Anda di halaman 1dari 22

Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Pendukung Lainnya oleh

PT. Mustika Indah Permai di Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

(ANDAL)

DISUSUN OLEH :

Raspuji Ramadhanti

PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung, Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................................... 5

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja ........................................................................ 6
B. Manfaat dan Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik ............................................. 8
C. Perbedaan Pengukuran Kinerja Sektor Publik dan Sektor Bisnis ............................. 11
D. Kendala dalam Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik .................................. 11
E. Sistem Pengukuran Kinerja............................................................................................. 13
F. Teknologi Pengukuran Kinerja ....................................................................................... 15
G. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ...................................... 17
H. Langkah-Langkah Pengukuran Kinerja Sektor Publik ................................................ 17

BAB III. PENUTUPAN


A. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 31
B. REFERENSI PUSTAKA .................................................................................................. 32
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu komoditi tambang terbesar yang ada di Indonesia.
Berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM Republik Indonesia tahun 2021,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan mencapai 38,84 miliar ton, selain itu juga
sumber daya batubara yang tercatat mencapai sebesar 143,7 miliar ton. Rata-rata
tingkat produksi batubara adalah sebesar 558 juta ton pertahun dan ditargetkan akan
ditingkatkan mencapai produksi sebesar 625 juta ton pertahun. Sehingga diperkirakan
umur cadangan batubara Indonesia masih sekitar 65 tahun, dimana sebagian besar
cadangan batubara tersebut berada di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
PT. Mustika Indah Permai (MIP) merupakan salah satu perusahaan nasional yang
bergerak dibidang pertambangan batubara yang telah melakukan kegiatan eksplorasi
dan produksi batubara di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Sejak tahun 2005, MIP
telah memulai kegiatan eksplorasi pertambangan untuk bahan galian batubara
berdasarkan Keputusan Bupati Lahat No. 540/65/KEP/PERTAMBEN/2005 untuk
wilayah pertambangan seluas 2.742 Ha, namun pada tahun 2010 berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Lahat No. 503/188/KEP/PERTAMBEN/2010, terdapat perubahan
luas wilayah IUP menjadi 2.000 Ha yang terletak di Kecamatan Merapi Barat dan
Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Formasi pembawa
batubara yang terdapat di areal IUP MIP adalah Formasi Muaraenim yang mempunyai
penyebaran hampir 95% dari luas areal IUP, dimana lapisan batubara yang terdapat
di areal IUP MIP terdiri dari 9 lapisan dari paling atas, yaitu lapisan A1, A2, B, C (C1,
C2, C3), D, E1 dan E2 , dimana lapisan A1, A2, B, dan lapisan C sebagai lapisan
utama (main seam).
Seiring dengan dilakukannya pemutakhiran data estimasi sumberdaya dan estimasi
cadangan batubara pada tahun 2019, dan optimalisasi produksi batubara, kemudian
MIP berencana melakukan penyesuaian kegiatan pertambangan dan telah memiliki
dokumen kajian kelayakan kegiatan pertambangan batubara PT. MIP. Berdasarkan
hasil studi kelayakan tersebut, MIP berencana untuk melakukan beberapa perubahan
kegiatan pertambangan dan mengintegrasikan dokumen lingkungan sebelumnya
yang telah dimiliki. Penyesuaian kegiatan pertambangan selain untuk
mengoptimalisasi cadangan batubara yang ada, namun bertujuan meminimalisasi
dampak lingkungan yang timbul atas rencana usaha/kegiatan penambangan tersebut.
Oleh karena itu, kajian dalam dokumen AMDAL ini akan mencakup kegiatan
pertambangan eksisting baik yang telah dilingkup pada AMDAL sebelumnya, maupun
perubahan pada lingkup kegiatan yang baru.
Penyesuaian kegiatan pertambangan MIP mencakup rancangan bukaan tambang,
penyesuaian infrastruktur tambang berupa relokasi dan perubahan desain, dan
pembangunan infrastruktur baru yang diperlukan untuk mendukung kegiatan logistik
transportasi batubara. Perbandingan perubahan rencana kegiatan dan/atau usaha
pertambangan MIP dan peta perubahan kegiatan pertambangan batubara MIP adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.1. Perbandingan Perubahan Rencana Kegiatan dan/atau Usaha Pertambangan MIP
Besaran Kegiatan Mengacu Besaran Kegiatan Mengacu
No Uraian Dokumen Lingkungan Pada Studi Kelayakan 2022
Sebelumnya (Rencana Pengembangan)
Dokumen AMDAL SK No. 311/KEP/BLH-4/2015:
A.
Peningkatan Kapasitas Produksi 10 juta ton/tahun
1. Potensi Batubara  Estimasi Sumberdaya Terjadi penambahan potensi
(Terukur,Tertunjuk, Tereka): batubara di lokasi IUP MIP
287,5 juta

2. Kapasitas Produksi  Kapasitas produks maksimal Kapasitas produksi tetap


sebesar 10 juta ton/tahun maksimal sebesar 10 juta
ton/tahun
3. Umur Tambang /  Hingga tahun 2048 Umur tambang tetap hingga tahun
Life of Mine (LOM) 2048
4. Luas dan Izin IUP  Luas kawasan IUP: 2.000 Ha, Luas kawasan IUP tetap: 2.000
Berlokasi di Kecamatan Ha,
Merapi Timur dan Berlokasi di Kecamatan Merapi
Merapi Barat, Timur dan Merapi Barat,
Kabupaten Lahat, Provinsi Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan Sumatera Selatan
5. Luas Pit  Luas Pit tambang sebesar Terjadi penambahan luas pit
767 Ha tambang menjadi 792,68 Ha
6. Luas Area  Area disposal hanya berada  Area disposal terdiri dari 2 lokasi
Disposal di lokasi IUP MIP yaitu di dalam IUP dan di
 Luas area disposal sebesar luar IUP MIP (IUP PT. BSR di
411 Ha sisi
Barat Daya IUP MIP).
 Terjadi penambahan luas area
disposal;
 In Pit Disposal: 446,89 Ha
 Out Pit Disposal: 527, 94
Ha Di dalam IUP: 273,30
Ha
Di luar IUP: 254,64 Ha
7. Luas Void (lubang Luas Void yang terbentuk Terjadi penambahan luas Void
pasca tambang) sebesar 147 Ha yang terbentuk menjadi sebesar
286,08 Ha
8. Luas Area Total luas area terganggu Terjadi pengurangan luas area
Terganggu sebesar 1.223 Ha terganggu menjadi 1.148 Ha
9. Tujuan Akhir  Ke PLTU mulut tambang Tujuan pengiriman batubara
Pengiriman yang terdapat perubahan, yaitu:
Batubara berjarak ±7 km  Pelabuhan muat khusus
Pengangkutan ke konsumen batubara milik pihak lain,
melalui jalan angkut batubara seperti Pelabuhan Rantai
milik PT. Servo Lintas Raya Mulia Kencana (RMK),
dan Sungai Lematang Pelabuhan Swarnadwipa
Dermaga Jaya (SDJ) dan
Pelabuhan khusus lainnya
10. Pengalihan Sungai

A. Sungai Puntang Panjang sungai awal: Terjadi pengurangan


 Tahap 1: 3.100 m panjang sungai yang
 Tahap 2: 5.500 m dialihkan, yaitu Panjang sungai
 Tahap 3: 2.750 m awal (rona):
 Total: 11.350 m  Total: 3.600 m

Panjang sungai akhir : Panjang sungai akhir (pengalihan):


 Tahap 1: 1.750 m Total: 1.220 m
 Tahap 2: 2.764 m
 Tahap 3: 240 m
Total : 4.754 m
B. Sungai Kili Panjang sungai awal: Terjadi penambahan
 Total: 8.180 m panjang sungai yang
dialihkan, yaitu Panjang sungai
Panjang sungai akhir: awal (rona):
Total: 2.785 m  Total: 7.200 m
Panjang sungai akhir (pengalihan):
Total: 5.570 m
11. Sarana Pendukung:
 Jalan Akses Jalan angkut material dan jalan Jalan akses tambang tetap di
Tambang angkut batubara dari pit ke dalam lokasi IUP, untuk jalan
ROM/CPP Stockpile angkut material tambang dan
batubara
 Settling Pond Jumlah settling pond: 1 unit Terdapat penambahan jumlah
Kapasitas: 665.000 m3 settling pond menjadi 13 unit dan
Total luas lahan yang tersebar dibeberapa lokasi, yaitu
dibutuhkan: 43 Ha di dalam IUP (9 unit), dan area
Letak: di bagian Utara pit tambang infrastruktur (4 unit) dengan
kapasitas total sebesar 1.061.400
m3 yang terletak tersebar di
sekitar areal pit, disposal dan area
infrastruktur. Setling pond pada
area pit bersifat sementara dan
permanen.
 Coal Processing  Sebanyak 1 unit (sudah Terdapat penambahan jumlah
Plant (CPP) beroperasi dengan kapasitas CPP:
750 ton/jam)  Jumlah: 3 unit
 Kapasitas: 1.200 ton/jam  CPP Utara: sebanyak 1 unit
Lokasi: Sisi Utara IUP berkapasitas 500 ton/jam
 CPP Selatan: sebanyak 2 unit
berkapasitas masing-
masing
1.000 ton/jam
 Underpass
Overland Conveyor
 Sarana Terdiri dari kantor, workshop, Pemindahan lokasi fasilitas
pendukung lainnya bengkel alat berat, pos seperti workshop, bengkel alat
keamanan, gudang bahan berat, gudang bahan peledak dan
peledak penambahan fasilitas seperti
sebelumnya yang terdiri dari
kantor, workshop, bengkel alat
berat, pos keamanan) dan akan
ditambahkan fasilitas sehubungan
dengan adanya perubahan
pengiriman akhir batubara
diantaranya:
 Underpass
Overland Conveyor
12.  Kondisi Eksisting  Produksi Batubara: 3,5 juta Realisasi hasil kegiatan
(Hingga tahun ton pertambangan batubara:
2021)  Luas lahan timbunan tanah  Produksi batubara baru
pucuk: 1 Ha mencapai 29,26% dari rencana
 Volume pengambilan tanah produksi penambangan di
pucuk: 25.410 bcm tahun 2015
 Luas lahan timbunan batuan  Luas lahan timbunan tanah
penutup: 79,25 Ha pucuk yang digunakan sebesar
 Volume batuan penutup: 7,42 3,7% dari total rencana
juta ton kebutuhan luas lahan topsoil
 Jumlah KPL eksisting  Volume tanah pucuk yang
sebanyak 4 unit yang sudah diambil sebesar 2,1%
tersebar pada lokasi CPP, dari total rencana pengupasan
area pit dan area disposal tanah pucuk
dengan total kapasitas
eksisting 51.800 m3
 Total luas lahan untuk KPL
yaitu 11,32 Ha
 CPP eksisting berada di  Luas lahan timbunan batuan
sebelah Utara berkapasitas penutup yang telah digunakan
750 ton/jam (kapasitas CPP sebesar 55,1% dari total
terbangun sebesar 62,5% rencana kebutuhan luas lahan
dari total kapasitas rencana) disposal
 Jumlah tenaga kerja Volume batuan penutup yang telah
eksisting: 333 orang; dimana dipindahkan sebesar 11% dari
234 orang (70%) berasal dari rencana produksi
masyarakat lokal. Realisasi
penerimaan tenaga kerja
operasi sebesar
52,5% dari rencana.
Dokumen AMDAL SK No. 313/KEP/BLH-4/2015:
B Kegiatan Pembangunan Sarana Pendukung Kegiatan Operasional Batubara dan Logistik
1.  Jalan akses Jalan Akses Utara: Jalan akses Utara tetap sepanjang
Utara Panjang jalan: 15 km 15 km menuju ke Pelabuhan
Lebar jalan: 30 m Swarnadarma Jaya
Perkerasan: Crushed rock
 Kondisi Eksisting  Masih berada pada tahap Tidak ada perubahan
pra- rencana kegiatan
konstruksi pengadaan lahan,
dengan lahan telah
dibebaskan: 6 km dari total
15 km
 Rute: dari Stockpile ke
 Lokasi jalan akses berada di
Desa Arahan, Desa Tanjung
Lontar, Desa Sengkuang,
Desa Nanjungan, dan Desa
Tanjung Jambu, Kecamatan
Merapi Timur, Kabupaten
Lahat
Kondisi lapangan berupa kebun
milik masyarakat
Dokumen UKL-UPL SK No. 503.4/003/KEP/DPM-PTSP/2018:
C
Kegiatan Pembangunan Jalan Angkut dan Jembatan Batubara
1.  Jalan Angkut  Panjang jalan angkut: ±2,60 Jalan ke arah Selatan IUP tetap
km dan telah beroperasi
 Lebar jalan angkut: ±15 m
Jumlah jalur: 2 jalur dan 2 arah
2.  Jembatan  Panjang jalan angkut: ±90 km Jembatan Telatang telah berada
 Lebar jalan angkut: ±12 m pada tahap operasi
 Jumlah jalur jalan: 2 jalur dan
2 arah
 Lokasi: Desa Telatang, dan
Desa Muara Maung,
Kecamatan Merapi Barat,
Kabupaten Lahat
B. Rumusan Masalah

Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertambangan batubara hingga mencapai


produksi 10 juta ton/tahun dan mengoptimalkan konservasi sumberdaya batubara yang ada
di lokasi IUP MIP, maka pemrakarsa berencana melakukan penyesuaian terhadap kegiatan
penambangan dan peningkatan pada fasilitas pendukung lainnya. Rencana usaha
dan/atau kegiatan yang dikaji dalam dokumen AMDAL ini merupakan integrasi dari
beberapa dokumen lingkungan sebelumnya dan ditambah dengan rencana perubahan
kegiatan berdasarkan Studi Kelayakan Tahun 2022. Beberapa perubahan kegiatan yang
dimaksud antara lain:
1. Pembangunan Infrastruktur Utama Tambang, antara lain:
a. Pembangunan Jalan Angkut Batubara di Low wall dari Pit – Lokasi CPP/ROM
Stockpile yang berada di Selatan IUP;
b. Pembangunan jalan akses Selatan, berupa pembangunan Underpass yang
memotong jalan provinsi dan jalan angkut batubara menuju ke Stasiun Kereta Api
Merapi dengan terdapat jalan percabangan, dimana jalan pertama lurus melewati
perlintasan sebidang dengan rel kereta api dan jalan kedua menuju ke jalan angkut
eksisting milik PT. MAS;
c. Pembangunan pabrik pengolahan batubara/CPP di Utara dan Selatan IUP, serta
merelokasi CPP eksisting ke bagian Utara;

d. Pembangunan ban berjalan/overland conveyor dari lokasi CPP/ROM stockpile


Selatan menuju ke Stasiun Kereta Api Merapi;
e. Pembangunan gudang bahan peledak;
2. Pembangunan Infrastruktur Pendukung, antara lain:
a. Pembangunan kantor tambang dan mess pekerja di sisi Selatan IUP;
b. Pembangunan bengkel alat berat/workshop dan gudang di sisi Selatan IUP;
c. Pembangunan kolam pengendapan lumpur (KPL) di area tambang sebanyak 9 unit
dan kolam pengendap di area infrastruktur sebanyak 1 unit;

d. Pembangunan bangunan pendukung lainnya, seperti laboratorium, mushola, rumah


genset, tangki bahan bakar, IPAL, TPS sampah domestik, TPS limbah B3 dan
bangunan lainnya.
e. Merelokasi infrastruktur utama dan pendukung tambang eksisting yang terkena
rencana bukaan tambang diantaranya kantor tambang, workshop, mess karyawan
dan kontraktor pelaksana, bengkel alat berat dan gudang.
3. Perubahan desain pengalihan Sungai Puntang dan Sungai Kili yang berada di dalam IUP
MIP;
4. Optimalisasi kegiatan penambangan sesuai dengan studi kelayakan tahun 2022;
5. Integrasi perubahan rencana kegiatan, rencana pengelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan dari dokumen lingkungan sebelumnya dengan dokumen AMDAL baru.

C. Tujuan dan Manfaat


I. Tujuan

Rencana kegiatan pertambangan batubara dan fasilitas pendukung lainnya oleh PT.
Mustika Indah Permai bertujuan untuk:
a) Melaksanakan usaha pertambangan batubara sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan berpedoman pada prinsip pengelolaan kelestarian lingkungan yang
berkelanjutan;
b) Memenuhi permintaan kebutuhan batubara baik di dalam dan luar negeri.

II. Manfaat

Adapun manfaat rencana kegiatan pertambangan batubara dan fasilitas pendukung


lainnya oleh PT. Mustika Indah Permai diharapkan secara langsung dirasakan oleh
masyarakat sekitar Kecamatan Merapi Barat dan Kecamatan Merapi Timur,
Kabupaten Lahat khususnya, dan masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya.
Beberapa manfaat yang bisa dirasakan antara lain yaitu:
1) Manfaat Bagi PT. Mustika Indah Permai: menjadi perusahaan pertambangan
batubara nasional yang dapat berdampak pada peningkatan produktivitas, nilai
tambah, efisiensi dan pendapatan ekonomi wilayah.
2) Manfaat Bagi Masyarakat Sekitar
a. Timbulnya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, khususnya di bidang
pertambangan batubara guna mendorong tumbuh berkembangnya
perekonomian masyarakat;
b. Memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi
pertambangan dalam rangka meningkatkan akses masyarakat dalam
memperoleh pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan kualitas penghidupan yang
lebih baik;
c. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia bagi masyarakat sekitar;
d. Meningkatnya kualitas dan kuantitas terhadap fasilitas umum dan sosial
masyarakat melalui program community development dan CSR yang terarah dan
berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas.
3) Manfaat Bagi Pemerintah Kabupaten Lahat dan Provinsi Sumatera Selatan
a. Mendorong kegiatan investasi di wilayah Kabupaten Lahat dan Provinsi Sumatera
Selatan, khususnya di bidang pertambangan dan energi;
b. Turut serta dalam pembenahan lingkungan yang akan meningkatkan citradaerah;
c. Turut serta berkontribusi dalam penerimaan devisa negara serta Pendapatan Asli
Daerah (PAD) bagi Pemerintah Kabupaten Lahat dan Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
d. Mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi sumber daya mineral (tambang
batubara) guna mendukung kesinambungan pembangunan daerah;
BAB II
PEMBAHASAN

EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

Evaluasi dampak menguraikan hasil telaahan interaksi seluruh dampak penting hipotetik dalam
rangka penentuan karakteristik dampak Rencana Kegiatan Pertambangan dan Fasilitas
Pendukung Lainnya oleh PT Mustika Indah Permai di Kecamatan Merapi Barat dan Merapi
Timur, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan secara total terhadap lingkungan.
Telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik dilakukan terhadap
komponen kegiatan penyebab dampak dan komponen lingkungan terkena dampak. Proses
evaluasi diawali dengan penelaahan dan penelusuran terhadap arah dan kecenderungan
besaran dan pentingnya dampak secara holistik dalam satu kesatuan sistem rencana kegiatan
proyek yang didasarkan pada hasil prakiraan dampak, batas lingkup waktu (kerangka waktu
umur kegiatan), dan lingkup batas wilayah studi yang telah ditetapkan.

A. Telaahan Keterkaitan Dan Interaksi Seluruh Dampak Penting Hipotetik (DPH)


Telaahan dilakukan secara holistik dan terpadu, yaitu telaahan secara totalitas dampak
lingkungan hasil prakiraan dampak terhadap komponen kegiatan sebagai sumber penyebab
dampak dan komponen lingkungan terkena dampak (positif/negatif) sebagai satu kesatuan yang
saling mempengaruhi dan saling terkait. Telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak
penting hipotetik dilakukan dengan memakai Metoda Network/bagan alir (Metode Sorensen),
berupa susunan daftar aktivitas proyek yang saling berhubungan dan komponen-komponen
lingkungan yang terkena dampak. Kemudian dari kedua daftar tersebut disusun lagi hingga
dapat menunjukkan aliran dampak yang dimulai dari suatu aktivitas proyek. Susunan aliran
dampak ini menggambarkan adanya dampak langsung dan tidak langsung serta hubungan
antara komponen-komponen lingkungan sehingga dapat dievaluasi dampak secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting tersebut dapat
disajikan informasi:
a) Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi dampak penting beserta karakteristiknya,
b) Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak menimbulkan
dampak lingkungan,
c) Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns) beserta luasannya
(lokal, regional, nasional).
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui keterkaitan dan interaksi antar dampak penting
hipotetik. Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi Dampak Penting Hipotetik (DPH) beserta
karakteristiknya antara lain frekuensi terjadinya dampak, durasi dan intensitas dampak dijabarkan
sebagai berikut :
A. Berdasarkan matriks evaluasi dampak penting pada Tabel dilihat bahwa 5 (lima) peringkat
komponen lingkungan yang mengalami perubahan berdasarkan frekuensi terbanyak adalah :
1) Komponen sosial ekonomi budaya yaitu dampak perubahan persepsi masyarakat. Dampak
perubahan persepsi masyarakat tersebut terjadi pada 4 (empat) tahapan kegiatan yaitu
tahap pra-konstruksi sebanyak 1 kegiatan yaitu sosialisasi rencana kegiatan, tahap
konstruksi sebanyak 2 kegiatan yaitu penerimaan tenaga kerja dan pengalihan sungai, tahap
operasi sebanyak 1 kegiatan yaitu penerimaan tenaga kerja, dan tahap pasca operasi
sebanyak 1 kegiatan yaitu penutupan dan pengembalian lahan.
2) Komponen geo-fisik-kimia yaitu dampak penurunan kualitas air permukaan. Dampak
penurunan kualitas air permukaan tersebut terjadi pada 2 (dua) tahapan kegiatan yaitu
tahap konstruksi sebanyak 1 kegiatan yaitu pengalihan sungai dan di tahap operasi
sebanyak 5 kegiatan diantaranya Pengupasan dan Penempatan Lapisan Tanah Pucuk,
Pengupasan dan Penimbunan Batuan Penutup, Pengolahan Batubara, Pengangkutan Hasil
Tambang, dan Pengoperasian Sarana dan Prasarana Tambang.
3) Komponen biologi yaitu dampak perubahan keanekaragaman biota perairan. Dampak
perubahan keanekaragaman biota perairan tersebut terjadi pada 2 (dua) tahapan kegiatan
yaitu tahap konstruksi sebanyak 1 kegiatan yaitu pengalihan sungai dan di tahap operasi
sebanyak 5 kegiatan diantaranya Pengupasan dan Penempatan Lapisan Tanah Pucuk,
Pengupasan dan Penimbunan Batuan Penutup, Pengolahan Batubara, Pengangkutan Hasil
Tambang, dan Pengoperasian Sarana dan Prasarana Tambang.
4) Komponen geo-fisik-kimia yaitu dampak peningkatan kebisingan. Dampak peningkatan
kebisingan tersebut terjadi pada 2 (dua) tahapan kegiatan yaitu tahap konstruksi sebanyak 1
kegiatan yaitu Pembangunan Infrastruktur Utama Tambang dan di tahap operasi sebanyak 2
kegiatan Pengupasan dan Penimbunan Batuan Penutup dan Pengangkutan Hasil Tambang.
5) Komponen geo-fisik-kimia yaitu dampak perubahan bentang alam. Dampak perubahan
bentang alam tersebut terjadi pada tahap operasi sebanyak 3 kegiatan diantaranya
Pengupasan dan Penempatan Lapisan Tanah Pucuk, Pengupasan dan Penimbunan
Batuan Penutup, dan Penggalian Batubara.

B. Selain adanya akumulasi dampak dari beberapa komponen kegiatan yang berlangsung
bersamaan juga terdapat keterkaitan dan interaksi antar dampak penting hipotetik
sebagaimana ditunjukan pada Gambar 7.1 Bagan Alir Evaluasi Dampak Penting Kegiatan
:

Pertambangan dan Fasilitas Pendukung Lainnya oleh PT Mustika Indah Permai (Metode
Sorensen Modifikasi), yang dijabarkan sebagai berikut :
1) Dampak perubahan persepsi masyarakat merupakan dampak langsung dari kegiatan
sosialisasi rencana kegiatan di tahap pra-konstruksi dan dari kegiatan penutupan tambang
dan pengalihan lahan di tahap pasca operasi. Selain sebagai dampak langsung dampak
perubahan persepsi masyarakat juga merupakan dampak turunan dari beberapa dampak
primer baik di tahap konstruksi dan operasi yang saling terkait diantaranya dampak
terbukanya kesempatan kerja dan dampak peningkatan kesempatan berusaha.
2) Dampak perubahan tingkat pendapatan memiliki keterkaitan sebagai dampak turunan
(sekunder) yang berasal dari dampak-dampak primer baik di tahap konstruksi dan operasi
yang saling terkait diantaranya dampak terbukanya kesempatan kerja dan dampak
peningkatan kesempatan berusaha.
3) Dampak peningkatan prevalensi penyakit memiliki keterkaitan sebagai dampak turunan
(sekunder) yang berasal dari dampak-dampak primer baik di tahap konstruksi dan operasi
yang saling terkait diantaranya dampak penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan
dan peningkatan getaran.
4) Dampak perubahan keanekaragaman biota perairan memiliki keterkaitan sebagai dampak
turunan (sekunder) yang berasal dari dampak primer baik di tahap konstruksi dan operasi
yang saling terkait yaitu dampak penurunan kualitas air permukaan.
5) Dampak peningkatan erosi dan sedimentasi memiliki keterkaitan sebagai dampak turunan
(sekunder) yang berasal dari dampak primer di tahap operasi yang saling terkait yaitu
dampak perubahan bentang alam dan dampak penurunan kualitas tanah.
6) Dampak timbulnya keresahan masyarakat memiliki keterkaitan sebagai dampak turunan
(tersier) yang berasal dari dampak-dampak sekunder baik di tahap konstruksi dan operasi
yang saling terkait diantaranya dampak perubahan persepsi masyarakat dan perubahan
tingkat pendapatan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan Kelayakan Lingkungan Hidup


Berdasarkan uraian tentang rencana kegiatan dan memperhatikan kondisi Rona Lingkungan
Hidup Awal, serta dengan mempertimbangkan kajian Prakiraan Dampak Penting dan Evaluasi
Secara Holistik terhadap dampak lingkungan akibat kegiatan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa dampak-dampak negatif penting yang akan terjadi masih dapat dikurangi, dicegah dan
ditanggulangi, sedangkan dampak positif penting dapat dikembangkan dengan pengelolaan
lingkungan melalui pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi dan pendekatan institusi.
Dengan mempertimbangkan 10 (sepuluh) kriteria kelayakan lingkungan, sebagai berikut:

NO Kriteria Kelayakan Pernyataan


1 Rencana tata ruang sesuai ketentuan Kesesuaian Tata Ruang untuk Rencana Kegiatan
peraturan per undang-undangan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Pendukung
Lainnya oleh PT. MIP berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lahat Nomor 11 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lahat Tahun 2012 – 2032, bahwa Kawasan
Peruntukan Pertambangan Mineral dan Batubara
meliputi Kecamatan Merapi Timur, Kecamatan
Merapi Barat, Kecamatan Merapi Selatan dan
Kecamatan Lahat dan Surat Persetujuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Untuk
Kegiatan Berusaha Nomor 28122110211604004
tertanggal 28 Desember 2021 yang diterbitkan
oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional yang menyatakan
bahwa lokasi IUP PT. MIP berada pada kawasan
peruntukan pertambangan batubara dengan
skala usaha termasuk kategori skala besar.
Dengan demikian, rencana Kegiatan
Pertambangan Batubara dan Fasilitas Pendukung
Lainnya PT. MIP pada wilayah IUP seluas 2.000
Ha telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
Selain itu, berdasarkan peta kawasan hutan,
wilayah IUP dari PT. MIP termasuk kategori area
penggunaan lain (APL) dengan penutupan lahan
saat ini berupa lahan terbuka, belukar tua, kebun
campuran, kebun sawit dan wilayah hutan.
Sementara itu, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.
SK.6982/Menhut-VII/IPSDH/2014 tentang Peta
Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan
dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan
Area Penggunaan Lain (Revisi VII), wilayah IUP
PT. MIP tidak tumpang tindih dengan kawasan
hutan yang termasuk dalam lokasi penundaan izin.
Berdasarkan hasil overlay tapak proyek dengan
peta kawasan lindung dan daerah konservasi,
tidak teridentifikasi kawasan tersebut yang secara
langsung atau pun tidak langsung terpengaruh
oleh rencana kegiatan.
2 Kebijakan di bidang perlindungan dan Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan
pengelolaan lingkungan hidup serta lingkungan; sesuai dengan tujuan pelaksanaan
sumber daya alam yang diatur dalam kegiatan.
peraturan perundang- undangan
3 Kepentingan pertahanan keamanan Pengembangan pertambangan PT MIP tidak terkait
secara langsung dengan aspek pertahanan dan
keamanan
4 Prakiraan secara cermat mengenai  Aspek fisik : Pada prinsipnya telah
besaran dan sifat penting dampak dari dilakukan kajian teknis dan Andalalin,
aspek biogeofisik kimia, sosial, selain itu telah dilakukan prakiraan secara
ekonomi, budaya, tata ruang, dan cermat terhadap besaran dampak
kesehatan masyarakat pada tahap lingkungan untuk komponen fisik, dimana
prakonstruksi, konstruksi, dan dampak-dampak tersebut dapat dikelola
operasional usaha dan/atau kegiatan. melalui pendekatan teknologi, sosial dan
institusi.
 Aspek kimia: Telah dilakukan prakiraan
secara cermat terhadap besaran dampak
lingkungan untuk komponen kimia,
dimana dampak-dampak tersebut dapat
dikelola melalui pendekatan teknologi.
 Aspek biologi : Terdapat entitas biologi
yang dilindungi, namun dapat dikelola.
 Aspek Sosial Ekonomi Budaya :
Perekrutan tenaga kerja pada tahap
konstruksi dan operasi akan dilakukan
dengan memprioritaskan tenaga kerja
lokal untuk dapat bekerja, selain itu telah
dilakukan prakiraan secara cermat
terhadap besaran dampak lingkungan
untuk komponen social ekonomi budaya,
dimana dampak-dampak tersebut dapat
dikelola melalui pendekatan sosial dan
institusi.

 Aspek kesehatan masyarakat : telah


dilakukan prakiraan secara cermat
terhadap besaran dampak lingkungan
untuk komponen kesehatan masyarakat,
dimana dampak- dampak tersebut dapat
dikelola melalui pendekatan teknologi,
sosial dan institusi.
5 Hasil evaluasi secara holistik terhadap Dari hasil evaluasi holistik terlihat bahwa terdapat
seluruh dampak penting sebagai hal-hal yang dianggap sebagai critical point yaitu:
sebuah kesatuan yang saling terkait dampak perubahan persepsi masyarakat,
dan saling mempengaruhi sehingga penurunan kualitas air permukaan, perubahan
diketahui perimbangan dampak penting keanekaragaman biota perairan dan perubahan
yang bersifat positif dengan bentang alam.
yang bersifat negatif.
6 Kemampuan pemrakarsa dan/atau Pengelolaan yang dilakukan dapat di
pihak terkait yang bertanggung jawab implementasikan karena sudah sesuai dengan
dalam menanggulangi dampak kemampuan pemrakarsa yaitu dengan melakukan
penting negatif yang akan ditimbulkan pendekatan teknologi, sosial, dan institusi.
dari usaha dan/atau kegiatan yang Pemrakarsa akan bertanggung jawab dalam
diren- canakan dengan pendekatan menanggulangi dampak negatif yang akan
teknologi, sosial, dan kelembagaan. ditimbulkan dari rencana kegiatan berdasarkan RKL
RPL yang telah dibuat disertai Pernyataan
Komitmen Pelaksanaan RKL RPL bermaterai
7 Rencana usaha dan\atau kegiatan Secara umum Kegiatan Pertambangan dan Fasilitas
tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau Pendukung Lainnya oleh PT MIP ini tidak
pandangan masyarakat menganggu secara signifikan terhadap nilai-nilai
sosial atau pandangan masyarakat yang selama ini
berlaku (emic view)
8 Rencana usaha dan/atau kegiatan Secara umum Kegiatan Pertambangan dan Fasilitas
tidak mempengaruhi dan/atau Pendukung Lainnya oleh PT MIP tidak akan
mengganggu entitas ekologis yang mempengaruhi dan/atau mengganggu secara
merupakan: signifikan terhadap entitas ekologis yang
 Entitas dan/atau spesies merupakan spesies kunci (endemik, dilindungi,
kunci (key species) langka), spesies yang memiliki ekonomi penting,
 Memiliki nilai penting secara dan spesies yang memiliki fungi ekologis dan
ekologis (ecological importance) ilmiah.
 Memiliki nilai penting secara
ekonomi (economic importance)
 Memiliki nilai penting secara ilmiah
(scientific importance)
9 Rencana Usaha dan atau kegiatan Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
tidak menimbulkan gangguan mengganggu kegiatan yang telah ada, karena di
terhadap usaha dan/atau kegiatan sekitar tidak ada kegiatan yang signifikan akan
yang telah berada di sekitar rencana terpengaruh atau mempengaruhi Kegiatan
lokasi usaha dan atau kegiatan Pertambangan dan Fasilitas Pendukung Lainnya
oleh PT MIP

10 Tidak terlampauinya daya dukung dan Belum adanya penetapan daya dukung dan daya
daya tampung lingkungan hidup dari tampung lingkungan di Kabupaten Lahat,
lokasi rencana usaha dan atau sehingga tidak dapat dinyatakan “sudah atau
kegiatan, dalam hal terdapat perhi- belum terlampaui” dengan adanya Kegiatan
tungan daya dukung dan Pertambangan dan Fasilitas Pendukung Lainnya
daya tampung lingkungan dimaksud. oleh PT MIP
Dengan demikian, maka kegiatan Rencana Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas
Pendukung Lainnya oleh PT. Mustika Indah Permai termasuk sebagai kegiatan yang tergolong
layak lingkungan hidup untuk dilaksanakan dengan syarat melaksanakan Pengelolaan Lingkungan
dan Pemantauan Lingkungan hidup sesuai dengan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
DAFTAR PUSTAKA

ANDAL Rencana Kegiatan Pertambangan dan Fasilitas Pendukung Lainnya oleh


PT Mustika Indah Permai di Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur, Kabupaten Lahat,
Provinsi Sumatera Selatan

Anda mungkin juga menyukai