝑇𝑃𝑃 =
: Pendapatan setara beras (kg) 𝐴𝑉𝐶
N : Jumlah tanggungan keluarga 1− 𝑃
Q : Total Produksi/ha/MT. 381.549
=
Jika harga jual produk bisa 3.728
1 − 7.061
menghasilkan pendapatan, yang
diasumsikan lebih besar dari standar 381.549
pendapatan yang ditetapkan oleh Bank =
1 − 0,528
Dunia, yaitu sebesar $ US 2,00/jiwa/hari.
381.549
=
0,472
HASIL DAN PEMBAHASAN
= Rp 808.366,53/ha/MT
Berdasarkan tabel diketahui rata-rata Hasil dari keseluruhan perhitungan
total biaya produksi usahatani padi sawah titik pulang pokok (TPP) tersebut di
diseluruh lokasi penelitian sebesar Rp padukan, diperoleh grafik titik pulang
14.405.850/ha/MT yang terdiri atas rata-rata pokok (TPP) seperti pada gambar berikut:
biaya tetap sebesar Rp 381.549/ha/MT dan Berdasarkan hasil perhitungan Titik
rata-rata biaya variabel sebesar Rp Pulang Pokok (TPP) dan grafik Titik Pulang
14.024.301/ha/MT. Pokok (TPP),(Lampiran.1) menunjukan
Total penggunaan biaya produksi Titik Pulang Pokok (TPP) penerimaan
dihasilkan rata-rata produksi beras sebanyak sebesar Rp 808.366,53/ha/MT dicapai pada
3.761kg/ha/MT, dengan rata-rata tingkat saat produksi sebanyak 114, 48 kg/ha/MT
harga jual sebesar Rp 7.061/kg. Dari jumlah dengan tingkat harga jual beras sebesar Rp
produksi dan harga jual yang berlaku 7.061/kg.
diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis data
26.556.854/ha/MT, sehingga diperoleh rata- usahatani padi sawah, pada dasarnya petani
rata pendapatan usahatani padi sawah padi sawah dilokasi penelitian telah
sebesar Rp 12.151.004/ha/MT. mengelola usahataninya di atas titik pulang
Analisis titik pulang pokok pokok. Teridentifikasi dari rata-rata
produksi beras disemua lokasi penelitian
1. TPP produksi (kg/ha/MT) sebanyak 3.761 kg/ha/MT, dengan tingkat
TFC harga jual beras sebesar Rp 7.061/kg maka
QTPP = diperoleh penerimaan Rp
P − AVC 26.556.854/ha/MT. Dengan rata-rata
381.549 pendapatan usahatani padi sawah sebesar
=
7.061 − 3.728 Rp 12.151.004/ha/MT.
381.549 Penentuan Harga Jual Beras. Penentuan
=
3.333 harga jual beras yang dilakukan produsen,
umumnya dimaksudkan untuk memperoleh
= 114, 48kg/ha/MT
laba atau keuntungan, mengembalikan
investasi biaya yang dikeluarkan selama
Hasil perhitungan titik pulang pokok
proses produksi. Penentuan Harga jual beras
produksi volume penjualan beras di lokasi
yang digunakan Berdasarkan penetapan
penelitian adalah sebanyak 114, 48 kg/ha,
harga biaya plus (cost plus pricing method).
90
Tabel 4. Analisis Pendapatan usahatani Padi Sawah di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan
Witaponda Tahun 2017.
(1) (2)
1 Produksi Beras (Kg) 3.762
2 Harga Beras Rata-Rata (Rp) 7.061
3 Penerimaan (Rp) 26.556.854
4 Biaya Produksi Usahatani
Biaya Tetap 381.549
- Biaya Pajak (Rp) 23.286
- Biaya Penyusutan Alat (Rp) 358.898
Biaya Variabel 14.024.301
- Biaya Benih (Rp) 202.172
- Biaya Pupuk (Rp) 1.417.732
- Biaya Pestisida (Rp) 1.623.597
- Biaya Tenaga Kerja (Rp) 10.780.799
5 Total Biaya Produksi (Rp) 14.405.850
6 Pendapatan Usahatani (Rp) 12.151.004
Penentuan harga jual beras ditetapkan rata-rata sebesar Rp 759.437,75 per jiwa/bulan.
berdasarkan tiga indikator. 1) Penentuan Relatif masih kecil dibandingkan dengan Upah
harga jual beras berdasarkan indikator Upah Minimum Regional (UMR) Sulawesi
Minimum Regional (UMR). 2) Penentuan Tengah (2017) yang saat ini sebesar
harga jual beras berdasarkan indikator Rp1.807.775 per bulan.
kriteria sajogyo tentang keluarga miskin. 3) Pendapatan rata-rata usahatani padi
Penentuan harga jual beras berdasarkan sawah sebesar Rp 759.437,75/jiwa/bulan
indikator bank dunia dimana pendapatan jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup
yang ditetapkan yaitu sebesar $ US 2, layak/minimum (KHL/KHM) selama satu
00/jiwa/hari. bulan untuk satu jiwa dalam (rupiah)
menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2017).
Penentuan Harga Jual Beras
Data kebutuhan hidup layak Sulawesi
Berdasarkan Indikator Upah Minimum
Tengah tahun 2015 yaitu sebesar Rp
Regional (UMR). Ditinjau dari besarnya
1.499.791/jiwa/bulan. Maka rata-rata
nilai pendapatan usahatani padi sawah yang
pendapatan usahatani padi sawah sebesar
rata-rata mencapai Rp 12.151.004/ha/MT,
Rp 759.437,75/jiwa/bulan, dikategorikan
dengan tingkat keuntungan yang diperoleh
masih berada di bawah kebutuhan hidup
mencapai 84, 35%. Pendapatan usahatani
layak.
tersebut masih relatif kecil, terutama jika
Berkaitan dengan hal tersebut jika
diperhitungkan dengan proses produksi
petani padi sawah dilokasi penelitian
dalam usahatani padi sawah, mulai dari
mengacu pada upah minimum Regional
pengolahan lahan sampai panen yang rata-
(UMR) Sulawesi Tengah (2017) sebesar Rp
rata mencapai 4 bulan. Rata-rata pendapatan
1.807.775/bulan, berikut dapat dihitung
usahatani padi sawah tersebut hanya sebesar
penentuan harga jual beras jika keuntungan
Rp 3.037.751 per bulan dan jika
petani padi sawah diasumsikan sebesar Rp
diperhitungkan jumlah tanggungan keluarga
1.807.775/bulan/jiwa adalah sebagai
termasuk kepala keluarga responden yang
berikut:
rata-rata sebanyak 4 orang, maka TC +6.UMR
pendapatan dari usahatani padi sawah ini PUMR = Q
91
Keterangan: disetarakan dengan nilai tukar beras.
PUMR : Harga beras yang terbentuk Dimana digunakan persamaan sebagai
setara UMR berikut:
UMR : Upah Minimum Regional TC + n . π. P
TC : Total Biaya/ha/MT (Rp/ha/MT) P miskin =
Q : Total Produksi/ha/MT. Q
93
wilayah Kabupaten Morowali yang 2. Titik Pulang Pokok Penerimaan (TPP
ditentukan berdasarkan penentuan harga penerimaan) di kecamatan Bumi raya
(Cost plus pricing method) dengan dan witaponda adalah sebesar Rp
penetapan harga berdasarkan indikator 808.366,53/ha/MT. TPP penerimaan
UMR Sulawesi Tengah, penetapan harga ini akan dicapai apabila produksi
berdasarkan indikator sajogyo tentang beras mencapai 144,48 kg/ha/MT dan
keluarga miskin dan penetapan harga dengan harga jual beras sebesar Rp
berdasarkan indikator bank dunia. Maka 7.061/kg.
diperoleh harga yang layak yaitu penetapan 3. Harga jual beras yang ditetapkan
harga berdasarkan indikator bank dunia dengan indikator UMR Sulawesi
sebesar Rp 7.657/kg, dimana harga yang Tengah sebesar Rp 6.713/kg,
terbentuk lebih rendah dari Harga Eceran berdasarkan kriteria sajogyo sebesar
Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450/kg dan Rp 10.289/kg dan berdasarkan
lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah indikator bank dunia sebesar Rp
(HPP). 7.657/kg. Hasil penetapan harga jual
beras berdasarkan ketiga indikator
KESIMPULAN
maka diperoleh harga jual beras yang
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian layak yaitu berdasarkan indikator
dan pembahasan maka dapat diambil bank dunia dimana harga yang
kesimpulan sebagai berikut: terbentuk lebih rendah dari Harga
1. Pendapatan usahatani padi sawah di Eceran Tertinggi sebesar Rp 9.450/kg
kecamatan Bumi raya dan witaponda dan lebih tinggi dari Harga Pembelian
adalah sebesar Rp 12.151.004/ha/MT. Pemerintah (HPP).
DAFTAR PUSTAKA
Agus. (2006), Dalam Fajar Andi Marjuki, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Harga Beras Diindonesia Tahun 1981-2006. Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Indonesia Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik. Publikasi.
Indonesia
Fajar Andi Marjuki, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras Diindonesia
Tahun 1981-2006. Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Surakarta.
94
Lampiran.
P (Rp
7.061)
26.556.8 TR
54
LABA
14.405.85 TC
0
14.024.30 VC
1
TPP
808.366,5
3
RUGI
381.549 FC
95