Anda di halaman 1dari 28

MEMILIH ALAT PROSES DAN BAHAN KONSTRUKSI

Disusun Oleh :
Nama

: M. Reza Ardhiansyah

Kelas

: Alih Jenjang 2015

Mata Kuliah

: Perancangan Pabrik

Dosen Pengampuh

: Ir. Mustain Zamhari M.Si

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seorang

teknik

kimia

adalah

sosok

yang

harus

bertanggung jawab terhadap suatu proses industri kimia.


Termasuk juga dalam pemilihan material konstruksi pabrik.
Pemilihan material konstruksi untuk peralatan teknik kimia
bukan masalah mudah. Pemilihan material mempengaruhi
keselamatan,

kehandalan,

seumur

hidup,

dan

biaya

peralatan.
Banyak kriteria yang harus dipertimbangkan, dan ada
berbagai jenis bahan yang sedikit jumlah ketersediaannya.
Perancangan

pabrik

memperhatikan
semacam

ini

mengefesienkan
tersebut.

untuk

berbagai
dilakukan

industri
macam
untuk

penggunaan

Seorang

kimia

harus

pertimbangan.

Hal

mengefektifkan

dan

bahan

sarjana

tentu

konstruksi

teknik

kimia

kimia
harus

mengedepankan aspek ekonomi dalam setiap rancangan


yang dibuat. Menjadi satu keharusan bagi kita untuk
mengetahui sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Jadi diharapkan
ketika kita mengenali sifat bahan yang kita gunakan, maka
penggunaan yang nanti dilakukan akan efektif karena kita
mengetahui

kekurangan

dan

kelebihan

bahan

yang

digunakan. Kriteria pemilihan bahan konstruksi kimia dibagi


menjadi 3 antara lain : a. Biaya
b. Ketersediaan
c. Sifat-sifat umum bahan yang meliputi sifat mekanik,
sifat thermal dan sifat listrik

1.2. Tingkatan perancangan alat proses dibedakan sebagai


berikut :
1. Perancangan alat proses sekedar untuk memperkirakan
harga alat. Hanya diperlukan dalam preliminary design
saja. Biasanya dijalankan dengan cara tepat dengan
menggunakan perkiraan perkiraan yang kasar terhadap
data teknik yang diperlukan dan juga dengan pertolongan
rumus rumus empiris, table table, monogram, grafik dll
untuk mendapatkan besaran yang menentukan suatu
harga. Misal dalam perancangan tower, untuk dapat
menentukan

harga

tower

cukup

dengan

mengetahui

diameter, jumlah plate dan bahan konstruksi saja.


2. Perancangan alat proses yang dapat memenuhi tugas
tertentu Dapat dilakukan dengan cara menggunakan rumus
rumus dan pengetahuan pengetahuan teknik kimia,
tetapi dapat juga menggunakan bantuan pertolongan hasil
pengalaman orang lain atau pabrik pembuat alat yang
dirancang,

yang

biasanya

juga

berbentuk

informasi

langsung rumus empiris, tabel tabel, grafik dan lain lain,


hal ini dapat untuk memperpendek waktu perancangan.
3. Perancangan alat proses yang dapat memenuhi tugas
tertentu tetapi dipilih yang terbaik (optimum) dengan cara
optimasi Dijalankan dengan optimasi alat alat yang dapat
dihasilkan dengan cara ke 2. Biasanya dilakukan dengan
bantuan komputer
1.3. Tujuan
Pembuatan makalah ini adalah tidak lain bertujuan untuk :

1.

Menjadikan bahan acuan informasi yang berkaitan


dengan Bahan Konstruksi Teknik Kimia

2.

Memberikan informasi mengenai bahan mesin dalam


perancangan

pabrik

dan

bangunan

dalam

proses

perancangan pabrik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia
Untuk memilih material kita patut berpegang kepada
most important characteristics dari suatu material, dan hal
ini

juga

bergantung

dengan

keadaan

geografis

atau

lingkungan suatu tempat. Pedoman ini dapat dijadikan


penentuan skala prioritas untuk memilih suatu material, dan
hal itu adalah:
1. Material properties
2. Thermal properties
3. Corrosion resistance
4. Thermal conductivity and electrical resistance
5. Ease of fabrication
6. Cost
7. Availability in standard size
8. Contamination
9. Recycle
Faktor kemudahan untuk merecycle bahan yang digunakan
juga merupakan faktor pertimbangan yang penting :
1. Material properties
2. Class
3. Property
4. Physical

Dimension, shape Density or specific gravity Porosity


Moisture content Macrostructure Microstructure
5. Chemical
Oxide or compound composition Acidity or alkalinity
Resistance to corrosion or weathering
6. Physico-chemical
Water - absorptive or water -repellant action, Shrinkage
and swell due to moisture changes
7. Acoustical
8. Sound transmission & Sound reflection
9. Mechanical
Strength, tension, compression, shear and flezure (under
static,

impact

or

fatigue

condition)

Stiffness,

Thoughness, Elasticity, Plasticity, Ductility, Brittleness,


Hardness, Wear resistance
10. Thermal
Specific heat Expansion Conductivity, Electrical and
magnetic optical, Conductivity Magnetic parmeability
Galvanic

action

Colour

Light

transmission,

Light

reflection
Berbagai macam sifat bahan diatas yaitu berbagai
macam sifat bahan secara teknik yang nantinya dapat
dipertimbangkan dalam proses pemilihan bahan. Sifat sifat
tersebut

dikelompokkan

berdasarkan

beberapa

kelas

peninjauan, seperti secara fisik, mekanik, kimia dan lain


sebagainya.
2.2. Sifat Mekanik Bahan

Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting,


karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan
(seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk
menerima

beban

gaya

energi

tanpa

menimbulkan

kerusakan pada bahan / komponen tersebut.


Seringkali bila suatu bahan mempunya sifat mekanik
yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain, maka
diambil

langkah

untuk

mengatasi

kekurangan

tersebut

dengan berbagai cara yang diperlukan. Misalkan saja baja


yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan.
Baja mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja
memenuhi syarat untuk suatu pemakaian tetapi mempunyai
sifat

tahan

terhadap

korosi

yang

kurang

baik.

Untuk

mengatasi hal itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan


terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara pengecatan
atau galvanising, dan cara lainnya. Jadi tidak harus mencari
bahan lain seperti selain kuat juga harus tahan korosi, tetapi
cukup mencari bahan yang syarat pada sifat mekaniknya
sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi.
Berikut adalah beberapa sifat mekanik yang penting
untuk diketahui :
Kekuatan

(strength),

menyatakan

kemampuan

bahan

untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan


menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam,
tergantung

pada

jenis

beban

yang

bekerja

atau

mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser,


kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.

Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai


kemampuan

suatu

bahan

untuk

tahan

terhadap

penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi.

Sifat

ini

berkaitan

dengan

sifat

tahan

aus

(wear

resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan


kekuatan.

Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan


untuk

menerima

tegangan

tanpa

mengakibatkan

terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah


tegangan

dihilangkan.

Bila

suatu

benda

mengalami

tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila


tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati batas
tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya
bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan
hilang

bersama

dengan

hilangnya

tegangan

yang

diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja


telah melewati batas kemampuannya, maka sebagian dari
perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun
tegangan yang diberikan telah dihilangkan. Kekenyalan
juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk
elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk
yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan
dengan

kata

lain

adalah

kekenyalan

menyatakan

kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran


semula setelah menerima bebang yang menimbulkan
deformasi
Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk
menerima

tegangan/beban

tanpa

mengakibatkan

terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.


Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting daripada
kekuatan.

Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan


untuk mengalami sejumlah deformasi plastik (permanen)

tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini


sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan
berbagai macam pembentukan seperti forging, rolling,
extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut
sebagai

keuletan

(ductility).

Bahan

yang

mampu

mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan


sebagai bahan yang memiliki keuletan tinggi, bahan yang
ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan
terjadinya deformasi plastik dikatakan sebagai bahan
yang mempunyai keuletan rendah atau getas (brittle).

Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan


bahan

untuk

menyerap

sejumlah

mengakibatkan

terjadinya

dikatakan

sebagai

ukuran

energi

tanpa

kerusakan.

Juga

dapat

banyaknya

energi

yang

diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada


suatu kondisi tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.
Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam
untuk patah bila menerima tegangan berulang ulang
(cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas
kekuatan elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang
terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan
ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat
penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat
banyak faktor yang mempengaruhinya.

Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak,


merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami
deformasi plastik yang besarnya berubah sesuai dengan
fungsi waktu, pada saat bahan atau komponen tersebut
tadi menerima beban yang besarnya relatif tetap.

Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut


cara pembebanannya, yaitu :
1. Sifat mekanik statis yaitu sifat mekanik bahan terhadap
beban

statis

yang

besarnya

tetap

atau

bebannya

mengalami perubahan yang lambat


2. Sifat mekanik dinamis yaitu sifat mekanik bahan terhadap
beban dinamis yang besar berubah ubah, atau dapat juga
dikatakan mengejut. Ini perlu dibedakan karena tingkah
laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan
yang berbeda.
2.3. Sifat Thermal Bahan
Sifat termal baha adalah perubahan sifat yang berkaitan
dengan suhu. Sifat termal ini dipengaruhi beberapa faktor
yaitu :
1. Kandungan Uap Air
Apabila

suatu

benda

berpori

diisi

air,

maka

akan

berpengaruh terhadap konduktifitas termal. Konduktifitas


termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras
dengan kandungan udara dalam bahan tersebut.
2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan
adalah kecil, namun secara umum dapat dikatakan bahwa
konduktifitas

termal

akan

meningkat

apabila

suhu

meningkat.
3. Kepadatan dan Porositas
Konduktifitas

termal

berbeda

pengaruh

terhadap

kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin banyak maka

konduktifitas
termal

bahan

termal

rendah.

dengan

Perbedaan

kepadatan

konduktifitas

yang

sama

akan

tergantung pada perbedaan struktur yang meliputi ukuran,


distribusi, hubungan pori dan lubang. Sifat termal bahan
dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan kalor ada
2 jenis, yaitu :
Keadaan tetap (steady heat flow)
Keadaan berubah (transien heat flow)
4. Sifat Elektrik Bahan
Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan
menjadi 3 sebagai berikut :
Konduktif jika resistansinya < 105 ohm ; disini elektron
mudah bergerak atau mengalir, jadi netralisasi dapat
dilakukan dengan mudah dengan cara grounding. Contoh
: logam dan tubuh manusia.
Insulatif jika resistansinya > 1011 ohm ; elektron bisa
dikatakan tak dapat bergerak, jadi netralisasi hanya
mungkin dilakukan dengan ionisasi. Contoh : plastik dan
karet

Dari

pengukuran

tribocharging,

kita

bisa

menentukan apakah muatan listrik mudah ditimbulkan


pada bahan tersebut jika tidak mudah membangkitkan
muatan (atau muatan yang dihasilkan cukup rendah),
maka bahan itu dapat dikatakan sebagai anti-statik.
Statik disipatif resistansi di antara 105 sampai 1011
ohm ; disini, elektron dapat bergerak tetapi lambat, jadi
perlu

diketahui

parameter

decay

time.

Untuk

mengetahui berapa cepat grounding dapat menetralisasi


muatan. Pengukuran tribocharging juga perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik
atau tidak. Umumnya bahan yang masuk kategori statik

disipatif adalah bahan buatan, artinya memang khusus


dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu, misalnya
bahan dasarnya adalah insulatif tapi diberi tambahan
karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat
statik disipatif.
Jika kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat
konduktif. Untuk mengukur nilai resistansi bahan, kita
gunakan Mega Ohm meter (atau Surface Resistance
Meter) ini semacam multimeter biasa tetapi dengan
jangkauan pengukuran sampai 100 G Ohm atau lebih.
Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya
Electrostatic

Voltmeter/Fieldmeter)

untuk

mengukur

muatan listrik dari proses tribocharging dan dengan


bantuan stopwatch, kita pun dapat mengukur decay time
secara kualitatif. Untuk hasil yang lebih akurat, kita perlu
menggunakan Charged Plate Monitor. Jadi, jika adanya
muatan listrik statik menimbulkan masalah, maka salah
satu solusinya adalah dengan menetralkan mutan listrik
bersangkutan.
Cara

efektif

untuk

menetralkan

muatan

listrik

dilakukan berdasarkan sifat listrik material/bahan.Pada


dasarnya netralisasi muatan dapat dilakukan dua cara,
yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer. Grounding
dilakukan jika elektron dapat bergerak atau mengalir
dalam

bahan

bersangkutan,

yaitu

dengan

menghubungkan bahan tersebut ke tanah/bumi atau


bagian ground dari kabel listrik karena tanah/bumi
adalah reservoar muatan (sumber muatan yang takterhingga).

Sebaliknya, untuk bahan yang tak dapat mengalirkan


muatan, maka tidak ada jalan lain untuk menetralkan
muatan kecuali memberikan muatan yang berlawanan
dari udara. Sebetulnya udara mengandung sejumlah
molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan
suatu benda, tapi netralisasi secara alami ini akan
berlangsung sangat lama.
Untuk

mempercepat

proses

netralisasi,

maka

digunakan alat/peralatan yang disebut Ionizer. Ionizer


dirancang untuk menghasilkan sejumlah besar ion positif
maupun negatif dan ion-ion tersebut diarahkan ke
permukaan benda yang akan dinetralisasi. Selain itu,
netralisasi juga dapat dilakukan dengan membasahi
permukaan bahan bersangkutan dengan air biasa (bukan
DI water) atau larutan yang mengandung air seperti
IsoPropyl Alcohol (IPA).
4. Bahan Konstruksi Metal
Secara umum bahan metal yang digunakan pada industri
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Ferrous dan nonferrous.
Ferrous metal didefinisikan sebagai bahan yang mengandung
sedikitnya 50 % besi ( iron). Ferrous alloy. Alasan mengapa
bahan ini sering digunakan adalah karena biayanya bahan ini
relatif lebih murah, dan memiliki kemampuan kerja yang baik.
Ferrous alloy dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : Cast
Iron, Carbon Steels, Low-Alloy Steels dan Stainless Steels.
Cast Iron. Cast iron adalah alloy yang memiliki kadar carbon
lebih dari 1.5 %. Terdapat 4 jenis dari Cast iron yaitu : gray,
white, ductile iron dan wrought iron.

Gray cast iron. Gray cast iron merupakan cast iron yang umum
digunakan dan paling murah diantara yang lainnnya, Mudah
dibentuk, memiliki tensile streght yang rendah yaitu dari 155
&ndash; 400 N/mm2. Digunakan untuk peralatan &ndash;
peralatan yang memerlukan vibration dampening dan wear
resistance. Warna keabu-abuan disebabkan oleh kandungan
graphite yang tersebar pada massa nya. Material ini tidak
digunakan untuk proses &ndash; proses yang beroperasi pada
tekanan tinggi.
White Cast Iron. Memiliki kandungan silikon yang lebih rendah
dari gray cast iron. Tidak terdapat partikel graphite pada
mikrosturkturnya, apabila carbon dalam cast iron tersebut
dikombinasikan dengan iron akan membentuk iron carbide
(Fe3C ). Metal ini sangat abbrasive dan brittle, karena sifat
&ndash; sifat ini bahan ini tidak disarankan penggunaannya
untuk aplikasi Pressure &ndash;Vessel, namun begitu dapat
digunakan untuk grinding balls, casing pompa slurry dan roda
mobil.
Ductile cast iron. Memiliki unsur yang sama dengan gray cast
iron, tetapi beda dalam pembuatannya. Digunakan untuk high
strenght pipe, bodi valve, casing pompa, casing kompressor ,
crankshaft (poros mesin ).
Wrought iron. Pada dasarnya merupakan besi murni ( pure
iron ) dengan kandungan carbon yang rendah serta sedikit
kandungan

slag

dalam

bentuk

iron

silicate.

Slag

yang

terkandung memberikan daya shock yang baik, vibrasi serta


tahan terhadap korosi. Umumnya digunakan untuk pipa air,
dan engine bolt. Silicon iron. Memilik kandungan silikon yang
tinggi, kira &ndash; kira sekitar 15 % yang disebut juga
dengan silicon iron. Terdapat dua jenis umum dengan nama

dagang

Duriron

molybdenum

dan

digunakan

Durichlor.

Durichlor

mengandung

untuk

meningkatkan

ketahanan

terhadap korosi. Keduanya digunakan untuk aplikasi yang


tahan terhadap korosi dan oksidasi. Direkomendasikan agar
bahan ini digunakan kondisi tekanan operasi dibawah 50 psig.
Carbon Steel. Perbedaan antara carbon steel dengan cast iron
adalah persentase kandungan carbon. Pada carbon steel
kandungan carbon kurang dari 1.5 %.
Material ini mudah difabrikasi dan memiliki streght yang
lebih baik dari pada cast iron. Tergantung dari jenis treatment
panas serta alloy yang digunakan, bahan ini bisa dibuat
dengan berbagai derajat atau tingkatan hardness dan ductility,
dan dengan beberapa tambahan membuat bahan ini lebih
mudah disambung ( Weld ) dari pada cast iron. Dengan sifat
&ndash; sifat seperti ini ditambah lagi dengan ketersediaannya
dalam jumlah banyak , membuat carbon steel menjadi pilihan
pertama untuk konstruksi peralatan. Salah satu kelemahan
utamanya adalah ketahanan terhadap korosi. Low alloy steel.
Bahan ini memiliki kandungan chromium dalam jumlah
yang kecil. Bahan ini menggantikan penggunaan carbon steel
pada

industri

perminyakan

karena

beberapa

peralatan

mengalami proses korosi ketika mengolah minyak mentah


dengan kandungan sulfur yang tinggi. Diketahui

bahwa

dengan adanya chromium dapat menghambat pembentukan


iron sulfide. Penambahan chromium juga diketahui dapat
meningkatkan strenght material pada temperature tinggi.
Perbedaan mendasar antara carbon steel dengan low alloy
steel adalah jumlah kandungan chromium. Carbon steel
memilik kandungan chromium kurang dari 4 % sedangkan Low
alloy steel kandungan chromium antara 4 & ndash; 9 %.

Stainless steel. Steel dengan kandungan chromium sekitar 12


% atau lebih disebut sebagai stainless steel. terdapat 3 jenis
bahan ini yaitu : ferritic, austenic dan martensitic stainless
steel. Ferritic stainless steel. Memiliki kadar karbon sebesar 0.2
% atau kurang dan kadar chromium antara 11 &ndash; 18 %.
Material ini tahan terhadap korosi dari pada Martensistic steel
serta cocok digunakan untuk fluida dengan tingkat oksidasi
keasaman tinggi seperti asam nitrat. Bahan ini memiliki tensile
serta impact strenght yang rendah
Martensitic steel. Memiliki kadar chromium antara 12 &ndash;
18% dan kadar carbon hingga mencapai 1.2 %. Dari sisi
strenght dan hardnability lebih baik dari pada ferriticm
stainless steel. Dengan kadar chromium yang rendah bahan ini
tahan terhadap air, steam dan bahan &ndash; bahan yang
bersifat korosi tingkat menengah ( moderate ) lainnya.
Austenitic Stainless steel. bahan ini lebih komplek dari yang
lainnya karena terdapat tambahan nickel sebesar 3.2 hingga
22 % . Material ini memiliki tingkat tensile strenght yang
tinggi,

ductility

dan

lebih

tahan

terhadap

korosi

bila

dibandingkan dengan material stainless steel lainnya pada


range temperature yang sangat lebar.
Daya tahan korosinya terhadap bahan & dash; bahan sulfur
serta asam &ndash; asam organik lebih baik dari pada carbon
steel, low alloy steel bahkan terhadap ferritic dan martensitic
stainless steel. Walaupun tahan terhadap korosi yang sangat
baik hingga pada temperature 650 F ke atas, pengalaman
memperlihatkan bahwa material ini memiliki permasalahan
terhadap stress corrosion cracking pada temperature yang
sangat tinggi dan dengan pH yang tinggi (8 atau keatas)
seperti pada proses &ndash;proses high pressure boiler

feedwater system (sistem umpan boiler bertekanan tinggi) dan


nuclear steam generator (pembangkit steam tenanga nuklir ).
Non Ferrous Alloy, pemilihan bahan jenis ini dimungkinkan
apabila material ferrous alloy tidak cocok dengan aplikasi yang
dikehendaki. Bahan nonferrous alloy ini secara umum lebih
mahal serta sulit untuk di sambung ( weld ). NonFerrous Alloy
biasanya digunakan karena memiliki ketahanan yang sangat baik
terhadap

korosi

bila

dibandingkan

dengan

ferrous

alloy.

Aluminium adalah bahan dengan tingkat keuletan (ductility) yang


baik, bahan ini juga memiliki rasio high strenght - berat yang
tinggi serta nonmagnetic, memiliki konduktivitas termal dan
elektrik yang baik, beberapa alloy aluminium sulit untuk di
sambung dengan cara pengelasan (weld) dan sementara yang
lainnya

bahkan

tidak

bisa

disambung

(weld).

Beberapa

komponen lain ditambahkan ke aluminium untuk memberikan


sifat &ndash; sifat mekanikal yang lebih baik lagi (memperbaiki
sifat bahan) , komponen tambahan tersebut dapat berupa iron,
manganese, silicon, copper, magnesium, dan zinc.
Aluminium

digunakan

untuk

aplikasi

transportasi,

penyimpanan dengan faktor tingkat kemurnian tinggi untuk


berbagai jenis larutan organik, asam nitrat , dan larutan encer
dengan pH antar 4.5 &ndash; 8.5. Material ini tidak digunakan
untuk menangani alkohol , organic halides, anhydrous organis
acid, mercury, garam &ndash; garam logam berat dan steam.
Material ini juga dapat digunakan untuk kondisi cryogenic.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengantar
Saat ini industri merupakan salah satu penggerak
roda perekonomian
itu merupakan

suatu

negara,

negara berkembang

sekalipun. Dalam

hal

ini

baik

atau

negara

negara

industri memberikan

maju
cukup

banyak kontribusi terhadap perkembangan suatu negara,


dimana

negara dapat dikatakan berkembang jika kegiatan

industri didalamnya mengalami


Dewasa

ini,

menuntut

dengan

sektor

kemajuan yang baik.

adanya persaingan

industri

untuk

dapat

pasar bebas
meningkat-kan

efisiensi dalam menghasilkan produk.


Pada

umumnya

baik industri

setiap

yang bergerak

industri atau
di

bidang

perusahaan,

jasa

maupun

produksi mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai


keuntungan yang optimal. Ada berbagai pos biaya yang
dapat

dihemat dan

diorganisir

dengan

baik

untuk

mencapai tujuan ini.


Salah satu cara dalam penghematan biaya produksi
adalah

dengan melakukan seleksi

baku yang

material

atau

bahan

baik. Selain itu penghematan biaya yang lain

dapat dilakukan dengan mengetahui manajemen bangunan


dengan tepat.

3.2. Bahan Mesin


Material-material
diklasifikasikan

pabrikasi

menjadi

dalam

industri

dapat

2 golongan, yaitu metal (logam)

dan nonmetal (bukan logam). Material pabrikasi golongan


metal (logam) dibagi menjadi 2, yaitu logam murni (hanya
terrdiri dari satu jenis atom), contoh (Fe) murni, tembaga
(Cu) murni; dan logam paduan atau metal alloy (terdiri dari
dua atau lebih jenis atom). Sedangkan, materi non logam
terdiri dari, non metal inorganik (misalnya glass, fused silica,
stoneware) dan non metal organik (misalnya plastik, karet,
dan kayu). Pemilihan material pabrikasi ini berdasarkan
karakteristiknya

agar

tidak adanya interaksi antara

peralatan dengan lingkungannya.

a. Logam Besi (Ferro, Fe)


Bahan logam ferro mengandung karbon antara 0
sampai 4,5%, dan dibagi atas tiga golongan yaitu:

a. Besi dengan kadar karbon; 0 sampai 0,008%


b. Baja dengan kadar karbon; 0,008% sampai 2,0%
c. Besi cor dengan kadar karbon; 2,0 sampai 4,5%

b. Logam Bukan Besi (Non-Ferro)


Logam non ferro yaitu logam yang tidak mengandung unsur
besi (Fe). Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi
produk industri merupakan logam bukan-besi (non- ferro).
Indonesia
aluminium.

merupakan
Dalam

salah

keadaan

satu

Negara

emas

dan

murni

logam

bukan

besi

memiliki sifat yang cukup baik, namum untuk meningkatkan


kekuatannya umumnya dicampur dengan logam lain sehingga
membentuk paduan. Ada beberapa ciri-ciri sifat bukan logam
(non-ferro), diantaranya adalah:

a. Tahan terhadap korosi (pengkaratan)


b. Mempunyai daya hantar listrik yang baik
c. Mudah dibentuk penghasil logam bukan besi (non-ferro)
yang cukup banyak meliputi; timah putih, tembaga, nikel.
c. Bahan Non Logam

Bahan non logam adalah suatu bahan teknik yang


tidak termasuk ke dalam kelompok logam yang didapat dari
bahan galian, tumbuhan atau hasil dari proses pengolahan
minyak bumi. Bahan non-logam dapat terdiri dari bahan
organik dan bahan an-organik. Bahan organik seperti kayu,
kertas,

plastik,

karet,

kulit,

kapas

dan

sebagainya,

sedangkan bahan an-organik seperti; batu, pasir, semen,


keramik, gelas, grafit dan sebagainya. Bahan-bahan non
logam antara lain asbes, karet dan plastik.
Penentuan

bahan

yang

tepat

untuk

kegunaan

tertentu pada dasarnya merupakan gabungan dari berbagai


sifat, lingkungan dan cara penggunaan sampai di mana sifat
bahan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Beberapa sifat teknis yang harus diperhatikan sewaktu
pemilihan bahan:
Tabel Sifat teknis bahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan.
No
Sifat teknis bahan
1
Sifat Mekanis
Modulus elastisitas, Batas mulur, Kekuatan
tarik, Keuletan, Kekuatan impak, Tahan aus,
Perbandingan kekuatan/berat Daya Tahan
Terhadap: Tekuk, Torsi, Geser
2

Sifat Yang Diperlukan Selama Proses Pembentukan


- Mampu mesin (machinability), Mampu las
(weldability), Karakteristik pengerjaan dingin,
Karakteristik pengerjaan panas

Sifat-Sifat Yang Penting Sehubungan Dengan


Lingkungan
- Daya Tahan Korosi;Lingkungan Biasa (Di bawah
pengaruh unsur- unsur kimia, minyak, gemuk,
pelumas, korosi lubang, dsb); Daya tahan panasKetahanan aus; Pelapukan

Pengaruh

Pemilihan bahan pada akhirnya ditentukan oleh berbagai hal yang


telah

disebutkan

tadi

termasuk

cara-cara

pembuatan

pembentukannya.

3.3 Beberapa Aspek Penting Dalam Ilmu Bahan


a. Paduan
Paduan adalah proses pencampuran dua logam
atau lebih, untuk memperoleh sifat- sifat yang lebih
baik dari bahan hasil paduan. Dengan memadukan dua
bahan atau lebih maka dimungkinkan didapat logam

atau

paduan yang kuat. Tembaga dan timah adalah logam


lemah, sedangkan perunggu; paduan dari tembaga dan
timah adalah bahan yang kuat. Begitu juga paduan
aluminium

dengan

tembaga

akan

menghasilkan

paduan duralumin yang relatif lebih kuat. Besi murni


adalah bahan yang empuk, sedangkan zat arang
adalah rapuh, sedangkan paduan antara besi murni
dengan zat arang (karbon) disebut baja. Baja adalah
bahan logam yang sangat keras dan liat.
b. Pengolahan Panas
Pengolahan panas juga merupakan aspek penting dari ilmu
bahan. Dengan pengolahan panas, akan didapatkan sifatsifat yang lebih baik dari bahan. Contohnya dengan
memanaskan

baja

dengan

cepat

sekitar

800oC

dan

kemudian mendingin-kannya dalam minyak atau air, baja


akan menjadi lebih. Istilah lain dari pengolahan panas ini
disebut juga dengan

menyepuh panas. Pengolahan

panas lain adalah antara lain memurnikan, menkarbonkan,


menitrasikan dan memijarkan.
c. Penguatan
Penguatan atau pengokohan adalah cara ketiga untuk
memperoleh sifat-sifat yang lebih baik. Pengokohan terjadi
pada tiap perubahan bentuk dalam keadaan dingin.
Contoh-contoh bentuk perubahan bentuk dalam keadaan
dingin adalah menempa dingin, mencanai dingin dan
menarik dingin.
d. Ditempa dan Dicanai
Proses pembuatan dari bahan baku hingga menjadi

jadi produk yang dapat dijual di pasaran dapat berlangsung


dengan

menggunakan

menggunakan

canai.

dengan logam tempa

palu-tempa

Produk

yang

atau

dihasilkan

dengan
disebut

dan logam canai. Logam yang

ditempa dan logam yang dicanai disebut juga logam


remas. Logam yang ditempa masuk ke pasaran dalam
bentuk benda tempa dan logam yang dicanai antara lain
dalam bentuk pelat, batang, profil dan pipa.

e. Dituang
Proses penuangan adalah proses memasukan logam cair ke
dalam cetakan tertentu. Berbagai produk akhir yang bentuk
akhirnya sedemikian rumit, maka proses pembuatannya
lebih baik dengan proses penuangan. Proses penuangan
banyak kita jumpai pada pembuatan bak verseneling engine
mobil, piston, dan berbagai produk akhir yang bentuknya
sangat rumit.
3.4 Kesalahan Dalam Pemilihan Bahan
Pemilihan material pabrikasi yang akan digunakan,
harus diperhitungkan karakteristik interaksi yang mungkin
terjadi antara

peralatan dengan

lingkungannya. Tetapi

dalam praktiknya, peralatan mengalami kegagalan jauh


sebelum waktunya. Mekanisme penyebab kegagalan yang
terjadi pada berbagai industri, diantaranya:
No
1
2

Mekanisme Kegagalan
Korosi
Fatik

%
29
25

3
4
5
6
7
8

Patah
Overload
Korosi temperature tinggi
Stress corrosion cracking
Stress rupture
Aus

Dari

kegagalan

yang

sering

16
11
7
6
3
3

terjadi,

maka

dipilih

material pabrikasi dengan kegagalan yang minimal. Salah satu


material pabrikasi dengan kegagalan minimal yaitu stainless
steel. Baja
mengandung
mengandung

stainless
minimal
lebih

merupakan
10,5%

dari

30%

baja

Cr. Sedikit
Cr

atau

paduan
baja

kurang

yang

stainless
dari

50%

Fe.Daya tahan Stainless Steel terhadap oksidasi yang tinggi di


udara dalam suhu lingkungan biasanya dicapai karena adanya
tambahan minimal 13% (dari berat) krom. Krom membentuk
sebuah

lapisan

tidak

aktif

Kromium(III)

Oksida

(Cr2O3)

ketika bertemu oksigen. Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat,


sehingga logamnya akan tetap berkilau. Logam ini menjadi
tahan air dan udara, melindungi logam yang ada di bawah
lapisan tersebut. Fenomena ini disebut Passivation dan dapat
dilihat

pada

logam

yang

lain, seperti pada alumunium dan

titanium.

Pada dasarnya untuk membuat besi yang tahan terhadap

karat, krom merupakan salah satu bahan paduan yang paling


penting. Untuk mendapatkan besi yang lebih baik lagi,
dintaranya dilakukan penambahan beberapa zat-zat berikut:
penambahan molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki
ketahanan korosi pitting dan korosi celah Unsur karbon rendah
dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium atau
niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material
yang mengalami proses sensitasi. Penambahan
(Cr)

bertujuan

meningkatkan

ketahanan

kromium

korosi

dengan

membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap


oksidasi temperatur tinggi. Penambahan nikel (Ni) bertujuan
untuk

meningkatkan

pengkorosi netral atau


keuletan

dan

mampu

ketahanan
lemah.

korosi

dalam

Nikel juga

bentuk

logam.

media

meningkatkan

Penambahan

nikel

meningkatkan ketahanan korosi tegangan. Penambahan unsur


molybdenum (Mo) untuk meningkatkan ketahanan korosi
pitting

di

lingkungan

meningkatkan

klorida.

Unsur

pembentukan

aluminium

lapisan

oksida

(Al)
pada

temperature tinggi.

3.5.

Bangunan
Bangunan digunakan untuk berbagai aktivitas, dan
disesuaikan dengan keperluan pemilik atau penggunanya.
Sifat dan luasan kerja bangunan akan lebih besar atau
lebih kecil tergantung kebutuhan bangunan, pemilik atau
pengguna,
merubah

dan

serta

bangunan

seberapa
dan

banyak

fasilitasnya.

hal

tersebut

Perkembangan

khusus dan terkini seperti pendekatan yang meliputi


Occupancy

Cost

Appraisal

and

Profiling

(OCAP),

dikembangkan oleh kelompok kerja/pelaksana bangunan.

Ini

merupakan

pendekatan

untuk

memperkirakan

dan

mengoptimalkan biaya kepemilikan bangunan yang berdasarkan


4 unsur:

a. Auditing ketahanan
b. Biaya riwayat pemeliharaan
c. Audit energy
d. Survey kondisi
Pemilihan Lokasi Bangunan
Dalam memilih lokasi bangunan hendaklah diperhatikan apakah
ada

sumber

pencemaran

yang

berasal

dari

lingkungan.

Sebaiknya dipilih lokasi di mana tidak ada risiko pencemaran


lingkungan.

Bila

karena

perubahan

struktur

tanah,

atau

perencanaan kota, lingkungan pabrik tidak dapat dihindarkan


dari pencemaran hendaklah diambil tindakan sebagai berikut:

Lingkunga Bentuk
Cemaran
n
misalnya :
Berbagai jenis
Udara
debu, misalnya
debu jalan, debu
dari industri lain
dan partikel
pestisida.
Tanah

Bekas timbunan
sampah dan
bahan kimia.

Tindakan
Pencegaha
n
misalnya :
melengkapi
sistem
ventilasi
dengan saringan udara awal dan
saringan udara akhir yang
masing-masing mempunyai efisiensi
30-40 %
dan 90-95 % (diukur menurut
-ASHRAE)
konstruksi bangunan yang kokoh
dan kedap air sesuai dengan peraturan bangunan yang
berlaku;
- bebas dari rembesan air,
serangga, binatang pengerat serta
dari kontaminan lain; dan
- dilengkapi dengan saluran pem-

Air tanah

- Bekas timbunan
bahan kimia.
- Air sadah air
yang mengandung zat koloid.
- Mikroba
patogen.

- semua bekas timbunan bahan


harus digali dan dibuang sesuai
dengan peraturan
pemerintah yang berlaku, bekas
penimbunan
ini hendaklah dinetralisasi (misal:
dengan kapur tohor);
- pelunakan air;
- sedimentasi dan penyaringan;

Konstruksi bangunan hendaklah memenuhi syarat dan peraturan


yang berlaku untuk bangunan. Hendaklah diadakan sarana
perlindungan seperlunya terhadap:
Lingkungan
Cuaca

Banjir

Rembesan
air
Masuk dan
bersarangn
ya binatang
kecil, tikus,
burung,
serangga
dan hewan

Tindakan
Pencegahan
- memberikan cat tahan cuaca pada tembok;
- memasang alat penyerap kelembaban udara
secara pendinginan atau secara penyerapan oleh
bahan kimia yang higroskopis.
- mendesain letak bangunan dibuat cukup
tinggi terhadap permukaan air banjir;
- memasang saluran pembuangan air yang efektif.
- memasang saluran pembuangan air yang efektif;
- membuat pondasi dan lantai bangunan yang
tahan rembesan air sesuai dengan tehnik bangunan
- memasang saringan udara pada alat pengendali
udara;
- memasang kawat kasa dan/atau tirai plastik;
- melaksanakan pest control. Lihat contoh:
Protap Pemusnahan / Pencegahan Serangga,
Protap Pemusnahan/Pencegahan Tikus

BAB IV
PENUTUP
Setelah melakukan observasi pustaka di berbagai sumber,
maka dapat disimpulkan bahwa dasar Ilmu Bahan Konstruksi
Teknik Kimia adalah mencakup sebagai berikut :
1. Untuk merancang keperluan industri diperlukan pemahaman
ilmu tentang bahan yang cukup, agar penggunaan alat dapat
maksimal, efektif, dan berdaya tahan tinggi.
2. Sifat sifat material dapat diketahui melalui uji material. Dan
hasil pengujian dapat dijadikan landasan perancangan alat,
berdasarkan sifat sifatnya.
3. Beberapa material dapat berdeformasi, dan dapat kembali
seperti semula (deformasi elastis) dan tidak dapat kembali
(deformasi plastic).

4. Berdasarkan sifat keelektrikan bahan, maka bahan dibagi


menjadi 3, yaitu konduktif, insulatif dan statik desipatif

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.Bahan Konstruksi Teknik Kimia Bahan Konstruksi
Korosi.
(online).http://fakeplasticworlds.wordpress.com/2009/12/18/baha
n

konstruksi-teknik-

kimia-bahan-konstruksi-korosi-

pengantar/.Diakses pada tanggal 04 November 2013.


Anonim.2010.Listrik Bahan Semikonduktor.
(online).http://www.fisika-ceria.com/sifat-listrik-bahansemikonduktor.html.Diakses pada tangggal 04 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai