SKRIPSI
Oleh :
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
EVALUASI MANAJEMEN STOCKPILE BATUBARA UNTUK
MENCEGAH TERJADINYA SWABAKAR
(Studi Kasus: PT. Miyor Pratama Coal)
ABSTRAK
i
EVALUATION of COAL STOCKPILE MANAGEMENT to PREVENT the
OCCURRENCE of SPONTANEOUS COMBUTION
(Case Study: PT. Miyor Pratama Coal)
Name : Della Hiventa Widodo
Student ID : 1410024427036
Supervisor : Rusnoviandi, ST. MM
Co-Supervisor : H. Riko Ervil, ST. MT
ABSTRACT
Coal stockpile is a storage coal who first walked after a long process of
transporting better than the distributor or material on the dig mining industry. So
they could not in make sure that the quality of coal can be maintained like
qualities the original before the movement toward the storage. One way to
maintain after coal mine is a hoarding system.
The condition of the stockpile area at PT. Miyor Pratama Coal itself does
not come with support systems such as the system of drainage ditches, this causes
there are puddles on the floor of the stockpile on rainy days.
Hoarding coal system at PT. Miyor Pratama stockpile Coal is still not
applied properly, such as the lack of handling incoming and outgoing coal in
stockpile, in addition there are also heaps that are too long are stacked on the
stockpile due not implementing management system FIFO (first in first out) and
the coal pile is always closed using the tarp made of plastic so that it will lead to
the existence of spontaneous combution potential.
Stockpile area PT. Miyor Pratama Coal has the potential of selfheating in a
fairly large coal pile caused by a heap of dimension has an average height of 7
meters above the stack with corner over corner angle of repose ( ﹾ30-40 ) ﹾ.
Stockpile area PT. Miyor Pratama Coal has the potential of spontaneous
combution in a fairly large coal pile caused by a heap of dimension has an average
height of 7 meters above the stack with corner over corner angle of repose ( ﹾ30-
40 ) ﹾ.
Planning design of the coal pile dimensions created with a height of 5
meters high in accordance with the recommendations, the lowest angle angle
30 ﹾsesuai pile of recommendations, design the dimensions of this stack is created
in order to reduce the potential for spontaneous combution. Design of drainage
system in the area of stockpile uses the concept of a natural open channel around
the area of the heap. Drainage design of trapezoid-shaped plan with a wide surface
of 1 m high and 1 m besides the floor stockpile was designed with the addition of
bedding the coal with thickness of about 50 cm so that at the time of the carriage
of coal not mixed with soil beneath.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan Skripsi ini
sesuai waktu yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kezaman modern ini.
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
4. Bapak H. Riko Ervil, ST, MT, selakupembimbing II, sekaligus Ketua Sekolah
membantu.
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
iii
Semoga skripsi ini dapat berguna dan mampu menunjang perkembangan
ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan juga kepada
Padang,April 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................. 35
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................................. 35
3.3 Variabel Penelitian....................................................................... 35
3.4. Data dan Sumber Data ................................................................ 36
3.4.1 Data ...................................................................................... 36
3.4.2 Sumber Data ........................................................................ 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38
3.5.1 Studi Lapangan .................................................................... 38
3.5.2 Studi Kepustakaan ............................................................... 38
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... 38
3.6.1 Teknik Pengolahan Data ....................................................... 38
3.6.2 Analisa Data.......................................................................... 40
3.7 Kerangka Metodologi .................................................................. 41
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data ....................................................................... 43
4.1.1 Dimensi Tumpukan Batubara PT. MPC ................................... 43
4.1.2 Suhu/TemperaturTumpukan Batubara PT. MPC .................... 46
4.1.3Penanganan Batubara Pada Stockpile PT. MPC ........................ 49
4.1.4 Waktu Timbuanan Batubara Stockpile PT. MPC ............... 49
4.1.5 Kondisi Area Stockpile PT. MPC ............................................ 49
4.1.6 Arah Angin ............................................................................... 51
4.2 Pengolahan Data .......................................................................... 53
4.2.1Dimensi Tumpukan Batubara PT. MPC .................................... 53
4.2.2 Suhu/TemperaturTumpukan Batubara PT. MPC ..................... 54
4.2.3 Analisa Penyebab Terjadinya Swabakar .................................. 54
4.2.4Rencana Desain Layout Perbaikan Area Stockpile .................... 55
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1Evaluasi Dimensi Tumpukan Batubara PT. MPC................................. 59
5.2Evaluasi Temperatur Tumpukan Batubara PT. MPC ................... 60
5.3Analisis Terjadinya Swabakar Tumpukan Batubara …… ..................... 60
5.4 Rencana Desain Layout Perbaikan Area Stockpile ……. ..................... 61
vi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 62
6.2 Saran ............................................................................................ 63
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Batubara merupakan sumber daya alam yang sangat potensial baik sebagai
Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk memenuhi permintaan listrik dalam negeri dan
digunakan pada pabrik-pabrik sebagai bahan bakar, selain itu dapat pula diekspor
untuk menambah devisa negara (Hana Mulyana, 2005). Batubara sebagai bahan
nonmigas, digunakan dalam industri kimia dan industri lainnya (American Society
harus ditumpuk ditempat penumpukan yang disebut dengan istilah stockpile. Hal
ini dimaksudkan agar batubara terhindar dari gangguan jangka pendek maupun
1
2
masuk setelah mengalami proses pengangkutan yang panjang baik dari tempat
Sehingga tidak dapat di pastikan bahwa kualitas batubara tersebut tetap terjaga
produsen batubara untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Salah satu cara
Sistem penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan penting dari kegiatan
bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya (Self Combustion) (Redha
kenaikan temperatur (Coaltech, 2011). Sirkulasi udara yang tidak lancar akan
membuat adanya peningkatan suhu dari batubara itu sendiri. Peningkatan suhu
disebabkan oleh sirkulasi udara dan panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga
suhu dalam timbunan akan terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik
2005).
Untuk itu perlu adanya penanganan batubara yang masuk pada stockpile
agar tetap stabil serta penanganan batubara pada stockpile ini dilakukan untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah
Dalam kaitanya dengan fungsi dari stockpile batubara sebagai tempat penimbunan
sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat (Aliyusra Jolo,
2017).
genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan
jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan
batubara dengan kualitas yang bervariasi. Kondisi area stockpile pada PT. Miyor
4
Pratama Coal sendiri tidak dilengkapi dengan sistem pendukung seperti sistem
penirisan yang berupa paritan, hal ini menyebabkan terdapat genangan air pada
lantai stockpile pada saat hujan. Sistem penimbunan batubara pada stockpile PT.
Miyor Pratama Coal masih belum diterapkan dengan baik, seperti kurangnya
penanganan batubara yang masuk dan keluar pada stockpile, selain itu juga
terdapat tumpukan yang terlalu lama ditumpuk pada stockpile akibat tidak
tumpukan batubara tersebut selalu ditutup menggunakan terpal yang terbuat dari
baik.
3. Adanya potensi gejala swabakar pada stockpile PT. Miyor Pratama Coal
4. Adanya genangan air pada lantai area stockpile saat hujandistockpile PT.
Miyor PratamaCoal.
5
Pratama Coal?
Coal.
Pratama Coal.
6
1. Bagi perusahaan
Coal.
2. Bagi peneliti
lapangan yang tidak peneliti peroleh dari perkuliahan serta penelitian yang
dilakukan ini dapat dijadikan modal berharga bagi peneliti menuju dunia kerja
dibangku perkuliahan.
TINJAUAN PUSTAKA
perusahaan tersebut, yang didukung oleh teori-teori ilmiah, teori yang ada yang
pertambangan. Lahan yang dikelola PT. Miyor Pratama Coal merupakan lahan
Ulayat Kumanis Atas yang mana pada awal tahun 2005, PT. Tambang Batubara
tanggal 29 Desember 2005, PT. Miyor Pratama Coal resmi memperoleh kuasa
dengan luas WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan) 44,67 Ha yang terletak di
Perusahaan ini mulai bergerak dari tahun 2006 dengan status perusahan
awalnya yaitu CV. Miyor yang memperoleh Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi
7
8
dilanjutkan dengan Keputusan Gubernur Sumatra Barat Nomor: 544- 351- 2016
Produksi Batubara dan Perubahan Badan Usaha dari CV. Miyor ke PT. Miyor
Pratam Coal.
Batubara yang ditambang oleh PT. Miyor Pratama Coal terbagi dalam tiga
golongan: Arang A dan Arang B memiliki berat jenis 1,3 dengan kalori 6000
Kkl/kg dan kemudian Arang C memiliki Berat Jenis 1,25 dengan kalorinya
6000Kkal/kg–7000 kkal/kg.
dan tiga orang Komisaris yang bergerak dibidang Kepala Administrasi, Kepala
dump truck (driver) yang bertugas melakukan transportasi mineral maupun bahan
galian, serta teknisi las yang bertugas memperbaiki bagian peralatan tambang
yang rusak.
listrik.
Semua kinerja pada divisi ini dibawah tanggung jawab Kepala Teknik
karyawan PT. Miyor Pratama Coal saat ini berjumlah 37 orang dengan rincian
sebagai berikut:
d. Administrasi = 4 Orang
e. Keamanan = 2 Orang
g. Mekanik = 5 Orang
h. Sopir = 12 Orang
i. Foremen = 2 Orang
dari Ibukota Provinsi Sumatera Barat (Padang) – Solok (64 Km) – Muaro
Kalaban (25 Km), lokasi (5 km) dengan waktu tempuh berkisar + 3 jam, kondisi
jalan masuk dari Simpang Muara Kalaban ke lokasi berupa jalan aspal dan
perkerasan berbatuan. Secara rinci batas koordinat geografis batas wilayah Izin
Tabel 2.1
Koordinat Batas Wilayah Operasi Produksi Batubara PT. Miyor Pratama Coal
bawah tanah. Pada dasarnya iklim bukanlah komponen lingkungan yang terkena
dampak, tetapi faktor yang memperbesar intensitas dampak, seperti: erosi lahan
dan kestabilan lahan. Diantara faktor iklim yang perlu dikemukakan adalah curah
tahunan.Selama tahun 2017 mencapai 6.459,89 (mm). Dari hasil penelitian curah
hujan selama tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
12
Tabel 2.2
Banyaknya curah hujan dan Hari Hujan per-Bulan,
StasiunTanah Hitam Tahun 2017
Jumlah Curah Lama
Rata-rata
No Bulan Hujan Hujan Hujan
(mm)
(Hari) (mm) (jam)
1 Januari 11 226,8 20,62 33
2 Februari 3 20,9 6,97 7
3 Maret 10 241,7 24,17 26
4 April 4 75,2 18,80 12
5 Mei 4 144,8 36,20 8
6 Juni 16 109,2 6,83 16
7 Juli 10 89,6 8,96 14
8 Agustus 11 131,4 11,95 17
9 September 14 164,2 11,73 23
10 Oktober 7 79,1 11,30 14
11 November 18 223,3 12,41 16
12 Desember 10 92,4 9,24 7
118 1598,7 13,55 196
Sumber: Arsip PT. Miyor Pratama Coal, 2017
a. Geologi Regional
cekungan, menghasilkan batuan intrusi tersier. Hasil erosi dari batuan intrusi
air. Akan tetapi dari gambar penampang geologi Ombilin diduga air tersebut
lolosketempat yang lain. Aspek geologi yang perlu mendapat perhatian yang
yaitu aspek tektonik atau gaya-gaya lateral yang berkembang, aspek sedimentasi
komplektisitas geologisnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3
c. Stratigrafi
sedimen, dan batuan vulkanik kuarter. Bentuk formasi batuan yang terdapat pada
1. Formasi Silungkang
Formasi ini dibedakan menjadi empat satuan, yaitu lava andesit, lava basalt,
tufa andesit dan tufa basalt.Formasi ini diperkirakan berumur Perm sampai
Trias.
2. Formasi Tuhur
1. Formasi Brani
Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yang berwarna coklat
keunguan, dengan kondisi terpilah baik (well sorted), padat keras dan
berumur Paleosen.
2. Formasi Sangkarewang
kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan yang
16
paleosen.
3. Formasi Sawahlunto
sungai.
terdapat pada Formasi Sawahlunto yang terdiri dari batu lempung (claystone),
tingkat Bituminus High Volatile dengan nilai kalori 6000-7200 kkl/kg. Hasil ini di
dapat dari analisa proximate( analisa komponen pembentuk batubara ) dan analisa
menunjukkan kadar belerang dan kadar abu yang rendah sedangkan bobot isi rata-
Kualitas batubara yang ditambang PT. Miyor Pratama Coal dapat dilihat
Hasil
Parameter
AR ADB DB DAFB Metoda
BY
-Fixed Carbon, % 41.47 44.4 45.9 55.72
DIFFERENCE
ASTM D 4239 –
Total Sulphur %
0.81 0.87 0.9 1.09 05
Gross Calorific Value ASTM D 5865 –
K cal/kg 5996 6419 6636 8055 07
HardgroveGrindability
47 ASTM D 409 – 02
index
Sumber : PT. Miyor Pratama Coal 2011
Keterangan:
1. As Received (AR), yaitu batubara yang masih mengandung kandungan air total.
2. Air Dried Base (ADB), yaitu kondisi batubara yang telah dikeringkan.
3. Dry Base (DB), yaitu batubara kering atau telah bebas dari kandungan airnya.
4. Dry Ash Free (DAF), yaitu batubara yang hanya mengandung volatile matter.
masuk setelah mengalami proses pengangkutan yang panjang baik dari tempat
Sehingga tidak dapat di pastikan bahwa kualitas batubara tersebut tetap terjaga
(Abdi Alfarisi, dkk, 2017). Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi antara
kandungan yang terdapat pada batubara dengan oksigen yang berada di udara
tambahan untuk penanganan batubara yang terbakar (Fierro, et al, 1999 dan Ejlali,
A,2009).
2.2.2 Swabakar pada Stockpile Batubara
merupakan salah satu fenomena yang terjadi pada batubara pada waktu batubara
batubara harus diatur sedemikian rupa agar segregasi atau pemisahan stock
berdasarkan perbedaan kualitas dapat dilakukan dengan baik dan juga tumpukan
2009).
Swabakar pada timbunan batubara merupakan hal yang sering terjadi dan
besar.
Sumber: www.stenlyroy.blogspot
dari komponen diatas.Batubara sebagai zat organik yang mengandung gas methan,
a) Lama Penimbunan
jumlahnya setiap bulan akan menyimpan panas yang terakumulasi akibat sirkulasi
udara yang tidak lancar didalam area timbunan. Semakin lama batubara tertimbun
akan semakin banyak panas yang tersimpan didalam timbunan, karena volume
oksidasi semakin tinggi hal ini lah yang menyebabkan terjadinya swabakar
batubara diarea timbunan sehingga rekomendasi lama penumpukan batubara
b) Metode Penimbunan
Pada sisi area timbunan yang lebih padat dan rongga antar butirnya kecil
suhu nya lebih rendah.Pemadatan pada area timbunan batubara sangat penting
diminimalisir.Terjadi swabakar batubara selalu pada sisi samping bukan pada sisi
atas area timbunan dikarenakan mudahnya udara untuk masuk melalui rongga
rongga udara yang ada, karena sisi samping tersebut tidak dipadatkan.Pada saat
menyimpan batubara yang relatif lama, baik batubara golongan rendah maupun
dipadatkan.(Muchjidin, 2006).
Pada saat menyimpan batubara yang relatif lama, baik batubara golongan
tumpukan batubara yang juga akan mengurangi tingkat oksidasi batubara dalam
tumpukan tersebut.
c) Dimensi Timbunan
22
tertimbun lebih dari 1 bulan maka sebaiknya tinggi timbunan hanya mencapai 6
yang terserap. Sudut tumpukan yang terbentuk dari suatu tumpukan sebaiknya
lebih kecil dari angle of repose tumpukan batubara (Widodo, 2009), sudut
timbunan sebaiknya dibentuk tidak melebihi batas angle of repose dari material
ﹾ,
yang ditimbun, dalam hal ini batubara memiliki angle of repose sebesar 38
( ﹾHana
namun sudut yang dibentuk masih dapat ditoleransi sampai membentuk 40
Mulyana, 2005).
berkaitan dengan arah angin dan keselamatan kerja, karena semakin tinggi dan
terjal timbunan akan mempengaruhi aliran angin yang masuk ke rongga timbunan
keselamatan kerja, timbunan yang terlalu tinggi dan terjal akan mengganggu
d) Arah Angin
timbunan maka akan semakin cepat proses oksidasi terjadi pada area timbunan itu.
e) Ukuran Butir
Ukuran batubara yang kecil akan menyebabkan semakin besarnya luas permukaan
batubara tersebut yang terkena kontak dengan oksigen yang dibawa oleh angin,
semakin besar ukuran bongkah batubara, semakin lambat proses swabakar terjadi.
mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah
Dalam kaitanya dengan fungsi dari stockpile batubara sebagai tempat penimbunan
sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat (Aliyusra Jolo,
2017).
Manajemen stockpile merupakan suatu upaya agar batubara yang diproduksi dapat
dari proses handling atau penanganan batubara yang kurang tepat. Seperti
misalnya terjadi penyusutan kuantitas batubara baik yang diakibatkan oleh erosi
pada musim hujan, debu pada musim kering, atau terbuang yang disebabkan oleh
1. DesainStockpile
sama, baik itu stockpile berkapasitas kecil maupun berkapasitas besar (Redha
Menurut Redha Fathoni, dkk., 2016, pada desain stockpile ini ada
Lantai dasar Stockpile seharusnya terbuat dari bahan yang tak tembus air
merembesnya air limpasan dan/atau air resapan pada timbunan ke dalam tanah
dan air tanah, untuk menghindari tercemarnya air tanah oleh air limbah yang telah
bercampur dengan air resapan. Lantai timbunan harus mampu mengalirkan air
limpasan yang berasal dari timbunan menuju saluran drainase yang telah dibuat,
pemeliharaan sistem penirisan ini dilakuakan secara berkala dan selalu dalam
pengawasan terutama pada saat musim hujan. Bentuk lantai dasar stockpile dibuat
agak cembung agar tidak terjadi penurunan lantai dasar jika dilakukan
penimbunan. Hal ini akan berdampak pada air yang akan mengalir menuju paritan
Penangkal angin atau wind sield dibuat agar dapat mencegah terjadinya
penangkal angina ini dapat dibuat semacam green belt didaerah dimana biasanya
jarring pepohonan disekitar stockpile, sehingga pada saat angina berhembus dapat
dihalangi oleh pepohonan tersebut. Untuk stockpile yang berada disekitar bukit,
1. Sistem LIFO (Last In First Out) yaitu di mana batubara yang terakhir kali
ditimbun paling awal diambil. Pada sistem ini kegiatan penimbunan dilakukan
2. Sistem FIFO (First In First Out) yaitu di mana batubara yang pertama kali
stockpile tidak dapat dimuat atau diambil karena alasan kualitas yang tidak
harus diprioritaskan dilakukan pada saat tidak ada alasan kualitas karena di
antara langkah pencegahan yang lain, manajemen FIFO adalah yang paling
murah.
3. Sistem FEFO (First Expired First Out) adalah sistem pembongkaran dimana
barang yang cepat kadaluarsa harus pertama kali keluar. Pada sistem
penumpukan batubara, sistem ini tidak pernah digunakan karena batubara tidak
memiliki masa expired atau masa kadaluarsanya. Selain itu juga sistem ini
ini menyatakan bahwa nilai persediaan akhir akan menghailak antara nilai
persediaan dengan metode FIFO. Dengan menggunakan metode ini maka akan
berdampak pada laba kotor dan harga pokok penjualan. Metode ini biasa
Menurut Roflin, E., desain atau bentuk stockpile dirancang sesuai dengan
berikut:
1
V₁ = 3 π x t₁ ( R + r + R x r) (2.1)
Keterangan:
1
V₂ = x t₂ ( B + A + B x A) (2.2)
3
28
Keterangan:
2. Pola Penimbunan
a. Cone shell
Sumber: www.stenlyroy.blogspot
Gambar 2.2 Metode Penimbunan Cone Shell
b. Chevron
Chevronmerupakan pola penimbunan dengan menempatkan stacker untuk
direncanakan.
Sumber: www.stenlyroy.blogspot
Sumber: www.stenlyroy.blogspot
d. Windrow
30
Sumber: www.stenlyroy.blogspot
Menurut Aliyusra Jolo, 2017, disamping hal diatas ada beberapa hal yang
Sirkulasi udara yang tidak lancar akan membuat adanya peningkatan suhu
dari batubara itu sendiri. Peningkatan suhu disebabkan oleh sirkulasi udara dan
panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan akan
terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik pembakaran (selfheating), yang
(Sukandarrumidi, 2006).
pada tumpukan batubara agar dapat dipantau kenaikan suhu perharinya..Selain itu
hal ini juga dilakukan agar dapat diketahui titik suhu mulai terjadinya gejala
swabakar sehingga pada saat sebelum mencapai titik tersebut dapat dilakukan
terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal
ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu konsumen. Kontaminasi
yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang
berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya
kandungan abu (ash content). Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses
pengangkutan batubara.
konsumen. Salah satu cara untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari batubara
Guna memastikan dan menjaga kondisi batubara agar tetap bersih serta
kualitas batubara tetap tinggi ketika batubara pertama masuk stockpile hingga
32
keluar dari tempat tersebut. Maka dilakukan perawatan dan pemeliharaan kualitas
batubara yang dikontrol oleh pengawas disekitaran lokasi stockpile (Aliyusra Jolo,
2017).
asam tambang dan batubara halus yang tersuspensi dalam air limpasan selama
musim hujan dapat terbentuk.Air asam (acid water) dapat ditimbulkan oleh
(N, Maha.P, dkk, 2017).Selain itu, pada kegiatan dan teknis penumpukan dapat
menimbulkan ash terbang di sekitaran areal stockpile, dari segi manajemen perlu
Untuk itulah diperlukan adanya kontrol terhadap aspek lingkungan sebagai bagian
Kerangka konseptual ini terdiri dari input, proses dan output yang
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh
6. Arah angin
2. Data Sekunder
melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder dapat
3. Peta IUP.
4. Peta topografi.
2.3.2 Proses
arah angin yang ditentukan dengan bendera sederhana pada area tumpukan
batubara, dan melakukan pengamatan kondisi area stockpile batubara PT. Miyor
Pratama Coal.
2.3.3 Output
Dari hasil proses pengolahan data maka selanjutnya akan didapat hasil
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di PT. Miyor Pratama Coal, Desa Batu Tanjung,
Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2018 sampai bulan Juni 2018.
dengan permasalahan yang diteliti, maka variabel dari penelitian ini adalah
35
36
3.4.1 Data
Data primer merupakan data utama, dimana data primer yang dibutuhkan
langsung tinggi dan lebar timbunan menggunakan meteran yang diukur manual.
pada bagian tertentu dari tumpukan batubara, misalnya pada kaki tempat
Penanganan batubara yang masuk dan keluar pada stockpile ini berupa
tersebut. Data ini didapatkan dari dokumen perusahaan sendiri, wawancara dan
apakah stockpile sudah lama tertimbun atau tidak ataupun berdasarkan dokumen
drainase, lantai dasar stockpile serta kebersihan lingkungan sekitar stockpile untuk
mengamati ada kontaminasi atau tidak pada area stockpile tersebut. Hal ini dapat
6. Arah angin
3. Peta IUP.
4. Peta topografi.
lapangan, buku-buku, literatur dan dokumentasi dari PT. Miyor Pratama Coal.
38
pengamatan langsung di lapangan atau tempat penelitian. Data ini berupa data
penanganan batubara yang masuk pada stockpile, kondisi area stockpile dan waktu
literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan data-data serta
masalah.
yang sudah ditetapkan. Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan
dilakukan yaitu:
sebagai berikut:
meter untuk waktu timbunan maksimal 30 hari dan 6 meter untuk waktu
Kegiatan ini dilakukan setiap hari pada pagi, dan siang hari, selama
untuk arah angin, semakin dominan angin yang menerpa sisi timbunan
batubara maka semakin cepat proses swabakar terjadi. Faktor inilah yang
pada PT. Miyor Pratama Coal ini adalah hasil pengolahan data dengan
batubara yang telah diketahui nantinya dapat menjadi bahan perbandingan dari
penimbunan dan arah angin. Dari data ini didapatlah rekomendasi apakah
faktor diatas dapat menyebabkan swabakar pada stockpile tersebut atau tidak.
penanganan batubara, serta sistem paritan atau drainase pada area stockpile.
Identifikasi Masalah
a. Manajemen stockpile PT. Miyor Pratama Coal belum
berjalan dengan baik.
b. Kurangnya penanganan batubara yang masuk dan keluar
pada stockpile PT. Miyor Pratama Coal.
c. Adanya potensi gejala swabakar pada stockpile PT.
Miyor Pratama Coal yang menyebabkan menurunnya
kualitas batubara.
d. Adanya genangan air pada musim hujan di sekitar area
stockpile PT. Miyor Pratama Coal.
Tujuan Penelitian
a. Menganalisis manajemen stockpile batubara pada PT. Miyor
Pratama Coal.
b. Merancang manajemen stockpile batubara yang ideal pada PT.
Miyor Pratama Coal.
A
42
Pengumpulan Data
-
Primer Sekunder
1. Geometri tumpukan batubara 1. Sejarah dan profil
2. Suhu/temperature tumpukan batubara 2. Perusahaan.
3. Penanganan batubara pada stockpile. 3. Peta Topografi.
4. Waktu timbunan batubara pada stockpile. 4. Peta Lay out.
5. Kondisi area stockpile. 5. Peta topografi.
6. Arah angin 6. Peta kesampaian daerah.
-
Pengolahan Data
1. Pengambilan suhu perhari batubara pada tumpukan batubara
2. Pengukuran dimensi tumpukan batubara
3. Menganalisis penyebab terjadinya swabakar pada area timbunan antara lain :
lama penimbunan, metode penimbunan, dimensi timbunan, arah angin dan
ukuran butir.
4. Rekomendasi desain layout perbaikan dengan memperhatikan beberapa faktor
berikut: kemiringan sudut timbunan, tinggi timbunan, memperhatikan sistem
penanganan batubara yang masuk dan keluar, serta sistem paritan atau
drainase pada area stockpile.
Analisis Data
1. Analisis dimensi tumpukan batubarayang baik dan sesuai peruntukannya.
2. Analisis perbandingan suhu perhari batubara pada tumpukan batubara
3. Analisis terjadinya swabakar pada area stockpile.
4. Analisis desain layout perbaikan stockpile batubara.
Coal
Area Stockpile PT. Miyor Pratama Coal ini terdiri dari 2 bagian, dimana
pada tempat tumpukan batubara yang dihasilkan dari front penambangan PT.
Miyor Pratama Coal sendiri, terletak di area depan, dan area belakang. Penelitian
yang dilakukan adalah pada area depan stockpile PT. Miyor Pratama Coal.
tumpukan yang terdiri dari dua kalori yang berbeda, yaitu tumpukan dengan kalori
Gambar 4.1 Denah Lokasi Area Stockpile PT. Miyor Pratama Coal
kondisi aktual tumpukan ini sudah tidak diperhatikan lagi, dilihat dari umur
43
44
tumpukan yang sudah lebih dari satu tahun dan tidak ada aktivitas pengangkutan
6000-7000 kcal, selalu ada aktivitas pengangkutan maupun penimbunan dari front
Kondisi timbunan batubara di area stockpile PT. Miyor Pratama Coal yang
beberapa timbunan sesuai dengan kalori batubara yang masuk kedalam stockpile
tersebut.
1. Tinggi timbunan
sudut yang dibentuk oleh timbunan (angel of repose) dengan besaran sudut
lapangan, sudut yang dibentuk oleh stockpile PT. Miyor Pratama Coal
adalah 50˚-70˚.
karena tumpukan batubara berkalori rendah ini sudah lama ditumpuk pada
stockpile yakni sudah lebih dari satu tahun dan tidak diperhatikan lagi oleh
Jari – jari Lingkaran Bawah (R) : Jari – jari lingkaran atas (r) :
R = 5,84 m r = 2,94 m
= 82 − 5,84 − 2,94 2
= 64 − 8,41
= 55,59 = 7,45 m
Y Tinggi 7,45
Kemiringan: Tan α =X = = 5,84 − 2,94 = 2,56
R−r
α = tan-1 2,56
= 68,66o
Cara kerja alat ini sendiri yaitu dengan cara menancapkan besi yang sudah
di modifikasi pada kabel alat tersebut, lalu baca angka temperatur tumpukan
batubara pada alat Thermocouple yang secara otomatis angka tersebut muncul
pada alat. Selanjutnya beri tanda pada setiap titik pengukuran yang sudah
didapatkan hasil pengukuran pada pagi hari temperatur berada pada angka
dibawah suhu kritis (50 ﹾcelcius), sedangkan pada siang hari temperatur
48
tumpukan batubara naik hingga mencapai suhu kritis bahkan lebih.Hal ini
disebabkan oleh panas matahari dan angin yang menerpa sisi tumpukan batubara
tersebut. Pengukuran temperatur area tumpukan batubara ini dapat pada gambar
berikut:
36
T2
35
T3
34
T4
33
32 T5
31 T6
30
RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN SELASA
T2
52
T3
50
T4
48
46 T5
44 T6
42
RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN SELASA
penimbunan kerucut penuh pada saat ditimbun oleh dump truck dari front
Sistem pengaturan timbunan seperti sistem first in first out yang memiliki
penurunan kualitas dari batubara.Sistem ini tidak diterapkan dengan baik oleh PT.
Miyor Pratama Coal, sehingga dapat menyebabkan batubara yang pertama masuk
mencapai 3 bulan dimana batubara tersebut masuk ke stockpile pada bulan Maret
Kondisi area stockpile ini diantaranya sistem penirisan atau paritan, lantai
Penirisan menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan karena pada bagian ini,
50
air hujan yang masuk ketimbunan diarahkan untuk langsung dialirkan ke sistem
penirisan sehingga tidak menjadi genangan, karena apabila terjadi genangan maka
stockpile PT. Miyor Pratama Coal kurang baik dilihat dari tidak adanya paritan
pada area stockpile, adanya genangan air yang berada di lanti dasar stockpile,
selain itu juga terdapat batubara berukuran kecil ikut terbawa aliran air karena
tidak adanya sistem penirisan yang mendukung. Sehingga perlu adanya paritan
Kondisi lantai dasar stockpile PT. Miyor Pratama Coal ini tidak dilakukan
hanya lapisan tanah dan batuan asli pada area tersebut, sehingga dapat
Untuk menentukan arah angin ini dapat dilakukan dengan cara sederhana
Pengamatan yang dilakukan dilapangan untuk angin yang menerpa sisi tumpukan
tersebut.Namun angin yang menerpa ini dihalang oleh terpal plastik yang
akomodasi dari oksigen dan panas matahari, ditambah dengan adanya aliran angin
maka akan terjadi penggerusan dari kekerasan batubara serta adanya pengurangan
Selain itu juga batubara pada area stockpile PT. Miyor Pratama Coal yang
tersebut ditutup menggunakan terpal yang terbuat dari plastik, selain itu juga
penerapan sistem FIFO (First In First Out) tidak diterapkan dengan baik. Ini
mengindikasikan bahwa batubara pada stockpile PT. Miyor Pratama Coal ini
Sumber: www.stenlyroy.blogspot
Coal
Dimensi tumpukan batubara yang terdiri dari tinggi timbunan dan sudut
lapangan pada tumpukan batubara dengan kalori tinggi yaitu sekitar 6000-
sudut kemiringan lebih dari 60 ﹾ, dengan umur tumpukan yaitu 3 bulan dan
ditutup terpal yang terbuat dari plastik tebal. Tinggi yang direkomendasikan untuk
umur tumpukan lebih dari 30 hari atau satu bulan adalah 6 meter.Maka tumpukan
batubara ini tingginya sedikit melampaui tinggi rekomendasi dan sudut tumpukan
yang terlalu menyudut serta ditutup terpal, yang terbuat dari plastik sehingga
akibat sirkulasi udara yang tidak lancar didalam area timbunan. Semakin lama
besar sehingga kecepatan oksidasi semakin tinggi hal ini lah yang menyebabkan
penumpukan batubara adalah 4 minggu (30 hari) (Hana Mulyana, 2005 dalam M,
Pratama Coal
terjadi di area stockpile PT. Miyor Pratama Coal relatif besar, hal ini berdasarkan
(Lampiran A). Dimana temperatur tumpukan batubara yang diamati memiliki nilai
yang cukup tinggi pada siang hari yang melebihi temperatur kritis tumpukan
dilakukan agar batubara yang ditimbun dapat terjaga kualitas dan meningkatkan
keamanan serta keselamatan pekerja di area sekitar stockpile PT. Miyor Pratama
Coal.
a. Lama Timbunan
batubara PT. Miyor Pratama Coal memiliki umur tumpukan lebih dari 3 bulan.
Tinggi yang direkomendasikan untuk umur tumpukan lebih dari 30 hari atau satu
swabakar.
b. Metode Penimbunan
PT. Miyor Pratama Coal dimana batubara yang masuk dari pit ke dalam area
Pratama Coal dimana batubara yang pertama kali masuk ke area ini ditimbun dan
diangkut pertama kali kemudian secara berurutan dilakukan hal yang sama pada
c. Arah Angin
bendera sederhana pada sisi tumpukan batubara, namun tumpukan batubara ini
ditutup terpal plastic, hal ini membuat panas pada tumpukan batubara yang
tertutup terpal saat angin yang masuk pada sela terpal plastik yang berlubang
berpotensi swabakar.
Coal
penirisan pada area stockpile yang akan berpengaruh pada tumpukan batubara
diatasnya. Rencana desain lantai stockpile PT. Miyor Pratama Coal adalah
bedding coal yakni lapisan yang dibentuk dari batubara sisa atau yang tertinggal
area stockpile PT. Miyor Pratama Coal dilapangan, dibuat agak tebal dengan
ukuran tersebut agar dapat menopang beban tumpukan batubara dan 1tidak
batubara pada proses pengangkutan. Serta tinggi tumpukan batubara dibuat lebih
rendah yaitu 5 meter sesuai tinggi rekomendasi untuk tumpukan batubara lebih
dari satu bulan agar dapat meminimalisir potensi swabakar pada tumpukan
tersebut.
batubara agar dan dialirkan pada tempat penampungan air yang agak landai atau
rendah permukaan tanahnya agar air dapat mengalir dengan baik pada saat hujan.
Gambar 4.12 Desain Sistem Penirisan
1m
0,5 m
Gambar 4.13 Desain Dimensi Saluran Paritan
Desain saluran paritan ini dibuat dengan bentuk trapezium karena mudah
menampung serta mengalirkan air sehingga lantai stockpile tidak tergenang air
seperti kemiringan tanah dan luas area stockpile itu sendiri. Selain itu juga aliran
air yang berada pada area stockpile PT. Miyor Pratama Coal ini tidak terlalu besar,
58
sehingga sistem paritan dibuat tidak terlalu dalam dan luas, kondisi ini dapat
Pratama Coal
yang melebihi tinggi rekomendasi yaitu 7 meter, sudut yang juga melebihi sudut
rekomendasi yaitu 30-40 ﹾ, serta lama timbunan yang melebihi 3 bulan, maka
untuk dimensi ini sangat berpotensi swabakar, untuk itu dimensi yang baik untuk
tumpukan batubara ini adalah sebagai berikut tinggi 5 meter, sudut 30 ﹾdan
menerapkan sistem FIFO (First In First Out) agar tumpukan batubara tidak
Dimensi perbaikan tumpukan batubara ini dapat dilihat pada gambar berikut:
59
60
Pratama Coal
batubara ini mengalami kenaikan pada siang hari, disebabkan oleh panas matahari
yang menerpa sisi tumpukan tersebut.Pada siang hari temperatur tumpukan rata-
rata memiliki nilai lebih besar dari 50 ﹾcelcius yang melebihi suhu kritis
tumpukan batubara.Untuk itu perlu adanya kontrol suhu secara berkala, dan
Miyor Pratama Coal disebabkan oleh beberapa hal diantaranya lama timbunan
yang melebihi jangka waktu rekomendasi, penerapan sistem FIFO (first in first
out) yang belum berjalan dengan baik, serta tumpukan batubara tersebut yang
ditutup menggunakan terpal plastik yang membuat udara yang masuk melalui sela
Coal
Desain layout perbaikan untuk area stockpile PT. Miyor Pratama Coal ini
diantaranya desain lantai dengan tambahan bedding coal dan Sistem drainase
didapatlah dimensi saluran untuk sistem penirisan ini dengan lebar dasar saluran
0,5 meter, tinggi 1 meter dan lebar permukaan aluran 1,5 meter dan mengarah ke
6.1 Kesimpulan
1. Area Stockpile PT. Miyor Pratama Coal memiliki potensi swabakar pada
tumpukan batubara yang cukup besar disebabkan oleh dimensi timbunan yang
memiliki rata-rata tinggi tumpukan diatas 7 meter dengan sudut lebih dari
sudut angle of repose (30 ﹾ-40 )ﹾserta ditutup terpal yang terbuat dari plastik,
waktu timbunan batubara yang cukup lama yaitu 3 bulan melebihi waktu
rekomendasi, belum diterapkannya sistem FIFO (first in first out) dengan baik,
62
63
6.2 Saran
1. Tumpukan batubara area stockpile PT. Miyor Pratama Coal harus memiliki
tinggi kurang dari 7 meter jika ditumpuk lebih dari 1 bulan dan sudut
lebih tinggi. Untuk itu jika tetap menggunakan terpal plastik, segera buka
terpal plastic tersebut pada pagi hingga siang hari agar sirkulasi udara pada
tumpukan baik dan tutup kembali dengan terpal plastic pada sore hari.
3. Penerapan sistem FIFO (first in first out) pada penanganan batubara yang
masuk dan keluar pada area stockpile PT. MIyor Pratama Coal harus
4. Pembuatan saluran drainase atau penirisan pada area stockpile PT. Miyor
Pratama Coal sangat baik dilakukan agar lantai pada area stockpile tidak
becek dan banyak genangan air pada saat hujan. Selain itu kebersihan area
Abdi, Alfarisi, dkk, Analisis Potensi Self Heating Batubara Pada Live Stock
Dan Temporary Stockpile Banko Barat Pt. Bukit Asam, Universitas
Sriwijaya,
Palembang, 2016.
Panji, Rayuda, Evaluasi Desain StockpileInpit Tambang Air Laya Upte Untuk
Memenuhi Target Produksi 2016 Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung
Enim Sumatera Selatan, STTIND Padang, 2017
Riko, Ervil, dkk, Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang, Padang, 2016.
LOKASI