Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
oleh karena berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul "Trauma Gigi
Anterior”.
Makalah ini kami buat sebaik yang kami bisa, dengan harapan dapat berguna
di kemudian hari serta dapat menjadi sumber pembelajaran bagi pembaca. Makalah
ini membahas mengenai cara berkomunikasi antara dokter dan pasien dengan baik
dan benar.
Akhir kata, kami sebagai tim penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat dibuat
dengan baik. Semoga makalah ini dapat membantu pembelajaran dan menjadi
manfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
1.5 Hipotesis.................................................................................................... 27
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden cedera gigi traumatik cukup tinggi dan lebih sering terjadi pada gigi
permanen daripada gigi sulung. Di antara semua jenis cedera, fraktur mahkota
paling umum di mana sekitar 58,6% berada pada orang dewasa.
Penyebab tersering dari cedera ini adalah jatuh, aktivitas olah raga, bersepeda,
tempat rekreasi, kekerasan dan kecelakaan lalu lintas.
Fraktur mahkota dapat terjadi pada sepertiga insisal , sepertiga tengah atau
sepertiga gingiva di mana fraktur memanjang di bawah cemento-enamel junction
membutuhkan pendekatan perawatan multidisipliner.
23
1.2 Terminologi
1. Overjet : Jarak horizontal antara gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah
pada keadaan oklusi, yang diukur pada ujung incisal insisivus rahang atas
(Repository UNIMUS)
2. Leap seal : Saat otot ekspresi wajah dalam posisi rileks dan mandibula dalam
postur istirahat membuat bibir berkontak satu sama lain saat istirahat (Soft
Tissue Morphology)
3. Protusif: gigi yang mengalami ekstensi di luar batas normal, atau diatas bidang
datar, atau keadaan terdorong ke depan atau ke samping, seperti pada gerakan
mandibula saat mengunyah (Dorland)
4. Complicated crown fracture : Fraktur gigi sulung melibatkan pulpa dan meluas
hingga ke bawah margin gingiva (Handbook of Pediatric Dentistry)
5. Vulnus laceratum : Luka robek yang terjadi akibat kekerasan yang hebat
sehingga memutuskan jaringan (Repository poltekkes Kemenkes Palembang)
6. Fraktur oblique : fraktur yang arahnya miring. (Medical dictionary)
7. Uncomplicated Crown Fracture : Fraktur yang terdapat pada enamel atau
melibatkan enamel dan dentin, tetapi tidak mengekspos pulpa. (An overviews iew
of classification of dental trauma)
8. Radiografi Periapikal : teknik pencitraan intraoral yang umum digunakan
dalam radiologi dan dapat menjadi komponen pemeriksaan radiologis.
Radiografi periapikal memberikan informasi penting tentang gigi dan tulang di
sekitarnya. (Jurnal university of oklahoma)
1. Bahan apa yang digunakan oleh dokter gigi dalam skenario tersebut?
2. Apa saja faktor penyebab trauma gigi anterior ?
3. Sebutkan apa saja klasifikasi dental trauma gigi anterior ?
24
4. Pada skenario apa perbedaan complicated dan uncomplicated fracture crown
?
5. Apa penyebab terjadinya cedera trauma ?
6. Apa saja perawatan yang bisa dilakukan untuk trauma gigi anterior ?
7. Pada pendahuluan tertulis membutuhkan pendekatan perawatan
multidisipliner, apa yang dimaksud dengan perawatan multidisipliner ?
8. Mengapa pada saat datang ke Dokter gigi pertama kali tidak langsung
ditambal kedua giginya ?
9. Apa saja tanda dan gejala trauma gigi ?
10. Apakah trauma tersebut bisa di restorasi dengan menggunakan GIC ?
1. Resin komposit
2. Berikut faktor penyebab trauma gigi
25
c. Kelas 3 : fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
telah menyebabkan pulpa terbuka
d. Kelas 4 : trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non
vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota
e. Kelas 5 : trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi
f. Kelas 6 : fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur
mahkota
g. Kelas 7 : perubahan posisi atau displacement gigi (Luksasi, Intrusi,
Ekstrusi)
h. Kelas 8 : trauma yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar
pada gigi (total destruction) tetapi gigi tetap pada tempatnya dan
akar gigi tidak mengalami perubahan.
i. Kelas 9 : semua kerusakan pada gigi sulung akibat trauma. k
4. Uncomplicated crown fracture melibatkan fraktur pada enamel, dentin tetapi
tidak melibatkan pulpa, sedangkan complicated crown fracture melibatkan
fraktur pada enamel, dentin dan pulpa
5. Jatuh, aktivitas olahraga, bersepeda, tempat rekreasi, kekerasan dan
kecelakaan lalu lintas
6. Berikut perawatan yang bisa dilakukan menurut kelasnya.
a. Kelas I : Smoothing, restorative adhesive
b. kelas 2 : Pemberian Ca(OH)2, restorasi
c. kelas 3 : direct pulp capping, pulpotomi, pulpektomi
d. kelas 4 : devitalisasi pulpektomi, pulpektomi, apeksifikasi bila apeks
belum sempurna
e. kelas 5 : gigi sulung; tidak dirawat
f. kelas 6 : splin sementara, ekstraksi fu space maintainer
g. kelas 7 dan 8 : reposisi dan ekstraksi
26
7. multidisipliner : mengacu pada tim dimana sejumlah orang atau idividu dari
berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun masing - masing
individu bekerja secara mandiri
8. pertimbangan karena trauma gigi anak pada skenario yg jatuh kena lantai.
dan fkatur gigi 11 yang oblique sampai ke pulpa
9. nyeri gigi seperti berdenyut tajam, atau konstan; bengkak di sekitar gigi;
demam atau sakit kepala; rasa sakit pada gigi yang terinfeksi.
1.5 Hipotesis
27
BAB II
ISI
28
d. Kelas IV : Gigi yang mengalami trauma menjadi non-vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
e. Kelas V : Kehilangan gigi karena trauma.
f. Kelas VI : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
g. Kelas VII : Pergeseran gigi-tanpa fraktur mahkota atau akar.
h. Kelas VIII : Fraktur Mahkota.
3. Klasifikasi MCDONALD (2004)
a. Kelas I : Fraktur sederhana pada mahkota yang melibatkan
sedikit atau tanpa dentin.
b. Kelas II : Fraktur mahkota yang luas yang melibatkan banyak
dentin tetapi tidak mengenai pulpa gigi.
c. Kelas III : Fraktur mahkota yang luas dengan terbukanya pulpa gigi.
d. Kelas IV : Hilangnya seluruh mahkota.
Gambar 2.1 Fraktur gigi 21 menunjukkan keterlibatan email, dentin dan pulpa.
Fraktur mahkota yang melibatkan email, dentin dan pulpa disebut sebagai
complicated crown fracture.
Gambar 2.2 Complicated tooth fracture yang melibatkan email, dentin dan pulpa.
29
a. Insiden
Fraktur jenis ini terjadi pada 2-13 % dari semua cedera gigi.
b. Konsekuensi Biologis
c. Diagnosis
d. Perawatan
30
pulpa tetap hidup. Pulpa menghasilkan dentin dan jika pulpa mati sebelum apeks
menutup, perkembangan dinding akar akan terhenti secara permanen. Akar gigi
imatur menjadi semakin tipis dan rapuh di dekat apeks. Tujuan perawatan adalah
untuk memungkinkan apeks menjadi matang dan dinding dentin cukup menebal
untuk memungkinkan terapi saluran akar berhasil.
a. Pulp capping
31
a) Pulp capping berarti menempatkan dressing langsung pada pulpa
yang terbuka
b) Indikasi
1) Durasi eksposur < 24 jam
2) Pada orang dewasa , gigi permanen di lakukan recana restorasi
sederhana
b. Teknik
c. Follow up
d. Prognosis
Tergantung pada kemampuan kalsium hidroksida ( Ca(OH)2 )
untuk mendesinfektan dan kerapatan restorasi . Bersamaan dengan itu,
32
kualitas bacteria tight seal yang disediakan oleh restorasi merupakan
faktor penting . Prognosis - /+80 persen
2. Pulpotomi
a. Pulpotomi hanya mengacu pada ekstirpasi koronal dari jaringan pulpa
vital.
b. Pulpotomi parsial
Gambar 2.5 (A) Penghapusan pulpa koronal dengan bur bulat. (B) Penempatan
balutan Ca(OH)2 di atasnya. (C) Restorasi gigi menggunakan semen hard setting .
b. Teknik
Setelah menganetesi area tersebut dipasang rubber dam. Rongga
sedalam 1-2 mm disiapkan ke dalam pulp menggunakan bur
diamond . Cotton pellet basah digunakan untuk menghambat
perdarahan dan setelah itu lapisan tipis kalsium hidroksida dicampur
dengan saline atau larutan anestesi ditempatkan di atasnya. Rongga
akses di tutup dengan hard setting cement seperti IRM (intermediate
restorative material )
c. Follow up
Hasil dan evaluasi yang memuaskan setelah pulpotomi harus
menunjukkan:
1. Tidak adanya tanda atau gejala
2. Tidak adanya resorpsi baik internal maupun eksternal
3. Bukti pembentukan akar yang berkelanjutan pada gigi yang
sedang berkembang
33
d. Prognosis
Prognosisnya baik ( 94-96% )
3. Pulpotomi servikal
34
2.4 Pemeriksaan Cedera Gigi dan Mulut Karena Trauma
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
35
1. History/riwayat
Cedera gigi dapat menjadi subjek litigasi atau klaim asuransi, riwayat
dan pemeriksaan secara menyeluruh dilakukan secara wajib. Jika
memungkinkan, cedera harus difoto. Anamnesis yang akurat
memberikan informasi penting mengenai
a. Status gigi pada presentasi
b. Prognosis cedera
c. Cedera lain yang diderita
d. Komplikasi medis
e. Kemungkinan litigasi
Gambar 3.0
Salah satu cara paling nyaman untuk memeriksa anak kecil adalah
dengan kepala anak di pangkuan dokter gigi. Anak dapat melihat orang
tuanya, yang dengan lembut menahan lengannya. Ini memberikan
36
pandangan yang sangat baik dari gigi dan rahang atas, di mana sebagian
besar trauma terjadi.
2. Examination/pemeriksaan
Pemeriksaan harus dilakukan dalam urutan yang logis. Penting untuk
memeriksa seluruh tubuh, karena pasien mungkin datang terlebih dahulu
ke dokter gigi dan cedera lain mungkin juga terjadi.
a. Pemeriksaan dan catatan trauma
a) Luka ekstra-oral dan palpasi tulang wajah
Gambar 3.1
b) Cedera pada mukosa mulut atau gingiva
c) Palpasi alveolus
d) Pergeseran gigi
e) Kelainan pada oklusi
f) Luasnya fraktur gigi, terbukanya pulpa, perubahan warna
g) Mobilitas gigi
h) Reaksi terhadap tes sensibilitas pulpa dan perkusi
b. Pemeriksaan Extra-oral
Pemeriksaan ekstra oral harus menjadi salah satu penilaian umum
kesejahteraan anak. Pemeriksaan ekstra oral meliputi
a) Simetri wajah, dimensi dan tipe wajah ortodontik dasar
b) Mata, termasuk penampakan bola mata, sklera, pupul, dan
konjungtiva
c) Pergerakan bola mata yang mungkin mengindikasikan juling atau
kelumpuhan
37
d) Warna dan penampilan kulit
e) Sendi temporomandibular
f) Kelenjar getah benih servikal, submandibular, dan oksipital
c. Pemeriksaan Intra-oral
a) Jaringan lunak termasuk orofaring, tonsil, dan uvula
b) kebersihan mulut dan status periodontal
c) jaringan keras gigi
d) oklusi dan hubungan ortodontik
e) kuantitas dan kualitas saliva
d. Pemeriksaan Radiografi
Dilakukan setelah riwayat menyeluruh dan pemeriksaan
klinis.Ada nilai besar dalam menggunakan film ekstra-oral pada anak
kecil, misalnya adalah radiografi panoramik. Saat mengambil radiografi
intra-oral, beberapa gambar periapikal dari sudut yang berbeda harus
diambil untuk setiap gigi yang mengalami trauma. Kemudian, hal ini
sangat penting untuk menentukan adanya fraktur akar dan luksasi gigi.
a) Pemeriksaan radiografi yang kemungkinan akan digunakan
1) Bitewing radiographs
2) Periapical radiographs
3) Panoramic radiographs
4) Occlusal films
5) extra-oral films
38
- Oklusal maksila anterior/ oklusal mandibula anterior
- Radiografi panoramik
- True lateral maxilla untuk luksasi intrusif pada gigi
sulung anterior
2) Fraktur condylar
- Radiografi panoramik, closed dan open mouth
- Cone-beam tomography (CBCT) / computed
tomography (CT) scan
- Reverse Townes view
3) Fraktur mandibula
- Radiografi panoramik
- True mandibular dan oklusi anterior mandibula (untuk
fraktur parasymphysial)
- Cone-beam tomography (CBCT) / computed
tomography (CT) scan
- Lateral oblique (jarang digunakan kecuali CT scan tidak
tersedia)
4) Fraktur maxilla
5) CT scan
e. Tes Sensibilitas Pulpa
a) Tes termal
39
kering) sering digunakan dan dianggap paling nyaman.
Semprotan dingin juga dapat digunakan, tetapi tidak begitu
akurat.
b) Tes elektrik
c) Perkusi
40
yang terkena dampak morfologi dan/atau mineralisasi dapat melebihi dari 50%.
Frekuensi gangguan tersebut berkurang seiring bertambahnya usia.
Trauma pada gigi sulung dapat melibatkan perubahan pada gigi permanen seperti:
3. Dilaserasi mahkota
8. Erupsi ektopik
Restorasi gigi yang fraktur dengan restorasi adhesif sering menjadi salah
satu pilihan perawatan paling konservatif yang dipertimbangkan. Micromechanical
enamel bonding dan dentine bonding agent memberikan perlekatan yang dapat
diprediksi ke struktur gigi, memungkinkan penggantian langsung struktur gigi yang
hilang dengan hasil estetika dan fungsional yang dapat diprediksi. Tergantung pada
41
luasnya kehilangan struktur gigi dan kerusakan pulpa, restorasi gigi dengan resin
komposit dapat berupa perawatan sementara atau permanen.
Restorasi gigi yang fraktur dapat dirawat baik secara langsung atau
menggunakan matriks intraoral yang dibentuk dari diagnostik wax up. Keuntungan
dari restorasi yang dipandu matriks adalah kemampuan untuk membentuk kembali
bentuk gigi tiga dimensi yang lebih akurat secara anatomis daripada yang biasanya
dicapai dengan penumpukan dengan tangan. Restorasi yang dipandu matriks
memungkinkan pelapisan lapisan enamel dan dentin resin komposit yang efektif
dengan ketebalan dan posisi yang telah ditentukan yang mengikuti skema oklusal.
Dengan membentuk kontur palatal yang benar pada awalnya, penggabungan
karakteristik individual untuk mengoptimalkan estetika dapat dilakukan tanpa
menghilangkan saat oklusi seimbang.
42
Partikel pengisi didasarkan pada partikel kaca atau keramik yang
digabungkan ke dalam matriks resin untuk meningkatkan sifat mekanik dan fisik,
dan mengurangi penyusutan polimerisasi. Penggabungan kaca barium dan
strontium juga memberikan radiopasitas radiografik yang memungkinkan
pemantauan restorasi terhadap integritas gigi. Partikel pengisi resin komposit awal
dibuat dengan penggilingan fisik borosilikat, keramik, kuarsa dan kaca. Namun,
metode preparasi ini tidak dapat mencapai partikel berukuran nanometer yang
digunakan dalam banyak resin komposit modern.
Gambar 3.2
43
yang rendah memiliki kekuatan mekanik yang buruk. Untuk meningkatkan
kekuatan, pengisi resin prapolimerisasi dimasukkan ke dalam matriks meskipun
keseimbangan yang lebih efektif antara kemampuan pemolesan dan kekuatan
dicapai dengan komposit hibrida yang menggabungkan partikel 10-50 lm dari
makrofil dengan partikel pengisi 40 lm. dan matriks pengisi resin prapolimerisasi
dari mikrofil. Pengembangan resin komposit nanofil dengan ukuran partikel 1-5 lm
dapat dianggap memiliki aplikasi universal dengan kekuatan dan kemampuan poles
yang tinggi.
2. Keramik
Jika struktur gigi tidak mencukupi untuk merestorasi gigi yang mengalami
trauma dengan restorasi adhesif, maka restorasi tidak langsung dapat diindikasikan.
Keputusan untuk melanjutkan ke restorasi tidak langsung biasanya
44
dipertimbangkan pada pasien dewasa setelah periode observasi yang memadai
untuk menilai status pulpa dan keberhasilan restorasi komposit langsung. Sejumlah
faktor akan mempengaruhi pilihan restorasi termasuk oklusi, luasnya kehilangan
gigi, kebiasaan parafungsional, integritas pulpa dan estetika. Restorasi harus
bertindak untuk memberikan penggantian struktur gigi yang hilang dengan cara
yang optimal untuk memaksimalkan hasil fungsional dan estetika dengan umur
panjang yang dapat diprediksi, dan jika berlaku, perlindungan pulpa gigi.
Mahkota logam keramik telah efektif digunakan sejak tahun 1960-an setelah
penambahan Al2O3 ke porselen feldspathic meningkatkan sifat mekaniknya.50
Mahkota ini memiliki tingkat keberhasilan jangka panjang dengan laporan tingkat
kelangsungan hidup diperkirakan 89,2% pada 10 tahun51 dan hingga 85,4% pada
25 tahun. Dengan keinginan untuk mengoptimalkan estetika dan mencocokkan sifat
transmisi cahaya dari gigi asli, mengatasi kesulitan teknis seperti perambatan retak
yang dialami restorasi semua keramik awal, kemajuan teknis yang meningkatkan
kekuatan tarik material kekuatan, ketahanan aus dan sifat mekanik lainnya telah
menyebabkan peningkatan penggunaan restorasi semua keramik.
45
Penting untuk menyeimbangkan ketebalan porselen pelapis dengan
ketebalan keramik inti untuk memastikan pemeliharaan tegangan tarik di dalam inti
dan tegangan tekan di dalam porselen pelapis untuk mengontrol perkembangan
retakan.53 Kompatibilitas keramik pelapis dengan bahan inti sangat penting untuk
mencegah retak keramik kohesif yang paling sering dilaporkan komplikasi.
Preparasi gigi yang benar memberikan ketebalan yang cukup baik untuk core
maupun veneer ceramic tanpa over-contouring dari restorasi untuk
mengoptimalkan sifat fisik material, dan juga pencocokan warna dengan masking
yang diperlukan dari struktur gigi atau inti gigi yang mendasarinya warna.
46
Gambar 3.2 (a) Uncomplicated Crown Fracture pada gigi insisivus lateral yang cocok untuk
manajemen biomimetik konservatif dengan veneer porselen feldspathic parsial (b). Pemilihan
bahan perekat adhesive bonding agent (c) memastikan hasil estetika yang optimal (d).
Gambar 3.3
Trauma didefinisikan sebagai cedera jaringan yang terjadi lebih atau kurang
tiba-tiba karena kekerasan atau kecelakaan dan bertanggung jawab untuk memulai
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, respon imunologi dan metabolisme yang
bertanggung jawab untuk memulihkan homeostasis.
47
laki-laki. Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada
jaringan lunak dan struktur pendukung, sedangkan cedera dengan kecepatan tinggi
atau tajam menyebabkan luksasi dan fraktur gigi.
Gambar 3.4
48
BAB III
PENUTUP
Trauma dan fraktur gigi cukup sering terjadi pada balita dan anak-anak
karena aktivitas yang biasa dilakukan seperti bermain dan lain-lain. Maka dari itu
penanganan dan perawatan pada kasus ini sering terjadi pada kedokteran gigi anak.
Bahan dan perawatannya harus kita tangani dengan baik dan tepat.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Mc. Donald and Avery. Dentistry for the Child and Adolescent. 9th Ed. 2011.
2. Cameron. A. C and Richard. P. W. 2013. Handbook of Pediatric Dentistry.
St Louis : Mosby.
3. Miranda C, Luiz BK Martins, Cordeiro. Consequences of dental trauma to
the primary teeth on the permanent ion. Case report article. RSBO. 2012
4. Natalino, Cristiane Almeida, Salete Moura. Oral Rehabilitation in Pediatric
Dentistry : a clinical case report. Rev Gauch Odontol, Porto Alegre,
v.64.p.87-91
5. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2010.
6. G Liddelow, G Carmichale. The Restoration of Traumatized Teeth. Aust
Dent Jour. Vol 61; S1. Available from:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/adj.12402
7. Pagadala S, Tadikonda DC. An overview of classification of dental trauma.
IAIM, 2015; 2(9): 157-164.
50
Trauma
Gigi
Anterior
Kelompok 1
Terminologi
Terminologi
❏ Overjet = Jarak horizontal antara gigi insisivus rahang atas dan rahang
bawah pada keadaan oklusi, yang diukur pada ujung incisal insisivus rahang
atas (Repository UNIMUS)
❏ Leap seal : Saat otot ekspresi wajah dalam posisi rileks dan mandibula dalam
postur istirahat membuat bibir berkontak satu sama lain saat istirahat (Soft
Tissue Morphology)
❏ Protusif: gigi yang mengalami ekstensi di luar batas normal, atau diatas
bidang datar, atau keadaan terdorong ke depan atau ke samping, seperti
pada gerakan mandibula saat mengunyah (Dorland).
01
KLASIFIKASI
FRAKTUR GIGI
Edith Gian Ania Kiding 1990023
Klasifikasi Trauma Gigi
5_Garg N, Garg A. Textbook of endodontics. 2nd ed. New Delhi Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010
Fraktur mahkota yang
melibatkan email, dentin
dan pulpa disebut
Fraktur gigi 21 menunjukkan keterlibatan email, sebagai complicated
dentin dan pulpa. crown fracture.
Konsekuensi Biologis Insiden
Radiografi menunjukkan
complicated crown fracture
Perawatan
● Faktor-faktor seperti tingkat fraktur, tahap pematangan akar sangat penting
dalam menentukan bidang perawatan untuk complicated crown fracture.
● Mempertahankan vitalitas pulpa merupakan perhatian utama dalam
perawatan gigi yang terlibat pulpa.
● Pada kasus gigi imatur, apexogenesis, yaitu proses normal dari perkembangan
akar tidak akan terjadi, penatalaksanaan cedera traumatik kecuali pulpa tetap
hidup.
● Pulpa menghasilkan dentin dan jika pulpa mati sebelum apeks menutup,
perkembangan dinding akar akan terhenti secara permanen.
● Akar gigi imatur menjadi semakin tipis dan rapuh di dekat apeks.
Tujuan perawatan → untuk memungkinkan apeks menjadi matang dan dinding dentin cukup
menebal untuk memungkinkan terapi saluran akar berhasil.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Pulpa
● Sirkulasi darah yang optimal diperlukan untuk memelihara pulpa dan menjaganya agar
tetap sehat.
● Jenis luka, tahap perkembangan akar dan derajat infeksi merupakan faktor yang
mempengaruhi sirkulasi ke daerah luka dan vitalitas pulpa.
● Bakteri dapat menginvasi pulpa melalui retakan, menyebabkan inflamasi dan nekrosis
pulpa.
● Tes vitalitas tidak akan berguna dalam menentukan status apeks imatur. Sampai penutupan
apikal terjadi, gigi tidak merespon secara normal terhadap pengujian pulpa.
● cedera traumatis kadang-kadang mengubah potensi konduksi dari ujung saraf di pulpa.
03
PERAWATAN PADA KASUS GIGI
FRACTURE COMPLICATED
INDIKASI
● Durasi exposure <24 jam
● Pada gigi permanen yang
matur dengan rencana
restoratif sederhana.
TEKNIK
● Anestesi → pemasangan rubber dam
● Mahkota dan permukaan dentin yang terbuka dibilas
secara menyeluruh dengan saline → desinfeksi dengan
0.12% Chlorhexidine / Betadine
● Ca(OH)2 murni + larutan anestesi / saline ditempatkan di
atas permukaan dentin dan pulpa yang terbuka dengan
hati-hati
● Enamel di sekitarnya di etsa dan bonding dengan resin
komposit
FOLLOW UP
● Tes vitalitas, tes palpasi, tes perkusi, dan radiografi
harus dilakukan selama 3 minggu; 3,6, dan 12 bulan;
dan setiap 12 bulan kemudian
● Perkembangan akar lanjutan dari akar yang imatur
dievaluasi selama pemeriksaan radiografi periodik
PROGNOSIS
● Tergantung pada kemampuan Ca(OH)2
kalsium hidroksida untuk mendesinfektan
dan kerapatan restorasi
● Prognosis -/+80 persen
Pulpotomi
Ekstirpasi koronal dari jaringan pulpa vital
Indikasi
● Untuk gigi permanen
muda dengan akar yang
imatur
Pulpotomi Parsial
Teknik
● Anestesi → pemasangan rubber dam
● Preparasi kavitas sedalam 1-2 mm dengan diamond
bur
● Gunakan cotton pellet basah untuk menghambat
pendarahan → aplikasikan selapis tipis Ca(OH)2 +
larutan saline / anestesi di atasnya
● Kavitas ditutup dengan semen hard setting (IRM)
Follow Up
● Hasil dan evaluasi yang memuaskan setelah pulpotomi
harus menunjukkan:
● Tidak adanya tanda atau gejala
● Tidak adanya resorpsi baik internal maupun eksternal
● Bukti perkembangan akar yang berlanjut pada gigi yang
sedang berkembang
Prognosis
● Prognosis baik (94-96%)
Pulpotomi Servikal
Pengangkatan keseluruhan pulpa koronal hingga mencapai
saluran akar
Indikasi
● Saat jarak antara paparan
traumatis dengan perawatan
yang tersedia >24 jam
● Saat pulpa terinflamasi
hingga pulpa koronal yang
lebih dalam Pulpotomi Servikal
Teknik
● Pengangkatan pulpa koronal sama seperti pada
pulpotomi parsial namun pengangkatan pulpa
koronal hingga mencapai lubang akar
Follow Up
● Sama dengan pulp capping dan pulpotomi parsial
● Kerugian utama : Tes sensitivitas tidak dapat
dilakukan karena hilangnya pulpa koronal
● Pemeriksaan radiografi penting untuk follow up
Prognosis
● Tingkat keberhasilan 80-95%
Prasyarat Keberhasilan
● Tingkat keberhasilan perawatan pulpa vital
tinggi jika dokter secara ketat mematuhi
prasyaratan berikut :
○ Perawatan pulpa yang tidak terinflamasi
○ Pulp dressing
○ Bacteria tight seal
Apeksifikasi
Proses yang dilakukan untuk merangsang pembentukan barrier
jaringan keras (kalsifikasi) di apeks
Teknik
● Semua saluran akar didesinfeksi dengan larutan natrium
hipoklorit
● Obturasi saluran akar dengan Ca(OH)2
● Saat jaringan keras sudah terbentuk (setelah 3-6 bulan) →
Ca(OH)2 dibuang
● Lakukan pemeriksaan radiografi; jika pembentukan jaringan
keras sudah memuaskan → obturasi saluran akar dengan gutta
percha lunak (hindari gaya lateral yang berlebih saat obturasi)
04
PEMERIKSAAN CEDERA
GIGI DAN MULUT KARENA
TRAUMA
Michelle Vanessa Winaryo 1990006
Yeserika Lindani 1990061
Santa Ezra 1990084
Mc. Donald and Avery. Dentistry for the Child and Adolescent. 9th Ed. 2011.
Cameron. A. C and Richard. P. W. 2013. Handbook of Pediatric Dentistry. St Louis : Mosby
History/Riwayat
Karena cedera gigi dapat menjadi subjek litigasi atau klaim asuransi, riwayat
dan pemeriksaan secara menyeluruh dilakukan secara wajib. Jika
memungkinkan, cedera harus di foto. Anamnesis yang akurat memberikan
informasi penting mengenai
Fraktur Mandibula
- Radiografi panoramik
- True mandibular dan oklusi anterior
mandibula (untuk fraktur
Fraktur Maksila
parasymphysial)
- CT scan
- Cone-beam tomography (CBCT) /
computed tomography (CT) scan
- Lateral oblique (jarang digunakan
kecuali CT scan tidak tersedia)
Tes termal Tes elektrik
Respons terhadap rangsangan dingin Tes elektrik dapat memberikan respons
memberikan hasil yang paling dapat bertingkat terhadap rangsangan. Saat
diandalkan dan akurat pada anak-anak menggunakan instrumen ini, arus harus
(bahkan dengan gigi yang belum dewasa). dinaikkan perlahan-lahan sehingga
Karbon dioksida beku (es kering) sering rangsangan nyeri yang tiba-tiba pada gigi
digunakan dan dianggap paling nyaman. dapat dihindari.
Perkusi
Perkusi
Nyeri tekan pada perkusi memberikan informasi tentang luasnya kerusakan pada jaringan
periapikal dan ligamen periodontal. Perkusi pada gigi yang mengalami luksasi biasanya
akan terasa nyeri, pada gigi yang terlihat jelas mengalami luksasi akan terlihat pada
pemeriksaan visual.Suara sebagai respons terhadap perkusi, terutama selama
pemeriksaan lanjutan, juga merupakan indikator penting adanya ankilosis.
05
Konsekuensi Trauma
Gigi Sulung Terhadap
Gigi Permanen
Fransesco Ariesto Prakoso Angga Sucipto 1990070
- Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan gigi permanen
dalam 12% sampai dengan 69% dari kasus trauma.
- Adanya relasi antara keparahan perubahan morfologi dan mineralisasi gigi permanen,
dengan jenis trauma gigi pada gigi sulung dan tingkat perkembangan gigi permanen.
- Luksasi intrusif dan avulsi bertanggung jawab atas gangguan terbesar dalam
perkembangan gigi permanen, diikuti oleh luksasi ekstrusif dan luksasi lateral.
- Ketika trauma gigi terjadi pada usia 0 sampai 4 tahun, persentase gigi permanen yang
terkena dampak morfologi dan/atau mineralisasi dapat melebihi dari 50%. Frekuensi
gangguan tersebut berkurang seiring bertambahnya usia.
Trauma pada gigi sulung dapat melibatkan perubahan pada gigi permanen seperti:
1. Email terlihat lebih opak secara minimal
2. Hipoplasia dan hipokalsifikasi dengan warna keputihan atau kecoklatan
3. Dilaserasi mahkota
4. Malformasi menyerupai odontoma
5. Duplikasi, angulasi dan dilaserasi akar
6. Terhentinya perkembangan akar
7. Kuman melekat pada gigi dan susah dihilangkan
8. Erupsi ektopik
9. Gigi permanen tidak erupsi
- Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan gigi permanen,
tetapi perluasan kerusakan yang sebenarnya pada gigi permanen akan diketahui hanya
setelah gigi permanen erupsi (atau bahkan tidak erupsi) atau terdeteksi secara radiografi
adanya masalah erupsi.
- Tingkat keparahan gigi permanen secara langsung berkaitan dengan usia anak, jenis
trauma gigi dan luasnya trauma yang berdampak pada gigi sulung
06
BAHAN RESTORASI UNTUK KASUS
FRAKTUR GIGI ANTERIOR
Audrie Inges Safira Jaya 1990014
G Liddelow, G Carmichale. The Restoration of Traumatized Teeth. Aust Dent Jour. Vol 61
Bahan restorasi untuk gigi anterior
yang fraktur
Composite Ceramic
Composite
● Resin komposit terbuat dari partikel filler kaca fluorosilikat yang
tergabung ke dalam matriks resin yang dapat dipolimerisasi
● Restorasi gigi pada gigi yang fraktur dengan restorasi adhesif menjadi
salah satu pilihan perawatan paling konservatif yang dipertimbangkan
● Sistem klasifikasi berdasarkan; viskositas/ukuran partikel dan tipe.
Ukuran dan tipe dari partikel filler secara langsung berefek pada sifat
bahan, kekuatan wear resistance, kemampuan poles dan estetik
Ceramic
● Jika terdapat struktur gigi yang tidak memadai untuk merestorasi gigi
yang mengalami trauma dengan restorasi adhesif, maka restorasi indirek
dapat diindikasikan
● Restorasi gigi pada gigi yang fraktur dengan restorasi adhesif menjadi
salah satu pilihan perawatan paling konservatif yang dipertimbangkan
07
DEFINISI TRAUMA DAN
ETIOLOGI FRAKTUR
Joanne Yolanda 1990044