Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME

Kelas C

Nama Anggota Kelompok 3 :

1. Dewi Sinta Wati (201910401029)


2. Monika Jelita Siregar (201910401093)
3. Reinaldi Rizky Pratama (201910401099)
4. Nyimas Adhelia Mamay Fauziah (201910401104)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

(Bab I. Ketentuan Umum/ Pasal 1 dan 2) Informasi elektronik merupakan


sekumpulan data elektronik dalam bentuk apapun yang dapat dipahami oleh orang. Suatu
transaksi yang memanfaatkan jaringan dan elektronik disebut transaksi elektonik. Suatu cara
yang dilakukan guna menyampaikan informasi menggunakan perangkat elektronik
dinamakan teknologi informasi. Seluruh perangkat elektronik baik perangkat lunak maupun
perangkat keras yang digunakan untuk mengolah data maupun mengoperasikannya disebut
sistem elektronik. Seseorang, Lembaga, perusahaan, kantor, dll. yang menggunakan system
elektronik disebut sebagai penyelenggara elektronik. Dalam suatu kepentingan yang
dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik maka hal tersebut masuk dalam ruang
lingkup elektronik seperti sertifikat elektronik, tanda tangan elektronik, kontrak elektronik,
dll.

Subjek yang mengirimkan informasi elektronik dinamakan pengirim, sedangkan


subjek yang menerima informasi elektronik dinamakan penerima. Dalam mengirim atau
menerima informasi diperlukan adanya internet, dimana dalam internet dikenal sebuah
sebutan nama domain yang merupakan alamat internet suatu subjek yang berbentuk kode
akses yang berguna sebagai penunjuk lokasi internet. Pengolah internet atau informasi
elektronik merupakan orang, badan usaha (berbadan hokum ataupun tidak), dan
pemerintahan. Undang-undang tersebut berlaku untuk semua pengguna elektronik baik di
Indonesia maupun tidak yang melibatkan Indonesia dalam pengoperasiannya.

(Bab II. Asas dan Tujuan/Pasal 3 dan 4) Pemanfaatan teknologi informasi


berasaskan hukum, manfaat, kewaspadaan, maupun kebebasan berteknologi. Adanya
teknologi informasi dalam suatu negara bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat dalam
negara agar, meningkatkan kesejahteraan dengan baik dari segi perdadangan maupun
ekonomi, melatih orang untuk berpikir kritis atau positif dalam menanggapi adanya
teknologi, dan menjamin keamanan bagi para masyarakat.

(Bab III. Informasi, Dokumen, atau Tanda Tangan Elektronik Pasal 5, 6, 7, 8, 9,


10, 11, dan 12) Informasi elektronik atau dokumen elektronik yang diolah dengan sistem
yang sesuai dengan undang-undang RI bisa dijadikan sebagai bukti hukum yang sah di
Indonesia, seperti untuk mempertahankan hak kita, atau menolak hak orang lain. Dianggap
sah apabila pengirim mengirimkan informasi atau dokumen elektronik kepada sistem/alamat
yang dituju dihitung ketika suatu informasi elektronik tersebut memasuki sistem informasi
diluar kendali pengirim, dan penerima berhak menerima informasi/dokumen yang dikirimkan
ketika informasi elektronik berada dibawah kendali pengirim menggunakan suatu sistem
elektronik yang ditentukan. Tanda tangan dapat menjamin hukum dari suatu pihak, oleh
karena itu data elektronik memiliki beberapa syarat, yaitu, dibuat oleh orang itu sendiri,
penanda tangan memiliki kekuasaan terkait penanda tanganan, informasi yang berubah
setelah penanda tanganan harus diketahui, pelaku yang terkait bergak mengamankan tanda
tangan elektronik.

(Bab IV. Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik atau Sistem Elektronik Pasal


13, 14, 15, dan 16) Dalam membuat tanda tangan elektonik harus melalui jasa penyelenggara
sertifikasi elektronik baik Indonesia atau asing. Pihak penyelenggara sertifikasi elektronik
akan mencocokan tanda tangan dengan pemiliknya, dan harus menyediakan informasi yang
jelas, akurat, dan pasti terkait metode dan hal lainnya yang ada sangkut pautnya dengan tanda
tangan elektronik pada pengguna jasa. Jika terdapat kelalaian dalam penggunaan tanda tangan
oleh pemilik, maka hal itu diluar tanggung jawab penyelenggara sertifikasi elektronik.

(Bab V. Transaksi Elektronik Pasal 17, 18, 19, 20, 21, dan 22) Para pelaku
transaksi bisa dalam lingkup privat bahkan publik. Dalam melakukan transaksi elektronik
setiap pihak harus menggunakan Bahasa yang sopan dan santun. Penyelenggara transaksi
elektronik yang memberikan kontrak akan mengikat beberapa pihak. Para pihak memiliki
kewenangan dalam menetapkan sengketa pengadilan, arbitrase, Lembaga penyelesaian
sengketa lainnya, jika tidak memilih maka akan didasarkan pada hokum perdata
internasional. Transaksi dilakukan menggunakan sistem yang telah ditentukan. Jika dilakukan
sendiri maka segala kegiatan transaksi menjadi tanggung jawab orang tersebut, jika dilakukan
melalui pemberian kuasa maka akan menjadi tanggung jawab di pemberi kuasa, dan jika
menggunakan jasa agen elektronik maka segalanya akan menjadi tanggung jawab agen
elektronik.

(Bab VI. Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual, dan Perlindungan Hak
Pribadi/Pasal 23, 24, 25, dan 26) Setiap badan usaha baik perorangan atau perusahaan harus
memiliki nama domain yang didasarkan pada prinsip pendaftar pertama yang memiliki arti
baik, tidak melanggar prinsip persaingan dan hak orang lain. Pengelola nama domain diatur
oleh negara dan masyarakat, apabila terjadi perselisihan maka pemerintah akan mengambil
alih pengelolaan nama domain yang diperselisihkan. Kecuali jika informasi tersebut
merupakan data pribadi, maka orang yang dilanggar haknya dapat mengajukan gugatan atas
kerugian yang ditimbulkan berdasarkan UU tersebut.

(Bab. VII. Perbuatan yang Dilarang/Pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
dan 37) Ada beberapa hal yang dapat melanggar mekanisme atau sistem elektronik yaitu
yang pertama, dengan sengaja memberikan akses dokumen elektronik yang mengandung
muatan yang melanggar kesusilaan, kedua, dengan sengaja memberikan akses dokumen
elektronik yang mengandung muatan perjudian, ketiga, dengan sengaja memberikan akses
dokumen elektronik yang mengandung muatan penghinaan atau pencemaran nama baik, dan
yang keempat, dengan sengaja memberikan akses dokumen elektronik yang mengandung
muatan pemerasan atau pengancaman, kelima, dengan sengaja memberikan akses dokumen
elektronik yang mengandung muatan yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti.
Melakukan penyadapan sistem eleltronik orang lain, pempublikasian informasi atau data
pribadi milik orang lain dengan sengaja yang menyebabkan terjadinya perubahan,
penghilangan, atau penghentian informasi tersebut, kecuali digunakan untuk/sebagai bahan
bukti atau bahan penyidikan suatu kasus oleh pihak berwenang. Melakukan tindakan apapun
yang berakibat pada terganggunya sistem elektronik sehingga sistem tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Memproduksi, menjual, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan,
atau memiliki perangkat keras atau lunak untuk memfasilitasi perbuatan pada pasal 27 sampai
pasal 33.
(Bab. VIII. Penyelesaian Sengketa/Pasal 38 dan 39) Pada pasal 38 menjelaskan
bahwa setiap lapisan masyarakat dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang
menyelenggarakan sistem elektronik dan/atau menggunakan teknologi informasi yang
menimbulkan kerugian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada pasal 39
dijelaskan mengenai gugatan perdata dapat dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.
Penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan melalui arbitrase atau lembaga alternatif lain
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(Bab IX. Peran Pemerintah Dan Peran Masyarakat/Pasal 40 dan 41) Bab 9 berisi
mengenai peran pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi. Instansi
yang disebutkan harus menyimpan data elektronik dan membuat rekam cadang elektroniknya
serta menghubungkan ke pusat data untuk kepentingan pengamanan data. Dalam melakukan
perannya, masyarakat dapat menyelenggarakan melalui lembaga yang memiliki fungsi
konsultasi dan mediasi.

(Bab. X. Penyidakan/Pasal 42, 43, dan 44) Bab 10 menjelaskan mengenai


penyidakan tindak pidana dilakukan bedasatkan ketentuan dalam undang-undang. Dalam
proses penyidakan, penyidik harus memperhatikan perlindungan terhadap privasi,
kerahasiaan, integritas data, dan keutuhan data sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penangkapan dan penahanan, penyidik melalui penuntut umum meminta penetapan ketua
pengadilan negeri setempat dalam kurun waktu satu kali dua puluh empat jam.

(Bab. XI. Ketentuan Pidana/Pasal 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, dan 52) Bab 11 berisi
mengenai ketentuan pidana bagi pelaku tindak pidana informasi elektronik. Beratnya
hukuman pidana atau denda tergantung pada pasal yang dilanggar. Bagi pelaku tindak pidana
pada pasal 30 dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak
800 juta rupiah. Jika pelaku tindak pidana melanggar pasal 31, maka akan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 800 juta rupiah. Bagi
pelanggar pasal 33 dan 34 akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dengan
denda paling banyak 10 miliar rupiah.

(Bab XII. Ketentuan Peralihan/Pasal 53) Pada bab 12 pasal 53 mengatur mengenai
ketentuan peralihan. Selama masa berlakunya undang-undang ini, semua peraturan
perundang-undangan dan kelembagaan yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi
informasi yang tidak bertentangan dengan undang-ungang ini dinyatakan tetap berlaku.
(Bab XIII. Ketentuan Penutup/Pasal 54) Bab 13 merupakan penutup. Pasal 54
terdiri dari ayat (1) yang berbunyi “Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diperundangkan.” Dan ayat (2) yang berbunyi “Peraturan Pemerintah harus sudah
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah diundangkannya Undang-Undang ini.”
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG


INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) diubah sebagai berikut:

1. Di antara angka 6 dan angka 7 Pasal 1 disisipkan 1 angka, yakni angka 6a, Pasal 1 yaitu:

Pasal 1 (Ayat 1 hingga 23) Dalam pasal ini menjelaskan mengenai definisi
informasi elektronika yaitu sekumpulan data elektronik yang tidak terbatas dengan diolah
yang memiliki arti dapat dipahami oleh orang. Transaksi elektronik dilakukan dengan
menggunakan computer dan jaringan. Sistem elektronik juga penting yang digunakan
sebagai perangkat untuk menyebarkan informasi. Penyelenggaraan sistem elektronik
dilakukan oleh badan usaha atau masyarakat yang menyediakan dan mengoperasikan
sistem elektronik untuk kepentingan dirinya atau orang lain. Hal lain yang ada dalam
informasi elektronik yaitu sertifikat elektronik yang berguna sebagai suatu tanda
penghargaan yang diselenggarakan oleh badan hukum yang dipercaya. Penyelenggara
sertifikat ini disebut Lembaga sertifikat keandalan yang diawasi Pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat keandalan dalam transaksi elektronik. Dalam serifikat terdapat
tanda tangan elektronik yang digunakan sebagai alat verifikasi

2. Ketentuan Pasal 5 tetap dengan perubahan penjelasan ayat (1) dan ayat (2) sehingga
penjelasan Pasal 5 menjadi sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan pasal demi pasal
Undang-Undang ini.

3. Ketentuan Pasal 26 ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) sehingga
Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 26 (Ayat 1, 2, 3, 4, 5) Dalam pasal ini menjelaskan mengenai
penggunaan informasi melalui media elektronik yang terdapat data pribadi seseorang
harus disetujui oleh orang yang bersangkutan. Apabila terdapat pelanggaran mengenai hal
tersebut, pemilik data dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan.
Penyelenggaran elektronik juga wajib menghapus informasi elektronik yang tidak relevan
atas permintaan orang yang bersangkutan pemilik informasi. Mekanisme penghapusan
informasi elektronik harus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata cara
penghapusan informasi elektronik diatur dalam peraturan pemerintah.
4. Ketentuan ayat (3) dan ayat (4) Pasal 31 diubah sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 31 (Ayat 1, 2, 3, 4) Dalam pasal ini menjelaskan mengenai orang yang
melawan hukum dalam melakukan intersepsi atau penyadapan terhadap informasi
elektronik milik orang lain. Intersepsi atau penyadapan tidak berlaku untuk menegakan
suatu hukum atas permintaan kepolisian atas institusi lain yang berwenang berdasarkan
undang undang.
5. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 40 disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (2a) dan ayat
(2b); ketentuan ayat (6) Pasal 40 diubah; serta penjelasan ayat (1) Pasal 40 diubah
sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 40 (Ayat 1, 2, 2a, 2b, 3, 4, 5, 6) Dalam pasal ini menjelaskan mengenai
fasilitas teknologi informasi yang diberikan pemerintah harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pemerintah juga melindungi gangguan dari penyalahgunaan
inforamsi teknologi. Pencegahan penyebarluasan informasi elektronik, pemerintah
berwenang melakukan pemutusan akses informasi. Dalam melindungi data elektronik dari
suatu institusi tertemtu, pemerintah mewajibkan instansi tersebut menghubungkan rekam
cadang elektroniknya ke pusat data tertentu untuk kepentingan keamanan.
6. Ketentuan ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) Pasal 43 diubah; di
antara ayat (7) dan ayat (8) Pasal 43 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (7a); serta
penjelasan ayat (1) Pasal 43 diubah sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43 (Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 7a, 8) Dalam pasal ini menjelaskan
mengenai penyidik atau pejabat khusus yang diberi wewenang melakukan penyidikan
tindak pidana dibidang teknologi informasi dan transaksi elektronik. Penyidikan
dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sesuai peraturan perundang-undangan.
Kemudian proses penggeledahan atau penyitaan dilakukan sesuati aturan dengan
penyidik wajib menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum.
7. Ketentuan Pasal 45 diubah serta di antara Pasal 45 dan Pasal 46 terbagi menjadi 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 45A dan Pasal 45B sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 45 (Ayat 1, 2, 3, 4, 5) Dalam pasal ini menjelaskan mengenai denda
bagi orang yang melanggar hukum informasi elektronik dan dokumen elentronik. Pasal 45A
Berisi pasal 28, yang pertama yakni pasal 28 ayat (1) yang berbunyi “Setiap Orang yang
dengan konsumen dalam sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian Transaksi Elektronik” akan dipidana penjara paling lama 6
tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Kedua, pasal 28 ayat (2) yang berbunyi “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA)” akan dipidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 45B Pasal ini berisi pasal 29, yang berbunyi “Setiap Orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik yang berisi ancaman kekerasan
atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi” akan dipidana penjara paling lama 4
tahun atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
PENJELASAN

ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008 dan Nomor


2/PUU-VII/2009, tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik dalam bidang
Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik bukan semata-mata sebagai tindak pidana
umum, melainkan sebagai delik aduan. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
5/PUU-VIII/2010, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa kegiatan dan kewenangan
penyadapan merupakan hal yang sangat sensitif karena di satu sisi merupakan pembatasan
hak asasi manusia, tetapi di sisi lain memiliki aspek kepentingan hukum. Selain itu,
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016, Mahkamah
Konstitusi berpendapat bahwa untuk mencegah terjadinya perbedaan penafsiran terhadap
Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU ITE, Mahkamah menegaskan bahwa setiap intersepsi harus
dilakukan secara sah, terlebih lagi dalam rangka penegakan hukum.

Kedua, ketentuan mengenai penggeledahan, penyitaan, penangkapan, dan penahanan


yang diatur dalam UU ITE menimbulkan permasalahan bagi penyidik karena tindak pidana di
bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik begitu cepat dan pelaku dapat dengan
mudah mengaburkan perbuatan atau alat bukti kejahatan. Ketiga, karakteristik virtualitas
ruang siber memungkinkan konten ilegal seperti Informasi dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran
nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan
sehingga mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik, serta perbuatan
menyebarkan kebencian atau permusuhan berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan, dan
pengiriman ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi dapat
diakses, didistribusikan, ditransmisikan, disalin, disimpan untuk didiseminasi kembali dari
mana saja dan kapan saja. Keempat, penggunaan setiap informasi melalui media atau Sistem
Elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan Orang
yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai