Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN KERJA PRAKTEK

MINE OPERATION DIVISION


MINE PIT SERVICE DEPARTMENT
PT TRUBAINDO COAL MINING

Abie Badhurahman (121 08 018)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
LAPORAN KERJA PRAKTEK
MINE OPERATION DIVISION
MINE PIT SERVICE DEPARTMENT
PT TRUBAINDO COAL MINING

Disusun oleh:
Nama: Abie Badhurahman
NIM : 121 08 018

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi‘ karena atas berkah
dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek dan Pembuatan
Laporan Kerja Praktek ini. Laporan ini berisi mengenai tinjauan lapangan dan
analisa terhadap pelaksanaan kegiatan penyaliran tambang pada Departemen
Mine Pit Service, Divisi Mine Operation, PT Trubaindo Coal Mining yang dilakukan
pada 6 Juni 2011 sampai dengan 18 Juli 2011.

Dalam pelaksanaan Kerja Praktek penulis mendapatkan bantuan dan


motivasi serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis yang selalu mendoakan dan memberikan semangatnya,


yang selalu mengingatkan dikala lupa, yang selalu menyejukan hati hanya
dengan beberapa patah kata. Selamanya kalian adalah yang terbaik, dan tak
ada yang bisa mengganti.
2. Bapak Taupan dan Bapak Nikolaus sebagai pembimbing. Terima kasih atas
pengertian dan ilmu yang telah diberikan, pengalaman yang telah dibagi,
waktu yang telah diluangkan meskipun kesibukan tak terelakkan. Penulis
mendapatkan banyak hal berharga yang dapat penulis implementasikan di
dalam kehidupan akademis maupun pribadi.
3. Teman seperjuangan selama melaksanakan KP. Terima kasih telah menjadi
orang yang paling dekat selama KP, yang mau berbagi bersama,yang mau
menampung semua keluh kesah,yang saling membagi rasa dan pengalaman
selama melaksanakan KP.
4. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis dan tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari, laporan Kerja Praktek ini memiliki banyak kekurangan.


Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik serta saran yang
membangun, yang mana dapat membuat penulis menjadi lebih baik di masa yang
akan datang. Semoga laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
bagi para pembaca. Terima kasih.

Muara Lawa, 19 Juli 2011

Abie Badhurahman
Penulis
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Tempat dan Waktu
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Metodologi Pelaporan
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan
2.2 Lokasi Penambangan
2.3 Kondisi Geologi
2.4 Kegiatan Penambangan
2.5 Depatemen Mine Pit Service
BAB III DASAR TEORI
3.1 Penyaliran Tambang
3.1.1 Dasar Penyaliran Tambang
3.1.2 Infrastruktur Penyaliran Tambang
3.2 Lingkungan Tambang
3.2.1 Air Asam Tambang
3.2.2 Padatan Tersuspensi
3.2.3 Pengolahan Air Tambang
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan
Tempat dan Waktu
Ruang Lingkup
Metodologi Pelaporan
1.1 Latar Belakang
Dunia pertambangan menuntut profesionalitas dan kemampuan bersaing yang
tinggi dalam perkembangan zaman yang semakin menglobal. Seorang ahli teknik
pertambangan diharapkan mengenal keprofesiannya maupun dunia industri
semenjak masa kuliah. Demi memenuhi hal ini,mahasiswa strata satu Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Bandung diwajibkan melaksanalan Kerja Praktek
yang merupakan syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Kerja Praktek ini
dilaksanakan setelah mahasiswa mengambil 90 SKS karena keilmuan dasar yang
terkait dengan proses operasi penambangan dipelajari dalam 90 SKS ini. Setelah
melaksanakan kerja praktek, diharapkan mahasiswa dapat mengenal industri
pertambangan dengan lebih baik, mengetahui aplikasi praktis dari teori yang
didapatkan di lapangan serta penyesuaian yang terjadi di lapangan.

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek ini secara umum adalah sebagai berikut:
 Mengetahui kegiatan penambangan secara langsung di lapangan dan
membandingkannya dengan teori yang didapat di bangku kuliah.
 Memperoleh pengalaman dari pengamatan di lapangan yang dapat
melengkapi keilmuan yang telah didapat di bangku kuliah.
 Mengetahui ruang lingkup pekerjaan di dalam dunia pertambangan.
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek secara tematis adalah:
 Mengetahui dan mengevaluasi perencanaan dan pembuatan infratruktur
penyaliran tambang
 Menganalisis perfomansi pompa yang digunakan pada penyaliran
 Menganalisis geometri dan bentuk kolam pengendapan industri tambang
berdasarkan parameter yang bervariasi.
1.3 Tempat dan Waktu
Tempat dan waktu pelaksanaan Kerja Praktek adalah sebagai berikut:
Tempat: PT Trubaindo Coal Mining (TCM)
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
Waktu: 6 Juni 2011 - 21 Juli 2011
Pelaksanaan Kerja Praktek adalah di bawah pengawasan Mine Pit Service
Department.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah pengamatan lapangan
dan perhitungan matematis teoretis dari kegiatan penyaliran tambang (Mine
Dewatering and Drainage) sesuai dengan matakuliah terkait yang telah diambil
yaitu TA 3225 – Penyaliran Tambang, MS 2292 – Pengantar Sistem Fluida (TA) dan
MS 2291 – Penggerak Mula (TA)

1.5 Metodologi Pelaporan


Metodologi pelaporan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan dengan mengambil rujukan dari pranata luar maupun
data yang dimiliki oleh perusahaan. Studi Literatur dilaksanakan selama Kerja
Praktek berlangsung.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan Lapangan dilakukan untuk mengambil data aktual yang akan
dibutuhkan dalam langkah selanjutnya.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan data referensi dengan
data aktual serta perhitungan matematis penyaliran secara teoretis.
4. Analisis dan Kesimpulan
Analisis dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan hasil
perhitungan individual dengan kondisi aktual di lapangan serta kondisi rencana
oleh perusahaan serta implikasi dari perbedaan yang dihasilkan.
2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan


Lokasi Penambangan
Kondisi Geologi
Kegiatan Penambangan
Depatemen Mine Pit Service
2.1 Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan
PT Trubaindo Coal Mining (PT TCM) didirikan berdasarkan peraturan
penanaman modal dalam negeri sesuai dengan Undang-Undang Penanaman
Modal No. 8/1968. TCM memiliki **** karyawan per ****
Kantor pusat PT TCM berlokasi di Jakarta dengan kegiatan penambangan berada
di 4 kecamatan: Muara Lawa, Bentian Besar, Muara Pahu dan Damai, Kabupaten
Kutai Barat Provinsi Kalimantan Barat. TCM memulai produksi komersialnya pada
bulan Juni 2005.
Berdasarkan Perjanjian Kerjasama pengusahaan Pertambangan Batubara
No. 017/PK/PTBA-TCM/1994 yang disepakati oleh PT TCM dan PT Batubara Bukit
Asam (Persero) pada tanggal 15 Agustus 1994, TCM telah diberikan izin
Penanaman Modal Dalam Negeri di bidang Penambangan Umum sebagai
kontraktor yang melakukan kegiatan eksploitasi dan eksplorasi batubara di empat
kecamatan dalam daerah administratif Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur dengan area seluas 94 415 Ha. PKP2B yang dimiliki oleh pihak
TCM berlaku hingga 27 Februari 2035. Berdasarkan surat keputusan dari Menteri
ESDM No. 314.K/40.00/DJG2005, tertanggal 17 Mei 2005 perihal dimulainya tahap
eksploitasi atau produksi batubara, area untuk kegiatan eksploitasi adalah seluas
23.650 Ha dan persetujuan ini mulai berlaku sejak tanggal 28 Februari 2005 hingga
27 Februari 2035. Berdasarkan surat persetujuan dari kementrian perhutanan
nomor S.543/Menhut-VII/2006 tertanggal29 Agustus 2006 perihal Penggunaan
Hutan untuk kegiatan Eksploitasi Batubara dan Sarana Penunjangnya, TCM
diberikan izin atas hutan produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP)
seluas 5907 Ha yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, dengan cara pinjam pakai
dengan rasio kompensasi lahan 1:2. Berdasarkan Surat Izin Sementara Kegiatan
Eksploitasi Batubara dari Direktorat Jendral Mineral, Batubara dan Panas Bumi No.
388/40.00/DJB/2007, tertanggal 30 Januari 2007, TCM telah diberikan izin untuk
tetap melakukan kegiatan pertambangan batubara sesuai dengan Rencana Kerja
dan Anggaran Belanja yang telah disetujui sambil menunggu terbitnya Ijin Pinjam
Pakai dari Menteri Kehutanan.

2.2 Lokasi Penambangan


Secara administratif, konsensi penambangan PT Trubaindo Coal Mining
dengan luas wilayah 23.650 Ha terletak di Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten
Kutai Barat. Transportasi darat dapat ditempuh tujuh jam dari Ibukota Provinsi,
Samarinda. Secara geografis, lokasi kegiatan pemantauan penambangan berada
pada koordinat 0o27‘44“ – 0o51‘41“ South Latitude dan 115o30‘00“ – 115 o 51‘30“
East Longitude. Lokasi penambangan PT TCM berada pada lima kecamatan dengan
batas administratif sebagai berikut:
Barat: HPH PT Timber Dana, HPH PT Dayak Besar Vincent; HPH PT
Hariati Timber, HPH PT Hamparan Meridian serta Sungai Perak;
Timur: Kampung Muara Kedang dan Kampung Ponak;
Utara: Kampung Dempar, Kampung bunyut, Kampung Muara Pahu;
Selatan: Kampung Jelmu Sibak.
Karena terletak di Pulau Kalimantan yang didominasi oleh Hutan Hujan
Tropis, daerah penambangan PT TCM memiliki dua musim, musim hujan yang
berlangsung pada bulan Juni – November dan musim kemarau yang berlangsung
pada bulan Desember – Mei. Intensitas curah hujan cukup tinggi, berkisar antara
25 – 837 mm/bulan. Suhu bervariasi antara 23 – 33 oC dengan kelembapan udara
83- 87 % dengan nilai kelembapan rata-rata 85,9%. Kondisi topografi yaitu elevasi
bentang bumi berkisar antara 15 – 120 meter.
Gambar
Lokasi Penambangan PT TCM (ITM Subsidiaries)
2.3 Kondisi Geologi
2.3.1 Statigrafi regional
Statigrafi batuan yang mengandung batubara bernilai ekonomis pada daerah
Muara Lawa termasuk dalam Formasi Pamaluan yang berumur Terstier – Oligosen
sampai Miosen Awal. Formasi Pamaluan secara umum memiliki fasies batu
lempung, batu pasir, marl, shale, tufa dan batubara. Formasi Pamaluan (Tomp)
merupakan bagian dari Cekungan Kutai (Kutai Basin). Berikut formasi yang berada
pada Cekungan Kutai:
 Formasi Pamaluan (Tomp)
Lithologi: Batu Pasir dengan sisipan Batu Lempung, Serpih, Marl, Batu
Gamping dan Batubara ekonomis.
Formasi Pamaluan memiliki umur Terstier – Oligosen hingga Miosen Awal.
Pembentukkannya berada pada kondisi Oseanik – Neritik dengan ketebalan
hingga 2500 meter. Formasi ini menempati daerah yang luas serta topografi
rendah. Dari kondisi litologi dapat disimpulkan bahwa batubara diendapkan
pada kondisi deltaik lalu menjadi kondisi pantai dengan
disedimentasikannya pasir. Transgresi terus berlanjut dengan terciptanya
lingkungan neritik ditandai dengan proses sedimentasi gamping.
 Formasi Bebulu (Tmb)
Lithologi: Batu gamping dengan sisipan batu gamping pasiran (marl) dan
serpih (shale).
Formasi Bebulu memiliki hubungan menjari dengan formasi Pamaluan.
Terbentuk pada kala miosen awal hingga tengah pada lingkungan neritik
hasil transgresi. Diatas formasi ini terdapat formasi yang lebih muda, yaitu
formasi Pulaubalang.
 Formasi Pulaubalang (Tmp)
Lithologi : Batu pasir termasuk greywacke, batu lempung, lempungan
dengan sisipan batubara, dan batu gamping serta variasinya.
Formasi Pulaubalang terbentuk pada masa Terstier-Miosen awal hingga
tengah dengan kondisi neritik – akueous. Merupakan formasi yang cukup
resisten terhadap pelapukan dan kondisi bedding atau pelapisan yang baik.
 Formasi Balikpapan (Tmbp)
Lithologi: Batupasir, serpih, batulempung, dengan sisipan batugamping
serta batubara lignite.
Formasi ini terbentuk pada masa Terstier – Miosen tengah hingga akhirr
dengan kondisi rawa dan deltaik setelah terjadinya regresi. Pada batuan
pasir yang mineraloginya didominasi oleh kuarsa, terjadi sequences yaitu di
bagian dasar konglomeratan hingga semakin ke atas adalah batu lanau dan
batu lempung. Terkadang terdapat sisipan batubara dengan batas yang
cukup jelas.
 Formasi Kampungbaru (Tpkb)
Lithologi: Batu pasir dengan sisipan lignit dan gambut serta termasuk
lempung dan kerakal. Siderit terkadang ditemukan di dalam batu pasir.
Formasi Kampungbaru memiliki umur Terstier-pliosen dengan kondisi
pengendapan rawa dan sungai. Singkapan atau outcrop jarang ditemukan
karena tertutupnya formasi ini oleh lapisan tanah pucuk.
 Satuan Endapan Aluvial (Qa)
Lithologi: Pasir, Lanau, Lempung, mud, dan kerakal ataupun kerikil.
merupakan hasil pelapukan lapisan batuan yang terbentuk sebelumnya.
Satuan endapan aluvial terbentuk pada masa resen (Quartener) dan
merupakan formasi yang terletak paling atas dan berusia paling muda.
Pembentukkannya terjadi pada kondisi yang sama dengan formasi
Kampungbaru yaitu kondisi rawa dan sungai.
Ketebalan Lingkungan
Waktu Geologi Fasies
(m) Pembentukan
Kuartener

Holosen

Lumpur, lempung, pasir,


Aluvium (Qa) Fluvial - rawa
kerakal

Batu pasir (termasuk


Pliosen

Formasi Kampung Baru


lempung, kerakal, lignit, 250 – 800 Fluvial - rawa
(Tpkb)
gambut, siderit)

Formasi Batupasir, batuserpih,


Atas

Balikpapan Formasi Meragoh batulempung, termasuk 1800 Deltaik - rawa


(Tpkb) (Tmm) lignit dan batugamping

Formasi Accu
Miosen

Formasi Batupasir, batulempung


Tengah

Pulaubalang (Tma) termasuk tufa, batubara 2500


(Tmp) dan batugamping
Akueus-
Batupasir, batulempung neritik
Bawah

termasuk tufa,
batubara,marl dan
batugamping
Terstier

Marl, batulempung,
termasuk batugamping
Formasi
Pamaluan Formasi 2500
(Tomp) Muara Batupasir termasuk serpih
Bentian Formasi dan greywacke
Oligosen

(Topb) Muara Oseanik -


Tewe neritik
(Topt)

Formasi Tuyu Marl, batulempung


2000 Oseanik
(Toty) termasuk batugamping
Eosen

Formasi Tanjung Batupasir berlapis


1000 Neritik - rawa
(Tet) termasuk greywacke

Tabel
Statigrafi Batuan pada Cekungan Kutai di daerah Muara Lawa

2.3.2 Struktur Geologi


Di Trubaindo, ukuran batubara adalah sekitar 700 sampai 1400 m dalam
ketebalan dan terletak di Formasi Pamaluan Atas dari Kutai Basin (usia miosen
Rendah). Mereka terjadi pada dua sinklin utama yang membagi sedimen ke Blok
Utara (Sinklin Dingin) dan Blok Selatan (Sinklin Perak). Sinklin menurun ke timur
laut dan barat daya dan subcrop lapisan batubara di sepanjang limb dan di bagian
hidung dari sinklin. Tidak ada fault besar yang telah dicatat di area yang berisi
cadangan. Berbagai ukuran batubara terdiri dari batu pasir dan batu tanah liat
dengan batubara, marl, batu endapan dan batu besi. Lebih dari 80 lapisan
batubara telah diidentifikasi dan dibagi ke dalam grup utama yang diberi kode dari
1000 pada dasar, naik sampai 9000. Lapisan-lapisan tersebut di Blok Utara dengan
ketebalan rata-rata lebih dari 2,0 m terdiri dari Lapisan 8500, 8000, 7000, 6000,
5500, 3000 (lapisan yang paling produktif). Ketebalan lapisan rata-rata adalah
antara 0,3 m dan 5,8 m. Di Dayak Besar, 27 lapisan telah diidentifikasi dengan dua
lapisan utama, 3800 (2,25 m ketebalan rata-rata) dan 3000 (5,03 m). Di Biangan,
dua lapisan yang sama dengan rata-rata 3,26 m dan 7,33 m, masing-masing.
Inklinasi lapisan di bagian hidung dari limb barat dari Blok Utara, yakni area yang
saat ini sedang dikerjakan, adalah 10 sampai 30° di daerah yang dinilai dan
menajam di bagian utara sampai 35°. Blok Selatan terdiri dari Area Dayak Besar di
bagian hidung dari sinklin (10° dip) dan Area Biangan (10° sampai 30° dip) di
sepanjang limb selatan. Limb utara dari Blok Selatan dan limb timur dari Blok
Utara banyak yang belum dieksplorasi dan secara tajam menurun (sampai 75°),
dan dikecualikan dari berbagai estimasi sumber daya.
2.3.3 Material Penutup Batubara
Material penutup batubara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok:
1. Top Soil dan Sub Soil
Merupakan bagian tanah pucuk dan sub-pucuk dengan ketebalan
bervariasi antara 0,8 - 1,0 meter.Lapisan ini bersifat tak terkonsolidasi
dan dapat digaru dengan mudah oleh bulldozer ataupun ekskavator.
Lapisan ini akan disimpan di Top Soil Stock, yang mana akan digunakan
kembali pada masa reklamasi. Lapisan tanah ini merupakan lapisan
tanah horizon O, A, E dan B. Horizon O berisi tanah humus, hasil
pelapukan tumbuhan. Horizon A merupakan lapisan tanah pucuk atau
top soil, yang berkomposisi humus dan mineral yang dibawa dari
batuan. Horizon E merupakan zona Eluviasi, yaitu zona pelindian.
Kebanyakan mineral dan lempung yang ada terlindikan dan terkumpul di
horizon B. Pada horizon ini, mineral dan lempung terkumpul.

Gambar
Horizon Tanah
2. Overburden
Overburden Merupakan lapisan regolith dan bedrock atau tanah dengan
horizon C dan R. Overburden merupakan lapisan yang akan dibuang demi
mendapatkan batubara,dan digunakan kembali untuk mengisi pit yang
telah selesai (in pit). OB terdiri atas material yang terkonsolidasikan
dengan baik mauoun material yang tak terkonsolidasikan. Material yang
keras atau terkonsolidasikan, biasanya batupasir dengan komposisi
kuarsa dan telah terkompaksikan membutuhkan peledakan untuk
membongkarnya, sedangkan material yang cukup lunak seperti silt,
claystone, loose sandstone, marl, clay, sand dapat dengan mudah
dibongkar dengan ekskavator.
Terkadang, lapisan batubara yang memiliki ketebalan kurang dari 50 cm
dapat dikategorikan sebagai waste yang termasuk dalam Overburden.

Gembar
Lapisan Top Soil, Sub Soil dan Bed Rock

2.3.4 Kondisi Cadangan Batubara


Dari hasil uji kelayakan atau feasibility study yang dilaksanakan pada Maret
1999, reserve batubara PT TCM berjumlah 67,3 juta ton. Dengan tingkat produksi
tahunan rata-rata 5 juta ton, maka umur tambang diperkirakan adalah 16 tahun.
Namun, kondisi cadangan ini terus berubah seiring dilakukannya eksplorasi rinci
dan pemodelan cadangan yang lebih baik. Selain itu adanya perubahan parameter
harga batubara menjadi faktor penambah jumlah cadangan.
Kualitas batubara PT TCM bervariasi untuk setiap bloknya. Blok utara
memiliki nilai kalori 5500 – 7200 kcal/kg (adb), sedangkan blok selatan memiliki
kalori batubara berkisar antara 6000 - 7600 kcal/kg (adb). Rata-rata nilai kalori
batubara PT TCM adalah 6750 kcal/kg (adb)

Jumlah Batubara Total


Tahun
Cadangan Sumberdaya
2007 57,91 Mt 296,45 Mt
2008 80,00 Mt 302,57 Mt
2009 78,3 Mt 296,5 Mt
2010 76,70 Mt 296,5 Mt

Tabel
Jumlah Total Sumberdaya dan Cadangan Batubara PT TCM

PT TCM memiliki batubara dalam banyak lapisan, oleh karena itu dinamakan
multiseam. Seam ini dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan ketebalannya yaitu:
 Seam Mayor
adalah lapisan batubara yang memiliki ketebalan lebih besar daripada 2
meter.
 Seam Minor
adalah lapisan batubara yang memiliki ketebalan 1 sampai 2meter
 Twin Seam
Adalah batubara yang memiliki ketabalan dibawah 1 meter. Untuk batubara
yang memiliki ketebalan dibawah 0,5 meter dapat dianggap sebagai waste
dan bersama OB akan dibuang atau dapat dianggap sebagai dirty coal
apabila beberadaannya cukup dekat dengan seam yamg lebih besar.
Penamaan seam PT TCM menggunakan sistem angka empat digit. Digit
pertama menunjukkan kelompok utama sekaligus umurnya. Digit selanjutnya
adalah penomoran seam berdasarkan pelapisan. Seam dinamai dengan nomor
diantara 1000 – 9000, dimana seam 1000 adalah seam yang letaknya paling dalam
dan seam 9000 adalah seam yang letaknya paling dekat dengan permukaan.
Berikut pembagian lapisan batubara PT TCM:
 Blok Utara
Blok utara memiliki 82 seam,yang terdiri atas 7 seam mayor dengan seam
yang paling tebal adalah seam 3000,23 seam minor dan 52 seam twin.
 Blok Selatan
Blok selatan memiliki 29 seam yang dibagi menjadi 2 area besar yaitu
Area Dayak Besar
Area ini memiliki 29 seam dengan ketebalan bervariasi antara 2.0 sampai
7.2 meter.Seam dengan ketebalan paling besar adalah seam 3000 dan seam
3800.
Area Biangan
Area biangan hanya memiliki 2 seam mayor yaitu seam 3000 dan 3800.
Gambar
Penampang Kolumnar Seluruh Lapisan Batubara
2.4 Kegiatan Penambangan

Gambar
Urutan Penambangan PT TCM

2.5.1 Land clearing and grubbing


Kegiatan penambangan di PT Trubaindo Coal Mining dilakukan dengan
metode open pit. Setelah masa eksplorasi dan studi kelayakan menyatakan suatu
daerah konsesi ekonomis dan bisa untuk ditambang, kegiatan selanjutnya adalah
land clearing and grubbing. Pada proses ini dilakukan pembersihan lahan dari
tumbuh-tumbuhan. Kayu-kayu dari pohon yang ditebangi dikumpulkan dalam log
stock. Untuk selanjutnya kayu-kayu yang bernilai ekonomis dan berdiameter > 20
cm akan dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, dalam hal ini, Izin Pemanfaatan
Kayu (IPK) dimiliki oleh SKW untuk semua lahan kecuali pada Pit 3000 Bk 7 South
Block yang izin pemanfaatan kayunya dimiliki oleh PT TCM. Tahapan ini dilakukan
dengan menggunakan bulldozer, dan untuk pohon-pohon besar, terlebih dahulu
akan ditebangi menggunakan chain saw.
2.5.2 Top soil Removal
Proses selanjutnya adalah top soil removal. Pada proses ini, top soil
diangkut ke top soil stock untuk digunakan selanjutnya pada lahan yang akan
direhabilitasi atau langsung dilakukan kegiatan spreading top soil pada pit yang
telah di backfill (ditutup untuk kemudian direklamasi). Pengambilan tanah pucuk
ini biasanya dilakukan setebal ± 1 meter. Lapisan tanah pucuk ini merupakan
bagian paling atas dari lapisan tanah dan merupakan bagian yang bisa ditumbuhi
oleh tanaman, sehingga lapisan ini harus disimpan. Penggaliannya dilakukan
dengan free digging dengan excavator dan dump truck (biasanya menggunakan
articulated) yang juga biasanya dibantu oleh bulldozer.
2.5.3 Overburden Removal
Proses selanjutnya maju ke proses overburden (OB) removal. Pada proses ini
dilakukan 2 jenis penggalian, yaitu penggalian material lunak dan keras. Material
lunak (subsoil) biasa digali dengan free digging, dan jika ditemukan material keras,
maka akan dilakukan kegiatan pengeboran dan peledakan (drill and blast) terlebih
dahulu sebelum digali. Jika material keras yang akan digali memiliki ketebalan < 1
meter, maka dapat digali dengan ripper tanpa perlu peledakan. OB ini kemudian
akan diangkut ke OB disposal atau langsung di-dumping ke lokasi tambang yang
sudah final untuk proses inpit. Pada proses ini juga biasa dilakukan capsuling
material PAF (Potential Acid Forming) ke dalam material NAF (Non-potential Acid
Forming) untuk mengurangi dampak air asam tambang. Kegiatan gali muat pada
proses ini biasanya menggunakan excavator dan rigid dump truck dengan dibantu
oleh bulldozer. Dan jika daerah kerjanya sulit, dapat digunakan articulated dump
truck.
2.5.4 Coal getting
Kegiatan OB removal dilakukan dengan diikuti oleh kegiatan pengambilan
batubara (coal getting/coal winning). Kegiatan expose batubara diawali dengan
proses pembersihan roof batubara. Bagian roof ini akan diambil ± 7 cm untuk
kemudian dikelompokkan ke dalam dirty coal yang akan diletakkan ke lokasi dirty
coal stock, hal ini juga dilakukan pada ± 7 cm floor batubara setelah semua clean
coal habis ditambang (kegiatan cleaning coal ini biasa dilakukan dengan excavator
yang dilengkapi dengan flat bucket). Clean coal kemudian diangkut menuju ROM
(Run Of Mine) stock untuk disimpan sebelum dilakukan kegiatan blending and
crushing bagi batubara yang tidak masuk kualifikasi target produk pada saat itu,
atau langsung menuju hopper untuk segera di-blending and crushing bagi
batubara yang masuk kualifikasi untuk menjadi produk pada saat tersebut, dengan
sebelumnya memasuki daerah truck scale untuk dilakukan penimbangan batubara
yang diangkut truk.
Contractor Sources Dilution 3 % ROM
CV TS ASH
Pit Seam (Kcal/Kg) (%) (%)
MAP P5900 Bk 8 NB 5900 (N217-N226) 6560 0.39 4.69 3
5900 (N227-N233) 6281 0.42 7.22 1
6000 6424 0.38 4.72 1
6500 6197 0.41 5.88 1
P7000 Bk 8 NB 7000 6238 0.30 5.50 1
7200 5379 1.70 7.00 2
P5500 Bk 8 NB 5500 (N221-222) 6594 1.37 3.87 4
5500 (N231-232) 6811 2.57 5.70 4
BAS P3000 Bk 1A NB 1700 6272 0.62 4.68 1
2000 6124 2.57 6.51 2
3000 (N069-070) 6015 1.43 4.97 2
3000 (N076-078) 6069 1.17 4.36 2
P8500 Bk 5 NB 8500 5675 0.36 4.73 1
9000 5555 0.32 6.66 1
P8500 Bk 6 NB 8500 6064 0.34 3.90 1
9000 5872 0.90 5.79 1
RML P1700 Bk 16 NB 1700 7260 2.44 5.08 6
2000 (N100-110) 7296 0.79 4.56 5
2000 (N114-115) 7185 2.20 6.92 6
2500 6743 3.44 12.76 4
P2000 Bk 10 NB 2000 6622 0.60 7.89 3
PAMA P3000 Bk 7 SB 3000 7512 1.19 3.25 6
3400 7353 2.58 4.56 6
P3800 Bk 12 SB 3800 7004 1.69 5.82 6
P3000 Bk 12 SB 3000 7360 1.14 3.21 6
3100 7334 1.99 3.50 6
P4200 Bk 11 SB 4200 7062 0.36 2.98 5
P4500 Bk 12 Sb 4500 6719 0.41 3.27 3
4600 6683 0.38 4.76 3
4700 6524 0.36 5.57 3
4800 6627 1.85 5.29 4
4900 6708 1.16 4.09 4
5000 6713 0.45 3.54 3
5200 6547 0.28 4.18 3
5400 6698 0.23 4.57 3
P7000 Bk 5 SB 7000 6108 0.25 8.73 1
7210 6038 0.30 8.11 1
7220 6176 0.30 5.94 1
Tabel
Kualitas Batubara PT TCM (Juni 2011)

Parameter Kualitas Batubara


ROM (Run of Mine)
CV, Nilai Kalori (adb) TS, Total Sulfur
comment
Kcal/kg %

1 5500 - 6499 Dibawah 1%

2 5500 - 6499 Diatas 1%

Pit 3000 Blok 1A


2 (Hard Bend) 6000 - 6100 Diatas 1%
(BAS)

3 6500 - 6999 Dibawah 1%

4 6500 - 6999 Diatas 1%

5 7000 - 7500 Dibawah 1%

Diatas 1%, dibawah


6 (1) 7000 - 7500
1,8%

6 (2) 7000 - 7500 Diatas 1,8 %

Tabel
Klasifikasi Batubara di ROM (Run of Mine)
Parameter MCV LS HCV LS HCV HS LCV LS

As Received Base (ARB)

Total % 14,00 12.50 12,00 19,00


Moisture, TM

Gross kcal/kg 6143 6351 6529 5819


Calorific
Value

Net Calorific kcal/kg 5839 6054 6228 5486


Value

Air Dried Base (ADB)

Moisture % 9,00 7,00 7,00 13,00

Ash % 5,50 5,50 5,50 6,50

Volatile % 39,50 41,00 41,00 39,50


Matter

Fixed Carbon % 46,00 46,50 47,00 41,00

Gross kcal/kg 6500 6750 6900 6250


Calorific
Value

TotalSulphur % 0,80 0,80 1,80 0,80

HGI 47 46 47 55

Tabel
Spesifikasi Produk Batubara PT TCM
2.5 Departemen Mine Pit Service
Departemen Mine Pit Service adalah salah satu dari lima departemen yang
berada di dalam divisi Mine Operation. Keempat departemen lainnya adalah
Departemen Drilling and Blasting, Departemen Contractor Management ,
Departemen Coal Management dan Departemen Mine Rehabilitation.
Depertemen ini memiliki posisi sebagai mine support atau penunjang kegiatan
penambangan yang utama yaitu coal getting dan OB removal yang dilakukan oleh
kontraktor.
Departemen Mine Pit Service dibagi menjadi 2 sub-departemen, yaitu:
 Mine Dewatering
 Out-Pit Service
Sub-departemen Mine Dewatering mengurusi masalah pemindahan air di
dalam tambang, penggunaan pompa dan aksesorinya sehingga air di dalam
tambang dapat dikeluarkan dan dikelola selanjtnya di settling pond dan
membantu kelanjutan operasi tambang yang tengah berlangsung.
Sub-department Out-pit Service mengurusi masalah pemeliharaan jalan non
hauling batubara dari crushing plant ke port atau jalan ruas 2, 3 dan 4, masalah
pembuatan infrastruktur penyaliran tambang seperti settling pond, levee bank dan
channel yang telah direncankan oleh departemen Mine Plan serta kegiatan Clear
and Grabbing atau pembersihan kawasan lahan baru yang akan ditambang.
3
DASAR TEORI

Penyaliran Tambang
Dasar Penyaliran Tambang
Infrastruktur Penyaliran Tambang
Lingkungan Tambang
Air Asam Tambang
Padatan Tersuspensi
Pengolahan Air Tambang
3.1 Penyaliran Tambang

3.1.1 Dasar penyaliran tambang


Penyaliran tambang merupakan salah satu kegiatan penunjang
pertambangan yang sangat penting, baik untuk penambangan terbuka atau
surface mining dan penambangan bawah tanah atau underground mining. Air di
dalam tambang dapat menjadi masalah karena dapat mengganggu aktivitas
penambangan secara keseluruhan. Waktu kerja akan terbuang apabila
pemompaan air dari dalam pit perlu dilakukan dan hal ini dapat mengurangi
efektivitas operasi produksi. Selain itu, air di dalam tambang dapat menyebabkan
masalah lingkungan seperti air asam tambang dan padatan tersuspensi yang dapat
merusak lingkungan. Air di dalam tambang juga dapat menyebabkan kestabilan
lereng berkurang, karena dapat menambah beban bagi lereng disamping sebagai
media gelincir dan media pelapukan material di permukaan bidang lemah.
Air diusahakan tidak masuk ke dalam tambang sama sekali, karena air yang
telah masuk ke dalam tambang harus mengalami treatment agar dapat dilepaskan
ke lingkungan. Hal ini mungkin dilakukan untuk surface runoff yang besar, namun
tidak untuk air bawah tanah,air rembesan dan surface runoff dari hujan yang jatuh
ke dalam catchment area pit.
Sistem penyaliran dengan cara mencegah air masuk ke dalam tambang
disebut dengan system penyaliran inkonvensional atau mine drainage, sedangkan
system penyaliran dengan cara mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam
tambang disebut sebagai system penyaliran konvensional. Sistem yang biasanya
diterapkan di tambang adalah sistem penyaliran konvensional.
Sistem penyaliran inkonvensional yang biasanya diaplikasikan di tambang
adalah sebagai berikut:
 Metode Siemens
Metode Siemens adalah metode yang paling umum yang diterapkan dalam
system drainase tambang. Lubang bor drainase yang memiliki diameter 8
inchi dan spasi antaranya 20 sampai 40 kaki dibuat memotong lapisan
akuifer utama yang berpotensi merembes ke dalam bukaan tambang.
Lubang bor yang dibuat terdiri atas beberapa set, bergantung pada
besarnya lapisan akuifer dan daerah pengaruhnya pada pit tambang atau
bukaan tambang. Lubang ini lalu dihubungkan dengan pipa sampingan yang
terhubung ke pipa utama lalu dihubungkan dengan pompa untuk
mengalirkan air yang terperangkap pada lubang bor drainase sehingga
dapat mengurangi dampak air tanah terhadap operasi penambangan.
Lubang bor ini juga dapat berfungsi sebagai lubang pemantauan air tanah
dan akuifer, sehingga pemetaan hidrogeologi dapat dianalisis dan dibuat
dengan detil yang lebih baik. Selain itu dapat juga dijadikan bor
pemantauan muka air tanah terhadap kestabilan lereng atau bukaan bawah
tanah.
Gambar
Siemens Method (Bench)

 Metode Elektro-osmosis
Metode ini menggunakan dua electrode,anoda dan katoda yang dialiri oleh
aliran listrik searah (DC). Ion Hidrogen akan tertarik ke arah elektrode
negatif, sedangkan ion hidroksida akan tertarik ke arah elektrode positif.
Metode ini digunakan pada air bawah tanah yang berada pada zone dengan
permeabilitas yang cukup rendah, sehingga pemompaan biasa tidak
mungkin dilakukan.

Gambar
Metode Drainase Elektro-osmosis

 Metode pemotongan air tanah.


Metode ini dilakukan dengan cara memotong lapisan akuifer dengan
paritan atau trench sehingga air pada akuifer dapat mengalir di dalam
trench dan tidak mengalir ke arah akuifer yang dipotong oleh pit tambang
atau bukaan tambang. Selain sebagai usaha pencegahan air yang masuk ke
dalam tambang, metode ini juga dapat digunakan sebagai uji akuifer dan uji
kualitas air tanah.
Sistem penyaliran tambang konvensional dibagi menjadi:
 Adit and tunneling
Adalah sistem yang biasa dilakukan pada penambangan bawah tanah. Adit
adalah terowongan buntu, sedangkan tunnel adalah terowongan tembus di kedua
sisinya. Adit dan tunnel ini khusus dibuat untuk mengalirkan air yang telah masuk
ke dalam tambang bawah tanah. Masalah yang perlu diperhatikan adalah
stabilitas bukaan dan pelapisan atau coating bukaan dengan bahan impermeabel.
Pompa kemungkinan juga dibutuhkan.
 Channel and Sump
Channel dan sump adalah teknik penirisan tambang atau mine dewatering
yang paling umum dilakukan pada tambang terbuka. Paritan dibuat
disepanjang bukaan tambang sehingga memanfaatkan gravitasi dan
dikumpulkan pada bukaan paling rendah di tambang yang digunakan sebagai
tempat penampungan air limpasan yang biasa disebut sump. Setelah periode
tertentu atau ketinggian air tertentu di sump, air dikeluarkan menggunakan
pompa keluar tambang.
 Out- and In-Pit well
Out- and In-Pit well adalah metode drainase dengan membuat sumuran
didalam atau diluar pit sehingga air limpasan dapat masuk ke dalammya dan
dapat mengalir melalui lapisan akuifer di bawahnya atau dipompa keluar
setelah mencapai ketinggian tertentu. Dapat dijadikan sumur pemantauan air
limpasan.
Dalam menentukan sistem mana yang tepat yang dapat diimplementasikan
pada penambangan bawah tanah atau permukaan diperlukan analisis faktor-
faktor yang memengaruhi air yang dapat masuk ke dalam tambang diantaranya:
 Analisis Hidrogeologi
Analisis ini dilakukan sebagai langkah awal menentukan kondisi air tanah
tempat dimana pit atau bukaan tambang akan dibuat. Analisis ini melingkupi
analisis terhadap statigrafi dan lithologi batuan,analisis akuifer dan lapisan
lainnya serta analisis terhadap luasan catchment area dan hidrogeomorfologi.
Diharapkan setelah melakukan analisis ini didapatkan data lengkap mengenai
potensi air permukaan dan bawah tanah yang dapat memengaruhi bukaan
tambang dikemudian hari.
Analisis hidrogeologi ini lebih baik apabila dilakukan bersamaan dengan
pembuatan bor geoteknik dan muka air tanah, atau bor hidrogeologi secara
individual. Kegiatan eksplorasi air tanah lebih baik apabila dilakukan di daerah
yan akan dijadikan tambang seperti survey geolistrik, survey akuifer dan survey
lainnya yang sesuai, namun harus diperhatikan pula permasalahan biaya dan
kepentingan survey atau langkah yang akan dilakukan.
Apabila peta hidrogeologi tidak bisa didapatkan, peta geologi standar dengan
pemodelan akuifer berdasarkan metode geostatistik ataupun pemodelan
dengan programming dan penampang melintang dari area yang akan menjadi
bukaan dapat digunakan, namun dengan menggunakan data bor yang baik dan
spasi lubang bor yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Analisis Meteorogi dan Klimatologi
Analisis ini terutama ditekankan pada perhitungan curah hujan dan penentuan
hujan rencana. Perhitungan curah hujan dpat didasarkan pada peta isohyet
atau perhitungan langsung di lapangan dengan alat pengukur curah hujan
(ombrometer)
Perhitungan curah hujan di suatu area tertentu tidak mungkin dilakukan secara
menyeluruh, oleh karena itu ditentukan saja satu atau beberapa titik
pemantauan yang representatif terhadap keseluruhan area yang akan dihitung
besar curah hujannya. Untuk bukaan tambang yang areanya tidak telrlalu besar
apabila dibandingkan dengan daerah pengaruh hujan yang biasa terjadi di
daerah tersebut, cukup dibuat satu stasiun di setiap pit yang diambil hasilnya
setiap 24 jam sekali. Stasiun pemantauan diletakkan di dekat crest pit highwall
atau dekat dengan mine road demi mudahnya akses pengambilan data curah
hujan. Pengambilan data tetap dilakukan meskipun hujan tidak terjadi. Hal ini
dilakukan demi menjaga keabsahan data bagi perhitungan hujan rencana.
Perhitungan hujan rencana didasarkan atas data curah hujan yang cukup
lama. Bagi data yang baru saja diambil kurang dari lima tahun, diambil rataan
berbobot atau trendline dari hujan yang terjadi. Sebaiknya data curah hujan
yang dimiliki adalah lebih dari lima tahun Hujan rencana tahunan dihitung
sebagai antisipasi infrastruktur terhadap hujan yang berada di luar perkiraan
atau rata-rata aritmatika biasa. Hal ini diperlukan agar setiap struktur benar-
benar dibuat sesuai dengan segala kondisi yang mungkin serta menghindarkan
kerugian yang terjadi akibat kesalahdugaan yang mana dapat menimbulkan
kerusakan infrastruktur, penghentian operasi maupun kerugian barang
maupun jiwa.
Gambar
Ombrometer (alat penakar curah hujan)

 Analisis Geomorfologi – Catchment Area


Analisis geomorfologi diperlukan untuk melihat tendensi mengalirnya surface
runoff secara alami. Selain itu, analisis ini diperlukan sebagai landasan dasar
penentuan batasan catchment area bukaan pit dan pembuatan infrastruktur
penyaliran tambang agar dapat berjalan dengan seefektif mungkin dan sebisa
mungkin menggunakan gravimetrik sehingga penggunaan energi tambahan
untuk penyaliran dapat diminimalisasi.
 Perhitungan Volume Limpasan
Perhitungan volume limpasan sebenarnya sangat sulit dilakukan pada daerah
yang sangat luas,mengingat variasi faktor-faktor penentu besarnya surface
runoff menjadi sangat besar. Metode yang biasa digunakan dalam penentuan
volume limpasan di tambang adalah metode rasional. Metode ini dipilih karena
penggunaanya yang mudah dan disesuaikan dengan kondisi bukaan tambang
yang cukup homogen serta luasannya kurang dari 300 Ha. Metode ini hanya
dapat memperhitungkan debit puncak limpasan.
Berikut adalah formulasi perhitungan debit puncak dengan menggunakan
metode rasional:
Qp = 0,002778CIA
dimana
Qp = Debit air limpasan puncak (m3/s)
C = Koefisien aliran permukaan
I = Intensitas Hujan pada Periode Hujan Ulang (mm/hr)
A = Luas Catchment Area (m2)
Asumsi yang digunakan adalah:
 Hujan yang terjadi memiliki intensitas yang homogen di seluruh luasan
catchment area,
 Apabila hujan terjadi dengan durasi lebih kecil daripada waktu konsentrasi,
debit puncak akan lebih kecil nilainya apabila dibandingkan dengan debit
hujan puncak rencana. Apabila waktu hujan lebih besar daripada waktu
konsentrasi, maka debit puncak akan tetap sama dengan debit puncak.
Gambar
Debit Limpasan Puncak

Nilai koefisien aliran permukaan (C) dipengaruhi oh laju infiltrasi tanah,


porositas tanahm simpanan depresi, presentase lahan yang impermeabel,
kemiringan lahan, vegetasi penutup muka lahan dan intensitas hujan yang ada.
Berikut adalah nilai koefisien limpasan yang digunakan dalam metode rasional
Deskripsi Lahan /Karakter Permukaan Nilai koefisien limpasan (C)
Bisnis
Perkotaan 0,70 - 0,95
Pinggiran Kota 0,50 -0,70
Industri
Ringan 0,50 -0,80
Berat 0,60 -0,90
Perkerasan
Aspal dan Beton 0,70 - 0,90
Batu bata dan Paving 0,50 – 0,70

Tabel
Nilai Koefisien limpasan (Suripin, 2004)

Koefisien Limpasan, C = Ct + Cs + Cv

Topografi (Ct) Tanah (Cs) Vegetasi (Cv)

Datar
0,02 Pasir & Gravel 0,04 Hutan 0,04
(<1%)

Bergelombang Lempung
0,08 0,08 Pertanian 0,11
(1-10%) Berpasir
Perbukitan Lempung &
0,16 0,16 Padang Rumput 0,21
(10-20%) Lanau
Pegunungan
0,26 Lapisan Batu 0,26 Tanpa Vegetasi 0,28
(>20%)
Tabel
Nilai Koefisien Limpasan (Hassing,1995)

Nilai intensitas Hujan Rencana tahunan dapat dihitung dengan menggunakan


metode Gumble. Metode ini digunakan karena kemudahannya dibandingkan
dengan metode lain, namun data curah hujan yang dibutuhkan harus cukup
banyak agar nilai hujan rencana yang dihasilkan valid.
 Volume Rembesan
Volume rembesan adalah jumlah air infiltrasi atau air bawah tanah yang
kenbali keluar menuju bukaan tambang melalui dinding atau dasar jenjang. Air
rembesan ini dikenal di lapangan sebagai mata air, namun penggunaan istilah
ini kurang tepat. Air yang merembes ke dalam tambang ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
 Lithologi batuan
Lithologi batuan merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya
rembesan yang terjadi. Lithologi menunjukkan tipe batuan dan
konduktivitas fluida. Batuan yang kompak cenderung menjadi lapisan
impermeabel sedangkan batuan yang tidak terkonsoloidasi menjadi lapisan
yang permeabel.
 Geometri Bukaan Tambang
Geometri bukaan tambang memengaruhi banyaknya lapisan batuan yang
dipotong serta luasan area yang dibuka. Semakin banyak lapisan akuifer
yang dipotong, semakin banyak rembesan yang mungkin terjadi.
 Struktur Geologi
Batuan yang memiliki struktur yang lebih banyak memungkinkan air dapat
lebih merembes daripada batuan yang memiliki sedikit struktur geologi atau
tidak sama sekali.
 Pelapisan Dinding bench
Dinding bench yang dilapisi oleh lapisan impermeabel cenderung untuk
menahan air, sehingga rembesan dapat ditahan. Namun, hal ini dapat
meningkatkan kejenuhan air di dalam massa batuan, sehingga dapat
berakibat pada failure lereng.
 Hidrogeologi
Bukaan tambang yang memotong lapisan akuifer akan lebih banyak
mengalami air rembesan. Kondisi curah hujan yang tinggi juga kemungkinan
meningkatkan potensi adanya rembesan air pada dinding lubang bukaan
tambang. Selain itu, letak muka air tanah dapat juga digunakan sebagai
indikator awal akan adanya rembesan air.
 Kondisi pengairan di sekitar bukaan tambang
Apabila ada badan air di sekitar bukaan tambang, air mungkin dapat masuk
melalui rekahan yang menghubungkan antara badan air dan bukaan
tambang.Oleh karena itu diperlukan kontrol yang baik pada badan air yang
berada di sekitar bukaan tambang. Diperlukan juga assesment resiko
perembesan air yang berasal dari badan air ini.

3.1.2 Infrastruktur Penyaliran Tambang


Berikut akan dijelaskan mengenai infrastruktur dan peralatan tambang yang
diaplikasikan dalam industri pertambangan.
3.1.2.1 Sump
Sump adalah salah satu infrastruktur dalam penyaliran tambang terbuka
yang berfungsi sebagai tempat penampungan air yang masuk ke dalam pit. Air
yang masuk ke dalam pit ini dapat berupa air limpasan hujan pada catchment area
terkait, yaitu pit catchment area dan atau air infiltrasi dari lapisan akuifer yang
dipotong bukaan tambang. Sump biasanya adalah daerah dengan elevasi terendah
dari pit, bench atau front kerja. Air yang masuk ke dalam tambang akan terkumpul
secara gravimetrik menuju sump.
Sistem penyaliran tambang dengan menggunakan sump dibagi menjadi dua:
1. Sistem penyaliran tambang terpusat
Dilakukan apabila seluruh air di pit tambang ditampung melalui penampung
lokal yang mana nantinya dialitkan pada sump utama (main sump). Sistem
ini dilakukan pada pit yang sudah mencapai kemajuan yang cukup besar,
sehingga pengurasan sump hanya perlu dilakukan pada satu tempat yaitu
sump utama. Hal ini juga akan mengurangi penggunaan pompa. Namun,
sistem penyaliran dengan sump utama ini harus dilakukan dengan
pertimbangan yang cukup baik dan pemantauan yang berkala. Diusahakan
agar infrastruktur individual dapat bekerja dengan baik dan main sump
tetap terkontrol volumenya sehingga operasi pertambangan tidak
terganggu.
2. Sistem penyaliran tambang Individual atau tidak memusat
Sistem penyalran ini diterapkan pada bukaan yang relatif luas, namun tidak
terlalu dalam. Penerapannya dapat dilakukan apabila debit air yang masuk
tambang tidak terlalu besar sehingga dengan mudah air dapat dikeluarkan
dari tambang.
Jenis sump berdasarkan letakknya pada pit adalah sebagai berikut:
 Travelling sump
Adalah sump yang diletakkan di depan front kerja. Disebut travelling sump
karena letaknya berubah terus-menerus seiring dengan kemajuan tambang.
Travelling sump ini dibuat temporary dan volume penampungannya tidak
terlalu besar. Air yang masuk ke dalam sump ini diusahakan dialirkan
melalui riool menuju tempat penampungan yang lebih besar dan
permanen.
 Bench Sump
Adalah sump yang dibuat pada jenjang-janjang penambangan yang ada.
Digunakan sebagai penampung air hujan yang mengalir melalui bench
tersebut. Dapat berupa sump yang permanen atau temporer, bergantung
pada kemajuan tambang yang akan dilakukan.
 Main Sump
Adalah sump utama yang terletak pada elevasi terendah dari suatu bukaan
tambang. Air dari sump jenis lain yang temporer dan atau lebih kecil volume
penampungannya dialirkan menuju sump ini yang pada akhirnya akan
dipompakan menuju ke luar bukaan tambang.

Gambar
Sump Pit 3000 Blok12
S

3.1.2.2 Channel
Channel atau kanal adalah infrastruktur tambang yang berfungsi sebagai
jalur pengalir air atau saluran pengelak air yang akan masuk ke dalam tambang.
Channel juga berfungsi sebagai penghubung antara dua kompartemen
penampungan dan atau pengolahan air. Channel tidak difungsikan sebagai tempat
penampungan air permanen, melainkan tempat penampungan air temporer
selama pengairan harus dilakukan. Desain channel harus memperhatikan besar
volume atau debit air yang akan dialirkan, kecepatan aliran yang akan dilewatkan,
komposisi air yang akan dilewatkan serta kondisi geokimia dan lithologi dimana
channel akan dibuat. Selain itu, pembuatan lapisan pada channel agar channel
terlindung dari erosi dan cukup impermeabel, ketebalannya serta resistansi
terhadap erosi diperlukan juga. Channel yang dibuat sebaiknya cukup kuat untuk
digunakan selama jangka waktu yang lama. Survey geokimia dan geologi
diperlukan agar channel yang dibuat dapat tahan terhadap erosi dan kualitas air
yang dilewatkan tetap terjaga, jangan sampai air yang telah melewati channel
tersebut memiliki kualitas yang lebih buruk. Apabila hal ini tidak dapat
dihindarkan, pembuatan infrastruktur pengolah dapat dilakukan di akhir channel.
Channel juga dibuat untuk mengalirkan air dari slump menuju creek atau sungai
terdekat atau untuk membuat pengelakan air dari suatu creek ke creek lain.
Pembuatan Channel diusahakan sebisa mungkin memanfaatkan gravitasi,
sehingga air dapat mengalir secara alami, dari elevasi yang lebih tinggi ke elevasi
yang lebih rendah, namun hal ini kemungkinan membutuhkan pemotongan
morfologi muka bumi yang lebih tinggi.
Gambar
Channel di Pit 1700 Blok 16
3.1.2.3 Riool
Riool atau gorong-gorong adalah infrastruktur penyaliran tambang yang
dibuat di dalam bukaan tambang dan berfungsi sebagai saluran air dan penangkap
surface runoff atau infiltrasi pada pit. Riool ini berukuran kecil, dan dapat dibuat
dengan menggunakan ekskavator kecil. Air yang tertangkap oleh riool ini lalu
dialirkan menuju sump.
3.1.2.4 Ditch
Ditch adalah salah satu infrastruktur penyaliran yang dibuat di samping
jalan tambang. Ditch berukuran lebih besar daripada riool. Berfungsi sebagai
pengumpul limpasan hujan yang jatuh pada badan jalan. Air yang telah
dikumpulkan akan dialirkan secara gravimetrik menuju sump. Ditch biasanya
dibuat bersama safety berm.
3.1.2.5 Culvert
Culvert adalah gorong-gorong bawah tanah atau gorong-gorong yang
memiliki penutup. Culvert biasanya dibuat untuk dapat merintangi jalan tambang
tanpa menimbulkan deformasi pada jalan tambang, sehingga tidak menghalangi
operasi penambangan.
3.1.2.6 Levee Bank
Levee bank adalah infrastruktur tambang, dimana berfungsi sebagai
tanggulan penahan, pengelak atau pembangi antara dua badan air. Levee bank
biasanya ditempatkan pada crest pit agar air dapat dicegah masuk ke dalam
bukaan tambang. Levee bank juga dibangun pada badan air untuk membagi satu
badan air menjadi beberapa bagian badan air, sehingga pengontrolan kualitas dan
kuantitas dapat dijalankan dengan lebih mudah.
Levee bank harus dibuat dengan memenuhi persyaratan kestabilan dan
ketahanan serta impermebelitas terhadap air. Persyaratan kestabilan dapat
dicapai dengan membuat inti atau core dari levee bank dengan menggunakan
bahan impermeabel dan kuat serta bagian shield atau mantle dibuat dengan
menggunakan bahan kuat yang dikompaksi, sehingga failure terhadap kekuatan
levee bank dapat diminimalisasi. Pemenuhan pemilihan bahan sebaiknya juga
memperhatikan masalah apakah bahan tersebut cukup impermeabel dan memiliki
reaktivitas baik secara kimia maupun fisik terhadap air yang mana memengaruhi
kestabilan levee bank dan kualitas air yang ditahannya.
Secara geometri, levee bank juga harus memperhatikan besarnya tekanan
hidrostatis yang dapat ditimbulkan oleh air yang ditahannya, kekuatan fisik,
mekanik dan kimiawi dari dasar fondasi tempat levee bank dibuat serta
kemudahan dalam pemantauan dan perbaikan levee di masa yang akan datang.
3.1.2.7 Settling Pond
Settling pond atau sediment pond adalah kolam yang berfungsi sebagai
tempat pengendapan dan treatment air yang telah tekontaminasi, baik itu air hasil
industri penambangan batubara secara langsung maupun tidak langsung atau air
yang telah masuk ke dalam tambang sehingga dapat memenuhu standar baku
mutu lingkungan yang ada dan akhirnya dapat dilepas menuju perairan bebas.
Settling pond didesain agar memiliki luasan dan volume yang cukup untuk
mengendapkan partikel dengan ukuran tertentu. Settling pond biasanya memiliki
beberapa kompartemen yang diatur agar pengolahan yang dilakukan dapat
bertahap dan kondisi kualitas dapat dinaikkan secara berkala.
3.1.2.8 Pompa
Pompa adalah peralatan pemidahan zat cair yang sangat penting pada
sistem penyaliran tambang. Pompa digunakan untuk memindahkan zat cair
melawan gravitasi. Karena penggunaanya yang membutuhkan energi luar, pompa
sebaiknya digunakan seminimal mungkin. Pompa sebaiknya pula digunakan
padasatu cabang sistem saja, sehingga dapat mengurangi ongkos pembiayaan dan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Di dunia tambang, pompa biasanya
digunakan untuk memnindahkan air tambang yang berada di dalam sump ke luar
bukaan tambang atau pit.
Pompa memanfaatkan energI listrik atau fuel dan mengubahnya menjadi
energi mekanik yang dapat menghisap air dan mengalirkannya menuju tempat
yang diinginkan.
Pompa adalah sebuah mesin yang menggunakan energi mekanis untuk
memindahkan, mengkompresi dan atau mengangkat fluida. Oleh karena ia
diaplikasikan dalam pemidahan fluida, pompa bergantung pada hukum mekanika
fluida.
Fluida, memiliki 3 bentuk energi spesifik yaitu
1. Energi Spesifik Potensial
Yaitu energi yang dimiliki oleh fluida karena meiliki perbedaan ketinggian
yang relatif terhadap titik referensi atau datum.
2. Energi Spesifik Kinetik
Adalah energi spesifik yang dimiliki oleh fluida yang memiliki kecepatan
aliran tertentu.
3. Energi Spesifik Tekanan
Adalah energi yang dimiliki oleh fluida yang bertekanan relatif terhadap
tekanan ambiens atau tekanan atmosferik.

Semua hukum konservasi energi tetap berlaku pada sistem fluida.


Pompa adalah alat yang penting dalam pemindahan fluida, terutama
apabila pemindahan ke elevasi yang lebih tinggi diperlukan. Sistem pemompaan
ini disesuaikan dengan:
1. Debit zat cair yang akan dipindahkan
2. Suction pompa
3. Outlet pompa
4. Lokasi pompa
5. Penggunaan peralatan pemompaan tambahan yang sesuai dengan
pompa
6. Total head yang dibutuhkan: bergantung pada ukuran, tipe, dan
konsumsi daya yang dibutuhkan dalam pemompaan.
Pompa harus memiliki head total yang diperlukan dalam memindahkan fluida
yang dimaksud. Head yang dimiliki oleh fluida terdiri atas komponen-komponen
berikut:
1. Head Friksi
Head friksi adalah head yang dialami oleh fluida karena viskositasnya.
Adanya viskoitas pada larutan menyebabkan adanya gaya gesek internal
antar molekul fluida.

Gambar
Head friksi

2. Head akibat peralatan


Kehilangan head yang diakibatkan oleh peralatan tambang diakibatkan
karena adanya shock energy yang ada di dalam alat. Shock energy ini
menyebabkan kehilangan head pressure yang signifikan. Contoh peralatan
yang menyebabkan kehilangan head adalah : filter, valve, junction, dll.
Gambar
Head Aksesori (loss)

3. Head Kecepatan
Head kecepatan pada umumnya naik ketika fluida keluar dari namun
dibutuhkan panambahan head dari peralatan lain ketika ia akan masuk ke
dalam sistem. Head kecepatan biasanya sedikit berpengaruh pada total
head. Apabila dibutuhkan head kecepatan yang besar, biasanya pada sistem
ditambahkan nozzle

Gambar
Head Kecepatan

4. Head Elevasi
Head ini diakibatkan oleh perbedaan ketinggian kolom fluida relatif
terhadap titik referensi atau datum. Head elevasi ini biasanya merupakan
head yang paling berpengaruh pada head total, terutama untuk
pemompaan elevasi.
Gambar
Head elevasi

5. Head Tekanan (Kontainer)


Head ini disebabkan adanya perbedaan tekanan ambiens atau tekanan
atmosferik individual relatif terhadap yang lainnya. Head tekanan akan
memengaruhi nilai head total apabila fluida dipompa dari suatu kontainer
atau sistem tertutup yang relatif tak terhubung satu sama lain.

Gambar
Head Tekanan

Head di dalam sistem pemompaan adalah head total yang harus disediakan
oleh pompa agar dapat mengalirkan fluida dari suatu titik ke titik lainnya. Head
total ini merupakan perbedaan head antara inlet pengisap (suction) dengan outlet
(discharge). Berikut adalah komponen head total yang harus disediakan oleh
pompa agar dapat memindahkan fluida.
1. Head Total Statik (HTS)
Adalah head total yang diakibatkan oleh perbedaan elevasi atau ketinggian
serta tekanan dalam kontainer dari suction dan discharge point relatif
terhadap titik acuan atau datum.

Gambar
Head Total Statik

2. Head Statik Isap (Suction Head)


Adalah head yang dihasilkan karena perbedaan tekanan pada kontainer isap
dengan perbedaan ketinggian kolom air antara pipa isap dan garis tengah
(centerline) dari pompa.
3. Head Statik keluaran (Discharge Static Head)
Adalah head yang dihasilkan karena perbedaan tekanan dalam kontainer
discharge dengan perbedaan tinggi kolom air antara pipa keluaran dan garis
tengah pompa.
4. Head Kecepatan Total
Adalah head yang ditimbulkan karena adanya perbedaan kecepatan flow
suction dan discharge.

Gambar
Head Kecepatan Total

5. Head Loss Total


Head Loss total adalah rugi- rugi head yang ditimbulkan karena adanya friksi
atau gesekan antara fluida dengan peralatan aksesori yang digunakan dalam
sistem pemompaan fluida.
Dapat disimpulkan bahwa total head yang harus disediakan pompa untuk
memindahkan fluida adalah:

HP HF HEQ Hv HDS HSS

Pompa tidak dapat berfungsi dengan sendirinya, melainkan ia


membutuhkan infrastruktur tambahan yang dapat menunjang pengaliran fluida
dari satu titik ke titik lainnya, yaitu junction, knee, valve, filter dan pipa.
Pompa secara umum dibagi menjadi dua tipe:
1. Pompa aksial
adalah pompa yang memiliki inlet dan outlet yang terletak pada satu
garis utama. Pompa ini bekerja pada tekanan yang rendah namun
memiliki kecepatan aliran yang tinggi
2. Pompa sentrifugal
Adalah pompa yang memiliki inlet dan outlet saling tegak lurus satu
sama lain. Pompa ini memanfaatkan gaya sentrigugal yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara outlet dan inlet
sehingga air dapat dialirkan.Pompa ini beroperasi pada tekanan yang
tinggi namun sebagai konsenkuensinya ia bekerja dengan kecepatan alir
yang rendah.

3.2 Lingkungan Tambang


3.2.1 Air Asam Tambang (Mine Acid Drainage)
Air asam tambang atau acid mine drainage adalah air yang telah masuk ke
dalam tambang dan terkontaminnasi oleh mineral sulfida seperti pirit (FeS 2) yang
telah teroksidasi. Air asam tambang memiliki pH dibawah 5.0. Air asam tambang
juga dapat berasal dari reaksi air dengan ion logam berat yang teroksidasi. Air
asam tambang merupakan masalah lingkungan yang serius sehingga ia harus
diolah terlebih dahulu sebelum dapat dilepaskan menuju badan perairan alami.
Air asam tambang adalah tipe air buangan yang spesifik,dan dapat berasal
dari bukaan tambang terbuka yang mengandung mineral sulfida, dari overburden
atau pada dirty coal yang mengalami pembilasan. Pada daerah dengan curah
hujan tinggi seperti di Kalimantan, Air asam tambang dapat diproduksi dalam
volume yang cukup besar dan menimbulkan biaya dan dampak yang lebih besar.
ReaksI redoks antara logam sulfida misalnya pirit di alam dengan air dan
oksigen ditunjukkan dengan persamaan kimia berikut:
4FeS2 + 15 O2 + 14 H2O  4Fe(OH)3 + 8SO42- + 16 H+
Reaksi di atas dipicu oleh beberapa bakteri asidofil. Dapat dilihat dari
persamaan di atas bahwa oksigen dan air diperlukan kedua-duanya dalam
pembentukkan air asam tambang. Air berfungsi sebagai reaktan, larutan tempat
transfer elektron dan media hidup bagi bakteri. Oksigen dibutuhkan sebagai
oksidator dan dibutuhkan oleh bakteri asidofil yang mana adalah bakteri aerob.
Kondisi lembab pada tempat penyimpanan waste atau overburden adalah kondisi
yang hampir sempurna bagi peristiwa oksidasi meneral sulfida.
Air asam tambang masih bisa tetap terbentuk walaupun setelah tambang
berakhir. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang serius bagi pengolahan dan
pencegahan air asam tambang.
Untuk menidentifikasi air asam tambang, dapat dilakukan analisis terhadap
geokimia, hidologi dan bor logging area dimana penambangan akan dilakukan.
Sampling pada rock cutting atau rockcore dapat dilakukan untuk dijadikan sampel
bagi test laboratorium. Sampel yang diambil digunakan untuk menglasifikasikan
material, yang mana akan membuat perencanaan tambang dapat dilakukan
dengan seksama dan menimalisasi resiko terbentuknya air asam tambang. Sampel
yang diambil harus dapat merepresentasikan keseluruhan lapisan yang ada dan
variabelitas yang mungkin ditemukan di lapangan selama umur bukaan tambang.
Sampling yang dilakukan sama seperti sampling tanah asam. Sampel harus
memenuhi kriteria jumlah dan kualitas, yang mencangkup berat, adanya pengotor
atau tidak, serta lamanya jangka waktu pengambilan sampel dengan waktu uji
laboratorium.
Uji laboratorium yang dilakukan adalah uji pH, uji konduktivitas elektrik, uji
ABA, uji komposisi multi elemen dan uji mineralogi. Material dari hasil uji
laboratorium ini dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama., yaitu
1. Potentially Acid Forming (PAF)
2. Non-Acid Forming (NAF)
PAF adalah material yang memiliki kecendrungan besar untuk membentuk
air asam tambang, sedangkan NAF adalah material yang cenderung untuk tidak
membentuk air asam tambang. Dari hasil uji laboratorium ini dapat dilakukan
pemodelan geologi mengenai material PAF dan NAF sehingga planning
pembukaan tambang dapat dilakukan dengan baik serta minimalisasi potensi
terbentuknya air asam tambang dapat dilakukan. Selain itu, pembuatan
infrastruktur melalui lapisan batuan PAF dapat dihindarkan atau apabila tidak bisa
dihindarkan, dapat dibuat perlindungan daripadanya, sehingga kualitas air yang
dialirkan tetap terjaga.
Pemodelan NAF dan PAF juga dimaksudkan agar material PAF dapat diolah
dengan baik sehingga mengurangi potensinya terpapar oleh air dan oksigen.
Metode pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
1. Dry Cover System
Sistem perlindungan ini adalah sistem yang paling banyak diterapkan di
tambang terbuka. Hal utama yang dilakukan dengan metode ini adalah
menghalangi material PAF terhadap difusi air, Proses yang dilakukan
adalah enkapsulasi material PAF di dalam material NAF. Diusahakan
terdapat membran impermebel pada dasar penimbunan yang mencegah
air tanah masuk menuju material PAF dan juga mencegah air yang telah
masuk dan bereaksi dengan material PAF masuk ke dalam air tanah.
Sistem ini membutuhkan enkapsulasi dari material yang dapat menahan
perkolasi air dan difusi oksigen pada umumnya. Selain itu material juga
tidak boleh reaktif terhadap air dan udara ataupun terhadap material
PAF. Kondisi iklim, cuaca dan geometri juga perlu diperhatikan. Di sekitar
timbunan perlu dibuat gorong-gorong yang mana air yang ditangkap
olehnya akan dialirkan menuju sistem pengolahan air terpadu sebelum
dapat dialirkan ke perairan alami terbuka.
2. Water Cover System
Sistem perlindungan ini didasarkan pada fakta bahwa material PAF tidak
dapat menimbulkan air asam tambang apabila tanpa kehadiran salah
satu pemicunya yaitu oksigen. Dengan kelarutan oksigen di dalam air
yang begitu rendah yaitu 25 000 kali lebih rendah daripada udara, sistem
ini dapat diterapkan. Yang harus diperhatikan adalah perlindungan dari
rembesan, yang mana dapat membawa air yang mengandung mineral
sulfida ke tempat lain dimana oksidasi terjadi, struktur penempatan yang
stabil dan ketinggian muka air yang berubah. Sangatlah penting untuk
meyakinkan bahwa material PAF dilindungi minimal 2 meter dibawah
permukaan air.
3. Netralisasi
Dalam kondisi tumpukkan yang lembap, reaksi netralisasi dapat
dilakukan misalnya dengan penambahan limestone sehingga terbentuk
ion yang relatif netral. Metode netralisasi lain yang dapat diterapkan
adalah mencampur material PAF dengan material penetral, sesuai
dengan komposisi, reaktivitas dan pH akhir yang diinginkan.
Dalam aplikasi sistem ini, diperlukan pengawasan yang baik, agar sistem
yang ada dapat bekerja dengan baik dan memiliki jangka waktu yang sesuai
dengan perencanaan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
3.2.2 Padatan Tersuspensi (Total Solid Suspended)
Padatan tersuspensi adalah partikel padatan yang memiliki ukuran clay
sampai silt yang menjadi campuran homogen dan menaikkan berat jenis air
secara keseluruhan. Padatan tersuspensi menaikkan nilai turbiditas air, artinya
semakin besar TSS semakin tinggi nilai turbiditasnya. TSS dapat mencemari air
yang akan dilepaskan menuju perairan bebas, karena dapat menurunkan nilai OD
dan mengurangi penetrasi sinar matahari pada perairan. Selain itu, TSS dapat
mengandung mineral atau logam berat yang dapat membahayakan kelangsungan
kehidupan hayati.
TSS merupakan residu yang tak terfiltrasi, artinya ia tidak akan tertahan
oleh filter non-mikroskopis. TSS diukur di laboratorum dengan menggunakan
sampel 100 mL yang diuapkan dan residu yang tertingal ditimbang untuk
menentukan nilai padatan tersuspensi total.
3.2.3 Pengolahan Air Tambang
Pengolahan air tambang perlu dilakukan, mengingat air yang berhubungan
secara langsung maupun tidak langsung dengan operasi penambangan dan berada
dalam daerah operasi penambangan adalah air yang telah tercemar. Sebelum
dilepaskan ke lingkungan, air tambang ini harus ditreatment agar dapat dilepaskan
ke perairan bebas alami sesuai dengan standar baku mutu tertentu. Standar baku
mutu yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup bagi air yang akan
dilepaskan menuju peraran bebas adalah sebagai berikut:
Parameter Nilai ambang batas

Keasaman (pH) 6-9

Total Padatan Tersuspensi (TSS) 300 mg/L

Ion Mangan Total (Mn) 4 mg/L

Ion Besi Total (Fe) 7 mg/L

Tabel
Standar Baku Mutu Air

Parameter di atas harus dipenuhi oleh perusahan tambang. Pengukuran


parameter ini dilakukan pada titik pemantauan,yang merupakan outlet discharge
dari tempat pengolahan air tambang. Air tambang dapat memenuhi klasifikasi di
atas, salah satu klasifikasi atau tidak sana sekali.
Pengolahan yang dilakukan untuk setiap parameter yang tidak sesuai
dengan bakumutu yang telah ditetapkan adlah sebagai berikut:
1. Parameter keasaman (pH) tidak sesuai dengan baku mutu
Apabila parameter pH tidak memenuhi baku mutu, hal yang dapat
dilakukan adalah netralisasi air asam tambang dengan menggunakan
basa. Basa yang digunakan biasanya adalah hidroksida dari kalsium, yang
dibuat dari batu gamping. Alasan pemilihan oksida kalsium sebagai
reagen penetralan air asam tambang adalah:
o Ongkos pembuatan yang murah dan bahan mentah tersedia cukup
banyak di alam;
o Merupakan salah satu basa kuat yang dikenal: dapat menetralkan pH
rendah dengan baik dibandingkan dengan batu gamping (CaCO 3) yang
merupakan bahan asalnya. Batu gamping cenderung membentuk
larutan buffer dan menyulitkan pengaturan pH;
o Kelarutannya di dalam air asam cukup tinggi.
Hal lain yang perlu dperhatikan dalam penggunaan kapur adalah ia
cenderung meningkatkan kesadahan air dan meningkatkan nilai TSS yang
terkandung di dalam air tambang karena reaksi pengendapan
berlangsung.
2. Parameter Total Padatan Tersuspensi (TSS) tidak memenuhi standar
baku mutu
Apabila TSS tidak memenuhi standar baku mutu, maka diperlukan proses
sedimentasi padatan tersuspensi. Karena padatan yang terlarut adalah
dalam bentuk suspensi, ia dapat mengendap dengan sendirinya . Waktu
pengendapan bergantung pada ukuran partikel serta kecepatan aliran.
Air tambang yang mengandung TSS yang melebihi standar baku diolah
dengan settling pond. Settling pond bekerja dengan meningkatkan waktu
tinggal atau retensi air tambang sehingga partikel tersuspensi dapat
mengendap sesuai dengan waktu pengendapannya. Aliran air di dalam
kolam pengendapan disesuaikan kecepatannya dengan waktu
pengendapan dan retensi partikel tertentu yang akan diendapkan.
Air yang berasal dari tambang sebaiknya diuji terlebih dahulu banyaknya
padatan tersuspensi yang larut dan distribusi ukurannya, sehingga
diketahui ukuran minimal partikel yang harus diendapkan di dalam
settling pond. Apabila ukuran partikel yang diendapkan memiliki waktu
retensi yang terlalu besar untuk diendapkan, maka dapat digunakan
koagulan berupa tawas, namun penggunaan tawas sebaiknya dibatasi
pada partikel yang cukup kecil yang terdispersi pada air tambang dalam
bentuk koloid atau digunakan pada kondisi dimana sedimentasi cepat
dibutuhkan karena kondisi TSS yang melebihi batas kapasitas dari
settling pond.
Berikut adalah reaksi antara alum dengan senyawa tertentu di dalam air:

3. Kedua parameter tidak terpenuhi


Apabila hal ini terjadi, pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan
menggabungkan kedua metode diatas. Metode yang dilakukan
bergantung pada kualitas dan kuantitas air tambang yang masuk ke
dalam kolam pengendapan. Diperlukan beberapa kompartemen untuk
meningkatkan kualitas air tambang secara bertahap. Biasanya,
kompartemen untuk pengolahan padatan tersuspensi ditempatkan di
awal pengolahan , sedangkan pengolahan keasaman dilakukan di akhir
sistem pengolahan.
4
ANALISA DAN PERHITUNGAN

Curah Hujan dan volume limpasan


Performansi Pompa
Desain Settling Pond
4.1 Curah Hujan dan volume limpasan
Curah hujan dan volume limpasan dihitung berdasarkan metode Gumble,
yang didasarkan pada data curah hujan seluruh konsesi PT TCM. Berikut
rekapitulasi curah hujan PT TCM.

Month
Actual Rainfall
(mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Mean

2003 289 201 337 138 106 105 90 198 182 97 170 226 213,90

2004 213 420 294 253 174 - - 2 24 16 549 347 229,20

2005 191 399 539 150 169 184 197 198 69 409 370 312 318,70

2006 217 557 558 546 368 254 41 105 56 74 278 515 356,90

2007 427 383 252 837 466 153 456 277 198 257 485 219 441

2008 138 259 241 267 163 215 287 149 159 297 550 311 303,60

2009 267 152 408 299 181 81 169 65 41 263 271 201 239,75

2010 374 309 386 562 333 206 300 179 213 513 430 183 398,70

Tabel
Curah Hujan di PT TCM
Dari data curah hujan tersebut, dapat dihitung besar curah hujan rencana.
Besarnya curah hujan rencana ini digunakan dalamperhitungan besar limpasan
maksimum yang dapat terjadi. Periode ulang yang digunakan adalah 2
tahunan.

4.2 Performansi Pompa


PT TCM saat ini memiliki 6 buah pompa Multiflow yang digunakan dalam
kegiatan penyaliran, baik di dalam pit maupun di luar pit. Berikut adalah
aktivitas penggunaan pompa di PT TCM selama bulan juni 2011:

Nomor Kode Unit Deskripsi Unit Lokasi

1 MF 02 Multiflo MFV 385 Washing Plant

2 MF 03 Multiflo MFV 385 Pit 5900 Blok 8 MAP

3 MF 04 Multiflo MFV 290 Pit 3000 Blok 1A BAS

4 MF 05 Multiflo MFV 290 Pit 7000 Blok 8 MAP

5 MF 06 Multiflo MFV 420 Pit 3000 Blok 10 AMD

6 MF 07 Multiflo MFV 420E Pit 3000 Blok 10 AMD

Tabel
Penggunaan pompa penyaliran di PT TCM

Pompa yang akan dianalisis performansinya adalah pompa yang digunakan di Pit
3000 Blok 10 (AMD), yaitu Multiflo MFV 420E. Berikut adalah spesifikasi pompa
Multiflo MFV 420E.

Parameter Satuan

Pump Inlet
mm 200/150
/Outlet

Shutoff Head m 152

litre per
Maximal Flow 300
second

Engine Power kW 536

Fuel Tank litre 4000

Tabel
Spesifikasi Pompa MFV 420E
Gambar
Multiflo MFV 420E di Pit 3000 Blok 10 (AMD)

Berdasarkan data Mine Pit Service – Mine Dewatering, didapatkan performansi


MFV 420E sebagai berikut:

Multiflo MFV 420E

Plan 300 hr
Work Hour
Actual 470 hr

Production Capacity 950 m3/hr

Pumping Volume 44650 m3

Mechanical Plan 75 %
Avaiability Actual 95,4 %

Utilization 65,5 %

Maintenance 14 hr

Tabel
Performansi Pompa MF 420E (Juni 2011)
4.3 Desain Settling Pond
5
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis setelah melaksanakan Kerja Praktek ini
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Settling Pond seharusnya diusahakan sesuai dengan perencanaan
yang ada dan secara geometris berbentuk balok. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi pengendapan sedimen tersuspensi dengan baik dan
mempermudahkan peninjauan. Penggunaan slump atau creek
diperbolehkan, namun harus memenuhi geometri yang ada. Selain itu,
daerah pemilihan harus bebas dari daerah yang tidak stabil secara
geoteknik dan hidrologi dan memperhatikan pelapisan yang ada.
2. Penggunaan pompa pada spesifikasi mesin yang benar sehingga
mengurangi ongkos produksi karena penggunaan bahan bakar yang
berlebihan.
3. Air tambang sebelum memasuki settling pond perlu diuji nilai TSS dan pH-
nya sehingga desain settling pond bisa optimal dalam kondisi kualitas
maupun kuantitas tertentu.
4. Keadaan air di sump sebaiknya diperikas terlebih dahulu, terutama batas
antara sludge dan air yang memiliki padatan tersuspensi. Hal ini
dimaksudkan agar pompa digunakan untuk memompa air saja, tanpa
memompa sludge yang telah terendapkan.
Gambar
Idealisasi Settling Pond
Daftar Pustaka

Arismunandar, Wiranto (1988). Penggerak Mula Motor Bakar Torak : Penerbit ITB
. Bandung

Chaurette, Jaques (2003). Pump Size Analysis and Sizing: Fluide Design Inc.:New
York

Gautama, Rudy Sayoga (2011). Slide Kuliah TA 3225 Penyaliran Tambang: ITB.
Bandung

Santoso, Arianto (2009). Bahan Kuliah MS 2291 Pengantar Sistem Fluida (TA) : ITB
Bandung

Paper Ilmiah

Environmental Notes on Mining (2009) . Department of Mines and Petroleum,


West Australia

Salim,Rohmat Ilman, dkk. (2009). Studi Kapasitas Bendungan Sebagai Pengendali


Semburan Lumpur Sidoarjo: ITS. Surabaya

Settling Basin Design (2001). Western Regional Aquaculture Center. USA

Pranata Luar lainnya

Multiflo Heavy Duty Mine Dewatering Pumps Brochure

ITM Prospectus (2009)

ITM Annual Report (2007)

ITM Annual Report, English edition (2010)


Lampiran

Lampiran 1 Peta North Block


Lampiran 2 Peta South Block
Lampiran 3 Peta Strukur Geologi Regional
Lampiran 4 Spesifikasi Pompa Multiflo – Brochure Sheet

Anda mungkin juga menyukai