Anda di halaman 1dari 13

J.

Agroland 25 (1) :83-95, April 2018 ISSN : 0854-641X


E-ISSN : 2407-7607

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DAN


PENENTUAN HARGA JUAL BERAS PADA TINGKAT PETANI DI
KABUPATEN MOROWALI
Income Analysis Of Wetland Rice Farming And Determination Of Rice Selling Price
At Farmer Level In Morowali district

Putu Yenata1 Made Antara2 Max Nur Alam2


1)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Tadulako
Email: yenatap@yahoo.com
2)
Dosen Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Tadulako

ABSTRACT

This research purpose was to identify the income of wetland rice farming and the proper
rice selling price at the farmer level in Morowalidistrict that can generate good income for the
farmers. Samples of this research were 93 respondents randomly taken from the total population of
1,354 wetland rice farmers with an assumption that all farmers have similar land area sizes. The
results of analysis showed that the income of one farmer is IDR. 12,15,.004/ha/planting season
while the TPP analysis revealed that the income is IDR 808,366.53/ha/planting season and the
production is 144, 48 kg/ha/planting season. The selling price determined based onregional
minimum wage in Central Sulawesi is IDR 6,713/kg. The Sajogyocriterion is IDR 10,289/kg while
the World Bank indicator is IDR 7,657/kg. The rice selling price based on the World Bank indicator
is lower than the highest retail price but is higher than the government purchase price.

Keywords: Income Analysis, the Determination of Selling Rice, Paddy Field.

PENDAHULUAN dapat menjaga ketahanan pangan nasional


(Agus, 2006)
Salah satu subsektor pertanian yang Produksi padi nasional secara konsisten
sangat mendukung dalam perkembangan mengalami peningkatan setiap Tahunnya
ekonomi Indonesia adalah subsektor tanaman Tercatat Tahun 2011, produksi gabah kering
pangan dimana subsektor tanaman pangan giling (GKG) sebesar 65.756.904 juta ton,
mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan atau setara 52, 4 juta ton beras. Tahun 2012
wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tercatat 69.056.126 juta ton (setara 55, 03
tenaga kerja dan penerimaan devisa FAO, juta ton beras), atau meningkat 4, 78 persen
2006 (dalam Fajar Andi Marjuki, 2008) dibandingkan 2011. Selanjutnya produksi
Indonesia merupakan negara yang gabah kering giling (GKG) Tahun 2013
memiliki potensi yang sangat baik dalam mencapai 71.279.70 juta (setara 56, 8 juta
pengembangan sektor pertanian, ditingkat ton beras). Peningkatan produksi Tahun 2013
internasional Indonesia merupakan salah sebesar 3,1 persen, peningkatan produksi
satu produsen sekaligus konsumen beras kembali menurun pada Tahun 2014 dari
terbesar dunia. Kondisi ini menuntut kreativitas 71.279.709 juta ton menjadi 70.846.465 juta
masyarakat Indonesia dalam meningkatkan ton atau sebesar 0,61 persen. Penurunan ini
produksi padi atau minimal produksi padi dipengaruhi luas lahan yang ikut menurun.
seimbang dengan kebutuhan konsumsi Tahun 2015 produksi kembali mengalami
dalam negeri, sehingga kestabilan produksi peningkatan sebesar 75.397.841 juta ton
83
(setara dengan 60 juta ton beras), atau Tabel 1. Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas
meningkat 6 persen dibandingkan Tahun Padi di Indonesia Tahun 2011-2015.
2014. Kenaikan produksi Tahun 2015
N Tahu Luas Panen Produksi Produktivitas
terjadi karena peningkatan luas panen o n (Ha) (Ton) * (Ton/Ha)
seluas 319.331 ribu hektar (2,3 persen).
Luas panen, produksi dan produktivitas padi 1 2011 13.203.643 65.756.904 4.98
di Indonesia dalam kurun waktu 5 Tahun 2 2012 13.4455.24 69.056.126 5.14
3 2013 13.835.252 71.279.709 5.15
terakhir Tahun 2011-2015.
4 2014 13.797.307 70.846.465 5.13
Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 5 2015 14.116.638 75.397.841 5.34
tiga kabupaten yang merupakan daerah
68.398.364 352.337.045
sentra produksi. Parigi Moutong menempati Jumlah 25.74
Rata-
urutan teratas dengan tingkat produktivitas Rata
13.679.672 70.467.409 5.15
sebesar 5,44 ton/ha, kemudian diikuti
Sumber: Hasil Laporan Statistik Pertanian (SP) Tanaman
Kabupaten Dongala sebesar 5,21 ton/ha dan Pangan, BPS statistik Indonesia 2016
Kabupaten Morowali menempati urutan *Produksi Gabah Kering Giling (GKG)

ketiga yang memiliki tingkat produktivitas


sebesar 5,00 ton/ha. Tabel 2. Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah
Peningkatan produksi padi Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Morowali, 2017.

Morowali memberikan kontribusi yang Luas


Produksi Produktivitas
sangat baik terhadap perekonomian No Kecamatan Panen
(Ton) (Ton/Ha)
(Ha)
Sulawesi Tengah, berdasarkan data BPS
Sulawesi Tengah, Kabupaten Morowali
(1) (2) (3) (4)
dalam angka diketahui kondisi luas panen
1 Witaponda 2.217 13.227,31 5.97
dan produksi padi sawah pada setiap
2 Bumi Raya 2.026 12.430,54 6.14
kecamatan yang ada di Kabupaten
3 Bungku Barat 1.237 6.186,6 5.01
Morowali Tahun 2016. 4 Bungku Timur 334 1.670,5 5.14
Produksi dan produktivitas merupakan Bungku
5 Tengah 191 955,24 5.12
indikator utama dalam suatu usahatani 6 Bungku Pesisir 15 75,01 5.06
yang berperan terhadap peningkatan 7 Bahodopi 94 470,12 5.13
Bungku
pendapatan yang diperoleh petani padi 8 Selatan 39 195,05 5.03
sawah. Peningkatan produksi padi sawah Menui
9 Kepulauan 0 0 0
tidak semata-mata berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan petani. Tingkat Jumlah 6.153 35.210,37
harga (Harga Pembelian Pemerintah) yang Rata-Rata 683,66 3.912,263 5.72
berlaku merupakan indikator yang
Sumber: BPS Kabupaten Morowali dalam angka, 2016.
mempengaruhi naik turunya pendapatan
petani.
Tabel 3. Data Jumlah Populasi Setiap Desa Dan Perhitungan
Bukan hanya peningkatan produksi Proporsi Jumlah Sampel Setiap Desa.
dan produktivitas padi jika pemerintah Proporsi
menginginkan pertanian tanaman pangan tentunya No Nama Desa
Populasi
Perhitungan Proporsi
Sampel
(Orang) (Respon
aspek harga menjadi salah satu pertimbangan den)
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan 1 Bahonsuai 262 262/1.354 X 93 18
petani. 2 Lambelu 256 256/1.354 X 93 18
3 Beringin Jaya 239 239/1.354 X 93 16
Pemerintah melalui BULOG membuat
4 Bumi harapan 415 415/1.354 X 93 29
kebijakan harga dasar (floor price) untuk
gabah kering giling (GKG) dan harga 5 Ungkaya 51 51/1.354 X 93 4
tertinggi (ceiling price) untuk beras yang 6 Salonsa Jaya 131 131/1.354 X 93 9
pada hakekatnya merupakan intervensi
Jumlah 1.354 93
terhadap mekanisme pasar.

84
Pemerintah melakukan operasi pasar Tujuan penelitian ini adalah sebagai
bila harga beras dipasaran dinilai jauh berikut:
melampaui batas harga. Berdasarkan Inpres 1. Menganalisis besarnya pendapatan
Nomor 5 tahun 2015, diatur HPP gabah usahatani padi sawah di wilayah
kering panen (GKP) yaitu sebesar Rp Kabupaten Morowali?
3.750/Kg, HPP Gabah Kering Giling 2. Menganalisis besarnya penerimaan
(GKG) sebesar Rp 4.600/Kg dan HPP beras usahatani padi sawah pada keadaan
sebesar Rp 7.300/Kg ( BPS, 2016). Titik Pulang Pokok di wilayah
Secara umum permasalahan utama Kabupaten Morowali?
yang dihadapi petani di Kabupaten 3. Menganalisis besarnya harga jual
Morowali adalah rendahnya tingkat harga beras yang layak pada tingkat petani
atau ketidakstabilan harga jual. Sedangkan agar petani di wilayah Kabupaten
dalam kaitanya dengan Pendapatan usahatani Morowali memperoleh pendapatan
padi sawah diketahui belum dapat memberi yang cukup menguntungkan dalam
keuntungan yang cukup bagi para petani, mengelola usahataninya.
walaupun telah ada kebijakan HPP. Manfaat dari penelitian ini adalah
Berdasarkan realita yang yang terjadi, maka sebagai berikut:
dipandang perlu untuk mengetahui,
1. Kegunaan teoritis: penelitian ini dapat
menelaah dan mengkaji secara lebih jauh
dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti
dan mendalam tentang: 1) Berapa besar
pendapatan usahatani padi sawah di wilayah lainya yang ingin melakukan penelitian
Kabupaten Morowali. 2) Berapa besar yang relevan dengan penelitian ini.
penerimaan usahatani padi sawah pada 2. Kegunaan praktis : sebagai bahan
keadaan titik pulang pokok di wilayah masukan dan saran-saran pertimbangan
Kabupaten Morowali. 3) Berapa besar harga yang bersifat praktis bagi pemerintah
jual beras yang layak pada tingkat petani Sulawesi Tengah khususnya pemerintah
agar pendapatan usahatani padi sawah daerah Kabupaten Morowali dalam
dapat ditingkatkan diwilayah Kabupaten menentukan harga jual dan sebagai
Morowali. Berdasarkan uraian sebelumnya pertimbangan pemerintah dalam mengambil
maka peneliti tertarik untuk melakukan kebijakan yang lebih berpihak kepada
penelitian tentang masalah tersebut, dengan petani dalam pemberdayaan masyarakat
judul penelitian “Analisis pendapatan Usaha untuk meningkatkan pendapatan dan
Tani Padi Sawah dan Penentuan Harga Jual kesejahteraan petani.
Beras pada tingkat Petani di Kabupaten
Morowali”. METODE PENELITIAN
Rumusan masalah dalam penelitian
Lokasi Dan Waktu Penelitian. Penelitian
ini adalah:
dilaksanakan di wilayah Kabupaten Morowali.
1. Berapa besar pendapatan usahatani
Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada
padi sawah di wilayah Kabupaten
bulan Juni sampai dengan bulan Agustus
Morowali?
Tahun 2017. Lokasi penelitian ditentukan
2. Berapa besar penerimaan usahatani
dengan menggunakan Metode Multi Stage
padi sawah pada keadaan Titik
Pulang Pokok di wilayah Kabupaten Random Sampling. (Multi Stage Random
Morowali? Sampling merupakan pemilihan sampling
3. Berapa besar harga jual beras yang lokasi penelitian digunakan pada populasi
layak pada tingkat petani agar petani daerah yang sangat kompleks terdiri atas
di wilayah Kabupaten Morowali unit populasi daerah yang terdiri dari
memperoleh pendapatan yang cukup beberapa strata dan berada dalam clusters
menguntungkan dalam pengelolaan atau area yang heterogen, hal ini dilakukan
usahataninya? untuk mendapatkan sampel lokasi penelitian

85
yang semaksimal mungkin mewakili semua sawah. Kemudian untuk mendapatkan
ciri-ciri yang ada dalam populasinya). sampel proporsional berdasarkan jumlah
Tahap pertama ditetapkan dua pupulasi pada setiap desa, maka digunakan
kecamatan yang mewakili daerah sentra rumus sebagai berikut (Anwar, 2011):
produksi (produktivitas lebih tinggi dari ∑Pd𝑖
produktivitas provinsi dan kabupaten), yaitu n𝑖 = ×n
∑N
Kecamatan Bumiraya dan Kecamatan
Witaponda. Dari setiap kecamatan dipilih Keterangan:
tiga desa yang merupakan sentra produksi ni = Proporsi jumlah sampel
ditingkat kecamatan, dari Kecamatan Berdasarkan desa
Bumiraya yaitu Desa Bahonsuai, Desa ∑Pdi = Jumlah populasi petani yang
Beringin Jaya dan Desa Lambelu untuk ada di desa i
Kecamatan Witaponda yaitu Desa Puntari ∑N = Jumlah populasi di daerah
Makmur, Desa Lantula Jaya dan Desa Penelitian
Bumi Harapan. Selanjutnya disetiap desa n = Besar sampel
ditetapkan sampel penelitian dengan jumlah
Hasil perhitungan dengan menggunakan
serta keragaman populasi yang ada.
persamaan di atas kemudian dijumlahkan
Populasi Dan Sampel. Populasi dalam sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang
penelitian adalah petani padi sawah yang petani yang Akan mewakili proporsi jumlah
bermukim di wilayah Kabupaten Morowali, sampel berimbang berdasarkan desa.
khususnya di desa-desa sentra produksi Menggunakan rumus di atas maka proporsi
padi sawah Pada masing-masing kecamatan sampel tiap desa adalah:
yang dipilih sebagai sampel lokasi
penelitian, untuk Kecamatan Bumiraya ANALISIS DATA
semua petani yang berada di Desa
Bahonsuai berjumlah 262 petani Desa Analisis data dalam penelitian ini
Lambelu yang berjumlah 256 petani, dan secara keseluruhan meliputi: Analisis
Desa Beringin Jaya berjumlah 239 petani. pendapatan usahatani, analisis titik pulang
Sedangkan untuk Kecamatan Witaponda pokok, dan Analisis penentuan harga jual.
semua petani yang berada di Desa Bumi Analisis Pendapatan. Menghitung
Harapan berjumlah 415 petani, Ungkaya pendapatan usahatani dapat dirumuskan
51 petani, dan Salonsa Jaya 131 petani sebagai berikut:
sehingga populasi keseluruhan petani
π = TR – TC
adalah 1.354 orang petani.
Penentuan jumlah sampel ditentukan Keterangan:
berdasarkan persamaan Slovin dengan nilai
kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%. π : Pendapatan Usahatani (Rp)
(Anwar, 2011): TR : Total Revenue (Total
N Penerimaan)
n= TC : Total Cost (Total Biaya)
1 + N𝑒 2
Di mana :
Keterangan: TR = P. Q
TC = TFC + TVC
N = Ukuran sampel
Keterangan:
N = Jumlah Populasi Penelitian
P : Price /Harga per Kg (Rp/Kg)
E = Ketidaktelitian e Sebesar 10%
Q : Produksi (Kg)
Berdasarkan hasil perhitungan TFC : Total Biaya Tetap (Rp)
diatas, jumlah responden yang diperlukan TVC : Total Biaya Variabel (Rp)
Sebanyak 93 orang responden petani padi (Soekartawi, 2002)
86
Analisis Titik Pulang Pokok. Analisis titik Penentuan Harga Jual. Swastha (1988),
pulang pokok dimaksudkan untuk menyatakan bahwa untuk menentukan
mengetahui keberadaan (posisi) pendapatan harga jual dapat digunakan pendekatan
usahatani padi sawah, pada keadaan titik penetapan harga biaya plus (Cost-Plus
untung dan tidak rugi. Analisis ini juga Pricing Method), yang diformulasikan
dimaksudkan untuk mengetahui volume dalam bentuk sebagai berikut:
produksi dan penerimaan usahatani padi
Tota l Biaya +Margin
sawah pada keadaan titik pulang pokok. Harga jual = …… (i)
Produksi
Secara matematis analisis titik
pulang pokok ini secara matematis adalah
sebagai berikut: Atau secara notasi, rumus diatas ditulis:
TC +M
P= …………..……………... (ii)
TR = TC Q
TR = P x Q Keterangan :
TC = TFC + TVC
TC = TFC + (AVC x Q) P : Harga Jual beras per kg, (Rp/kg)
TC : Biaya Total (Rp)
Persamaan tersebut dapat Q : Produksi (kg)
disederhanakan menjadi: M : Keuntungan yang diharapkan (Rp)
Rumus (ii) di atas diperoleh dari
P x Q = TFC + (AVC x Q) penurunan rumus total penerimaan dan
P x Q – (AVC x Q) = TFC rumus pendapatan. Untuk rumus total
Q (P – AVC) = TFC penerimaan, yaitu:
Sehingga diperoleh rumus Titik TR = P. Q
Pulang Pokok sebagai berikut: TR
P = Q …………….……………… (iii)
FC
TPP Produksi (Kg) =P−AVC Untuk rumus pendapatan, yaitu:
Selanjutnya untuk menghitung titik π= TR – TC, dalam hal ini besarnya
pulang pokok dalam satuan rupiah, maka pendapatan Sama dengan besarnya
satuan unit (Q) dikalikan dengan harga jual margin/keuntungan (M = π), sehinga:
per unit (P) dengan persamaan sebagai M = TR - TC
berikut: TR = TC + M ………………….…...(iv)
FC
TPP Penerimaan (Rp) = VC Selanjutnya persamaan (IV) di subtitusikan
1−
S (iii) sehingga:
TC
TR
TPP Harga (Rp/kg) = P=
Q Q
TC + M
Keterangan: P=
Q
FC : Fixed Cost (Biaya Tetap) Margin adalah besarnya keuntungan
VC : Variabel Cost (Biaya Variabel) yang diharapkan dari suatu usahatann.
Besarnya margin tersebut disesuaikan
AVC :Averange Variabel Cost (Biaya
dengan total biaya yang dikeluarkan dengan
Variabel per Unit) kata lain, margin adalah persentase tertentu
P : Harga Produksi (Rp/Kg) dari total biaya (M = a%.TC).
S : Penerimaan (P X Q Persamaan (i) di atas dapat dinyatakan
Q : Produksi (Kg) dalam bentuk lain, yaitu:

87
Total Biaya + Margin Dengan mensubtitusikan asumsi-
Harga Jual =
Produksi asumsi yang ada kedalam persamaan diatas,
maka diperoleh persamaan baru, yaitu:
Karena margin = (a%. Total biaya), maka:
TC +6.UMR
Total Biaya + (a%. Total Biaya) PUMR =
Harga Jual = Q
Produksi Keterangan:

1+a% Total Biaya


PUMR : Harga beras yang terbentuk setara
Harga Jual = …… (v) UMR
Produksi
UMR : Upah Minimum Regional
Atau secara notasi, rumus (v) dapat TC : Total Biaya/ha/MT (Rp/ha/MT)
ditulis: Q : Total Produksi/ha/MT
1+a% TC Jika harga jual produk bisa menghasilkan
P …………………………(vi) pendapatan, diasumsikan lebih besar dari
Q
Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi
Keterangan: Sulawesi Tengah yang saat ini ditetapkan
sebesar Rp 1.807.775 per bulan.
P : Harga Jual beras/ Kg (Rp/Kg)
TC : Total Cost/Biaya Total (Rp) Penentuan Harga Jual Beras Berdasarkan
Q : Quantum/Jumlah produksi (kg) Indikator Kriteria Sajogyo Tentang Keluarga
a : Besarnya persentase margin yang Petani Miskin. Indikator untuk mengukur
diharapkan (%) tingkat kemiskinan yang dikemukakan oleh
sayogyo (1980), didasarkan pada jumlah
Penentuan Harga Jual Beras Berdasarkan pendapatan per kapita per tahun yang
Indikator UMR. Besarnya upah minimum disetarakan dengan nilai tukar beras,
regional (UMR) Provinsi Sulawesi Tengah dijelaskan kembali oleh Ayuningrum (2013)
tahun 2017 adalah sebesar Rp1.807.775 per sebagai berikut:
bulan. Indikator penentuan harga jual beras 1) Kelompok paling miskin: bila
berdasarkan UMR dimaksudkan untuk pendapatan kurang dari nilai tukar
mengetahui bahwa dengan harga jual beras beras sebesar 240 kg/kapita/tahun.
yang terbentuk nantinya maka pendapatan 2) Kelompok miskin sekali: bila
usahatani/bulan Akan Sama dengan pendapatannya setara dengan nilai
besarnya nilai UMR Provinsi Sulawesi tukar beras sebesar 240 kg sampai
Tengah. Untuk menentukan harga jual beras dengan 360 kg per kapita/tahun.
berdasarkan UMR yang berlaku, maka 3) Kelompok miskin: bila
harus ada diasumsikan besarnya upah pendapatannya setara dengan nilai
minimum regional tersebut berlaku untuk tukar beras sebesar 360 kg sampai
per bulan, maka asumsinya adalah: dengan 480 kg per kapita/tahun.
Dalam 1MT : Enam Bulan 4) Kelompok cukup: bila pendapatan
Margin : Nilai UMR dalam 1 MT setara dengan nilai tukar beras sebesar
atau 6 bulan. 480 kg sampai dengan 960 kg per
kapita/tahun.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut,
5) Kelompok kaya: bila pendapatannya
maka persamaan penentuan harga jual beras
sama atau lebih dari nilai tukar beras
berdasarkan pendekatan UMR, dapat
sebesar 960 kg per kapita/tahun.
diturunkan sebagai berikut:
Pada penelitian ini penentun harga
Total Biaya + Margin jual beras Akan menggunakan asumsi pada
Harga Jual = kriteria sajogyo tentang keluarga miskin.
Produksi

88
Pendekatan ini maksudnya bahwa dengan Jika harga jual produk bisa
harga jual beras yang terbentuk nantinya, menghasilkan pendapatan, diasumsikan
maka pendapatan usahatani/tahun yang lebih besar dari pendapatan untuk
diperoleh harus lebih tinggi dari pendapatan memperoleh lebih dari 480 kg setara
keluarga petani miskin yaitu 480 kg setara beras/jiwa/tahun, atau berada di atas garis
beras/jiwa/tahun. Menentukan harga jual
beras jika berpedoman pada pendekatan kemiskinan menurut kriteria Sajogyo.
kriteria sajogyo tentang keluarga petani Penentuah Harga Jual Beras Berdasarkan
miskin adalah 480 kg. Maka asumsinya Indikator Bank Dunia. Indikator untuk
adalah: mengukur penentuan harga jual beras yang
1. Total biaya (TC) pada MT1 = MT2, dikemukakan oleh bank dunia didasarkan
sehingga dalam 1 tahun total biaya pada jumlah standar pendapatan yang
adalah 2TC. ditetapkan oleh bank dunia, yaitu sebesar $
2. Produksi (Q) pada MT1 = MT2, US 2, 00/jiwa/hari atau sekitar Rp
sehingga dalam 1 tahun total 20.000/jiwa/hari.
produksinya adalah 2Q.
Penentuan harga jual beras
3. Harga beras (P) yang berlaku ditingkat
petani pada MT1 = MT2, sehingga menggunakan indikator bank dunia
dalam 1 tahun harga beras tetap yaitu P. dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
4. Margin = pendapatan keluarga miskin, dengan harga jual beras yang terbentuk
diperoleh dari hasil perkalian antara nantinya maka pendapatan per hari lebih
jumlah tanggungan dalam satu keluarga besar dari pendapatan yang ditetapkan oleh
(n) dengan 480 kg (π) dan dengan bank dunia. Untuk menentukan harga jual
harga jual beras (P) yang berlaku beras berdasarkan indikator bank dunia,
ditingkat petani. maka asumsinya adalah:
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, 1. TC : Total Biaya 1 Musim Tanam.
maka persamaan penentuan harga jual beras
2. Π : Pendapatan berdasarkan bank
berdasarkan pendekatan kriteria sajogyo
dapat diturunkan sebagai berikut: dunia Rp 20.000/jiwa/hari
Secara umum persamaan penentuan harga 3. Q : Produksi selama 1 Musim Tanam
jual beras adalah: (kg/ha/MT).
4. Margin : Pendapatan diperoleh dari hasil
Total Biaya + Margin perkalian antara jumlah pendapatan
Harga Jual =
Produksi berdasarkan Bank Dunia (π) dengan
Dengan mensubstitusikan asumsi- jumlah tanggungan dalam satu keluarga
asumsi yang ada ke persamaan diatas, maka (n) dengan waktu satu musim tanam
diperoleh persamaan baru yaitu: dan jumlah hari dalam satu bulan.
TC + n . π. P Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut,
P miskin = maka persamaan penentuan harga jual beras
Q
berdasarkan indikator bank dunia, dapat
Keterangan:
diturunkan sebagai berikut:
Pmiskin : Harga jual beras yang
terbentuk setara pendapatan Total Biaya + Margin
Harga Jual =
beras 480 Kg Produksi
Π : Pendapatan setara beras (kg)
N : Jumlah tanggungan keluarga Dengan mensubtitusikan asumsi-
P : Harga beras rata-rata yang asumsi yang ada kedalam persamaan diatas,
berlaku ditingkat Petani maka diperoleh persamaan baru, yaitu:
(Rp/Kg)
TC + π.n.30.6
TC : Total Biaya/Ha/MT PBD = Q
Q : Total Produksi/Ha/MT

89
Keterangan: dengan tingkat harga jual sebesar Rp
7.061/kg.
PBD : Harga beras yang terbentuk setara
pendapatan ketetapan bank dunia. 2. TPP penerimaan (Rp/ha/MT)
TC : Total Biaya/ha/MT (Rp/ha/MT) 𝑇𝐹𝐶
Π 𝑇𝑅𝑇𝑃𝑃 =
: Pendapatan setara beras (kg) 𝐴𝑉𝐶
N : Jumlah tanggungan keluarga 1− 𝑃
Q : Total Produksi/ha/MT. 381.549
=
Jika harga jual produk bisa 3.728
1 − 7.061
menghasilkan pendapatan, yang
diasumsikan lebih besar dari standar 381.549
pendapatan yang ditetapkan oleh Bank =
1 − 0,528
Dunia, yaitu sebesar $ US 2,00/jiwa/hari.
381.549
=
0,472
HASIL DAN PEMBAHASAN
= Rp 808.366,53/ha/MT
Berdasarkan tabel diketahui rata-rata Hasil dari keseluruhan perhitungan
total biaya produksi usahatani padi sawah titik pulang pokok (TPP) tersebut di
diseluruh lokasi penelitian sebesar Rp padukan, diperoleh grafik titik pulang
14.405.850/ha/MT yang terdiri atas rata-rata pokok (TPP) seperti pada gambar berikut:
biaya tetap sebesar Rp 381.549/ha/MT dan Berdasarkan hasil perhitungan Titik
rata-rata biaya variabel sebesar Rp Pulang Pokok (TPP) dan grafik Titik Pulang
14.024.301/ha/MT. Pokok (TPP),(Lampiran.1) menunjukan
Total penggunaan biaya produksi Titik Pulang Pokok (TPP) penerimaan
dihasilkan rata-rata produksi beras sebanyak sebesar Rp 808.366,53/ha/MT dicapai pada
3.761kg/ha/MT, dengan rata-rata tingkat saat produksi sebanyak 114, 48 kg/ha/MT
harga jual sebesar Rp 7.061/kg. Dari jumlah dengan tingkat harga jual beras sebesar Rp
produksi dan harga jual yang berlaku 7.061/kg.
diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis data
26.556.854/ha/MT, sehingga diperoleh rata- usahatani padi sawah, pada dasarnya petani
rata pendapatan usahatani padi sawah padi sawah dilokasi penelitian telah
sebesar Rp 12.151.004/ha/MT. mengelola usahataninya di atas titik pulang
Analisis titik pulang pokok pokok. Teridentifikasi dari rata-rata
produksi beras disemua lokasi penelitian
1. TPP produksi (kg/ha/MT) sebanyak 3.761 kg/ha/MT, dengan tingkat
TFC harga jual beras sebesar Rp 7.061/kg maka
QTPP = diperoleh penerimaan Rp
P − AVC 26.556.854/ha/MT. Dengan rata-rata
381.549 pendapatan usahatani padi sawah sebesar
=
7.061 − 3.728 Rp 12.151.004/ha/MT.
381.549 Penentuan Harga Jual Beras. Penentuan
=
3.333 harga jual beras yang dilakukan produsen,
umumnya dimaksudkan untuk memperoleh
= 114, 48kg/ha/MT
laba atau keuntungan, mengembalikan
investasi biaya yang dikeluarkan selama
Hasil perhitungan titik pulang pokok
proses produksi. Penentuan Harga jual beras
produksi volume penjualan beras di lokasi
yang digunakan Berdasarkan penetapan
penelitian adalah sebanyak 114, 48 kg/ha,
harga biaya plus (cost plus pricing method).
90
Tabel 4. Analisis Pendapatan usahatani Padi Sawah di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan
Witaponda Tahun 2017.

No Uraian Nilai (Rp/Ha/Mt)

(1) (2)
1 Produksi Beras (Kg) 3.762
2 Harga Beras Rata-Rata (Rp) 7.061
3 Penerimaan (Rp) 26.556.854
4 Biaya Produksi Usahatani
Biaya Tetap 381.549
- Biaya Pajak (Rp) 23.286
- Biaya Penyusutan Alat (Rp) 358.898
Biaya Variabel 14.024.301
- Biaya Benih (Rp) 202.172
- Biaya Pupuk (Rp) 1.417.732
- Biaya Pestisida (Rp) 1.623.597
- Biaya Tenaga Kerja (Rp) 10.780.799
5 Total Biaya Produksi (Rp) 14.405.850
6 Pendapatan Usahatani (Rp) 12.151.004

Penentuan harga jual beras ditetapkan rata-rata sebesar Rp 759.437,75 per jiwa/bulan.
berdasarkan tiga indikator. 1) Penentuan Relatif masih kecil dibandingkan dengan Upah
harga jual beras berdasarkan indikator Upah Minimum Regional (UMR) Sulawesi
Minimum Regional (UMR). 2) Penentuan Tengah (2017) yang saat ini sebesar
harga jual beras berdasarkan indikator Rp1.807.775 per bulan.
kriteria sajogyo tentang keluarga miskin. 3) Pendapatan rata-rata usahatani padi
Penentuan harga jual beras berdasarkan sawah sebesar Rp 759.437,75/jiwa/bulan
indikator bank dunia dimana pendapatan jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup
yang ditetapkan yaitu sebesar $ US 2, layak/minimum (KHL/KHM) selama satu
00/jiwa/hari. bulan untuk satu jiwa dalam (rupiah)
menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2017).
Penentuan Harga Jual Beras
Data kebutuhan hidup layak Sulawesi
Berdasarkan Indikator Upah Minimum
Tengah tahun 2015 yaitu sebesar Rp
Regional (UMR). Ditinjau dari besarnya
1.499.791/jiwa/bulan. Maka rata-rata
nilai pendapatan usahatani padi sawah yang
pendapatan usahatani padi sawah sebesar
rata-rata mencapai Rp 12.151.004/ha/MT,
Rp 759.437,75/jiwa/bulan, dikategorikan
dengan tingkat keuntungan yang diperoleh
masih berada di bawah kebutuhan hidup
mencapai 84, 35%. Pendapatan usahatani
layak.
tersebut masih relatif kecil, terutama jika
Berkaitan dengan hal tersebut jika
diperhitungkan dengan proses produksi
petani padi sawah dilokasi penelitian
dalam usahatani padi sawah, mulai dari
mengacu pada upah minimum Regional
pengolahan lahan sampai panen yang rata-
(UMR) Sulawesi Tengah (2017) sebesar Rp
rata mencapai 4 bulan. Rata-rata pendapatan
1.807.775/bulan, berikut dapat dihitung
usahatani padi sawah tersebut hanya sebesar
penentuan harga jual beras jika keuntungan
Rp 3.037.751 per bulan dan jika
petani padi sawah diasumsikan sebesar Rp
diperhitungkan jumlah tanggungan keluarga
1.807.775/bulan/jiwa adalah sebagai
termasuk kepala keluarga responden yang
berikut:
rata-rata sebanyak 4 orang, maka TC +6.UMR
pendapatan dari usahatani padi sawah ini PUMR = Q

91
Keterangan: disetarakan dengan nilai tukar beras.
PUMR : Harga beras yang terbentuk Dimana digunakan persamaan sebagai
setara UMR berikut:
UMR : Upah Minimum Regional TC + n . π. P
TC : Total Biaya/ha/MT (Rp/ha/MT) P miskin =
Q : Total Produksi/ha/MT. Q

Dari hasil analisis usahatani diketahui Keterangan:


total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp Pmiskin : Harga jual beras yang terbentuk
14.405.850/ha/MT, dengan jumlah produksi setara pendapatan beras 480 Kg
beras rata-rata sebanyak 3.762 kg/ha/MT,
dan besarnya upah minimum regional Π : Pendapatan setara beras (kg)
Sulawesi Tengah adalah sebesar Rp N : Jumlah tanggungan keluarga
1.807.775/bulan. Dari data tersebut maka
diperoleh harga ketetapan sesuai UMR P : Harga beras rata-rata yang berlaku
adalah sebagai berikut: ditingkat Petani (Rp/Kg)
14.405.850+6.(1.807.775) TC : Total Biaya/Ha/MT.
PUMR = 3.762
14.405.850+10.846.650 Q : Total Produksi/Ha/MT.
PUMR = 3.762
25.252.500 Sesuai dengan pendapatan rata-rata
PUMR = 3.762 usahatani padi sawah dari semua responden
PUMR = Rp 6.713/kg sebesar Rp 12.151.004/ha/MT. diasumsikan
Jadi harga jual beras yang ditetapkan dalam satu tahun bisa menanam padi sawah
berdasarkan Upah Minimum Regional sebanyak dua kali tanam, maka pendapatan
(UMR) Sulawesi Tengah tahun 2017 adalah selama satu tahun rata-rata sebesar Rp
sebesar Rp 6.713. 24.302.008. Selanjutnya diasumsikan harga
Berdasarkan rata-rata pendapatan beras yang berlaku sebesar Rp 7.061/kg,
usahatani padi sawah dilokasi penelitian maka pendapatan tersebut akan setara
sebesar Rp 12.151.004/ha/MT, diperoleh dengan 3.442 kg beras dan dengan rata-rata
pendapatan per rumah tangga per hari sejumlah 4 jiwa per rumah tangga
sebesar Rp 67.506/RT/hari. Dibandingkan responden, diperoleh pendapatan rata-rata
dengan pengeluaran rumah tangga yang sebanyak 860,43 kg setara beras per jiwa
sesuai dengan pendapatan setara beras per tahun. Fakta ini menunjukan bahwa
sebesar 860,43 kg/jiwa/tahun, maka petani responden rata-rata tergolong dalam
pengeluaran rumah tangga sebesar 9,43 kelompok cukup. Diasumsikan pendapatan
kg/RT/hari. Dikalikan dengan harga jual petani responden hanya berasal dari
beras yang diperoleh berdasarkan indikator usahatani padi sawah.
UMR sebesar Rp 6.713/kg diperoleh Jika ditinjau dari perhitungan
pengeluaran rumah tangga sebesar Rp responden usahatani padi sawah dan
63.304/RT/hari. Diartikan harga jual beras perhitungan pendapatan setara beras dan
yang ditetapkan berdasarkan indikator hendak mengacu pada kriteria sayogyo
UMR Sulawesi Tengah sesuai dengan (1980), dalam hal ini tetap berada pada
pengeluaran rumah tangga konsumen yang kelompok cukup atau meningkat menjadi
tidak melebihi pendapatan. kelompok kaya yaitu pendapatan setara
Penentuan Harga Jual Beras Berdasarkan dengan nilai tukar beras sebesar 480 sampai
Indikator Kriteria Sajogyo Tentang 960 kg/jiwa/tahun. Dari perhitungan
Keluarga Petani Miskin. Indikator untuk pendapatan setara beras diperoleh nilai
mengukur tingkat kemiskinan yang dikemukakan tukar beras sebesar 860, 43 kg/jiwa/tahun,
oleh sayogyo (1980), didasarkan pada jumlah maka harga jual beras dapat ditentukan
pendapatan per kapita per tahun yang sebagai berikut:
92
Diketahui: TC : Total Biaya/ha/MT (Rp/ha/MT)
Pendapatan (π) : 860, 43 kg/jiwa/tahun Π : Pendapatan setara beras (kg)
N : Jumlah tanggungan keluarga
P : Rp 7.061/kg
30 : Jumlah hari satu bulan
Q : 3.762 kg/ha/MT
6 : Waktu usahatani padi sawah/MT
TC : Rp 14.405.850/ha/MT. Q : Total Produksi/ha/MT.
Penyelesaian: Berdasarkan hasil analisis usahatani
14.405.850 + 4 (860,43)(7.061) padi sawah jika penentuan harga jual beras
P miskin =
3.762 dilokasi penelitian mengacu pada indikator
14.405.850 + 24.301.985 bank dunia, maka dapat dibuat simulasi jika
P miskin = keuntungan (π) petani diasumsikan sebesar
3.762 Rp 20.000/jiwa/hari, dengan 4 jiwa dalam
38.707.835 satu keluarga adalah sebagai berikut:
P miskin =
3.762 Diketahui:
P miskin = Rp 10.289/kg Pendapatan (π) : Rp 20.000/jiwa/hari
Q : 3.762 kg/ha/MT
Jadi harga jual beras yang ditetapkan TC : Rp 14.405.850/ha/MT.
berdasarkan indikator sajogyo tentang
keluarga petani miskin adalah sebesar Rp Penyelesaian:
10.289/kg, dengan harga yang telah 14.405.850 + 4 20.000 30.6
ditetapkan maka diperoleh pengeluaran PBD =
3.762
konsumen rumah tangga sebesar Rp 14.405.850 + 14.400.000
97.015/RT/hari, biaya pengeluaran lebih PBD =
3.762
besar dari pendapatan yaitu sebesar Rp 28.805.850
67.506/RT/hari. Jadi disimpulkan harga PBD =
3.762
yang terbentuk menguntungkan petani padi PBD = Rp 7.657/kg
sawah namun daya beli konsumen tidak
mampu untuk mencapainya. Jadi berdasarkan penentuan harga
Terlebih lagi jika dikaitkan dengan jual beras berdasarkan indikator Bank
tingkat daya beli masyarakat, harga yang Dunia pendapatan sebesar $ US 2,
ditetapkan berdasarkan kriteria sajogyo 00/jiwa/hari, diperoleh harga jual beras
berada diatas harga eceran tertinggi yang sebesar Rp 7.657/kg.
berlaku. Diartikan dengan harga beras Rp Jika dikaitkan dengan Harga Eceran
10.289/kg akan mengakibatkan daya beli Tertinggi (HET) untuk harga beras medium
masyarakat turun. dan beras premium di wilayah Sulawesi
Tengah tahun 2017 yang ditetapkan sebesar
Penentuah Harga Jual Beras Rp 9.450 per kilogram (kg) dan Rp 12.800
Berdasarkan Indikator Bank Dunia. per kilogram (kg), maka harga jual beras
Indikator untuk mengukur penentuan harga yang ditetapkan berdasarkan indikator bank
jual beras yang dikemukakan oleh Bank dunia dikatakan layak, karena harga yang
Dunia didasarkan pada jumlah standar terbentuk lebih rendah dari Harga Eceran
pendapatan yang ditetapkan oleh Bank Tertinggi.
Dunia, yaitu sebesar $ US 2, 00/jiwa/hari Harga beras berdasarkan Bank
atau sekitar Rp 20.000/jiwa/hari. Duniadiperoleh sebesar Rp 7.657/kg lebih
TC + π.n.30.6 rendah dari harga eceran tertinggi yang
PBD = Q berlaku. Diartikan dengan tingkat harga
Keterangan: yang ditetapkan akan meningkatakan daya
PBD : Harga beras yang terbentuk beli masyarakat terhadap komoditas beras.
setara pendapatan ketetapan Berdasarkan hasil perhitungan
bank dunia. penetapan harga jual beras yang layak di

93
wilayah Kabupaten Morowali yang 2. Titik Pulang Pokok Penerimaan (TPP
ditentukan berdasarkan penentuan harga penerimaan) di kecamatan Bumi raya
(Cost plus pricing method) dengan dan witaponda adalah sebesar Rp
penetapan harga berdasarkan indikator 808.366,53/ha/MT. TPP penerimaan
UMR Sulawesi Tengah, penetapan harga ini akan dicapai apabila produksi
berdasarkan indikator sajogyo tentang beras mencapai 144,48 kg/ha/MT dan
keluarga miskin dan penetapan harga dengan harga jual beras sebesar Rp
berdasarkan indikator bank dunia. Maka 7.061/kg.
diperoleh harga yang layak yaitu penetapan 3. Harga jual beras yang ditetapkan
harga berdasarkan indikator bank dunia dengan indikator UMR Sulawesi
sebesar Rp 7.657/kg, dimana harga yang Tengah sebesar Rp 6.713/kg,
terbentuk lebih rendah dari Harga Eceran berdasarkan kriteria sajogyo sebesar
Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450/kg dan Rp 10.289/kg dan berdasarkan
lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah indikator bank dunia sebesar Rp
(HPP). 7.657/kg. Hasil penetapan harga jual
beras berdasarkan ketiga indikator
KESIMPULAN
maka diperoleh harga jual beras yang
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian layak yaitu berdasarkan indikator
dan pembahasan maka dapat diambil bank dunia dimana harga yang
kesimpulan sebagai berikut: terbentuk lebih rendah dari Harga
1. Pendapatan usahatani padi sawah di Eceran Tertinggi sebesar Rp 9.450/kg
kecamatan Bumi raya dan witaponda dan lebih tinggi dari Harga Pembelian
adalah sebesar Rp 12.151.004/ha/MT. Pemerintah (HPP).

DAFTAR PUSTAKA

Agus. (2006), Dalam Fajar Andi Marjuki, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Harga Beras Diindonesia Tahun 1981-2006. Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah
Surakarta.

Badan Pusat Statistik. 2017. Indonesia Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik. Publikasi.
Indonesia

Fajar Andi Marjuki, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras Diindonesia
Tahun 1981-2006. Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Salembada empat; Jakarta.

Soekartawi, 2002.Analisis Usahatani.Ui Press.Jakarta

Suratiyah, K., 2006.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya.Jakarta.

Swastha, B., 1988. Pengantar Bisnis Moderen. Liberty.Yogyakarta

94
Lampiran.

P (Rp
7.061)

26.556.8 TR
54

LABA
14.405.85 TC
0

14.024.30 VC
1

TPP
808.366,5
3
RUGI
381.549 FC

0 144, 3.76 Q(Kg


48 2 )

95

Anda mungkin juga menyukai