Disusun oleh:
Nama: Abie Badhurahman
NIM : 121 08 018
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi‘ karena atas berkah
dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek dan Pembuatan
Laporan Kerja Praktek ini. Laporan ini berisi mengenai tinjauan lapangan dan
analisa terhadap pelaksanaan kegiatan penyaliran tambang pada Departemen
Mine Pit Service, Divisi Mine Operation, PT Trubaindo Coal Mining yang dilakukan
pada 6 Juni 2011 sampai dengan 18 Juli 2011.
Abie Badhurahman
Penulis
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Tempat dan Waktu
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Metodologi Pelaporan
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan
2.2 Lokasi Penambangan
2.3 Kondisi Geologi
2.4 Kegiatan Penambangan
2.5 Depatemen Mine Pit Service
BAB III DASAR TEORI
3.1 Penyaliran Tambang
3.1.1 Dasar Penyaliran Tambang
3.1.2 Infrastruktur Penyaliran Tambang
3.2 Lingkungan Tambang
3.2.1 Air Asam Tambang
3.2.2 Padatan Tersuspensi
3.2.3 Pengolahan Air Tambang
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tempat dan Waktu
Ruang Lingkup
Metodologi Pelaporan
1.1 Latar Belakang
Dunia pertambangan menuntut profesionalitas dan kemampuan bersaing yang
tinggi dalam perkembangan zaman yang semakin menglobal. Seorang ahli teknik
pertambangan diharapkan mengenal keprofesiannya maupun dunia industri
semenjak masa kuliah. Demi memenuhi hal ini,mahasiswa strata satu Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Bandung diwajibkan melaksanalan Kerja Praktek
yang merupakan syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Kerja Praktek ini
dilaksanakan setelah mahasiswa mengambil 90 SKS karena keilmuan dasar yang
terkait dengan proses operasi penambangan dipelajari dalam 90 SKS ini. Setelah
melaksanakan kerja praktek, diharapkan mahasiswa dapat mengenal industri
pertambangan dengan lebih baik, mengetahui aplikasi praktis dari teori yang
didapatkan di lapangan serta penyesuaian yang terjadi di lapangan.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek ini secara umum adalah sebagai berikut:
Mengetahui kegiatan penambangan secara langsung di lapangan dan
membandingkannya dengan teori yang didapat di bangku kuliah.
Memperoleh pengalaman dari pengamatan di lapangan yang dapat
melengkapi keilmuan yang telah didapat di bangku kuliah.
Mengetahui ruang lingkup pekerjaan di dalam dunia pertambangan.
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek secara tematis adalah:
Mengetahui dan mengevaluasi perencanaan dan pembuatan infratruktur
penyaliran tambang
Menganalisis perfomansi pompa yang digunakan pada penyaliran
Menganalisis geometri dan bentuk kolam pengendapan industri tambang
berdasarkan parameter yang bervariasi.
1.3 Tempat dan Waktu
Tempat dan waktu pelaksanaan Kerja Praktek adalah sebagai berikut:
Tempat: PT Trubaindo Coal Mining (TCM)
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
Waktu: 6 Juni 2011 - 21 Juli 2011
Pelaksanaan Kerja Praktek adalah di bawah pengawasan Mine Pit Service
Department.
Holosen
Formasi Accu
Miosen
termasuk tufa,
batubara,marl dan
batugamping
Terstier
Marl, batulempung,
termasuk batugamping
Formasi
Pamaluan Formasi 2500
(Tomp) Muara Batupasir termasuk serpih
Bentian Formasi dan greywacke
Oligosen
Tabel
Statigrafi Batuan pada Cekungan Kutai di daerah Muara Lawa
Gambar
Horizon Tanah
2. Overburden
Overburden Merupakan lapisan regolith dan bedrock atau tanah dengan
horizon C dan R. Overburden merupakan lapisan yang akan dibuang demi
mendapatkan batubara,dan digunakan kembali untuk mengisi pit yang
telah selesai (in pit). OB terdiri atas material yang terkonsolidasikan
dengan baik mauoun material yang tak terkonsolidasikan. Material yang
keras atau terkonsolidasikan, biasanya batupasir dengan komposisi
kuarsa dan telah terkompaksikan membutuhkan peledakan untuk
membongkarnya, sedangkan material yang cukup lunak seperti silt,
claystone, loose sandstone, marl, clay, sand dapat dengan mudah
dibongkar dengan ekskavator.
Terkadang, lapisan batubara yang memiliki ketebalan kurang dari 50 cm
dapat dikategorikan sebagai waste yang termasuk dalam Overburden.
Gembar
Lapisan Top Soil, Sub Soil dan Bed Rock
Tabel
Jumlah Total Sumberdaya dan Cadangan Batubara PT TCM
PT TCM memiliki batubara dalam banyak lapisan, oleh karena itu dinamakan
multiseam. Seam ini dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan ketebalannya yaitu:
Seam Mayor
adalah lapisan batubara yang memiliki ketebalan lebih besar daripada 2
meter.
Seam Minor
adalah lapisan batubara yang memiliki ketebalan 1 sampai 2meter
Twin Seam
Adalah batubara yang memiliki ketabalan dibawah 1 meter. Untuk batubara
yang memiliki ketebalan dibawah 0,5 meter dapat dianggap sebagai waste
dan bersama OB akan dibuang atau dapat dianggap sebagai dirty coal
apabila beberadaannya cukup dekat dengan seam yamg lebih besar.
Penamaan seam PT TCM menggunakan sistem angka empat digit. Digit
pertama menunjukkan kelompok utama sekaligus umurnya. Digit selanjutnya
adalah penomoran seam berdasarkan pelapisan. Seam dinamai dengan nomor
diantara 1000 – 9000, dimana seam 1000 adalah seam yang letaknya paling dalam
dan seam 9000 adalah seam yang letaknya paling dekat dengan permukaan.
Berikut pembagian lapisan batubara PT TCM:
Blok Utara
Blok utara memiliki 82 seam,yang terdiri atas 7 seam mayor dengan seam
yang paling tebal adalah seam 3000,23 seam minor dan 52 seam twin.
Blok Selatan
Blok selatan memiliki 29 seam yang dibagi menjadi 2 area besar yaitu
Area Dayak Besar
Area ini memiliki 29 seam dengan ketebalan bervariasi antara 2.0 sampai
7.2 meter.Seam dengan ketebalan paling besar adalah seam 3000 dan seam
3800.
Area Biangan
Area biangan hanya memiliki 2 seam mayor yaitu seam 3000 dan 3800.
Gambar
Penampang Kolumnar Seluruh Lapisan Batubara
2.4 Kegiatan Penambangan
Gambar
Urutan Penambangan PT TCM
Tabel
Klasifikasi Batubara di ROM (Run of Mine)
Parameter MCV LS HCV LS HCV HS LCV LS
HGI 47 46 47 55
Tabel
Spesifikasi Produk Batubara PT TCM
2.5 Departemen Mine Pit Service
Departemen Mine Pit Service adalah salah satu dari lima departemen yang
berada di dalam divisi Mine Operation. Keempat departemen lainnya adalah
Departemen Drilling and Blasting, Departemen Contractor Management ,
Departemen Coal Management dan Departemen Mine Rehabilitation.
Depertemen ini memiliki posisi sebagai mine support atau penunjang kegiatan
penambangan yang utama yaitu coal getting dan OB removal yang dilakukan oleh
kontraktor.
Departemen Mine Pit Service dibagi menjadi 2 sub-departemen, yaitu:
Mine Dewatering
Out-Pit Service
Sub-departemen Mine Dewatering mengurusi masalah pemindahan air di
dalam tambang, penggunaan pompa dan aksesorinya sehingga air di dalam
tambang dapat dikeluarkan dan dikelola selanjtnya di settling pond dan
membantu kelanjutan operasi tambang yang tengah berlangsung.
Sub-department Out-pit Service mengurusi masalah pemeliharaan jalan non
hauling batubara dari crushing plant ke port atau jalan ruas 2, 3 dan 4, masalah
pembuatan infrastruktur penyaliran tambang seperti settling pond, levee bank dan
channel yang telah direncankan oleh departemen Mine Plan serta kegiatan Clear
and Grabbing atau pembersihan kawasan lahan baru yang akan ditambang.
3
DASAR TEORI
Penyaliran Tambang
Dasar Penyaliran Tambang
Infrastruktur Penyaliran Tambang
Lingkungan Tambang
Air Asam Tambang
Padatan Tersuspensi
Pengolahan Air Tambang
3.1 Penyaliran Tambang
Metode Elektro-osmosis
Metode ini menggunakan dua electrode,anoda dan katoda yang dialiri oleh
aliran listrik searah (DC). Ion Hidrogen akan tertarik ke arah elektrode
negatif, sedangkan ion hidroksida akan tertarik ke arah elektrode positif.
Metode ini digunakan pada air bawah tanah yang berada pada zone dengan
permeabilitas yang cukup rendah, sehingga pemompaan biasa tidak
mungkin dilakukan.
Gambar
Metode Drainase Elektro-osmosis
Tabel
Nilai Koefisien limpasan (Suripin, 2004)
Koefisien Limpasan, C = Ct + Cs + Cv
Datar
0,02 Pasir & Gravel 0,04 Hutan 0,04
(<1%)
Bergelombang Lempung
0,08 0,08 Pertanian 0,11
(1-10%) Berpasir
Perbukitan Lempung &
0,16 0,16 Padang Rumput 0,21
(10-20%) Lanau
Pegunungan
0,26 Lapisan Batu 0,26 Tanpa Vegetasi 0,28
(>20%)
Tabel
Nilai Koefisien Limpasan (Hassing,1995)
Gambar
Sump Pit 3000 Blok12
S
3.1.2.2 Channel
Channel atau kanal adalah infrastruktur tambang yang berfungsi sebagai
jalur pengalir air atau saluran pengelak air yang akan masuk ke dalam tambang.
Channel juga berfungsi sebagai penghubung antara dua kompartemen
penampungan dan atau pengolahan air. Channel tidak difungsikan sebagai tempat
penampungan air permanen, melainkan tempat penampungan air temporer
selama pengairan harus dilakukan. Desain channel harus memperhatikan besar
volume atau debit air yang akan dialirkan, kecepatan aliran yang akan dilewatkan,
komposisi air yang akan dilewatkan serta kondisi geokimia dan lithologi dimana
channel akan dibuat. Selain itu, pembuatan lapisan pada channel agar channel
terlindung dari erosi dan cukup impermeabel, ketebalannya serta resistansi
terhadap erosi diperlukan juga. Channel yang dibuat sebaiknya cukup kuat untuk
digunakan selama jangka waktu yang lama. Survey geokimia dan geologi
diperlukan agar channel yang dibuat dapat tahan terhadap erosi dan kualitas air
yang dilewatkan tetap terjaga, jangan sampai air yang telah melewati channel
tersebut memiliki kualitas yang lebih buruk. Apabila hal ini tidak dapat
dihindarkan, pembuatan infrastruktur pengolah dapat dilakukan di akhir channel.
Channel juga dibuat untuk mengalirkan air dari slump menuju creek atau sungai
terdekat atau untuk membuat pengelakan air dari suatu creek ke creek lain.
Pembuatan Channel diusahakan sebisa mungkin memanfaatkan gravitasi,
sehingga air dapat mengalir secara alami, dari elevasi yang lebih tinggi ke elevasi
yang lebih rendah, namun hal ini kemungkinan membutuhkan pemotongan
morfologi muka bumi yang lebih tinggi.
Gambar
Channel di Pit 1700 Blok 16
3.1.2.3 Riool
Riool atau gorong-gorong adalah infrastruktur penyaliran tambang yang
dibuat di dalam bukaan tambang dan berfungsi sebagai saluran air dan penangkap
surface runoff atau infiltrasi pada pit. Riool ini berukuran kecil, dan dapat dibuat
dengan menggunakan ekskavator kecil. Air yang tertangkap oleh riool ini lalu
dialirkan menuju sump.
3.1.2.4 Ditch
Ditch adalah salah satu infrastruktur penyaliran yang dibuat di samping
jalan tambang. Ditch berukuran lebih besar daripada riool. Berfungsi sebagai
pengumpul limpasan hujan yang jatuh pada badan jalan. Air yang telah
dikumpulkan akan dialirkan secara gravimetrik menuju sump. Ditch biasanya
dibuat bersama safety berm.
3.1.2.5 Culvert
Culvert adalah gorong-gorong bawah tanah atau gorong-gorong yang
memiliki penutup. Culvert biasanya dibuat untuk dapat merintangi jalan tambang
tanpa menimbulkan deformasi pada jalan tambang, sehingga tidak menghalangi
operasi penambangan.
3.1.2.6 Levee Bank
Levee bank adalah infrastruktur tambang, dimana berfungsi sebagai
tanggulan penahan, pengelak atau pembangi antara dua badan air. Levee bank
biasanya ditempatkan pada crest pit agar air dapat dicegah masuk ke dalam
bukaan tambang. Levee bank juga dibangun pada badan air untuk membagi satu
badan air menjadi beberapa bagian badan air, sehingga pengontrolan kualitas dan
kuantitas dapat dijalankan dengan lebih mudah.
Levee bank harus dibuat dengan memenuhi persyaratan kestabilan dan
ketahanan serta impermebelitas terhadap air. Persyaratan kestabilan dapat
dicapai dengan membuat inti atau core dari levee bank dengan menggunakan
bahan impermeabel dan kuat serta bagian shield atau mantle dibuat dengan
menggunakan bahan kuat yang dikompaksi, sehingga failure terhadap kekuatan
levee bank dapat diminimalisasi. Pemenuhan pemilihan bahan sebaiknya juga
memperhatikan masalah apakah bahan tersebut cukup impermeabel dan memiliki
reaktivitas baik secara kimia maupun fisik terhadap air yang mana memengaruhi
kestabilan levee bank dan kualitas air yang ditahannya.
Secara geometri, levee bank juga harus memperhatikan besarnya tekanan
hidrostatis yang dapat ditimbulkan oleh air yang ditahannya, kekuatan fisik,
mekanik dan kimiawi dari dasar fondasi tempat levee bank dibuat serta
kemudahan dalam pemantauan dan perbaikan levee di masa yang akan datang.
3.1.2.7 Settling Pond
Settling pond atau sediment pond adalah kolam yang berfungsi sebagai
tempat pengendapan dan treatment air yang telah tekontaminasi, baik itu air hasil
industri penambangan batubara secara langsung maupun tidak langsung atau air
yang telah masuk ke dalam tambang sehingga dapat memenuhu standar baku
mutu lingkungan yang ada dan akhirnya dapat dilepas menuju perairan bebas.
Settling pond didesain agar memiliki luasan dan volume yang cukup untuk
mengendapkan partikel dengan ukuran tertentu. Settling pond biasanya memiliki
beberapa kompartemen yang diatur agar pengolahan yang dilakukan dapat
bertahap dan kondisi kualitas dapat dinaikkan secara berkala.
3.1.2.8 Pompa
Pompa adalah peralatan pemidahan zat cair yang sangat penting pada
sistem penyaliran tambang. Pompa digunakan untuk memindahkan zat cair
melawan gravitasi. Karena penggunaanya yang membutuhkan energi luar, pompa
sebaiknya digunakan seminimal mungkin. Pompa sebaiknya pula digunakan
padasatu cabang sistem saja, sehingga dapat mengurangi ongkos pembiayaan dan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Di dunia tambang, pompa biasanya
digunakan untuk memnindahkan air tambang yang berada di dalam sump ke luar
bukaan tambang atau pit.
Pompa memanfaatkan energI listrik atau fuel dan mengubahnya menjadi
energi mekanik yang dapat menghisap air dan mengalirkannya menuju tempat
yang diinginkan.
Pompa adalah sebuah mesin yang menggunakan energi mekanis untuk
memindahkan, mengkompresi dan atau mengangkat fluida. Oleh karena ia
diaplikasikan dalam pemidahan fluida, pompa bergantung pada hukum mekanika
fluida.
Fluida, memiliki 3 bentuk energi spesifik yaitu
1. Energi Spesifik Potensial
Yaitu energi yang dimiliki oleh fluida karena meiliki perbedaan ketinggian
yang relatif terhadap titik referensi atau datum.
2. Energi Spesifik Kinetik
Adalah energi spesifik yang dimiliki oleh fluida yang memiliki kecepatan
aliran tertentu.
3. Energi Spesifik Tekanan
Adalah energi yang dimiliki oleh fluida yang bertekanan relatif terhadap
tekanan ambiens atau tekanan atmosferik.
Gambar
Head friksi
3. Head Kecepatan
Head kecepatan pada umumnya naik ketika fluida keluar dari namun
dibutuhkan panambahan head dari peralatan lain ketika ia akan masuk ke
dalam sistem. Head kecepatan biasanya sedikit berpengaruh pada total
head. Apabila dibutuhkan head kecepatan yang besar, biasanya pada sistem
ditambahkan nozzle
Gambar
Head Kecepatan
4. Head Elevasi
Head ini diakibatkan oleh perbedaan ketinggian kolom fluida relatif
terhadap titik referensi atau datum. Head elevasi ini biasanya merupakan
head yang paling berpengaruh pada head total, terutama untuk
pemompaan elevasi.
Gambar
Head elevasi
Gambar
Head Tekanan
Head di dalam sistem pemompaan adalah head total yang harus disediakan
oleh pompa agar dapat mengalirkan fluida dari suatu titik ke titik lainnya. Head
total ini merupakan perbedaan head antara inlet pengisap (suction) dengan outlet
(discharge). Berikut adalah komponen head total yang harus disediakan oleh
pompa agar dapat memindahkan fluida.
1. Head Total Statik (HTS)
Adalah head total yang diakibatkan oleh perbedaan elevasi atau ketinggian
serta tekanan dalam kontainer dari suction dan discharge point relatif
terhadap titik acuan atau datum.
Gambar
Head Total Statik
Gambar
Head Kecepatan Total
Tabel
Standar Baku Mutu Air
Month
Actual Rainfall
(mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Mean
2003 289 201 337 138 106 105 90 198 182 97 170 226 213,90
2005 191 399 539 150 169 184 197 198 69 409 370 312 318,70
2006 217 557 558 546 368 254 41 105 56 74 278 515 356,90
2007 427 383 252 837 466 153 456 277 198 257 485 219 441
2008 138 259 241 267 163 215 287 149 159 297 550 311 303,60
2009 267 152 408 299 181 81 169 65 41 263 271 201 239,75
2010 374 309 386 562 333 206 300 179 213 513 430 183 398,70
Tabel
Curah Hujan di PT TCM
Dari data curah hujan tersebut, dapat dihitung besar curah hujan rencana.
Besarnya curah hujan rencana ini digunakan dalamperhitungan besar limpasan
maksimum yang dapat terjadi. Periode ulang yang digunakan adalah 2
tahunan.
Tabel
Penggunaan pompa penyaliran di PT TCM
Pompa yang akan dianalisis performansinya adalah pompa yang digunakan di Pit
3000 Blok 10 (AMD), yaitu Multiflo MFV 420E. Berikut adalah spesifikasi pompa
Multiflo MFV 420E.
Parameter Satuan
Pump Inlet
mm 200/150
/Outlet
litre per
Maximal Flow 300
second
Tabel
Spesifikasi Pompa MFV 420E
Gambar
Multiflo MFV 420E di Pit 3000 Blok 10 (AMD)
Plan 300 hr
Work Hour
Actual 470 hr
Mechanical Plan 75 %
Avaiability Actual 95,4 %
Utilization 65,5 %
Maintenance 14 hr
Tabel
Performansi Pompa MF 420E (Juni 2011)
4.3 Desain Settling Pond
5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis setelah melaksanakan Kerja Praktek ini
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Settling Pond seharusnya diusahakan sesuai dengan perencanaan
yang ada dan secara geometris berbentuk balok. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi pengendapan sedimen tersuspensi dengan baik dan
mempermudahkan peninjauan. Penggunaan slump atau creek
diperbolehkan, namun harus memenuhi geometri yang ada. Selain itu,
daerah pemilihan harus bebas dari daerah yang tidak stabil secara
geoteknik dan hidrologi dan memperhatikan pelapisan yang ada.
2. Penggunaan pompa pada spesifikasi mesin yang benar sehingga
mengurangi ongkos produksi karena penggunaan bahan bakar yang
berlebihan.
3. Air tambang sebelum memasuki settling pond perlu diuji nilai TSS dan pH-
nya sehingga desain settling pond bisa optimal dalam kondisi kualitas
maupun kuantitas tertentu.
4. Keadaan air di sump sebaiknya diperikas terlebih dahulu, terutama batas
antara sludge dan air yang memiliki padatan tersuspensi. Hal ini
dimaksudkan agar pompa digunakan untuk memompa air saja, tanpa
memompa sludge yang telah terendapkan.
Gambar
Idealisasi Settling Pond
Daftar Pustaka
Arismunandar, Wiranto (1988). Penggerak Mula Motor Bakar Torak : Penerbit ITB
. Bandung
Chaurette, Jaques (2003). Pump Size Analysis and Sizing: Fluide Design Inc.:New
York
Gautama, Rudy Sayoga (2011). Slide Kuliah TA 3225 Penyaliran Tambang: ITB.
Bandung
Santoso, Arianto (2009). Bahan Kuliah MS 2291 Pengantar Sistem Fluida (TA) : ITB
Bandung
Paper Ilmiah