PENDAHULUAN
Pengolahan bahan galian atau mineral processing merupakan salah satu bidang
disiplin ilmu pertambangan yang menghubungkan dengan ilmu metalurgi dan ilmu
bahan. Kajian utama dalam bidang ini adalah upaya untuk meningkatkan kadar atau
kualitas bahan galian untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan
konsumen. Oleh karena bahan galian di alam saat ini kadar yang tinggi semakin
Salah satu tahapan awal dalam mineral processing adalah melakukan reduksi
ukuran (kominusi) dalam bentuk crushing. Apabila dilihat dari faktor keekonomisannya
proses pengolahan bahan galian perlu adanya guna meningkatkan nilai jual bahan
(multipler value) galian serta meningkatkan pendaptan nasional dari pajak dan royalti
reduksi ukuran material dengan cara peremukan. Prinsip utama dalam crushing adalah
berupa primary crushing, secondary crushing, dan tertiary crushing. Primary dan
1
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses crushing. Faktor-
peremukan, dan lama peremukan pada crusher. Perlunya dilakukan percobaan untuk
faktor-faktor yang mempengaruhi unjuk kerja dari crusher. Oleh sebab itu, untuk dapat
berperan dalam proses peremukan bijih atau material perlu adanya kegiatan praktikum
Berdasarkan pada latar belakang laporan ini, maka berikut ini adalah rumusan
3. Bagaimana cara menentukan nilai reduction ratio pada tahap primary dan
secondary crushing?
3. Mengetahui cara menentukan nilai reduction ratio pada tahap primary dan
secondary crushing.
2
1.4 Ruang Lingkup
Praktikum ini akan dibahas meliputi metode crushing, cara menggunakan alat crushing
untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih kecil dan melepaskan bahan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mineral pada bijih selalu berukuran lebih halus dan berasosiasi dengan mineral
pengotor (gangue). Oleh karena itu, mineral-mineral dalam bijih harus dihancurkan
sehingga dapat dipisahkan sebagai suatu produk baru. Jadi, bagian pertama dari
proses pengolahan mineral adalah proses crushing dan grinding, yang biasa dikenal
ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Kesulitan dalam melakukan proses kominusi
terletak pada keterbatasan ukuran yang lebih besar atau pun ukuran yang lebih kecil
dibutuhkan pemilihan alat yang tepat dalam proses pengecilan ukuran (kominusi).
Faktor-faktor yang terlibat dalam proses kominusi yaitu teknik reduksi, rasio reduksi,
cara, tetapi pada umumnya hanya empat cara saja yang sering dijumpai dalam
mesin-mesin pereduksi ukuran atau mesin kominusi (size reduction machines), yaitu
(Agus, 2004):
1. Kompresi (penekanan)-compression
Biasanya untuk reduksi partikel yang keras dan kasar menjadi beberapa
2. Impact (pembenturan)-impaction
4
Digunakan untuk mereduksi partikel yang keras menjadi partiket-partikel
4. Pemotongan-cutting
2.2 Crusher
digunakan untuk padatan kasar dalam jumlah yang besar. Crusher pada umumnya
bahan-bahan tambang yang berukuran besar menjadi ukuran antara 150 sampai 250
mm. Secondary crusher akan melanjtkan kerja primary crusher, yaitu menghancurkan
partikel padatan hasil primary crusher menjadi berukuran sekitar 6 mm (Agus, 2004).
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor lainnya. Crusher merupakan mesin
yang dirancang untuk mengurangi besar batu ke batu yang lebih kecil seperti kerikil
atau debu batu. Crusher dapat digunakan untuk mengurangi ukuran atau mengubah
bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Crusher merupakan alat
yang digunakan dalam proses crushing. Crushing merupakan proses yang bertujuan
untuk meliberasi mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Crushing biasanya
5
dilakukan dengan proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu primary crushing,
bongkahan batuan yang berasal dari tambang (run of mine) yang berukuran
2. Secondary Crusher
primary crushing dengan tujuan untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil
lagi agar derajat liberasi yang diperoleh dapat lebih tinggi lagi. Ukuran batuan
3. Tertiary Crusher
halus, sehingga derajat leberasi mineral dapat lebih tinggi. Hal ini dilakukan
silinder dari baja yang didalamnya diisi grinding media, dan apabila silinder
penghancurannya disebabkan oleh gaya tekan (impact) dipakai untuk material yang
kasar, sedangkan grinding penghancurannya oleh gaya gesekan (rubbing) dan biasa-
6
nya dipakai untuk material yang halus (max. 6 mesh) (Afandy, 2011).
standar dan dinyatakan dalam bentuk grafik yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat alat
terbesar produk disebut nisbah reduksi (reduction ratio). Untuk tahap primary crushing
nisbah reduksi berkisar 4-7, secondary crushing berkisar 8-50, dan tertiary
crushing/fine crushing biasanya lebih besar 50. Pembatasan harga nisbah reduksi ini
dimaksudkan agar kerja alat peremuk maupun penggerus lebih efektif untuk
Pada proses peremukan, pecahnya batuan/bijih disebabkan gaya dari luar lebih
besar dari gaya tahan batuan/bijih, disamping itu nip angle (sudut jepit dari alat
peremuk) memenuhi. Gaya yang bekerja pada umumnya yaitu gaya tekan, gravitasi,
dapat disebabkan adanya grinding media yang dapat menimbulkan gaya gesek, impact
Pada operasi penggilingan menggunakan mill maka kecepatan putar mill perlu
Kecepatan kritis mill, yaitu batas kecepatan putar silinder mill yang membuat semua
isian (beban) didalam mill mulai menempel pada dinding bagian dalam silinder,
Ket
7
D = Diameter Bagian Dalam (meter)
kritisnya. Pada kecepatan cataracting (+80% dari kecepatan kritis) maka penggerusan
di dalam mill akan didominasi oleh gaya impact (akibat jatuhan dari 5 grinding media).
Sedangkan pada kecepatan cascading (+60% dari kecepatan kritis) maka penggerusan
di dalam mill akan didominasi oleh gaya abrasi (akibat gesekan oleh grinding media)
(Abeng, 2011).
besar luas permukaan material (semakin halus produk yang dihasilkan) maka akan
semakin besar pula energi yang dibutuhkan untuk mereduksi ukuran tersebut (Abeng,
2011).
Agar tidak terjadi over crushing maupun over grinding pada waktu peremukan
ayakan. Pada umumnya pengayakan akan efektif (cocok) jika digunakan untuk ukuran
partikel dalam suatu media baik air maupun udara. Kecepatan jatuh partikel pada
suatu media akan dipengaruhi oleh berat jenis, bentuk, dan volume butir partikel.
Classifying ini akan efektif (cocok) jika digunakan pada ukuran material yang
8
a. Jaw Crusher
1. Umpan masuk dari atas, diantara dua jaw yang membentuk huruf V
2. Salah satu jaw biasanya tidak bergerak (fixed), sedangkan jaw yang lain
bergerak horizontal.
4. Kecepatan buka-tutup jaw antara 250 sampai 400 kali per menit.
b. Nip angle
2. Gaya gesek
3. Gaya gravitasi
akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika
gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ka atas saja
(Mandala, 2011).
3. Kecepatan
4. Ukuran umpan
9
5. Reduction ratio (RR)
6. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis
umpan
produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 4-7,
sedangkan untuk secondary crushing adalah 14-20 dan fine crushing (mill) adalah 50 -
Jaw crusher pada batubara biasanya tidak digunakan pada crushing primer
tetapi sering digunakan untuk operasi penambangan open pit dimana batu baranya
keras atau lapisan batuan yang sangat keras yang dijumpai dalam jumlah bervariasi.
Ciri khas pada mesin tipe ini adalah 2 buah plat pengahancur yang membuka dan
menutup seperti rahang binatang. Jaw diatur pada sudut kritis, 1 buah jaw diputar
Ada dua tipe jaw crusher yang dapat ditemui pada penghancuran batubara:
1. Single-toggle machine
2. Double-toggle machine
Keduanya sering digunakan sebagai blake crusher yang dicirikan adanya jaw
bagian atas yang bergerak. Single-toggle mesin memiliki jaw ayun yang dikurung pada
batang eccentric, yang dibuat lebih ringan, lebih kompak dibanding double-toggle
machine. Jaw ayun bergerak berlawanan dengan jaw tetap tidak hanya karena aksi
plat toggle tetapi juga karena pergerakan vertical seperti perputaran eccentic. Single-
toggle machine lebih baik digunakan pada batubara yang rapuh dan material bershale
karena biaya pemasangan dan tenaga lebih kecil). Pada double-toggle machine, jaw
ayun bergerak bolak-bailk yang disebabkan pergerakan vertikal pitman. Hal ini
disebabkan pergerakan naik turun front toggle yang dihubungkan ke jaw ayun. Bagian
10
harganya 50% lebih besar dibanding single-toggle machine pada ukuran yang sama
dan umumnya dipilih untuk menghancurkan material yang liat, keras dan rapuh
(Mandala, 2011).
sangat kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian yang
akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material yang dihancurkan.
Untuk memperoleh ukuran dari produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara
1. Ukuran feed
2. Ukuran produk
3. Kapasitas mesin
4. Sifat batuan
Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain dan
produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi yang dibuat oleh
pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan dengan cara
Keterangan:
T = kapasitas (ton/jam)
11
L = Panjang lubang penerimaan (inch)
250 mm. Prinsip kerja alat: Roda (flywheel) berputar menggerakkan lengan
pitman naik turun karena adanya sumbu eccentric. Gerakan naik-turun pada
B) Dodge Crusher
12
seragam, tetapi sangat rawan terhadap kebuntuan (clogged) akibat lubang
turun. Gerakan ini menyebabkan movable jaw frame sebelah atas bergerak
2. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai
mengenai partikel yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw
4. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang
sama.
13
5. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan.
b. Gyratory Crusher
Gyratory crusher secara sepintas terlihat seperti jaw crusher, dengan jaw
dan jaw penghancur (crushing head) umumnya antara 125 sampai 425
1. Lebih efisien untuk kominusi, kapasitas besar terutama untuk kapasitas >
crusher.
3. Konsumsi tenaga per ton material lebih rendah dibandingkan jaw crusher.
14
bergerak eccentric menghimpit padatan (discharge opening minimum), hingga
c. Cone Crusher
lebih besar.
2. Ukuran umpannya sekitar 0.8 -14.3 inch (< umpan gyratory crusher).
yang diputar oleh beberapa bevel gears. bevel gears digerakkan oleh
Roll Crusher adalah mesin pereduksi ukuran yang menggunting dan menekan
material antara dua permukaan yang keras. Permukan yang digunakan biasanya
15
berbentuk roll yang berputar dan besi landasan yang diam, atau dua roll dengan
diameter sama yang berputar pada kecepatan sama dan arahnya berlawanan.
Permukaan roll bisa rata, berkerut atau bergigi. Untuk batubara dimana diperlukan
rasio pereduksiannya tinggi dan hasil yang bagus, beberapa bentuk permukaan
Karakteristik mesin peremuk tipe ini adalah termasuk berkecepatan rendah dan relati
memiliki rasio reduksi yang rendah, berkisar 3:1 sampai 8:1, karena memiliki
kecepatan rendah, maka laju keausan alat ini relatif rendah. Produk dari crusher tipe
ini biasanya berbentuk butiran (gravel) dan sedikit yang berbentuk halus. Kandungan
air yang pada material yang melebihi 5% akan menyulitkan operasi crusher, karena
crusher, karena itulah maka roller crusher lebih cocok untuk material yang bersifat
plastis seperti tanah liat atau batu silika yang lembab. Menurut operasinya roller
crusher dan gyratory crusher termasuk klasifikasi kontinyu sedangkan jaw crusher
termasuk intermittent. Roll crusher terdiri dari dua macam yaitu single roll-crusher dan
Roll crusher digunakan sebagai crusher sekunder atau crusher tersier setelah
batuan melewati crusher tipe lain yang berfungsi sebagai crusher primer. Roll crusher
terdiri dari single roll dan double roll. Single roll digunakan untuk memecahkan batuan
yang lembab dan tidak menguntungkan jika digunakan untuk memecahkan batuan
terdiri dari satu roll penghancur dan besi landasan yang melengkung. Kebanyakan
single roll-crusher dipasang dengan pin penjepit atau bentuk lainnya untuk melindungi
16
system pengendali. Rasio pereduksian pada crushing primer biasanya antara 4:1 dan
6:1, sedangkan untuk crushing sekunder antara 200 mm dan 20 mm (Mandala, 2011).
Double atau tripel stage single roll merupakan pengembangan dari ukuran
pereduksian bentuk primer dan sekunder unit single. Double roll-crusher yang
digunakan untuk crushing primer dapat mereduksi batubara run of mine di atas 1 m3
menjadi berukuran sekitar 350-100 mm, tergantung pada sifat batubara. Secara luas
digunakan untuk menghasilkan stok produk dimana kelebihan serbuk halus harus
dihindari. Dari umpan yang berukuran 350 mm, Double roll-crusher dapat
menghancurkan batubara yang berukuran 50 dan 20 mm. Kapasitas semua double roll-
Tingkat paling atas menghasilkan penghancuran kasar sedangkan tingkat bawah lebih
halus pada unit triple roll bagian yang paling atas terdiri dari single roll-crusher, bagian
yang lebih bawah terdiri dari double roll-unit. Pada four-roll unit, bagian atas dan
bawah terdiri dari I (Mandala, 2011). Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler,
lebar permukaan roller, diameter dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya.
Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak seperti shale, lempung dan material
lengket sampai setengah keras. Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
dimana:
17
Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi:
1. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga
2. Free Crushing
Free Crushing Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum pengolahan bahan galian yaitu:
1. Masker, fungsinya untuk melindungi hidung dari debu yang muncul akibat
proses crushing.
19
3. Palu geologi, fungsinya untuk menghancurkan sampel batuan.
crushing.
20
6. Roll crusher, fungsinya untuk menghancurkan material pada tahap secondary
crushing.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum pengolahan bahan galian yaitu:
21
1. Sampel batuan, batu yang telah dihancurkan menggunakan palu.
2. Menghancurkan sampel batuan hingga mencapai ukuran lebih kecil dari luas
crusher.
jaw crusher.
22
9. Mengamati dan mencatat berat dari material.
yaitu:
2. Menyalakan roll crusher, lalu memasukkan sisa material yang sudah dibagi
roll crusher.
23
BAB IV
4.2. Pembahasan
24
Sebelum melakukan pengukuran menggunakan jaw crusher dan roll crusher
diperoleh produk dengan presentasi berat sebanyak 2000 gram dengan panjang
terbesar sampel 6,5 cm dengan lebar 4,5 cm dan panjang ukuran sampel terkecil 1cm
dengan lebar 0,5 cm. Pada praktikum kali ini ukuran gape pada jaw crusher yang
digunakan adalah 8,5 cm dan ukuran setting adalah 1 cm. Pada proses primary
crushing menggunakan jaw crusher diambil produk dengan presetasi berat sebanyak
500 gram kemudian dilakukan pengayakan dan dihasilkan 3 jenis sampel dengan
ukuran yang berbeda. Berat sampel yang didapat pada oversize 4,75 adalah 334,5
gram, undersize 4 dan oversize 1,18 adalah 112 gram, dan undersize 4,75 dan
undersize 1,18 adalah 73,1 gram. Hasil pengukuran setelah crushing menggunakan roll
crusher diambil produk sebanyak 500 gram dari keseluruhan sampel yang telah melalui
primary crushing. Berat sampel yang didapat pada oversize 4,75 adalah 14,5 gram,
undersize 4 dan oversize 1,18 adalah 88,3 gram, dan undersize 4,75 dan undersize
1,18 adalah 398,5 gram.
Jaw crusher beroperasi dengan menerapkan penghancur bertekanan. Jaw
crusher sangat ideal dan sesuai untuk penggunaan pada saat penghancuran tahap
pertama. Memiliki kekuatan anti-tekanan dalam menghancurkan bahan paling tinggi
hingga dapat mencapai 320 Mpa. Faktor - faktor yang mempengaruhi pada jaw
crusher adalah ukuran dan jenis batuan yang dimasukkan, keadaan batuan apakah
basah atau kering, reaksi antara material dengan air, gape, setting, dan angle of nip.
Pada saat percobaan terjadi material loss pada saat mengambil hasil dari jaw crusher
untuk ditimbang. Material tidak tertampung dan tidak dapat terambil semua. Dari hasil
percobaan crushing menggunakan jaw crusher diperoleh nilai Reduction Ratio
sebesar:
Ukuran Umpan
RR =
Ukuran Produk
RR =
RR =
Roll crusher, memecah batu dengan menjepitnya diantara dua roll dimana roll
akan berputar berlawanan dengan adanya berat tersendiri dan gusuran dari batu,
maka batu akan pecah. Didapatkan material yang lebih halus dari roll crusher
dibandingkan material yang didapat dari jaw crusher. Pada penggunaan roll crusher
material ada yang terlempar dan tidak jatuh ke wadah sehingga jumlah produk pada
25
roll tidak sama dengan feednya yaitu produk dari jaw crusher. Dari hasil percobaan
crushing menggunakan jaw crusher diperoleh nilai Reduction Ratio sebesar:
Ukuran Umpan
RR =
Ukuran Produk
RR =
RR =
Berikut adalah grafik pengurangan ukuran sampel
100
90
80
70
Panjang (mm)
60 Umpan
50
Jaw Crusher
40
30 Roll Crusher
20
10
0
Kecil Sedang Besar
26
BAB V
5.1 Kesimpulan
27
4. Pada dasarnya pengolahan data praktikum crushing bertujuan untuk
mengetahui besarnya nilai perbandingan (reduction ratio) yang dihasilkan pada
tiap crusher dalam hal ini jaw crusher dan roll crusher. Pengolahan data
dilakukan secara bertahap yang dengan cara menghitung ukuran umpan
sebelum dan sesudah melalui proses penggerusan dimana penggerusan
dilakukan dalam dua tahapan yaitu primary crushing (jaw crusher) dan
secondary crushing (roll crusher), lalu pada tiap tahap dilakukan perbandingan
ukuran umpan dan produk sesuai dengan rumus dari reduction ratio. Semakin
kecil nilai reduction ratio, maka semakin efektif proses penggerusan yang
dilakukan.
5. Nilai reduction ratio (RR) ditentukan dengan membandingkan ukuran umpan
(feed) dengan ukuran produk peremukan batuan
5.2 Saran
28