PENDAHULUAN
ganguenya (mineral tak berharga), yang dapat dilakukan secara mekanis atau non
mekanis, sehingga dihasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan
produk yang harga mineralnya berkadar rendah, karena terdiri dari gangue
mineral (tailing).
Dalam pengolahan bahan galian salah satu tahap yang perlu dilakukan adalah
peranan penting dalam penentu dari kualitas produk yang dihasilkan yang dalam
prakteknya banyak kendala yang dihadapi terkait proses pengecilan ukuran butir
(crushing) sehingga pada akhirnya sasaran produksi atau permintaan pasar tidak
dapat terpenuhi.
PT. Anugrah Nusantara Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang
yang diolah dengan menggunakan unit pengolahan yang ada. Dalam unit
Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di Swedia. Logam
mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat
rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetic.
mineral, tetapi terkadang Mangan ditemukan dalam kondisi tercampur oleh besi.
Sebagai unsur bebas, Mangan (Mn) adalah logam yang berperan penting dalam
hal percampuran logam dalam bidang industri, khususnya pada stainless steels.
Endapan bijih mangan dapat terbentuk dari beberapa cara yaitu proses
hidrotermal yang dapat dijumpai dalam bentuk (vein), metamorfik dan cebakan
sedimenter dan residual (Asril Riyanto, 1989). Bijih mangan utama adalah
oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai
berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam
mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun non-metalurgi. Untuk
tujuan non-metalurgi, mangan digunakan untuk produksi baterai, kimia, keramik
dan gelas, glasir dan frit, pertanian, proses produksi uranium, dan lainnya. Di
Indonesia, industri hilir pemakai mangan adalah industri baterai, keramik dan
porselein, industri logam, dan industri korek api. Kegunaan lainnya: untuk rel
kereta api; dibuat dengan baja yang berisi sebanyak 1,2% mangan, untuk
memberikan kaca warna amethyst dan bertanggung jawab untuk warna batu
(industri al minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal).
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pengolahan mineral dengan
yaitu crushing (peremukan) gaya yang dominan adalah compressive strength, dan
grinding (penggilingan) gaya yang dominan adalah impact, abrasion dan shear
biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory
Hammer Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan
ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Produk terbesar yang dihasilkan
adalah 75 mm.
3. Fine Crushing
Merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat
yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills.
(feeder). Hopper ini terbuat dari beton yang dilapisi oleh lembaran baja pada
dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan akibat gesekan dan
........................................................................................ (2.2)
Dimana :
K = kapasitas hopper (ton)
Vh = volume hopper (m3)
Bi = bobot isi material berai (ton/m3)
Of Mine) ke unit peremuk atau keatas belt conveyor dengan kecepatan konstan.
menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang konstan tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat mencegah terjadinya penumpukan
batubara atau tidak ada umpan di dalam hopper ataupun pada alat peremuk.
Pada bagian pengumpan terdapat macam-macam pengumpan antara lain :
1. Vibrating Feeder merupakan tipe pengumpan yang didesain untuk memisahkan
material dari debu-debu halus hasil penambangan. Pengumpan tipe ini terdiri
dari lembaran baja bergelombang dengan jarak tertentu, cara kerjanya adalah
yang dapat bergerak maju mundur secara teratur. Pengumpan ini biasanya
rantai yang menjulur di bawah hopper yang ditahan oleh lembaran baja,
cara kerjanya lebih selektif, dimana material yang lolos (undersize) langsung
masuk ban berjalan sedangkan yang tidak lolos (oversize) akan masuk ke alat
peremuk.
6. Chain and Flight Feeder, adalah pengumpan yang terdiri dari rangkaian flight
(batangan baja) dengan ketebalan tertentu dan jarak tertentu yang berfungsi
tersebuit dihubungkan dengan rangkaian rantai (chain) serta lantai yang berupa
lain:
2.4.3.1. Jaw Crusher (Pemecah Tipe Rahang)
Jaw Crusher digunakan untuk mengurangi besar butiran pada
tingkat pertama, untuk kemudian dipecah lebih lanjut oleh crusher lain.
Jenis ini paling efektif digunakan untuk batuan sedimen sampai batuan
relatif kecil. Ukuran material yang dapat dipecah oleh crusher ini
tergantung dari feed opening (bukaan) dan kekerasan batu yang akan
100 mm. Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat
peremuk jaw crusher dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki
2 buah rahang dimana salah satu rahang diam dan yang satu dapat
yang sama.
e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan.
Pecahnya batuan dari jaw crusher karena adanya :
a). Daya tahan batuan lebih kecil dari gaya yang menekan.
b). Nip angle.
c). Resultante gaya yang arahnya kebawah.
Gaya-gaya yang ada pada jaw crusher, adalah :
a. Gaya tekan (aksi)
b. Gaya gesek
c. Gaya gravitasi
d. Gaya yang menahan (reaksi)
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya.
Resultante gaya akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti mineral itu
dapat dihancurkan. Tapi jika gaya itu arahnya keatas maka material itu
hanya meloncat-loncat ke atas saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi
jenis umpan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan energi jaw crusher :
1. Ukuran feed
2. Ukuran produk
3. Kapasitas Mesin
4. Sifat batuan
5. Persen waktu yang tidak terpakai
6. Gyratory Crusher (pemecah giratori)
2.4.3.2. Kapasitas Jaw Crusher
Kapasitas jaw crusher dinyatakan dalam rumus :
T = 0,6 x L x S ........................................ (2.4)
Dimana :
T = Kapasitas Jaw Crusher
L = Panjang lubang penerimaan (inchi)
S = Lebar lubang pengeluaran (inchi)
Rumusan tersebut adalah untuk perhitungan kasar dari kapasitas
berupa karet dan dapat bekerja secara kesinambungan pada kemiringan tertentu
nilon, rayon dan kabel baja menjadi kontruksi tulangan yang memberikan kek
cuatan untuk menahan tarikan dalam sabuk. Lapisan itu ditutup dengan perekat
yang terbuat dari karet yang menggabungkannya menjadi struktur yang menyatu
(Peurifoy,1988). Sabuk berjalan digerakan oleh motor penggerak yang dipasang
pada head pulley. Sabuk akan kembali ke tempat semula karena dibelokkan oleh
berjalan dan berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk
dimulai, sabuk berjalan harus bergerak terlebih dahulu sebelum alat peremuk
bekerja. Hal ini bertujuan menecegah terjadinya kelebihan muatan pada sabuk.
Pemakaian sabuk bejalan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Sifat Fisik dan Kondisi Material Batuan
Kemampuan sabuk berjalan dalam mengangkut material sangat berhubungan
Grinding) :
..................................................... (2.4)
dimana :
P = Produksi nyata sabuk berjalan (ton/jam)
V = Kecepatan sabuk berjalan (m/menit)
G = Berat material conto (kg)
L = Panjang pengambilan conto pada sabuk (m)
2.4.4.2 Sudut Kemiringan Sabuk Berjalan (Belt Conveyor)
Bila sabuk berjalan dipakai untuk mengangkut material dengan
tergantung dari:
a. Bentuk material, bentuk yang cenderung mudah
menggelincir.
d. Kandungan air, bila terlalu banyak akan menyebabkan
...................................... (2.5)
Dimana :
W = Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan kepada suatu alat
..........................................(2.6)
Dimana :
S = Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan, akan tetapi
dioperasikan.
c. Use of Availability (UA)
Angka Use of Availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa
efektif suatu alat yang sedang tidak rusak untuk dapat dimanfaatkan,
pemakaian peralatan.
........................................ (2.7)
.................................... (2.8)
mana tingkat penggunaan dan kemampuan yang dicapai saat ini dengan kapasitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
mangan.
3.1.2Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus sampai September
2017.
Bulan
I II
Kegiatan
Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Seminar
awal terhadap kondisi aktual dari lokasi yang akan dilakukan penelitian
Sejahterah.
3.3.3 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang sudah ada
dalam hal ini diperoleh baik dari arsip-arsip perusahaan, maupun data
Mulai
Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
Perhitungan produktifitas Target produksi perusahaan,
Crushing Plant, faktor-faktor spesifikasi alat pengolahan,
yang mempengaruhi proses Data curah hujan, peta lokasi
pengolahan penelitian
Pembahasan
Selesai