Anda di halaman 1dari 103

KATA PENGANTAR

Buku pertambangan ini dicoba ditulis dengan sedetail mungkin, yaitu dengan memberikan materi
dan penjelasan sebanyak mungkin tetapi seringkas mungkin. Dengan demikian buku ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai buku pedoman dalam kegiatan perkuliahan maupun pada
perusahan-perusahaan pertambangan. Ide penulis buku ini muncul waktu penulis menelaah
keadaan industri pertambangan saat ini di Negara Indonesia. Muncul ide penulis untuk membuat
buku pertambangan yang praktis tetapi cukup lengkap dengan penjelasan-penjelasan yang
singkat, sehingga penulis dapat menyarankan kepada pembaca tersebut untuk memahaminya
terlebih dahulu.

PROSES PENAMBANGAN

Pertambangan logam dan non logam dibagi menjadi tiga kategori umum : logam, non logam,
batuan, pasir dan granit. Kategori tersebut meliputi sekitar 80 persen komoditas yang berbeda
yang telah ditambang demi persediaan material bongkahan dalam memproduksi barang-barang
yang ada dikehidupan kita sehari-hari.

Titanium terbentuk secara alami dari proses ekstraksi mineral melalui tanah penutup pada
tambang terbuka. Proses Invasi minimalnya memisahkan dan menghilangkan mineral bijih yang
diinginkan seperti mineral bijih, titatium, zircon, and staturolit kira-kira tiga persen yang dimiliki
tanah. Dengan cepat setelah mineral dihilngkan, pemulihan lahan dimulai.

PERSIAPAN LAHAN

Penggunaan perkebunan pinus sebagai lokasi tambang bertujuan untuk pertumbuhan dan
pemanenan kayu. Pemilik akan memanen jati dan Chemours (Company) akan menghilangkan
sekitar satu kaki tanah penutupnya menjualnya dan kemudian untuk kebutuhan proses
reklamation. Catatan lengkapnya dibuat oleh tumbuhan, satwa liar, dan topografi untuk
memastikan ketelitian pada saat dimulainya proses pembersihan dan reklamasi. Bagian tambahan
dalam proses pembersihan termasuk pehitungan pengontrolan erosi yang meyangga 200 kaki
didekat area kegiatan sensitive.

1
PEMURNIAN

Penggunaan peralatan tambang terbuka, didisain dan dibuat untuk melebihi standar lingkungan
pemerintah dan meminimalisir limbah, penggalian tanap penutup dilakukan sebagian kecil area.
Rata-rata kedalaman penambangan yakni 15 kaki atau 5 meter.

PEMISAHAN

Selama proses pemisahan,bijih mineral akan dipisahkan dari tanah penutup terlebih dahulu
dengan menggunakan proses pemisahan gravitasi berbentuk spiral. Tambahan material tanah
seperti sisa-sia akar dan batuan juga dipisahkan dan diletakkan ditempat lain untuk proses
reklamasi. Proses ini tidak membutuhkan penggunaan bahan-bahan kimia.

Dikarenakan hanya tiga persen mineral saja yang dijumpai di tanah penutup, pemisahan mineral
dilakukan di lokasi penggalian, dan sebagai pengingat bahwa tanah penutup harus segera di
kembalikan kelahan yang telah digali. Sejak pemisahan terjadi, mineral akan tertransport ke
fasilitas penambangan Chemour di dekat Starke, Florida untuk di proses lebih lanjut.

REKLAMASI

Salah satu tahapan penting dari proses penambangan yakni reklamasi adalah proses pemulihan
kembali lahan ke fungsi asalnya pada saat penambangan dimulai pada awal-awal penggalian.

Ketika penambangan selesai, semua bangunan, peralatan, dan material assosiasi pada tambang
terbuka di hilangkan. Pengembalian tanah penutup pada kontrak awal dan ditutup dengan top soil
serta tanaman asli dan penanaman tumbuhan perintis. Bersamaan dengan aktivitas reklamasi,
area tersebut akan dimonitoring setidaknya 1-2 musim untuk memastikan bahwa lahan
berkembang menjadi hutan produktif dan habitat liarnya. Penanganan erosi menghitung juga
sisa-sisa lokasi hingga memadai untuk dilakukan pembangunan.

Saat reklamasi selesai, lahan akan tampak seperti awal mula sebelum penambangan

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….…...1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..2

BAB 1 SEJARAH PERTAMBANGAN.…………….……………….……………………….....4

1.1 Sejarah Pertambangan Indonesia…………………………………..…………………....4

3
1.2 Pengertian Pertambangan…………………...…………………………..........................6

1.3 Pengertian Teknik Pertambangan………………………..……...……………………....8

1.4 Tahapan Penambangan Batubara………………………..……...……………………...12

BAB 2 HASIL TAMBANG……………………………………………………………………...8

2.1 Jenis-jenis hasil tambang …………...…………….………………….……………..…14

2.2 Kelas dan jenis batu bara…………...…………...…………….…………………….…17

2.3 Pembentukan batu bara …………...……………………………….………………..…17

2.4 Batu bara di Indonesia …………................................…………….………………..…18

2.5 Endapan batu bara Eosen …………………………....…………….………………..…18

2.6 Endapan batu bara Miosen ………………...………...…………….………………..…19

2.7 Sumberdaya batu bara …………...………………………..……….………………..…21

2.8 Gasifikasi batu bara …………………………..……...…………….………………..…22

2.9 Cara membuat batu bara bersih ……………………...…………….………………..…22

2.10 Membuang NOx dari batu bara …………...…………………..….………………..…23

2.11 Penambangan Emas…………...…………….……………………………………..…25

2.12 Proses yang dilakukan dalam penambangan metode Underground...……………..…27

2.13 Penambangan metode gophering yang baik dilakukan dengan ketentuan….……..…29

2.14 Jenis-Jenis dan Persebaran Sumber Daya Alam …………………………………..…34

2.15 Dampak yang ditimbulkan dari Penambangan Emas ….……………………...…..…36

2.16 Tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya…………………...…37

2.17 Enam Jenis Barang Tambang Mineral Dikenakan Bea Keluar Progresif……..…...…38

4
2.18 Proses Pemanfaatan dan Peranan Barang tambang………………………...……...…40

2.19 Peranan Tambang Dalam Pembangunan Indonesia ……………..………………...…41

BAB 3 PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN……………………..…41

3.1 Pertimbangan Dalam Pertambangan…………………………………….……….…....41

3.2 Tahap-Tahap Kegiatan Usaha Pertambangan dan Pertimbangan Dasar Rencana


Penambangan ……….……………………….………………………………………….42

3.3 Pertimbangan Dasar Rencana Penambangan………………………………………….43

3.4 Pertimbangan struktur geologi yang dominan……………..………………………….45

3.5 Pertimbangan Hidrologi Dan Hidrogeologi……………………..…………………….48

3.6 Konsep Dasar Aspek Teknis Dalam Tambang Terbuka Untuk Batubara..…………...49

3.7 Konsep Dasar Perencanaan Tambang…….……………………..…………………….50

3.8 Perhitungan Cadangan Bijih …………………………………....…………………….54

3.9 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan ………………….……..…………………….56

3.10 Rancangan Teknis Penambangan ……………….…….……..………………………57

3.11 Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan ……………….………………………59

BAB 4. PERTAMBANGAN DI INDONESIA.…………………….…………………….…….62

4.1 Pertambangan yang ada di Indonesia..…………….……………..…………………...62

4.2 Pertambangan Indonesia Hadapi Dilema…………………..……..…………………...65

4.3 Ketentuan Mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan
Dan Pemurnian Mineral Berdasarkan Peraturan Menteri Sumber Daya Mineral………...68

4.4 Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Khusus (IUPK)..…..70

4.5 Hak Pemegang Izin Usaha Pertambangan (“IUP”) dan IUP Khusus (“IUPK”)…….…….......71

5
4.6 Persyaratan Perizinan Usaha Pertambangan Khusus.……..……..…………………...72

BAB 5 MASALAH LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN


/ENERGI.……………………………………………………………………………….....74

5.1 Masalah Lingkungan dalam Pertambangan.......…..……….……………………….…74

5.2 Cara Pengolahan Pembangunan Pertambangan…………………………..….………..77

5.3 Kecelakaan di Pertambangan…………………….…………………………………….77

5.4 Pencemaran dan Penyakit-penyakit Yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas


Pertambangan………………………………………………………………………………77

5.5 Penyehatan Lingkungan Pertambangan Pencemaran dan Penyakit-Penyakit yang


mungkin timbul ………………………………………………………………………….79

5.6 Limbah (tailing) Tambang & Dampaknya…..…………………………………………83

5.7 Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Batuan ……………..……………….91

5.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan ………………...………….....92

5.9 Pengawasan Pertambangan ……………………………………………...…………….93

5.10 Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan ………………….……….94

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..100

BAB 1
SEJARAH PERTAMBANGAN

1.1 Sejarah Pertambangan Indonesia

6
Indonesia merupakan negara yang berlimpah sumber daya mineral. Hampir semua pulau di
Nusantara mengandung berbagai macam mineral-dari berlian dan fosfat seng-yang tersebar di
pulau-pulau, dari barat ke timur negara itu. Beberapa komoditas seperti emas, dia-bulan
kemudian, dan timah telah ditambang dan diperdagangkan di pasar internasional selama ribuan
tahun. Monopoli pernah diadakan oleh Timur Belanda In-dia (VOC) yang terkena dampak
migrasi nasional dan internasional dan menyebabkan perang atas akses diperjuangkan antara
VOC, raja-raja lokal, masyarakat lokal, dan pengusaha Cina. Setelah itu, eksploitasi
pertambangan menyebabkan gerakan nasional dan global untuk tenaga kerja pertambangan dan
budak. Chi-nese orang direkrut dari Cina Selatan untuk ditempatkan di tambang emas di
Kalimantan Barat dan di tambang timah di Kepulauan Bangka-Belitung. Budak diangkut dari
Makassar di Sulawesi dan dari Afrika Selatan ke Sumatera Barat untuk bekerja di tambang emas.
Ironisnya, pengembangan penelitian tentang pertambangan Indonesia sec-tor tidak berjalan
beriringan dengan sejarah panjang eksploitasi, perdagangan, dan kontribusi terhadap penerimaan
negara dari periode pra-kolonial sampai rezim Orde Baru Soeharto. Penelitian di sektor ini di
Indonesia nesia yang kurang berkembang dibandingkan dengan penelitian di sektor yang sama di
wilayah selatan seperti Afrika dan Amerika Latin. Tampaknya bahwa penelitian sejarah
pertambangan tidak terjadi dalam ruang hampa, tetapi harus ditempatkan dalam konteks
pembangunan sosial-ekonomi dan politik negara. Makalah ini melihat lintasan sejarah tren
penelitian sejarah pertambangan di Indonesia di tengah-tengah perubahan rezim, dari era
kolonial sampai pasca-kolonial.
1. Periode Kolonial (1800-1945)
Penelitian tentang sejarah pertambangan di Indonesia hampir tidak tersentuh oleh para ilmuwan
sosial dan sejarawan untuk waktu yang lama. Berbeda dengan sektor pertanian, yang sudah lama
menjadi topik yang menarik bagi para akademisi, sektor pertambangan cenderung terabaikan.
Kelalaian seperti itu tidak dapat dipisahkan dari kebijakan politik-ekonomi negara kolonial, yang
menekankan mengembangkan-ment komoditas pertanian lebih dari itu sumber daya
pertambangan. Sebuah studi rinci dari pulau Bangka selesai pada tahun 1812 oleh Thomas
Horsfield [1848] dimaksudkan untuk mengamati organisasi timah produksi-tion pada populasi
ekonomi lokal dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan dasar tentang Pulau Bangka secara
keseluruhan. Hasil penelitian ini diberikan kepada para pejabat Inggris, yang kemudian diduduki
dan mengubah organisasi timah produksi-tion (1813-1816) dengan merekrut pekerja Cina dan
mengendalikan mereka secara langsung. Dengan demikian, ada politik Inggris di balik penelitian
yang dilakukan oleh Horsfield. Pada akhir masa kolonial, beberapa artikel dan buku telah
diterbitkan oleh penulis seperti HH van Kol [1910], JC van Reigersberg Versluijs [1916], JH
Verloop [1916], H. Witkamp [1917], RJ van Lier [1918], dan Alex L. ter Braake [1944]. Tahun-
tahun studi ini 'publi-kation adalah tahun penting dalam pengembangan ekonomi sektor min-ing.
Pertama, masalah ganti rugi lahan, izin pertambangan, pajak, dan royalti, serta perdebatan panas
di antara aktor kolonial dan respon anggota parlemen Belanda untuk isu-isu tersebut, dijelaskan
oleh van Kol dalam bukunya. Produksi buku-buku tentang sejarah pertambangan meningkat
ketika sektor pertambangan memainkan peran penting dalam memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi selama Perang Dunia Pertama (1914-1918). Kebanyakan dari mereka
ditulis oleh para insinyur pertambangan yang memiliki pengalaman panjang bekerja di sektor
pertambangan. Sementara para ilmuwan sosial Belanda membayar sedikit perhatian untuk
penelitian ini, buku-buku mereka pada dasarnya buku tentang sejarah komoditas tambang seperti
batu bara, timah, dan emas, dan penemuan tambang, teknologi pertambangan, produksi, dan

7
pemasaran. Mereka juga ditangani dengan bagaimana komoditas tambang dipengaruhi oleh
Depresi pada 1930-an.
Penulis yang disebutkan di atas, hanya van Reigersberg Versluijs menganalisis politik kolonial
Belanda mineral dan energi sumber daya tengah kondisi ekonomi kritis dan ketidakstabilan
politik. Perang Dunia Pertama. Ter Braake, seorang insinyur pertambangan Belanda yang
bekerja di tambang timah Bangka, menerbitkan bukunya pada akhir belanda aturan pemerintah
kolonial. Ia menganalisis sejarah berbagai pertambangan komoditas dari perspektif ekonomi,
terutama efek dari depresi pada tahun 1930-an, yang memiliki dampak negatif pada
penurunan harga dan pembatasan ekspor timah dan batubara. Singkatnya, sebagian besar seperti
teks-buku-buku tentang sejarah pertambangan yang ditulis oleh para insinyur pertambangan
Belanda.
Terlepas dari karya insinyur ini, penelitian tentang pertambangan di Indonesia dilakukan oleh
lembaga negara kolonial yang disebut Tenaga Kerja Inspectorate. Posisinya berada di lingkungan
Departemen Pendidikan, Industri, dan agama. Pejabat Inspektorat Buruh melakukan survei
tahunan kerja kondisitions di perkebunan dan perusahaan pertambangan. Ini semacam survei
bisa tidak terlepas dari kebijakan kolonial dalam hal memecahkan masalah pengendalian tenaga
kerja dan disiplin kerja.
Perubahan rezim dari pemerintah Belanda kepada Jepang pendudukan militer tampaknya tidak
membawa perubahan besar dalam sosial penelitian tentang pertambangan Indonesia. Meskipun
militer Jepang pemerintah ment (1942-1945) menguasai semua sektor pertambangan yang
dikelola oleh berbagai perusahaan Jepang, penelitian sosial di sektor ini masih neglected,
sedangkan penelitian non-sosial dimulai oleh pertambangan Jepang insinyurneers di tahun-tahun
pertama pendudukan militer Jepang. Pada zaman soekarno 1945-1966 tidak banyak yang bisa
dijelaskan dalam hal studi pertambangan di Indonesia untuk periode 1945-1966. Meskipun
Indonesia merdeka pada tahun 1945, ia dihadapkan dengan masalah baru yang muncul segera di
baru melahirkan Republik Indonesia. Republik muda tidak hanya harus mempertahankan
kemerdekaannya dari Belanda selama Revolusi (1945-1949), tetapi juga harus memulihkan
sektor ekonomi vital sementara menghadapi konflik politik internal. Ketika kesepakatan tentang
kesatuan negara Indonesia sebagai bangsa tercapai pada Desember 1949, Pemerintah Indonesia
menghadapi berbagai masalah di tahun-tahun berikutnya (1950-1965). Mereka termasuk gerakan
separatis regional, kenaikan dan jatuhnya kabinet, politik nasionalisasi Belanda perusahaan, dan
inflasi ekonomi sampai switching dari Negara rezim dari Orde Lama ke Orde Baru. Perusahaan
pertambangan menderita kondisi ini [Pluvier1978:156].
Selain kurangnya modal dan peralatan pertambangan, banyak pertambangan perusahaan dibakar
setelah Jepang datang, dan di sekitar awal revolusi Indonesia. Akibatnya, perusahaan
pertambangan menderita dan beberapa bahkan terpaksa menutup. Pada tahun-tahun
berikutnya, Perusahaan pertambangan Belanda dinasionalisasi dan manajemen mereka system
berada di bawah kendali manajer militer pada akhir Lama Orde. Selama periode itu, perusahaan
pertambangan Indonesia mengalami stagnasi tahap pembangunan.
Dalam melihat perkembangan penelitian pertambangan selama ini period ketidakstabilan politik
dan pembangunan ekonomi yang suram, tampaknya bahwa pengembangan penelitian sosial yang
terkait dengan pertambangan tidak disarjana terest baik dari lembaga-lembaga penelitian
pemerintah atau non-lembaga swadaya masyarakat (LSM). Namun, karena Indonesia
memperoleh kemerdekaannya, beberapa universitas, seperti di ITB , telah mulai membuat
departemen bagi siswa yang ingin utama dalam penelitian pertambangan. Namun, tema

8
penelitian mereka lebih berorientasi pada masalah teknologi pertambangan selain miliknya sosio-
masalah ekonomi.

http://widjayantopamungkas.blogspot.com/2013/06/sejarah-pertambangan-indonesia-part-i.html

1.2 Pengertian Tambang


Suatu penggalian yang dilakukan di bumi untuk memperoleh mineral (Hartman,1987) Lokasi
kegiatan yang bertujuan memperoleh mineral bernilai ekonomis (kamus istilah teknik
pertambangan umum, 1994).

Pengertian Pertambangan
 Sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,eksplorasi,studi
kelayakan,konstruksi,penambangan,pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan
penjualan,serta kegiatan pesca tambang (UU No 4 Tahun 2009)
 Kegiatan,pekerjaan dan industri yang berhubungan dengan ekstraksi mineral
(Hartman,1987)
 Ilmu pengetahuan,teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan
mulai dari prospeksi,eksplorasi,evaluasi,penambangan,pengolahan,pemurnian sampai
dengan pemasarannya (kamus istilah teknik pertambangan umum,1994)
Pertambangan secara umum

Pertambangan adalah rangkaian kegMiiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan


(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas). Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep
Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :

 Penyelidikan Umum (prospecting)


 Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
 Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
 Persiapan produksi (development, construction)
 Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
 Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
 Pengolahan (mineral dressing)
 Pemurnian / metalurgi ekstraksi
 Pemasaran
 Corporate Social Responsibility (CSR)
 Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

9
Ilmu Pertambangan : ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktik hal-hal yang berkaitan
dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip praktik pertambangan yang baik dan benar
(good mining practice). Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3
jenis, yakni:

 Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis),


 Golongan B (bahan vital), dan
 Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital).

Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi pertahanan, keamanan dan strategis
untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh
pihak pemerintah, contohnya minyak, uranium dan plutonium. Sementara, Bahan Golongan B
dapat menjamin hayat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan
Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang
banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur dan asbes.

Teknik Pertambangan adalah suatu disiplin ilmu keteknikan/rekayasa yang mempelajari tentang
bahan galian/sumberdaya mineral, minyak, gas bumi, dan batubara mulai dari penyelidikan
umum (propeksi), eksplorasi, penambangan (eksploitasi), pengolahan, pemurnian, pengangkutan,
sampai ke pemasaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kerekayasaan dalam Teknik
Pertambangan mencakup perancangan, eksplorasi (menemukan dan menganalisis kelayakan
tambang), metode eksploitasi, Teknik Pertambangan (menentukan teknik penggalian,
perencanaan dan pengontrolannya) dan pengolahan bahan tambang yang berwawasan
lingkungan. Dalam Teknik Pertambangan, pendidikan ditekankan pada kemampuan analisis
maupun praktis (terapan) untuk tujuan penelitian maupun aplikasi praktis.

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan


(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas). Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep
Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :

 Penyelidikan Umum (prospecting)


 Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
 Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
 Persiapan produksi (development, construction)
 Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
 Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
 Pengolahan (mineral dressing)
 Pemurnian / metalurgi ekstraksi
 Pemasaran
 Corporate Social Responsibility (CSR)
 Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

Ilmu Pertambangan : ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktek hal-hal yang
berkaitan dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip praktek pertambangan yang baik
dan benar (good mining practice) .

10
1.3 Pengertian Teknik Pertambangan

Suatu "seni"/rekayasa dan ilmu pengetahuan yang diterapkan pada proses penambangan dan
operasional tambang (Hartman,1987). Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka
upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas) .
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang menarik khususnya
setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada awal Orde Baru,
pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi
tabungan pemerintah relatif kecil, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
mengundang investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya dalam undang-
undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang
Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih
mengembangkan pola Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan
ketentuan KK, investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam
bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan
bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor
berfungsi sebagai kontraktor.
Karakteristik Pertambangan
Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu (tidak dapat diperbarui), mempunyai
risiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik
maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya.
Karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui tersebut pengusaha pertambangan selalu mencari
(cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan
adanya penemuan.
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi) yang berhubungan
dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko teknologi yang berhubungan
dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan perubahan harga, dan risiko
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-
risiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha
yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut
pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Pergeseran Paradigma
Dasar kebijakan publik di bidang pertambangan adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang
menyatakan bahwa: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dalam era desentralisasi saat ini maka kegiatan pertambangan tidak terpisahkan lagi dengan
pengambilan kebijakan di tingkat daerah sehingga:
Pertama. Pemerintah pusat hendaknya memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah
untuk mengelola kegiatan pertambangan yang melibatkan sebanyak mungkin peran serta
masyarakat local.
Kedua. Apabila risikonya tidak besar serta teknologinya dikuasai dan permasalahannya hanya
modal, maka dana dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:

11
1. sebagian pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang sudah memberikan
keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk eksplorasi dan
investasi pada sektor-sektor pertambangan lainnya.
2. Membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas mengelola kekayaan mineral di daerah
tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Ketiga, aspek lingkungan baik fisik maupun sosial harus dipertimbangkan dalam setiap kontrak
pertambangan dan pengusaha pertambangan harus menyediakan biaya untuk mengatasi
permasalahan lingkungan tersebut.
Ketiga, Menurut ahli ekonomi Kaldor dan Hicks suatu tindakan dikatakan bermanfaat apabila
golongan yang memperoleh manfaat dari usahanya dapat memberi kompensasi bagi golongan
yang menderita kerugian akibat usaha tersebut sehingga posisi golongan kedua tersebut paling
jelek sama seperti sebelum adanya usaha tersebut dan golongan pertama masih untung.
Golongan kedua tersebut dapat berupa alam maupun masyarakat. Jadi, tidak adil bila ada suatu
usaha yang kemudian menyebabkan lingkungan menjadi lebih rusak atau masyarakat menjadi
lebih menderita dibandingkan keadaan sebelum adanya usaha tersebut.
Peran pemerintah daerah akan menjadi lebih besar dalam penanganan dampak lingkungan
pertambangan ini, sehingga penguatan institusi di tataran lokal akan menjadi semakin signifikan.
Keempat, sumberdaya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan energi
dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang harus dipatuhi adalah
tidak melanggar daya dukung ekosistem. Untuk dapat memanfaatkan sebanyak-banyakinya
sumber daya alam yang terkandung di bumi Indonesia, konsep eko-efisiensi harus menjadi acuan
utama yaitu memanfaatkan sebanyak-banyaknya dan membuang atau memboroskan sesedikit
mungkin yang juga berarti meminimumkan limbah. Dapat disimpulkan bahwa eko-efisiensi
sekaligus akan meningkatkan efisiensi ekonomi. Untuk itu ekonomi lingkungan perlu
diperhitungkan dalam setiap aktifitas pertambangan.
Pendekatan Kemitraan
Tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia termasuk sektor pertambangan harus
dihadapi bersama melalui pendekatan kemitraan (partnership) yang berdasarkan hubungan yang
fair dan equitable, artinya pemerataan tanggung jawab dan tugas. Sebagai suatu contoh nyata
dalam sektor pertambangan adalah kemitraan dalam menentukan reklamasi lokasi tambang.
Dalam menangani reklamasi ini maka perlu dipikirkan kebutuhan dari masyarakat sekitar lokasi
tambang, sehingga masyarakat sekitar dapat berdiri sendiri dan tidak selalu bergantung dengan
perkembangan ekonomi yang disebabkan oleh operasi tambang. Untuk itu dalam masalah
reklamasi ini maka Departemen Energi & Sumberdaya Mineral, Departemen Kehutanan dan
perusahaan harus berkonsultasi dengan masyarakat sekitar untuk menentukan reklamasi yang
terbaik.
Apabila dilihat dari masalah pemerataan, maka kemitraan ini perlu dikonsultasikan dengan
masyarakat sekitar oleh pemda. Hal ini untuk menghindari adanya rasa “dirugikan” setelah
penambangan berjalan. Pemerintah Daerah perlu mengantisipasi masalah ini sebab jangan
sampai perusahaan pertambangan merasa bahwa Pemerintah Daerah tidak melakukan upaya
untuk pembangunan didaerah lokasi pertambangan. Perlu juga diperjelas mengenai hak-hak dan
kewajiban dari masyarakat setempat, terutama yang berhubungan dengan masalah hukum adat.
Karena keragaman dari masyarakat adat di Indonesia, maka perlu dikaji kembali melalui studi
yang intensif tentang struktur masyarakat adat. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari rasa
“tidak percaya” dari masing-masing stakeholders.

12
Jika kita membuka kamus, maka kita akan mendapatkan berbagai definisi tentang pertambangan.
Namun amat sedikit dari definisi tersebut yang mendekati makna empirik dari kegiatan
pertambangan. Untuk itu saya akan memberikan definisi menurut apa yang saya temui dan lihat
dengan mata kepala saya sendiri. Definisi ini saya simpulkan dari hasil perjalanan saya ke
beberapa daerah pertambangan di Indonesia dan beberapa negara.
Definisi Tambang
1. Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan cara hancurkan
gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.
2. Pertambangan adalah kegiatan paling merusak alam dan kehidupan sosial yang dimiliki orang
kaya dan hanya menguntungan orang kaya.
3. Pertambangan adalah lubang besar yang menganga dan digali oleh para pembohong (Mark
Twian)
4. Pertambangan adalah industri yang banyak mitos dan kebohongan
Ada beberapa fase yang harus dilalui oleh perusahaan sebelum melakukan eksploitasi. Saat
proses tersebut di lalui oleh perusaan, maka saat itu pula beredar mitos-mitos pertambangan di
masyarakat.
Pada kesempatan ini saya ingin menggambarkan mitos-mitos dan fakta-fakta dari pertambangan.
Mitos-Mitos Pertambangan
1. Pertambangan adalah industri padat modal dan risiko tinggi
2. Pertambangan adalah industri yang menyejahterakan rakyat
3. Pertambangan adalah penyumbang devisa negara yang besar
4. Pertambangan adalah industri yang banyak menyediakan lapangan kerja
5. Pertambangan adalah industri yang bertanggungjawab
Fakta-Fakta Pertambangan:
1. Tahapan Penyelidikan Umum

· Lahirkan Pro dan Kontra yang memicu benih perpecahan di masyarakat

· Beredar janji-jani ‘surga’ seperti masyarakat akan sejahtera, jalan di perbakiki, listrik terang
benderang, menjadi kota ramai dll, sehingga gaya hidup masyarakat mulai berubah

· Beredar informasi yang simpang siur dan membingungkan

2. Tahapan Eksplorasi

· Konflik antar pemilik kepentingan mulai terbuka. Pada posisi ini biasanya Pemerintah mulai
menujukan keberpihakan pada perusahaan.

· Informasi yang semakin simpang siur semakin meresahan masayatakat.

· Bujuk rayu, intimidasi, hingga teror dan ancaman makin meningkat

3. Tahapan Eksploitasi

· Dimulainya Penghancuran gunung, hutan, sungai dan laut.

13
· Dimulainya proses pembuangan limbah Tailing yang akan meracuni sumber air dan pangan.

· Dimulainya kerja-kerja akademisi dan konsultan bayaran untuk membuktikan bahwa tidak ada
pencemaran

· Meningkatnya konflik antar masyarakat dan masyarakat dengan pejabat Negara

· Penguasaan sumberdaya alam, pencemaran lingkungan dan proses pemiskinan

· Meningkatnya pelanggaran Hak Asasi Manusia, kasus korupsi dan suap

· Meningkatnya kasus asusila karena akan terbukanya fasilitasi judi dan tempat prostitusi

· Limbah Tailing dan Batuan akan menjadi masalah dari hulu hingga hilir.

4. Tahapan Tutup Tambang

· Makin terpuruknya ekonomi lokal dan menigkatnya jumlah pengangguran

· Terbatasnya waktu pantauan kualitas lingkungan

· Terbentuknya danau-danau asam dan beracun yang akan terus ada dalam jangka waktu yang
panjang

· Tidak pulihnya ekosistem yang dirusak oleh perusahaan tambangan

· APBD banyak terkuras untuk menutupi protes rakyat sementara perusahaan telah pergi
meninggalkan berbagai masalah.

Adapun yang perlu diwaspadai jika konsep pengelolaan menggunakan konsep Tambang Rakyat
adalah:
1. Tambang Rakyat selalu menjadi jalan masuk untuk tambang skala besar
2. Tambang Rakyat berpotensi menjadi daerah tak bertuan
3. Tambang Rakyat mengundang konflik horizontal
4. Tambang Rakyat mengundang keterlibatan cukong, pedagang merkuri, pedagang emas dan
aparat.
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan galian berharga dan bernilai
ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di
bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan pertambangan antara lain,
minyak dan gas bumi, bijih mangaan, bijih emas, perak, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih
nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, dan granit.

Tahapan kegiatan pertambangan yaitu:

1. Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan bagian
endapan bahan galian atau mineral berharga.

14
2. Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-
pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya
cadangan serta “studi kelayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang
telah diketemukan.
3. Eksploitasi adalah suatu kegiatan pertambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan
pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke
tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat
pemasaran.
4. Sedangkan Pengolahan/pemurnian/pengilangan adalah suatu pekerjaan memurnikan atau
meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang
tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut yang dapat
dilakukan dengan cara kimia (BPS, 2004).

1.4 Tahapan Penambangan Batubara

Mungkin kalau kita menjelaskan proses penambangan secara umum agak susah karena setiap
bahan galian memiliki cara-cara tersendiri dalam tahap ekplorasi, eksploitasi atau yang lainnya,
maka dari itu saya mencoba untuk berbagi kepada rekan-rekan sekalian tahap Penambangan Batu
bara, supaya langsung menuju kesasarannya. Mungkin untuk tahap-tahap penambangan bahan
galian yang lain tidak jauh berbeda, Let’s check it out guys.

Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang terbuka adalah sebagai
berikut :

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan. Kegiatan ini bertujuan
mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang
(acces road), stockpile, dll.

2. Pembersihan lahan (land clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak
belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer
ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang pohon
dengan diameter lebih besar dari 30 cm.

3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)

Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak
sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat
diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.

Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara atau
langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.

15
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)

Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah penutup tersebut
akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya merupakan material kuat, maka
terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan
kegiatan penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga
sesuai dengan produksi yang diinginkan.

5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)

Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan penimbunan langsung.
Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan
sementara pada saat taambang baru dibuka.

6. Penambangan Batubara (coal getting)

Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk membersihkan
pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face batubara) yang berupa material sisa tanah
penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air
permukaan, air hujan, longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal getting hingga pemuatan
ke alat angkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan
penggaruan.

7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)

Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah pengangkutan batubara (coal
hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.

8. Pengupasan parting (parting removal)

Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu dipindahkan agar tidak
mengganggu dalam penambangan batubara.

9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)

Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat penyimpanan
sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang (mined out). Kegiatn ini
dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan
untuk rehabilitasi lahan pasca tambang.

10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)

Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran tanah pucuk diatas
disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah bekas tambang dapat ditanami
kembali untuk pemulihan lingkungan hidup (reclamation).

16
11. Penghijauan (reclamation)

Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang, dengan tanaman yang sesuai
atau hampir sama seperti pada saat tambang belum dibuka.

12. Kontrol (monitoring)

Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal penambangan. kontrol
akan dilakukan terhadap lereng tambang, timbunan, ataupun lingkungan, baik terhadap pit yang
sedang aktif maupun pit yang telah ditambang. Mungkin hanya sekian dari saya kali ini, semoga
bermanfaat untuk rekan-rekan semua. Apa bila terdapat kesalahan saya mohon maaf, maklum
lagi capek ni, banyak tugas.

BAB 2

HASIL TAMBANG

2.1 Jenis-jenis hasil tambang

1. Emas dan Perak

Emas adalah logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3
(skala Mohs). Berat jenis emas tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu
dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.

Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal,
sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa
emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas banyak
digunakan sebagai perhiasan, investasi, cadangan devisa dan lain-lain. Potensi endapan emas
terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Perak adalah logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang
mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak
alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2
As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan
hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata,
logam campuran dan lain-lain. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas
dan tembaga (Dirjen ESDM, 2007).

17
Tambang Emas

2. Tembaga

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning. Apabila tembaga
dilihat dengan menggunakan mikroskop maka bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai
keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang
komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh
kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga
utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3),
dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu:
deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif
pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ.

Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan


magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga digunakan
secara luas pada bidang peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam
instalasi listrik rumah, perancangan motor listrik, bidang telekomunikasi, generator, kabel
transmisi, komponen kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung
microwave, saklar, reaktifier transsistor, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat
konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung dan klep di pabrik
penyulingan. Meskipun saingan tembaga yakni aluminium dapat digunakan untuk tegangan
tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan
bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan sektor yang berhubungan
dengan larutan, sektor konstruksi, mesin pertanian, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa
ledeng, pengatur temperatur ruangan, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah,
mesin sektor non elektris, dan peralatan mesin. Potensi tembaga yang terbesar dimiliki Indonesia
terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

18
3. Batubara

Batubara berasal dari batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan
bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses
pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang
menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di
Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak
di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya
endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara
berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah,
terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dalam jumlah
kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi (Dirjen ESDM, 2007).

Umur batu bara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl),
adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu
bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.

Materi pembentuk batu bara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk
batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

 Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batu bara dari perioda ini.
 Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batu bara dari perioda ini.
 Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
 Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar
getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
 Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

19
Penambangan

Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan
sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.

2.2 Kelas dan jenis batu bara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu
bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari
8%.
 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-
75% dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

2.3 Pembentukan batu bara

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah
pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah
kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.

20
2.4 Batu bara di Indonesia

Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang
terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur
Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar
Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip
dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka
air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke
dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya,
endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur
endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.

2.5 Endapan batu bara Eosen

Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah
atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.

Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi,
Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah
ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah.
Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan
busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.
Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas
aluvial dan endapan danau yang dangkal.

Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas
namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di
Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh
endapan danau (non-marin). Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana
endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang
kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.

Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan
Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas
(Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan
(Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).

21
Dibawah ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Eosen di Indonesia.

Kadar Kadar air Kadar Zat


Belerang Nilai energi
Tambang Cekungan Perusahaan air total inheren abu terbang
(%ad) (kkal/kg)(ad)
(%ar) (%ad) (%ad) (%ad)

Asam- PT Arutmin
Satui 10.00 7.00 8.00 41.50 0.80 6800
asam Indonesia

PT Arutmin
Senakin Pasir 9.00 4.00 15.00 39.50 0.70 6400
Indonesia

PT BHP
Petangis Pasir 11.00 4.40 12.00 40.50 0.80 6700
Kendilo Coal

PT Bukit 0.50 -
Ombilin Ombilin 12.00 6.50 <8.00 36.50 6900
Asam 0.60

PT Allied 10.00 37.30


Parambahan Ombilin 4.00 - 0.50 (ar) 6900 (ar)
Indo Coal (ar) (ar)

(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998

2.6 Endapan batu bara Miosen

Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan
yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen
batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik
Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama
terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan
Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis
ditambang di Cekungan Bengkulu. Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial,
delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera
bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun
kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga
kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan.
Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada
Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian
selatan.

22
Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Miosen di
Indonesia.

Kadar Kadar air Kadar Zat


Belerang Nilai energi
Tambang Cekungan Perusahaan air total inheren abu terbang
(%ad) (kkal/kg)(ad)
(%ar) (%ad) (%ad) (%ad)

PT Kaltim
Prima Kutai 9.00 - 4.00 39.00 0.50 6800 (ar)
Prima Coal

PT Kaltim
Pinang Kutai 13.00 - 7.00 37.50 0.40 6200 (ar)
Prima Coal

Roto PT Kideco
Pasir 24.00 - 3.00 40.00 0.20 5200 (ar)
South Jaya Agung

PT Berau
Binungan Tarakan 18.00 14.00 4.20 40.10 0.50 6100 (ad)
Coal

PT Berau
Lati Tarakan 24.60 16.00 4.30 37.80 0.90 5800 (ad)
Coal

Sumatera
PT Bukit
Air Laya bagian 24.00 - 5.30 34.60 0.49 5300 (ad)
Asam
selatan

Paringin Barito PT Adaro 24.00 18.00 4.00 40.00 0.10 5950 (ad)

(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998

23
2.7 Sumberdaya batu bara

Pengisian batu bara ke dalam kapal tongkang.

Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah
kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua,
dan Sulawesi.

Badan Geologi Nasional memperkirakan Indonesia masih memiliki 160 miliar ton cadangan batu
bara yang belum dieksplorasi. Cadangan tersebut sebagian besar berada di Kalimantan Timur
dan Sumatera Selatan. Namun upaya eksplorasi batu bara kerap terkendala status lahan tambang.
Daerah-daerah tempat cadangan batu bara sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi.[5]
Rata-rata produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton per tahun. Dari
jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi dalam negeri, dan sebagian besar
sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.

Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum
digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat dibandingkan
solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya
Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).

Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia.
Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan miliar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk
memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak
mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU.
Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang
efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.

Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi
menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang
dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman) batu
bara. Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya
secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-
cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-
lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.

24
2.8 Gasifikasi batu bara

Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu bara
yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat
digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat
emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.

Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan
nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan
tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan
asam" “acid rain”. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur
dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal
combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama
dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat
kecil setara dengan rambut manusia.

2.9 Cara membuat batu bara bersih

Ada beberapa cara untuk membersihkan batu bara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia
kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara yang ditemukan di Ohio,
Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari
berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara
bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu
bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di
batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk
iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara
khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi
air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian
ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotor-
pengotornya.

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara adalah
secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic
sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu
bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978
telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas

25
hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya
adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena
mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar
batu bara.

2.10 Membuang NOx dari batu bara

Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang
terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada
nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk
ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk
dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.

Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang
kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam),
dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe lain dari pada
polusi yang dapat membuat kotornya udara.

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih
banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini
kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran
pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang
mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged
combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx
burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di
uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang
membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini
menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas
yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat
menekan lebih dari 90% polusi Nox.

http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara

4. Bauksit

Bauksit adalah bahan heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida
aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara
umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2: 1 – 12%, Fe2O3: 2 – 25%, TiO2
>3%, dan H2O: 14 – 36%. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika. Sifat dari bijih
bauksit yakni pelapukannya sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai
kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan
tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari
batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses
lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.

26
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu.
Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka,
dan Pulau Kalimantan (Dirjen ESDM, 2007).

Tambang Bauksit

5. Granit

Granit adalah dalah salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin,
serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya
terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit
berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda,
coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya. Granit
merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk
cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak
beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineral
yang sama dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber
cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut
terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan
Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

6. Timah

Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3
g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal
(13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai
endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang
biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder,
yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit,
xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan.

27
Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk solder, cendera mata, bahan baku logam pelapis,
dan lain-lain. Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau
Singkep, dan Pulau Karimun (Dirjen ESDM, 2007).

7. Nikel

Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan di berbagai sektor logam.
Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua. Nikel
biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti
peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat
komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku
ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit,
pirotit, dan kalkopirit. (Dirjen ESDM, 2007).

http://bangazul.com/pengertian-dan-jenis-pertambangan/

2.11 Penambangan Emas


Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan ( placer ).
Endapan emas dikatagorikan menjadi dua yaitu :
* Endapan primer / Cebakan Primer; dan
* Endapan plaser / Cebakan Sekunder
Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas primer atau
sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan untuk
meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut. Cebakan emas primer dapat ditambang
secara tambang terbuka ( open pit ) maupun tambang bawah tanah ( underground minning ).
Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.
Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak akibat penambangan tergantung pada
lokasi dilakukannya penambangan. Kerusakan lahan terjadi akibat dari tergerus/hilangnya lahan
yang semula produktif menjadi tidak produktif. Penurunan kualitas tanah dapat terjadi karena
tanah subur dipermukaan hilang atau tertutup oleh sedimen yang tidak subur. Sedangkan
penurunan kualitas air diakibatkan tingginya kandungan sedimen tersuspensi sebagai akibat
pembuangan tailing langsung ke badan air yang juga akan mempengaruhi kehidupan biota air.
Jebakan Primer
Jebakan primer merupakan Jebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan
batuan. Salah satu tipe jebakan primer yang biasa dilakukan pada penambangan skala kecil
adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan dengan teknik penambangan bawah
tanah terutama metode gophering / coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Terhadap
batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya

28
dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya
dapat langsung dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik penambangan
antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran (
dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan),
sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam,
berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan samping,
serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta
mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan


adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara
penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan (
development works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh

29
karena itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di
tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.

Cara penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya
dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di
berbagai daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Pongkor-Bogor, Gn.Peti,
Cisolok-Sukabumi, Cikidang-Cikotok, Gn.Subang,Tanggeung-Cianjur, Cikajang-Garut, Cineam-
Tasikmalaya, Kokap-Kulonprogo, Selogiri-Wonogiri, Punung-Pacitan dan lain-lain.
Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan langsung menggali
cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila cebakan bijih tersebut tidak homogen,
kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.

2.12 Proses yang dilakukan dalam penambangan metode Underground :

1. Pembangunan lubang masuk ke tambang. Lubang masuk dibuat sangat sederhana dengan
diameter umumnya hanya dapat untuk akses 1 orang saja.

30
2. Pembangunan akses menuju badan bijih.

Akses menuju badan bijih dibuat sesuai lokasi badan bijih yang menjadi target. Terdapat
2 cara untuk menuju badan bijih berdasarkan lokasi dari cebakan, yaitu:

3. a. Menggunakan drift ( lubang masuk horizontal, nembak ), jika lokasi badan bijih relatif
sejajar dengan jalan masuk utama.
b. Menggunakan shaft ( lubang masuk vertikal, nyumur ), jika lokasi badan bijih relatif di
bawah jalan masuk utama. Seperti halnya lubang masuk ke tambang, akses menuju
badan bijih dibuat secara sederhana, dengan lokasi kerja yang hanya cukup untuk
dipakai satu orang saja dengan diameter sekitar 1 – 1,5 meter. Lubang masuk tersebut
dibuat tanpa penyangga atau hanya dengan penyangga sederhana untuk daerah yang
diperkirakan rawan runtuh.
4. Penggalian bijih emas

Penggalian bijih emas dilakukan dengan mengikuti arah kemenerusan bijih. Alat yang
dipakai untuk keperluan pemberaian batuan berupa alat gali manual, seperti belincong.

5. Pengangkutan bijih emas dari dalam tambang menuju ke luar tambang dilakukan secara
manual. Jalur pengangkutan menggunakan jalan masuk utama. Khusus untuk akses
menggunakan shaft, pengangkutan dibantu dengan sistem katrol.

31
2.13 Penambangan metode gophering yang baik dilakukan dengan ketentuan:

1. Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah, dan dapat dibuat
datar/horizontal, miring/inclined maupun tegak lurus/vertikal sesuai dengan kebutuhan.
2. Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan, disarankan diameter > 100 cm.
3. Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil ( kemiringan < 30o ) dan diusahakan
tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam.
4. Lubang bukaan harus dijaga dalam kondisi stabil/tidak runtuh, bila diperlukan dapat
dipasang suatu sistem penyanggaan yang harus dapat menjamin kestabilan lubang bukaan
( untuk lubang masuk dengan kemiringan > 60o disarankan untuk selalu memasang
penyangga ).
5. Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 ( kayu jati, kihiang, rasamala,
dll ). Ukuran diameter/garistengah kayu penyangga yang digunakan disarankan tidak
kurang dari 7 cm. Jarak antar penyangga disarankan tidak lebih dari 0.75 x diameter
bukaan ( tergantung kelas kayu penyangga yang digunakan dan kekuatan batuan yang
disangga ).

6. Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan minimal 2 m3 /menit,
bila perlu dapat menggunakan blower / kompresor untuk men-supply kebutuhan oksigen
ke dalam lubang
7. Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk mencegah air masuk, dan paritan diarahkan
menuju ke kolam pengendap dengan pengendapan dilakukan bertahap, bila perlu dapat
menggunakan pompa air submersible untuk membuang genangan air dari dalam lubang.

32
Jebakan Sekunder

Jebakan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas aluvial
merupakan emas yang diendapkan bersama dengan material sedimen yang terbawa oleh
arus sungai atau gelombang laut adalah karakteristik yang umum ditambang oleh rakyat,
karena kemudahan penambangannya.

33
Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas prinsip :

o Butir emas sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami proses
pengolahan.
o Berdasarkan lokasi keterdapatan, pada umumnya kegiatan penambangan
dilakukan pada lingkungan kerja berair seperti sungai-sungai dan rawa-rawa,
sehingga dengan sendirinya akan memanfaatkan air yang ada di tempat
sekitarnya.

Karakteristik dari endapan emas aluvial akan menentukan sistem dan peralatan dalam melakukan
kegiatan penambangan. Berdasarkan karakteristik endapan emas tersebut, metode
penambangan terbuka yang umum diterapkan dengan menggunakan peralatan berupa :

1. Pendulangan ( panning )

Penambangan dengan cara pendulangan banyak dilakukan oleh pertambangan rakyat di sungai
atau dekat sungai. Cara ini banyak dilakukan oleh penambang perorangan dengan menggunakan
nampan pendulangan untuk memisahkan konsentrat atau butir emas dari mineral pengotornya.

2. Tambang semprot ( hydraulicking )

Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa untuk memberaikan
batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau dipompa ke instalasi
konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan pada pertambangan skala kecil
termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber air yang cukup, umumnya berlokasi di atau
dekat sungai.

34
Beberapa syarat yang menjadikan endapan emas aluvial dapat ditambang menggunakan metode
tambang semprot antara lain :

1. Kondisi/jenis material memungkinkan terberaikan oleh semprotan air


2. Ketersediaan air yang cukup
3. Ketersediaan ruang untuk penempatan hasil cucian atau pemisahan bijih

35
Metode penambangan ini umum diterapkan diberbagai daerah operasi pertambangan rakyat di
Indonesia, seperti di Sungai Kahayan, Bukitrawi, Palangkaraya-Kalimantan Tengah; Tanoyan,
Bolaang Mongondow-Sulawesi Utara; Bombana-Sulawesi Tenggara; Tobohon, Kotabunan-
Sulawesi Utara, Way Kanan-Lampung, dll.
Tahapan-tahapan kegiatan penambangan (berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009) :
1. Penyelidikan Umum, tahap kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional
dan indikasi adanya mineralisasi
2. Eksplorasi, tahap kegiatan pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti
tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian,
serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup
3. Studi Kelayakan, tahap kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci
seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha
pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pasca tambang
4. Operasi Produksi, tahap kegiatan pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan,
pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dna penjualan serta sarana pengendalian
dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan
5. Konstruksi, kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas
operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan
6. Penambangan, bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau
batubara dan mineral ikutannya
7. Pengolahan dan Pemurnian, kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral
dan/aau batubara serta untyk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.
8. Pengangkutan, kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari
daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan

36
9. Penjualan, kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertamabangan mineral atau
batubara
10. Reklamasi, kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya
11. Kegiatan Pascatambang, kegiatan terencana,sistematis dan berkelanjutan setelah akhir sebagian
atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi
sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan

2.14 Jenis-Jenis dan Persebaran Sumber Daya Alam

1. Sumber Daya Alam Hayati Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber daya alam hewani
dan nabati. Sumber daya alam hewani yang ada di Indonesia sangat beranekaragam jenisnya.
Tersebar di darat, laut atau perairan. Sumber daya alam nabati adalah jenis tumbuh-tumbuhan.
Selain hutan yang luas, Indonesia juga memiliki perkebunan dan pertanian tersebar hamper
diseluruh Indonesia.
2. Persebaran Hasil Tambang di Indonesia
a. Minyak Bumi Minyak bumi mulai terbentuk pada zaman prier,sekunder, dan tersier. Minyak
bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danau-danau, teluk-teluk, rawa-rawa, dan laut-
laut dangkal. Sesudah mati,mikroplankton berjatuhan dan mengendap di dasar laut, kemudian
bercampur dengan lumpur yang dinamakan lumpur sapropelium. Akibat tekanan dari lapisan-
lapisan atas dan pengaruh panas magma terjadilah proses destilasi hingga terjadilah minyak bumi
kasar. Proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu jutaan tahun. Mutu minyak bumi
Indonesia cukup baik. Kadar sulfur (belerang) minyak bumi Indonesia sangat rendah, sehingga
mengurangi kadar pencemaran udara. Daerah-daerah penghasil minyak bumi di Indonesia adalah
sebagai berikut: Pulau Jawa, Cepu, Cirebon, dan Wonokromo. Pulau Sumatera: Palembang
(Sungai gerong dan sungai Plaju) dan Jambi (Dumai) Pulau Kalimantan: Pulau Tarakan, Pulau
Bunyu, Kutai dan Balikpapan Pulau Irian:Sorong Pengolahan minyak bumi menghasilkan avgas,
avtur, super 98, premium, minyak tanah, solar, minyak diesel dan minyak bakar. Minyak bumi
berperan penting dalam perekonomian Indonesia karena dapat menghasilkan devisa negara.
Indonesia menjadi anggota Organization Petroleum Exportir Countries (OPEC), yang bergerak
dalam bidang ekspor minyak bumi.,
b. Gas Alam Indonesia mempunyai Banyak tempat yang mengandung minyak bumi dan gas alam.
Gas Alam merupakan campuran beberapa (CH4 atau C2H6), propan, (C3H6) dan butan (C4H10)
yang digunakan sebagai bahan bakar.Ada 2 macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu
LNG dan LPG. LNG (Liquified Natural Gas) atau Gas alam cair yang terdiri atas gas metan dan
gas etan, membutuhkan suhu sangat dingin supaya dapat disimpan sebagai cairan. Gas alam cair
diproduksi di Arun dan Badak, selanjutnya diekspor antara lain di Jepang.LPG (Liquified
Petrolium Gas) atau gas minyak bumi cair yang dipasarkan dengan nama elpiji dalam tabung besi
terdiri atas gas propan dan butan. Elpiji inilah yang digunakan sebagai bahan bakar kompor gas
atau penamas lainnya.
c. Batu Bara Sebagian besar batu bara terjadi dari tumbuh-tumbuhan tropis masa prasejarah (masa
karbon). Tubuh-tumbuhan tersebut termasuk jenis paku-pakuan. Tumbuhan itu tertimbun hingga
berada dalam lapisan-lapisan batuan sedimen yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut
juga inkolen (proses pengarangan) yang terbagi menjadi dua yaitu prosess bio kimia dan proses
metamorfosis. Proses bio kimia adalah proses terbentuknya batu bara yang dilakukan oleh bakteri

37
anaerop dan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang menjadi keras karena beratnya sendiri. Jadi tidak
ada kenaikan suhu dan tekanan. Proses ini mengakibatkan tumbuh-tumbuhan berubahmenjadi
gambut (turf). Proses metamorfosis adalah suatu proses yang terjadi karena pengaruh tekanan dan
suhu yang sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama. Pada proses ini sudah tidak ada
bakteri lagi.
Daerah tambang batu bara di Indonesia adalah sebagai berikut: Ombilin dekat sawahlunto
(sumatera Barat) menghasilkan batu bara muda yang sifatnya mudah hancur. Bukit asam dekat
Tanjung Enim (palembang) enghasilkan batu bara muda yang sudah menjadi antrasit karena
pengaruh magma. Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan
(Pulau laut/Sebuku) Jambi, Riau, Aceh, Papua (Irian Jaya)
d. Tanah Liat Tanah Liat adalah tanah yang mengandung lempunng (65%), butir-butirnya sangat
halus, sehingga rapat dan sulit menyerap air. Tanah liat banyak terdapat di dataran rendah di
Pulau Jawa dan sumatera.
e. Kaolin Kaolin terbentuk dari pelapukan batu-batuab granit. Batuan ini banyak terdapat di
daerah sekitar pegunungan di sumatera.
f. Gamping (Batu Kapur) Batu kapur terbentuk dari pelapukan sarang binatang karang. Batu ini
banyak terdapat di pegunungan Seribu dan Pegunungan Kendeng.
g. Pasir Kuarsa Pasir Kuarsa terbentuk dari pelapukan batu-batuanyang hanyut lalu mengendap
didaerah sekitar sungai, pantai, dan danau. Pasir kuarsa banyak terdapat di Banda Aceh, Bangka,
Belitung dan Bengkulu.
h. Pasir Besi Pasir Besi adalah batuan pasir yang banyak mengandung zat besinya. Pasir besi
banyak terdapat di Pantai Cilacap,Jateng.
i. Marmer/Batu Pualam Marmer/batu pualam adalah batu kapur yang telah berubah bentuk dan
rupanya sehingga merupakan batuan yang sangat indah setelah digosok dan dilicinkan. Marmer
banyak terdapat di Trenggalek, JawaTimur dan daerah Bayat Jawa Tengah.
j. Batu Aji/Batu Akik Batu aji/batu akik adalah batuan atau mineral yang cukup keras. Warna batu
akik bermacam-macam, antara lain merah, hijau,biru,ungu,putih,kuning, dan hitam. Batu ini
digunakan untuk perhiasan dan banyak terdapat di daerah pegunungan dan di sekitar aliran
sungai.
k. Bauksit Bauksit di Indonesia banyak terdapat di Pulau Bintan dan Riau.Bauksit dari Bintan
diolah di Sumatera utara di Proyek Asahan.Proyek Asahan juga merupakan pusat tenaga air terjun
di sungai Asahan.
l. Timah Daerah-daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung,dan Singkep
yang menghasilkan lebih dari 20% produksi timah putih dunia. Di Muntok terdapat pabrik
peleburan timah.Ada dua macam timah yaitu timah primer dan timah sekunder (aluvial). Timah
primer adalah timah yang mengendap pertama kali pada batuan granit. Timah sekunder (aluvial)
adalah endapan timah yang sudah berpindah dari tempat asalnya akibat proses pelapukandan
erosi.
m. Nikel Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi
Selatan).
n. Tembaga Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan wonogiri (Jawa Tengah), Muara Sipeng
(Sulawesi) dan Tembagapura (Papua/Irian Jaya)
o. Emas dan perak Emas dan Perak merupakan logam mulia. Pusat tambang emas dan perak
terdapat di daerah-daerah berikut: Tembagapura di Papua (Irian Jaya) Batu hijau di Nusa
Tenggara Barat Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat Simao di Bengkulu Logos di Riau
Meulaboh di Naggroe Aceh Darusalam

38
p. Belerang Belerang terdapat di kawasan Gunung Talaga Bodas (Garut) dan di kawah gunung
berapi, seperti di Dieng (Jawa Tengah)
q. Mangaan\Belerang terdapat di Kliripan (Daerah Istimewa Yogyakarta), Pulau Doi
(Halmahera), dan Karang nunggal (sebelah selatan Tasikmalaya)
r. Fosfat Fosfat terdapat di cirebon, Gunung Ijen dan Banyumas (fosfat hijau.
s. Besi Di dalam temperatur tinggi,bijih besi dicampur dengan kokas dan besi tua. Percampuran
diatur sedemikian rupa, sehingga proses pembakarannya merata. Kotoran dalam bijih besi dapat
di hilangkan dengan jalan reduksi (mengambil unsur oksigen dari biji besa). Prases pembakaran
dalam suhu tinggi menghasilkan cairan. Kemudian cairan tersebut dicetak dalambentuk tertentu.
Besi baja adalahbesi yang kandungan / campuran karbonya rendah.
t. Mika Mika terdapat di Pulau Peleng, Kepulauan Banggai di Sulawesi Tengah
u. Tras Tras terdapat di pegunungan Muria,Jawa tengah.
v. Intan Intan terdapat di Martapura, Kalimantan Selatan
w. Hasil Tambang Lain Hasil tambang lainnya antara lain asbes, grafit, wolfram dan platina.
Asbes terdapat di Halmahera,Maluku dan diolah di Gresik,Jawa Timur Grafit di Payakumbuh dan
sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat Wolfram di Pulau Singkep (Kepulauan Riau) Platina
(emas putih) di pegunungan Verbeek,Kalimantan.

http://lovegeografi-geografiku.blogspot.com/2009/11/jenis-jenis-dan-persebaran-sumber-
daya.html

2.15 Dampak yang ditimbulkan dari Penambangan Emas


Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang banyak digunakan
penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas.
Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke
selokan, parit, kolam atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri
karena proses alamiah. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusiamelalui
media air, akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para korban Tragedi Minamata.
Ada 3 jenis limbah utama pertambangan emas. Batuan limbah (overburden) adalah batuan
permukaan atas yang dikupas untuk mendapatkan batuan bijih atau batuan yang mengandung
emas. Selanjutnya ada tailing - bijih emas yang sudah diambil emasnya menggunakan bahan
kimia - diantaranya Merkuri atau Sianida. Tailing berbentuk lumpur yang mengandung logam
berat. Limbah yang mengandung logam berat seperti Merkuri dan Sianida termasuk dalam
kelompok Limbah B3. Terakhir, air asam tambang - limbah yang menyebabkan kondisi
keasaman tanah, yang berpotensi melarutkan unsur mikro berbahaya dalam tanah - sehingga
berpotensi meracuni tanaman dan mahluk hidup sekitarnya. Pertambangan ini merupakan
industri rakus air. Penggunaan air dari sumber-sumbernya dengan skala besar untuk menjalankan
proses pengolahan batuan menjadi bijih logam. Luar biasa tingginya kebutuhan air untuk operasi
industri tambang menyebabkan pemenuhan air warga setempat dikalahkan, sering mereka harus
rela mencari mata air baru atau harus berhadapan dengan kekerasan untuk mempertahankan
sumber air mereka. Jangan lupa, pada saat pembuatan lobang (pit) penambangan dan
pembangunan pabrik serta instalasi lainnya, kegiatan pengupasan tanah, peledakan, serta
pengoperasian alat-alat berat pengangkut tanah dan lalu lalang kendaraan berat dengan intensitas
tinggi menjadi sumber pencemaran udara - akibat peningkatan volume debu. Apa akibatnya?
Penduduk lokal harus berhadapan dengan perusakan lingkungan yang luar biasa karena limbah
tambang. Umumnya, tailing dibuang ke daerah lembah dengan membuat penampung (tailing

39
dam), dibuang ke sungai hingga ke laut - biasa disebut STD. Submarine Tailing Disposal (STD),
dipromosikan oleh pelaku pertambangan sebagai cara pembuangan limbah yang paling baik dan
ramah lingkungan, termasuk di Lembata. (http://um.ac.id)

2.16 Tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya

Indonesia memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di berbagai daerah. Minyak
bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis-jenis bahan tambang yang
dimiliki oleh Indonesia. Salah satu jenis bahan tambang yang cukup banyak dan tersebar
ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis bahan tambang
yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas hampir dipasarkan dan diperdagangkan
hampir di semua pasar perdagangan bahan tambang di seluruh dunia. Nilai investasi emas
meningkat setiap terjadi perdagangan emas dalam jumlah yang cukup besar. Bahkan, jika dilihat
lebih jauh lagi, emas memberikan kontribusi berupa devisa yang sangat besar bagi negara-negara
pengekspor emas.

Emas tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan bumi atau permukaan
tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini terletak di permukaan tanah, daerah aliran
sungai yang berisi endapan-endapan mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang merupakan
akhir dari arah aliran air sungai yang mungkin saja menjadi tempat berkumpulnya arah aliran
beberapa sungai yang membawa endapan-endapan mineral. Emas merupakan salah satu jenis
mineral yang memiliki banyak manfaat. Jenis mineral ini dapat digunakan sebagai bahan
konduktor pengantar panas di beberapa jenis alat elektronik. Namun, kegunaan emas yang utama
adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin, dan lain sebagainya. Jadi, secara
garis besar, emas memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia.

Untuk mendapatkan emas yang terletak di permukaan tanah ataupun yang terletak di daerah
aliran sungai tidaklah terlalu sulit. Pencariannya hanya mempergunakan alat-alat yang sederhana.
Teknik pencarian dan pengolahan limbahnya sangat sederhana. Namun, untuk mendapatkan
emas yang terdapat di dalam lapisan tanah dengan kedalaman tertentu, pencarian emas perlu
dipergunakan alat-alat teknologi dan teknik pencarian yang cukup sulit. Survey lokasi
merupakan salah satu kegiatan awal yang diperlukan untuk mengetahui jumlah ketersediaan
emas, posisi atau letak emas, dan kedalaman emas dari permukaan tanah. Daerah yang memiliki
banyak ketersediaan emas tentu saja harus menjadi basis atau sumber pencarian dan pengolahan
limbah hasil eksplorasi emas. Daerah-daerah inilah yang kemudian menjadi daerah-daerah
tambang emas yang mungkin saja alam dan lingkungannya dapat rusak karena adanya kegiatan
penambangan emas ini.

Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek negatif.
Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan emas dan pengolahan emas
akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kasus pencemaran limbah akibat
penambangan emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya
pencemaran logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing)
seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan
pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya
seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun yang

40
terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan dan tatacara
pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan
Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih banyak ditemukan terjadinya pencemaran
akibat limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping proses pengolahan
limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup besar.Logam berat adalah logam yang massa
atom relatifnya besar, kelompok logam-logam ini mempunyai peranan yang sangat penting
dibidang industri misalnya : Kadmium Cd digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang.
Kromium Cr untuk pemberi warna cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt Co
untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat
listrik. Nikel Ni untuk bahan baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery
atau Accu pada mobil. Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas
sehingga banyak digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan
pengisi termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat yang tidak mungkin saya
sebutkan semuanya disini. Hanya sangat disayangkan disamping begitu banyak kegunaannya,
kelompok logam-logam berat ini sangat beracun misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain.
Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini
masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam
berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin
meningkat. Jika jumlahnya telah cukup besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai
terlihat, biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal yang
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di
tanah, peraian ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung
limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena
banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke
udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara
membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya
memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini
lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan
lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.

Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai alat
pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang akan diolah, ditanami dengan
tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar
tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini
sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization, yaitu
polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman, Phytostimulation : akar tanaman
menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosphere, Phytodegradation,
yaitu tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang
atau akarnya untuk sementara waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di jaringan
tanaman terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa
yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan Rhizofiltration, yaitu polutan
diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hydroponic.

Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat
melepaskan zat carriers yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang
berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya

41
pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah dan
dapat dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lama dan
diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek sehingga
tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah dipanen,
tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani secara
khusus.

green.kompasiana.com/…/tambang-emas-di-indonesia-dan-cara-pengolahan-limbahnya//

2.17 Enam Jenis Barang Tambang Mineral Dikenakan Bea Keluar Progresif

Kementerian Keuangan telah mengeluarkan regulasi turunan dari Undang-Undang (UU) no.4
tahun 2009 mengenai pelarangan ekspor bahan tambang mineral mentah berupa Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) yang di dalamnya mengatur enam jenis bahan yang dikenakan bea
keluar progresif. Penetapan PMK yang belum diungkapkan nomernya ini merupakan kompromi
pemerintah terkait dengan adanya protes dari kalangan pengusaha tambang mineral karena tidak
siap mengolah bahan mentah dengan berbagai alasan. Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Kemenkeu Andin Hadiyanto menjelaskan enam barang hasil tambang itu antara lain konsentrat
tembaga yang kadarnya di atas 15%, konsentrat besi yang kadarnya di atas 62% dan di atas 10%,
konsentrat mangan yang kadarnya di atas 49%, Konsentrat timbal yang kadarnya di atas 57%,
konsentrat seng yang kadarnya di atas 52% dan konsentrat besi iluminante yang kadarnya di atas
58% serta konsentrat titanium yang kadarnya di atas 58%. Regulasi ini akan berlaku selama tiga
tahun, hingga ekspor bahan mentah dilarang sepenuhnya pada 2017.

“Jadi bea keluar (progresif) dikenakan untuk hasil tambang yang boleh diekspor,” ujar Andin di
kantornya, Jakarta, Senin (13/1). Lebih lanjut Andin menjelaskan, untuk konsentrat tembaga
yang kadarnya di atas 15%, pada semester pertama dikenakan bea keluar 25% yang akan berlaku
tetap selama 2014, pada 2015 tarif bea keluar tersebut naik jadi 30% pada semester I, 40% pada
semester II, pada 2016 tarif tersebut naik jasi 50% pasa semester I dan jadi 60% pada semester
II. Sedangkan untuk hasil tambang lainnya, tarif bea keluar yang dikenakan sebesar 20% dengan
kenaikan serupa hingga mencapai 60% pada semester II 2016. Regulasi ini dinilai cukup positif
karena masih memberikan kelonggaran pada industri domestik untuk meningkatkan proses
produksi yang lebih tinggi.

“Semuanya ujungnya 60% di semester akhir 2016. Di 2017 itu sudah tidak ada lagi ekspor bahan
mentah, 12 Januari 2017. Ini seper kejadian di Bea Keluar Kakao dan CPO, sehingga begitu
dikenakan BK, investor naik lagi,” imbuhnya. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan PMK
tersebut merujuk Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri ESDM yang mengatur
definisi terkait pemurnian dan pengolahan bahan mentah mineral. Regulasi ini diklaim tetap
berdasarkan filosofi UU yang melarang adanya ekspor bahan tambang mentah, seperti ore.
Dengan regulasi ini, para perusahaan tambang dipastikan akan terus meningkatkan pengolahan
dan pemurnian bahan mentahnya karena besaran tarif bea keluarnya terus melonjak. Sehingga
pada tahun ketiga sudah tidak ada lagi perusahaan yang melakukan ekspor barang tambang
setengah jadi itu.
“Jadi dalam periode barang yang ditentukan Kementerian ESDM itu, dalam tahun ketahun harus
meningkatkan itu dan dalam tahun ke-3 harus sudah full, pengolahan dan pemurniannya. Artinya

42
kalau itu di atas profit marginnya maka dia tidak akan boleh ekspor. Maka dia dipaksa untuk
membuat nilai tambahnya di sini,” jelas Menkeu. Menkeu mengakui regulasi ini memberikan
jalan keluar bagi perusahaan tambang mineral yang belum memiliki smelter. Namun dia
menegaskan, penetapan pajak tersebut bukan bertujuan meningkatkan penerimaan pemerintah,
melainkan pada peningkatan nilai tambah ekspor. Menurut Menkeu PMK tersebut bukan
merupakan kebijakan pelonggaran terhadap para perusahaan tambang mineral karena jika
melihat dari sisi tarif, besarannya lebih tinggi dari barang lainnya. Dia juga menegaskan Bea
Cukai siap melaksanakan regulasi tersebut karena sudah dilakukan rapat dan sosialisasinya pada
11 Januari lalu.
“Sewaktu PP ditandantangi, malam minggu itu rapat malam dengan Bea Cukai. Karena begitu
jam 00 mesti diberlakukan, makanya PMK nya 11 Januari saya tandatangani berlaku saat ini.
Selama ini aturan bea keluar juga sudah ada (jadi tidak masalah),” pungkasnya.

http://www.investor.co.id/home/enam-jenis-barang-tambang-mineral-dikenakan-bea-keluar-
progresif/75788

2.18 Proses Pemanfaatan dan Peranan Barang tambang

Bahan tambang dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun pemanfaatannya
antara lain sebagai berikut:

a. Besi dapat digunakan untuk membuat jembatan, jalan kereta api, kons truksi bangunan, dan
industri mobil.
b. Aluminium merupakan logam yang ringan dan kuat yang digunakan untuk membuat badan
pesawat terbang, kapal laut, alat dapur, perkakas rumah tangga, uang logam, dan sebagainya.
c. Timah digunakan sebagai bahan untuk membuat kaleng, tube, bahan pelapis besi agar tidak
berkarat dan untuk patri. Logam ini sangat lunak sehingga dapat dibuat sangat tipis hampir
serupa dengan kertas. Kertas timah dipakai untuk pembungkus rokok dan permen.
d. Nikel untuk bahan campuran dalam industri besi baja agar kuat dan tahan karat.
e. Tembaga untuk bahan kabel dan industri barang-barang perunggu dan kuningan.
f. Emas dan perak untuk bahan perhiasan.
g. Seng dan Plumbum untuk atap rumah dan industri rumah tangga.
h. Intan sebagai bahan perhiasan dan pemotong kaca.
i. Minyak bumi untuk penerangan rumah, tenaga penggerak mesin pabrik, untuk bahan bakar
kendaraan bermotor.
j. Gas alam untuk bahan bakar rumah tangga dan industri.
k. Batu bara sebagai bahan bakar pemberi tenaga dan bahan mentahuntuk cat, obat-obatan, wangi
wangian, dan bahan peledak.
l. Batu gamping dan batu kapur banyak digunakan untuk bahan ba ngunan, bahan utama
pembuatan semen dan bahan ikutan pada peleburan bijih besi. Kapur juga berguna untuk pupuk
bagi tanah yang kekurangan zat kapur. Tanah semacam ini banyak dijumpai di daerah bekas
rawa.
m. Yodium untuk campuran obat penyakit gondok.
n. Belerang untuk campuran obat penyakit kulit.
o. Fosfat digunakan untuk bahan bakar industri pupuk.
p. Tanah liat merupakan bahan dasar untuk pembuatan batu bata dan gerabah.
43
q. Kaolin sebagai bahan pembuat porselin dan keramik.
r. Pasir kuarsa merupakan bahan untuk membuat kaca, gelas, dan piring.
s. Batu granit untuk bahan bangunan.
t. Platina (emas putih) untuk perhiasan.
u. Wolfram untuk industri listrik.
v. Tras untuk bahan semen.
w. Batu pualam (marmer) untuk lantai dan pelapis baja.
x. Batu gips untuk industri kecil dan untuk membuat alat peraga bidang kedokteran.
y. Asbes berguna untuk industri bangunan (atap rumah).

2.19 Peranan Tambang Dalam Pembangunan Indonesia

Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya raya akan bahan tambang. Bahan tambang di
Indonesia ditemukan di darat dan di laut. Untuk mendapatkan serta mengolah bahan tambang
tersebut diperlukan banyak modal, tenaga ahli, dan teknologi tinggi. Pemerintah menghimpun
kesemuanya ini dari dalam maupun dari luar negeri.

Peranan barang tambang dan bahan galian dalam pembangunan Indonesia sebagai
berikut.
a. Mengurangi pengangguran karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja.
b. Menambah pendapatan negara karena bahan tersebut dapat di ekspor ke luar negeri.
c. Memajukan industri dalam negeri.
d. Memajukan bidang transportasi dan komunikasi di Indonesia.

Pertambangan secara besar-besaran di Indonesia dengan peralatan modern, baru dilaksanakan


untuk bahan tambang penghasil energi dan mineral logam. Usaha pertambangan dipegang oleh
pemerintah dan sebagian oleh perusahaan swasta. Hasilnya sebagian besar diekspor.
Penambangan mineral bukan logam dan batuan dilakukan oleh penduduk atau perusahaan
setempat, umumnya secara kecil-kecilan dan dengan peralatan sederhana. Produksinya belum
teratur dan hanya digunakan untuk keperluan dalam negeri

http://ssbelajar.blogspot.com/2012/04/jenis-proses-pemanfaatan-dan-peranan.html

BAB 3
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN

3.1 Pertimbangan Dalam Pertambangan

Pertimbangan Ekonomis

1. Cut Off Grade (COG) ,ada 2 pengertian dari cut off grade yaitu :1)kadar endapan bahan galian
terendah yang masih menguntungkan apabila ditambang,2)kadar rata-rata terendah yang masih
menguntungkan apabila ditambang. Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau

44
besarnya cadangan serta menentukan perlu tidaknya dilakukan pencampuran (mixing/blending)
antara endapan bahan galian yang berkadar tinggi dengan berkadar rendah
2. Break Even Stripping Ratio (BESR),yaitu perbandingan antara biaya biaya penggalian endapan
bijih (ore) dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden)

Pertimbangan Teknis
1. Penentuan ultimate pit limit, yaitu batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang
masih diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman.
2. Pertimbangan struktur geologi yang dominan yang terdiri dari 1) perlapisan dan
perlipatan,2)sesar dan patahan,3)cleavage.
3. Pertimbangan geometri yang terdiri dari 1)geometri jenjang,2)jalan tambang
4. Stripping ratio (SR) yaitu perbandingan antara jumlah bijih yang harus dipindahkan dengan
jumlah batuan penutup (overburden)
5. Pertimbangan hidrologi dan hidrogeologi,yaitu berupa sungai,air permukaan (air hujan) dan air
tanah. Penanganannya dapat berupa mine drainage (mencegah air masuk kedalam tambang) dan
mine dewatering(mengeluarkan air yang telah masuk kedalam tambang)

Sumber : http://endah121.blogspot.com/2010/01/pengertian-tambangtahap-tahapnya.html

3.2 Tahap-Tahap Kegiatan Usaha Pertambangan dan Pertimbangan Dasar Rencana


Penambangan

Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi tugas-tugas yang dilakukan untuk mencari,
mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian mengolah sampai bisa bermanfaat
bagi manusia.Secara garis besar tahap-tahap kegiatan dalam usaha pertambangan adalah sebagai
berikut.

Setiap melakukan tahap-tahap kegiatan usaha pertambangan, pengusaha harus memiliki surat
keputusan pemberian Kuasa pertambangan (KP) Surat izin Penambangan Daerah (SIPD) yang
sesuai dengan tahap kegiatan yang dilakukan.

1. Penyelidikan Umum

Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan untuk mencari dan
menemukan endapan bahan galian. Kegiatan penyelidikan umum dilakukan dengan tujuan
mencari komoditas bahan galian tertentu maupun di lokasi tertentu, artinya penyelidikan hans
difokuskan pada (tipe/jenis) bahan galian yang spesifik atau pada area yang spesifik
(wilayah/Negara) dan mempelajari keadaan geologi secara umum untuk daerah yang
bersangkutan berdasarkan data permukaan.

2. Eksplorasi

Merupakan kegiatan lanjutan dari penyelidikan umum yang bertujuan untuk mendapatkan
kepastian tentang endapan bahan galian tersebut yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan,
kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik endapan bahan galian dan batuan
samping.

45
3. Studi Kelayakan

Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai
penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau
tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan
memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup.

4. Persiapan penambangan

Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan yang antara lain
meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon, penupasan tanah penutup, pembangunan
kantor, gedung, bengkel, dll.

5. Penambangan

Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan
mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke permukaan untuk
dimanfaatkan.

6. Pengolahan Bahan Galian

Adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kadar atau mempertinggi mutu bahan
galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau
sebagai bahan baku untuk industri lain. Keuntungan lain dari kegiatan ini adalah mengurangi
jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi ongkos pengangkutan.

7. Pengangkutan

Adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau pengolahan dan
pemurnian dari daerah penambangan atau tempat pengolahan dan pemurnian ke tempat
pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari bahan galian tersebut.

8. Pemasaran

Adalah kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan dan


pengolahan bahan galian.

3.3 Pertimbangan Dasar Rencana Penambangan

*Pertimbangan Ekonomis, Pertimbangan ekonomis meliputi :

1) Cut off Grade

Ada 2 (dua) pengertian tentang cut off grade, yaitu :

46
a. kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan apabila ditambang.
b. kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan keuntungan
apabila endapan tersebut ditambang. Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau
besarnya cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan pencampuran (mixing/blending)
antara endapan bahan galian yang berkadar tinggi dengan yang rendah.

2) Break Even Stripping Ratio (BESR)

Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan digunakan, apakah tambang
terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka dipelajari break even stripping ratio (BESR), yaitu
perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya pengupasan tanah
penutup (overburden/OB) atau merupakan perbandingan selisih biaya penambangan bawah tanah
dan penambangan terbuka dengan biaya pengupasan secara tambang terbuka. BESR ini juga
disebut over all strippig ratio.

Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp. 18.000/ton bijih, biaya
penambangan secara tambang terbuka = Rp. 2000/ton bijih dan ongkos pengupasan tanah
penutup = Rp. 3500/ton overburden. Maka untuk memilih salah satu sistem penambangan
digunakan rumus BESR(1).

Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih rendah dari 4,57
yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan menguntungkan. Jadi 4,57 adalah BESR
(1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut di
atas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam rangka
pengembangan rencana penambangan digunakan BESR (2) dengan rumus sebagai berikut.

BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar keuntungan yang
dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara tambang terbuka.
Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0,80 %, 0,75 % dan 0,60 % Cu adalah
sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel II.1 bila harga logam Cu = Rp. 2.500/lb,
ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai BESR 1,8 : 1, kadar 0,70 %
mempunyai BESR 1,1 : 1 dan kadar 0,60 % Cu mempunyai BESR 0,6 : 1. Demikian selanjutnya
untuk harga metal Rp. 3.000/lb dan Rp. 3.500/lb Cu juga dihitung BESR-nya.
Setelah itu, masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan untuk berbagai harga
logam Cu, kemudian dapat dibuat grafik BESR vs harga jual untuk masing-masing kadar Cu.

Selain itu BESR(3) biasanya juga dihitung berdasarkan keuntungan maksimum yang akan
diperoleh, yaitu :

Sehingga secara umum yg mempengaruhi tinggi rendahnya BESR adalah :

- kadar logam dari bijih yang akan ditambang

- harga logam di pasaran

47
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat mengakibatkan perluasan
tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya jika harga logam turun, maka jumlah cadangan
akan berkurang. Sehingga secara umum pertimbangan ekonomis meliputi :

1) Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan) dinyatakan dalam
Rp/ton bijih.

2) Ongkos produksi è sampai dengan barang tambang siap dijual (Rp/ton bijih).

3) Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam Rp/ton bijih.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai untuk mengetahui apakah rancangan
tambang tersebut menguntungkan/ tidak.

Pertimbangan Teknis

Pertimbangan Teknis meliputi :


1) Penentuan ultimate pit limit
2) Pertimbangan struktur geologi yang dominan
3) Pertimbangan geometri
4) Striping ratio
5) Petimbangan hidrologi dan hidrogeologi
Penentuan ultimate pit limit

Ultimate pit limit adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang masih
diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman. Dengan demikian maka faktor-
faktor yang mempengaruhi Ultimate pit limit /batas akhir ini adalah :

• BESR yang masih diijinkan/menguntungkan

• Kekuatan batuan pembentuk lereng yang meliputi sifat fisik & mekanik serta keberadaan
struktur geologi.

3.4 Pertimbangan struktur geologi yang dominan

Struktur gologi yang mempengaruhi dalam perancangan suatu tambang terbuka antara lain
adalah :
- perlapisan dan perlipatan (sinklin dan antiklin)

- sesar dan patahan

- cleavage, Adanya daerah perlapisan, perlipatan, sesar dan patahan akan mempengaruhi batas-
batas daerah yang akan ditambang (geometri dari daerah penambangan). Adanya struktur geologi
yang menyebabkan adanya zona lemah akan membatasi daerah pit penambangan yang
dipengaruhi oleh sifat material yang berada di sekitar zona lemah tersebut.

Pertimbangan Geometri

48
Cadangan bijih yang akan ditambang dengan cara teknik tambang terbuka sangat dipengaruhi
oleh beberapa aspek meliputi ukuran, bentuk, orientasi dan faktor kedalaman dari permukaan
dari cadangan bijih tersebut. Keadaan topografi mencakup daerah pegunungan sampai daerah
dasar lembah. Oleh karena itu terdapat beberapa pertimbangan geometri yang harus diperhatikan.
Adapun pertimbangan geometri yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

1) Geometri jenjang

Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah yang disebut dengan jenjang/bench.
Pertimbangan-pertimbangan yang akan dipakai dalam menentukan geometri jenjang (w=lebar,
l=panjang, dan h=tinggi) :

- Sasaran produksi harian è sasaran produksi tahunan.

- Harus mampu menampung alat-alat/peralatan yang dipakai untuk bekerja (working bench).

- Masih sesuai dengan ultimate pit slope

Salah satu contoh cara menentukan geometri jenjang yang dapat diterapkan adalah cara
penentuan geometri jenjang berdasarkan US Army Engineer

Lebar jenjang minimum = Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb

keterangan:
Y = lebar jenjang untuk peledakan, (m).

Wt = lebar alat angkut, (m).

Ls = panjang alat muat tanpa boom, (m).

G = floor cutting radius, (m).

Wb = ½ Y = Lebar tumpukkan hasil peledakan, (m).

Sedangkan tinggi jenjang yang dibuat (tergantung kemampuan alat gali, biasanya shovel )
dihitung berdasarkan :

Tinggi jenjang maximum = Hmax = 1,2 Cd + 30 (tertinggi pada ideal), ft. Tinggi jenjang
optimum = Hop = 1,8 Cd + 18 (angka tertinggi sesuai dengan medan kerja), ft.
keterangan :
Cd = kapasitas mangkok, ft.

2) Jalan tambang

Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik itu jalan masuk ke
dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian yang ditambang ataupun juga

49
jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan penutup. Geometri dari jalan akan
mempengaruhi bentuk geometri daerah penambangan secara umum. Geometri dari jalan tersebut
meliputi lebar dan kemiringan jalan (biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan dalam
operasi penambangan).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a) Iklim

Daerah lpenambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk iklim tropis, terdapat 2 musim
yang berpengaruh yaitu musim hujan dan musim kemarau yang akan mempengaruhi produksi.
Penurunan produksi dapat terjadi pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan keadaan
jalan angkut akan licin atau lengket dan berbahaya untuk dilalui. Sedangkan pada musim
kemarau, jalan menjadi berdebu yang akan mempengaruhi pandangan pengemudi.

b) Tanah dasar

Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan kondisinya, meliputi batas Atterberg
(batas cair, batas plastis) dan golongannya (misalnya menurut Unified Soil Classification
System). Kegunaannya untuk menentukan kekuatan daya dukung tanah.

c) Bahan pekerasan local

Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh dari sekitar lokasi penambangan. Batu
untuk bahan perkerasan jalan boleh langsung dipergunakan tanpa melalui preparasi. Batu
hendaknya dipecahkan sebagai fraksi berukuran 5-7,5 cm.

d) Kemiringan (grade)

Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil kemiringan optimum. Faktor


gravitasi hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin.

e) Lebar jalan

Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat satu jalur, dua jalur atau lebih.

f) Fungsi jalan

Menurut fungsinya jalan dibedakan menjadi :

- Jalan pengangkutan utama (main haulage road), yaitu jalan yang menghubungkan setiap stasiun
penyaringan ke pabrik pengolahan atau tempat penimbunan.

- Jalan tambang (mine road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah penambangan dengan
stasiun penyaringan.

50
- Jalan pembuangan (disposal road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah pengupasan
dengan daerah pembuangan.

- Jalan pengupasan (stripping road), yaitu jalan yang melayani aktivitas pengupasan tanah
penutup dan sifatnya hanya sementara.

g) Jenis dan kapasitas kendaraan yang melalui jalan.

3) Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan)

Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency) dalam kegiatan
penambangan adalah dengan istilah Stripping Ratio atau nisbah pengupasan. Stripping ratio (SR)
menunjukkan jumlah overburden yang harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih yang
diinginkan. Ratio ini secara umum diberikan dalam persamaan berikut. Dalam hal ini unit satuan
yang lain juga dapat digunakan. Dalam kegiatan strip coal mining maka perhitungan stripping
ratio adalah sebagai berikut. Ratio antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu
unit satuan tertentu berguna untuk tujuan design perancangan. Sebagai contoh, ratio ini
didefinisikan sebagai berikut.

Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih mempunyai density yang
sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai yang sama dengan perhitungan SR
sebelumnya. Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai
BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh
bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah sampai nilai BESR dicapai
dalam perhitungan stripping ratio.

3.5 Pertimbangan Hidrologi Dan Hidrogeologi

Kondisi hidrologi dan hidrogeologi dari suatu daerah yang akan dijadikan sebagai daerah
tambang terbuka akan sangat berpengaruh dalam proses perancangan tambang. Kondisi hidrologi
dan hidrogeologi tersebut dapat berupa sungai, air permukaan (akibat curah hujan) dan air tanah.
Kondisi-kondisi tersebut akan menjadi pertimbangan teknis dalam perancangan terbuka karena
dengan adanya sungai (misalnya terdapat sungai yang besar di suatu daerah yang akan di
tambang) akan menjadi batas penambangan di daerah tersebut. Hal tersebut (kondisi hidrologi
dan hidrogeologi) akan menjadi perhatian dalam proses penambangan selanjutnya. Penanganan
masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Mine drainage , merupakan suatu upaya untuk mencegah masuk mengalirnya air ke tempat
pengaliran. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari
sumber air permukaan (sungai, danau dan lain-lain.

b. Mine dewatering, merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke tempat
penggalian, terutama untuk penanganan air hujan. Sumber utama air permukaan pada suatu
tambang terbuka adalah air hujan. Curah hujan yang relatif tinggi akan berakibat pentingnya
penanganan air hujan yang baik agar produktivitas kegiatan penambangan tidak menurun.
Penanganan masalah air permukaan ini biasanya dapat dilakukan dengan membuat saluran air

51
dan sumuran. Saluran air berfungsi untuk mengalirkan air permukaan sedangkan sumuran
berfungsi untuk menampung air permukaan dan selanjutnya dipompa ke luar tambang sehingga
kemajuan kegiatan penambangan dapat terus dilakukan.

http://himatto.wordpress.com/2011/05/15/tahapan-kegiatan-pertambangan/

3.6 Konsep Dasar Aspek Teknis Dalam Tambang Terbuka Untuk Batubara
Pemilihan metode penambangan didasarkan pada keuntungan terbesar yang akan diperoleh,
bukan berdasarkan letak dangkal atau dalamnya suatu endapan, serta mempunyai perolehan
tambang (mining recovery) yang terbaik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penambangan adalah sebagai berikut.
1) Karakteristik spasial dari endapan
a. Ukuran (dimensi : tebal dan penyebaran)
b. Bentuk (merata, lensa, splitting)
c. Attitude (inklinasi dan dip)
d. Kedalaman (nilai: rata-rata dan ekstrim, nisbah pengupasan)
2) Kondisi geologi dan hidrogeologi
a. Topografi
b. Parameter kualitas batubara (cv, total moisture, ash content, sulphur content)
c. Struktur geologi (lipatan, patahan, diskontinu, intrusi)
d. Bidang lemah (kekar, retakan, rekahan dalam batubara)
e. Keseragaman, oksidasi, erosi
f. Air tanah dan hidrologi
3) Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan batuan
sekelilingnya
a. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah Poisson, dan lain-lain)
b. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten
e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas bawaan, lengas
bebas)

52
4) Konsiderasi ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembalian dan
keuntungan
a. Cadangan (tonase dan kualitas)
b. Produksi
c. Umur tambang
d. Produktivitas
e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok
5) Faktor teknologi
a. Perolehan tambang
b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan batubara)
c. Ke-fleksibilitas-an metode dengan perubahan kondisi
d. Selektifitas metode untuk batubara dan waste
e. Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi
6) Faktor lingkungan
a. Kontrol bawah tanah
b. Penurunan permukaan tanah
c. Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol kualitas, kontrol panas dan kelembaban)
d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan keselamatan, kehidupan, kondisi
permukiman)
Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan suatu endapan mineral tertentu
adalah merancang suatu sistem eksploitasi yang paling cocok di bawah suatu lingkungan yang
aktual (Hamrin, 1982).

3.7 Konsep Dasar Perencanaan Tambang

Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan serta urutan teknik
pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan.
Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:
9. Perencanaan strategis yang mengscu kepada sasaran secara menyeluruh, strategi
pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.
10. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk
mencapai sasaran.

53
Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan akan
berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan
pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program-
program kegiatan yang sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan
penambangan disebut rancangan teknis penambangan. Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan
karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang khususnya
tambang bijih nikel.

Perencanaan tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam serangkaian
kegiatan penambangan. Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang adalah sebagai panduan
utama dari seluruh kegiatan penambangan guna mencapai kegiatan penambangan yang efektif,
efisien, produktif dan aman.
Berdasarkan perencanaan tambang tersebut, kegiatan tambang akan memperoleh manfaat
sebagai berikut :

1. Menambang batubara dengan biaya produksi persatuan berat batubara adalah minimal.
2. Mengupayakan operasi penambangan berjalan lancar dan aman.
3. Mengupayakan selalu tersedia stock batubara untuk mencegah jika terjadi kesalahan data
eksplorasi.
4. Selalu siap terhadap perubahan strip tanpa pengerahan peralatan, tenaga, schedule
produksi.
5. Operasi berjalan logis sejak schedule awal (pelatihan tenaga, peralatan, logistic, dll). Hal
ini untuk memperkecil resiko penundaan posisi cash flow positif.
6. Memaksimalkan rancangan lereng pit sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
kelongsoran.
7. Upayakan pencapaian keuntungan ekonomi pada kondisi produksi yang wajar.

Guna mencapai manfaat positif tersebut di atas, maka pada tahapan perencaaan tambang ini
harus mempertimbangkan beberapa point berikut yang merupakan faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi jalannya operasional penambangan, yaitu :

1. Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).


2. Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).
3. Cut of Grade/Optimum Pit Limit.
4. Penentuan metoda Penambangan.
5. Pembuatan Layout tambang & Design.
6. Perhitungan Blok Cadangan.
7. Pembuatan Schedule Produksi.
8. Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.
9. Penentuan Urutan (sequence) Tambang.
10. Penentuan System Drainase.
11. Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.

Batubara asalan yang baru saja ditambang dari front tambang selanjutnya di timbun sementara di
ROM, yaitu stockpile mini tambang. Penimbunan batubara ini dilakukan secara terpisah untuk
masing-masing lapisan batubara yang berbeda. Hal ini mengingat satu lapisan batubara

54
mempunyai spesifikasi kualitas yang berbeda dengan lapisan batubara yang lainnya.
Adapun kegiatan pemisahan timbunan batubara tersebut dilakukan oleh alat berat jenis loader.
Dimana unit loader ini mempunyai karakteristik lincah dalam bermanuver ke arah 90 derajat dan
mempunyai bucket yang berkapasitas besar. Dengan demikian dengan luasan ROM yang
terbatas, dapat menampung timbunan stock batubara dalam jumlah yang besar.

Kegiatan pengangkutan batubara di menganut sistem kerja kemitraan, yaitu pihak perusahaan
memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal yang memilki armada angkutan batubara
(hauling) dapat ikut ambil bagian dalam melaksanakan kegiatan hauling ini. Unit hauling ini
berupa dump truck engkel (berkapasitas 17 ton) dan tronton (berkapasitas 22 ton).
Mengingat armada hauling ini berjumlah banyak, maka dibentuklah beberapa kelompok
pengelolaan, yang dikenal dengan istilah “Kode”. Pengelola kode bertanggungjawab atas
kelancaran dan keamanan operasional hauling dari dump truck yang menjadi anggotanya.
Sedangkan pihak perusahaan hanya berhubungan dengan beberapa pengelola kode tsb, baik
terkait hal teknis (tata cara hauling dan penerapan aspek K3) maupun non teknis.
Kegiatan hauling ini dimulai dari pemuatan batubara asalan ke dump truck di ROM, kemudian
berjalan melalui jalan tambang sejauh 43 km menuju stockpile pelsus Mandiri / pelsus DTBS /
pelsus IKM (lokasi ketiga pelsus tersebut adalah berdampingan) dan menimbunkan stock
batubara asalan ini di stockpile pelsus tersebut.
Pemilihan jenis tambang ini ditentukan oleh beberapa hal yang antara lain berupa :

 Stripping Ratio (SR) / Nisbah kupasan yang ekonomis pada saat itu. Pengertian dari
stripping ratio adalah : Perbandingan jumlah tanah kupasan penutup batubara dalam
satuan meter kubik padat (baca BCM) yang harus dibuang untuk menghasilkan 1 ton
batubara. Dapat disebut juga dengan rasio kupasan (dengan batubara) pada tambang
batubara terbuka.
 Metoda penambangan, antara lain misalnya direct digging, direct dozing, ripping, drilling
dan blasting, truck dan shovel, dragline system, conveying, dll.
 Teknologi yang akan digunakan. Hal ini akan disesuaikan dengan metode penambangan
yang dipilih.
 Lingkungan dan AMDAL, mengingat kegiatan tambang ini pasti membawa dampak
negatif terhadap lingkungan disekitar areal tambang.
 Keahlian sumber daya manusia yang bekerja sebagai pekerja tambang, baik bidang
teknis, K3 dan non teknis.
 Ketersediaan modal, mengingat kegiatan pertambangan memerlukan biaya investasi dan
operasional yang memilih jenis tambangnya berupa tambang terbuka. Secara umum,

55
pemilihan ini didasarkan pada tingkat SR yang rendah, metoda penambangan yang
sederhana, teknologi yang digunakan berupa unit heavy equipment dan dump truck
berkapasitas kecil, serta ketersedian modal perusahaan baik untuk investasi maupun
operasional.Cadangan batubara yang ada berbentuk multi seam dengan tebal seam total
sekitar 15 meter. Sedangkan pada saat ini cadangan batubara insitu masih sekitar 4.5 juta
ton.ata cara pengolahan yang dilaksanakan merupakan suatu proses penimbunan dan
perubahan bentuk dan/atau ukuran batubara dengan menggunakan peralatan mekanis,
yaitu crushing machine.

Hal ini berdasar pada :

 Kualitas batubara yang diproduksi telah bersih dari unsur pengotor.


 Nilai kalori batubara cukup bervariasi, dalam kisaran 5800 ~ 7000 Cal/kg (dipengaruhi
oleh level seamnya).
 Mempermudah penyediaan stock batubara dengan spesifikasi yang diperlukan oleh
pembeli/pasar.

Adapun mesin crusher yang digunakan berkapasitas 350 MT/jam dengan keluaran berupa 3
(tiga) macam ukuran batubara, berkisar antara 1mm - 50mm. Sedangkan unit pendukung
operasional mesin crusher ini meliputi :

1. Unit excavator, bertugas sebagai pemberi umpan batubara asalan ke hoper mesin crusher.
2. Unit wheel loader, bertugas sebagai alat penimbun kembali batubara masak di beberapa
titik penimbunan, yaitu sesuai dengan spesifikasinya.

Tahapan proses pengolahan batubara ini mulai dari batubara asalan (berbentuk tidak beraturan)
hingga menjadi batubara masak atau siap jual (berbentuk butiran yang seragam) dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Penimbunan batubara asalan secara terpisah dan berdasarkan seamnya.

56
2. Pembentukan ukuran batubara tertentu melalui proses crushing untuk setiap jenis seam
batubara atau penyatuan beberapa seam batubara yang mempunyai spesifikasi hampir
sama.
3. Penimbunan kembali batubara masak hasil proses crushing secara terpisah dan
berdasarkan spesifikasinya.

Stock batubara masak dari hasil pengolahan berupa beberapa stock penimbunan batubara yang
dibedakan berdasarkan bentuk/ukuran dan spesifikasi kualitasnya. Sehingga saat ada permintaan
pasar terhadap pengiriman batubara dengan kualifikasi tertentu, maka akan dapat dipenuhi
dengan melakukan proses pencampuran (blending) antar beberapa stock batubara yang telah ada.
Proses pencampuran batubara yang akan dikirim ke pasar dilakukan berdasarkan perbandingan
tertentu, yaitu disesuaikan dengan kualifikasi untuk setiap permintaan yang ada. Sehingga
produk akhir berupa stock batubara berkalori tinggi dengan spesifikasi detail yang berbeda-beda.

Kegiatan pengapalan batubara masak dilakukan dengan menggunakan system conveyor, yaitu
stock batubara masak diambil (sesuai spesifikasi permintaan pasar) dan diangkut oleh unit dump
truck dan didump ke hopper conveyor, untuk selanjutnya belt conveyor mengangkut batubara
hingga ke ujung jetty dan menuangkan batubara ke tongkang yang telah tersandar secara aman.
Jika kebetulan system conveyor ini mengalami kendala teknis, maka system pengapalan
penggantinya berupa system trucking, yaitu unit dump truck membawa muatan batubara dari
stockpile pelsus menuju ujung jetty dan naik masuk ke dalam tongkang dan menurunkan
muatannya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang hingga kapasitas muat tongkang
terpenuhi, yaitu sekitar lebih kurang 6.000 MT.

http://usilwae.blogspot.com/2012/04/jenis-tambang.html

3.8 Perhitungan Cadangan Bijih


Salah satu tahapan dalam melakukan perencanan tambang adalah melakukan prhitungan
cadangan. Untuk setiap blok atau lubang dalam bijih harus dihitung kualitas dan kuantitasnya
dengan baik. Dengan menggunakan data hasil perhitungan cadangan maka rencana produksi
dapat dibuat. Untuk mengetahui cadangan bijih nikel di Tanjung Buli dihitung dengan
menggunakan metode area of influence. Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah data
loging bor spasi 50 meter x 50 meter,dengan data elevasi terbaru. Untuk menghitung volume
cadangan maka didapat dengan mengalikan antara luas blok dengan ketebalan yang mengandung
bijih pada data log bor tersebut.
Volume = luas x tebal …………………………………….
Sedangkan menghitung tonnage cadangan diperoleh dari hasil kali volume blok dengan density
insitu.
Tonnage = Volume x Density ……………………………..…

Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang


Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat dua pertimbangan
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertimbangan Ekonomis

57
Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan ekonomis dalam
melakukan perencanaan tambang batubara,yaitu:
a. Nilai (value) dari endapan per ton batubara
b. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa bijih
nikel diluar ongkos stripping.
c. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui “stripping ratio”nya.
d. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping Ratio”.
e. Kondisi pasar
Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:
a. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)” Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada
akhir operasi penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih dalam
keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
-Stripping ratio yang diperbolehkan.
-Sifat fisik dan mekanik batuan
-Struktur Geologi
- Jumlah air dalam di dalam batuan
b. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi
c. Dimensi jenjang/bench
Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi jenjang juga
sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang
harus mampu menjamin kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang
ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang jenjang.
d. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah
penambangan.
e. Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan, kemiringan jalan,
jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh
alat angkut.
f. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:
- Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
- Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
g. Kondisi geografi dan geologi
● Topografi Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambanganyang
digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan
overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan
tambang.
● Struktur geologi, Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan
gerakan-gerakan tektonis.
● Penyebaran batuan
● Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya air dalam massa
ini akan menimbulkan tegangan air pori.

58
3.9 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan

Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga sistem penambangan
yaitu:
Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh kegiatan penambangannya
berhubungan langsung dengan udara luar. Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang
aktivitas penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah. Tambang bawah air (Under
water Mining). Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
● Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh dari permukaan.
● Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal
dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif aman.
● Pertimbangan teknis
● Pertimbangan Teknologi.
Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya, mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing serta sesuai dengan karakteristik dari endapan yang akan ditambang.
Khusus dalam penelitian ini akan dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka.
Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah metode open pit,
open mine, open cut, dan open cast.
Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas, bijih berasal dari penggalian
excavator baik dilakukan sendiri atau dengan kombinasi alat lain cara penggalian bijih nikel
yang digunakan pada metode penambangan open pit,open cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench) Sistem jenjang tunggal biasanya dipakai untuk
menambang bahan galian yang relatif dangkal dan memungkinkan unutk beroperasi dengan
jenjang tunggal. Tinggi jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya tergantung pada jenis
batuan yang ditambang. Ketinggian jenjang yang aman ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan pekerja dan peralatan. Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan
permukaan yang aman adalah apabila alat-alat yang berioperasi dan pekerja dalam kondisi tidak
aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapat kemungkinan akan runtuh/longsor.
Besarnya hasil produksi yang dihasilkan dengan jenjang tunggal sangat terbatas dan ditentukan
oleh kapasitas alat. Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan kerja (front).
b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench) Penambangan dengan jenjang bertingkat umumnya
digunakan untuk menambang bahan galian yang kompak (massive) dan endapan bijih tebal yang
sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan jenjang tunggal. Jenis
batuannya harus kuat dan keras agar dapat mendukung beban yang ada diatasnya. Kemiringan
lereng dapat dibuat lebih vertikal jika daya dukung batuan besar. Pit slope bervariasi antara 20º -
70º. Dari horizontal. Hal ini diaksud agar mendapatkan perolehan bijih yang lebih banyak lagi.
Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk mempertinggi faktor keamanan. Untuk
menghindari kecelakaan, beberapa cara dapat dilakukan yaitu dengan pembersihan bongkah-
bongkah batu yang menempel pada dinding jenjang, mengetahui daerah kritis, pengeringan, dan
memonitor pergerakan dan pergeseran. Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang
terbuka ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan, yaitu :
Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih. Sebelum
pengambilan bijih, terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas. Jumlah dari tanah penutup
harus diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai “Stripping Ratio”.
Jumlah Cadangan Bijih

59
Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan bijih yang dapat
ditambang (mineable). Dari jumlah bijih nikel hasil perhitungan cadangan tersebut terdapat
standar pengurangan yang digunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh mining recovery.
Standar pengurangan tersebut dapat berupa:
- Geologi factor
- Mining loss
- Dilution
Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio.
Batas penambangan ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak untuk diproduksi.
Cara penentuannya adalah dengan memisahkan daerah yang layak dalam masalah kadar,diman
kelayakan kadar adalah cut off grade (COG). COG adalah kadar rata-rata terendah yang asih
menguntungkan. Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung stripping ratio (SR). SR
adalah perbandingan antara volume tanah penutup yang dipindahkan per satuan berat bijih
(satuan m3/ton). Sehingga dengan mengetahui nilai SR, maka dari daerah yang sudah memenuhi
syarat COG dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar dari SR yang ditentukan perusahaan,
maka daerah tersebut tidak layak untuk diproduksi.

3.10 Rancangan Teknis Penambangan


Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan tambang. Rancangan
penambangan ini merupakan program penambangan yang akan dikerjakan dan telah diberikan
batas-batas dan aturan tegas yang harus dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari
keseluruhan perencanaan tambang tersebut. Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem
penambangan, maka dibuat suatu rancangan penambangan atau teknis pelaksanaan penambangan
tersebut. Analisa yang dibuat berupa metode penambangan yang akan diterapkan.
Persiapan Penambangan
Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas penambangan.
Persiapan penambangan ini berupa pembersihan areal yang akan ditambang (Land Clearing),
pembuatan jalan tambang, penanganan masalah air (drainase) dan pengupasan tanah penutup
(Stripping OB). Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan tahap awal pada kegiatan
penambangan. Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak
belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk ke tambang
atau pembuatan jalan angkut. Penanganan masalah air tambang mencakup pembuatan saluran,
sumuran, dan kolam pengendapan. Dimensi saluran, sumuran dan kolam pengendapan harus
dibuat sesuai dengan debit air yang ada sehingga air tambang tidak langsung mengalir ke air
bebas yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada
tanah penutup,biasanya dilakukan bersama-sama dengan clearing dengan menggunakan alat
bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup didorong ke
bawah ke arah yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
Desain Jenjang dan Analisis Kemantapan Lereng
Karena letak bijih berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh lapisan tanah
penutup, maka untuk mencapai lapisan bijih itu biasanya dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang
yang dibuat harus mampu menampung dan mempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada
saat aktivitas pengupasan tanah penutup dan pengambilan bijih. Dimensi suatu jenjang dapat
ditentukan dengan mengetahui data produksi yang diinginkan, peralatan mekanis yang
digunakan, material yang digali, jenis pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan

60
batas kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan sifat fisik
batuan unutk kestabilan lereng. Dimensi daripada jenjang adalah:
a. Panjang jenjang, Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari areal
penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang direncanakan. Pada dasarnya
adalah alat-alat mekanis yang digunakan mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver
dalam aktivitasnya.
b. Lebar jenjang, Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat
mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat angkut.Untuk menghitung lebar
jenjang minimum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Wmin = 2R +JP + C + JA ……………………….
Dimana:
W min = Lebar jenjang minimum
R = Radius putar alat muat excavator back hoe
JP = Jangkauan penumpahan BH
C = Lebar alat angkut
JA = Jarak aman
c. Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke puncak jenjang tersebut.
Tinggi jenjang dibuat tergantung dari faktor keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum
penggalian dari alat gali yang digunakan. Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan
sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi pada
suatu lereng. Lereng pada daerah penambangan dapat mengalami kelongsoran apabila terjadi
perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan gaya ini dapat terjadi karena
pengaruh alam atau karena aktivitas penambangan. Kemantapan lereng tergantung pada gaya
penggerak (driving force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan
(resisting force) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang gelincir
tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng.
Menurut prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor
keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Fk > 1 berarti lereng aman
Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang
Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabil
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lereng diantaranya adalah:
1. Geometri lereng
2. Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan
3. Struktur geologi
4. Pengaruh air tanah
5. Pengaruh gaya-gaya luar
6. Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan
7. Faktor waktu.
Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa bentuk atau cara. Hal ini yang
membuat analisa dari kemantapan lereng sangat penting menurut Hoek & Bray (1981),
klasifikasi longsoran dapat dibagi atas :
1. Longsoran busur

61
Bidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur lingkaran. Longsoran ini biasanya
terjadi pada lereng dengan batuan yang sudah mengalai pelapukan, tanah atau batuan yang ikatan
anatarbutirnya relatif lemah. Analisis kemantapan lereng dengan bentuk longsoran busur adalah
yang paling banyak dipakai terutama pada pekerjaan sipil dan pertambangan atau tambang
terbuka di daerah tropis.
2. Longsoran bidang (Plane failure) Pergerakan material pada jenis longsoran ini akan melalui
satu bidang luncur. Bidang luncur adalah bidang lemah pada lereng perlapisan, sesar, dan kekar.
Longsoran ini dapat terjadi jika terdapat bidang luncur dan arah bidang luncur relatif sejajar
dengan kemiringan lereng. Kemiringan lereng lebih besar dari sudut geser dalam dan terdapat
bidang bebas pada kedua sisi lereng.
3. Longsoran baji (wedge failure) Bidang luncur dari longsoran jenis ini merupakan dua bidang
lemah yang saling berpotongan. Arah pergerakan akan searah dengan garis perpotongan bidang
lemah tersebut.
4. Longsoran guling ( topling failure) Longsoran guling terjadi pada jenis batuan yang keras dan
pada batuan tersebut banyak terdapat bidang lemah yang relatif sejajar satu sama lain. Kondisi
yang memungkinkan terjadinya longsoran ini adalah jika kemiringan lereng berlawanan arah
dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Longsoran tanah pada daerah penambangan
diasumsikan bahwa:
a. Material yang membentuk lereng dianggap homogen dngan sifat mekanik akibat beban sama
ke segala arah
b. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur
c. Tinggi permukaan air pada lereng adalah jenuh sampai kering sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Untuk menganalisa keungkinan longsoran, ada beberapa macam cara yang digunakan. Salah satu
diantara cara yang digunakan adalah dengan menggunakan diagaram Hoek & Bray dimana tanah
dengan lima macam kondisi permukaan air tanahnya dibagi ke dalam lima diagram. Pemilihan
metode ini selain dan cepat hasilnya juga cukup teliti dan sering dipergunakan untuk tahap
perancangan.

3.11 Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan

Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya baik
dengan cara penggalian dengan enggunakan alat gali maupun dengan cara pemboran dan
peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan dapat dengan mudah dan cepat
dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah memuat material ke alat angkut.
Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point yang
bertujuan untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik itu
grizzly atau pada disposal area. Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh
masing-masing alat dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Partanto Projosumarto berikut:
a. Produksi alat gusur……………………
Dimana:
P(BD) = produksi bulldozer (ton/jam)
Fk = faktor koreksi (%)
BF = Blade faktor (%)
KB = kapasitas blade (m3)

62
SF = swell factor (%)
D = density (ton/m3)
b. Produksi alat muat/gali……………………….
Dimana:
P(BH) = produksi excavator back hoe (ton/jam)
Eff. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
FF = fill factor (%)
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)
c. Produksi alat angkut……………………
Dimana:
P(DT) = produksi dump truck (ton/jam)
Eff. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)\
FF = fill factor (%)
n = jumlah pengisian
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)
Penirisan Tambang
Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air yang masuk atau
menggenangi suatu daerah penambangan yang dapat aktivitas penambangan. Perkiraan air yang
masuk ke dalam tambang berasal dari air lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan.
Upaya yang dilakukan pada penirisan tambang ini diantaranya adalah:
Pembuatan drainage/saluran air Saluran air tambang berfungsi untuk mencegah air dari luar
tambang serta menampung air limpasan pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat yang
lain. Saluran air ini dibuat di luar areal penambangan.
Pemompaan
Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang tidak bisa dialirkan
langsung menuju saluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan air yang masuk kedalam tambang
maka dibuatlah suatu saluran penirisan dan pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi
penambangan dapat dihitung dengan menggunakan metode ”rasional” dengan persamaan sebagai
berikut:

Q = 0,278 x C x I x A …………………………
Dimana:
Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (m2)
Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan “Manning” berikut ini:
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A ………………………… (3.10)
Dimana:
Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik)
63
n = Koefisien kekerasan saluran
S = “gradien” kemiringan dasar saluran
A = Luas penampang
R = jari-jari hidrolis
Beberapa bentuk-bentuk saluran yaitu:
a. Bentuk penampang segitiga
Bentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal. Saluran bentuk ini tidak mudah digerus
oleh air. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pembuatannya.
b. Bentuk penampang segiempat
Bentuk saluran ini digunakan untuk debit air yang besar kelebihannya yaitu mudah dalam
pembuatannya dan biasanya dibangun pada bahan yang stabil misalnya kayu, batu dan lain-lain.
Kelemahannya adalah mudah terjadi pengikisan sehingga terjadi pengendapan pada dasar
saluran.
c. Bentuk penampang trapezium
Bentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga dan segiempat. Biasanya
digunakan untuk saluran yang berdinding tanah dan tidak dilapisi sebab stabilitas kemiringan
dinding dapat disesuaikan.Bentuk ini sering digunakan pada daerah tambang karena tahan
terhadap pengikisan dan mudah digunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap
pengikisan dan mudah dalam pembuatannya serta cocok untuk debit air yang besar.
Dan untuk menghitung dimensi saluran yang optimum dapat digunakan persamaan efisiensi
hidrolis:
A = (b + zh) h …………………............................................ (3.11)
1 + (z)2 …………………………………………. (3.12)P = b + 2h
R = A/P ……………………………………………………… (3.13)
Dimanan :
b = Lembar dasar saluran (m)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
R = jari-jari hidrolik (m)
Pembuatan sump / sumuranSumuran dibuat untuk menampung air yang masuk kedalam
tambang dan dibuat pada dasar bukaan kemudian dipompa keluar menuju kolampengendapan
atau settling pond yang lainnya. Setelah dari tambang tersebut diendapkan, sebagian
dipergunakan untuk keperluan tambang sebagian dialirkan ke laut sekitar.

http://mheea-nck.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-perencanaan-tambang.html

64
BAB 4
PERTAMBANGAN DI INDONESIA

4.1 Pertambangan yang ada di Indonesia

Negara Indonesia merupakan salah satu negara pemilik pertambangan terbesar di dunia. Adanya
lingkungan pertambangan ini masyarakat Indonesia selalu berlomba-lomba berada di dalamnya,
karena pertambangan merupakan perindustrian yang mendunia dan bagi masyarakat Indonesia
yang berkecimpung di dunia perindustria pertambangan ini merupakan suatu keberuntungan
tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Dimana bahan tambang digolongkan dalam beberapa jenis
tambang diantaranya logam, mineral industri, dan mineral energi, dengan demikian nilai harga
hasil bahan tambang ini sangatlah pantastik maka dari itu masyarakat khususnya masyarakat
Indonesia mempunyai nilai positif dalam hubungannya dengan dunia industri pertambangan.
Dunia pertambangan sering dianggap sebagai perusakan alam dan lingkungan, oleh karena itu
negara dengan memiliki tambang yang cukup besar seperti Indonesia sudah harus memiliki
pedoman standar lingkungan pertambangan.
Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Golongan A (bahan strategis) Bahan golongan A ini merupakan barang yang penting
bagi pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan
sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah. Contohnya:
minyak, uranium dan plutonium.
2. Golongan B (bahan vital) Bahan golongan B ini merupakan bahan yang dapat menjamin
hayat hidup orang banyak. Contohnya: emas, perak, besi dan tembaga.
3. Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital) Bahan golongan C ini merupakan
bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak.
Contohnya: garam, pasir, marmer, batu kapur dan asbes.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan

Anjayani, Eni.2009.Geografi kelas XI. Surakarta: PT. Cempaka Putih.


Utoyo, Bambang.2009.Geografi 2 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas XI Sekolah
Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: PT. Setia
Purna Inves - See more at: http://www.siswapedia.com/pengelolaan-sumber-daya
tambang/#sthash.yNZkx4lG.dpuf

Pertambangan merupankan suatu industri yang mengolah sumber daya alam dengan memproses
bahan tambang untuk menghasilkan berbagai produk akhir yang dibutuhkan umat manusia. Oleh
karena itu, bahan tambang merupakan salah satu icon yang sangat dibutuhkan oleh dunia saat ini,
dimana dengan berkembangnya zaman bahan tambang merupan kekayaan alam yang nomor satu
di Indonesia bahkan dunia sekalipun. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya bumi dan air
yang biasa disebut dengan bahan-bahan galian, dimana terkandung dalam pasal 33 ayat 3 tahun

65
UUD 1945 yang berbunyi “bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Amanat
UUD 1945 ini merupakan landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk
memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam, mineral dan energi yang dimiliki secara
optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Sejarah pertambangan dan energi di Indonesia dimulai dengan kegiatan pertambangan yang
dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan seizin penguasa setempat. seperti, Raja,
ataupun Sultan.

Pada tahun 1602 Pemerintah Belanda membentuk VOC , mereka selain menjual rempah-rempah
juga mulai melakukan perdagangan hasil pertambangan, pada tahun 1652 mulailah dilakukan
penyelidikan berbagai aspek ilmu kealaman oleh para ilmuwan dari Eropa. Pada tahun 1850
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dienst van het Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas
Pertambangan) yang berkedudukan di Batavia untuk lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi
dan pertambangan menjadi lebih terarah.

Menjelang tahun 1920, sesuai dengan rencana Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Bandung
sebagai ibukota Hindia Belanda, maka dilakukan persiapan untuk memindahkan kantor
Mijnwezen ke Bandung. Departement Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan
Umum) yang membawahi Mijnwezen dan menempati Gedung Sate. Pada tahun 1922, lembaga
Mijnwezen ini berganti nama menjadi Dienst van den Mijnbouw.

Pada Tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun gedung Geologisch
Laboratorium yang terletak di jalan Wilhelmina Boulevard untuk kantor Dienst van den
Mijnbouw dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. selanjutnya gedung ini dipergunakan untuk
penyelenggaraan sebagian dari acara Pacific Science Congress ke IV. Gedung ini sekarang
bernama Museum Geologi, yang berlamat di jalan Diponegoro No. 57 Bandung.

Selama Perang Dunia ke II, kerap dipergunakan sebagai tempat pendidikan Assistent Geologen
Cursus (Kursus Asisten Geologi), dengan peserta hanya beberapa orang saja diantaranya, Raden
Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut. Dua orang peserta pribumi itulah yang
kemudian menjadi pegawai menengah pertama di kantor Mijnbouw sejak tahun 1941 yang
dikemudian hari menjadi tokoh perjuangan dalam membangun kelembagaaan tambang dan
geologi nasional.

Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Mijnbouw dengan segala sarana dan dokunennya
diambilalih oleh Jepang dan namanya diganti menjadi Chisitsu Chosasho. Kantor Chisitsu
Chosasho tidak dapat berbuat banyak karena ketiadaan tenaga ahli dan anggaran. Tenaga aWl
Belanda pada awalnya masih dipertahankan tetapi kemudian diinternir, kecuali mereka yang
diperlukan oleh Jepang.

Proklamasi Kernerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agurus 1945 mengantarkan perubahan


yang sangat besar di segala bidang, termasuk bidang pertambangan. Setelah disiarkan melalui
radio. berita tentang proklamasi dapat diterima secara luas oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

66
Pegawai pribumi di kantor Chisitsu Chosasho yang sebagian besar masih muda, menerima berita
itu dan mereka langsung mempersiapkan diri untuk mengambil Iangkah yang diperlukan.

Pada tanggal 25 September 1945 keluarlah pengumuman dan Pemerintah Pusat yang
menyatakan bahwa semua pegawai negeri adalah pegawai Republik. Indonesia dan wajib
menjalankan perintah dari Pemerlntah Republik Indonesia. Dengan mengacu kepada perintah
Pemerintah Pusat itu Komite Nasional Indonesia Kota Bandung yang baru terbentuk, pada
tanggal 27 September 1945 malam mengumumkan lewat radio agar keesokan harinya semua
kantor dan perusahaan yang ada di Bandung diambil alih dari kekuasaan Jepang. .

Pada hari Jumat pukuI 11.00 tanggal 28 September 1945, sekelompok pegawai muda di kantor
Chisitsu Chosasho pun bertindak, mereka dipe1opori oleh Raden Ali Tirtosoewirjo. A.F. Lasut.
R. Soenoe Soemosoesastro dan Sjamsoe M. Bahroem yang mengambil alih dengan paksa kantor
Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang, dan sejak saat itu nama kantor diubah menjadi Poesat
Djawatan Tambang dan Geologi.

Keesokan harinya dibentuk Dewan Pimpinan Kantor yang terdiri dari tujuh orang, dan Raden Ali
Tirtosoewirjo ditunjuk sebagai pimpinannya. Selang beberapa hari terjadi pergantian pimpinan,
R. Soenoe Soemosoesastro yang semula menjabat sebagai wakil pimpinan. diangkat menjadi
pimpinan dan A. F. Lasut sebagai wakilnya. Beberapa minggu kemudian, terjadi lagi pergantian
pimpinan A. F. Lasut diangkat sebagai Kepala Poesat Djawatan dan R. Soenoe Soemosoesastro
sebagai Kepala Bagian Geologi. Sebagai pimpinan. A.F. Lasut pada tanggal 20 Oktober 1945
mengeluarkan pengumuman yang pertama bahwa semua perusahaan pertambangan ditempatkan
di bawah pengawasan Poesat Djawatan Tambang dan Geologi.

Tiga bulan kemudian, pada tanggal 12 Desember 1945. sebagian kantor Poesat Djawatan
Tambang dan Geologi, dipindahkan ke gedung Onderling Belang, di J1. Braga No.3 dan No. 8.
Bandung. karena terdesak oleh datangnya pasukan Belanda bersama pasukan Sekutu. Kantor
Poesat Djiawatan Tambang dan Geologi pun diduduki oleh pasukan Belanda.

Akibat serangan pasukan Belanda yang semakin gencar, pada tanggal 23 Maret 1946 kegiatan
Poesat Djawatan Tarnbang dan Geologi pindah dari Bandung ke Tasikmalaya, kemudian ke
Mage1ang, dan Tirtomoyo. Sedangkan yang masih tinggal di Tasikmalaya, pada tanggal 6
Desember 1946 menyusul mereka yang lebih dahulu mengungsi ke Jawa Tengah. Keterbatasan
dalam sarana kerja, memaksa Pimpinan Djawatan untuk memencarkan para pegawai ke berbagai
tempat. Sebagian ditempatkan di Borobudur, Muntilan, Dukun, dan Srumbung di kaki Gunung
Merapi. Untuk memudahkan hubungan dan menghimpun kembali para pegawai itu. maka
terbitlah Surat Kepumsan Menteri Muda Kemakmuran NO.902/T.O/J.O tanggal 20 Nopember
1947, yang memerintahkan agar Kantor Poesat Djawatan Tambang dan Geologi dan bagian-
bagiannya pindah ke beberapa tempat di Yogyakarta. Selama perang kemerdekaan. Desember
1945 – Desember 1949, kantor Poesat Djawatan Tambang dan Geologi dalam pengungsian dan
berpindah-pindah. Untuk mengembangkan Poesat Djawatan Tambang dan Geologi, A.F. Lasut
bersama dengan R. Soenoe Soemosoesastro membuka Sekolah Pertambangan-Geologi Tinggi
(SPGT), Sekolah Pertambangan-Geologi Menengah (SPGM), dan Sekolah Pertambangan-
Geologi Pertama (SPGP).

67
A.F. Lasut sebagai orang muda memiliki sifat tegas, menolak bekerjasama dengan Belanda. Pada
waktu Yogyakarta diduduki pasukan Belanda itulah AF. Lasut pada pagi han tanggal 7 Mer 1949
diculik oleh pasukan Belanda dari Tijger Brigade dari kediamannya di Pugeran, dibawa dengan
jip ke arah Kaliurang, dan kemudian dibunuh di daerah Sekip. yang sekarang masuk lingkungan
Kampus Universitas Gadjah Mada. Dan atas jasa-jasanya, A.F. Lasut kemudian dianugerahi
ge1ar Pah1awan Kemerdekaan Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No_
012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969. Dengan ditetapkannya A.F. Lasut sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional, maka memperkuat landasan bahwa pengambilalihan kantor Chisitsu
Chosasho pada tanggal 28 September 1945 merupakan peristiwa heroik yang penting bagi sektor
pertambangan dan energi. Pada tanggal 28 September 1945. juga terjadi pengambilalihan kantor
Jawa Denki Koza (Perusahaan Listrik Jawa) secara paksa oleh para pemuda. Dalam menetapkan
Hari Jadi Penambangan dan Energi, Menteri ESDM menerbitkan Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 1319 K/73/MEM/2006 tentang Tim Penyusunan Buku Sejarah
Pertambangan dan Energi kemudian diperbaharui dengan Keputusan No. 0147 K/73/MEM/200R
tanggal 14 Februari 2008. Setelah tim melakukan kajian di sektor Pertambangan dan Energi
ditemukan beberapa hal penting, yaitu: pertama. 28 September 1945, kedua, 7 Mei 1949, ketiga,
22 Februari 1952, keempat, 14 Oktrober 1960, kelima, 2 Desember 1967, keenam, 27 Oktober
1945, ketujuh, 3 Oktober 1953, kedelapan, 5 Oktober 1945, kesembilan, 26 Oktober 1960
(peristiwa pada semua tanggal tersebut termuat dalam Buku Sejarah Pertambangan dan Energi).
Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi diputuskan dalam Rapat Pimpinan (Rapim)
DESDM yang berlangsung pada tanggal 1 Nopember 2007 di Badan Geologi Bandung. diikuti
oleh para Pejabat Eselon I dan II DESDM dipimpin oleh Menteri Energi dan Surnber Daya
Mineral.

Berdasarkan hasil penetapan tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan
surat kepada Presiden No. 1349/04/ME~LS/2008 tanggal 26 Pebruari 2008 mengusulkan Hari
Jadi Pertambangan dan Energi untuk ditetapkan dalam Keputusan Presiden. Selanjutnya dengan
Keputusan Presiden Repub1ik Indonesia Nomor 22 tahun 2008 tanggal 27 September 2008
ditetapkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi adalah tanggal 28 September.

http://1902miner.wordpress.com/bfiabhfcbafhueceaj/

4.2 Pertambangan Indonesia Hadapi Dilema


Tunda Investasi atau Ubah Status Hutan Lindung

Sedikitnya 150 perusahaan tambang menunda investasi di Indonesia, karena wilayah


pertambangan yang sudah diberikan pemerintah ternyata ditetapkan sebagai kawasan hutan
lindung. Pemerintah menghadapi dilema, apakah fungsi hutan lindung akan diubah menjadi
hutan produksi, sebab harus memilih, mengubah kebijakan menjaga kelestarian hutan atau
membiarkan untuk usaha pertambangan terbuka dengan risiko kerusakan lingkungan.Persoalan
mandeknya investasi tambang akibat status hutan lindung, dipicu lahirnya Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 (UU No 41/1999) mengenai Kehutanan. Dalam UU tersebut sudah jelas
penegasan bahwa tidak boleh dilaksanakan pertambangan terbuka di atas hutan lindung.
Pada Pasal 19 UU No 41/1999, Ayat (1) disebutkan bahwa "Perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan hutan, ditetapkan oleh pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu";
Ayat (2) disebutkan "perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
68
yang berdampak penting dan cakupan luas, serta bernilai strategis, ditetapkan oleh pemerintah
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)"; Ayat (3) disebutkan bahwa "ketentuan
tentang tata cara perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah".
Dalam penjelasan undang-undang tersebut, disebutkan bahwa penelitian terpadu dilaksanakan
untuk menjamin obyektivitas dan kualitas hasil penelitian. Oleh karena itu, penelitian
diselenggarakan oleh lem-baga pemerintah yang mempunyai kompetensi dan otoritas ilmiah
bersama-sama dengan pihak lain yang terkait.
Sementara, yang dimaksud dengan berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai
strategis, adalah perubahan yang berpengaruh terhadap kondisi biofisik, seperti perubahan iklim,
ekosistem, dan gangguan tata air, serta dampak sosial ekonomi masyarakat bagi kehidupan
generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral (GSDM) Wimpy S Tjetjep, mengakui, sektor
pertambangan di Indonesia memang berada pada kondisi yang sangat sulit berkembang. Sektor
pertambangan mendapat tantangan yang sangat besar bukan hanya dari lembaga swadaya
masyarakat (LSM), namun datang dari pemerintah daerah (pemda) maupun departemen lain
yang terkait.
Namun, tertahannya investasi dari 150 proyek tambang baru dan perluasan tambang, hanya salah
satu masalah yang dihadapi oleh dunia pertambangan di Indonesia. Pada tahun 2001, industri
pertambangan Indonesia juga menghadapi tantangan baru, di antaranya tekanan masalah harga
mineral, situasi politik, ekonomi dan sosial yang berkelanjutan di Indonesia.
Bersamaan dengan ketidakpastian iklim perundang-undangan, tampaknya akan memberikan
dampak negatif kepada industri pertambangan secara keseluruhan. Peraturan yang tumpang
tindih, sering membuat pengusaha pertambangan kesulitan dalam melaksanakan kegiatannya.
Tidak dapat dimungkiri, perusahaan asing telah menjadi katalisator bagi pembangunan sebagian
besar dari industri pertambangan Indonesia. Sebagai catatan penting, pada tahun ini keputusan
tentang kasus divestasi PT Kaltim Prima Coal (KPC)-dimiliki bersama Rio Tinto dan BP-
kemungkinan akan menimbulkan konsekuensi yang luas kepada industri, maupun bagi Indonesia
dalam arti yang luas.
Masalah KPC yang dianggap dapat mengancam daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi
pertambangan, adalah masalah gugatan Pemda Kalimantan Timur terhadap KPC atas kasus
divestasi 51 persen saham KPC. Pemegang saham KPC menilai, langkah Pemda Kaltim yang
mengajukan gugatan perdata sebagai cermin dari ancaman investasi bagi investor asing di
Indonesia.
Direktur KPC, Lex Graefe, beberapa waktu lalu mengatakan, bila cara semacam ini terus dipakai
oleh pemda, tidak mustahil para investor akan hengkang. Selain mencemaskan investor, tindakan
tersebut juga dapat mengganggu jalannya investasi ke Indonesia di masa mendatang. Padahal,
tahun 2002 menjadi harapan, agar produksi tambang Indonesia dapat meningkat, khususnya
dengan adanya peserta baru yang akan memaksimalkan operasinya. Dengan cara memanfaatkan
kelebihan kapasitas industri, terutama di sektor batu bara dengan terjadinya perbaikan harga batu
bara dunia belakangan ini.

Namun, banyak persoalan, khususnya pada produksi batu bara yang terpengaruh kegiatan
penambangan tanpa izin (peti) yang jumlahnya belakangan ini meningkat secara signifikan di
Indonesia. Khususnya pada sektor timah dan batu bara, kecuali pemerintah segera memberikan
bantuan kepada perusahaan-perusahaan untuk mengatasi masalah ini.

69
Investasi dalam industri pertambangan Indonesia pada tahun 2002, juga diperkirakan akan
merosot dengan tajam, khususnya dalam pengeluaran untuk pengembangan dan untuk aktiva
tetap. Sementara itu, pengeluaran untuk eksplorasi dan studi kelayakan diperkirakan tetap berada
pada tingkat rendah yang telah dialami sejak tahun 1997.
Hal ini menjadi gambaran, kurangnya proyek baru dan keinginan perusahaan pertambangan di
Indonesia untuk memusatkan perhatian kepada operasi mereka yang telah mapan. Kondisi ini,
diperkirakan akan berlanjut sampai adanya kejelasan mengenai iklim perundang-undangan, serta
stabilnya situasi politik dan ekonomi Indonesia.
Dari survei yang dilakukan PricewaterhouseCoopers terhadap 32 perusahaan pertambangan yang
telah berproduksi, dan lebih dari 250 perusahaan eksplorasi yang terlibat dalam eksplorasi di
Indonesia selama tahun 1996-2000, menunjukkan pengeluaran industri tambang di Indonesia
oleh responden terus merosot pada tahun 2000. Dibandingkan dengan pengeluaran tahun 1999
sebesar 2,53 milyar dollar AS, pengeluaran tahun 2000 turun 3 persen menjadi 2,46 milyar dollar
AS.
Pengeluaran untuk eksplorasi dan studi kelayakan mengalami penurunan yang jauh lebih besar.
Pada tahun 1999 pengeluaran untuk sektor itu mencapai nilai sebesar 77,9 juta dollar AS, tahun
2000 turun sebesar 14 persen menjadi 67,3 juta dollar AS. Angka pada tahun 2000 itu
mencerminkan hanya 42 persen dari puncak pengeluaran untuk eksplorasi dan studi kelayakan
yang terjadi pada tahun 1996, tercatat pengeluaran eksplorasi dan studi kelayakan dalam tahun
1996-2000 mencapai 556,7 juta dollar AS.
Jumlah pengeluaran eksplorasi dan studi kelayakan responden dalam persentase terhadap
pengeluaran eksplorasi dunia tidak bergerak dari tahun sebelumnya, yaitu 2,9 persen. Dalam
masa lima tahun tersebut, pengeluaran eksplorasi Indonesia umumnya mengikuti kecenderungan
dunia dalam persentase yang hampir statis, berkisar 3,5 persen pada tahun 1996 sampai kepada
yang terendah 2,7 persen pada tahun 1997.
Menurunnya pengeluaran eksplorasi ini menimbulkan keprihatinan, karena keberhasilan jangka
panjang industri pertambangan Indonesia, bergantung kepada eksplorasi yang berkesinambungan
dan penemuan, serta pengembangan endapan baru. Tingkat keberhasilan eksplorasi terhadap
penemuan endapan yang ekonomis, beserta dengan lamanya proses penemuan sampai kepada
produksi, menekankan pentingnya kegiatan eksplorasi dewasa ini.
Pengeluaran untuk pengembangan dan aktiva tetap, mencapai 847,8 juta dollar AS pada tahun
2000, atau turun sebesar 482,5 juta dollar AS dari tahun sebelumnya. Pengeluaran untuk
pengembangan turun 48 persen menjadi 191,2 juta dollar AS dan pengeluaran untuk aktiva tetap
turun 32 persen menjadi 656,6 juta dollar AS, karena perusahaan pertambangan memusatkan
pengeluaran investasi mereka kepada proyek yang sudah "matang".
Program investasi utama yang dilaksanakan oleh perusahaan pertambangan dalam beberapa
tahun terakhir ini, di antaranya perluasan Grasberg oleh Freeport dan Rio Tinto sebesar satu
milyar dollar AS, perluasan fasilitas pengolahan Inco Soroako sebesar 0,6 milyar dollar AS dan
Proyek Batu Hijau Newmont, sebesar dua milyar dollar AS.
Tingkat investasi yang direncanakan pada tahun 2001 menunjukkan penurunan 55 persen dari
tingkat pengeluaran tahun sebelumnya, dan penurunan 36 persen dari pengeluaran aktual rata-
rata dalam lima tahun sebelumnya. Penurunan jumlah investasi yang direncanakan dibandingkan
dengan tahun lalu dengan rata-rata empat tahun sebelumnya terjadi dalam semua bagian
investasi, terutama yang berhubungan dengan aktiva tetap dan pengembangan.
Sembilan perusahaan yang telah berproduksi dan tujuh perusahaan eksplorasi melaporkan
rencana investasi tahun 2001 sebesar 413 juta-226,4 juta dollar AS untuk aktiva tetap. Lalu, 71,9

70
juta dollar AS untuk eksplorasi dan studi kelayakan, 74,7 juta dollar AS untuk kegiatan
berhubungan dengan pertimbangan. Penurunan yang signifikan pada rencana investasi tahun
2001 tersebut, sebagian mencerminkan kekurangpercayaan para investor. Hal ini disebabkan
berlanjutnya ketidakstabilan politik dan ekonomi di Indonesia, serta ketidakpastian di sekitar
pemberlakuan undang-undang pertambangan yang baru, dampak otonomi daerah, dan bentuk,
serta isi kontrak pertambangan generasi berikutnya.
Namun, ada juga pos pengeluaran yang meningkat, sebab jumlah pembelian meningkat sebesar
38 persen menjadi 1.547,6 juta dollar AS pada tahun 2000. Peningkatan terjadi pada barang-
barang yang diimpor oleh perusahaan maupun yang dibeli di dalam negeri. Masing-masing
meningkat sebesar 46 persen menjadi 977,3 juta dollar AS dan 38 persen menjadi 567,4 juta
dollar AS. Meningkatnya pembelian dalam negeri kembali memperlihatkan bahwa industri
pertambangan terus mendukung ekonomi Indonesia.
Namun, kenapa pemerintah terkait tidak mencoba untuk berkoordinasi dalam upaya
mempertahankan sektor ini tetap menarik, bagi investor lokal maupun asing. Tentunya tanpa
harus mengabaikan hancurnya lingkungan, hanya karena ketidaktegasan hukum. Ditambah
lemahnya keteguhan para pejabat publik untuk memberlakukan sanksi bagi perusahaan
pertambangan yang jelas-jelas tidak kooperatif dengan lingkungan, masyarakat sekitar, dan
kepentingan ekonomi negara.
4.3 Ketentuan Mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan
Dan Pemurnian Mineral Berdasarkan Peraturan Menteri Sumber Daya Mineral
Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012
Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian
Mineral sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral (“Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral”) adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 96 dan Pasal 111 Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Minerba”).
Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian
Mineral, golongan komoditas tambang mineral yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya adalah:
1. mineral logam;
2. mineral bukan logam; atau
3. batuan.
Selanjutnya, di dalam Pasal 3 ayat (1) Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral diatur bahwa peningkatan nilai tambah komoditas tambang dilaksanakan
melalui kegiatan:
1. pengolahan dan/atau pemurnian untuk komoditas tambang mineral logam tertentu;
2. pengolahan untuk komoditas tambang mineral bukan logam tertentu; dan
3. pengolahan untuk komoditas tambang batuan tertentu.

71
Kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan batasan
minimum pengolahan dan/atau pemurnian berdasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:

1. memiliki sumber daya dan cadangan bijih dalam jumlah besar;


2. untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi logam di dalam negeri;
3. teknologi pengolahan dan/atau pemurnian sudah pada tahap teruji;
4. produk akhir pengolahan dan/atau pemurnian sebagai bahan baku industri kimia dan pupuk
dalam negeri;
5. produk akhir sampingan hasil pengolahan dan/atau pemurnian untuk bahan baku industri
kimia dan pupuk dalam negeri;
6. sebagai bahan baku industri strategis dalam negeri yang berbasis mineral;
7. memberikan efek ganda baik secara ekonomi dan negara; dan/atau
8. untuk meningkatkan penerimaan negara.
Setiap jenis komoditas tambang mineral logam tertentu, mineral bukan logam dan batuan
tertentu wajib diolah dengan batasan minimum pengolahan yang telah ditetapkan di dalam
lampiran I, II dan III Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.

Pemegang Ijin Usaha Pertambangan (“IUP”) Operasi Produksi mineral logam dan Ijin Usaha
Pertambangan Khusus (“IUPK”) Operasi Produksi mineral logam wajib melakukan pengolahan
dan/atau pemurnian hasil penambangan di dalam negeri untuk komoditas tambang mineral
logam.
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan juga wajib melakukan
pengolahan hasil penambangan di dalam negeri untuk komoditas tambang mineral bukan logam
dan batuan.

Jika pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi tidak ekonomis untuk
melakukan sendiri pengolahan dan/atau pemurnian mineral, maka dapat melakukan kerja sama
pengolahan dan/atau pemurnian dengan pihak lain yang memiliki IUP Operasi Produksi, IUPK
Operasi Produksi, atau IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian.

Kerja sama pengolahan dan/atau pemurnian ini dapat berupa jual beli bijih atau konsentrat,
kegiatan untuk melakukan proses pengolahan dan/atau pemurnian, atau pembangunan bersama
sarana dan prasarana pengolahan dan/atau pemurnian. Rencana kerja sama pengolahan dan/atau
pemurnian tersebut hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur
Jenderal atas nama Menteri pertambangan mineral sebagaimana disebutkan pada Pasal 8 Permen
ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.

Namun bagi pemegang IUP Operasi Produksi dan Ijin Perijinan Rakyat (“IPR”) yang diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012,
dapat menjual bijih (raw material atau ore) mineral ke luar negeri apabila telah mendapatkan
rekomendasi dari Menteri.
Rekomendasi dari Menteri diberikan setelah pemegang IUP Operasi Produksi dan IPR
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. status IUP Operasi Produksi dan IPR Clear and Clean;


2. melunasi kewajiban pembayaran keuangan kepada Negara;

72
3. menyampaikan rencana kerja dan/atau kerjasama dalam pengolahan dan/atau pemurnian
mineral di dalam negeri; dan
4. menandatangani pakta integritas.

http://www.hukumpertambangan.com/ketentuan-mengenai-peningkatan-nilai-tambah-mineral-
melalui-kegiatan-pengolahan-dan-pemurnian-mineral-berdasarkan-peraturan-menteri-sumber-
daya-mineral/#more-131

4.4 Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Khusus (IUPK)
Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)
mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh pemegang IUP dan IUPK,
yakni:
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP dan
IUPK untuk:

1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


2. keselamatan operasi pertambangan;
3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan
pasca tambang;
4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair,
atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan;
b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;

c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;

d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;

e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

Reklamasi dan Pascatambang


Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana
reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
atau IUPK Operasi Produksi. Pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pasca
tambang. Hal ini dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau
IUPK dengan pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan dana jaminan reklamasi
dan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan yang telah disediakan pemegang.

Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib
melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi dilakukan terhadap lahan terganggu pada
kegiatan eksplorasi. Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu pada
kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode:

73
1. penambangan terbuka; dan
2. penambangan bawah tanah.

Kewajiban-Kewajiban Lainnya
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai
dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan IUPK juga wajib menjaga kelestarian
fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 103 UU Minerba mengatur bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib
melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Dalam hal ini,
pemegang dapat bekerjasama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah
mendapatkan IUP atau IUPK untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh Menteri,
gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 105 UU Minerba mengatakan bahwa badan usaha yang tidak bergerak di usaha
pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batu bara wajib terlebih dahulu
memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan. IUP jenis ini hanya dapat diberikan untuk 1 kali
penjualan oleh pihak yang berwenang. Badan usaha tersebut wajib melaporkan hasil penjualan
mineral dan/atau batubara yang tergali kepada pihak yang berwenang.

Selain itu di dalam Pasal 106 UU Minerba diatur bahwa pemegang IUP dan IUPK harus
mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri. Dalam
melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK wajib mengikut
sertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut. Adalah kewajiban bagi pemegang IUP dan
IUPK untuk menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

http://www.hukumpertambangan.com/kewajiban-pemegang-izin-usaha-pertambangan-iup-dan-
iup-khusus-iupk/#more-121

4.5 Hak Pemegang Izin Usaha Pertambangan (“IUP”) dan IUP Khusus (“IUPK”)

Dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)
Bab XIII mengenai Hak dan Kewajiban, Pasal 90,91,dan 92 pemegang IUP dan IUPK, berhak :

74
1. melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi
maupun kegiatan operasi produksi.
2. memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan pertambangan setelah
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah diproduksi apabila
telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 93 UU Minerba perlu digaris bawahi bahwa Pemegang IUP dan
IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain.Untuk pengalihan
kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan
kegiatan eksplorasi tahapan tertentu. Pengalihan kepemilikan dan/atau saham hanya dapat
dilakukan dengan syarat :
a. harus memberitahu kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya; dan

b. sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

http://www.hukumpertambangan.com/hak-pemegang-izin-usaha-pertambangan-iup-dan-iup-
khusus-iupk/#more-117

4.6 Persyaratan Perizinan Usaha Pertambangan Khusus


Pasal 1 angka 11 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU
Minerba”) mengatur bahwa Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan
“IUPK”, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di Wilayah Izin Usaha
Pertambangan Khusus (“WIUPK”). Dalam bab XI mengenai Persyaratan Perizinan Usaha
Pertambangan Khusus, Pasal 86 UU Minerba mengatur bahwa Badan usaha yang melakukan
kegiatan dalam WIUPK wajib memenuhi persyaratan administratif, persyaratan teknis,
persyaratan lingkungan dan persyaratan finansial, yang sama dengan persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan tipe-tipe Izin Usaha Pertambangan yang lain.
Pemerintah berkewajiban mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan di suatu
WIUPK, serta memberikan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi kepada masyarakat
secara terbuka.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Minerba”), mengatur lebih lanjut mengenai persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh IUPK. Dalam pasal 62 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Minerba, IUPK terdiri atas IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi.
Pasal 64 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur bahwa untuk
memperoleh IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi harus memenuhi persyaratan:
1. Persyaratan administratif
2. Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara yang
diajukan BUMN atau BUMN yang diberikan berdasarkan prioritas:
 surat permohonan;
 profil badan usaha;
 akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
75
 nomor pokok wajib pajak;
 susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
 surat keterangan domisili.
1. Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batu bara bagi
pemenang lelang WIUPK:
 surat permohonan;
 susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
 surat keterangan domisili.
2. Persyaratan teknis, meliputi:
1. pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta bidang pertambangan mineral atau
batu bara paling sedikit 3 (tiga) tahun;
2. mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan/atau
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
3. rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun
3. Persyaratan lingkungan, meliputi:
1. untuk IUPK Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Untuk IUP Operasi Produksi meliputi:
 pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
 persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Persyaratan finansial, meliputi:
1. untuk IUPK Eksplorasi, meliputi:
 bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
 bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi atau sesuai dengan surat
penawaran.
1. untuk IUP Operasi Produksi, meliputi:
 laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan
 bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir;

Pemberian WIUPK
Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan/atau batubara. Sebagaimana
tercantum dalam Pasal 51 ayat (3) PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba,
WIUPK ditawarkan kepada Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”), atau Badan Usaha Milik
Daerah (“BUMD”) oleh Menteri dengan cara prioritas. Dalam hal terdapat hanya satu BUMN
atau BUMD, WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya
kompensasi data informasi. Namun jika terdapat lebih dari satu BUMN atau BUMD, akan
diadakan proses lelang untuk menentukan kepada siapa WIUPK harus diberikan. Pemenang
lelang lalu akan dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi data informasi sesuai dengan
nilai lelang. Pasal 52 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur bahwa
badan usaha swasta, yang bergerak dalam bidang pertambangan, dapat ditawarkan sebuah
WIUPK jika tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat. Badan usaha swasta tersebut lalu
akan dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi data informasi sesuai dengan nilai lelang.
http://www.hukumpertambangan.com/persyaratan-perizinan-usaha-pertambangan-
khusus/#more-113

76
BAB 5

MASALAH LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN / ENERGI.

5.1 Masalah Lingkungan dalam Pertambangan


Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan
energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh
dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa
pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.Pencemaran udara
terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu
kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil
yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya
terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil
penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa
kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta
menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar
98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya
udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan
energi fosil terhadap manusia dan lingkungan: Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara)
juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur
dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan
global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Emisi SO2 (Sulfur
dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal
dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4)
yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi

77
dengan uap air di awan dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang
merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-
nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”), yang dikenal sebagai “hujan
asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk
pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi.
Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya.
Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 di
udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat
menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.

Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2
tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi
peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari
(radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi
yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan
salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global. Batu bara selain menghasilkan
pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan
energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk
mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan
mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton.

Dampak Terhadap Perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang
tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia. Dampak Terhadap
Tanah. Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan
batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu
diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

78
Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan gas
bumi ; logam – logam mineral antara lain seperti timah putih, emas, nikel, tembaga, mangan, air
raksa, besi, belerang, dan lain-lain dan bahan – bahan organik seperti batubara, batu-batu
berharga seperti intan, dan lain- lain.
Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi dan bahan
bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan peningkatan pengawasan yang
menyeluruh.
Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk keperluan ekspor
maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan penyediaan energi secara strategis
dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber utama pemakaian energi yang
penggunaannya terus meningkat, sedangkan jumlah persediaannya terbatas. Karena itu perlu
adanya pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga air,
tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan oleh
faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini biasanya lebih daripada
diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara setempat di tambang mempunyai pengarhu
yang timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh
CO sangat dipengaruhi oleh keaneka ragaman udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung
keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara setempat.
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah industri bila dilihat dari
sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan daripada bila berada dekat dengan
permukiman masyarakat umum atau daerah industri. Selain itu jenis suatu tambang juga
menentukan jenis dan bahaya yang bisa timbul pada lingkungan. Akibat pencemaran
pertambangan batu bara akan berbeda dengan pencemaran pertambangan mangan atau
pertambangan gas dan minyak bumi. Keracunan mangan akibat menghirup debu mangan akan
menimbulkan gejala sukar tidur, nyeri dan kejang – kejang otot, ada gerakan tubuh diluar
kesadaran, kadang-kadang ada gangguan bicara dan impotensi.
Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari pemetaan,
eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit bahan galian,
pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan tambang yang mengakibatkan
gangguan pad lingkungan, maka perlua adanya perhatian dan pengendalian terhadap bahaya
pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor yang sangat vital
untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya. Dalam pertambangan dan
pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi, eksploitasi, produksi, pemurnian,
pengolahan, pengangkutan, serta kemudian menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti bahaya
kebakaran, pengotoran terhadap lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan
kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan keluarnya
gas-gas/ uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan. Dalam rangka menghindari
terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekosistem baik itu
berada di lingkungan pertambangan ataupun berada diluar lingkungan pertambangan, maka perlu
adanya pengawasan lingkungan terhadap :
1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan.
2. Kecelakaan pertambangan.
3. Penyehatan lingkungan pertambangan.
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul.

79
5.2 Cara Pengolahan Pembangunan Pertambangan

Sumber daya bumi di budang pertambangan harus dikembangkan semaksimal mungkin untuk
tercapainya pembangunan. Dan untuk ini perlu adanya survey dan evaluasi yang terintegrasi dari
para alhi agar menimbulkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian baik secara ekonomi
maupun secara ekologis. Penggunaan ekologis dalam pembangunan pertambangan sangat perlu
dalam rangka meningkatkan mutu hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan sebelumnya
pengaruh aktivitas pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan
yang lebih luas. Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas
perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapatnya
evaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindari atau
dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada memperbaikinya.
Dalam pemanfaatan sumber daya pertambangan yang dapat diganti perencanaan, pengolahan dan
penggunaanya harus hati-hati seefisien mungkin. Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang
harus tetap dapat menikmati hasil pembangunan pertambangan ini.

5.3 Kecelakaan di Pertambangan

Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan
yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh dari tanah. Kecelakaan
baik itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran atau
keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan – tindakan penyelamatan sangatlah
diperlukan, misalnya memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam pertambangan seperti topi
pelindung, but, baju kerja, dan lain – lain.
Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang terdapat di
Porong, sidoarjo. Tragedi semburan lumpur lapindo yang terjadi beberapa tahun silam,
setidaknya menjadi bukti adanya kelalaian pekerja tambang minyak yang lupa menutup bekas
lubang untuk mengambil minyak bumi. Semburan di Porong, sidoarjo bukan fenomena baru di
kawasan Jawa Timur. Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar,
Rungkut, Purwodadi, jawa Tengah.
Bila melihat empat lokasi tersebut, Porong ternyata berada pada jalur gunung api purba. Gunung
api ini mati jutaan tahun yang lalu dan tertimbun lapisan batuan dengan kedalaman beberapa
kilometer dibawah permukaan tanah saat ini. Tinjauan aspek geologi dan penelitian sempel
material lumpur di laboratorium yang dilakukan Tim Ahli Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
sejak juni hingga pertengahan juli menunjukkan, material yang dikeluarkan ke permukaan bumi
memang berasal dari produk gunung berap purba.

5.4 Pencemaran dan Penyakit-penyakit Yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas


Pertambangan

Menurut saya pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman sekarang. Soalnya
semua kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang ada di pertambangan. Contohnya;
a) Biji besi digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga,mobil,motor,dll
b) Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat
c) Emas digunakan untuk membuat kalung,anting,cincin
d) Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel

80
e) Dan masih banyak lagi seperti perak,baja,nikel,batu bara,timah,pasir kaca,dll
Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan lingkungan.
Dan kerusakan lingkungan di pertambangan adalah;
1. Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran,ini menimbulkan
pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini terjadi longsor banyak memakan
korban jiwa.
2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui.
Hasil petambangan merupakan Sumber Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi. Ini menjadi
kendala untuk masa-masa yang akan datang. Dan bagi penerus atau cicit-cicitnya.
3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi risih.
Biasanya pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan
biasanya kendaraan berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga menjadi kesal.
4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya.
Dari sepenggetahuan saya bahwa ke banyakan pertambangan banyak membuang limbahnya
tidak sesuai tempatnya. Biasanya mereka membuangnya di kali,sungai,ataupun laut. Limbah
tersebut tak jarang dari sedikit tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan
rusaknya di sector perairan.
5. Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,biasanya penambang
tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini mengakibatkan rusaknya ozon.
Sejauh mana Anda mengetahui tentang cara pengelolaan pembangunan Pertambangan
Dari petinjauan saya,bahwa pengelolaan pembangunan pertambangan membutuhkan dana dari
investor,tenaga kerja yang terlatih,alat-alat pertambangan,dan area pertambangan. Dari survey
saya, pertambangan di Indonesia ada dua jenis, yang pertama lewat jalan illegal,yang kedua non-
ileggal. Biasanya yang membedakan illegal dan non-illegal adalah hak pertambangan meliputi
pajak negara.
Penanaman modal untuk pertambangan terhitung milyaran ataupun trilyunan. Sedangkan area
pertambangan di Indonesia tersebar dimana-mana. Investor-investor yang menanamkan
modalnya biasanya takut bangkrut,dikarenakan rupiah sangat kecil nilainya.
Dari pengalaman yang terjadi, di area pertambangan biasanya tertimbun dalam area tersebut. Ini
biasanya dikarenakan gempa atau retaknya lapisan tanah. Adapun kecelakaan dikarenakan lalai
atau ceroboh disaaat bekerja. Hal ini sering terjadi di area pertambangan,dan tak ada satu orang
pun yang tewas karena hal seperti itu.
Biasanya dapat dilihat bahwa dari sisi keamanan belum terjamin keselamatannya. Hal ini
menjadi bertambahnya angka kematian di area pertambangan. Memang jelas berbeda dari
pertambangan yang terdapat di negara meju. Negara mereka menggunakan alat-alat yang lebih
canggih lagi dari pada negara kita. Dan tingkat keselamatan jauh lebih aman dari pada di negara
ini.
http://www.kamase.org
http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkungan
http://daniuciha90.blogspot.com/2010/01/tugas-v-class.html

81
5.5 Penyehatan Lingkungan Pertambangan Pencemaran dan Penyakit-Penyakit yang
mungkin timbul

Pencemaran dalam tambang dan sekitarnya bisa terjadi oleh gas-gas, logam-logam atau
persenyawaan-persenyawaannya dalam bijih-bijih yang timbul dari tambang, misal tambang
mangan mengandung risiko keracunan mangan, tambang air raksa yang mengandung bahaya
keracunan keracunan air raksa, demikian pula untuk tambang-tambang lainnya. Gas-gas yang
mempunyai lingkungan pertambangan bisa berasal dari gas-gas yang secara alam memang tealh
ada pada tambang atau oleh gas-gas yang terjadi akibat proses yang terjadi dalam tambang
seperti akibat kebakaran atau ledakan. Selain oleh gas-gas beracun CO, H2S dan methan, juga
gas-gas yang tidak beracun seperti O2 karena kadarnya di bawah normal bisa menyebabkan
kelainan pada tubuh, bahkan bila kadarnya 6-8% atau lebih kurang lagi bisa menimbulkan
asphyxia sampai mati lemas. Penyakit-penyakit yang bisa timbul selain penyakit cacing
Ancylostomiasis yang disebabkan oleh cacing Ancylostomaduodenale dan Nector Americanus
juga penyakit Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu tambang seperti anthracosis, silicosis,
dan stanosis. Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan
dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang
mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan
industri dan teknologi yang ada.
Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak
Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan
manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara
yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran
pernapasan atau pneumoconiosis. Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung
partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-
paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang
berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel
berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel
yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru,
menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat
nafas dihembuskan.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel
(debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak
jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.

1. Penyakit Silikosis

Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat
penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan
bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan
keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina,
oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
82
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4
tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak,
apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak.
Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak
disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan
pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis
sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi
jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum
ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan
tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga
sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran
pernapasan lainnya.

Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum
masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat
penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.

2. Penyakit Asbestosis

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes
yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas
dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya
debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya
perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini.

3. Penyakit Bisinosis

Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau
serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti
tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu
hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita

83
penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat
adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis.
Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan
penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4. Penyakit Antrakosis

Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja
yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,
lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat
Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa
sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit
antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya
disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni,
penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi
berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian.
Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang
relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi
sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan penyakit tuberkolosilikoantrakosis
lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat
dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu
silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

5. Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada
pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan
juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis
yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah
berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah
pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit
beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan
yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi

84
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu
dilaksanakan terus – menerus.

Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:


(1). Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
(2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
(3) Pengendalian dampak risiko lingkungan
(4) Pengembangan wilayah sehat.
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan
dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan
lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan
antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan
(Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen
Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan
pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai
berikut:
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan
dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Departemen Kesehatan,
Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum sangat cukup signifikan terhadap
penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi
pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan
sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan
lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada
semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air
Bersih dan Sanitasi.
Direktorat Penyehatan Lingkungan sendiri guna pencapaian akses air bersih dan sanitasi
diperkuat oleh tiga Subdit Penyehatan Air Bersih, Pengendalian Dampak Limbah, Serta
Penyehatan Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan juga didukung oleh kegiatan dimana
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan donor agency internasional, seperti ADB, KFW
German, WHO, UNICEF, dan World Bank yang diimplementasikan melalui kegiatan CWSH,
WASC, Pro Air, WHO, WSLIC-2 dengan kegiatan yang dilaksanakan adalah pembinaan dan
pengendalian sarana dan prasarana dasar pedesaan masyarakt miskin bidang kesehatan dengan
tujuan meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup masyarakat yang
berpenghasilan rendah di pedesaan khususnya dalam pemenuhan penyediaan air bersih dan
sanitasi.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan prasarana dan sarana air minum yang tidak dapat
berfungsi secara optimal untuk saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembangunan yang
melibatkan masyarakat (mulai dari perencanaan, konstruksi, kegiatan operasional serta
pemeliharaan).
Disadari bahwa dari perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan serta didukung oleh
berbagai lintas sektor terkait (Bappenas, Depdagri dan PU) melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro
Air, WSLIC-2 terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh khususnya dalam peningkatan

85
cakupan pelayanan air minum dan sanitasi dasar serta secara tidak langsung meningkatkan
derajat kesehatan.
Berdasarkan sumber BPS tahun 2006, pada tabel berikut: akses rumah tangga terhadap
pelayanan air minum s/d tahun 2006, terjadi peningkatan cakupan baik di perkotaan maupun
perdesaan, yaitu di atas 70%. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan kriteria penentuan akses air minum.
Dari segi kualitas pelayanan Air Minum yang merupakan tupoksi dari Departemen Kesehatan,
Direktorat Penyehatan Lingkungan telah melakukan berbagai kegiatan melalui pelatihan
surveilans kualitas air bagi para petugas Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas, bimbingan teknis
program penyediaan air bersih dan sanitasi kepada para pengelola program di jajaran provinsi
dan kabupaten/kota hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas pengelola program dalam
memberikan air yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Untuk indikator kualitas air yang
dilaporkan baik dari air bersih maupun air minum yang dilihat dari aspek Bakteriologis (E.Coli
dan Total Coliform) terlihat adanya penurunan pencapaian cakupan, hal ini karena baru 11
provinsi yang melaporkan dan terlihat masih dibawah nilai target cakupan yang ditetapkan tahun
2006 (Target Air minum 81% dan air bersih 56,5%) dengan keadaan ini perlu adanya penguatan
dari jajaran provinsi melalui peningkatan kapasitas (pendanaan, laboratorium yang terakreditasi,
kemampuan petugas) dan regulasi sehingga daerah dapat lebih meningkatkan kegiatan layanan
terkait kualitas air minum.

5.6 Limbah (tailing) Tambang & Dampaknya

Aktifitas tambang emas tak pernah lepas dari limbah hasil proses ekstraksi emas, limbah tersebut
biasa disebut tailing. Bentuk fisik limbah dapat berwujud gas, cair, dan padat. Secara fisik gas
buangan mengandung partikel-artikel debu dan secara kimia merupakan larutan berbagai jenis
gas tergantung dari jenis mineral bijih yang diolah. Limbah cair mengandung bahan-bahan kimia
beracun dari logam-logam berat dan sianida dengan konsentrasi yang relatif masih tinggi.
Sedangkan limbah padat mempunyai komposisi kimia utamanya adalah sesuai dengan batuan
induknya Jenis Tailing
1. Aliran Asam Tambang (Acid Mine Drainage) Aliran Asam Tambang (Acid Mine
Drainage/AMD atau Acid Rock Drinage/ARD) merupakan limbah yang selalu menjadi
masalah bagi kegiatan pertambangan; bahan ini sangat beracun (toksik), yang ditandai
oleh tingkatan pH yang sangat rendah. Aliran asam sebagai suatu fenomena alam
terbentuk oleh karena proses oksidasi yang terjadi pada permukaan partikel bebatuan
karena langsung bereaksi dengan oksigen. Hughes & Poole 1989 menyatakan bahwa
aliran asam ini diperani oleh mikroorganisme yang terdapat pada permukaan partikel.
2. SedimenProses Sedimentasi: Tailing pada umumnya berbentuk padatan tersuspensi
partikel lumpur dalam limbah cair bersama dengan partikel halus (ukuran <75?m) dalam
limbah padat. Sebagai contoh, tailing PT.NMR dibuang melalui pipa pembuangan ke
lingkungan perairan Teluk Buyat di kedalaman ± 82 meter dengan volume ±2000 ton per
hari. Manakala tailing yang mengandung air tawar bercampur dengan air laut di perairan
maka tailing tersebut mengalami pengelompokan (flocculation) dan terendapkan ke dasar
perairan sebagai sedimen, namun laju pengendapannya berbeda-beda tergantung dari
kondisi perairan.
Tailing adalah limbah batuan atau tanah halus sisa-sisa dari pengerusan dan pemisahan
(estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan bahan tambang. Tailing terdiri

86
dari 50% praksi pasir halus dengan diameter sekitar 0,075 – 0,4 mm dan 50 % terdiri dari praksi
lempung dengan diameter kurang dari 0,075 mm.
Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan dikeruk, lalu estrak bumi
(mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan
tambang yang begitu banyak disirami dengan zat-zat kimia (cianida, mercury, Arsenik) lalu bijih
emas tembaga atau perak disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral
ini menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral berharga
diambil, sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia yang mengandung logam
berat/beracun lainnya.

Tailing merupakan hasil akhir dari suatu operasi penambangan.

Setelah mineral diekstraksi dari bijih dengan leaching, flotasi dsb, tailing biasanya dikentalkan
sebelum di discharge ke pembuangan

Sifat Tailing

 Sifat tailing sangat tergantung kepada asal ore, proses mineralisasi, apakah teroksidasi
atau tidak dsb. Berikut diberikan beberapa contoh ukuran dari tailing yang berasal dari
input dengan density yang berbeda yaitu, batubara, emas - perak dan timah hitam - seng
dimana densitas tailing yang terendah adalah batubara dan yang terberat adalah timah
hitam.

 Disini perlu mendapat perhatian bahwa ukuran partikel sebenarnya sangat tergantung
apakah flocculant digunakan dalam prosess ekstraksi dan apakah dispersant digunakan
dalam proses hydrometer untuk tujuan size analysis

87
Metode Pembuangan Tailing

 Hampir semua tailing dipompa atau disalurkan secara gravitasi ke pembuangan tailing
sebagai slurry dengan kadar air yang tinggi. Slurry di discharge ke tempat
penampungan/pembuangan melalui satu titik (beberapa titik)

 Buangan dari prosesing plant dapat dibuang ke daerah pantai tailing (sub aerial
deposition) atau jika curah hujan tinggi dan evaporasi rendah atau ditemukannya palung
laut yang dalam maka sub aqueous deposition dapat digunakan.

Tailing Dam

Tailing dam dapat dibangun dengan banyak cara, baik menggunakan earth and rock fill dam
(biasanya menggunakan waste) dengan prinsip sama seperti membuat dam penyimpan air atau
meggunakan tailing itu sendiri. Kerugian jika pembangunan dam seperti pembangunan dam
penyimpan air maka akan diperlukan biaya yang tinggi pada awal operasi untuk pembangunan
dam dan kecenderungan over safe.

Sistem Pembuatan Dam

 Sistem upstream

Dilakukan secara progressive sesuai dengan kemajuan proses produksi. Tipe longsoran yang
mungkin terjadi adalah longsoran busur. Sangat tergantung dengan besar butiran dari tailing
karena jika ukuran tailing terlalu halus, metode ini tidak dapat digunakan

 Sistem down stream

Sistem ini menuntut pembangunan drain yang harus hati-hati pada setiap pembangunan dam
tahap berikutnya.

 Sistem centerline

Metode ini baru bisa dijalankan jika kandungan material kasar cukup besar dan diperlukan
cyclone untuk memisahkannya. Metode ini relatif tidak umum

 Sistem gabungan upstream dan down stream

Dari segi material yang dibutuhkan juga akan berbeda-beda tergantung sistem yang digunakam.
Sistem up stream menggunakan material yang paling sedikit sedangkan metode down stream
menggunakan material yang paling banyak. Agar rembasan dapat dikontrol lebih baik, maka
dibuat internal drainage zone. Pada sistem upstream menggunakan stater dike dan blanket drain
sebagai drainage zone. Untuk down stream drainage zone dibangun dalam bentuk miring sejajar

88
dengan permukaan dan digabung dengan blanket drain. Sedangkan untuk certerline berupa tegak
lurus dan blanket drain.
Banyak tailing dam dibangun dengan prinsip dam penyimpan air karena dengan alasan,

 Tailing mengandung lempung/liat tinggi.


 Lingkungan yang basah (curah hujan tinggi).
 Keinginan untuk mengurangi rembasan.
 Konsultant hanya berpengalaman dalam perencanaan dam air

Beberapa metode yang tidak umum yaitu:

 Metode pembuangan tailing yang dikentalkan (paste). Tailing yang sudah kental
diletakkan pada tempat terbuka atau dibuang ke laut dalam. Kerugian jika dibuang ke
tempat terbuka adalah sangat sukar untuk mengontrol erosi dan run off
 Dibuang ke sungai (Freeport, Bougainville)
 Dibuang ke laut (Batu hijau)
 Gabungan dari cara di atas

Bentuk Tailing Dam

 Ring Dyke/Turkeys Nest

Biasanya digunakan di daerah terrain yang flat, tidak ada run off dari daerah tangkapan air.
Pembangunannya dapat ditumpuk.

 Cross Valley

Lokasi dam pada kepala lembah untuk menghindari flow dari daerah tangkapan air. Dalam
kondisi tertentu arah aliran dapat di ubah dengan membangun dam di hulu.

 Side Hill

Sebaiknya kemiringan slope lebih besar 10%.

 Bottom Valley

http://learnmine.blogspot.com/2013/06/tailing-limbah-pertambangan.html#ixzz32TdG2ovc

Dampak Sedimentasi: Sedimentasi yang terjadi di suatu perairan dapat berpengaruh antara lain
pada pendangkalan dan perubahan bentang alam dasar laut, kesuburan perairan, dan
keanekaragaman hayati.

a. Pendangkalan dan Perubahan Bentang Alam Dasar Laut Laporan RKL/RPL PT. Newmont
untuk periode Oktober-Desember 1998 menyatakan bahwa terjadi penumpukan sedimen

89
disekitar ujung pipa (anus pipa) ±9 meter. Selanjutnya Anonimus 1999b melaporkan bahwa
berdasarkan peta PT. NMR Tahun 1997, lokasi buangan limbah tailing (anus pipa) berada pada
kedalaman air ±80-an meter. Pada pengukuran batimetri tahun 1999 telah terjadi perubahan
kedalaman di anus pipa tailing, menjadi ±70 meter. Telah terjadi pendangkalan setebal 10 meter.
Hasil pengukuran ini telah mengakibatkan perubahan kontur laut (batimetri) dari tahun 1997 ke
tahun 1999. Kondisi ini dipertegas lagi dengan hasil pengukuran pada tahun 2000 (9). Dengan
demikian telah terjadi sedimentasi pada area yang cukup luas di perairan Teluk Buyat.

b. Kesuburan Perairan Anonimus 2000 menyatakan bahwa dampak dari adanya sedimentasi di
Teluk Buyat di mana terjadinya penyebaran lumpur pekat dengan ketebalan antara 5 dan 10
meter menyebabkan kerusakan karang. Luasnya bidang yang tertutup sedimen akibat tailing
telah menutupi area produktif perairan Teluk Buyat, dimana area ini adalah area pemijahan bagi
biota laut, area estuaria yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang kaya

c. Keanekaragaman Hayati Dampak penimbunan oleh sedimen (sedimentasi) yang terjadi


diperairan baik secara langsung maupun tidak berhubungan dengan keberadaaan
keanekaragaman hayati. Penimbunan dasar perairan oleh sedimen tailing dapat merusak dan
memusnahkan komunitas bentik sehingga dapat menurunkan tingkat keanekaragaman hayati.

3.Sianida
Keberadaan Sianida: Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh untuk semua jenis
mahluk hidup. Sianida berada di perairan Teluk Buyat oleh karena penggunaannya oleh PT.
NMR dalam proses sianidasi ekstraksi emas. Beberapa penelitian telah mencoba mengukur
konsentrasi total sianida, baik yang terlarut dalam air, sedimen, dan biota Anonimus (1999b)
melaporkan konsentrasi ion sianida pada dua macam jaringan tubuh biota laut (ikan), yaitu
daging dan hati/perut. Ditemukan bahwa pada jaringan daging, konsentrasi ion sianida berkisar
0.177-0.554 ppm; sedangkan pada jaringan hati/perut berkisar 0.064-2.770 ppm. Belum dapat
dikatakan apakah nilai konsentrasi tersebut tinggi atau rendah karena setelah ditelusuri belum
ditemukan pustaka yang dapat dijadikan pembanding.
Anonimus (1999a) menjelaskan bahwa konsentrasi sianida di perairan Teluk Buyat masih berada
di bawah batas ambang yang ditentukan oleh PP 20 Tahun 1990 (tentang pengendalian
pencemaran air), di mana Peraturan Pemerintah tersebut membolehkan konsentrasi sianida di
perairan bagi peruntukan perikanan dan peternakan (Golongan C) adalah 0.002 ppm. Sebaliknya,
walaupun sianida ditemukan pada jaringan biota laut (ikan) pada konsentrasi 2.770, status
pencemarannya belum diketahui karena belum ada peraturan yang mengaturnya.Dampak
Sianida:
b. Kontaminasi pada Biota Laut Sianida merupakan racun bagi semua mahluk hidup.
Brachet (1957) melaporkan bahwa sianida disamping dapat menghambat pernapasan juga
dapat mengakibatkan perkembangan sel yang tidak sempurna pada organisme laut.
Selanjutnya, sianida dapat menghambat kerja ensim ferisitokrom oksidase dalam proses
pengambilan oksigen untuk pernapasan sehingga kontaminasi pada biota laut dapat
menyebabkan mortalitas.
c. Keanekaragaman Hayati Hasil penelitian Anonimus (2000) melaporkan penurunan
jumlah jenis ikan yang pernah tertangkap di peairan Teluk Buyat dari 59 jenis (sebelum
Tahun 1997) menjadi 13 jenis ikan. Selain itu, penelitian tersebut menemukan bahwa
telah terjadi pergesaran lokasi penangkapan ikan yang sangat mencolok.

90
4. Logam Berat Keberadaan Logam Berat:Konsentrasi logam berat, khsusnya merkuri (Hg), di
perairan Sulawesi Utara dikhawatirkan meningkat sejalan dengan meningkatnya sumber yang
ada. Pemakaian merkuri sebagai bahan kimia pembantu dalam proses amalgam untuk
memperoleh emas oleh pertampangan rakyat merupakan sumber merkuri yang sangat besar di
lingkungan.
Keberadaan logam berat (misalnya As, Cd, dan Hg) di perairan Teluk Buyat telah dilaporkan
oleh beberapa peneliti. Logam-logam berat ini berasal dari batuan/biji yang mengandung emas
(ore) yang secara kontinyu dilepaskan ke lingkungan hidup (biosfir) oleh aktifitas pertambangan.
Jenis unsur logam yang terkandung di dalam tailing tergantung dari jenis mineral yang terdapat
di dalam biji, misalnya PT. NMR mengambil jenis Sinabar maka akan mengeluarkan tailing
yang mengandung Hg, Realgar mengeluarkan Arsen (As), dan Arsenopirit mengeluarkan Arsen
(As)/Besi (Fe).
Berbagai logam berat yang terlarut dalam tailing berbentuk cair akan terendapkan ke sedimen di
dasar perairan bersama-sama dengan partikel-partikel halus yang mengalami flocculation.
Sehingga keberadaan logam-logam berat di sedimen akan berada terus-menerus di dasar
perairan. Pada dasarnya logam berat berasal dari dalam tanah jauh dari lingkungan hidup
(biosfir), namun oleh kegiatan tambang logam-logam tersebut masuk ke lingkungan hidup
manusia.
Anonimus (1999a) melaporkan konsentrasi Arsen (As) di perairan Teluk Buyat, khususnya yang
terdapat pada sedimen sebesar 645.00 ppm, sedangkan pada jaringan ikan dan plankton, berturut-
turut sebesar 3.40 dan 17.48 ppm (konsentrasi tertinggi di dalam sampel). Anonimus (1999b)
juga melaporkan konsentrasi logam berat ini yang terdapat pada sedimen dan biota laut (ikan)
adalah berturut-turut sebesar 0.176 dan 0.032 ppm (konsentrasi tertinggi di dalam sampel).
Konsentrasi As yang terkandung di dalam tailing hasil olahan tambang PT. NMR telah
dilaporkan sebelumnya oleh Anonimus 1994 sebesar 840 ppm. Dampak Logam Berat:
a. Kontaminasi pada Biota Laut Arsen (As). Anonimus (1999a) selanjutnya melaporkan
bahwa konsentrasi As pada jaringan plankton cukup tinggi, dan ini menindikasikan
bahwa logam berat As telah masuk ke dalam rantai makanan di laut. Selanjutnya
dijelaskan bahwa As yang beracun ini suatu saat akan masuk ke dalam biota laut dan
akhirnya ke tubuh manusia. Rantai makanan dapat berfungsi dalam pembesaran logam
berat secara biologi (biomaknifikasi) di mana konsentrasi yang sangat tinggi akan
ditemukan pada rantai makanan tertinggi.
b. Merkuri (Hg). Di alam merkuri (air raksa) ditemukan dalam bentuk elemen merkuri
(Hg0), merkuri monovalen (HgI), dan bivalen (HgII). Merkuri apabila masuk ke dalam
perairan mudah berikatan dengan klor yang ada pada air laut, reaksi kimianya akan
membentuk ikatan HgCl (senyawa merkuri in-organik), pada bentuk ini Hg mudah
masuk ke dalam plankton dan dapat berpindah ke biota laut lain . Merkuri inorganik
(HgCl) akan tertransformasi menjadi merkuri organik (merkuri metil) oleh peran
mikroorganisme yang terjadi di sedimen di dasar perairan.
c. Menurut Waldock (1994), senyawa metil-merkuri adalah bentuk merkuri organik yang
umum terdapat di lingkungan perairan. Senyawa ini sangat beracun dan diperkirakan 4-
31 kali lebih beracun dari bentuk merkuri inorganik. Selain itu, merkuri dalam bentuk
organik yang umumnya berada pada konsentrasi rendah di air dan sedimen adalah
bersifat sangat bioakumulatif (terserap secara biologis). Metil-merkuri dalam jumlah
99% terdapat di dalam jaringan daging ikan.

91
Penanggulangan Dampak Pertambangan

Teknik Pertambangan adalah suatu ilmu keteknikan atau rekayasa yang mempelajari tentang
bahan galian atau sumber daya mineral, minyak, gas bumi, dan batu bara mulai dari penyelidikan
umum (propeksi), eksplorasi, penambangan (eksploitasi), pengolahan, pemurnian, pengangkutan,
sampai ke pemasaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Pertambangan yang dilakukan oleh pengusaha di indonesia dilakukan hanya untuk bertujuan
komersial diri pribadi mereka sendiri sehingga dampak hasil yang di dapatkan dari pertambangan
dapat berimbas kepada lingkungan. Lingkungan yang berada pada sekitaran lahan pertambangan
mengakibatkan kesehatan lingkungan berkurang malah makin memburuk. Sebab pertambangan
yang dilakukan dapat dikarenakan banyak penyalah gunaan proses pertambangan.

Oleh karena itu kita harus pintar dalam memecahakan permasalahan ini, Untuk menghindarkan
terjadinya pencemaran dan gangguan keseimbangan ekosistem perlu adanya pengawasan
lingkungan terhadap :

a) Cara pengolahan pembangunan pertambangan

b) Kecelakaan di tempat pertambangan

c) Penyakit yang timbul akibat pertambangan

Di dalam proses pertambangan pasti akan ada penyakit-penyakit dan kecelakaan yang akan
timbul di dalam nya karena di dalam prosesnya mengggunakan alat yang cukup berbahaya, maka
dari itu upaya untuk menghindari perlu adanya langkah yang harus di perhatikan yaitu:

1. Ameliorasi/remediasi lahan

92
Upaya pemberian masukan berupa kapur atau bahan organik ke atas permukaan lahan atau ke
dalam lubang tanam dengan tujuan untuk memperbaiki sifatfisika, kimiawi dan biologi tanah.
Ameliorasi Memiliki manfaat sebagai berikut:

a) Meningkatkan pH tanah sehingga mendekatinetral

b) Menambah unsur Ca dan Mg

c) Menambah ketersediaan unsur hara, contohN,P

d) Mengurangi keracunan Al, Fe dan Mn

e) Memperbaiki kehidupan mikroorganisme.

2. Penggunaan Bahan Organik

Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau
telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-
senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya. Penggunaan bahan organik memiliki manfaat sebagai berikut:

a) Stimulan terhadap granulasi tanah,

b) Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah,

c) Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan
temperatur tanah menjadi stabil,

d) Menetralisir daya rusak butir-butir hujan,

e) Menghambat erosi.

3. Penanaman Cover Crop

Tanaman kacang-kacangan penutup tanah/ Cover Crop adalah setiap tanaman tahunan, dua
tahunan, atau tahunan tumbuh sebagai monokultur (satu jenis tanaman tumbuh bersama-sama)
atau polikultur (beberapa jenis tanaman tumbuh bersama-sama), untuk memperbaiki berbagai
kondisi yang terkait dengan pertanian berkelanjutan. Penggunaan Cover Crop memiliki manfaat
sebagai berikut:

a) Mengelola kesuburan tanah

b) Memperbaiki kualitas tanah

c) Memperbaiki kualitas air

93
4. Pemanfaatan Mikroorganisme

Fungi atau jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang secara umum mendominasi
(hidup) dalam ekosistem tanah. Mikroorganisme ini dicirikan dengan miselium berbenang yang
tersusun dari hifa individual. Saat ini beberapa jenis fungi telah dimanfaatkan untuk
mengembalikan kualitas/kesuburan tanah. Hal ini karena secara umum fungi mampu
menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral
yang dilepas akan diambil oleh tanaman.

http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/teknik-pertambangan.html

http://sintongjonatan-jonatan.blogspot.com/2011/12/pertambangan.html

http://www.slideshare.net/start_light99/pertambangan-10624150

http://info-pertambangan.blogspot.com/2012/10/pengertian-pertambangan.html

http://1902miner.wordpress.com/bfiabhfcbafhueceaj

http://www.pantonashare.com/4321-penanggulangan-dampak--pertambangan

5.7 Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Batuan

Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara (UU Minerba). Untuk lebih merinci pelaksanaan dari Undang-undang ini
diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No
23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Berdasarkan PP ini komoditas pertambangan dikelompokkan dalam 5 golongan yaitu :
1. Mineral radioaktif antara lain: radium, thorium, uranium
2. Mineral logam antara lain: emas, tembaga
3. Mineral bukan logam antara lain: intan, bentoni
4. Batuan antara lain: andesit, tanah liat, tanah urug, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai,
pasir urug
5. Batubara antara lain: batuan aspal, batubara, gambut.
Saat ini kegiatan pertambangan yang lebih dikenal adalah pertambangan untuk komoditas
mineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel, bauksit dan komoditas batubara. Selain
komoditas mineral utama dan batubara ini, komoditas batuan memiliki peran yang sama
pentingnya terutama dalam memberikan dukungan material untuk pembangunan infrastruktur
antara lain: pendirian sarana infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, dan gedung
perkantoran. Terminologi bahan galian golongan C yang sebelumnya diatur dalam UU No 11
Tahun 1967 telah diubah berdasarkan UU No 4 Tahun 2009, menjadi batuan, sehingga
penggunaan istilah bahan galian golongan C sudah tidak tepat lagi dan diganti menjadi batuan.
Untuk memberikan gambaran tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Batuan,
berikut akan diuraikan dalam artikel ini. Pemberian Izin Usaha Pertambangan Batuan

94
Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) batuan berdasarkan PP No 23 Tahun 2010 dilakukan
dengan cara permohonan wilayah. Permohonan wilayah maksudnya adalah setiap pihak badan
usaha, koperasi atau perseorangan yang ingin memiliki IUP harus menyampaikan permohonan
kepada Menteri, gubernur atau bupati walikota sesuai kewenangannya.
Pembagian kewenangan Menteri, gubernur dan bupati/walikota adalah: Menteri ESDM, untuk
permohonan wilayah yang berada lintas wilayah provinsi atau wilayahlaut lebih dari 12 mil dari
garis pantai? gubernur, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah kabupaten/kota
dalam 1 provinsi atau wilayah laut 4 sampai dengan 12 mil? bupati/walikota, untuk
permohonan wilayah yang berada di dalam 1 wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai
dengan 4 mil.
5.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Pertambangan
memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor
fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan
menjadi salah satu sumber penerimaan negara; berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik
dalam bentuk dana bagi hasil maupun program community development atau coorporate social
responsibility; memberikan nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi;
memberikan efek berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor
dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi salah satu sumber
energy dan bahan baku domestik.

Pada tahun 2008, pertambangan umum memberikan kontribusi dalam penerimaan negara sebesar
42.655,46 miliar rupiah yang berasal dari pajak pertambangan umum sebesar 30.080,26 milliar
rupiah dan PNBP Pertambangan Umum sebesar 12.575,20 milliar rupiah. Nilai investasi
pertambangan umum juga terus meningkat. Pada tahun 2008, nilai investasi pertambangan
umum tercatat sebesar 1.654,5 juta US$ dari yang sebelumnya hanya sebesar 1.252,8 juta US$
pada tahun 2007. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat
teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran
operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja
maka diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan
pertambangan.

Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh
perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:

1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi

95
7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemprov dan Pemkab/Kota
8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan
9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi,
Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.

Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:

1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang / Inspektur Tambang Adalah Kepala dari Pelaksana
Inpeksi Tambang / Inspektur Tambang dalam hal ini dijabat oleh Direktur Teknik dan
Lingkungan Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Kepala Dinas ESDM di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT) PIT adalah aparat pengawas
pelaksanaan peraturan K3 di lingkungan pertambangan umum (Pasal 1, Kepmen No. 555.K
Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah. IT adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1,
Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247 K/70/MEM/2002 dan
No.17 Tahun 2002) baik di Pusat maupun Daerah.
3. Buku Tambang Adalah buku catatan yang memuat larangan, perintah dan petunjuk PIT
yang wajib dilaksanakan Kepala Teknik Tambang (KTT) (Pasal 1, Kepmen No.555. K
Tahun 1995). Sedangkan elemen perusahaan dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri
atas:
1. Kepala Teknik Tambang (KTT) Adalah seseorang yang jabatannya tertinggi di Job Site
untuk memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan
perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya (Pasal 1, Kepmen No. 555.K Tahun 1995).
2. Organisasi dan Personil K3
3. Program K3
4. Anggaran dan Biaya
5. Dokumen dan laporan K3

5.9 Pengawasan Pertambangan

Berdasarkan Pasal 140 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, pengawasan pertambangan mineral dan
batubara menjadi tanggung jawab menteri dimana menteri melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan tersebut meliputi
administarasi/tata laksana; operasional; kompetensi aparatur; dan pelaksanaan program
pengelolaan usaha pertambangan.

96
Menteri dapat melimpahkan kepada Gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana
dimaksud ayat (1) yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota (Pasal 140 Ayat 2).
Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan
atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR atau
IUPK (Pasal 140 Ayat 3). Berdasarkan Pasal 141 Ayat 1, hal yang menjadi aspek pengawasan
adalah:

a. teknis pertambangan,
b. pemasaran,
c. keuangan,
d. pengelolaan data mineral dan batubara,
e. konservasi sumber daya mineral dan batubara,
f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,
g. keselamatan operasi pertambangan,
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan pasca tambang,
i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam
negeri,
j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan,
k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat,
l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan,
m. kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut
kepentingan umum,
n. pengelolaan IUP atau IUPK, dan
o. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.

Pengawasan terhadap huruf a, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf l dilakukan oleh
Inspektur Tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 141 Ayat
2).

5.10 Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan

Pengawasan K3 Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan menghindari kecelakaan dan


penyakit akibat kerja. Ruang lingkup K3 pertambangan meliputi:

1. Keselamatan kerja,Yang dimaksud keselamatan kerja antara lain berupa:


a. Manajemen risiko,
b. Program keselamatan kerja,
c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja,
d. Administrasi keselamatan kerja,
e. Manajemen keadaan darurat,
f. Inspeksi dan Audit keselamatan kerja

97
g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
2. Kesehatan kerja,Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Program kesehatan kerja
b. Pemeriksaan kesehatan pekerja,
c. Pencegahan penyakit akibat kerja,
d. Diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
e. Hiegiene dan sanitasi,
f. Pengelolaan makanan, minuman dan gizi kerja,
g. Ergonomis.
3. Lingkungan Kerja,Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Pengendalian debu,
b. Pengendalian kebisingan,
c. Pengendalian getaran,
d. Pencahayaan,
e. Kualitas udara kerja (kuantitas dan kualitas)
f. Pengendalian radiasi
g. House keeping.
h. Sistem Manajemen K3.

Sedangkan pengawasan Keselamatan Operasi Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan


menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan selamat. Ruang lingkup
Keselamatan Operasi Pertambangan meliputi:

1. Evaluasi laporan hasil kajian,


2. Pemenuhan standardisasi instalasi,
3. Pengamanan instalasi,
4. Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan pertambangan
5. Kompetensi tenaga teknik.
6. Pelaksanaan pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan dilaksanakan dalam
bentuk:
a. Pengawasan Administratif Pengawasan administratif meliputi:
1. Bahan peledak (Format IVi / Rekomendasi)
2. Laporan kecelakaan (Format IIIi; Vi; Vii; VIIi; VIIIi; IXi)
3. Peralatan (dokumen untuk perijinan)
4. Persetujuan (dokumen kajian, tinggi jenjang, ventilasi, penyanggaan, dan lain-
lain)
5. Laporan pelaksanaan program K3 (Triwulan)
6. Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL)
b. Pengawasan Operasional / Lapangan Pengawasan operasional / lapangan meliputi:
1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Inspeksi dilaksanakan oleh PIT/IT
dengan berkoordinasi dengan pengawas pusat dan daerah berdasarkan prosedur

98
tetap dan KTT diposisikan sebagai mitra. Contoh objek yang diinspeksi antara
lain area penambangan, haul road, perbengkelan, pabrik, pengolahan, pelabuhan,
fasilitas dan instalasi lainnya.
2. Pemeriksaan / Penyelidikan Kecelakaan
3. Pemeriksaan / Penyelidikan Kejadian Berbahaya
4. Pengujian Kelayakan Sarana dan Peralatan
5. Pengujian Kondisi Lingkungan Kerja
c. Pengujian kelayakan peralatan, sarana dan instalasi. Pengujian peralatan sarana dan
instalasi meliputi:
1. Sistem Ventilasi
2. Sistem Penyanggaan,
3. Kestabilan Lereng
4. Gudang Bahan Peledak
5. Penimbunan Bahan Bakar Cair
6. Kapal Keruk
7. Kapal Isap
8. Alat Angkut Orang, Barang, dan Material
9. Alat Angkat
10. Bejana Bertekanan
11. Instalasi Pipa
12. Pressure Safety Valve
13. Peralatan Listrik

Komite K3, Buku Tambang, pelatihan, dan tim tanggap darurat. Mengingat skala risiko dan
karakteristik tambang bawah tanah, maka elemen organizing pada Sistem Manajemen K3
Tambang Bawah Tanah ditambah dengan Kepala Tambang Bawah Tanah, Buku Derek, Buku
Kawat, Buku Catatan Ventilasi dan Penyanggaan.

Elemen selanjutnya dalam Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah Planning and


Implementation yang terdiri atas Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan (RKTTL) /
Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) / Rencana Jangka Panjang; Program K3; JSA dan SOP.
Nilai lebih Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah perencanaan yang dibuat oleh
perusahaan tambang harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Setiap tahun perusahaan
pertambangan harus menyampaiakn dan mempresentasikan RKTTL dan RKAB di depan
pemerintah. RKTTL dan RKAB baru bisa dijalankan dan menjadi acuan setelah disetujui oleh
pemerintah.
Sebagai upaya pemantauan dan pengukuran kinerja dan penerapan K3 di perusahaan maka
diperlukan evaluasi. Elemen evaluation terdiri atas pemantauan lingkungan kerja, seperti debu,
pencahayaan, getaran, iklim kerja, curah hujan, dan untuk tambang bawah tanah yakni

99
penyanggaan, ventilasi, drainase, dll; pemantaun proses kerja seperti peledakan, pengangkutan,
dll; investigasi kecelakaan; inspeksi dan audit.

Sistem Manajemen K3 yang merupakan sebuah system dengan siklus tertutup memiliki sebuah
karakteristik utama yaitu keharusan adanya perbaikan yang berkelanjutan secara terus menerus
(continous improvement). Oleh karena itu, elemen terakhir Sistem Manajemen K3 Pertambangan
adalah adanya action for improvement dimana harus ada peningkatan kinerja dan budaya K3.
Risiko – risiko tersebut apabila tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik dapat
mengakibatkan kecelakaan, penyakit akibat kerja, kejadian berbahaya, atau terhentinya proses
operasional yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

Sebagai gambaran, kerugian yang harus ditanggung jika sebuah mill tidak beroperasi adalah
sebesar US$ 420.000 – 830.000 /jam. Kerugian jika sebuah kapal keruk tidak beroperasi selama
sejam adalah sebesar US$ 208 – 625. Sedangkan untuk BWE, jika satu jam tidak beropoperasi
maka akan menyebabkan kerugian sebesar US$ 1186,8 / jam.

Selanjutnya, jika sebuah Shovel PH 4100 tidak beroperasi maka akan mengakibatkan kerugian
sebesar US$ 5.247/ jam dan mengakibatkan 20 Haul Truck (HT) dan 1 dozer juga harus berhenti
beroperasi. Sedangkan untuk HT Cat 793 jika berhenti beroperasi selama sejam diperkirakan
akan memnyebabkan kerugian sebesar US$ 160.

http://waridnurdiansyah.blogspot.com/2010/02/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3.html

Hukum pertambangan adalah aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia dan
subyek hukum lain dengan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan pertambangan. Ini
berarti mencakup masalah pengusahaan izin pengelolaan dan tindakan-tindakan lain yang
berhubungan dengan pertambangan, penindakan jika terjadi sengketa dalam kotrak yang
dilakukan.

Pertambangan di Indonesia dikuasai oleh negara berdasarkan Pasal 33 UUD 1945. Atas dasar
itulah, jika ada pihak lain yang ingin mengeloladan memanfaatkannya haruslah melakukan kerja
sama dengan pemerintah. Termasuk kerja sama dalam bidang penanaman modal asing dibidang
pertambangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing. Berdasarkan Pasal 8 UU No, 1 Tahun 1967, maka kerja sama pemerintah dengan pihak
asing haruslah didasarkan atas`kontrak kerja atau bentuk lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Kerjasama yang berlangsung demikian itu adalah merupakan perbuatan aparatur pemerintah
yang berakibat hukum dua pihak. Hal ini disebut sebagai kortverband kontrak sebagai salah satu
materi yang dielajari dalam Hukum Tata Pemerintahan.

Dasar-Dasar Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia

100
1. Definisi Hukum Pertambangan (mining law);

2. Prinsip-prinsip/Asas-Asas Hukum Pertambangan ;

3. Regulasi pertambangan sebelum Indonesia merdeka;

4. Regulasi pertambangan setelah Indonesia merdeka hingga sekarang;

5. Peran dan Kedudukan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan SDA.

Aspek Hukum Perjanjian dalam Hukum Pertambangan.

1. Asas-Asas Hukum Perjanjian;

2. Kontrak Sebagai Dasar Perikatan;

3. Kedudukan Pemerintah/Pemerintah Daerah Sebagai Salah Satu Pihak dalam Kontrak


Pertambangan;

Kontrak Pertambangan Non-Migas dalam Teori dan Praktek. Jenis-Jenis Kontrak Pertambangan
Non-Migas
1. Kontrak Karya;

2. Perjanjian KaryaPengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B);

3. Ijin Pertambangan;

4. Prinsip dan Karakteristik Kontrak-Kontrak Pertambangan Non-Migas;

5. Para Pihak serta Hak dan Kewajibannya dalam Kontrak Non-Migas ;

6. Pelaksanaan Kontrak Non-Migas di Indonesia.

7. Penyelesaian Sengketa.

8. Potensi-PotensiSengketa di Bidang Pertambangan;

9. Penyelesaian sengketa pada umumnya (litigasi dan non-litigasi); Kontrak Pertambangan


Migas dalam Teori dan Praktek Pengelolaan Sumber Daya Migas

1. Prinsip hak menguasai dari negara atas kekayaan alam;

2. Pengelolaan Sumber Daya Migas dihubungkan dengan hak menguasai dari negara atas
kekayaan alam ;

3. Karakteristik industri migas ;

4. Peran perusahaan transnasional dalam pengelolaan sumber daya migas ;

101
5. Perkembangan Peraturan perundang-undangan migas di Indonesia . Kontrak Pertambangan
Migas

1. Dasar Pengelolaan Sumber Daya Migas di Indonesia;

2. Kontrak sebagai Sumber Perikatan;

3. Asas-Asas Penting dalam Hukum Perjanjian ;

4. Kontrak Pertambangan Migas dalam Hukum Perjanjian di Indonesia.

5. Sistem konsesi dan kontrak ;

6. Kontrak nasional dan internasional ;

7. Sifat dan Ruang Lingkup Hukum Kontrak Migas ;

8. Jenis-jenis Kontrak Pertambangan Migas ;

9. Struktur Kontrak Pertambangan Migas ;

10. Imunitas Kedaulatan Negara Dihubungkan Dengan Kontrak Pertambangan Migas.

Pelaksanaan Kontrak Migas di Indonesia

- Kontrak Bagi Hasil;

- Permasalahan dalam Pelaksanaan Kontrak Bagi Hasil;

- Penyelesaian Sengketa.

http://niotolovo.blogspot.com/2013/06/pengertian-hukum-pertambangan.html

102
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kamase.org

http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkungan

http://daniuciha90.blogspot.com/2010/01/tugas-v-class.html

http://bangazul.com/pengertian-dan-jenis-pertambangan/

http://endah121.blogspot.com/210/01/pengertian-tambangtahap-tahapnya.html

http://id.wikipedia.org/wiki/pertambangan

http://1920miner.wordpress.com/bfiabhfcdafhueceaj

http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/teknik-pertambangan.html

http://sintongjonatan-jonatan.blogspot.com/2011/12/pertambangan.html

http://www.slideshare.net/start_light99/pertambangan-10624150

http://info-pertambangan.blogspot.com/2012/10/pengertian-pertambangan.html

http://www.pantonashare.com/4321-penanggulangan-dampak--pertambangan

http://niotolovo.blogspot.com/2013/06/pengertian-hukum-pertambangan.html

http://info-pertambangan.blogspot.com/2012/10/pertambangan-secara-umum.html

Anjayani, Eni.2009.Geografi kelas XI. Surakarta: PT. Cempaka Putih.

Utoyo, Bambang.2009.Geografi 2 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas XI Sekolah


Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: PT. Setia
Purna Inves - See more at: http://www.siswapedia.com/pengelolaan-sumber-daya-
tambang/#sthash.yNZkx4lG.dpuf

103

Anda mungkin juga menyukai