Anda di halaman 1dari 9

Tugas paper dikirim ke:

Kirim ke: sybahri1960@gmail.com


File: 2014-nama-kls
Contoh suatu paper MK BKTK (draft dari sumber internat)

Bahan Konstruksi Kimia


DAFTAR ISI
Halaman
COVER ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
a. LATAR BELAKANG .................................................................... 1
b. TUJUAN ........................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2
a. Dasar dasar pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia................ 2
b. Sifat Mekanik Bahan ...................................................................... 3
c. Sifat Thermal Bahan ....................................................................... 7
d. Sifat Elektrik Bahan ....................................................................... 8
III. PENGUJIAN ........................................................................................ 11
IV. KESIMPULAN .................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Seorang teknik kimia adalah sosok yang harus bertanggung jawab terhadap suatu proses
industri kimia. Termasuk juga dalam pemilihan material konstruksi pabrik. Pemilihan
material konstruksi untuk peralatan teknik kimia bukan masalah mudah. Pemilihan material
mempengaruhi keselamatan, kehandalan, seumur hidup, dan biaya peralatan. Banyak kriteria
yang harus dipertimbangkan, dan ada berbagai jenis bahan yang sedikit jumlah
ketersediaannya.
Perancangan pabrik untuk industri kimia tentu harus memperhatikan berbagai macam
pertimbangan. Hal semacam ini dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefesienkan
pengunaan bahan konstruksi kimia tersebut. Seorang sarjana teknik kimia harus
mengedepankan aspek ekonomi dalam setiap rancangan yang dibuat. Menjadi satu keharusan
bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Jadi diharapkan ketika kita
mengenali sifat bahan yang kita gunakan, maka penggunaan yang nanti dilakukan akan
efektif karena kita mengetahui kekurangan dan kelebihan bahan yang digunakan.
I.2. TUJUAN
Pembuatan makalah ini adalah tidak lain bertujuan untuk :
1. Menjadikan bahan acuan informasi yang berkaitan dengan Bahan Konstruksi Teknik

Kimia
2. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. Dasar dasar pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia
Untuk memilih material kita patut berpegang kepada most important characteristics dari
suatu material, dan hal ini juga bergantung dengan keadaan geografis atau lingkungan suatu
tempat. Pedoman ini dapat dijadikan penentuan skala prioritas untuk memilih suatu material,
dan hal itu adalah:
a. Material properties
b. Thermal properties
c. Corrosion resistance
d. Thermal conductivity and e;ectrical resistance
e. Ease of fabrication
f. Availability in standard size
g. Cost
h. Contamination
i. Recycle
Faktor kemudahan untuk merecycle bahan yang digunakan juga merupakan faktor
pertimbangan yang penting.
a. Material properties
Class
Property
Physical
Dimension, shape Density or specific gravity Porosity Moisture content Macrostructure
Microstructure
Chemical
Oxide or compound composition Acidity or alkalinity Resistance to corrosion or weathering
Physico-chemical
Water - absorptive or water -repellant action, Shrinkage and swell due to moisture changes
Acoustical
Sound transmission Sound reflection
Mechanical
Strength, tension, compression, shear and flezure (under static, impact or fatigue condition)
Stiffness, Thoughness, Elasticity, Plasticity, Ductility, Brittleness, Hardness, Wear resistance
Thermal
Specific heat Expansion Conductivity
Electrical and magnetic optical
Conductivity Magnetic parmeability Galvanic action Colour Light transmission Light
reflection
Berbagai macam sifat bahan pada tabel diatas yaitu berbagai macam sifat bahan secara teknik
yang nantinya dapat dipertimbangkan dalam proses pemilihan bahan. Sifat sifat tersebut
dikelompokkan berdasarkan beberapa kelas peninjauan, seperti secara fisik, mekanik, kimia
dan lain sebagainya.

2. Sifat Mekanik Bahan


Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik menyatakan
kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk
menerima beban / gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan / komponen
tersebut. Seringkali bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik
pada sifat yang lain, maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan
berbagai cara yang diperlukan. Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar
pemilihan bahan. Baja mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja memenuhi
syarat untuk suatu pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang kurang baik.
Untuk mengatasi hal itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan terhadap korosi tersebut
diperbaiki dengan cara pengecatan atau galvanising, dan cara lainnya. Jadi tidak harus
mencari bahan lain seperti selain kuat juga harus tahan korosi, tetapi cukup mencari bahan
yang syarat pada sifat mekaniknya sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi.
3.Berikut adalah beberapa sifat mekanik yang penting untuk diketahui :
Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis
beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan
tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.
Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk tahan
terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan
sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan kekuatan.
Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
Bila suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila tegangan
yang bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi
hanya bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya
tegangan yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas
kemampuannya, maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun
tegangan yang diberikan telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak
perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai
terjadi, atau dapat dikatakan dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan
bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima bebang yang
menimbulkan deformasi.
Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban
tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa
hal kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan.
Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi
plastik (permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan
bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai macam pembentukan seperti forging, rolling,
extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut sebagai keuletan (ductility).
Bahan yang mampu mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang
memiliki keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak
menunjukkan terjadinya deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai
keuletan rendah atau getas (brittle).
Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi
tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya
energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu.
Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.

Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima
tegangan berulang ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan
oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini
juga sulit diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan kecenderungan suatu
logam untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya berubah sesuai dengan fungsi
waktu, pada saat bahan atau komponen tersebut tadi menerima beban yang besarnya relatif
tetap.
Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu :
Sifat mekanik statis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang besarnya tetap
atau bebannya mengalami perubahan yang lambat.
Sifat mekanik dinamis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang besar
berubah ubah, atau dapat juga dikatakan mengejut.
Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan
yang berbeda.

4. Sifat Thermal Bahan


Sifat termal bahan adalah perubahan sifat yang berkaitan dengan suhu. Sifat termal ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
1. Kandungan uap air
Apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal.
Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan
udara dalam bahan tersebut
Hubungan antara konduktifitas termal dan kandungan uap air dituangkan dalam persamaan
sebagai berikut :
pers (1)
Dimana Kh = konduktifitas termal pada kandungan uap air h
Kd = konduktifitas termal dalam keadaan kering
h = kandungan uap air ( % berat )
2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil, namun secara umum
dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.
3. Kepadatan dan porositas
Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin
banyak maka konduktifitas termal rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan
kepadatan yang sama akan tergantung pada perbedaan struktur yang meliputi ukuran,
distribusi, hubungan pori / lubang.
Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan kalor ada 2 jenis, yaitu
1. Keadaan tetap (steady heat flow)
2. Keadaan berubah (transien heat flow)
Berikut adalah beberapa sifat konduktifitas termal bahan dan sifat lainnya.

5. Sifat Elektrik Bahan


Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut :
Konduktif jika resistansinya < 105 ohm
Disini elektron mudah bergerak atau mengalir, jadi netralisasi dapat dilakukan dengan mudah
dengan cara grounding.
Contoh : logam dan tubuh manusia
Insulatif jika resistansinya > 1011 ohm
Elektron bisa dikatakan tak dapat bergerak, jadi netralisasi hanya mungkin dilakukan dengan
ionisasi.
Contoh : plastik dan karet
Dari pengukuran tribocharging, kita bisa menentukan apakah muatan listrik mudah
ditimbulkan pada bahan tersebut jika tidak mudah membangkitkan
muatan (atau muatan yang dihasilkan cukup rendah), maka bahan itu dapat dikatakan sebagai
anti-statik
Statik disipatif resistansi di antara 105 sampai 1011 ohm
Disini, elektron dapat bergerak tetapi lambat, jadi perlu diketahui parameter decay time.
Untuk mengetahui berapa cepat grounding dapat menetralisasi muatan. Pengukuran
tribocharging juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik atau
tidak.
Umumnya bahan yang masuk kategori statik disipatif adalah bahan buatan, artinya memang
khusus dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu, misalnya bahan dasarnya adalah insulatif
tapi diberi tambahan karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat statik disipatif.
Jika kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat konduktif.
Untuk mengukur nilai resistansi bahan, kita gunakan MegaOhmmeter (atau Surface
Resistance Meter) ini semacam multimeter biasa tetapi dengan jangkauan pengukuran
sampai 100 G Ohm atau lebih. Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya
Electrostatic Voltmeter/ Fieldmeter) untuk mengukur muatan listrik dari proses tribocharging
dan dengan bantuan stopwatch, kita pun dapat mengukur decay time secara kualitatif. Untuk
hasil yang lebih akurat, kita perlu menggunakan Charged Plate Monitor.
Jadi, jika adanya muatan listrik statik menimbulkan masalah, maka salah satu solusinya
adalah dengan menetralkan mutan listrik bersangkutan. Cara efektif untuk menetralkan
muatan listrik dilakukan berdasarkan sifat listrik material/bahan.Pada dasarnya netralisasi
muatan dapat dilakukan dua cara, yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer. Grounding
dilakukan jika elektron dapat bergerak atau mengalir dalam bahan bersangkutan, yaitu
dengan menghubungkan bahan tersebut ke tanah/bumi atau bagian ground dari kabel listrik
karena tanah/bumi adalah reservoar muatan (sumber muatan yang tak-terhingga). Sebaliknya,
untuk bahan yang tak dapat mengalirkan muatan, maka tidak ada jalan lain untuk
menetralkan muatan kecuali
memberikan muatan yang berlawanan dari udara. Sebetulnya udara mengandung sejumlah
molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan suatu benda, tapi netralisasi secara
alami ini akan berlangsung sangat lama. Untuk mempercepat proses netralisasi, maka
digunakan alat/peralatan yang disebut Ionizer. Ionizer dirancang untuk menghasilkan
sejumlah besar ion positif maupun negatif dan ion-ion tersebut diarahkan ke permukaan
benda yang akan dinetralisasi. Selain itu, netralisasi juga dapat dilakukan dengan membasahi
permukaan bahan bersangkutan dengan air biasa (bukan DI water) atau larutan yang
mengandung air seperti IsoPropyl Alcohol (IPA).

III. PENGUJIAN

Kosep Tegangan Regangan


Jika suatu bahan pada temperatur kamar dikenai gaya statis dimana perubahannya sangat
lambat terhadap waktu, maka bahan tersebut dikatakan telah mengalami pengujian teganganregangan secara sederhana. Ada 3 (tiga) jenis beban (gaya) terpakai yang dapat dikenakan
pada bahan, yaitu: tegangan tarik, tegangan tekan dan tegangan geser. Ketiga jenis beban atau
gaya ini diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2 : (a) Ilustrasi skematik bagaimana suatu gaya tegangan menghasilkan perpanjangan
dan regangan linier positif. Garis putus-putus mewakili bentuk sebelum deformasi dan garis
padat setelah deformasi. (b) Ilustrasi skematik bagaimana suatu gaya tekan menghasilkan
konstraksi dan regangan linier negatif. (c) Skematik yang diwakili oleh regangan geser ,
dengan = tan
Pengujian Tegangan
Salah satu cara yang umum dilakukan dalam pengujian sifat mekanik tegangan-regangan
adalah unjuk kerja bahan karena pengaruh tegangan. Suatu bahan (sampel) yang mengalami
deformasi dengan beban tegangan bertambah secara perlahan-lahan (kontinu) sepanjang arah
tunggal sumbu sampel akan mengalami tegangan-regangan. Bentuk sampel standar untuk
pengujian tegangan reganagn ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3 : Sampel tegangan standard dengan tampang lintang melingkar
Secara normal tampang lintangnya berbentuk lingkaran dan sumbu sampel saling
tegak lurus. Ukuran standar sampel tergantung merk alat yang dipakai, namun
umumnya tidak jauh berbeda. Diameter standar 12,7 mm, panjang Gauge
digunakan untuk menentukan keuletan dengan panjan standar 50 mm.
Bentuk alat uji tarik ditunjukkan pada Gambar 3. Hasil pengujian teganganregangan
dicatat pada kertas grafik. Sumbu tegak (vertikal) menyatakan nilai
tegangan dan sumbu mendatar (horisontal) menyatakan nilai regangan.
Gambar 4 Gambar 5
Gambar 4 : alat uji tegangan tarik Gambar 5 : Grafik hasil uji tarik
Karakteristik deformasi karena beban terpakai tergantung pada ukuran sampel.
Sebagai contoh diperlukan beban dua kali lebih besar untuk menghasilkan
perpanjangan yang sama jika luas penampang lintangnya dilipatgandakan. Secara
matematis tegangan teknik
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu
bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi
beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan extensometer, seperti
terlihat pada gambar 6.
Gambar 6 : Skema pengujian tarik dengan UTM
Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang membujur ratarata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan
luas awal penampang lintang benda uji itu.
= P / Ao ..2

Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan L),
dengan atau cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji ( panjang awal.
L/ Lo = ( L - Lo ) / Lo .3/ Lo = e =
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan
dengan faktor yang konstan, kurva beban perpanjangan akan mempunyai bentuk yang sama
seperti pada gambar 7 Kedua kurva sering dipergunakan.
) - Gambar 7 : Kurva Tegangan Regangan teknik (
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi,
perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan
untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh
atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah nilai yang
paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut
kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan material. Untuk logam ulet,
kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban lmaksimum, diman logam dapat menahan
beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek,
kaitan nilai tersebut dengan kekuatan logam, kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang
banyak ditemui adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya.
Tetapi karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan
bahan, maka metode ini lebih banyak dipakai.
Kekuatan tarik adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang
awal benda uji.
u = P maks / Ao 4
Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya seperti
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya terbatas pada
hasil penelitian beberapa jenis material.
Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang dibutuhkan
untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi
deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis, yang berlangsung
sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara
teliti. Sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu
besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis
yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada
perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva
pada regangan tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 %
( e = 0,002 atau 0,001 mm/mm)
y = P(offset) / Ao . 5
Gambar 8 : Kurva tegangan regangan yang mengindikasikan kriteria luluh
Beberapa bahan pada dasarnya tidakmempunyai bagian linear pada kurva tegangan-regangan,
misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan tersebut, metode offset
tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan luluh didiefinisikan sebagai
tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total tertentu, misalnya e = 0,5 %.

Keuletan (e)
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara umum
pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi patah.
Hal ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan ekstruksi.
Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah.Keuletan
logam yang tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal
tanpa terjadi perpatahan.
Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan.
Ukuran keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan, walaupun tidak
ada hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam pemakaian bahan.
Cara untuk menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis pada
saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas penampang pada
patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi patah, dengan cara menaruh benda uji
kembali, kemudian diukur panjang akhir benda uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df),
untuk menghitung luas penampang patahan (Af).
ef = ( Lf Lo ) / Lo .. 6
q = ( Ao Af ) / Ao . 7
Baik perpanjangan maupun pengurangan luas penampang, biasanya dinyatakan dalam
persentase. Karena cukup besar bagian deformasi plastis yang akan terkonsentrasi pada
daerah penyempitan setempat, maka harga ef akan bergantung pada panjang ukur awal (Lo).
Makin kecil panjang ukur, makin besar pengaruhnya pada perpanjangan keseluruhan. Oleh
karena itu bila diberikan harga persentase perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu
disertakan.
Modulus Elastisitas ( E )
Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau modulus
Young. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus
elastisitas makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
Modulus elastisitas dirumuskan seperti persamaan 8.
/ e . 8E =
Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan metode dinamik.
Kelentingan (Resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yaitu energi regangan tiap satuan
volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh.
Modulus kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari dengan menggunakan persamaan 9
o2 / 2E 9UR =
Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah, yang
dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah
pembebanan yang dialami. Pada umumnya ketangguahan menggunakan konsep yang sukar
dibuktikan atau didefinisikan..Terdapat beberapa pendekatan matematik untuk menentukan
luas daerah dibawah kurva tegangan-regangan.
Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat didekati dengan persamaanpersamaan berikut:
u .ef .. 10 UT

u ) ef / 2 . 11o + ( UT
u ) ef .. 12 2/3 ( UT
2.3.3 Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya
Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik deformasi yang
sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji,
sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan
terjadi penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap
ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk
melanjutkan deformasi akan segera mengecil.
Kurva tegangan regangan teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan
sebenarnya menunjukkan, logam masih mengalami pengerasan regangan sampai patah
sehingga tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan s) adalahdeformasi juga bertambah
besar. Tegangan yang sesungguhnya ( beban pada saat manapun dibagi dengan luas
penampang lintang benda uji, Ao dimana beban itu bekerja.

IV. KESIMPULAN
Setelah melakukan obserfasi pustaka di berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa
dasar Ilmu Bahan Konstruksi Teknik Kimia adalah mencakup sebagai berikut :
1. Untuk merancang keperluan industry diperlukan pemahaman ilmu tentang bahan yang
cukup, agar penggunaan alat dapat maksimal, efektif, dan berdaya tahan tinggi.
2. Sifat sifat material dapat diketahui melalui uji material. Dan hasil pengujian dapat
dijadikan landasan perancangan alat, berdasarkan sifat sifatnya.
3. Beberapa material dapat berdeformasi, dan dapat kembali seperti semula (deformasi
elastis) dan tidak dapat kembali (deformasi plastic).
4. Berdasarkan sifat keelektrikan bahan, maka bahan dibagi menjadi 3, yaitu konduktif,
insulatif dan statik desipatif
DAFTAR PUSTAKA
http://fakeplasticworlds.wordpress.com/2009/12/18/bahan-konstruksi-teknik-kimia-bahankonstruksi-korosi-pengantar/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan
http://mustazamaa.wordpress.com/2010/04/15/sifat-sifat-mekanik-bahan/
http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.html
http://rudydwi.wordpress.com/2010/03/28/mengetahui-sifat-mekanik-material-dengan-ujitarik/
http://www.fisika-ceria.com/sifat-listrik-bahan-semikonduktor.html
Van Vlack H. Laurence. 1995. Ilmu dan teknologi Bahan Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai