Anda di halaman 1dari 11

BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA

BAHAN DASAR KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA


(Tugas Bahan Konstruksi Teknik Kimia)

Kelompok 1
Manuel Siregar (0915041034)
Muhammad Ahdan (0915041037)
Supriyanto Ardi (0915041047)

Mata Kuliah : Bahan konstuksi Teknik Kimia


Dosen : Panca Nugrahini

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2010

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan kami kemampuan dan
kesanggupan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang Bahan kostruksi Teknik Kimia ini.
Shalawat dan salah kami curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menerangi
membimbing umat manusia yang jahil menuju manusia yang berpengetahuan luas dan beriman.
Makalah ini berisikan tentang dasar-dasar pemilihan bahan konstruksi, baik itu dari sifat
mekanik, sifat thermal, maupun sifat listrik dari bahan tersebut. Sifat fisika bahan yang sering
diuji untuk menentukan baik-buruknya suatu bahan pun kami sertakan seperti, sifat regangan,
tegangan, deformasi, elastisitas bahan.
Kami sebagai penulis dan juga mahasiswa ingin memberikan penjelasan yang cukup akan
konpetensi dasar yang harus dipenuhi, dan jelas akan materi yang disampaikan dalam makalah
ini serta banyak bermanfaat bagi pembaca sekalian. Makalah ini masih belum bias menjawab
semua pertanyaan pembaca tentang Dasar-dasar dan Pengenalan Bahan Konstruksi Teknik
Kimia, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Untuk kesalahan yang
terdapat dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf. Dan ucapan terima kasih kami berikan
kepada pembaca yang telah menjadikan makalah ini sebagai referensi pelajaran. Sekian dari
kami,
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI
Halaman
COVER ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
a. LATAR BELAKANG .................................................................... 1
b. TUJUAN ........................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2
a. Dasar – dasar pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia................ 2
b. Sifat Mekanik Bahan ...................................................................... 3
c. Sifat Thermal Bahan ....................................................................... 7
d. Sifat Elektrik Bahan ....................................................................... 8
III. PENGUJIAN ........................................................................................ 11
IV. KESIMPULAN .................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Seorang teknik kimia adalah sosok yang harus bertanggung jawab terhadap suatu proses industri
kimia. Termasuk juga dalam pemilihan material konstruksi pabrik. Pemilihan material konstruksi
untuk peralatan teknik kimia bukan masalah mudah. Pemilihan material mempengaruhi
keselamatan, kehandalan, seumur hidup, dan biaya peralatan. Banyak kriteria yang harus
dipertimbangkan, dan ada berbagai jenis bahan yang sedikit jumlah ketersediaannya.
Perancangan pabrik untuk industri kimia tentu harus memperhatikan berbagai macam
pertimbangan. Hal semacam ini dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefesienkan pengunaan
bahan konstruksi kimia tersebut. Seorang sarjana teknik kimia harus mengedepankan aspek
ekonomi dalam setiap rancangan yang dibuat. Menjadi satu keharusan bagi kita untuk
mengetahui sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Jadi diharapkan ketika kita mengenali sifat bahan
yang kita gunakan, maka penggunaan yang nanti dilakukan akan efektif karena kita mengetahui
kekurangan dan kelebihan bahan yang digunakan.

I.2. TUJUAN
Pembuatan makalah ini adalah tidak lain bertujuan untuk :
1. Menjadikan bahan acuan informasi yang berkaitan dengan Bahan Konstruksi Teknik Kimia
2. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Dasar – dasar pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia


Untuk memilih material kita patut berpegang kepada “most important characteristics” dari suatu
material, dan hal ini juga bergantung dengan keadaan geografis atau lingkungan suatu tempat.
Pedoman ini dapat dijadikan penentuan skala prioritas untuk memilih suatu material, dan hal itu
adalah:
a. Material properties
b. Thermal properties
c. Corrosion resistance
d. Thermal conductivity and e;ectrical resistance
e. Ease of fabrication
f. Availability in standard size
g. Cost
h. Contamination
i. Recycle
Faktor kemudahan untuk merecycle bahan yang digunakan juga merupakan faktor pertimbangan
yang penting.
a. Material properties
Class
Property
Physical
Dimension, shape Density or specific gravity Porosity Moisture content Macrostructure
Microstructure
Chemical
Oxide or compound composition Acidity or alkalinity Resistance to corrosion or weathering
Physico-chemical
Water - absorptive or water -repellant action, Shrinkage and swell due to moisture changes
Acoustical
Sound transmission Sound reflection
Mechanical
Strength, tension, compression, shear and flezure (under static, impact or fatigue condition)
Stiffness, Thoughness, Elasticity, Plasticity, Ductility, Brittleness, Hardness, Wear resistance
Thermal
Specific heat Expansion Conductivity
Electrical and magnetic optical
Conductivity Magnetic parmeability Galvanic action Colour Light transmission Light reflection

Berbagai macam sifat bahan pada tabel diatas yaitu berbagai macam sifat bahan secara teknik
yang nantinya dapat dipertimbangkan dalam proses pemilihan bahan. Sifat – sifat tersebut
dikelompokkan berdasarkan beberapa kelas peninjauan, seperti secara fisik, mekanik, kimia dan
lain sebagainya.

2. Sifat Mekanik Bahan


Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik menyatakan
kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima
beban / gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan / komponen tersebut. Seringkali
bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain,
maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang
diperlukan. Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan. Baja
mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja memenuhi syarat untuk suatu
pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang kurang baik. Untuk mengatasi hal
itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara
pengecatan atau galvanising, dan cara lainnya. Jadi tidak harus mencari bahan lain seperti selain
kuat juga harus tahan korosi, tetapi cukup mencari bahan yang syarat pada sifat mekaniknya
sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi. Berikut adalah beberapa sifat mekanik
yang penting untuk diketahui :
 Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis
beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan,
kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.
 Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk tahan
terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan
sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan kekuatan.
4
 Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila
suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila tegangan yang
bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya
bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan
yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas kemampuannya,
maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun tegangan yang diberikan
telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang
dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan
dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan
ukuran semula setelah menerima bebang yang menimbulkan deformasi.
 Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal
kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan.
 Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi
plastik (permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai macam pembentukan seperti forging, rolling,
extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan
yang mampu mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang memiliki
keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan terjadinya
deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan rendah atau getas (brittle).
 Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi
tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya
energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat
ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.

 Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan
berulang – ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastiknya.
Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan ini.
Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur
karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
 Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan kecenderungan suatu logam
untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya berubah sesuai dengan fungsi waktu, pada
saat bahan atau komponen tersebut tadi menerima beban yang besarnya relatif tetap.

Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu :
 Sifat mekanik statis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang besarnya tetap atau
bebannya mengalami perubahan yang lambat.
 Sifat mekanik dinamis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang besar berubah
– ubah, atau dapat juga dikatakan mengejut.
Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan yang
berbeda.

4. Sifat Thermal Bahan


Sifat termal bahan adalah perubahan sifat yang berkaitan dengan suhu. Sifat termal ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :

1. Kandungan uap air


Apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal.
Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara
dalam bahan tersebut
Hubungan antara konduktifitas termal dan kandungan uap air dituangkan dalam persamaan
sebagai berikut :
pers (1)
Dimana Kh = konduktifitas termal pada kandungan uap air h
Kd = konduktifitas termal dalam keadaan kering
h = kandungan uap air ( % berat )

2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil, namun secara umum
dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.

3. Kepadatan dan porositas


Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin
banyak maka konduktifitas termal rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan
kepadatan yang sama akan tergantung pada perbedaan struktur yang meliputi ukuran, distribusi,
hubungan pori / lubang.
Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan kalor ada 2 jenis, yaitu
1. Keadaan tetap (steady heat flow)
2. Keadaan berubah (transien heat flow)

Berikut adalah beberapa sifat konduktifitas termal bahan dan sifat lainnya.

5. Sifat Elektrik Bahan


Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut :
 Konduktif – jika resistansinya < 105 ohm
Disini elektron mudah bergerak atau mengalir, jadi netralisasi dapat dilakukan dengan mudah
dengan cara grounding.
Contoh : logam dan tubuh manusia
 Insulatif – jika resistansinya > 1011 ohm
Elektron bisa dikatakan tak dapat bergerak, jadi netralisasi hanya mungkin dilakukan dengan
ionisasi.
Contoh : plastik dan karet
Dari pengukuran tribocharging, kita bisa menentukan apakah muatan listrik mudah ditimbulkan
pada bahan tersebut – jika tidak mudah membangkitkan

muatan (atau muatan yang dihasilkan cukup rendah), maka bahan itu dapat dikatakan sebagai
anti-statik
 Statik disipatif – resistansi di antara 105 sampai 1011 ohm
Disini, elektron dapat bergerak tetapi lambat, jadi perlu diketahui parameter decay time. Untuk
mengetahui berapa cepat grounding dapat menetralisasi muatan. Pengukuran tribocharging juga
perlu dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik atau tidak.
Umumnya bahan yang masuk kategori statik disipatif adalah bahan buatan, artinya memang
khusus dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu, misalnya bahan dasarnya adalah insulatif tapi
diberi tambahan karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat statik disipatif. Jika
kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat konduktif.
Untuk mengukur nilai resistansi bahan, kita gunakan MegaOhmmeter (atau Surface Resistance
Meter) – ini semacam multimeter biasa tetapi dengan jangkauan pengukuran sampai 100 G Ohm
atau lebih. Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya Electrostatic Voltmeter/
Fieldmeter) untuk mengukur muatan listrik dari proses tribocharging dan dengan bantuan
stopwatch, kita pun dapat mengukur decay time secara kualitatif. Untuk hasil yang lebih akurat,
kita perlu menggunakan Charged Plate Monitor.
Jadi, jika adanya muatan listrik statik menimbulkan masalah, maka salah satu solusinya adalah
dengan menetralkan mutan listrik bersangkutan. Cara efektif untuk menetralkan muatan listrik
dilakukan berdasarkan sifat listrik material/bahan.Pada dasarnya netralisasi muatan dapat
dilakukan dua cara, yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer. Grounding dilakukan jika
elektron dapat bergerak atau mengalir dalam bahan bersangkutan, yaitu dengan menghubungkan
bahan tersebut ke tanah/bumi atau bagian ground dari kabel listrik karena tanah/bumi adalah
reservoar muatan (sumber muatan yang tak-terhingga). Sebaliknya, untuk bahan yang tak dapat
mengalirkan muatan, maka tidak ada jalan lain untuk menetralkan muatan kecuali

memberikan muatan yang berlawanan dari udara. Sebetulnya udara mengandung sejumlah
molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan suatu benda, tapi netralisasi secara alami
ini akan berlangsung sangat lama. Untuk mempercepat proses netralisasi, maka digunakan
alat/peralatan yang disebut Ionizer. Ionizer dirancang untuk menghasilkan sejumlah besar ion
positif maupun negatif dan ion-ion tersebut diarahkan ke permukaan benda yang akan
dinetralisasi. Selain itu, netralisasi juga dapat dilakukan dengan membasahi permukaan bahan
bersangkutan dengan air biasa (bukan DI water) atau larutan yang mengandung air seperti
IsoPropyl Alcohol (IPA).

III. PENGUJIAN

Kosep Tegangan Regangan


Jika suatu bahan pada temperatur kamar dikenai gaya statis dimana perubahannya sangat lambat
terhadap waktu, maka bahan tersebut dikatakan telah mengalami pengujian tegangan-regangan
secara sederhana. Ada 3 (tiga) jenis beban (gaya) terpakai yang dapat dikenakan pada bahan,
yaitu: tegangan tarik, tegangan tekan dan tegangan geser. Ketiga jenis beban atau gaya ini
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2 : (a) Ilustrasi skematik bagaimana suatu gaya tegangan menghasilkan perpanjangan
dan regangan linier positif. Garis putus-putus mewakili bentuk sebelum deformasi dan garis
padat setelah deformasi. (b) Ilustrasi skematik bagaimana suatu gaya tekan menghasilkan
konstraksi dan regangan linier negatif. (c) Skematik yang diwakili oleh regangan geser γ, dengan
γ = tan θ
Pengujian Tegangan
Salah satu cara yang umum dilakukan dalam pengujian sifat mekanik tegangan-regangan adalah
unjuk kerja bahan karena pengaruh tegangan. Suatu bahan (sampel) yang mengalami deformasi
dengan beban tegangan bertambah secara perlahan-lahan (kontinu) sepanjang arah tunggal
sumbu sampel akan mengalami tegangan-regangan. Bentuk sampel standar untuk pengujian
tegangan reganagn ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3 : Sampel tegangan standard dengan tampang lintang melingkar


Secara normal tampang lintangnya berbentuk lingkaran dan sumbu sampel saling
tegak lurus. Ukuran standar sampel tergantung merk alat yang dipakai, namun
umumnya tidak jauh berbeda. Diameter standar 12,7 mm, panjang Gauge
digunakan untuk menentukan keuletan dengan panjan standar 50 mm.
Bentuk alat uji tarik ditunjukkan pada Gambar 3. Hasil pengujian teganganregangan
dicatat pada kertas grafik. Sumbu tegak (vertikal) menyatakan nilai
tegangan dan sumbu mendatar (horisontal) menyatakan nilai regangan.
Gambar 4 Gambar 5
Gambar 4 : alat uji tegangan tarik Gambar 5 : Grafik hasil uji tarik
Karakteristik deformasi karena beban terpakai tergantung pada ukuran sampel.
Sebagai contoh diperlukan beban dua kali lebih besar untuk menghasilkan
perpanjangan yang sama jika luas penampang lintangnya dilipatgandakan. Secara
matematis tegangan teknik

Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan
dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya
tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan extensometer, seperti terlihat pada gambar
6.
Gambar 6 : Skema pengujian tarik dengan UTM
Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang membujur rata-rata
dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas awal
penampang lintang benda uji itu.
 = P / Ao …..2
Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara
membagi perpanjangan (gage length) benda uji ( atau L), dengan panjang awal.
e = / Lo = L/ Lo = ( L - Lo ) / Lo …….3
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan dengan
faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan mempunyai bentuk yang sama seperti
pada gambar 7 Kedua kurva sering dipergunakan.

Gambar 7 : Kurva Tegangan Regangan teknik ( - )


Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi,
perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik
luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah nilai yang
paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut
kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan material. Untuk logam ulet,
kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban lmaksimum, diman logam dapat menahan beban
sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai
tersebut dengan kekuatan logam, kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui
adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya.

Tetapi karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan,
maka metode ini lebih banyak dipakai.
Kekuatan tarik adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal
benda uji.
u = P maks / Ao ……… 4
Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya seperti
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya terbatas pada hasil
penelitian beberapa jenis material.
Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang dibutuhkan
untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi
deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis, yang berlangsung sedikit
demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti. Sehingga
kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan (regangan
offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada perpotongan antara kurva tegangan-
regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan tertentu. Di Amerika
Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 % ( e = 0,002 atau 0,001 mm/mm)
y = P(offset) / Ao ……. 5
Gambar 8 : Kurva tegangan regangan yang mengindikasikan kriteria luluh

Beberapa bahan pada dasarnya tidakmempunyai bagian linear pada kurva tegangan-regangan,
misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan tersebut, metode offset tidak
dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan luluh didiefinisikan sebagai tegangan
yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total tertentu, misalnya e = 0,5 %.
Keuletan (e)
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara umum
pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
 Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi patah. Hal
ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan ekstruksi.
 Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah.Keuletan logam
yang tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal tanpa terjadi
perpatahan.
 Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan.
Ukuran keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan, walaupun tidak
ada hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam pemakaian bahan.
Cara untuk menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis pada saat
patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas penampang pada patahan (q).
Kedua sifat ini didapat setelah terjadi patah, dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian
diukur panjang akhir benda uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk menghitung luas
penampang patahan (Af).
ef = ( Lf – Lo ) / Lo ……….. 6
q = ( Ao – Af ) / Ao ………. 7
Baik perpanjangan maupun pengurangan luas penampang, biasanya dinyatakan dalam
persentase. Karena cukup besar bagian deformasi plastis yang akan terkonsentrasi pada daerah
penyempitan setempat, maka harga ef akan bergantung pada panjang ukur awal (Lo). Makin
kecil panjang ukur, makin besar pengaruhnya pada perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu
bila diberikan harga persentase perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu disertakan.

Modulus Elastisitas ( E )
Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau modulus
Young. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus
elastisitas makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
Modulus elastisitas dirumuskan seperti persamaan 8.
E =  / e ……………. 8
Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan metode dinamik.
Kelentingan (Resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi
secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasa
dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yaitu energi regangan tiap satuan volume yang
dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh. Modulus kelentingan
(Resilience Mudulus) dapat dicari dengan menggunakan persamaan 9
UR = o2 / 2E …………… 9

Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah, yang dinyatakan
dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah pembebanan
yang dialami. Pada umumnya ketangguahan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau
didefinisikan..Terdapat beberapa pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah dibawah
kurva tegangan-regangan.

Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat didekati dengan persamaan-persamaan
berikut:
UT  u .ef ……….. 10
UT  ( o + u ) ef / 2 ………. 11
UT  2/3 ( u ) ef .………. 12

2.3.3 Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya


Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik deformasi yang
sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji,
sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi
penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas
penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk
melanjutkan deformasi akan segera mengecil.
Kurva tegangan regangan teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan
sebenarnya menunjukkan, logam masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga
tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang
sesungguhnya (s) adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang
benda uji, Ao dimana beban itu bekerja.

IV. KESIMPULAN

Setelah melakukan obserfasi pustaka di berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa dasar
Ilmu Bahan Konstruksi Teknik Kimia adalah mencakup sebagai berikut :
1. Untuk merancang keperluan industry diperlukan pemahaman ilmu tentang bahan yang cukup,
agar penggunaan alat dapat maksimal, efektif, dan berdaya tahan tinggi.
2. Sifat – sifat material dapat diketahui melalui uji material. Dan hasil pengujian dapat dijadikan
landasan perancangan alat, berdasarkan sifat – sifatnya.
3. Beberapa material dapat berdeformasi, dan dapat kembali seperti semula (deformasi elastis)
dan tidak dapat kembali (deformasi plastic).
4. Berdasarkan sifat keelektrikan bahan, maka bahan dibagi menjadi 3, yaitu konduktif, insulatif
dan statik desipatif

DAFTAR PUSTAKA
http://fakeplasticworlds.wordpress.com/2009/12/18/bahan-konstruksi-teknik-kimia-bahan-
konstruksi-korosi-pengantar/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan
http://mustazamaa.wordpress.com/2010/04/15/sifat-sifat-mekanik-bahan/
http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.html
http://rudydwi.wordpress.com/2010/03/28/mengetahui-sifat-mekanik-material-dengan-uji-tarik/
http://www.fisika-ceria.com/sifat-listrik-bahan-semikonduktor.html
Van Vlack H. Laurence. 1995. Ilmu dan teknologi Bahan Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai